193256402-rencana-penelitian

38
BAB I PENDAHULUAN Demam tipoid pada masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan rendah, cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka kejadian tinggi pada daerah tropik dibandingkan daerah berhawa dingin. Sumber penularan penyakit demam tipoid adalah penderita yang aktif, penderita dalam fase konvalesen, dan kronik karier. Demam tipoid juga dikenali dengan nama lain yaitu Typhus Abdominalis,Tipoid fever atau Enteric fever (Anonim, 2008) Gejala demam tipoid sangat bervariasi, dari yang ringan, sehingga tidak terdiagnosa, sampai gambaran penyakit yang khas dengan komplikasi, bahkan menyebabkan kematian. Tapi pada umumnya keluhan dan gejala penyakit ini adalah demam, biasanya lebih dari 1 minggu dan dapat mencapai 39–40◦C, di malam hari, demam lebih tinggi dibanding malam hari. Kemudian pada pemeriksaan laboratorium mungkin terjadi penurunan leukosit (sel darah putih), dan kemudian pada tes Widal, akan terjadi peningkatan titer antibodi terhadap kuman Salmonella thyposa. Biasanya leukosit yang normal itu antara 5000 – 10,000/ul. Sedangkan titer antibodi, dikatakan positif jika antibodi tipe O, mencapai 1/320. 1

Upload: rubi-sandy

Post on 22-Oct-2015

64 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

111111111111111111111111111111111111111113333333333333333333333

TRANSCRIPT

Page 1: 193256402-RENCANA-PENELITIAN

BAB I

PENDAHULUAN

Demam tipoid pada masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan rendah,

cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka kejadian tinggi pada

daerah tropik dibandingkan daerah berhawa dingin. Sumber penularan penyakit demam

tipoid adalah penderita yang aktif, penderita dalam fase konvalesen, dan kronik karier.

Demam tipoid juga dikenali dengan nama lain yaitu Typhus Abdominalis,Tipoid fever

atau Enteric fever (Anonim, 2008)

Gejala demam tipoid sangat bervariasi, dari yang ringan, sehingga tidak

terdiagnosa, sampai gambaran penyakit yang khas dengan komplikasi, bahkan

menyebabkan kematian. Tapi pada umumnya keluhan dan gejala penyakit ini adalah

demam, biasanya lebih dari 1 minggu dan dapat mencapai 39–40◦C, di malam hari,

demam lebih tinggi dibanding malam hari. Kemudian pada pemeriksaan laboratorium

mungkin terjadi penurunan leukosit (sel darah putih), dan kemudian pada tes Widal,

akan terjadi peningkatan titer antibodi terhadap kuman Salmonella thyposa. Biasanya

leukosit yang normal itu antara 5000 – 10,000/ul. Sedangkan titer antibodi, dikatakan

positif jika antibodi tipe O, mencapai 1/320.

Dalam menentukan penyakit atau diagnosis, membantu diagnosis,

mengendalikan penyakit dan memonitor pengobatan atau memantau jalannya penyakit,

maka dokter memerlukan suatu pemeriksaan laboratorium sebagai penunjangnya yang

sampelnya diambil dari penderita atau pasien dan diperiksa dilaboratorium (Hardjoeno,

2003).

Fungsi utama sel lekosit adalah sebagai sistem imun tubuh terhadap eksogen

atau endogen yang dikenali oleh tubuh sebagai antigen. Fungsi utama granulosit netrofil

segmen sebagai sel fagosit terhadap bakteri dalam jaringan radang sistem vaskuler.

Eosinofil untuk pertahanan terhadap parasit atau cacing yang dapat menimbulkan efek

sitotoksik langsung, dan sebagai regulasi dalam pengendalian reaksi anafilaksis

pengendali kerja basofil. Basofil dan sel mast berhubungan erat dengan pelepasan

senyawa pengatur sirkulasi (histamin, serotinin dan heparin) meningkatkan

1

1

Page 2: 193256402-RENCANA-PENELITIAN

permiabilitas vaskuler pada tempat aktivitas antigen lokal, sehingga mengatur aliran

masuk sel-sel radang (Baratawidjaja K, 2004., Kresno BS,2001).

Pada berbagai keadaan klinik, dapat terjadi kelainan jumlah pada masing-masing

jumlah dan jenis lekosit, baik berupa peninggian atau penurunan dari nilai normal

lekosit. Peninggian jumlah jenis lekosit dapat disertai atau tanpa peninggian jumlah

lekosit keseluruhan. Peninggian relatif lekosit adalah apabila peninggian jumlah suatu

jenis lekosit secara keseluruhan, sedang absolut diikuti peninggian total lekosit

(Anonim, 2005).

Rujukan untuk jumlah total lekosit adalah 4.500 sampai 10.500/mm3. Nilai

normal jenis lekosit, eosinofil 1% sampai 3%, basofil 0 samapi 1%, netrofil batang 2%

sampai 6%, netrofil segmen 50% sampai 70%, dan limfosit 20% sampai 40%, serta

monosit 2% sampai 8%. (Hamurwono, 2003).

Berdasarkan uraian tersebut diatas, permasalahan yang timbul adalah

bagaimana penurunan jumlah lekosit pada penderita demam Tipoid pasca pemberian

antibiotik yang berobat di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kolaka. Maksud dari

penelitian ini untuk mengetahui jumlah lekosit pada penderita demam Tipoid pasca

pemberian antibiotik.

Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan jumlah

lekosit pada pasien penderita demam tipoid pasca pemberian antibiotik di rumah sakit

umum Daerah Kabupaten Kolaka.

2

Page 3: 193256402-RENCANA-PENELITIAN

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Demam Tipoid

1. Definisi

Demam tipoid dan demam paratipoid adalah penyakit infeksi akut usus

halus. Demam paratipoid biasanya lebih ringan dan menunjukkan manifestasi

klinis yang sama atau menyebabkan enteritis akut.

2. Etiologi

Etiologi demam tipoid dan demam paratipoid adalah Salmonella typhi,

Salmonella paratyphi A, Salmonella paratyphi B, dan Salmonella paratyphi C.

