11eprints.umm.ac.id/37199/3/jiptummpp-gdl-hikmahhaya-53124... · 2018. 8. 7. · 11 bab ii kajian...
TRANSCRIPT
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Ideologi Muhammadiyah
a. Konsep dan Substansi Ideologi
Ideologi secara harfiah ialah “sistem paham” atau “sekumpilan ide atau
gagasan”. Kata ideologi berasal dari bahasa Yunani “ideos” (ide, gagasan) dan
“logos” (ilmu logika), tokoh yang memperkenalkan ideologi ialah Destutt de
Tracy (1757-1876), seorang filsuf Prancis, yang menyebut ideologi tentang “ilmu
tentang ide-ide” yaitu sebagai suatu cara berpikir dalam memandang kehidupan,
yang dibedakannya dengan cara berfikir metafisika dan agama (Nashir, 2014: 30).
Ideologi memiliki unsur pokok, yaitu: (1) pandangan yang komprehensif
tentang manusia, dunia, dan alam semestadalam kehidupan; (2) rencana penataan
sodial-politik berdasarkan paham tersebut; (3) kesadaran dan pencanangan dalam
bentuk perjuangan melakukan perubahan-perubahan berdasarkan paham dan
rencana dari ideologi tersebut; (4) usaha mengarahkan masyarakat untuk
menerima ideologi tersebut yang menuntut loyalitas dan keterlibatan para
pengikutnya; (5) usaha mobilisasi seluas mungkin para kader dan masa yang akan
menjadi pendukung ideologi tersebut (Riberu, 1986: 5).
Dalam Muktamar ke-37 tahun digagas pentingnya pembaruan di bidang
ideologi. Muhammadiyah waktu itu lebih memilih istilah “Keyakinan dan Cita-
cita Hidup” untuk pandangan istilah ideologi. Dalam Tanwir tahun 1969 di
Ponorogo kemudian lahir pemikiran resmi ideologi Muhammadiyah yang dikenal
dengan “Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah”. Inilah konsep
12
ideologi dalam Muhammadiyah yang sistematik, selain konsep Muqadimah
Anggaran Dasar Muhammadiyah yang dirumuskan tahun 1946.
Konsep ideologi dalam Muhammadiyah bersifat mendasar, yaitu
menyangkut dan diistilahkan dengan “Keyakinan dan Cita-cita Hidup”. Ideologi
Muhammadiyah bukan sekedar seperangkat paham atau pemikiran belaka, tetapi
juga teori dan strategi perjuangan untuk mewujudkan paham tersebut dalam
kehidupan. Ideologi Muhammadiyah ialah “sistem keyakinan, cita-cita, dan
perjuangan Muhammadiyah sebagai gerakan Islam dalam mewujudkan
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya”. Adapun isi atau kandungan ideologi
Muhammadiyah tersebut ialah (1) Paham Islam atau paham agama dalam
Muhammadiyah, (2) Hakikat Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam, dan (3)
Misi, fungsi, dan Strategi perjuangan Muhammadiyah. Jadi tidak perlu membahas
ideologi dipisahkan dari strategi perjuangan, yang dalam Muhammadiyah dikenal
Khittah Perjuangan Muhammadiyah.
Dari pemaknaan tentang ideologi tersebut, maka betapa penting
mempertautkan segenap hal dan proses gerakan Muhammadiyah ke dalam
idealisme yang mendasar, yang disebut ideologi. Ideologi dalam kaitan yang
penting itu sesungguhnya merupakan “pandangan dunia” (world view) yang
dianut oleh gerakan Islam yang didirikan oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan. Dengan
demikian, segenap anggotanya dapat memahami dan merujuk pada “apa,
bagaimana, dan untuk apa Muhammadiyah itu”, yang dasar dan arahnya melekat
dengan “keyakinan dan cita-cita” yang mengikat bagi seluruh anggota dan
kelembagaan gerakannya.
13
b. Ideologi Moderenis-Reformis
Alfian (19989) menyebut Muhammadiyah sebagai gerakan reformis. Deliar
Noer (1996) menyebut Muhammadiyah sebagai gerakan moderen Islam, yang
tampil lebih moderat ketimbang Persatuan Islam. Soekarno memberi predikat
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam progresif, meski dikritik pula ketika
Muhammadiyah menggunakan hijab. Sebaliknya Wiliam Shepard (2004)
mengkategorisasikan Muhammadiyah sebagai kelompok “Islamic Modernism”,
yang lebih berfokus bergerak membangun “Islamic society” (masyarakat Islam)
daripada perhatian terhadap “Islamic state” (negara Islam); yang fokus
gerakannya pada bidang pendidikan, kesejahteraan sosial, serta tidak menjadi
organisasi politik kendati para anggotanya tersebar di berbagai partai politik.
Ideologi Islam modernis dibedakan secara tajam dengan Islam tradisional, Islam
revivalis, Islam fundamentalis, Islam radikal, Islam Liberal, dan Islam sekuler
dalam banayak rujukan studi Islam atau studi ilmu sosial tentang gerakan-gerakan
Islam. Sekali lagi, dengan sudut pandang keilmuan yang bersifat kategorisasi
untuk lebih memperjelas karakter sebuah gerakan atau ideologi gerakan
keagamaan.
Ideologi reformisme-modernisme memandang Islam memandang aspek-
aspek struktur tetapi sekaligus substansi, ada ranah yang qath’iy tetapi sekaligus
yang dhaniy, negara juga dipandang penting tetapi perhatian utama modernisme
Islam, bahwa Islam mengandung ajaran yang menyeluruh namun konstruksi dan
pelaksanaannya tidaklah tunggal. Bahwa aspek-aspek ajaran Islam perlu
diinterpretasi ulang untuk dihadapkan dan dalam rangka menjawab tantangan
zaman yang bersifat kekinian, dengan tetap berada dalam fondasi Islam. Islam
tidak mengisyaratkan paham tentang negara secara tegas, tetapi nilai-nilai Islam
14
menjadi fondasi dan membingkai kehidupan bernegara. Kaum reformis-modernis
yakin pada kesempurnaan dan kemenyeluruhan ajaran Islam, tetapi pelaksaannya
dalam kehidupan berproses secara bertahap dan terus-menerus sesuai dengan taraf
kehidupan pemeluknya, sehingga tidak serba absolut. Akar pikiran diakui
keabsahannya untuk memahami dan mengamalkan ajaran Islam sesuai dengan
jiwa ajaran Islam. Hal-hal yang belum Islami diislamkan dengan cara berproses,
tidak serba ditolak atau sebaliknya diubah secara drastis.
