1979-pp-032-pemberhentian pegawai negeri sipil · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ......

183
SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memberikan acuan pengelolaan dan penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di lingkungan Universitas Lambung Mangkurat, perlu menetapkan Statuta Universitas Lambung Mangkurat; b. bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 29 ayat (10) Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan Perguruan Tinggi, perlu menetapkan Statuta Universitas Lambung Mangkurat; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi tentang Statuta Universitas Lambung Mangkurat; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5336);

Upload: lamduong

Post on 03-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

SALINAN

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 43 TAHUN 2016

TENTANG

STATUTA UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka memberikan acuan pengelolaan dan

penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di

lingkungan Universitas Lambung Mangkurat, perlu

menetapkan Statuta Universitas Lambung Mangkurat;

b. bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 29

ayat (10) Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2014

tentang Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan

Pengelolaan Perguruan Tinggi, perlu menetapkan Statuta

Universitas Lambung Mangkurat;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan

Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan

Tinggi tentang Statuta Universitas Lambung Mangkurat;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang

Pendidikan Tinggi (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2012 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5336);

Page 2: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 2 -

2. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2014 tentang

Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan

Perguruan Tinggi (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2014 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5500);

3. Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2015 tentang

Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015

Nomor 14);

4. Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 mengenai

Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri

Kabinet Kerja Periode Tahun 2014-2019;

5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor

139 Tahun 2014 tentang Pedoman Statuta dan

Organisasi Perguruan Tinggi (Berita Negara Republik

Indonesia Tahun 2014 Nomor 1670);

6. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan

Tinggi Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pengangkatan dan

Pemberhentian Rektor/Ketua/Direktur pada Perguruan

Tinggi Negeri (Berita Negara Republik Indonesia Tahun

2015 Nomor 1) sebagaimana telah diubah dengan

Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan

Tinggi Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perubahan atas

Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan

Tinggi Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pengangkatan Dan

Pemberhentian Rektor/Ketua/Direktur Pada Perguruan

Tinggi Negeri (Berita Negara Republik Indonesia Tahun

2016 Nomor 3);

7. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan

Tinggi Nomor 15 Tahun 2015 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan

Tinggi 2016 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun

2015 Nomor 889);

8. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan

Tinggi Nomor 42 Tahun 2015 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Universitas Lambung Mangkurat (Berita

Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078);

Page 3: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 3 -

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN

PENDIDIKAN TINGGI TENTANG STATUTA UNIVERSITAS

LAMBUNG MANGKURAT.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1. Universitas Lambung Mangkurat, yang selanjutnya dalam

Peraturan Menteri ini disebut UNLAM adalah perguruan

tinggi negeri yang menyelenggarakan program pendidikan

akademik dan dapat menyelenggarakan program

pendidikan vokasi dalam berbagai rumpun ilmu

pengetahuan dan/atau teknologi, serta jika memenuhi

syarat dapat menyelenggarakan pendidikan profesi.

2. Statuta Universitas Lambung Mangkurat yang

selanjutnya disebut Statuta adalah peraturan dasar

pengelolaan UNLAM yang digunakan sebagai landasan

penyusunan peraturan dan prosedur operasional di

UNLAM.

3. Pendidikan Akademik adalah pendidikan tinggi program

sarjana dan/atau program pascasarjana yang diarahkan

pada penguasaan dan pengembangan cabang ilmu

pengetahuan dan teknologi.

4. Pendidikan Vokasi adalah pendidikan tinggi program

diploma yang menyiapkan mahasiswa untuk pekerjaan

dengan keahlian terapan tertentu sampai program

sarjana terapan.

5. Pendidikan Profesi adalah pendidikan tinggi setelah

program sarjana yang menyiapkan mahasiswa dalam

pekerjaan yang memerlukan persyaratan keahlian

khusus.

6. Sivitas Akademika adalah masyarakat akademik yang

terdiri atas dosen dan mahasiswa.

Page 4: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 4 -

7. Senat adalah Senat UNLAM sebagai unsur penyusun

kebijakan yang menjalankan fungsi penetapan,

pengawasan dan pertimbangan pelaksanaan kebijakan di

bidang akademik.

8. Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan

tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan

menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan teknologi

melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada

masyarakat.

9. Warga Kampus adalah dosen, tenaga kependidikan, dan

mahasiswa yang memiliki kewajiban menjunjung tinggi

etika keilmuan dan profesi, berdisiplin serta memiliki

integritas kepribadian dalam melaksanakan tugas.

10. Rektor adalah Rektor UNLAM.

11. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang pendidikan tinggi.

BAB II

IDENTITAS

Pasal 2

(1) UNLAM merupakan perguruan tinggi negeri di

lingkungan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan

Tinggi yang berkedudukan di Kota Banjarmasin dan Kota

Banjarbaru, Provinsi Kalimantan Selatan.

(2) Kampus UNLAM berada di Kota Banjarmasin dan Kota

Banjarbaru, Provinsi Kalimantan Selatan.

(3) UNLAM berasal dari perguruan tinggi swasta yang

bernama Universitas Lambung Mangkurat yang didirikan

pada tanggal 21 September 1958 oleh Panitia Persiapan

Pembentukan Universitas Lambung Mangkurat yang

kemudian diserahterimakan kepada Yayasan Perguruan

Tinggi Lambung Mangkurat yang didirikan dengan Akte

Notaris No. 57 tanggal 12 Februari 1959.

Page 5: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 5 -

(4) UNLAM dinegerikan pada tanggal 1 November 1960

dengan nama Universitas Lambung Mangkurat

berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun

1960 tanggal 29 Oktober 1960 tentang Pendirian

Universitas Lambung Mangkurat.

Pasal 3

(1) UNLAM mempunyai lambang berbentuk segilima

berwarna dasar kuning keemasan yang didalamnya

terdapat lingkaran berwarna merah yang bertuliskan

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT berwarna putih

dan di dalam lingkaran terdapat gambar burung enggang

berwarna hitam kebiruan berparuh merah dan bersayap

putih, dengan bulu leher berjumlah 21 (dua puluh satu)

lembar, bulu ekor berjumlah 9 (sembilan) lembar, bulu

sayap dan dada berjumlah 58 (lima puluh delapan)

lembar, dikelilingi sinar dengan paduan warna putih dan

kuning keemasan, serta di bawah gambar burung

terdapat gambar gong yang didalamnya terdapat lipan

berwarna putih dan merah.

(2) Lambang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki

makna:

a. segilima bermakna lima dasar Pancasila yang

menjadi falsafah hidup berbangsa dan bertanah air

Indonesia;

b. lingkaran bermakna kebahagiaan di dunia dan

akhirat;

c. burung enggang melambangkan kekuasaan, prinsip,

dan tanggung jawab;

d. bulu leher berjumlah 21 (dua puluh satu) lembar

melambangkan tanggal berdirinya UNLAM;

e. bulu ekor berjumlah 9 (sembilan) lembar

melambangkan bulan kelahiran UNLAM;

f. bulu sayap dan dada berjumlah 58 (lima puluh

delapan) lembar melambangkan tahun kelahiran

UNLAM;

g. gong bermakna pembawa pesan kehidupan;

Page 6: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 6 -

h. lipan bermakna kejayaan sampai akhir masa;

i. sinar bermakna cahaya penerang kehidupan;

j. warna merah dan putih bermakna nasionalisme;

k. warna kuning keemasan bermakna kemegahan; dan

l. warna hitam kebiruan bermakna keteguhan jiwa.

(3) Warna dan kode warna lambang sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) sebagai berikut:

No Lambang Warna Kode Warna/RGB

(Red-Green-Blue)

1. segilima kuning

keemasan

255-215-00

2. lingkaran merah darah 255-00-00

3. tulisan

Universitas

Lambung

Mangkurat

putih 255-255-255

4. burung enggang hitam

kebiruan

00-00-139

(4) Lambang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai

berikut:

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penggunaan

lambang diatur dalam Peraturan Rektor.

Pasal 4

(1) UNLAM memiliki bendera berbentuk empat persegi

panjang dengan ukuran panjang berbanding lebar 3:2

(tiga banding dua) berwarna dasar kuning dengan kode

warna RGB CF FA 07 dan ditengahnya terdapat lambang

UNLAM.

Page 7: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 7 -

(2) Bendera UNLAM sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

sebagai berikut:

(3) Ketentuan mengenai tata cara penggunaan bendera

UNLAM diatur dalam Peraturan Rektor.

Pasal 5

(1) Fakultas dan Pascasarjana memiliki bendera berbentuk

empat persegi panjang dengan ukuran panjang

berbanding lebar 3:2 (tiga banding dua) dengan warna

dasar yang berbeda pada masing-masing Fakultas, dan

ditengahnya terdapat lambang UNLAM serta di bawah

lambang UNLAM terdapat tulisan sesuai dengan nama

Fakultas atau Pascasarjana.

(2) Bendera Fakultas dan Pascasarjana sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut:

a. bendera Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

berwarna dasar ungu dan warna hijau dengan

gambar sebagai berikut:

Page 8: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 8 -

b. bendera Fakultas Hukum berwarna dasar merah

dengan gambar sebagai berikut:

c. bendera Fakultas Ekonomi dan Bisnis berwarna

dasar abu-abu dengan gambar sebagai berikut:

d. bendera Fakultas Ilmu Sosial dan Politik berwarna

dasar oranye dengan gambar sebagai berikut:

e. bendera Fakultas Pertanian berwarna dasar dark

magenta, hijau tua, dan biru dengan gambar sebagai

berikut:

Page 9: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 9 -

f. bendera Fakultas Kehutanan berwarna dasar biru

tua, merah keungu-unguan, hijau laut medium

dengan gambar sebagai berikut:

g. bendera Fakultas Perikanan dan Kelautan berwarna

dasar ungu, merah keungu-unguan, dan biru langit

dengan gambar sebagai berikut:

h. bendera Fakultas Teknik berwarna dasar biru tua

dengan gambar sebagai berikut:

i. bendera Fakultas Kedokteran berwarna dasar hijau

dengan gambar sebagai berikut:

j. bendera

Fakultas

Page 10: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 10 -

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam berwarna

dasar putih dengan gambar sebagai berikut:

k. bendara Fakultas Kedokteran Gigi berwarna dasar

medium orchid dengan gambar sebagai berikut:

l. bendera Pascasarjana berwarna dasar merah bata

dan warna biru dengan gambar sebagai berikut:

(3) Warna dasar bendera Fakultas sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) sebagai berikut:

Fakultas Warna Kode Warna/RGB

(Red-Green-Blue)

Fakultas Keguruan

dan Ilmu

Pendidikan

ungu 128-0-128

hijau 0-128-0

Fakultas Hukum merah 255-00-00

Fakultas Ekonomi

dan Bisnis abu-abu 128-128-128

Fakultas Ilmu oranye 255-69-00

Page 11: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 11 -

Sosial dan Politik

Fakultas Pertanian

dark

magenta 139-0-139

hijau tua 00-100-00

biru 0-191-255

Fakultas

Kehutanan

biru tua 25-25-112

ungu tua 86-00-86

hijau laut

medium 60-179-113

Fakultas Perikanan

dan Kelautan

ungu 128-0-128

ungu tua 86-00-86

biru

langit 30-144-255

Fakultas Teknik biru tua 25-25-112

Fakultas

Kedokteran Hijau 00-80-00

Fakultas

Matematika dan

Ilmu Pengetahuan

Alam

putih 255-255-255

Fakultas

Kedokteran Gigi

medium

orchid 186-85-211

Pascasarjana

merah

bata 178-34-34

biru 0-191-255

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai penggunaan bendera

diatur dalam Peraturan Rektor.

Page 12: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 12 -

Pasal 6

(1) UNLAM memiliki himne dan mars.

(2) Himne UNLAM sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

sebagai berikut:

Page 13: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 13 -

(3) Mars UNLAM sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

sebagai berikut:

(4) Ketentuan mengenai tata cara penggunaan Himne dan

Mars UNLAM diatur dalam Peraturan Rektor.

Page 14: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 14 -

Pasal 7

(1) UNLAM memiliki busana akademik dan busana

almamater.

(2) Busana akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

berupa toga, topi, kalung, dan atribut lainnya.

(3) Busana almamater sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

berupa jaket berwarna kuning dan di bagian dada kiri

terdapat lambang UNLAM.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan tata cara

penggunaan busana akademik dan busana almamater

diatur dalam Peraturan Rektor.

BAB III

PENYELENGGARAAN TRIDHARMA PERGURUAN TINGGI

Bagian Kesatu

Pendidikan

Pasal 8

(1) UNLAM menyelenggarakan Pendidikan Akademik,

Pendidikan Vokasi, dan Pendidikan Profesi.

(2) Pendidikan Akademik sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) meliputi program sarjana, program magister, dan

program doktor.

(3) Pendidikan Vokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi program diploma dan/atau sarjana terapan.

(4) Pendidikan Profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi program profesi dan/atau program spesialis.

Pasal 9

(1) Tahun akademik UNLAM dimulai pada bulan September

dan berakhir pada bulan Agustus tahun berikutnya.

(2) Tahun akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

terdiri atas:

a. semester gasal; dan

b. semester genap.

Page 15: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 15 -

(3) Semester gasal sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

huruf a dimulai pada minggu pertama bulan September

dan berakhir pada minggu terakhir bulan Februari tahun

berikutnya.

(4) Semester genap sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

huruf b dimulai pada minggu pertama bulan Maret tahun

berikutnya dan berakhir pada minggu terakhir bulan

Agustus.

(5) Ketentuan mengenai pelaksanaan tahun akademik

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat

(4) diatur dalam Peraturan Rektor setelah mendapat

pertimbangan Senat.

Pasal 10

(1) Penyelenggaraan pendidikan di UNLAM dilaksanakan

dengan sistem kredit semester (SKS).

(2) Sistem kredit semester (SKS) merupakan satuan sistem

penyelenggaraan pendidikan dengan menggunakan

satuan kredit semester (sks) untuk menyatakan beban

studi mahasiswa, beban kerja dosen, pengalaman belajar,

dan beban penyelenggaraan program.

(3) Program pendidikan vokasi dan profesi dapat

menerapkan sistem kredit semester (SKS) atau sistem

paket sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaran

pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan

ayat (2) diatur dalam Peraturan Rektor setelah mendapat

pertimbangan Senat.

Pasal 11

(1) Kurikulum merupakan pedoman penyelenggaraan belajar

dan pembelajaran disusun sesuai dengan kebutuhan

serta ruang lingkup disiplin ilmu dalam program studi

yang terkait dengan berpedoman pada ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Page 16: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 16 -

(2) Kurikulum UNLAM dikembangkan dan dilaksanakan

berbasis kompetensi.

(3) Kurikulum terdiri atas bahan kajian/mata kuliah yang

disusun sesuai dengan ruang lingkup program studi.

(4) Kurikulum disusun dan dikembangkan oleh masing-

masing program studi sesuai dengan perkembangan ilmu

pengetahuan, teknologi, dan seni yang mengacu standar

nasional pendidikan tinggi.

(5) Kurikulum ditinjau secara berkala sesuai dengan

kebutuhan.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengembangan

kurikulum diatur dalam Peraturan Rektor setelah

mendapat pertimbangan Senat sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Pasal 12

(1) Perkuliahan diselenggarakan sesuai dengan jadwal

perkuliahan yang ditetapkan setiap semester.

(2) Bentuk perkuliahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dapat berupa:

a. kuliah;

b. responsi dan tutorial;

c. seminar; dan

d. praktikum, praktik studio, praktik bengkel, atau

praktik lapangan.

(3) Perkuliahan dapat berbentuk pembelajaran di kampus,

pembelajaran jarak jauh, pembelajaran elektronik,

dan/atau pembelajaran inovatif lainnya.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara

penyelenggaraan perkuliahan diatur dalam Peraturan

Rektor setelah mendapat pertimbangan Senat.

Pasal 13

(1) UNLAM dapat menyelenggarakan pendidikan jarak jauh.

(2) Pendidikan jarak jauh sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) merupakan proses belajar mengajar yang dilakukan

Page 17: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 17 -

secara jarak jauh melalui penggunaan berbagai media

komunikasi.

(3) Pendidikan jarak jauh sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) bertujuan:

a. memberikan layanan pendidikan tinggi kepada

kelompok masyarakat yang tidak dapat mengikuti

pendidikan secara tatap muka atau reguler; dan

b. memperluas akses serta mempermudah layanan

pendidikan tinggi dalam pendidikan dan

pembelajaran.

(4) Pendidikan jarak jauh diselenggarakan dalam berbagai

bentuk, modus, dan cakupan yang didukung oleh sarana

dan layanan belajar serta sistem penilaian yang

menjamin mutu lulusan sesuai dengan Standar Nasional

Pendidikan Tinggi.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan

pendidikan jarak jauh sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) sampai dengan ayat (4) diatur dalam Peraturan Rektor

setelah mendapat pertimbangan Senat.

Pasal 14

(1) Penilaian hasil belajar merupakan proses evaluasi

terhadap kemajuan belajar mahasiswa dan untuk

mengetahui taraf pencapaian kompetensi mahasiswa

yang telah ditetapkan dalam kurikulum.

(2) Penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri

atas penilaian proses dan penilaian hasil belajar.

(3) Penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

secara berkala, menyeluruh, dan berkesinambungan

dalam bentuk ujian, pelaksanaan tugas, dan/atau

bentuk penilaian lainnya.

(4) Ujian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan

melalui ujian tengah semester, ujian akhir semester, dan

ujian tugas akhir.

(5) Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

dilakukan melalui tugas terstruktur, mandiri, dan/atau

kelompok.

Page 18: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 18 -

(6) Pemberian nilai hasil belajar dinyatakan dengan huruf A,

B+, B, C+, C, D, dan E yang masing-masing bernilai 4

(empat), 3,5 (tiga koma lima), 3 (tiga), 2,5 (dua koma

lima), 2 (dua), 1 (satu), dan 0 (nol).

(7) Hasil belajar mahasiswa dalam suatu semester

dinyatakan dengan Indeks Prestasi (IP).

(8) Hasil belajar mahasiswa dalam suatu masa studi

dinyatakan dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK).

(9) Penghargaan akademik dengan pujian (cumlaude) dapat

diberikan kepada lulusan dengan IPK > 3,50 (tiga koma

lima nol) dengan masa studi tepat waktu.

(10) Ketentuan lebih lanjut mengenai penilaian hasil belajar

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat

(9) diatur dalam Peraturan Rektor setelah mendapat

pertimbangan Senat.

Pasal 15

(1) Mahasiswa dinyatakan lulus pada suatu jenjang

pendidikan setelah menempuh mata kuliah yang

dipersyaratkan, berhasil mempertahankan karya akhir

studi yang berupa tugas akhir, dan persyaratan lain

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

(2) Ketentuan mengenai persyaratan lain kelulusan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam

Peraturan Rektor setelah mendapat pertimbangan Senat.

Pasal 16

(1) Pada akhir penyelenggaraan program pendidikan

akademik diadakan upacara wisuda.

(2) Pada akhir penyelenggaraan pendidikan profesi diadakan

pengucapan sumpah profesi.

(3) Upacara wisuda sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diselenggarakan dalam rangka pengukuhan lulusan dan

penyerahan ijazah.

Page 19: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 19 -

(4) Upacara wisuda sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diselenggarakan apabila jumlah peserta wisudawan

mencapai jumlah tertentu.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai wisuda sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), ayat (3), dan (4) diatur dalam

Peraturan Rektor setelah mendapat pertimbangan Senat.

Pasal 17

(1) Bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa pengantar

dalam penyelenggaraan pendidikan di lingkungan

UNLAM.

(2) Bahasa Inggris, bahasa asing lainnya dan bahasa daerah

dapat digunakan sebagai bahasa pengantar, baik dalam

penyelenggaraan pendidikan maupun dalam

penyampaian pengetahuan dan/atau pelatihan

keterampilan tertentu untuk lebih meningkatkan daya

guna dan hasil guna proses pembelajaran.

Pasal 18

(1) Mahasiswa UNLAM merupakan peserta didik pada jenjang

pendidikan tinggi di UNLAM.

(2) UNLAM dapat menerima mahasiswa berwarga negara

asing paling banyak 10% (sepuluh persen) pada Program

Studi Pendidikan Dokter (PSPD) dan paling banyak 20%

(dua puluh persen) pada program studi di luar Studi

Pendidikan Dokter (PSPD) sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

(3) Penerimaan mahasiswa baru di UNLAM diselenggarakan

melalui jalur seleksi penerimaan mahasiswa baru dan

penelusuran minat dan/atau kemampuan lainnya sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(4) Penerimaan mahasiswa baru di UNLAM diselenggarakan

dengan tidak membedakan jenis kelamin, agama, suku,

ras, kedudukan sosial, dan tingkat kemampuan ekonomi

dan dilakukan tetap memperhatikan kekhususan di

lingkungan UNLAM.

Page 20: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 20 -

(5) UNLAM dapat menerima mahasiswa berkebutuhan

khusus sesuai dengan sarana dan prasarana yang

tersedia.

(6) UNLAM menerima mahasiswa baru lulusan Sekolah

Menengah Atas, Madrasah Aliyah, Sekolah Menengah

Kejuruan, dan/atau satuan pendidikan lain yang

sederajat.

(7) UNLAM dapat menerima mahasiswa pindahan dari satu

program studi ke program studi lain di dalam UNLAM

atau dari perguruan tinggi lain yang terakreditasi sesuai

dengan persyaratan.

(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai penerimaan mahasiswa

UNLAM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai

dengan ayat (7) diatur dalam Peraturan Rektor setelah

mendapat pertimbangan Senat sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Pasal 19

UNLAM berupaya mencari dan menjaring calon mahasiswa

yang memiliki potensi akademik tinggi, tetapi kurang mampu

secara ekonomi dan calon mahasiswa daerah terdepan,

terluar, dan tertinggal untuk diterima paling sedikit 20% (dua

puluh persen) dari seluruh mahasiswa baru yang diterima dan

tersebar pada semua program studi.

Bagian Kedua

Penelitian

Pasal 20

(1) Kegiatan penelitian di UNLAM merupakan kegiatan

terpadu untuk menunjang kegiatan pendidikan,

pengajaran, dan pengabdian kepada masyarakat.

(2) Kegiatan penelitian yang diselenggarakan di UNLAM

mencakup penelitian dasar, penelitian terapan, penelitian

pengembangan, penelitian kebijakan, dan/atau penelitian

industri.

Page 21: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 21 -

(3) Kegiatan penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan dengan mengikuti kaidah dan etika keilmuan

pada bidang yang ditekuni.

(4) Kegiatan penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan oleh dosen, tenaga kependidikan, dan dapat

melibatkan mahasiswa.

(5) Mahasiswa dapat melaksanakan penelitian dalam rangka

proses pembelajaran di bawah bimbingan dosen.

(6) Kegiatan penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dapat dilakukan melalui kerja sama dengan institusi lain

dan/atau masyarakat, baik secara kelompok maupun

perorangan.

(7) Kegiatan penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

bertujuan untuk mengembangkan dan menerapkan ilmu

pengetahuan, teknologi, dan/atau seni, menunjang

pembangunan daerah, serta meningkatkan kesejahteraan

masyarakat.

(8) Hasil penelitian UNLAM diarahkan untuk mendapatkan

hak kekayaan intelektual (HKI).

(9) Hasil penelitian wajib disebarluaskan dengan cara

diseminarkan, dipublikasikan, dan/atau dipatenkan.

(10) Ketentuan lebih lanjut mengenai kegiatan penelitian

diatur dalam Peraturan Rektor setelah mendapat

pertimbangan Senat.

Bagian Ketiga

Pengabdian kepada Masyarakat

Pasal 21

(1) Pengabdian kepada masyarakat merupakan kegiatan

sivitas akademika dalam mengamalkan dan menerapkan

hasil penelitian.

(2) Pengabdian kepada masyarakat yang diselenggarakan

oleh UNLAM bertujuan untuk memberdayakan

masyarakat.

Page 22: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 22 -

(3) Mahasiswa UNLAM dapat melaksanakan pengabdian

kepada masyarakat dalam rangka proses pembelajaran di

bawah bimbingan dosen.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan

kegiatan pengabdian kepada masyarakat diatur dalam

Peraturan Rektor setelah mendapat pertimbangan Senat.

Bagian Keempat

Kode Etik dan Etika Akademik

Pasal 22

(1) Warga kampus UNLAM menjunjung tinggi kode etik yang

memuat nilai moral, kesusilaan, kejujuran, kaidah

keilmuan, dan profesi serta memiliki disiplin dan

integritas kepribadian dalam melaksanakan tugas.

(2) Sivitas akademika UNLAM wajib menjunjung tinggi etika

akademik dan etika profesi.

(3) Etika akademik merupakan panduan perilaku yang

dianut UNLAM dituangkan dalam suatu kode etik untuk

seluruh warga kampus.

(4) Warga kampus UNLAM yang melakukan kegiatan atas

nama pribadi atau kelompok bertanggung jawab atas

kegiatan tersebut secara pribadi atau kelompok.

(5) Warga kampus UNLAM yang melakukan kegiatan

mengatasnamakan UNLAM di luar kampus harus

mendapatkan izin dari Rektor.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai kode etik sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Rektor.

(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai etika akademik

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam

Peraturan Rektor setelah mendapat pertimbangan Senat.

Page 23: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 23 -

Bagian Kelima

Kebebasan Akademik, Kebebasan Mimbar Akademik, dan

Otonomi Keilmuan

Pasal 23

(1) UNLAM menjunjung tinggi kebebasan akademik,

kebebasan mimbar akademik, dan otonomi keilmuan.

(2) UNLAM menjamin agar setiap anggota sivitas akademika

dapat melaksanakan kebebasan akademik, kebebasan

mimbar akademik, dan otonomi keilmuan dalam rangka

pelaksanaan tugas dan fungsinya secara

bertanggungjawab sesuai dengan ketentuan dan

dilandasi oleh etika dan norma/kaidah keilmuan.

(3) Kebebasan akademik merupakan kebebasan untuk

memelihara dan memajukan ilmu pengetahuan melalui

penelitian atau penyebaran ilmu pengetahuan, teknologi,

dan/atau seni sesuai norma dan kaidah keilmuan.

(4) Kebebasan mimbar akademik merupakan kebebasan

mengemukakan pendapat dalam pertemuan ilmiah yang

berbentuk ceramah, seminar, simposium, diskusi panel,

ujian, dan kegiatan ilmiah lainnya dalam rangka

pelaksanaan pendidikan.

(5) Otonomi keilmuan merupakan kegiatan akademik dalam

rangka pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi,

dan/atau seni yang berpedoman pada norma dan kaidah

keilmuan.

(6) Pelaksanaan kebebasan mimbar akademik sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (4):

a. merupakan tanggung jawab setiap anggota sivitas

akademika yang terlibat;

b. menjadi tanggung jawab UNLAM, apabila

universitas, atau unit organisasi di dalamnya secara

resmi terlibat dalam pelaksanaannya; dan

c. dilandasi etika dan norma/kaidah keilmuan serta

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Page 24: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 24 -

(7) Kebebasan akademik dan kebebasan mimbar akademik

dimanfaatkan oleh UNLAM untuk:

a. melindungi dan mempertahankan hak kekayaan

intelektual;

b. melindungi dan mempertahankan kekayaan dan

keragaman alami, hayati, sosial, dan budaya bangsa

dan negara Indonesia;

c. menambah mutu kekayaan intelektual bangsa dan

negara Indonesia;

d. memperkuat daya saing bangsa dan negara

Indonesia.

(8) Ketentuan mengenai pelaksanaan kebebasan akademik,

kebebasan mimbar akademik, dan otonomi keilmuan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat

(7) diatur dalam Peraturan Rektor dan dilaksanakan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Bagian Keenam

Gelar dan Penghargaan

Pasal 24

UNLAM memberikan ijazah, gelar, surat keterangan

pendamping ijazah, sertifikat kompetensi, dan/atau sertifikat

profesi kepada mahasiswa yang berhasil menyelesaikan

program pendidikan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Pasal 25

(1) Gelar diberikan kepada mahasiswa yang telah

menyelesaikan semua persyaratan yang dibebankan

dalam mengikuti suatu program studi dan dinyatakan

lulus sesuai dengan rumpun ilmu yang tercantum dalam

ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Ketentuan mengenai penulisan dan penggunaan gelar

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Page 25: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 25 -

Pasal 26

(1) Ijazah diberikan kepada lulusan UNLAM disertai dengan

transkrip akademik dan surat keterangan pendamping

ijazah.

(2) Ijazah dan transkrip akademik sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) ditulis dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa

Inggris.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai ijazah, transkrip

akademik, dan surat keterangan pendamping ijazah

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 27

(1) UNLAM dapat memberikan gelar Doktor Kehormatan

(Doctor Honoris Causa).

(2) Gelar Doktor Kehormatan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) diberikan kepada setiap individu yang layak

memperoleh penghargaan berkenaan dengan jasa-jasa

yang luar biasa dalam bidang ilmu pengetahuan,

teknologi, kemasyarakatan, keagamaan, kebudayaan,

dan seni dan dilakukan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

(3) Prosedur pengusulan, pemberian, dan penggunaan gelar

Doktor Kehormatan dilakukan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian

gelar Doktor Kehormatan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) diatur dalam Peraturan Rektor setelah mendapat

persetujuan Senat.

Pasal 28

(1) UNLAM dapat memberikan penghargaan kepada anggota

masyarakat, sivitas akademika, atau unsur organisasi

yang telah berjasa terhadap pembangunan UNLAM.

Page 26: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 26 -

(2) Ketentuan mengenai tata cara pemberian penghargaan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam

Peraturan Rektor setelah mendapat persetujuan Senat

dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

BAB IV

SISTEM PENGELOLAAN

Bagian Kesatu

Visi, Misi, dan Tujuan

Pasal 29

Visi UNLAM: Terwujudnya UNLAM sebagai universitas

terkemuka dan berdaya saing di bidang pengelolaan

lingkungan lahan basah.

