2013 - bappeda.sumselprov.go.id · uu 26 tahun 2007 tentang penataan ruang, uu 41 tahun 1999...

36
2013

Upload: buique

Post on 28-Jul-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

2 0 1 3

Sinergi SRAP REDD+ Ke Dalam RAD-GRK Provinsi Sumatera Selatan 1

Sinergi SRAP REDD+ Ke Dalam RAD-GRKProvinsi Sumatera Selatan

2 Sinergi SRAP REDD+ Ke Dalam RAD-GRK Provinsi Sumatera Selatan

Sinergi SRAP REDD+ Ke Dalam RAD-GRK Provinsi Sumatera Selatan

© 2013

Tim Penyusun :

Penanggung Jawab : Kepala Bappeda Provinsi Sumatera SelatanKetua Tim Pengarah : Kepala Bidang UPTB Penataan Ruang Bappeda Provinsi Sumatera SelatanAnggota Tim Pengarah : Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera SelatanTenaga Ahli : DR. SabaruddinEditor : JICA South SumateraDiterbitkan Oleh : Japan International Cooperation Agency Project of Capacity Development of Climate Change in Indonesia

Sinergi SRAP REDD+ Ke Dalam RAD-GRK Provinsi Sumatera Selatan 3

Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas Rahmat dan Karunia-Nya, Dokumen Sinergi SRAP REDD+ ke dalam RAD-GRK Provinsi Sumatera Selatan dapat disele-saikan. Pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Tim Penyusun do-kumen ini. Apresiasi dan ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Bappenas dan Japan International Cooperation Agency (JICA) yang tel-ah memberikan dukungan teknis dan pendanaaan.

Dokumen ini merupakan hasil telaah dan pendetilan Dokumen RAD-GRK Provinsi Sumatera Selatan yang menggarisbawahi upaya aksi mitigasi di sektor Kehutanan dan Lahan Gambut dan dokumen SRAP REDD+ Provinsi Sumatera Selatan. Dokumen ini juga merupakan acuan upaya pengarus-utamaan isu perubahan iklim di sektor ke-hutanan dan lahan gambut ke dalam sistem pembangunan Provinsi Sumatera Selatan, terutama di sektor kehutanan dan lahan gambut. Dengan demikian, ada jaminan bahwa baik RAD-GRK dan SRAP REDD+ dapat dilaksanakan pada tingkat kegiatan di seluruh kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan.

Akhirnya kami sampaikan terima kasih dan penghargaan kepada Tim Penyusun yang berasal dari para Tim Ahli dan seluruh pihak terkait. Terima kasih pula kepada Bappenas dan JICA atas dukungan teknis dan dana yang diberikan. Semoga hasil kerja yang baik ini dapat mem-berikan sumbangsih dan manfaat yang lebih besar bagi semua pihak yang terkait.

Kata Pengantar

4 Sinergi SRAP REDD+ Ke Dalam RAD-GRK Provinsi Sumatera Selatan

Kata Pengantar ..................................................................................... 3Daftar Isi ................................................................................................. 4Daftar Gambar ...................................................................................... 5

I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang .......................................................................... 7 1.2.Tujuan Penyusunan Dokumen ................................................ 9

1.3. Keluaran .................................................................................... 10

II. Pembangunan dan Rencana Aksi Perubahan Iklim provinsi Sumatera Selatan : Keterkaitan Rencana Pembangunan, SRAP REDD+ dan RAD-GRK

2.1. Rencana Pembangunan Provinsi Sumatera Selatan ............ 12 2.2. Landasan Pengembangan SRAP REDD+ Sumatera Selatan 14 2.3. Landasan Pengembangan RAD-GRK Sumatera Selatan ...... 18

III. Analisis SWOT ................................................................................. 22 3.1. Kekuatan .................................................................................... 24

3.2. Kelemahan ................................................................................ 25 3.3. Peluang ...................................................................................... 26 3.4. Ancaman .................................................................................... 27

IV. Ketimpangan Informasi Untuk Pengarusutamaan RAD-GRK Dan SRAP REDD+ Dalam RPJMD .................................................. 32

V. Penutup ........................................................................................... 34

Daftar Isi

Sinergi SRAP REDD+ Ke Dalam RAD-GRK Provinsi Sumatera Selatan 5

Gambar 1. Kerangka fikir SRAP REDD+ sebagai bagian dari dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah.

Gambar 2. Ringkasan hasil analisis SWOT.Gambar 3. Prioritas kesenjangan.Gambar 4. Hasil analisis masalah integrasi RAD-GRK, SRAP-

REDD+ dan RPJMD sektor kehutanan Provinsi Sumatera Selatan.

Daftar Gambar

6 Sinergi SRAP REDD+ Ke Dalam RAD-GRK Provinsi Sumatera Selatan

PendahuluanBAB I

Sinergi SRAP REDD+ Ke Dalam RAD-GRK Provinsi Sumatera Selatan 7

Program nasional penanggulangan perubahan iklim didasarkan pada beberapa peraturan perundang-undangan nasional yang memberi-kan aturan terkait tata ruang, kehutanan dan lingkungan hidup, yaitu UU 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, UU 41 tahun 1999 tentang Kehutanan, UU 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Perpres 61 tahun2011 tentang Rencana Aksi Nasi-onal Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca, dan Perpres 71 tahun 2011 tentang Inventarisasi Gas Rumah Kaca. Aturan perundang-undangan ini mengamanatkan inventarisasi permasalahan perubahan iklim ser-ta pengembangan program-program penanggulangan untuk diinte-grasikan ke dalam Rencana Kerja Pembangunan Jangka Menengah Nasional/Daerah (RPJMN/D).

Berkenaan dengan perubahan iklim di sektor kehutanan, Pemerintah Indonesia sudah mengeluarkan komitmen untuk menurunkan emisi pada tahun 2020 sebesar 26% dengan upaya sendiri dansampai 41% dengan bantuan internasional. Sekitar 83% target penurunan emisi ini diharapkanberasal dari sektor kehutanan (46%) dan lahan gam-but (37%). Untuk itu, Pemerintah Indonesia memfasilitasinya melalui Rencana Strategi Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degrada-si Hutan (REDD+). REDD+ dikembangkan dalam kerangka pemban-gunan rendah karbondan ekonomi hijau untuk memastikan bahwa upaya penanganan perubahan iklim dari sektor penggunaan lahan dilakukan sejalan dengan kebijakan dan kebutuhan pembangunan berkelanjutan Indonesia. Selain itu, sebagai tindak lanjut dari komitmen Indonesia untuk menurunkan emisi GRK, maka Pemerintah Indonesia menyusun Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN-GRK) untuk memberikan pedoman bagi pemerintah pusat, pemerintah daerah, dunia usaha/swasta, dan masyarakat dalam melaksanankan berbagai kegiatan/program untuk mengurangi emisi GRK dalam peri-ode tahun 2010-2020.