Dari pemikiran tersebut tampak bahwa reformisme-modernisme pada
Muhammadiyah lebih bersifat tengahan atau moderat dengan orientasi pandangan
Islam yang berkemajuan. Sikap reformis dan moderat Muhammadiyah semakin
kental jika dikaitkan dengan formulasi pemikiran-pemikiran resmi yang
dihasilkan Muhammadiyah seperti dalam Duabelas Langkah Muhammadiyah,
Muqadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah, Kepribadian Muhammadiyah,
Matan keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah, Khittah Muhammadiyah,
Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah, Manhaj Tarjih, dan Pernyataan
Pikiran Muhammadiyah Abad Keduua. Di samping pada pemikiran Kyai Dahlan
dan Muhammadiyah generasi awal. Secara umum dan kontekstual, sikap dan
budaya masyarakat Indonesia dan perkembangan dunia yang semakin
memerlukan orientasi keagamaan yang demikian.
c. Ideologi yang Berkemajuan
Idologi Muhammadiyah juga berwatak kemajuan. Penggunaan istilah
“Islam yang berkemajuan” menurut Prof. Dr. M. Amin Abdullah, yang menurut
pandangannya mirip dengan Ideologi Progresif. Dikaji dari berbagai subtansi
ideologi dan pemikiran Muhammadiyah, maka terkandung isyarat tegas bahwa
sesungguhnya ideologi Muhammadiyah yang berwatak reformis-modernis itu
15
secara lebih moderat dapat dikatakan sebagai ideologi yang berkemajuan, yakni
mengandung jiwa pembaruan dan kemajuann sejalan dengan jiwa ajaran Islam.
Watak dan ideologi yang berkemajuan itu tampak sekali dalam kandungan
substansi ‘pandangan keagamaan” sebagaimana termaktub dalam Pernyataan
Pikiran Muhammadiyah Abad Kedua tahun 2010 (Nashir, 2014: 52).
Dalam “Pernyataan Pemikiran Muhammadiyah Abad Kedua” tersebut
dideklarikan, bahwa Muhammadiyah adalah gerakan Islam yang melaksanakan
misi dakwah dan tajdid untuk terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-
brnarnya. Bagi Muhammadiyah Islam merupakan nilai utama sebagai fondasi dan
pusat inspirasi yang menyatu dalamseluruh denyut-nadi gerakan. Muhammadiyah
berkeyakinan bahwa Islam sebagai risalah yang dibawa para Nabi hingga Nabi
akhir zaman Muhammad Shallahu ‘alaihu wasallam adalah agama Allah yang
lengkap dan sempurna. Islam selain mengandung ajaran berupa perintah-perintah
dan larangan-larangan tetapi juga petunjuk-petunjuk untuk keselamatan hidup
umaat manusia di dunia dan akhirat.
Muhammadiyah memandang bahwa Islam merupakan agama yang
mengandung nilai-nilai kemajuan untuk mewujudkan kehidupan umatmanusia
yang tercerahkan. Kemajuan dalam pandangan Islam adalah kebaikan yang serba
utama, yang melahirkan keunggulan hidup lahiriyah dan ruhaniah. Adapun
dakwah dan tajdid bagi Muhammadiyah merupakan jalan perubahan untuk
mewujudkan Islam sebagai agama bagi kemajuan hidup umat manusia sepanjang
zaman. Dalam perspektif Muhammadiyah, Islam merupakan agama yang
kehadirannya membawa rahmat bagi semesta kehidupan.
Islam yang berkemajuan menyemaikan benih-benih kebenaran, kebaikan,
kedamaian, keadilan, kemaslahatan seluruh umat manusia. Islam yang
16
menjunjung ringgi kemuliaan manusia baik laki-laki maupun perempuan tanpa
diskriminasi. Dengan pandangan Islam yang berkemajuan dan menyebaluaskan
pencerahan, maka Muahammadiyah tidak hanya berhasil melakukan peneguhan
dan pengayaan maka tentang ajaran akidah, ibadah, dan akhlak kaum muslimin,
tetapi sekaligus melakukan pembaruan dalam mu’amalah duniawiyah yang
membawa perkembangan hidup sepanjang kemauan ajaran Islam.
d. Kristalisasi Ideologi
Muhammadiyah sebagai ideologi, ideologi Muhammadiyah ialah sistem
paham yang mengandung keyakinan, cita cita dan strategi gerakan untuk
terwujudnya masyarakat islam yang sebenar benarnya.Dari pembahasan mengenai
ideologi Muhammadiyah sebagaimana uraian di atas, maka dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut.
Pertama, Muhammadiyah sebagai ideologi. Bahwa Muhammadiyah
dengan identitas dirinya sebagai “Gerakan Islam, Da’wah Amar ma’ruf nahi
munkar dan Tajdid, bersumber pada Al-Qur’an dan As-Sunnah” memiliki “sistem
paham” atau “seperangkat gagasan” yang disebut dengan ideologi, yakni Ideologi
Muhammadiyah. Ideologi Muhammadiyah ialah “sistem paham yang
mengandung keyakinan, cita-cita, dan strategi gerakan untuk terwujudnya
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya”.
Kedua, ideologi Muhammadiyah ialah ideologi Islam. Islam sebagai
fondasi (asas, dasar) sekaligus world view (pandangan dunia) atau way of life
(pedoman kehidupan) sehingga merupakan Minhaj al-Hayat (sistem kehidupan)
bagi Muhammadiyah yang membentuk keyakinan, alam pikiran, kepribadian, dan
pola tingkah laku/tindakan dalam kehidupan anggota Muhammadiyah.
17
Ketiga, Islam bagi Muhammadiyah merupakan identitas gerakan.
Dalam Anggaran Dasar Muhammadiyahdinyatakan, bahwa “Muhammadiyah
adalah Gerakan Islam, Da’wah Amar ma’ruf nahi munkar, dan Tajdid bersumber
pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dengan identitas Islam itu, Muhammadiyah dan
orang-orang Muhammadiyah tidak hanya menjadikan Islam sebagai simbol dan
atribut diri, tetapi sekaligusmengemban misi dakwah dan tajdid, sehingga Islam
terwujud dalamkehidupan.
Keempat, Ideologi Muhammadiyah berkarakter “reformis-modernis”
dan “ Islam yang berkemajuan”. Dalam refrensi atau rujukan kontemporer
ideologi keagamaan Muhammadiyah adalah ideologi reformis-modernis
(pembaruan) yang menampilkan corak Islam yang berkemajuan, yang
memadukan antara pemurnian (purifikasi) dan pengembangan (dinamisasi) dan
bersifat tengahan atau moderat (wasithiyyah) dalam meyakini, memahami, dan
melaksanakan ajaran Islam, sehingga Islam senantiasa aktual dan menjadi agama
untuk peradaban (din al-hadlarah) sepanjang zaman.