Pasal 30

Misi UNLAM:

a. menyelenggarakan tridharma perguruan tinggi yang

berkeadilan, berkesetaraan, berkualitas, dan relevan

dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan

seni (IPTEKS) yang berfokus pada program unggulan

pengelolaan lingkungan lahan basah;

b. menyelenggarakan penguatan tata kelola universitas

berdasarkan tata kelola universitas yang baik (good

governance), mengembangkan kelembagaan,

meningkatkan kualitas SDM dan sarana prasarana;

c. menyelenggarakan pendidikan yang berbasis karakter

waja sampai kaputing atau wasaka (tetap bersemangat

dan kuat bagaikan baja dari awal sampai akhir) dan

berdaya saing internasional; dan

d. menyelenggarakan kerja sama dengan berbagai perguruan

tinggi dalam dan luar negeri, pemerintah pusat dan

daerah, dunia usaha dan industri, serta pemangku

kepentingan lainnya pada tingkat nasional dan

internasional.

Page 27: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 27 -

Pasal 31

UNLAM bertujuan:

a. terwujudnya tridharma perguruan tinggi yang berkeadilan,

berkesetaraan, berkualitas, dan relevan dengan

perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni

(IPTEKS) yang berfokus pada program unggulan

pengelolaan lahan basah;

b. terwujudnya penguatan tata kelola universitas

berdasarkan tata kelola universitas yang baik (good

governance), mengembangkan kelembagaan,

meningkatkan kualitas SDM dan sarana prasarana;

c. menghasilkan lulusan yang berkarakter waja sampai

kaputing (wasaka) dan memiliki kompetensi yang mampu

bersaing di dunia internasional; dan

d. terwujudnya kerja sama dengan berbagai perguruan tinggi

dalam dan luar negeri, pemerintah pusat dan daerah,

dunia usaha dan industri, serta pemangku kepentingan

lainnya pada tingkat nasional dan internasional.

Pasal 32

(1) Untuk mencapai Visi, Misi, dan Tujuan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 29, Pasal 30, dan Pasal 31,

UNLAM menyusun rencana arah pengembangan yang

meliputi:

a. Rencana Pengembangan Jangka Panjang yang

memuat rencana dan program pengembangan 25

(dua puluh lima) tahun;

b. Rencana Pengembangan Jangka Menengah (Rencana

Strategis) yang memuat rencana dan program

pengembangan 5 (lima) tahun; dan

c. Rencana Operasional yang memuat rencana

program, kegiatan, dan anggaran selama 1 (satu)

tahun.

Page 28: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 28 -

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Rencana Pengembangan

Jangka Panjang, Rencana Pengembangan Jangka

Menengah (Rencana Strategis), dan Rencana Operasional

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b,

dan huruf c diatur dalam Peraturan Rektor.

Bagian Kedua

Susunan Organisasi UNLAM

Paragraf 1

Umum

Pasal 33

Organ UNLAM terdiri atas:

a. Rektor;

b. Senat;

c. Satuan Pengawasan Internal; dan

d. Dewan Penyantun.

Paragraf 2

Rektor

Pasal 34

Rektor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 huruf a

sebagai organ pengelola pendidikan pada UNLAM terdiri atas:

a. Rektor dan Wakil Rektor;

b. Biro;

c. Fakultas dan Pascasarjana;

d. Lembaga; dan

e. Unit Pelaksana Teknis.

Pasal 35

(1) Rektor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf a

menjalankan fungsi penetapan kebijakan akademik, non-

akademik dan pengelolaan UNLAM untuk dan atas nama

Menteri.

Page 29: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 29 -

(2) Untuk menjalankan fungsi sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), Rektor mempunyai tugas dan wewenang:

a. menyusun statuta beserta perubahannya untuk

diusulkan kepada Menteri;

b. menyusun dan/atau mengubah rencana

pengembangan jangka panjang 25 (dua puluh lima)

tahun UNLAM;

c. menyusun dan/atau mengubah rencana strategis 5

(lima) tahun UNLAM;

d. menyusun dan/atau mengubah rencana program,

kegiatan, dan anggaran tahunan (rencana

operasional) UNLAM;

e. mengelola pendidikan, penelitian, dan pengabdian

kepada masyarakat sesuai dengan rencana kerja

dan anggaran tahunan UNLAM;

f. mengangkat dan/atau memberhentikan pimpinan

unit kerja di bawah pemimpin perguruan tinggi

berdasarkan ketentuan peraturan perundang-

undangan;

g. menjatuhkan sanksi kepada sivitas akademika dan

tenaga kependidikan yang melakukan pelanggaran

terhadap norma, etika, dan/atau peraturan

akademik berdasarkan rekomendasi Senat;

h. menjatuhkan sanksi kepada dosen dan tenaga

kependidikan yang melakukan pelanggaran sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

i. membina dan mengembangkan kompetensi pendidik

dan tenaga kependidikan;

j. menerima, membina, mengembangkan, dan

memberhentikan mahasiswa sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan;

k. mengelola anggaran sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan;

l. menyelenggarakan sistem informasi manajemen

berbasis teknologi informasi dan komunikasi yang

handal untuk mendukung pengelolaan tridharma

Page 30: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 30 -

perguruan tinggi, akuntansi dan keuangan,

kepersonaliaan, kemahasiswaan, dan kealumnian;

m. menyusun dan menyampaikan laporan

pertanggungjawaban penyelenggaraan tridharma

kepada Menteri;

n. mengusulkan pengangkatan profesor kepada

Menteri;

o. membina dan mengembangkan hubungan dengan

alumni, pemerintah pusat, pemerintah daerah,

pengguna hasil kegiatan tridharma perguruan tinggi,

dan masyarakat; dan

p. memelihara keamanan, keselamatan, kesehatan,

dan ketertiban kampus serta kenyamanan kerja

untuk menjamin kelancaran kegiatan tridharma

perguruan tinggi.

Pasal 36

(1) Susunan organisasi, tugas, dan fungsi unit organisasi di

bawah organ Rektor sebagaimana dimaksud dalam Pasal

34 sesuai dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam

Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan

Tinggi Nomor 42 Tahun 2015 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Universitas Lambung Mangkurat.

(2) UNLAM dapat mengusulkan perubahan unit organisasi di

bawah organ Rektor sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

sesuai dengan kebutuhan kepada Menteri.

(3) Perubahan unit organisasi sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) ditetapkan oleh Menteri setelah mendapat

persetujuan dari menteri yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang pendayagunaan aparatur negara.

Page 31: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 31 -

Paragraf 3

Senat

Pasal 37

(1) Senat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 huruf b

merupakan organ yang menjalankan fungsi penetapan

dan pertimbangan pelaksanaan kebijakan akademik.

(2) Dalam menjalankan fungsi sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), Senat mempunyai tugas dan wewenang:

a. penetapan kebijakan, norma, dan kode etik

akademik;

b. pengawasan terhadap:

1. penerapan norma akademik dan kode etik

sivitas akademika;

2. penerapan ketentuan akademik;

3. pelaksanaan penjaminan mutu perguruan

tinggi paling sedikit mengacu pada standar

nasional pendidikan tinggi;

4. pelaksanaan kebebasan akademik, kebebasan

mimbar akademik, dan otonomi keilmuan;

5. pelaksanaan tata tertib akademik;

6. pelaksanaan kebijakan penilaian kinerja dosen;

dan

7. pelaksanaan proses pembelajaran, penelitian,

dan pengabdian kepada masyarakat.

c. pemberian pertimbangan dan usul perbaikan proses

pembelajaran, penelitian, dan pengabdian kepada

masyarakat kepada pemimpin perguruan tinggi;

d. pemberian pertimbangan kepada Rektor dalam

pembukaan dan penutupan program studi;

e. pemberian pertimbangan terhadap pemberian atau

pencabutan gelar dan penghargaan akademik;

f. pemberian pertimbangan kepada Rektor dalam

pengusulan profesor; dan

g. pemberian rekomendasi penjatuhan sanksi terhadap

pelanggaran norma, etika, dan peraturan akademik

oleh sivitas akademika kepada Rektor.

Page 32: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 32 -

(3) Dalam melaksanakan tugas dan wewenang sebagaimana

dimaksud pada ayat (2), Senat menyusun laporan hasil

pengawasan dan menyampaikan kepada Rektor untuk

ditindaklanjuti.

Pasal 38

(1) Senat UNLAM dipimpin oleh seorang ketua dan dibantu

oleh seorang sekretaris.

(2) Susunan keanggotaan Senat UNLAM, terdiri atas:

a. Wakil dosen dari setiap fakultas;

b. Rektor;

c. Wakil Rektor;

d. Dekan;

e. Direktur Pascasarjana; dan

f. Ketua Lembaga.

(3) Anggota senat sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, dan huruf f secara

otomatis menjadi anggota senat.

(4) Anggota senat yang berasal dari wakil dosen dari setiap

fakultas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a

terdiri dari wakil dosen yang profesor dan wakil dosen

yang bukan profesor.

(5) Perimbangan jumlah anggota senat dari wakil dosen yang

profesor sebagaimana dimaksud pada ayat (4) disusun

secara proporsional dengan ketentuan sebagai berikut:

a. fakultas yang memiliki 1 (satu) orang profesor

diwakili oleh satu orang profesor;

b. fakultas yang memiliki 2 (dua) orang profesor sampai

6 (enam) orang profesor diwakili oleh 2 (dua) orang

profesor;

c. fakultas yang memiliki 7 (tujuh) orang profesor

sampai 11 (sebelas) orang profesor diwakili oleh 3

(tiga) orang profesor;

d. fakultas yang memiliki 12 (dua belas) orang profesor

sampai 16 (enam belas) orang profesor diwakili oleh

4 (empat) orang profesor; dan

Page 33: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 33 -

e. fakultas yang memiliki 17 (tujuh belas) orang

professor atau lebih diwakili oleh 5 (lima) orang

profesor.

(6) Keanggotaan senat yang berasal dari wakil dosen yang

bukan profesor sebagaimana dimaksud pada ayat (4)

sebanyak 2 (dua) orang dari setiap fakultas.

(7) Anggota Senat yang berasal dari wakil dosen yang bukan

profesor sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dipilih oleh

seluruh dosen pada fakultas pengusul dan diusulkan

oleh Dekan kepada Rektor.

(8) Anggota senat wakil dosen yang bukan profesor

sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tidak menjabat

sebagai pimpinan fakultas.

(9) Senat terdiri atas:

a. Ketua merangkap anggota;

b. Sekretaris merangkap anggota; dan

c. Anggota.

(10) Ketua, Sekretaris, dan Anggota Senat sebagaimana

dimaksud pada ayat (9) ditetapkan oleh Rektor.

(11) Ketua dan Sekretaris Senat sebagaimana dimaksud pada

ayat (9) huruf a dan huruf b dijabat oleh anggota yang

bukan Rektor.

(12) Masa jabatan anggota Senat selama 4 (empat) tahun dan

dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan.

(13) Senat dalam melaksanakan tugasnya dapat membentuk

komisi/badan pekerja.

(14) Komisi/badan pekerja sebagaimana dimaksud pada ayat

(13) dibentuk sesuai dengan kebutuhan dan ditetapkan

oleh Ketua Senat.

(15) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemilihan,

pengangkatan, dan pemberhentian anggota Senat yang

berasal dari wakil dosen dari setiap fakultas sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) huruf a diatur dalam Peraturan

Senat.

Page 34: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 34 -

Pasal 39

(1) Senat bersidang paling sedikit 2 (dua) kali dalam

setahun, di luar sidang yang diadakan untuk

pengelenggaraan upacara pengukuhan profesor, wisuda,

dan dies natalis.

(2) Sidang Senat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

diselenggarakan apabila dihadiri paling sedikit 2/3 (dua

per tiga) dari seluruh anggota Senat.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara

penyelenggaraan rapat atau sidang Senat diatur dalam

Peraturan Senat.

Pasal 40

(1) Senat Fakultas merupakan unsur fakultas yang

menjalankan fungsi pemberian pertimbangan dan

pengawasan terhadap Dekan dalam pelaksanaan

akademik di lingkungan fakultas.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Senat Fakultas

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam

Peraturan Rektor.

Paragraf 4

Satuan Pengawasan Internal

Pasal 41

(1) Satuan Pengawasan Internal sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 33 huruf c merupakan organ UNLAM yang

menjalankan fungsi pengawasan di bidang non-

akademik.

(2) Dalam menjalankan fungsi pengawasan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), Satuan Pengawasan Internal

memiliki tugas dan wewenang:

a. penetapan kebijakan program pengawasan internal

bidang non-akademik;

b. pengawasan internal terhadap pengelolaan

pendidikan bidang non-akademik;

c. penyusunan laporan hasil pengawasan internal; dan

Page 35: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 35 -

d. pemberian saran dan/atau pertimbangan mengenai

perbaikan pengelolaan kegiatan non-akademik pada

pemimpin perguruan tinggi atas dasar hasil

pengawasan internal.

(3) Satuan Pengawasan Internal terdiri atas:

a. Ketua merangkap anggota;

b. Sekretaris merangkap anggota; dan

c. Anggota.

(4) Ketua, Sekretaris, dan anggota Satuan Pengawasan

Internal ditetapkan oleh Rektor.

(5) Masa jabatan anggota Satuan Pengawasan Internal

selama 4 (empat) tahun dan dapat diangkat kembali

untuk 1 (satu) kali masa jabatan.

Pasal 42

(1) Anggota Satuan Pengawasan Internal berjumlah gasal

dan paling sedikit 7 (tujuh) orang yang berasal dari unsur

dosen dan tenaga kependidikan di lingkungan UNLAM

dengan komposisi kemampuan/keahlian di bidang:

a. akuntansi/keuangan;

b. manajemen sumber daya manusia;

c. manajemen aset;

d. hukum; dan

e. ketatalaksanaan.

(2) Persyaratan anggota Satuan Pengawasan Internal:

a. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa;

b. setia kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

c. berpendidikan paling rendah Sarjana;

d. berusia paling tinggi 60 (enam puluh) tahun pada

saat diangkat;

e. mempunyai moral yang baik dan integritas yang

tinggi; dan

f. memiliki rasa tanggung jawab yang besar terhadap

masa depan UNLAM.

Page 36: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 36 -

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengangkatan

dan pemberhentian Ketua, Sekretaris, dan anggota

Satuan Pengawasan Internal diatur lebih lanjut dalam

Peraturan Rektor.

Paragraf 5

Dewan Penyantun

Pasal 43

(1) Dewan Penyantun sebagaimana dimaksud dalam Pasal

33 huruf d merupakan organ UNLAM yang menjalankan

fungsi pertimbangan non-akademik dan membantu

pengembangan UNLAM.

(2) Dalam menjalankan fungsi sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), Dewan Penyantun mempunyai tugas dan

wewenang:

a. memberi pertimbangan terhadap kebijakan Rektor di

bidang non-akademik;

b. merumuskan saran/pendapat terhadap kebijakan

Rektor di bidang non-akademik;

c. memberi pertimbangan kepada Rektor dalam

mengelola UNLAM; dan

d. menggalang dana untuk membantu pembangunan

UNLAM.

(3) Dewan Penyantun berjumlah gasal dan paling sedikit

memiliki 5 (lima) orang anggota yang berasal dari unsur:

a. pemerintah provinsi;

b. tokoh masyarakat;

c. pakar pendidikan;

d. alumni; dan

e. purna bakti Universitas.

(4) Dewan Penyantun terdiri atas:

a. Ketua merangkap anggota;

b. Sekretaris merangkap anggota; dan

c. Anggota.

(5) Anggota Dewan Penyantun diangkat dan diberhentikan

oleh Rektor.

Page 37: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 37 -

(6) Masa jabatan anggota Dewan Penyantun 4 (empat) tahun

dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa

jabatan.

(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengangkatan

dan pemberhentian Ketua, Sekretaris, dan anggota

Dewan Penyantun diatur lebih lanjut dalam Peraturan

Rektor.

Bagian Ketiga

Tata Cara Pengangkatan dan Pemberhentian

Pimpinan Organ Pengelola, Senat, Satuan Pengawasan

Internal, dan Dewan Penyantun

Paragraf 1

Umum

Pasal 44

(1) Dosen di lingkungan UNLAM dapat diberi tugas

tambahan sebagai Rektor, Wakil Rektor, Dekan, Wakil

Dekan, Direktur Pascasarjana, Wakil Direktur

Pascasarjana, Ketua Lembaga, Sekretaris Lembaga, Ketua

Jurusan/Bagian, Sekretaris Jurusan/Bagian, dan Kepala

Unit Pelaksana Teknis (UPT).

(2) Kepala UPT sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

merupakan Kepala UPT yang melaksanakan tugas dan

fungsi di bidang akademik.

(3) Pemberian tugas tambahan dosen sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila terdapat

lowongan jabatan.

(4) Lowongan jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

disebabkan:

a. masa jabatan berakhir; dan/atau

b. perubahan organisasi UNLAM.

(5) Masa jabatan berakhir sebagaimana dimaksud pada ayat

(4) huruf a meliputi:

a. berhalangan tetap;

b. permohonan sendiri;

Page 38: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 38 -

c. diangkat dalam jabatan negeri yang lain;

d. dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang

memiliki kekuatan hukum yang tetap karena

melakukan perbuatan yang diancam pidana

kurungan;

e. diberhentikan sementara dari jabatan negeri;

f. menjalani tugas belajar atau izin belajar lebih dari 6

(enam) bulan dalam rangka studi lanjut yang

meninggalkan tugas tridharma perguruan tinggi;

g. dibebaskan dari tugas jabatan dosen; dan/atau

h. cuti di luar tanggungan negara.

(6) Berhalangan tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (5)

huruf a meliputi:

a. meninggal dunia;

b. sakit yang tidak dapat disembuhkan yang

menyebabkan tidak dapat melaksanakan tugas dan

kewajibannya, dibuktikan dengan Berita Acara

Majelis Pemeriksa Kesehatan Pegawai Negeri Sipil

atau surat keterangan dari pejabat yang berwenang;

dan/atau

c. berhenti dari aparatur sipil negara atas permohonan

sendiri.

(7) Perubahan organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat

(4) huruf b meliputi:

a. penambahan unit baru; atau

b. perubahan bentuk UNLAM.

Pasal 45

(1) Untuk dapat diangkat sebagai Rektor, seorang dosen

harus memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

(2) Untuk dapat diangkat sebagai Wakil Rektor, Dekan,

Wakil Dekan, Direktur Pascasarjana, Wakil Direktur

Pascasarjana, Ketua Lembaga, Sekretaris Lembaga, Ketua

Jurusan, Sekretaris Jurusan, Kepala Pusat, Kepala

Laboratorium/Bengkel/Studio, dan Kepala UPT, seorang

dosen harus memenuhi persyaratan:

Page 39: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 39 -

a. beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa;

b. berstatus pegawai negeri sipil bagi pejabat pengelola

keuangan, kepegawaian, dan barang milik negara

dan berstatus aparatur sipil negara bagi jabatan

lainnya;

c. berusia paling tinggi 60 (enam puluh) tahun pada

saat diangkat sebagai Wakil Rektor, Dekan, Wakil

Dekan, Direktur Pascasarjana, Wakil Direktur

Pascasarjana, Ketua dan Sekretaris Jurusan, Ketua

dan Sekretaris Lembaga, Kepala Pusat, Kepala

Laboratorium/Bengkel/Studio, dan Kepala UPT;

d. memiliki pengalaman manajerial paling rendah

sebagai Ketua Jurusan/Kepala Pusat atau sebutan

lain di lingkungan perguruan tinggi paling sedikit 2

(dua) tahun bagi Wakil Rektor;

e. berpendidikan paling rendah:

1. Doktor (S3) bagi calon Wakil Rektor, Dekan,

Direktur Pascasarjana, Wakil Direktur

Pascasarjana, dan Ketua Lembaga; dan

2. Magister (S2) bagi Wakil Dekan, Sekretaris

Lembaga, Ketua Jurusan, Sekretaris Jurusan,

Kepala Laboratorium/Bengkel/Studio, dan

Kepala Unit Pelaksana Teknis.

f. menduduki jabatan paling rendah:

1. Lektor Kepala bagi calon Wakil Rektor, Dekan,

Direktur Pascasarjana, dan Ketua Lembaga;

2. Lektor bagi calon Wakil Dekan, Sekretaris

Lembaga, Wakil Direktur Pascasarjana, Ketua

dan Sekretaris Jurusan, dan Kepala Unit

Pelaksana Teknis; dan

3. Asisten Ahli bagi calon Kepala

Laboratorium/Bengkel/Studio.

g. setiap unsur penilaian prestasi kerja pegawai paling

rendah bernilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir;

h. tidak sedang menjalani tugas belajar atau izin

belajar lebih dari 6 (enam) bulan dalam rangka studi

Page 40: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 40 -

lanjut yang meninggalkan tugas tridharma

perguruan tinggi;

i. tidak sedang menjalani hukuman disiplin tingkat

sedang atau berat;

j. tidak pernah dipidana berdasarkan keputusan

pengadilan yang memiliki kekuatan hukum tetap

karena melakukan perbuatan yang diancam pidana

paling rendah pidana kurungan;

k. bersedia dicalonkan yang dinyatakan secara tertulis;

l. tidak pernah melakukan plagiat sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan;

m. memiliki pengalaman manajerial di lingkungan

perguruan tinggi untuk jabatan Wakil Rektor,

Dekan, Wakil Dekan, Ketua Lembaga, Direktur dan

Wakil Direktur Pascasarjana paling rendah sebagai

Sekretaris Jurusan/Bagian sekurang-kurangnya 2

(dua) tahun secara kumulatif;

n. lulus sertifikasi dosen dan dinyatakan sebagai

dosen profesional, bagi calon Wakil Rektor, Ketua

Lembaga, Sekretaris Lembaga, Dekan, Wakil Dekan,

Direktur Pascasarjana, dan Wakil Direktur

Pascasarjana; dan

o. membuat rancangan program kerja sesuai dengan

jabatan yang akan diembannya.

Pasal 46

(1) Tenaga kependidikan di lingkungan UNLAM dapat

diangkat sebagai pejabat struktural, pimpinan unsur

pelaksana administrasi, atau pimpinan unit pelaksana

teknis.

(2) Pengangkatan pejabat struktural, pimpinan unsur

pelaksana administrasi, atau pimpinan unit pelaksana

teknis dilakukan apabila terdapat lowongan jabatan.

(3) Lowongan jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

disebabkan:

a. masa jabatan berakhir; dan/atau

b. perubahan organisasi.

Page 41: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 41 -

(4) Masa jabatan berakhir sebagaimana dimaksud pada ayat

(3) huruf a meliputi:

a. berhalangan tetap;

b. permohonan sendiri;

c. diangkat dalam jabatan negeri yang lain;

d. dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang

memiliki kekuatan hukum yang tetap karena

melakukan perbuatan yang diancam pidana

kurungan;

e. diberhentikan sementara dari jabatan negeri;

f. menjalani tugas belajar atau izin belajar lebih dari 6

(enam) bulan dalam rangka studi lanjut yang

meninggalkan tugas tridharma perguruan tinggi;

g. dibebaskan dari tugas jabatan dosen; dan/atau

h. cuti di luar tanggungan negara.

(5) Berhalangan tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (4)

huruf a meliputi:

a. meninggal dunia;

b. sakit yang tidak dapat disembuhkan yang

menyebabkan tidak dapat melaksanakan tugas dan

kewajibannya, dibuktikan dengan Berita Acara

Majelis Pemeriksa Kesehatan Pegawai Negeri Sipil

atau surat keterangan dari pejabat yang berwenang;

dan/atau

c. berhenti dari aparatur sipil negara atas permohonan

sendiri.

(6) Perubahan organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat

(3) huruf b meliputi:

a. penambahan unit baru; atau

b. perubahan bentuk UNLAM.

(7) Untuk dapat diangkat sebagai pejabat struktural atau

pimpinan unsur pelaksana administrasi seorang tenaga

kependidikan harus memenuhi persyaratan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Page 42: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 42 -

Paragraf 2

Rektor

Pasal 47

(1) Rektor merupakan dosen pegawai negeri sipil yang diberi

tugas tambahan sebagai pemimpin UNLAM.

(2) Masa jabatan Rektor sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) selama 4 (empat) tahun dan dapat diangkat kembali

untuk 1 (satu) kali masa jabatan.

(3) Rektor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat

dan diberhentikan oleh Menteri.

Pasal 48

Pengangkatan Rektor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47

ayat (3) dilakukan melalui tahap:

a. penjaringan bakal calon;

b. penyaringan calon;

c. pemilihan calon; dan

d. pengangkatan.

Pasal 49

(1) Tahap penjaringan bakal calon Rektor sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 48 huruf a dilakukan dengan

tahapan sebagai berikut:

a. Senat membentuk Panitia Pemilihan Rektor paling

lambat 5 (lima) bulan sebelum berakhirnya masa

jabatan Rektor yang sedang menjabat;

b. Panitia Pemilihan Rektor mengumumkan

pendaftaran dan persyaratan bakal calon Rektor;

c. dosen yang berminat dan memenuhi persyaratan

bakal calon Rektor dapat mendaftarkan diri pada

Panitia Pemilihan Rektor;

d. masa pendaftaran bakal calon Rektor selama 17

(tujuh belas) hari sejak pengumuman pendaftaran;

e. Panitia Pemilihan Rektor memverifikasi kelengkapan

persyaratan bakal calon Rektor paling lambat 7

(tujuh) hari sejak ditutupnya masa pendaftaran;

Page 43: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 43 -

f. Panitia Pemilihan Rektor menyampaikan nama bakal

calon Rektor paling sedikit 4 (empat) orang bakal

calon Rektor kepada Senat paling lambat 3 (tiga) hari

setelah selesai verifikasi kelengkapan;

g. Senat menetapkan bakal calon Rektor yang

memenuhi syarat paling sedikit 4 (empat) bakal

calon Rektor;

h. apabila bakal calon Rektor yang memenuhi syarat

sebagaimana dimaksud pada huruf g kurang dari 4

(empat) orang, Panitia Pemilihan Rektor

memperpanjang masa pendaftaran bakal calon

Rektor;

i. apabila dalam masa perpanjangan pendaftaran

sebagaimana dimaksud pada huruf h bakal calon

Rektor kurang dari 4 (empat) orang, Ketua Senat

dengan persetujuan Anggota Senat menunjuk dosen

yang memenuhi syarat untuk didaftarkan sebagai

bakal calon Rektor; dan

j. Panitia Pemilihan Rektor mengumumkan nama

bakal calon Rektor yang memenuhi persyaratan

setelah mendapatkan persetujuan Senat.

Pasal 50

Tahap penyaringan calon Rektor sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 48 huruf b dilakukan dengan tahapan sebagai

berikut:

a. penyaringan calon Rektor dilakukan paling lambat 7

(tujuh) hari setelah Ketua Senat menerima hasil

penjaringan dalam rapat Senat yang diselenggarakan

khusus untuk penyaringan calon Rektor;

b. rapat Senat sebagaimana dimaksud pada huruf a

dinyatakan sah apabila dihadiri paling sedikit 2/3 (dua

pertiga) jumlah anggota Senat;

c. rapat Senat sebagaimana dimaksud pada huruf a

diselenggarakan paling lambat 5 (lima) bulan sebelum

masa tugas Rektor berakhir;

Page 44: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 44 -

d. setiap bakal calon Rektor menyampaikan visi, misi dan

rencana program kerja pada rapat Senat terbuka;

e. Senat melakukan uji kelayakan dan kepatutan terhadap

bakal calon Rektor;

f. Senat menetapkan 3 (tiga) calon Rektor dengan cara

musyawarah untuk mufakat;

g. apabila musyawarah untuk mencapai mufakat tidak

tercapai, dilakukan pemungutan suara dengan ketentuan

setiap anggota Senat memiliki 1 (satu) hak suara;

h. dalam hal belum diperoleh 3 (tiga) orang calon Rektor,

dilakukan pemungutan suara pada hari yang sama untuk

calon Rektor yang mendapatkan suara yang sama; dan

i. Senat menyampaikan 3 (tiga) orang calon Rektor hasil

penyaringan beserta daftar riwayat hidup dan program

kerja kepada Menteri paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum

berakhirnya masa jabatan Rektor yang sedang menjabat.

Pasal 51

Tahap pemilihan calon dan pengangkatan Rektor

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 huruf c dan huruf d

dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Paragraf 3

Wakil Rektor

Pasal 52

(1) Wakil Rektor merupakan dosen yang diberi tugas

tambahan sebagai pimpinan UNLAM.

(2) Masa jabatan Wakil Rektor sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) paling lama 4 (empat) tahun dan dapat diangkat

kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan.

Page 45: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 45 -

Pasal 53

(1) Wakil Rektor diangkat dan diberhentikan oleh Rektor.

(2) Rektor memilih dan menunjuk 1 (satu) orang dosen yang

memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam Pasal

45 ayat (2) sebagai Wakil Rektor.

(3) Wakil Rektor diangkat oleh Rektor setelah yang

bersangkutan menandatangani kontrak kinerja.

(4) Masa jabatan Wakil Rektor sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) berakhir paling lama 3 (tiga) bulan setelah

berakhirnya masa jabatan Rektor.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengangkatan dan

pemberhentikan Wakil Rektor diatur dalam Peraturan

Rektor.

Paragraf 4

Dekan dan Wakil Dekan

Pasal 54

(1) Dekan adalah dosen yang diberi tugas tambahan sebagai

pemimpin fakultas.

(2) Dekan diangkat dan diberhentikan oleh Rektor.

(3) Dekan diangkat oleh Rektor setelah yang bersangkutan

menandatangani kontrak kinerja.

(4) Masa jabatan Dekan adalah 4 (empat) tahun dan dapat

diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan.

Pasal 55

Pengangkatan Dekan Fakultas sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 54 ayat (2) dilakukan melalui tahap sebagai berikut:

a. tahap penjaringan bakal calon Dekan;

b. tahap penyaringan calon Dekan;

c. tahap pemilihan calon Dekan; dan

d. tahap pengangkatan.