RAN-GRK yang dikukuhkan dalam bentuk Perpres No. 61 Tahun 2011 mengamanatkan Pemerintah Provinsi untuk menyusun rencana aksi

1.1. Latar Belakang

8 Sinergi SRAP REDD+ Ke Dalam RAD-GRK Provinsi Sumatera Selatan

daerah penurunan emisi di provinsinya masing-masing, agar target/sasaran penurunan emisi secara nasional dapat tercapai. Substansi di dalam RAN-GRK merupakan dasar penyusunan RAD-GRK di setiap provinsi, yang dikembangkan sesuai dengan potensi, kemampuan, dan selaras dengan kebijakan pembangunan masing–masing provin-si.

RAD-GRK adalah dokumen yang menyediakan arahan bagi pemerin-tah daerah untuk melaksanakan berbagai kegiatan penurunan emisi, baik berupa kegiatan langsung maupun tidak langsung menurunk-an emisi Gas Rumah Kaca dalam kurun waktu tertentu. Kegiatan penurunan emisi Gas Rumah Kaca ini kemudian diatur dalam Pera-turan Presiden No 71 tahun 2011 tentang pedoman penyelenggaraan inventarisasi emisi Gas Rumah Kaca di daerah. Inventarisasi GRK ada-lah kegiatan untuk memperoleh data mengenai tingkat, status, dan kecenderungan perubahan emisi GRK secara berkala dari berbagai sumber emisi dan penyerapnya termasuk simpanan karbon di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.

Di Sumatera Selatan, kegiatan yang berhubungan dengan perubah-an iklim dan pengurangan emisi Gas Rumah Kaca, bukanlah sesuatu yang barukarena Sumatera Selatan telah memiliki beberapa kegiatan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, yaitu SRAP REDD+ (SK Guber-nur Sumsel No. 465/Kpts/Bappeda/2011) dan RAD-GRK (PERGUB No 34 tahun 2012). Di sisi lain untuk memenuhi semua ketentuan nor-matif aturan perundangan tentang Perencanaan Nasional dan Daer-ah, serta mengacu kepada periodisasi pembangunan jangka panjang nasional, maka Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan juga telah menyusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah RPJP yang disusun untuk memberikan arah pembangunan Provinsi Sumatera untuk masa 20 tahun, yaitu sampai 2025. Ini mengisyaratkan bahwa seluruh perencanaan pembangunan lainnya (RPJMD, RKPD, Renstra SKPD, SRAP REDD+, RAD-GRK, dll) harus mengacu kepada RPJPD Su-matera Selatan.

Karena Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan telah berkomitmen untuk mengintegrasikan perubahan iklim sebagai bagian dari pem-bangunan di provinsi ini, maka perlu integrasi konsep adaptasi dan

Sinergi SRAP REDD+ Ke Dalam RAD-GRK Provinsi Sumatera Selatan 9

mitigasi perubahan iklim ke dalam RPJMD. Namun karena ada dua dokumen terkait, yaitu SRAP REDD+ dan RAD-GRK, maka perlu lang-kah untuk menelaah integrasi kedua dokumen tersebut agar lebih efektif untuk dipadukan ke dalam RPJMD Provinsi Sumatera Selatan.

1.2. Tujuan Penyusunan Dokumen

Kegiatan ini dimaksudkan untuk pelingkupan (scoping) implemen-tasi SRAP-REDD+ dan RAD-GRK, terutama yang berkaitan dengan kehutanan dan gambut di Provinsi Sumatera Selatan. Pelingkupan ini akan menggunakan analisis kesenjangan (Gap Analysis) sehingga memungkinan identifikasi kesenjangan (gap) dan peluang yang kemu-dian akan digunakan sebagai masukan untuk integrasi SRAP-REDD+ dan RAD-GRK ke dalam RPJMD, RKPD, dan Renstra SKPD Provinsi Su-matera Selatan.

Analisis Kesenjangan yang digunakan adalah SWOT Analysis sehing-ga dapat diidentifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman yang terkait dengan upaya penurunan emisi GRK sektor kehutanan dan gambut yang dijabarkan dalam dokumen SRAP-REDD+ dan RAD-GRK. Hasil analisis ini dijadikan dasar untuk integrasi SRAP-REDD+ dan RAD-GRK ke dalam RPJMD, RKPD, dan Renstra SKPD Provinsi Su-matera Selatan oleh Bappeda dan SKPD terkait.Sebagai rangkuman, penyusunan dokumen ini mempunyai tujuan se-bagai berikut : 1. Menelaah hubungan antara RAD-GRK dengan SRAP REDD+ sektor kehutanan dan lahan gambut di Sumatera Selatan, 2. Merumuskan masukan untuk integrasi RAD-GRK dan REDD+ ke dalam RPJMD, dan 3. Mengevaluasi realisasi REDD+ di Provinsi Sumatera Selatan.

10 Sinergi SRAP REDD+ Ke Dalam RAD-GRK Provinsi Sumatera Selatan

1.3. Keluaran

Kegiatan ini akan menghasilkan dokumen sebagai berikut : 1. Revisi dokumen RAD-GRK dengan mengacu kepada SRAP REDD+ Provinsi Sumatera Selatan, 2. Rumusan masukan untuk integrasi RAD-GRK dan REDD+ ke dalam RPJMD, 3. Data dan informasi terkait realisasi REDD+ di Provinsi Sumatera Selatan, dan 4. Usulan program/projek implementasi REDD+ di Provinsi Sumatera Selatan.

Sinergi SRAP REDD+ Ke Dalam RAD-GRK Provinsi Sumatera Selatan 11

Pembangunan Dan Rencana Aksi Perubahan Iklim Provinsi Sumatera Selatan: Keterkaitan rencana Pembangunan, Srap Redd+ Dan Rad-Grk

BAB II

12 Sinergi SRAP REDD+ Ke Dalam RAD-GRK Provinsi Sumatera Selatan

2.1. Rencana Pembangunan Provinsi Sumatera Selatan

Program pembangunan di Propinsi Sumatera Selatan dituangkan da-lam beberapa rencana pembangunan mulai dari jangka panjang (RP-JPD), menengah (RPJMD), rencana kerja pemerintah daerah (RKPD), dan rencana pembangunan di tingkat satuan kerja perangkat daerah yang disebut rencana strategis satuan kerja perangkat daerah (Rens-tra SKPD). Rencana-rencana pembangunan tersebut harus terintegra-si dan berkelanjutan sehingga pembangunan yang dilakukan sesuai dengan sasaran.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) merupakan rencana pembangunan yang disusun untuk jangka waktu 20 tahun mendatang. Oleh karena itu, seluruh perencanaan pembangunan lainnya mulai dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Rencana Kerja tahunan Pemerintah Daerah (RKPD) dan Ren-cana Kerja tahunan SKPD harus mengacu kepada RPJPD.