Kelima, cita-cita Muhammadiyah ialah mewujudkan “Masyarakat
Islam yang sebenar-benarnya”. Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya
merupakan aktualisasi dari proses dan tujuan yang diperjuangkan secara terus-
menerus yang mungkin tidak akan tercapai secara absolut atau ideal hingga Hari
Akhir kelak. Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya merupakan kualitas dari
Khaira Ummah (QS Ali Imran: 110), yang memiliki sifat-sifat Rabbaniyah
sebagai panutan dari nilai-nilai Ilahiah (habuminallah) sekaligus mencandra dan
tercermin kedalam sifat-sifat Insaniyah yang mulia atau utama dalam relasi-relasi
kemanusiaan yang utama (hablu minannas), yang kehadirannya menjadi rahmat
bagi semesta alam.
18
Keenam, ideologi Muhammadiyah mengandung Khittah Perjuangan.
Muhammadiyah dalam perjuangannya sebagai organisasi dakwah dan tajdid
menggariskan strategi untuk bergerak dilapangan “kemasyarakatan” atau
membangun masyarakat” dan tidak bergerak di lapangan “politik-praktis” atau
“perjuangan kekuasaan negara”, yang meneguhkan dirinya sebagai organisasi atau
partai politik. Memilih perjuangan dakwah kemasyarakatan dan tidak berpolitik –
praktis (politik yang berorientasi pada perjuangan kekuasaan sebagaimana
dilakukan partai politik).
Ketujuh, Muhammadiyah dan keindonesiaan. Muhammadiyah berjuang
dalam koridor kehidupan bagsa dan negara Republik Indonesia yang berfilsafat
Pancasila untuk berusaha bersama-sama menjadikan suatu negara yang adil
makmur dan diridai Allah Subhanahu wa Ta’ala. Cita-cita dan stratrgi perjuangan
Muhammadiyah ialah menegakan dan menjunjung tinggi Agama Islam memalui
berbagai usaha dakwah dan tajdid untuk terwududnya masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya di Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berfalsafah
Pncasila dan berdasarkan UUD 1945.
Kedelapan, Muhammadiyah bergerak dengan sistem organisasi. Dalam
mewujudkan cita-cita Muhammadiyah bergerak memalui sistem organisasi
(jam’iyah) yang dikendalikan oleh sistem kepemimpinan kolektif-kolegal yang
tersruktur dari Pusat hingga Ranting untuk membangun kejayaan umat, bangsa,
dan umat manusia.keberadaan organisasi bagi Muhammadiyah merupakan
instrumen atau alat strategis yang wajib adanya dalam perjuangan mewujudkan
misi dan cita-cita Islam. Organisasi bagi Muhammadiyah merupakan perwujudan
dari perintah Allah dalam Al-Qur’an Surat Ali Imran 104, yang mewajibkan
lahirnya selogan umat terpilih yang mengemban misi dakwah.
19
Dari pemikiran ideologi dalam Muhammadiyah sebagaimana diuraikan
terdahulu terkandung pokok-pokok pikiran mengenai ideologi Muhammadiyah
yang jelas dan kokoh. Jika dikristalkann atau diambil intisarinya, maka yang
dimaksud hakikat, esensi, subtansi ideologi Muhammadiyah ialah “Sistem paham
yang menyeluruh yang mengandung keyakinan, cita-cita, dan strategi perjuangan
untuk terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya”.
2. Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah dan Pedoman
Memahaminya
a. Matan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah
Pertama, Muhammadiyah adalah Gerakan Islam dan Dakwah Amar ma’ruf
nahi munkar, beraqidah Islam dan bersummber pada Al-Qur’an dan Sunnah,
bercita-cita dan bekerja untuk terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-
benarnya, untuk melaksanakan fungsi dan misi manusia sebagai hamba dan
khalifah Allah di muka bumi.
Muhammadiyah berkeyakinan bahwa Islam adlah Agama Allah yang
diwahyukan kepada para Rasul-Nya, sejak Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa,
dan seterusnya sampai kepada Nabi penutup Muhammad Shallahu ‘alaihi
wasallam. Sebagai hidayah dan rahmat Allah kepada umat manusia sepanjang
masa, dan menjamin kesejahteraan hidup materil dan spiritual, duniawi dan
ukhrawi.
Kedua, Muhammadiyah dalam mengamalkan Islam berdasarkan: (a) Al-
Qur’an : Kitab Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad Shallahu ‘alaihu
wasallam, (b) Sunnah Rasul : penjelasan dan pelaksanaan ajaran-ajaran Al-Qur’an
yang diberikan oleh Nabi Muhammad Shallahu ‘alaihu wasallam, dengan
20
menggunakan akal fikiran sesuai dengan jiwa ajaran Islam, (c) Muhammadiyah
bekerja untuk terlaksananya ajaran-ajaran Islam yang meliputi bidang-bidang:
Aqidah, Akhlak, Ibadah dan Muamalah Duniyawiat.
b. Sistematika dan Pedoman Untuk Memahami Rumusan Matan
“Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah.
1) Sejarah Singkat
Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah lahir pada waktu
Muktamar Muhammadiyah ke- 37 tahun 1968 di Yogyakarta, di mana pada waktu
itu, situasi Indonesia setelah tertutup dengan dunia luar pada zaman Orde Lama
seolah terbuka lebar dengan Orde Baru. Pada tahun 1968, konsep westernisasi,
modernisasi, sekularisasi dan sebagainya masuk ke Indonesia. Keprihatinan para
pimpinan dan pakar Muhammadiyah pada waktu itulah yang melatar belakangi
perumusan konsep-konsep Islam ini sebagai pilihan alternatif versi
Muhammadiyah, yang kemudian disebut dengan Matan Keyakinan dan Cita-Cita
Hidup Muhammadiyah.
Menurut Mohamad Djazman Al Kindi, adapun tokoh-tokoh yang terlibat
dalam penyusunan konsep-konsep ini adalah Prof. Dr. Rasyidi, Ahmad Azhar
Basyir, Djindar Tamimy, dan sebagainya. Demikian menurut Mohammad
Djazman Al-Kindi.
2) Sistematika
Rumusan matan “Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah” terdiri
dari lima (5) angka. Kemudian dari lima (5) angka ini dapat dibagi lagi menjadi
tiga (3) kelompok, meliputi hal sebagai berikut.
