186981711-olly-prak-farfit-1

11
PRAKTIKUM I IDENTIFIKASI AMILUM SECARA KIMIAWI DAN MIKROSKOPI I. PENDAHULUAN Amilum atau pati merupakan senyawa organik yang tersebar luas pada tanaman. Amilum merupakan benda nonprotoplasmik yang dihasilkan oleh amiloplas dan kloroplas, dan disimpan di daun, serta pada alat-alat penyimpanan seperti pada akar-akar, umbi biji, dan lain-lain. Dalam farmasi, amilum digunakan sebagai bahan penyusun dalam serbuk awur dan bahan pembantu dalam pembuatan sediaan farmasi yang meliputi bahan pengisi tablet, bahan pengikat, dan bahan penghancur. Amilum secara luas digunakan karena harganya yang murah dan mudah didapat. Selain itu, pemakaian amilum juga berpengaruh pada efek farmakologis obat, dimana penggunaan amilum sebesar 5-20% mempercepat proses disolusi zat aktif. Setelah mengetahui kegunaan amilum dalam farmasi, kita sebagai farmasis tentunya harus mengetahui aspek-aspek amilum, termasuk morfologisnya secara mikroskopik dan organoleptis seperti yang akan kita lakukan pada praktikum farmakognosi kali ini. identifikasi amilum secara kimiawi juga penting untuk kita ketahui, mengingat pekerjaan farmasi juga meliputi identifikasi zat yang terkandung dalam suatu simplisia. II. LANDASAN TEORI Karbohidrat banyak terdapat dalam bahan nabati, baik berupa gula sederhana, heksosa, pentosa, maupun karbohidrat dengan berat molekul yang tinggi seperti pati, pektin, selulosa, dan lignin.

Upload: chichi-fauziyah

Post on 24-Nov-2015

47 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

c

TRANSCRIPT

  • PRAKTIKUM I

    IDENTIFIKASI AMILUM SECARA KIMIAWI DAN MIKROSKOPI

    I. PENDAHULUAN

    Amilum atau pati merupakan senyawa organik yang tersebar luas pada tanaman.

    Amilum merupakan benda nonprotoplasmik yang dihasilkan oleh amiloplas dan kloroplas,

    dan disimpan di daun, serta pada alat-alat penyimpanan seperti pada akar-akar, umbi biji, dan

    lain-lain.

    Dalam farmasi, amilum digunakan sebagai bahan penyusun dalam serbuk awur dan

    bahan pembantu dalam pembuatan sediaan farmasi yang meliputi bahan pengisi tablet, bahan

    pengikat, dan bahan penghancur. Amilum secara luas digunakan karena harganya yang

    murah dan mudah didapat. Selain itu, pemakaian amilum juga berpengaruh pada efek

    farmakologis obat, dimana penggunaan amilum sebesar 5-20% mempercepat proses disolusi

    zat aktif.

    Setelah mengetahui kegunaan amilum dalam farmasi, kita sebagai farmasis tentunya

    harus mengetahui aspek-aspek amilum, termasuk morfologisnya secara mikroskopik dan

    organoleptis seperti yang akan kita lakukan pada praktikum farmakognosi kali ini.

    identifikasi amilum secara kimiawi juga penting untuk kita ketahui, mengingat pekerjaan

    farmasi juga meliputi identifikasi zat yang terkandung dalam suatu simplisia.

    II. LANDASAN TEORI

    Karbohidrat banyak terdapat dalam bahan nabati, baik berupa gula sederhana,

    heksosa, pentosa, maupun karbohidrat dengan berat molekul yang tinggi seperti pati, pektin,

    selulosa, dan lignin.

  • Salah satu jenis karbohidrat adalah pati atau amilumi. Pati merupakan homopolimer

    glukosa dengan ikatan alfa-glikosidik. Pati dalam jaringan tanaman mempunyai bentuk

    granula yang berbeda-beda. Dengan mikroskop jenis pati dapat dibedakan karena mempunyai

    bentuk, ukuran, dan letak hilus yang unik. Pati terdiri dari butir-butir atau granula yang lazim

    disebut butir amilum.

