emailfe.unsiq.ac.id/portal/assets/uploads/3.erna-dwi-astuti... · 2018-04-04 · indonesia dalam...

13
Volume 11 No.1, Januari 2016 ISSN: 1907426X 36 PELATIHAN DESAIN GRAFIS & CETAK DIGITAL DI LINGKUNGAN PONDOK PESANTREN Erna Dwi Astuti 1 Fakultas Teknik, Universitas Al-Quran Jawa Tengah E-mail: [email protected] Sri Hartiyah 2 Fakultas Ekonomi, Universitas Al-Quran Jawa Tengah Email : [email protected] ABSTRAK Smart Enterpreneur adalah individu yang mampu menciptakan usaha baru yang bersifat kreatif dan inovatif dengan berani mengambil resiko dan ketidakpastian untuk mencapai keuntungan dengan cara mengidentifikasi peluang serta menggabungkan sumberdaya yang dimiliki. Masyarakat Wonosobo dikenal sebagai sebagai masyarakat perantau. Hal ini dikarenakan sebagian besar masyarakat di Wonosobo memang dikenal sebagai masyarakat miskin dan terbelakang. Rendahnya tingkat kemiskinan dan keterbelakangan masyarakat Wonosobo merupakan faktor penghambat yang utama dalam pencapaian daya saing dan pengembangan industrialisasi khususnya di Wonosobo. Subsektor industri kreatif yang akan dikembangkan dibatasi pada subsektor percetakan dan pemasarannya melalui pembuatan toko online. Batasan ini bertujuan untuk menyesuaikan pada permasalahan pokok yang dihadapi oleh lingkungan Pondok Pesantren, yaitu perlu adanya suatu kegiatan/pelatihan di lingkungan Pondok Pesantren dengan tujuan untuk menciptakan wirausahawan mandiri serta mengembangkan kreativitas peserta didik di masing- masing pondok pesantren. Istilah percetakan (sablon) memiliki konotasi kegiatan cetak mencetak grafis yang dilakukan secara manual. Namun seiring dengan perkembangan teknologi informasi yang banyak menawarkan kemudahan dalam menuangkan ide-ide kreatif bagi desainer grafis, maka teknologi proses cetak secara digital dengan bantuan perangkat komputer menjadi alternatif pilihan bagi pelaku bisnis percetakan maupun konsumen percetakan. Kecanggihan peralatan, kualitas hasil produk yang sangat baik, dan inovasi dalam hal pemasaran/marketing merupakan faktor yang berpengaruh pada keberlangsungan usaha/bisnis percetakan saat ini. Kata kunci : smart enterpreneur, industri kreatif, pondok pesantren PENDAHULUAN Analisis Situasi Potensi Industri Kreatif Indonesia merupakan negara yang kaya akan kekayaan alam dan budaya, tidak terkecuali dengan daya kreativitas sumber daya manusianya. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya kemunculan industri-industri baru di Indonesia dalam berbagai bidang yang berpotensi menambah devisa negara. Potensi besar yang dimiliki Indonesia ini menarik perhatian pemerintah untuk memberdayakan potensi untuk meningkatkan ekonomi Indonesia. Dukungan ini

Upload: others

Post on 13-Feb-2020

38 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Volume 11 No.1, Januari 2016 ISSN: 1907–426X

36

PELATIHAN DESAIN GRAFIS & CETAK DIGITAL

DI LINGKUNGAN PONDOK PESANTREN

Erna Dwi Astuti1

Fakultas Teknik, Universitas Al-Quran Jawa Tengah

E-mail: [email protected]

Sri Hartiyah2

Fakultas Ekonomi, Universitas Al-Quran Jawa Tengah

Email : [email protected]

ABSTRAK

Smart Enterpreneur adalah individu yang mampu menciptakan usaha

baru yang bersifat kreatif dan inovatif dengan berani mengambil resiko dan

ketidakpastian untuk mencapai keuntungan dengan cara mengidentifikasi

peluang serta menggabungkan sumberdaya yang dimiliki. Masyarakat Wonosobo

dikenal sebagai sebagai masyarakat perantau. Hal ini dikarenakan sebagian besar

masyarakat di Wonosobo memang dikenal sebagai masyarakat miskin dan

terbelakang. Rendahnya tingkat kemiskinan dan keterbelakangan masyarakat

Wonosobo merupakan faktor penghambat yang utama dalam pencapaian

daya saing dan pengembangan industrialisasi khususnya di Wonosobo.