21
Kelompok pertama, mengandung pokok-pokok persoalan yang bersifat
ideologis, yaitu angka 1 dan 2 yang berbunyi : (1) Muhammadiyah adalah gerakan
Islam, Da’wah Amar Ma’ruf Nahi Munkar dan Tajdid, bersumber pada al-Quran
dan as-Sunnah. Maksud dan tujuannya adalah menegakkan dan menjunjung
tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-
benarnya. (2) Muhammadiyah berkeyakinan bahwa Islam adalah agama Allah
yang diwahyukan kepada para Rasul-Nya, sejak nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa,
Isa dan seterusnya sampai kepada nabi penutup Muhammad saw sebagai hidayah
dan rahmat Allah kepada umat manusia sepanjang masa, dan menjamin
kesejahtraan hidup materiil dan sprituil, duniawi dan ukhrawi. Di sini kita tidak
menyebut Yahudi sebagai agama wahyu resmi, begitu juga dengan Kristen
maupun Katolik, agama wahyu hanyalah Islam.
Kelompok kedua, mengandung persoalan mengenai paham agama menurut
Muhammadiyah, berbunyi : (3) Muhammadiyah dalam mengamalkan Islam
berdasarkan al-Quran dan as-Sunnah selain al-Quran dan Sunnah Rasul, seperti
Ijma dan Qiyas bukan sumber, melainkan hanya Ijtihad. Demikianlah pendirian
Majlis Tarjih. Menurut Muhammadiyah, Ijtihad mutlak diperlukan. (4)
Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya ajaranajaran Islam yang meliputi
yang meliputi bidang aqidah, akhlak dan ibadah dan Muamalah Duniawiyah
Menurut Muhammadiyah, aqidah Islam bersumber kepada al-Quran dan
Sunnah Rasul. Akal diperlukan untuk mengukuhkan kebenaran Nash (alQuran
dan Sunnah), bukan untuk mentakwil ajaran aqidah yang memang di luar
jangkauan akal. Juga dalam melaksanakan ajaran aqidah, sesuai dengan ajaran
Islam, bahwa sikap toleransi terhadap penganut agama lain tetap ditumbuhkan dan
tidak memaksakan ajaran Islam, akan tetapi tetap terus memberikan gambaran
22
bahwa Agama yang akan menjamin kesejahtraan hidup yang hakiki di dunia dan
akhirat adalah Agama Islam.
Kemudian di bidang akhlak, Muhammadiyah juga berpendirian bersumber
kepada al-Quran dan Sunnah Rasul. Meskipun Sunnah juga mengakui adanya
sumber “al-qalb” atau hati nurani. Moralitas kondisional dan situasional juga
tidak diterima dan dibenarkan
Sebaliknya di bidang Ibadah dalam Matan Keyakinan ini, yang dibicarakan
adalah ibadah mahdhah, yang diturunkan oleh Rasulullah saw tanpa tambahan
dan perubahan dari manusia. Sementara Muamalah Duniawiyah, yang titik
beratnya kepada pengelolaan dunia dan pembinaan masyarakat, tentu saja di
dalamnya pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pengembangan
keahlian berdasar ajaran agama serta menjadikan semua kegiatan tersebut sebagai
ibadah kepada Allah SWT.
Kelompok ketiga, mengandung persoalan mengenai fungsi dan Misi
Muhammadiyah dalam masyarakat Negara RI, yaitu angka 5 yang berbunyi: (5)
Muhammadiyah mengajak segenap lapisan bangsa Indonesia yang telah mendapat
karunia Allah berupa tanah air yang mempunyai sumber-sumber kekayaan,
kemerdekaan bangsa dan negara RI berdasar Pancasila dan UUD 1945, untuk
berusaha bersama-bersama menjadikan suatu bangsa negara yang adil dan
makmur dan diridhai Allah Subhanahu wa Ta’ala: “Baldatun Thayyibatun wa
Robbun Ghafur.”
Pedoman untuk memahami Matan keyakianan dan cita-cita hidup
Muhammadiyah ialah: (1) Aqidah: Muhammadiyah adalah gerakan ber-aqidah
Islam, (2) Cita-cita/tujuan: bercita-cita dan bekerja untuk terwujudnya Islam yng
sebenar-benarnya, (3) ajaran yang digunakan untuk melaksanakan aqidah dalam
23
mencapai cita-cita/tujuan tersebut: Agama Islam adalah Agama Allah sebagai
hidayah dan rahmat Allah kepada umat manusia sepanjang masa, dan menjamin
kesejahteraan hidup manusia materil dan spirituil, duniawi dan ukhrawi (Nashir,
2014:121).
2. Kinerja Guru
a. Pengertian Kinerja
Kata ‘kinerja’ dalam bahasa inggris diistilahkan dengan kata ‘performance’
yang berarti accomplishment, execution, canying-out, working out of anyting
ordered oudered or undertaken (Amstrong & Baron, 1996: 16). Kinerja berarti
hasil kerja, pelaksanaan, dan pengerjaan semua yang diperintahkan. Kinerja
(doing the work) dan hasil yang dicapai (the result achived).
Kinerja merupakan kegiatan yang dijalankan oleh tiap-tiap individu dalam
kaitannya untuk mencapai tujuan yang sudah direncanakan. Berkaitan dengan hal
tersebut terdapat beberapa definisi mengenai kinerja. Kinerja adalah hasil kerja
seseorang selama periode tertentu dibandingkan dengan berbagai kemungkinan
seperti target, sasaran, kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah
disepakati bersama (Agus Dharma, 1985).
Kinerja merupakan suatu konsep yang bersifat universal yang merupakan
efektifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan karyawannya
berdasarkan standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Karena
organisasi pada dasarnya dijalankan oleh manusia maka kinerja sesungguhnya
merupakan perilaku manusia dalam menjalankan perannya dalam suatu organisasi
untuk memenuhi standar perilaku yang telah ditetapkan agar membuahkan
tindakan serta hasil yang diinginkan.
24
Menurut Gitosudarno, Indio dan I Nyoman Sudita (1997), kinerja
merupakan hasil dari usaha seseorang yang dicapai dengan adanya kemampuan
dan perbuatan dalam situasi tertentu, jadi kinerja merupakan hasil keterkaitan
usaha, kemampuan dan persepsi tugas. Adapun Prawirosentono(1999: 2)
mengartikan kinerja sebagai hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau
kelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung
jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi
bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral
maupun etika.
Dari beberapa pendapat mengenai pengertian kinerja tersebut di atas, maka
dapat disimpulkan. Kinerja merupakan hasil kerja atau prestasi kerja seseorang
atau organisasi dengan penampilan yang melakukan, menggambarkan dan
menghasilkan sesuatu hal, baik yang bersifat fisik dan nonfisik yang sesuai
dengan petunjuk, fungsi dan tugasnya yang disadari oleh pengetahuan, sikap,
keterampilan, dan motivasi.