Page 46: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 46 -

Pasal 56

Tahap penjaringan bakal calon Dekan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 55 huruf a, dilakukan dengan cara:

a. Senat Fakultas membentuk Panitia Pemilihan Dekan

paling lambat 5 (lima) bulan sebelum berakhirnya masa

jabatan Dekan yang sedang menjabat;

b. Panitia Pemilihan Dekan mengumumkan pendaftaran dan

persyaratan bakal calon Dekan;

c. dosen yang berminat dan memenuhi persyaratan bakal

calon Dekan dapat mendaftarkan diri pada Panitia

Pemilihan Dekan;

d. Panitia Pemilihan Dekan melakukan seleksi administratif

untuk mendapatkan nama-nama dosen yang memenuhi

persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat

(2);

e. Panitia Pemilihan Dekan menyampaikan nama bakal

calon Dekan yang telah memenuhi persyaratan paling

sedikit 3 (tiga) orang bakal calon Dekan kepada Senat

Fakultas untuk ditetapkan sebagai bakal calon Dekan;

f. Apabila bakal calon Dekan sebagaimana dimaksud pada

huruf e kurang dari 3 (tiga) orang, Rektor menunjuk

dosen yang memenuhi syarat untuk ikut didaftarkan

sebagai bakal calon Dekan; dan

g. Panitia Pemilihan Dekan mengumumkan nama bakal

calon Dekan.

Pasal 57

Tahap penyaringan calon Dekan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 55 huruf b dilakukan dengan tahapan sebagai

berikut:

a. penyaringan calon Dekan dilakukan oleh Senat Fakultas

dalam rapat yang khusus dilakukan untuk maksud

tersebut;

b. rapat Senat Fakultas sebagaimana dimaksud pada huruf

a dinyatakan sah apabila dihadiri paling sedikit 2/3 (dua

per tiga) jumlah anggota Senat Fakultas;

Page 47: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 47 -

c. setiap bakal calon Dekan menyampaikan visi, misi, dan

rencana program kerja Fakultas;

d. Senat Fakultas melakukan uji kelayakan dan kepatutan

terhadap bakal calon Dekan;

e. Senat Fakultas menetapkan 2 (dua) nama calon Dekan

dengan cara musyawarah untuk mufakat;

f. apabila musyawarah untuk mencapai mufakat tidak

tercapai, dilakukan pemungutan suara dengan ketentuan

setiap anggota Senat memiliki 1 (satu) hak suara;

g. dalam hal belum diperoleh 2 (dua) orang calon Dekan,

dilakukan pemungutan suara pada hari yang sama untuk

calon Dekan yang mendapatkan suara yang sama; dan

h. Senat Fakultas menyampaikan 2 (dua) orang calon Dekan

hasil penyaringan yang mendapatkan suara terbanyak

kepada Rektor beserta dokumen pendukung.

Pasal 58

Tahap pemilihan calon Dekan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 55 huruf c dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

a. Rektor dan Senat Fakultas melakukan pemilihan Dekan

dalam sidang Senat Fakultas yang khusus

diselenggarakan untuk maksud tersebut;

b. pemilihan Dekan dilakukan paling lambat 2 (dua) bulan

sebelum berakhirnya masa jabatan Dekan yang sedang

menjabat;

c. pemilihan Dekan sebagaimana dimaksud pada huruf a

dilakukan melalui pemungutan suara untuk

mendapatkan 2 (dua) orang calon Dekan;

d. pemungutan suara sebagaimana dimaksud pada huruf c

dilakukan dengan ketentuan 1 (satu) orang anggota Senat

memiliki 1 (satu) hak suara;

e. rapat Senat Fakultas sebagaimana dimaksud pada huruf

a dinyatakan sah apabila dihadiri oleh paling sedikit 2/3

(dua per tiga) jumlah anggota Senat Fakultas;

f. apabila syarat kehadiran anggota Senat Fakultas

sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tidak terpenuhi,

maka rapat ditunda dalam tempo 1 (satu) kali 24 jam

Page 48: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 48 -

untuk memenuhi syarat kehadiran anggota Senat

Fakultas; dan

g. Rektor menetapkan salah satu dari 2 (dua) orang calon

Dekan yang diusulkan dari hasil pemilihan Senat

Fakultas sebagai Dekan.

Pasal 59

Tahap pengangkatan Dekan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 55 huruf d dilakukan oleh Rektor kepada Dekan terpilih

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 huruf g.

Pasal 60

(1) Wakil Dekan adalah dosen yang diberi tugas tambahan

sebagai pimpinan fakultas.

(2) Wakil Dekan diangkat oleh Rektor atas usul Dekan.

(3) Dekan menyeleksi dosen yang memenuhi persyaratan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (2) untuk

diusulkan kepada Rektor sebagai calon Wakil Dekan.

(4) Dekan mengusulkan minimal 2 (dua) orang calon Wakil

Dekan pada setiap jabatan Wakil Dekan kepada Rektor

untuk ditetapkan.

(5) Nama calon Wakil Dekan disampaikan oleh Dekan

kepada Rektor untuk ditetapkan dan diangkat sebagai

Wakil Dekan.

(6) Wakil Dekan diangkat oleh Rektor setelah yang

bersangkutan menandatangani kontrak kinerja.

(7) Masa jabatan Wakil Dekan paling lama 4 (empat) tahun

dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa

jabatan.

(8) Masa jabatan Wakil Dekan berakhir 3 (tiga) bulan setelah

masa jabatan Dekan berakhir.

Page 49: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 49 -

Pasal 61

(1) Ketua Jurusan/Bagian dan Sekretaris

Jurusan/Bagian diangkat dan diberhentikan oleh Rektor.

(2) Masa jabatan Ketua dan Sekretaris Jurusan/Bagian

paling lama 4 (empat) tahun dan dapat diangkat kembali

untuk 1 (satu) kali masa jabatan.

Pasal 62

(1) Ketua dan Sekretaris Jurusan/Bagian dipilih secara

langsung dari dan oleh dosen di Jurusan/Bagian yang

bersangkutan.

(2) Pemilihan Ketua dan Sekretaris Jurusan/Bagian

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui

pemungutan suara untuk memperoleh suara terbanyak

dengan ketentuan setiap 1 (satu) orang dosen memiliki 1

(satu) hak suara.

(3) Calon Ketua dan Sekretaris Jurusan/Bagian harus

memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam Pasal

45 ayat (2).

(4) Calon Ketua dan Sekretaris Jurusan/Bagian terpilih

merupakan calon Ketua dan Sekretaris Jurusan/Bagian

yang memperoleh suara terbanyak.

(5) Dekan mengusulkan Ketua dan Sekretaris

Jurusan/Bagian terpilih sebagaimana dimaksud pada

ayat (4) kepada Rektor untuk ditetapkan.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemilihan

Ketua dan Sekretaris Jurusan/Bagian diatur dalam

Peraturan Rektor.

Pasal 63

(1) Kepala Laboratorium/Bengkel/Studio diangkat dan

diberhentikan oleh Rektor atas usul Dekan.

(2) Dekan memilih dan menunjuk 1 (satu) orang dosen yang

memenuhi persyaratan sebagai Kepala Laboratorium/

Bengkel/ Studio sebagaimana diatur dalam Pasal 45 ayat

(2) untuk diusulkan kepada Rektor.

Page 50: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 50 -

(3) Masa jabatan Kepala Laboratorium/Bengkel/Studio

paling lama 4 (empat) tahun dan dapat diangkat kembali.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengangkatan

dan pemberhentian Kepala Laboratorium/ Bengkel/

Studio diatur dalam Peraturan Rektor.

Paragraf 5

Pimpinan Pascasarjana

Pasal 64

(1) Pimpinan Pascasarjana terdiri atas:

a. Direktur; dan

b. Wakil Direktur.

(2) Direktur dan Wakil Direktur Pascasarjana diangkat dan

diberhentikan oleh Rektor.

(3) Rektor memilih dan menunjuk masing-masing 1 (satu)

orang dosen yang memenuhi persyaratan sebagaimana

diatur dalam Pasal 45 ayat (2) untuk diangkat sebagai

Direktur dan Wakil Direktur Pascasarjana.

(4) Direktur dan Wakil Direktur Pascasarjana diangkat oleh

Rektor setelah yang bersangkutan menandatangani

kontrak kinerja.

(5) Masa jabatan Direktur dan Wakil Direktur Pascasarjana

paling lama 4 (empat) tahun dan dapat diangkat kembali

untuk 1 (satu) kali masa jabatan.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengangkatan

dan pemberhentian Direktur dan Wakil Direktur

Pascasarjana diatur dalam Peraturan Rektor.

Paragraf 6

Lembaga

Pasal 65

(1) Pimpinan Lembaga terdiri atas Ketua dan Sekretaris

Lembaga.

(2) Ketua dan Sekretaris Lembaga sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) diangkat dan diberhentikan oleh Rektor.

Page 51: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 51 -

(3) Calon Ketua dan Sekretaris Lembaga harus memenuhi

persyaratan sebagaimana diatur dalam Pasal 45 ayat (2).

(4) Masa jabatan Ketua dan Sekretaris paling lama 4 (empat)

tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali

masa jabatan.

(5) Ketua dan Sekretaris diangkat oleh Rektor setelah yang

bersangkutan menandatangani kontrak kinerja.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengangkatan

dan pemberhentian Ketua dan Sekretaris Lembaga diatur

dalam Peraturan Rektor.

Paragraf 7

Pimpinan UPT

Pasal 66

(1) Kepala UPT diangkat dan diberhentikan oleh Rektor.

(2) Masa jabatan Kepala UPT paling lama 4 (empat) tahun

dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa

jabatan.

(3) Calon Kepala UPT harus memenuhi persyaratan

sebagaimana diatur dalam Pasal 45 ayat (2).

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengangkatan

dan pemberhentian Kepala UPT diatur dalam Peraturan

Rektor sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Paragraf 8

Unsur Pelaksana Administrasi

Pasal 67

(1) Pelaksana administrasi terdiri atas Biro, Bagian, dan

Subbagian.

(2) Biro, Bagian, dan Subbagian sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dipimpin oleh seorang Kepala.

(3) Kepala Biro, Kepala Bagian, dan Kepala Subbagian

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan jabatan

struktural.

Page 52: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 52 -

(4) Kepala Biro, Kepala Bagian, dan Kepala Subbagian

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diangkat dan

diberhentikan oleh Rektor sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Paragraf 9

Senat

Pasal 68

(1) Ketua Senat dipilih dari dan oleh anggota Senat.

(2) Pemilihan Ketua Senat dilakukan dalam rapat Senat yang

diselenggarakan khusus untuk maksud tersebut.

(3) Rapat pemilihan Ketua Senat sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) dipimpin oleh anggota Senat tertua dan

didampingi oleh anggota Senat termuda.

(4) Rapat Senat sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

dinyatakan sah apabila dihadiri oleh paling sedikit 2/3

(dua per tiga) dari seluruh anggota Senat.

(5) Pimpinan rapat menjaring paling sedikit 2 (dua) nama

calon Ketua Senat dari anggota Senat yang hadir.

(6) Pemilihan Ketua Senat sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) dilakukan melalui musyawarah untuk mencapai

mufakat.

(7) Apabila musyawarah untuk mencapai mufakat

sebagaimana dimaksud pada ayat (6) tidak dapat dicapai,

dilakukan pemungutan suara dengan ketentuan setiap

anggota Senat memiliki 1 (satu) hak suara.

(8) Calon yang memperoleh suara terbanyak ditetapkan

sebagai Ketua Senat terpilih.

(9) Ketua Senat terpilih sebagaimana dimaksud pada ayat (8)

menunjuk salah satu anggota Senat sebagai Sekretaris

Senat.

(10) Ketua Senat terpilih dan Sekretaris sebagaimana

dimaksud pada ayat (8) dan ayat (9) ditetapkan oleh

Rektor.

Page 53: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 53 -

(11) Masa jabatan Ketua dan Sekretaris Senat selama 4

(empat) tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu)

kali masa jabatan.

(12) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata

cara pemilihan Ketua Senat diatur dalam Peraturan

Senat.

Paragraf 10

Senat Fakultas

Pasal 69

Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara pemilihan

Ketua Senat Fakultas diatur dengan Peraturan Senat.

Paragraf 11

Satuan Pengawasan Internal

Pasal 70

(1) Satuan Pengawasan Internal terdiri atas:

a. Ketua;

b. Sekretaris; dan

c. anggota.

(2) Ketua Satuan Pengawasan Internal dipilih dari dan oleh

anggota.

(3) Pemilihan Ketua Satuan Pengawasan Internal dilakukan

dalam Rapat Satuan Pengawasan Internal yang

diselenggarakan khusus untuk maksud tersebut.

(4) Pemilihan Ketua Satuan Pengawasan Internal

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan melalui

musyawarah untuk mencapai mufakat.

(5) Apabila musyawarah untuk mencapai mufakat

sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tidak dapat dicapai,

dilakukan pemungutan suara dengan ketentuan setiap

anggota Satuan Pengawasan Internal memiliki 1 (satu)

hak suara.

(6) Calon yang memperoleh suara terbanyak ditetapkan

sebagai Ketua Satuan Pengawasan Internal terpilih.

Page 54: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 54 -

(7) Ketua Satuan Pengawasan Internal terpilih sebagaimana

dimaksud pada ayat (6) menunjuk salah satu anggota

Satuan Pengawasan Internal sebagai Sekretaris.

(8) Ketua Satuan Pengawasan Internal terpilih dan

Sekretaris sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dan ayat

(7) ditetapkan oleh Rektor.

(9) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemilihan

Ketua Satuan Pengawasan Internal diatur dalam

Peraturan Rektor.

Paragraf 12

Dewan Penyantun

Pasal 71

(1) Ketua Dewan Penyantun dipilih dari dan oleh anggota.

(2) Ketua Dewan Penyantun terpilih sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) menunjuk salah satu anggota Dewan

Penyantun sebagai Sekretaris.

(3) Ketua dan Sekretaris Dewan Penyantun ditetapkan oleh

Rektor.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemilihan

Ketua Dewan Penyantun diatur dalam Peraturan Rektor.

Paragraf 13

Pemberhentian

Pasal 72

(1) Rektor, Wakil Rektor, Dekan, Wakil Dekan, Direktur

Pascasarjana, Wakil Direktur Pascasarjana, Ketua

Jurusan/Bagian, Sekretaris Jurusan/Bagian, Ketua

Lembaga, Sekretaris Lembaga, Kepala Pusat, Kepala UPT,

dan Kepala Laboratorium/Bengkel/Studio diberhentikan

dari jabatannya karena masa jabatannya berakhir.

(2) Rektor dapat diberhentikan sebelum masa jabatannya

berakhir sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Page 55: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 55 -

(3) Wakil Rektor, Dekan, Wakil Dekan, Direktur

Pascasarjana, Wakil Direktur Pascasarjana, Ketua

Jurusan/Bagian, Sekretaris Jurusan/Bagian, Ketua

Lembaga, Sekretaris Lembaga, Kepala Pusat, Kepala UPT,

dan Kepala Laboratorium/Bengkel/Studio sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dapat diberhentikan sebelum

masa jabatan berakhir karena:

a. telah berusia 65 (enam puluh lima) tahun;

b. berhalangan tetap;

c. permohonan sendiri;

d. diangkat dalam jabatan negeri yang lain;

e. dipidana berdasarkan keputusan pengadilan yang

memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan

perbuatan yang diancam pidana kurungan;

f. diberhentikan sementara dari jabatan negeri;

g. dibebaskan dari tugas-tugas jabatan dosen;

h. menjalani tugas belajar atau izin belajar lebih dari 6

(enam) bulan dalam rangka studi lanjut yang

meninggalkan tugas tridharma perguruan tinggi;

dan/atau

i. cuti di luar tanggungan Negara.

(4) Berhalangan tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

huruf b meliputi:

a. meninggal dunia;

b. sakit yang tidak dapat disembuhkan yang

menyebabkan tidak dapat melaksanakan tugas dan

kewajibannya, dibuktikan dengan Berita Acara

Majelis Pemeriksa Kesehatan Pegawai Negeri Sipil

atau surat keterangan dari pejabat yang berwenang;

atau

c. berhenti dari aparatur sipil negara atas permohonan

sendiri.

(5) Pemberhentian Rektor sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dan ayat (2) dilakukan oleh Menteri sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

(6) Pemberhentian Wakil Rektor, Dekan, Wakil Dekan,

Direktur Pascasarjana, Wakil Direktur Pascasarjana,

Page 56: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 56 -

Ketua Jurusan/Bagian, Sekretaris Jurusan/Bagian,

Ketua Lembaga, Sekretaris Lembaga, Kepala Pusat,

Kepala UPT, dan Kepala Laboratorium/Bengkel/Studio

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3)

dilakukan oleh Rektor sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Pasal 73

Apabila terjadi pemberhentian Rektor sebelum masa

jabatannya berakhir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72

ayat (2), Menteri menetapkan Rektor yang baru sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 74

(1) Apabila terjadi pemberhentian Wakil Rektor sebelum

masa jabatannya berakhir sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 72 ayat (2), Rektor mengangkat dan menetapkan

Wakil Rektor definitif.

(2) Pengangkatan dan penetapan Wakil Rektor definitif

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan

sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 53.

(3) Wakil Rektor yang meneruskan sisa masa jabatan lebih

dari 2 (dua) tahun, dihitung sebagai 1 (satu) masa

jabatan.

Pasal 75

(1) Apabila terjadi pemberhentian Dekan sebelum masa

jabatannya berakhir sebagaimana dimaksud dalam Pasal

72 ayat (2), Rektor mengangkat dan menetapkan salah

satu Wakil Dekan sebagai Dekan definitif.

(2) Pengangkatan dan penetapan Dekan definitif

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan

sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 55.

(3) Dekan yang meneruskan sisa masa jabatan lebih dari 2

(dua) tahun, dihitung sebagai 1 (satu) masa jabatan.

Page 57: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 57 -

Pasal 76

(1) Apabila terjadi pemberhentian Wakil Dekan sebelum

masa jabatannya berakhir sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 72 ayat (2), Rektor mengangkat dan menetapkan

Wakil Dekan definitif.

(2) Pengangkatan dan penetapan Wakil Dekan definitif

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan

sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 60.

(3) Wakil Dekan yang meneruskan sisa masa jabatan lebih

dari 2 (dua) tahun, dihitung sebagai 1 (satu) masa

jabatan.

Pasal 77

(1) Apabila terjadi pemberhentian Direktur Pascasarjana

sebelum masa jabatannya berakhir sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 72 ayat (2), Rektor mengangkat

dan menetapkan salah satu Wakil Direktur sebagai

Direktur Pascasarjana definitif.

(2) Pengangkatan dan penetapan Direktur Pascasarjana

definitif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 64.

(3) Direktur Pascasarjana yang meneruskan sisa masa

jabatan lebih dari 2 (dua) tahun, dihitung sebagai 1 (satu)

masa jabatan.

Pasal 78

(1) Apabila terjadi pemberhentian Wakil Direktur

Pascasarjana sebelum masa jabatannya berakhir

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72 ayat (2), Rektor

mengangkat dan menetapkan Wakil Direktur

Pascasarjana definitif atas usul Direktur Pascasarjana.

(2) Pengangkatan dan penetapan Wakil Direktur

Pascasarjana definitif sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 64.

Page 58: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 58 -

(3) Wakil Direktur Pascasarjana yang meneruskan sisa masa

jabatan lebih dari 2 (dua) tahun, dihitung sebagai 1 (satu)

masa jabatan.

Pasal 79

(1) Apabila terjadi pemberhentian Ketua Jurusan/Bagian

sebelum masa jabatannya berakhir sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 72 ayat (2), Rektor mengangkat

dan menetapkan Sekretaris Jurusan/Bagian sebagai

Ketua Jurusan/Bagian definitif melanjutkan sisa masa

jabatan Ketua Jurusan.

(2) Dalam hal sisa masa jabatan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) lebih dari 2 (dua) tahun, dihitung sebagai 1

(satu) masa jabatan.

Pasal 80

(1) Apabila terjadi pemberhentian Sekretaris

Jurusan/Bagian sebelum masa jabatannya berakhir

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72 ayat (2), Rektor

mengangkat dan menetapkan salah satu dosen sebagai

Sekretaris Jurusan/Bagian definitif.

(2) Pengangkatan dan penetapan Sekretaris Jurusan/Bagian

definitif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 62.

(3) Sekretaris Jurusan yang meneruskan sisa masa jabatan

lebih dari 2 (dua) tahun, dihitung sebagai 1 (satu) masa

jabatan.

Pasal 81

(1) Apabila terjadi pemberhentian Ketua Lembaga sebelum

masa jabatannya berakhir sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 72 ayat (2), Rektor mengangkat dan menetapkan

Ketua Lembaga definitif untuk melanjutkan sisa masa

jabatan Ketua Lembaga sebelumnya.

(2) Pengangkatan dan penetapan Ketua Lembaga definitif

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan

Page 59: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 59 -

sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 65.

(3) Dalam hal sisa masa jabatan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) lebih dari 2 (dua) tahun, dihitung sebagai 1

(satu) masa jabatan.

Pasal 82

(1) Apabila terjadi pemberhentian Sekretaris Lembaga

sebelum masa jabatannya berakhir sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 72 ayat (2), Rektor mengangkat

dan menetapkan Sekretaris Lembaga definitif untuk

melanjutkan sisa masa jabatan Sekretaris Lembaga

sebelumnya.

(2) Pengangkatan dan penetapan Sekretaris Lembaga

definitif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 65.

(3) Sekretaris Lembaga yang meneruskan sisa masa jabatan

lebih dari 2 (dua) tahun, dihitung sebagai 1 (satu) masa

jabatan.

Pasal 83

(1) Apabila terjadi pemberhentian Kepala Pusat sebelum

masa jabatannya berakhir sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 72 ayat (2), Rektor mengangkat dan menetapkan

Kepala Pusat definitif untuk melanjutkan sisa masa

jabatan Kepala Pusat sebelumnya.

(2) Dalam hal sisa masa jabatan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) lebih dari 2 (dua) tahun, dihitung sebagai 1

(satu) masa jabatan.

Pasal 84

(1) Apabila terjadi pemberhentian Kepala UPT sebelum masa

jabatannya berakhir sebagaimana dimaksud dalam Pasal

72 ayat (2), Rektor mengangkat dan menetapkan Kepala

UPT untuk melanjutkan sisa masa jabatan Kepala UPT

sebelumnya.

Page 60: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 60 -

(2) Dalam hal sisa masa jabatan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) lebih dari 2 (dua) tahun, dihitung sebagai 1

(satu) masa jabatan.

Pasal 85

(1) Apabila terjadi pemberhentian Kepala

Laboratorium/Bengkel/Studio sebelum masa jabatannya

berakhir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72 ayat (2),

Rektor mengangkat dan menetapkan Kepala

Laboratorium/Bengkel/Studio definitif atas usul Dekan.

(2) Pengangkatan dan penetapan Kepala

Laboratorium/Bengkel/Studio definitif sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan

ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63.

Pasal 86

(1) Apabila terjadi pemberhentian Kepala Biro, Kepala

Bagian, dan Kepala Subbagian sebelum masa jabatannya

berakhir, Rektor mengangkat Kepala Biro, Kepala Bagian,

dan Kepala Subbagian definitif.

(2) Pengangkatan Kepala Biro, Kepala Bagian, dan Kepala

Subbagian definitif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Pasal 87

(1) Ketua dan Sekretaris Senat, Satuan Pengawasan Internal,

dan Dewan Penyantun diberhentikan dari jabatannya

karena masa jabatannya berakhir.

(2) Ketua dan Sekretaris Senat dan Satuan Pengawasan

Internal dapat diberhentikan sebelum masa jabatannya

berakhir karena:

a. permohonan sendiri;

b. berhalangan tetap;

c. dikenakan hukuman disiplin tingkat berat sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

d. diberhentikan dari tugas-tugas jabatan dosen;

Page 61: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 61 -

e. dipidana berdasarkan keputusan pengadilan yang

memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan

perbuatan yang diancam pidana kurungan;

f. sedang menjalani tugas belajar atau tugas lain lebih

dari 6 (enam) bulan; dan

g. cuti di luar tanggungan negara.

(3) Ketua dan Sekretaris Dewan Penyantun diberhentikan

sebelum masa jabatannya berakhir karena:

a. permohonan sendiri;

b. berhalangan tetap;

c. dikenakan hukuman disiplin tingkat berat sesuai

dengan peraturan perundang-undangan; dan

d. dipidana berdasarkan keputusan pengadilan yang

memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan

perbuatan yang diancam pidana kurungan.

(4) Berhalangan tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

huruf b dan ayat (3) huruf b meliputi:

a. meninggal dunia; atau

b. sakit yang tidak dapat disembuhkan yang

menyebabkan tidak dapat melaksanakan tugas dan

kewajibannya, dibuktikan dengan surat keterangan

dari pejabat yang berwenang.

Pasal 88

(1) Apabila terjadi pemberhentian Ketua Senat sebelum

masa jabatannya berakhir sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 87 ayat (2), dilakukan pemilihan Ketua Senat yang

baru.

(2) Pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 38.

Page 62: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 62 -

Pasal 89

Apabila terjadi pemberhentian Sekretaris Senat sebelum masa

jabatannya berakhir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 87

ayat (2), Ketua Senat menunjuk Sekretaris Senat yang baru.

Pasal 90

Apabila terjadi pemberhentian Ketua dan Sekretaris Satuan

Pengawas Internal sebelum masa jabatannya berakhir

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 87 ayat (2), Rektor

mengangkat dan menetapkan Ketua dan Sekretaris Satuan

Pengawas Internal yang baru.

Pasal 91

Apabila terjadi pemberhentian Ketua dan Sekretaris Dewan

Penyantun sebelum masa jabatannya berakhir sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 87 ayat (3), Rektor mengangkat dan

menetapkan Ketua dan Sekretaris Dewan Penyantun yang

baru.

Bagian Keempat

Sistem Pengendalian dan Pengawasan Internal

Pasal 92

(1) Untuk meningkatkan mutu dan efisiensi dalam

penyelenggaraan pendidikan, dilakukan pengendalian

dan pengawasan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

(2) Sistem Pengendalian dan Pengawasan Internal UNLAM

merupakan proses yang integral pada tindakan dan

kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh

pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan

keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi

melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan

pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan

ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

(3) Ruang lingkup Sistem Pengendalian dan Pengawasan

Internal UNLAM terdiri atas:

Page 63: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 63 -

a. pengelolaan sumber daya manusia;

b. pengelolaan keuangan;

c. pengelolaan sarana dan prasarana (aset);

d. pengelolaan teknologi informasi dan komunikasi;

dan

e. bidang lainnya yang diperlukan.

(4) Dalam rangka pelaksanaan pengawasan internal, Satuan

Pengawasan Internal mendapatkan akses secara penuh

terhadap unit kerja di lingkungan UNLAM, aktivitas,

catatan-catatan, dokumen, personel, aset, serta informasi

relevan lainnya sesuai dengan tugas yang ditetapkan oleh

Rektor.

(5) Dalam pelaksanaan pengendalian dan pengawasan

internal, Satuan Pengawasan Internal dapat melakukan

audit rutin dan/atau audit investigasi.

(6) Audit rutin sebagaimana dimaksud pada ayat (5)

dilaksanakan sekurang-kurangnya 2 (dua) kali dalam

satu tahun akademik.

(7) Audit investigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5)

dilaksanakan atas permintaan pemimpin universitas,

civitas akademika, atau masyarakat umum dengan

terlebih dahulu melaporkan secara tertulis kepada

Satuan Pengawasan Internal.

(8) Dalam pelaksanaan pengendalian dan pengawasan

internal sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Satuan

Pengawasan Internal dapat meminta bantuan dari tenaga

ahli, baik dari dalam maupun luar UNLAM.

(9) Satuan Pengawasan Internal melaporan hasil

pelaksanaan pengendalian dan pengawasan internal yang

terdiri atas:

a. audit atas penyeleggaraan keuangan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan;

b. penilaian tentang daya guna dan kehematan

penggunaan sarana dan prasarana Universitas;

c. penilaian tentang manfaat suatu kegiatan sesuai

dengan perencanaan masing-masing unit-unit di

lingkungan UNLAM;

Page 64: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 64 -

d. penilaian atas pendayagunaan dan pengembangan

sumber daya manusia di universitas;

e. melakukan kajian terhadap kecukupan pelaksanaan

manajemen risiko di lingkungan universitas.

(10) Satuan Pengawasan Internal menyampaikan laporan

hasil audit sebagaimana dimaksud pada ayat (9) beserta

rekomendasi yang diusulkan secara tertulis kepada

Rektor.

(11) Satuan Pengawasan Internal memantau dan

mengevaluasi tindak lanjut atas rekomendasi hasil audit

yang telah disetujui oleh Rektor.

(12) Ketentuan lebih lanjut mengenai Sistem Pengendalian

dan Pengawasan Internal sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) sampai dengan ayat (11) diatur dalam Peraturan

Rektor.

Bagian Kelima

Dosen dan Tenaga Kependidikan

Pasal 93

(1) Dosen terdiri atas:

a. dosen tetap; dan

b. dosen tidak tetap.

(2) Dosen tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

merupakan dosen yang bekerja penuh waktu yang

berstatus sebagai pendidik tetap di UNLAM.

(3) Dosen tidak tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf b merupakan dosen yang bekerja paruh waktu di

UNLAM yang diangkat oleh Rektor atas usul Dekan

Fakultas sesuai dengan kebutuhan.

Pasal 94

(1) Jenjang jabatan akademik dosen terdiri atas:

a. asisten ahli;

b. lektor;

c. lektor kepala; dan

d. profesor.

Page 65: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 65 -

(2) Pengangkatan dan pemberhentian jabatan akademik

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undang.

Pasal 95

(1) Pembinaan dan pengembangan profesi dosen UNLAM

meliputi pembinaan, pengembangan profesi, dan karir.

(2) Pembinaan dan pengembangan profesi dosen UNLAM

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi

kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,

kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.