Subsektor industri kreatif yang akan dikembangkan dibatasi pada

subsektor percetakan dan pemasarannya melalui pembuatan toko online. Batasan

ini bertujuan untuk menyesuaikan pada permasalahan pokok yang dihadapi

oleh lingkungan Pondok Pesantren, yaitu perlu adanya suatu kegiatan/pelatihan

di lingkungan Pondok Pesantren dengan tujuan untuk menciptakan

wirausahawan mandiri serta mengembangkan kreativitas peserta didik di masing-

masing pondok pesantren. Istilah percetakan (sablon) memiliki konotasi kegiatan

cetak mencetak grafis yang dilakukan secara manual. Namun seiring dengan

perkembangan teknologi informasi yang banyak menawarkan kemudahan dalam

menuangkan ide-ide kreatif bagi desainer grafis, maka teknologi proses cetak

secara digital dengan bantuan perangkat komputer menjadi alternatif pilihan bagi

pelaku bisnis percetakan maupun konsumen percetakan. Kecanggihan peralatan,

kualitas hasil produk yang sangat baik, dan inovasi dalam hal

pemasaran/marketing merupakan faktor yang berpengaruh pada keberlangsungan

usaha/bisnis percetakan saat ini.

Kata kunci : smart enterpreneur, industri kreatif, pondok pesantren

PENDAHULUAN Analisis Situasi

Potensi Industri Kreatif Indonesia merupakan negara yang kaya akan kekayaan alam dan budaya,

tidak terkecuali dengan daya kreativitas sumber daya manusianya. Hal ini dapat

dibuktikan dengan banyaknya kemunculan industri-industri baru di

Indonesia dalam berbagai bidang yang berpotensi menambah devisa negara.

Potensi besar yang dimiliki Indonesia ini menarik perhatian pemerintah untuk

memberdayakan potensi untuk meningkatkan ekonomi Indonesia. Dukungan ini

Volume 11 No.1, Januari 2016 ISSN: 1907–426X

37

dibuktikan dengan dikeluarkannya buku ”Pengembangan Ekonomi Kreatif

Indonesia 2025”. Ekonomi kreatif diharapkan dapat memberikan peran untuk

memanfaatkan cadangan sumber daya yang bukan hanya terbarukan, bahkan

terbatas, yaitu ide, talenta, dan kreativitas.

Industri kreatif menurut UK DCMS Task Force 1998 adalah ”Creatives

Industries as those industries which have their origin in individual

creativity, skill, & talent, and which have potential for wealth and job creation

through the generation and exploitation of intellectual property and content”.

Departemen Perdagangan Republik Indonesia juga mendefinisikan industri

kreatif sebagai merupakan industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas,

ketrampilan, serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan

pekerjaan melalui penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta

individu tersebut. Beberapa sektor industri yang berbasis kreativitas adalah :

periklanan, arsitektur, pasar barang seni, kerajinan, desain, fashion, video, film,

dan fotografi, permainan interaktif, musik, seni pertunjukan, penerbitan dan

percetakan, layanan komputer dan piranti lunak, televisi dan radio, riset dan

pengembangan.