Kinerja yang dimaksudkan diharapkan memiliki atau menghasilkan mutu
yang baik dan tetap melihat jumlah yang akan diraihnya. Suatu pekerjaan harus
dapat dilihat secara mutu terpenuhi maupun dari segi jumlah yang akan diraih
dapat sesuai dengan yang direncanakan.
b. Dimensi Kinerja
Dimensi kinerja dapat diartikan sebagai indikator kinerja. Dimensi kinerja
adalah karakteristik atau ciri-ciri yang terdapat dalam kinerja. Bisa juga diartikan,
dimensi merupakan parameter yang dijadikan tolok ukur dalam menilai kinerja.
Arti lain yang bisa digunakan adlah dimensi kinerja dimaksudkan untuk
mencermati ranah-ranah yang ada pada variabel kinerja (Ikhwan, 2015: 37).
25
Dimensi kinerja terkait dengan parameter-parameter tertentu yang dijadikan
dasar oleh manajemen organisasi dalam mengukur kinerja. Walaupun dimensi
kinerja mengacu pada standar kinerja, namun perbedaan jenis pekerjaan membuat
perbedaan dimensi kinerja pula. Standar kinerja adalah tingkat yang diharapkan
untuk diselesaikan, dan merupakan pembanding atas tujuan atau target yang ingin
dicapai (Bangun, 2012: 231). Sementara Mitchell sebagaimana dikutip Uno &’
Lmatenggo (2012: 68) memberikan batasan bahwa kinerja memiliki lima dimensi
yakni: (1) Kualitas; (2) Kecepatan dan ketepatan; (3) Inisiatif; (4) Kemampuan; dan (5)
Komunikasi.
Bila dimensi kinerja guru mencakup empat kegiatan inti tugas keguruan
yakni perencanaan, pelaksaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran,
dan tindak lanjut hasil belajar maka kelima dimensi kinerja Mitchell digunakan
untuk memahami keempat aspek kinerja guru tersebut secara menadalam.
Dimensi kualiatas digunakan untuk menjelaskan bagaimana kualitas perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian. Dimensi kecepatan dan ketepatan digunakan untuk
menjelaskan bagaimana tiga inti aspek kinerja guru dilihat dari sisi kecepatan dan
ketepatannya. Demikian seterusnya, dimensi inisiatif, kemampuan, dan
komunikasi digunakan untuk mencermati perencanaan pembelajaran, pelaksanaan
proses pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran.
Dengan demikian, dimensi kinerja guru mengacu pada pedoman
pelaksanaan tugas guru yang berlaku. Dimensi kinerja guru dapat dilihat pada
rincian tugas kerja guru yang mencakup: perancanaanpembelajaran, pelaksanaan
proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran dan pemberian bimbingan dan
pelatihan peserta didik. Bimbingan dan latihan yang dimaksud terbatas pada
bimbingan dan latihan yang dilakukan agar peserta didik dapat mancapai
26
kompetensi yang telah ditetapkan dan bimbingan dan latihan pada kegiatan
intrakurikuler.
Dimensi kinerja ini menjadi pijakan penyusunan butir-butir angket
penelitian. Secara lengkap dimensi kinerja dipaparkan sebagaimana dalam tabel
dibawah ini.
KISI-KISI VARIABEL KINERJA
Dimensi Indikator Sub-Indikator
1. Kuantitas2. Kualitas3. Ketepatan
waktu4. Inisiatif5. kerjasama
Perencanaan pembelajaran 1. Penyusunan rencana pembelajaran2. Pemilihan media atau sumber belajar3. Penguasaan landasan pendidikan
Pelaksanaan pembelajara 1. Penguasaan bahan ajar2. Pengelolaan proses pembelajaran3. Pengelolaan kelas4. Pemimpinan kelas5. Pengelolaan interaksi pembelajaran6. Penerapan variasi metode pembelajaran7. Pembimbingan peserta didik
Penilaian proses dan hasilpembelajaran serta tindaklanjut
1. Pelaksanaan penilaian hasil belajar2. Penyelenggaraan administrasi kelas3. Pemahaman dan penafsiran hasil-hasil
penelitian untuk meningkatkan kualitaspembelajaran.
Gambar 2.1 Sumber: (Ikhrom, 2015: 40)
Kisi-kisi variabel kinerja ini yang menjadi patokan penyusun instrumen
kinerja. Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa kinerka memiliki lima dimensi,
yakni kuantitas, kualitas, ketepatan waktu, inisiatif individu, dan kemampuan
kerjasama. Kelima dimensi tersebut masing-masing memiliki tiga indikator
kinerja guru yakni, perencanaan, pelaksanaan proses, dan penilaian proses dan
hasill pembelajaran, serta tindak lanjut. Masing-masing indikator mmiliki
sejumlah sub indikator, sebagaimana dalam tabel.
c. Pengertian Kinerja Guru
Kinerja guru mempunyai spesifikasi tertentu. Kinerja guru dapat dilihat dan
diukur berdasarkan spesifikasi atau kriteria kompetensi yang harus dimiliki oleh
27
setiap guru. Berkaitan dengan kinerja guru, wujud perilaku yang dimaksud adalah
kegiatan guru dalam proses pembelajaran. Berkenaan dengan standar kinerja guru
Sahertian sebagaimana dikutip Kusmianto (1997: 49) dalam buku panduan
penilaian kinerja guru oleh pengawas menjelaskan bahwa, standar kinerja guru itu
berhubungan dengan kualitas guru dalam menjalankan tugasnya seperti: (1)
bekerja dengan siswa secara individual, (2) persiapan dan perencanaan
pembelajaran, (3) pendayagunaan media pembelajaran, (4) melibatkan siswa
dalam berbagai pengalaman belajar, dan (5) kepemimpinan yang aktif dari guru.
UU Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 39 ayat
(2), menyatakan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada
perguruan tinggi.
Keterangan lain menjelaskan dalam UU No. 14 Tahun 2005 Bab IV Pasal
20 (a) tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa standar prestasi kerja guru
dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya, guru berkewajiban merencanakan
pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu serta menilai dan
mengevaluasi hasil pembelajaran tugas pokok guru tersebut yang diwujudkan
dalam kegiatan belajar mengajar merupakan bentuk kinerja guru.