RPJP disusun untuk mencapai tujuan pembangunan yang mengacu pada arah pembangunan dengan dilandasi strategi pertumbuhan, pemerataan, keserasian, keseimbangan, dan interkoneksitas, serta dinamis. Berdasarkan fungsi yang menjadi kewenangan pemerintah propinsi, maka pencapaian sasaran pembangunan dilakukan melalui penetapan arah pembangunan daerah yang terdiri dari:

1. Agenda penetapan pertumbuhan ekonomi dan penegasan arah pembangunan ekonomi.

2. Agenda peningkatan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat.3. Agenda pembangunan yang berorientasi pada pemanfaatan

sumberdaya yang berkelanjutan.4. Agenda pembangunan pemerintahan yang adil, jujur, bersih

dan bertanggung jawab.

Dalam upaya pencapaian visi pembangunan jangka panjang maka diperlukan tahapan dan skala prioritas yang dituangkan kedalam rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD). Sasaran

Sinergi SRAP REDD+ Ke Dalam RAD-GRK Provinsi Sumatera Selatan 13

pokok dalam RPJPD harus dapat diimplementasikan dalam empat RP-JMD selama kurun waktu 20 tahun.Dalam tahapan tersebut program pembangunan diprioritaskan untuk memantapkan pertumbuhan ekonomi dan menegaskan arah pembangunan ekonomi, mening-katkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat, menekankan pembangunan yang berorientasi pada pemanfaatan sumberdaya yang berkelanjutan, dan membangun pemerintahan yang adil, ju-jur, bersih, dan bertanggung jawab. RPJMD harus terintegrasi pada perencanaan pembangunan yang lainnya yaitu Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), Renstra SKPD, dan RKPD.

Selanjutnya RPJMD merupakan pedoman dalam penyusunan rencana strategis setiap satuan kerja perangkat daerah (Renstra SKPD) dan rencana kerja pemerintah daerah (RKPD) setiap tahun. Renstra SKPD merupakan penjabaran teknis RPJMD yang berfungsi sebagai doku-men perencanaan teknis operasional dalam menentukan arah kebi-jakan serta indikasi program dan kegiatan setiap urusan bidang dan/atau fungsi pemerintahan untuk jangka waktu 5 (lima) tahunan, yang disusun oleh setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di bawah koordinasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi Sumatera Selatan.

Selanjutnya, pelaksanaan RPJMD Provinsi Sumatera Selatan juga di-jabarkan ke dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) sebagai suatu dokumen perencanaan tahunan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan yang memuat prioritas program dan kegiatan dari Rencana Kerja SKPD. RKPD merupakan bahan utama pelaksanaan Musyawar-ah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Daerah Provinsi Suma-tera Selatan yang dilaksanakan secara berjenjang mulai dari tingkat desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota hingga provinsi.

Menyimak dari rancangan pembangunan di Provinsi Sumatera Sela-tan seperti diuraikan di atas, sesungguhnya provinsi ini telah mem-perhitungkan dan mencantumkan pentingnya keberlanjutan sum-berdaya alam dalam menopang pembangunan untuk menciptakan masyarakat yang sejahtera. Komitmen ini semakin diperkuat dengan telah disusunnya dua dokumen penting terkait isu emisi GRK dari ke-hutanan dan lahan gambut, yaitu SRAP REDD+ dan RAD-GRK Provinsi

14 Sinergi SRAP REDD+ Ke Dalam RAD-GRK Provinsi Sumatera Selatan

Sumatera Selatan. Agar implementasi dua dokumen ini dalam pem-bangunan lebih efektif dan mengenai sasaran, maka, rencana kerja terkait upaya penurunan emisi GRK ini perlu untuk diintegrasikan ke dalam semua hirarki rencana pembangunan Provinsi Sumatera Sela-tan.

2.2. Landasan Pengembangan SRAP REDD+ Sumatera Selatan

Secara hukum, sesuai dengan pasal 1(b) dan 1(c) dari UU 41/2009 ten-tangKehutanan, skema REDD+ dilaksanakan dalam kawasan lahan berhutan (termasukhutan mangrove) dan lahan bergambut di dalam kawasan hutan dan kawasanAPL (Area Penggunaan Lain) di seluruh wilayah Indonesia baik yang sudahmaupun yang belum tercatat da-lam register hutan Indonesia ketika StrategiNasional REDD+ ini ditulis.

Sebagaimana ditegaskan dalam Rencana Strategi Nasional REDD+, bahwa dokumen SRAP REDD+ adalah merupakan dokumen pen-dukung, untuk memastikan bahwa sasaran pencapaian target penurunan emisi sebagaimana yang telah dijabarkan didalam doku-men RAD-GRK Provinsi Sumatera Selatan, khususnya Bidang Kehutan-an dan Lahan Gambut.Posisi SRAP REDD+ menjadi penting dalam RAD-GRK, mengingat sektor/bidang Kehutanan dan Lahan Gambut diberikan porsi tanggung jawab penurunan emisi lebih besar diband-ing bidang/sektor lainnya.

SRAP REDD+ dikembangkan untuk memberikan tiga kontribusi terha-dap implementasi RAD-GRK di Provinsi Sumatera Selatan, yaitu: 1. Skenario Mitigasi di sektor kehutanan dan gambut. Bahkan pengelolaan hutan dan lahan gambut yang baik juga sekaligus berpotensi untuk dapat menyerap dan menyimpan karbon. 2. Usulan Aksi Mitigasi disesuaikan dengan karakteristik (kondisi biofisik dan sosekbud) serta kapasitas (sumberdaya manusia, finansial, dan sebagainya) daerah, dan 3. Pelaksanaan aksi mitigasi, pengukuran laporan pelaksanaan dan verifikasi (Measurement, Reporting and Verification/MRV) dari pelaksanan mitigasi sektor-sektor berbasis lahan.