3. Epidemiologi

Demam tipoid dan demam paratipoid endemik di Indonesia. Penyakit ini

termasuk penyakit menular yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 6

tahun 1962. tentang wabah. Kelompok penyakit menular ini merupakan

penyakit-penyakit yang mudah menular dan dapat menyerang banyak orang,

sehingga dapat menimbulkan wabah.

Di Indonesia demam tipoid jarang dijumpai secara epidemik, tetapi lebih

sering bersifat sporadis, terpencar-pencar di suatu daerah, dan jarang

menimbulkan lebih dari satu kasus pada orang-orang serumah. Penyebab

demam tipoid adalah Salmonella typhi dengan dua cara penularan, yaitu dari

pasien dengan demam tipoid dan yang carrier. Penderita demam tipoid

mengekskresikan 109 sampai 1011 bakteri per gram tinja. Di daerah endemik

transmisi terjadi melalui air yang tercemar.

Makanan yang tercemaroleh carrier merupakan sumber penularan yang

paling sering di daerah nonendemik. Carrier adalah orang yang sembuh dari

demam tipoid dan masih terus mengekskresikan Salmonella typhi dalam tinja

dan air kemih selama lebih dari satu tahun. Disfungsi kandung empedu

merupakan predisposisi untuk terjadinya carrier. Bakteri Salmonella typhi

3

4

Page 4: 193256402-RENCANA-PENELITIAN

berada di dalam batu empedu atau dalam dinding kantung empedu yang

mengandung jaringan ikat, akibat radang menahun.

4. Patogenesis dan Patofisiologi

Kuman Salmonella typhi masuk ke dalam tubuh manusia melalui mulut

dengan makanan dan air yang tercemar. Sebagian kuman dimusnahkan oleh

asam lambung, sedangkan sebagian lagi masuk ke usus halus dan mencapai

jaringan limfoid plaque Peyeri di ileum terminalis yang mengalami hipertrofi.

Ditempat ini komplikasi perdarahan dan perforasi intestinal dapat terjadi.

Bakteri Salmonella typhi kemudian menembus lamina propia, masuk aliran

limfe, dan mencapai kelenjar limfe mesenterial yang juga mengalami

hipertrofi. Setelah melewati kelenjar-kelenjar limfe ini, bakteri masuk ke aliran

darah melalui ductus thoracicus. Bakteri Salmonella typhi lain mencapai hati

melalui sirkulasi portal dari usus. Salmonella typhi bersarang di plaque Peyeri.,

limpa, hati, dan bagian-bagian lain sistem retikuloendotelial.

Semula disangka demam dan gejala toksemia pada demamtipoid

disebabkan oleh endotoksemia. Akan tetapi kemudian berdasarkan penelitian

eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab

utama deman dan gejala-gejala toksemia pada demam tipoid. Endotoksin

Salmonella typhi berperan pada patogenesis demam tipoid karena membantu

terjadinya proses inflamasi lokal pada jaringan tempat bakteri ini berkembang

biak. Demam tipoid disebabkan karena Salmonella typhi dan endotoksinnya

merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang

meradang.

5. Manifestasi Klinis

Masa inkubasi demam tipoid berlangsung antara 10 sampai 14 hari.

Gejala-gejala yang timbul amat bervariasi. Perbedaan ini tidak saja antara

berbagai belahan dunia, tetapi juga di daerah yang sama dari waktu ke waktu.

Selain itu, gambaran penyakit bervariasi dari penyakit ringan yang tidak

terdiagnosis, sampai gambaran penyakit yang khas dengan komplikasi dan

kematian. Hal ini menyebabkan bahwa seorang ahli yang sudah sangat

4

Page 5: 193256402-RENCANA-PENELITIAN

berpengalaman pun dapat mengalami kesulitan untuk membuat diagnosis klinis

demam tipoid.

Pada minggu pertama, keluhan dan gejala serupa dengan gejala infeksi

akut pada umumnya, yaitu demam, nyari kepala, pusing, nyeri otot, anorteksia,

mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut, batuk, dan

epistaksis. Pada pemeriksaan fisis hanya didapatkan suhu badan meningkat.

Pada minggu kedua, gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa demam

bradikardia relatif, lidah yang khas (kotor di tengah, tepi dan ujung merah dan

tremor), hepatomegali, splenomegali, meteroismus, gangguan mental berupa

somnolen, stupor, koma, delirium, atau psikosis.

6. Biakan Darah

Biakan darah positif memastikan demam tipoid, tetapi biakan darah

negatif tidak menyingkirkan demam tipoid. Hal ini disebabkan karena hasil

biakan darah tergantung pada beberapa faktor, antara lain:

a. Teknik pemeriksaan laboratorium

Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan yang lain,

terkadang hasil satu laboratorium bisa berbeda dari waktu ke waktu. Hal ini

disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan.

Karena jumlah bakteri yang berada dalam darah hanya sedikit, yaitu kurang

dari 10 kuman/mL darah, maka untuk keperluan pembiakan, pada pasien

dewasa diambil 5-10 mL darah dan pada anak-anak 2-5 mL. Bila darah yang

dibiakan terlalu sedikit, hasil biakan bisa negatif, terutama pada orang yang

sudah mendapat pengobatan spesifik. Selain itu, darah tersebut harus

langsung ditanam pada media biakan sewaktu berada di sisi pasien dan

langsung dikirim ke laboratorium. Waktu pengambilan darah paing baik

adalah saat demam tinggi pada waktu bakteriemia berlangsung.

b. Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit

Pada demam tipoid, biakan darah terhadap Salmonella typhi positif

pada minggu pertama penyakit dan berkurang pada minggu-minggu

berikutnya. Pada waktu kambuh biakan bisa positif.