Pendapat lain diutarakan Soedijarto (1993) menyatakan ada empat tugas
gugusan kemampuan yang harus dikuasai oleh seorang guru. Kemampuan yang
harus dikuasai oleh seorang guru, yaitu: (1) merencanakan program belajar
mengajar; (2) melaksanakan dan memimpin proses belajar mengajar; (3) menilai
kemajuan proses belajar mengajar; (4) membina hubungan dengan peserta didik.
28
Sedangkan berdasarkan Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses
untuk Satuan Pendidikan Menengah dijabarkan beban kerja guru mencakup
kegiatan pokok: (1) merencanakan pembelajaran; (2) melaksanakan pembelajaran;
(3) menilai hasil pembelajaran; (4) membimbing dan melatih peserta didik; (5)
melaksanakan tugas tambahan.
Kinerja guru dapat dilihat saat dia melaksanakan interaksi belajar mengajar
di kelas termasuk persiapannya baik dalam bentuk program semester maupun
persiapan mengajar. Berkenaan dengan kepentingan penilaian terhadap kinerja
guru. Georgia Departemen of Education telah mengembangkan teacher
performance assessment instrument yang kemudian dimodifikasi oleh Depdiknas
menjadi Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG). Alat penilaian kemampuan
guru, meliputi: (1) rencana pembelajaran (teaching plans and materials) atau
disebut dengan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran); (2) prosedur
pembelajaran (classroom procedure); dan (3) hubungan antar pribadi
(interpersonal skill).
Proses belajar mengajar tidak sesederhana seperti yang terlihat pada saat
guru menyampaikan materi pelajaran di kelas, tetapi dalam melaksanakan
pembelajaran yang baik seorang guru harus mengadakan persiapan yang baik agar
pada saat melaksanakan pembelajaran dapat terarah sesuai tujuan pembelajaran
yang terdapat pada indikator keberhasilan pembelajaran. Proses pembelajaran
adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh seorang guru mulai dari persiapan
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran sampai pada tahap akhir pembelajaran
yaitu pelaksanaan evaluasi dan perbaikan untuk siswa yang belum berhasil pada
saat dilakukan evaluasi.
29
Kinerja guru juga dapat diartikan sebagai prilaku seseorang dalam
melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar di kelas maupun di luar
kelas (Ikhrom, 2015: 36). Kinerja seorang guru dapat dilihat dari kegiatan kerja
sehari-hari. Kinerja guru tersebut dapat diidentifikasi melalui berbagai aspek
kegiatan dalam menjalankan tugas-tugas keguruan, baik dilihat dari proses
maupun hasil. Dengan demikian, kinerja guru merupakan proses dan hasil kerja
dari tugas pokok dan tugas fungsi guru.
Adapun kriteria kinerja guru yang dapat mencapai prestasi kerjanya lebih
dirahkan pada kompetensi guru sebagaimana tercantum dalam penjelasan
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang standar guru meliputi empat
kompetensi, yaitu: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
profesional, dan kompetensi sosial. Pertama, kompetensi pedagogik, adalah
kemampuan dalam pengolaan peserta didik, diantaranya adalah sebagai berikut:
(1) pemahaman wawasan atau landasan pendidikan, (2) pemahaman terhadp
peserta didik, (3) pengembangan kurikulum/silabus, (4) perancangan
pembelajaran, (5) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, (6)
evaluasi hasil belajar, dan (7) pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Kedua, kompetensi kepribadian, merupakan kemampuan kepribadian,
diantaranya adalah sebagai berikut: (1) mantap, (2) stabil, (3) dewasa, (4) arif dan
bijaksana, (5) berwibawa, (6) berakhlak mulia, (7) menjadi teladan bagi peserta
didik dan masyarakat, (8) mengevaluasi kinerja sendiri, dan (9) mengembangkan
diri secara berkelanjutan.
Ketiga, kompetensi profesional, merupakan kemajuan materi pembelajaran
secra luas dan mendalam, yang meliputi sebagai berikut.
30
1) Konsep, struktur, dan metode keilmuan/teknologi/seni yang
menaungi/koheren dengan materi ajar.
2) Materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah.
3) Hubungan konsep antarmata pelajaran terkait.
4) Penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.
5) Kompetensi secara profesional dalam konteks global dengan tetap
melestarikan nilai dan budaya nasional.
Keempat, kompetensi sosial, yaitu kemampuan pendidik sebagai bagian dari
masyarakat untuk berperan dalam hal-hal sebagai berikut:
1) Berkomunikasi lisan dan tulisan.
2) Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional.
3) Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali peserta didik.
4) Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.
Seorang guru dianggap memiliki kinerja yang baik apabila ia memiliki
kompetensi tersebut di atas, sehingga mampu untuk melaksanakan tugas sebagai
seorang pendidik sesuai dengan yang dituntut oleh organisasi dalam hal ini adalah
sekolah. Dan, dalam menjalankan perannya sebagai pendidik, kualitas kinerja
mereka merupakan suatu kontribusi penting yang akan menentukan bagi
keberhasilan proses pendidikan di sekolah. Oleh karena itu, perhatian pada kinerja
guru untuk meningkat dan ditingkatkan menjadi hal yang sangat penting, apalagi
memperhatikan tuntutan masyarakat yang terus meningkat berkaitan dengan
kualitas pendidikan, dan hal ini tentu saja akan berimplikasi pada makin perlunya
peningkatan kualitas kinerja guru.
31
Dari uraian tentang kinerja guru di atas dapat disimpulakan bahwa kinerja
guru adalah kemampuan yang ditunjukkan oleh guru dalam melaksanakan tugas
atau pekerjaannya sebagai pendidik. Kinerja atau profesi kerjanya dapat dikatakan
baik dan memuaskan apabila tujuan yang dicapai sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan.
d. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru
Banyak faktor yang mempengaruhi terbangunnya suatu kinerja profesional,
termasuk kinerja guru yang didalamnya berkaitan dengan faktor-faktor yang
mempengaruhinya, internal maupun eksternal. Faktor internal yang
mempengaruhi misalnya sistem kepercayaan menjadi pandangan hidup seorang
guru. Faktor ini sangat besar pengaruhnya yang ditimbulkan dan bahkan yang
paling berpotensi bagi pembentukan etos kerjanya. Meskipun dalam realitasnya
etos kerja seseorang tidak semata-mata tegantung pada nilai-nilai agama atau
sistem kepercayaan dan pandangan teologis yang dianutnya, tetapi pengaruh
pendidikan, informasi, dan komunikasi juga bertanggung jawab bagi
pembentukan suatu kinerja.
Selanjutnya faktor eksternal kinerja guru, menurut M. Arifin dalam
Muhaimin (2002: 67) mengidentifikasikan ke dalam beberapa hal, diantaranya
adalah sebagai berikut.