Sinergi SRAP REDD+ Ke Dalam RAD-GRK Provinsi Sumatera Selatan 15

Implementasi SRAP-REDD+ secara baik perlu melibatkan para pihak kunci di tingkat kabupaten/kota karena:

1. Provinsi terbagi menjadi wilayah adminstrasi kabupaten/kota yang berwenang dan bertanggungjawab terhadap pengelolaan sumber daya alam yang ada sesuai dengan PP No. 38 Tahun 2007 tentang otonomi daerah,

2. Kabupaten/Kota memahami secara lebih baik (daripada Provin-si) tentang karakteristik dan kapasitas daerah dalam rangka

implementasi dan juga MRV REDD+,3. Setiap Kabupaten/Kota telah membentuk Satuan Kerja Perang-

kat Daerah (SKPD) sesuai dengan kebutuhan masing-masing (PP No. 41 Tahun 2007),dan

4. SRAP-REDD+ juga adalah input bagi Perencanaan Pembangu-nan. Kabupaten/Kota yang memungkinkan menjembatani ser-ta mengkoordinasikan pembangunan hingga ke desa/kampung

(masyarakat).

Kerangka fikir pengembangan SRAP REDD+ sebagai bagian dari do-kumen penyusunan Rencana Strategi (Renstra) Satuan Kerja Perang-kat Daerah (SKPD) dan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisis Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Bidang Kehutanan dan Lahan Gambut dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka fikir SRAP REDD+ sebagai bagian dari dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah

16 Sinergi SRAP REDD+ Ke Dalam RAD-GRK Provinsi Sumatera Selatan

Dokumen Rencana Strategi SKPD Dinas Kehutanan telah mencan-tumkan beberapa Program/Kegiatan utama dan penunjang sebagai upaya untuk menurunkan emisi GRK. Program dan Kegiatan ini juga telah dibukukan menjadi dokumen RAD-GRK Bidang Kehutanan dan Lahan Gambut. Namun demikian, dokumen SRAP-REDD+ tidak di-maksudkan bagian dari dokumen Renstra SKPD dan dokumen RAD GRK Provinsi, tetapi lebih merupakan komplementer. Dengan demiki-an, secara substansi dalam uraian Rencana Aksi Daerah bahwa tidak terjadi tumpang tindih rencana aksi dalam RAD GRK dan SRAP REDD+ Sumatera Selatan.

SRAP REDD+ Sumatera Selatan merupakan pendukung aksi-aksi daerah untuk tercapainya target penurunan emisi GRK dari Bidang Kehutanan dan Lahan Gambut, sebagaimana tercantum dalam do-kumen RAD-GRK Provinsi Sumatera Selatan.Posisi substansi SRAP REDD+ adalah untuk mencarikan solusi atas hambatan dan permas-alahan dalam implementasi Program/Kegiatan RAD GRK dan Renstra SPKD. Solusi atas permasalahan tersebut berada diluar SKPD, atau ditujukan untuk menangani pemicu deforestasi dan degradasi hutan yang akar permasalahannya belum terdeteksi dan belum terprogram-kan dalam RAD GRK dan Renstra SKPD.Ada 5 (lima) pertanyaan dalam pengembangan RAD GRK yang sangat relevan sebagai referensi dalam penyusunan SRAP REDD+, yaitu :

1. Bagaimana tingkat emisi GRK dari masing-masing kab/kota,2. Apa yang dapat dilakukan untuk menurunkan emisi GRK pada masing-masing kabupaten / kota tersebut, melalui program

dan kegiatan yang harus dilakukan oleh SKPD,3. Apakah terjadi penurunan pendapatan daerah dengan di- implementasikannya rencana aksi untuk menurunkan emisi

gas rumah kaca tersebut, dan apa alternatif sumber pendapa-tan daerah yang baru sebagai penggantinya,

4. Kemampuan apa yang perlu dimiliki oleh Pemerintah Daerah, dan

5. Kemampuan apa yang perlu dimiliki oleh Masyarakat, Swasta, LSM, CSO dan para pihak lainnya.

Sinergi SRAP REDD+ Ke Dalam RAD-GRK Provinsi Sumatera Selatan 17

Dengan memperhatikan dokumen Strategi Nasional REDD+ dan ru-ang lingkup RAD GRK diatas, maka ada 5 (lima) penciriperan utama sekaligus merupakan ruang lingkup dalam penetapan SRAP REDD+ Sumatera Selatan pada masing-masing kabupaten/kota, yaitu :

1. Berperan dalam menciptakan kondisi pemungkin (enabling) untuk tercapainya penurunan emisi dari deforestasi,

2. Berperan dalam menciptakan kondisi pemungkin (enabling) untuk tercapainya penurunan emisi dari degradasi hutan dan/atau lahan gambut,

3. Berperan dalam membuka sumbat masalah (debottlenecking) dalam implementasi RAD GRK dan Renstra SKPD yang terkait

aksi mitigasi penurunan emisi GRK,4. Mendorong terciptanya keberlanjutan (sustainability) dalam pemeliharaan dan peningkatan penyerapan cadangan karbon

melalui perlindungan dan konservasi hutan, pengelolaan hutan yang berkelanjutan, rehabilitasi dan restorasi kawasan hutan yang rusak, investasi hutan tanaman, dan

5. Penciptaan manfaat tambahan bersamaan (co-benefit) dengan peningkatan manfaat dari karbon melalui peningkatan kese-

jahteraan masyarakat lokal, kelestarian keanekaragaman haya-ti, dan kelestarian produksi jasa ekosistem lain.

Sasaran pencapaian kegiatan SRAP REDD+ ditujukan untuk menjamin pencapaian sasaran target penurunan emisi gas rumah kaca pada masing-masing kabupaten / kota, yang telah dihitung dan ditetapkan dalam dokumen RAD GRK. Dengan demikian, maka dokumen SRAP REDD+ sangat berperan penting dalam penciptaan kondisi pemun-gkin (enabling condition dan sustainability) bagi pelaksanaan Rencana Aksi Daerah penurunan emisi GRK. Jika diperlukan suatu aksi untuk pencapaian target sasaran penurunan emisi dalam RAD-GRK pada masing-masing kabupaten/kota, namun belum tercakup/tercantum dalam Renstra SKPD dan RAD GRK, maka aksi tesebut dapat dimasuk-kan dalam dokumen SRAP REDD+.

18 Sinergi SRAP REDD+ Ke Dalam RAD-GRK Provinsi Sumatera Selatan

2.3. Landasan Pengembangan RAD-GRK Sumatera Selatan

Berdasarkan Peraturan Presiden No 61 Tahun 2011, kegiatan RAD-GRK Provinsi Sumaera Selatan bertujuan menjabarkan dokumen kerja pelaksanaan berbagai kegiatan yang secara langsung dan tidak langsung menurunkan emisi gas rumah kaca sesuai dengan target pembangunan daerah yang tertuang di RPJP (Rencana Pembangu-nan Jangka Panjang Daerah), RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah), RTRWP/K (Rencana tata Ruang Wilayah Propinsi/Kabupaten/Kota) dan Rencana Strategis SKPD terutama sector yang berhubungan langsung dengan emisi gas rumah kaca.

