2. landasan teori 2.1. globalisasi · 2.1. globalisasi saat ini fenomena globalisasi mempengaruhi...
TRANSCRIPT
6 Universitas Kristen Petra
2. LANDASAN TEORI
2.1. Globalisasi
Saat ini fenomena globalisasi mempengaruhi berbagai aspek kehidupan
manusia, antara lain di bidang politik, sosial budaya, dan ekonomi. Globalisasi di
bidang ekonomi dapat diartikan sebagai meningkatnya interdependensi ekonomi
dunia sebagai akibat dari berkembangnya perdagangan komoditi dan jasa lintas
batas, aliran modal internasional dan penyebaran teknologi yang luas dan cepat.
(Shangquan, 2000).
Seiring perkembangan globalisasi ekonomi, globalisasi sektor keuangan
menjadi semakin bebas, dan jika dibandingkan dengan pasar komoditas dan tenaga
kerja, pasar keuangan adalah satu-satunya pasar yang merealisasikan globalisasi
yang sejati (Shangquan, 2000). Globalisasi pada sektor keuangan menjadi
globalisasi yang paling berkembang dan paling berpengaruh terhadap globalisasi
ekonomi, di mana keuangan internasional tampil untuk melayani kebutuhan
perdagangan internasional dan aktivitas ekonomi. Perkembangan globalisasi sektor
keuangan atau integrasi keuangan internasional dapat dijelaskan melalui 3 istilah,
yaitu internasionalisasi, sekuritisasi, dan liberalisasi (Watson et al., 1988 dalam
Kearney & Lucey, 2004). Dari sisi internasionalisasi pasar keuangan berkembang
lebih cepat daripada output real pada negara industri yang besar dan dibarengi
dengan pertumbuhan aktivitias pada pasar keuangan lintas negara. Dari sisi
sekuritisasi, terdapat pergeseran dari pendanaan tidak langsung melalui
intermediari, ke pendanaan langsung melalui pasar surat utang internasional.
Sedangkan dari sisi liberalisasi terdapat penghilangan halangan kuantitas domestik
dan harga, partisipasi internasional pada pasar keuangan domestik yang lebih besar
dan aliran modal dan instrument keuangan lintas batas yang lebih besar.
Secara umum, globalisasi ekonomi memberikan banyak manfaat kepada
negara berkembang, seperti kesempatan untuk menggunakan keunggulan bersaing
dengan lebih baik, menggunakan teknologi yang lebih maju, dan mendapatkan serta
mengelola modal dari luar (Shangquan, 2000), namun globalisasi ekonomi juga
membawa resiko yang cukup berbahaya bagi negara berkembang, seperti
7 Universitas Kristen Petra
memperluas jarak antara negara yang kaya dan miskin, di mana dengan adanya
globalisasi negara yang kaya akan makin kaya dan negara yang miskin akan
semakin miskin (Hamdi, Akech, & Johnston, 2013; Shangquan, 2000). Negara
maju dan berkembang sebenarnya dapat menikmati manfaat globalisasi, tetapi
faktor perbedaan teknologi, pendidikan, keuangan, dan manajemen menyebabkan
tingkat pertumbuhan negara maju lebih tinggi dari negara berkembang, sehingga
menimbulkan jarak antara negara maju dan berkembang (Zhang & London, 2011).
Resiko kedua adalah negara berkembang menjadi lebih beresiko terpapar faktor
eksternal yang mengancam dan tidak diinginkan, di mana hal ini akan melemahkan
regulasi dan pengendalian makroekonomi negara tersebut (Shangquan, 2000).
2.2. Integrasi Ekonomi
Integrasi ekonomi dapat didefinisikan sebagai penghapusan hambatan-
hambatan ekonomi antara dua negara atau lebih yang menghalangi aliran barang
dan jasa, modal, dan sumber daya manusia serta teknologi. Kedekatan geografis,
kesamaan budaya, sejarah dan ideologi, hubungan ekonomi yang kompetitif atau
saling melengkapi, dan bahasa yang sama antar negara anggota merupakan kondisi
yang diperlukan untuk menciptakan integrasi ekonomi yang efektif (Mwasha,
2015). Schiff & Winters (2003) menyatakan bahwa saat ini terdapat peningkatan
tren untuk melakukan integrasi ekonomi, terutama integrasi ekonomi regional yang
menjadikan integrasi ekonomi regional menjadi bagian yang penting dalam
perekonomian global. Lebih lanjut mereka menyatakan bahwa peningkatan ini
disebabkan antara lain karena negara-negara menginginkan untuk mendapatkan
akses yang aman untuk masuk ke pasar yang besar, tekanan globalisasi, ketakutan
akan tertinggal ketika negara-negara lain melakukan integrasi ekonomi regional,
dan pemerintah ingin untuk mengikatkan diri pada kebijakan yang lebih termasuk
kebijakan politik, sebagai upaya untuk mengirim sinyal pada investor domestik dan
luar negeri terkait perikatan itu.
Terdapat 6 tahapan perjanjian integrasi ekonomi menurut (Suranovic,
1998), yaitu:
8 Universitas Kristen Petra
a. Preferential Trade Agreement (PTA)
Merupakan bentuk integrasi ekonomi yang paling lemah, di mana negara
yang terikat perjanjian ini akan memberikan pengurangan tariff pada
sekelompok negara mitra pada suatu kategori produk saja.
b. Free Trade Agreement (FTA)
Merupakan bentuk integrasi ekonomi di mana sekelompok negara setuju
untuk menghilangkan tarif diantara mereka, tapi tetap menentukan tarif
masing-masing negara ketika berhubungan dengan negara lain selain
kelompok tersebut.
c. Customs Union
Merupakan bentuk integrasi ekonomi di mana sekelompok negara setuju
untuk menghilangkan tarif diantara mereka dan bersama-sama
menetapkan tarif eksternal untuk negara-negara di luar kelompok mereka.
d. Common Market
Merupakan bentuk integrasi ekonomi di mana terdapat aliran bebas barang
dan jasa, modal dan tenaga kerja, serta tarif eksternal yang sama untuk
negara-negara di luar kelompok mereka.
e. Econommic Union
Merupakan bentuk integrasi ekonomi di mana terdapat aliran bebas barang
dan jasa, modal dan tenaga kerja, serta tarif eksternal yang sama untuk
negara-negara di luar kelompok mereka. Selain itu negara-negara anggota
sepakat untuk menyatukan kebijakan fiscal dan moneter yang mana
penetapannya diserahkan kepada badan supra nasional.
f. Monetary Union
Merupakan bentuk integrasi ekonomi di mana sekelompok negara
membuat dan menggunakan mata uang yang sama, termasuk membentuk
otoritas keuangan yang menentukan kebijakan moneter untuk seluruh
negara dalam kelompok tersebut.
Integrasi ekonomi akan memberikan berbagai manfaat bagi negara anggota.
Mwasha (2015) menyatakan bahwa tingkat manfaat yang dirasakan oleh anggota
akan bergantung pada tingkat integrasi, di mana semakin dalam integrasi, maka
9 Universitas Kristen Petra
manfaat yang dirasakan negara anggota akans semakin besar, tetapi tingkat
integrasi bergantung pada kemauan negara-negara untuk membagi kedaulatannya.
Berikut ini adalah manfaat integrasi ekonomi secara umum (Mwasha, 2015):
Peningkatan perdagangan
Salvatore (2004) menyatakan bahwa integrasi ekonomi adalah perjanjian
untuk menghilangkan hambatan teknis dan non-teknis dalam perdangangan
antar negara anggota. Sehingga dengan integrasi ekonomi, perdagangan
bebas negara anggota akan meningkat, dan hal ini akan berujung pada
pertumbuhan ekonomi yang cepat (Iyoha, 2005).
Perluasan pasar
Dengan integrasi ekonomi, para anggota dapat menciptakan kondisi
ekonomi yang lebih baik, dalam hal ini adalah pasar yang lebih besar di
mana hal ini akan mempercepat usaha pengembangan bersama dan
mendukung perkembangan jangka panjang (Todaro & Smith, 2006). Todaro
& Smith (2006)menyatakan bahwa tanpa adanya integrasi, negara akan
kesulitan menyediakan pasar domestik yang cukup besar agar industri lokal
dapat menurunkan beban produksi melalui economies of scale.
Menarik Foreign Direct Investment (FDI)
Park & Park (2008) menemukan bahwa integrasi ekonomi merupakan
pendorong masuknya FDI. Perbaikan umum seperti stabilisasi, liberalisasi
pasar, dan privatisasi yang dilakukan dengan perjanjian regional akan
meningkatkan return pada semua faktor yang kemudian akan meningkatkan
investasi swasta (Mwasha, 2015). Selain itu integrasi ekonomi akan
mengurangi ketidakpastian dan meningkatkan kredibilitas, di mana hal ini
akan mempermudah swasta untuk melakukan investasi. Salvatore (2004)
juga menyatakan bahwa integrasi ekonomi akan mendorong perusahaan
multinasional untuk berinvestasi dan melakukan produksi dalam daerah
yang ekonominya terintegrasi untuk menghindari halangan perdagangan
bagi negara non anggota.
Meningkatkan daya tawar
10 Universitas Kristen Petra
Tren global saat ini adalah melakukan tawar menawar dalam bidang
perdagangan antar satu blok regional dengan blok regional lainnya. Negara-
negara kecil akan susah untuk melakukan negosiasi dengan negara-negara
maju, apalagi jika negara-negara tersebut melakukan integrasi ekonomi
dengan negara-negara maju lainnya. Sehingga dengan melakukan integrasi
ekonomi, negara-negara kecil dan berkembang akan lebih memiliki
kekuatan untuk melakukan negosiasi dengan negara ataupun blok regional
lainnya (Mwasha, 2015).