Di Indonesia, peran industri kreatif dalam ekonomi Indonesia cukup

signifikan dengan besar kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto rata-

rata tahun 2002-2006 adalah sebesar 6,3 % atau setara dengan 104,6 triliun

rupiah (nilai konstan) dan 152,5 triliun rupiah (nilai nominal). Industri ini telah

mampu menyerap tenaga kerja rata-rata tahun 2002-2006 adalah sebesar 5,4 juta

dengan tingkat partisipasinya sebesar 5,8 %. Persentase kontribusi Produk

Domestik Bruto subsektor industri kreatif terhadap sektor industri kreatif pada

tahun 2006 didominasi oleh subsektor (1) Fashion 43,71% ~ 45,8 triliun rupiah;

(2) Kerajinan (25,52 % ~ 26,7 triliun rupiah); (3) dan Periklanan (7,93% ~ 8,3

triliun rupiah) (Studi pemetaan Industri Kreatif 2007, Departemen Perdagangan

Indonesia).

Gambar 1. Nilai Produk Domestik Bruto Sektor Lapangan Usaha Utama dan

Industri Kreatif di Indonesia Tahun 2006

Industri fashion merupakan penyumbang Produk Domestik Bruto terbesar pada industri kreatif di Indonesia, yaitu berkontribusi hampir mencapai 46 triliun

Volume 11 No.1, Januari 2016 ISSN: 1907–426X

38

rupiah (harga konstan) di tahun 2006 dengan rata-rata persentase kontribusi

terhadap Produk Domestik Bruto industri kreatif sekitar 43,71 %. Industri

kerajinan merupakan subsektor industri kreatif yang memiliki nilai

kontribusi Produk Domestik Bruto terbesar kedua setelah subsektor fashion

dengan nilai kontribusi di tahun 2006 sebesar 25,51 %. Industri periklanan

merupakan penyumbang Produk Domestik Bruto terbesar ketiga setelah

subsektor fashion dan subsektor kerajinan dengan nilai kontribusi sebesar 7,93 %

atau sekitar 8,3 triliun rupiah di tahun 2006. Industri subsektor kreatif

penyumbang Produk Domestik Bruto terbesar keempat pada industri kreatif

di Indonesia adalah industri desain sebesar 5,88 % atau sekitar 6,1 triliun

rupiah, diikuti oleh industri Penerbitandan Percetakan (4,09 % ~ 4,2 triliun

rupiah), industri Arsitektur (3,95 % ~ 4,1 triliun rupiah), industri musik 3,65 %

~ 3,8 triliun rupiah), industri televisi dan radio (2,04 % ~ 2,1 triliun rupiah),

industri layanan komputer dan piranti lunak (0,99 % ~ 1,04 triliun rupiah),

industri riset dan pengembangan (0,93% ~ 0,97 triliun rupiah), industri pasar seni

dan barang antik (0,65 % ~ 0,685 triliun rupiah), industri permainan interaktif

(0,32 % ~ 0,337 triliun rupiah), industri film, video, dan fotografi (0,24 % ~

0,25 triliun rupiah), dan industri seni pertunjukan (0,12 % ~ 0,124 triliun rupiah)

(Studi pemetaan Industri Kreatif 2007, Departemen Perdagangan Indonesia).

Persentase kontribusi subsektor industri kreatif pada tahun 2006 dapat dilihat

pada Gambar 2.

Gambar 2. Kontribusi Produk Domestik Bruto subsektor industri

kreatif pada tahun 2006. Apabila kita cermati, bisnis kreatif sablon digital memiliki peluang

usaha yang sangat baik. Usaha sablon digital ini didukung dengan modal yang

relatif murah terjangkau sehingga dapat dilakukan dalam industri skala

rumah (home Industry). Kelebihan usaha cetak digital yang mengandalkan

desain grafis menggunakan komputer dibandingkan dengan industri cetak

sablon manual adalah efisiensi waktu dikarenakan konsumen dapat

Volume 11 No.1, Januari 2016 ISSN: 1907–426X

39

menunggu hasil proses cetak sablon dalam waktu yang singkat (Or-coy dan

Katamsi, 2008). Proses pembuatan cetak sablon secara digital ini juga

tergolong sederhana dan hanya dibutuhkan sentuhan kreativitas dalam

pembuatan desain gambar/sablon yang akan dicetak.