    Butir Amilum

    Benda-benda nonprotoplasmatik atau benda-benda mati dalam sel dibentuk oleh

    plastida-plastida, diantaranya kloroplas dan amiloplas. Tepung-tepung yang dibentuk oleh

    kloroplas disebut tepung asimilasi dan terdapat dalam sel-sel daun. Sedangkan tepung-tepung

    yang dibentuk oleh amiloplas disebut tepung cadangan yang terdapat dalam alat-alat

    penyimpanan makanan seperti umbi, akar, biji dan lain-lain. Kadar tepung dalam tumbuh-

    tumbuhan sekitar 20% - 70% dari berat keseluruhan.

    Tepung cadangan bagi setiap jenis tumbuhan mempunyai bentuk dan susunan

    tertentu, begitu juga dengan butir tepungnya. Perbedaan ini berdasarkan letak hilus dalam

    butir-butir tepung dan bedasarkan susunannya. Butir tepung yang terbentuk besarnya

    berkisar antara 17-20 mikron. Hilus merupakan titik permulaan terbentuknya butir tepung.

    Sedangkan lamella adalah garis-garis halus yang mengelilingi hilus. Butir-butir tepung

    tersusun atas dua polisakarida yaitu amilopektin dan amilose. Amilopektin merupakan

    polisakarida yang menyusun bagian tepi butir tepung, sedangkan amilose adalah polisakarida

    yang menyusun bagian dalam dari butir tepung. Amilose memberikan sifat keras (pera),

    sedangkan amilopektin menyebabkan sifat lengket. Amilose memberikan warna ungu pekat

    pada tes iodin sedangkan amilopektin tidak bereaksi namun cabang luar dapat memberikan

    warna merah.

  • Perbedaan butir tepung berdasarkan letak hilus dan lamella dibedakan menjadi dua macam,

    yaitu : Konsentris dan eksentris.

    1. Butir tepung konsentris, ciri-cirinya, yaitu :

    Hilus berada di tengah-tengah

    Letak lamella mengelilingi hilus

    Seperti pada ketela rambat ( Ipomoea batatas ), ketela pohon ( Manihot

    utilissima ).

    2. Butir tepung eksentris dengan ciri-ciri, yaitu :

    Hilus terletak di pinggir

    Letak lameela mengelilingi hilus.

    Secara umum bentuknya lonjong tidak pernah bundar

    Seperti pada tanaman kentang (Solanum tuberosum ).

    Butir tepung berdasarkan susunannya, yaitu : Monoadelph, diadelph, dan poliadelph.

    Monoadelph adalah : Butir-butir tepung yang memiliki satu hilus dengan lamella-

    lamella mengelilinginya. Seperti pada ketela pohon (Manihot utilissima).

    Diadelph adalah : Butir tepung yang memiliki dua hilus, yang masing-masing hilus

    dikelilingi oleh lamella-lamella sendiri-sendiri. Masing-masing lamella dikelilingi

    lamella- lamella lainnya. Seperti pada kentang (Solanum tuberosum ).

    Poliadelph yaitu : Terdiri dari banyak butir tepung banyak yang menyatu. Seperti

    pada padi (Oryza sativa ).

    Selain itu, ada juga butir tepung yang mengalami korosi. Korosi adalah peristiwa perubahan

    pada butir tepung karena telah digunakan oleh tumbuhan dan juga akibat pengaruh enzim-

    enzim amilase dan diastase berubah jadi gula yang larut dalam air. Larutnya tidak sekaligus,

    melainkan bertahap sehingga butir-butir tepung tadi seakan-akan berkerat-kerat.

  • IDENTIFIKASI AMILUM

    Identifikasi amilum dapat melalui metode mikroskopis maupun kimiawi. Melalui

    mikroskopis, maka pati diekstrak terlebih dahulu dari tanaman asalnya semisal beras, jagung

    dan lain-lain. Pengamatan melalui mikrosokop akan memberikan penggambaran tentang

    kondisi amilum tersebut seperti letak hilus, adanya lamella, bentuk amilum dan lain-lain.

