2 (drs)-2

105
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker adalah salah satu dari empat besar penyakit utama pada masyarakat modern. Keempat penyakit utama tersebut adalah penyakit jantung koroner, penyakit kanker, gangguan jiwa dan kecelakaan (lalu lintas). Namun sekarang keempat besar penyakit tersebut telah bertambah menjadi lima besar dan penyakit yang kelima ini adalah HIV/AIDS. (1) Kanker serviks merupakan salah satu penyebab utama kematian pada perempuan. Diseluruh dunia diperkirakan terjadi sekitar 500.000 kanker serviks baru dan 250.000 kematian setiap tahunnya dan 80% terjadi di negara- negara sedang berkembang. (2,3,4) Kanker leher rahim merupakan kanker yang menduduki peringkat kedua yang tersering diderita wanita di dunia. Di negara berkembang kanker leher 1

Upload: surayya-ardillah

Post on 17-Feb-2016

225 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

f

TRANSCRIPT

Page 1: 2 (drs)-2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kanker adalah salah satu dari empat besar penyakit utama pada

masyarakat modern. Keempat penyakit utama tersebut adalah penyakit

jantung koroner, penyakit kanker, gangguan jiwa dan kecelakaan (lalu lintas).

Namun sekarang keempat besar penyakit tersebut telah bertambah menjadi

lima besar dan penyakit yang kelima ini adalah HIV/AIDS.(1)

Kanker serviks merupakan salah satu penyebab utama kematian pada

perempuan. Diseluruh dunia diperkirakan terjadi sekitar 500.000 kanker

serviks baru dan 250.000 kematian setiap tahunnya dan 80% terjadi di

negara- negara sedang berkembang.(2,3,4)

Kanker leher rahim merupakan kanker yang menduduki peringkat

kedua yang tersering diderita wanita di dunia. Di negara berkembang kanker

leher rahim masih menempati urutan teratas sebagai penyebab kematian

akibat kanker di usia reproduktif.(4,5,6) Setiap tahun sekitar 500.000 wanita

didunia didiagnosis kanker leher rahim. Dan setiap dua menit wanita

meninggal akibat kanker leher rahim.(3,6)

Berdasarkan data WHO (World Health Organization) pada tahun

2008 diperkirakan setiap harinya ada 38 kasus baru kanker serviks dan 21

orang perempuan yang meninggal karena kanker serviks di Indonesia.(3)

Menurut Yayasan Kanker Indonesia, kanker serviks merupakan angka

kematian terbanyak diantara jenis kanker lain dikalangan perempuan.

1

Page 2: 2 (drs)-2

Diperkirakan 52 juta perempuan Indonesia beresiko terkena kanker serviks,

sementara 36 persen perempuan dari seluruh penderita kanker adalah kanker

serviks. Ada 15.000 kasus baru per tahun dengan kematian 8.000 orang

pertahun.(7)

Kanker serviks masih banyak ditemukan di negara yang sedang

berkembang seperti Indonesia. Berbeda dengan di negara maju, cakupan

program skrining di Indonesia baru sekitar 5%. Hal ini bisa terjadi karena saat

ini perhatian masyarakat di negara maju terhadap kesehatan semakin

meningkat sehingga penyakit ini lebih cepat terdeteksi. Berbeda dengan

masyarakat di Indonesia yang mengalami perubahan pola kehidupan sehingga

memungkinkan virus penyebab kanker serviks semakin meningkat.(8)

Keganasan kanker serviks di Indonesia ini didukung oleh sejumlah

faktor. Pertama, karena memang kanker serviks bersifat sangat ganas. Kedua,

banyak wanita yang belum mengerti mengenai gejala dan tanda-tanda kanker

serviks. Tingginya kasus kanker serviks di Indonesia disebabkan oleh

kurangnya pengetahuan dan juga kesadaran untuk melakukan deteksi dini

sehingga sebagian besar wanita yang menderita kanker seviks ditemukan

pada stadium lanjut dan mengakibatkan kematian karena kanker tersebut

tidak menimbulkan gejala. Dan setiap wanita memiliki resiko untuk terkena

kanker serviks tanpa melihat kondisi sosial, ekonomi, status dan usia.(9,10)

Remaja dapat memperoleh informasi mengenai kesehatan reproduksi

dari berbagai sumber, namun sumber informasi yang diperoleh dari keluarga

yang merupakan pendidik utama justru tidak mampu memberikan cukup

informasi. 2 Peran pendidik berikutnya yang sebenarnya mampu untuk

memberikan informasi adalah sekolah atau perguruan tinggi.(11,12,13,14)

2

Page 3: 2 (drs)-2

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk meneliti

lebih jauh mengenai Hubungan Informasi Yang Didapat Siswi Dengan

Tingkat Pengetahuan Siswi Tentang Kanker Serviks Di SMA Negeri 2

Bangkinang, Riau.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian di atas, maka peneliti membuat rumusan masalah sebagai

berikut: “Bagaimana Tingkat Pengetahuan Siswi Tentang Kanker Serviks Di

SMA Negeri 2 Bangkinang, Riau?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Tingkat Pengetahuan Siswi Tentang Kanker

Serviks Di SMA Negeri 2 Bangkinang Riau pada tahun 2015.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus pada penelitian ini diantaranya adalah:

a. mengetahui tingkat pengetahuan siswi tentang kanker serviks di SMA

Negeri 2 Bangkinang Riau pada tahun 2015

b. Mengetahui tingkat pengetahuan remaja putri tentang pencegahan

kanker serviks di SMA Negeri 2 Bangkinang tahun 2015

D. Manfaat Penelitian

a. Bagi Peneliti

3

Page 4: 2 (drs)-2

Untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan dan pengalaman

bagi peneliti dalam menerapkan ilmu yang diperoleh selama

perkuliahan.

b. Bagi Responden

Penelitian ini diharapkan agar dapat meningkatkan

pengetahuan dan motivasi untuk para remaja putri mengenai kanker

serviks dan bagaimana cara pencegahanya sedini mungkin.

c. Bagi Lahan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan agar dapat bermanfaat bagi

petugas dan masyarakat umum. Khususnya bagi para remaja putri di

SMA Negeri 2 Bangkinang agar dapat menambah wawasan

pengetahuan tentang kanker serviks dan pencegahannya.

d. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan agar dapat memberi manfaat

dan menambah perbendaharaan bacaan bahan bagi mahasiswa

Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Jakarta untuk penelitian selanjutnya.

4

Page 5: 2 (drs)-2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN

HIPOTESIS

A. Pengetahuan

1. Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil tahu yang terjadi setelah seseorang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu(15). Pengindraan

tersebut sebagian besar berasal dari penglihatan dan pengindraan yang

sering digunakan untuk mendapatkan informasi.

2. Kategori Pengetahuan

Pengetahuan dibagi dalam 3 kategori :(15)

a. Baik : Bila subjek mampu menjawab dengan benar 76%-100% dari

seluruh pertanyaan.

b. Cukup : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 56%-

75% dari seluruh pertanyaan.

c. Kurang : Bila subyek mampu menjawab dengan benar <55%

dari seluruh pertanyaan.

3. Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6

tingkatan, yaitu:

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini

56

Page 6: 2 (drs)-2

adalah mengingat kembali (recall) terhadap situasi yang sangat

spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan yang

telah diterima. Oleh sebab itu, ini adalah merupakan tingkatan

pengetahuann yang paling rendah.

b. Memahami (Comprehension)

Memahani diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dpat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang

telah paham harus dapat menjelaskan, menyimpulkan,

meramalkan terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi dan kondisi nyata. Aplikasi dapat

diartikan sebagai penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip dan

sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis)

Suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi kedalam

komponen- komponen, tetapi masih didalam struktur organisasi

tersebut yang masih ada kaitannya antara satu dengan yang lain

dapat ditunjukan dengan menggambarkan, membedakan,

mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian–bagian didalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru dengan dapat menyusun formulasi yang baru.

6

Page 7: 2 (drs)-2

f. Evaluasi (Evaluation)

Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian

terhadap suatu materi penelitian didasarkan pada suatu kriteria

yang ditentukan sendiri atau kriteria yang sudah ada. Pengetahuan

diukur dengan wawancara atau angket tentang materi yang akan di

ukur dari objek penelitian.

Selain itu menurut Notoatmidjo(16), pengetahuan seseorang dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

a. Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari diri sendiri maupun orang

lain. Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas

pengetahuan seseorang.

b. Keyakinan

Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa

adanya pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini bisa

mempengaruhi pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu sifatnya

positif maupun negatif.

c. Fasilitas

Fasilitas- fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat

mempengaruhi pengetahuan seseorang, misalnya radio, televisi,

majallah, Koran, dan buku.

d. Social Budaya

7

Page 8: 2 (drs)-2

Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat

mempengaruhi penegtahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap

sesuatu.

e. Tingkat Pendidikan

Pendidikan dapat membawa wawasan attau pengetahuan

seseorang. Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi

akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan

seseoang yang tingkat pendidikannya lebih rendah.

f. Penghasilan

Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan

seseorang, namun, bila seseorang berpenghasilan cukup besar, maka

dia akan mampu untuk menyediakan atau membeli fasilitas- fasilitas

sumber informasi.

Pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang

menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian

atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita

ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan- tingkatan domain di atas.(16)

B. Kanker serviks (kanker leher rahim)

1. Definisi

Kanker adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan ratusan

penyakit yang berbeda dengan faktor tertentu yang sama. Kanker dimulai

dengan perubahan dalam struktur dan fungsi sel yang menyebabkan sel

8

Page 9: 2 (drs)-2

membelah dan menggandakan diri tanpa terkontrol. Sel kemudian dapat

menyerang dan merusak jaringan sekitar, kemudian sel memisahkan diri

dan menyebar ke area lain dalam tubuh. Umumnya kanker dinamai sesuai

organ dan jenis tempat pertama kali ia berkembang.

Kanker leher rahim atau yang dikenal dengan kanker serviks yaitu

keganasan yang terjadi pada serviks (leher rahim) yang merupakan bagian

terendah dari rahim yang menonjol ke puncak liang senggama atau

vagina(17,18,19,6)

2. Etiologi

Penyebab kanker serviks adalah multifaktor, yang dibedakan atas

faktor risiko mayor, faktor risiko minor dan ko-faktor(20). Pada faktor

mayor kanker serviks sekitar 90% terdapatnya virus HPV (Human

Papiloma Virus). Infeksi HPV risiko tinggi merupakan awal dari

patogenesis kanker serviks sedangkan HPV risiko tinggi merupakan

karsinogen kanker serviks, dan awal dari karsinogenesis kanker serviks

uteri. Penelitian yang dilakukan oleh International Agency for Research

on Cancer (IARC) terhadap 1.000 sampel dari 22 negara mendapatkan

adanya infeksi HPV pada sejumlah 99,7% kanker serviks.(21,22,6)

Penelitian meta analisis yang meliputi 10.000 kasus didapatkan 8 tipe

HPV yang banyak ditemukan, yaitu tipe 16, 18, 45, 31, 33, 52, 58 dan 35.

Dari berbagai penelitian dapat disimpulkan bahwa hanya 3 golongan HPV

yang berhubungan dengan kanker serviks yaitu: (21,23)

1) HPV risiko rendah: HPV 6 dan 11.

2) HPV risiko sedang: HPV 33, 35, 39, 40, 43, 45, 51, 56 dan 58.

9

Page 10: 2 (drs)-2

3) HPV risiko tinggi: HPV 16, 18, 31.

Infeksi HPV terjadi melalui hubungan seksual dengan masa

inkubasi selama 3 bulan. Bentuk klasik dari infeksi HPV adalah

kondiloma akuminata yaitu kutil yang berbentuk kembang kol pada

jaringan ikat di tengahnya dan ditutup terutama di bagian atas epitel yang

hiperkerotolik. Kondiloma akuminata jarang ditemukan pada serviks

dimana lesinya hanya terbatas pada vulva, anus dan vagina bagian

posterior. Kemungkinan peranan terjadinya kanker serviks adalah dengan

melakukan gangguan pada gen yang mengatur pembelahan virus dan

mengakibatkan pembelahan sel menjadi tidak terkontrol ke arah

keganasan. Perubahan sel yang terjadi dapat dalam bentuk jinak

kondiloma (NIS 1 = Neoplasma Intraepitel Serviks) atau bentuk

prakanker (NIS 2 dan 3), bahkan dapat menjadi karsinoma invasif.(21,6)

Faktor risiko minor kanker serviks adalah paritas tinggi dengan

jarak persalinan pendek, hubungan seksual dini dibawah umur 17 tahun,

multipartner seksual, merokok aktif dan pasif, status ekonomi rendah.