Memperkuat keamanan dan mengurangi konflik dalam daerah
Hoekman, Mattoo, & English (2002) menyatakan bahwa integrasi ekonomi
dapat meningkatkan keamanan, karena integrasi dapat meningkatkan
tingkat perdagangan antar negara, sehingga familiaritas antara masyarakat
masing-masing negara akan meningkat dan mengurangi tingkat
miskonsepsi. Integrasi ekonomi juga dapat menjadi masalah apabila
terdapat kesenjangan antar negara anggota. Dengan integrasi ekonomi,
konflik akan dipandang sebagai sesuatu yang mahal, sehingga integrasi
ekonomi akan mendorong integrasi politik untuk mencegah konflik internal.
(Mwasha, 2015). Selain itu, Mwasha (2015) menambahkan bahwa kontak
politik yang teratur akan membangun kepercayaan dan memfasilitasi
kerjasama termasuk dalam bidang keamanan.
Pergerakan manusia yang bebas dalam daerah
Pergerakan manusia yang bebas penting sebab hal ini akan mempermudah
perdagangan lintas batas dan menciptakan rasa perstauan dan komunitas
melalui peningkatan interaksi antara masyaratk negara anggota (Mwasha,
2015).
2.3. Integrasi Ekonomi ASEAN
ASEAN merupakan organisasi antar negara yang berisi negara-negara
Asia Tenggara yang didirikan oleh Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand dan
Filipina pada tanggal 8 Agustus 1967. Kini ASEAN memiliki 10 anggota yaitu
Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Brunei Darussalam, Myanmar,
11 Universitas Kristen Petra
Kamboja, Laos dan Vietnam. Terdapat 3 pilar dari ASEAN yaitu politik dan
keamanan, ekonomi, dan sosial budaya. Integrasi ekonomi ASEAN dimulai dengan
adanya perjanjian Preferential Trade Agreement (PTA) yang ditanda tangani pada
tanggal 24 Februari 1977 di Manila, Filipina (AEC Center, n.d.). Bentuk PTA ini
kemudian berkembang menjadi bentuk Free Trade Area (FTA) yang diberi nama
ASEAN Free Trade Area (AFTA) (AEC Center, n.d.). Berlakunya AFTA ditandai
dengan penandatanganan perjanjian pada tanggal 28 Januari 1992 di Singapura oleh
5 negara pendiri ditambah dengan Brunei Darussalam yang baru bergabung tahun
itu. Wujud nyata AFTA terdapat pada skema Common Effective Preferential Tariff,
di mana melalui skema ini, negara anggota ASEAN mengenakan tarif impor
sebesar 0-5% untuk barang dari sesama negara anggota.
Keseriusan ASEAN untuk lebih mengintegrasikan ekonominya terlihat
pada perkembangan integrasi ekonomi selanjutnya yang disebut ASEAN Economic
Community (AEC). AEC pertama kali diumumkan pada bulan Oktober 2003, di
mana pada pertemuan ini disepakati pembentukan AEC pada tahun 2020. Namun
pada ASEAN Summit pada tahun 2007 di Filipina, negara-negara anggota setuju
untuk mengadopsi ASEAN Economic Blueprint dengan tujuan untuk menerapkan
AEC pada tahun 2015. AEC merupakan bentuk integrasi ekonomi ASEAN dengan
cara membentuk sistem perdagangan bebas antara negara –negara anggota ASEAN,
termasuk Indonesia. Tujuan dari AEC adalah untuk membuat ASEAN sebagai
kawasan ekonomi yang stabil, sejahtera dan berdaya saing di mana terdapat arus
bebas perdagangan barang, jasa, investasi, dan modal; pembangunan ekonomi yang
merata dan penurunan angka kemiskinan dan perbedaan sosial ekonomi (AEC
Center, n.d.). Untuk mencapai tujuan AEC tersebut, terdapat 4 pilar yang saling
berhubungan dan saling mendukung (ASEAN, 2008), yaitu:
a. Satu pasar dan basis produksi
Melalui aliran barang, jasa, investasi dan aliran modal yang lebih bebas
b. Daerah yang sangat kompetitif
Menciptakan daerah yang mendukung bisnis dan inovasi melalui adopsi
framework yang sama, standar, dan kerja sama yang menguntungkan lintas
bidang seperti agrikultur, jasa keuangan, hak kekayaan intelektual, dan
12 Universitas Kristen Petra
perlindungan konsumen. Selain itu mendukung konektivitas transportasi
dan jaringan infrastruktur lainnya.
c. Daerah dengan pertumbuhan ekonomi yang merata
Melalui inisiatif kreatif yang mendorong perusahaan kecil menengah
untuk berpartisipasi pada rantai nilai regional dan global, serta
meningkatkan kapasitas negara ASEAN yang baru masuk, seperti
Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam untuk menjamin adanya integrasi
yang efektif denga komunitas ekonomi.
d. Daerah yang terintegrasi penuh dengan ekonomi global
Dilakukan dengan pendekatan yang koheren ke arah hubungan ekonomi
eksternal dan meningkatkan partisipasi dalam jaringan pemasok global.
Integrasi dan pengembangan pasar modal negara ASEAN juga mendapat
perhatian di era AEC. AEC Blueprint 2015 terkait pasar modal pasar modal
ditujukan untuk menghasilkan pasar regional yang terintegrasi, di mana modal
dapat mengalir secara bebas dalam area ASEAN, penerbit bebas untuk
mengumpulkan modal dari berbagai pasar ASEAN, dan juga investor bebas untuk
berinvestasi di berbagai pasar ASEAN (Ranjit & Singh, 2012). Pasar modal
merupakan komponen penting yang mempengaruhi ekonomi, di mana surat
berharga yang diperdagangkan oleh investor dari dalam dan luar negeri akan
mempengaruhi pendapatan negara melalui pengeluaran dan investasi
(Piumsombun, 2013), sehingga integrasi pasar modal akan semakin menguatkan
integrasi ekonomi ASEAN, di mana karena integrasi pasar modal yang semakin
erat akan meningkatkan peran pasar modal dalam pembangunan dan pemerataan
ekonomi negara-negara ASEAN.
Upaya untuk mengintegrasikan pasar modal yang dilakukan oleh ASEAN
di era AEC ini tertuang dalam Roadmap for Monetary and Financial Integration
(RIA-Fin) yang disepakati oleh menteri keuangan ASEAN pada Agustus 2003 di
Makati Filipina. RIA-Fin dibuat dengan tujuan untuk mewujudkan kerjasama pasar
modal yang lebih erat untuk meningkatkan perdagangan intra kawasan ASEAN dan
memperdalam integrasi ekonomi regional ASEAN. Tujuan RIA-Fin dapat dibagi
menjadi 4 (ASEAN, n.d.), antara lain:
13 Universitas Kristen Petra
a. Capital Market Development
Ditujukan untuk membangun kapasitas dan infrastruktur jangka panjang
untuk pengembangan pasar modal ASEAN untuk mencapai kolaborasi
lintas batas dengan berbagai pasar modal di ASEAN. Pencapaian penting
dari capital market development adalah mengadopsi Medium-Term
Strategic Framework (MTSF) sebagai pedoman untuk meluruskan capital
market development dengan AEC Blueprint; meningkatkan akses pasar,
hubungan dan likuiditas melalui keterkaitan ASEAN Exchange, pasar surat
hutang dan rating pinjaman yang dapat dibandingkan secara domesik dan
internasional.
b. Financial Services Liberalisation
Ditujukan untuk mencapai aliran jasa keuangan yang bebas pada tahun
2015. Dilakukan berdasarkan pendekatan modality positif, di mana
anggota akan menyiapkan daftar sub sector jasa keuangan dan cara untuk
melakukan liberalisasi, di mana kemudian akan dilakukan negosiasi untuk
menyelesaikan liberalisasi.
c. Capital Account Liberalisation
Ditujukan untuk mencapai aliran modal yang lebih bebas pada tahun 2015.
Negara anggota akan melakukan self assessment dan identifikasi,
menyiapkan, kemudian menjalankan program nasional untuk melakukan
liberalisasi capital account. Perkembangan akan dipantau secara tahunan.
Sampai saat ini telah dilakukan pembahasan terkait foreign direct
investment (FDI) dan aliran portfolio.
d. ASEAN Currency Cooperation
Ditujukan untuk mencari cara supaya dapat memfasilitasi perdagangan
dalam daerah dan integrasi ekonomi lebih lanjut, termasuk di dalamnya
suatu bentuk perjanjian mata uang.
Beberapa hal penting yang telah dicapai sampai dengan penerapan AEC
pada tahun 2015 (ASEAN, 2015) antara lain:
a. Pasar yang lebih bebas
Tarif impor antar negara ASEAN pada hakekatnya telah dihilangkan, dan
halangan formal pada sector jasa berangsur-angsur dihilangkan sehingga
14 Universitas Kristen Petra
memberikan kesempatan untuk berdagang atau menjalankan bisnis di
dalam daerah ASEAN.
b. Pengurangan biaya perdagangan
Proses perdagangan lintas batas disederhanakan seperti prosedur
kepabeanan dan aturan negara asal, harmonisasi regulasi teknis dan
perjanjian pengakuan mutual.
c. Memperbaiki aturan investasi
ASEAN menjadi destinasi investasi yang lebih menarik bagi internasional
maupun investor domestik.
d. Meningkatkan mobilitas manusia yang memiliki keahlian
Perpindahan orang yang memiliki kemampuan dan professional telah
difasilitasi.
e. Perjanjian perdagangan bebas dan kemitraan ekonomi
Dengan perjanjian ini, bisnis di ASEAN mendapatkan kesempatan yang
lebih besar untuk meluaskan bisnisnya di pasar eksternal dan menguatkan
perannya dalam rantai nilai regional dan global.
f. Lingkungan yang mendukung bisnis dan inovasi
Melalui adopsi framework yang sama, standar, dan kerja sama yang
menguntungkan lintas bidang seperti agrikultur, jasa keuangan, hak
kekayaan intelektual, dan perlindungan konsumen serta pengembangan
perusahaan kecil menengah.
g. Perbaikan fisik transportasi dan jaringan infrastruktur lainnya
Memfasilitasi transportasi lintas batas dan berkontribusi pada
perngurangan biaya bisnis, sehingga memberikan kesempatan masyarakat
ASEAN untuk bekerja sama dan lebih produktif lagi.
h. Mengurangi jarak perkembangan
Dilakukan bersamaan dengan proses integrasi regional.