5

Page 6: 193256402-RENCANA-PENELITIAN

c. Vaksinasi di masa lampau

Vaksinasi terhadap demam tipoid di masa lampau menimbulkan

antibodi dalam darah pasien. Antibodi ini dapat menekan bakteriemia,

sehingga biakan darah kemungkinan negatif.

d. Pengobatan dengan antimikroba

Bila pasien sebelum pembiakan darah sudah mendapat obat

antimikroba, pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil

biakan mungkin akan negatif.

7. Penyebab

Demam tipoid timbul akibat dari infeksi oleh bakteri golongan

Salmonella yang memasuki tubuh penderita melalui saluran pencernaan.

Sumber utama yang terinfeksi adalah manusia yang selalu mengeluarkan

mikroorganisme penyebab penyakit,baik ketika ia sedang sakit atau sedang

dalam masa penyembuhan. Pada masa penyembuhan, penderita pada masih

mengandung Salmonella sp didalam kandung empedu atau di dalam ginjal.

Sebanyak 5% penderita demam tipoid kelak akan menjadi karier

sementara, sedang 2 % yang lain akan menjadi karier yang menahun.Sebagian

besar dari karier tersebut merupakan karier intestinal (intestinal type) sedang

yang lain termasuk urinary type. Kekambuhan yang yang ringan pada karier

demam tipoid,terutama pada karier jenis intestinal,sukar diketahui karena

gejala dan keluhannya tidak jelas.

B. Tinjauan Umum Salmonella

1. Pengertian

Salmonella adalah kuman pathogen bagi manusia yang masuk melalui

mulut bersama makanan atau minuman yang telah terkontaminasi. Sebagai port

d’ entry adalah kelenjar getah dari usus halus terjadi ulcus sehingga dapat

terjadi perforasi dan pendarahan usus (Noegroho, 1989).

6

Page 7: 193256402-RENCANA-PENELITIAN

Salmonella juga merupakan penyebab demam typhoid, bakteremia dan

entrekolitis karena keracunan makanan. (Chatim Aidilfiet, 1991).

2. Klasifikasi

Salmonella diklasifikasi dalam 3 spesies yang merupakan genus dan

enterobaktericeae yaitu Salmonella choleraesuis, Salmonella typhi, Salmonella

entretidis. (Haidil, 2006).

3. Morfologi dan Sifat-sifat Salmonella

Kuman berbentuk batang pendek dengan diameter 0,5-0,8 mikron dan

panjang 1-3 mikron. Tidak berspora pada pewarnaan gram bersifat negatif

gram. Bergerak karena memiliki flagella peritrika tidak berselubung (Noegroho,

1989).

Kuman tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif anaerob pada suhu

370C dan tumbuh pada media dengan pH 6-8. Memiliki sifat-sifat : gerak

positif, reaksi fermentasi terhadap manitol dan sorbitol positif. Semua spesies

Salmonella tidak merugikan laktosa dan sukrosa. Pada media cair membentuk

kekeruhan yang merata (Noegroho, 1989).

4. Struktur Antigen

a. Antigen O

Disebut juga Ag Somatik, berasal dari bagian dinding sel terdiri dari

lipopolisakarida, bersifat termostabil (1000C), tahan asam alkhohol. Bersifat

endotoksin dan mempunyai efek menimbulkan panas, toksis, dan antibody

spesifik IgM.

b. Antigen H

Disebut juga Ag flagel, bersifat termolabil (> 600C), tidak tahan asam,

alcohol dan fenol, antibody yang dibentuk bersifat endotoksin dan

mempunyai efek menimbulkan panas, toksis dan antibody spesifik IgM.

c. Antigen Vi

Disebut juga Ag kapsul, berasal dari lapisan pembungkus kuman,

protektif melindungi kuman terhadap fagositosis dan efek zat anti dari

7

Page 8: 193256402-RENCANA-PENELITIAN

komplemen. Bersifat termolabil (600C, 1 jam), tidak tahan asam dan fenol

serta cenderung lebih virulen (Mursalim A, 2002).

5. Resistensi

Kuman mati pada pemanasan 60 0C selama 20 menit, juga dengan

desinfektan. Dalam air bisa bertahan selama 4 minggu. Hidup subur pada

medium yang mengandung garam empedu, tahan terhadap zat warna hijau

brilian dan senyawa Natrium tetrationat serta Natrium deoksikholat (Noegroho,

1989).

6. Patogenesis

Keganasan bakteri typus didasarkan atas kemampuan kuman untuk

bertahan hidup dan berkembangbiak terus menerus secara intraseluler, adanya

endotoksin, ditemukannya mikrokapsul pada badan bakteri terhadap lisis dari

gen yang dimiliki (MursalimA, 2002). Kuman Salmonellosis yang disebabkan

yaitu demam enteric, bakteremia, dan enterokolitis(Chatim, 1991).

a. Demam Enterik (Demam typhoid)

Adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh kuman S. typhoid,

serta S. eteridis bioserotip paratyphi A dan Salmonella. Seseorang bisa

menjadi sakit bila menelan organisme ini sebanyak 107 kuman, dosis

dibawah 105 tidak menimbulkan penyakit. Organism yang tertelan masuk

kedalam lambung untuk mencapai usus halus bagian proksimal, melakukan

penetrasi kedalam lapisan epitel mukosa, bila S, typhi sampai dikelenjar

getah bening regional akan terjadi bakteremia kemudian kuman sampai di

hati, limfa, juga sumsum tulang dan ginjal.

Setelah periode multiplikasi intraseluler, organisasi dilepaskan lagi

kealiran darah, dan dapat menimbulkan reaksi radang atau nekrosis

jaringan yang secara klinis ditandai dengan kholestitis nekrotikan dan

pendarahan usus.