Sesuai dengan tujuan dari kegiatan ini maka diharapkan akan meng-hasilkan sebuah dokumen kerja untuk pelaksanaan berbagai kegiatan menurunkan emisi gas rumah kaca, dimana dokumen tersebut berisi informasi mengenai tingkat, status, dan kecenderungan perubahan emisi GRK secara berkala dari berbagai sumber emisi (source) dan penyerapnya (sink) termasuk simpanan karbon (carbon stock) di Su-matera Selatan.Sumber emisi GRK pada sektor kehutanan dan lahan gambut di Su-matera Selatan adalah dari deforestrasi dan degradasi hutan serta kebakaran lahan gambut. Laju deforestasi hutan alam terus berlanjut bahkan telah mengancam keberadaan hutan lindung dan hutan kon-servasi, yang tidak diimbangi dengan laju reforestasi dan konservasi. Akibatnya luas tutupan hutan alam dan ekosistem yang terkait hutan, seperti gambut dan kekayaan biodiversitas mengalami degradasi dan kelangkaan, bahkan sudah ada yang punah. Dampak dari semua ini menyebabkan penderitaan masyarakat berupa kekeringan, kebanji-ran, penyakit, dan rendahnya produktivitas pertanian.

Rendahnya manfaat ekonomi hasil hutan bukan kayu dari hutan alam tidak memberikan insentif bagi masyarakat sekitar hutan untuk men-gupayakan pelestarian hutan alam. Indikasi rendahnya perolehan manfaat dapat dilihat dari masih terjadinya kegiatan illegal logging dan konversi hutan ke usaha pertanian yang dilakukan oleh masyarakat, yang menyebabkan deforestasi dan degradasi lahan.Lemahnya pen-

Sinergi SRAP REDD+ Ke Dalam RAD-GRK Provinsi Sumatera Selatan 19

egakkan hukum serta adanya kolusi oknum aparatur, menyebabkan kegiatan penebangan liar tidak dapat dielakkan. Penduduk yang ter-biasa dan nyaman sebagai buruh penebang atau “ngebalok” yang ti-dak mempunyai nafkah lain, akan bertahan dengan profesi tersebut walaupun harus bermigrasi ke kawasan yang masih ada hutannya. Keberadaan hutan alam beserta isinya masih belum mampu memak-murkan masyarakat.

Secara umum permasalahan sektor kehutanan di Sumatera Selatan meliputi :

1. Permasalahan ekologis; pelepasan emisi dari sektor hutan dan gambut terus berlangsung karena masih terjadi deforestasi dan degradasi,

2. Permasalahan ekonomi; masyarakat belum meraih pendapa-tan yang layak dari sumber hasil hutan bukan kayu (HHBK), dan

3. Permasalahan sosial; paradigma masyarakat masih terkesan “hutan sebagai barang publik” dan melemahnya hak-hak adat masyarakat hutan.

Penghitungan emisi CO2seperti yang dijelaskan dalam dokume RAD-GRK menggunakan data Batas wilayah Administrasi Provinsi Suma-tera Selatan dan Kabupaten/Kota se Sumatera Selatan dan data Penutupan Vegetasi dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Se-latan Tahun 2000 dan 2010. Validasi terhadap kedua data tersebut dilakukan sebelum analisa emisi dilakukan. Emisi CO2 dihasilkan ber-dasarkan perubahan penutupan vegetasi dari tahun 2000-2010 dan perubahan faktor emisi dari masing-masing perubahan penutupan vegetasi tersebut.

Penghitungan historical net emission total dan rata-rata tahunan dilakukan pada masing-masing kabupaten/kota, sedangkan historical removal emission total dan rata-rata tahunan dilakukan pada perubah-an penutupan vegetasi utama tingkat provinsi. Penghitungan forward looking emission total dan rata-rata tahunan,serta activity base juga dilakukan pada setiap kabupaten/kota dan tingkat provinsi. Seluruh perhitungan historical and forward looking emission berdasarkan anal-isa dinamika dan skenario setiap kabupaten/kota, dan rencana peng-gunaan lahan yang akan menimbulkan emisi pada tahun 2011-2020,

20 Sinergi SRAP REDD+ Ke Dalam RAD-GRK Provinsi Sumatera Selatan

serta peningkatan kemampuan pengendalian tren emisi tahun sebel-umnya.

Analisa perubahan penutupan vegetasi juga dilakukan dengan men-gidentifikasi perubahan dan indikasi penyebab perubahan penutupan vegetasi yang menimbulkan emisi di setiap kabupaten/kota. Oleh karena itu, kegiatan penurunan emisi gas rumah kaca pada sektor ke-hutanan dan lahan gambut seperti yang dijabarkan dalam dokumen RAD-GRK Provinsi Sumatera Selatan difokuskan pada kegiatan yang mengakibatkan baik secara langsung maupun tidak langsung defor-estrasi, degradasi hutan, dan perubahan tutupan lahan. Berdasarkan hal tersebut maka SKPD yang berwenang untuk menurunkan emisi gas rumah kaca di provinsi Sumatera Selatan adalah Dinas Kehutanan dan Dinas Perkebunan beserta bidang dan sub bidang yang bersang-kutan.

Sinergi SRAP REDD+ Ke Dalam RAD-GRK Provinsi Sumatera Selatan 21

Analisis SwotBAB III

22 Sinergi SRAP REDD+ Ke Dalam RAD-GRK Provinsi Sumatera Selatan

Upaya pencapaian penurunan emisi GRK dari sektor kehutanan dan lahan gambut di Provinsi Sumatera Selatan tentu tetap mempertim-bangkan kondisi sumber daya dan infrastruktur yang sudah ada se-karang agar strategi pencapaian menjadi lebih realistis. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa isu penurunan emisi GRK dari sektor kehutanan dan lahan gambut di Provinsi Sumatera Selatan telah diakomodasi dalam dokumen SRAP REDD+ dan RAD-GRK, yang selanjutnya akan diintegrasikan dalam semua hirarki dokumen ran-cana pembangunan provinsi ini. Agar integrasi tersebut efektif, maka perlu dilakukan kajian lebih lanjut dengan memperhatikan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Analisis lingkungan ini dilakukan menggunakan SWOT analysis.

Dengan mengimplementasikan SWOT analysis, dilakukan evaluasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman yang terkait dengan isu emisi GRK dan upaya penurunan emisi GRK dari sektor kehutan-an dan lahan gambut. Interaksi antara Kekuatan, Kelemahan, Pelu-ang, dan Ancaman memunculkan strategi bagaimana memanfaatkan dan menghadapinya. Isu-isu yang teridentifikasi dalam SWOT analysis disajikan pada Gambar 2. Selanjutnya juga dijelaskan masing-masing komponen hasil identifikasi ini.