1) Volume upah kerja yang dapat memenuhi kinerja seseorang
2) Suasana kerja yang menggairahkan atau iklim yang ditunjang dengan
komunikasi demokrasi yang serasi dan manusiawi antara pimpinan dan
bawahan.
3) Sikap jujur dan dapat dipercaya dari kalangan pimpinan terwujud dalam
kenyataan.
32
4) Penghargaan terhadap need achivement (hasrat dan kebutuhan untuk maju)
atau penghargaan terhadap yang berprestasi.
5) Sarana yang menujang bagi kesejahteraan mental dan fisik, seperti tempat
olahraga, masjid, rekreasi, dan hiburan.
Sementara itu, Buchari Zainun (1989: 51) mengemukakan ada tiga faktor
uang dapat mempengaruhi kinerja pegawai, yaitu: (1) ciri seseorang; (2)
lingkungan luar; (3)sikap terhadap profesi pegawai. Lingkungan luar meliputi
budaya, politik, hukum, ekonomi, dan sosial. Sikap terhadap profesi pegawai
meliputi kebijakan manajemen, gaya kepemimpinan, dan syarat kerja. Adapun
ciri seseorang meliputi kemampuan dan kepribadiannya. Ketiga faktor tersebut
dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.2 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA SESEORANGSumber: Buchori Zainun (1989: 51)
Dari gambar diatas menujukan bahwa kinerja pegawai harus dikelola,
terutama untuk mencpai produktivitas dan efektifitas dalam rangka merancang
bangun kesuksesan, baik secara individu maupun organisasi. Dengan demikian,
manajemen kinerja merupakan suatu pendekatan untuk mencapai visi, misi,
Lingkungan Luar
• Budaya• Hukum• Politik• Ekonomi• sosial
ORGANISASI KINERJA
• Kebijakan dan filsafat manajemen• Struktur dan tingkat pengupahan dan
penghargaan• Gaya kepemimpinan• Syarat-syarat kerja
CIRI SESEORANG
• Kemampuan
• kepribadian
KINERJA PEGAWAI
33
tujuan, dan target atau sasaran yang akan dicapai melalui kerja. Tim memiliki
kinerja baik, maka anggotanya akan menetapkan standar kualitas target, mencapai
target, memahami perbedaan, saling menghormati, berimbang dalam peran,
berorientasi pada tujuan, mengevaluasi kinerja.
e. Penilaian Kinerja Guru
Penilaian kinerja guru merupakan suatu proses yang bertujuan untuk
mengetahui atau memahami tingkat kinerja guru satu dengan tingkat kinerja guru
yang lainnya atau dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan. Hani
Handoko (1994: 135) menjelaskan bahwa, “penilaian prestai kerja (performance
appraisal) adalah proses melalui mana organisasi-organisasi mengevaluasi atau
menilai prestasi kerja karyawan”. Penilaian kinerja pada dasarnya merupakan
faktor kunci guna mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien,
karena adanya kebijakan atau program yang lebih baik atas sumber daya manusia
yang ada dalam organisasi.
Terdapat berbagai model instrumen yang dapat dipakai dalam penilaian
kinerja guru. Namun demikian, ada dua model yang paling sesuai dan dapat
digunakan sebagai instrumen utama, yaitu skala penilaian dan lembar observasi
atau penilaian. Skala penilaian mengukur penampilan atau perilaku orang lain
melalui pernyataan perilaku dalam suatu kontinum atau kategori yang memiliki
makna atau nilai. Observasi merupakan cara mengumpulkan data yang biasa
digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun prosesterjadinya suatu
kegiatan yang dapat diamati baik dalam situasi yang alami sebenarnya maupun
situasi buatan. Tingkah laku guru dalam mengajar, merupakan hal yang paling
cocok dinilai dengan observasi.
34
Menilai kinerja guru adalah suatu proses menentukan tingkat keberhasilan
guru dalam melaksanakan tugas-tugas pokok mengajar dengan menggunakan
patokan-patokan tertentu. Bagi para guru, penilaian kinerja berperan sebagai
umpan balik tentang berbagai hal seperti kemampuan, kelebihan, kekurangan dan
potensinya. Bagi sekolah hasil penilaian para guru sangat penting arti dan
perannya dalam pengambilan keputusan.
f. Manfaat Penilaian Kinerja Guru
Penilaian kinerja guru memiliki manfaat bagi sebuah sekolah karena dengan
penilaian ini akan memberikan tingkat pencapaian dari standar, ukuran atau
kriteria yang telah ditetapkan sekolah. Sehingga kelemahan-kelemahan yang
terdapat dalam seorang guru dapat diatasi serta akan memberikan umpan balik
kepada guru tersebut. Menurut Mangkupawira (2001: 224), manfaat dari penilaian
kinerja karyawan adalah: (1) perbaikan kinerja; (2) penyesuaian kompensasi; (3)
keputusan penetapan; (4) kebutuhan pelatihan dan pengembangan; (5)
perencanaan dan pengembangan karir; (6) efisiensi proses penempatan staf; (7)
ketidakakuratan informasi; (8) kesalahan rancangan pekerjaan; (9) kesempatan
kerja yang sama; (10) tantangan-tantangan eksternal; (11) umpan balik pada
SDM.
Sebaliknya Mulyasa (2007: 157) menjelaskan tentang manfaat penilaian
tenaga pendidikan: “Penilaian tenaga pendidikan biasanya difokuskan pada
prestasi individu, dan peran sertanya dalam kegiatan sekolah. Penilaian ini tidak
hanya penting bagi sekolah, tetapi juga penting bagi tenaga kependidikan yang
bersangkutan. Bagi para tenaga kependidikan, penilaian berguna sebagai umpan
balik terhadap berbagai hal, kemampuan, ketelitian, kekurangan dan potensi yang
pada gilirannya bermanfaat untuk menentukan tujuan, jalur, rencana, dan
35
pengembangan karir. Bagi sekolah, hasil penilaian prestasi tenaga kependidikan
sangat penting dalam mengambil keputusan berbagai hal, seperti identifikasi
kebutuhan program sekolah, penerimaan, pemilihan, pengenalan, penempatan,
promosi, sistem imbalan dan aspek lain dari keseluruhan proses pengembangan
sumber daya manusia secara keseluruhan”.
Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa penilaian kinerja penting
dilakukan oleh suatu sekolah untuk perbaikan kinerja guru itu sendiri maupun
untuk sekolah dalam hal menyusun kembali rencana atau strategi baru untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional. Penilaian yang dilakukan dapat menjadi
masukan bagi guru dalam memperbaiki dan meningkatkan kinerjanya. Selain itu
penilaian kinerja guru membantu guru dalam mengenal tugas-tugasnya secara
lebih baik sehingga guru dapat menjalankan pembelajaran seefektif mungkin
untuk kemajuan peserta didik dan kemajuan guru sendiri menuju guru yang
profesional.
