20 bab ii partisipasidigilib.uinsby.ac.id/5950/4/bab 2.pdf · yang terlibat dalam partisipasi itu...
TRANSCRIPT
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
20
BAB II
LANDASAN TEORITIK
A. PARTISIPASI
Griffin mengatakan bahwa efektivitas tidak mutlaq dipengaruhi
oleh satu perspektif,1 sehingga dalam penelitian ini juga dilakukan
komparasi beberapa hasil teori dan penelitian terdahulu yang terkait. Ada
beberapa faktor dari partisipasi yang diduga berpengaruh terhadap
efektivitas program pemberdayaan perempuan Koperasi Baytul Ikhtiar
Bogor Jawa Barat.
Menurut FAO dalam Najmulmunir berbagai penafsiran tentang
partisipasi dikemukakan, yaitu partisipasi adalah suatu proses yang aktif,
mengandung arti bahwa orang atau kelompok yang terkait mengambil
inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk melakukan hal itu serta
partisipasi pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan staf
yang melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring proyek agar supaya
memperoleh informasi mengenai konteks lokal dan dampak sosial.2
Menurut Cohen dan Uphoff dalam Najmulmunir partisipasi adalah
istilah deskriptif yang mencakup berbagai kegiatan dan situasi yang
1 Fachmi Basyaib, Teori Pembuatan keputusan (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2006), 88 2 Nandang Najmulmunir, “Pengaruh Partisipasi Masyarakat terhadap Efektivitas Implementasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bekasi (The Influence of Social Participation toward the Effectiveness of Implementation in Spatial Planning at Bekasi Regency),” J. Manusia dan Lingkungan, Vol. 20, No. 2, Juli. 2013: 213-220, 214
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
21
beraneka ragam. Selanjutnya Cohen dan Uphoff melihat partisipasi dari
aspek komponen. Berdasarkan komponen tersebut dibedakan antara
dimensi dan konteks partisipasi. Dimensi partisipasi mencakup jenis
partisipasi yang sedang diselenggarakan, kelompok-kelompok perorangan
yang terlibat dalam partisipasi itu dan berbagai cara bagaimana terjadinya
proses partisipasi.3
Fasli Jalal dan Dedi Supriadi mengemukakan partisipasi adalah
pembuat keputusan menyarankan kelompok atau masyarakat ikut terlibat
dalam bentuk penyampaian saran dan pendapat, barang, keterampilan,
bahan dan jasa. Partisipasi dapat juga berarti bahwa kelompok mengenal
masalah mereka sendiri, mengkaji pilihan mereka, membuat keputusan,
dan memecahkan masalahnya.4 Dalam penelitian ini, para anggota
koperasi Baytul Ikhtiar Bogor dikelompokkan dan diharuskan terlibat
didalamnya, satu sama lain harus saling mengenal dan saling memiliki
sehingga ketika ada salah satu yang kesulitan harus ditanggung bersama.
Mereka dalam satu kelompok harus bisa mengkaji pilihan mereka sendiri,
membuat setiap keputusan yang tepat, dan memecahkan masalah. Mereka
dipantau dan dibimbing oleh petugas koperasi dalam hal ini sebagai
fasilitator.
Teori partisipasi dari Uphoff, Cohen, dan Goldsmith dalam
Swedianti mendefinisikan partisipasi sebagai keterlibatan aktif masyarakat 3 Ibid. 214 4 Fasli Jalal dan Dedi Supriadi, Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah (Yogyakarta: Adicita, 2001), 201-202
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
22
dalam proses pengambilan keputusan tentang apa yang akan dilakukan dan
bagaimana cara kerjanya, keterlibatan masyarakat dalam keterlibatan
program dan pengambilan keputusan yang telah ditetapkan melalui
sumbangan sumber daya atau bekerja sama dalam suatu organisasi,
keterlibatan masyarakat menikmati hasil dari pembangunan, serta dalam
evaluasi pada pelaksanaan program. Hasil penelitian Swedianti
membuktikan bahwa partisipasi memiliki hubungan positif dengan
efektivitas program PNPM.5 Partisipasi tersebut ada empat, yaitu tahap
perencanaan, tahap pelaksanaan dan evaluasi, kemudian terakhir adalah
tahap menikmati hasil atau efektivitas itu sendiri:
1. TAHAP PERENCANAAN
Tahap perencanaan, ditandai dengan keterlibatan anggota
dalam kegiatan-kegiatan yang merencanakan program
pembangunan yang akan dilaksanakan, serta menyusun rencana
kerjanya.6 Dalam penelitian ini, rekruitmen anggota dilakukan pada
tahap pertama, hal itu dilakukan oleh petugas koperasi BAIK dan
juga memerlukan keterlibatan calon anggota. Rekruitmen anggota
melalui beberapa tahap, antara lain: 7
1. Observasi Blok-blok Pemukiman (Assesmen Wilayah)
2. Uji Kelayakan Calon Anggota (UK) 5 Karina Swedianti, Partisipasi Masyarakat Dalam Pnpm Mandiri Perkotaan (Kasus Implementasi Program Ekonomi Bergulir Pnpm Mandiri Perkotaan Di Desa Cimanggu I Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor), Skripsi, Institut Pertanian Bogor, 2011, 6-7 6 Ibid. 6-7 7 Koperasi Baytul Ikhtiar, dalam www.koperasi-baik.org
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
Uji Kelayakan (UK) adalah proses seleksi bagi calon
anggota yang berminat dan telah mendaftar untuk mengikuti
program ikhtiar. Kegiatan yang dilakukan adalah
penggalian data tentang kondisi secara umum seluruh
anggota dengan cara wawancara, hal-hal yang di gali adalah
kondisi ekonomi rumah tangga, asset keluarga, usaha serta
kondisi rumah.
Hal itu dilakukan oleh petugas koperasi yang
bertujuan untuk memilih nasabah yang benar-benar tepat
sasaran. Artinya, nasabah yang dipilih adalah nasabah yang
tidak berdaya dalam ekonomi, meskipun ada beberapa
nasabah yang sudah berdaya, hal itu dilakukan untuk
strategi menarik nasabah miskin yang kurang percaya diri
dan untuk jaringan wirausaha yang lebih luas.8
3. Latihan Wajib Kelompok (LWK)
LWK bertujuan mengajak calon Anggota untuk lebih
mengetahui informasi tentang lembaga, pelayanan simpan
pinjam, terlebih adalah untuk melatih mereka belajar
berkumpul, kedisiplinan, tanggung jawab dan kepedulian di
tingkat mereka sebelum menjadi kelompok.
8 Syukur, Wawancara, Bogor, 6 Januari 2016.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
24
2. TAHAP PELAKSANAAN
Teori Uphoff, Cohen, dan Goldsmith dalam Swedianti
membagi partisipasi ke dalam beberapa jenis tahapan, salah
satunya adalah tahap pelaksanaan, yang merupakan tahap
terpenting dalam pembangunan, sebab inti dari pembangunan
adalah pelaksanaannya. Wujud nyata partisipasi pada tahap ini
dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk
sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan materi, dan bentuk
keterlibatan sebagai anggota program.9
Sedangkan Uphoff, Cohen, dan Goldsmith dalam Siti Irene
Astuti, partisipasi dalam pelaksanaan meliputi menggerakkan
sumber daya dana, kegiatan administrasi, koordinasi dan
penjabaran program. Partisipasi dalam pelaksanaan merupakan
kelanjutan dalam rencana yang telah digagas sebelumnya baik yang
berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan maupun tujuan.10
Pelaksanaan dalam penelitian ini diistilahkan dengan
Pelayanan Majelis yang dilaksanakan sekali setiap pekan.
Lokasinya ditentukan oleh kelompok berdasarkan hasil
musyawarah. Pelayanan hanya dilakukan pada anggota kelompok
yang telah melewati proses UK dan LWK sebagai syarat sah 9 Karina Swedianti, Partisipasi Masyarakat Dalam Pnpm Mandiri Perkotaan (Kasus Implementasi Program Ekonomi Bergulir Pnpm Mandiri Perkotaan Di Desa Cimanggu I Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor), Skripsi, Institut Pertanian Bogor, 2011, 6-7 10 Siti Irene Astuti Dwiningrum, Desentralisasi dan Partisipasi Masyarakat Dalam Pendidikan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), 61-63
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
25
menjadi anggota Koperasi BAIK sebagaimana ada di tahap
perencanaan. Aktivitas Pelayanan baru akan dilakukan setelah
pertemuan resmi di buka. dengan membaca doa dan ikrar.11
Kegiatan pelaksanaan atau pelayanan majelis meliputi :12
a. Setoran (angsuran, tabungan wajib, tabungan kelompok,
tabungan cadangan, tabungan sukarela dan infaq/ dana
sasarengan kalau ada).
b. Penarikan (tabungan sukarela, tabungan cadangan, tabungan
wajib dan tabungan kelompok kalau ada yang keluar dari
keanggotaan).
c. Pengajuan pinjaman/pembiayaan.
d. Droping/pencairan pinjaman/pembiayaan.
e. Pendampingan.
3. TAHAP EVALUASI
Tahap evaluasi dianggap penting sebab partisipasi anggota
pada tahap ini dianggap sebagai umpan balik yang dapat memberi
masukan demi perbaikan pelaksanaan program selanjutnya.13
Dalam hal ini, peneliti menggunakan kuesioner dari penelitian
11 Lihat Koperasi Baytul Ikhtiar, dalam www.koperasi-baik.org dan lihat juga Koperasi Baytul Ikhtiar, Company Profile Koperasi Baytul Ikhtiar (Tidak Dipublikasikan, 2008) 12 Ibid. 13 Karina Swedianti, Partisipasi Masyarakat Dalam Pnpm Mandiri Perkotaan (Kasus Implementasi Program Ekonomi Bergulir Pnpm Mandiri Perkotaan Di Desa Cimanggu I Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor), Skripsi, Institut Pertanian Bogor, 2011, 6-7
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
26
Naziruddin dan Jalal Uddin yang meneliti efektivitas Grameen
Bank dan BRAC.
Topik yang dipakai dalam kuesioner Naziruddin dan Jalal,
meliputi; latar belakang sosial-ekonomi responden, pendapatan-
pengeluaran-tabungan, aset, pendapat tentang jumlah pinjaman,
informasi umum tentang produk perbankan lainnya dan skema
pengurangan kemiskinan serta terakhir menanyakan pelayanan
bank tersebut.14
Kualitas merupakan salah satu kriteria efektivitas yang
diusung oleh Ivancevich, Konopaske dan Matteson. Efektivitas
organisasi Jepang berfokus pada masalah kualitas. Bangsa Jepang
menginterpretasikan kualitas sebagai hal yang berhubungan dengan
persepsi konsumen. Konsumen membandingkan kinerja aktual dari
produk, dalam hal ini program pemberdayaan berupa jasa dari
koperasi, atau mengevaluasi jasa yang disediakan dengan
serangkaian ekspektasi mereka sendiri. Produk bisa diterima bisa
juga tidak.15
Di dunia yang penuh persaingan, perusahaan yang efektif
adalah yang memberikan pada konsumen produk atau jasa yang
14 Kuesioner diambil dari jurnal penelitian Naziruddin Abdullah dan M Shah Jalal Uddin yang meneliti perbandingan antara efektivitas Grameen Bank Bangladesh dan BRAC, lihat Naziruddin Abdullah dan Md Shah Jalal Uddin, “The Effectiveness of Micro-Finance Institutions in Alleviating Poverty: The Case of Bangladesh’s Grameen Bank and BRAC,” Journal of Social and Development Sciences, Vol. 4, No. 7 (July 2013), pp. 339-348. 15 John M. Ivancevich, Robert Konopaske, dan Michael T. Matteson, Perilaku dan Manajemen Organisasi, Edisi 7, Jilid 1 Alih Bahasa oleh Gina Gania (Jakarta: Erlangga, 2006), 24
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
27
berkualitas. Para pengecer, bank, perusahaan manufaktur,
pengacara, dokter, maskapai penerbangan, dan perusahaan lainnya
menemukan bahwa agar tetap dapat bertahan dalam bisnis
(bertahan dalam istilah efektivitas), konsumen harus senantiasa
dibuat senang atau puas.16 Oleh karena itu, dalam penelitian ini
juga ditanyakan mengenai kepuasan anggota koperasi.
Penelitian Naziruddin dan Jalal Uddin menguraikan
mengenai pelayanan petugas terdiri dari beberapa hal, antara lain;17
(1) petugas koperasi selalu hadir, (2) petugas koperasi tanggap
dalam memberikan pelayanan, (3) petugas koperasi sopan dan
ramah, (4) petugas koperasi menolong dan menangani anggota
dengan baik, (5) anggota mudah mendapatkan pembiayaan, (6)
anggota mudah melakukan transaksi dengan bank.
B. KINERJA FASILITATOR
Kinerja fasilitator meliputi petugas bank sebagai narasumber,
sebagai pelatih, sebagai mediator, sebagai penggerak, dan komunikasi.
Fasilitator juga sebagai pengawas.18 Pengawasan pembiayaan adalah usaha
untuk mengendalikan pelaksanaan pembiayaan, agar persyaratan dan
16 Ibid., 25 17 Ibid. 25 18 Fariz Huzein, “Analisis Efektivitas Program Pemberdayaan Masyarakat (Studi Kasus: Persepsi Masyarakat Miskin terhadap Program Nasional Pemberdayaan Mandiri Pedesaan di Kecamatan Tegalampel Kabupaten Bondowoso),” Skripsi: S1 Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Jember, 2013.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
28
target yang diasumsikan dapat dipenuhi sebagai dasar persetujuan
pembiayaan (term of lending).19 Allah berfirman dalan surat al-Infithar
ayat 10:
و ا ن ع ـل ي ك م اف ـيظ 20ن
Artinya: “Padahal Sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang
mengawasi (pekerjaanmu),”
Monitoring dan pengawasan ini berfungsi sebagai penutup
kekurangan/kelemahan dalam proses kegiatan pembiayaan. Monitoring
dapat diartikan sebagai alat yang dipergunakan untuk melakukan
pemantauan pembiayaan, agar dapat diketahui sedini mungkin (early
warning system) deviasi yang terjadi yang akan membawa akibat turunnya
mutu pembiayaan.21
Fasilitator juga sebagai penggerak untuk menyegerakan anggota
membayar tepat waktu. Mosher menyatakan bahwa suatu program
perkreditan dikatakan efisien apabila mudah didapatkan oleh sasaran
program dan anggota dapat mengembalikannya tepat waktu. Hal itu
dikarenakan tingkat pengembalian akan mempengaruhi program
19 Veithzal Rivai, Islamic Financia; Management: Teori, Konsep dan Aplikasi Panduan Praktis untuk Lembaga Keuangan, Nasabah, Praktisi dan Mahasiswa (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008), hlm. 488 20 Al-Infithar (82): 10 21 Veithzal Rivai, Islamic Financial; Management: Teori, Konsep dan Aplikasi Panduan Praktis untuk Lembaga Keuangan, Nasabah, Praktisi dan Mahasiswa (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008), hlm. 488
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
29
perkreditan selanjutnya.22 Hasil penelitian tim Unibraw menunjukkan
bahwa penyimpangan kredit (untuk memenuhi kebutuhan konsumsi)
menjadi salah satu penyebab lemahnya pengembalian kredit yang akhirnya
akan mempengaruhi program selanjutnya.23
C. EFEKTIVITAS
Kata efektif berasal dari bahasa inggris yaitu effective yang berarti
memiliki dampak atau hasil yang diinginkan.24 Efektivitas adalah
kemampuan melaksanakan tugas, fungsi (operasi kegiatan program atau
misi) daripada suatu organisasi atau sejenisnya yang tidak adanya tekanan
atau ketegangan diantara pelaksanaannya.25 Menurut Dasril Munir dkk,
efektivitas menunjukkan seberapa jauh organisasi melaksanakan kegiatan
atau fungsi-fungsinya sehingga tujuan yang ditetapkan dapat tercapai
dengan menggunakan sumber daya yang ada.26
Miller dalam Tangkilisan mengatakan: effectiveness be define as
the degree to which a social system achieve its goals, effectiveness must be
distringuished from efficiency. Efficiency is mainly concerned with goal
attainments. Artinya efektivitas dimaksud sebagai tingkat seberapa jauh 22 AT. Mosher, Menggerakkan dan Membangun Pertanian, terjemahan Ir. Krisnandhi. Jakarta: CV. Yasa Guna,, 1966 23 Ami Wanati Surya Dewi, Efektivitas Pembiayaan Usaha Kecil pada Baitul Maal Wat Tamwil (Studi Kasus: KBMT Wahana Insan Mu’amalah, kotamadya Bogor, Jawa Barat), Skripsi Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, 2001 24 Mukh. Syamsuri, Kamus Pintar Memilih Kata Bahasa Inggris (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2010), 142 25 Agung Kurniawan, Transformasi Pelayanan Publik (Yogyakarta: Pembaruan, 2005) 26 H Dasril Munir, dkk, Kebijakan Dan Manjemen Keuangan Daerah (Yogyakarta: YPAPI, 2004), 46
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
30
suatu sistem sosial mencapai tujuannya. Efektivitas ini harus dibedakan
dengan efisiensi. Efisiensi terutama mengandung pengertian perbandingan
antara biaya dan hasil, sedangkan efektivitas secara langsung dihubungkan
dengan pencapaian suatu tujuan.27
Apabila berbicara tentang efektifitas ada dua aspek penting yang
perlu ditekankan didalamnya. Pertama tujuan yang akan hendak dicapai
dan kedua proses pelaksanaan dengan menggunakan cara, alat dan sumber
daya yang ada untuk mencapai tujuan tersebut.28 Menurut Duncan dalam
Steers, pengukuran efektivitas secara umum dan yang paling menonjol
ialah; (1) Pencapaian tujuan, (2) Integrasi, (3) Adaptasi.29 Sedangkan
Steers dalam Tangkilisan, mengemukakan pengukuran efektivitas diukur
dengan; (1) produktivitas, (2) kemampuan adaptasi atau fleksibilitas, (3)
kepuasan kerja, (4) kemampuan berlaba, (5) pencaharian sumber daya.30
Gibson et al. dalam Tangkilisan mengatakan efektivitas organisasi
dapat diukur dengan; (1) kejelasan tujuan yang hendak dicapai, (2)
kejelasan strategi pencapaian tujuan, (3) proses analisis dan perumusan
kebijaksanaan yang mantap, (4) perencanaan yang matang, (5) penyusunan
program yang tepat, (6) tersedianya sarana dan prasarana, (7) sistem
27 Hessel Nogi S. Tangkilisan, Manajemen Publik (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2005),138 28 H Dasril Munir, dkk, Kebijakan Dan Manjemen Keuangan Daerah (Yogyakarta: YPAPI, 2004), 46 29 Richard M. Steers, Efektivitas Organisasi (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1995), 53 30 Hessel Nogi S. Tangkilisan, Manajemen Publik (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2005), 140-141
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
31
pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik.31 Sharma
memberikan kriteria atau ukuran efektivitas organisasi yang menyangkut
faktor internal organisasi dan faktor eksternal, yang meliputi antara lain;
(1) produktifitas organisasi atau output, (2) efektivitas organisasi dalam
bentuk keberhasilannya menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan
di dalam dan di luar organisasi, dan (3) tidak adanya ketegangan di dalam
organisasi atau hambatan-hambatan konflik di antara bagian-bagian.
Sementara ukuran efektivitas dapat diukur dengan tingkat
pencapaian tujuan. Jika perusahaan bertujuan menghasilkan keuntungan
maksimum, efektivitas dan efisiensi dapat terjadi bersama-sama.
Tercapainya tujuan perusahaan tersebut merupakan kondisi yang paling
efisien sekaligus efektif.32
Tidak ada kesepakatan mengenai bagaimana cara untuk mengukur
efektivitas. Tidak heran jika terdapat banyak model yang berbeda
mengenai efektivitas organisasi.33 Kinerja organisasi paling baik dievaluasi
dari sudut pandang multisegi dan dinamik. Tidak ada pengukuran atau
perhitungan tunggal yang dapat digunakan untuk menilai efektivitas.
Maka, efektivitas harus didekati dari beberapa perspektif.34
31 Ibid., 141 32 Fachmi Basyaib, Teori Pembuatan keputusan (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2006), 37 33 Ibid., 88 34 Ricky W. Griffin, Manajemen, edisi 7, jilid 1 alih bahasa oleh Gina Gania (Jakarta, Erlangga, 2004), 90
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
32
Ukuran efektivitas yang digunakan dalam penelitian ini merujuk
pada Swedianti, yaitu peningkatan pendapatan dan modal sosial (tingkat
kepercayaan, tingkat jaringan sosial dan tingkat kerjasama).35
D. PEMBERDAYAAN WANITA
1. POLITICAL WILL
Sebagai makhluk sosial, seseorang mustahil dapat berkembang
menjadi pribadi yang berbudaya jika hidup sendiri. Sejak lahir,
seseorang disayangi, dididik dan dikembangkan dalam (kelompok)
keluarga. Kemudian, dilanjutkan dalam (kelompok) sekolah,
(kelompok) pergaulan dan (kelompok) pekerjaan. Oleh karena itu
sepanjang hidup manusia tidak bisa melepaskan diri dari hubungan
antarmanusia.36
Kelompok dapat diartikan sekumpulan orang (1) yang saling
kenal dan memiliki ikatan batin satu sama lain, (2) memiliki tujuan
yang ingin dicapai bersama, (3) keanggotaannya relatif stabil untuk
jangka waktu yang lama, (4) ada batas jelas yang membedakan
anggota dengan bukan anggota, (5) ada struktur; yaitu pembagian
kewenangan, fungsi, peranan dan tugas yang jelas di antara
anggotanya, (6) ada aturan kelompok yang disepakati dan ditaati oleh 35 Karina Swedianti, Partisipasi Masyarakat Dalam Pnpm Mandiri Perkotaan (Kasus Implementasi Program Ekonomi Bergulir Pnpm Mandiri Perkotaan Di Desa Cimanggu I Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor), Skripsi, Institut Pertanian Bogor, 2011 36 Ibid., 35
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
33
para anggotanya, (7) ada kegiatan yang dilakukan secara teratur untuk
tujuan kelompok.37 Manfaat berkelompok bagi pemberdayaan ekonomi
wanita diantaranya: (1) kelompok adalah wahana belajar bagi
pengusaha mikro, (2) dasar untuk tindakan kearah perubahan, (3)
fondasi bagi organisasi yang besar, (4) kelompok mengendalikan sikap
dan perilaku anggotanya, (5) kelompok mengefisienkan pekerjaan
perempuan dan (6) kelompok mempromosikan dan membangun citra
perempuan.38
Program pemberdayaan perempuan ini dapat dilakukan dengan
menekankan pada 5 aspek, yaitu (1) pengembangan kapasitas dan
karakter, (2) konsultasi dan pendampingan, ditujukan untuk
menguatkan dan meng-upgrade kapasitas serta kualitas usahanya di
masa depan, (3) organisasi, diharapkan wanita dapat menjalankan
bisnisnya dengan aturan yang berlaku dan memiliki visi yang jelas, (4)
pasar, wanita diharapkan mendapat pengetahuan mengenai upaya
membuka dan membangun pasar untuk produk-produk yang telah
dimiliki, dan (5) jejaring, diharapkan wanita dan kelompok usaha
37 Tim Konsultan Pengembangan Kredit Mikro, Program Pengembangan Kecamatan (Tim Konsultan Pengembangan Kredit Mikro), Kredit Mikro Sebagai Instrumen Pemberdayaan Ekonomi Keluarga Miskin (T. Tp.,t.t.,: 2002), 15 38 Ibid., 16-17
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
34
wanita ini mampu membuat dan menguatkan jaringan sosial untuk
usahanya.39
Partisipasi masyarakat sering kali dianggap sebagai bagian
yang tidak terlepas dalam upaya pemberdayaan masyarakat. Dengan
melihat partisipasi sebagai kesatuan dalam proses pemberdayaan
masyarakat, akan dapat diketahui bahwa akar perkembangan pemikiran
tentang partisipasif dalam pembangunan akan terkait dengan diskursus
komunitas. Dimana salah satu diskursus komunitas adalah asumsi
bahwa masyarakat bukanlah sekumpulan orang yang bodoh, yang
hanya bisa maju kalau mereka mendapatkan perintah belaka.
Partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses
pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada dimasyarakat,
pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk
menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah,
keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang
terjadi.40
2. POWER PER ORANG DALAM ORGANISASI
Pemberdayaan berasal dari kata power yang berarti kemampuan
berbuat, mencapai, melakukan atau memungkinkan. Awalan em 39 Rommu Haryanto, Pemberdayaan Wanita untuk Perkembangan Ekonomi, http://www.wrp-diet.com/pemberdayaan-wanita-untuk-perkembangan-ekonomi/ diakses pada tanggal 28 Juni 2015 pukul 21:36 40 Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan Masyarakat dan Partisipasi Masyarakat (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), 227-231
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
35
berasal dari bahasa Yunani yang berarti kekuatan dalam diri manusia,
suatu sumber kreativitas.41
Istilah pemberdayaan diartikan sebagai upaya memperluas
horizon pilihan bagi masyarakat, dengan upaya pendayagunaan
potensi, pemanfaataan yang sebaik-baiknya dengan hasil yang
memuaskan. Hal itu berarti masyarakat diberdayakan untuk melihat,
untuk memilih sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya, dapat dikatakan
bahwa masyarakat yang berdaya adalah yang dapat memilih dan
mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pilihan-pilihan.42
Menurut Donny Gahral Adian dalam Ratih bahwa hal itu
sejalan dengan metode Grameen bank yang diadopsi oleh filsafat
manusia bahwa kemiskinan bukan disebabkan absennya ketrampilan
(skill), namun lebih karena ketrampilan berbanding lurus dengan
kualitas hidup seseorang. Ketrampilan memerlukan dana untuk
menatanya, sementara orang miskin tidak punya cukup dana untuk
menopang keterampilannya.43
Allah telah berfirman dalam surat Ar-Ra’d ayat 11, yang
berbunyi:
41 Lili Bariadi, Muhammad Zen, M. Hudri, Zakat dan Wirausaha, Cetakan 1 (Jakarta: CED, 2005), 53 42 Ibid., 53-54 43 Ratih Ratnasari, “Pola Grameen Syariah untuk Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Berbasis Rumah Tangga (Studi terhadap Program Pendampingan Kelompok Pembiayaan bagi Perempuan Miskin oleh Koperasi Baitul Ikhtiar di Bogor),” Skripsi: S1, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010, 5
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
36
ھ ل ات ب ق ع م ن م ن ب ھ ي د ي و ن م ھ ف ل خ ھ ون ظ ف ح ي ن م ر م ا هللا ن ا هللا ال
غ ا م م و ق ب وا ح ر يـ غ ا م م س ف ن ا ب اد ر اا ذ ا و هللا م و ق ا ب وء س ال ف
د ر م ھ ا ل م و م ل ن م ھ ون د ن م ال 44و
Artinya: “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu
mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka
menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah
keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada
pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan
terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan
sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.”
Islam sebagai agama yang kaffah dan rahmatan lil alamin telah
membuktikan bahwa Allah adil dalam mengatur segala sesuatu untuk
seluruh manusia di dunia ini. Pelopor metode grameen bank ini adalah
muslim dari Bangladesh yang telah membuktikan bahwa bentuk
diskriminasi terhadap kaum perempuan atau menengah kebawah
adalah kurang tepat, bahkan setelah memberikan ruang dan dana untuk
ketrampilan mereka metode tersebut terbukti berhasil membebaskan
kaum perempuan miskin dari kemiskinan dan membantu
meningkatkan kesejahteraan keluarga.
44 Al-Qur’an 13: 11
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
37
Hal itu didukung juga dengan firman Allah dalam surat Al-
Maidah ayat 8 berikut:45
ي ا اأ ال ذ ين ء ام وان واون ق و ام ن ل ل ھ ش د اء ب ال ق س , ط و ال ي ج ر م ن ك م
ش ئ ان ق و م ع ع د , وال اع د او ل و ا ق ر ب ل لت ق , ى و و ات واق , هللا
ا ن هللا خ ب ب ام ع م ل ون
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-
orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi
saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap
sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku
adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah
kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.”
Program pemberdayaan masyarakat miskin serta dampaknya
bagi kaum miskin telah mengaplikasikan prinsip-prinsip Ekonomi
Islam dan tidak melanggar Syariat Islam. Metode grameen bank ini
terbukti dapat membebaskan kaum wanita dari diskriminasi perbankan
atau lembaga keuangan dalam pemberian pembiayaan.
Ratih Ratnasari menyimpulkan bahwa pemberdayaan ekonomi
masyarakat adalah suatu proses yang dinamis, artinya perubahan yang
45 Al-Qur’an 5: 8
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
38
terjadi menuntut adanya dinamika masyarakat dalam meningkatkan
income per capita untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari guna
mengantisipasi dan mempersiapkan kondisi ekonomi di masa
mendatang.46
3. PERANAN WANITA DALAM PEMBANGUNAN
Kaum wanita Indonesia dalam perjalanan sejarah bangsa selalu
tampil mengambil bagian dan peran yang berarti sesuai dengan
zamannya. Ratu Tribuana Tunggadewi dari kerajaan Majapahit dan
Ratu Shima dari kerajaan Kalingga, ia sebagai ratu dan memiliki
kekuasaan paling tinggi dalam memimpin kerajaannya. Kedua R.A.
Kartini yang mengadakan persatuan, karena dengan menghimpun
kekuatan, akan lebih mudah cita-cita bangsa Indonesia dicapai.47
Wanita memang sudah banyak sejak zaman purbakala. Menteri
Peranan Wanita menyadari bahwa peranan wanita sangat besar, bisa
dikatakan bahwa ketika wanita dibiarkan tanpa diminta berperan aktif
tentu akan menjadi beban dan hanya memperbanyak kuantitas bangsa
tanpa kualitas produksi bangsa itu sendiri.
46 Ratih Ratnasari, “Pola Grameen Syariah untuk Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Berbasis Rumah Tangga (Studi terhadap Program Pendampingan Kelompok Pembiayaan bagi Perempuan Miskin oleh Koperasi Baitul Ikhtiar di Bogor),” Skripsi: S1, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010, 20 47 Marwati Soewindi, Peranan Wanita dalam Pembangunan (Jakarta: Menteri Negara Urusan Peranan Wanita, 2000), 1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
39
Bangsa Indonesia baru menyadari peranan wanita sangat besar
ketika tahun 1990, berdasarkan sensus penduduk yang membuktikan
bahwa dari total penduduk Indonesia sebanyak 179.247.983 jiwa,
89.872.106 adalah wanita. Hal itu berarti jika wanita tidak
diperhatikan, diperhitungkan dan diberi kesempatan untuk
mengaktualisasikan potensinya dengan berperan serta dalam
pembangunan, maka akan menjadi beban dan bahkan menjadi
penghambat pembangunan itu sendiri.48
4. HAK SEJAHTERA BAGI WANITA
Hak sejahtera ini dipopulerkan oleh Misanam, teori yang
menyatakan bahwa kesejahteraan adalah hak bagi setiap orang. Artinya
bahwa laki-laki, perempuan, kaya, miskin dan siapapun berhak
sejahtera. Kesejahteraan itu juga harus diciptakan dan tidak harus
menjadi kaya.49 Misaman terinspirasi oleh al-Qur’an surat adz-dzariyat
ayat 19 berikut:
و ا م و ال م ح ق ل لس ائ ل و امل ح ر 50وم
Artinya: “Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin
yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian.”
48 Ibid., 4 49 Dede Nurohman, Memahami Dasar-dasar Ekonomi Islam (Yogyakarta: Teras, 2011), 141. 50 Al-Qur’an, 51: 19
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
40
Kesenjangan antara kaum kaya (the have) dengan kaum papa
(the poor) tidak semata-mata karena nasib, kemalasan atau
ketidakberuntungan kaum lemah. Tetapi juga karena perilaku kalangan
bermodal besar atau berduit banyak yang tidak menyadari bahwa
aktivitas konsumsi dan produksi yang mereka lakukan dapat pula
menimbulkan kesenjangan.
Sebab demikian itu, golongan miskin mempunyai hak untuk
sejahtera yang diambil dari golongan kaya yang berupa kewajiban
untuk memberikan sumbangan finansial-material kepada mereka
sebagai kompensasi atas perilaku ekonomi yang telah mereka lakukan.
Bentuk sumbangan itu bermacam-macam, salah satunya dapat berupa
program pemberdayaan perempuan. Kekayaan kaum kaya yang
menumpuk berupa deposito, giro dan investasi lainnya dapat
diinvestasikan ke dalam pembiayaan yang berguna bagi masyarakat
miskin.
5. WANITA DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI
Program pendampingan yang mengarah pada penanggulangan
kemiskinan yang menganut metode grameen bank mengutamakan
kelompok sasaran (target group). Hal itu berdasarkan fakta bahwa:51
51 M. Abdul Azis, Ibnu Supanta, Penanggulangan Kemiskinan Melalui Pokusma & BMT (Jakarta: Pinbuk Press, 2004), 12-13
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
41
1. Umumnya wanita dipandang bukan sebagai produktif, sehingga
dengan bantuan kredit dan tabungan, mereka dapat melakukan
usaha produktif di sela-sela kegiatan mengurus rumah tangga
sehari-hari, sebagai perempuan.
2. Wanita telah terbiasa mengurus rumah tangga, karena mereka
yang secara langsung bertanggungjawab terhadap konsumsi
keluarga.
3. Dalam faktanya wanita lebih dekat dengan anak-anak. Oleh
karena itu, wanita menjadi kunci penentu terhadap
pembentukan kualitas Sumber Daya Insani anak-anak bangsa
sebagai sumber pertumbuhan ekonomi di masa depan, baik
dalam perbaikan nutrisi, kesehatan maupun pendidikan. Maka
tidak berlebihan jika wanita perlu diberdayakan dengan
perbaikan kulaitas anak-anaknya pun secara langsung dapat
ditingkatkan.
4. Akses kredit untuk kaum wanita merupakan jembatan emas
menuju kesetaraan hak-hak (perbaikan ketimpangan gender).
Kemiskinan dan ketidakmampuan memenuhi kebutuhan
keluarga dapat menjadi salah satu cara laki-laki melepaskan
tanggungjawab atas keluarganya dan menceraikan istrinya. Dalam
kasus perceraian, wanita cenderung mengambil beban terbesar untuk
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
42
membesarkan anak-anak, dengan atau tanpa sumbangan mantan
suami.52
E. KOPERASI
1. KONSEP KOPERASI
Menurut konsep koperasi barat, koperasi adalah organisasi
swasta, yang dibentuk secara sukarela oleh orang-orang yang
mempunyai persamaan kepentingan, dengan maksud mengurusi
kepentingan para anggotanya serta menciptakan keuntungan timbal
balik bagi anggota koperasi maupun perusahaan koperasi.
Sedangkan konsep koperasi sosialis adalah koperasi direncanakan
dan dikendalikan oleh pemerintah, dan dibentuk dengan tujuan
merasionalkan produksi, untuk menunjang perencanaan nasional.53
Dewasa ini, ada konsep koperasi negara berkembang, yaitu
masih mengacu pada kedua konsep tersebut namun koperasinya
sudah berkembang dengan ciri tersendiri, yaitu dominasi campur
tangan pemerintah dalam pembinaan dan pengembangannya.
2. DEFINISI KOPERASI
Koperasi adalah salah satu pilar ekonomi yang diidamkan
oleh pendiri negara kita menjadi sokoguru perekonomian
Indonesia. Koperasi dipandang sebagai organisasi ekonomi 52 Imam Cahyono, “Wajah Kemiskinan, Wajah Wanita (Poperty has a women face),” Jurnal Wanita, No. 42 (Juli 2005): 13 53Arifin dan Halomoan Tamba, Koperasi: Teori dan Praktik (Jakarta: Erlangga, 2001), 1-3
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
43
berasaskan kekeluargaan, dan pro-rakyat. Koperasi dipandang
mampu meminimisasi pengaruh negatif kapitalisme, karena
disamping mencari keuntungan, koperasi juga peduli pada
kesejahteraan anggota dan masyarakat di lingkungan operasinya.54
3. TUJUAN KOPERASI
Tujuan koperasi Indonesia adalah memajukan kesejahteraan
anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta turut
membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka
mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan
Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Dari tujuan tersebut
terlihat bahwa selain bertujuan menyejahterakan anggotanya,
koperasi juga bertujuan membangun masyarakat pada umumnya.
4. PRINSIP KOPERASI
Hans H. Munkner menguraikan prinsip koperasi menjadi
12, antara lain: (1) keanggotaan bersifat sukarela, (2) keanggotaan
terbuka, (3) pengembangan anggota, (4) identitas sebagai pemilik
dan pelanggan, (5) manajemen dan pengawasan dilaksanakan
secara demokratis, (6) koperasi sebagai kumpulan orang-orang, (7)
modal berkaitan dengan aspek sosial tidak dibagi, (8) efisiensi
ekonomi dan perusahaan koperasi, (9) perkumpulan dengan
sukarela, (10) kebebasan dalam pengambilan keputusan dan
54 Alam S., Akuntansi SMA (Jakarta: Esis, 2004), 1-2
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
44
penetapan tujuan, (11) pendistribusian yang adil dan merata akan
hasil-hasil ekonomi, dan (12) pendidikan anggota.55
6. PENELITIAN TERDAHULU
Pada penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini adalah:
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Peneliti Judul Variabel Hasil Penelitian
Naziruddin Abdullah dan Md Shah Jalal Uddin56
The Effectiveness of Micro-Finance Institutions in Alleviating Poverty: The Case of Bangladesh’s Grameen Bank and BRAC
- Lembaga keuangan mikro yang ada di Bangladesh merupakan cara paling efektiv untuk mengurangi kemiskinan. Ia menemukan fakta bahwa orang-orang miskin yang menjadi nasabah mengalami masalah dalam membayar kembali karena mereka memiliki lebih dari satu rekening di bank. Kedua, ia membuktikan bahwa pelayanannya buruk
55 Arifin dan Halomoan Tamba, Koperasi: Teori dan Praktik (Jakarta: Erlangga, 2001), 21 56 Naziruddin Abdullah dan Md Shah Jalal Uddin, “The Effectiveness of Micro-Finance Institutions in Alleviating Poverty: The Case of Bangladesh’s Grameen Bank and BRAC,” Journal of Social and Development Sciences, Vol. 4, No. 7 (July 2013), pp. 339-348.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
45
Mark Schreiner57
A Cost-Effectiveness Analysis of the Grameen Bank of Bangladesh
Biaya per anggota per tahun dianggarkan $20, sedangkan bunga per dollar per tahun yang dipinjam sekitar $0,22. Meskipun tidak dapat mengukur manfaat sosialnya, tetapi paling tidak dapat menjelaskan perkiraan dari biaya tersebut, dan dapat disimpulkan bahwa grameen bank bisa dikatakan investasi sosial yang baik.
Ratih Ratnasari58
Pola Grameen Syariah untuk Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Berbasis Rumah Tangga (Studi terhadap Program Pendampingan Kelompok Pembiayaan bagi Perempuan
- Pola yang dipakai sama dengan pola grameen bank hanya berbeda pada pelarangan riba dan transaksi Syariah. Sedangkan dampaknya telah mampu meningkatkan
57 Mark Schreiner, “A Cost-Effectiveness Analysis of the Grameen Bank of Bangladesh,” (Disertasi---Center for Social Development, Washington University in St. Louis, 2001) 58 Ratih Ratnasari, “Pola Grameen Syariah untuk Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Berbasis Rumah Tangga (Studi terhadap Program Pendampingan Kelompok Pembiayaan bagi Perempuan Miskin oleh Koperasi Baitul Ikhtiar di Bogor),” Skripsi: S1, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
46
Miskin oleh Koperasi Baitul Ikhtiar di Bogor)
usaha dan pendapatan anggota serta menambah interaksi sosial antar anggota.
Swedianti59 Partisipasi Masyarakat Dalam Pnpm Mandiri Perkotaan (Kasus Implementasi Program Ekonomi Bergulir Pnpm Mandiri Perkotaan Di Desa Cimanggu I Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor)
Partisipasi (perencanaan, pelaksanaan, tahap menikmati hasil dan evaluasi)
Peningkatan pendapatan penerima program berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat. Modal sosial vertikal masyarakat (tingkat kepercayaan, jaringan, dan tingkat kerjasama) berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam program.
Fariz Huzein60 Analisis Efektivitas Program Pemberdayaan Masyarakat (Studi Kasus: Persepsi Masyarakat Miskin terhadap Program
Tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, kinerja fasilitator, dan efektivitas
tahap perencanaan dan tahap pelaksanaan berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja fasilitator, tahap perencanaan dan
59 Karina Swedianti, Partisipasi Masyarakat Dalam Pnpm Mandiri Perkotaan (Kasus Implementasi Program Ekonomi Bergulir Pnpm Mandiri Perkotaan Di Desa Cimanggu I Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor), Skripsi, Institut Pertanian Bogor, 2011 60 Fariz Huzein, “Analisis Efektivitas Program Pemberdayaan Masyarakat (Studi Kasus: Persepsi Masyarakat Miskin terhadap Program Nasional Pemberdayaan Mandiri Pedesaan di Kecamatan Tegalampel Kabupaten Bondowoso),” Skripsi: S1 Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Jember, 2013
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
47
Nasional Pemberdayaan Mandiri Pedesaan di Kecamatan Tegalampel Kabupaten Bondowoso)
tahap pelaksanaan berpengaruh signifikan dan positif terhadap efektivitas PNPM-MP, dan kinerja fasilitator berpengaruh signifikan dan positif terhadap efektivitas PNPM-MP
Sumber: beberapa sumber diolah
Dari penelitian sebelumnya, sudah banyak yang meneliti mengenai
efektivitas sebuah organisasi/ program, namun variabelnya berbeda-beda.
Peneliti mengkolaborasikan beberapa variabel karena efektivitas yang baik
adalah dari beberapa perspektif, sesuai teori Ricky W. Griffin.61 Sehingga,
peneliti menggunakan beberapa variabel partisipasi yang digunakan juga oleh Swedianti dan Fariz, yaitu tahap
perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi, sedangkan dari Fariz peneliti mengambil variabel
kinerja fasilitator yang menjadi intervening antara ketiga variabel independen tersebut terhadap efektivitas
program. Dalam penelitian ini lokasi yang diambil juga berbeda dengan
penelitian sebelumnya, kecuali penelitian Ratih, yaitu di Koperasi Baytul
Ikhtiar Kecamatan Bogor Barat. Penelitian ini juga berbeda dengan
sebagian penelitian terdahulu dalam pengambilan data, yaitu menggunakan
kuesioner dan berbeda dalam menganalisis data, yaitu menggunakan
Partial Least Square (PLS) dengan software smartPLS 2.0.
61 Ricky W. Griffin, Manajemen, edisi 7, jilid 1 alih bahasa oleh Gina Gania (Jakarta, Erlangga, 2004), 90
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
48
Peneliti menggunakan Partial Least Square (PLS) dengan software
smartPLS 2.0 karena teori yang dipakai masih belum bisa dikatakan kuat,
dan jumlah sampel yang digunakan hanya sedikit (dibawah 100). PLS bisa
mengatasi kekurangan tersebut, karena PLS tidak mengharuskan sampel
yang banyak dan tidak mengharuskan teori yang kuat.
7. KERANGKA PEMIKIRAN
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Tahap Perencanaan
(X1)
Tahap Pelaksanaan
(X2)
Tahap Evaluasi
(X3)
Kinerja Fasilitator
(Y1)
Efektivitas (Y2)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
49
A. HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesis adalah proposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk
diuji secara empiris.62 Iqbal mendefinisikan hipotesis adalah pernyataan
atau dugaan yang masih bersifat sementara terhadap suatu masalah
penelitian yang masih harus diuji kebenarannya.63 Berdasarkan telaah
literatur dan peneliti rumuskan dalam kerangka pemikiran,64 maka
hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:
H1 = Tahap Perencanaan berpengaruh terhadap Kinerja Fasilitator
Program Pemberdayaan Perempuan Koperasi Baytul Ikhtiar
Bogor Jawa Barat
H2 = Tahap Perencanaan berpengaruh terhadap Efektivitas Program
Pemberdayaan Perempuan Koperasi Baytul Ikhtiar Bogor Jawa
Barat
H3 = Tahap Pelaksanaan berpengaruh terhadap Kinerja Fasilitator
Program Pemberdayaan Perempuan Koperasi Baytul Ikhtiar
Bogor Jawa Barat
H4 = Tahap Pelaksanaan berpengaruh terhadap Efektivitas Program
Pemberdayaan Perempuan Koperasi Baytul Ikhtiar Bogor Jawa
Barat
62 Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, Metodologi Penelitian Bisnis: untuk Akuntansi dan Manajemen (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 2011), 72 63 Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian dengan Statistik (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), 31 64 Ibid., 74
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
50
H5 = Tahap Evaluasi berpengaruh terhadap Kinerja Fasilitator
Program Pemberdayaan Perempuan Koperasi Baytul Ikhtiar
Bogor Jawa Barat
H6 = Tahap Evaluasi berpengaruh terhadap Efektivitas Program
Pemberdayaan Perempuan Koperasi Baytul Ikhtiar Bogor Jawa
Barat
H7 = Kinerja Fasilitator berpengaruh terhadap Efektivitas Program
Pemberdayaan Perempuan Koperasi Baytul Ikhtiar Bogor Jawa
Barat