Ko-faktor terdiri dari infeksi klamidia trakomatis, HSV-2, HIV/AIDS,

infeksi kronis dan lainnya.(20)

3. Patogenesis

Karsinoma timbul di batas antara epitel yang melapisi ektoserviks

(porsio) dan endoserviks (kanalis servikalis) yang disebut sebagai

squamo-columnar junction (SCJ), histologi antara epitel gepeng berlapis

(squamous complex) dari porsio dengan epitel kolumnar dari endoserviks.

Pada wanita muda, SCJ berada di luar ostium uteri eksternum, sedangkan

10

Page 11: 2 (drs)-2

pada wanita berumur lebih dari 35 tahun, SCJ berada di dalam kanalis

servikalis.(24)

Tumor dapat tumbuh : 1) eksofitik mulai dari SCJ ke arah lumen

vagina sebagai masa proliferatif yang mengalami infeksi sekunder dan

nekrosis; 2) endofitik mulai dari SCJ tumbuh ke dalam stroma serviks dan

cenderung untuk mengadakan infiltrasi menjadi ulkus; 3) ulseratif mulai

dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan serviks dengan

melibatkan awal fornises vagina untuk menjadi ulkus yang luas.(24,6)

Serviks yang normal secara alami mengalami proses metaplasia

(erosio) akibat saling mendesak kedua jenis epitel yang melapisi. Dengan

masuknya mutagen, porsio yang erosif (metaplasia skuamosa) yang

semula fisiologik dapat berubah menjadi patologik (displastik-diskariotik)

melalui tingkatan NIS-I, II, III dan KIS untuk akhirnya menjadi

karsinoma infasif. Sekali menjadi mikro invasif atau invasif, proses

keganasan akan berjalan terus.(24)

Periode laten (dari NIS-I s/d KIS) tergantung dari daya tahan tubuh

penderita. Umumnya fase pra invasif berkisar antara 3-20 tahun (rata-rata

5-10 tahun). Perubahan epitel displastik serviks secara terus menerus

yang masih memungkinkan terjadinya regresi spontan dengan

pengobatan/tanpa diobati itu dikenal dengan Unitarian concept dari

Richart. Histopatologik sebagian terbesar (95-97%) berupa

squamouscellcarcinoma, sisanya adenokarsinoma, clear cell

carcinoma/mesonephroid carcinoma, dan yang paling jarang adalah

sarcoma.(24)

4. Faktor Risiko

11

Page 12: 2 (drs)-2

Faktor-faktor yang menyebabkan perempuan terpapar HPV (sebagai

etiologi dari kanker rahim) adalah:

1) Pola Hubungan Seksual Dan Hubungan Seksual Dengan Pria

Yang Mempunyai Pasangan Seksual Lebih Dari Satu

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan

yang bermakna antara lesi pra kanker dan kanker serviks dengan

aktivitas seksual pada usia dini, khususnya sebelum umur 17

tahun. Hal ini diduga ada hubungan dengan belum matangnya

daerah transformasi pada usia tersebut bila sering terekspos.

Frekuensi hubungan seksual berpengaruh terhadap lebih tingginya

risiko pada usia, tetapi tidak pada kelompok usia lebih tua. Jumlah

pasangan seksual menimbulkan konsep pria berisiko tinggi

sebagai vektor yang dapat menimbulkan infeksi yang berkaitan

dengan penyakit hubungan seksual(20). Perubahan pada sel leher

rahim pada wanita yang sering berganti-ganti pasangan,

penyebabnya adalah sering terendamnya sperma dengan kadar PH

yang berbeda- beda sehingga dapat mengakibatkan perubahan dari

displasia menjadi kanker.(25,26)

2) Paritas

Kanker serviks sering terjadi pada wanita yang sering

melahirkan. Semakin sering melahirkan, semakin besar risiko

mendapatkan kanker serviks. Paritas dapat meningkatkan insiden

kanker serviks, lebih banyak merupakan refleksi dari aktivitas

seksual dan saat mulai kontak seksual pertama kali daripada akibat

trauma persalinan. Pada wanita dengan paritas 5 atau lebih

12

Page 13: 2 (drs)-2

mempunyai risiko terjadinya kanker serviks 2,5 kali lebih besar

dibandingkan dengan wanita dengan paritas 3 atau kurang(20,26)

3) Merokok

Sekarang ini, ada data yang mendukung rokok sebagai

penyebab kanker serviks dan hubungan antara merokok dengan

kanker sel squamous kanker serviks dan hubungan antara

merokok dengan kanker serviks (bukan adenosquamous atau

adenocarcinoma). Mekanisme kerja langsung (aktifitas mutasi

mukus serviks telah ditunjukkan pada perokok) atau melalui efek

imunosupresif dari merokok.(6,10,27)

Tembakau mengandung bahan bahan karsinogen baik yang

dihisap sebagai rokok/sigaret maupun yang dikunyah. Asap rokok

yang menghasilkan polycylic acromatic hydrocarbons heterocylic

amine yang sangat karsinogen dan mutagen, sedang bila dikunyah

ia menghasilkan netrosamine. Bahan yang berasal dari tembakau

yang dihisap terdapat pada getah serviks perokok dan dapat

menjadi ko karsinogen infeksi virus. Ali dkk bahkan membuktikan

bahan bahan tersebut dapan menyebabkan kerusakan DNA epitel

serviks sehingga dapat menyebabkan neoplasma serviks WHO

meeting report.(6)

4) Kontrasepsi Oral

Kondom dan diafragma dapat memberikan perlindungan.

Kontrasepsi oral yang dipakai dalam jangka panjang yaitu lebih

dari 5 tahun dapat meningkatkan risiko relatif 1,53 kali. World

Health Organization (WHO) melaporkan risiko relatif pada

13

Page 14: 2 (drs)-2

pemakaian kontrasepsi oral sebesar 1,19 kali dan meningkat sesuai

dengan lamanya pemakaian.(28)

5) Pekerjaan

Sekarang ini, ketertarikan difokuskan pada pria yang

pasangannya menderita kanker serviks. Diperkiran bahwa paparan

bahan tertentu dari suatu pekerjaan; debu; logam; bahan kimia; tar

atau oli mesin dapat menjadi faktor resiko kanker serviks.(6)

6) Defisiensi Gizi

Peningkatan displasia ringan dan sedang yang berhubungan

dengan defisiensi zat gizi seperti beta karotin, vitamin A dan asam

folat. Banyak mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan yang

mengandung bahan-bahan antioksidan seperti alpukat, brokoli,

kol, wortel, jeruk, anggur, bawang, bayam dan tomat berkhasiat

untuk mencegah terjadinya kanker. Dari beberapa penelitian

melaporkan defisiensi terhadap asam folat, vitamin C, vitamin E,

beta karotin, atau retinol dihubungkan dengan peningkatan risiko

kanker serviks.(29)

7) Sosial Ekonomi

Tingkat sosial ekonomi seseorang dapat mempengaruhi

terjadinya kanker serviks. Pernyataan tersebut diperkuat dengan

adanya penelitian yang menunjukkan bahwa infeksi HPV lebih

prevalen pada wanita dengan tingkat pendidikan dan pendapatan

yang rendah. Adanya kaitan yang erat antara status sosial ekonomi

rendah dengan status gizi karena status gizi berhubungan dengan

14

Page 15: 2 (drs)-2

daya tahan tubuh baik terhadap infeksi maupun kemampuan untuk

melawan keganasan.(20)

a) Gambaran Klinik dan Diagnosis

Getah yang keluar dari vagina ini makin lama akan berbau busuk

akibat infeksi dan nekrosis jaringan. Dalam hal demikian, pertumbuhan

tumor menjadi ulseratif. Perdarahan yang dialami sehabis senggama

(disebut sebagai perdarahan kontak) merupakan gejala karsinoma serviks

(75-80%).(10,24,27)

Perdarahan yang timbul akibat terbukanya pembuluh darah makin

lama akan lebih sering terjadi, juga di luar sanggama (perdarahan

spontan). Perdarahan spontan umumnya terjadi pada tingkat klinik yang

lebih lanjut (II atau III), terutama pada tumor yang bersifat eksofitik.

Pada wanita usia lanjut yang sudah tidak melayani suami secara seksual,

atau janda yang sudah mati haid (menopause) bilamana mengidap kanker

serviks sering terlambat datang meminta pertolongan. Perdarahan

spontan saat berdefekasi terjadi akibat tergesernya tumor eksofitik dari

serviks oleh skibala, memaksa mereka datang ke dokter.(24,29)

Adanya perdarahan spontan pervaginam saat berdefekasi, perlu

dicurigai adanya karsinoma serviks tingkat lanjut. Adanya bau busuk

yang khas memperkuat dugaan adanya karsinoma. Anemia akan

menyertai sebagai akibat dari perdarahan pervaginam yang berulang.

Rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor ke serabut saraf, memerlukan

pembiusan umum untuk dapat melakukan pemeriksaan dalam yang

cermat, khususnya pada lumen vagina yang sempit dan dinding sklerotik

yang meradang. Gejala lain yang dapat timbul adalah gejala-gejala yang

15

Page 16: 2 (drs)-2

disebabkan oleh metastasis jauh. Sebelum tingkat akhir (terminal stage),

penderita meninggal akibat perdarahan yang eksesif, kegagalan faal

ginjal (CRF= Chronic Renal Failure) akibat infiltrasi tumor ke ureter

sebelum memasuki kandung kemih, yang menyebabkan obstruksi total.

(24)

b) Klasifikasi

Histopatologi kanker serviks dibagi menjadi empat klasifikasi yaitu:

(29,30)

i. Displasia

Displasia adalah pertumbuhan aktif disertai gangguan

proses pematangan epitel skuamosa yang dimulai pada bagian

basal sampai ke lapisan superfisial. Berdasarkan derajat

perubahan sel epitel yang jelas mengalami perubahan.

Displasia terbagi dalam tiga derajat pertumbuhan, yaitu:

a. Displasia ringan : perubahan terjadi pada sepertiga

bagian basal epidermis.

b. Displasia sedang : bila perubahan terjadi pada separuh

epidermis.

c. Displasia berat: hampir tidak dapat dibedakan dengan

karsinoma insitu

Perkembangan displasia serviks menjadi kanker serviks terjadi secara

bertahap, yang dibedakan atas 3 tahap klinis yaitu:

1. Tahap pertama adalah transisi dari displasia sedang menjadi displasia

berat yang ireversibel.

16

Page 17: 2 (drs)-2

2. Tahap kedua adalah pertumbuhan invasif.

3. Tahap ketiga adalah transformasi dari mikro kanker menjadi lebih

luas.(30)

a) Karsinoma In Situ (KIS)

Perubahan sel epitel yang terdapat di karsinoma in situ terjadi pada

seluruh lapisan epidermis menjadi karsinoma skuamosa namun membrana

basalis dalam keadaan utuh.(30,31)

b) Karsinoma Mikroinvasif

Lingkup kelainannya dari displasia hingga neoplasia. Pada karsinoma

mikroinvasif terjadinya perubahan derajat sel meningkatkan sel tumor

menembus membrana batalis. Biasanya tumor asimtomatok dan hanya

ditemukan pada penyaringan kanker atau ditemukan bertepatan dengan

pemeriksaan penyakit lain di serviks. Pada pemeriksaan fisik tidak terlihat

perubahan pada porsio, tetapi dengan pemeriksaan kolposkopi dapat

diprediksi adanya prakarsinoma.(30)

c) Karsinoma Invasif

Derajat pertumbuhan sel menonjol, besar dan bentuk dari sel

bervariasi, inti gelap, khromatin berkelompok tidak merata, dan susunan sel

semakin tidak teratur. Sekelompok atau lebih sel tumor menginvasi

membrana basalis dan tumbuh infiltratif ke dalam stroma. Karsinoma invasif

dibagi dalam 3 subtipe yaitu karsinoma sel skuamosa dengan kreatin,

karsinoma sel skuamosa tanpa kreatin dan karsinoma sel kecil. Pada tahap ini

kanker telah menyebar luas sehingga penyembuhan menjadi lebih sulit.(30).

Stadium Klinik

Pada tahun 1976, FIGO (The International Federation of Gynecology

and Obstetrics) mengklasifikasikan stadium klinik untuk menentukan

metode pengobatan kanker berdasarkan tingkat stadiumnya. Pembagian

17

Page 18: 2 (drs)-2

didasarkan atas pemeriksaan klinik, radiologik dan biopsi. Pembagian

stadium klinik kanker serviks adalah : (32,7,2)

Preinvasif

Stadium 0 : Karsinoma in situ, Karsinoma Intraepithelial.

Karsinoma Invasive

Stadium 1 : Kanker terbatas pada serviks uteri.

Stadium IA : Kanker preklinik yang di diagnosa hanya secara mikroskopis.

Stadium IB : Lesi dengan dimensi lebih besar dari Stadium 1A.

Stadium II : Kanker meluas keluar serviks, tetapi belum mencapai

dinding panggul. Kanker sudah mengenai vagina 1/3 bagian bawah.

Stadium IIA : Parametrium masih bebas.

Stadium IIB : Parametrium sudah terkena.

Stadium III : Kanker sudah mencapai panggul. Pada pemeriksaan reaktal

tidak ada celah antara tumor dan dinding panggul. Penyebarannya sudah

sampai 1/3 distal vagina.

Stadium IIIA : Belum sampai dinding vagina

Stadium IIIB : Penyebaran mencapai dinding vagina dan atau ada

hidronefrosis atau tidak berfungsinya ginjal.

Stadium IV : Kanker sudah meluas keluar pelvis atau secara klinik sudah

mengenai vesika urinaria dan rektum.

Stadium IVA : Menyebar ke organ sekitarnya.

Stadium IVB : Telah terjadi penyebaran ke organ yang lebih jauh lokasinya

Pencegahan

Pencegahan kanker didefinisikan sebagai mengidentifikasikan faktor-

faktor yang menyebabkan timbulnya kanker pada manusia dan membuat

penyebabnya tidak efektif dengan cara-cara apapun(28,31 ). Pencegahan

terhadap terjadinya kanker serviks melalui tiga bagian, yaitu pencegahan

primer, sekunder dan tersier.

Pencegahan Primer

18

Page 19: 2 (drs)-2

Pencegahan primer kanker serviks merupakan kegiatan yang dapat

dilakukan oleh setiap orang untuk menghindari diri dari faktor-faktor

yang dapat menyebabkan kanker. Masyarakat yang melakukan

pencegahan pada tingkat ini akan bebas dari penderitaan, produktivitas

berjalan terus, tidak memerlukan biaya untuk pemeriksaan, pengobatan,

rehabilitasi serta perawatan lebih lanjut. Salah satu bagian dari

pencegahan primer adalah memberikan vaksin Human Papilloma Virus

(HPV), pemberian vaksin HPV akan mengeliminasi infeksi HPV.(30,2)

Pencegahan Sekunder

Deteksi dini dan skrining merupakan pencegahan sekunder kanker

serviks. Tujuan dari pencegahan sekunder adalah untuk menemukan

kasus-kasus dini sehingga kemungkinan penyembuhan dapat

ditingkatkan. Selain itu, bertujuan untuk memperlambat atau

menghentikan penyakit pada stadium awal. Pencegahan sekunder melalui

diagnosis dini displansia dengan berbagai cara baik klinis maupun

laboratorium(20,2). Pencegahan sekunder mempunyai beberapa kelemahan,

antara lain : (33,2)

- Pencegahan sekunder tidak mencegah terjadinya NIS (CIN).

- Terapi lesi prakanker yang baru terdeteksi pada pencegahan

sekunder sering kali menimbulkan morbiditas terhadap fungsi

fertilitas pasien

- Pencegahan sekunder akan mengalami hambatan pada sumber daya

manusia dan alat yang kurang

Pencegahan Tersier

19

Page 20: 2 (drs)-2

Tujuan dari pencegahan tersier adalah untuk mencegah komplikasi

penyakit dan pengobatan, sesudah gejala klinis berkembang dan

diagnosis sudah ditegakkan. Terdapat dua pengobatan pada pencegahan

tersier yaitu:(32,2)

1) Pengobatan pada pra kanker.

Kauterisasi yaitu membakar serviks secara elektris.

Kriosurgeri yaitu serviks dibuat beku sampai minus 80-180 derajat

celcius dengan menggunakan gas CO2 atau N2O.

Konisasi yaitu memotong sebagian dari serviks yang cukup

representatif dengan pisau biasa atau pisau elektris.

Operasi (histerektomi) bila penderita tidak ingin punya anak lagi.

Sinar laser yang digunakan dibawah pengawasan kolposkop, radiasi

dengan pemanasan jarum radium yang dapat digunakan bila penderita

yang sudah tua takut dioperasi.

2) Pengobatan pada kanker invasiv.

Tindakan pengobatan pada kanker invasif berupa radiasi, operasi atau

gabungan antara operasi dan radiasi.

Penatalaksanaan

Terapi karsinoma serviks dilakukan bilamana diagnosis telah dipastikan secara

histologik dan sesudah dikerjakan perencanaan yang matang oleh tim yang

sanggup melakukan rehabilitasi dan pengamatan lanjutan (tim onkologi).

(20,24,33)

Biopsi kerucut (Cone Biopsy) dan Histerektomi sederhana

20

Page 21: 2 (drs)-2

Penanganan ini untuk stadium IA yaitu bilamana kedalaman invasi

kurang dari atau hanya 1 mm dan tidak meliputi area yang luas serta

tidak melibatkan pembuluh limfa atau pembuluh darah.(24)

Bahkan bagi penderita yang masih ingin hamil dapat dilakukan

tindakan konisasi serviks dengan syarat pada pemeriksaan

histopatologi tidak dijumpai sel tumor pada tepi sayatan konisasi.(22)

Histerektomi radikal dengan limfadenektomi panggul

Penanganan ini untuk stadium IB dan IIA. Pada pasca bedah biasanya

dilanjutkan dengan penyinaran tergantung ada/tidak adanya sel tumor

dalam kelenjar limfa regional yang diangkat.(24)

Radioterapi

Penanganan ini termasuk primer untuk stadium IIB, III dan IV. Tidak

dibenarkan melakukan tindakan bedah.(24) Karena tumor telah

menyebar jauh ke luar dari serviks.(22)

Kemoradiasi berbasis platinum memberikan hasil yang lebih baik

dibanding radiasi saja. Kombinasi kemoradiasi akan meningkatkan

keberhasilan terapi sampai 30% yaitu dengan pemberian sisplatin

tunggal sama efektifnya dengan kombinasi ifosfamid, tetapi efek

samping lebih minimal. Bagi penderita dengan gangguan fungsi ginjal

tidak dianjurkan pemberian sisplatin dan sampai saat ini belum ada

kemoterapi penggantinya.(22)

Penderita stadium IVB ini prognosisnya sangat jelek, jarang dapat

bertahan hidup sampai setahun semejak didiagnosis. Tetapi bila

keadaan umum memungkinkan dapat diberikan kemoradiasi

konkomitan, tetapi hanya bersifat paliatif .(24)

21

Page 22: 2 (drs)-2

Komplikasi

Kematian terutama terjadi akibat uremia, emboli paru, perdarahan

akibat perambatan tumor ke jaringan pembuluh darah

Sepsis

Obstruksi usus besar

Nyeri akibat perluasan tumor ke perineum.(22)

Prognosis

Prognosis karsinoma serviks sangat bergantung pada seberapa dini kasus

terdiagnosis dan dilakukan terapi yang adekuat.Faktor-faktor yang

menentukan prognosis ialah: 1) umur penderita, 2) Keadaan umum, 3)

Tingkat klinik keganasan, 4) Ciri-ciri histologik sel tumor, 5) Kemampuan

tim ahli yang menangani, 6) Sarana pengobatan yang ada.

Secara umum, 5-year survival rate atau Angka Ketahanan Hidup 5 tahun

(AKH) menurut data Internasional yaitu stadium 0hampir 100%, stadium I

70-85%, stadium II 40-60%, stadium III 30-40%, dan stadium IV <10% .(15)

5. Vaksin Human Papilloma Virus

a. Tujuan Vaksinasi

Vaksin HPV adalah vaksin pencegahan sehinggaa vaksin ini

bertujuan mencegah terjadinya infeksi HPV 16, 18 (karsinogen

kanker serviks). (27,34)

Vaksinasi tidak bertujuan untuk terapi. Lama proteksi vaksin

bivalent sampai 88 bulan (7,3 tahun). (27)

b. Masa Perlindungan

22

Page 23: 2 (drs)-2

Dari data tentang percobaan tentang HPV vaksin ditunjukkan

bahwa kadar antibodi menurun setelah mencapai puncaknya

setelah imunisasi dan kemudian menetap (plateu), tetapi masih

lebih tinggi dibandingkan dengan respon kekebalan tubuh yang

timbul dari pada infeksi alami dari virus HPV dan kadar tersebut

menetap pada 48 bulan setelah vaksinasi. (34,35,36)

Bagaimanapun juga, infeksi HPV bisa terjadi berulang setelah

beberapa tahun dan resiko mendapat infeksi baru sangat

bergantung kepada perilaku seksual dari individu tersebut. Kadar

antibodi kapsid pada infeksi alami dari virus HPV biasanya stabil

pada beberapa tahun dan bila diikuti, sebesar 50% dari wanita

akan menghasilkan seropositif pada 10 tahun setelah

ditemukannya infeksi virus HPV pada daerah cervico vaginal. (10)

c. Sasaran dan waktu Pemberian Vaksinasi

Sebagai target populasi dari imunisasi ini adalah wanita sebelum

puber dan usia remaja. Hal ini disebabkan pada usia-usia tersebut

dimulainya aktivitas seksual seseorang. Oleh karena itu, bila

vaksinasi dimulai pada umur 12 tahun maka akan menjaring

wanita yang belum aktif secara seksual dan belum terpapar infeksi

HPV. Selain itu, apabila vaksin diberikan pada usia tersebut maka

respons kekebalan, tubuh yang dihasilkan akan lebih besar

dibandingkan bila diberikan setelah pubertas, baik pada wanita

maupun pada pria.(10,36)

d. Sediaan dan Komposisi

23

Page 24: 2 (drs)-2

Terdapat dua jenis vaksin HPV L1 VLP yang sudah dipasarkan

dan sudah melewati uji klinis fase 3 yakni Cevarix dan Gardasil.

(10)

a. Cevarix

Adalah jenis vaksin bivalen HPV 16 / 18 L1 VLP.Preparat ini

diberikan secara intramuskuler dalam tiga kali pemberian

yakni pada bulan ke 0. Kemudian diteruskan bulan ke-1 dan

ke-6 masing-masing 0,5 ml.(10)

b. Gardasil

Adalah vaksin quadrivalent 40mg protein HPV 11 L1 HPV,

protein L1 dari VLP HPV tipe 6/11/16/18. Tiap 0,5 cc

mengandung 20 mg protein HPV 6 L 1, 40 mg protein

HPV 11 L 1, 20 mg protein HPV 18 L1. Tiap 0,5 ml

mengandung 225 mg amorph alumunium

hidroksiphosphatase sulfat. Formula tersebut juga

mengandung timerosal atau antibiotika. Vaksin ini

seharusnya disimpan pada suhu 2o-8oC.(10)

b. Dosis dan Cara Pemberian

Vaksin ini diberikan intramuskuler 0,5 cc diulang tiga kali.

Pemberian kedua seharusnya diberikan 2 bulan setelah

pemberian yang pertama dan pemberian ketiga diberikan 6

bulan setelah pemberian yang pertama.(10)

c. Keamanan dan reaksi tubuh setelah pemberian vaksin

24

Page 25: 2 (drs)-2

Setelah pemberian vaksin, dilakukan evaluasi pada tempat

pemberian vaksin dan efek sistemik yang ditimbulkan.

Efek lokal lain yang ditimbulkan :

2,8% nyeri,

2,0% bengkak,

0,9% eritema.

Efek sistemik yang ditimbulkan pada 15 hari setelah

pemberian vaksin sekitar 4%-4,9% wanita

mendapatkan reaksi kenaikan temperature >38oC

setelah dosis pemberian

bronkospasme,

gastroenteritis,

sakit kepala/hipertensi,

perdarahan per vagina,

nyeri saat digerakkan ditempat injeksi.

abortus spontan ( pada wanita hamil )

15% mengalami kelainan kongenital (pada wanita

hamil) .(10,6,37)

d. Rekomendasi Penggunaan Vaksin

Sebaiknya vaksinasi rutin diberikan untuk wanita umur 11-

12 tahun dengan 3 dosis pemberian. Serial vaksin bisa

dimulai saat wanita tersebut berumur 9 tahun. Selain itu,

vaksin juga merekomendasikan untuk diberikan pada

wanita umur 13-26 tahun yang tidak mendapat

25

Page 26: 2 (drs)-2

pengulangan vaksin atau tidak mendapatkan vaksin secara

lengkap. Vaksin seharusnya dikocok dahulu sebelum

dipakai, dan diberikan secara intramuskuler sebanyak 0,5

ml dan sebaiknya disuntikkan pada lengan (otot deltoid) .

(10)

Vaksin ini diberikan dalam tiga kali pemberian. Pemberian

yang kedua dan yang ketiga sebaiknya saat 2 dan 6 bulan

setelah pemberian yang pertama. Jarak waktu minimal

untuk pemberian vaksin dari yang pertama dan yang kedua

adalah 4 minggu. Jarak waktu minimal pemberian vaksin

dari pemberian yang kedua dan yang ketiga adalah 12

minggu. Apabila pemberian vaksin ulangan tidak sesuai

jadwal atau terlambat, vaksin berikutnya harus diberikan

secepat mungkin dan tidak perlu diulang mulai dari awal.

(10,38)

Vaksin quadrivalen HPV ini tidak dianjurkan untuk

digunakan pada wanita yang berumur di bawah 9 tahun

atau wanita yang berumur diatas 26 tahun. Selain itu

vaksin ini tidak dianjurkan diberikan untuk pria.(10,39)

e. Vaksin pada beberapa kondisi khusus

Vaksin tidak akan memberikan perlindungan pada

keadaan : (10)

wanita yang terinfeksi HPV 16 dan 18

Wanita yang memiliki riwayat pernah menderita

kondiloma

26

Page 27: 2 (drs)-2

Penderita HIV positif dan pada keadaan penurunan

sistem imun yang lain.

f. Vaksinasi pada kehamilan dan menyusui

Vaksin quadrivalen HPV ini tidak direkomendasikan untuk

wanita hamil. Keamanan dari vaksin HPV pada wanita

hamil sampai sekarang masih dalam penelitian. Sebaiknya

vaksin diberikan setelah wanita tersebut melahirkan

bayinya. Apabila vaksin sudah terlanjur diberikan dan

kemudian diketahui bahwa wanita tersebut hamil

pemberian vaksin ulangan berikutnya lebih baik ditunda

sampai wanita tersebut melahirkan. Vaksin quadrivalen

HPV ini aman untuk diberikan pada wanita menyusui.(10)

Cost Effectivenes

Sanders dan Taira telah melakukan penelitian dengan

cara mencoba menghitung biaya vaksinasi dengan membuat

suatu model yang dirancang khusus yakni dengan tiga kali

suntikan sebesar 300 dolar dan booster setiap 10 tahun sebesar

100 dolar. Vaksinasi terhadap HPV resiko tinggi pada gadis

berusia 12 tahun relative cost effective meskipun efektifitas

vaksin rendah yakni berkisar 35%. Bila vaksinasi dilakukan

pada semua gadis di Amerika serikat yang berumur 12 tahun,

maka 1300 kematian yang disebabkan oleh kanker mulut

rahim semasa hidupnya akan dapat dihilangkan. Taira dkk,

menilai program vaksinasi terhadap HPV 16 dan 18 dengan

membuat prevalence and infection rate seluruh populasi atas

27

Page 28: 2 (drs)-2

kelompok umur, tingkatan aktifitas seksual pada tiap

kelompok. Dari hasil penelitian tersebut dikatakan bahwa

vaksin HPV 16 / 18 pada anak perempuan berumur 12 tahun

dapat menurunkan risiko kanker mulut rahim sebanyak 61,9%

dengan cost effectiveness ratio 14,583 dollar per quality

adjusted life year (QALY), sedangkan pada anak laki-laki

mereduksi kanker mulut rahim 2,2 % dengan penambahan cost

effectiveness ratio 442,039 dollar per QALY. Dengan

demikian disimpulkan bahwa vaksinasi HPV 16/18 pada laki-

laki dan perempuan tidak cost effective dibandingkan hanya

dengan perempuan saja.(10)

g. Kondisi khusus dan kontraindikasi pemberian vaksin

Hal atau keadaan khusus yang mungkin terjadi setelah

pemberian vaksin adalah kemungkinan terjadinya:

- Penyakit akut

- Keadaan Hipersensitif atau alergi terhadap

komponen vaksin.(10)

C. Kerangka Teori

Kerangka teori pada penelitian ini

28

Page 29: 2 (drs)-2

BAGAN 2.1 kerangka Teori Penelitian

D. Kerangka Konsep

Kerangkan konsep adalah bagian dari kerangka teori yang akan menjadi

panduan dalam melaksanakan penelitian. Berikut skema kerangka konsep

pada penelitian ini:

BAGAN 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

29

Page 30: 2 (drs)-2

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yaitu suatu metode

penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk membuat gambaran atau tentang

suatu keadaan secara objektif. Metode penelitian dilakukan dengan interview

(wawancara) kepada responden menggunakan alat bantu yaitu kuesioner,

sehingga wawancara menjadi terstruktur dan akan mencapai hasil sesuai dengan

yang diharapkan. Penelitian menggambarkan Bagaimana Tingkat Pengetahuan

Siswi Tentang Kanker Serviks pada SMA Negeri 2 Bangkinang Riau.

B. Tempat dan Waktu penelitian

Penelitian dilakukan di SMA Negeri 2 Bangkinang, Riau, sedangkan waktu

penelitian berlangsung pada bulan Januari- April 2015

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek peneliti atau objek yang akan diteliti.(40)

Berdasarkan pendapat diatas yang menjadi populasi penelitian ini adalah

semua siswi di SMAN 2 Bangkinang, Riau yang berjumlah 460 siswi.

2. Sampel

30

Page 31: 2 (drs)-2

Sampel adalah bagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan

dianggap mewakili seluruh populasi (15). Pengambilan sampel dalam

penelitian ini menggunakan metode random sampling, yaitu menggunakan

rumus slovin, adapun rumus penentuan jumlah sampel yang digunakan

sebagai berikut:

n= NN (d2 )+1

Ketetangan

N = populasi penelitian

n = sampel penelitian

d2 = sampling eror

Maka didapat jumlah sampel adalah:

n= 460460 (0,12 )+1

n= 4604,60+1

n= 4605,60

n=82,1

Berdasarkan pertimbangan, maka sampel yang penulis gunakan pada

penelitian ini sebanyak 90 responden.

Pada pengambilan sampel harus memenuhi kriteria inklusi yang

merupakan kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota

populasi yang dapat diambil sebagai sampel, sedangkan kriteria ekslusi

adalah ciri-ciri angota yang tidak dapat dijadikan sampel. Berikut adalah

kriteria inklusi dan eksklusi : (41)

a) Kriteria Inklusi:

31

Page 32: 2 (drs)-2

- Subjek adalah siswi SMA Negeri 2 Bangkinang, Riau.

- Subjek bersedia berpartisipasi sebagai responden.

b) Kriteria Eksklusi:

- Responden tidak bersedia berpartisipasi pada penelitian ini

D. Variabel dan Definisi Operasional Variabel

Variabel pada penelitian ini adalah sumber informasi kanker serviks dan

tingkat pengetahuan siswa, dimana sumber informasi tentang kanker serviks

sebagai variabel independen (X) dan tingkat pengetahuan siswa sebagai variabel

dependen (Y). Berikut akan dijelaskan tentang definisi operasional penelitian:

Table 3.1 Definisi Operasional Variabel

No Pernyataan Definisi Alat ukur Hasil Ukur Skala

Ukur

1Sumber Informasi (X)

informasi merupakan keterangan, pemberitahuan, atau berita yang didapat yang sifatnya menambah pengetahuan atau wawasan seseorang.

Kuesioner0 = Tidak1 = Ya Nominal

2 Pengetahuan (Y)

Pemahaman atau segala sesuatu yang diketahui oleh responden tentang kanker leher Rahim.

Kuesioner 0 = Rendah1 = Tinggi Ordinal

E. Teknik Pengumpulan Data

Sumber pengumpulan data dalam penelitian adalah subjek dari mana data

dapat diperoleh. Apabila peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara dalam

pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang

merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis

maupun lisan.(42)

32

Page 33: 2 (drs)-2

Dilihat dari sumbernya, data penelitian digolongkan menjadi dua, yaitu

data primer dan data skunder.(43)

1. Data primer atau data tangan pertama adalah data yang diperoleh langsung

dari responden melalui pengisian angket dengan mengunakan kuesioner,

yang disusun oleh peneliti, bagaimana langkah-langkah dalam pengisian

kuesioner yaitu beri penjelasan pada responden, sampaikan tujuan,

sampaikan manfaat peneliti, jaga kerahasiaan dan hak pasien.

2. Data sekunder atau data tangan kedua adalah data yang diperoleh oleh

peneliti dari subjek penelitiannya. Data sekunder biasanya berwujud data

dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia

F. Uji Coba Instrumen

1. Uji Validitas

Validitas adalah ukuran yang menentukan kavalidan suatu instrument.

Sebuah instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang

hendak diukur dan dapat mengungkapkan data dari variable yang diteliti

secara tepat. Pengujian tingkat validitas tiap butir digunakan analisis item

yaitu mengkorelasikan skor tiap dengan skor total yang merupakan skor

jumlah tiap butir.

“Item yang mempunyai korelasi positip dengan skor total serta korelasi yang tinggi, menunjukan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap menurut syarat adalah kalau r = 0.3”. (44)

Jadi kalau korelasi antar butir dengan skor total kurang dari 0.3 maka

butir dalam instrumen tersebut dinyatakan tidak valid.

33

Page 34: 2 (drs)-2

Untuk pengujian tingkat validitas instrumen dalam penelitian digunakan

teknik analisis Koefisien Korelasi Produk-Moment Pearson (Pearson Product

Moment Correlation Coefficient) dengan rumus: (45)

r xy=n∑ XY−(∑ X ) (∑Y )

√ {n∙∑ X2−(∑ X )2}{n ∙∑ Y 2−(∑Y )2}Keterangan :

rxy = Koefesien validitas

n = Jumlah responden

X = Skor pernyataan tiap nomer

Y = Skor total

xy = Jumlah hasil dari x dan y

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah tingkat konsistensi hasil yang dicapai oleh sebuah

alat ukur, meskipun digunakan secara berulang-ulang pada subjek yang sama

atau berbeda(46). Sebuah alat evaluasi dipandang reliabel (tahan uji), apabila

memiliki konsistensi, Pada penelitian ini uji reliabilitas menggunakan rumus

Alpha Crombach sebagai berikut:

r11=[ k(k−1 ) ] [1−∑ σb2

σ t2 ]

Keterangan :

r 11 : Reliabilitas instrumen

k : Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

∑σb2 : Jumlah varian

σ 12 : Varians total

34

Page 35: 2 (drs)-2

Dalam penelitian ini digunakan uji validitas dan reliabilitas dengan

menggunaknan program SPSS 21 For Window.

Pedoman untuk memberikan interprestasi katagori realibilitas sebagai analog

interprestasi koefisien korelasi.

Tabel 3.2 Katagori Realibilitas

Intervensi Koefisien Tingkat Hubungan0,00 - 0,19 Sangat Rendah0,20 - 0,39 Rendah 0,40 - 0,59 Sedang (cukup kuat)0,60 - 0,79 Kuat0,80 - 1,00 Sangat kuat

(Sumber, Sugiono, 2008)

Adapun hasil Uji Validitas dan Reliabiloitas data, dapat dilihat pada table

sebagai berikut:

Tabel 3.3

Hasil Uji Validitas Pengetahuan Siswa Tentang Leher Rahim

Variabel r_hitung r_tabel Keteranganx1 .465 0,30 Validx2 .687 0,30 Validx3 .859 0,30 Validx4 .407 0,30 Validx5 .409 0,30 Validx6 .729 0,30 Validx7 .699 0,30 Validx8 .723 0,30 Validx9 .903 0,30 Valid

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Berdasarkan table hasil uji validitas untuk variable pengetahuan siswi tentang

leher rahim, Dari 9 pernyataan yang diajukan kepada responden, ternyata

semua nilai butir item > 0,30, dengan nilai reliabilitas sebesar 0,892 > 0,60,

maka 9 pernyataan yang valid dan reliable dapat digunakan untuk mengambil

data penelitian selanjutnya.

35

Page 36: 2 (drs)-2

Tabel 3.4

Hasil Uji Validitas Pengetahuan Siswa Tentang vaksin HPV

Variabel r_hitung r_tabel Keteranganx10 .728 0,30 ValidX11 .398 0,30 ValidX12 .321 0,30 ValidX13 .342 0,30 ValidX14 .493 0,30 ValidX15 .505 0,30 ValidX16 .741 0,30 ValidX17 .303 0,30 ValidX19 .408 0,30 ValidX20 .862 0,30 Valid

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Berdasarkan table hasil uji validitas untuk variable pengetahuan siswi

tentang Vaksin HPV, Dari 10 pernyataan yang diajukan kepada

responden, ternyata semua nilai butir item > 0,30, dengan nilai reliabilitas

sebesar 0,823 > 0,60, maka 10 pernyataan yang valid dan reliable dapat

digunakan untuk mengambil data penelitian selanjutnya

Tabel 3.5

Hasil Uji Validitas Pengetahuan Siswa Tentang Gaya Hidup

Variabel r_hitung r_tabel KeteranganX21 .431 0,30 ValidX22 .330 0,30 ValidX23 .744 0,30 ValidX24 .388 0,30 ValidX25 .320 0,30 ValidX26 .671 0,30 ValidX27 .807 0,30 Valid

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Berdasarkan table hasil uji validitas untuk variable pengetahuan siswi

tentang gaya hidup, Dari 7 pernyataan yang diajukan kepada responden,

ternyata semua nilai butir item > 0,30, dengan nilai reliabilitas sebesar

0,793 > 0,60, maka 7 pernyataan yang valid dan reliable dapat digunakan

untuk mengambil data penelitian selanjutnya.

36

Page 37: 2 (drs)-2

G. Analisa Data

Untuk memberikan makna data yang diperoleh perlu dilakukan analisis tabel

untuk mengetahui distribusinya, selanjutnya data dianalisa dengan uji statistik.

Analisa data dilakukan dengan Analisa Univariat

Data ini digunakan untuk membuat analisa distribusi frekuensi dari data

demografi responden dan masing-masing variabel independent dan dependent

kemudian diinterprestasikan menggunakan presentase sesuai kebutuhan.

Presentase (Gambar masing-masing variable diukur secara proporsi

dengan rumus sebagai berikut:

p=ab

x100%

Keterangan :

P = presentase

a = jumlah jawaban yang dijawab responden

b = jumlah responden

H. Etika Penelitian

Penelitian ini tidak boleh bertentangan dengan etika. Penelitian harus etis

dalam artian hak responden harus dilindungi (47). Etika penelitian yang dimaksud

meliputi :

a. Lembar Persetujuan Responden (Informed concent)

Peneliti memberikan penjelasan kepada responden sebelum mengisi

kuesioner. Setelah responden mengerti diminta kesediaannya untuk menjadi

responden penelitian. Kesediaan responden tersebut ditandai dengan

37

Page 38: 2 (drs)-2

kesediaan responden menandatangani informed consent yang sebelumnya

telah peneliti siapkan.

b. Kerahasiaan Identitas (Anonimity)

Peneliti menjaga kerahasiaan identitas responden sehingga hanya peneliti saja

yang mengetahui hasil jawaban dari masing-masing responden. Selanjutnya

peneliti hanya memberikan kode berupa nomor urut pada lembar koesioner

yang urutannya hanya diketahui oleh peneliti saja.

c. Kerahasiaan Informasi (Confidentiality)

Peneliti menjaga kerahasiaan semua informasi yang didapat dari responden.

Kerahasiaan informasi ini selanjutnya peneliti masukkan dalam bentuk kode-

kode saja dan lembar kuesioner asli yang telah diisi responden akan peneliti

simpan dengan baik dan setelah penelitian ini.

38

Page 39: 2 (drs)-2

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Penulis mengambil judul penelitian dengan maksud ingin mengetahui

bagaimana tingkat pengetahuan remaja putri tentang kanker serviks di SMA Negeri 2

Bangkinang, Riau. Data diambil dari bulan Januari - April 2015, dengan jumlah

sampel sebanyak 90 siswi, semua data yang diperoleh merupakan data primer, yaitu

mengambil data secara langsung, mengajukan beberapa pernyataan kepada siswi

dengan menggunakan kuesioner.

Deskripsi atau gambaran data, akan menjelaskan tentang karekteristik siswi

yang menjadi responden pada penelitian, adapun karekteristik yang dijelaskan,

sebagai berikut:

A. Karakteristik Responden

1. Gambaran Kondisi Kesehatan Responden

Gambar 4. 1 Gambaran Kondisi Kesehatan siswi

8392.2%

77.8%

Sehat

Tidak Sehat

39

Page 40: 2 (drs)-2

Berdasarkan grafik di atas menggambarkan kondisi kesehatan siswi yang

menjadi responden, dari 90 siswi SMA Negeri 2 Bangkinang, sebanyak 83

responden (92,2%) dengan kondisi sehat dan sebanyak 7 responden (7,8%)

dengan kondisi yang kurang sehat.

2. Gambaran Usia Siswi

Gambar 4.2 Usia Siswi

22.2%

4853.3%

4044.4%

< 16 tahun16 - 17 tahun18 - 19 tahun

Berdasarkan grafik di atas menggambarkan usia siswi yang menjadi responden,

dari 90 siswiSMA Negeri 2 Bangkinang, sebanyak 2 responden (2,2%) dengan

usia < 16 tahun, sebanyak 48 responden (53,3%) berusia 16 – 17 tahun,

sedangkan siswi yang berusia 18 – 19 tahun sebanyak 40 responden (44,4%).

40

Page 41: 2 (drs)-2

3. Gambaran Tempat Tinggal Siswi

Gambar 4.3 Gambaran Tempat Tinggal Siswi

6167.8%

44.4%

2527.8%

Rumah orang tua

Rumah saudara

Kos

Berdasarkan grafik di atas menggambarkan tempat tinggal responden selama

menjadi siswa, dari 90 siswiSMA Negeri 2 Bangkinang, sebanyak 61 responden

(67,8%) tinggal bersama orang tua, sebanyak 4 responden (4,4%) tinggal dirumah

saudara, sedangkan sebanyak 25 responden (27,8%) tinggal dikos – kosan.

a. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan, untuk melihat mengenai kegiatan ekstra siswidiluar

sekolah, sumber informasi dan pengetahuan siswi SMA Negeri 2 Bangkinang

tentang kanker servik, akan digambaran dalam bentuk table sebagai berikut:

41

Page 42: 2 (drs)-2

1. Keluhan Siswi SMA Negeri 2 Bangkinang, Kecamatan Bangkinang,

Kabupaten Kampar, Riau

Gambar 4.4 Keluhan Siswi

3640.0%

4347.8%

11.1%

1011.1%

Apakah Siswi Pernah Berdiskusi Mengenai Kesehatan Reproduksi Dengan Keluarga

Pernah Kadang - kadangSering Tidak pernah

Berdasarkan grafik di atas menggambarkan apakah siswi pernah berdiskusi

mengenai kesehatan reproduksi dengan keluarga, dari 90 siswi SMA Negeri 2

Bangkinang, sebanyak 36 responden (40,0%) mengatakan pernah mendiskusikan

dengan keluarga, sebanyak 43 responden (47,8%) mengatakan kadang - kadang,

1 responden (1,1%) mengatakan sering, sedangkan sebanyak 10 responden

(11,1%) mengatakan tidak pernah mendiskusikan mengenai kesehatan

reproduksi dengan keluarga.

42

Page 43: 2 (drs)-2

Gambar 4.5 orang yang diajak siswi untuk berdiskusi

7583%

1517%

Siapa yang sering anda ajak siswi berdiskusi mengenai kesehatan reproduksi di keluarga

Ibu Saudara sekandung

Berdasarkan grafik di atas menggambarkan tentang siapa yang sering anda ajak

berdiskusi mengenai kesehatan reproduksi di keluarga, dari 90 siswi SMA

Negeri 2 Bangkinang, sebanyak 75 responden (83,3%) mengatakan yang sering

diajak berdiskusi mengenai kesehatan reproduksi adalah ibu, sedangkan

sebanyak 15 responden (16,7%) mengatakan yang sering diajak berdiskusi

mengenai kesehatan reproduksi di keluarga adalah saudara kandung.

Gambar 4.6 Siswi Pernah Berdiskusi Dengan Teman

4044.4%

3033.3%

11.1%

1921.1%

Apakah Siswi Pernah Berdiskusi Mengenai Kesehatan Reproduksi Dengan Teman

Pernah Kadang - kadang Sering Tidak pernah

43

Page 44: 2 (drs)-2

Berdasarkan grafik di atas menggambarkan tentang apakah siswi pernah

berdiskusi mengenai kesehatan reproduksi dengan teman, dari 90 siswi SMA

Negeri 2 Bangkinang, sebanyak 40 responden (44,4%) mengatakan pernah

berdiskusi mengenai kesehatan reproduksi dengan teman, sebanyak 30

responden (33,3%) mengatakan kadang – kadang, sebanyak 1 responden (1,1%)

mengatakan sering, sedangkan sebanyak 19 responden (21,1%) mengatakan

tidak pernah berdiskusi mengenai kesehatan reproduksi dengan teman.

2. Kegiatan Ekstra Yang Diikuti Siswi SMA Negeri 2 Bangkinang,

Kecamatan Bangkinang, Kabupaten Kampar, Riau

Gambar 4.7 Kegiatan Kemasyarakatan

100100%

Kegiatan Kemasyarakatan Organisasi Sosial Diluar Lingkungan Sekolah Untuk Meningkatkan Penge-

tahuan Mengenai Kanker Leher Rahim

Tidak Ya

Berdasarkan grafik di atas menggambarkan tentang apakah siswi pernah

Mengikuti kegiatan kemasyarakatan yaitu organisasi sosial diluar lingkungan

sekolah yang meningkatkan pengetahuan mengenai kanker leher rahim, dari 90

siswi SMA Negeri 2 Bangkinang, semuanya mengatakan tidak pernah mengikuti

kegiatan kemasyarakatan yaitu organisasi sosial diluar lingkungan sekolah yang

meningkatkan pengetahuan mengenai kanker leher rahim.

44

Page 45: 2 (drs)-2

Gambar 4.8 Kegiatan Ekstrakurikuler siswi

1415.6%

2628.9%

11.1%

4954.4%

Kegiatan Ekstrakurikuler Di Lingkungan Sekolah Untuk Meningkatkan Pengetahuan Mengenai Kanker Leher

Rahim

Pernah Kadang - kadang Sering Sangat Susah

Berdasarkan grafik di atas menggambarkan tentang apakah siswi pernah

mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di lingkungan sekolah untuk meningkatkan

pengetahuan mengenai kanker leher rahim, dari 90 siswi SMA Negeri 2

Bangkinang, sebanyak 14 responden (15,6%) mengatakan pernah mengikuti

kegiatan ekstrakurikuler di lingkungan sekolah untuk meningkatkan pengetahuan

mengenai kanker leher rahim, sebanyak 26 responden (28,9%) mengatakan

kadang – kadang, sebanyak 1 responden (1,1%) mengatakan sering, sedangkan

sebanyak 49 responden (54,4%) mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan

ekstrakurikuler di lingkungan sekolah untuk meningkatkan pengetahuan mengenai

kanker leher rahim.

45

Page 46: 2 (drs)-2

Gambar 4.9 Penyedia Sarana Informasi

1617.8%

3640.0%

88.9%

3033.3%

Penyedia Sarana Informasi Dan Kemampuan Di Tempat Tinggal Siswa

Pernah Kadang - kadangSering Sangat Susah

Berdasarkan grafik di atas menggambarkan tentang bagaimana penyedia sarana

informasi dan kemampuan di tempat tinggal siswa, dari 90 siswi SMA Negeri 2

Bangkinang, sebanyak 16 responden (17,8%) mengatakan pernah mendapat

informasi dari penyedia informasi di sekitar tempat tinggal siswa, sebanyak 36

responden (40,0%) mengatakan kadang – kadang, sebanyak 8 responden (8,9%)

mengatakan sering, sedangkan sebanyak 30 responden (33,3%) mengatakan tidak

pernah mendapat informasi dari penyedia informasi di sekitar tempat tinggal

siswa.

46

Page 47: 2 (drs)-2

Gambar 4.10 Kesempatan Atau Kemampuan Siswi

3336.7%

3033.3%

1921.1%

88.9%

Kesempatan Atau Kemampuan SiswiMemperoleh Pengetahuan Kesehatan Reproduksi di sekolah

Pernah Kadang - kadang Sering Sangat Susah

Berdasarkan grafik di atas menggambarkan tentang bagaimana kesempatan atau

kemampuan siswi memperoleh pengetahuan kesehatan reproduksi disekolah, dari

90 siswi SMA Negeri 2 Bangkinang, sebanyak 33 responden (36,7%) mengatakan

pernah mendapat kesempatan memperoleh pengetahuan kesehatan reproduksi,

sebanyak 30 responden (33,3%) mengatakan kadang – kadang, sebanyak 19

responden (21,1%) mengatakan sering, sedangkan sebanyak 8 responden (8,9%)

mengatakan tidak pernah mendapat kesempatan memperoleh pengetahuan

kesehatan reproduksi di sekolah.

3. Sumber Informasi Yang Didapat Siswi SMA Negeri 2 Bangkinang

47

Page 48: 2 (drs)-2

Gambar 4.11 Sumber Informasi Kanker Leher Rahim

62.2%

37.8%

Informasi Tentang Kanker Leher Rahim

YaTidak

Berdasarkan grafik di atas menggambarkan tentang informasi yang didapat siswi,

dari 90 siswi SMA Negeri 2 Bangkinang, sebanyak 56 responden (62,2%)

mengatakan pernah mendapat Informasi Tentang Kanker Leher Rahim, sedangkan

sebanyak 34 responden (37,8%) mengatakan tidak pernah mendapat Informasi

Tentang Kanker Leher Rahim.

Gambar 4.12 Vaksin Human Pavilloma Virus

1213.3%

7886.7%

Informasi Tentang Vaksin Human Pavilloma Virus

Ya Tidak

48

Page 49: 2 (drs)-2

Berdasarkan grafik di atas menggambarkan tentang informasi yang didapat siswi,

dari 90 siswi SMA Negeri 2 Bangkinang, sebanyak 12 responden (13,3%)

mengatakan pernah mendapat Informasi Tentang Vaksin Human Pavilloma Virus,

sedangkan sebanyak 78 responden (86,7%) mengatakan tidak pernah mendapat

Informasi Tentang Vaksin Human Pavilloma Virus

Gambar 4.13 Informasi Tentang Gaya Hidup Pemicu terjadinya Kanker

4448.9%

4651.1%

Informasi Tentang Gaya Hidup Pemicu terjadinya Kanker Leher Rahim

Ya Tidak

Berdasarkan grafik di atas menggambarkan tentang informasi yang didapat siswi,

dari 90 siswi SMA Negeri 2 Bangkinang, sebanyak 44 responden (48,9%)

mengatakan pernah mendapat Informasi tentang gaya hidup pemicu terjadinya

kanker leher rahim, sedangkan sebanyak 46 responden (51,1%) mengatakan tidak

pernah mendapat Informasi tentang gaya hidup pemicu terjadinya kanker leher

rahim.

49

Page 50: 2 (drs)-2

4. Pengetahuan Siswi SMA Negeri 2 Bangkinang, Kecamatan Bangkinang,

Kabupaten Kampar, Riau

a. Pengetahuan pada leher rahim

Berikut adalah sebaran distribusi jawaban responden dari kuesioner tentang

pengetahuan siswi pada leher Rahim

Gambar 4.1 Pengetahuan Tentang leher rahim

Kanker leher rahim merupakan proses keganasan kanker yang berasal dari sel - sel leher rahim yang tidak normal akibat

pertumbuhan yang tidak terkendali

Human Papilloma Virus merupakan penyebab dari kanker leher rahim

Kanker leher rahim merupakan penyakit yang bersifat genetik

Setiap dua menit satu orang wanita terbunuh karena kanker leher rahim di Indonesia

Kanker leher rahim merupakan penyakit yang tidak dapat dicegah

Terdapat 3 macam pencegahan kanker serviks yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier

Kanker leher rahim adalah sebuah keganasan kanker yang hanya dialami oleh wanita

Leher rahim merupakan salah satu bagian organ reproduksi eksterna wanita

Kanker leher rahim tidak dapat ditularkan

73%

79%

71%

55%

68%

83%

93%

14%

24%

27%

21%

29%

45%

32%

17%

7%

86%

76%

Series2 Series1

- Pengetahuan Tentang keganasan kanker Leher Rahim

Hasil analisa pada tabel diatas, pernyataan yang diajukan kepada siswi SMA

Negeri 2 Bangkinang, yaitu dengan pernyataan Kanker leher rahim merupakan

proses keganasan kanker yang berasal dari sel - sel leher rahim yang tidak

normal akibat pertumbuhan yang tidak terkendali, dari 90 siswi sebanyak 73%

menjawab benar dan 27% menjawab salah.

- Pengetahuan Tentang Papilloma Virus

50

Page 51: 2 (drs)-2

Hasil analisa pada tabel diatas, pernyataan yang diajukan kepada siswi SMA

Negeri 2 Bangkinang, yaitu dengan pernyataan Human Papilloma Virus

merupakan penyebab dari kanker leher rahim, dari 90 siswi sebanyak 79%

menjawab benar dan 21% menjawab salah.

- Pengetahuan tentang Kanker leher rahim penyakit yang bersifat genetik

Hasil analisa pada tabel diatas, pernyataan yang diajukan kepada siswi SMA

Negeri 2 Bangkinang, yaitu dengan pernyataan Kanker leher rahim merupakan

penyakit yang bersifat genetik, dari 90 siswi sebanyak 71% menjawab benar

dan 29% menjawab salah

- Pengetahuan tentang Kanker leher rahim penyakit yang tidak dapat dicegah

Hasil analisa pada tabel diatas, pernyataan yang diajukan kepada siswi SMA

Negeri 2 Bangkinang, yaitu dengan pernyataan Kanker leher rahim merupakan

penyakit yang tidak dapat dicegah, dari 90 siswi sebanyak 55% menjawab

benar dan 45% menjawab salah

- Pengetahuan Tentang wanita terbunuh karena kanker leher rahim

Hasil analisa pada tabel diatas, pernyataan yang diajukan kepada siswi SMA

Negeri 2 Bangkinang, yaitu dengan pernyataan Setiap dua menit satu orang

wanita terbunuh karena kanker leher rahim di Indonesia, dari 90 siswi

sebanyak 68% menjawab benar dan 32% menjawab salah.

- Pengetahuan Tentang pencegahan pada kanker serviks

Hasil analisa pada tabel diatas, pernyataan yang diajukan kepada siswi SMA

Negeri 2 Bangkinang, yaitu dengan pernyataan Terdapat 3 macam pencegahan

kanker serviks yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier, dari 90 siswi

sebanyak 83% menjawab benar dan 17% menjawab salah.

51

Page 52: 2 (drs)-2

- Pengetahuan Tentang keganasan kanker leher rahim

Hasil analisa pada tabel diatas, pernyataan yang diajukan kepada siswi SMA

Negeri 2 Bangkinang, yaitu dengan pernyataan Kanker leher rahim adalah

sebuah keganasan kanker yang hanya dialami oleh wanita, dari 90 siswi

sebanyak 93% menjawab benar dan 7% menjawab salah.

- Pengetahuan tentang Leher rahim merupakan salah satu organ reproduksi

eksterna wanita

Hasil analisa pada tabel diatas, pernyataan yang diajukan kepada siswi SMA

Negeri 2 Bangkinang, yaitu dengan pernyataan Leher rahim merupakan salah

satu bagian organ reproduksi eksterna wanita, dari 90 siswi sebanyak 14%

menjawab benar dan 86% menjawab salah.

- Pengetahuan tentang Kanker leher rahim tidak dapat ditularkan

Hasil analisa pada tabel diatas, pernyataan yang diajukan kepada siswi SMA

Negeri 2 Bangkinang, yaitu dengan pernyataan Kanker leher rahim tidak dapat

ditularkan, dari 90 siswi sebanyak 24% menjawab benar dan 76% menjawab

salah

Berdasarkan hasil pernytaan responden, maka penulis dapat mengambil

kesimpulan terhadap pengetahuan responden secara umum tentang leher rahim,

dapat dilihat pada table berikut:

Leher rahimKriteria Frekuensi PersentaseBaik 10 11.1%Cukup 58 64.4%Kurang 22 24.4%Total 90 100.0%

Dari table frekuensi diketahui bahwa dari 90 siswi, sebanyak 10 siswi (11,1%)

memiliki pengetahuan baik tentang leher rahim, sebanyak 58 siswi (64,4%)

52

Page 53: 2 (drs)-2

memiliki pengetahuan cukup dan sebanyak 22 siswi (24,4%) memiliki

penetahuan kurang tentang leher rahim.

b. Pengetahuan Tentang Vaksin HPV

Berikut adalah sebaran distribusi jawaban responden dari kuesioner tentang

pengetahuan siswi pada Vaksin HPV

Gambar 4.2 Pengetahuan Tentang Vaksin HPV

Vaksinasi adalah memasukkan vaksin kedalam tubuh dengan tujuan menginduksi kekebalan tubuh

Vaksin Human Papilloma Virus merupakan salah satu pencegahan primer kanker leher rahim

Imunisasi atau Vaksinasi Human Papilloma Virus hanya untuk wanita berusia > 30 - 40 tahun

Pemberian Vaksin Human Papilloma virus diberikan secara intravena

Vaksin Human Papilloma Virus hanya dapat diberikan pada wanita yang sudah pernah melakukan hubungan seksual

Vaksin Human Papilloma Virus Bivalen untuk HPV tipe 16 dan 18

Terdapat 4 jenis vaksin Human Papilloma Virus

Pemberian Vaksin Human Papilloma Virus dapat diberikan oleh dokter spesialis Obstetri Ginekologi

Vaksin Human Papilloma Virus menimbulkan efek samping seperti demam

Vaksin Human Papilloma Virus dapat diberikan pada penderita yang telah terinfeksi HPV untuk mencegah infeksi berulang

91%

87%

50%

36%

48%

65%

29%

77%

62%

24%

9%

13%

50%

64%

52%

35%

71%

23%

38%

76%

Series2 Series1

- Pengetahuan tentang Vaksinasi

Hasil analisa pada tabel diatas, pernyataan yang diajukan kepada siswi SMA

Negeri 2 Bangkinang, yaitu dengan pernyataan Vaksinasi adalah memasukkan

vaksin kedalam tubuh dengan tujuan menginduksi kekebalan tubuh, dari 90

siswi sebanyak 91% menjawab benar dan 9% menjawab salah

- Pengetahuan tentang Vaksin Human Papilloma Virus

53

Page 54: 2 (drs)-2

Hasil analisa pada tabel diatas, pernyataan yang diajukan kepada siswi SMA

Negeri 2 Bangkinang, yaitu dengan pernyataan Vaksin Human Papilloma Virus

merupakan salah satu pencegahan primer kanker leher rahim, dari 90 siswi

sebanyak 87% menjawab benar dan 13% menjawab salah

- Pengetahuan tentang Imunisasi atau Vaksinasi Human Papilloma Virus

Hasil analisa pada tabel diatas, pernyataan yang diajukan kepada siswi SMA

Negeri 2 Bangkinang, yaitu dengan pernyataan Imunisasi atau Vaksinasi

Human Papilloma Virus hanya untuk wanita berusia > 30 - 40 tahun, dari 90

siswi sebanyak 50% menjawab benar dan 50% menjawab salah

- Pengetahuan tentang Pemberian Vaksin Human Papilloma virus

Hasil analisa pada tabel diatas, pernyataan yang diajukan kepada siswi SMA

Negeri 2 Bangkinang, yaitu dengan pernyataan Pemberian Vaksin Human

Papilloma virus diberikan secara intravena, dari 90 siswi sebanyak 36%

menjawab benar dan 64% menjawab salah

- Pengetahuan tentang Vaksin Human Papilloma Virus

Hasil analisa pada tabel diatas, pernyataan yang diajukan kepada siswi SMA

Negeri 2 Bangkinang, yaitu dengan pernyataan Vaksin Human Papilloma Virus

hanya dapat diberikan pada wanita yang sudah pernah melakukan hubungan

seksual, dari 90 siswi sebanyak 48% menjawab benar dan 52% menjawab salah

- Pengetahuan tentang Vaksin Human Papilloma Virus

Hasil analisa pada tabel diatas, pernyataan yang diajukan kepada siswi SMA

Negeri 2 Bangkinang, yaitu dengan pernyataan Vaksin Human Papilloma Virus

Bivalen untuk HPV tipe 16 dan 18, dari 90 siswi sebanyak 65% menjawab

benar dan 35% menjawab salah

- Pengetahuan tentang 4 jenis vaksin Human Papilloma Virus

54

Page 55: 2 (drs)-2

Hasil analisa pada tabel diatas, pernyataan yang diajukan kepada siswi SMA

Negeri 2 Bangkinang, yaitu dengan pernyataan Terdapat 4 jenis vaksin Human

Papilloma Virus, dari 90 siswi sebanyak 29% menjawab benar dan 71%

menjawab salah

- Pengetahuan tentang Pemberian Vaksin Human Papilloma Virus

Hasil analisa pada tabel diatas, pernyataan yang diajukan kepada siswi SMA

Negeri 2 Bangkinang, yaitu dengan pernyataan Pemberian Vaksin Human

Papilloma Virus dapat diberikan oleh dokter spesialis Obstetri Ginekologi, dari

90 siswi sebanyak 77% menjawab benar dan 23% menjawab salah

- Pengetahuan tentang Vaksin Human Papilloma Virus

Hasil analisa pada tabel diatas, pernyataan yang diajukan kepada siswi SMA

Negeri 2 Bangkinang, yaitu dengan pernyataan Vaksin Human Papilloma Virus

menimbulkan efek samping seperti demam, dari 90 siswi sebanyak 62%

menjawab benar dan 38% menjawab salah

- Pengetahuan tentang Vaksin Human Papilloma Virus

Hasil analisa pada tabel diatas, pernyataan yang diajukan kepada siswi SMA

Negeri 2 Bangkinang, yaitu dengan pernyataan Vaksin Human Papilloma Virus

dapat diberikan pada penderita yang telah terinfeksi HPV untuk mencegah

infeksi berulang, dari 90 siswi sebanyak 24% menjawab benar dan 76%

menjawab salah.

Berdasarkan beberapa hasil pernytaan responden, maka penulis dapat

mengambil kesimpulan terhadap pengetahuan responden secara umum tentang

Vaksin HPV, dapat dilihat pada table berikut:

Vaksin HPVKriteria Frekuensi PersentaseBaik 41 45.6%

55

Page 56: 2 (drs)-2

Cukup 34 37.8%Kurang 15 16.7%Total 90 100.0%

Dari table frekuensi diketahui bahwa dari 90 siswi, sebanyak 41 siswi (45,6%)

memiliki pengetahuan baik tentang Vaksin HPV, sebanyak 34 siswi (37,8%)

memiliki pengetahuan cukup dan sebanyak 15 siswi (16,7%) memiliki

penetahuan kurang tentang Vaksin HPV

c. Pengetahuan Tentang Gaya Hidup Yang Dapat Memicu Terjadinya

Kanker Serviks

Table 4.3 Gaya Hidup Siswi

Kanker leher rahim disebabkan oleh beberapa faktor yang menyebabkan seseorang menjadi risiko / rentan terjangkit

penyakit kanker serviks

Kanker leher rahim ditularkan melalui hubungan seksual

Merokok tidak berpengaruh pada sistem imun dalam tubuh

Sistem pertahanan tubuh yang lemah membuat seorang wanita lebih rentan terhadap penyakit kanker leher rahim

Remaja berisiko tertular penyakit kanker leher rahim

Kanker leher rahim ditularkan juga melalui udara dan makanan

Risiko terpapar kanker leher rahim lebih besar ketika usia pertama kali berhubungan seksual < 17 tahun

91%

50%

70%

72%

68%

68%

65%

9%

50%

30%

28%

32%

32%

35%

Series2 Series1

- Pengetahuan tentang penyebab Kanker leher rahim

Hasil analisa pada tabel diatas, pernyataan yang diajukan kepada siswi SMA

Negeri 2 Bangkinang, yaitu dengan pernyataan Kanker leher rahim disebabkan

oleh beberapa faktor yang menyebabkan seseorang menjadi risiko / rentan

56

Page 57: 2 (drs)-2

terjangkit penyakit kanker serviks, dari 90 siswi sebanyak 50% menjawab

benar dan 50% menjawab salah

- Pengetahuan tentang penularan kanker leher rahim

Hasil analisa pada tabel diatas, pernyataan yang diajukan kepada siswi SMA

Negeri 2 Bangkinang, yaitu dengan pernyataan Kanker leher rahim ditularkan

melalui hubungan seksual, dari 90 siswi sebanyak 50% menjawab benar dan

50% menjawab salah

- Pengetahuan tentang pengaruh sistem imun dalam tubuh

Hasil analisa pada tabel diatas, pernyataan yang diajukan kepada siswi SMA

Negeri 2 Bangkinang, yaitu dengan pernyataan Merokok tidak berpengaruh

pada sistem imun dalam tubuh, dari 90 siswi sebanyak 70% menjawab benar

dan 30% menjawab salah

- Pengetahuan tentang Sistem pertahanan tubuh seorang wanita

Hasil analisa pada tabel diatas, pernyataan yang diajukan kepada siswi SMA

Negeri 2 Bangkinang, yaitu dengan pernyataan Sistem pertahanan tubuh yang

lemah membuat seorang wanita lebih rentan terhadap penyakit kanker leher

rahim, dari 90 siswi sebanyak 70% menjawab benar dan 30% menjawab salah

- Pengetahuan tentang berisiko tertular penyakit kanker leher rahim

Hasil analisa pada tabel diatas, pernyataan yang diajukan kepada siswi SMA

Negeri 2 Bangkinang, yaitu dengan pernyataan Remaja berisiko tertular

penyakit kanker leher rahim, dari 90 siswi sebanyak 68% menjawab benar dan

32% menjawab salah

- Pengetahuan tentang penularan kanker leher rahim

Hasil analisa pada tabel diatas, pernyataan yang diajukan kepada siswi SMA

Negeri 2 Bangkinang, yaitu dengan pernyataan Kanker leher rahim ditularkan

57

Page 58: 2 (drs)-2

juga melalui udara dan makanan, dari 90 siswi sebanyak 68% menjawab benar

dan 32% menjawab salah

- Pengetahuan tentang Risiko terpapar kanker leher rahim

Hasil analisa pada tabel diatas, pernyataan yang diajukan kepada siswi SMA

Negeri 2 Bangkinang, yaitu dengan pernyataan Risiko terpapar kanker leher

rahim lebih besar ketika usia pertama kali berhubungan seksual < 17 tahun,

dari 90 siswi sebanyak 91% menjawab benar dan 9% menjawab salah.

Berdasarkan hasil pernytaan responden, maka penulis dapat mengambil

kesimpulan terhadap pengetahuan responden secara umum tentang Gaya

Hidup, dapat dilihat pada table berikut:

Gaya Hidup SiswiKriteria Frekuensi PersentaseBaik 19 21.1%Cukup 18 20.0%Kurang 53 58.9%Total 90 100.0%

Dari table frekuensi diketahui bahwa dari 90 siswi, sebanyak 19 siswi (21,1%)

memiliki pengetahuan baik tentang Gaya Hidup, sebanyak 18 siswi (20,0%)

memiliki pengetahuan cukup dan sebanyak 53 siswi (58,9%) memiliki

pengetahuan kurang tentang Gaya hidup.

58

Page 59: 2 (drs)-2

BAB V

PEMBAHASAN

A. Pembahasan Hasil Penelitian

Kanker leher rahim atau yang dikenal dengan kanker serviks yaitu

keganasan yang terjadi pada serviks (leher rahim) yang merupakan bagian

terendah dari rahim yang menonjol ke puncak liang senggama atau vagina

(Depkes RI, 2006). Kanker dimulai dengan perubahan dalam struktur dan

fungsi sel yang menyebabkan sel membelah dan menggandakan diri tanpa

terkontrol. Sel kemudian dapat menyerang dan merusak jaringan sekitar,

kemudian sel memisahkan diri dan menyebar ke area lain dalam tubuh, pada

umumnya kanker dinamai sesuai organ dan jenis tempat pertama kali ia

berkembang.

Berdasarkan hasil penelitian dengan judul tingkat pengetahuan remaja

puteri tentang kanker serviks di SMA Negeri 2 Bangkinang Riau, yang mana

penelitian dilakukan pada bulan agustus 2014, dengan jumlah sampel sebanyak

90 siswi. Uji analisis statistic menggunakan analisis deskripsi, yaitu analisis uji

univariat yang menggambarkan tentang karekteristik responden dan tingkat

pengetahuan terhadap terjadinya kanker serviks dan cara pencegahannya.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis tentang kondisi

kesehatan siswi pada saat dimintai keterangan, dari 90 siswi, sebanyak 83 siswi

(92,2%) dengan kondisi sehat dan hanya 7 siswi (7,8%) dengan kondisi yang

kurang sehat, ditinjau dari usia siswi yang menjadi responden, sebanyak 2

siswi (2,2%) berusia < 16 tahun, 48 siswi (53,3%) berusia 16 – 17 tahun dan

sebanyak 40 siswi (44,4%) yang berusia 18 – 19 tahun, sedangkan ditinjau dari

59

Page 60: 2 (drs)-2

tempat tinggal siswi selama bersekolah, sebanyak 61 siswi (67,8%) tinggal

bersama orang tua, 4 siswi (4,4%) tinggal dirumah saudara dan sebanyak 25

siswi (27,8%) tinggal dikos – kosan.

Setiap siswi pasti mempunyai masalah, tetapi tidak semua orang tahu

dan menjadi tempat curhatan mereka, terlebih – lebih jika itu merupakan hal

yang sangat pribadi. Berdasarkan hasil data penelitian mengenai kepada siapa

aja siswi pernah mendiskusikan masalah kesehatan reproduksi, dari 90 siswi

SMA Negeri 2 Bangkinang, sebanyak 36 siswi (40,0%) mengatakan pernah

mendiskusikan dengan keluarga, 43 siswi(47,8%) hanya kadang - kadang

berdiskusi dengan keluarga, 1 siswi(1,1%) sering berdiskusi dengan keluarga,

sedangkan 10 siswi (11,1%) mengatakan tidak pernah mendiskusikan

mengenai kesehatan reproduksi dengan keluarga. Sementara penulis meminta

keterangan dengan siapa siswi sering berdiskusi mengenai kesehatan

reproduksi di keluarga, sebanyak 75 siswi (83,3%) mengatakan dengan ibu dan

15 siswi (16,7%) mengatakan saudara kandung. Berdasarkan keterangan siswa,

ternyata sebanyak 40 siswi (44,4%) mengatakan pernah berdiskusi mengenai

kesehatan reproduksi dengan teman, 30 siswi (33,3%) mengatakan hanya

kadang – kadang, 1 siswi (1,1%) mengatakan sering berdiskusi mengenai

kesehatan reproduksi dengan teman dan 19 siswi (21,1%) tidak pernah

berdiskusi mengenai kesehatan reproduksi dengan temannya.

Penulis juga mencari keterangan tentang apakah siswi pernah mengikuti

kegiatan kemasyarakatan atau organisasi sosial untuk menambah pengetahuan

tentang kanker leher rahim. Berdasarkan hasil penelitian dari 90 siswa,

semuanya mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan kemasyarakatan atau

organisasi sosial diluar lingkungan sekolah. Tetapi beberapa siswipernah

60

Page 61: 2 (drs)-2

mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di lingkungan sekolah untuk meningkatkan

pengetahuan mengenai kanker leher rahim, yaitu dari 90 siswi sebanyak 14

siswi (15,6%) mengatakan pernah mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di

lingkungan sekolah, 26 siswi (28,9%) mengatakan hanya kadang – kadang, 1

siswi (1,1%) mengatakan sering mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di

lingkungan sekolah dan 49 siswi(54,4%) mengatakan tidak pernah mengikuti

kegiatan ekstrakurikuler di lingkungan sekolah. Mengenai penyedia sarana

informasi di lingkungan tempat tinggal siswa, sebanyak 16 siswi (17,8%)

mengatakan pernah mendapat informasi dari penyedia informasi, 36 siswi

(40,0%) mengatakan hanya kadang – kadang, 8 siswi(8,9%) mengatakan sering

mendapat informasi dari penyedia informasi dan 30 siswi (33,3%) mengatakan

tidak pernah mendapat informasi dari penyedia informasi di sekitar tempat

tinggal mereka

Penulis juga mencari keterangan tentang bagaimana kesempatan atau

kemampuan siswiuntuk memperoleh pengetahuan tentang kesehatan

reproduksi disekolah, dari 90 siswa, sebanyak 33 siswi (36,7%) mengatakan

pernah mendapat kesempatan memperoleh pengetahuan kesehatan reproduksi,

30 siswi (33,3%) mengatakan hanya kadang – kadang, 19 siswi (21,1%)

mengatakan sering mendapat kesempatan memperoleh pengetahuan kesehatan

reproduksi dan 8 responden (8,9%) mengatakan tidak pernah mendapat

kesempatan memperoleh pengetahuan kesehatan reproduksi di sekolah.

Pengetahuan merupakan hasil tahu yang terjadi setelah seseorang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu (Notoadmojo 2003).

Pengindraan tersebut sebagian besar berasal dari penglihatan dan pengindraan

yang sering digunakan untuk mendapatkan informasi. Dari hasil data penelitian

61

Page 62: 2 (drs)-2

yang didapat tentang kanker serviks yaitu mengenai leher rahim, Vaksin HPV

dan gaya hidup yang dapat memicu terjadinya kanker servik, dari 90

responden, sebanyak 10 siswi (11,1%) memiliki pengetahuan baik tentang

leher rahim, sebanyak 58 siswi (64,4%) memiliki pengetahuan cukup dan

sebanyak 22 siswi (24,4%) memiliki penetahuan kurang tentang leher rahim

Dari table frekuensi juga dapat diketahui, sebanyak 41 siswi (45,6%) memiliki

pengetahuan baik tentang Vaksin HPV, sebanyak 34 siswi (37,8%) memiliki

pengetahuan cukup dan sebanyak 15 siswi (16,7%) memiliki penetahuan

kurang tentang Vaksin HPV, sedangkan mengenai gaya hidup iswi, sebanyak

19 siswi (21,1%) memiliki pengetahuan baik tentang Gaya Hidup, sebanyak 18

siswi (20,0%) memiliki pengetahuan cukup dan sebanyak 53 siswi (58,9%)

memiliki pengetahuan kurang tentang Gaya hidup

62

Page 63: 2 (drs)-2

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasaarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang Tingkat Pengetahuan

Remaja Puteri Tentang Kanker Serviks Di SMA Negeri 2 Bangkinang Riau, maka

penulis dapat menarik suatu kesimpulan sebagai berikut, Dari 90 siswi SMA

Negeri 2 Bangkinang,

1. Sebanyak 83 siswi (92,2%) dengan kondisi sehat dan 7 siswi (7,8%) dengan

kondisi yang kurang sehat pada saat dilakukan penelitian.

2. Sebanyak 2 siswi (2,2%) berusia < 16 tahun, 48 siswi (53,3%) berusia 16 –

17 tahun dan sebanyak 40 siswi(44,4%) yang berusia 18 – 19 tahun.

3. Sebanyak 61 siswi (67,8%) tinggal bersama orang tua, 4 siswi (4,4%) tinggal

dirumah saudara dan sebanyak 25 siswi (27,8%) tinggal dikos – kosan.

4. Sebanyak 36 siswi (40,0%) mengatakan pernah mendiskusikan dengan

keluarga, 43 siswi (47,8%) hanya kadang - kadang, 1 siswi (1,1%) sering

berdiskusi dengan keluarga dan 10 siswi (11,1%) mengatakan tidak pernah

mendiskusikan mengenai kesehatan reproduksi dengan keluarga.

5. Sebanyak 75 siswi (83,3%) berdiskusi mengenai kesehatan reproduksi dengan

ibunya dan 15 siswi (16,7%) berdiskusi mengenai kesehatan reproduksi

dengan saudara kandung.

6. Sebanyak 40 siswi (44,4%) mengatakan pernah berdiskusi mengenai

kesehatan reproduksi dengan teman, 30 siswi (33,3%) hanya kadang –

63

Page 64: 2 (drs)-2

kadang, 1 siswi (1,1%) mengatakan sering dan 19 siswi (21,1%) tidak pernah

berdiskusi mengenai kesehatan reproduksi dengan temannya.

7. Semua siswi mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan kemasyarakatan

atau organisasi sosial diluar lingkungan sekolah.

8. Sebanyak 14 siswi (15,6%) mengatakan pernah mengikuti kegiatan

ekstrakurikuler di lingkungan sekolah, 26 siswi (28,9%) mengatakan hanya

kadang – kadang, 1 siswi (1,1%) mengatakan sering dan 49 siswi (54,4%)

mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di lingkungan

sekolah.

9. Sebanyak 16 siswi (17,8%) pernah mendapat informasi dari penyedia

informasi, 36 siswi (40,0%) mengatakan hanya kadang – kadang, 8 siswi

(8,9%) mengatakan sering dan 30 siswi (33,3%) mengatakan tidak pernah

mendapat informasi dari penyedia informasi di sekitar tempat tinggal mereka.

10. Sebanyak 33 siswi (36,7%) mengatakan pernah mendapat kesempatan

memperoleh pengetahuan kesehatan reproduksi, 30 siswi (33,3%) hanya

kadang – kadang, 19 siswi (21,1%) mengatakan sering dan 8 responden

(8,9%) mengatakan tidak pernah mendapat kesempatan memperoleh

pengetahuan kesehatan reproduksi di sekolah.

11. Dari 90 siswi, sebanyak 10 siswi (11,1%) memiliki pengetahuan baik tentang

leher rahim, sebanyak 58 siswi (64,4%) memiliki pengetahuan cukup dan

sebanyak 22 siswi (24,4%) memiliki penetahuan kurang tentang leher rahim

12. Diketahui juga, sebanyak 41 siswi (45,6%) memiliki pengetahuan baik

tentang Vaksin HPV, sebanyak 34 siswi (37,8%) memiliki pengetahuan

cukup dan sebanyak 15 siswi (16,7%) memiliki penetahuan kurang tentang

Vaksin HPV

64

Page 65: 2 (drs)-2

13. Sebanyak 19 siswi (21,1%) memiliki pengetahuan baik tentang Gaya Hidup,

sebanyak 18 siswi (20,0%) memiliki pengetahuan cukup dan sebanyak 53

siswi (58,9%) memiliki pengetahuan kurang tentang Gaya hidup

B. Saran

Diharapkan kepada seluruh siswi di SMA Negeri 2 Bangkinang untuk

lebih meningkatkan pengetahuan (bertanya kepada petugas kesehatan,

mendengar informasi dari media cetak/elektronik, mengikuti penyuluhan).

65

Page 66: 2 (drs)-2

DAFTAR PUSTAKA

1. Hawari D. Psikiater Kanker Payudara. Dimensi Psikoloreligi.

Jakarta : FKUI.2004

2. Suwiyoga, I.K. Tes Human Papillomavirus Sebagai Skrining Alternatif Kanker

Serviks, Cermin Dunia Kedokteran. 2006; 151: 29

3. Rasjidi, I. Med Assoc. 2013; 63

4. Jonathan, Sarwono. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.

Yogyakarta :Graha Ilmu.2006

5. Globocan. Less Developed Regions [ home page on internet]. [ cited 2011 des

9]. 2008, Available from

http://globocan.iarc.fr/factsheets/populations/factsheet.asp?uno=902#BOT H

6. Rasjidi, I. Dalam Deteksi dini dan Pencegahan Kanker pada Wanita.

Jakarta: Sagung seto.2009; 101-137

7. Nurwijaya, H, dkk. Cegah dan Deteksi Kanker Serviks. Jakarta : PT. Gramedia.

2010

8. Priyanto Heru Samadi. Yes, i know everything about kangker serviks.

Jakarta: Metagraf. 2011

9. Notoatmodjo, S. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.2002

10. Rasjidi, I., & Henri. Vaksin Human Pappiloma Virus dan Eradikasi Kanker

Mulut Rahim.Jakarta: Sagung Seto.2007

11. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.2005

12. United Nations Population Fund. Adolescent Realities in a changing

world[homepage on the internet]. [cited 2010 dec]. Available from

www.unfpa.ormg/adolescent/about.htm

66

Page 67: 2 (drs)-2

13. Hurlock EB. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Masa.

Edisi kelima. Jakarta: Erlangga; 1997

14. Gunarsa D Singgih. Psikologi Remaja. Jakarta: Gunung Mulia; 2007.

15. Notoatmodjo, S. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka

Cipta.2003

16. Notoatmodjo, S. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka

Cipta.2007

17. Depkes RI. Pedoman Nasional Pengendalian Penyakit Kanker. Jakarta:

DirektoratJendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.2006

18. Wijaya. Pembunuh Ganas Itu Bernama Kanker Serviks. Yogyakarta: Niaga

Swadaya.2010

19. Tiro, J.A., Meissner, H.I., Kobrin, S. & Chollette, V.. What do Women in the

US know about Human Papillomavirus and Cervical Cancer. Cancer

Epidemiology, Biomarkers & Preventions, 2007; 16(2): 288-294.

20. Suwiyoga, K. Kanker Serviks: Penyakit Keganasan Fatal yang dapat di Cegah.

Majalah Obstetri dan Ginekologi Indonesia.2007; Volume 31. Nomor 1

21. Bustan, M.N. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta : PT Rineka

Cipta.2000

22. Farid, Aziz. Onkologi Genikologi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawiro Harjo.2006

23. Sarwono P. Ilmu kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka; 2009.

24. Hanifa, W. Dalam Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Prawirohardjo.2002; 381-382

25. Nugraha, B.D. Perilaku Seks Menyimpang Picu Kanker Leher Rahim. Warta

Medika. Jakarta.2003

67

Page 68: 2 (drs)-2

26. Indriyani D. Faktor-faktor Risiko Yang Berpengaruh Pada Insidens Karsinoma

Serviks Uteri;Studi Retrospektif di RS Sardjito, Berita Kedokteran Masyarakat,

1991; VII(4) :234-238.

27. Andrijono. Dalam Kanker Serviks. Jakarta: FKUI.2012; 4 ed. hal 134

28. Sjamsuddin, Sjahrul. Pencegahan dan Deteksi Dini Kanker Serviks. Cermin

Dunia Kedokteran 2001. Nomor.133 di akses melalui

http//www.kalbefarma.com/files/cdk/files/cdk_133_obsetri_dan_

ginekologi.pdf, 25 Juli 2011

29. Aziz M.F. Manual Pra Kanker dan Kanker Serviks Uterus. Bagian Obstetri

Genekologi FKUI.1995

30. Yatiningsih Moechherdi. Epidemiologi dan Pengendalian Kanker Serviks.

Medika Nomor 3 Tahun XXVI.2000

31. Aziz, M.F. Deteksi Dini Kanker. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2002.

32. Kodim dkk. Himpunan Bahan Kuliah Epidemiologi Penyakit Tidak Menular .

JurusanEpidemiologi FKM UI.2004

33. Andrijono. Kanker Serviks, Divisi Onkologi Departemen Obstetri dan

Gynecolog. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.2007

34. Pradipta, B. & Sungkar, S. Penggunaan Vaksin Human Papilloma Virus dalam

Pencegahan Kanker Serviks. Majalah Kedokteran Indonesia, 2007; 57(11) :

391-396

35. Notoatmodjo, S. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka

Cipta.2005

36. Ranuh, I.G.N., et al. Pedoman Imunisasi Di Indonesia. Edisi Ketiga. Badan

Penerbit Ikatan Anak Indonesia. 2008.

68

Page 69: 2 (drs)-2

37. Rusmil, K. Imunisasi di Indonesia edisi 3. Jakarta : Badan Penerbit Ikatan

Dokter Anak Indonesia; 2008

38. Wijaya. Pembunuh Ganas Itu Bernama Kanker Serviks. Yogyakarta: Niaga

Swadaya.2010

39. Wright TC, Bosch FX, Franco EL, Cuzick J, Schiller JT, Garnett GP, et al.

HPV vaccines and screening in the prevention of cervical cancer: conclusions

from a 2006 workshop of international experts. Vaccine 2006;24S3:251-61.

40. Notoatmodjo,s. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta. 2010

41. Arikunto, S. Dalam Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan. Jakarta: PT. Rineka

Cipta.2006.hal 97

42. Azwar, S.. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.2001

43. Masrun. Reliabilitas dan Cara Menetukannya, Universitas Gajah Mada,

Yogyakarta.1979

44. Umar H. “Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen”. Cetakan kedua. Jakarta :

Gramedia. Pustaka Utama.2002

45. Danim, S.. Riset Keperawatan: Sejarah dan Metodologi. Jakarta: EGC.2003

46. Nursalam. Konsep dan penerapan metodologi penelitian keperawatan.

Jakarta:2008

47. Nursalam. Konsep dan penerapan metodologi penelitian keperawatan.

Jakarta:2008

69

Page 70: 2 (drs)-2

70