Penilaian kinerja guru tidak dimaksudkan untuk mengkritik dan mencari
kesalahan, melainkan sebagai dorongan bagi guru dalam pengertian konstruktif
guna mengembangkan diri menjadi lebih profesional dan pada akhirnya nanti
akan meningkatkan kualitas pendidikan peserta didik. Hal ini menuntut perubahan
pola pikir serta perilaku dan kesediaan guru untuk merefleksikan diri secara
berkelanjutan.
3. Hubungan Ideologi Muhammadiyah dan Kinerja Guru
Peranan guru dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di sekolah
merupakan hal yang amat penting. Baik buruknya kinerja guru akan
mempengaruhi kualitas sekolah yang ditunjukkan dengan outputnya yang rendah.
36
Hal ini memperlihatkan bahwa kinerja guru mempengaruhi seluruh proses
kegiatan belajar mengajar. Guru kurang disiplin, datang terlambat, tidak mampu
menjalankan perannya dengan baik, akan mengakibatkan kualitas pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar menjadi kurang berkualitas.
Ideologi menuntut semua warga sekolah untuk memiliki cita-cita dan
kualitas kerja yang prima. Sebagaimana dikatakan oleh Zamroni (2014: 111)
terdapat dua lavel sekolah: lavel sekolah makro; dan lavel kelas atau lavel mikro.
Lavel makro merupakan kegiatan yang berlangsung di sekolah dan secara
langsung berada di bawah komando kepala sekolah. Sedangkan pada level mikro
prinsip dan aktivitas yang perlu dilaksanakan adalah sebagai berikut:
a. Setiap guru bertanggung jawab dan bertugas mengembankan karakter siswa.
b. Setiap guru mempelajari dan memahami ajaran Islam (apa yang terdapat
dalam Alqur’an dan hadis) sesuai dengan mata pelajaran yang menjadi
tanggung jawabnya.
c. Setiap guru menginfuskan ajaran Islam dalam pembelajaran yang menjadi
tanggung jawabnya.
d. Setiap guru harus bisa merubah cara pandang dalam melaksanakan
pembelajaran.
e. Setiap guru harus bisa memperankan dirinya sebagai guru yang memiliki sifat
CAVE (consistent added value everywhere).
Guru yang berada dilingkungan perguruan atau pendidikan Muhammadiyah
dituntut untuk memahami, meyakini dan mampu mewujudkan Ideologi
Muhammadiyah. Hal ini menjadi sumber dalam mendorong para guru untuk
berusaha mewujudkan nilai-nilai yang terkandung dalam Ideologi
37
Muhammadiyah sehingga dapat mempengaruhi kualitas kinerja guru SD
Muhammadiyah.
B. Kajian Penelitaian yang Relevan
Penelitian sebelumnya yang dapat menjadi masukan bagi peneliti antara lain
penelitian yang dilakukan oleh:
Penelitian yang dilakukan oleh Reza Ahmadiansyah dalm “Pengaruh
Motivasi Kerja dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Guru SMK Muhammadiyah
Salatiga”. Adapun tujuan untuk mengetahui pengaruh motivasi kerja dan
kepuasan kerja dengan kinerja guru di SMK Muhammadiyah Slatiga. Hasil
penelitian menujukan bahwa efek motivasi dan kepuasan bekerja pada kinerja
guru di SMK Muhammadiyah Salatiga adalah signifikan dengan signifikansi
0,003 < 0,05. Fvalue of 6,378,dengan kontribusi efektif sebesar 20,7%.
Penelitian yang dilakukan oleh Mardani dalam “Peran Studi
Kemuhammadiyahan dalam Keberterimaan Ideologi Muhammadiyah pada
Mahasiswa Di Universitas Muhammadiyah Surakarta”. Adapun tujuan untuk
mendeskripsikan studi kemuhammadiyahan dalam menanamkan ideologi
Muhammadiyah kepada mahasiswa FIK-UMS tahun angkatan 2011 melalui studi
kemuhammadiyahan dan untuk mengetahui apa proses keberterimaan ideologi
Muhammadiyah di kalangan mahasiswa FIK-UMS tahun angkatan 2011 melalui
studi kemuhammadiyahan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: studi
kemuhammadiyahan di FIK-UMS, menjadi peranan penting sebagai salah satu
kegiatan penanaman ideologi Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah
Surakarta, khususnya kepada mahasiswa FIK-UMS tahun angkatan 2011. Melalui
studi kemuhammadiyahan, mahasiswa telah menerima materi ideologi
Muhammadiyah. Melalu studi kemuhammadiyahan, kemudian secara kognitif,
38
mahasiswa memahami apa yang menjadi ideologi Muhammadiyah. Setelah
menerima dan memahami materi ideologi Muhammadiyah melalui studi
kemuhammadiyahan maka selanjutnya sebagai pemantapan memahami dan
menganal Muhammadiyah, sebagian mahasiswa FIK-UMS tahun angkatan 2011
mulai mengamalkan ideologi Muhammadiyah baik dalam aspek ibadah dan dalam
aspek organisasi yang di bawah naungan Muhammadiyah.
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul. (Suharsimi
Arikunto, 2005: 67). Suatu hipotesis akan diterima apabila data yang dikumpulkan
mendukung pernyataan maka hipotesis diterima. Hipotesis merupakan anggapan
dasar yang kemudian membuat suatu teori yang masih harus diuji kebenarannya.
Berdasarkan kerangka berpikir yang diuraikan di atas maka dapat diajukan suatu
hipotesis dalam penelitian ini hipotesis tersebut adalah: ”Terdapat pengaruh
ideologi Muhammadiyah terhadap kinerja guru.”
KERANGKA BERFIKIR
Pengaruh Pemahaman IdeologiMuhammadiyah Terhadap Kinerja Guru SD
Muhammadiyah Di Wilayah Pimpinan CabangMuhammadiyah Blimbing Malang
Peranan guru membangun karakter anakdidiknya. Secara normatif harus memiliki empatkompetensi dasar; pedagogis, kepribadian,sosial dan profesional ( Dan dalam Undang-Undan Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru danDosen)
Permasalahan (kendala/tantangan) :• Rekruten guru yang lebih
memprioritaskan kompetensi dasar guru.• Kemampuan dalam menerapkan empat
kompetensi dasar tersebut berdasarkannilai-nilai idiologi Muhammadiyah