Kondisi Masyarakat Wonosobo Masyarakat Wonosobo dikenal sebagai sebagai masyarakat perantau.

Hal ini dikarenakan sebagian besar masyarakat di Wonosobo memang dikenal

sebagai masyarakat miskin dan terbelakang. Kemiskinan dan keterbelakangan

masyarakat Wonosobo merupakan sebagian akibat kurangnya kesadaran

masyarakat akan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), minimnya

kemampuan untuk mengolah potensi sumber daya alam serta

ketidakmampuan masyarakat memanfaatkan peluang dalam dunia usaha

yang terkait industri kecil dan menengah. Salah satu faktor penyebab tingkat

kemiskinan yang menjadi prioritas dan kepedulian dari pemerintah pusat

maupun daerah adalah masih rendahnya tingkat pendidikan masyarakat

Wonosobo. Hal ini dibuktikan dengan data faktual Badan Pusat Statistik

Kabupaten Wonosobo pada tahun 2013 dan 2014 yang menyebutkan bahwa

angka putus sekolah (APS) masyarakat di Kabupaten Wonosobo masih

tergolong tinggi, meskipun setiap tahunnya mengalami penurunan. Angka

putus sekolah tersebut meliputi mulai tingkat sekolah dasar (SD/MI),

Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTs) sampai Sekolah Menengah Umum

(SMU/MA). Dinas Sosial setempat mencatat angka putus sekolah pada

tahun 2013 untuk SD/MI sebesar 23% sedangkan pada SMP/MTs

mencapai 39% dan SMU/MA38%. Secara keseluruhan siswa yang

mengalami putus sekolah berjumlah 550 siswa. Sedangkan rinciannya adalah

125 merupakan siswa Sekolah Dasar dan 213 siswa Sekolah Menengah

Pertama, sisanya sejumlah 212 siswa Sekolah Menengah Umum. Apabila

dibandingkan dengan jumlah pada tahun sebelumnya APS pada tahun ini

mengalami penurunan. Jumlah APS pada tahun 2014 untuk tingkat SD/MI

sebesar 26 % pada tingkat SMP/MTs 40 % dan SMU/MA34%. Pada

tahun 2014 APS untuk tingkat SD 121 siswa dan SMP 192, serta SMU159

siswa, dengan jumlah keseluruhan mencapai 472 siswa. Terdapat dua faktor

utama yang mendasari terjadinya putus sekolah, yaitu faktor ekonomi

keluarga siswa yang bersangkutan serta budaya masyarakat yang beranggapan

bahwa pendidikan merupakan kebutuhan sekunder.

Rendahnya tingkat kemiskinan dan keterbelakangan masyarakat

Wonosobo merupakan faktor penghambat utama dalam pencapaian daya

saing dan pengembangan industrialisasi khususnya di Kabupaten

Wonosobo seiring dibangun dan diperbaikinya kembali sarana dan prasarana.

Oleh sebab itu, pemerintah pusat dan pemerintah daerah pada saat ini

bekerjasama untuk menggalakkan Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat (PNPM) di seluruh wilayah Wonosobo. Pada program PNPM

tersebut, pemerintah pusat mengalokasikan dana dengan tujuan untuk

memberdayakan masyarakat melalui pelatihan peningkatan kapasitas dan

pelatihan pengembangan usaha rakyat Keberlanjutan pengembangan program

PNPM dan proses industrialisasi secara bertahap dapat menciptakan banyak

lapangan kerja dan menimbulkan efek multiplier yang dapat memacu

akselerasi pertumbuhan ekonomi di seluruh kawasan Wonosobo sehingga

Volume 11 No.1, Januari 2016 ISSN: 1907–426X

40

dapat meningkatkan taraf ekonomi masyarakat secara signifikan.

Pengembangan industrialisasi yang diharapkan tentu saja bukan industrialisasi

yang akan mengikis kearifan dan kekayaan budaya lokal masyarakat,

namun proses industrialisasi yang mampu bersinergi dengan budaya

masyarakat setempat.

Pondok pesantren sebagai lembaga keagamaan di masyarakat Wonosobo

merupakan lembaga keagamaan dengan peran yang sangat vital dalam

hubungannya dengan keberlangsungan industrialisasi di Wonosobo saat ini.

Pesantren diperlukan sebagai filter budaya terhadap pengaruh negatif dari

keberlangsungan industrialisasi di Pulau Wonosobo. Di era globalisasi saat ini,

wacana mengenai pondok pesantren semakin menarik untuk dikaji lebih

lanjut. Hal ini disebabkan karena pesantren merupakan lembaga keagamaan yang

memiliki peranan sebagai lembaga refungsionalisasi, dimana pesantren tidak

sekedar memainkan fungsi-fungsi tradisionalnya, seperti transmisi ilmu-ilmu

keislaman, pemeliharaan tradisi Islam dan reproduksi ulama, tetapi juga telah

berkembang pada fungsi pembangunan nilai (value development), pembangunan

ekonomi (economical development), pengembangan teknologi tepat guna,

penyuluhan kesehatan, penyelamatan lingkungan hidup, pusat studi gender,

kemandirian (self reliance and sustainability) dan pengembangan kecakapan

hidup (life skill). Pesantren dituntut untuk melakukan transformasi keunggulan

komparatif menjadi keunggulan kompetitif melalui pemanfaatan teknologi

informasi dan IPTEK Pesantren diharapkan mampu menjalin

networking/kerjasama dengan dunia usaha sehingga mampu mendukung program

pemerintah dalam meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan para santri

peserta didik khususnya maupun masyarakat sekitar pada umumnya. Sehingga

pihak pondok pesantren membutuhkan pendampingan dan pengelolaan

kewirausahaan untuk memberdayakan para santri khususnya dan masyarakat

sekitar pada umumnya karena minimnya fasilitas dan prasarana pendukung

kegiatan kewirausahaan di masing-masing pondok pesantren dan masih

minimnya pengetahuan para santri terhadap perkembangan informasi dan

teknologi serta kurangnya kemampuan dalam hal pengenalan internet.

METODE PENELITIAN Kegiatan ini diharapkan mampu mengoptimalkan potensi dan meningkatkan

peran serta masyarakat pondok pesantren untuk mendukung pengembangan industri kreatif sebagai penunjang sistem ekonomi pesantren. Beberapa langkah kongkrit yang ditawarkan antara lain : a. Memberikan pelatihan berupa keahlian dalam perancangan dan pembuatan

desain grafis khususnya teknologi cetak digital.

b. Menyediakan fasilitas dan peralatan yang dibutuhkan selama proses cetak digital

dan pemasaran hasil produk sehingga dapat berjalan dengan baik

c. Pemanfaatan internet sebagai sarana pemasaran hasil produksi cetak digital

d. Pemanfaatan sistem kepakaran dan penciptaan sinergi secara networking

Setelah implementasi kegiatan program/pelatihan ini selesai dilaksanakan

diharapkan : 1. Mampu menghasilkan jiwa wirausahawan mandiri yang berasal dari

kalangan santri pondok pesantren

2. Meningkatkan kemampuan dan keahlian para santri dalam

Volume 11 No.1, Januari 2016 ISSN: 1907–426X

41

mengembangkan usaha sablon secara digital

3. Mampu memperluas jaringan informasi dan bisnis dalam proses

pemasaran hasil produksi melalui internet

4. Setiap santri mampu mengembangkan dan menghasilkan ide-ide kreatif sekaligus sebagai fasilitas pengembangan kewirausahaan

untuk kalangan pondok pesantren.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari program ini merupakan hasil yang diharapkan setelah

implementasi kegiatan selesai dilaksanakan target luaran Kegiatan ini merupakan kombinasi antara metode pengenalan, pelatihan, dan pendampingan yang dilakukan melalui dua tahapan, yaitu tahap pengembangan model usaha penyablonan serta tahap pemasaran hasil usaha sablon secara digital.

Pada tahap pengembangan model usaha penyablonan, para santri dari pondok pesantren akan diberikan pelatihan dan pendampingan berkaitan dengan kewirausahaan, desain grafis, proses produksi cetak digital, serta kontrol kualitas dari hasil proses sablon secara digital. Pada tahap berikutnya, para santri yang telah mengikuti pelatihan pada tahap kedua akan diberi pelatihan berkaitan dengan proses pemasaran hasil produksi melalui website/toko online dengan menggunakan aplikasi wordpress. Pelaksanaan kedua tahapan tersebut diharapkan mampu mengingkatkan kemampuan santri dalam mengembangkan dan meningkatkan kualitas dan kuantitas produk hasil sablon sehingga mampu menciptakan usaha percetakan yang inovatif yang mampu memberikan nilai tambah bagi masyarakat pondok pesantren khususnya mapun bagi masyarakat sekitar pada umumnya. Rangkaian kegiatan ditunjukkan pada Gambar 3 di bawah ini:

Santri dan Pondok Pesantren

Pelatihan & pendampingan kewirausahaan, desain

grafis, proses produksi cetak digital, dan kontrol kualitas dari hasil proses sablon secara digital

Pelatihan pembuatan website/toko online dengan

memanfaatkan aplikasi wordpress

Gambar 3. Rangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan

Volume 11 No.1, Januari 2016 ISSN: 1907–426X

42

Gambaran Ipteks Yang Akan Ditransfer Kepada Para

Santri

Desain pola gambar sablon dengan menggunakan peralatan komputer

Volume 11 No.1, Januari 2016 ISSN: 1907–426X

43

Mencetak pola sablon pada printer dengan

menggunakan kertas sublimasi

Hasil desain gambar sablon dicetak pada mug

Hasil desain gambar sablon

dicetak pada kaos

Pemasaran hasil produk melalui pelatihan pembuatan website/toko online dengan menggunakan aplikasi wordpress

Volume 11 No.1, Januari 2016 ISSN: 1907–426X

44

Peta Lokasi Wilayah Pesantren

Volume 11 No.1, Januari 2016 ISSN: 1907–426X

45

implementasi kegiatan selesai

dilaksanakan. Target luaran kegiatan

Hasil dari program IbM ini merupakan hasil yang diharapkan setelah

tersebut antara lain :

1. Mampu menghasilkan jiwa wirausahawan mandiri yang berasal dari

kalangan santri pondok pesantren

2. Meningkatkan kemampuan dan keahlian para santri dalam mengembangkan

usaha cetak digital

3. Mampu memperluas jaringan informasi dan bisnis dalam proses pemasaran

hasil produksi melalui internet

Volume 11 No.1, Januari 2016 ISSN: 1907–426X

46

4. Setiap santri diharapkan mampu mengembangkan dan menghasilkan ide-ide

kreatif sekaligus sebagai fasilitas pengembangan kewirausahaan untuk kalangan

pondok pesantren.

Gambar 1. Pencetakan desain melalui printer epson

Gambar 2. Hasil Cetak Mug

Gambar 3. Pelatihan Cetak Kaos

KESIMPULAN Berdasarkan refleksi hasil kegiatan

yang telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

a. Program Peningkatan mutu pengabdian kepada masyarakat yang telah dilaksanakan

dapat meningkatkan keterampilan santri dan masyarakat di sekita Pondok Pesantren

Roudlotul Muttaqien terhadap penguasaan komputer untuk mendukung proses

pembelajaran maupun usaha cetak digital lainnya.

b. Kegiatan pelatihan wirausaha mampu meningkatkan jiwa enterpeneur bagi santri Pondok Pesantren Roudlotul Muttaqien dan Masyarakat desa Modung sehingga dapat

digunakan sebagai landasan untuk membuka peluang di bidang cetak digital

c. Pelatihan Blogging for Bussines membantu peserta program Ibm mengembangkan

usaha cetak digital ke arah persaingan bisnis secara online.

Volume 11 No.1, Januari 2016 ISSN: 1907–426X

47

SARAN Berdasarkan kesimpulan tersebut,

maka beberapa saran bagi tim dan pengambil kebijakan di perguruan tinggi adalah sebagai

berikut :

a. masih banyak pihak, terutama sekolah maupun pondok pesantren yang berada di

wilayah Kabupaten Wonosobo yang membutuhkan adanya kegiatan ini, untuk

membantu guru, siswa untuk meningkatkan kompetensi yang dibutuhkan guna

meningkatkan kualitas pembelajaran maupun jiwa entrepreneur di sekolah/pondok

pesantren. Oleh karena itu diperlukan adanya prioritas dalam hal pelatihan dan

pendampingan.

b. Penyebaran informasi tentang kegiatan PPM lebih diperluas. Diutamakan informasi

berupa agenda kegiatan PPM yang akan dilaksanakan dan dapat diakses oleh masyarakat sehingga pihak-pihak yang membutuhkan dapat mengetahui dan mengikuti

kegiatan yang dimaksud.

DAFTAR PUSTAKA

BPS Kabupaten Wonosobo. 2013. Kabupaten Wonosobo Dalam Angka.

Wonosobo : Pemerintah Daerah Wonosobo.

BPS Kabupaten Wonosobo. 2014. Kabupaten Wonosobo Dalam Angka.

Wonosobo : Pemerintah Daerah Wonosobo

Helianthusonfri, Jefferly. 2013. “Toko Online Canggih dan Praktis dengan

Wordpress”. Elex Media Computindo : Jakarta.

Nusantara, Guntur. 2004. “Panduan Praktis Cetak Sablon”. Kawan Pustaka :

Jakarta.

Misriyanto, Sapto. 2009. “Teknik Dasar Cetak Sablon dan Digital Printing”.

Media Pressindo : Jakarta

Or-coy dan Katamsi, Y., (2008), “Digital printing: Panduan Teknik Cetak Cepat di

Aneka Media”, Kawan Pusataka.

Pangestu, M.E., (2008), ”Pengembangan Industri Kreatif Indonesia 2025: Hasil Konvensi Pengembangan Ekonomi Kreatif 2009-2025. Departemen

Perindustrian dan Perdagangan”, Makalah Disajikan dalam Seminar

Nasional: Industri Kreatif untuk Kesejahteraan Bangsa, Bandung.

Praktikno, Yanto. 2009. “Dasar-Dasar Kewirausahaan Untuk

SMK/MAK/SMA/MA”. Pustaka Binaman Presindo : Jakarta

Rahmanto, S., (2008), “Bisnis Advertising Desain Grafis, dan Digital Printing”,

Media Pressindo.

Simatupang, TM. 2008. “Perkembangan Industri Kreatif”. Paper. Bandung: SMB ITB Suryanie, D., dan Esti, R.K., (2008), ”Potrait of Creative Industry in Indonesia”,

Economic Review, no. 212, juni 2008, hal. 1-8.

Suwoyo, Bambang B. 2009. “Pengembangan Jiwa Kewirausahaan di Kalangan

Volume 11 No.1, Januari 2016 ISSN: 1907–426X

48

Dosen dan Mahasiswa”. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang. Jurnal

Ekonomi Bisnis Tahun14, Nomor 12.

Zainal, Ali. 2011. “Cepat dan Mudah Membuat Website Keren Dengan

Wordpress 3.X”. Mediakita : Jakarta.