Sinergi SRAP REDD+ Ke Dalam RAD-GRK Provinsi Sumatera Selatan 23

Kekuatan: • RPJP menuntun arah pembangunan • Isu keberlanjutan SDA dan

lingkungan telah masuk dalam agenda pembangunan

• SRAP REDD+ dan RAD-GRK menunjukkan komitmen upaya penurunan emisi GRK

• Komitmen Dinas Kehutanan, Dinas Perkebunan,dan Bappeda dalam penurunan emisi GRK

• Ada dukungan dari para pihak baik pemerintah, swasta dan organisasi luar negeri.

Kelemahan: • Rencana aksi dan kegiatan

penurunan emisi GRK dari kehutanan dan lahan gambut belum diterjemahkan sampai tingkat kabupaten/kota

• Prioritas kabupaten/kota vs provinsi • Distribusi sistem dan wewenang

MRV • SRAP REDD+ dan RAD-GRK

belum masuk dalam RPJMD, RKPD

Ancaman: • Alih fungsi lahan masih terjadi • Illegal logging dan kebakaran lahan

masih terjasi • Kesadaran masyarakat yang masih

lemah • Kegagalan program pemerintah

karena perencanaan yang lemah • Koordinasi yang masih lemah • Alokasi dan ketersediaan anggaran.

Peluang: • SRAP REDD+ dan RAD-GRK

adalah dua dokumen yang saling melengkapi

• Hutan dapat menyerap karbon • Donor

Gambar 2. Ringkasan hasil analisis SWOT.

24 Sinergi SRAP REDD+ Ke Dalam RAD-GRK Provinsi Sumatera Selatan

3.1. Kekuatan

Ada lima kekuatan yang berhasil diidentifikasi.

3.1.1. RPJP, RPJMD, dan RKPDTelah ada kesinambungan perencanaan pembangunan antara RPJPD, RPJMD, RKPD, dan Renstra SKPD karena secara hirarki rencana di ting-kat bawah harus mengacu kepada rencana di tingkat atas. Adanya hirarki ini membangun konsitensi arah pembangunan karena dibic-arakan dalam musrenbang. Namun memang setiap kabupaten/kota mempunyai prioritas masing-masing sehingga upaya penurunan emi-si GRK dari sektor kehutanan dan gambut belum sepenuhnya terako-modasi.

3.1.2. Isu Keberlanjutan SDASalah satu dari lima agenda penting pembangunan Provinsi Sumatera Selatan adalah Pembangunan yang Berorientasi Pemanfaatan sum-berdaya yang Berkelanjutan. Komitmen ini kemudian dituangkan dalam perencanaan dan penerapan tata ruang yang berimbang. Na-mun alih fungsi lahan masih tetap terjadi sehingga alokasi ruang yang telah diatur belum sepenuhnya berjalan.

3.1.3. SRAP REDD+ dan RAD-GRKDua dokumen ini bertujuan untuk mempertajam dukungan terhadap upaya menekan emisi GRK dari sektor kehutanan dan gambut yang bermuara kepada penjaminan keberlanjutan SDA di Provinsi Suma-tera selatan. Namun implementasinya masih belum menjadi bagian integral RPJPD, RPJMD, RKPD, dan Renstra SKPD.

3.1.4. Komitmen SKPD TerkaitDinas Kehutanan adalah SKPD berfungsi sebagai leading agentuntuk menurunkan emisi GRK di Provinsi Sumatera Selatan. Ini dibuktikan oleh fakta bahwa dokumen Rencana Strategi SKPD Dinas Kehutanan telah mencantumkan beberapa Program/Kegiatan utama dan penun-jang sebagai upaya untuk menurunkan emisi GRK. Namun upaya ini juga perlu didukung oleh koordinasi yang lebih intensif lagi dengan para pihak terkait lainnya, baik dari pemerintahan maupun ppihak swasta.

Sinergi SRAP REDD+ Ke Dalam RAD-GRK Provinsi Sumatera Selatan 25

3.1.5. DukunganImplementasi SRAP REDD+ dan RAD-GRK telah didukung bagi dari sisi aturan perundangan maupun dari sisi peluang memperoleh bantu-an finansial. Secara hukum SRAP REDD+ dan RAD-GRK merupakan dua dokumen yang disusun untuk menjabarkan berbagai peraturan dan undang-undang baik tingkat pusat maupun daerah. Lalu dari sisi pendanaan, implementasi RAD-GRK di Provinsi Sumatera Selatan adalah melalui pendanaan pusat, daerah, pihak swasta melalui pro-gram CSR serta dukungan internasional. Namun demikian, dukungan pendanaan tersebut perlu didukung oleh usulan aksi mitigasi yang dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan yang telah tertuang dalam dokumen RAD-GRK Provinsi Sumatera Selatan yang perlu disiapkan dokumen usulan kegiatan atau Term of Reference.

3.2. Kelemahan

Hasil identifikasi kelemahan dijelaskan berikut ini.

3.2.1. Penurunan Emisi GRK Belum Masuk dalam Rencana Pembangunan Tingkat Kabupaten/ KotaSasaran pencapaian kegiatan SRAP REDD+ ditujukan untuk menjamin pencapaian sasaran target penurunan emisi gas rumah kaca pada masing-masing kabupaten/kota, yang telah dihitung dan ditetapkan dalam dokumen RAD GRK. Dengan demikian, maka dokumen SRAP REDD+ sangat berperan penting dalam penciptaan kondisi pemun-gkin (enabling condition dan sustainability) bagi pelaksanaan Rencana Aksi Daerah penurunan emisi GRK. Namun demikian, aksi untuk pen-capaian target sasaran penurunan emisi dalam RAD GRK pada mas-ing-masing kabupaten/kota belum tercakup/tercantum dalam Rens-tra SKPD.

3.2.2. Prioritas Provinsi Versus Prioritas Kabupaten/KotaAdanya hirarki perencanaan pembangunan diharapkan menciptakan konsitensi arah pembangunan karena dibicarakan dalam musren-

26 Sinergi SRAP REDD+ Ke Dalam RAD-GRK Provinsi Sumatera Selatan

bang. Namun seiring dengan otonomi daerah setiap kabupaten/kota mempunyai prioritas masing-masing sehingga upaya penurunan emi-si GRK dari sektor kehutanan dan gambut belum sepenuhnya terako-modasi.