8

Page 9: 193256402-RENCANA-PENELITIAN

Masa inkubasi demam typhoid umumnya 1-2 minggu, gejala klasik

penyakit ini adalah demam tinggi, anoreksia, nyeri otot, sakit kepala,

pembesaran hati dan limpa, serta bintik rose pada sekitar umbilicus.

b. Bakteremia

Dapat ditemukan pada demam typhoid dan infeksi Salmonella non –

typhi lainnya. Gejala yang menonjol adalah panas dan bakteremia

intermiten. Adanya Salmonella sp didalam darah merupakan resiko tinggi

terjadinya infeksi atau abses metastatic. Penyebab tersering adalah S.

typhimurium, selain S. enteridis dan S. Cholevaesuis.

c. Enterokolitis

Penyebab Enterokolitis yang paling sering adalah S. enteridis dan S.

typhimurium. Kuman penyebab dapat diisolasi dari tinja penderita dalam

beberapa minggu. Masa inkubasi berkisar antara 12-48 jam atau lebih.

Gejala yang timbul pertama kali adalah mual dan muntah diikuti nyeri

abdomen, pada kasus yang berat terjadi diare yang bercampur darah.

Penderita seringkali sembuh dengan sendirinya tetapi kadang-kadang

menjadi berat bila terjadi gangguan keseimbangan elektrolit dan dehidrasi

(Mursalim A, 2002).

7. Epidemiologi

Demam typhoid terjadi disemua bagian dunia tapi jarang terjangkit di

tempat-tempat yang sanitasinya baik, yaitu bila pembuangan sampah

biologisnya dan pemurnian air dilakukan dengan baik. Namun sumber utama

infeksi oleh Salmonella typhi ialah penderita penyakit atau pembawa organism

tersebut (penular) karena demam typhoid secara khusus merupakan penyakit

manusia. Air atau makanan yang tercemari tinja manusia baik secara langsung

maupun tidak langsung merupakan sumber infeksi. Salmonella dapat bertahan

selama berminggu-minggu didalam air, debu, es dan bahkan limbah yang sudah

dikeringkan dan bila organism masuk kedalam lingkungan yang cocok akan

berkembangbiak mencapai dosis infektif (Pelczar dkk, 1988).

9

Page 10: 193256402-RENCANA-PENELITIAN

8. Identifikasi Salmonella

Diagnosis yang pasti bagi penyakit ini bergantung pada terisolasinya

bakteri dari tinja. Penggunaan media yang selektif atau differensial merupakan

prosedur rutin. Identifikasi mikrobanya kemudian dilakukan dengan metode-

metode biokimia dan serology (Pelczar dkk, 1988).

a. Media Pemupuk

Sampel ditanam pada media selenite broth dan tetrathionate broth,

dimana keduanya menghambat pertumbuhan bakteri saluran usus normal

tetapi mempercepat pertumbuhan Salmonella. Sesudah inkubasi 18-24 jam,

bakteri ditanam pada media differensial dan madia selektif.

b. Media differensial

Media differensial adalah media yang dipakai untuk indentifikasi

bakteri menurut sifat-sifat biokimia bakteri yang bersangkutan. Media yang

dipakai dalam pembenihan bakteri adalah Mac Concey, media ini

mengandung laktosa dan merah netral sebagai indikator, sehingga bakteri

yang meragikan laktosa tumbuh dengan koloni berwarna merah dan dapat

dibedakan dengan bakteri yang tidak meragikan laktosa karena tumbuh

sebagai koloni yang tidak berwarna. Salmonella akan tumbuh dengan

koloni yang tidak berwarna, cembung, tepi rata, permukaan rata dengan

diameter < 2 mm, waktu inkubasi 18-24 jam.

c. Media Selektif

Media selektif adalah media yang ditumbuhi bakteri tertentu karena

mengandung penghambat pertumbuhan lain. Media selektif untuk isolasi

salmonella adalah Shigella Agar, yang hanya menumbuhkan Salmonella

dan Shigella. Media ini mengandung garam empedu dan Brilliant green

sebagai bahan penghambat bakteri gram positif dan menekan pertumbuhan

basil patogen non enteric. Koloni spesies menghasilkan warna hitam

10

Page 11: 193256402-RENCANA-PENELITIAN

dibagian tengahnya, bentuk koloni cembung, tepi rata dengan diameter < 2

mm, waktu inkubasi 18-24 jam.

d. Identifikasi Akhir

Koloni yang diduga dari perbenihan padat diidentifikasi dengan tes

biokimia. Diantara tes biokimia yaitu :

1) Peragian karbonat (Glukosa, Lactose, Sucrose, Maltose)

Sejumlah kuman dapat meragikan gula-gula (karbohidrat)

dengan atau tanpa pembentukan gas, dan ada yang tidak meragikan

glukosa sama sekali. Hasil peragian ini sebagian besar berupa asam

organik yang dapat ditunjukkan dengan indikator pH, seperti ungu

brom kresol (Chatim Aidilfet, 1991).

2) Tes KIA (Kliger’s Iron Agar)

Digunakan untuk mengetahui pertumbuhan jenis kuman

tertentu, dengan melihat kemampuan bakteri memfermentasi glucose,

lactose serta terbentuknya gas H2S. Salmonella pada medium ini akan

membentuk reaksi alkali (merah) pada permukaan agar, reaksi asam

(kuning) pada dasar dan mungkin terbentuk gas pada bagian bawah

tabung, serta mungkin tebentuk H2S yang ditandai timbulnya warna

hitam. Reaksi alkali pada permukaan menunjukkan bahwa lactose

tidak difermentasi dan Salmonella, reaksi asam pada dasar tabung

menunjukkan terjadinya fermentasi glucose (Supardi dkk, 1999; Gani

A, 2003).

3) Triple Sugar Iron Agar (TSIA)

Media ini mengandung 3 jenis karbohidrat yaitu : Glukosa,

Laktosa dan Sukrosa dan ferrisulfat untuk mendeteksi H2S, protein dan

indikator fenol red. Salmonella bersifat alkali acid, alkali terbentuk

karena adanya proses oksidasi dekarboksilasi protein membentuk

amina yang bersifat alkali, dengan adanya fenol red. Maka terbentuk

11

Page 12: 193256402-RENCANA-PENELITIAN

warna merah. Adanya warna kuning disebabkan karena Salmonella

memfermentasi glukosa yang bersifat asam (Jawet, 2001).

4) Sulfur Indol Motility (SIM)

Media ini merupakan perbenihan semisolid yang digunakan

untuk mengetahui Motility (gerakan), Indol dengan penambahan

reagens kovac dan pembentukan H2S. Salmonella tidak membentuk

Indol dan Motility positif. Semua jenis Salmonella menghasilkan H2S

kecuali Salmonella paratyphi A, dan menghasilkan gas, kecuali

Salmonella typhi.

5) Citrat

Pada media ini bakteri akan menghasilkan natrium karbonat

yang bersifat alkali yang berwarna biru dengan adanya indikator Brom

thymol blue. Media ini digunakan sebagai sumber karbon bagi bakteri.

Namun, Salmonella tidak memanfaatkan citrate sehingga pada

penanaman media ini hasilnya negative.

6) Urea

Pada media ini bakteri yang dapat menghidrolisis urea dan

menghasilkan amoniak ditandai dengan terbentuknya warna merah

karena adanya indikator Fenol red. Salmonella pada media ini

memberikan hasil negatif.

7) Methyl Red

Media ini digunakan untuk mengetahui bakteri yang mampu

memproduksi asam kuat sebagai hasil fermentasi glukosa dalam media

ini, yang dapat ditunjukkan dengan penambahan larutan methyl red.

Salmonella pada penambahan methyil red membentuk warna merah.

8) Vogas Proskauer

Bakteri tertentu dapat menghasilkan acetyl methyl carbinol

dari fermentasi glukosa yang dapat diketahui dengan penambahan

larutan Voges Proskauer dan Kalium Hidroksida (KOH) 40%. Pada

media ini Salmonella memberikan hasil negatif.

12

Page 13: 193256402-RENCANA-PENELITIAN

9. Pencegahan

Pada taraf masyarakat luas, pencegahan terbaik terhadap demam typhoid

ialah sanitasi yang baik. Mencegah kontaminasi makanan dan minuman dari

kuman Salmonella. Penularan harus dikenali dan dicegah agar tidak mencemari

pengolahan dan penanganan pangan. Bagi perorangan, vaksin typhoid efektif

untuk menurunkan kemungkinan timbulnya penyakit. (Pelczar dkk, 1988).

C. Pengobatan demam tipoid

Obat-obat antimikroba yang sering dipergunakan dalam pengobatan demam

tipoid adalah:

1. Kloramfenikol

Di Indonesia, kloramfenikol masih merupakan obat pilihan utama untuk

demam tipoid. Belum ada obat antimikroba lain yang dapat menurunkan demam

lebih cepat dibandingkan kloramfenikol. Dosis untuk orang dewasa 4 kali 500

mg sehari oral atau intravena sampai 7 hari setelah bebas demam. Penyuntikan

kloramfenikol suksinat intramuskular tidak dianjurkan karena hidrolisis ester ini

tidak dapat diramalkan dan tempat suntikan terasa nyeri. Dengan penggunaan

kloramfenikol, demam pada demam tipoid turun rata-rata setelah 5 hari.

2. Tiamfenikol

Dosis dan efektivitas tiamfenikol pada demam tipoid sama dengan

kloramfenikol. Komplikasi hematologis pada penggunaan tiamfenikol lebih

jarang daripada kloramfenikol. Dengan penggunaan tiamfenikol , demam pada

demam tipoid turun rata- rata setelah 5-6 hari.

3. Kotrimoksazol (Kombinasi Trimetoprim dan Sulfametoksazol)

Efektivitas kotrimoksazol kurang lebih sama dengan kloramfenikol.

Dosis untuk orang dewasa, 2 kali 2 tablet sehari, digunakan sampai 7 hari setelah

bebas demam (1 tablet mengandung 80 mg trimetoprim dan 400 mg

sulfametoksazol). Dengan kotrimoksazol, demam pada demam tipoid turun rata-

rata setelah 5-6 hari.

13

Page 14: 193256402-RENCANA-PENELITIAN

4. Ampisilin dan Amoksisilin

Dalam hal kemampuannya untuk menurunkan demam, efektivitas

ampisilin dan amoksisislin lebih kecil dibandingkan dengan kloramfenikol.

Indikasi mutlak penggunaannya adalah pasien demam tipoid dengan leukopenia.

Dosis yang dianjurkan. Dosis yang dianjurkan berlisar antara 75-150 mg/Kg

berat badan sehari, digunakan sampai 7 hari setelah bebas demam. Dengan

ampisilin atau amoksisilin demam pada demam tipoid turun rata-rata setelah 7-9

hari.

5. Sefalosporin Generasi Ketiga

Beberapa ui klinis menunjukkan bahwa sefalosporin generasi ketiga

antara lain sefoperazon, seftriakson, dan sefotaksim efektif untuk demam tipoid,

tetapi dosis dan lama pemberian yang optimal belum diketahui dengan pasti.

6. Fluorokinolon

Fluorokinolon efektif untuk demam tipoid, tetapi dosis dan lama

pemberian yang optimal belum diketahui dengan pasti .

D. Tinjauan Umum Lekosit

Lekosit yang diproduksi dalam sumsum tulang akan masuk ke pembuluh

darah dan meninggalkan sirkulasi masuk kejaringan. Sel lekosit adalah kelompok

sel-sel berinti, terdiri atas granulosit, limfosit dan monosit.

Terdapat tiga (3) jenis granulosit yaitu: Netrofil, Eosinofil, dan Basophil.

Dalam keadaan normal, granulosit hanya berasal dari sumsum tulang, sejumlah

kecil limfosit dibentuk disumsum tulang, sebagian besar berasal dari jaringan limfe

dan thymus. Monosit dari retikuloendhotelial system, khususnya di limfa. Jumlah

normal lekosit yang beredar dalam darah, jauh lebih sedikit dari eritrosit. Pada

orang dewasa sehat, terdapat 4.000 – 10.000 lekosit per mm3 darah. Lekosit masa

hidupnya lebih pendek dibandingkan eritrosit, granulosit,hidup sekitar 3-5 hari

(Hamurwono GB, 2003).

Ada beberapa jenis sel darah putih (lekosit)

14

Page 15: 193256402-RENCANA-PENELITIAN

Tipe Gambar Diagram

% dalam

tubuh

manusia

Keterangan

Neutrofil 65%

Neutrofil berhubungan dengan pertahanan

tubuh terhadap infeksi bakteri serta proses

peradangan kecil lainnya, serta biasanya juga

yang memberikan tanggapan pertama terhadap

infeksi bakteri; aktivitas dan matinya neutrofil

dalam jumlah yang banyak menyebabkan

adanya nanah.

Eosinofil 4%

Eosinofil terutama berhubungan dengan infeksi

parasit, dengan demikian meningkatnya

eosinofil menandakan banyaknya parasit.

Basofil <1%

Basofil terutama bertanggung jawab untuk

memberi reaksi alergi dan antigen dengan jalan

mengeluarkan histamin kimia yang

menyebabkan peradangan.

Limfosit 25%

Limfosit lebih umum dalam sistem limfa.

Darah mempunyai tiga jenis limfosit: Sel B,

Sel T, Sel natural killer:

Monosit 6% Monosit membagi fungsi "pembersih vakum"

(fagositosis) dari neutrofil, tetapi lebih jauh dia

hidup dengan tugas tambahan: memberikan

potongan patogen kepada sel T sehingga

patogen tersebut dapat dihafal dan dibunuh,

15

Page 16: 193256402-RENCANA-PENELITIAN

atau dapat membuat tanggapan antibodi untuk

menjaga.

Makrofag(lihat di

atas)

Monosit dikenal juga sebagai makrofag setelah

dia meninggalkan aliran darah serta masuk ke

dalam jaringan.

1. Fungsi Lekosit

Fungsi utama sel lekosit adalah sebagai sistem imun tubuh terhadap

eksogen atau endogen yang dikenali oleh tubuh sebagai antigen. Fungsi utama

garanulosit netrofil segmen sebagai sel fagosit terhadap bakteri dalam jaringan

radang sistem vaskuler. Eosinofil untuk pertahanan terhadap parasit atau

cacing yang dapat menimbulkan efek sitotoksik langsung, dan sebagai regulasi

dalam pengendalian reaksi anafilaksis pengendali kerja basofil. Basofil dan sel

mast berhubungan erat dengan pelepasan senyawa pengatur sirkulasi

(histamin, serotinin dan heparin) meningkatkan permiabilitas vaskuler pada

tempat aktivitas antigen lokal, sehingga mengatur aliran masuk sel-sel radang.

Fungsi utama sel agranulosit monosit melawan bakteri fagositosis, dan

pembersih sisa sel yang tua. Limfosit berperan sebagai kunci terhadap aktifitas

imunologik dengan sub-set dari limfosit yaitu imfosit-T, limfosit-B

(Baratawidjaja K, 2004., Kresno BS,2001).

2. Kelainan Jumlah dan Jenis Lekosit

Pada berbagai keadaan klinik, dapat terjadi kelainan jumlah pada masing-

masing jumlah dan jenis lekosit, baik berupa peninggian atau penurunan dari

nilai normal lekosit. Peninggian jumlah jenis lekosit dapat disertai atau tanpa

peninggian jumlah lekosit keseluruhan. Peninggian relatif lekosit adalah apabila

peninggian jumlah suatu jenis lekosit secara keseluruhan, sedang absolut diikuti

peninggian total lekosit (Anonim, 2005).

16

Page 17: 193256402-RENCANA-PENELITIAN

Rujukan untuk jumlah total lekosit adalah 4.500 sampai 10.500 mm3. Nilai

normal jenis lekosit, eosinofil 1% sampai 3%, basofil 0 samapi 1%, netrofil

batang / stab 2% sampai 6%, netrofil segmen 50% sampai 70%, dan limfosit

20% sampai 40%, serta monosit 2% sampai 8%.

3. Hitung Jumlah Lekosit

Terdapat dua cara untuk menghitung leukosit dalam darah tepi Yaitu :

a. Cara pertama adalah cara manual dengan memakai pipet leukosit, kamar

hitung dan mikroskop.

b. Cara kedua adalah cara semi automatik dengan memakai alat elektronik. Cara

kedua ini lebih unggul dari cara pertama karena tekniknya lebih mudah,

waktu yang diperlukan lebih singkat dan kesalahannya lebih kecil yaitu ± 2%,

sedang pada cara pertama kesalahannya sampai ± 10%. Keburukan cara

kedua adalah harga alat mahal dan sulit untuk memperoleh reagen karena

belum banyak laboratorium di Indonesia yang memakai alat ini.

Jumlah leukosit dipengaruhi oleh umur, penyimpangan dari keadaan basal

dan lain-lain.

Pada bayi baru lahir jumlah leukosit tinggi, sekitar 10.000 - 30.000/µl.

Jumlah leukosit tertinggi pada bayi umur 12 jam yaitu antara 13.000 -

38.000 /µl. Setelah itu jumlah leukosit turun secara bertahap dan pada umur

21 tahun jumlah leukosit berkisar antara 4500 - 11.000/µl. Pada keadaan

basal jumlah leukosit pada orang dewasa berkisar antara 5000 - 10.0004/µ1.

Jumlah leukosit meningkat setelah melakukan aktifitas fisik yang sedang,

tetapi jarang lebih dari 11.000/µl.

Bila jumlah leukosit lebih dari nilai rujukan, maka keadaan tersebut

disebut leukositosis. Leukositosis dapat terjadi secara fisiologik maupun

patologik. Leukositosis yang fisiologik dijumpai pada kerja fisik yang berat,

gangguan emosi, kejang, takhikardi paroksismal, partus dan haid.

Leukositosis yang terjadi sebagai akibat peningkatan yang seimbang dari

masing-masing jenis sel, disebut balanced leokocytosis. Keadaan ini jarang

terjadi dan dapat dijumpai pada hemokonsentrasi. Yang lebih sering dijumpai

17

Page 18: 193256402-RENCANA-PENELITIAN

adalah leukositosis yang disebabkan peningkatan dari salah satu jenis leukosit

sehingga timbul istilah neutrophilic leukocytosis atau netrofilia, lymphocytic

leukocytosis atau limfositosis, eosinofilia dan basofilia. Leukositosis yang

patologik selalu diikuti oleh peningkatan absolut dari salah satu atau lebih

jenis leukosit.

Leukopenia adalah keadaan dimana jumlah leukosit kurang dari 5000/0

darah. Karena pada hitung jenis leukosit, netrofil adalah sel yang paling tinggi

persentasinya hampir selalu leukopenia disebabkan oleh netropenia.

18

Page 19: 193256402-RENCANA-PENELITIAN

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriftif analitik, yakni untuk mengetahui

seberapa besar jumlah lekosit pada penderita Demam tipoid yang dirawat di

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kolaka.

B. Populasi, Sampel, dan Besar Sampel.

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah penderita demam tipoid yang

telah melakukan tes jumlah lekosit di laboratorium Rumah Sakit Umum

Daerah Kabupaten Kolaka.

2. Sampel

Data hasil hitung jumlah lekosit pasien penderita demam tipoid.

3. Besar Sampel

Dalam penelitian ini akan diambil 10 sampel data laboratorium dari

penderita demam tipoid yang telah melakukan hitung jumlah lekosit.

C. Definisi Operasional

Hitung Jumlah Lekosit adalah cara menghitung jumlah lekosit yang

diencerkan dalam tabung reaksi dan dilanjutkan perhitungan jumlah dalam kamar

hitung.

Penderita demam tipoid adalah individu yang mengalami karakteritik

demam, sakit kepala dan ketidakenakan abdomen berlangsung lebih kurang 3

minggu yang juga disertai gejala-gejala perut pembesaran limpa dan erupsi kulit.

D. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kolaka

khususnya bagian laboratorium pada bulan Januari 2009.

E. Hasil Penelitian

19

27

Page 20: 193256402-RENCANA-PENELITIAN

Data diperoleh dari hasil pengamatan hasil perhitungan jumlah lekosit

penderita demam tipoid yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten

Kolaka.

F. Analisa Data

Data hasil hitung jumlah lekosit sebelum dan sesudah pengobatan yang

diperoleh disajikan dalam bentuk tabel, kemudian dilakukan analisis data dengan

uji t’ (uji dua pihak) untuk menentukan perbedaan nilai lekosit pada penderita

Demam Tipoid. Dengan kriteria pemeriksaan atau penolakan itu adalah sebagai

berikut :

X1 - X2

t’ =

√(S 21 / n1) + (S 2

2 / n2)

Keterangan :

X1 = Rata-rata hasil nilai lekosit pada penderita Demam tipoid sebelum

pengobatan.

X2 = Rata-rata hasil nilai lekosit pada penderita Demam tipoid setelah

pengobatan.

S1 = Standar deviasi nilai lekosit pada penderita Demam tipoid sebelum

pengobatan.

S2 = Standar deviasi nilai lekosit pada penderita Demam tipoid setelah

pengobatan.

n1 = Jumlah sampel Demam tipoid sebelum pengobatan

n2 = Jumlah sampel demam tipoid setelah pengobatan.

.

20

Page 21: 193256402-RENCANA-PENELITIAN

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil penelitian

Tabel 1. Hasil pemeriksaan laboratorium hitung jumlah lekosit pada penderita

demam tipoid sebelum dan sesudah pengobatan di Rumah Sakit Umum

Daerah Kabupaten Kolaka.

Kode sampel Diagnosa Jumlah lekosit sebelum

pengobatan

Jumlah lekosit

setelah pengobatan

1 + 3500/mm3 8500/mm3

2 + 3560/mm3 8560/mm3

3 + 3200/mm3 7500/mm3

4 + 3300/mm3 6500/mm3

5 + 3510/mm3 8230/mm3

6 + 3350/mm3 7550/mm3

7 + 3160/mm3 6500/mm3

8 + 3740/mm3 6400/mm3

9 + 3500/mm3 7450/mm3

10 + 3460/mm3 8100/mm3

11 + 3460/mm3 8210/mm3

12 + 3500/mm3 7500/mm3

13 + 3350/mm3 7650/mm3

14 + 3780/mm3 6750/mm3

15 + 3800/mm3 6800/mm3

16 + 3760/mm3 7600/mm3

17 + 3100/mm3 7500/mm3

18 + 3700/mm3 8500/mm3

19 + 3300/mm3 8800/mm3

20 + 3600/mm3 8900/mm3

∑ 69630 153500

21

Page 22: 193256402-RENCANA-PENELITIAN

X 3481,5 7675

Sumber : Data sekunder 2009

Keterangan : Nilai rujukan normal lekosit 4000 – 10500/mm3

B. Pembahasan

Demam tipoid timbul akibat dari infeksi oleh bakteri golongan Salmonella

yang memasuki tubuh penderita melalui saluran pencernaan. Sumber utama yang

terinfeksi adalah manusia yang selalu mengeluarkan mikroorganisme penyebab

penyakit,baik ketika ia sedang sakit atau sedang dalam masa penyembuhan. Pada

masa penyembuhan, penderita pada masih mengandung Salmonella sp didalam

kandung empedu atau di dalam ginjal.

Gejala demam tipoid sangat bervariasi, dari yang ringan, sehingga tidak

terdiagnosa, sampai gambaran penyakit yang khas dengan komplikasi, bahkan

menyebabkan kematian. Tapi pada umumnya keluhan dan gejala penyakit ini

adalah demam, biasanya lebih dari 1 minggu dan dapat mencapai 39–40◦C, di

malam hari, demam lebih tinggi dibanding malam hari. Kemudian pada

pemeriksaan laboratorium mungkin terjadi penurunan leukosit (sel darah putih),

dan kemudian pada tes Widal, akan terjadi peningkatan titer antibody terhadap

kuman salmonella thyposa. Biasanya leukosit yang normal itu antara 5000 –

10,000/ul

Fungsi utama sel lekosit adalah sebagai sistem imun tubuh terhadap

eksogen atau endogen yang dikenali oleh tubuh sebagai antigen. Pada berbagai

keadaan klinik, dapat terjadi kelainan jumlah pada masing-masing jumlah dan

jenis lekosit, baik berupa peninggian atau penurunan dari nilai normal lekosit.

Peninggian jumlah jenis lekosit dapat disertai atau tanpa peninggian jumlah lekosit

keseluruhan. Peninggian relatif lekosit adalah apabila peninggian jumlah suatu

jenis lekosit secara keseluruhan, sedang absolut diikuti peninggian total lekosit

(Anonim, 2005).

22

Page 23: 193256402-RENCANA-PENELITIAN

Rujukan untuk jumlah total lekosit adalah 4.500 sampai 10.500 mm3. Nilai

normal jenis lekosit, eosinofil 1% sampai 3%, basofil 0 samapi 1%, netrofil

batang / stab 2% sampai 6%, netrofil segmen 50% sampai 70%, dan limfosit 20%

sampai 40%, serta monosit 2% sampai 8%.

Setelah penulis melakukan penelitian terhadap studi jumlah lekosit pada

penderita demam tipoid yang dirawat dan berobat di Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Kolaka. Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 20 sampel yang

terdiagnosa demam tipoid dan melakukan uji laboratorium setelah melakukan

pengobatan menunjukkan jumlah lekosit mengalami peningkatan dan masih

dalam batas normal dimana jumlah hitung lekosit berkisar antara 4.000 sampai

10.000 / mm3.

Hasil perhitungan statistic menunjukkan bahwa pada taraf kemaknaan

0,05 dan daftar kepercayaan (DK) 18 (n1 + n2 - 2), (1-α/2) pada jumlah lekosit di

dapat thitung = 3,1078 > ttabel =2,23, artinya Ha diterima. Hal ini berarti bahwa ada

perbedaan bermakna antara hasil jumlah lekosit sebelum dan sesudah pengobatan

pada penderita Demam Tipoid yang berobat di Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Kolaka.

Sedangkan obat-obat yang sering diberikan kepada penderita antara lain

Chloramex, parasetamol Klorampenikol, Cefotaxine, inbost force. Pemberian

kloramfenikol dan tyampenicol masih merupakan obat pilihan utama untuk

demam tipoid. Belum ada obat antimikroba lain yang dapat menurunkan demam

lebih cepat dibandingkan kloramfenikol. Dosis untuk orang dewasa 4 kali 500 mg

sehari oral atau intravena sampai 7 hari setelah bebas demam. Dengan

penggunaan kloramfenikol, demam pada demam tipoid turun rata-rata setelah 5

hari.

BAB V

PENUTUP

23

Page 24: 193256402-RENCANA-PENELITIAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 20 pasien penderita

demam tipoid yang mendapat pemeriksaan laboratorium di Rumah Sakit Umum

Daerah Kabupaten Kolaka.dapat disimpulkan yaitu :

1. Hasil penelitian menunjukkan jumlah lekosit mengalami peningkatan setelah

menjalani pengobatan.

2. Hasil perhitungan statistik menunjukkan bahwa pada taraf kemaknaan 0,05

dan daftar kepercayaan (DK) 18 (n1 + n2 - 2), (1-α/2) pada jumlah lekosit di

dapat thitung = 3,1078 > ttabel =2,23, artinya Ha diterima. Hal ini berarti bahwa

ada perbedaan bermakna antara hasil jumlah lekosit sebelum dan sesudah

pengobatan pada penderita Demam Tipoid yang berobat di Rumah Sakit

Umum Daerah Kabupaten Kolaka.

3. Obat-obat yang sering diberikan kepada penderita demam tipoid antara lain

Chloramex, parasetamol Klorampenikol, Cefotaxine, inbost force.

DAFTAR PUSTAKA

24

Page 25: 193256402-RENCANA-PENELITIAN

Anonim, 2008, http://manglufti.wordpress.com/2008/03/05/demam-Tipoid/, diakses

tanggal 1 Januari 2009

Anonim, 2008, http://www.jevuska.com/2008/05/10/demam-tipoid-typhoid-fever/.

Diakses tanggal 1 Januari 2009

Anonim, 2008, http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid. Diakses tanggal 29

Desember 2008

Anonim, 1994, “Petunjuk Pemeriksaan Hematologi, Departemen Kesehatan RI Pusat

Laboratorium Kesehatan

Gandasubrata R, 2004, Penuntun Laboratorium Klinik, Jakarta, Dian Rakyat.

Hardjoeno, 2000, Interpretasi Hasil Test Laboratorium Diagnostik, Edisi Khusus

2000, Makassar, UNHAS Press

Hardjoeno, 2003, Interpretasi Hasil Test Laboratorium Diagnostik, Edisi 3, Makassar,

LPI UNHAS.

Hamurwono. GB.H, 2003, Pelbagai Komponen dan Fungsi Darah Dalam Buku

Pedoman Pelayanan Transfusi Darah, Serologi Golongan Darah, Jakarta,

WHO, JBIC, Dep.Kes.

Hoffbrand A.V. Pettit J.E, Moss.P.A.H, 2005, Kapita Selekta Hematologi, Edisi 4,

Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Juliani. S, Aprianti. S, Arif Mansyur, 2003 Hematopoiesis, Dalam Makalah Kulia Bag.

Patologi Klinik, FK- UNHAS/RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar

Sacher Ronal A, McPherson Richard A, 2004, Metode Hematologi, Dalam Tinjauan

Klinik Hasil Pemeriksaan Laboratorium, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran

EGC, Edisi II.

Sylvia A. Price dan Lorraine M. Wilson. 1995, „Patofisiologi“, Penerbit Buku

Kedokteran EGC, Jakarta hal 753-763

Wirawan R, 1988, Pemeriksaan Laboratorium Hematologi Sederhana, Jakarta, FK UI

– RSCM

25