2011 iap

114
SISTEM MANAJEMEN AHLI PENENTUAN LOKASI DAN KESESUAIAN LAHAN BUDIDAYA KOPI DI PROVINSI LAMPUNG IRWAN ADI PRIBADI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

Upload: kholis87

Post on 09-Feb-2016

50 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

SSIISSTTEEMM MMAANNAAJJEEMMEENN AAHHLLII PPEENNEENNTTUUAANN LLOOKKAASSII DDAANN KKEESSEESSUUAAIIAANN LLAAHHAANN

BBUUDDIIDDAAYYAA KKOOPPII DDII PPRROOVVIINNSSII LLAAMMPPUUNNGG

IRWAN ADI PRIBADI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2011

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya, bahwa segala pernyataan dalam tesis saya yang berjudul: SISTEM MANAJEMEN AHLI PENENTUAN LOKASI DAN KESESUAIAN LAHAN BUDIDAYA KOPI DI PROVINSI LAMPUNG merupakan gagasan atau hasil penelitian tesis saya sendiri, dengan arahan Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditujukkan rujukannya. Tesis ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar atau capaian akademik lainnya pada program sejenis di perguruan tinggi lain. Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya. Bogor, Juli 2011 Yang Membuat Pernyataan, Irwan Adi Pribadi

ABSTRACT

IRWAN ADI PRIBADI. Expert Management System for Location Determination and Land Suitability on Coffee Cultivation in The Province of Lampung. Under direction of MARIMIN and AZIZ KUSTIYO. To increase the income of coffee farmers in Lampung, they should be assisted with additional information that helped them cultivating in a more economical and more wisely to reduce costs and produce more yield. Farmers need land selection and preparation techniques of land that their best to not get rid of excess funds. In the selection of field sites, there are 8 (eight) parameters that simulated for 5 (five) years with the help of Bayes Methods. Coffee plant has 23 requirements with regard to land suitability. This study discusses the technique of site selection of the most economical choice of several locations with Model Base Management System and assist farmers to prepare land that has been selected to match with requirement of coffee plants grown with Rule-Based System. Both systems are supported with Data Base Management System. All three systems are handled by Central Processing System. This system using Certainty Factor for processing uncertainty data. Field sites for the research are located in Kabupaten Pringsewu, Kabupaten Tanggamus, and Kabupaten Lampung Utara. Keywords: coffee, farmers, lampung, selection, bayes methods, land suitability, forest, model, certainty factor.

RINGKASAN

IRWAN ADI PRIBADI. Sistem Manajemen Ahli Penentuan Lokasi dan Kesesuaian Lahan Budidaya Kopi di Provinsi Lampung. Dibimbing oleh MARIMIN

Indonesia tercatat sebagai negara produsen kopi terbesar ketiga setelah Brazil dan Kolumbia. Kopi Indonesia sebagian besar dihasilkan dari daerah segitiga emas kopi, yaitu Sumatera Selatan, Bengkulu, dan Lampung. Khusus untuk daerah yang lahannya cocok untuk penanaman kopi hanya tersedia kurang dari 30% dari total luas lahan yang ada. Wilayah penanaman kopi ideal yang kadangkala merambah wilayah hutan lindung, akan menimbulkan dampak geologis dan sosial. Dampak geologis antara lain adalah hilangnya daerah resapan hujan yang akan menyebabkan bencana banjir dan longsor di musim hujan dan bencana kekurangan sumber air di musim kemarau. Dampak sosial yang mungkin terjadi adalah hilangnya modal rakyat petani kopi yang selain diakibatkan oleh bencana alam, juga diakibatkan oleh pembersihan wilayah hutan lindung oleh aparat pemerintah dari perambahan oleh petani kopi.

dan AZIZ KUSTIYO.

Untuk meningkatkan pendapatan petani kopi di Lampung, mereka harus dibantu dengan tambahan informasi yang membantunya berkebun secara lebih ekonomis dan lebih bijak agar dapat menekan biaya dan menghasilkan panen yang lebih banyak. Para petani membutuhkan teknik pemilihan lahan dan persiapan lahan terbaik untuk menghindari pemborosan dana. Perkembangan teknologi informasi dengan kemampuan pengolahan data yang cepat serta berkembangnya metode pemecahan masalah yang lebih representatif menjadi alasan perencanaan strategi pengembangan budidaya kopi ini dikembangkan dalam sebuah Sistem Manajemen Ahli (SMA) yang berdasarkan pada penggunaan perangkat lunak komputer.

Dalam pemilihan lokasi, terdapat 8 parameter yang disimulasikan untuk 5 (lima) tahun dengan bantuan metode Bayes. Parameter yang dipakai dalam pemilihan lahan, antara lain biaya persiapan lahan, biaya pembersihan rumput/gulma, biaya pemupukan, biaya transportasi, biaya ongkos panen/pasca panen, harga lahan, dan hasil panen. Tanaman kopi mempunyai 23 syarat tumbuh berkenaan dengan kesesuaian lahan. Untuk sistem manajemen ahli, tanaman kopi mempunyai 23 syarat tumbuh berkenaan dengan kesesuaian lahan. Empat syarat utama adalah suhu udara berdasarkan tinggi tempat, ketersediaan air yang meliputi curah hujan tahunan rata-rata, jumlah bulan kering, dan kelembaban nisbi (relatif). Keempat syarat tersebut merupakan pemberian alam yang tidak dapat dimanipulasi oleh manusia. Tiga syarat lainnya berhubungan dengan lahan gambut, yaitu ketebalan, ketebalan berlapis bahan mineral, dan kematangan juga dapat diabaikan (nilainya di nol-kan), karena tidak sesuai dengan tanaman kopi. Tiga syarat yang berada pada wilayah pasang surut (pantai), yaitu salinitas, alkalinitas/ESP, dan kedalaman sulfidik juga dapat diabaikan karena tidak sesuai dengan tanaman kopi. Sedangkan 13 (tiga belas) syarat lainnya dapat disesuaikan atau diperbaiki agar sesuai dengan syarat tumbuh.

Penelitian ini membahas tentang teknik pemilihan lokasi yang paling ekonomis dari beberapa lokasi pilihan dengan Sistem Manajemen Basis Model

dan membantu petani menyiapkan lahan yang telah dipilih agar sesuai dengan syarat tumbuh tanaman kopi dengan Sistem Berbasis Aturan. Kedua sistem tersebut berdasarkan Sistem Manajemen Basis Data. Ketiga sistem tersebut ditangani oleh Pengolah Terpusat. Sistem ini memakai Faktor Kepastian untuk proses datanya. Sistem manajemen ahli ini dirancang berupa aplikasi berbasis web agar mudah untuk diakses. Metode yang digunakan untuk proses akuisisi pengetahuan dalam sistem manajemen ahli pemilihan lokasi dan kesesuaian lahan budidaya kopi ini adalah wawancara dengan ahli tanah IPB, Dr Kukuh Murtilaksono, dan seorang praktisi/petani kopi yang berdomisili di Kabupaten Pringsewu, Imbang Setiawan bin Burni. Teknik pengendalian yang digunakan dalam perancangan sistem manajemen ahli menentukan kesesuaian lahan adalah mata rantai maju (forward chaining), yaitu dimulai dari sekumpulan fakta kemudian dianalisis dan digunakan untuk proses penarikan kesimpulan.

Perangkat lunak PHP dipakai untuk mengimplementasikan sistem manajemen ahli penentuan lokasi dan kesesuaian lahan ini, dengan faktor kepastian (certainty factor) sebagai proses data di dalam pembuatan modul-modulnya. Proses verifikasi dan validasi dilakukan untuk menguji sistem manajemen ahli yang dirancang dan hasil keluarannya dengan menggunakan data sekunder dari laporan hasil survey lokasi dan survey tanah lokasi-lokasi pilihan. Lokasi lahan yang menjadi bahan penelitian terletak di Kabupaten Pringsewu, Kabupaten Tanggamus, dan Kabupaten Lampung Utara.

Kata Kunci: kopi, petani, lampung, seleksi, metode bayes, kesesuaian lahan, hutan, model, faktor kepastian

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagain atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

Penguji Luas Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Agus Buono, MSi, MKom

SSIISSTTEEMM MMAANNAAJJEEMMEENN AAHHLLII PPEENNEENNTTUUAANN LLOOKKAASSII DDAANN KKEESSEESSUUAAIIAANN LLAAHHAANN

BBUUDDIIDDAAYYAA KKOOPPII DDII PPRROOVVIINNSSII LLAAMMPPUUNNGG

IRWAN ADI PRIBADI

Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada Program Studi Ilmu Komputer

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2011

Judul Tesis : Sistem Manajemen Ahli Penentuan Lokasi dan Kesesuaian Lahan Budidaya Kopi di Provinsi Lampung Nama : Irwan Adi Pribadi NRP : G651060034 Program Studi : Ilmu Komputer

Menyetujui,

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Marimin, M Sc Ketua Anggota

Aziz Kustiyo, S Si, M Kom

Mengetahui, Ketua Program Studi Ilmu Komputer Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Dr. Ir. Agus Buono, M Si, M Kom Dr. Ir. Dahrul Syah, MSc.Agr.

Tanggal Ujian: 22 Juli 2011 Tanggal Lulus:

PRAKATA

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah atas segala berkah dan rahmatNya, sehingga akhirnya karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2010 ini adalah tentang sistem budidaya kopi dengan judul Sistem Manajemen Ahli Penentuan Lokasi dan Kesesuaian Lahan Budidaya Kopi di Provinsi Lampung.

Tugas penelitian ini dapat diselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Marimin, MSc dan Bapak Aziz Kustiyo, SSi, MKom selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak membimbing dan mengarahkan penulis dengan penuh kesabaran.

2. Bapak Dr. Ir. Agus Buono, MSi, MKom dan Bapak Sony Hartono Wijaya, SKom, MKom yang selalu memberi semangat dan mengingatkan penulis.

3. Staf pengajar dan karyawan di Program Studi Ilmu Komputer, Sekolah Pascasarjana IPB, serta karyawan Pascasarjana IPB.

4. Bapak Imbang Setiawan bin Burni yang telah memberi data pemilihan lahan. 5. Bapak Dr. Kukuh Murtilaksono, Ahli Tanah yang telah membantu penulis

memberi nasihat dan masukan dalam hal persyaratan evaluasi kesesuaian lahan tanaman kopi.

6. Ibu Dr. Ir. Netti Herawati, MSc yang tetap memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada penulis untuk melanjutkan studi.

7. Isteriku, Dra. Wikan Helyantin Kusumadhani, yang tidak pernah bosan memberi semangat, dukungan, dan doa kepada penulis selama dalam proses penyelesaian studi ini.

8. Kakak dan adik-adikku yang turut memberi semangat dan doa kepada penulis untuk menyelesaikan studi ini.

9. Seluruh staf pengajar di Jurusan Matematika FMIPA Universitas Lampung atas segala bantuan dan dukungan moral yang telah diberikan.

10. Semua pihak yang telah membantu, namun tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Segala usaha telah penulis upayakan agar terselesaikannya tugas penelitian ini dengan sebaik-baiknya, namun penulis menyadari akan kekurangan dan keterbatasan penulis. Oleh karena itu, penulis memohon maaf bila terdapat kesalahan-kesalahan. Akhir kata, penulis berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat.

Bogor, Juli 2011 Irwan Adi Pribadi

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 10 Januari 1963 sebagai anak kedua dari ayah bernama Endang Moeljadi bin Ica Wiriadisastra dan ibu Saribanon binti Bahur Adimihardja. Mengikuti pendidikan kelas 1 dan 2 SD di SDN Tanjakan Empang, Bogor. Melanjutkan kelas 3 sampai lulus tahun 1975 di SD Immanuel III, Medan. Masuk SMP kelas 1 tahun 1976 di SMP St Yoris Semarang, kelas 2 SMP di SMP Xaverius 2 Palembang selama 1 kuartal. SMP kelas 2 sampai lulus tahun 1978 di SMP Kesatuan Bogor. Kemudian melanjutkan ke SMA Kesatuan Bogor di tahun 1978.

Pada tahun 1981 penulis lulus dari SMA Kesatuan Bogor dan pada tahun yang sama diterima di Universitas Padjadjaran, Jurusan Matematika FMIPA, lulus tahun 1988. Pada tahun 2006 penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor di Program Studi Ilmu Komputer.

Sejak Februari 1989 menjadi staf pengajar di Universitas Lampung, Bandar Lampung. Penulis menjadi pelaksana harian Laboratorium Komputer FMIPA dari tahun 1989 sampai dengan 1990.

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL ...................................................................................... xi DAFTARGAMBAR .................................................................................. xii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiii I. PENDAHULUAN ......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................... 1 1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................... 4 1.3 Ruang Lingkup Penelitian .................................................. 4

II. LANDASAN TEORI .................................................................... 6 2.1 Kopi .................................................................................... 6

2.1.1 Jenis Kopi ............................................................... 8 2.1.2 Lahan Penanaman ................................................... 11

2.1.2.1 Karakteristik Lahan .................................... 12 2.1.2.2 Kualitas Lahan ........................................... 12 2.1.2.3 Kesesuaian Lahan ...................................... 12 2.1.2.4 Evaluasi Lahan ........................................... 13

2.2 Manajemen Pengetahuan ................................................... 13 2.2.1 Akuisisi Pengetahuan ............................................. 13 2.2.2 Representasi Pengetahuan ..................................... 13 2.2.3 Mekanisme Inferensi .............................................. 14

2.3 Sistem Pakar ..................................................................... 14 2.4 Metode Bayes ..................................................................... 15 2.5 Faktor Kepastian ................................................................ 16 2.6 Siklus Hidup Pembuatan Sistem ........................................ 17

III. METODOLOGI ........................................................................... 18

3.1 Kerangka Model ................................................................. 18 3.2 Tahapan Pengembangan Sistem Manajemen Ahli ............. 22

3.2.1 Pemilihan Pakar ...................................................... 22 3.2.2 Akuisisi Pengetahuan ............................................. 23 3.2.3 Representasi Pengetahuan ..................................... 24 3.2.4 Pengembangan Mesin Inferensi ............................. 24 3.2.5 Implementasi dan Pengujian ................................. 24

3.3 Tata Laksana Penelitian ..................................................... 25 3.3.1 Pengumpulan Data dan Informasi .......................... 25 3.3.2 Pengolahan Data dan Informasi .............................. 26 3.3.3 Waktu dan Tempat Penelitian ............................... 27

Halaman

3.4 Metode Pengembangan Sistem ............................................ 27

3.4.1 Kebutuhan Sistem ................................................... 28 3.4.2 Perancangan Sistem ................................................ 28 3.4.3 Pembangunan Sistem .............................................. 29 3.4.4 Pengujian Sistem .................................................... 31 3.4.5 Penerapan Sistem .................................................... 32 3.4.6 Operasional dan Pemeliharaan Sistem ..................... 32

IV. PERANCANGAN ......................................................................... 33

4.1 Kerangka Sistem Yang Dirancang ..................................... 33 4.2 Analisa Kebutuhan Sistem .................................................. 33 4.3 Rancangan Proses ............................................................... 35

4.3.1 Rancangan Masukan ............................................... 35 4.3.2 Rancangan Keluaran ................................................ 37 4.3.3 Rancangan Proses Evaluasi .................................... 37

4.4 Rancangan Uji ..................................................................... 37 V. IMPLEMENTASI SISTEM ......................................................... 39

5.1 Spesifikasi Perangkat Keras dan Perangkat Lunak ............ 39 5.2 Sistem Masukan ................................................................. 39 5.3 Proses Evaluasi Sistem ...................................................... 42

5.3.1 Proses Masukan ..................................................... 43 5.3.2 Proses Penarikan Kesimpulan ................................ 43 5.3.3 Proses Keluaran ...................................................... 43

5.4 Keluaran Sistem ................................................................ 43 5.5 Verifikasi dan Validasi ...................................................... 43

VI. PEMBAHASAN ........................................................................... 46

6.1 Akuisisi Pengetahuan ......................................................... 46 6.2 Representasi Pengetahuan ................................................. 46 6.3 Proses Inferensi ................................................................. 47 6.4 Kompleksitas Sistem ......................................................... 47 6.5 Pembahasan Kasus .............................................................. 47

VII. SIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 48

7.1 Simpulan ............................................................................. 48 7.2 Saran ................................................................................... 48

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 49 LAMPIRAN ............................................................................................. 50

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Luas Kawasan Hutan di Lampung Berdasarkan Peruntukkannya ..... 2

2 Persyaratan Kondisi Iklim dan Tanah yang Optimum untuk Kopi Robusta dan Arabika .................................................................. 6

3 Nilai Distribusi Curah Hujan Rata-rata Bulanan ................................. 7

4 Data Lokasi Calon Lahan dan Parameter awalnya .............................. 20

5 Persyaratan Tumbuh Tanaman Kopi Robusta (Coffea Caephora) ...... 21

6 Kelompok Menu pada Web ................................................................. 34

7 Rancangan Basis Data untuk Lokasi dan Parameternya ...................... 35

8 Rancangan Basis Data Parameter Karakteristik Lahan ......................... 36

9 Contoh Hasil Output Peringkat Pemilihan Lokasi ................................ 44

10 Contoh Data Input dan Output Kesesuaian Lahan ............................... 44

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1 Peta Geografis Provinsi Lampung .................................................. 2

2 Peta Kawasan Hutan di Provinsi Lampung ..................................... 3

3 Peta Kesesuaian Iklim untuk Tanaman Kopi Provinsi Lampung ... 7

4 Kopi Arabika ................................................................................. 8

5 Kopi Canephora ............................................................................. 9

6 Kopi Liberika ................................................................................. 10

7 Kerangka Model Sistem Manajemen Ahli (SMA) Penentuan Lokasi dan Kesesuaian Lahan Budidaya Kopi di Provinsi Lampung ......... 19

8 Tahapan Pengembangan Sistem Pakar ........................................... 23

9 Diagram Alir Formulasi Sistem yang Dirancang ............................ 33

10 Proses Evaluasi Sistem Manajemen Ahli Pemilihan Lokasi dan Kesesuaian Lahan ........................................................................... 38

11 Pemilihan Lokasi Lahan ................................................................. 40

12 Hasil Simulasi Perhitungan Biaya di semua Lokasi Lahan ............. 41

13 Contoh Simulasi Perhitungan Biaya Lokasi Batutegi ...................... 41

14 Proses Masukan 23 parameter kesesuaian Lahan ............................ 42

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Hasil Wawancara Sistem Manajemen Ahli Penentuan Lokasi dan Kesesuaian Lahan Budidaya Kopi di Provinsi Lampung ....... 52

2 Aturan-aturan dalam Penentuan Kesesuaian Lahan ....................... 60

3 Listing Program Kontrol ................................................................ 64

4 Listing Program Kontrol Kelas ...................................................... 65

5 Listing Program Tabel Data lokasi, Karakteristik Lahan, Kondisi Lahan, dan Perlakuan ........................................................ 67

6 Listing Program Home .................................................................... 73

7 Listing Program Penentuan Klasifikasi Lahan ................................ 74

8 Listing Program Pemilihan Lahan ................................................... 80

9 Listing Program Indeks ................................................................... 86

10 Petunjuk Pemakaian Program ......................................................... 87

11 Buku Keterangan Peta Satuan Lahan dan Tanah Lembar Kota Agung, Sumatera ........................................... 93

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia tercatat sebagai negara produsen kopi terbesar ketiga setelah

Brazil dan Kolumbia. Kopi Indonesia sebagian besar dihasilkan dari daerah

segitiga emas kopi, yaitu Sumatera Selatan, Bengkulu, dan Lampung (Yuhono

dan Djaenudin, 2003). Selain kopi, Provinsi Lampung yang memiliki luas

wilayah 35.376,84 km2

Tanaman kopi jenis Arabika akan tumbuh baik di lahan dataran tinggi

sekitar 700 – 1.400 m dpl (di atas permukaan laut) dan untuk jenis kopi

Canephora yang kemudian dikenal dengan nama kopi Robusta akan cocok pada

ketinggian antara 300 sampai 600 m dpl. Untuk tanaman kopi Arabika yang

ditanam pada dataran rendah, produktivitasnya akan menurun dan rentan terhadap

penyakit karat daun (Ernawati et al., 2008). Karena itu, tanaman kopi umumnya

ditanam di wilayah kaki gunung sampai ketinggian 1.400 m dpl yang biasanya

berdekatan atau berada pada wilayah hutan lindung. Provinsi Lampung

merupakan provinsi dengan kasus alih guna lahan hutan yang tergolong tinggi

(Dairah et al., 2007). Pada Tabel 1 ditunjukkan luas kawasan hutan di Lampung

berdasarkan peruntukkannya. Secara keseluruhan, kawasan hutan yang telah

beralih fungsi menjadi kebun kopi di Provinsi Lampung diperkirakan mencapai ±

71.000 Ha (Hadisepoetro, 1999). Dari areal pertanaman kopi seluas 137.700 Ha

juga dikenal sebagai daerah penghasil coklat, lada,

cengkeh, kelapa, dan karet (Gayo, 2007). Khusus untuk daerah yang lahannya

cocok untuk penanaman kopi hanya tersedia kurang dari 30% dari total luas lahan

yang ada, seperti yang terlihat pada Gambar 1. Daerah yang memenuhi syarat

ideal penanaman kopi berada pada daerah yang berwarna hijau muda, coklat muda,

dan coklat tua. Keadaan ini perlu mendapat perhatian karena kopi merupakan

andalan utama pemasukan devisa selain karet, kelapa sawit, lada, damar, dan

coklat. Lebih dari 95% tanaman kopi (Coffee sp.) di Lampung merupakan

tanaman rakyat dengan pola usaha seadanya, ditanam pada tanah antara tidak

sesuai sampai dengan sangat sesuai dan lokasi terpencar, tidak dilaksanakan

pemupukan, serta bibit yang digunakan seadanya (Yuhono dan Djaenudin, 2003).