    Dengan metode kimiawi, sample yang mengandung amilum direaksikan dengan iodium akan

    membentuk larutan berwana biru kehijauan yang jika dipanaskan akah menghilang warnan

    tersebut, tetapi jika dilakukan pendinginan maka warna tersebut kembali.

    III. PELAKSANAN PRAKTIKUM

    Bahan Uji

    - Amilum Oryzae (pati beras)

    - Amilum Maydis (pati jagung)

    - Amilum Manihot (pati singkong)

    - Amilum Solani (pati kentang)

    Pereaksi dan Alat

    Pereaksi yang digunakan:

    - Aquadest

    - Larutan iodium

    Alat yang digunakan:

    - Objek glass

    - Mikroskop cahaya

    - Pipet tetes

    - Tabung reaksi

    - Rak tabung reaksi

    - Cover glass

    - Spatel

    - Tissu

  • Cara Kerja

    1. Pemeriksaan amilum dengan cara kimiawi :

    - Masukkan larutan amylum ( amilum oryzae, amilum maydis, amylum manihot,

    amylum solani) 1 persen yang telah di sediakan kedalam tabung reaksi

    - Tambahkan satu tetes larutan iodium

    - Catat warna yang terjadi untuk masing-masing jenis amilum yang telah ditetesi

    dengan larutan iodium.

    2. Pemeriksaan amilum secara mikroskopis

    - Ambil sedikit amilum menggunakan spatel

    - Letakkan di atas obyek glass dan tetesi dengan aquadest sebanyak satu atau dua

    tetes

    - Tutup obyek glass dengan cover glass

    - Amati di bawah mikroskop

    - Analisis bentuk amilum dari masing-masing jenis tanaman dengan melihat hilus dan

    bentuknya.

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    BAHAN UJI HASIL

    KIMIAWI ORGANOLEPTIS MIKROSKOPIS

    Pati jagung Setelah ditetesi

    dengan iodium, pati

    Bentuk bersegi

    banyak, hilus di

  • yang berwarna putih

    berubah menjadi

    warna ungu tua

    tengah dan berongga,

    tidak ada lamela.

    Pati beras Setelah ditetesi

    dengan iodium, pati

    yang berwarna putih

    berubah menjadi

    warna biru tua

    Tunggal berbentuk

    bulat telur sedangkan

    yang berkelompok

    bentuknya bersegi

    banyak. Hilus tidak

    jelas, Tidak ada

    lamela.

    Pati kentang Setelah ditetesi

    dengan iodium, pati

    yang berwarna putih

    berubah menjadi

    warna biru tua

    Berbentuk bulat telur

    seperti kulit kerang,

    butir tunggal tidak

    beraturan, hilus

    terdapat di ujung,

    lamela berlapis

    terlihat jelas.

    Pati singkong Setelah ditetesi

    dengan iodium, pati

    yang berwarna putih

    berubah menjadi

    warna biru tua

    Bentuk bulat atau

    bersegi banyak, hilus

    di tengah, lamela

    tidak jelas.

    PEMBAHASAN

    Setelah hasil kita dapatkan melalui pengamatan menggunakan mikroskop serta

    pemeriksaan kimiawi, dibawah ini adalah beberapa pembahasan menurut Farmakope

    Indonesia yang bisa kita jadikan perbandingan.

    1. pati jagung.

    -Pemeriksaan mikroskopis menurut Farmakope Indonesia IV :

  • Butir bersegi banyak, bersudut, ukuran 2 m- 23 m atau butir bulat dengan diameter 25 m-

    32 m. Hilus di tengah berupa rongga yang nyata atau celah, berjumlah 2 5 , tidak ada

    lamela. Amati di bawah cahaya terpolarisasi, tampak bentuk silang berwarna hitam,

    memotong pada hilus.

    -Pemeriksaan kimiawi menurut Farmakope Indonesia IV :

    Setelah pati dicampur dengan iodium , terjadi perubahan warna menjadi biru tua yang hilang

    bila dipanaskan dan warna timbul kembali ketika dilakukan pendinginan.

    2. Pati Beras

    - Pemeriksaan mikroskopis menurut farmakope Indonesia IV :

    Butir bersegi banyak ukuran 2m-5m, tunggal atau majemuk bentuk bulat telur ukuran 10

    m- 20 m. Hilus di tengah, tidak terlihat jelas, tidak ada lamela konsentris. Amati di bawah

    cahaya terpolarisasi, tampak bentuk silang berwarna hitam, memotong pada hilus.

    Pemeriksaan kimiawi menurut Farmakope Indonesia IV :

    Setelah pati dicampur dengan iodium , terjadi perubahan warna menjadi biru tua yang hilang

    bila dipanaskan dan warna timbul kembali ketika dilakukan pendinginan.

    3. Pati Kentang

    - Pemeriksaan mikroskopis menurut Farmakope Indonesia IV :

    Butir tunggal, tidak beraturan, atau bulat telur ukuran 30m-100 m, atau membulat ukuran

    10 m-35 m. Butir majemuk jarang, terdiri dari majemuk 2-4 , hilus berupa titik pada ujung

  • yang sempit dengan lamela konentris jelas terlihat. Amati di bawah cahaya terpolarisasi,

    tampak bentuk silang berwarna hitam, memotong pada hilus.

    -Pemeriksaan kimiawi menurut Farmakope Indonesia IV :

    Setelah pati dicampur dengan iodium , terjadi perubahan warna menjadi biru tua yang hilang

    bila dipanaskan dan warna timbul kembali ketika dilakukan pendinginan.

    4. Pati Singkong.

    - Pemeriksaan mikroskopis menurut Farmakope Indonesia IV :

    Butir tunggal, agak bulat atau bersegi banyak, butir kecil diameter 5 m-10 m, butir besar

    bergaris tengah 20 m-35 m, hilus di tengah berupa titik, garis lurus atau bercabang tiga,

    lamela tidak jelas, konsentris, butir majemuk sedikit, terdiri dari 2 atau 3 butir tunggal yang

    tidak sama bentuknya.

    -Pemeriksaan kimiawi menurut Farmakope Indonesia IV :

    Setelah pati dicampur dengan iodium , terjadi perubahan warna menjadi biru tua yang hilang

    bila dipanaskan dan warna timbul kembali ketika dilakukan pendinginan.

    Setelah dilakukan perbandingan antara hasil pemeriksaan mikrosokopis dan kimiawi

    dengan literatur, didapatkan bahwa hasilnya bisa dibilang sama dengan literatur, kecuali

    untuk ukuran kita sebagai praktikan tidak dapat mengetahui secara langsung karena

    keterbatasan alat-alat untuk mengukur. Selain itu, secara umum dapat dikatakan bahwa hasil

    pengamatan sama dengan literatur.

    Untuk pemeriksaan kimiawi, didapat hasil perubahan warna menjadi biru tua, tetapi

    pada saat praktikum tidak dilakukan pemanasan sehingga tak dapat dibuktikan bahwa warna

    biru tua tersebut akan hilang dan timbul kembali ketika didinginkan.

  • V. KESIMPULAN

    Jenis amilum dapat dikenali melalu pemeriksaan mikroskopis dan kimiawi dengan

    berpedoman pada literatur yang sesuai

    Berbeda jenis amilum maka berbeda pula ciri-cirinya mikroskopisnya

    Secara umum, hasil pemeriksaan kimiawi pada setiap jenis amilum akan

    menimbulkan warna biru tua sebagai pertanda adanya amilum

  • VI. LAMPIRAN

    Oryzae

    Maydis

    Solani

    Manihot

    Amilim

    diencerkan 1

    %dan ditetesi

    iodium.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Sutrian, Yayan. 2004. Pengantar Anatomi Tumbuh-tumbuhan. Jakarta : PT Rineka Cipta.

    __________. 1995. Farmakope Indonesia Jilid IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik

    Indonesia.

    __________. 1979. Farmakope Indonesia Jilid III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik

    Indonesia.