3.2.3. Distribusi Sistem dan Wewenang MRVDalam dokumen SRAP REDD+ dan RAD-GRK telah dihitung emisi GRK asal hutan dan gambut. Dokumen RAD-GRK dan SRAP REDD+ mer-upakan dokumen perencanaan, yang sekaligus berfungsi sebagai in-strumen untuk melakukan monitoring implementasi rencana aksi itu sendiri. Pemerintah Daerah, dalam hal ini Bappeda selaku koordina-tor perencanaan pembangunan daerah, serta SKPD terkait dalam im-plementasi RAD-GRK dan SRAP REDD+ harus dapat memastikan bah-wa isi substansi rencana aksi dalam RAD-GRK dan SRAP REDD+ telah menjadi rujukan dan masukan dalam proses-proses perencanaan.

3.2.4. SRAP REDD+ dan RAD-GRK Belum Masuk dalam RPJMD dan RKPDPerbedaan prioritas pembangunan sebagai imbas otonomi daerah mendorong setiap kabupaten/kota mempunyai prioritas masing-mas-ing sehingga upaya penurunan emisi GRK dari sektor kehutanan dan gambut belum terakomodasi di dalam RPJM dan RKPD kabupaten/kota.

3.3. Peluang

Hasil identifikasi peluang dijelaskan berikut ini.

3.3.1. SRAP REDD+ dan RAD-GRK Saling MelengkapiDokumen SRAP-REDD+ dimaksudkan tidak merupakan bagian dari dokumen Renstra SKPD dan dokumen RAD GRK Provinsi, namun mer-upakan komplementer. Dengan demikiantidak ada tumpang tindih rencana aksi antara RAD-GRK dan SRAP REDD+ Sumatera Selatan. Oleh karena itu, fungsi dua dokumen memberi peluang untuk mem-pertajam dukungan terhadap upaya menekan emisi GRK dari sektor kehutanan dan gambut yang bermuara kepada penjaminan keberlan-jutan SDA di Provinsi Sumatera selatan.

Sinergi SRAP REDD+ Ke Dalam RAD-GRK Provinsi Sumatera Selatan 27

3.3.2. Hutan Penyerap CO2Perlindungan dan konservasi hutan, pengelolaan hutan yang berke-lanjutan, rehabilitasi dan restorasi kawasan hutan yang rusak, in-vestasi hutan tanaman dapat mendorong penyerapan CO2 atmosfir. Penentuan kondisi awal penutupan vegetasi dan penggunaan lahan, khususnya yang menginformasikan kondisi stok carbon dan tingkat emisi CO2 sebagai baseline dan merupakan indikator kunci dalam upaya untuk melakukan penanganan penyebab dan pengendali dari terjadinya deforestasi dan degradasi hutan, dan juga upaya-upaya yang berkaitan dengan perbaikan tatakelola yang akan meningkatkan penyerapan CO2.

3.3.3. DonorImplementasi SRAP REDD+ maupun RAD-GRKdidukung oleh dana APBN, APBD dan dana internasional dalam bentuk hibah dan pinja-man. Jika kedua dokumen ini diintegrasikan dalam rencana pemba-ngunan, maka akan diperoleh dukungan legal formal yang lebih kuat di masa yang akan datang.

3.4. Ancaman

Hasil identifikasi peluang dijelaskan berikut ini.

3.4.1. Alih Fungsi Lahan Masih TerjadiDijelaskan dalam dokumen SRAP REDD+ dan RAD-GRK bahwa alih fungsi lahan masih persoalan serius di Provinsi Sumatera Selatan. Izin usaha perkebunan kelapa sawit, bahkan di dalam kawasan yang semestinya kawasan lindung, masih pesat dan luas serta cenderung terlalu mudah diizinkan. Sebaliknya pengurusan izin dan kurangn-ya informasi program perhutanan untuk rakyak, HKM, HTR, dan HD cenderung lebih sulit.

3.4.2. Illegal Logging dan Kebakaran LahanKontrol yang lemah terhadap sumberdaya hutan di Provinsi Sumatera Selatan mengakibatkan sering terjadinya penebangan kayu liar dan perambahan hutan. Selain itu Provinsi Sumatera Selatan merupakan

28 Sinergi SRAP REDD+ Ke Dalam RAD-GRK Provinsi Sumatera Selatan

salah satu provinsi di Indonesia yang rentan terhadap bencana keba-karan hutan, baik yang disebabkan oleh manusia/masyarakat mau-pun yang disebabkan oleh musim kemarau.

3.4.3. Kesadaran Masyarakat Masih RendahKesadaran masyarakat akan pentingnya mengamankan hutan dan gambut sebagai penyangga kehidupan, fungsi hidrologi masih rendah.

3.4.4. Perencanaan Tidak TerintegrasiAdanya kesenjangan dan inkonsistensi dalam perencanaan pemba-ngunan menyebabkan penyelesaian persoalan emisi GRK bersifat parsial karena belum terintegrasi pada semua jenjang perencanaan. Oleh karena itu, penataan sistem tata kelola dan sistem pengelolaank-eseluruhan sektor berbasis lahan perlu dilakukan agar implementasi SRAP REDD+ dan RAD-GRK.

3.4.5. Koordinasi Masih LemahMenyimak dokumen SRAP REDD+ dan RAD-GRK koordinasi antara Pe-merintah Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota, mulai dari perizinan alih perencanaan antar SKPD, fungsi lahan, rehabilitasi lahan, imple-mentasi upaya penurunan emisi GRK. Pembentukan tim koordinasi ini perlu merangkul para pihak terkait, yaitu unsur pemerintah, swas-ta, LSM, dan perguruan tinggi.

3.4.6. Alokasi dan Ketersediaan AnggaranEstimasi anggaran dan sumber-sumber dana potensial telah dijabar-kan dalam dokumen RAD-GRK. Namun keberlanjutan kegiatan akan memberikan jaminan jangka panjang bahwa upaya penurunan emisi GRK akan berlanjut dan menjadi bagian program kerja kabupaten/kota tetap perlu diupayakan. Langkah ini dapat dilakukan dengan mengarusutamakan implementasi dokumen SRAp REDD+ dan RAD-GRK dalam RPJPD, RPJMD, RKPD, dan Renstra SKPD tingkat provinsi dan kabupaten/kota.

Sinergi SRAP REDD+ Ke Dalam RAD-GRK Provinsi Sumatera Selatan 29

Ketimpangan Informasi Untuk Pengarusutamaan Rad-Grk Dan Srap Redd+ Dalam Rpjmd

BAB IV

30 Sinergi SRAP REDD+ Ke Dalam RAD-GRK Provinsi Sumatera Selatan

Dalam bab ini diuraikan hambatan integrasi RAD-GRK dan SRAP REDD+ sektor kehutanan dan gambut ke dalam RPJMD Provinsi Suma-tera Selatan sehingga bisa diidentifikasi pertimbangan dan informasi (data) yang diperlukan keduanya dapat diimplementasikan. Ini dinilai penting untuk mendukung pengambilan kebijakan dengan tepat. Un-tuk itu, dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah upaya penurunan emisi gas rumah kaca merupakan bagian dari pembangunan kabupaten/kota ?