2

(Ditjen Perkebunan, 2000), ± 52% areal kopi di Provinsi Lampung berada di

kawasan hutan.

Tabel 1. Luas Kawasan Hutan di Lampung Berdasarkan Peruntukkannya

Wilayah penanaman kopi ideal yang kadangkala merambah wilayah hutan

lindung, akan menimbulkan dampak geologis dan sosial. Dampak geologis antara

lain adalah hilangnya daerah resapan hujan yang akan menyebabkan bencana

banjir dan longsor di musim hujan dan bencana kekurangan sumber air di musim

kemarau.

Sumber: Aak, 1988

Gambar 1. Peta Geografis Provinsi Lampung

3

Hasil penelitian menunjukkan bahwa erosi yang terjadi pada lahan

pertanaman kopi 6 – 8 kali lebih besar dibandingkan dengan erosi yang terjadi

pada hutan alami (Manik, 2008). Dampak sosial yang mungkin terjadi adalah

hilangnya modal rakyat petani kopi yang selain diakibatkan oleh bencana alam,

juga diakibatkan oleh pembersihan wilayah hutan lindung oleh aparat pemerintah

dari perambahan oleh rakyat/petani kopi. Untuk menghindari terulangnya

perambahan hutan ini diperlukan informasi daerah perlahanan yang dapat

diperoleh secara mudah (Isnar, 1999). Daerah-daerah kawasan hutan di Lampung

terlihat pada Gambar 2.

Sumber: Manik, 2008

Gambar 2. Peta Kawasan Hutan di Provinsi Lampung

4

Untuk memperoleh informasi tentang wilayah yang cocok dijadikan lokasi

penanaman kopi dilakukan secara langsung dengan survey lapangan, atau dengan

menggunakan data sekunder. Metodologi dalam survey ini jangan sampai lemah

ataupun memakai teknik yang tidak tepat (Pinsonneault dan Kraemar, 1991).

Kadangkala petani tidak menyadari bila calon lahan penanaman yang berupa

hutan memerlukan penanganan yang akan memakai biaya cukup banyak ditambah

resiko biaya transportasi yang tinggi dan merupakan wilayah yang terlarang untuk

dimanfaatkan untuk perkebunan. Calon lahan dapat juga tidak cocok untuk

penanaman kopi yang bila dipaksakan akan menghasilkan panen yang tidak sesuai

dengan harapan. Dari masalah-masalah tersebut di atas maka diperlukan suatu

sistem manajemen ahli untuk membantu petani memecahkan persoalan tersebut.

1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah membuat sebuah Sistem Manajemen

Ahli Penentuan Lokasi dan Kesesuaian Lahan Budidaya kopi di Provinsi

Lampung. Tujuan antara yang dicapai penelitian ini, antara lain:

• Identifikasi pembiayaan lokasi lahan yang tersedia dan karakteristik lahan

dalam penentuan kesesuaian lahan bagi tanaman kopi;

• Mempermudah para calon petani kopi dalam menentukan lokasi dan

mengetahui kondisi calon lahan penanaman.

Manfaat yang diperoleh dari pembuatan Sistem Manajemen Ahli Penentuan

Lokasi dan Kesesuaian Lahan Budidaya kopi di Provinsi Lampung ini adalah

semakin mudahnya bagi petani dalam menentukan pilihan lokasi yang paling

ekonomis dan membantu mereka mengetahui kecocokan persyaratan lahan yang

dipilihnya.

1.3 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian yang dilakukan meliputi:

• Sistem manajemen ahli yang dirancang digunakan untuk menentukan lokasi

dan kesesuaian lahan;

5

• Ada 8 parameter yang digunakan dalam pemilihan lahan, yang pada

perhitungannya disederhanakan menjadi 3 parameter yang diberi

pembobotan sesuai metode Bayes.

• Terdapat 23 parameter yang digunakan untuk kesesuaian lahan, beberapa di

antaranya diberikan nilai=0 (default), karena bukan merupakan parameter

yang ada di lahan pertanaman kopi seperti daerah gambut dan pasang

surut/pantai.

• Pengujian keluaran sistem pakar dilakukan dengan data survey tanah dari

daerah Kabupaten Tanggamus, Kabupaten Pringsewu, dan Kabupaten

Lampung Utara tergantung lokasi yang dipilih.

II. LANDASAN TEORI

2.1 Kopi

Kopi merupakan tanaman tropis yang dapat tumbuh di mana saja asalkan

temperaturnya tidak terlalu dingin atau bukan merupakan daerah tandus (Aak,

1988). Kondisi lingkungan tumbuh tanaman kopi yang paling berpengaruh

terhadap produktivitas tanaman kopi adalah tinggi tempat dan tipe curah hujan.

Sebab itu, jenis tanaman kopi yang ditanam harus disesuaikan dengan kondisi

tinggi tempat dan curah hujan di daerah setempat (Ernawati et al., 2008). Jenis

kopi yang ditanam di perkebunan rakyat di Lampung adalah kopi arabika dan

robusta. Persyaratan tumbuh optimum kedua jenis ini disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Persyaratan Kondisi Iklim dan Tanah yang Optimum untuk Kopi Robusta dan Arabika

Sumber: Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2008

Khusus syarat tumbuh yang berhubungan dengan iklim (curah hujan rata-

rata dan jumlah bulan kering) untuk provinsi Lampung, telah ada hasil penelitian

yang dapat dipakai sebagai acuan. Tabel 3 menunjukkan nilai distribusi curah

hujan rata-rata bulanan di setiap daerah tipe hujan provinsi Lampung. Sedangkan

Gambar 3 menunjukkan daerah hasil pembagian tipe dan isohyet tahunan

berdasarkan jumlah curah hujan bulanan tiap tipe daerah kemudian dibuat

distribusi dengan nilai interval 500 mm. Isohyet adalah garis pada peta yang

menunjukkan tempat-tempat yang mempunyai tinggi curah hujan yang sama.

7

Tabel 3. Nilai Distribusi Curah Hujan Rata-rata Bulanan

Sumber: Setyanto dan Gunawan, 2009

Sumber: Setyanto dan Gunawan, 2009 Gambar 3. Peta Kesesuaian Iklim Untuk Tanaman Kopi

Provinsi Lampung

8

2.1.1 Jenis Kopi Jenis kopi banyak sekali jumlahnya, tetapi yang umum ditanam di Indonesia

ada tiga jenis, yaitu:

a. Kopi Arabika (Coffea arabica): berdaun kecil, halus mengkilat, ukuran

daun 12 -- 15 cm x 6 cm, dan panjang buah 1,5 cm. Kopi arabika

biasanya diperbanyak dengan benih, sehingga bahan tanamnya berupa

varietas. Kopi arabika menjadi bahan dasar untuk dijadikan kopi luwak

di Lampung.

Sumber: Aak, 1988

Gambar 4. Kopi Arabika Keterangan:

A. Pucuk plagiotrop

B. Bagian di bawah permukaan daun

C. Bagian pucuk yang mulai berbunga

D. dan E. Bunga

F, G, dan H Buah

9

b. Kopi Canephora (Coffea canephora): dikenal sebagai kopi robusta,

berdaun besar, ukuran daun lebih dari 20 cm x 10 cm bergelombang,

sedangkan panjang buah ± 1,2 cm. Kopi robusta diperbanyak secara

vegetatif, sehingga bahan tanaman yang digunakan berupa klon. Kopi

robusta memiliki sifat menyerbuk silang, maka untuk meningkatkan

pertumbuhan dan produktivitasnya dapat dicapai dengan menggunakan 3

– 4 klon unggul (poliklonal) yang berkomposisi dengan tepat dan sesuai

dengan kondisi lingkungan tertentu (Ernawati et al., 2008).

Sumber: Aak, 1988

Gambar 5. Kopi Canephora Keterangan:

A. Bagian pucuk

B. Bagian cabang dengan bunga

C. Bunga yang dibelah

D. Bagian cabang dengan buah tanpa daun.

10

c. Kopi Liberika: berdaun lebat, besar, mengkilat, buah besar sampai 2

atau 3 cm, tetapi biji kecil.

Sumber: Aak, 1988

Gambar 6. Kopi Liberika

Keterangan:

A. Cabang plagiotrop dengan calon bunga

B. Daun, permukaan atas

C. Bunga dalam keadaan dibelah

D. dan E. Pertumbuhan buah

F. Buah.

11

2.1.2 LahanPenanaman

Lahan penanaman yang akan digunakan, perlu dikaji beberapa aspek,

terutama:

a. Sifat fisis tanah

Sifat fisis tanah meliputi tekstur, struktur, air, dan udara di dalam

tanah. Tanah untuk tanaman kopi berbeda-beda, menurut keadaan dari asal

tanaman itu. Pada umumnya tanaman kopi menghendaki tanah lapisan atasnya

dalam, gembur, subur, dan banyak mengandung humus dan permeable, atau

dengan kata lain tekstur tanah harus baik. Tanah yang strukur/teksturnya baik

adalah tanah yang berasal dari abu gunung berapi yang cukup mengandung

pasir. Tanah yang demikian pergiliran udara dan air di dalam tanah akan

berjalan dengan baik. Tidak menghendaki air tanah yang dangkal, karena

dapat membusukkan perakaran, sekurangnya kedalaman air tanah 3 m dari

permukaannya. Akar tananam kopi mempunyai kebutuhan oxygen yang tinggi,

yang berarti tanah yang drainasenya kurang baik dan tidak cocok dengan

tanah liat berat. Karena tanah itu sulit ditembus akar, peredaran air, dan

udara pun akan menjadi jelek. Demikian pula tanah pasir berat, pada umumnya

kapasitas kelembaban kurang, karena kurang dapat mengikat air. Selain itu tanah

pasir berat juga kurang mengandung N atau zat lemas. Zat lemas sangat

dibutuhkan terutama dalam pertumbuhan vegetatif. Hal ini dapat dibuktikan

pada pertumbuhan tanaman di tanah-tanah hutan belantara yang baru saja

dibuka.

Sebaliknya pada tanah-tanah yang ditanami kembali (tanaman ulang =

replanting) pertumbuhan dan hasilnya kurang memuaskan. Maka apabila

dipandang perlu tanaman ulang ini hendaknya diganti dengan tanaman yang

tidak sejenis, karena tanaman yang berlainan kebutuhan zat makanan juga

berbeda.

b. Sifat kimia tanah

Sifat kimia tanah yang dimaksud di sini ialah meliputi kesuburan dan pH.

Di atas telah dikemukakan, bahwa tanaman menghendaki tanah yang dalam,

gembur, dan banyak mengandung humus. Hal ini tak dapat dipisah-pisahkan

12

dengan keadaan sifat kimia tanah, sebab satu sama lain saling berkaitan. Tanah

yang subur berarti banyak mengandung zat-zat makanan yang sangat

dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan dan berproduksi.

Tanaman kopi menghendaki reaksi yang agak asam dengan pH 5½ -- 6½.

Tetapi hasil yang baik sering kali diperoleh pada tanah yang lebih asam,

dengan catatan keadaan fisisnya baik, dengan daun-daun cukup ion Ca++ untuk

fisiologi zat makanan dengan jumlah makanan tanaman yang cukup. Pada

tanah yang bereaksi lebih asam, dapat dinetralisasi dengan kapur tohor, atau

yang lebih tepat diberikan,dalam bentuk pupuk; misalnya: serbuk tulang/Ca -

(P02) + Calsium metaphosphat/Ca (P02

Pada umumnya tanah yang lebih asam kandungan mineralnya lebih

rendah. Walaupun syarat-syarat yang berhubungan dengan tanah itu dapat

dipenuhi dengan baik, tetapi perusahaan perkebunan kopi itu belum tentu

menguntungkan, karena masih harus memperhatikan faktor lain, terutama iklim.

).

2.1.2.1 Karakteristik Lahan

Karakteristik lahan yang erat kaitannya untuk keperluan evaluasi lahan

dapat dikelompokkan ke dalam 3 faktor utama, yaitu topografi, tanah, dan iklim.

Karakteristik lahan tersebut (terutama topografi dan tanah) merupakan unsur

pembentuk satuan peta tanah (Ritung et al., 2007).

2.1.2.2 Kualitas Lahan

Kualitas lahan adalah sifat-sifat pengenal atau attribute yang bersifat

kompleks dari sebidang lahan. Setiap kualitas lahan mempunyai keragaan

(performance) yang berpengaruh terhadap kesesuaiannya bagi pengguna tertentu dan

biasanya terdiri atas satu atau lebih karakteristik lahan (land characteristics) (Ritung

et al., 2007).

2.1.2.3 Kesesuaian Lahan

Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan sebidang lahan untuk

penggunaan tertentu. Kesesuaian lahan tersebut dapat dinilai untuk kondisi saat

13

ini (kesesuaian lahan aktual) atau setelah diadakan perbaikan (kesesuaian lahan

potensial) (Ritung et al., 2007).

2.1.2.4 Evaluasi Lahan

Evaluasi lahan adalah suatu proses penilaian sumber daya lahan untuk tujuan

tertentu dengan menggunakan suatu pendekatan atau cara yang sudah teruji. Hasil

evaluasi lahan akan memberikan informasi dan/atau arahan penggunaan lahan sesuai

dengan keperluan (Ritung et al., 2007).

2.2 Manajemen Pengetahuan

Manajemen pengetahuan (knowledge management) merupakan suatu

model gabungan berbagai aspek pengetahuan dalam suatu usaha, oleh karena

itu didalamnya termasuk penciptaan, pengkodean, dan pendistribusian

pengetahuan (Sevani, 2009). Menurut Turban (2001), manajemen pengetahuan

membantu organisasi mengidentifikasi, memilih, mengatur, menyebarkan, dan

mengirimkan informasi dan keahlian penting di dalam memori organisasi

dalam bentuk yang tidak terstruktur.

2.2.1 Akuisisi Pengetahuan

Akuisisi pengetahuan merupakan tahap di mana akan dilakukan proses

pengumpulan pengetahuan dari para pakar oleh knowledge engineer (KE), yang

akan dimasukkan dalam sistem berbasis pengetahuan (knowledge based system).

Menurut Marimin (2007), proses akuisisi pengetahuan terdiri dari tiga tahap, yaitu

komunikasi, formulasi atau implementasi parsial (permodelan pengetahuan), dan

tahap validasi (keabsahan data sistem dan interpretasi pengetahuan).

2.2.2 Representasi Pengetahuan

Pemilihan metode representasi yang akan digunakan perlu

mempertimbangkan beberapa persyaratan, seperti kemudahan representasi,

kemudahan dalam penalaran, efisiensi proses akuisisi, dan efisiensi proses

penalaran (Marimin, 2007). Pengetahuan yang telah diakuisisi dari para pakar

pada tahap sebelumnya harus direpresentasikan kedalam bentuk yang tepat untuk

14

kemudian disimpan dalam basis pengetahuan (Sevani, 2009). Representasi

pengetahuan merupakan bagian yang memuat obyek-obyek pengetahuan serta

hubungan yang dimiliki antar obyek tersebut. Basis pengetahuan merupakan

sumber kecerdasan sistem yang dimanfaatkan oleh mekanisme inferensi untuk

mengambil kesimpulan (Marimin, 2007).

2.2.3 Mekanisme Inferensi

Menurut Sevani (2009), mesin inferensi menentukan cara penarikan

kesimpulan yang akan digunakan pada sistem pakar. Penarikan kesimpulan

dilakukan dengan memanipulasi dan mengarahkan pengetahuan yang ada dalam

basis pengetahuan sehingga akhirnya tercapai suatu kesimpulan. Mengembangkan

mesin inferensi perlu memperhatikan teknik penelusuran dan pengendalian yang

akan digunakan. Teknik pengendalian yang digunakan dalam perancangan sistem

pakar menentukan kesesuaian lahan adalah mata rantai maju (forward chaining),

yaitu dimulai dari sekumpulan fakta kemudian dianalisis dan digunakan untuk

proses penarikan kesimpulan.

2.3 Sistem pakar

Sistem pakar adalah perangkat lunak komputer yang menggunakan

pengetahuan (aturan-aturan tentang sifat dari unsur suatu masalah), fakta, dan

teknik inferensi untuk masalah yang biasanya membutuhkan kemampuan

seorang ahli. Sistem pakar merupakan sistem yang mengkombinasikan kaidah

(inference rules) dan dasar pengetahuan (knowledge base) tertentu yang

diberikan oleh satu atau lebih pakar dalam bidang tertentu yang disimpan

dalam komputer untuk menghasilkan suatu alasan dan keputusan (reasoning

and decision making). Dalam hal ini komputer dapat melaksanakan tugas seperti

seorang pakar.

Pengetahuan yang digunakan dalam sistem pakar terdiri dari kaidah-

kaidah (rules) atau informasi dari pengalaman tentang tingkah laku suatu unsur

dari suatu gugus persoalan. Kaidah-kaidah biasanya memberikan deskripsi

tentang kondisi yang dikuti oleh akibat dari prasyarat tersebut. Tujuan

perancangan sistem pakar adalah untuk mempermudah kerja atau bahkan

mengganti tenaga ahli, penggabungan ilmu dan pengalaman dari beberapa

15

tenaga ahli. Sistem pakar atau sistem berbasis pengetahuan kecerdasan

(Intelligent Knowledge Based System) merupakan salah satu bagian dari

kecerdasan buatan yang memungkinkan komputer dapat berpikir dan

mengambil kesimpulan dari sekumpulan aturan (Marimin, 2005).

Sistem pakar didefinisikan sebagai suatu sistem yang bercirikan sebagai

berikut:

1. Menangani permasalahan dunia nyata, permasalahan-permasalahan

kompleks yang membutuhkan interpretasi seorang pakar.

2. Memecahkan permasalahan-permasalahan ini dengan menggunakan

suatu model komputer dari penalaran seorang pakar dan menggapai

hasil yang sama dengan kesimpulan yang akan dihasilkan seorang

pakar jika dihadapkan pada permasalahan yang sama.

Beberapa kelemahan sistem pakar, yaitu:

1. Sistem-sistem tersebut tidak mampu untuk mengenali masalah-masalah di

mana pengetahuannya tidak dapat diterapkan dan tidak cukup.

2. Sistem-sistem tersebut tidak mempunyai kemampuan untuk menguji

apakah kesimpulannya masuk akal atau tidak.

3. Penjelasan secara rinci dari proses penalaran sistem-sistem tersebut

kebanyakan tidak memunculkan persoalan yang mendasar.

2.4 Metode Bayes

Metode Bayes merupakan salah satu teknik yang dapat dipergunakan

untuk melakukan analisis dalam pengambilan keputusan terbaik dari sejumlah

alternatif dengan tujuan menghasilkan perolehan yang optimal (Marimin, 2005).

16

Persamaan Bayes yang digunakan untuk menghitung nilai setiap alternatif adalah

Total Nilaii )(

1jij

m

jKritNilai∑ =

=

di mana: Total Nilaii Nilai

= total nilai akhir dari alternatif ke-i ij

Krit = nilai dari alternatif ke-i pada kriteria ke-j

j i = 1, 2, 3, . . . , n; n= jumlah alternatif

= tingkat kepentingan (bobot) kriteria ke-j

j = 1, 2, 3, . . . , m; m= jumlah kriteria

2.5 Faktor Kepastian (Certainty Factor)

Para pengembang MYCIN menyadari bahwa pendekatan Bayesian terlalu

kasar, karena terlalu banyak data dan/atau anggapan/perkiraan yang diperlukan.

Selain itu, sistem diagnosa medis berdasarkan Metode Bayesian tidak diterima

karena sistem tidak memberikan penjelasan sederhana bagaimana telah mencapai

kesimpulan. Alasan tambahan para dokter dalam hal pengumpulan bukti yang

mendukung/bertentangan dengan hipotesis tertentu. Pengembang MYCIN

mengembangkan suatu logika yang bekerja dengan cara ini, yaitu faktor

kepastian.

Faktor Kepastian mirip dengan probabilitas bersyarat, tapi agak berbeda.

Bukannya mewakili derajat probabilitas suatu hasil, tetapi hasilnya yang

mewakili ukuran keyakinan. Apabila probabilitas berkisar dari 0 (false) untuk 1

(benar), CF berkisar dari:

-1 diyakini tidak akan terjadi dan 1 diyakini kasus terjadi

Ukuran absolut dari CF mengukur tingkat keyakinan . Faktor Kepastian

(Certainty Factors) merupakan penurunan dan pengembangan dari teori peluang

berkondisi (Bayes theorem) (Marimin, 2007). Faktor kepastian didapatkan dari

operasi pengurangan nilai kepercayaan (measure of belief) oleh nilai

ketidakpercayaan (measure of disbelief). Tujuan utama penggunaan faktor

kepastian adalah untuk memproses ketidakpastian dari fakta dan gejala dengan

menghindarkan keperluan data dan perhitungan yang besar.

17

Skala ukuran nilai kepercayaan (MB) dan nilai ketidakpercayaan (MD) digunakan

untuk mengukur kekuatan fakta, notasi yang digunakan adalah:

MB[h,e]= X, berarti “ukuran kenaikan tingkat kepercayaan untuk

hipotesis h, didasarkan pada fakta e sama dengan X”

MD[h,e]= Y, berarti “ukuran kenaikan tingkat ketidakpercayaan untuk

hipotesa h, didasarkan pada fakta e sama dengan Y”

2.6 Siklus Hidup Pembuatan Sistem

Dalam sikus pembuatan sistem, Model Siklus Hidup Air Terjun (Waterfall

Life Cycle Model) sering dipakai dalam pengembangan atau pembuatan peranti

lunak. Menurut Turban dan Aronson (2001), model siklus air terjun ini terbagi ke

dalam beberapa tahap/fase, yaitu kebutuhan (need), perencanaan (planning),

analisis (analysis), perancangan (design), implementasi (implementation), dan

sistem jadi (system). Tahapan-tahapan ini saling berkaitan satu sama lainnya,

sehingga mungkin saja saling tindih (overlapping). Pada model ini, tugas pada

setiap fase dilakukan secara berurutan, sehingga fase selanjutnya hanya dapat

dilakukan setelah fase sebelumnya selesai dikerjakan. Kelebihan model ini adalah

tahapan yang ada telah terdefinisi dan terbagi secara jelas, sehingga akan

menghasilkan keluaran yang tepat dan jelas.

III METODOLOGI

3.1 Kerangka Model

Pengembangan budidaya kopi melibatkan banyak faktor yang

memberikan hasil keluaran yang optimal dan mampu meningkatkan

budidaya kopi secara keseluruhan. Faktor-faktor tersebut berupa rangkaian

beberapa model yang terintregrasi untuk menghadapi kendala dan berbagai

faktor pemecahan masalah yang kompleks dan dinamis.

Kemampuan untuk mengakomodasikan dan melibatkan semua pihak

yang berkepentingan dalam pengembangan budidaya kopi merupakan

sebuah kekuatan yang mutlak dimiliki pada era pembangunan sekarang ini.

Pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengembangan pertanian antara lain

petani, kelembagaan petani, pemerintah, sektor swasta dan distributor dengan

sistem pemasarannya, serta faktor-faktor lainnya. Pemerintah mutlak

membuat kebijakan yang tidak hanya berpihak ke bidang pertanian tetapi juga

lebih kepada kemampuan untuk menciptakan sistem pertanian dan agroindustri

yang adil.

Perkembangan teknologi informasi dengan kemampuan pengolahan data

yang cepat serta berkembangnya metode pemecahan masalah yang lebih

representatif menjadi alasan perencanaan strategi pengembangan budidaya

kopi ini dikembangkan dalam sebuah Sistem Manajemen Ahli (SMA) yang

berdasarkan pada penggunaan perangkat lunak komputer. SMA ini bertujuan

antara lain:

1. Menentukan lokasi potensial dan

2. Menentukan kesesuaian lahan.

Manfaat SMA ini diharapkan mampu untuk membantu dalam proses

pengambilan keputusan dengan lebih efektif dan efisien dalam segi waktu dan

biaya. Gambar 7 berikut ini menyajikan garis besar kerangka model SMA

Penentuan Lokasi dan Kesesuaian Lahan Budidaya kopi di Provinsi Lampung.

19

Gambar 7. Kerangka Model Sistem Manajemen Ahli (SMA) Penentuan Lokasi dan Kesesuaian Lahan Budidaya Kopi di Provinsi Lampung

SMA tanaman kopi mempunyai 23 syarat tumbuh berkenaan dengan

kesesuaian lahan. Empat syarat utama adalah suhu udara berdasarkan tinggi

tempat, ketersediaan air yang meliputi curah hujan tahunan rata-rata, jumlah

bulan kering, dan kelembaban nisbi (relatif). Keempat syarat tersebut

merupakan pemberian alam yang tidak dapat dimanipulasi oleh manusia. Tiga

syarat lainnya berhubungan dengan lahan gambut, yaitu ketebalan, ketebalan

berlapis bahan mineral, dan kematangan juga dapat diabaikan (nilainya di nol-

20

kan), karena tidak sesuai dengan tanaman kopi. Tiga syarat yang berada pada

wilayah pasang surut (pantai), yaitu salinitas, alkalinitas/ESP, dan kedalaman

sulfidik juga dapat diabaikan karena tidak sesuai dengan tanaman kopi.

Sedangkan 13 (tiga belas) syarat lainnya dapat disesuaikan atau diperbaiki agar

sesuai dengan syarat tumbuh.

Dari model Sistem Manajemen Basis Data, data lokasi dari 5 calon lokasi

yang akan dipilih yang berasal dari petani/praktisi berikut data parameternya

terlihat di Tabel 4. Data Karakteristik lahan untuk tanaman kopi Robusta

berasal dari data pakar dan hasil survey tanah. Sedangkan data kesesuaian

lahan yang ada di dalam model Sistem Berbasis Aturan terlihat pada Tabel 5.

Tabel 4. Data Lokasi Calon Lahan dan Parameter awalnya

Kegiatan/ Lokasi Parameter Banjarrejo Way Tenong Batutegi Muara Dua Ulubelu

Luas Lahan 0,75 – 2,0 Ha 1,5 Ha 1,5 Ha 2,0 Ha 1,5 Ha Harga Lahan 45.000.000 45.000.000 60.000.000 10.000.000 60.000.000 Kondisi Tanaman

Sudah ada (tua)

(peremajaan)

Sudah ada (kondisi bagus)

Sudah ada (kondisi bagus)

Belukar/ Campur

Penyiapan Lahan

1.000.000

Sudah ada (kondisi bagus)

Perlakuan Tanaman Yang Ada

Peremajaan 2.000.000

Perawatan Perawatan Penanaman Baru

4.000.000

Perawatan

Transportasi ( pp)

20.000 60.000 12.000 10.000 70.000

Pembersihan Rumput/ Gulma

4.880.000 4.848.000 5.040.000 5.710.000 5.080.000

Pemupukan 1.158.000 1.158.000 1.158.000 1.158.000 1.158.000 Ongkos Panen/ Pasca Panen

875.000 2.800.000 2.800.000 0 2.800.000

Hasil Panen/tahun (Rp 15.000/kg)

1.250 kg 18.750.000

2.500 kg 37.500.000

2.500 kg 37.500.000

0 2.500 kg 37.500.000

Keterangan: Biaya dan harga dalam Rupiah

Tanaman kopi dengan syarat tumbuh tersebut, ideal ditanam pada daerah

kaki pegunungan yang biasanya berupa hutan. Dengan semakin ketatnya

pengawasan pemerintah terhadap hutan yang tersisa, petani memerlukan teknik

pemilihan lahan dan persiapan lahan yang sebaik-baiknya untuk tidak

membuang dana yang berlebihan. Penelitian ini membahas tentang teknik

21

pemilihan lokasi yang paling ekonomis dari beberapa lokasi pilihan dengan

Sistem Manajemen Basis Model dan membantu petani menyiapkan lahan yang

telah dipilih agar sesuai dengan syarat tumbuh tanaman kopi dengan Sistem

Berbasis Aturan. Kedua hal tersebut berdasarkan Sistem Manajemen Basis

Data. Ketiga sistem tersebut ditangani oleh Pengolah Terpusat.

Tabel 5. Persyaratan Tumbuh Tanaman Kopi Robusta (Coffea Caephora)

22

Keterangan:

Kelas S1 Sangat sesuai: Lahan tidak mempunyai faktor pembatas yang berarti atau nyata terhadap penggunaan secara berkelanjutan, atau faktor pembatas bersifat minor dan tidak akan berpengaruh terhadap produktivitas lahan secara nyata.

Kelas S2 Cukup sesuai: Lahan mempunyai faktor pembatas, dan faktor pembatas ini akan berpengaruh terhadap produktivitasnya, memerlukan tambahan masukkan (input). Pembatas tersebut biasanya dapat diatasi oleh petani sendiri.

Kelas S3 Sesuai marjinal: Lahan mempunyai faktor pembatas yang berat, dan faktor pembatas

ini akan sangat berpengaruh terhadap produktivitasnya, memerlukan tambahan masukkan yang lebih banyak daripada lahan yang tergolong S2. Untuk mengatasi faktor pembatas pada S3 memerlukan modal tinggi, sehingga perlu adanya batuan atau campur tangan (intervensi) pemerintah atau pihak swasta.

Kelas N Lahan yang tidak sesuai karena mempunyai faktor pembatas yang sangat berat

dan/atau sulit diatasi.

3.2 Tahapan Pengembangan Sistem manajemen ahli

Tujuan utama penelitian ini yang ingin membantu petani agar mudah

untuk menentukan pilihan lahan yang diinginkan dan memperoleh anjuran

lanjutan singkat dalam penanganan lahannya. Dengan tujuan tersebut, SMA ini

dirancang berupa aplikasi berbasis web agar mudah untuk diakses. Tahapan

pengembangan SMA ini kerangka dasar penyususnan aturannya mengikuti

proses dalam Gambar 8.

3.2.1 Pemilihan Pakar

Pakar adalah seseorang yang mempunyai pengetahuan dalam suatu bidang

tertentu. Dalam pembangunan sistem manajemen ahli, tahap awal yang

dilakukan adalah pemilihan dan penentuan pakar sebagai sumber pengetahuan

(Sevani, 2009). Marimin (2007) membagi pakar menjadi 4 (empat) kelompok,

yaitu: 1) pakar yang memiliki pendidikan formal S2 (Magister) atau S3

(Doktoral), 2) pakar yang berpengalaman pada bidang yang dikaji, 3) pakar

yang berpendidikan formal dan mempunyai pengalaman pada bidang yang

dikaji, dan 4) pakar yang merupakan praktisi pada bidang yang dikaji.

23

Sumber: Marimin (2007)

Gambar 8. Tahapan Pengembangan Sistem Pakar

Pengetahuan para pakar berupa tacit knowledge yaitu pengetahuan yang

belum didokumentasikan dengan baik karena masih berupa buah fikiran dan

explicit knowledge yang sudah terdokumentasikan dengan baik sehingga mudah

untuk diakses (Turban, 2001).

3.2.2 Akuisisi Pengetahuan

Menurut Marimin (2007), terdapat berbagai macam metode yang dapat

digunakan dalam proses akuisisi pengetahuan, salah satunya adalah wawancara.

Akuisisi pengetahuan yang dilakukan oleh seorang knowledge engineer (KE),

bertujuan untuk mengumpulkan dan menganalisis pengetahuan yang diperoleh

dari para pakar untuk kemudian disimpan dalam basis pengetahuan. Metode

yang digunakan untuk proses akuisisi pengetahuan dalam sistem manajemen ahli

penentuan lokasi dan kesesuaian lahan budidaya kopi ini adalah wawancara

dengan ahli tanah IPB, Dr Kukuh Murtilaksono, dan seorang praktisi/petani kopi

yang berdomisili di Kabupaten Pringsewu, Imbang Setiawan bin Burni.

24

3.2.3 Representasi Pengetahuan

Pemilihan metode representasi yang akan digunakan perlu

mempertimbangkan beberapa persyaratan, seperti kemudahan representasi,

kemudahan dalam penalaran, efisiensi proses akuisisi, dan efisiensi proses

penalaran (Marimin, 2007). Pengetahuan yang telah diakuisisi dari para pakar

pada tahap sebelumnya harus direpresentasikan ke dalam bentuk yang tepat

untuk kemudian disimpan dalam basis pengetahuan (Sevani, 2009).

3.2.4 Pengembangan Mesin Inferensi

Menurut Sevani (2009), mesin inferensi menentukan cara penarikan

kesimpulan yang akan digunakan pada SMA. Penarikan kesimpulan dilakukan

dengan memanipulasi dan mengarahkan pengetahuan yang ada dalam basis

pengetahuan sehingga akhirnya tercapai suatu kesimpulan. Mengembangkan

mesin inferensi perlu memperhatikan teknik penelusuran dan pengendalian

yang akan digunakan.

Teknik pengendalian yang digunakan dalam perancangan SMA

menentukan kesesuaian lahan adalah mata rantai maju (forward chaining), yaitu

dimulai dari sekumpulan fakta kemudian dianalisis dan digunakan untuk proses

penarikan kesimpulan.

3.2.5 Implementasi dan Pengujian

Perangkat lunak PHP dipakai untuk mengimplementasikan SMA

penentuan lokasi dan kesesuaian lahan ini, dengan faktor kepastian (certainty

factor) sebagai pemroses data di dalam pembuatan modul-modulnya. Proses

verifikasi dan validasi dilakukan untuk menguji SMA yang dirancang dan hasil

keluarannya dengan menggunakan data sekunder dari laporan hasil survey

lokasi dan survey tanah lokasi-lokasi pilihan. Selanjutnya hasil verifikasi dan

validasi dikomentari pakar, bila sudah cukup mewakili kepakaran manusia,

maka SMA tersebut dapat direkomendasikan untuk digunakan. Bila hasilnya

masih dirasakan kurang memenuhi kepakaran, maka KE harus meninjau ulang

basis pengetahuan yang ada.

25

3.3 Tata Laksana Penelitian

Tata laksana penelitian menggambarkan urutan langkah-langkah

pelaksanaan penelitian ini, yaitu:

1. Persiapan Penelitian dan Studi Pendahuluan. Persiapan penelitian

berupa latar belakang dan perumusan masalah beserta tujuan

penelitian, sedangkan studi pendahuluan berupa studi dokumentasi dan

studi literatur untuk memenuhi ruang lingkup penelitian.

2. Penetapan Sumber Pengetahuan yaitu Akuisisi Pengetahuan dan

Representasi Pengetahuan. Akuisisi pengetahuan berupa penetapan

parameter pemilihan lokasi, penetapan parameter penentu kesesuaian

lahan, dan pengumpulan data persyaratan penggunaan lahan.

Representasi pengetahuan berupa pemberian bobot dan perumusan

kaidah dalam knowledge base.

3. Mekanisme Inferensi berupa penentuan metode yang akan digunakan.

4. Implementasi sistem manajemen ahli dengan perangkat lunak

pembuatan aplikasi Web.

5. Pengujian dengan laporan penelitian survei tanah semi detail.

6. Pengujian ke human expert (Pakar).

3.3.1 Pengumpulan Data dan Informasi

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan

data sekunder yang berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data primer

meliputi hasil wawancara dengan praktisi yang langsung bergerak dalam

bidang budidaya kopi seperti petani kopi, serta jawaban kuisioner dari pakar

sehingga hasilnya dapat dirumuskan dalam bentuk permasalahan utama di

dalam sistem.

Kajian pustaka merupakan studi untuk mengumpulkan dan menganalisis

data sekunder berupa data hasil bumi secara umum dari Dinas Pertanian

dan Dinas Perkebunan, data hasil produksi dan ekspor kopi dari Dinas

Perkebunan, AEKI (Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia) cabang Lampung

26

dan dari Badan Pusat Statistik (BPS), luas lahan pertanian dari Dinas

Pertanian, luas dan wilayah hutan lindung dari Dinas Kehutanan, literatur

tentang kopi, dan peta geografis Lampung baik dari Atlas Umum dan internet.

Pengamatan lapang bertujuan untuk mendata secara langsung kebutuhan

biaya dalam menentukan lokasi yang akan dipilih. Model yang dihasilkan

diharapkan mampu untuk memberikan kemungkinan pemecahan masalah dengan

menggunakan teknik-teknik yang ada. Pengamatan dilakukan di Kabupaten

Tanggamus, Kabupaten Pringsewu, dan Kabupaten Lampung Utara,

tergantung pada daerah mana yang terpilih.

Wawancara dimaksudkan untuk mempelajari proses pengambilan

keputusan dalam pengembangan budidaya kopi dan permasalahan yang sedang

dihadapi. Hal ini dilakukan terhadap para praktisi dan para ahli untuk

mendapatkan masukan dalam memprediksi sebuah pemecahan masalah dalam

budidaya kopi. Pada tahap ini dilakukan pengamatan terhadap objek

permasalahan disertai dengan wawancara terhadap pihak-pihak yang berperan

dalam budidaya kopi, seperti pakar dan petani sehingga dapat diketahui

permasalahan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

3.3.2 Pengolahan Data dan Informasi

Data dan informasi yang diperoleh melalui berbagai macam sumber

tersebut kemudian diolah sebelum dapat direpresentasikan ke dalam basis

pengetahuan. Data yang diperoleh untuk menentukan lokasi diolah

menggunakan beberapa cara, seperti analisa deskriptif, pemberian bobot, dan

penggunaan Metode Bayes. Parameter kesesuaian lahan ditentukan memakai

metode Faktor Kepastian (Certainty Factor).

Wawancara dengan petani didapatkan data berupa 8 parameter yang

dipakai dalam simulasi biaya selama 5 tahun, yaitu harga lahan, persiapan lahan,

perlakuan tanaman, pembersihan rumput/gulma, ongkos transport petani dari

rumah ke lokasi pulang-pergi, hasil panen/tahun, ongkos panen/pasca panen, dan

biaya pemupukan. Dalam perhitungan simulasi, 8 parameter ini disederhanakan

27

menjadi 3 parameter, yaitu pendapatan kotor, total biaya, dan pendapatan bersih.

Pendapatan kotor didapat dari jumlah hasil panen selama 5 tahun. Total biaya

adalah jumlah biaya yang dikeluarkan selama lima tahun meliputi harga lahan,

persiapan lahan, perlakuan tanaman, ongkos transport petani, pembersihan

rumput/gulma, ongkos panen/pasca panen, dan pemupukan. Pendapatan bersih

adalah pendapatan kotor dikurangi total biaya. Pembobotan dalam metode

Bayes dilakukan oleh pakar. Perlu diingat, selain 8 parameter yang telah ada,

masih ada satu parameter/kriteria tambahan lain dalam memilih lokasi, yaitu ada

tidaknya petani/praktisi sekampung/sedaerah yang dapat diajak kerja sama

dalam memelihara tanaman atau keamanan lahan.

Hasil wawancara dengan pakar, 23 parameter karakeristik lahan

dibandingkan dengan masukan 23 data lapangan/survey untuk mendapatkan

kelas kesesuaian lahan.

3.3.3 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan selama 12 (duabelas) bulan, yaitu mulai bulan Juni

2010 sampai bulan Juni 2011. Pengamatan lapangan dilakukan di Kabupaten

Tanggamus, Pringsewu, dan Lampung Utara, wawancara dengan pakar

dilakukan dengan pakar tanah Institut Pertanian Bogor, Dr. Kukuh W,

sedangkan pakar praktisi/petani kopi dilakukan dengan Imbang Setiawan bin

Burni dari Desa Umbul Kacang Kabupaten Pringsewu.

Pengolahan data, perancangan sistem, dan verifikasi dilakukan di

Laboratorium Komputer Departemen Ilmu Komputer, FMIPA IPB

Baranangsiang Bogor.

3.4 Metode Pengembangan Sistem

Proses pengembangan SMA ini dilakukan melalui serangkaian tahapan

sesuai dengan metode yang ada pada siklus hidup suatu software. Metode yang

digunakan untuk pengembangan sistem adalah waterfall life cycle model.

28

3.4.1 Kebutuhan Sistem

Pada tahap pertama pengembangan sistem ditentukan kebutuhan sistem,

tahap pendefinisian tentang sistem yang akan dibuat, kegunaan sistem, dan yang

dibutuhkan untuk membuat sistem dengan mengetahui kebutuhan pengguna

sistem itu sendiri.

3.4.2 Perancangan Sistem

Perancangan sistem didasarkan atas sistem yang dikaji, meliputi

perancangan sistem basis data, basis model, serta sistem manajemen dialog.

Penggunaan sistem ini akan saling terintegrasi menjadi satu kesatuan sistem

penunjang keputusan.

a. Sistem Manajemen Basis Data

Sistem manajemen basis data berfungsi untuk memasukkan data dan

mengorganisasikan dalam sebuah relasi data sehingga memudahkan dalam

pengolahan dan pengambilan data. Sistem yang akan dikembangkan ini

tersusun dari beberapa buah model data antara lain data wilayah potensial

penanaman kopi, syarat kesesuaian lahan, dan data wawancara dengan

pakar.

b. Sistem Manajemen Basis Model

Sistem manajemen basis model merupakan fasilitas yang digunakan

untuk melakukan estimasi dalam pengambilan keputusan. Dalam sistem

manajemen basis model ini terdiri dari fungsi dan prosedur matematis

sebagai alat perhitungan. Sistem yang akan dikembangkan yaitu Model

Penentuan Lokasi, menggunakan Metode Bayes.

c. Sistem Manajemen Basis Aturan

Sistem manajemen basis aturan merupakan fasilitas yang digunakan

untuk melakukan analisis kesesuaian lahan menurut syarat-syarat kesesuaian

lahan. Sistem yang akan dikembangkan yaitu Model Kesesuaian Lahan

menggunakan rule-based di dalam program PHP.

29

d. Sistem Manajemen Dialog (Sistem Terpusat/Program Utama)

Sistem manajemen dialog merupakan sarana untuk mengatur interaksi

antara model dengan pengguna dalam proses pengambilan keputusan. Sistem

yang akan dikembangkan menggunakan beberapa menu-menu dan antar muka

pengguna yang user friendly. Fasilitas bantuan dan tips penggunaan juga

disertakan untuk membantu pengguna menggunakan sistem dengan baik dan

benar.

3.4.3 Pembangunan Sistem

SMA pemilihan lokasi dan kesesuaian lahan ini dibuat menggunakan

beberapa katagori perangkat lunak dan perangkat keras yang memenuhi

spesifikasi tertentu. Spesifikasi perangkat lunak yang diperlukan dalam

pembangunan sistem manajemen ahli ini, antara lain:

a. Sistem Operasi

Sistem operasi yang dapat digunakan untuk pembuatan aplikasi sistem

manajemen ahli ini adalah Windows XP, Windows Vista, atau Linux. Sistem

operasi merupakan bangunan dasar di mana aplikasi sistem manajemen ahli

akan dibuat dan kemudian diuji sebelum diimplementasikan. Pemilihan sistem

operasi yang akan digunakan berpengaruh pada bahasa pemrogramman dan

basis data yang dapat digunakan. Sistem operasi juga berkaitan erat dengan

perangkat keras yang dapat digunakan.

b. Bahasa Pemrogramman

Bahasa pemrograman yang digunakan untuk membuat web adalah PHP

versi 5.2.5 yang mempunyai beberapa keunggulan, antara lain:

• PHP merupakan bahasa script server side yang memiliki kemampuan

lebih daripada CGI (command graphical interface). PHP mempunyai

kemampuan mengumpulkan data dari form, membuat halaman web

dinamis, dan kemampuan mengirim dan menerima cookies.

30

• PHP bersifat multiplatform sehingga dapat digunakan pada semua sistem

operasi seperti Windows, Mac OS, dan Linux.

• PHP mendukung banyak web server, seperti Apache, MIIS (Microsoft

Internet Information Server), PWS (Personal Web Server), dan Netscape.

• PHP juga mendukung penggunaan berbagai jenis basis data seperti

MySQL, Oracle, dBase, FrontBase, Hyperware, SyBase, PostgrSQL, dan

Unix DBM.

• PHP mampu mengolah keluaran berupa berbagai macam jenis file seperti

file gambar, file PDF, dan juga movie Flash.

• PHP mampu menghasilkan keluaran berupa teks seperti HTML, XHTML,

dan file XML lainnya.

c. Basis Data

Basis data yang digunakan adalah phpMyAdminSQLDump versi 2.11.4.

Pemilihan basis data ini didasari oleh:

• Bersifat multiplatform sehingga dapat digunakan pada berbagai macam

sistem operasi.

• Dapat digunakan untuk berbagai macam program seperti PHP, Java, Ferl,

C, dan Phyton.

• Dapat digunakan pada basis data yang besar, karena dapat memproses data

besar dengan cepat dan handal.

• Mudah digunakan karena memiliki jenis kolom yang cukup banyak

sehingga memudahkan konfigurasi basis data dan mendukung record

yang memiliki kolom dengan panjang tetap atau panjang bervariasi.

• Bersifat gratis (freeware) untuk sistem operasi Linux dan bersifat berbagi

(shareware) untuk sistem operasi Windows dan mempunyai tingkat

keamanan yang baik karena dapat melakukan verifikasi host.

d. Web Server

Web Server diperlukan dalam pembuatan aplikasi sistem manajemen ahli

karena aplikasi ini berbasis web yang nantinya akan diakses secara online.

31

Sistem manajemen ahli ini merupakan aplikasi yang beroperasi pada sisi server

yang merespon permintaan dari web client melalui browser. Web server yang

digunakan dalam pembuatan aplikasi sistem manajemen ahli ini adalah Apache.

Pemilihan Apache sebagai web server karena memiliki beberapa

keunggulan, antara lain:

• Opera bersifat multiplatform sehingga dapat digunakan pada berbagai

macam sistem operasi.

• Mudah dikonfigurasi terutama bila digunakan bersama dengan PHP dan

MySQL.

• Bersifat gratis/terbuka (open source), sehingga pengguna dapat

mengunduh (download) piranti lunak ini secara gratis.

• Opera mempunyai berbagai macam fitur canggih, seperti pemilihan

bahasa, hak akses, reload privilages, dan lainnya.

• Didukung oleh GUI (Graphical User Interface) sehingga memungkinkan

penanganan server dilakukan dengan mudah.

3.4.4 Pengujian Sistem

Pengujian sistem dilakukan sebelum dan sesudah aplikasi selesai dibuat.

Pengujian dilakukan dalam dua tahap, yaitu pengujian terhadap cara penulisan

yang digunakan dalam pembuatan aplikasi dan pengujian terhadap proses

perhitungan dan aliran data pada aplikasi.

Pengujian pada cara penulisan dilakukan sepanjang tahap penulisan

sehingga menghasilkan bentuk aplikasi akhir. Pengujian ini dilakukan dengan

cara melakukan compile terhadap cara penulisan yang ada untuk mengetahui

apakah terjadi kesalahan dalam penulisan. Bila hasil pengujian pada cara

penulisan tidak terdapat kesalahan lagi, maka pengujian berikutnya adalah

pengujian terhadap proses perhitungan dan aliran data pada aplikasi. Pengujian

terhadap aplikasi dilakukan pada saat aplikasi masih bersifat offline dan pada

saat aplikasi sudah hosting atau sudah dapat diakses secara online.

32

3.4.5 Penerapan Sistem

Tahapan penerapan atau implementasi sistem adalah tahap setelah aplikasi

berhasil melalui tahapan pengujian. Pada tahap ini aplikasi sudah siap untuk

digunakan oleh pengguna. Penerapan sistem dilakukan dengan cara menyewa

atau membeli domain untuk waktu tertentu atau digabungkan ke website yang

telah ada. Melalui domain tersebut aplikasi dapat diakses dan diperbaharui bila

diperlukan.

3.4.6 Operasional dan Pemeliharaan Sistem

Kegiatan operasional dan pemeliharaan sistem dilakukan setelah sistem

selesai diterapkan. Kegiatan ini dilakukan dengan memantau pemakaian dan isi

dari web supaya senantiasa terpelihara dan sesuai dengan perkembangan terbaru

yang ada seputar kegiatan pemilihan dan kesesuaian lahan.

Pemeliharaan dan pembaharuan isi basis data juga merupakan salah satu

kegiatan pada tahap operasional dan pemeliharaan sistem. Isi basis data

termasuk salah satu faktor yang menentukan keluaran aplikasi, semakin beragam

isi basis data akan membuat sistem dapat mengolah berbagai kemungkinan jenis

data masukkan dari pengguna.

IV. PERANCANGAN

4.1 Kerangka Sistem Yang Dirancang

Kerangka sistem yang dirancang ini dikembangkan dari kerangka model

sistem manajeme ahli yang telah disebutkan pada bagian metodologi. Pada

kerangka sistem yang dirancang dituliskan urutan proses pembuatan sistem dari

awal sampai akhir, hingga didapatkan sebuah sistem manajemen ahli yang dapat

digunakan untuk menentukan lokasi terbaik dan kesesuaian lahannya. Kerangka

sistem ini digambarkan dalam bentuk diagram alir deskriptif formulasi pembuatan

sistem manajemen ahli penentuan lokasi dan kesesuaian lahan seperti yang

terlihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Diagram Alir Formulasi Sistem yang Dirancang

34

4.2 Analisa Kebutuhan Sistem

Analisa kebutuhan sistem dilakukan oleh knowledge engineer (KE) dan

merupakan tahap awal dalam perancangan perangkat lunak yang terdapat pada

model siklus hidup pengembangan sistem klasik yang digunakan. Tahap analisa

ini dilakukan untuk mengetahui kebutuhan sistem dan pengguna sistem, serta alur

kerja sistem yang akan dibuat. Tahap analisa ini sering disebut sebagai fase

requirement yang akan mengumpulkan informasi tentang sistem dan perangkat

lunak yang akan dibuat, menentukan siapa saja pengguna sistem, dan apa saja

kebutuhan pengguna yang dapat diberikan oleh sistem.

Berdasarkan tahap analisis dapat ditentukan bahwa sistem yang akan dibuat

merupakan sebuah sistem manajemen ahli untuk memilih lokasi dan menentukan

kesesuaian lahan untuk tanaman kopi Robusta. Sistem ini dibuat berbasis web

agar dapat diakses secara online. Keberadaan sistem ini diharapkan dapat

membantu pengguna sistem dalam memilih lokasi dan kesesuaian lahan untuk

tanaman kopi. Pemilihan lokasi lahan ditentukan dengan bantuan Metode Bayes,

sedangkan untuk penentuan kesesuaian lahan ditentukan dengan bantuan Metode

Faktor Kepastian.

Sistem manajemen ahli yang dibuat masih dalam bentuk sederhana, terdiri

dari dua komponen menu yaitu pemilihan lokasi dan penentuan kesesuaian lahan.

Menu pada web terlihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Kelompok menu pada web

Menu pada Web Fungsi Menu Utama (Home) • Pemilihan fungsi memilih lokasi atau penentuan

lahan. • Dapat dipilih menu untuk pemilihan lokasi atau

langsung penentuan kesesuaian lahan. Menu Pemilihan Lokasi • Memilih lokasi dan ranking lokasi berdasarkan

masukkan data lokasi sebelumnya. • Dapat dilanjutkan ke klasifikasi kesesuaian

lahan untuk mendapatkan kesesuaian lahan atau menuju menu home/kembali ke menu utama.

Menu Klasifikasi • Menentukan kesesuaian lahan berdasarkan masukkan data pengguna.

• Menuju ke menu utama/home.

35

4.3 Rancangan Proses

Rancangan manajemen ahli pemilihan lokasi dan penentuan kesesuaian

lahan budidaya kopi ini dibagi menjadi lima bagian yang meliputi rancangan

masukkan, rancangan keluaran, rancangan proses, rancangan infrastruktur web,

dan rancangan tampilan.

4.3.1 Rancangan Masukan

Masukkan sistem untuk pemilihan lokasi menggunakan data primer hasil

wawancara dengan praktisi/petani kopi, sedangkan masukkan sistem untuk

kesesuaian lahan menggunakan data primer hasil wawancara dengan pakar dan

data sekunder dari petunjuk teknis penentuan kesesuaian lahan dan laporan survey

tanah. Rancangan basis data untuk lokasi dan parameternya terlihat pada Tabel 7.

Rancangan masukan didasarkan dari wawancara praktisi dan pakar yang disajikan

pada Lampiran 1.

Tabel 7. Rancangan Basis Data untuk Lokasi dan Parameternya -- -------------------------------------------------------- -- -- Table structure for table `data_lokasi` -- CREATE TABLE IF NOT EXISTS `data_lokasi` ( `nama` varchar(100) NOT NULL default '', `kecamatan` varchar(100) default NULL, `kabupaten` varchar(100) default NULL, `luas_lahan` double default NULL, `harga_lahan` bigint(20) default NULL, `biaya_transportasi` bigint(20) default NULL, `hasil_panen` bigint(20) default NULL, PRIMARY KEY (`nama`) ) ENGINE=MyISAM DEFAULT CHARSET=latin1; -- -- Dumping data for table `data_lokasi` -- INSERT INTO `data_lokasi` (`nama`, `kecamatan`, `kabupaten`, `luas_lahan`, `harga_lahan`, `biaya_transportasi`, `hasil_panen`) VALUES ('Bandarrejo', 'Sukoharjo', 'Pringsewu', 1.5, 45000000, 10000, 1250), ('Muara Dua', NULL, 'Pringsewu', 2, 10000000, 6000, 4000), ('Batutegi', NULL, 'Tanggamus', 1.5, 60000000, 30000, 4000), ('Ulubelu', 'Talang Padang', 'Tanggamus', 1.5, 60000000, 35000, 4000), ('Way Tenong', 'Bukit Kemuning', 'Lampung Utara', 1.5, 45000000, 150000, 4000); -- --------------------------------------------------------

36

Penyusunan sistem dimulai dengan menentukan parameter yang akan

digunakan, yaitu 8 parameter untuk pemilihan lahan yang pada perhitugan

simulasi disederhanakan menjadi 3 paremeter dan 23 parameter untuk penentuan

kesesuaian lahan. Untuk pemilihan lokasi lahan digunakan 8 parameter (kriteria),

yaitu harga lahan, kondisi tanaman kopi di lahan, perlakuan tanaman yang ada,

biaya tranportasi, biaya pembersihan rumput/gulma, hasil panen/tahun, ongkos

panen/pasca panen, dan biaya pemupukan. Untuk menentukan kesesuaian lahan

menggunakan 23 parameter, yaitu suhu tahunan rata-rata, curah hujan tahunan

rata-rata, jumlah bulan kering, kelembaban nisbi, drainase, tekstur tanah di

permukaan, fraksi kasar, kedalaman tanah, ketebalan gambut, ketebalan gambut

bila berlapis dengan bahan mineral/pengkayaan mineral, kematangan gambut,

KTK liat, kejenuhan basa, pH H2

Tabel 8. Rancangan Basis Data Parameter Karakteristik Lahan

O, C-Organik, salinitas, alkalinitas/ESP,

kedalaman sulfidik, lereng, tingkat bahaya erosi, banjir, batuan permukaan, dan

singkapan batuan. Contoh rancangan basis data parameter kesesuaian lahan untuk

suhu terlihat pada Tabel 8.

-- -- Table structure for table `karakteristik` -- CREATE TABLE IF NOT EXISTS `karakteristik` ( `parameter` varchar(100) NOT NULL default '', `nama` varchar(100) NOT NULL, `satuan` varchar(10) default NULL, `kelas` varchar(2) NOT NULL default '', `batas_bawah` double NOT NULL default '0', `batas_atas` double NOT NULL default '0', `keterangan` varchar(50) NOT NULL default '', PRIMARY KEY (`parameter`,`kelas`,`batas_bawah`,`batas_atas`,`keterangan`) ) ENGINE=MyISAM DEFAULT CHARSET=latin1; -- -- Dumping data for table `karakteristik` -- INSERT INTO `karakteristik` (`parameter`, `nama`, `satuan`, `kelas`, `batas_bawah`, `batas_atas`, `keterangan`) VALUES ('Suhu', 'suhu', 'C', 'S1', 22, 25, ''), ('Suhu', 'suhu', 'C', 'S2', 25, 28, ''), ('Suhu', 'suhu', 'C', 'S3', 28, 32, ''), ('Suhu', 'suhu', 'C', 'S3', 19, 22, ''), ('Suhu', 'suhu', 'C', 'N', -1, 19, ''), ('Suhu', 'suhu', 'C', 'N', 32, -1, ''),

37

4.3.2 Rancangan Keluaran

Keluaran dari sistem yang dirancang terdiri dari dua macam. Keluaran

pertama adalah hasil simulasi biaya dari 5 lokasi lahan berikut rankingnya dan

keluaran kedua berupa kesesuaian lahan yang terdiri dari 4 macam, yaitu sangat

sesuai (S1), cukup sesuai (S2), sesuai marjinal (S3), dan tidak sesuai (N).

4.3.3 Rancangan Proses Evaluasi

Pada SMA penentuan lokasi dan kesesuaian lahan ini terdapat dua evaluasi,

yaitu simulasi pemilihan lahan dan penentuan kesesuaian lahan. Rancangan

proses evaluasi yang dilakukan sistem dibagi menjadi 3 (tiga) proses, yaitu proses

masukkan, proses penarikan kesimpulan, dan proses keluaran. Gambaran proses

evaluasi dalam sistem ini diperlihatkan pada Gambar 10.

Pada proses 2, aturan yang dipakai adalah membandingkan data lapangan

dengan nilai masing-masing dari 23 nilai parameter karakteristik kesesuaian

lahan, sebagai contoh untuk parameter suhu:

IF Suhu > 22 AND Suhu <25 THEN Kesesuaian Lahan = S1 IF Suhu >= 25 AND Suhu < 28 THEN Kesesuaian Lahan = S2 IF Suhu > = 19 AND Suhu <= 22 AND Suhu >= 28 AND <= 32 THEN Kesesuaian Lahan = S3 ELSE Kesesuaian Lahan = N

Aturan-aturan untuk 23 parameter lainnya selengkapnya disajikan pada

Lampiran 2.

4.4 Rancangan Uji

Rancangan uji merupakan tahap pengujian terhadap sistem yang dibuat.

Pengujian ini diperlukan untuk mengetahui apakah sistem yang dirancang telah

dapat melakukan proses pengolahan data dengan Metode Bayes dan Metode

Faktor Kepastian sesuai dengan proses yang direncanakan. Proses pengujian juga

bertujuan untuk memastikan tingkat validitas keluaran sistem. Pengujian

dilakukan dalam dua tahap, yaitu pada saat sistem dikembangkan dan pada saat

sistem telah selesai dibuat. Pengujian pada saat dikembangkan dilakukan untuk

menguji cara penulisan (sintak) bahasa pemrograman yang digunakan. Pengujian

pada saat sistem selesai dikembangkan dilakukan untuk menguji proses yang

dilakukan dalam sistem dan keluarannya.

38

Pengujian keluaran sistem dilakukan dengan laporan survey tanah.

Pengujian dilakukan dengan menggunakan kombinasi berbagai kemugkinan data

yang dimasukkan oleh pengguna. Tujuan penggunaan berbagai kombinasi data

ini bertujuan untuk mengetahui tingkat reliabilitas sistem yang dirancang.

Gambar 10. Proses Evaluasi Sistem Manajemen Ahli Penentuan Lokasi dan

Kesesuaian Lahan

V. IMPLEMENTASI SISTEM

5.1 Spesifikasi Perangkat Keras dan Perangkat Lunak

Perangkat keras dan perangkat lunak yang diperlukan untuk membangun

sistem meliputi bermacam aspek aplikasi, seperti basis data, web server, dan

editor. Perangkat keras yang diperlukan untuk membangun sistem biasanya

berkemampuan lebih tinggi daripada yang digunakan oleh pengguna sistem.

Spesifikasi perangkat lunak yang digunakan untuk membangun sistem berbeda

dengan yang digunakan oleh pengguna sistem.

Perangkat keras yang digunakan untuk pembuat sistem dan pengguna sistem

memiliki spesifikasi antara lain:

• Prosesor Pentium IV atau lebih tinggi,

• Memory RAM minimal 1 Gbyte,

• Harddisk,

• Monitor,

• Keyboard, dan

• Mouse.

Perangkat lunak yang digunakan untuk pembuat sistem memiliki spesifikasi

antara lain:

• Opera web server,

• XAMPP,

• Notepad++,

• phpMyAdmin,

• MySQL.

Perangkat lunak yang digunakan oleh pengguna sistem memiliki spesifikasi

antara lain web browser. Pengguna yang akan mengakses sistem juga

memerlukan koneksi internet.

5.2 Sistem Masukan

Sistem manajemen ahli ini dirancang untuk memilih lokasi berdasarkan

masukan data di dalam program simulasi biaya lima tahun dan dilanjutkan dengan

40 menerima 23 nilai parameter masukan dari pengguna ke dalam sistem melalui

sebuah form input untuk memperoleh kesesuaian lahan. Kode program disajikan

pada Lampiran 3 – 10. Petunjuk pemakaian program disajikan pada Lampiran 11.

Buku Keterangan Peta Satuan Lahan dan Tanah Lembar Kotaagung, Sumatera

disajikan pada Lampiran 12.

a. Aplikasi Pemilihan Lokasi

Aplikasi pemilihan lokasi merupakan implementasi proses pertama dari

Sistem Manajemen Ahli, di mana terdapat 5 lokasi dan 8 parameter yang

dijadikan sebagai acuan perhitungan untuk mendapatkan ranking lokasi.

Pemilihan lokasi ini ditunjukkan pada Gambar 11.

Gambar 11. Pemilihan Lokasi Lahan

Pada halaman pertama ini, pengguna dapat memilih proses pemilihan lokasi

lahan yang telah dimasukan dalam program simulasi atau langsung memilih untuk

memilih kesesuaian lahan berdasarkan 23 parameter masukan. Bila pengguna

memilih proses pemilihan lahan, maka akan didapat hasil berupa rangking lokasi

berikut hasil perhitungannya, seperti yang terpapar di Gambar 12. Bila diinginkan

proses simulasi perhitungan tiap lokasi yang telah diranking, tinggal di-klik

pilihan show pada tiap lokasinya, akan didapatkan gambaran perhitungannya

seperti pada Gambar 13.

41

Gambar 12. Hasil simulasi perhitungan biaya di semua lokasi lahan

Gambar 13. Contoh Simulasi Perhitungan Biaya Lokasi Batutegi

b. Aplikasi Penentuan Kesesuaian Lahan

Aplikasi penentuan kesesuaian lahan ini merupakan proses kedua pada

sistem manajemen ahli ini. Aplikasi ini digunakan untuk menentukan tingkat

kesesuaian lahan dari lokasi terpilih atau dapat juga digunakan untuk menentukan

42 tingkat kesesuaian lahan sembarang lokasi dengan isian 23 parameter kesesuaian

lahan tersebut. Pengisisan 23 parameter kesesuaian lahan dapat dilihat pada

Gambar 14.

Gambar 14. Proses masukan 23 parameter kesesuaian lahan

Kelas kesesuaian lahan terbagi menjadi 4 (empat) kelas, yaitu S1(sangat

sesuai), S2 (cukup sesuai), S3 (sesuai marjinal), dan N (tidak sesuai).

5.3 Proses Evaluasi Sistem

Di tahap evaluasi, nilai masing-masing parameter yang dimasukan ke dalam

sistem pada proses kedua akan diproses melalui tahapan inferensi metode Faktor

Kepastian.

43

5.3.1 Proses Masukan

Data masukan pengguna berupa 23 (duapuluh tiga) parameter yang

diperlukan untuk proses penarikan kesimpulan didapat melalui form isian. Data

yang dimasukkan dapat berbeda tergantung lokasi yang ingin diketahui kesesuaian

lahannya.

5.3.2 Proses Penarikan Kesimpulan

Proses penarikan kesimpulan yang digunakan dalam pembuatan sistem

manajemen ahli ini adalah metode Bayes dan metode Faktor Kepastian.

5.3.3 Proses Keluaran

Keluaran aplikasi pemilihan lokasi lahan berupa perankingan hasil

perhitungan simulasi 5 (lima) lokasi lahan dengan 8 parameter penentu, yang

kemudian lokasi terpilih diproses dengan aplikasi kesesuaian lahan untuk

menentukan kesesuaian lahan tersebut yang diolah dari 23 parameter penentunya.

5.4 Keluaran Sistem

Keluaran sistem ini adalah lokasi yang terpilih sekaligus kelas kesesuaian

lahannya, atau dapat langsung berupa kelas kesesuaian lahan untuk lokasi yang

mempunyai data survey tanahnya.

5.5 Verifikasi dan Validasi

Verifikasi dilakukan dengan membandingkan hasil keluaran sistem pakar

dengan pendapat dari para pakar. Data yang digunakan untuk proses verifikasi ini

merupakan data yang diperoleh dari wawancara langsung dengan praktisi untuk

pemilihan lokasi dan laporan survei tanah semi detail dan buku petunjuk teknis

evaluasi lahan (2007) untuk kesesuaian lahan. Digunakan 23 data percobaan

untuk mengetahui tingkat kesesuaian lahan.

Tabel 9 menyajikan contoh hasil model pemilihan lokasi dengan

peringkatnya dengan menggunakan metode Bayes dengan bobot masing-masing.

Pendapatan bersih adalah pendapatan hasil panen selama 5 tahun dikurangi

dengan total biaya yang dikeluarkan selama lima tahun yang terdiri dari ongkos

transport, biaya pembersihan rumput/gulma, biaya pesiapan lahan, biaya

pemupukan, dan biaya ongkos panen/pasca panen. Pendapatan kotor adalah total

44 hasil penjualan panen selama lima tahun. Hasil perhitungan simulasi

menunjukkan bahwa Batutegi sebagai lokasi terpilih.

Tabel 10 menyajikan contoh data input dan output sistem untuk kesesuaian

lahan. Parameter X1 sampai X23

Tabel 9. Contoh Hasil Output Peringkat Pemilihan Lokasi

digunakan untuk menggantikan nama 23

parameter yang digunakan dengan urutan sesuai parameter kesesuaian lahan.

Hasil penalaran kesesuaian lahan untuk wilayah Batutegi berdasarkan data survey

tanah menghasilkan kesesuaian tanah S1 (sangat sesuai).

Lokasi Pendapatan

Bersih

Pendapatan

Kotor

Total

Biaya

Nilai

Alternatif

Peringkat

Bandarrejo - 5.030.000 37.500.000 - 42.530.000 -732.000 5

Muara Dua 70.452.000 120.000.000 -49.548.000 54.271.200 4

Batutegi 246.700.000 300.000.000 -53.300.000 178.020.000 1

Ulubelu 246.600.000 300.000.000 -53.400.000 177.960.000 2

Way Tenong 244.300.000 300.000.000 -55.700.000 176.580.000 3

Bobot 0,30 0,40 0,30

Tabel 10. Contoh Data Input dan Output Kesesuaian Lahan

Input Kesesuaian Lahan

X X1 X2 X3 .. 4 .. X X21 X22 23

23 2500 3 60 F0 4 3 S1

VI. PEMBAHASAN

Sistem Manajemen Ahli (SMA) Penentuan Lokasi dan Kesesuaian Lahan

Budidaya Kopi di Provinsi Lampung ini dirancang khusus untuk tanaman kopi

Robusta yang berupa aplikasi berbasis web yang dapat menghasilkan pemilihan

lokasi dan kesesuaian lahan berdasarkan masukan data aktual oleh pengguna.

Sistem manajemen ahli ini diharapkan dapat dijangkau pengguna dengan mudah

dan dapat diakses di mana saja selama ada koneksi internet.

6.1 Akuisisi Pengetahuan

Pembuatan SMA ini mengakuisisi pengetahuan dan informasi dari pakar

dan praktisi beserta dari berbagai jenis buku dan dokumen serta laporan survei

tanah. Metode yang digunakan untuk mengakuisisi pengetahuan dari pakar dan

praktisi ini adalah wawancara dan diskusi masalah. Melalui proses akuisisi

pengetahuan ini ditentukan 8 parameter yang digunakan untuk pemilihan lokasi

dan 23 parameter yang akan digunakan untuk penentuan kesesuaian lahan.

Pemilihan lokasi diambil dari 5 lokasi potensial yang ada berikut laporan survei

tanah untuk kelima lokasi tersebut.

6.2 Representasi Pengetahuan

Pengetahuan hasil akuisisi yang akan digunakan untuk memproses data,

direpresentasikan dalam bentuk aturan-aturan untuk kemudian di implementasikan

dalam program komputer. Untuk kesesuaian lahan, terdapat 23 parameter yang

akan menentukan kelas kesesuaian lahan, masing-masing parameter mempunyai

aturan masing-masing (rule-based) seperti disajikan pada Lampiran 2. Aturan-

aturan tersebut pada pemetaan tingkat semi detail (skala 1:25.000 – 1:50.000)

dapat menghasilkan kesesuaian lahan sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), sesuai

marjinal (S3), dan tidak sesuai (N). Tingkat kesesuaian lahan sangat sesuai (S1)

dicapai bila jumlah parameternya (JP) ≥ 80%, tingkat kesesuaian lahan cukup

sesuai (S2) bila JP ≥ 60%, tingkat kesesuaian lahan sesuai marjinal(S3) bila JP ≥

40%, tingkat kesesuaian lahan tidak sesuai (N) bila JP < 40%.

46

6.3 Proses Inferensi

Inferensi dilakukan berdasarkan data aktual, yaitu data lahan yang

dimasukan oleh pengguna. Berdasarkan aturan yang terdapat pada basis

pengetahuan, data pengguna ini akan diproses dengan metode Bayes untuk

menghasilkan rangking pemilihan lokasi, dan diproses dengan menggunakan

Faktor Kepastian untuk menghasilkan kesimpulan kesesuaian lahan.

Dalam implementasi, kenyakinan untuk aturan diberikan oleh pakar pada

saat proses akuisisi, dan kenyakinan untuk fakta dimasukan oleh pemakai.

Pemakai juga dapat menentukan batas minimum kenyakinan yang dianggap

bermakna (Marimin, 2007).

6.4 Kompleksitas Sistem

Kompleksitas sistem manajemen ahli ini dihitung berdasarkan kode

program yang dieksekusi dan ketersediaan data aktual atau data pengganti

pengguna sistem, sehingga dapat dikatakan kompleksitas waktunya adalah O(n).

6.5 Pembahasan Kasus

Dari hasil simulasi biaya selama 5 (lima) tahun untuk pemilihan lahan

diperoleh ranking teratas adalah lokasi Batutegi. Data 8 parameter/kegiatan yang

simulasi disimulasikan adalah luas dan harga lahan, kondisi tanaman kopi saat

sekarang yang berimbas pada biaya peremajaan/penanaman baru, perlakuan

tanaman, biaya transportasi, biaya pembersihan rumput/gulma, biaya pemupukan,

ongkos panen/pasca panen, dan hasil panen. Kedelapan parameter tersebut dalam

perhitungannya disederhanakan menjadi 3 parameter yang diberi bobot masing-

masing untuk perhitungan dengan metoda Bayes, yaitu pendapatan bersih,

pendapatan kotor, dan total biaya. Pendapatan bersih adalah jumlah pendapatan

kotor dikurangi dengan total biaya. Total biaya adalah total pengeluaran petani

meliputi harga lahan, biaya persiapan lahan, biaya transport petani, biaya

pembersihan rumput/gulma, ongkos panen/pasca panen, dan biaya pemupukan.

Pendapatan kotor adalah jumlah hasil panen. Pembobotan dalam metode Bayes

bersifat subyektif pakar, dalam perhitungan ini masing-masing parameter diberi

bobot 30% untuk pendapatan bersih, 40% untuk pendapatan kotor, dan 30% untuk

total biaya. Walaupun hasil dari perhitungan simulasi diperoleh Batutegi sebagai

47 pilihan pertama, namun petani mempunyai kriteria/parameter tambahan dalam

memilih lokasi, yaitu kehadiran rekan petani sekampung/sedaerah yang dapat

diajak kerja sama dalam memelihara kebun dan keamanan.

Kesesuaian yang didapatkan untuk lokasi Batutegi adalah S1 atau sangat

sesuai dengan karakteristik lahannya. Ini didapat dari hasil seleksi kesesuaian

lahan dari 23 karakteristik/parameter kesesuaian lahan dengan masukan data

survey semi permanen untuk wilayah Batutegi, yaitu suhu tahunan rata-rata, curah

hujan tahunan rata-rata, jumlah bulan kering, kelembaban nisbi, drainase, tekstur

tanah di permukaan, fraksi kasar, kedalaman tanah, ketebalan gambut, ketebalan

gambut bila berlapis dengan bahan mineral/pengkayaan mineral, kematangan

gambut, KTK liat, kejenuhan basa, pH H2O, C-Organik, salinitas, alkalinitas/ESP,

kedalaman sulfidik, lereng, tingkat bahaya erosi, banjir, batuan permukaan, dan

singkapan batuan.

VII. SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan beberapa

hal, yaitu:

1. Pemilihan lahan penting memperhatikan kondisi awal lahan dan

kemungkinan hasil lahan dalam waktu tertentu (5 tahun).

2. Kriteria spesifik yang disarankan oleh petani setempat selain kedelepan

yang dibahas penting dimasukan dalam model sebagai kriteria tambahan.

3. Hasil verifikasi menunjukkan bahwa lokasi yang disarankan untuk

penanaman kopi adalah Batutegi dengan tingkat kesesuaian lahan S1 (sangat

sesuai).

7.2 Saran

Hasil penelitian perlu disempurnakan lebih lanjut, dalam hal pengembangan

sistem yang lebih luas, seperti meningkatkan kesesuaian lahan dan pengembangan

rule-based.

DDAAFFTTAARR PPUUSSTTAAKKAA Dariah, A., Fahmuddin, A., Sitanala, A., Sudarsono, dan Maswar. 2007. Erosi dan

Aliran Permukaan pada Lahan Pertanian Berbasis Tanaman Kopi di Sumberjaya, Lampung Barat.

Djaenudin D., Marwan H., Subagjo H., dan A. Hidayat. 2003. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian, Bogor.

Ditjen Perkebunan. 2000. Statistik Perkebunan Indonesia 1998 -2000. Kopi (Coffee) Departemen Kehutanan dan Perkebunan. Direktorat Jenderal Perkebunan. Jakarta.

Ernawati, Rr., Arief, R. W., dan Slameto. 2008. Teknologi Budidaya Kopi Poliklonal. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. ISBN 978-979-1415-35-4.

Gayo, B., 2007. Atlas Indonesia dan Dunia. CV. Mitra Keluarga, Jakarta.

Hadisepoetro, S. 1999. Permasalahan Tanaman Kopi di Kawasan Hutan Lindung, Hutan Taman Raya, dan Taman Nasional di Provinsi Lampung, serta Alternatif Pemecahannya. Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, 15 (1): 22-27. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, Jember.

Hidayat, A., H. Darul, S.W.P., Dai, J., H. Sumulyadi, Y., Hendra, S.A., Hermawan, A., Yayat, A.H., Buurman, P., dan Balsem, T. 1989. Buku Keterangan Peta Satuan Lahan dan Tanah Lembar Kota Agung, Sumatera. Pusat Penelitian Tanah, Bogor.

Isnar. 1999. “Agricultural Research Information System (ARIS). The Indian Council of Agricultural Research, in cooperation with ISNAR”. The Hague: International Service for National Agricultural Research.

Manik, K. E. S. 2008. Kondisi Aktual dan Pengelolaan DAS di Provinsi Lampung. Universitas Lampung.

Marimin. 2005. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.

Marimin. 2007. Teori dan Aplikasi Sistem Pakar dalam Teknologi Manajerial. IPB Press, Bogor.

Pinsonneault, A., and Kraemer, K. L. 1991. “Survey Research Methodology In Management Information Systems: An Assessment”. Working Paper #URB-022, The 1991 Queen’s-HEC Workshop.

50 Ritung, S., Wahyunto, Agus, F., dan Hidayat, H. 2007. Evaluasi Kesesuaian

Lahan dengan Contoh Peta Arahan Penggunaan Lahan Kabupaten Aceh Barat. Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry Centre. Bogor.

Sevani. N., 2009. “Sistem Pakar Penentuan Kesesuaian Lahan Berdasarkan Faktor Penghambat Terbesar (Maximum Limitation Factor) untuk Tanaman Pangan”, Tesis, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Subdin Perlindungan Hutan. 2006. Dinas Kehutanan Provinsi Lampung. Bandar Lampung.

Turban, E. 2001. Decision Support and Expert System. Mc Millan Publishing Company, New York.

Turban, E., and Aronson, Jay E. 2001. Decision Support Systems and Intelligent Systems, 6th

Yuhono, J.T., dan Deden, Dj. 2003. Penerapan Sistem Nilai Cacat (defect system) dan Citarasa Kopi: Upaya peningkatan mutu kopi di Propinsi Lampung. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Kehutanan.

Edition. Prentice Hall, Upper Saddle River, NJ.

Lampiran 1. Hasil Wawancara Sistem Manajemen Ahli Penentuan Lokasi dan Kesesuaian Lahan Budidaya Kopi di Provinsi Lampung

Bagian I: IDENTITAS PAKAR Nama : Dr. Kukuh Murtilaksono Pekerjaan : Ahli Tanah Instansi/Perusahaan : Institut Pertanian Bogor Alamat Kantor : Kampus IPB Dramaga, Bogor Alamat Rumah : Baranang Siang Indah, Bogor No. Telp/HP : 08129271794 Nama : Imbang Setiawan bin Burni Pekerjaan : Petani Kopi Instansi/Perusahaan : - Alamat Kantor : - Alamat Rumah : Umbul Kacang, Kabupaten Pringsewu No. Telp/HP : 085369662565 Bagian II: GAMBARAN UMUM PENELITIAN Judul Penelitian: SISTEM MANAJEMEN AHLI PENENTUAN LOKASI DAN

KESESUAIAN LAHAN BUDIDAYA KOPI DI PROVINSI LAMPUNG

Tujuan Penelitian:

1. Merancang sebuah sistem manajemen ahli untuk membantu petani untuk memilih lokasi dan mengetahui kesesuaian lahan untuk tanaman kopi.

2. Identifikasi lokasi dan karakteristik lahan yang tersedia dalam penentuan kesesuaian lahan bagi tanaman kopi.

3. Meringankan para calon petani kopi dalam menentukan lokasi dan mengetahui kesesuaian calon lahan penanaman.

Manfaat Penelitian:

1. Memudahkan para petani untuk menentukan lokasi yang paling ekonomis dan menyiapkan lahan yang sesuai untuk penanaman kopi.

2. Berdampak positif terhadap perkembangan budidaya kopi di Provinsi Lampung.

Hasil Penelitian:

Sebuah sistem manajemen ahli yang telah terverifikasi dan tervalidasi untuk menerima dan mengolah masukkan berupa data lapangan tentang lokasi, karakteristik, dan kualitas lahan untuk kemudian dibandingkan dengan persyaratan penggunaan lahan tersebut untuk penanaman kopi pada basis pengetahuan.

53

Lampiran 1. (lanjutan . . .) Bagian III: Kerangka Model Sistem Manajemen Ahli (SMA) Penentuan

Lokasi dan Kesesuaian Lahan Usaha Kopi di Provinsi Lampung

54

Lampiran 1. (lanjutan . . .)

BAGIAN IV: WAWANCARA PENENTUAN HUBUNGAN ANTAR PARAMETER

A. Penentuan Biaya Yang Akan Menjadi Parameter Penentuan Lokasi Lahan:

1. Berapa banyak calon lokasi lahan yang ada?

Jawaban: Ada 5 lokasi lahan yang dapat dipilih, yaitu: a. Bandarrejo, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Pringsewu; b. Muara Dua, Kabupaten Pringsewu; c. Batutegi, Kabupaten Tanggamus; d. Ulubelu, Kecamatan Talang Padang, Kabupaten Tanggamus; e. Way Tenong, Kecamatan Bukit Kemuning, Kabupaten Lampung

Utara.

2. Berapa luas masing-masing calon lokasi lahan? Jawaban: a. Bandarrejo : 0,75 -- 2,0 Ha b. Muara Dua : 2,0 Ha c. Batutegi : 1,5 Ha d. Ulubelu : 1,5 Ha e. Way Tenong : 1,5 Ha

Keterangan: Harga dan luas lahan di Bandarrejo tergantung jauh

dekatnya dari jalan utama.

3. Berapa harga setiap calon lokasi lahan? Jawaban: a. Bandarrejo : Rp 45.000.000,00 b. Muara Dua : Rp 10.000.000,00 c. Batutegi : Rp 60.000.000,00 d. Ulubelu : Rp 60.000.000,00 e. Way Tenong : Rp 45.000.000,00

4. Bagaimana kondisi lahan masing-masing?

Jawaban: a. Bandarrejo : sudah ada tanaman kopi tua b. Muara Dua : semak belukar/campuran c. Batutegi : sudah ada, dalam masa produksi puncak d. Ulubelu : sudah ada, dalam masa produksi puncak e. Way Tenong : sudah ada, dalam masa produksi puncak

55

Lampiran 1. (lanjutan . . .)

6. Berapa biaya penyiapan lahan untuk persiapan penanaman baru? Jawaban: a. Bandarrejo : Rp 0,00 b. Muara Dua : Rp 1.200.000 (4 org X Rp 30.000/md X 10 hr) c. Batutegi : Rp 0,00 d. Ulubelu : Rp 0,00 e. Way Tenong : Rp 0,00

7. Berapa harga stek kopi dan bibit kopi diterima di tempat calon lahan? Jawaban: • Stek : Rp 500,00/batang • Bibit baru : Rp 1.000,00/batang

Keterangan: ongkos stek dan bibit baru relatif sama di setiap lokasi.

8. Berapa biaya penanaman kopi di lahan masing-masing lokasi? Jawaban: a. Bandarrejo : Rp 2.000.000 (peremajaan: 4000 btg @ Rp 500) b. Muara Dua : Rp 4.000.000 (tanam baru: 4000 btg @ Rp 1000) c. Batutegi : Rp 0,00 d. Ulubelu : Rp 0,00 e. Way Tenong : Rp 0,00

9. Berapakah biaya pemupukan lahan/tahun?

Jawaban: Setiap lokasi: (240.000 + 140.000 + 600.000) X 3 = Rp 2.940.000,00 Keterangan: Pola pemupukan para petani tradisional masih sangat

sederhana, malah cenderung boros. Mereka tidak membedakan luas lahan 1,5 ha atau 2.0 ha, yang penting merupakan satu petak lahan. Pupuk yang dipakai adalah KCl, Urea, dan SP masing-masing satu kwintal/petak/kali pemupukan. Pemupukan dilakukan 3 kali dalam satu tahun. Harga masing-masing jenis pupuk per kwintal, adalah: • KCl : Rp 240.000,00 • Urea : Rp 140.000,00 • SP : RP 600.000,00

56

Lampiran 1. (lanjutan . . .)

10. Berapa ongkos kendaraan dari rumah petani sampai ke calon lahan? Jawaban: a. Bandarrejo : Rp 20.000,00 b. Muara Dua : Rp 12.000,00 c. Batutegi : Rp 60.000,00 d. Ulubelu : Rp 70.000,00 e. Way Tenong : Rp 300.000,00 Keterangan: Biaya untuk pulang-pergi memakai moda transportasi

Angkot/bis dan ojek jika diperlukan.

11. Berapakah hasil produksi/tahun/lahan? Jawaban: a. Bandarrejo : 1.250 kg b. Muara Dua : 0 kg c. Batutegi : 4.000 kg d. Ulubelu : 4.000 kg e. Way Tenong : 4.000 kg

12. Berapa biaya panen dan angkut hasil dari kebun ke pasar terdekat? Jawaban: • Ongkos petik : Rp 1.000,00/kaleng (5 kg.) • Ongkos ojek : Rp 500,00/kg

Keterangan: Hasil panen basah biasanya dibawa langsung menuju

pasar hasil penen terdekat masing-masing. Ongkos petik relatif sama di setiap tempat.

13. Apakah ada parameter lain yang berpengaruh dalam penentuan lokasi

selain 12 (duabelas) hal di atas? Jawaban: Hal terakhir yang akan menjadi pertimbangan adalah apakah di lokasi tersebut banyak petani lain yang dapat diajak berbagi tanggung jawab untuk bersama menjaga lahan-lahan mereka?

B. Penentuan Syarat Tumbuh/Karakteristik Lahan Yang Akan Menjadi

Parameter Penentu Kesesuaian Lahan:

1. Apakah perlu digunakan karakteristik lahan secara fisik dan kimia dalam menentukan kesesuaian lahan?

Jawaban: Pasti. Sesuai dengan syarat tumbuh untuk kopi. 2. Di antara banyak karakteristik lahan yang ada, sifat-sifat apa saja yang

dirasakan dapat digunakan dalam menentukan kesesuaian lahan? Jawaban: Semua sifat yang ada pada poin B3.

57

Lampiran 1. (lanjutan . . .)

3. Apakah karakteristik lahan berikut cukup untuk dijadikan parameter dalam menentukan kesesuaian lahan?

Karakteristik lahan

1. Suhu Tahunan Rata-rata 2. Curah Hujan Tahunan Rata-rata 3. Jumlah Bulan Kering 4. Kelembaban Nisbi 5. Drainase 6. Tekstur Tanah di Permukaan 7. Fraksi Kasar 8. Kedalaman Tanah 9. Ketebalan Gambut 10. Ketebalan Terlapis Mineral 11. Kematangan 12. KTK Liat 13. Kejenuhan Basa 14. pH H2O 15. C-Organik 16. Salinitas 17. Alkalinitas/ESP 18. Kedalaman Sulfidik 19. Lereng 20. Tingkat Bahaya Erosi 21. Banjir 22. Batuan Permukaan 23. Singkapan Batuan

Jawaban: 1. Relatif, nilainya dapat didefault. 2. Untuk setiap lokasi lahan, harus ada datanya. 3. Untuk setiap lokasi lahan, harus ada datanya. 4. Untuk setiap lokasi lahan, harus ada datanya. 5. Tergantung tekstur tanah. 6. Untuk setiap lokasi lahan, harus ada datanya. 7. Batuan. 8. Tanah dan bebatuan. Data dapat diperoleh dari peta tanah. 9. Tak perlu, diberi nilai default 0. 10. Tak perlu, diberi nilai default 0. 11. Tak perlu, diberi nilai default 0. 12. Perlu. 13. Perlu. 14. Perlu. 15. Perlu.

58

Lampiran 1. (lanjutan . . .) 16. Untuk point 16, 17, dan 18 dapat diabaikan, karena di daerah pasang

surut/pantai. Diisi default = 0. 17. - 18. - 19. Perlu. 20. Perlu. 21. Perlu. 22. Perlu. 23. Perlu. Keterangan: Hampir secara keseluruhan data sekunder yang diperlukan

pada B3 di atas dapat diperoleh dari Peta Tanah dari Balai Tanah, Bogor.

4. Di antara karakteristik lahan pada butir B3 di atas, apakah ada sifat yang

dirasakan paling dominan dalam menentukan kesesuaian lahan? Jawaban: Semuanya sama dan harus ada.

5. Apakah ada prioritas di antara karakteristik lahan yang digunakan dalam menentukan kesesuaian lahan?

Jawaban: Semua persyaratan posisinya sama. 6. Bagaimana hubungan antara karakteristik lahan pada butir B3 di atas? Jawaban: Saling terkait dan mempengaruhi satu sama lainnya. 7. Apakah ada karakteristik lahan yang dapat menjadi pemicu untuk sifat

yang lainnya? Jawaban: Hanya sebagai indikasi untuk syarat lainnya. 8. Adakah satuan untuk sifat tekstur? Jawaban: Kwalitatif 9. Adakah satuan untuk sifat drainase? Jawaban: Kwalitatif 10. Bagaimana menentukan nilai untuk sifat drainase? Jawaban: Kwalitatif 11. Adakah satuan untuk sifat pH? Jawaban: Kwantitatif

59

Lampiran 1. (lanjutan . . .) 12. Bagaimana menentukan nilai untuk sifat pH? Jawaban: pH meter 13. Apakah satuan untuk sifat bahaya erosi? Jawaban: Kwalitatif 14. Bagaimana menentukan nilai untuk sifat bahaya erosi? Jawaban: Kwalitatif, Visual. 15. Apakah satuan untuk sifat bahaya banjir? Jawaban: Kwalitatif 16. Bagaimana menentukan nilai untuk sifat bahaya banjir? Jawaban: Kwalitatif 17. Bagaimana menentukan nilai untuk sifat sodisitas/alkalinitas? Jawaban: Dengan alat/lab. 18. Bagaimana menentukan nilai untuk sifat salinitas? Jawaban: Dengan alat/lab. 19. Apakah perbedaan antara kedalaman efektif dan kedalaman sulfidik? Jawaban: Perbedaan dalam hal untuk tanah dan kandungannya. 20. Perlukah kedua sifat tersebut digunakan bersamaan dalam proses

penentuan kesesuaian lahan? Jawaban: Untuk tanaman kopi tidak diperlukan, karena terdapat pada

daerah pasang surut/pantai.

Lampiran 2. Aturan-aturan dalam Penentuan Kesesuaian Lahan

Aturan-aturan 23 parameter/karaketristik kesesuaian lahan:

1. Suhu tahunan rata-rata (o

IF Suhu > 22 AND Suhu <25 THEN Kesesuaian Lahan = ‘S1’

C):

IF Suhu >= 25 AND Suhu < 28 THEN Kesesuaian Lahan = ‘S2’ IF Suhu > = 19 AND Suhu <= 22 OR Suhu >= 28 AND <= 32 THEN Kesesuaian Lahan = ‘S3’ ELSE Kesesuaian Lahan = ‘N’

2. Curah hujan tahunan rata-rata (mm):

IF Hujan > 2000 AND Hujan < 3000 THEN Kesesuaian Lahan = ‘S1’ IF Hujan > 1750 AND Hujan < = 2000 OR Hujan > = 3000 AND Hujan < 3500 THEN Kesesuaian Lahan = ‘S2’ IF Hujan > = 1500 AND Hujan < = 1750 OR Hujan > = 3500 AND Hujan < 4000 THEN Kesesuaian Lahan = ‘S3’

ELSE Kesesuaian Lahan = ‘N’

3. Jumlah bulan kering (month):

IF BK >= 2 AND BK < 3 THEN Kesesuaian Lahan = ‘S1’ IF BK >= 3 AND BK < 5 THEN Kesesuaian Lahan = ‘S2’ IF BK >= 5 AND BK <= 6 THEN Kesesuaian Lahan = ‘S3’ ELSE Kesesuaian Lahan = ‘N’

4. Kelembaban nisbi (%):

IF KN > 45 AND KN < 80 Kesesuaian Lahan = ‘S1’ IF KN > 35 AND KN < 45 OR KN >= 80 AND KN < = 90 THEN Kesesuaian Lahan = ‘S2’ IF KN > 90 OR KN > 30 AND KN <= 35 THEN Kesesuaian Lahan = ‘S3’ ELSE Kesesuaian Lahan = ‘N’

5. Draninase:

IF Drainase = ‘Baik’ THEN Kesesuaian Lahan = ‘S1’ IF Drainase = ‘Sedang’ THEN Kesesuaian Lahan = ‘S2’ IF Drainase = ‘Agak terhambat’ OR Drainase = ‘ agak cepat’ THEN Kesesuaian Lahan = ‘S3’ ELSE Kesesuaian Lahan = ‘N’

61 Lampiran 2. (Lanjutan . . )

6. Tekstur tanah di permukaan:

IF Tekstur = ‘Halus’ OR Tekstur = ‘agak halus’ OR Tekstur = ‘sedang’ THEN Kesesuaian Lahan = ‘S1’ IF Tekstur = ‘agak kasar’ OR Tekstur = ‘ sangat halus’ THEN Kesesuaian Lahan = ‘S3’ ELSE Kesusaian Lahan = ‘N’

7. Fraksi kasar (%):

IF FK < 15 THEN Kesesuaian Lahan = ‘S1’ IF FK >= 15 AND FK < 35 THEN Kesesuaian Lahan = ‘S2’ IF FK >= 35 AND FK <= 60 Then Kesesuaian Lahan = ‘S3’ ELSE Kesesuaian Lahan = ‘N’

8. Kedalaman tanah (cm): IF KT > 100 THEN Kesesuaian Lahan = ‘S1’ IF KT > 75 AND KT <= 100 THEN Kesesuaian Lahan = ‘S2’ IF KT >= 50 AND KT <= 75 Then Kesesuaian Lahan = ‘S3’ ELSE Kesesuaian Lahan = ‘N’

9. Ketebalan gambut (cm): diberi nilai default = 0.

10. Ketebalan gambut (cm), bila berlapis dengan bahan mineral/pengkayaan

mineral: diberi nilai default = 0.

11. Kematangan gambut: diberi nilai default =0.

12. KTK liat (cmol/kg): tidak ada kesesuaian lahan ‘S3’ dan N IF KTK > 16 THEN Kesesuaian Lahan = ‘S1’ IF KT K <= 16 THEN Kesesuaian Lahan = ‘S2’

13. Kejenuhan basa (%): tidak ada kesesuaian lahan ‘S3’ dan N IF JB > 20 THEN Kesesuaian Lahan = ‘S1’

IF JB <= 20 THEN Kesesuaian Lahan = ‘S2’

14. pH H2

IF pH > 5,3 AND pH < 6,0 THEN Kesesuaian Lahan = ‘S1’

O: tidak ada kesesuaian lahan N

IF pH >= 6,0 AND pH <= 6,5 OR pH >= 5,0 AND pH <= 5,3 THEN Kesesuaian Lahan = ‘S2’ IF pH > 6,5 OR pH < 5,3 THEN Kesesuaian Lahan = ‘S3’

62 Lampiran 2. (Lanjutan . . ) 15. C-Organik (%): tidak ada kesesuaian lahan ‘S3’ dan ‘N’

IF COrg > 0,8 THEN Kesesuaian Lahan = ‘S1’ IF COrg <= 0,8 THEN Kesesuaian Lahan = ‘S2’

16. Salinitas (ds/m): tidak ada Kesesuaian Lahan = S2 IF Sal < 1 THEN Kesesuaian Lahan = ‘S1’

IF Sal >= 1 AND Sal <= 2 THEN Kesesuaian Lahan = ‘S3’ ELSE Kesusaian Lahan = ‘N’

17. Alkalinitas/ESP (%): diberi nilai default = 0;

18. Kedalaman sulfidik (cm): diberi nilai default = 0.

19. Lereng (%):

IF Lereng < 8 THEN Kesesuaian Lahan = ‘S1’ IF Lereng >= 8 AND Lereng < 16 THEN Kesesuaian Lahan = ‘S2’ IF Lereng >= 16 AND Lereng <= 30 OR Lereng >= 16 AND <= 50 THEN Kesesuaian Lahan = ‘S3’ ELSE Kesesuaian Lahan = ‘N’

20. Tingkat bahaya erosi (eh):

IF eh = ‘Sangat rendah’ THEN Kesesuaian Lahan = ‘S1’ IF eh = ‘Rendah’ OR eh = ‘sedang’ THEN Kesesuaian Lahan = ‘S2’ IF eh = ‘Berat’ THEN Kesesuaian Lahan = ‘S3’ ELSE Kesesuaian Lahan = ‘N’

21. Banjir:

IF Banjir = ‘F0’ THEN Kesesuaian Lahan = ‘S1’ IF Banjir = ‘F1’ THEN Kesesuaian Lahan = ‘S2’ IF Banjir = ‘F2’ THEN Kesesuaian Lahan = ‘S3’

ELSE Kesesuaian Lahan = ‘N’

22. Batuan permukaan (%):

IF BP < 5 THEN Kesesuaian Lahan = ‘S1’ IF BP >= 5 AND BP < 15 THEN Kesesuaian Lahan = ‘S2’ IF BP >= 15 AND BP < = 40 THEN Kesesuaian Lahan = ‘S3’ ELSE Kesesuaian Lahan = ‘N’

63 Lampiran 2. (Lanjutan . . )

23. Singkapan batuan (%):

IF SB < 5 THEN Kesesuaian Lahan = ‘S1’

IF SB >= 5 AND SB < 15 THEN Kesesuaian Lahan = ‘S2’ IF SB >= 15 AND SB < = 25 THEN Kesesuaian Lahan = ‘S3’ ELSE Kesesuaian Lahan = ‘N’

Lampiran 3. Listing Program Kontrol <?php session_start(); include('class/Controller.class.php'); $controller = new Controller(); $controller->loadModel('Database'); $controller->loadModel('DataLokasi'); $controller->loadControl('Home'); $controller->loadControl('Klasifikasi'); $controller->loadControl('Lahan'); $controller->loadControl('Control'); if(isset($_GET['p'])){ $parameter = $_GET['p']; } else{ $parameter = 'home'; } $control = new Control($parameter); $control->proses(); ?>

Lampiran 4. Listing Kontrol Kelas

<?php class Controller{ function Controller(){ } function index(){ header('Location:index.php'); } function to($parameter){ header('Location:control.php?p='.$parameter); } function loadView($file){ include('view/'.$file.'.php'); } function loadModel($file){ require_once('model/'.$file.'.php'); } function loadControl($file){ require_once('control/'.$file.'.php'); } function loadPng($file){ return '<img src="images/'.$file.'.png">'; } function loadJpg($file){ return '<img src="images/'.$file.'.jpg">'; } function comboBox($name,$style,$option,$selected,$onchange){ $text = '<select name="'.$name.'" style="'.$style.'" onchange="'.$onchange.'">'; foreach($option as $p){ if($selected == $p){ $text = $text.'<option value="'.$p.'" selected="selected">'; } else{ $text = $text.'<option value="'.$p.'">'; } $text = $text.''.$p.'</option>'; } $text = $text.'</select>'; return $text; }

66 Lampiran 3. (Lanjutan . .) function linkCss($file){ $text = '<link rel="stylesheet" href="css/'.$file.'.css" type="text/css" charset="utf-8" />'; return $text; } function linkJs($file){ $text = '<script type="text/javascript" src="js/'.$file.'.js"></script>'; return $text; } function openJs(){ $text = '<script type="text/javascript">'; return $text; } function closeJs(){ $text = '</script>'; return $text; } } ?>

Lampiran 5. Listing Program Table data lokasi, karakteristik lahan, kondisi lahan, dan perlakuan

-- phpMyAdmin SQL Dump -- version 2.11.4 -- http://www.phpmyadmin.net -- -- Host: localhost -- Generation Time: May 12, 2011 at 09:50 PM -- Server version: 5.0.51 -- PHP Version: 5.2.5 SET SQL_MODE="NO_AUTO_VALUE_ON_ZERO"; -- -- Database: `kopi` -- -- -------------------------------------------------------- -- -- Table structure for table `data_lokasi` -- CREATE TABLE IF NOT EXISTS `data_lokasi` ( `nama` varchar(100) NOT NULL default '', `kecamatan` varchar(100) default NULL, `kabupaten` varchar(100) default NULL, `luas_lahan` double default NULL, `harga_lahan` bigint(20) default NULL, `biaya_transportasi` bigint(20) default NULL, `hasil_panen` bigint(20) default NULL, PRIMARY KEY (`nama`) ) ENGINE=MyISAM DEFAULT CHARSET=latin1; -- -- Dumping data for table `data_lokasi` -- INSERT INTO `data_lokasi` (`nama`, `kecamatan`, `kabupaten`, `luas_lahan`, `harga_lahan`, `biaya_transportasi`, `hasil_panen`) VALUES ('Bandarrejo', 'Sukoharjo', 'Pringsewu', 1.5, 45000000, 10000, 1250), ('Muara Dua', NULL, 'Pringsewu', 2, 10000000, 6000, 4000), ('Batutegi', NULL, 'Tanggamus', 1.5, 60000000, 30000, 4000), ('Ulubelu', 'Talang Padang', 'Tanggamus', 1.5, 60000000, 35000, 4000), ('Way Tenong', 'Bukit Kemuning', 'Lampung Utara', 1.5, 45000000, 150000, 4000); -- --------------------------------------------------------

68 Lampiran 5. (Lanjutan . . ) -- -- Table structure for table `karakteristik` -- CREATE TABLE IF NOT EXISTS `karakteristik` ( `parameter` varchar(100) NOT NULL default '', `nama` varchar(100) NOT NULL, `satuan` varchar(10) default NULL, `kelas` varchar(2) NOT NULL default '', `batas_bawah` double NOT NULL default '0', `batas_atas` double NOT NULL default '0', `keterangan` varchar(50) NOT NULL default '', PRIMARY KEY (`parameter`,`kelas`,`batas_bawah`,`batas_atas`,`keterangan`) ) ENGINE=MyISAM DEFAULT CHARSET=latin1; -- -- Dumping data for table `karakteristik` -- INSERT INTO `karakteristik` (`parameter`, `nama`, `satuan`, `kelas`, `batas_bawah`, `batas_atas`, `keterangan`) VALUES ('Suhu', 'suhu', 'C', 'S1', 22, 25, ''), ('Suhu', 'suhu', 'C', 'S2', 25, 28, ''), ('Suhu', 'suhu', 'C', 'S3', 28, 32, ''), ('Suhu', 'suhu', 'C', 'S3', 19, 22, ''), ('Suhu', 'suhu', 'C', 'N', -1, 19, ''), ('Suhu', 'suhu', 'C', 'N', 32, -1, ''), ('Curah Hujan', 'curah_hujan', 'mm', 'S1', 2000, 3000, ''), ('Curah Hujan', 'curah_hujan', 'mm', 'S2', 1750, 2000, ''), ('Curah Hujan', 'curah_hujan', 'mm', 'S2', 3000, 3500, ''), ('Curah Hujan', 'curah_hujan', 'mm', 'S3', 1500, 1750, ''), ('Curah Hujan', 'curah_hujan', 'mm', 'S3', 3500, 4000, ''), ('Curah Hujan', 'curah_hujan', 'mm', 'N', -1, 1500, ''), ('Curah Hujan', 'curah_hujan', 'mm', 'N', 4000, -1, ''), ('Jumlah Bulan Kering', 'jumlah_bulan_kering', 'month', 'S1', 2, 3, ''), ('Jumlah Bulan Kering', 'jumlah_bulan_kering', 'month', 'S2', 3, 5, ''), ('Jumlah Bulan Kering', 'jumlah_bulan_kering', 'month', 'S3', 5, 6, ''), ('Jumlah Bulan Kering', 'jumlah_bulan_kering', 'month', 'N', 6, -1, ''), ('Kelembapan Nisbi', 'kelembapan_nisbi', '%', 'S1', 45, 80, ''), ('Kelembapan Nisbi', 'kelembapan_nisbi', '%', 'S2', 35, 45, ''), ('Kelembapan Nisbi', 'kelembapan_nisbi', '%', 'S2', 80, 90, ''), ('Kelembapan Nisbi', 'kelembapan_nisbi', '%', 'S3', 30, 35, ''), ('Kelembapan Nisbi', 'kelembapan_nisbi', '%', 'S3', 90, -1, ''), ('Kelembapan Nisbi', 'kelembapan_nisbi', '%', 'N', -1, 30, ''), ('Drainase', 'drainase', NULL, 'S1', -1, -1, 'Baik'), ('Drainase', 'drainase', NULL, 'S2', -1, -1, 'Sedang'), ('Drainase', 'drainase', NULL, 'S3', -1, -1, 'Agak Terhambat'), ('Drainase', 'drainase', NULL, 'S3', -1, -1, 'Agak Cepat'), ('Drainase', 'drainase', NULL, 'N', -1, -1, 'Terhambat'),

69 Lampiran 5. (Lanjutan . . ) ('Drainase', 'drainase', NULL, 'N', -1, -1, 'Sangat Terhambat'), ('Drainase', 'drainase', NULL, 'N', -1, -1, 'Cepat'), ('Tekstur Tanah', 'tekstur_tanah', NULL, 'S1', -1, -1, 'Halus'), ('Tekstur Tanah', 'tekstur_tanah', NULL, 'S1', -1, -1, 'Agak Halus'), ('Tekstur Tanah', 'tekstur_tanah', NULL, 'S1', -1, -1, 'Sedang'), ('Tekstur Tanah', 'tekstur_tanah', NULL, 'S3', -1, -1, 'Agak Kasar'), ('Tekstur Tanah', 'tekstur_tanah', NULL, 'S3', -1, -1, 'Sangat Halus'), ('Tekstur Tanah', 'tekstur_tanah', NULL, 'N', -1, -1, 'Kasar'), ('Tekstur Tanah', 'tekstur_tanah', NULL, 'N', -1, -1, 'Sangat Halus'), ('Fraksi Kasar', 'fraksi_kasar', '%', 'S1', -1, 15, ''), ('Fraksi Kasar', 'fraksi_kasar', '%', 'S2', 15, 35, ''), ('Fraksi Kasar', 'fraksi_kasar', '%', 'S3', 35, 60, ''), ('Fraksi Kasar', 'fraksi_kasar', '%', 'N', 60, -1, ''), ('Kedalaman Tanah', 'kedalaman_tanah', 'cm', 'S1', 100, -1, ''), ('Kedalaman Tanah', 'kedalaman_tanah', 'cm', 'S2', 75, 100, ''), ('Kedalaman Tanah', 'kedalaman_tanah', 'cm', 'S3', 50, 75, ''), ('Kedalaman Tanah', 'kedalaman_tanah', 'cm', 'N', -1, 50, ''), ('Ketebalan', 'ketebalan', 'cm', 'S1', 0, -1, ''), ('Ketebalan', 'ketebalan', 'cm', 'S2', 0, -1, ''), ('Ketebalan', 'ketebalan', 'cm', 'S3', 0, -1, ''), ('Ketebalan', 'ketebalan', 'cm', 'N', 0, -1, ''), ('Ketebalan Berlapis Mineral', 'ketebalan_berlapis_mineral', 'cm', 'S1', 0, -1, ''), ('Ketebalan Berlapis Mineral', 'ketebalan_berlapis_mineral', 'cm', 'S2', 0, -1, ''), ('Ketebalan Berlapis Mineral', 'ketebalan_berlapis_mineral', 'cm', 'S3', 0, -1, ''), ('Ketebalan Berlapis Mineral', 'ketebalan_berlapis_mineral', 'cm', 'N', 0, -1, ''), ('Kematangan', 'kematangan', NULL, 'S1', -1, -1, 'Saprist'), ('Kematangan', 'kematangan', NULL, 'S2', -1, -1, 'Saprist'), ('Kematangan', 'kematangan', NULL, 'S2', -1, -1, 'Hemist'), ('Kematangan', 'kematangan', NULL, 'S3', -1, -1, 'Hemist'), ('Kematangan', 'kematangan', NULL, 'S3', -1, -1, 'Fibrist'), ('Kematangan', 'kematangan', NULL, 'N', -1, -1, 'Fibrist'), ('KTK Liat', 'ktk_liat', 'cmol/kg', 'S1', 16, -1, ''), ('KTK Liat', 'ktk_liat', 'cmol/kg', 'S2', -1, 16, ''), ('Kejenuhan Basa', 'kejenuhan_basa', '%', 'S1', 20, -1, ''), ('Kejenuhan Basa', 'kejenuhan_basa', '%', 'S2', -1, 20, ''), ('pH H2O', 'ph_h2o', NULL, 'S1', 5.3, 6, ''), ('pH H2O', 'ph_h2o', NULL, 'S2', 6, 6.5, ''), ('pH H2O', 'ph_h2o', NULL, 'S2', 5, 5.3, ''), ('pH H2O', 'ph_h2o', NULL, 'S3', 6.5, -1, ''), ('pH H2O', 'ph_h2o', NULL, 'S3', -1, 5.3, ''), ('C-Organik', 'corganik', '%', 'S1', 0.8, -1, ''), ('C-Organik', 'corganik', '%', 'S2', -1, 0.8, ''), ('Salinitas', 'salinitas', 'ds/m', 'S1', 0, -1, ''), ('Salinitas', 'salinitas', 'ds/m', 'S2', 0, -1, ''), ('Salinitas', 'salinitas', 'ds/m', 'S3', 0, -1, ''), ('Salinitas', 'salinitas', 'ds/m', 'N', 0, -1, ''),

70 Lampiran 5. (Lanjutan . . ) ('Alkalinitas', 'alkalinitas', '%', 'S1', 0, -1, ''), ('Alkalinitas', 'alkalinitas', '%', 'S2', 0, -1, ''), ('Alkalinitas', 'alkalinitas', '%', 'S3', 0, -1, ''), ('Alkalinitas', 'alkalinitas', '%', 'N', 0, -1, ''), ('Kedalaman Sulfidik', 'kedalaman_sulfidik', 'cm', 'S1', 0, -1, ''), ('Kedalaman Sulfidik', 'kedalaman_sulfidik', 'cm', 'S2', 0, -1, ''), ('Kedalaman Sulfidik', 'kedalaman_sulfidik', 'cm', 'S3', 0, -1, ''), ('Kedalaman Sulfidik', 'kedalaman_sulfidik', 'cm', 'N', 0, -1, ''), ('Lereng', 'lereng', '%', 'S1', -1, 8, ''), ('Lereng', 'lereng', '%', 'S2', 8, 16, ''), ('Lereng', 'lereng', '%', 'S3', 16, 30, ''), ('Lereng', 'lereng', '%', 'S3', 16, 50, ''), ('Lereng', 'lereng', '%', 'N', 30, -1, ''), ('Lereng', 'lereng', '%', 'N', 50, -1, ''), ('Tingkat Erosi', 'tingkat_erosi', 'eh', 'S1', -1, -1, 'Sangat Rendah'), ('Tingkat Erosi', 'tingkat_erosi', 'eh', 'S2', -1, -1, 'Rendah'), ('Tingkat Erosi', 'tingkat_erosi', 'eh', 'S2', -1, -1, 'Sedang'), ('Tingkat Erosi', 'tingkat_erosi', 'eh', 'S3', -1, -1, 'Berat'), ('Tingkat Erosi', 'tingkat_erosi', 'eh', 'N', -1, -1, 'Sangat Berat'), ('Banjir', 'banjir', 'fh', 'S1', 0, 0, ''), ('Banjir', 'banjir', 'fh', 'S2', 0, 0, ''), ('Banjir', 'banjir', 'fh', 'S3', 1, 1, ''), ('Banjir', 'banjir', 'fh', 'N', 1, -1, ''), ('Batuan Permukaan', 'batuan_permukaan', '%', 'S1', -1, 5, ''), ('Batuan Permukaan', 'batuan_permukaan', '%', 'S2', 5, 15, ''), ('Batuan Permukaan', 'batuan_permukaan', '%', 'S3', 15, 40, ''), ('Batuan Permukaan', 'batuan_permukaan', '%', 'N', 40, -1, ''), ('Singkapan Batuan', 'singkapan_batuan', '%', 'S1', -1, 5, ''), ('Singkapan Batuan', 'singkapan_batuan', '%', 'S2', 5, 15, ''), ('Singkapan Batuan', 'singkapan_batuan', '%', 'S3', 15, 25, ''), ('Singkapan Batuan', 'singkapan_batuan', '%', 'N', 25, -1, ''); -- -------------------------------------------------------- -- -- Table structure for table `kondisi_lahan` -- CREATE TABLE IF NOT EXISTS `kondisi_lahan` ( `lokasi` varchar(50) NOT NULL, `tahun` int(11) NOT NULL, `kondisi` varchar(50) NOT NULL, PRIMARY KEY (`lokasi`,`tahun`) ) ENGINE=MyISAM DEFAULT CHARSET=latin1;

71 Lampiran 5. (Lanjutan . . ) -- -- Dumping data for table `kondisi_lahan` -- INSERT INTO `kondisi_lahan` (`lokasi`, `tahun`, `kondisi`) VALUES ('Bandarrejo', 1, 'tua'), ('Bandarrejo', 2, 'baru'), ('Bandarrejo', 3, 'baru'), ('Bandarrejo', 4, 'ada'), ('Bandarrejo', 5, 'ada'), ('Batutegi', 1, 'ada'), ('Batutegi', 2, 'ada'), ('Batutegi', 3, 'ada'), ('Batutegi', 4, 'ada'), ('Batutegi', 5, 'ada'), ('Way Tenong', 1, 'ada'), ('Way Tenong', 2, 'ada'), ('Way Tenong', 3, 'ada'), ('Way Tenong', 4, 'ada'), ('Way Tenong', 5, 'ada'), ('Muara Dua', 1, 'semak'), ('Muara Dua', 2, 'baru'), ('Muara Dua', 3, 'baru'), ('Muara Dua', 4, 'ada'), ('Muara Dua', 5, 'ada'), ('Ulubelu', 1, 'ada'), ('Ulubelu', 2, 'ada'), ('Ulubelu', 3, 'ada'), ('Ulubelu', 4, 'ada'), ('Ulubelu', 5, 'ada'); -- -------------------------------------------------------- -- -- Table structure for table `perlakuan` -- CREATE TABLE IF NOT EXISTS `perlakuan` ( `kondisi` varchar(50) NOT NULL, `perlakuan` varchar(50) default NULL, `transportasi` int(11) NOT NULL, `pembersihan` int(11) NOT NULL, `panen` int(11) NOT NULL, `ongkos_panen` int(11) NOT NULL, `pemupukan` int(11) NOT NULL, PRIMARY KEY (`kondisi`) ) ENGINE=MyISAM DEFAULT CHARSET=latin1;

72 Lampiran 5. (Lanjutan . . ) -- -- Dumping data for table `perlakuan` -- INSERT INTO `perlakuan` (`kondisi`, `perlakuan`, `transportasi`, `pembersihan`, `panen`, `ongkos_panen`, `pemupukan`) VALUES ('tua', 'peremajaan', 0, 1, 0, 0, 1), ('semak', 'penanaman', 0, 1, 0, 0, 1), ('baru', 'perawatan', 0, 1, 0, 0, 1), ('ada', 'perawatan', 1, 1, 1, 1, 1);

Lampiran 6. Listing Program Home

Home <?php class Home extends Controller{ function Home(){ parent::Controller(); $this->view(); } function view(){ $this->loadView('home'); } } ?>

Lampiran 7. Listing Penentuan klasifikasi lahan

<?php class Klasifikasi extends Controller{ private $input; private $lokasi; private $kelas; function Klasifikasi(){ parent::Controller(); if($_GET['lokasi']){ $this->lokasi = $_GET['lokasi']; } else{ if($_POST['lokasi']){ $this->lokasi = $_POST['lokasi']; } else{ $this->lokasi = ""; } } $this->view(); } function getLokasi(){ return $this->lokasi; } function getKelas(){ return $this->kelas; } function setInput($input){ $this->input = $input; } function getInput(){ return $this->input; } function viewInput(){ $db = new Database(); $query = "select distinct parameter, nama from karakteristik"; $result = $db->search($query); $db->close(); echo '<table>'; echo '<form method="post"

75 Lampiran 7. (Lanjutan . . ) action="'.$_SERVER[php_self].'" size="100">'; $style = 'border:1px solid #804934'; if(!$_GET['lokasi']){ echo '<tr>'; echo '<td>Lokasi</td>'; echo '<td>:</td>'; $lokasi = $_POST['lokasi']; echo '<td><input type="text" value="'.$lokasi.'" name="lokasi" size="17" style="'.$style.'">'; } while($data = mysql_fetch_object($result)){ if($_POST['submit']){ $value = $_POST[$data->nama]; } else{ $value = $this->input[$data->nama]; } echo '<tr>'; echo '<td>'.$data->parameter.'</td>'; echo '<td>:</td>'; echo '<td>'; if($data->nama == 'drainase'){ $option = array('Baik','Sedang','Agak Terhambat','Agak Cepat','Terhambat','Sangat Terhambat','Cepat'); echo $this->comboBox($data->nama,$style,$option,$value,''); } else if($data->nama == 'tekstur_tanah'){ $option = array('Halus','Agak Halus','Sedang','Agak Kasar','Sangat Halus','Kasar','Sangat Halus'); echo $this->comboBox($data->nama,$style,$option,$value,''); } else if($data->nama == 'kematangan'){ $option = array('Saprist','Hemist','Fibrist'); echo $this->comboBox($data->nama,$style,$option,$value,''); } else if($data->nama == 'tingkat_erosi'){ $option = array('Sangat Rendah','Sedang','Berat','Sangat Berat'); echo $this->comboBox($data->nama,$style,$option,$value,''); } else{ echo '<input type="text" value="'.$value.'"

76 Lampiran 7. (Lanjutan . . )

name="'.$data->nama.'" size="17" style="'.$style.'">'; } echo '</td>'; echo '</tr>'; echo '<tr><td></td></tr>'; if($_POST['submit']) $this->input[$data->nama] = $_POST[$data->nama]; } echo '<tr>'; echo '<td></td>'; echo '<td></td>'; echo '<td><input type="submit" name="submit" value="Submit" size="10" style="'.$style.'"></td>'; echo '</tr>'; echo '</form>'; echo '</table>'; if($_POST['submit']) $_SESSION['input'] = $this->input; } function viewHasil(){ if($_POST['submit'] || $_POST['print'] || $_POST['back']){ $hasil = $this->proses(); $i = 1; foreach($hasil as $kelas => $kolom){ foreach($kolom as $nilaiSatuan => $nilai){ echo '<tr><td>'.$i++.'.</td><td> '.$kelas.' ('.$nilaiSatuan.')</td><td> = </td><td>'.$nilai.'</td></tr>'; } } echo 'Karakteristik Lahan '.$this->getLokasi().' adalah '.$this->getKelas(); } } function proses(){ $db = new Database(); foreach($this->input as $parameter => $nilai){ $query = "select * from karakteristik where nama = '$parameter'"; $result = $db->search($query); while($data = mysql_fetch_object($result)){ $nilaiSatuan = $nilai.' '.$data->satuan; if($parameter == "ketebalan" || $parameter == "ketebalan_berlapis_mineral" || $parameter == "kematangan" || $parameter == "salinitas" || $parameter == "alkalinitas" || $parameter == "kedalaman_sulfidik"){ $kelas['N']++; $hasil[$data-

77 Lampiran 7. (Lanjutan . . ) >parameter][$nilaiSatuan] = 'N'; break; } elseif($data->batas_bawah != -1){ if($data->batas_atas != -1){ if($parameter == 'banjir'){ if($nilai == $data->batas_bawah){ $kelas[$data->kelas]++; $hasil[$data->parameter][$nilaiSatuan] = $data->kelas; break; } } else{ if($nilai >= $data->batas_bawah && $nilai < $data->batas_atas){ $kelas[$data->kelas]++; $hasil[$data->parameter][$nilaiSatuan] = $data->kelas; break; } } } else{ if($parameter == 'banjir' || $parameter == 'ktk_liat' || $parameter == 'kejenuhan_basa' || $parameter == 'corganik'){ if($nilai > $data->batas_bawah){ $kelas[$data->kelas]++; $hasil[$data->parameter][$nilaiSatuan] = $data->kelas; break; } } else{ if($nilai >= $data->batas_bawah){ $kelas[$data->kelas]++; $hasil[$data-

78 Lampiran 7. (Lanjutan . . ) >parameter][$nilaiSatuan] = $data->kelas; break; } } } } elseif($data->batas_atas != -1){ if($parameter == 'ktk_liat' || $parameter == 'kejenuhan_basa' || $parameter == 'corganik'){ if($nilai <= $data->batas_atas){ $kelas[$data->kelas]++; $hasil[$data->parameter][$nilaiSatuan] = $data->kelas; break; } } else{ if($nilai < $data->batas_atas){ $kelas[$data->kelas]++; $hasil[$data->parameter][$nilaiSatuan] = $data->kelas; break; } } } elseif($nilai == $data->keterangan){ $kelas[$data->kelas]++; $hasil[$data-

79 Lampiran 7. (Lanjutan . . ) >parameter][$nilaiSatuan] = $data->kelas; break; } } } $db->close(); $max = 0; $maxKelas = ""; foreach($kelas as $kriteria => $nilai){ if($max < $nilai){ $max = $nilai; $maxKelas = $kriteria; } } $this->kelas = $maxKelas; return $hasil; } function getMax($hasil){ $i = 0; foreach($hasil as $kelas => $nilai){ if($i++ == 0){ $maxNilai = $nilai; $maxKelas = $kelas; } else{ if($maxNilai < $nilai){ $maxNilai = $nilai; $maxKelas = $kelas; } } } return $maxKelas; } function view(){ if($_GET['savepdf']){ $this->loadView('printKlasifikasi'); } else{ $this->loadView('klasifikasi'); } } } ?>

Lampiran 8. Listing Program Pemilihan Lahan

<?php class Lahan extends Controller{ function Lahan(){ parent::Controller(); if(!$_GET['lokasi']) $this->view(); else $this->viewPerLahan($_GET['lokasi']); } function viewPerLahan($lokasi){ $db = new Database(); $query = "select * from kondisi_lahan where lokasi like '$lokasi%'"; $result = $db->search($query); $db->close(); $flag = true; while($lahan = mysql_fetch_object($result)){ if($flag){ echo '<h1 class="kota">'.$lahan->lokasi.'</h1>'; $flag = false; } $db1 = new Database(); $query = "select * from perlakuan where kondisi = '$lahan->kondisi'"; $result1 = $db1->search($query); $db1->close(); $DataLokasi = new DataLokasi($lahan->lokasi); while($perlakuan = mysql_fetch_object($result1)){ $total = 0; $keterangan["Kondisi"][$lahan->tahun] = $perlakuan->kondisi; $keterangan["Perlakuan"][$lahan->tahun] = $perlakuan->perlakuan; $tabel["Kondisi"][$lahan->tahun] = $DataLokasi->biayaKondisi($perlakuan->kondisi); $total = $total+$DataLokasi->biayaKondisi($perlakuan->kondisi); $tabel["Perlakuan"][$lahan->tahun] = $DataLokasi->biayaPerlakuan($perlakuan->perlakuan); $total = $total+$DataLokasi-

81 Lampiran 8. (Lanjutan . . ) >biayaPerlakuan($perlakuan->perlakuan); $tabel["Transportasi"][$lahan->tahun] = $DataLokasi->biayaTransportasi($perlakuan->transportasi); $total = total+$DataLokasi->biayaTransportasi($perlakuan->transportasi); $tabel["Pembersihan"][$lahan->tahun] = $DataLokasi->biayaPembersihan($perlakuan->pembersihan); $total = $total+$DataLokasi->biayaPembersihan($perlakuan->pembersihan); $tabel["Panen"][$lahan->tahun] = $DataLokasi->pendapatanPanen($perlakuan->panen); $total = $total+$DataLokasi->pendapatanPanen($perlakuan->panen); $tabel["Ongkos Panen"][$lahan->tahun] = $DataLokasi->biayaPanen($perlakuan->ongkos_panen); $total = $total+$DataLokasi->biayaPanen($perlakuan->ongkos_panen); $tabel["Pemupukan"][$lahan->tahun] = $DataLokasi->biayaPemupukan($perlakuan->pemupukan); $total = $total+$DataLokasi->biayaPemupukan($perlakuan->pemupukan); $tabel["Total"][$lahan->tahun] = $total; } } echo '<table class="sortable" id="anyid">'; foreach($tabel as $biaya => $kolom){ echo "<tr>"; echo "<th>Biaya</th>"; foreach($kolom as $tahun => $nilai){ echo "<th>Tahun $tahun</th>"; } echo "</tr>"; break; } foreach($tabel as $biaya => $kolom){ echo "<tr>"; if($biaya == "Total") echo "<th>$biaya</th>"; else echo "<td>$biaya</td>"; foreach($kolom as $tahun => $nilai){ if($biaya == "Total"){ echo '<th>Rp. '.$nilai.'</th>'; }

82 Lampiran 8. (Lanjutan . . ) else{ if($keterangan[$biaya][$tahun]){ echo '<td>'.$keterangan[$biaya][$tahun].' = Rp. '.$nilai.'</td>'; } else{ echo '<td>Rp. '.$nilai.'</td>'; } } } echo "</tr>"; } echo '</table>'; } function getHasilLahan($lokasi){ $db = new Database(); $query = "select * from kondisi_lahan where lokasi = '$lokasi'"; $result = $db->search($query); $db->close(); while($lahan = mysql_fetch_object($result)){ $db1 = new Database(); $query = "select * from perlakuan where kondisi = '$lahan->kondisi'"; $result1 = $db1->search($query); $db1->close(); $DataLokasi = new DataLokasi($lokasi); while($perlakuan = mysql_fetch_object($result1)){ $tabel["Pendapatan Bersih"] = $tabel["Pendapatan Bersih"] + $DataLokasi->biayaKondisi($perlakuan->kondisi); $tabel["Pendapatan Bersih"] = $tabel["Pendapatan Bersih"] + $DataLokasi->biayaPerlakuan($perlakuan->perlakuan); $tabel["Pendapatan Bersih"] = $tabel["Pendapatan Bersih"] + $DataLokasi->biayaTransportasi($perlakuan->transportasi); $tabel["Pendapatan Bersih"] = $tabel["Pendapatan Bersih"] + $DataLokasi->biayaPembersihan($perlakuan->pembersihan); $tabel["Pendapatan Bersih"] = $tabel["Pendapatan Bersih"] + $DataLokasi->pendapatanPanen($perlakuan->panen); $tabel["Pendapatan Bersih"] =

83 Lampiran 8. (Lanjutan . . ) $tabel["Pendapatan Bersih"] + $DataLokasi->biayaPanen($perlakuan->ongkos_panen); $tabel["Pendapatan Bersih"] = $tabel["Pendapatan Bersih"] + $DataLokasi->biayaPemupukan($perlakuan->pemupukan); $tabel["Pendapatan Kotor"] = $tabel["Pendapatan Kotor"] + $DataLokasi->pendapatanPanen($perlakuan->panen); $tabel["Total Biaya"] = $tabel["Total Biaya"] + $DataLokasi->biayaKondisi($perlakuan->kondisi); $tabel["Total Biaya"] = $tabel["Total Biaya"] + $DataLokasi->biayaPerlakuan($perlakuan->perlakuan); $tabel["Total Biaya"] = $tabel["Total Biaya"] + $DataLokasi->biayaTransportasi($perlakuan->transportasi); $tabel["Total Biaya"] = $tabel["Total Biaya"] + $DataLokasi->biayaPembersihan($perlakuan->pembersihan); $tabel["Total Biaya"] = $tabel["Total Biaya"] + $DataLokasi->biayaPanen($perlakuan->ongkos_panen); $tabel["Total Biaya"] = $tabel["Total Biaya"] + $DataLokasi->biayaPemupukan($perlakuan->pemupukan); } } return $tabel; } function analisis(){ $temp1['Bandarrejo'] = $this->getHasilLahan('Bandarrejo'); $temp1['Muara Dua'] = $this->getHasilLahan('Muara Dua'); $temp1['Batutegi'] = $this->getHasilLahan('Batutegi'); $temp1['Ulubelu'] = $this->getHasilLahan('Ulubelu'); $temp1['Way Tenong'] = $this->getHasilLahan('Way Tenong'); $bobot = array("Pendapatan Bersih" => 0.3 , "Pendapatan Kotor" => 0.4 , "Total Biaya" => 0.3); $tabel = $temp1; foreach($temp1 as $alternatif => $kolom){ $tabel[$alternatif]['Nilai Alternatif'] = ($kolom['Pendapatan Bersih'] * $bobot['Pendapatan Bersih']) +

84 Lampiran 8. (Lanjutan . . ) ($kolom['Pendapatan Kotor'] * $bobot['Pendapatan Kotor']) + ($kolom['Total Biaya'] * $bobot['Total Biaya']); $tabel[$alternatif]['Peringkat'] = 0; } $count = 1; while($count <= 5){ $max = 0; $maxLokasi = ""; foreach($tabel as $alternatif => $kolom){ if($max < $kolom['Nilai Alternatif'] && $kolom['Peringkat'] == 0){ $maxLokasi = $alternatif; $max = $kolom['Nilai Alternatif']; } } $tabel[$maxLokasi]['Peringkat'] = $count; $count++; } $tabel['Bobot'] = $bobot; return $tabel; } function viewAnalisis($hasil){ foreach($hasil as $lokasi => $kolom){ echo "<tr>"; echo '<th>Lokasi</th>'; foreach($kolom as $kriteria => $nilai){ echo '<th>'.$kriteria.'</th>'; } echo '<th>Show Details</th>'; echo "</tr>"; break; } foreach($hasil as $lokasi => $kolom){ echo "<tr>"; echo "<td>$lokasi</td>"; foreach($kolom as $kriteria => $nilai){ if($lokasi == "Bobot" || $kriteria == "Peringkat") echo "<td>$nilai</td>"; else echo "<td>Rp. $nilai</td>"; } if($lokasi != 'Bobot'){ $pisah = explode(' ',$lokasi); $hasilPisah = ""; foreach($pisah as $kata){

85 Lampiran 8. (Lanjutan . . ) $hasilPisah = $hasilPisah.$kata; } echo '<td align="center"><input type="button" value="Show" id="'.$hasilPisah.'"/></td>'; } else{ echo '<td></td><td></td><td></td>'; } echo "</tr>"; } } function getAnalisis($data){ foreach($data as $lokasi => $kolom){ if($kolom['Peringkat'] == 1){ $pilih = $lokasi; } } return $pilih; } function view(){ if($_GET['savecsv']){ $this->loadView('printLahan'); } else{ $this->loadView('lahan'); } } } ?>

Lampiran 9. Listing Program Indeks

<?php session_start(); include('class/Controller.class.php'); $controller = new Controller(); $controller->to('home'); ?>

Lampiran 10. Petunjuk Pemakaian Program

A. Pendahuluan

Program aplikasi Sistem Manajemen Ahli (SMA) Pemilihan Lokasi dan Kesesuaian Lahan ini masih dalam bentuk sederhana (prototype), karena dibuat khusus untuk mengolah data hasil wawancara dengan praktisi/petani kopi untuk memilih lokasi yang paling ekonomis. Setelah dipilih lokasi lalu dilanjutkan dengan memasukkan data kesesuaian lahan untuk daerah terpilih.

Untuk pemakaian umum, yang dapat dipakai adalah program untuk kesesuaian lahan daerah tertentu bila ada datanya. Dari 23 parameter karakteristik lahan untuk tanaman kopi, 4 parameter pertama yaitu Suhu Tahunan Rata-rata, Curah Hujan Tahunan Rata-rata, Jumlah Bulan Kering, dan Kelembaban Nisbi merupakan parameter pemberian alam yang tidak bisa dimanipulasi oleh petani/praktisi. Dari data hasil penelitian yang ada tentang 4 parameter ini, Provinsi Lampung mempunyai data tentang Peta Kesesuaian Iklim untuk Tananam Kopi yang tebagi atas 5 tipe (Setyanto dan Gunawan, 2009). Jadi praktisi lebih mudah melihat apakah lokasi lahannya sesuai dengan peta iklimnya, seperti yang tergambar pada Gambar 3.

Sumber: Setyanto dan Gunawan, 2009 Gambar 3. Peta Kesesuaian Iklim Untuk Tanaman Kopi

di Provinsi Lampung

88 Lampiran 10. (Lanjutan . . )

Data tipe curah hujan Rata-rata bulanannya terpapar pada Tabel 3 di bagian

Landasan Teori, seperti yang ada berikut ini.

Tabel 3. Nilai Distribusi Curah Hujan Rata-rata Bulanan

Sumber: Setyanto dan Gunawan, 2009

Untuk 6 parameter lainnya tentang lahan gambut dan pesisir pantai juga bisa dianggap bernilai default, karena tanaman kopi tak dapat tumbuh di daerah tersebut. Parameter yang berkenaan dengan tanah gambut yang dimaksud ada 3 parameter, yaitu Ketebalan Gambut, Ketebalan Gamut bila berlapis dengan bahan mineral/pengkayaan mineral, dan Kematangan Gambut. Parameter lainnya yang berkenaan dengan daerah pesisir/pantai ada 3, yaitu Salinitas, Alkalinitas/ESP, dan Kedalaman Sulfidik. Ketiga parameter tersebut akan diberi nilai default juga oleh program.

Parameter karakeristik lahan yang tersisa yang harus ada datanya tinggal 13 parameter, yaitu Drainase, Tekstur Tanah di Permukaan, Fraksi Kasar, Kedalaman Tanah, KTK Liat, Kejenuhan Basa, pH H2

Dalam kenyataan di lapangan, untuk penanaman kopi Robusta cukup dilihat 4 parameter tanah selain 4 parameter iklim yang cocok persyaratannya secara optimum seperti yang tergambar di Tabel 2 pada Landasan Teori terdahulu.

O, C-Organik, Lereng, Tingkat Bahaya Erosi, Banjir, Batuan Permukaan, dan Singkapan Batu.

Tabel 2. Persyaratan Kondisi Iklim dan Tanah yang Optimum untuk Kopi Robusta dan Arabika

Sumber: Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2008

89 Lampiran 10. (Lanjutan . . )

B. Kebutuhan perangkat keras, perangkat lunak, dan instalasi program

1. Kebutuhan Perangkat Keras Perangkat keras yang digunakan untuk pembuat sistem dan pengguna sistem

memiliki spesifikasi antara lain: • Prosesor Pentium IV atau lebih tinggi, • Memory RAM minimal 1 Gbyte, • Harddisk, • Monitor, • Keyboard, dan • Mouse.

2. Kebutuhan Perangkat Lunak Perangkat lunak yang digunakan untuk pembuat sistem memiliki spesifikasi

antara lain: • Apache web server, • XAMPP • Notepad++, • phpMyAdmin, • MySQL. Sedangkan perangkat lunak yang digunakan untuk pengguna sistem

memiliki spesifikasi aplikasi web browser seperti Opera. Penguna yang akan mengakses sistem juga memerlukan koneksi internet.

3. Instalasi Program

• Install XAMPP • Pada desktop jalankan XAMPP Control Panel • Start Opera dan MySql • Copy folder kopi pada C:\xampp\htdocs\ • Jalankan browser • ketik localhost/phpmyadmin • buat database baru dengan nama kopi • masuk ke database kopi • pilih tab import • browse file pada C:\xampp\htdocs\kopi\db.sql • pilih Go • buka tab baru pada browser • ketik localhost/kopi

90 Lampiran 10. (Lanjutan . . ) C. Cara penggunaan program SMA a. Cara pertama:

Setelah program di-install di Opera, maka akan muncul program pembuka berikut:

Pada Menu Pembuka ini, pengguna dapat memilih Menu Lahan untuk

melihat lokasi yang terpilih setelah dihitung dan diranking berdasarkan data yang dimassukkan sebelumnya, seperti yang terlihat pada Menu Lanjutannya berikut.

Dari hasil perhitungan simulasi dalam 5 (lima) tahun ini, Batutegi

merupakan lokasi terpilih pertama. Bila ingin melihat perhitungan simulasinya, tinggal klik ikon Show. Program akan menampilkan proses perhitungan yang diinginkan.

91

Lampiran 10. (Lanjutan . . )

Setelah simulasi perhitungan ditampilkan, pengguna dapat melihat

kesesuain lahan Batutegi dengan memilih Menu Klasifikasi, dan meng-klik-nya. Maka program akan menampilkan Form yang dapat diisi dengan data survey semi permanen yang ada untuk daerah Batutegi.

Data survey bisa kita masukkan ke masing-masing parameternya. Bila telah

dimasukkan semua nilai parameternya, maka klik ikon Submit. Akan didapat tingkat kesesuaian lahan untuk Batutegi.

92 Lampiran 10. (Lanjutan . . )

b. Cara Kedua:

Cara kedua ini dipakai untuk mengetahui kesesuaian lahan untuk sembarang lokasi, asalakan pengguna memiliki data survey lapangan daerah yang dimaksud. Pada awalnya, setelah Menu Pembuka muncul, yaitu

Langsung pengguna mengarahkan kursor-nya ke Menu Klasifikasi, seperti

dilihat pada Menu berikutnya.

Di menu ini, pengguna dapat melihat tingkat kesesuaian lahan untuk daerah

yang diinginkan, setelah mengisi ke-23 parameternya berikut nama daerah/lokasi dan meng-submit-nya.

Lampiran 11. Buku Keterangan Peta Satuan Lahan dan Tanah Lembar Kota Agung, Sumatera.

94

Lampiran 11. (Lanjutan . . )

95

Lampiran 11. (Lanjutan . . )

96

Lampiran 11. (Lanjutan . . )

97

Lampiran 11. (Lanjutan . . )

98

Lampiran 11. (Lanjutan . . )

99

Lampiran 11. (Lanjutan . . )