(3) Pembinaan dan pengembangan profesi dosen UNLAM

dilakukan melalui jabatan fungsional.

(4) Pembinaan dan pengembangan profesi dosen UNLAM

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 96

Pengangkatan, penempatan, pemindahan, dan pemberhentian

dosen dilaksanakan oleh Rektor sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Pasal 97

(1) Tenaga kependidikan di lingkungan UNLAM terdiri atas

jabatan fungsional tertentu dan jabatan fungsional

umum.

(2) Jabatan fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

mengacu pada ketentuan peraturan perundang-

undangan.

(3) Pengangkatan dan pemberhentian tenaga kependidikan

dilakukan oleh Rektor sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Page 66: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 66 -

Bagian Keenam

Mahasiswa dan Alumni

Pasal 98

(1) Setiap mahasiswa UNLAM mempunyai hak dan

kewajiban.

(2) Hak mahasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

sebagai berikut:

a. menggunakan kebebasan akademik dengan

mengutamakan penalaran dan akhlak mulia serta

bertanggung jawab sesuai dengan budaya akademik;

b. memperoleh layanan pendidikan sesuai dengan

minat, bakat, kegemaran, dan kemampuan;

c. memanfaatkan fasilitas UNLAM dalam rangka

kelancaran proses belajar;

d. mendapat bimbingan dari dosen yang

bertanggungjawab atas program studi yang

diikutinya;

e. memperoleh layanan informasi yang berkaitan

dengan program studi yang diikuti serta hasil

belajar;

f. menyelesaikan studi lebih cepat sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan;

g. memperoleh pelayanan kesejahteraan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang- undangan;

h. pindah ke perguruan tinggi atau program studi lain

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan;

i. ikut serta dalam organisasi kemahasiswaan di

lingkungan UNLAM; dan

j. memperoleh pelayanan khusus bagi mahasiswa

berkebutuhan khusus.

(3) Kewajiban mahasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) sebagai berikut:

a. mengembangkan potensi diri agar memiliki

kemampuan akademis sesuai dengan Standar

Nasional Pendidikan Tinggi.

Page 67: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 67 -

b. ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan

kecuali bagi mahasiwa yang dibebaskan dari

kewajiban tersebut sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku;

c. menjaga etika dan norma akademik;

d. mematuhi semua peraturan/ketentuan yang berlaku

di UNLAM;

e. ikut memelihara sarana dan prasarana serta

kebersihan, ketertiban dan keamanan UNLAM;

f. menjaga kewibawaan dan nama baik UNLAM; dan

g. menjunjung tinggi kebudayaan nasional dan daerah.

(4) Mahasiswa yang tidak melaksanakan kewajiban

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dikenai

sanksi.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai hak dan kewajiban

mahasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan

ayat (3) serta sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (4)

diatur dalam Peraturan Rektor.

Pasal 99

Status sebagai mahasiswa UNLAM dinyatakan berakhir

apabila:

a. telah menyelesaikan program pendidikan;

b. mengundurkan diri atas permintaan sendiri;

c. tidak memenuhi persyaratan akademik yang telah

ditetapkan oleh Rektor;

d. melewati batas waktu yang ditentukan untuk

menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan;

e. terbukti terlibat dalam tindak pidana kejahatan

berdasarkan putusan pengadilan yang mempunyai

kekuatan hukum tetap; dan/atau

f. terbukti melakukan pelanggaran berat terhadap

peraturan dan ketentuan yang berlaku di UNLAM.

Page 68: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 68 -

Pasal 100

(1) UNLAM melaksanakan usaha pengembangan pribadi,

wawasan, dan kreativitas mahasiswa melalui kegiatan

ekstrakurikuler.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai kegiatan

ekstrakurikuler sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diatur dalam Peraturan Rektor.

Pasal 101

(1) Mahasiswa dapat membentuk organisasi kemahasiswaan.

(2) Organisasi kemahasiswaan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dibentuk untuk melaksanakan peningkatan

kepemimpinan, organisasi, penalaran, minat dan bakat,

pengabdian kepada masyarakat, dan kesejahteraan

mahasiswa.

(3) Organisasi kemahasiswaan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dapat berada di tingkat universitas, fakultas, dan

Jurusan/Bagian.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai organisasi

kemahasiswaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diatur dengan Peraturan Rektor.

Pasal 102

(1) Kegiatan mahasiswa di dalam kampus yang

mengatasnamakan Fakultas/Jurusan/Bagian harus

mendapatkan izin Dekan.

(2) Kegiatan mahasiswa di luar kampus yang

mengatasnamakan UNLAM harus mendapatkan izin

Rektor.

(3) Kegiatan mahasiswa atas nama pribadi atau kelompok

menjadi tanggung jawab pribadi atau kelompok yang

bersangkutan.

Page 69: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 69 -

Pasal 103

(1) Alumni UNLAM adalah semua orang yang pernah

menempuh program akademik, vokasi, profesi dan

spesialis di UNLAM.

(2) Alumni UNLAM dapat membentuk organisasi alumni

yang bertujuan untuk membina hubungan dengan

UNLAM, masyarakat ilmiah, dan dunia kerja dalam

upaya untuk menunjang pencapaian tujuan pendidikan

tinggi.

(3) Alumni maupun organisasi alumni dapat memberi

masukan dan bantuan lain dalam rangka pengembangan

UNLAM.

(4) Organisasi alumni UNLAM diatur dalam anggaran dasar

dan anggaran rumah tangga organisasi alumni UNLAM.

Bagian Ketujuh

Sarana dan Prasarana

Pasal 104

UNLAM menyediakan sarana dan prasarana untuk memenuhi

keperluan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, potensi

dan kecerdasan mahasiswa.

Pasal 105

(1) Sarana dan prasarana UNLAM merupakan semua

fasilitas utama dan penunjang penyelenggaraan

tridharma perguruan tinggi.

(2) Sarana dan prasarana yang dikuasai UNLAM merupakan

barang milik negara yang berada di bawah pengawasan

dan tanggung jawab Rektor.

(3) Pengelolaan sarana dan prasarana sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) yang diperoleh dari sumber dana

pemerintah, dana masyarakat, dan sumber lainnya

dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

(4) Setiap anggota sivitas akademika dan tenaga

kependidikan memiliki kewajiban untuk memelihara dan

Page 70: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 70 -

menggunakan sarana dan prasarana UNLAM secara

bertanggung jawab, berdayaguna, dan berhasil guna.

(5) Pengelolaan sarana dan prasarana sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilaporkan dalam sistem

informasi pelaporan barang milik negara sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

(6) Sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dikelola dan dimanfaatkan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Bagian Kedelapan

Pengelolaan Anggaran

Pasal 106

(1) Pengelolaan anggaran meliputi perencanaan,

pelaksanaan, pertanggungjawaban, dan pelaporan.

(2) Rencana anggaran pendapatan dan belanja UNLAM

disusun oleh Rektor setiap tahun berdasarkan rencana

kegiatan dari setiap unit dan diusulkan kepada Menteri

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

(3) Pelaksanaan anggaran dilakukan sesuai dengan petunjuk

operasional anggaran pendapatan dan belanja UNLAM.

(4) Pelaksanaan anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat

(3) dilakukan dengan menerapkan prinsip akuntabilitas,

skala prioritas, efisiensi, dan efektivitas.

(5) Pertanggungjawaban dan pelaporan keuangan

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

(6) Laporan pertanggungjawaban pengelolaan anggaran

UNLAM direviu oleh Satuan Pengawasan Internal sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Page 71: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 71 -

Pasal 107

(1) Pendapatan UNLAM diperoleh dari pemerintah,

pemerintah daerah, masyarakat, hasil usaha yang sah,

dan pihak lain yang tidak mengikat, baik dari dalam

maupun luar negeri.

(2) Pendapatan yang diperoleh dari masyarakat sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) berupa:

a. uang Kuliah Tunggal (UKT) atau dengan sebutan

lain;

b. hasil kerja sama antara UNLAM dan pihak lain; dan

c. pendapatan lain-lain yang sah.

(3) Penggunaan pendapatan UNLAM sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dikelola sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Pasal 108

Pengelolaan dana kontribusi Penyelenggaraan Penelitian dan

Pengabdian kepada Masyarakat diatur dalam Peraturan

Rektor setelah mendapat pertimbangan Senat.

Bagian Kesembilan

Kerja Sama

Pasal 109

(1) Untuk meningkatkan mutu kegiatan tridharma

perguruan tinggi, UNLAM dapat melakukan kerja sama

bidang akademik dan/atau bidang non-akademik dengan

perguruan tinggi lain, dunia usaha, atau pihak lain baik

dalam maupun luar negeri.

(2) Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

bertujuan meningkatkan efektivitas, efisiensi,

produktivitas, kreavitas, inovasi, dan relevansi

penyelenggaraan kegiatan pendidikan, penelitian dan

pengabdian kepada masyarakat serta kegiatan kerja

sama lainnya dalam rangka pengembangan program dan

institusi perguruan tinggi.

Page 72: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 72 -

(3) Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

berasaskan kemitraan, persamaan kedudukan, saling

menguntungkan, dan memberikan kontribusi kepada

masyarakat.

(4) Kerja sama UNLAM dilaksanakan dengan prinsip:

a. mengutamakan kepentingan pembangunan

nasional;

b. menghargai kesetaraan mutu;

c. saling menghormati;

d. menghasilkan peningkatan mutu pendidikan;

e. berkelanjutan; dan

f. mempertimbangkan keberagaman kultur yang

bersifat lintas daerah, nasional, dan/atau

internasional.

Pasal 110

(1) Kerja sama akademik sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 105 ayat (1) dapat berbentuk:

a. penyelenggaraan pendidikan, penelitian, dan

pengabdian kepada masyarakat;

b. program kembaran;

c. pengalihan dan/atau pemerolehan angka kredit

dan/atau satuan lain yang sejenis;

d. penugasan dosen senior sebagai pembina pada

perguruan tinggi yang membutuhkan pembinaan;

e. pertukaran dosen dan/atau mahasiswa;

f. pemanfaatan bersama berbagai sumber daya;

g. pemagangan;

h. penerbitan terbitan berkala ilmiah;

i. penyelenggaraan seminar bersama; dan/atau

j. bentuk-bentuk lain yang dianggap perlu.

(2) Kerja sama non-akademik sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 105 ayat (1) dapat berbentuk:

a. pendayagunaan aset;

b. penggalangan dana;

c. jasa dan royalti hak kekayaan intelektual; dan/atau

d. bentuk lain yang dianggap perlu.

Page 73: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 73 -

(3) Kerja sama bidang akademik dan bidang non akademik,

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat

mencakup beberapa bentuk kerja sama yang dimuat

dalam 1 (satu) perjanjian kerja sama atau lebih.

(4) Perjanjian kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat

(3) paling sedikit memuat:

a. waktu penandatanganan kerja sama;

b. identitas para pihak yang membuat kerja sama;

c. ruang lingkup kerja sama;

d. hak dan kewajiban masing-masing pihak secara

timbal balik;

e. jangka waktu kerja sama;

f. keadaan kahar (force majeur);

g. penyelesaian sengketa para pihak dalam kerja sama;

dan

h. sanksi atas kerja sama.

(5) Perjanjian kerja sama yang menggunakan dan/atau

menghasilkan hak kekayaan intelektual dan/atau aset

negara wajib memuat pengaturan tentang hak kekayaan

intelektual (HKI) dan aset negara sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

(6) Dalam hal salah satu pihak dalam perjanjian kerja sama

adalah pihak asing, perjanjian kerja sama harus dibuat

dalam bahasa Indonesia dan bahasa asing.

(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan

kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai

dengan ayat (6) diatur dalam Peraturan Rektor setelah

mendapat persetujuan Senat dan dilakukan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Page 74: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 74 -

BAB V

SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL

Pasal 111

(1) Sistem Penjaminan Mutu Internal UNLAM merupakan

kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi

oleh UNLAM secara otonom untuk mengendalikan dan

meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara

berencana dan berkelanjutan.

(2) Tujuan Sistem Penjaminan Mutu Internal UNLAM:

a. menjamin setiap layanan akademik kepada

mahasiswa dilakukan sesuai standar nasional

pendidikan tinggi;

b. mewujudkan tranparansi dan akuntabilitas kepada

masyarakat khususnya orang tua/wali mahasiswa

mengenai penyelenggaraan pendidikan sesuai

dengan standar nasional pendidikan tinggi; dan

c. mendorong semua pihak/unit di UNLAM untuk

bekerja mencapai tujuan dengan berdasarkan pada

standar nasional pendidikan tinggi dan secara

berkelanjutan berupaya meningkatkan mutu.

(3) Sistem Penjaminan Mutu Internal UNLAM dilaksanakan

dengan berpedoman pada prinsip:

a. berorientasi kepada pemangku kepentingan internal

dan eksternal;

b. mengutamakan kebenaran;

c. tanggung jawab sosial;

d. pengembangan kompetensi personal;

e. partisipatif dan kolegial;

f. keseragaman metode; dan

g. inovasi, belajar, dan perbaikan secara berkelanjutan.

(4) Ruang lingkup Sistem Penjaminan Mutu Internal UNLAM

terdiri atas:

a. pengembangan standar mutu dan audit di bidang

pendidikan;

b. pengembangan standar mutu dan audit di bidang

penelitian;

Page 75: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 75 -

c. pengembangan standar mutu dan audit di bidang

pengabdian kepada masyarakat; dan

d. pengembangan standar mutu dan audit di bidang

kemahasiswaan.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai Sistem Penjaminan

Mutu Internal UNLAM sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) diatur dalam Peraturan Rektor.

Pasal 112

(1) Untuk menjamin mutu penyelenggaraan pendidikan

dilakukan akreditasi.

(2) Akreditasi dilaksanakan untuk menentukan kelayakan

program studi dan/atau institusi UNLAM.

(3) Akreditasi merupakan tanggung jawab semua unsur

untuk memperoleh kepercayaan masyarakat dan

menunjukkan kemampuan untuk menghadapi

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

(4) Pelaksanaan proses akreditasi program studi

dikoordinasikan oleh Dekan/Direktur

Pascasarjana/Ketua Jurusan dan pelaksanaan akreditasi

institusi dikoordinasikan oleh Rektor sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

(5) Akreditasi institusi dilakukan oleh Badan Akreditasi

Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) atau lembaga

mandiri lain yang ditetapkan oleh Menteri.

(6) Pelaksanaan akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

BAB VI

BENTUK DAN TATA CARA PEMBENTUKAN PERATURAN

Pasal 113

(1) Bentuk dan hirarki peraturan di lingkungan UNLAM

sebagai berikut:

a. peraturan perundang-undangan;

b. peraturan Senat;

Page 76: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 76 -

c. peraturan Rektor; dan

d. keputusan Rektor.

(2) Tata cara penetapan peraturan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

BAB VII

PENDANAAN DAN KEKAYAAN

Pasal 114

(1) Sumber pendanaan UNLAM bersumber dari:

a. pemerintah pusat;

b. pemerintah daerah;

c. penerimaan negara bukan pajak;

d. pinjaman baik dari dalam maupun luar negeri

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan;

e. hibah/donasi/kerja sama dengan mitra baik dari

dalam maupun luar negeri, baik perorangan

maupun kelompok;

f. hasil penjualan produk yang diperoleh dari

penyelenggaraan pendidikan tinggi; dan/atau

g. pendapatan dan sumber lain yang sah dan tidak

mengikat sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

(2) Penerimaan Negara Bukan Pajak sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf c terdiri atas: penerimaan dari sewa

gedung/bangunan dan bus, parkir, Lembaga Penelitian

dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M), Lembaga

Pengembangan Pendidikan dan Pembelajaran (LP3),

Lembaga Penjaminan Mutu (LPM), Unit Pelaksana Teknis

(UPT), dan Laboratorium.

(3) Penggunaan dana yang berasal dari sumber pendanaan

UNLAM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Page 77: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 77 -

Pasal 115

(1) Kekayaan UNLAM meliputi benda bergerak dan tidak

bergerak.

(2) Kekayaan UNLAM sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dimanfaatkan untuk penyelenggaraan tridharma

perguruan tinggi dan pengembangan UNLAM.

(3) Dana yang diperoleh dari pemanfaatan kekayaan UNLAM

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan

penerimaan negara bukan pajak.

(4) Kekayaan UNLAM sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

tidak dapat dipindahtangankan atau dijaminkan kepada

pihak lain.

BAB VIII

KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 116

(1) Perubahan Statuta UNLAM dilakukan dalam rapat yang

dihadiri oleh wakil dari organ UNLAM.

(2) Wakil organ UNLAM sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

terdiri atas:

a. Ketua, Sekretaris, dan anggota Senat;

b. Pemimpin UNLAM terdiri dari Rektor dan Wakil

Rektor;

c. Satuan Pengawasan Internal; dan

d. Dewan Penyantun.

(3) Pengambilan keputusan perubahan statuta UNLAM

dilakukan dengan musyawarah untuk mencapai mufakat

dan apabila musyawarah untuk mufakat tidak dapat

dicapai, pengambilan keputusan dilakukan melalui

pemungutan suara.

(4) Perubahan statuta UNLAM yang sudah disetujui dalam

rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan

kepada Menteri untuk ditetapkan.

Page 78: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 78 -

BAB IX

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 117

(1) Senat dan Dewan Penyantun yang ditetapkan

berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional

Nomor 028/0/2003 Tahun 2003 tentang Statuta

Universitas Lambung Mangkurat masih tetap

menjalankan tugas dan fungsinya sampai dibentuknya

organ UNLAM sesuai dengan peraturan Menteri ini.

(2) Pembentukan organ UNLAM sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dilakukan paling lambat 6 (enam) bulan

sejak ditetapkannya Peraturan Menteri ini.

Pasal 118

(1) Semua penyelenggaraan kegiatan akademik dan non-

akademik sebagai pelaksanaan dari ketentuan

Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor

028/0/2003 Tahun 2003 tentang Statuta Universitas

Lambung Mangkurat masih tetap dilaksanakan sampai

dengan disesuaikan dengan Peraturan Menteri ini.

(2) Penyesuaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan selambat-lambatnya dalam waktu 1 (satu)

tahun sejak ditetapkannya Peraturan Menteri ini.

BAB X

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 119

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, semua

ketentuan yang mengatur mengenai Statuta Universitas

Lambung Mangkurat yang telah ada sebelumnya, dicabut dan

dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 120

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal

diundangkan.

Page 79: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

- 79 -

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya

dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 3 Agustus 2016

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN

PENDIDIKAN TINGGI

REPUBLIK INDONESIA,

TTD.

MOHAMAD NASIR

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 16 Agustus 2016

DIREKTUR JENDERAL

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

TTD.

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 1204

Salinan sesuai dengan aslinya Kepala Biro Hukum dan Organisasi

Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi,

Ani Nurdiani Azizah NIP. 195812011985032001

Page 80: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 32 TAHUN 1979 TENTANG

PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa ketentuan-ketentuan mengenai pemberhentian Pegawai Negeri Sipil yang sekarang berlaku, dipandang tidak sesuai lagi dengan keadaan dewasa ini, oleh sebab itu perlu ditinjau kembali dan disempurnakan; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945; 2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974

Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3041);

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL.

BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan : a. pemberhentian sebagai Pegawai Negeri Sipil adalah pemberhentian yang mengakibatkan yang bersangkutan

kehilangan statusnya sebagai Pegawai Negeri Sipil; b. pemberhentian dari Jabatan Negeri adalah pemberhentian yang mengakibatkan yang bersangkutan tidak bekerja

lagi pada suatu satuan organisasi Negara, tetapi masih tetap berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil; c. hilang adalah suatu keadaan bahwa seseorang di luar kemauan dan kemampuannya tidak diketahui tempatnya

berada dan tidak diketahui apakah ia masih hidup atau telah meninggal dunia; d. batas usia pensiun adalah batas usia Pegawai Negeri Sipil harus diberhentikan sebagai Pegawai Negeri Sipil.

BAB II PEMBERHENTIAN

Bagian Pertama Pemberhentian Atas Permintaan Sendiri

Pasal 2

(1) Pegawai Negeri Sipil yang meminta berhenti, diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil. (2) Permintaan berhenti sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dapat ditunda untuk paling lama 1 (satu) tahun,

apabila ada kepentingan dinas yang mendesak. (3) Permintaan berhenti sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dapat ditolak apabila Pegawai Negeri Sipil yang

bersangkutan masih terikat dalam keharusan bekerja pada Pemerintah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Bagian Kedua

Pemberhentian Karena Mencapai Batas Usia Pensiun

Pasal 3 (1) Pegawai Negeri Sipil yang telah mencapai batas usia pensiun, diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai

Negeri Sipil. (2) Batas usia pensiun sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah 56 (lima puluh enam) tahun.

Pasal 4 (1) Batas usia pensiun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, dapat diperpanjang bagi Pegawai Negeri Sipil yang

memangku jabatan tertentu. (2) Perpanjangan batas usia pensiun sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), adalah sampai dengan

a. 65 (enam puluh lima) tahun bagi Pegawai Negeri Sipil yang memangku jabatan : 1. Ahli Peneliti dan Peneliti yang ditugaskan secara penuh di bidang penelitian; 2. Guru Besar, Lektor Kepala, Lektor yang ditugaskan secara penuh pada perguruan tinggi; 3. Jabatan lain yang ditentukan oleh Presiden;

b. 60 (enam puluh) tahun bagi Pegawai Negeri Sipil yang memangku jabatan : 1. Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda, dan Hakim Anggota Mahkamah Agung; 2. Jaksa Agung; 3. Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara; 4. Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen;

Page 81: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

5. Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal, Direktur Jenderal, dan Kepala Badan di Departemen; 6. Eselon I dalam jabatan strukturil yang tidak termasuk dalam angka 2, 3 dan 4. 7. Eselon II dalam jabatan strukturil; 8. Dokter yang ditugaskan secara penuh pada Lembaga Kedokteran Negeri sesuai dengan profesinya; 9. Pengawas Sekolah Lanjutan Tingkat Atas dan Pengawas Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama; 10. Guru yang ditugaskan secara penuh pada Sekolah Lanjutan Tingkat Atas dan Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama; 11. Penilik Taman Kanak-kanak, Penilik Sekolah Dasar, dan Penilik Pendidikan Agama; 12. Guru yang ditugaskan secara penuh pada Sekolah Dasar; 13. Jabatan lain yang ditentukan oleh

Presiden; c. 58 (lima puluh delapan) tahun bagi Pegawai Negeri Sipil yang memangku jabatan :

1. Hakim pada Mahkamah Pelayaran; 2. Hakim pada Pengadilan Tinggi; 3. Hakim pada Pengadilan Negeri; 4. Hakim Agama pada Pengadilan Agama Tingkat Banding; 5. Hakim Agama pada Pengadilan Agama; 6. Jabatan lain yang ditentukan oleh Presiden.

Pasal 5 Pemberhentian dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil karena mencapai batas usia pensiun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 4, diberitahukan kepada Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan 1 (satu) tahun sebelum ia mencapai batas usia pensiun tersebut.

Bagian Ketiga Pembehentian Karena Adanya

Penyederhanaan Organisasi

Pasal 6 Apabila ada penyederhaan suatu satuan organisasi Negara yang mengakibatkan adanya kelebihan Pegawai Negeri Sipil, maka Pegawai Negeri Sipil yang kelebihan itu disalurkan kepada satuan organisasi lainnya.

Pasal 7 Apabila penyaluran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 tidak mungkin dilaksanakan, maka Pegawai Negeri Sipil yang kelebihan itu diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil atau dari Jabatan Negeri dengan mendapat hak-hak kepegawaian berdasarkan peraturan perundag-undangan yang berlaku.

Bagian Keempat Pemberhentian Karena Melakukan

Pelanggaran/Tindak/Penyelewengan

Pasal 8 Pegawai Negeri Sipil dapat diberhentikan tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil karena : a. melanggar Sumpah/Janji Pegawai Negeri Sipil, Sumpah/Janji Jabatan Negeri atau Peraturan Disiplin Pegawai

Negeri Sipil; atau b. dihukum penjara, berdasarkan keputusan Pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum yang tetap,

karena dengan sengaja melakukan suatu tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana penjara setinggi-tingginya 4 (empat) tahun, atau diancam dengan pidana yang lebih berat.

Pasal 9

Pegawai Negeri Sipil diberhentikan tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil apabila dipidana penjara atau kurungan berdasarkan keputusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, karena : a. melakukan suatu tindak pidana kejahatan jabatan atau tindak pidana kejahatan yang ada hubungannya dengan

jabatan; atau b. melakukan suatu tindak pidana kejahatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 104 sampai dengan Pasal 161

Kitab Undang-undang Hukum Pidana.

Pasal 10 Pegawai Negeri Sipil diberhentikan tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil apabila ternyata melakukan usaha atau kegiatan yang bertujuan mengubah Pancasila dan atau Undang-Undang Dasar 1945 atau terlibat dalam gerakan atau melakukan kegiatan yang menentang Negara dan atau Pemerintah.

Bagian Kelima Pemberhentian Karena Tidak Cakap Jasmani Atau Rohani

Pasal 11

Pegawai Negeri Sipil diberhentikan dengan hormat dengan mendapat hak-hak kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku apabila berdasarkan surat keterangan Team Penguji Kesehatan dinyatakan a. tidak dapat bekerja lagi dalam semua Jabatan Negeri karena kesehatannya; atau

Page 82: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

b. menderita penyakit atau kelainan yang berbahaya bagi dirinya sendiri dan atau lingkungan kerjanya; atau c. setelah berakhirnya cuti sakit, belum mampu bekerja kembali.

Bagian Keenam Pemberhentian Karena Meninggalkan Tugas

Pasal 12

(1) Pegawai Negeri Sipil yang meninggalkan tugasnya secara tidak sah dalam waktu 2 (dua) bulan terusmenerus, diberhentikan pembayaran gajinya mulai bulan ketiga.

(2) Pegawai Negeri Sipil sebagaimna dimaksud dalam ayat (1) yang dalam waktu kurang dari 6 (enam) bulan melaporkan diri kepada pimpinan instansinya, dapat : a. ditugaskan kembali apabila ketidak hadirannya itu karena ada alasan-alasan yang dapat diterima; atau b. diberhentikan dengan hormat sebagai pegawai Negeri Sipil, apabila ketidak hadirannya itu adalah karena

kelalaian Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan dan menurut pendapat pejabat yang berwenang akan mengganggu.suasana kerja, jika ia ditugaskan kembali.

(3) Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), yang dalam waktu 6 (enam) bulan terus menerus meninggalkan tugasnya secara tidak sah, diberhentikan tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil.

Bagian Ketujuh

Pemberhentian Karena Meninggal Dunia Atau Hilang

Pasal 13 Pegawai Negeri Sipil yang meninggal dunia dengan sendirinya dianggap diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil.

Pasal 14 (1) Pegawai Negeri Sipil yang hilang, dianggap telah meninggal dunia pada akhir bulan ke 12 (dua belas) sejak ia

dinyatakan hilang. (2) Pernyataan hilang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dibuat oleh pejabat yang berwenang berdasarkan

surat keterangan atau berita acara dari pejabat yang berwajib. (3) Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), yang kemudian diketemukan kembali dan masih

hidup, diangkat kembali sebagai Pegawai Negeri Sipil, dan gajinya dibayar penuh terhitung sejak dianggap meninggal dunia dengan memperhitungkan hak-hak kepegawaian yang telah diterima oleh keluarganya.

Bagian Kedelapan

Pemberhentian Karena Hal-hal Lain

Pasal 15 (1) Pegawai Negeri Sipil yang tidak melaporkan diri kembali kepada instansi induknya setelah habis menjalankan

cuti di luar tanggungan Negara, diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil. (2) Pegawai Negeri Sipil yang melaporkan diri kepada instansi induknya setelah habis masa menjalankan cuti di

luar tanggungan Negara, tetapi tidak dapat dipekerjakan kembali karena tidak ada lowongan, diberhentikan dengan hormat dengan mendapat hak-hak kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB III

HAK-HAK KEPEGAWAIAN

Bagian Pertama Hak-hak Pegawai Negeri Sipil Yang Diberhentikan Dengan Hormat

Pasal 16

Kepada Pegawai Negeri Sipil yang diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil, diberikan hak-hak kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 17 (1) Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Pasal 11 huruf b dan huruf c, dan Pasal 15 ayat (2)

: a. diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil dengan hak pensiun, apabila telah mencapai

usia sekurang-kurangnya (lima puluh) tahun dan memiliki masa kerja pensiun sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun;

b. diberhentikan dengan hormat dari Jabatan Negeri dengan mendapat uang tunggu, apabila belum memenuhi syarat-syarat usia dan masa kerja sebagaimana dimaksud dalam huruf a.

(2) Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf a, diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil dengan hak pensiun : a. tanpa terikat pada masa kerja pensiun, apabila oleh Team Penguji Kesehatan dinyatakan tidak dapat bekerja

lagi dalam semua Jabatan Negeri, karena kesehatannya yang disebabkan oleh dan karena ia menjalankan kewajiban jabatan;

Page 83: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

b. jika telah memiliki masa kerja pensiun sekurang-kurangnya 4 (empat) tahun, apabila oleh Team Penguji Kesehatan dinyatakan tidak dapat bekerja lagi dalam semua Jabatan Negeri, karena kesehatannya yang bukan disebabkan oleh dan karena ia menjalankan kewajiban jabatan.

Pasal 18

Pegawai Negeri Sipil yang diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil karena mencapai batas usia pensiun, berhak atas pensiun apabila ia memiliki masa kerja pensiun sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun.

Bagian Kedua Uang Tunggu

Pasal 19

(1) Uang tunggu diberikan paling lama 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang tiap-tiap kali paling lama 1 (satu) tahun.

(2) Pemberian uang tunggu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak boleh lebih lama dari 5 (lima) tahun.

Pasal 20 (1) Besarnya uang tunggu adalah :

a. 80% (delapan puluh persen) dari gaji pokok untuk tahun pertama; b. 75% (tujuh puluh lima persen) dari gaji pokok untuk tahun-tahun selanjutnya.

(2) Uang tunggu diberikan mulai bulan berikutnya, dari bulan Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan diberhentikan dengan hormat dari Jabatan Negeri.

Pasal 21

Kepada Pegawai Negeri Sipil yang menerima uang tunggu, diberikan kenaikan gaji berkala, tunjangan keluarga, tunjangan pangan, dan tunjangan lain berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 22 Pegawai Negeri Sipil yang menerima uang tunggu diwajibkan : a. melaporkan diri kepada pejabat yang berwenang, setiap kali selambat-lambatnya sebulan sebelum berakhirnya

pemberian uang tunggu; b. senantiasa bersedia diangkat kembali pada suatu Jabatan Negeri. c. meminta izin lebih dahulu kepada pimpinan instansinya, apabila mau pindah alamat di luar wilayah

pembayaran.

Pasal 23 (1) Pegawai Negeri Sipil yang menerima uang tunggu, diangkat kembali dalam suatu Jabatan Negeri apabila ada

lowongan. (2) Pegawai Negeri Sipil yang menerima uang tunggu yang menolak untuk diangkat kembali dalam suatu Jabatan

Negeri, diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil pada akhir bulan yang bersangkutan menolak untuk diangkat kembali.

Pasal 24

Pegawai Negeri Sipil yang menerima uang tunggu yang diangkat kembali dalam suatu Jabatan Negeri, dicabut pemberian uang tunggunya terhitung sejak menerima penghasilan penuh kembali sebagai Pegawai Negeri Sipil.

Pasal 25 Pejabat yang berwenang memberikan dan mencabut uang tunggu, adalah pejabat yang berwenang mengangkat dalam dan memberhentikan dari jabatan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB IV KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 26

Pegawai Negeri Sipil yang akan mencapai usia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 4, sebelum diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil dengan hak pensiun, dapat dibebaskan dari jabatannya untuk paling lama 1 (satu) tahun dengan mendapat penghasilan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 27 (1) Pegawai Negeri Sipil yang dikenakan pemberhentian sementara, pada saat ia mencapai batas usia pensiun,

diberhentikan pembayaran gajinya. (2) Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), yang ternyata tidak bersalah berdasarkan

keputusan Pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil dengan mendapat hak-hak kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, terhitung sejak akhir bulan dicapainya batas usia pensiun.

(3) Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), yang dipidana penjara atau kurungan berdasarkan keputusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, karena melakukan suatu tindak

Page 84: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

pindana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, apabila diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil, mendapat hak-hak kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, terhitung sejak akhir bulan dicapainya batas usia pensiun.

(4) Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), yang dipidana penjara atau kurungan berdasarkan keputusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, karena melakukan suatu tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, diberhentikan tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil terhitung sejak akhir bulan dicapainya batas usia pensiun.

(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4), berlaku bagi Pegawai Negeri Sipil yang diberhentikan tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil karena dipidana penjara berdasarkan keputusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, karena melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8.

Pasal 28

Pegawai Negeri Sipil yang diangkat menjadi Pejabat Negara dan dibebaskan dari jabatan organiknya, pada saat ia mencapai usia 56 (lima puluh enam) tahun diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil, dengan mendapat hak-hak kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 29 Setiap pemberhentian Pegawai Negeri Sipil, berlaku terhitung sejak akhir bulan pemberhentian yang bersangkutan.

Pasal 30 Pegawai Negeri Sipil yang memangku jabatan tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, pada saat berlakunya Peraturan Pemerintah ini telah mencapai usia 56 (lima puluh enam) tahun atau lebih, tetapi belum dikeluarkan surat keputusan pemberhentiannya sebagai Pegawai Negeri Sipil dan tidak dibebaskan dari jabatannya, maka ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini berlaku bagi mereka.

BAB V KETENTUAN PENUTUP

Pasal 31

Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Pemerintah ini, diatur lebih lanjut dengan Keputusan Presiden.

Pasal 32 Ketentuan-ketentuan teknis pelaksanaan Peraturan Pemerintah ini, ditetapkan oleh Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara.

Pasal 33 Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah ini, dinyatakan tidak berlaku lagi : a. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1951 tentang Peraturan Yang Mengatur Penghasilan Pegawai Negeri

Warga Negara Yang Tidak Atas Kemauan Sendiri Diberhentikan Dengan Hormat Dari Pekerjaannya (Lembaran Negara Tahun 1951 Nomor 27. Tambahan Lembaran Negara Nomor 93);

b. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1958 tentang Peremajaan Alat-alat Negara (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1686);

c. Peraturan Pemerintah Nomor 239 Tahun 1961 tentang Pemberian Penghasilan Kepada Pegawai-pegawai Negeri Yang Berhubung Dengan "Retooling" Diberhentikan Dengan Hormat Dari Jabatannya/Jabatan Negeri (Lembaran Negara Tahun 1961 Nomor 305, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2364);

d. Segala peraturan perundang-undangan yang bertentangan dengan Peraturan Pemerintah ini.

Pasal 34 Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar supaya setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 29 September 1979 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SOEHARTO

Diundangkan di Jakarta pada tanggal 29 September 1979 MENTERI/SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA SUDHARMONO, SH

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1979 NOMOR : 47

Page 85: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1979

TENTANG PEGAWAI NEGERI SIPIL

UMUM Ketentuan-ketentuan mengenai pemberhentian Pegawai Negeri Sipil yang sekarang berlaku, diatur dalam berbagai peraturan perundang-undangan, dan materinyapun ada yang tidak sesuai dengan keadaan dewasa ini, oleh sebab itu perlu disederhanakan dan disempurnakan. Dalam Peraturan Pemerintah ini diatur berbagai ketentuan tentang Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil sesuai dengan jiwa Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian. Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah ini, maka syarat-syarat dan cara-cara pemberhentian Pegawai Negeri Sipil menjadi lebih jelas dan seragam, sehingga memudahkan pelaksanaan tugas para pejabat yang berwenang. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Ayat (1) Pada prinsipnya Pegawai Negeri Sipil yang meminta berhenti sebagai Pegawai Negeri Sipil, diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil. Ayat (2) Penundaan atas permintaan berhenti dari seorang Pegawai Negeri Sipil, hanyalah didasarkan semata-mata untuk kepentingan dinas yang mendesak, umpamanya dengan berhentinya Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan akan sangat mengganggu kelancaran pelaksanaan tugas. Permintaan berhenti yang dapat ditunda untuk paling lama 1 (satu) tahun antara lain adalah permintaan berhenti dari Pegawai Negeri Sipil yang sedang melaksanakan tugas yang penting. Penundaan ini dilakukan untuk paling lama 1 (satu) tahun, sehingga dengan demikian pimpinan instansi yang bersangkutan dapat mempersiapkan penggantinya. Ayat (3) Permintaan berhenti yang dapat ditolak, antara lain adalah permintaan berhenti dari seorang Pegawai Negeri Sipil yang sedang menjalankan ikatan dinas, wajib militer, dan lain-lain yang serupa dengan itu. Pasal 3 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Ditinjau dari sudut fisik, pada umumnya usia 56 (lima puluh enam) tahun adalah merupakan batas usia seorang Pegawai Negeri Sipil mampu melaksanakan tugasnya secara berdayaguna dan berhasilguna. Pasal 4 Ayat (1) Bagi jabatan-jabatan tertentu, diperlukan Pegawai Negeri Sipil yang memiliki keahlian dan pengalaman yang matang. Pegawai Negeri Sipil yang demikian pada umumnya sangat terbatas jumlahnya, dan sebahagian terdiri dari mereka yang telah berusia 56 (lima puluh enam) tahun atau lebih. Berhubung dengan itu maka untuk kelancaran pelaksanaan tugas, batas usia pensiun bagi Pegawai Negeri Sipil yang memangku jabatan tertentu itu dapat diperpanjang dengan memperhatikan keadaan kesehatannya. Ayat (2) Pegawai Negeri Sipil yang tidak lagi memangku jabatan sebagaimana dimaksud dalam ayat ini dan tidak ada rencana untuk diangkat lagi dalam jabatan yang sama atau jabatan yang lebih tinggi, maka ia diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil. Pasal 5 Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam pasal ini, dilakukan secara tertulis oleh pimpinan instansi dari Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan untuk semua golongan jangka waktu 1 (satu) tahun itu dipandang cukup bagi Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan untuk menyelesaikan segala sesuatu yang berhubungan dengan tugasnya. Dalam waktu 1 (satu) tahun itu, pimpinan instansi yang bersangkutan harus sudah menyelesaikan segala sesuatu yang menyangkut tata usaha kepegawaian, sehingga Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan dapat menerima hak-haknya tepat pada waktunya. Pasal 6 Organisasi bukan tujuan, tetapi organisasi adalah alat dalam melaksanakan tugas pokok, oleh sebab itu susunan suatu satuan organisasi harus disesuaikan dengan perkembangan tugas pokok, sehingga dengan demikian dapat dicapai dayaguna dan hasilguna yang sebesar-besarnya. Perubahan satuan organisasi Negara adakalanya mengakibatkan kelebihan Pegawai Negeri Sipil. Apabila terjadi hal yang sedemikian, maka Pegawai Negeri Sipil yang lebih itu disalurkan pada satuan organisasi Negara yang lainnya. Pasal 7 Cukup jelas

Page 86: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

Pasal 8 Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam pasal ini, dapat dilakukan dengan hormat atau tidak dengan hormat, satu dan lain hal tergantung pada pertimbangan pejabat yang berwenang atas berat atau ringannya perbuatan yang dilakukan dan besar atau kecilnya akibat yang ditimbulkan oleh perbuatan itu. a. Sumpah/Janji Pegawai Negeri Sipil, Sumpah/Janji Jabatan Negeri,dan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil

wajib ditaati oleh setiap Pegawai Negeri Sipil. Pegawai Negeri Sipil yang telah ternyata melanggar sumpah/janji atau melanggar Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil yang berat dan menurut pertimbangan atasan yang berwenang tidak dapat diperbaiki lagi, dapat diberhentikan sebagai Pegawai Negeri Sipil.

b. Pada dasarnya, tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana penjara 4 (empat) tahun atau diancam dengan pidana yang lebih berat adalah merupakan tindak pidana kejahatan yang berat.

Meskipun maksimum ancaman pidana terhadap suatu tindak pidana telah ditetapkan, namun pidana yang dijatuhkan/diputuskan oleh Hakim terhadap jenis tindak pidana itu dapat berbeda-beda sehubungan dengan berat ringannya tindak pidana yang dilakukan dan atau besar kecilnya akibat yang ditimbulkannya. Berhubung dengan itu, maka dalam mempertimbangkan apakah Pegawai Negeri Sipil yang telah melakukan tindak pidana kejahatan itu akan diberhentikan atau tidak, atau apakah akan diberhentikan dengan hormat atau tidak dengan hormat, haruslah dipertimbangkan faktor-faktor yang mendorong Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan melakukan tindak pidana kejahatan itu, serta harus pula dipertimbangkan berat ringannya keputusan Pengadilan yang dijatuhkan. Pasal 9 Pegawai Negeri Sipil yang dijatuhi pidana penjara, atau kurungan, berdasarkan keputusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap karena melakukan sesuatu tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal ini, harus diberhentikan tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil. Ketentuan ini tidak berlaku bagi Pegawai Negeri Sipil yang hanya dijatuhi pidana percobaan. Huruf a Pada dasarnya jabatan yang diberikan kepada seorang Pegawai Sipil adalah merupakan kepercayaan dari Negara yang harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Apabila seorang Pegawai Negeri Sipil dipidana penjara atau kurungan berdasarkan keputusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap karena melakukan suatu tindak pidana kejahatan jabatan atau tindak pidana kejahatan yang ada hubungannya dengan jabatan atau pekerjaannya, maka Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan harus diberhentikan tidak dengan hormat karena telah menyalah-gunakan kepercayaan yang diberikan kepadanya. Tindak pidana kejahatan jabatan yang dimaksud, antara lain adalah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 413 sampai dengan Pasal 436 Kitab Undang-undang Hukum Pidana. Huruf b Tindak pidana kejahatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 104 sampai dengan Pasal 161 KUHP, adalah tindak pidana kejahatan yang berat, karena tindak pidana kejahatan itu, adalah tindak pidana kejahatan terhadap keamanan Negara, kejahatan yang melanggar martabat Presiden dan Wakil Presiden, kejahatan terhadap Negara dan Kepala Negara/Wakil Kepala Negara sahabat, kejahatan mengenai perlakuan kewajiban Negara, hak-hak Negara, dan kejahatan terhadap ketertiban umum. Berhubung dengan itu, maka Pegawai Negeri Sipil yang melakukan tindak pidana tersebut harus diberhentikan tidak dengan hormat. Pasal 10 Pegawai Negeri Sipil sebagai unsur Aparatur Negara, Abdi Negara, dan Abdi Masyarakat yang ternyata telah melakukan usaha atau kegiatan yang bertujuan mengubah Pancasila dan atau Undang-Undang Dasar 1945,atau terlibat dengan gerakan atau melakukan kegiatan yang menentang Negara dan atau Pemerintah sudah menyalahi sumpahnya sebagai Pegawai Negeri Sipil. Olah karena itu Pegawai Negeri Sipil yang demikian harus diberhentikan dengan tidak hormat. Usaha atau kegiatan mana yang merupakan usaha atau kegiatan yang bertujuan mengubah Pancasila dan atau Undang-Undang Dasar 1945, serta kegiatan atau gerakan mana yang merupakan kegiatan atau gerakan yang menentang Negara dan atau Pemerintah, diputuskan oleh Presiden. Pasal 11 Huruf a Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam huruf ini, adalah Pegawai Negeri Sipil yang telah dinyatakan dengan surat keterangan Team Penguji Kesehatan bahwa keadaan jasmani dan atau rohani yang bersangkutan sudah sedemikian rupa, sehingga tidak dapat bekerja lagi dalam semua Jabatan Negeri. Huruf b Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam huruf ini, adalah Pegawai Negeri Sipil yang telah dinyatakan dengan surat keterangan Team Penguji Kesehatan bahwa yang bersangkutan menderita penyakit atau kelainan yang sedemikian rupa, sehingga apabila ia dipekerjakan terus dapat membahayakan dirinya sendiri atau orang lain, umpamanya seorang Pegawai Negeri Sipil yang menderita penyakit jiwa yang berbahaya. Huruf c Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam huruf ini, adalah Pegawai Negeri Sipil yang setelah berakhirnya cuti sakit belum mampu bekerja kembali, yang dinyatakan dengan surat keterangan Team Penguji Kesehatan. Pasal 12 Ayat (1) Yang dimaksud dengan meninggalkan tugas secara tidak sah adalah meninggalkan tugas tanpa izin dari pejabat yang berwenang memberikan cuti. Ayat (2)

Page 87: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam ayat ini, dapat ditugaskan kembali atau dapat pula diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil. Huruf a Apabila alasan-alasan meninggalkan tugas secara tidak sah itu dapat diterima oleh pejabat yang berwenang, maka Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan dapat ditugaskan kembali setelah lebih dahulu dijatuhi hukuman disiplin Pegawai Negeri Sipil berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Huruf b Apabila alasan-alasan meninggalkan tugas secara tidak sah itu tidak dapat diterima oleh pejabat yang berwenang, atau apabila menurut pendapat pejabat yang berwenang akan mungkin mengganggu suasana atau disiplin kerja apabila Pegawai negeri Sipil yang bersangkutan ditugaskan kembali, maka Pegawai Negeri Sipil tersebut diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil mulai pada bulan dihentikan pembayaran gajinya. Ayat (3) Cukup jelas Pasal 13 Untuk kelengkapan tata usaha kepegawaian, maka pimpinan instansi yang bersangkutan membuat surat keterangan meninggal dunia. Pasal 14 Ayat (1) Pegawai Negeri Sipil yang hilang selama 12 (dua belas) bulan, dianggap sebagai Pegawai Negeri Sipil yang masih tetap bekerja, oleh sebab itu gaji dan penghasilan lainnya yang berhak diterimanya diterimakan kepada keluarganya. Yaitu istri, suami, atau anak yang sah. Apabila setelah jangka waktu masa 12 (dua belas) bulan Pegawai Negeri Sipil yang hilang itu belum juga diketemukan, maka ia dianggap telah meninggal dunia pada akhir bulan kedua belas dan kepada keluarganya diberikan uang duka wafat atau uang duka tewas dan hak-hak kepegawaian lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Hak-hak kepegawaian yang diperhitungkan sebagaimana dimaksud dalam ayat ini, tidak termasuk uang duka wafat atau uang duka tewas. Pasal 15 Ayat (1) Yang dimaksud dengan instansi induk, adalah Departemen, Kejaksaan Agung, Kesekretariatan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara, Lembaga Pemerintah Non Departemen, Daerah Otonom, dan instansi lain yang ditentukan oleh Presiden. Ayat (2) Pemberhentian dengan hormat sebagaimana dimaksud dalam ayat ini, dapat berupa pemberhentian dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil atau pemberhentian dengan hormat dari Jabatan Negeri. Selanjutnya lihat penjelasan Pasal 17. Pasal 16 cukup jelas Pasal 17 Huruf a cukup jelas Huruf b Apabila pada waktu berakhirnya masa pemberian uang tunggu,Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan telah mencapai usia sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun dan telah memiliki masa kerja pensiun sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun, maka ia diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil dengan hak pensiun. Apabila pada waktu berakhirnya masa pemberian uang tunggu,Pegawai Negeri Sipil tersebut telah memiliki masa kerja pensiun sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun, tetapi belum mencapai usia sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, maka ia diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil dan Pemberian pensiunnya ditetapkan pada saat ia mencapai usia 50(lima puluh) tahun. Apabila pada waktu berakhirnya masa pemberian uang tunggu,Pegawai Negeri Sipil tersebut belum memiliki masa kerja pensiun sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun, maka ia diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil tanpa hak pensiun. Ayat (2) Cukup jelas Pasal 18 Cukup jelas. Pasal 19 Ayat (1) Kecuali ditentukan lain dalam peraturan perundang-undangan, pemberian uang tunggu setiap kali ditetapkan untuk paling lama 1 (satu)tahun. Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 20 Cukup jelas

Page 88: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

Pasal 21 Penerima uang tunggu masih tetap berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil oleh sebab itu kepadanya diberikan kenaikan gaji berkala, tunjangan keluarga, tunjangan pangan, dan tunjangan lain berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penilaian pelaksanaan pekerjaan yang digunakan sebagai dasar untuk pemberian kenaikan gaji berkala, adalah penilaian pelaksanaan pekerjaan terakhir sebelum Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan diberhentikan dengan hormat dari Jabatan Negeri.Gaji pokok terakhir setelah mendapat kenaikan gaji berkala digunakan sebagai dasar pemberian uang tunggu. Pasal 22 Huruf a Pelapor diri sebagaimana dimaksud dalam huruf ini, dilakukan melalui saluran hierarki. Huruf b Cukup jelas Huruf c Cukup jelas Pasal 23 Ayat (1) Pengangkatan sebagaimana dimaksud dalam ayat ini, dilakukan dengan memperhatikan keahlian, pengalaman, dan pangkat Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan. Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 24 Cukup jelas. Pasal 25 Cukup jelas Pasal 26 Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam pasal ini, adalah semua penghasilan sebagai Pegawai Negeri Sipil, kecuali tunjangan jabatan. Pasal 27 Ayat (1) Pegawai Negeri Sipil yang dikenakan pemberhentian sementara,adalah karena dituduh melakukan sesuatu tindak pidana, oleh sebab itu belum dapat dipastikan apakah ia bersalah atau tidak. Selama Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan dikenakan pemberhentian sementara, ia menerima bahagian gajinya. Apabila pada waktu sedang menjalani pemberhentian sementara ia mencapai batas usia pensiun, maka pembayaran bahagian gajinya dihentikan, sehingga dengan demikian dapat dihindarkan kemungkinan kerugian terhadap keuangan Negara. Pemberhentian sebagai Pegawai Negeri Sipil dilaksanakan setelah ada keputusan Pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum yang tetap. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Cukup jelas. Ayat (5) Cukup jelas. Pasal 28 sampai dengan Pasal 34 Cukup jelas. TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA NOMOR : 3149

Page 89: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 53 TAHUN 2010

TENTANG

DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980

tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil sudah

tidak sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan

keadaan;

b. bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal

30 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang

Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974

tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, perlu mengganti

Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang

Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu

menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Disiplin

Pegawai Negeri Sipil;

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-

Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041)

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890);

MEMUTUSKAN: . . .

Page 90: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 2 - MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG DISIPLIN PEGAWAI

NEGERI SIPIL.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:

1. Disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah kesanggupan

Pegawai Negeri Sipil untuk menaati kewajiban dan

menghindari larangan yang ditentukan dalam

peraturan perundang-undangan dan/atau

peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati atau

dilanggar dijatuhi hukuman disiplin.

2. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS

adalah PNS Pusat dan PNS Daerah.

3. Pelanggaran disiplin adalah setiap ucapan, tulisan,

atau perbuatan PNS yang tidak menaati kewajiban

dan/atau melanggar larangan ketentuan disiplin

PNS, baik yang dilakukan di dalam maupun di luar

jam kerja.

4. Hukuman disiplin adalah hukuman yang

dijatuhkan kepada PNS karena melanggar

peraturan disiplin PNS.

5. Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat, Pejabat

Pembina Kepegawaian Daerah Provinsi, dan Pejabat

Pembina Kepegawaian Daerah Kabupaten/Kota

adalah sebagaimana dimaksud dalam peraturan

perundang-undangan yang mengatur wewenang

pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian

PNS.

6. Upaya . . .

Page 91: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 3 -

6. Upaya administratif adalah prosedur yang dapat

ditempuh oleh PNS yang tidak puas terhadap

hukuman disiplin yang dijatuhkan kepadanya

berupa keberatan atau banding administratif.

7. Keberatan adalah upaya administratif yang dapat

ditempuh oleh PNS yang tidak puas terhadap

hukuman disiplin yang dijatuhkan oleh pejabat

yang berwenang menghukum kepada atasan pejabat

yang berwenang menghukum.

8. Banding administratif adalah upaya administratif

yang dapat ditempuh oleh PNS yang tidak puas

terhadap hukuman disiplin berupa pemberhentian

dengan hormat tidak atas permintaan sendiri atau

pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS

yang dijatuhkan oleh pejabat yang berwenang

menghukum, kepada Badan Pertimbangan

Kepegawaian.

Pasal 2

Ketentuan Peraturan Pemerintah ini berlaku juga bagi

calon PNS.

BAB II

KEWAJIBAN DAN LARANGAN

Bagian Kesatu

Kewajiban

Pasal 3

Setiap PNS wajib:

1. mengucapkan sumpah/janji PNS;

2. mengucapkan sumpah/janji jabatan;

3. setia . . .

Page 92: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 4 -

3. setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila,

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia,

dan Pemerintah;

4. menaati segala ketentuan peraturan perundang-

undangan;

5. melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan

kepada PNS dengan penuh pengabdian, kesadaran,

dan tanggung jawab;

6. menjunjung tinggi kehormatan negara, Pemerintah,

dan martabat PNS;

7. mengutamakan kepentingan negara daripada

kepentingan sendiri, seseorang, dan/atau golongan;

8. memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya

atau menurut perintah harus dirahasiakan;

9. bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan

bersemangat untuk kepentingan negara;

10. melaporkan dengan segera kepada atasannya

apabila mengetahui ada hal yang dapat

membahayakan atau merugikan negara atau

Pemerintah terutama di bidang keamanan,

keuangan, dan materiil;

11. masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja;

12. mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan;

13. menggunakan dan memelihara barang-barang milik

negara dengan sebaik-baiknya;

14. memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada

masyarakat;

15. membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas;

16. memberikan kesempatan kepada bawahan untuk

mengembangkan karier; dan

17. menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh

pejabat yang berwenang.

Bagian Kedua . . .

Page 93: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 5 -

Bagian Kedua

Larangan

Pasal 4

Setiap PNS dilarang:

1. menyalahgunakan wewenang;

2. menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan

pribadi dan/atau orang lain dengan menggunakan

kewenangan orang lain;

3. tanpa izin Pemerintah menjadi pegawai atau bekerja

untuk negara lain dan/atau lembaga atau

organisasi internasional;

4. bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing,

atau lembaga swadaya masyarakat asing;

5. memiliki, menjual, membeli, menggadaikan,

menyewakan, atau meminjamkan barang-barang

baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen atau

surat berharga milik negara secara tidak sah;

6. melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman

sejawat, bawahan, atau orang lain di dalam

maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan

untuk keuntungan pribadi, golongan, atau pihak

lain, yang secara langsung atau tidak langsung

merugikan negara;

7. memberi atau menyanggupi akan memberi sesuatu

kepada siapapun baik secara langsung atau tidak

langsung dan dengan dalih apapun untuk diangkat

dalam jabatan;

8. menerima hadiah atau suatu pemberian apa saja

dari siapapun juga yang berhubungan dengan

jabatan dan/atau pekerjaannya;

9. bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya;

10. melakukan . . .

Page 94: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 6 -

10. melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan

suatu tindakan yang dapat menghalangi atau

mempersulit salah satu pihak yang dilayani

sehingga mengakibatkan kerugian bagi yang

dilayani;

11. menghalangi berjalannya tugas kedinasan;

12. memberikan dukungan kepada calon

Presiden/Wakil Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat,

Dewan Perwakilan Daerah, atau Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah dengan cara:

a. ikut serta sebagai pelaksana kampanye;

b. menjadi peserta kampanye dengan

menggunakan atribut partai atau atribut PNS;

c. sebagai peserta kampanye dengan

mengerahkan PNS lain; dan/atau

d. sebagai peserta kampanye dengan

menggunakan fasilitas negara;

13. memberikan dukungan kepada calon

Presiden/Wakil Presiden dengan cara:

a. membuat keputusan dan/atau tindakan yang

menguntungkan atau merugikan salah satu

pasangan calon selama masa kampanye;

dan/atau

b. mengadakan kegiatan yang mengarah kepada

keberpihakan terhadap pasangan calon yang

menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan

sesudah masa kampanye meliputi pertemuan,

ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian

barang kepada PNS dalam lingkungan unit

kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat;

14. memberikan dukungan kepada calon anggota

Dewan Perwakilan Daerah atau calon Kepala

Daerah/Wakil Kepala Daerah dengan cara

memberikan surat dukungan disertai foto kopi

Kartu Tanda Penduduk atau Surat Keterangan

Tanda Penduduk sesuai peraturan perundang-

undangan; dan

15. memberikan . . .

Page 95: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 7 -

15. memberikan dukungan kepada calon Kepala

Daerah/Wakil Kepala Daerah, dengan cara:

a. terlibat dalam kegiatan kampanye untuk

mendukung calon Kepala Daerah/Wakil Kepala

Daerah;

b. menggunakan fasilitas yang terkait dengan

jabatan dalam kegiatan kampanye;

c. membuat keputusan dan/atau tindakan yang

menguntungkan atau merugikan salah satu

pasangan calon selama masa kampanye;

dan/atau

d. mengadakan kegiatan yang mengarah kepada

keberpihakan terhadap pasangan calon yang

menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan

sesudah masa kampanye meliputi pertemuan,

ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian

barang kepada PNS dalam lingkungan unit

kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat.

BAB III

HUKUMAN DISIPLIN

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 5

PNS yang tidak menaati ketentuan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 3 dan/atau Pasal 4 dijatuhi

hukuman disiplin.

Pasal 6 . . .

Page 96: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 8 - Pasal 6

Dengan tidak mengesampingkan ketentuan dalam

peraturan perundang-undangan pidana, PNS yang

melakukan pelangggaran disiplin dijatuhi hukuman

disiplin.

Bagian Kedua

Tingkat dan Jenis Hukuman Disiplin

Pasal 7

(1) Tingkat hukuman disiplin terdiri dari:

a. hukuman disiplin ringan;

b. hukuman disiplin sedang; dan

c. hukuman disiplin berat.

(2) Jenis hukuman disiplin ringan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri dari:

a. teguran lisan;

b. teguran tertulis; dan

c. pernyataan tidak puas secara tertulis.

(3) Jenis hukuman disiplin sedang sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri dari:

a. penundaan kenaikan gaji berkala selama 1

(satu) tahun;

b. penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu)

tahun; dan

c. penurunan pangkat setingkat lebih rendah

selama 1 (satu) tahun.

(4) Jenis hukuman disiplin berat sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri dari:

a. penurunan pangkat setingkat lebih rendah

selama 3 (tiga) tahun;

b. pemindahan dalam rangka penurunan jabatan

setingkat lebih rendah;

c. pembebasan . . .

Page 97: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 9 - c. pembebasan dari jabatan;

d. pemberhentian dengan hormat tidak atas

permintaan sendiri sebagai PNS; dan

e. pemberhentian tidak dengan hormat sebagai

PNS.

Bagian Ketiga

Pelanggaran dan Jenis Hukuman

Paragraf 1

Pelanggaran Terhadap Kewajiban

Pasal 8

Hukuman disiplin ringan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (2) dijatuhkan bagi pelanggaran terhadap

kewajiban:

1. setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia,

dan Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 3 angka 3, apabila pelanggaran berdampak

negatif pada unit kerja;

2. menaati segala peraturan perundang-undangan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 4,

apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit

kerja;

3. melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan

kepada PNS dengan penuh pengabdian, kesadaran,

dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 3 angka 5, apabila pelanggaran berdampak

negatif pada unit kerja;

4. menjunjung . . .

Page 98: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 10 -

4. menjunjung tinggi kehormatan negara, Pemerintah,

dan martabat PNS sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 3 angka 6, apabila pelanggaran berdampak

negatif pada unit kerja;

5. mengutamakan kepentingan negara daripada

kepentingan sendiri, seseorang, dan/atau golongan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 7,

apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit

kerja;

6. memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya

atau menurut perintah harus dirahasiakan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 8,

apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit

kerja;

7. bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan

bersemangat untuk kepentingan negara

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 9,

apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit

kerja;

8. melaporkan dengan segera kepada atasannya

apabila mengetahui ada hal yang dapat

membahayakan atau merugikan negara atau

pemerintah terutama di bidang keamanan,

keuangan, dan materiil sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 3 angka 10, apabila pelanggaran

berdampak negatif pada unit kerja;

9. masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 11

berupa:

a. teguran lisan bagi PNS yang tidak masuk kerja

tanpa alasan yang sah selama 5 (lima) hari

kerja;

b. teguran tertulis bagi PNS yang tidak masuk

kerja tanpa alasan yang sah selama 6 (enam)

sampai dengan 10 (sepuluh) hari kerja; dan

c. pernyataan . . .

Page 99: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 11 -

c. pernyataan tidak puas secara tertulis bagi PNS

yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah

selama 11 (sebelas) sampai dengan 15 (lima

belas) hari kerja;

10. menggunakan dan memelihara barang-barang milik

negara dengan sebaik-baiknya sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 3 angka 13, apabila

pelanggaran berdampak negatif pada unit kerja;

11. memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada

masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3

angka 14, sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan;

12. membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 15,

apabila pelanggaran dilakukan dengan tidak

sengaja;

13. memberikan kesempatan kepada bawahan untuk

mengembangkan karier sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 3 angka 16, apabila pelanggaran

dilakukan dengan tidak sengaja; dan

14. menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh

pejabat yang berwenang sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 3 angka 17, apabila pelanggaran

berdampak negatif pada unit kerja.

Pasal 9

Hukuman disiplin sedang sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (3) dijatuhkan bagi pelanggaran terhadap

kewajiban:

1. mengucapkan sumpah/janji PNS sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 3 angka 1, apabila

pelanggaran dilakukan tanpa alasan yang sah;

2. mengucapkan. . .

Page 100: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 12 -

2. mengucapkan sumpah/janji jabatan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 3 angka 2, apabila

pelanggaran dilakukan tanpa alasan yang sah;

3. setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia,

dan Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal

3 angka 3, apabila pelanggaran berdampak negatif

bagi instansi yang bersangkutan;

4. menaati segala peraturan perundang-undangan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 4,

apabila pelanggaran berdampak negatif bagi instansi

yang bersangkutan;

5. melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan

kepada PNS dengan penuh pengabdian, kesadaran,

dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 3 angka 5, apabila pelanggaran berdampak

negatif bagi instansi yang bersangkutan;

6. menjunjung tinggi kehormatan negara, pemerintah,

dan martabat PNS sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 3 angka 6, apabila pelanggaran berdampak

negatif bagi instansi yang bersangkutan;

7. mengutamakan kepentingan negara daripada

kepentingan sendiri, seseorang, dan/atau golongan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 7,

apabila pelanggaran berdampak negatif pada

instansi yang bersangkutan;

8. memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya

atau menurut perintah harus dirahasiakan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 8,

apabila pelanggaran berdampak negatif pada

instansi yang bersangkutan;

9. bekerja . . .

Page 101: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 13 -

9. bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan

bersemangat untuk kepentingan negara

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 9,

apabila pelanggaran berdampak negatif bagi instansi

yang bersangkutan;

10. melaporkan dengan segera kepada atasannya

apabila mengetahui ada hal yang dapat

membahayakan atau merugikan negara atau

Pemerintah terutama di bidang keamanan,

keuangan, dan materiil sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 3 angka 10, apabila pelanggaran

berdampak negatif pada instansi yang

bersangkutan;

11. masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 11

berupa:

a. penundaan kenaikan gaji berkala selama 1

(satu) tahun bagi PNS yang tidak masuk kerja

tanpa alasan yang sah selama 16 (enam belas)

sampai dengan 20 (dua puluh) hari kerja;

b. penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu)

tahun bagi PNS yang tidak masuk kerja tanpa

alasan yang sah selama 21 (dua puluh satu)

sampai dengan 25 (dua puluh lima) hari kerja;

dan

c. penurunan pangkat setingkat lebih rendah

selama 1 (satu) tahun bagi PNS yang tidak

masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 26

(dua puluh enam) sampai dengan 30 (tiga

puluh) hari kerja;

12. mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 12,

apabila pencapaian sasaran kerja pada akhir tahun

hanya mencapai 25% (dua puluh lima persen)

sampai dengan 50% (lima puluh persen);

13. menggunakan . . .

Page 102: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 14 -

13. menggunakan dan memelihara barang-barang milik

negara dengan sebaik-baiknya sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 3 angka 13, apabila

pelanggaran berdampak negatif pada instansi yang

bersangkutan;

14. memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada

masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3

angka 14, sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan;

15. membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 15,

apabila pelanggaran dilakukan dengan sengaja;

16. memberikan kesempatan kepada bawahan untuk

mengembangkan karier sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 3 angka 16, apabila pelanggaran

dilakukan dengan sengaja; dan

17. menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh

pejabat yang berwenang sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 3 angka 17, apabila pelanggaran

berdampak negatif pada instansi yang

bersangkutan.

Pasal 10

Hukuman disiplin berat sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (4) dijatuhkan bagi pelanggaran terhadap

kewajiban:

1. setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia,

dan Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 3 angka 3, apabila pelanggaran berdampak

negatif pada pemerintah dan/atau negara;

2. menaati . . .

Page 103: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 15 -

2. menaati segala ketentuan peraturan perundang-

undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3

angka 4, apabila pelanggaran berdampak negatif

pada pemerintah dan/atau negara;

3. melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan

kepada PNS dengan penuh pengabdian, kesadaran,

dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 3 angka 5, apabila pelanggaran berdampak

negatif pada pemerintah dan/atau negara;

4. menjunjung tinggi kehormatan negara, pemerintah,

dan martabat PNS sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 3 angka 6, apabila pelanggaran berdampak

negatif pada pemerintah dan/atau negara;

5. mengutamakan kepentingan negara daripada

kepentingan sendiri, seseorang, dan/atau golongan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 7,

apabila pelanggaran berdampak negatif pada

pemerintah dan/atau negara;

6. memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya

atau menurut perintah harus dirahasiakan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 8,

apabila pelanggaran berdampak negatif pada

pemerintah dan/atau negara;

7. bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan

bersemangat untuk kepentingan negara

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 9,

apabila pelanggaran berdampak negatif pada

pemerintah dan/atau negara;

8. melaporkan dengan segera kepada atasannya

apabila mengetahui ada hal yang dapat

membahayakan atau merugikan negara atau

Pemerintah terutama di bidang keamanan,

keuangan, dan materiil sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 3 angka 10, apabila pelanggaran

berdampak negatif pada pemerintah dan/atau

negara; 9. masuk . . .

Page 104: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 16 -

9. masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 11

berupa:

a. penurunan pangkat setingkat lebih rendah

selama 3 (tiga) tahun bagi PNS yang tidak

masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 31

(tiga puluh satu) sampai dengan 35 (tiga puluh

lima) hari kerja;

b. pemindahan dalam rangka penurunan jabatan

setingkat lebih rendah bagi PNS yang

menduduki jabatan struktural atau fungsional

tertentu yang tidak masuk kerja tanpa alasan

yang sah selama 36 (tiga puluh enam) sampai

dengan 40 (empat puluh) hari kerja;

c. pembebasan dari jabatan bagi PNS yang

menduduki jabatan struktural atau fungsional

tertentu yang tidak masuk kerja tanpa alasan

yang sah selama 41 (empat puluh satu) sampai

dengan 45 (empat puluh lima) hari kerja; dan

d. pemberhentian dengan hormat tidak atas

permintaan sendiri atau pemberhentian tidak

dengan hormat sebagai PNS bagi PNS yang

tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah

selama 46 (empat puluh enam) hari kerja atau

lebih;

10. mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 12,

apabila pencapaian sasaran kerja pegawai pada

akhir tahun kurang dari 25% (dua puluh lima

persen);

11. menggunakan . . .

Page 105: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 17 - 11. menggunakan dan memelihara barang-barang milik

negara dengan sebaik-baiknya sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 3 angka 13, apabila

pelanggaran berdampak negatif pada pemerintah

dan/atau negara;

12. memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada

masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3

angka 14, sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan; dan

13. menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh

pejabat yang berwenang sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 3 angka 17, apabila pelanggaran

berdampak negatif pada pemerintah dan/atau

negara.

Paragraf 2

Pelanggaran Terhadap Larangan

Pasal 11

Hukuman disiplin ringan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (2) dijatuhkan bagi pelanggaran terhadap

larangan:

1. memiliki, menjual, membeli, menggadaikan,

menyewakan, atau meminjamkan barang-barang

baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen atau

surat berharga milik negara, secara tidak sah

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 5,

apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit

kerja;

2. melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman

sejawat, bawahan, atau orang lain di dalam maupun

di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk

keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain yang

secara langsung atau tidak langsung merugikan

negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka

6, apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit

kerja;

3. bertindak . . .

Page 106: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 18 -

3. bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya,

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 9,

apabila pelanggaran dilakukan dengan tidak

sengaja;

4. melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan

suatu tindakan yang dapat menghalangi atau

mempersulit salah satu pihak yang dilayani

sehingga mengakibatkan kerugian bagi yang dilayani

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 10,

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan; dan

5. menghalangi berjalannya tugas kedinasan,

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 11,

apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit

kerja.

Pasal 12

Hukuman disiplin sedang sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (3) dijatuhkan bagi pelanggaran terhadap

larangan:

1. memiliki, menjual, membeli, menggadaikan,

menyewakan, atau meminjamkan barang-barang

baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen atau

surat berharga milik negara secara tidak sah

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 5,

apabila pelanggaran berdampak negatif pada

instansi yang bersangkutan;

2. melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman

sejawat, bawahan, atau orang lain di dalam maupun

di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk

keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain, yang

secara langsung atau tidak langsung merugikan

negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka

6, apabila pelanggaran berdampak negatif pada

instansi yang bersangkutan;

3. bertindak . . .

Page 107: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 19 -

3. bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 9,

apabila pelanggaran dilakukan dengan sengaja;

4. melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan

suatu tindakan yang dapat menghalangi atau

mempersulit salah satu pihak yang dilayani

sehingga mengakibatkan kerugian bagi yang dilayani

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 10,

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan;

5. menghalangi berjalannya tugas kedinasan,

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 11,

apabila pelanggaran berdampak negatif bagi

instansi;

6. memberikan dukungan kepada calon

Presiden/Wakil Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat,

Dewan Perwakilan Daerah, atau Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah dengan cara ikut serta sebagai

pelaksana kampanye, menjadi peserta kampanye

dengan menggunakan atribut partai atau atribut

PNS, sebagai peserta kampanye dengan

mengerahkan PNS lain, sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 4 angka 12 huruf a, huruf b, dan huruf

c;

7. memberikan dukungan kepada calon

Presiden/Wakil Presiden dengan cara mengadakan

kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan

terhadap pasangan calon yang menjadi peserta

pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa

kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan,

seruan, atau pemberian barang kepada PNS dalam

lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan

masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4

angka 13 huruf b;

8. memberikan . . .

Page 108: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 20 -

8. memberikan dukungan kepada calon anggota

Dewan Perwakilan Daerah atau calon Kepala

Daerah/Wakil Kepala Daerah dengan cara

memberikan surat dukungan disertai foto kopi Kartu

Tanda Penduduk atau Surat Keterangan Tanda

Penduduk sesuai peraturan perundang-undangan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 14;

dan

9. memberikan dukungan kepada calon Kepala

Daerah/Wakil Kepala Daerah dengan cara terlibat

dalam kegiatan kampanye untuk mendukung calon

Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah serta

mengadakan kegiatan yang mengarah kepada

keberpihakan terhadap pasangan calon yang

menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan

sesudah masa kampanye meliputi pertemuan,

ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian barang

kepada PNS dalam lingkungan unit kerjanya,

anggota keluarga, dan masyarakat sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 4 angka 15 huruf a dan

huruf d.

Pasal 13

Hukuman disiplin berat sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (4) dijatuhkan bagi pelanggaran terhadap

larangan:

1. menyalahgunakan wewenang sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 4 angka 1;

2. menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan

pribadi dan/atau orang lain dengan menggunakan

kewenangan orang lain sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 4 angka 2;

3. tanpa . . .

Page 109: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 21 -

3. tanpa izin Pemerintah menjadi pegawai atau bekerja

untuk negara lain dan/atau lembaga atau organisasi

internasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4

angka 3;

4. bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing,

atau lembaga swadaya masyarakat asing

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 4;

5. memiliki, menjual, membeli, menggadaikan,

menyewakan, atau meminjamkan barang-barang

baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen atau

surat berharga milik negara secara tidak sah

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 5,

apabila pelanggaran berdampak negatif pada

pemerintah dan/atau negara;

6. melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman

sejawat, bawahan, atau orang lain di dalam maupun

di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk

keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain, yang

secara langsung atau tidak langsung merugikan

negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka

6, apabila pelanggaran berdampak negatif pada

pemerintah dan/atau negara;

7. memberi atau menyanggupi akan memberi sesuatu

kepada siapapun baik secara langsung atau tidak

langsung dan dengan dalih apapun untuk diangkat

dalam jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

4 angka 7;

8. menerima hadiah atau suatu pemberian apa saja

dari siapapun juga yang berhubungan dengan

jabatan dan/atau pekerjaannya sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 4 angka 8;

9. melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan

suatu tindakan yang dapat menghalangi atau

mempersulit salah satu pihak yang dilayani

sehingga mengakibatkan kerugian bagi yang dilayani

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 10,

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan;

10. menghalangi . . .

Page 110: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 22 -

10. menghalangi berjalannya tugas kedinasan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 11,

apabila pelanggaran berdampak negatif pada

pemerintah dan/atau negara;

11. memberikan dukungan kepada calon

Presiden/Wakil Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat,

Dewan Perwakilan Daerah, atau Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah dengan cara sebagai peserta

kampanye dengan menggunakan fasilitas negara,

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 12

huruf d;

12. memberikan dukungan kepada calon

Presiden/Wakil Presiden dengan cara membuat

keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan

atau merugikan salah satu pasangan calon selama

masa kampanye sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 4 angka 13 huruf a; dan

13. memberikan dukungan kepada calon Kepala

Daerah/Wakil Kepala Daerah, dengan cara

menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatan

dalam kegiatan kampanye dan/atau membuat

keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan

atau merugikan salah satu pasangan calon selama

masa kampanye sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 4 angka 15 huruf b dan huruf c.

Pasal 14

Pelanggaran terhadap kewajiban masuk kerja dan

menaati ketentuan jam kerja sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 8 angka 9, Pasal 9 angka 11, dan Pasal 10

angka 9 dihitung secara kumulatif sampai dengan akhir

tahun berjalan.

Bagian Keempat . . .

Page 111: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 23 -

Bagian Keempat

Pejabat yang Berwenang Menghukum

Pasal 15

(1) Presiden menetapkan penjatuhan hukuman disiplin

bagi PNS yang menduduki jabatan struktural eselon

I dan jabatan lain yang pengangkatan dan

pemberhentiannya menjadi wewenang Presiden

untuk jenis hukuman disiplin sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4) huruf b, huruf c,

huruf d, dan huruf e.

(2) Penjatuhan hukuman disiplin sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) ditetapkan berdasarkan

usul dari Pejabat Pembina Kepegawaian.

Pasal 16

(1) Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat menetapkan

penjatuhan hukuman disiplin bagi:

a. PNS yang menduduki jabatan:

1. struktural eselon I di lingkungannya

untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat

(2), ayat (3), dan ayat (4) huruf a;

2. fungsional tertentu jenjang Utama di

lingkungannya untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (2), ayat (3), dan ayat (4);

3. fungsional umum golongan ruang IV/d

dan golongan ruang IV/e di lingkungannya

untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat

(2), ayat (3), dan ayat (4) huruf a, huruf d,

dan huruf e;

4. struktural . . .

Page 112: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 24 -

4. struktural eselon II dan fungsional

tertentu jenjang Madya dan Penyelia di

lingkungannya untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (3) dan ayat (4);

5. struktural eselon II di lingkungan instansi

vertikal dan pejabat yang setara yang

berada di bawah dan bertanggungjawab

kepada Pejabat Pembina Kepegawaian

untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat

(2), ayat (3), dan ayat (4);

6. fungsional umum golongan ruang IV/a

sampai dengan golongan ruang IV/c di

lingkungannya untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (3) dan ayat (4) huruf a, huruf

d, dan huruf e;

7. struktural eselon III ke bawah, fungsional

tertentu jenjang Muda dan Penyelia ke

bawah di lingkungannya untuk jenis

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (3) huruf c dan ayat (4);

dan

8. fungsional umum golongan ruang III/d ke

bawah di lingkungannya untuk jenis

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (3) huruf c dan ayat (4)

huruf a, huruf d, dan huruf e.

b. PNS yang dipekerjakan di lingkungannya yang

menduduki jabatan:

1. struktural eselon I untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (2);

2. fungsional . . .

Page 113: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 25 -

2. fungsional tertentu jenjang Utama untuk

jenis hukuman disiplin sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) dan ayat

(4) huruf b dan huruf c;

3. fungsional umum golongan ruang IV/d

dan golongan ruang IV/e untuk jenis

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (2); dan

4. struktural eselon II ke bawah dan

fungsional tertentu jenjang Madya dan

Penyelia ke bawah untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (4) huruf b dan huruf c;

c. PNS yang diperbantukan di lingkungannya

yang menduduki jabatan:

1. struktural eselon I untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (2), ayat (3), dan ayat (4)

huruf a;

2. fungsional tertentu jenjang Utama untuk

jenis hukuman disiplin sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2), ayat (3),

dan ayat (4) huruf a, huruf b, dan huruf

c;

3. fungsional umum golongan ruang IV/d

dan golongan ruang IV/e untuk jenis

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (2), ayat (3), dan ayat

(4) huruf a;

4. struktural eselon II dan fungsional

tertentu jenjang Madya untuk jenis

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (3) dan ayat (4) huruf

a, huruf b, dan huruf c;

5. fungsional . . .

Page 114: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 26 -

5. fungsional umum golongan ruang IV/a

sampai dengan golongan ruang IV/c untuk

jenis hukuman disiplin sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) dan ayat

(4) huruf a;

6. struktural eselon III ke bawah dan

fungsional tertentu jenjang Muda dan

Penyelia ke bawah untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (3) huruf c dan ayat (4) huruf

a, huruf b, dan huruf c; dan

7. fungsional umum golongan ruang III/d ke

bawah untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat

(3) huruf c dan ayat (4) huruf a;

d. PNS yang dipekerjakan ke luar instansi

induknya yang menduduki jabatan:

1. struktural eselon I untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (3) dan ayat (4) huruf a;

2. struktural eselon II ke bawah dan

fungsional tertentu jenjang Utama ke

bawah untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat

(3) dan ayat (4) huruf a, huruf d, dan

huruf e; dan

3. fungsional umum golongan ruang IV/e ke

bawah untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat

(3) dan ayat (4) huruf a, huruf d, dan

huruf e;

e. PNS . . .

Page 115: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 27 -

e. PNS yang diperbantukan ke luar instansi

induknya yang menduduki jabatan struktural

eselon II ke bawah, jabatan fungsional tertentu

jenjang Utama ke bawah, dan jabatan

fungsional umum golongan ruang IV/e ke

bawah, untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4)

huruf d dan huruf e;

f. PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan

pada Perwakilan Republik Indonesia di luar

negeri, untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3)

dan ayat (4) huruf a, huruf d, dan huruf e; dan

g. PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan

pada negara lain atau badan internasional,

atau tugas di luar negeri, untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7

ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) huruf a, huruf d,

dan huruf e.

(2) Pejabat struktural eselon I dan pejabat yang setara

menetapkan penjatuhan hukuman disiplin bagi:

a. PNS yang menduduki jabatan:

1. struktural eselon II, fungsional tertentu

jenjang Madya, dan fungsional umum

golongan ruang IV/a sampai dengan

golongan ruang IV/c di lingkungannya,

untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7

ayat (2); dan

2. struktural eselon III, fungsional tertentu

jenjang Muda dan Penyelia, dan fungsional

umum golongan ruang III/b sampai

dengan III/d di lingkungannya, untuk

jenis hukuman disiplin sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) huruf a

dan huruf b;

b. PNS . . .

Page 116: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 28 -

b. PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan di

lingkungannya yang menduduki jabatan

struktural eselon II, jabatan fungsional tertentu

jenjang Madya, dan jabatan fungsional umum

golongan ruang IV/a sampai dengan golongan

ruang IV/c untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2);

dan

c. PNS yang diperbantukan di lingkungannya

yang menduduki jabatan struktural eselon III,

jabatan fungsional tertentu jenjang Muda dan

Penyelia, dan jabatan fungsional umum

golongan ruang III/b sampai dengan golongan

ruang III/d untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3)

huruf a dan huruf b.

(3) Pejabat struktural eselon II dan pejabat yang setara

menetapkan penjatuhan hukuman disiplin bagi:

a. PNS yang menduduki jabatan:

1. struktural eselon III, fungsional tertentu

jenjang Muda dan Penyelia, dan fungsional

umum golongan ruang III/c dan golongan

ruang III/d di lingkungannya, untuk jenis

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (2); dan

2. struktural eselon IV, fungsional tertentu

jenjang Pertama dan Pelaksana Lanjutan,

dan fungsional umum golongan ruang II/c

sampai dengan golongan ruang III/b di

lingkungannya, untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (3) huruf a dan huruf b;

b. PNS . . .

Page 117: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 29 -

b. PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan di

lingkungannya yang menduduki jabatan

struktural eselon III, jabatan fungsional

tertentu jenjang Muda dan Penyelia, dan

jabatan fungsional umum golongan ruang III/c

dan golongan ruang III/d untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7

ayat (2); dan

c. PNS yang diperbantukan di lingkungannya

yang menduduki jabatan struktural eselon IV,

jabatan fungsional tertentu jenjang Pertama

dan Pelaksana Lanjutan, dan jabatan

fungsional umum golongan ruang II/c sampai

dengan golongan ruang III/b untuk jenis

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (3) huruf a dan huruf b.

(4) Pejabat struktural eselon II yang atasan

langsungnya:

a. Pejabat Pembina Kepegawaian; dan

b. Pejabat struktural eselon I yang bukan Pejabat

Pembina Kepegawaian,

selain menetapkan penjatuhan hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) juga

berwenang menetapkan penjatuhan hukuman

disiplin bagi PNS yang menduduki jabatan

struktural eselon IV ke bawah, jabatan fungsional

tertentu jenjang Pertama dan Pelaksana Lanjutan,

dan jabatan fungsional umum golongan ruang III/d

ke bawah di lingkungannya, untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat

(3) huruf c.

(5) Pejabat . . .

Page 118: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 30 -

(5) Pejabat struktural eselon III dan pejabat yang setara

menetapkan penjatuhan hukuman disiplin bagi:

a. PNS yang menduduki jabatan:

1. struktural eselon IV, fungsional tertentu

jenjang Pertama dan Pelaksana Lanjutan,

dan fungsional umum golongan ruang II/c

sampai dengan golongan ruang III/b di

lingkungannya, untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (2); dan

2. struktural eselon V, fungsional tertentu

jenjang Pelaksana dan Pelaksana Pemula,

dan fungsional umum golongan ruang II/a

dan golongan ruang II/b di lingkungannya,

untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat

(3) huruf a dan huruf b;

b. PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan di

lingkungannya yang menduduki jabatan

struktural eselon IV, jabatan fungsional

tertentu jenjang Pertama dan Pelaksana

Lanjutan, dan jabatan fungsional umum

golongan ruang II/c sampai dengan golongan

ruang III/b untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2);

dan

c. PNS yang diperbantukan di lingkungannya

yang menduduki jabatan struktural eselon V,

jabatan fungsional tertentu jenjang Pelaksana

dan Pelaksana Pemula, dan jabatan fungsional

umum golongan ruang II/a dan golongan ruang

II/b untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3)

huruf a dan huruf b.

(6) Pejabat . . .

Page 119: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 31 -

(6) Pejabat struktural eselon IV dan pejabat yang setara

menetapkan penjatuhan hukuman disiplin bagi:

a. PNS yang menduduki jabatan:

1. struktural eselon V, fungsional tertentu

jenjang Pelaksana dan Pelaksana Pemula,

dan fungsional umum golongan ruang II/a

dan golongan ruang II/b di lingkungannya,

untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat

(2); dan

2. fungsional umum golongan ruang I/a

sampai dengan golongan ruang I/d untuk

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (3) huruf a dan huruf

b;

b. PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan di

lingkungannya yang menduduki jabatan

struktural eselon V, jabatan fungsional tertentu

jenjang Pelaksana dan Pelaksana Pemula, dan

jabatan fungsional umum golongan ruang II/a

dan golongan ruang II/b untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7

ayat (2); dan

c. PNS yang diperbantukan di lingkungannya

yang menduduki jabatan fungsional umum

golongan ruang I/a sampai dengan golongan

ruang I/d untuk hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3)

huruf a dan huruf b.

(7) Pejabat struktural eselon V dan pejabat yang setara

menetapkan penjatuhan hukuman disiplin bagi:

a. PNS yang menduduki jabatan fungsional

umum golongan ruang I/a sampai dengan

golongan ruang I/d di lingkungannya, untuk

jenis hukuman disiplin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (2); dan

b. PNS . . .

Page 120: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 32 -

b. PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan di

lingkungannya yang menduduki jabatan

fungsional umum golongan ruang I/a sampai

dengan golongan ruang I/d untuk jenis

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (2).

Pasal 17

Kepala Perwakilan Republik Indonesia menetapkan

penjatuhan hukuman disiplin bagi PNS yang

dipekerjakan atau diperbantukan pada Perwakilan

Republik Indonesia di luar negeri untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2)

dan ayat (4) huruf b dan huruf c.

Pasal 18

(1) Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Provinsi

menetapkan penjatuhan hukuman disiplin bagi:

a. PNS Daerah Provinsi yang menduduki jabatan:

1. struktural eselon I di lingkungannya

untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat

(2), ayat (3), dan ayat (4) huruf a;

2. fungsional tertentu jenjang Utama di

lingkungannya untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (2), ayat (3), dan ayat (4);

3. fungsional umum golongan ruang IV/d

dan golongan ruang IV/e di lingkungannya

untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat

(2), ayat (3), dan ayat (4) huruf a, huruf d,

dan huruf e;

4. struktural . . .

Page 121: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 33 -

4. struktural eselon II dan fungsional

tertentu jenjang Madya dan Penyelia di

lingkungannya untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (3) dan ayat (4);

5. fungsional umum golongan ruang IV/a

sampai dengan golongan ruang IV/c di

lingkungannya untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (3) dan ayat (4) huruf a, huruf

d, dan huruf e;

6. struktural eselon III ke bawah, fungsional

tertentu jenjang Muda dan Penyelia ke

bawah di lingkungannya untuk jenis

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (3) huruf c dan ayat (4);

dan

7. fungsional umum golongan ruang III/d ke

bawah di lingkungannya, untuk jenis

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (3) huruf c dan ayat (4)

huruf a, huruf d, dan huruf e;

b. PNS yang dipekerjakan di lingkungannya yang

menduduki jabatan:

1. struktural eselon I untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (2);

2. fungsional tertentu jenjang Utama untuk

jenis hukuman disiplin sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) dan ayat

(4) huruf b dan huruf c;

3. fungsional . . .

Page 122: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 34 -

3. fungsional umum golongan ruang IV/d

dan golongan ruang IV/e untuk jenis

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (2); dan

4. struktural eselon II ke bawah dan

fungsional tertentu jenjang Madya dan

Penyelia ke bawah untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (4) huruf b dan huruf c;

c. PNS yang diperbantukan di lingkungannya

yang menduduki jabatan:

1. struktural eselon I, untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (2), ayat (3), dan ayat (4)

huruf a;

2. fungsional tertentu jenjang Utama, untuk

jenis hukuman disiplin sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2), ayat (3),

dan ayat (4) huruf a, huruf b, dan huruf

c;

3. fungsional umum golongan ruang IV/d

dan golongan ruang IV/e, untuk jenis

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (2), ayat (3), dan ayat

(4) huruf a;

4. struktural eselon II dan fungsional

tertentu jenjang Madya, untuk jenis

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (3) dan ayat (4) huruf

a, huruf b, dan huruf c;

5. fungsional umum golongan ruang IV/a

sampai dengan golongan ruang IV/c,

untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat

(3) dan ayat (4) huruf a;

6. struktural . . .

Page 123: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 35 -

6. struktural eselon III ke bawah dan

fungsional tertentu jenjang Muda dan

Penyelia ke bawah, untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (3) huruf c dan ayat (4) huruf

a, huruf b, dan huruf c; dan

7. fungsional umum golongan ruang III/d ke

bawah, untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat

(3) huruf c dan ayat (4) huruf a;

d. PNS yang dipekerjakan ke luar instansi

induknya yang menduduki jabatan:

1. struktural eselon I, untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (3) dan ayat (4) huruf a;

2. struktural eselon II ke bawah dan

fungsional tertentu jenjang Utama ke

bawah, untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat

(3) dan ayat (4) huruf a, huruf d, dan

huruf e; dan

3. fungsional umum golongan ruang IV/e ke

bawah, untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat

(3) dan ayat (4) huruf a, huruf d, dan

huruf e;

e. PNS yang diperbantukan ke luar instansi

induknya yang menduduki jabatan struktural

eselon II ke bawah, jabatan fungsional tertentu

jenjang Utama ke bawah, dan jabatan

fungsional umum golongan ruang IV/e ke

bawah, untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4)

huruf d dan huruf e;

f. PNS . . .

Page 124: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 36 -

f. PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan

pada Perwakilan Republik Indonesia di luar

negeri, untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3)

dan ayat (4) huruf a, huruf d, dan huruf e; dan

g. PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan

pada negara lain atau badan internasional,

atau tugas di luar negeri, untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7

ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) huruf a, huruf d,

dan huruf e.

(2) Pejabat struktural eselon I menetapkan penjatuhan

hukuman disiplin bagi:

a. PNS yang menduduki jabatan:

1. struktural eselon II, fungsional tertentu

jenjang Madya, dan fungsional umum

golongan ruang IV/a sampai dengan

golongan ruang IV/c di lingkungannya,

untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat

(2); dan

2. struktural eselon III, fungsional tertentu

jenjang Muda dan Penyelia, dan fungsional

umum golongan ruang III/b sampai

dengan III/d di lingkungannya, untuk

jenis hukuman disiplin sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) huruf a

dan huruf b;

b. PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan di

lingkungannya yang menduduki jabatan

struktural eselon II, jabatan fungsional tertentu

jenjang Madya, dan jabatan fungsional umum

golongan ruang IV/a sampai dengan golongan

ruang IV/c, untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2);

dan

c. PNS . . .

Page 125: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 37 -

c. PNS yang diperbantukan di lingkungannya

yang menduduki jabatan struktural eselon III,

jabatan fungsional tertentu jenjang Muda dan

Penyelia, dan jabatan fungsional umum

golongan ruang III/b sampai dengan golongan

ruang III/d, untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3)

huruf a dan huruf b.

(3) Pejabat struktural eselon II menetapkan penjatuhan

hukuman disiplin bagi:

a. PNS yang menduduki jabatan:

1. struktural eselon III, fungsional tertentu

jenjang Muda dan Penyelia, dan fungsional

umum golongan ruang III/c dan golongan

ruang III/d di lingkungannya, untuk jenis

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (2); dan

2. struktural eselon IV, fungsional tertentu

jenjang Pertama dan Pelaksana Lanjutan,

dan fungsional umum golongan ruang II/c

sampai dengan golongan ruang III/b di

lingkungannya, untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (3) huruf a dan huruf b;

b. PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan di

lingkungannya yang menduduki jabatan

struktural eselon III, jabatan fungsional

tertentu jenjang Muda dan Penyelia, dan

jabatan fungsional umum golongan ruang III/c

dan golongan ruang III/d, untuk jenis

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (2); dan

c. PNS . . .

Page 126: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 38 -

c. PNS yang diperbantukan di lingkungannya

yang menduduki jabatan struktural eselon IV,

jabatan fungsional tertentu jenjang Pertama

dan Pelaksana Lanjutan, dan jabatan

fungsional umum golongan ruang II/c sampai

dengan golongan ruang III/b, untuk jenis

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (3) huruf a dan huruf b.

(4) Pejabat struktural eselon III menetapkan

penjatuhan hukuman disiplin bagi:

a. PNS yang menduduki jabatan:

1. struktural eselon IV, fungsional tertentu

jenjang Pertama dan Pelaksana Lanjutan,

dan fungsional umum golongan ruang II/c

sampai dengan golongan ruang III/b di

lingkungannya, untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (2); dan

2. struktural eselon V, fungsional tertentu

jenjang Pelaksana dan Pelaksana Pemula,

dan fungsional umum golongan ruang II/a

dan golongan ruang II/b di lingkungannya,

untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat

(3) huruf a dan huruf b;

b. PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan di

lingkungannya yang menduduki jabatan

struktural eselon IV, jabatan fungsional

tertentu jenjang Pertama dan Pelaksana

Lanjutan, dan jabatan fungsional umum

golongan ruang II/c sampai dengan golongan

ruang III/b, untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2);

dan

c. PNS . . .

Page 127: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 39 -

c. PNS yang diperbantukan di lingkungannya

yang menduduki jabatan struktural eselon V,

jabatan fungsional tertentu jenjang Pelaksana

dan Pelaksana Pemula, dan jabatan fungsional

umum golongan ruang II/a dan golongan ruang

II/b, untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3)

huruf a dan huruf b.

(5) Pejabat struktural eselon IV dan pejabat yang setara

menetapkan penjatuhan hukuman disiplin bagi:

a. PNS yang menduduki jabatan:

1. struktural eselon V, fungsional tertentu

jenjang Pelaksana dan Pelaksana Pemula,

dan fungsional umum golongan ruang II/a

dan golongan ruang II/b di lingkungannya,

untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat

(2); dan

2. fungsional umum golongan ruang I/a

sampai dengan golongan ruang I/d, untuk

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (3) huruf a dan huruf

b;

b. PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan di

lingkungannya, yang menduduki jabatan

struktural eselon V, jabatan fungsional tertentu

jenjang Pelaksana dan Pelaksana Pemula, dan

jabatan fungsional umum golongan ruang II/a

dan golongan ruang II/b, untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7

ayat (2); dan

c. PNS . . .

Page 128: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 40 -

c. PNS yang diperbantukan di lingkungannya

yang menduduki jabatan fungsional umum

golongan ruang I/a sampai dengan golongan

ruang I/d, untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3)

huruf a dan huruf b.

(6) Pejabat struktural eselon V dan pejabat yang setara

menetapkan penjatuhan hukuman disiplin bagi:

a. PNS yang menduduki jabatan fungsional

umum golongan ruang I/a sampai dengan

golongan ruang I/d di lingkungannya, untuk

jenis hukuman disiplin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (2); dan

b. PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan di

lingkungannya yang menduduki jabatan

fungsional umum golongan ruang I/a sampai

dengan golongan ruang I/d, untuk jenis

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (2).

Pasal 19

Gubernur selaku wakil Pemerintah menetapkan

penjatuhan hukuman disiplin bagi:

a. PNS Daerah Kabupaten/Kota dan PNS Daerah

Kabupaten/Kota yang dipekerjakan atau

diperbantukan pada Kabupaten/Kota lain dalam

satu provinsi yang menduduki jabatan Sekretaris

Daerah Kabupaten/Kota, untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat

(4) huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e; dan

b. PNS . . .

Page 129: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 41 -

b. PNS Daerah Kabupaten/Kota dari provinsi lain yang

dipekerjakan atau diperbantukan pada

Kabupaten/Kota di provinsinya yang menduduki

jabatan Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota, untuk

jenis hukuman disiplin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (4) huruf b dan huruf c.

Pasal 20

(1) Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah

Kabupaten/Kota menetapkan penjatuhan hukuman

disiplin bagi:

a. PNS Daerah Kabupaten/Kota yang menduduki

jabatan:

1. Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota di

lingkungannya, untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (2), ayat (3), dan ayat (4)

huruf a;

2. fungsional tertentu jenjang Utama di

lingkungannya, untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (2), ayat (3), dan ayat (4);

3. fungsional umum golongan ruang IV/d

dan golongan ruang IV/e, untuk jenis

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (2), ayat (3), dan ayat

(4) huruf a, huruf d, dan huruf e;

4. struktural eselon II dan fungsional

tertentu jenjang Madya dan Penyelia di

lingkungannya, untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (2), ayat (3), dan ayat (4);

5. fungsional . . .

Page 130: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 42 -

5. fungsional umum golongan ruang IV/a

sampai dengan golongan ruang IV/c di

lingkungannya, untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (3) dan ayat (4) huruf a, huruf

d, dan huruf e;

6. struktural eselon III ke bawah dan

fungsional tertentu jenjang Muda dan

Penyelia ke bawah di lingkungannya,

untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat

(3) dan ayat (4); dan

7. fungsional umum golongan ruang III/d ke

bawah di lingkungannya, untuk jenis

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (3) dan ayat (4) huruf

a, huruf d, dan huruf e;

b. PNS yang dipekerjakan di lingkungannya yang

menduduki jabatan:

1. Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota, untuk

jenis hukuman disiplin sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2);

2. fungsional tertentu jenjang Utama, untuk

jenis hukuman disiplin sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) dan ayat

(4) huruf b dan huruf c;

3. fungsional umum golongan ruang IV/d

dan golongan ruang IV/e, untuk jenis

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (2); dan

4. struktural eselon II ke bawah dan

fungsional tertentu jenjang Madya dan

Penyelia ke bawah, untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (2) dan ayat (4) huruf b dan

huruf c;

c. PNS . . .

Page 131: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 43 -

c. PNS yang diperbantukan di lingkungannya

yang menduduki jabatan:

1. Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota, untuk

jenis hukuman disiplin sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2), ayat (3),

dan ayat (4) huruf a;

2. fungsional tertentu jenjang Utama, untuk

jenis hukuman disiplin sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2), ayat (3),

dan ayat (4) huruf a, huruf b, dan huruf

c;

3. fungsional umum golongan ruang IV/a

sampai dengan golongan ruang IV/e,

untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat

(2), ayat (3), dan ayat (4) huruf a;

4. struktural eselon II dan fungsional

tertentu jenjang Madya, untuk jenis

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (2), ayat (3), dan ayat

(4) huruf a, huruf b, dan huruf c;

5. struktural eselon III ke bawah dan

fungsional tertentu jenjang Muda dan

Penyelia ke bawah, untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (3) dan ayat (4) huruf a, huruf

b, dan huruf c; dan

6. fungsional umum golongan ruang III/c

dan golongan ruang III/d, untuk jenis

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (3) dan ayat (4) huruf

a;

d. PNS . . .

Page 132: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 44 -

d. PNS yang dipekerjakan ke luar instansi

induknya yang menduduki jabatan:

1. struktural eselon II ke bawah dan

fungsional tertentu jenjang Utama ke

bawah untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat

(3) dan ayat (4) huruf a, huruf d, dan

huruf e; dan

2. fungsional umum golongan ruang IV/e ke

bawah untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat

(3) dan ayat (4) huruf a, huruf d, dan

huruf e;

e. PNS yang diperbantukan ke luar instansi

induknya yang menduduki jabatan struktural

eselon II ke bawah dan jabatan fungsional

tertentu jenjang Utama ke bawah serta jabatan

fungsional umum golongan IV/e ke bawah,

untuk jenis hukuman disiplin sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4) huruf d dan

huruf e;

f. PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan

pada Perwakilan Republik Indonesia di luar

negeri, untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3)

dan ayat (4) huruf a, huruf d, dan huruf e; dan

g. PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan

pada negara lain atau badan internasional,

atau tugas di luar negeri, untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7

ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) huruf a, huruf d,

dan huruf e.

(2) Sekretaris . . .

Page 133: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 45 -

(2) Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota, menetapkan

penjatuhan hukuman disiplin bagi:

a. PNS yang menduduki jabatan:

1. struktural eselon II di lingkungannya,

untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat

(2);

2. struktural eselon III, fungsional tertentu

jenjang Muda dan Penyelia, dan fungsional

umum golongan ruang III/c dan golongan

ruang III/d di lingkungannya, untuk jenis

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (2); dan

3. struktural eselon IV, fungsional tertentu

jenjang Pertama dan Pelaksana Lanjutan,

dan fungsional umum golongan ruang II/c

sampai dengan golongan ruang III/b di

lingkungannya, untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (3) huruf a dan huruf b;

b. PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan di

lingkungannya yang menduduki jabatan

struktural eselon III, jabatan fungsional

tertentu jenjang Muda dan Penyelia, dan

jabatan fungsional umum golongan ruang III/c

dan golongan ruang III/d, untuk jenis

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (2); dan

c. PNS yang diperbantukan di lingkungannya

yang menduduki jabatan struktural eselon IV,

jabatan fungsional tertentu jenjang Pertama

dan Pelaksana Lanjutan, dan jabatan

fungsional umum golongan ruang II/c sampai

dengan golongan ruang III/b, untuk jenis

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (3) huruf a dan huruf b.

(3) Pejabat . . .

Page 134: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 46 -

(3) Pejabat struktural eselon II menetapkan penjatuhan

hukuman disiplin bagi:

a. PNS yang menduduki jabatan:

1. struktural eselon III, fungsional tertentu

jenjang Muda dan Penyelia, dan fungsional

umum golongan ruang III/c dan golongan

ruang III/d di lingkungannya, untuk jenis

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (2); dan

2. struktural eselon IV, fungsional tertentu

jenjang Pertama dan Pelaksana Lanjutan,

dan fungsional umum golongan ruang II/c

sampai dengan golongan ruang III/b di

lingkungannya, untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (3) huruf a dan huruf b;

b. PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan di

lingkungannya yang menduduki jabatan

struktural eselon III, jabatan fungsional

tertentu jenjang Muda dan Penyelia, dan

jabatan fungsional umum golongan ruang III/c

dan golongan ruang III/d, untuk jenis

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (2); dan

c. PNS yang diperbantukan di lingkungannya

yang menduduki jabatan struktural eselon IV,

jabatan fungsional tertentu jenjang Pertama

dan Pelaksana Lanjutan, dan jabatan

fungsional umum golongan ruang II/c sampai

dengan golongan ruang III/b, untuk jenis

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (3) huruf a dan huruf b.

(4) Pejabat . . .

Page 135: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 47 -

(4) Pejabat struktural eselon III menetapkan

penjatuhan hukuman disiplin bagi:

a. PNS yang menduduki jabatan:

1. struktural eselon IV, fungsional tertentu

jenjang Pertama dan Pelaksana Lanjutan,

dan fungsional umum golongan ruang II/c

sampai dengan golongan ruang III/b di

lingkungannya, untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (2); dan

2. struktural eselon V, fungsional tertentu

jenjang Pelaksana dan Pelaksana Pemula,

dan fungsional umum golongan ruang II/a

dan golongan ruang II/b di lingkungannya,

untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat

(3) huruf a dan huruf b;

b. PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan di

lingkungannya yang menduduki jabatan

struktural eselon IV, jabatan fungsional

tertentu jenjang Pertama dan Pelaksana

Lanjutan, dan jabatan fungsional umum

golongan ruang II/c sampai dengan golongan

ruang III/b, untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2);

dan

c. PNS yang diperbantukan di lingkungannya

yang menduduki jabatan struktural eselon V,

jabatan fungsional tertentu jenjang Pelaksana

dan Pelaksana Pemula, dan jabatan fungsional

umum golongan ruang II/a dan golongan ruang

II/b, untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3)

huruf a dan huruf b.

(5) Pejabat . . .

Page 136: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 48 -

(5) Pejabat struktural eselon IV dan pejabat yang

setara menetapkan penjatuhan hukuman disiplin

bagi:

a. PNS yang menduduki jabatan:

1. struktural eselon V, fungsional tertentu

jenjang Pelaksana dan Pelaksana Pemula,

dan fungsional umum golongan ruang II/a

dan golongan ruang II/b di lingkungannya,

untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat

(2); dan

2. fungsional umum golongan ruang I/a

sampai dengan golongan ruang I/d, untuk

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (3) huruf a dan huruf

b;

b. PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan di

lingkungannya yang menduduki jabatan

struktural eselon V, fungsional tertentu

jenjang Pelaksana dan Pelaksana Pemula, dan

jabatan fungsional umum golongan ruang II/a

dan golongan ruang II/b, untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7

ayat (2); dan

c. PNS yang diperbantukan di lingkungannya

yang menduduki jabatan fungsional umum

golongan ruang I/a sampai dengan golongan

ruang I/d, untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3)

huruf a dan huruf b.

(6) Pejabat struktural eselon V dan pejabat yang setara

menetapkan penjatuhan hukuman disiplin bagi:

a. PNS yang menduduki jabatan fungsional

umum golongan ruang I/a sampai dengan

golongan ruang I/d di lingkungannya, untuk

jenis hukuman disiplin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (2); dan b. PNS . . .

Page 137: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 49 -

b. PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan di

lingkungannya yang menduduki jabatan

fungsional umum golongan ruang I/a sampai

dengan golongan ruang I/d, untuk jenis

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (2).

Pasal 21

(1) Pejabat yang berwenang menghukum wajib

menjatuhkan hukuman disiplin kepada PNS yang

melakukan pelanggaran disiplin.

(2) Apabila Pejabat yang berwenang menghukum

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak

menjatuhkan hukuman disiplin kepada PNS yang

melakukan pelanggaran disiplin, pejabat tersebut

dijatuhi hukuman disiplin oleh atasannya.

(3) Hukuman disiplin sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) sama dengan jenis hukuman disiplin yang

seharusnya dijatuhkan kepada PNS yang

melakukan pelanggaran disiplin.

(4) Atasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), juga

menjatuhkan hukuman disiplin terhadap PNS yang

melakukan pelanggaran disiplin.

Pasal 22

Apabila tidak terdapat pejabat yang berwenang

menghukum, maka kewenangan menjatuhkan hukuman

disiplin menjadi kewenangan pejabat yang lebih tinggi.

Bagian Kelima . . .

Page 138: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 50 -

Bagian Kelima

Tata Cara Pemanggilan, Pemeriksaan, Penjatuhan, dan

Penyampaian Keputusan Hukuman Disiplin

Pasal 23

(1) PNS yang diduga melakukan pelanggaran disiplin

dipanggil secara tertulis oleh atasan langsung untuk

dilakukan pemeriksaan.

(2) Pemanggilan kepada PNS yang diduga melakukan

pelanggaran disiplin dilakukan paling lambat 7

(tujuh) hari kerja sebelum tanggal pemeriksaan.

(3) Apabila pada tanggal yang seharusnya yang

bersangkutan diperiksa tidak hadir, maka

dilakukan pemanggilan kedua paling lambat 7

(tujuh) hari kerja sejak tanggal seharusnya yang

bersangkutan diperiksa pada pemanggilan pertama.

(4) Apabila pada tanggal pemeriksaan sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) PNS yang bersangkutan

tidak hadir juga maka pejabat yang berwenang

menghukum menjatuhkan hukuman disiplin

berdasarkan alat bukti dan keterangan yang ada

tanpa dilakukan pemeriksaan.

Pasal 24

(1) Sebelum PNS dijatuhi hukuman disiplin setiap

atasan langsung wajib memeriksa terlebih dahulu

PNS yang diduga melakukan pelanggaran disiplin.

(2) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan secara tertutup dan hasilnya dituangkan

dalam bentuk berita acara pemeriksaan.

(3) Apabila . . .

Page 139: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 51 - (3) Apabila menurut hasil pemeriksaan sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) kewenangan untuk

menjatuhkan hukuman disiplin kepada PNS

tersebut merupakan kewenangan:

a. atasan langsung yang bersangkutan maka

atasan langsung tersebut wajib menjatuhkan

hukuman disiplin;

b. pejabat yang lebih tinggi maka atasan langsung

tersebut wajib melaporkan secara hierarki

disertai berita acara pemeriksaan.

Pasal 25

(1) Khusus untuk pelanggaran disiplin yang ancaman

hukumannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7

ayat (3) dan ayat (4) dapat dibentuk Tim Pemeriksa.

(2) Tim Pemeriksa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

terdiri dari atasan langsung, unsur pengawasan,

dan unsur kepegawaian atau pejabat lain yang

ditunjuk.

(3) Tim Pemeriksa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dibentuk oleh Pejabat Pembina Kepegawaian atau

pejabat lain yang ditunjuk.

Pasal 26

Apabila diperlukan, atasan langsung, Tim Pemeriksa

atau pejabat yang berwenang menghukum dapat

meminta keterangan dari orang lain.

Pasal 27 . . .

Page 140: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 52 - Pasal 27

(1) Dalam rangka kelancaran pemeriksaan, PNS yang

diduga melakukan pelanggaran disiplin dan

kemungkinan akan dijatuhi hukuman disiplin

tingkat berat, dapat dibebaskan sementara dari

tugas jabatannya oleh atasan langsung sejak yang

bersangkutan diperiksa.

(2) Pembebasan sementara dari tugas jabatannya

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku

sampai dengan ditetapkannya keputusan hukuman

disiplin.

(3) PNS yang dibebaskan sementara dari tugas

jabatannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

tetap diberikan hak-hak kepegawaiannya sesuai

dengan peraturan perundang-undangan.

(4) Dalam hal atasan langsung sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) tidak ada, maka pembebasan

sementara dari jabatannya dilakukan oleh pejabat

yang lebih tinggi.

Pasal 28

(1) Berita acara pemeriksaan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 24 ayat (2) harus ditandatangani oleh

pejabat yang memeriksa dan PNS yang diperiksa.

(2) Dalam hal PNS yang diperiksa tidak bersedia

menandatangani berita acara pemeriksaan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berita acara

pemeriksaan tersebut tetap dijadikan sebagai dasar

untuk menjatuhkan hukuman disiplin.

(3) PNS yang diperiksa berhak mendapat foto kopi

berita acara pemeriksaan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1).

Pasal 29 . . .

Page 141: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 53 - Pasal 29

(1) Berdasarkan hasil pemeriksaan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 24 dan Pasal 25 pejabat yang

berwenang menghukum menjatuhkan hukuman

disiplin.

(2) Dalam keputusan hukuman disiplin sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) harus disebutkan

pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh PNS yang

bersangkutan.

Pasal 30

(1) PNS yang berdasarkan hasil pemeriksaan ternyata

melakukan beberapa pelanggaran disiplin,

terhadapnya hanya dapat dijatuhi satu jenis

hukuman disiplin yang terberat setelah

mempertimbangkan pelanggaran yang dilakukan.

(2) PNS yang pernah dijatuhi hukuman disiplin

kemudian melakukan pelanggaran disiplin yang

sifatnya sama, kepadanya dijatuhi jenis hukuman

disiplin yang lebih berat dari hukuman disiplin

terakhir yang pernah dijatuhkan.

(3) PNS tidak dapat dijatuhi hukuman disiplin dua kali

atau lebih untuk satu pelanggaran disiplin.

(4) Dalam hal PNS yang dipekerjakan atau

diperbantukan di lingkungannya akan dijatuhi

hukuman disiplin yang bukan menjadi

kewenangannya, Pimpinan instansi atau Kepala

Perwakilan mengusulkan penjatuhan hukuman

disiplin kepada pejabat pembina kepegawaian

instansi induknya disertai berita acara

pemeriksaan.

Pasal 31 . . .

Page 142: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 54 - Pasal 31

(1) Setiap penjatuhan hukuman disiplin ditetapkan

dengan keputusan pejabat yang berwenang

menghukum.

(2) Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

disampaikan secara tertutup oleh pejabat yang

berwenang menghukum atau pejabat lain yang

ditunjuk kepada PNS yang bersangkutan serta

tembusannya disampaikan kepada pejabat instansi

terkait.

(3) Penyampaian keputusan hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan

paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak

keputusan ditetapkan.

(4) Dalam hal PNS yang dijatuhi hukuman disiplin

tidak hadir pada saat penyampaian keputusan

hukuman disiplin, keputusan dikirim kepada yang

bersangkutan.

BAB IV

UPAYA ADMINISTRATIF

Pasal 32

Upaya administratif terdiri dari keberatan dan banding

administratif.

Pasal 33

Hukuman disiplin yang dijatuhkan oleh:

a. Presiden;

b. Pejabat Pembina Kepegawaian untuk jenis

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) huruf a, huruf

b, dan huruf c;

c. Gubernur . . .

Page 143: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 55 -

c. Gubernur selaku wakil pemerintah untuk jenis

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (4) huruf b dan huruf c;

d. Kepala Perwakilan Republik Indonesia; dan

e. Pejabat yang berwenang menghukum untuk jenis

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (2),

tidak dapat diajukan upaya administratif.

Pasal 34

(1) Hukuman disiplin yang dapat diajukan keberatan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 yaitu jenis

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (3) huruf a dan huruf b yang

dijatuhkan oleh:

a. Pejabat struktural eselon I dan pejabat yang

setara ke bawah;

b. Sekretaris Daerah/Pejabat struktural eselon II

Kabupaten/Kota ke bawah/Pejabat yang setara

ke bawah;

c. Pejabat struktural eselon II ke bawah di

lingkungan instansi vertikal dan unit dengan

sebutan lain yang atasan langsungnya Pejabat

struktural eselon I yang bukan Pejabat

Pembina Kepegawaian; dan

d. Pejabat struktural eselon II ke bawah di

lingkungan instansi vertikal dan Kantor

Perwakilan Provinsi dan unit setara dengan

sebutan lain yang berada di bawah dan

bertanggung jawab kepada Pejabat Pembina

Kepegawaian.

(2) Hukuman . . .

Page 144: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 56 -

(2) Hukuman disiplin yang dapat diajukan banding

administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal

32 yaitu hukuman disiplin yang dijatuhkan oleh:

a. Pejabat Pembina Kepegawaian untuk jenis

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (4) huruf d dan huruf e; dan

b. Gubernur selaku wakil pemerintah untuk jenis

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (4) huruf d dan huruf e.

Pasal 35

(1) Keberatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34

ayat (1), diajukan secara tertulis kepada atasan

pejabat yang berwenang menghukum dengan

memuat alasan keberatan dan tembusannya

disampaikan kepada pejabat yang berwenang

menghukum.

(2) Keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diajukan dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari,

terhitung mulai tanggal yang bersangkutan

menerima keputusan hukuman disiplin.

Pasal 36

(1) Pejabat yang berwenang menghukum sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1), harus

memberikan tanggapan atas keberatan yang

diajukan oleh PNS yang bersangkutan.

(2) Tanggapan . . .

Page 145: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 57 -

(2) Tanggapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

disampaikan secara tertulis kepada atasan Pejabat

yang berwenang menghukum, dalam jangka waktu

6 (enam) hari kerja terhitung mulai tanggal yang

bersangkutan menerima tembusan surat keberatan.

(3) Atasan pejabat yang berwenang menghukum wajib

mengambil keputusan atas keberatan yang diajukan

oleh PNS yang bersangkutan dalam jangka waktu

21 (dua puluh satu) hari kerja terhitung mulai

tanggal yang bersangkutan menerima surat

keberatan.

(4) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) pejabat yang berwenang menghukum

tidak memberikan tanggapan atas keberatan maka

atasan pejabat yang berwenang menghukum

mengambil keputusan berdasarkan data yang ada.

(5) Atasan pejabat yang berwenang menghukum dapat

memanggil dan/atau meminta keterangan dari

pejabat yang berwenang menghukum, PNS yang

dijatuhi hukuman disiplin, dan/atau pihak lain

yang dianggap perlu.

Pasal 37

(1) Atasan Pejabat yang berwenang menghukum dapat

memperkuat, memperingan, memperberat, atau

membatalkan hukuman disiplin yang dijatuhkan

oleh pejabat yang berwenang menghukum.

(2) Penguatan, peringanan, pemberatan, atau

pembatalan hukuman disiplin sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan

keputusan Atasan Pejabat yang berwenang

menghukum.

(3) Keputusan . . .

Page 146: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 58 -

(3) Keputusan Atasan Pejabat yang berwenang

menghukum sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

bersifat final dan mengikat.

(4) Apabila dalam waktu lebih 21 (dua puluh satu) hari

kerja Atasan Pejabat yang berwenang menghukum

tidak mengambil keputusan atas keberatan maka

keputusan pejabat yang berwenang menghukum

batal demi hukum.

Pasal 38

(1) PNS yang dijatuhi hukuman disiplin sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 34 ayat (2), dapat

mengajukan banding administratif kepada Badan

Pertimbangan Kepegawaian.

(2) Ketentuan mengenai banding administratif diatur

lebih lanjut dalam peraturan perundang-undangan

yang mengatur tentang Badan Pertimbangan

Kepegawaian.

Pasal 39

(1) Dalam hal PNS yang dijatuhi hukuman disiplin:

a. mengajukan banding administratif

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 maka

gajinya tetap dibayarkan sepanjang yang

bersangkutan tetap melaksanakan tugas;

b. tidak mengajukan banding administratif

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 maka

pembayaran gajinya dihentikan terhitung mulai

bulan berikutnya sejak hari ke 15 (lima belas)

keputusan hukuman disiplin diterima.

(2) Penentuan . . .

Page 147: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 59 - (2) Penentuan dapat atau tidaknya PNS melaksanakan

tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

menjadi kewenangan Pejabat Pembina Kepegawaian

dengan mempertimbangkan dampak terhadap

lingkungan kerja.

Pasal 40

(1) PNS yang meninggal dunia sebelum ada keputusan

atas upaya administratif, diberhentikan dengan

hormat sebagai PNS dan diberikan hak-hak

kepegawaiannya berdasarkan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

(2) PNS yang mencapai batas usia pensiun sebelum ada

keputusan atas:

a. keberatan, dianggap telah selesai menjalani

hukuman disiplin dan diberhentikan dengan

hormat sebagai PNS serta diberikan hak-hak

kepegawaiannya berdasarkan ketentuan

peraturan perundang-undangan;

b. banding administratif, dihentikan pembayaran

gajinya sampai dengan ditetapkannya

keputusan banding administratif.

(3) Dalam hal PNS sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dan ayat (2) huruf b meninggal dunia,

diberhentikan dengan hormat dan diberikan hak-

hak kepegawaiannya berdasarkan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Pasal 41

(1) PNS yang mengajukan keberatan kepada atasan

Pejabat yang berwenang menghukum atau banding

administratif kepada Badan Pertimbangan

Kepegawaian, tidak diberikan kenaikan pangkat

dan/atau kenaikan gaji berkala sampai dengan

ditetapkannya keputusan yang mempunyai

kekuatan hukum tetap.

(2) Apabila . . .

Page 148: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 60 -

(2) Apabila keputusan pejabat yang berwenang

menghukum dibatalkan maka PNS yang

bersangkutan dapat dipertimbangkan kenaikan

pangkat dan/atau kenaikan gaji berkala sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 42

PNS yang sedang dalam proses pemeriksaan karena

diduga melakukan pelanggaran disiplin atau sedang

mengajukan upaya administratif tidak dapat disetujui

untuk pindah instansi.

BAB V

BERLAKUNYA HUKUMAN DISIPLIN

DAN PENDOKUMENTASIAN

KEPUTUSAN HUKUMAN DISIPLIN

Bagian Kesatu

Berlakunya Hukuman Disiplin

Pasal 43

Hukuman disiplin yang dijatuhkan oleh:

a. Presiden;

b. Pejabat Pembina Kepegawaian untuk jenis

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) huruf a, huruf

b, dan huruf c;

c. Gubernur . . .

Page 149: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 61 -

c. Gubernur selaku wakil pemerintah untuk jenis

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (4) huruf b dan huruf c;

d. Kepala Perwakilan Republik Indonesia; dan

e. Pejabat yang berwenang menghukum untuk jenis

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (2),

mulai berlaku sejak tanggal keputusan ditetapkan.

Pasal 44

(1) Hukuman disiplin yang dijatuhkan oleh pejabat

selain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43,

apabila tidak diajukan keberatan maka mulai

berlaku pada hari ke 15 (lima belas) setelah

keputusan hukuman disiplin diterima.

(2) Hukuman disiplin yang dijatuhkan oleh pejabat

selain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43,

apabila diajukan keberatan maka mulai berlaku

pada tanggal ditetapkannya keputusan atas

keberatan.

Pasal 45

(1) Hukuman disiplin yang dijatuhkan oleh Pejabat

Pembina Kepegawaian atau Gubernur selaku wakil

pemerintah untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4) huruf

d dan huruf e, apabila tidak diajukan banding

administratif maka mulai berlaku pada hari ke 15

(lima belas) setelah keputusan hukuman disiplin

diterima.

(2) Hukuman . . .

Page 150: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 62 -

(2) Hukuman disiplin yang dijatuhkan oleh Pejabat

Pembina Kepegawaian atau Gubernur selaku wakil

pemerintah untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4) huruf

d dan huruf e, apabila diajukan banding

administratif maka mulai berlaku pada tanggal

ditetapkannya keputusan banding administratif.

Pasal 46

Apabila PNS yang dijatuhi hukuman disiplin tidak hadir

pada waktu penyampaian keputusan hukuman disiplin

maka hukuman disiplin berlaku pada hari ke 15 (lima

belas) sejak tanggal yang ditentukan untuk penyampaian

keputusan hukuman disiplin.

Bagian Kedua

Pendokumentasian Keputusan Hukuman Disiplin

Pasal 47

(1) Keputusan hukuman disiplin wajib

didokumentasikan oleh pejabat pengelola

kepegawaian di instansi yang bersangkutan.

(2) Dokumen keputusan hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan

sebagai salah satu bahan penilaian dalam

pembinaan PNS yang bersangkutan.

BAB VI . . .

Page 151: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 63 -

BAB VI

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 48

(1) Hukuman disiplin yang telah dijatuhkan sebelum

berlakunya Peraturan Pemerintah ini dan sedang

dijalani oleh PNS yang bersangkutan dinyatakan

tetap berlaku.

(2) Keberatan yang diajukan kepada atasan pejabat

yang berwenang menghukum atau banding

administratif kepada Badan Pertimbangan

Kepegawaian sebelum berlakunya Peraturan

Pemerintah ini diselesaikan sesuai dengan

Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980

tentang Peraturan Disiplin PNS beserta peraturan

pelaksanaannya.

(3) Apabila terjadi pelanggaran disiplin dan telah

dilakukan pemeriksaan sebelum berlakunya

Peraturan Pemerintah ini maka hasil pemeriksaan

tetap berlaku dan proses selanjutnya berlaku

ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini.

(4) Apabila terjadi pelanggaran disiplin sebelum

berlakunya Peraturan Pemerintah ini dan belum

dilakukan pemeriksaan maka berlaku ketentuan

dalam Peraturan Pemerintah ini.

BAB VII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 49

Ketentuan pelaksanaan Peraturan Pemerintah ini diatur

lebih lanjut oleh Kepala Badan Kepegawaian Negara.

Pasal 50 . . .

Page 152: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 64 -

Pasal 50

Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku:

1. Ketentuan Pasal 12 Peraturan Pemerintah Nomor 32

Tahun 1979 tentang Pemberhentian Pegawai Negeri

Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

1979 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3149) sebagaimana telah

dua kali diubah terakhir dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 65 Tahun 2008 (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 141),

dicabut dan dinyatakan tidak berlaku;

2. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980

tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1980

Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3176), dicabut dan dinyatakan

tidak berlaku.

3. Ketentuan pelaksanaan mengenai disiplin PNS yang

ada sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini

dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak

bertentangan dan belum diubah berdasarkan

Peraturan Pemerintah ini.

Pasal 51

Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal

diundangkan.

Agar . . .

Page 153: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 65 - Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan

penempatannya dalam Lembaran Negara Republik

Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal .6 Juni 2010.......

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 6 Juni 2010

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

PATRIALIS AKBAR

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2010 NOMOR 74

Salinan sesuai dengan aslinya SEKRETARIAT NEGARA RI

Kepala Biro Peraturan Perundang-undangan Bidang Politik dan Kesejahteraan Rakyat,

Wisnu Setiawan

Page 154: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 53 TAHUN 2010

TENTANG

DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL

I. UMUM

Dalam rangka mewujudkan PNS yang handal, profesional, dan

bermoral sebagai penyelenggara pemerintahan yang menerapkan

prinsip-prinsip kepemerintahan yang baik (good governance), maka

PNS sebagai unsur aparatur negara dituntut untuk setia kepada

Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Pemerintah, bersikap

disiplin, jujur, adil, transparan, dan akuntabel dalam melaksanakan

tugas.

Untuk menumbuhkan sikap disiplin PNS, pasal 30 Undang-

Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian

mengamanatkan ditetapkannya peraturan pemerintah mengenai

disiplin PNS. Selama ini ketentuan mengenai disiplin PNS telah diatur

dalam Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan

Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Namun demikian peraturan pemerintah

tersebut perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan,

karena tidak sesuai lagi dengan situasi dan kondisi saat ini.

Untuk mewujudkan PNS yang handal, profesional, dan bermoral

tersebut, mutlak diperlukan peraturan disiplin PNS yang dapat

dijadikan pedoman dalam menegakkan disiplin, sehingga dapat

menjamin terpeliharanya tata tertib dan kelancaran pelaksanaan tugas

serta dapat mendorong PNS untuk lebih produktif berdasarkan sistem

karier dan sistem prestasi kerja.

Peraturan . . .

Page 155: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 2 -

Peraturan Pemerintah tentang disiplin PNS ini antara lain

memuat kewajiban, larangan, dan hukuman disiplin yang dapat

dijatuhkan kepada PNS yang telah terbukti melakukan pelanggaran.

Penjatuhan hukuman disiplin dimaksudkan untuk membina PNS yang

telah melakukan pelanggaran, agar yang bersangkutan mempunyai

sikap menyesal dan berusaha tidak mengulangi dan memperbaiki diri

pada masa yang akan datang.

Dalam Peraturan Pemerintah ini secara tegas disebutkan jenis

hukuman disiplin yang dapat dijatuhkan terhadap suatu pelanggaran

disiplin. Hal ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi pejabat yang

berwenang menghukum serta memberikan kepastian dalam

menjatuhkan hukuman disiplin. Demikian juga dengan batasan

kewenangan bagi pejabat yang berwenang menghukum telah

ditentukan dalam Peraturan Pemerintah ini.

Penjatuhan hukuman berupa jenis hukuman disiplin ringan,

sedang, atau berat sesuai dengan berat ringannya pelanggaran yang

dilakukan oleh PNS yang bersangkutan, dengan mempertimbangkan

latar belakang dan dampak dari pelanggaran yang dilakukan.

Kewenangan untuk menetapkan keputusan pemberhentian bagi

PNS yang melakukan pelanggaran disiplin dilakukan berdasarkan

Peraturan Pemerintah ini.

Selain hal tersebut di atas, bagi PNS yang dijatuhi hukuman

disiplin diberikan hak untuk membela diri melalui upaya administratif,

sehingga dapat dihindari terjadinya kesewenang-wenangan dalam

penjatuhan hukuman disiplin.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas.

Pasal 2

Cukup jelas.

Pasal 3 . . .

Page 156: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 3 -

Pasal 3

Angka 1

Cukup jelas.

Angka 2

Cukup jelas.

Angka 3

Yang dimaksud dengan “setia dan taat sepenuhnya kepada

Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan

Pemerintah” adalah setiap PNS di samping taat juga

berkewajiban melaksanakan ketentuan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, kebijakan

negara dan Pemerintah serta tidak mempermasalahkan

dan/atau menentang Pancasila, dan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Angka 4

Yang dimaksud dengan “peraturan perundang-undangan”

adalah peraturan perundang-undangan yang mengatur

mengenai jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan.

Angka 5

Yang dimaksud dengan “tugas kedinasan” adalah tugas yang

diberikan oleh atasan yang berwenang dan berhubungan

dengan:

a. perintah kedinasan;

b. peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian

atau peraturan yang berkaitan dengan kepegawaian;

c. peraturan kedinasan;

d. tata tertib di lingkungan kantor; atau

e. standar prosedur kerja (Standar Operating Procedure atau

SOP).

Angka 6 . . .

Page 157: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 4 -

Angka 6

Cukup jelas.

Angka 7

Cukup jelas.

Angka 8

Yang dimaksud dengan “menurut sifatnya” dan “menurut

perintah” adalah didasarkan pada peraturan perundang-

undangan, perintah kedinasan, dan/atau kepatutan.

Angka 9

Cukup jelas.

Angka 10

Cukup jelas.

Angka 11

Yang dimaksud dengan kewajiban untuk “masuk kerja dan

menaati ketentuan jam kerja” adalah setiap PNS wajib

datang, melaksanakan tugas, dan pulang sesuai ketentuan

jam kerja serta tidak berada di tempat umum bukan karena

dinas. Apabila berhalangan hadir wajib memberitahukan

kepada pejabat yang berwenang.

Keterlambatan masuk kerja dan/atau pulang cepat dihitung

secara kumulatif dan dikonversi 7 ½ (tujuh setengah) jam

sama dengan 1 (satu) hari tidak masuk kerja.

Angka 12

Yang dimaksud dengan “sasaran kerja pegawai” adalah

rencana kerja dan target yang akan dicapai oleh seorang

pegawai yang disusun dan disepakati bersama antara

pegawai dengan atasan pegawai.

Angka 13 . . .

Page 158: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 5 -

Angka 13

Cukup jelas.

Angka 14

Yang dimaksud dengan “memberikan pelayanan sebaik-

baiknya kepada masyarakat” adalah memberikan pelayanan

kepada masyarakat yang berkualitas, cepat, mudah,

terjangkau, dan terukur, sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

Angka 15

Cukup jelas.

Angka 16

Yang dimaksud dengan “memberikan kesempatan kepada

bawahan untuk mengembangkan karier” adalah memberi

kesempatan kepada bawahan untuk meningkatkan

kemampuan dalam rangka pengembangan karier, antara lain

memberi kesempatan mengikuti rapat, seminar, diklat, dan

pendidikan formal lanjutan.

Angka 17

Cukup jelas.

Pasal 4

Angka 1

Yang dimaksud dengan “menyalahgunakan wewenang”

adalah menggunakan kewenangannya untuk melakukan

sesuatu atau tidak melakukan sesuatu untuk kepentingan

pribadi atau kepentingan pihak lain yang tidak sesuai

dengan tujuan pemberian kewenangan tersebut.

Angka 2

Contoh:

Seorang PNS yang tidak memiliki wewenang di bidang

perizinan membantu mengurus perizinan bagi orang lain

dengan memperoleh imbalan.

Angka 3 . . .

Page 159: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 6 -

Angka 3

Cukup jelas.

Angka 4

Cukup jelas.

Angka 5

Yang dimaksud dengan “memiliki, menjual, membeli,

menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan barang-

barang baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen atau

surat berharga milik negara secara tidak sah” adalah

perbuatan yang dilakukan tidak atas dasar ketentuan

termasuk tata cara maupun kualifikasi barang, dokumen,

atau benda lain yang dapat dipindahtangankan.

Angka 6

Cukup jelas.

Angka 7

Yang dimaksud dengan “jabatan” adalah jabatan struktural

dan jabatan fungsional tertentu.

Angka 8

PNS dilarang menerima hadiah, padahal diketahui dan patut

diduga bahwa hadiah tersebut diberikan sebagai akibat atau

disebabkan karena telah melakukan atau tidak melakukan

sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan

kewajibannya.

Angka 9

Yang dimaksud dengan “bertindak sewenang-wenang” adalah

setiap tindakan atasan kepada bawahan yang tidak sesuai

dengan peraturan kedinasan seperti tidak memberikan tugas

atau pekerjaan kepada bawahan, atau memberikan nilai

hasil pekerjaan (Daftar Penilaian Pekerjaan Pegawai) tidak

berdasarkan norma, standar, dan prosedur yang ditetapkan.

Angka 10 . . .

Page 160: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 7 -

Angka 10

Cukup jelas.

Angka 11

Yang dimaksud dengan “menghalangi berjalannya tugas

kedinasan” adalah perbuatan yang mengakibatkan tugas

kedinasan menjadi tidak lancar atau tidak mencapai hasil

yang harus dipenuhi.

Contoh:

PNS yang tidak memberikan dukungan dalam hal diperlukan

koordinasi, sinkronisasi, dan integrasi dalam tugas

kedinasan.

Angka 12

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

PNS sebagai peserta kampanye hadir untuk mendengar,

menyimak visi, misi, dan program yang ditawarkan

peserta pemilu, tanpa menggunakan atribut Partai atau

PNS.

Yang dimaksud dengan “menggunakan atribut partai”

adalah dengan menggunakan dan/atau memanfaatkan

pakaian, kendaraan, atau media lain yang bergambar

partai politik dan/atau calon anggota Dewan Perwakilan

Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah, dan/atau calon Presiden/Wakil Presiden

dalam masa kampanye.

Yang dimaksud dengan “menggunakan atribut PNS”

adalah seperti menggunakan seragam Korpri, seragam

dinas, kendaraan dinas, dan lain-lain.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d . . .

Page 161: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 8 -

Huruf d

Cukup jelas.

Angka 13

Cukup jelas.

Angka 14

Cukup jelas.

Angka 15

Huruf a

Yang dimaksud dengan “terlibat dalam kegiatan

kampanye” adalah seperti PNS bertindak sebagai

pelaksana kampanye, petugas kampanye/tim sukses,

tenaga ahli, penyandang dana, pencari dana, dan lain-

lain.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Pasal 5

Cukup jelas.

Pasal 6

PNS yang melanggar ketentuan disiplin PNS dijatuhi hukuman

disiplin dan apabila perbuatan tersebut terdapat unsur pidana

maka terhadap PNS tersebut tidak tertutup kemungkinan dapat

dikenakan hukuman pidana.

Pasal 7 . . .

Page 162: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 9 -

Pasal 7

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Huruf a

Hukuman disiplin yang berupa teguran lisan dinyatakan

dan disampaikan secara lisan oleh pejabat yang

berwenang menghukum kepada PNS yang melakukan

pelanggaran disiplin.

Apabila seorang atasan menegur bawahannya tetapi

tidak dinyatakan secara tegas sebagai hukuman

disiplin, bukan hukuman disiplin.

Huruf b

Hukuman disiplin yang berupa teguran tertulis

dinyatakan dan disampaikan secara tertulis oleh pejabat

yang berwenang menghukum kepada PNS yang

melakukan pelanggaran.

Huruf c

Hukuman disiplin yang berupa pernyataan tidak puas

secara tertulis dinyatakan dan disampaikan secara

tertulis oleh pejabat yang berwenang menghukum

kepada PNS yang melakukan pelanggaran.

Ayat (3)

Huruf a

Masa penundaan kenaikan gaji berkala tersebut

dihitung penuh untuk kenaikan gaji berkala berikutnya.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Ayat (4) . . .

Page 163: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 10 -

Ayat (4)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat

lebih rendah dengan memperhatikan jabatan yang

lowong dan persyaratan jabatan.

Huruf c

Yang dimaksud dengan “jabatan” adalah jabatan

struktural dan fungsional tertentu.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Cukup jelas.

Pasal 8

Angka 1

Cukup jelas.

Angka 2

Cukup jelas.

Angka 3

Cukup jelas.

Angka 4

Cukup jelas.

Angka 5

Cukup jelas.

Angka 6 . . .

Page 164: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 11 -

Angka 6

Cukup jelas.

Angka 7

Cukup jelas.

Angka 8

Cukup jelas.

Angka 9

Yang dimaksud dengan “tanpa alasan yang sah” adalah

bahwa alasan ketidakhadirannya tidak dapat diterima akal

sehat.

Angka 10

Cukup jelas.

Angka 11

Jenis hukuman disiplin terhadap pelanggaran ketentuan ini

mengacu antara lain pada peraturan perundang-undangan

tentang pelayanan publik.

Angka 12

Cukup jelas.

Angka 13

Cukup jelas.

Angka 14

Cukup jelas.

Pasal 9

Angka 1

Cukup jelas.

Angka 2 . . .

Page 165: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 12 -

Angka 2

Cukup jelas.

Angka 3

Cukup jelas.

Angka 4

Cukup jelas.

Angka 5

Cukup jelas.

Angka 6

Cukup jelas.

Angka 7

Cukup jelas.

Angka 8

Cukup jelas.

Angka 9

Cukup jelas.

Angka 10

Cukup jelas.

Angka 11

Lihat penjelasan Pasal 8 angka 9.

Angka 12

Cukup jelas.

Angka 13

Cukup jelas.

Angka 14 . . .

Page 166: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 13 -

Angka 14

Lihat penjelasan Pasal 8 angka 11.

Angka 15

Cukup jelas.

Angka 16

Cukup jelas.

Angka 17

Cukup jelas.

Pasal 10

Angka 1

Cukup jelas.

Angka 2

Cukup jelas.

Angka 3

Cukup jelas.

Angka 4

Cukup jelas.

Angka 5

Cukup jelas.

Angka 6

Cukup jelas.

Angka 7

Cukup jelas.

Angka 8

Cukup jelas.

Angka 9 . . .

Page 167: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 14 -

Angka 9

Lihat penjelasan Pasal 8 angka 9.

Angka 10

Cukup jelas.

Angka 11

Cukup jelas.

Angka 12

Lihat penjelasan Pasal 8 angka 11.

Angka 13

Cukup jelas.

Pasal 11

Angka 1

Cukup jelas.

Angka 2

Cukup jelas.

Angka 3

Cukup jelas.

Angka 4

Lihat penjelasan Pasal 8 angka 11

Angka 5

Cukup jelas.

Pasal 12

Angka 1

Cukup jelas.

Angka 2 . . .

Page 168: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 15 -

Angka 2

Cukup jelas.

Angka 3

Cukup jelas.

Angka 4

Lihat penjelasan Pasal 8 angka 11.

Angka 5

Cukup jelas.

Angka 6

Cukup jelas.

Angka 7

Cukup jelas.

Angka 8

Cukup jelas.

Angka 9

Cukup jelas.

Pasal 13

Angka 1

Cukup jelas.

Angka 2

Cukup jelas.

Angka 3

Cukup jelas.

Angka 4

Cukup jelas.

Angka 5 . . .

Page 169: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 16 -

Angka 5

Cukup jelas.

Angka 6

Cukup jelas.

Angka 7

Cukup jelas.

Angka 8

Cukup jelas.

Angka 9

Lihat penjelasan Pasal 8 angka 11.

Angka 10

Cukup jelas.

Angka 11

Cukup jelas.

Angka 12

Cukup jelas.

Angka 13

Cukup jelas.

Pasal 14

Yang dimaksud dengan “dihitung secara kumulatif sampai

dengan akhir tahun berjalan” adalah bahwa pelanggaran yang

dilakukan dihitung mulai bulan Januari sampai dengan bulan

Desember tahun yang bersangkutan.

Contoh: . . .

Page 170: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 17 -

Contoh:

Seorang PNS dari bulan Januari sampai dengan bulan Maret

2011 tidak masuk kerja selama 5 (lima) hari maka yang

bersangkutan dijatuhi hukuman disiplin berupa teguran lisan.

Selanjutnya, pada bulan Mei sampai dengan Juli 2011 yang

bersangkutan tidak masuk kerja selama 2 (dua) hari, sehingga

jumlahnya menjadi 7 (tujuh) hari. Dalam hal demikian, maka

yang bersangkutan dijatuhi hukuman disiplin berupa teguran

tertulis.

Selanjutnya, pada bulan September sampai dengan bulan

Nopember 2011 yang bersangkutan tidak masuk kerja selama 5

(lima) hari, sehingga jumlahnya menjadi 12 (dua belas) hari.

Dalam hal demikian, maka yang bersangkutan dijatuhi hukuman

disiplin berupa pernyataan tidak puas secara tertulis.

Pasal 15

Ayat (1)

Pejabat struktural eselon I yang diturunkan jabatannya

menjadi pejabat struktural eselon II maka untuk

pengangkatan dalam jabatan struktural eselon II ditetapkan

oleh Pejabat Pembina Kepegawaian (PPK).

Yang dimaksud dengan “jabatan lain yang pengangkatan dan

pemberhentiannya menjadi wewenang Presiden” antara lain

Panitera Mahkamah Agung dan Panitera Mahkamah

Konstitusi.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 16

Ayat (1)

Huruf a

Angka 1

Cukup jelas.

Angka 2 . . .

Page 171: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 18 -

Angka 2

Cukup jelas.

Angka 3

Cukup jelas.

Angka 4

Yang dimaksud dengan “pejabat struktural eselon

II” antara lain adalah:

a. Pejabat struktural eselon II di lingkungan

Direktorat Jenderal atau Badan atau

Sekretariat Jenderal, seperti Direktur, Kepala

Pusat, Kepala Biro;

b. Pejabat struktural eselon II di lingkungan

instansi vertikal yang atasan langsungnya

Pejabat struktural eselon I yang Bukan Pejabat

Pembina Kepegawaian, seperti Kepala Kantor

Wilayah Direktorat Jenderal Pajak, Kepala

Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan

Cukai;

c. Pejabat struktural eselon II b di lingkungan Unit Pelaksana Teknis, seperti Kepala Balai

Besar.

Angka 5

Yang dimaksud dengan “pejabat struktural eselon

II” adalah Pejabat struktural eselon II di

lingkungan instansi vertikal dan Kepala Kantor

Perwakilan Provinsi atau Kepala unit setara

dengan sebutan lain yang berada di bawah dan

bertanggung jawab kepada Pejabat Pembina

Kepegawaian, seperti Kepala Kantor Wilayah

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia,

Kepala Kantor Perwakilan Badan Pemeriksa

Keuangan, Kepala Kantor Regional Badan

Kepegawaian Negara, dan Kepala Kejaksaan

Tinggi.

Angka 6 . . .

Page 172: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 19 -

Angka 6

Cukup jelas.

Angka 7

Cukup jelas.

Angka 8

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Cukup jelas.

Huruf f

Cukup jelas.

Huruf g

Cukup jelas.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan “pejabat yang setara” adalah PNS

yang diberi tugas tambahan untuk memimpin satuan unit

kerja tertentu, antara lain Rektor dan Dekan.

Ayat (3)

Yang dimaksud dengan “pejabat yang setara” adalah PNS

yang diberi tugas tambahan untuk memimpin satuan unit

kerja tertentu, antara lain Ketua Pengadilan Tinggi.

Ayat (4) . . .

Page 173: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 20 -

Ayat (4)

Lihat penjelasan ayat (1) angka 4 dan angka 5.

Ayat (5)

Yang dimaksud dengan “pejabat yang setara” adalah PNS

yang diberi tugas tambahan untuk memimpin satuan unit

kerja tertentu, antara lain Ketua Pengadilan Negeri, Direktur

Akademi.

Ayat (6)

Yang dimaksud dengan “pejabat yang setara” adalah PNS

yang diberi tugas tambahan untuk memimpin satuan unit

kerja tertentu, antara lain Kepala Sekolah Menengah Atas,

Kepala Sekolah Menengah Pertama.

Ayat (7)

Yang dimaksud dengan “pejabat yang setara” adalah PNS

yang diberi tugas tambahan untuk memimpin satuan unit

kerja tertentu, antara lain Kepala Sekolah Dasar, Kepala

Taman Kanak-Kanak.

Pasal 17

Cukup jelas.

Pasal 18

Ayat (1)

Huruf a

Angka 1

Jabatan struktural eselon I di Provinsi adalah

jabatan Sekretaris Daerah Provinsi.

Angka 2

Cukup jelas.

Angka 3

Cukup jelas.

Angka 4 . . .

Page 174: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 21 -

Angka 4

Cukup jelas.

Angka 5

Cukup jelas.

Angka 6

Cukup jelas.

Angka 7

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Cukup jelas.

Huruf f

Cukup jelas.

Huruf g

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4) . . .

Page 175: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 22 -

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Lihat penjelasan Pasal 16 ayat (6).

Ayat (6)

Lihat penjelasan Pasal 16 ayat (7).

Pasal 19

Cukup jelas.

Pasal 20

Ayat (1)

Huruf a

Angka 1

Cukup jelas.

Angka 2

Cukup jelas.

Angka 3

Cukup jelas.

Angka 4

Jabatan struktural eselon II antara lain adalah

Kepala Dinas di lingkungan Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota.

Angka 5

Cukup jelas.

Angka 6

Cukup jelas.

Angka 7 . . .

Page 176: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 23 -

Angka 7

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Cukup jelas.

Huruf f

Cukup jelas.

Huruf g

Cukup jelas.

Ayat (2)

Huruf a

Angka 1

Jabatan struktural eselon II adalah Asisten di

lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

Angka 2

Cukup jelas.

Angka 3

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c . . .

Page 177: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 24 -

Huruf c

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Lihat penjelasan Pasal 16 ayat (6).

Ayat (6)

Lihat penjelasan Pasal 16 ayat (7).

Pasal 21

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Ketentuan penjatuhan hukuman disiplin oleh atasan kepada

pejabat yang seharusnya menghukum berlaku juga bagi

atasan dari atasan secara berjenjang.

Penjatuhan hukuman disiplin oleh atasan kepada pejabat

yang tidak menjatuhkan hukuman disiplin, dilakukan

setelah mendengar keterangannya, dan tidak perlu

dilakukan pemeriksaan yang dituangkan dalam berita acara

pemeriksaan.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Pasal 22 . . .

Page 178: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 25 -

Pasal 22

Yang dimaksud dengan “tidak terdapat pejabat yang berwenang

menghukum” adalah terdapat satuan organisasi yang pejabatnya

lowong, antara lain karena berhalangan tetap, atau tidak terdapat

dalam struktur organisasi.

Pasal 23

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Dalam menentukan tanggal pemeriksaan berikutnya harus

pula diperhatikan waktu yang diperlukan untuk

menyampaikan surat panggilan.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Pasal 24

Ayat (1)

Tujuan pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat ini,

adalah untuk mengetahui apakah PNS yang bersangkutan

benar atau tidak melakukan pelanggaran disiplin, serta

untuk mengetahui faktor-faktor yang mendorong atau

menyebabkan ia melakukan pelanggaran disiplin.

Pemeriksaan harus dilakukan dengan teliti dan obyektif,

sehingga dengan demikian pejabat yang berwenang

menghukum dapat mempertimbangkan dengan seadil-

adilnya tentang jenis hukuman disiplin yang akan

dijatuhkan.

Ayat (2) . . .

Page 179: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 26 -

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan “pemeriksaan secara tertutup”

adalah pemeriksaan hanya dihadiri oleh PNS yang diduga

melakukan pelanggaran disiplin dan pemeriksa.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 25

Ayat (1)

Tim Pemeriksa bersifat temporer (Ad Hoc).

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 26

Cukup jelas.

Pasal 27

Ayat (1)

Pembebasan sementara dari tugas jabatannya dimaksudkan

untuk kelancaran pemeriksaan dan pelaksanaan tugas-

tugasnya.

Selama PNS yang bersangkutan dibebaskan sementara dari

tugas jabatannya, diangkat pejabat pelaksana harian.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4) . . .

Page 180: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 27 -

Ayat (4)

Cukup jelas.

Pasal 28

Cukup jelas.

Pasal 29

Cukup jelas.

Pasal 30

Cukup jelas.

Pasal 31

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan “secara tertutup” adalah bahwa

penyampaian surat keputusan hanya diketahui PNS yang

bersangkutan dan pejabat yang menyampaikan keputusan

serta pejabat lain yang terkait, dengan ketentuan bahwa

pejabat terkait dimaksud jabatan dan pangkatnya tidak

boleh lebih rendah dari PNS yang bersangkutan.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Pasal 32

Cukup jelas.

Pasal 33

Cukup jelas.

Pasal 34 . . .

Page 181: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 28 -

Pasal 34

Ayat (1)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Lihat penjelasan Pasal 16 ayat (1) angka 4 huruf b dan

huruf c.

Huruf d

Lihat penjelasan Pasal 16 ayat (1) angka 5.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 35

Cukup jelas.

Pasal 36

Cukup jelas.

Pasal 37

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Yang dimaksud dengan “final dan mengikat” adalah

terhadap keputusan penguatan, peringanan, pemberatan,

atau pembatalan hukuman disiplin tidak dapat diajukan

keberatan dan wajib dilaksanakan.

Ayat (4) . . .

Page 182: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 29 -

Ayat (4)

Cukup jelas.

Pasal 38

Cukup jelas.

Pasal 39

Cukup jelas.

Pasal 40

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Dalam hal PNS yang bersangkutan sebelumnya dijatuhkan

hukuman disiplin berupa pemberhentian tidak dengan

hormat maka keputusan pemberhentiannya ditinjau kembali

oleh pejabat yang berwenang menjadi pemberhentian dengan

hormat.

Pasal 41

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan “keputusan yang dibatalkan” adalah

bahwa berdasarkan keputusan atasan pejabat yang

berwenang menghukum atau Badan Pertimbangan

Kepegawaian, PNS yang bersangkutan dinyatakan tidak

bersalah.

Pasal 42

Cukup jelas.

Pasal 43 . . .

Page 183: 1979-PP-032-PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL · penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di ... Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2078); - 3 - ... dengan bulu leher berjumlah

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 30 -

Pasal 43

Cukup jelas.

Pasal 44

Cukup jelas.

Pasal 45

Cukup jelas.

Pasal 46

Cukup jelas.

Pasal 47

Cukup jelas.

Pasal 48

Cukup jelas.

Pasal 49

Cukup jelas.

Pasal 50

Cukup jelas.

Pasal 51

Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5135