Beberapa pencapaian kunci di atas terbukti bermanfaat bagi ASEAN
(ASEAN, 2015), antara lain:
Pada tahun 2014, ASEAN menjadi daerah ekonomi terbesar ketiga di Asia
dan ketujuh di seluruh dunia dengan gabungan PDB sebesar US$ 2,6
triliun
15 Universitas Kristen Petra
Peningkatan total perdagangan antara 2007 sampai 2014 sebesar US$ 1
triliun, di mana sebagian besar disumbang oleh perdagangan dalam area
ASEAN. Hal ini semakin menunjukkan bahwa pasar ASEAN semakin
terintegrasi.
AEC menjadikan ASEAN sebagai destinasi investasi tingkat internasional,
di mana ASEAN pada tahun 2014 menarik foreign direct investment (FDI)
sebesar US$ 136 miliar atau 11% dibandingkan pada tahun 2007 hanya
menarik FDI sebesar 5% saja.
Dari segi konektivitas, terjadi peningkatan turis dari 62 juta orang pada
tahun 2007 menjadi 136 juta orang pada tahun 2014, di mana setengahnya
berasal dari negara anggota negara, yang menunjukkan semkain
terhubungnya negara-negara ASEAN.
Dari beberapa bukti di atas dapat dikatakan bahwa perekonomian negara anggota
ASEAN menjadi semakin terintegrasi satu sama lain dengan adanya AEC.
2.4. Hubungan Ekonomi Negara ASEAN-5
2.4.1. Hubungan Ekonomi Indonesia dan Malaysia
Malaysia merupakan negara tujuan ekspor terbesar keenam dari Indonesia,
dengan nilai US$7,1 milyar atau sebesar 4,9% dari total ekspor yang dilakukan
Indonesia pada tahun 2016 (Workman, 2017a), sedangkan dari sisi ekspor
Malaysia, Indonesia merupakan negara tujuan ekspor Malaysia terbesar kedelapan
dengan nilai ekspor sebesar US$ 6,7 milyar atau sebesar 3,5% dari total ekspor
Malaysia(Workman, 2017b). Dari sisi impor Indonesia, $7,2 miliar atau setara
dengan 5,31% terhadap total impor Indonesia berasal dari Malaysia. Jika
dibandingkan negara ASEAN, pada 2016, Malaysia menempati posisi ketiga
importir terbesar bagi Indonesia. Pada 2016, impor Indonesia berkontribusi sebesar
4,2% terhadap total impor Malaysia atau setara dengan RM29,43 miliar. Indonesia
menempati posisi ke delapan importir terbesar ke Malaysia pada periode yang
sama. Lima komoditas ekspor terbesar Indonesia ke Malaysia antara lain bahan
tambang (US$ 1,92 milyar) , by product tanaman dan hewan (US$ 1,02 milyar),
makanan (US$ 735 juta), logam (US$ 562 juta), dan mesin (US$ 559juta),
16 Universitas Kristen Petra
sedangkan lima komoditas impor terbesar dari Malaysia antara lain barang tambang
(US$ 2,51 milyar), mesin(US$ 1,45 milyar), produk kimia(US$ 841 juta), plastik
dan karet(US$ 776juta), dan logam(US$ 508 juta). Tren ekspor dan impor
Indonesia dan Malaysia pun mengalami penurunan dari tahun ke tahun.
Gambar 2.1 Grafik Neraca Perdagangan Indonesia-Malaysia 2014-2016
Sumber: Kementerian Perdagangan Republik Indonesia (n.d.)
Gambar 2.2 Grafik Neraca Perdagangan Indonesia-Malaysia Januari –Agustus
2016-2017
Sumber: Kementerian Perdagangan Republik Indonesia (n.d.)
2014 2015 2016
EXPORT 9,730,010.80 7,630,854.60 7,121,665.70
IMPORT 10,855,394.40 8,530,667.60 7,200,944.30
BALANCE OF TRADE (1,125,383.50) (899,813.00) (79,278.60)
(2,000,000.00)
-
2,000,000.00
4,000,000.00
6,000,000.00
8,000,000.00
10,000,000.00
12,000,000.00
Rib
u U
S$
Neraca Perdagangan Indonesia Malaysia 2014-2016
2016 2017
EXPORT 4,489,801.20 5,450,184.00
IMPORT 4,650,838.30 5,628,045.00
BALANCE OF TRADE (161,037.10) (177,861.00)
(1,000,000.00)
-
1,000,000.00
2,000,000.00
3,000,000.00
4,000,000.00
5,000,000.00
6,000,000.00
Juta
US$
Neraca Perdagangan Indonesia MalaysiaJanuari-Agustus 2016 dan 2017
17 Universitas Kristen Petra
Dari grafik di atas, dapat dilihat bahwa ekspor ke Malaysia dan impor dari
Malaysia terus mengalami penurunan dari tahun 2014 sampai 2016, namun terjadi
kenaikan pada tahun 2017 pada periode Januari sampai Agustus jika dibandingkan
dengan period yang sama pada tahun sebelumnya. Apabila dilihat dari neraca
perdagangannya, Malaysia lebih unggul daripada Indonesia, di mana neraca
perdagangan Indonesia menunjukkan nilai negatif yang artinya nilai impor
Indonesia dari Malaysia lebih besar dari nilai ekspor Indonesia ke Malaysia. Nilai
defisit neraca perdagangan Indonesia dengan Malaysia mengalami tren penurunan
dari tahun 2014 sampai tahun 2016, yang mana berarti semakin berkurangnya
ketergantungan Indonesia terhadap barang impor dari Malaysia.
Dari kawasan Asia Tenggara, Singapura dan Malaysia termasuk sepuluh
besar penyumbang foreign direct investment bagi Indonesia. Pada tahun 2014,
Malaysia merupakan investor ketiga terbesar dengan nilai investasi sebesar US$ 1,8
atau 6,3% dari total FDI yang diterima Indonesia, sedangkan pada tahun 2015
Malaysia menjadi investor terbesar kedua dengan nilai investasi US$ 3,1 miliar atau
10,5% dari total FDI yang diterima Indonesia, tetapi pada tahun 2016, posisi
Malaysia turun menjadi urutan kedelapan yang mana posisinya digantikan oleh
Jepang.
2.4.2. Hubungan Ekonomi Indonesia dan Thailand
Pada tahun 2016, Thailand merupakan negara tujuan ekspor Indonesia
terbesar kedelapan dengan nilai transaksi sebesar US% 5,4 milyar atau sebesar
3,7% dari total ekspor Indonesia (Workman, 2017a). Sedangkan Indonesia
merupakan negara tujuan ekspor Thailand terbesar kesembilan dengan nilai ekspor
sebesar US$ 8 milyar atau 3,8% dari total ekspor Thailand (Workman, 2017e).
Lima komoditas ekspor terbesar Indonesia ke Thailand antara lain bahan tambang
(US$ 1,5 milyar) transportasi (US$ 878 juta), mesin (US$ 840 juta), bahan kimia
(US$ 532 juta), dan logam (US$ 465 juta), sedangkan lima komoditas impor
terbesar dari Thailand antara lain mesin (US$ 2,05 milyar), transportasi (US$ 1,66
milyar), bahan pangan (US$ 1,13 miliar), plastik dan karet(US$ 1,08 miliar), dan
bahan kimia (US$ 763 juta). Berikut ini adalah grafik neraca perdagangan dari
Indonesia dan Thailand. (dalam ribu US$)
18 Universitas Kristen Petra
Gambar 2.3 Grafik Neraca Perdagangan Indonesia-Thailand 2014-2016
Sumber: Kementerian Perdagangan Republik Indonesia (n.d.)
Gambar 2.4 Grafik Neraca Perdagangan Indonesia-Thailand Januari –Agustus
2016-2017
Sumber: Kementerian Perdagangan Republik Indonesia (n.d.)
Dapat dilihat dari grafik di atas bahwa dari tahun 2014 sampai tahun 2016,
ekspor Indonesia ke Thailand terus mengalami penurunan, sedangkan impor
Indonesia dari Thailand walaupun sempat turun sebesar 17% pada tahun 2015,
kembali meningkat meningkat sebesar 7% pada tahun 2016. Ekspor Indonesia ke
Thailand pada bulan Januari sampai Agustus 2017, jika dibandingkan dengan bulan
yang sama pada periode sebelumnya mengalami kenaikan sebesar 22,47%, begitu
2014 2015 2016
EXPORT 5,783,117.00 5,507,253.00 5,394,050.10
IMPORT 9,781,043.40 8,083,368.30 8,666,934.00
BALANCE OF TRADE (3,997,926.40) (2,576,115.30) (3,272,883.90)
(6,000,000.00) (4,000,000.00) (2,000,000.00)
- 2,000,000.00 4,000,000.00 6,000,000.00 8,000,000.00
10,000,000.00 12,000,000.00
Rib
u U
S$
Neraca Perdagangan Indonesia-Thailand 2014-2016
2016 2017
EXPORT 3,490,251.00 4,274,653.30
IMPORT 5,938,856.10 6,169,829.00
BALANCE OF TRADE (2,448,605.00) (1,895,175.70)
(3,000,000.00) (2,000,000.00) (1,000,000.00)
- 1,000,000.00 2,000,000.00 3,000,000.00 4,000,000.00 5,000,000.00 6,000,000.00 7,000,000.00
Axi
s Ti
tle
Neraca Perdagangan Indonesia Thailand Januari-Agustus 2016 dan 2017
19 Universitas Kristen Petra
juga impor Indonesia dari Thailand juga mengalami peningkatan sebesar 3,89%.
Apabila dilihat dari neraca perdagangannya, Thailand lebih unggul daripada
Indonesia, di mana neraca perdagangan Indonesia menunjukkan nilai negatif atau
terjadi defisit neraca perdagangan. Defisit neraca perdagangan Indonesia dengan
Thailand mengalami penurunan sebesar 36% dari tahun 2014 ke 2015 namun
meningkat kembali sebesar 27% pada tahun 2016. Hal ini dapat diartikan bahwa
Indonesia dalam posisi yang lebih lemah dari Thailand di bidang perdagangan.
2.4.3. Hubungan Ekonomi Indonesia dan Filipina
Pada tahun 2016, Filipina merupakan negara tujuan ekspor Indonesia
terbesar kesembilan dengan nilai transaksi sebesar US% 5,3 milyar atau sebesar
3,6% dari total ekspor Indonesia (Workman, 2017a). Sedangkan Indonesia
merupakan negara tujuan ekspor Filipina terbesar keempat belas dengan nilai
ekspor sebesar US$ 592,2 juta atau 1,1% dari total ekspor Filipina (Workman,
2017c). Lima komoditas ekspor terbesar Indonesia ke Filipina antara lain
transportasi (US$ 1,51 milyar), bahan tambang (US$ 1,47 miliar), bahan makanan
(US$ 558 juta), bahan kimia (US$ 389 juta), dan mesin (US$ 381 juta), sedangkan
lima komoditas impor terbesar dari Filipina antara lain mesin (US$ 245 juta), logam
(US$ 197 juta), transportasi (US$ 85,7 juta), plastik dan karet(US$ 82,4 juta), dan
bahan kimia (US$ 80,6 juta). Berikut ini adalah grafik neraca perdagangan dari
Indonesia dan Filipina. (dalam ribu US$)
Gambar 2.5 Grafik Neraca Perdagangan Indonesia-Filipina 2014-2016
Sumber: Kementerian Perdagangan Republik Indonesia (n.d.)
2014 2015 2016
EXPORT 3,887,831.70 3,921,676.80 5,270,872.70
IMPORT 699,736.60 683,083.20 821,806.20
BALANCE OF TRADE 3,188,095.10 3,238,593.60 4,449,066.50
- 1,000,000.00 2,000,000.00 3,000,000.00 4,000,000.00 5,000,000.00 6,000,000.00
Rib
u U
S$
Neraca Perdagangan Indonesia-Filipina 2014-2016
20 Universitas Kristen Petra
Gambar 2.6 Grafik Neraca Perdagangan Indonesia-Filipina Januari –Agustus
2016-2017
Sumber: Kementerian Perdagangan Republik Indonesia (n.d.)
Dapat dilihat dari grafik di atas bahwa dari tahun 2014 sampai tahun 2016,
ekspor Indonesia ke Filipina dan impor Indonesia dari Filipina terus mengalami
peningkatan. Ekspor Indonesia ke Filipina pada bulan Januari sampai Agustus
2017, jika dibandingkan dengan bulan yang sama pada periode sebelumnya
mengalami kenaikan sebesar 25,64%, begitu juga impor Indonesia dari Filipina
juga mengalami peningkatan sebesar 1,88%. Apabila dilihat dari neraca
perdagangannya, Indonesia lebih unggul daripada Filipina, di mana neraca
perdagangan Indonesia menunjukkan nilai positif atau terjadi surplus neraca
perdagangan. Surplus neraca perdagangan Indonesia dengan Filipina terus
mengalami peningkatan, yaitu 2% dari tahun 2014 ke 2015, dan melesat naik
sebesar 37% dari tahun 2015 ke tahun 2016. Hal ini dapat diartikan bahwa
Indonesia memiliki posisi yang lebih kuat daripada Filipina.
2.4.4. Hubungan Ekonomi Indonesia dan Singapura
Pada tahun 2016, Singapura merupakan negara tujuan ekspor Indonesia
terbesar keempat dengan nilai transaksi sebesar US% 11,2 milyar atau sebesar 7,8%
2016 2017
EXPORT 3,305,038.70 4,152,375.40
IMPORT 552,957.10 563,363.90
BALANCE OF TRADE 2,752,081.60 3,589,011.60
- 500,000.00
1,000,000.00 1,500,000.00 2,000,000.00 2,500,000.00 3,000,000.00 3,500,000.00 4,000,000.00 4,500,000.00
Rib
u U
S$Neraca Perdagangan Indonesia-Filipina
Januari-Agustus 2016 dan 2017
21 Universitas Kristen Petra
dari total ekspor Indonesia (Workman, 2017a). Sedangkan Indonesia merupakan
negara tujuan ekspor Singapura terbesar keempat dengan nilai ekspor sebesar US$
25,8 juta atau 7,8% dari total ekspor Singapura (Workman, 2017e). Lima komoditas
ekspor terbesar Indonesia ke Singapura antara lain bahan tambang (US$ 2,65
milyar), mesin (US$ 2,61 miliar), logam mulia (US$ 2,15 miliar), logam (US$ 833
juta), dan byproduct tumbuhan dan hewan (US$ 756 juta), sedangkan lima
komoditas impor terbesar dari Singapura antara lain bahan tambang (US$ 6,94
miliar), mesin (US$ 2,83 miliar), bahan kimia (US$ 1,23 miliar), plastik dan
karet(US$ 1,17 miliar), dan logam (US$ 711 juta). Berikut ini adalah neraca
perdagangan dari Indonesia dan Filipina. (dalam ribu US$)
Gambar 2.7 Grafik Neraca Perdagangan Indonesia-Singapura 2014-2016
Sumber: Kementerian Perdagangan Republik Indonesia (n.d.)
2014 2015 2016
EXPORT 16,728,325.80 12,632,634.30 11,860,980.50
IMPORT 25,185,667.80 18,022,485.60 14,548,298.50
BALANCE OF TRADE (8,457,342.00) (5,389,851.30) (2,687,318.10)
(15,000,000.00) (10,000,000.00)
(5,000,000.00) -
5,000,000.00 10,000,000.00 15,000,000.00 20,000,000.00 25,000,000.00 30,000,000.00
Rib
u U
S$
Neraca Perdagangan Indonesia-Singapura 2014-2016
22 Universitas Kristen Petra
Gambar 2.8 Grafik Neraca Perdagangan Indonesia-Singapura Januari –Agustus
2016-2017
Sumber: Kementerian Perdagangan Republik Indonesia (n.d.)
Dapat dilihat dari tabel di atas bahwa dari tahun 2014 sampai tahun 2016,
ekspor Indonesia ke Singapura dan impor Indonesia dari Singapura terus
mengalami penurunan. Ekspor Indonesia ke Singapura pada bulan Januari sampai
Agustus 2017, jika dibandingkan dengan bulan yang sama pada periode
sebelumnya mengalami kenaikan sebesar 2,12%, begitu juga impor Indonesia dari
Singapura juga mengalami peningkatan sebesar 19,51%. Apabila dilihat dari neraca
perdagangannya, Singapura lebih unggul daripada Indonesia, di mana neraca
perdagangan Indonesia menunjukkan nilai negatif atau terjadi defisit neraca
perdagangan. Defisit neraca perdagangan Indonesia dengan Singapura terus
mengalami penurunan yang cukup drastis, yaitu 36% dari tahun 2014 ke 2015, dan
50% dari tahun 2015 ke tahun 2016. Hal ini dapat diartikan bahwa posisi Indonesia
menjadi semakin kuat dengan Singapura di bidang perdagangan.
Selain sebagai partner dagang, Singapura menjadi penyumbang foreign
direct investment (FDI) terbesar di Indonesia. Dari tahun ke tahun, nilai investasi
Singapura di Indonesia selalu meningkat. Pada tahun 2014 nilai investasi Singapura
di Indonesia adalah US$ 5,8 miliar, kemudian pada tahun 2015 meningkat menjad
US$ 5,9 miliar dan pada tahun 2016, 31,7% FDI yang masuk di Indonesia atau
sebesar US$ 9,2 miliar berasal dari Singapura (BKPM). Investasi Singapura di
2016 2017
EXPORT 7,931,145.70 8,099,078.70
IMPORT 9,016,580.50 10,775,825.00
BALANCE OF TRADE (1,085,434.80) (2,676,746.20)
(4,000,000.00)
(2,000,000.00)
-
2,000,000.00
4,000,000.00
6,000,000.00
8,000,000.00
10,000,000.00
12,000,000.00
Rib
u U
S$
Neraca Perdagangan Indonesia-Singapura Januari-Agustus 2016 dan 2017
23 Universitas Kristen Petra
Indonesia mayoritas dtujukan untuk sektor industri, di mana 30,9% total investasi
di sektor industri Indonesia berasal dari Singapura.
2.5. Pasar Modal
Pasar modal adalah tempat untuk mentransaksikan instrument keuangan
jangka panjang, baik instrumen ekuitas maupun hutang jangka panjang. Instrumen
ekuitas yang diperdagangkan adalah saham baik saham biasa maupun saham
preferen, serta turunannya, seperti right issue, warrant, reksadana, opsi saham, dll.
Sedangkan untuk instrument hutang, yang diperdagangkan adalah instrument induk
berupa obligasi pemerintah maupun perusahaan, serta turunannya seperti obligasi
konversi, opsi obligasi, dan reksadana obligasi.
Terdapat beberapa jenis pasar dalam pasar modal, yaitu:
Menurut waktu transaksi, pasar modal dibedakan menjadi:
a. Pasar perdana
Pasar Perdana adalah penawaran saham pertama kali oleh emiten setelah
emiten melakukan Initial Public Offering (IPO) kepada para pemodal selama waktu
yang ditetapkan oleh emiten sebelum saham tersebut belum diperdagangkan di
pasar sekunder. Harga saham di pasar perdana ditetukan oleh penjamin emisi dan
perusahaan yang go-public berdasarkan analisis fundamental perusahaan yang
bersangkutan.
b. Pasar sekunder
Pasar sekunder adalah tempat terjadinya transaksi jual-beli saham diantara
investor setelah melewati masa penawaran saham di pasar perdana. Dengan adanya
pasar sekunder para investor dapat membeli dan menjual efek setiap saat.
Harga saham pasar sekunder berfluktuasi sesuai dengan ekspetasi pasar.
Menurut jumlah saham dan cara pembentuka harga, pasar modal dibedakan
menjadi:
c. Pasar reguler
Pasar regular adalah pasar di mana para investor melakukan transaksi
dengan kenaikan harga yang sudah ditentukan (fraksi harga). Harga pada pasar
regular terbentuk melalui tawar menawar, atau melalui bid yang dilakukan oleh
pialan beli dan ask yang dilakukan oleh pialang jual. Ketika harga bid dan ask
24 Universitas Kristen Petra
bertemu, maka harga akan tercipta. Mekanisme ini akan menghasilkan harga yang
transparan, di mana semua orang, termasuk di luar bursa bisa mengetahui harga ini.
Ketika permintaan lebih tinggi dari penawaran, maka harga saham akn bergerak
naik, begitu pula sebaliknya jika penawaran lebih tinggi dari permintaan, maka
harga saham akan bergerak turun.
d. Pasar negosiasi
Perdagangan di pasar negosiasi dilakukan secara langsung antar anggota
bursa, antar perusahaan pialang, atau antar nasabah. Di pasar ini investor bisa
melakukan transaksi dengan harga berapapun tanpa harus mengikuti fraksi harga
asalkan telah terjadi kesepakatan antara investor jual dan investor beli. Terdapat
beberapa transaksi yang tidak bisa dilakukan di pasar regular, tetapi dapat dilakukan
di pasar negosiasi, yaitu:
d.1. Block trading
Adalah pasar yang menampung transaksi saham dengan jumlah besar dalam
satu kali transaksi. Biasanya pembelian dalam jumlah besar akan
mendapatkan potongan harga, oleh karena itu pembentukan harga dilakukan
dengan negosiasi.
d.2. Odd lot
Adalah pasar yang menampung transaksi saham dengan jumlah kecil dalam
satu kali transaksi.Biasanya kurang dari satu lot atau seratus lembar. Kasus
ini biasanya terjadi untuk saham yang sangat mahal.
d.3. Crossing
Crossing adalah pasar di mana transaksi dilakukan oleh perusahaan pialang
yang sama. Transaksi yang dilakukan oleh pialang yang sama tidak
diperkenankan di pasar reguler untuk menghindari pembentukan harga yang
tidak fair.
e. Pasar tunai
Pasar tunai adalah pasar untuk memfasilitasi transaksi yang mengalami
kegagalan. Terdapat dua macam kegagalan, yaitu gagal serah dan gagal bayar.
Gagal serah terjadi ketika investor jual tidak bisa menyerahkan saham yang
dijualnya, sedangkan gagal bayar adalah ketika investor beli tidak bisa membayar
25 Universitas Kristen Petra
pembelian sahamnya. Kegagalan ini biasanya terjadi karena kegagalan strategi
investor.
Pasar modal berperan penting bagi perekonomian. Pasar modal menjadi
tempat alternatif bagi investor yang memiliki kelebihan dana untuk berinvestasi
dengan harapan untuk memperoleh return, di sisi lain perusahaan juga dapat
mencari dana tambahan untuk menyokong operasional perusahaan dan mendanai
investasi tanpa harus menunggu dana yang berasal dari laba atau keuntungan
perusahaan. Dengan demikian perusahaan dapat semakin berkembang seccara
konsekuen akan meningkatkan perekonomian. Pasar modal juga memiliki peran
penting bagi negara, di mana pasar modal telah menjadi pendorong kemajuan
perekonomian, di mana surat berharga yang diperdagangkan oleh investor dari
dalam dan luar negeri akan mempengaruhi pendapatan negara melalui pengeluaran
dan investasi (Piumsombun, 2013). Pasar modal juga menjadi indikator keadaan
ekonomi suatu negara, di mana hal ini dapat dilihat pada kenaikan atau penurunan
indeks harga saham gabungannya.
2.6. Indeks Harga Saham Gabungan
Indeks adalah gabungan statistic yang mengukur perubahan dalam
ekonomi atau dalam pasar finansial dan seringkali dinyatakan dalam perubahan
persentase dari suatu tahun dasar atau bulan sebelumnya (Downes & Goodman,
1994). Indeks harga saham dibagi menjadi dua, yaitu indeks harga saham individu
dan indeks harga saham gabungan. Indeks harga saham individu adalah indeks
saham yang haya menunjukkan perubahan harga saham dari suatu perusahaan.
Sedangkan indeks harga saham gabungan atau composite index merupakan indeks
yang berasal dari gabungan seluruh harga saham perusahaan yang terdaftar di bursa
dan digunakan untuk mengukur kinerja pasar saham. Indeks harga saham gabungan
dapat digunakan untuk mengetahui kondisi pasar secara umum, di mana melalui
informasi indeks harga saham gabungan, baik kenaikan ataupun penurunan indeks
dapat dimanfaatkan investor untuk mengambil keputusan investasi.
Tidak hanya dijadikan sebagai landasan analisa statistik atas kondisi pasar
terakhir, indeks harga saham gabungan juga seringkali dijadikan barometer
kesehatan ekonomi suatu negara, karena di dalam indeks harga saham gabungan
26 Universitas Kristen Petra
tidak hanya menampung informasi terkait fenomena-fenomena ekonomi, tetapi
juga menampung informasi terkait fenomena sosial dan politik (Lorrie, Dodd, &
Kimpton, 1985 dalam Widioatmodjo, 2015). Kondisi pasar modal yang tercermin
dalam indeks harga saham gabungan juga mencerminkan kondisi ekonomi makro
suatu negara, di mana kondisi ekonomi makro akan mempengaruhi kinerja emiten
yang kemudian akan tercermin pada kenaikan dan penurunan indeks harga saham
gabungan (Widioatmodjo, 2015). Kenaikan indeks harga saham gabungan akan
menunjukkan kondisi ekonomi makro yang baik, sedangan penurunan indeks harga
saham gabungan menunjukkan kondisi ekonomi makro yang kurang baik. Hal ini
terjadi karena karakteristik indeks yang bersifat forward-looking, di mana indeks
harga saham sekarang adalah nilai sekarang dari ekspektasi di masa depan,
termasuk keadaan ekonomi di masa mendatang (Comincioli, 1995).
Secara sederhana, indeks harga saham gabungan dapat dihitung dengan
rumus berikut:
𝐼𝐻𝑆𝐺 =Σ𝐻𝑡
Σ𝐻𝑜 𝑥 100
(2.1)
Di mana:
ΣHt = Total harga semua saham pada waktu yang berlaku
ΣHo =Total harga semua saham pada waktu dasar
Rumus di atas memiliki kekurangan yaitu menganggap semua saham memiliki
peran atau pengaruh yang sama dalam mempengaruhi pasar. Pengembangan dari
rumus menghitung indeks harga saham gabungan di atas adalah dengan
memasukkan unsur bobot atau dapat dikatakan sejauh mana suatu saham
mempengaruhi pasar. Semakin besar pengaruh terhadap pasar, maka bobot akan
semakin besar. Biasanya bobot diukur berdasarkan jumlah saham beredar yang
didaftarkan oleh emiten. Terdapat bebera cara dalam menghitung indeks harga
saham gabungan tertimbang, yaitu:
27 Universitas Kristen Petra
a. Rumus Laspeyres
𝐼𝐻𝑆𝐺 =Σ𝐻𝑡𝐾𝑜
Σ𝐻𝑜𝐾𝑜
(2.2)
Ko adalah jumlah saham beredar pada waktu dasar
b. Rumus Paasche
𝐼𝐻𝑆𝐺 =Σ𝐻𝑡𝐾𝑡
Σ𝐻𝑜𝐾𝑡
(2.3)
Kt adalah jumlah saham beredar pada waktu yang berlaku
c. Rumus Irving Fisher
Merupakan jalan tengah dari rumus Laspeyres dan Paasche. Indeks harga
saham gabungan dihitung dengan rumus:
𝐼𝐻𝑆𝐺 = √𝐼𝐻𝑆𝐺𝐿x𝐼𝐻𝑆𝐺𝑃
(2.4)
Di mana:
IHSGL = Indeks harga saham gabungan Laspeyres
IHSGP = Indeks harga saham gabungan Paasche
d. Rumus Drobisch
Merupakan jalan tengah dari rumus Laspeyres dan Paasche. Indeks harga
saham gabungan dihitung dengan rumus:
𝐼𝐻𝑆𝐺 =𝐼𝐻𝑆𝐺𝐿 + 𝐼𝐻𝑆𝐺𝑃
2
(2.5)
Di mana:
IHSGL = Indeks harga saham gabungan Laspeyres
IHSGP = Indeks harga saham gabungan Paasche
28 Universitas Kristen Petra
Jenis indeks harga saham gabungan yang lain adalah indeks harga saham gabungan
dengan menggunakan sampel. Pada indeks harga saham gabungan dengan sampel,
tidak semua saham emiten dimasukkan ke dalam perhitungan, sebab tidak semua
saham memiliki peran yang penting dalam mempengaruhi pasar, sehingga cukup
menggunakan sampel saham yang memiliki pengaruh yang besar pada pasar.
Contoh indeks harga saham gabungan dengan sampel adalah The Dow Jones
Industrial Average yang menggunakan 30 saham perusahaan industry sebagai
sampel; LQ45 di Indonesia berdasarkan 45 perusahaan dengan saham paling likuid
di Indonesia, dan lain sebagainya.
2.6.1. Jakarta Composite Index (JKSE)
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) atau Jakarta Composite Index
(JKSE) adalah composite index yang digunakan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI)
dan merupakan rata-rata tertimbang dari seluruh perusahaan yang tercatat di BEI.
IHSG menggambarkan pergerakan harga saham baik saham biasa maupun preferen.
Sektor saham yang tercatat pada IHSG antara lain sektor pertanian, pertambangan,
industri kimia dasar, aneka industri, industri barang konsumsi, properti,
infrastruktur, keuangan dan perdagangan
2.6.2. FTSE Malaysia KLCI (KLSE)
FTSE adalah indeks pasar saham utama dari Bursa Malaysia yang
memonitor kinerja 30 perusahaan terbesar yang terdaftar di Bursa Malaysia dengan
kapitalisasi pasar penuh yang memenuhi standar global FTSE. Sejak 6 Juli 2009,
indeks ini menggantikan indeks Kuala Lumpur Composite Index (KLCI). Indeks
ini dihitung dengan metode value-weighted index (Bursa Malaysia, n.d.).
2.6.3. Thailand Composite Index (SET)
Thailand Composite Index (SET) merupakan indeks harga saham gabungan
utama di Thailand yang mencakup semua saham yang terdaftar di Bursa Efek
Thailand (termasuk unit trust dana properti), kecuali saham-saham yang telah
29 Universitas Kristen Petra
ditangguhkan selama 1 tahun. SET dihitung dengan metode capitalization-
weighted index (Stock Exchange of Thailand, n.d.).
2.6.4. Phillipines Stock Exchange (PSEi)
Philippines Stock Exchange Composite Index (PSEi) merupakan indeks
harga saham gabungan 30 perusahaan yang terdaftar pada Philippines Stock
Exchange yang dinilai mampu mewakili pasar saham Filipina (PSE Academy, n.d.).
Pemilihan 30 perusahaan ini berdasarkan 3 kriteria, yaitu:
Free float di atas 12%
Peringkat 25% terkait nilai median harian selama 9 dari 12 bulan.
Peringkat 30 besar berdasarkan kapitalisasi pasar
2.6.5. Strait Times Index (STI)
Strait Times Index (STI) merupakan indeks pasar saham utama yang
memonitor kinerja 55 perusahaan terbesar yang terdaftar di bursa Singapura yang
mewakili 60% total nilai pasar saham yang diperdagangkan di Singapore Stock
Exchange. Indeks ini menggantikan Strait Times Industrial Index (STII) dari
tanggal 31 Agustus 1998. Indeks ini merupakan indikator utama dalam
mencerminkan performa pasar di Singapura. Indeks ini dihitung dengan metode
value-weighted index (Investing Answer, n.d.).
2.7. Stock Market Integration
Terdapat 2 pandangan mengenai integrasi pasar, yaitu dari sisi asset
pricing dan dari sisi statistik (Yusof & Majid, 2006). Dari sisi asset pricing, stock
market integration didefinisikasn berdasarkan law of one price yang menyatakan
bahwa suatu barang memiliki harga yang sama walaupun dijual di daerah yang
berbeda. Namun jika harga suatu barang yang sama memiliki perbedaan di
beberapa pasar yang berbeda, maka akan timbul kesempatan mengambil
keuntungan arbitrase. Stock market integration dapat didefinisikan sebagai keadaan
di mana sekuritas memiliki harga yang identik pada 2 pasar atau lebih. Pada pasar
yang terintegrasi, maka asset, dalam hal ini adalah saham dengan resiko yang sama
30 Universitas Kristen Petra
pada pasar yang berbeda akan menghasilkan yield yang sama jika diukur dengan
mata uang yang sama (Stulz, 1981), sehingga jika saham dengan resiko yang sama
memiliki harga yang berbeda pada pasar yang berbeda, maka akan terjadi
mekanisme arbitrase untuk menyamakan harga saham tersebut.
Sedangkan dari sisi statistik, pasar dikatakan terintegrasi apabila 2 pasar
atau lebih memiliki hubungan ekuilibrium jangka panjang (Yusof & Majid, 2006),
atau dengan kata lain harga saham pada 2 atau lebih pasar saham memiliki
kecenderungan untuk bergerak bersama-sama dalam jangka panjang. Dari sisi
statistik, stock market integration dapat didefinisikan sebagai kondisi di mana pasar
saham pada negara-negara yang berbeda memiliki tren yang sama dan memiliki
expected risk adjusted return yang sama (Sharma & Seth, 2012). Pada pasar saham
yang terintegrasi, jika satu pasar mengalami guncangan, maka pasar saham yang
lain juga akan mengalami guncangan baik dalam jangka panjang maupun jangka
pendek, di mana guncangan ini dapat bersifat positif ataupun negatif (Tamisari,
Oktaviani, & Hakim, 2016;Nurhayati, 2012).
Pada penelitian ini, stock market integration yang dimaksud adalah stock
market integration dari sisi statistik. Stock market integration, dalam hal ini adalah
tren atau pergerakan bersama beberapa pasar saham, bersifat dinamis atau berubah-
ubah seiring berjalannya waktu (Onay, 2007) yang mana hal ini biasanya dipicu
karena adanya major economic event (Huyghebaert & Wang, 2010). Lebih lanjut,
Pretorius (2002) menyatakan bahwa penyebab stock market integration dapat
disebabkan oleh tiga hal, yaitu:
a. Contagion Effect
Adalah bagian dari pergerakan bersama yang tidak bisa dijelaskan oleh
fundamental ekonomi. Terdapat 2 aliran dalam menjelaskan contagion effect yaitu
faktor informasional dan institusional. Faktor informasional menjelaskan bahwa
terjadinya contagion effect karena perilaku investor yang mengambil keputusan
berdasarkan bayangan mereka akan keputusan yang diambil oleh investor lain.
Sedangkan faktor institusional terkait dengan penarikan investasi dalam jumlah
besar atau pengurangan inflow, dan juga two-stage investment strategies. Contagion
effect sangat mempengaruhi hubungan dinamis antar pasar saham internasional
31 Universitas Kristen Petra
(Climent & Meneu, 2003), namun efeknya tidak terlalu besar dari yang
diperkirakan pada pasar saham negara-negara berkembang (Pretorius, 2002)
b. Economic Integration
Yang termasuk di dalam economic integration tidak hanya hubungan
dagang, namun juga adanya pergerakan bersama dari indikator ekonomi yang
mempengaruhi return pasar saham seperti tingkat bunga dan inflasi. Integrasi
ekonomi yang terjadi akan tercermin pada hubungan antar pasar modalnya, di mana
dalam suatu pasar yang bebas, fundamental ekonomi suatu negara akan
terrefleksikan pada pasar modalnya (Royfaizal, Lee, & Mohamed, 2007) sehingga
semakin terintegrasi perekonomian negara-negara, maka pasar modalnya akan
semakin terintegrasi (Eun & Shim, 1989), juga semakin kuat hubungan dagang
antar negara maka semakin terintegrasi pasar saham negara-negara tersebut.
c. Stock Market Characteristic
Terkait dengan kesamaan industry, volatilitas, dan ukuran pasar, di mana
apabila semakin sama ketiga hal tersebut, maka stock market integration yang
terjadi akan semakin menguat.
Tingkat stock market integration penting bagi investor dan pembuat
kebijakan. Bagi investor, tingkat stock market integration akan mempengaruhi
kesempatan dalam melakukan diversifikasi internasional (Obtsfeld 1994). Pasar
saham yang terintegrasi dipandang sebagai pasar yang lebih efisien dan lebih
menguntungkan daripada pasar saham yang tersegmentasi, di mana investor pada
pasar saham regional yang terintegrasi memiliki kesempatan untuk mengalokasikan
modalnya ke daerah yang paling produktif (Narayan & Smyth, 2004; Click &
Plummer, 2005). Solnik (1974) menyatakan bahwa diversifikasi internasional
mampu mengurangi resiko, di mana dalam penelitiannya diversifikasi internasional
mampu mengurangi systematic risk sampai dengan 12% dari total risk, sedangkan
diversifikasi domestik hanya mampu mengurangi systematic risk hanya sampai
27% dari total risk. Markowitz (1959), dalam teori portfolio modern menyatakan
bahwa diversifikasi dapat dilakukan dengan cara membentuk portfolio dengan asset
yang tidak berkorelasi positif secara sempurna (-1≤x≤1), sehingga jika dikaitkan
dengan diversifikasi internasional, diversifikasi internasional dapat dilakukan
apabila pasar saham memiliki korelasi yang kecil, ataupun berkorelasi negatif. Oleh
32 Universitas Kristen Petra
kerena itu, keuntungan diversifikasi portfolio lintas negara akan semakin berkurang
apabila pasar saham semakin terintegrasi, karena pasar saham yang terintegrasi
memiliki korelasi yang kuat dan cenderung bergerak bersama, serta memiliki
hubungan jangka panjang yang stabil (Click & Plummer, 2005; Majid & Kassim,
2009).
Bagi pembuat kebijakan, integrasi regional akan memperluas basis investor
dan variasi produk, yang akan memperkuat pasar modal, dalam hal ini adalah pasar
saham untuk bersaing secara global (Chien, Lee, Hu, & Hu, 2015). Dengan
meningkatnya aliran dana lintas batas dan aktivitas trading pada masing-masing
surat berharga akan meningkatkan likuiditas pasar modal yang akan menurunkan
cost of capital perusahaan dan biaya transaksi (Click & Plummer, 2005). Terkait
dengan pengurangan kemungkinan terjadinya guncangan karena asimetri, pasar
saham yang terintegrasi akan sangat membantu dalam menciptakan stabilitas
keuangan (Umutlu, Akdeniz, & Altay-Salih, 2010), dengan cara meningkatan
kapasitas ekonomi untuk menyerap guncangan dan mengatasi resiko financial
contagion lintas batas (Narayan & Smyth, 2004).
2.8. Hubungan antara Globalisasi, Integrasi Ekonomi ASEAN, Stock
Market Integration, dan Indeks Harga Saham Gabungan
Dengan adanya globalisasi, maka negara-negara akan melakukan integrasi
ekonomi untuk menghadapi bahaya dan mendapatkan keuntungan dari globalisasi.
Salah satu daerah yang melakukan integrasi ekonomi adalah negara-negara Asia
Tenggara di bawah ASEAN. ASEAN melakukan perjanjian integrasi ekonomi
AEC di mana perekonomian negara-negara ASEAN akan semakin terkait karena
kebijakan-kebijakan yang menghilangkan batasan-batasan dalam melakukan
kegiatan ekonomi. Integrasi ekonomi yang terjadi ini kemudian akan
mempengaruhi fundamental ekonomi negara yang melakukan integrasi ekonomi.
Fundamental ekonomi suatu negara akan terrefleksikan pada pasar modalnya
(Royfaizal, Lee, & Mohamed, 2007), lebih tepatnya terefleksikan pada indeks harga
saham gabungannya. Kondisi pasar modal yang tercermin dalam indeks harga
saham gabungan akan mencerminkan kondisi ekonomi makro suatu negara, di
mana kondisi ekonomi makro akan mempengaruhi kinerja emiten yang kemudian
33 Universitas Kristen Petra
akan tercermin pada kenaikan dan penurunan indeks harga saham gabungan
(Widioatmodjo, 2015), akibatnya apabila terjadi integrasi ekonomi, maka tren yang
ada di pasar modal akan mencerminkan fundamental ekonomi yang saling berelasi
(Phengpis, Apilado, & Swanson, 2004) atau dapat dikatakan bahwa konsekuensi
dari terjadinya integrasi ekonomi pada pasar saham adalah terjadinya stock market
integration (Bekaert & Harvey, 1995; Eun & Shim,1989).
Stock market integration memiliki karakter di mana tingkat integrasi akan
berubah-ubah seiring berjalannya waktu (Onay, 2007; Bekaert & Harvey,1995).
Sehingga dengan adanya AEC, stock market integration wilayah ASEAN akan
semakin meningkat. Untuk mengukur stock market integration, digunakan
pendekatan dari sisi statistik, di mana pasar modal, dalam hal ini pasar saham
dikatakan terintegrasi apabila terdapat tren atau pergerakan bersama dalam jangka
panjang beberapa pasar saham yang dapat dilihat melalui indeks harga saham
gabungan. Dalam penelitian ini dikatakan terdapat stock market integration apabila
terdapat hubungan ekuilibrium jangka panjang (kointegrasi) pada indeks harga
saham gabungan kelima negara ASEAN-5, yaitu Indonesia, Malaysia, Thailand,
Filipina dan Singapura.
2.9. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian menemukan bahwa stock market integration bersifat
dinamis, di mana tingkat integrasi akan berubah-ubah seiring berjalannya waktu
(Onay, 2007) yang mana hal ini biasanya dipicu karena adanya major economic
event (Huyghebaert & Wang, 2010). Stock market integration dipengaruhi oleh
contagion effect, economic integration, dan stock market characteristic (Pretorius
,2002). Dengan menggunakan AEC sebagai latar belakang, dapat dikatakan bahwa
penelitian ini menekankan faktor integrasi ekonomi sebagai pendorong perubahan
stock market integration dari waktu ke waktu. Beberapa penelitian telah
membuktkan peningkatan stock market integration di kawasan ASEAN, namun
namun mayoritas menekankan pada krisis ekonomi (contagion effect) sebagai
pendorong perubahan integrasi tersebut. Karim & Karim (2012) meneliti stock
market integration 5 negara ASEAN (Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, dan
Singapura) pada saat sebelum krisis (Januari 1988 – Juni 1997), setelah krisis (Juli
1998-Juni 2007) dan setelah krisis subprime mortgage (Januari 2008-Desember
34 Universitas Kristen Petra
2010). Dengan menggunakan uji Autoregressice Distributed Lag (ARDL) pada
data bulanan indeks harga saham gabungan kelima negara dari periode Januari 1988
- Desember 2010, mereka menemukan bahwa pasar modal ASEAN-5 terintegrasi
pada saat sebelum krisis, setelah krisis, dan setelah krisis subprime mortgage, di
mana terjadi peningkatan integrasi terutama setelah krisis subprime mortgage.
Chen, Leng, & Lian (2003) meneliti hubungan pasar saham 5 negara ASEAN
(Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Filipina) pada periode sebelum,
saat dan sesudah krisis Asia tahun 1997. Mereka menemukan bahwa pasar modal
ASEAN-5 terkointegrasi saat sebelum dan sesudah krisis namun tidak
terkointegrasi saat krisis. Click & Plummer (2005) meneliti stock market
integration 5 negara pendiri ASEAN yaitu Indonesia, Malaysia, Thailand,
Singapura, dan Filipina. Dengan menggunakan data indeks harga saham gabungan
harian dan mingguan dari tanggal 1 Juli 1998 sampai 31 Desember 2002
menemukan adanya penguatan kointegrasi antar pasar modal di ASEAN setelah
terjadinya krisis Asia 1997-1998. Shabri, Meera, Omar, & Aziz (2009) melakukan
penelitian terkait integrasi pasar lima negara ASEAN yang dipilih, yaitu Indonesia,
Malaysia, Thailnad, Singapura, dan Filipina pada waktu sebelum dan sesudah krisis
tahun 1997. Dengan menggunakan uji kointegrasi dan generalized method of
moments (GMM), mereka menemukan bahwa pasar saham kelima negara tersebut
terkointegrasi pada waktu sebelum dan sesudah krisis, dan lebih terkointegrasi pada
saat setelah krisis.
Walaupun didominasi dengan latar belakang krisis, beberapa penelitian
membuktikan bahwa integrasi ekonomi juga berpengaruh dalam stock market
integration di kawasan ASEAN. Karim & Ning (2013) dalam penelitiannya
menemukan bahwa pendorong stock market integration di kawasan ASEAN tidak
hanya volatilitas pasar saham, tetapi juga perdagangan antar negara. Karim & Majid
(2010) meneliti stock market integration Malaysia dan beberapa mitra dagangnya
seperti Amerika Serikat, Jepang, Singapura, Cina dan Thailand dari Januari 1992
sampai Mei 2008 dengan menggunakan teknik teknik ARDL dan VAR. mereka
menemukan bahwa pasar saham Malaysia dan beberapa mitra dagangnya
terintegrasi, di mana hal ini mendukung adanya pengaruh integrasi ekonomi
terhadap stock market integration. Selain itu faktor geografi dan kedekatan
35 Universitas Kristen Petra
hubungan dalam hal ini adalah Malaysia dan Singapura, terbukti mendorong
peningkatan stock market integration.
Penelitian lain tentang pengaruh integrasi ekonomi sebagai pendorong
perubahan stock market integration dapat ditemui dengan berbagai daerah dan
negara selain ASEAN sebagai latarnya. Dengan latar belakang North America Free
Trade Area (NAFTA) misalnya, Aggarwal & Kyaw (2005) meneliti integrasi pada
tiga pasar modal yang tergabung pada North America Free Trade Area (NAFTA)
yaitu Amerika Serikat, Kanada, dan Mexico pada saat sebelum (1988-1993) dan
sesudah (1994-2001) berlakunya NAFTA. Dengan menggunakan data indeks harga
saham harian, mingguan dan bulanan, mereka menemukan bahwa hubungan
kointegrasi hanya terdapat pada periode setelah berlakunya NAFTA. Penelitian lain
terkait stock market integration terkait NAFTA juga dilakukan oleh Darrat &
Zhong (2005), di mana dengan menggunakan data harga saham mingguan dari
tahun 1989-1999, mereka menemukan bahwa pasar saham lebih terkait dengan
adanya NAFTA, dan juga NAFTA mempercepat terjadinya ekuilibrium harga.
Gilmore & McManus (2004), dengan menggunakan data indeks harga saham
gabungan penutupan harian ketiga negara dari tanggal 5 Januari 1994 sampai
dengan 31 Desember 2002 yang diolah dengan kointegrasi Johansen Juselius,
menemukan bahwa pasar saham Amerika Serikat, Kanada dan Meksiko menjadi
lebih terintegrasi setelah berlakunya NAFTA.
Bukti bahwa integrasi ekonomi akan meningkatkan stock market
integration juga terdapa di Eropa. Beberapa peneliti melakukan penelitian stock
market integration terkait dengan berlakunya Economic Monetary Union (EMU).
Yang, Min, & Li (2003) melakukan penelitian mengenai stock market integration
pada sebelas negara di Eropa dan Amerika Serikat terkait dengan berlakunya EMU
di Eropa. Mereka menemukan dua vektor kointegrasi pada sebelum dan sesudah
berlakunya EMU, namun kointegrasi dikatakan lebih tinggi pada masa setelah
berlakunya EMU karena ekuilibrium terjadi lebih cepat ketika terjadi guncangan.
Hardouvelis, Malliaropulos, & Priestley (2006) menggunakan data 10 negara
anggota EMU (Austria, Belgia, Finlandia, Perancis, Jerman, Irlandia, Italia,
Belanda, Portugal, dan Spanyol) dan 5 negara non-EMU ( Denmark, Norwegia,
Swedia, Switzerland dan Inggris), menemukan bahwa stock market integration
36 Universitas Kristen Petra
meningkat setelah berlakunya EMU, terutama disebabkan oleh volatilitas nilai
tukar dan konvergensi kebijakan moneter. Bartram, Taylor, & Wang (2002),
dengan menggunakan time-varying copula model untuk meneliti tujuh belas pasar
saham Eropa pada tahun 1994 sampai 2003, menemukan bahwa stock market
integration meningkat setelah mata uang yang sama (Euro) diumumkan, tapi hanya
pada pasar yang besar seperti Perancis, Jerman, Belanda dan Italia. Selain itu
Inggris dan Swedia yang bukan merupakan anggota EMU mengalami pergerakan
arah yang sama (stock market integration) dengan negara-negara EMU, di mana hal
ini sesuai dengan ekspektasi akan bergabungnya mereka dengan Euro. Erdogan
(2009) menggunakan data negara Jerman, Perancis, Belanda, Irlandia dan Inggris
dari Januari 1973 sampai Agustus 2008, dengan menggunakan metode correlation
analysis, β-convergence dan σ-convergence menemukan peningkatan stock market
integration pada negara-negara tersebut selama proses integrasi EMU di Eropa.
Kim, Moshirian, & Wu (2005) melakukan penelitian terkait pengaruh EMU
terhadap stock market integration dari tanggal 2 Januari 1989 sampai 29 Mei 2003
dengan menggunakan kerangka bivariate EGARCH menemukan bahwa dengan
adanya Euro Monetary Union (EMU), stock market integration (pergerakan dan
hubungan) menjadi semakin erat antar negara anggota Uni Eropa, juga dengan
Amerika Serikat dan Jepang.
Tidak hanya NAFTA dan EMU, beberapa integrasi ekonomi di beberapa
daerah juga semakin memperkuat adanya pengaruh integrasi ekonomi terhadap
stock market integration. Wälti (2011) meneliti pergerakan bersama pasar saham
(stock market integration) dan integrasi moneter. Dengan menggunakan subyek
lima belas pasar saham negara maju Amerika Serikat, Inggris, Austria, Denmark,
Perancis, Jerman, Italia, Belanda, Norwegia, Swedia, Switzerland, Kanada, Jepang,
Spanyol, dan Australia) 1975 sampai 2006 dan panel spesifikasi untuk menjelaskan
korelasi bilateral return pasar saham, ia menemukan bahwa integrasi moneter
meningkatkan stock market syncronization (integration), melalui pengurangan
volatilitas nilai tukar , kebijakan moneter yang sama, dan konvergensi ekspektasi
inflasi. Perdagangan dan integrasi keuangan juga berkontribusi pada stock market
return comovements (integration) yang lebih tinggi. Maghyereh & Al-Zuobi (2005)
meneliti pengaruh US-Jordan Free Trade Agreement (UJFTA) terhadap tingkat
37 Universitas Kristen Petra
keterkaitan pasar modal kedua negara. Dengan menggunakan data indeks harga
saham penutupan mingguan kedua negara yang diolah dengan model Dynamic
Conditional Correlation (DCC), mereka menemukan bahwa UJFTA secara
signifikan meningkatkan keterkaitan pasar modal kedua negara. Hal ini sekaligus
membuktikan bahwa perdagangan akan meningkatkan keterkaitan pasar modal.
Tahai, Rutledge, & Karim (2004) meneliti stock market integration pada negara
yang tergabung dalam G7 dengan mengolah data indeks harga saham gabungan
bulanan dari bulan Maret 1978 sampai Desember 1987 dengan teknik kointegrasi
Johanes & Juselius, mereka menemukan bahwa terdapat kointegrasi (stock market
integration) indeks negara G7 dan dari model VECM dapat dilihat bahwa terjadi
peningkatan stock market integration. Maghyereh (2006) melakukan penelitian
pada negara-negara Middle Eastern and North African (MENA), di mana dengan
menggunakan model trivariate vector autoregression pada data indeks harga saham
gabungan empat negara MENA (Yordania, Mesir, Maroko, dan Turki), ia
menemukan bahwa pasar modal keempat negara tidak sepenuhnya terisolasi dan
berdiri sendiri, di mana lemahnya stock market integration ini dipengaruhi oleh
lemahnya hubungan ekonomi keempat negara. Paramati, Roca, & Gupta (2016)
melakukan penelitian stock market integration antara Asia dan Australia. Dengan
menggunakan berbagai teknik seperti kointegrasi, asymmetric generalized dynamic
conditional correlations dan panel regression models, mereka menemukan
peningkatan stock market integration pada jangka panjang dan pendek. Mereka
juga menemukan bahwa integrasi ekonomi dalam bentuk perdagangan bilateral
mendorong stock market integration pada daerah ini. Chien, Lee, Hu, & Hu (2015)
meneliti stock market integration negara ASEAN-5 dengan Cina. Penelitian ini
dilakukan karena ASEAN-5 dan Cina merupakan populasi dan pertumbuhan
ekonomi kedua area yang semakin memiliki peran penting, pertumbuhan pasar
saham kedua negara yang cepat, dan integrasi ekonomi kedua daerah melalui
deregulasi dan liberalisasi pasar modal untuk mendorong transaksi lintas negara.
Dengan menggunakan analisa recursive cointegration untuk mengolah data dari
tahun 1994 sampai 2002, mereka menemukan bahwa terdapat satu vektor
kointegrasi untuk keenam negara dan stock market integration yang meningkat
secara bertahap. Selain itu mereka menemukan bahwa Cina dan Indonesia adalah
38 Universitas Kristen Petra
dua ekonomi terbesar yang mendorong perekonomian Asia Timur dan integrasi
keuangan kedua daerah. Heaney, Hooper, & Jaugietis (2002) menemukan bahwa
pasar modal Amerika Latin terintegrasi secara regional dalam 20 tahun terakhir.
Hal ini disebabkan oleh peningkatan kerja sama perdagangan dan kebijakan
ekonomi yang terkoordinasi antara negara Amerika Latin sejak melakukan
liberalisasi pada tahun 1990an di mana sebelum liberalisasi, negara Amerika Latin
sangat berhubungan dengan Amerika Serikat daripada negara Amerika Latin
lainnya. Terakhir, Johnson & Soenen (2002) dengan menggunakan data indeks
harga saham penutupan harian dari tahun 1988 sampai 1998, meneliti tingkat
integrasi pasar modal Jepang dan duabelas pasar modal negara lain. Dari penelitian
ini mereka menemukan adanya peningkatan stock market integration wilayah Asia
dari tahun 1994. Pasar saham Jepang ditemukan terintegrasi dengan pasar saham
Australia, China, Hongkong, Malaysia, New Zealand, dan Singapura. Pergerakan
bersama pasar saham Jepang dan Asia semakin meningkat antara lain dipengaruhi
peningkatan eksport oleh negara Asia dan FDI dari Jepang ke negara lain.
2.10. Kerangka Pemikiran
Terdapat 5 variabel dalam penelitian ini, yaitu indeks harga saham
gabungan Malaysia (KLSE), indeks harga saham gabungan Singapura (STI),
indeks harga saham gabungan Thailand (SET), indeks harga saham gabungan
Gambar 2. 1 Kerangka Pikiran
JKSE
KLSE
SET
PSEi
SET
AEC
H1
H2
H3
H4
H5
Gambar 2.9 Model Penelitian
39 Universitas Kristen Petra
Filipina (PSEi) dan indeks harga saham gabungan Indonesia (JKSE). Dengan uji
kointegrasi Johansen & Juselius Kelima variable akan dicari kointegrasinya satu
sama lain kemudian akan dibandingkan sebelum dan sesudah berlakunya AEC.
Kemudian pada kerangka pemikiran kedua, akan dicari hubungan IHSG dengan
KLSE, STI, SET, dan PSEi dengan menggunakan uji kausalitas Granger.
2.11. Hipotesa
Dari dasar teori dan kerangka pemikiran di atas, dapat ditarik beberapa
hipotesa dalam penelitian ini, antara lain:
H1: Terdapat stock market integration pada negara-negara ASEAN-5 setelah
berlakunya AEC
H2: Pasar saham Malaysia berhubungan dengan pasar saham Indonesia
H3: Pasar saham Thailand berhubungan dengan pasar saham Indonesia
H4: Pasar saham Singapura berhubungan dengan pasar saham Indonesia
H5: Pasar saham Filipina berhubungan dengan pasar saham Indonesia