2. Informasi apa yang diperlukan ? 3. Apa masalah dan tantangan yang akan muncul?

Gambar 3 menjabarkan kesenjangan dan alternatif langkah untuk mengatasi kesenjangan tersebut. Dengan merujuk kepada skala kepentingan kesenjangan bagi pembangunan, evaluasi, dan daya gu-nanya, dalam dokumen ini disajikan empat kelompok kesenjangan.Keempat kelompok kesenjangan ini perlu mendapat perhatian yang proporsional. Kuadran 1 menampilkan kesenjangan dengan prioritas tinggi sehingga perlu mendapat perhatian utama. Sebaliknya, kesen-jangan dalam Kuadran 4 menempati prioritas terendah, namun bu-kan berarti dapat diabaikan.Berdasarkan Gambar 3 tersebut, selanjutnya diidentifikasi akar per-masalahan untuk integrasi RAD-GRK, SRAP-REDD+, dan RPJMD sektor kehutanan di Provinsi Sumatera Selatan. Permasalahan ditemukan pada 4 aspek utama, yaitu proses integrasi RAD-GRK dan SRAP-REDD+ ke dalam RPJMD, data yang diperlukan, sistem, dan jejaring antar pe-mangku kepentingan (Gambar 4).

Proses integrasi perlu diakomodasi dalam suatu rencana yang terintegrasi dan didukung oleh aturan yang legal. Dua dokumen yang telah tersedia, yaitu RAD-GRK dan SRAP-REDD+, merupa-kan kapital awal yang baik untuk integrasi keduanya ke dalam RP-JMD sektor kehutanan Provinsi Sumatera Selatan. Perencanaan tidak harus selalu berbasis pendekatan top down tetapi juga bot-tom up atau keduanya, untuk mengakomodasi kepentingan pe-merintah pusat dengan tetap memperhatikan potensi daerah dan kepentingan masyarakat. Selain itu, perlu dirancang sistem mon-itoring yang ditujukan tidak hanya pada capaian target yang telah ditetapkan tetapi juga perlu mencakup fungsi unit terkait. Proses

Sinergi SRAP REDD+ Ke Dalam RAD-GRK Provinsi Sumatera Selatan 31

monitoring ini penting untuk menampung umpan balik dan perenca-naan langkah berikutnya.

Gambar 3. Prioritas kesenjangan.

Gambar 4. Hasil analisis masalah integrasi RAD-GRK, SRAP-REDD+ dan RPJMD sektor kehutanan Provinsi Sumatera Selatan.

32 Sinergi SRAP REDD+ Ke Dalam RAD-GRK Provinsi Sumatera Selatan

Data emisi dan upaya mitigasi emisi GRK sektor kehutanan di Provinsi Sumatera Selatan hanya mencakup data tingkat provinsi. Lalu, posi-si substansi SRAP REDD+ adalah untuk mencarikan solusi atas ham-batan dan permasalahan dalam implementasi Program/Kegiatan RAD GRK dan Renstra SPKD. Solusi atas permasalahan tersebut berada di luar SKPD, atau ditujukan untuk menangani pemicu deforestasi dan degradasi hutan yang akar permasalahannya belum terdeteksi dan belum terprogramkan dalam RAD GRK dan Renstra SKPD. Oleh kare-na itu, diperlukan indikator yang bersifat aplikatif/multiguna. Untuk itu, diperlukan standarisasi metode pengumpulan data dan diperlu-kan upaya berbagi (sharing) data dasar agar dapat dianalisis sesuai kebutuhan masing-masing SKPD terkait.

Sistem di sektor kehutanan yang ada saat ini masih dikelola mas-ing-masing pemangku kepentingan, belum di bangun sistem terinte-grasi. Kondisi ini menyebabkan fragmentasi dan/atau tumpang-tin-dihnya tipe data dan format data sehingga proses berbagi (sharing) mengalami kendala. Kondisi ini terjadi karena belum terbangunnya jejaring (network) yang baik antar pemangku kepentingan. Jejaring yang ada dibentuk lebih karena didorong oleh kepentingan mas-ing-masing sektor sehingga tatakelolanya menjadi lemah.

Masalah anggaran mempengaruhi aspek lainnya. Maing-masing ka-bupaten/kota mempunyai prioritas anggaran yang berbeda. Oleh karena itu, perlu menjadikan upaya mitigasi perubahan iklim sebagai salah satu prioritas pembangunan berkelanjutan di semua kabupat-en/kota di Provinsi Sumatera Selatan.

Sinergi SRAP REDD+ Ke Dalam RAD-GRK Provinsi Sumatera Selatan 33

PenutupBAB V

34 Sinergi SRAP REDD+ Ke Dalam RAD-GRK Provinsi Sumatera Selatan

Meskipun Provinsi Sumatera Selatan telah memiliki dua dokumen utama, RAD-GRK dan SRAP REDD+ sebagai bentuk komitmen dan upaya untuk menurunkan emisi GRK, di sektor kehutanan provinsi ini, namun pada kenyataannya praktek deforestasi akibat alih fungsi lahan, illegal logging, dan kebakaran masih tetap terjadi. Oleh kare-na itu, agar implementasi komitmen penurunan emisi GRK ini men-jadi lebih terarah, maka perlu integrasi komitmen tersebut ke dalam RPJMD sehingga bersifat lebih mengikat dan terprogram secara berkelanjutan.

Hasil analisis kesenjangan menunjukkan adanya akar permasalahan untuk integrasi RAD-GRK, SRAP-REDD+, dan RPJMD sektor kehutanan di Provinsi Sumatera Selatan. Permasalahan tersebut ditemukan pada 4 aspek utama yang perlu mendapat perhatian secara proporsional. Namun agar efektif, tentunya diperlukan skala prioritas penyelesaian kesenjangan. Penyelesaian tersebut perlu menyentuh akar perma- salahan yang berkaitan dengan integrasi RAD-GRK, SRAP-REDD+, dan RPJMD sektor kehutanan di Provinsi Sumatera Selatan, yaitu pada aspek proses, data, sistem, dan jejaring antar pemangku kepentingan.

Japan International Cooperation Agency(JICA)

Gedung Wirausaha Kuningan, Lantai 7Jalan HR Rasuna Said Kav. C-5, Jakarta 12920

Phone/Fax: +62-21-527-9081

Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah(Bappeda)

Provinsi Sumatera SelatanJalan Kapt. A. Rivai No. 23 Palembang 30129

www.greenclimateproject.org

Published by:

www.greenclimateproject.org

Published by: