17468-18873-1-pb

10

Click here to load reader

Upload: cowok-biasa

Post on 04-Jul-2015

254 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: 17468-18873-1-PB

JURNAL TEKNOLOGI DAN REKAYASA SIPIL “ TORSI “/ JULI 2007 / 43

PENENTUAN PRIORITAS UTAMA FAKTOR FAKTOR PENYEBAB NONCONFORMING PRODUCT PADA PRODUKSI BETON SIAP PAKAI

(STUDI KASUS DI JAWA TIMUR)

Oleh :

Abdul Holik *)

I Putu Artama Wiguna**) ABSTRAK American Concrete Institute (ACI) Manual of Concrete Practice Part 1 mendefinisikan Beton Siap Pakai atau Readymix Concrete (RMC) adalah beton yang dibuat untuk dikirim kepemesan dalam bentuk plastis atau belum mengeras. Banyaknya komplain oleh pelanggan yang berhubungan dengan ketidaksesuaian produk (Nonconforming Product) menuntut produsen RMC untuk meningkatkan kualitas. Salah satu usaha peningkatan kualitas adalah mencari penyebab utama Nonconforming Product (NCP) pada produksi RMC. Penelitian dilakukan pada kelima plant tipe dry-mix di suatu perusahaan RMC. Penelitian ini diawali dengan mengidentifikasi faktor-faktor penyebab keempat belas jenis NCP dengan analisa sebab-akibat (cause-effect analysis). Untuk menentukan bobot kepentingan dan dampak kerugian dari keempat belas jenis NCP itu dilakukan survey dengan kuisioner pendahuluan. Dalam survey ini diketahui bahwa dari empat belas jenis NCP hanya lima jenis NCP yang berdampak besar terhadap kerugian finansial perusahaan yaitu; kuat-tekan tidak sesuai spesifikasi, pengiriman beton terlambat, slump tidak sesuai spesifikasi, volume kurang dari permintaan dan setting time terlalu cepat atau lama. Penelitian dilanjutkan dengan kuisioner utama yaitu membandingkan secara berpasangan (pairwise comparison) antara dua faktor dari faktor-faktor penyebab masing-masing NCP, faktor mana yang lebih penting dibanding faktor lainnya. Analisa matriks pairwise comparison digunakan untuk mendapatkan bobot prioritas faktor-faktor penyebab kelima jenis NCP. Dalam penelitian ini didapat prioritas utama faktor-faktor penyebab pada kelima jenis NCP terhadap keseluruhan plant yaitu: peralatan quality control tidak standar, mutu aggregate halus jelek, masalah mutu chemical admixture, kecakapan teknisi quality control, kesalahan penimbangan oleh operator, kecakapan petugas penjadwalan dan pengiriman, akurasi alat penimbangan, sistem komunikasi plant dengan lapangan, akurasi nilai moisture content aggregate, jarak kirim dan masalah lalu-lintas serta pengaruh cuaca panas. Tidak ada perbedaan prioritas utama faktor-faktor penyebab masing-masing NCP antara plant satu dengan lainnya, perbedaan terjadi hanya pada urutan prioritasnya. Kata kunci: readymix concrete, nonconforming product, pairwise comparison PENDAHULUAN

Di Indonesia penggunaan beton siap pakai (R

eadymix Concrete) dalam skala bisnis pertama

kali dimulai oleh suatu perusahaan Readymix

Concrete pada tahun 1972 di Jakarta untuk

melayani proyek-proyek konstruksi yang mulai

berkembang. Seiring dengan meningkatnya

pertumbuhan konstruksi diawal tahun 1980-an

bermunculan perusahan-perusahan beton siap

pakai (RMC) lainnya, demikian juga di Jawa

Timur khususnya di Surabaya. Permintaan RMC

menurun setelah terjadinya krisis moneter pada

tahun 1998 karena proyek-proyek banyak

menghentikan kegiatannya. Kegiatan pemba-

ngunan mulai meningkat kembali sejak tahun

2000. Sampai tahun 2006 permintaan RMC di

Jawa Timur tumbuh rata-rata 15% per tahun dan

pada tahun 2005 total volume kebutuhan beton

di Jawa Timur mencapai 1.125.000 m3 dengan

rata-rata perbulan lebih kurang sebesar

94.000 m3 .

*) Mahasiswa Pascasarjana, Jurusan Manajemen Proyek Konstruksi ITS Surabaya. **) Dosen Jurusan Teknik Sipil ITS Surabaya

Page 2: 17468-18873-1-PB

I Putu Artama & Abdul Holik

44 / JURNAL TEKNOLOGI DAN REKAYASA SIPIL “ TORSI “/ JULI 2007

Sampai awal tahun 2006 jumlah

perusahaan RMC di Surabaya mencapai 12 buah.

Dengan permintaan volume sebesar itu tentu

persaingan dalam meningkatkan kualitas mutu

dan pelayanan menjadi perhatian utama para

produsen RMC. Penerapan prinsip kualitas yang

modern dengan usaha-usaha memperkecil

variabilitas mutu beton menjadi tuntutan penting

untuk mendapatkan biaya pokok beton yang

ekonomis atau lebih dikenal dengan “economical

concrete” (Deway, 1995). Namun sebagian besar

perusahaan-perusahaan RMC di Surabaya belum

menerapkan prinsip kualitas yang modern, ini

disebabkan masih belum adanya pola kualitas

yang diterapkan secara berkesinambungan

(Sugiharto,1998). Akibatnya banyak komplain

dari pelanggan karena mereka menerima produk

yang tidak sesuai atau Non-Conforming Product

(NCP), misalnya, kuat tekan pada umur 28 hari

yang dibawah spesifikasi.

Banyaknya produk yang tidak sesuai

(NCP) dari mutu dan pelayanan yang dihasilkan

perusahaaan RMC sering dikeluhkan pelanggan

seperti kuat tekan dibawah spesifikasi, slump,

keterlambatan pengiriman dan lain sebagainya.

Keluhan pelanggan ini perlu ditanggapi secara

serius oleh pihak produsen sehingga pelanggan

tidak kecewa. Komplain pelanggan disebabkan

adanya NCP terhadap apa yang mereka harapkan

dan NCP berhubungan dengan kualitas baik mutu

atau pelayanan yang mereka terima. Managemen

kualitas konvensional masih memandang kualitas

adalah fokus pada internal produk tetapi pada

managemen kualitas total (TQM) lebih fokus pada

keinginan pelanggan (Kerzner, 1986), jadi

pelanggan menjadi tolok ukur keberhasilan dari

suatu produk khususnya produk RMC. Oleh sebab

itu perlu usaha untuk melakukan peningkatan

kualitas produk (quality improvement) dengan

menetapkan prioritas utama faktor-faktor

penyebab NCP berdasarkan komplain

pelanggan.

Dalam penelitian ini masalah akan dibatasi

hal-hal sebagai berikut:

a. Penelitian dilakukan di suatu perusahaan

RMC PT JRM di Surabaya dan plant-plant

cabangnya yang tersebar di Jawa Timur

b. Yang dimaksud Beton adalah beton

konvensional yaitu terdiri dari campuran

material aggregate, semen, air dan sejumlah

admixture.

c. Produk RMC dari Batching Plant tipe dry-

mix.

d. Lokasi Plant adalah tetap yang melayani

beberapa pelanggan dalam satu wilayah

bukan plant on site yang melayani satu

proyek.

TINJAUAN PUSTAKA

Beton Siap Pakai (Readymix Concrete)

Beton merupakan material gabungan yang

terdiri aggregate halus dan kasar yang

didalamnya ada unsur pengikat biasanya pasta

semen. Sedangkan beton siap pakai atau

Readymix Concrete (RMC) adalah beton yang

diproduksi untuk dikirim ke pemesan (site)

dalam keadaan plastis atau belum mengeras

(ACI, 1996).

Dasar Pembelian Untuk RMC

Sebelum mengirim beton pelanggan

menandatangani persetujuan kontrak dengan

syarat-syarat berlaku dengan pihak produsen

RMC. Spesifikasi dari pelanggan tercantum di

kontrak antara lain:

Page 3: 17468-18873-1-PB

JURNAL TEKNOLOGI DAN REKAYASA SIPIL “ TORSI “/ JULI 2007 / 45 Seminar Nasional Teknik Sipil III-2007

a. Ukuran aggregate maximum

b. Kekentalan atau Slump dengan toleransinya

c. Jika ada mencantumkan kadar udara dalam

beton

d. Porsi campuran beton (mix proportion)

Proporsi campuran bisa dikeluarkan

berdasarkan:

• Standar dari produsen RMC

• Spesifikasi dari Pelanggan

Menurut ASTM C-94 (2000) bila mix

proporsi ditentukan oleh pelanggan, pelanggan

harus menetapkan kandungan semen per satuan

unit beton misalnya m3, kadar air maksimum yang

diijinkan dalam campuran dan tipe, nama, dosis

bila menggunakan admixture. Demikian juga

dengan aggregate halus dan kasar harus

menggunakan data-data material dari pelanggan

untuk memproduksi tiap kelas beton yang

dipesan.

Batching Plant (Takaran Adukan)

Ada dua tipe batching plant dilihat dari cara

pencampurannya yaitu batching plant campuran

kering (dry-mix) dan campuran basah (wet-mix).

a. Tipe campuran kering (dry-mix): semua

material tertimbang dituang ke

truk-mixer,kemudian proses pengadukan

dilakukan didalam truk-mixer sampai

homogen.

b. Campuran basah (wet mix): semua material

ditimbang kemudian di-loading kedalam

pan pengaduk, selanjutnya dituang ke truk

mixer/agitator.

Secara umum peralatan dan alat berat yang

pokok untuk suatu proses produksi RMC

meliputi batch plant, loader, truk mixer dan

concrete pump.

a. Batching Plant Unit (termasuk silo

penyimpanan)

b. Loader; untuk memindahkan material

aggregate dari stock material ke hopper/bin

material.

c. Truk Mixer atau Agitator; untuk mengirim

beton ke lokasi pengecoran.

d. Concrete pump

o Proses Produksi

Secara umum proses produksi RMC dapat

digambarkan sebagai berikut:

-Semen -Penyiapan bahan baku -Pengiriman Beton -Aggregare -Penimbangan Siap Pakai -Air -Pencampuran/pengadukan (Readymix Concrete) -Admixture

Gambar 1. Proses Produksi Untuk RMC

Material Beton

Material atau bahan baku untuk membuat

beton harus tersedia cukup dan perlu dilakukan

pengecekan setiap penerimaan baik kuantitas

maupun kualitas. Material untuk membuat beton

terdiri semen, aggregate, pelarut (air) dan

admixture.

a. Semen; dalam Pedoman Beton 1989

ditentukan semen yang digunakan untuk

pembuatan beton adalah semen portland

dan semen portland pozzoland. Semen

INPUT OUTPUT PROSES

Page 4: 17468-18873-1-PB

I Putu Artama & Abdul Holik

46 / JURNAL TEKNOLOGI DAN REKAYASA SIPIL “ TORSI “/ JULI 2007

portland adalah semen hidrolis yang terdiri

dari silikat-silikat kalsium yang bersifat

hidrolis bersama bahan tambahan biasanya

digunakan gips.

b. Aggregate; aggregate terdiri dari aggregate

kasar dan halus (pasir). Aggregate disimpan

di stok material dan setiap penerimaan dicek

kuantitas dan kualitasnya. Untuk pengecekan

kualitas saat penerimaan dilakukan secara

visual meliputi kekasaran, warna, banyaknya

kotoran/sampah, gumpalan lumpur dan kadar

lumpur dengan cara volumetric.

c. Air; harus memenuhi air campuran untuk

beton dan disimpan di bak/tangki yang

terlindung dari pengaruh pencemaran yang

dapat mengurangi kekuatan beton. Secara

periodik dilakukan tes mutu air.

d. Admixture; termasuk dalam kategori ini

yaitu chemical admixture, mineral admixture

dan air entraining.

o Tenaga Kerja Operasional di Plant

Tenaga kerja yang berperan dalam proses

produksi di level operasional di plant dan

lapangan yaitu: pegawai penerima Pesanan,

pegawai penjadwalan pengiriman, operator

batching plant, operator loader, teknisi quality

control.

Kualitas Produk

Pengertian Kualitas

Ada banyak definisi dan pengertian kualitas

dari para ahli diantaranya sebagai berikut:

a. Kualitas atau mutu adalah penyesuaian

terhadap persyaratan atau spesifikasi

(Crossby,1979):.

b. Kualitas harus bertujuan memenuhi

kebutuhan pelanggan sekarang dan dimasa

mendatang (Deming 1982).

c. Kualitas adalah kesesuaian dengan

penggunaan (Juran, 1995b),

Sedangkan pendapat yang lebih modern

dikemukakan oleh Genichi Taguchi dan

D.C.Montgomery dengan menekankan pada

menuju target spesifikasi dengan memperkecil

variabilitas adalah sebagai berikut (Sugiharto,

1998):

a. Kualitas adalah diukur dari total kerugian

masyarakat pemakai yang diakibatkan oleh

variabilitas yang terjadi pada kualitas

tersebut.

b. Kualitas berbanding terbalik secara

proporsional dengan variabilitas.

Kualitas pada industri manufactur selain

menekankan pada produk yang dihasilkan, juga

perlu diperhatikan kualitas pada proses

produksi. Bahkan, yang terbaik adalah apabila

perhatian pada control kualitas bukan pada

produk akhir, melainkan proses produksinya

atau produk yang masih ada dalam proses,

sehingga bila diketahui ada cacat atau kesalahan

masih dapat diperbaiki.

Peningkatan Kualitas (Quality Improvement)

Menurut Deming dalam Total Quality

Control selalu melakukan perbaikan kualitas

(quality improvement) dengan menjalankan

Plan–Do–Check–Action (PDAC). Untuk

melakukan perbaikan terus menerus dan

melakukan kontrol kualitas diperlukan alat

kontrol kualitas. Adapun alat kontrol kualitas

yang umum dikenal terdapat tujuh alat kontrol

kualitas yaitu (Mears, 1995):

- Grafik (Graphs

- Diagram Sebab-Akibat (Cause-and-effect)

- Diagram Batang (Histogram)

- Lembar Periksa (Check Sheets)

Page 5: 17468-18873-1-PB

JURNAL TEKNOLOGI DAN REKAYASA SIPIL “ TORSI “/ JULI 2007 / 47 Seminar Nasional Teknik Sipil III-2007

- Diagram Pareto ( Pareto Diagram)

- Bagan Kontrol (Control Chart)

- Diagram Sebar (Scatter Diagram).

Kepuasan dan Ketidakpuasan Pelanggan

Pelanggan adalah seseorang yang terkena

dampak produk. Sedangkan produk adalah

keluaran (output) dari proses.

Pada pelanggan RMC kepuasan diukur mulai

order sampai pengiriman RMC sesuai

kesepakatan pemesanan dari pelanggan terhadap

produsen. Bila diantara sistem itu baik mutu

produk ataupun layanan ada yang tidak sesuai

dengan kesepakatan atau spesifikasi pelanggan ke

produsen maka akan timbul reaksi sebaliknya

yaitu ketidakpuasan pelanggan.

Menurut Juran (Juran, 1995a) kepuasan dan

ketidakpuasan produk adalah tidak berlawanan,

artinya kepuasan produk bersumber pada

keistimewaan produk dan alasan kenapa

konsumen membeli produk tersebut. Sedang

ketidakpuasan produk bersumber pada ketidak-

sesuaian dan mengapa konsumen mengeluh atau

komplain.

Produk yang tidak sesuai atau cacat (NCP)

adalah kegagalan produk yang mengakibatkan

ketidakpuasan terhadap produk dan merupakan

sumber dari ketidakpuasan pelanggan, misalnya

ketidaksesuaian terhadap spesifikasi. Pada

gilirannya hal ini akan menimbulkan reaksi-reaksi

tertentu dari pelanggan misalnya komplain,

pengembalian, puplikasi buruk, tuntutan

pengadilan dan lainnya. NCP juga menyebabkan

pelanggan tidak akan membeli produk tersebut

dimasa yang akan datang.

Pairwise Comparison

Konsep perbandingan berpasangan (Pairwise

Comparison) adalah proses membandingkan

antara dua elemen atau kriteria, elemen mana

yang lebih penting atau berapa kali pentingnya

dibanding elemen lainnya. Hasil penilaian

disajikan dalam bentuk hubungan antar elemen

dalam bentuk matriks yang dinamakan matriks

pairwise comparison. Matriks Pairwise

Comparison juga digunakan dalam menganalisa

persoalan dengan metode Analytical Hierarchy

Process (AHP) sebagai teknik pengambilan

keputusan (decision making).

Agar diperoleh skala yang bermanfaat

ketika membandingkan dua elemen, seseorang

(aktor) yang akan memberikan jawaban perlu

mengerti elemen-elemen yang dibandingkan dan

relevansinya terhadap kriteria atau tujuan yang

dipelajari (Mulyono, 2000).

Penilaian tingkat kepentingan elemen-

elemen yang dibandingkan digunakan skala

kepentingan relatif. Pendapat Saaty (Saaty,

2001) skala yang direkomendasikan yaitu mulai

nilai 1, 3, 5, 7, dan 9 dimana nilai 1 berarti

”sama pentingnya dibanding elemen lainnya”

sampai nilai 9 “ektrim pentingnya dibanding

elemen lainnya”. Nilai 2, 4, 6 dan 8 adalah nilai

diantara dua penilaian yang berdekatan.

Pairwise comparison mengukur seluruh

konsistensi penilaian dengan menggunakan

Consistency Ratio (CR).

CR = CI / RI (1)

dimana RI: Random Consistency Index

Nilai RI tergantung dari ukuran matriks

padaTabel 1.

Suatu tingkat konsistensi memang

diperlukan dalam penentuan prioritas untuk

mendapatkan hasil yang sah. Nilai CR tidak

lebih 10%, bila tidak maka penilaian perlu

direvisi sampai didapat nilai CR < 0.1.

Page 6: 17468-18873-1-PB

JURNAL TEKNOLOGI DAN REKAYASA SIPIL “ TORSI “/ JULI 2007 / 48

Tabel 1. Nilai Random Consistency Index (RI) untuk ukuran matriks n ( Saaty, 1994) n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 RI 0 0 0.58 0.90 1.12 1.24 1.32 1.41 1.45 1.49

METODE PENELITIAN

Responden penelitian ditujukan pada para

manajer plant dari plant tetap (bukan on-site

plant) di suatu perusahaan RMC PT. JRM dimana

plantnya tersebar di wilayah Jawa Timur. Jumlah

plant tetap ada lima buah.

Jenis sampel termasuk kategori sampling

jenuh dan metode pengambilan sampel dengan

cara sensus karena jumlah sampel juga merupakan

jumlah semua populasi (Silalahi, 2003). Pada

penelitian ini jumlah batching plant yang lokasi

plantnya menetap ada 5 buah meliputi Surabaya,

Krian, Gempol, Malang dan Kediri. Masing-

masing plant dipimpin oleh seorang manajer.

Jumlah populasi yaitu 5 dan jumlah sampel

sama dengan jumlah populasi yaitu 5 responden

dari 5 plant tetap.

Untuk mendapatkan skala prioritas

faktor-faktor penyebab NCP dari suatu proses

produksi digunakan penilaian pairwise

comparison. Pengukuran variabel digunakan

skala kepentingan relatif yang ditunjukkan

dalam Tabel 2 (Saaty, 1994). Responden

menilai sesuai dengan pengalaman dan

pengetahuan yang dimiliki dan dialaminya.

Tabel 2. Skala Kepentingan Relatif (Saaty, 1994)

Intensitas kepentingan Keterangan Penjelasan

1 Kedua elemen sama pentingnya. Kedua elemen punya pengaruh yang

sama terhadap tujuan.

3

Elemen yang satu sedikit lebih penting (moderat) dari elemen yang lainnya.

Pengalaman dan penilaian sedikit unggul satu elemen dibanding dengan elemen lainnya.

5 Elemen yang satu kuat pentingnya daripada elemen yang lain.

Pengalaman dan penilaian kuat diunggulkan satu elemen dibanding dengan elemen lainnya

7 Satu elemen sangat kuat pentingnya daripada elemen yang lain.

Satu elemen berpengaruh sangat kuat dan terlihat dominan dalam praktek dibanding lainnya

9 Satu elemen ektrim penting daripada elemen yang lainnya.

Fakta yang mendukung satu elemen memiliki tingkat pengaruh tertinggi

Nilai 2,4,6,8 adalah nilai diantara dua penilaian yang berdekatan.

HASIL PENELITIAN

Faktor-faktor Penyebab NCP

Dari penelitian Naja (2001) yang dilakukan terhadap responden kontraktor dan owner (diwakili oleh konsultan) pelanggan RMC di Surabaya, terdapat enam belas faktor yang

menjadi keinginan atau kepuasan pelanggan dalam produk RMC yang menjadi tolok ukur kualitas mutu dan pelayanan, dimana faktor-faktor tersebut sebenarnya merupakan ketidakpuasan pelanggan dalam penerimaan produk RMC.

Page 7: 17468-18873-1-PB

JURNAL TEKNOLOGI DAN REKAYASA SIPIL “ TORSI “/ JULI 2007 / 49 Seminar Nasional Teknik Sipil III-2007

Hasil survey pendahuluan memperlihatkan bahwa hanya 14 jenis NCP saja yang secara fakta

menjadi komplain pelanggan RMC seperti terdapat pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3. Hasil Survey Pendahuluan : Tingkat Kepentingan dan Dampak

Kerugian Akibat NCP

No Jenis NCP (Komplain Pelanggan) Rata-rata Tingkat

Kepentingan (1)

Rata-rata Tingkat Dam-pak Kerugian

(2)

Bobot

(1)x(2)

1 Mutu beton (kuat tekan) beton tidak sesuai spesifikasi 3,43 3,57 12,24

2 Slump tidak sesuai spesifikasi 2,86 2,86 8,16 3 Setting time (mengeras terlalu cepat/lama) 2,29 2,71 6,20 4 Terjadi retak-retak setelah beton pengeras 1,71 2,14 3,67 5 Terjadi bleeding berlebihan 1,14 1,57 1,80 6 Terjadi segregasi (pemisahan mortar dan 1,29 1,57 2,02 7 Beton mudah mengelupas (Delamination) 0,71 1,86 1,33 8 Warna beton setelah mengeras 0,86 1,14 0,98 9 Volume beton kurang dari permintaan 2,57 3,14 8,08 10 Pengiriman beton terlambat 3,14 3,00 9,43 11 Harga tinggi 0,86 1,57 1,35 12 Prosedur/syarat pembelian sulit 1,14 1,14 1,31 13 Tindak lanjut/penanganan klaim lambat 0,71 1,57 1,12

14 Petugas pengiriman buruk 1,00 1,14 1,14

Sumber: Data diolah oleh peneliti

Keempat belas jenis NCP pada Tabel 3

terdapat 5 jenis NCP yang mempengaruhi 80%

bobot tingkat kepentingan dan dampak kerugian

finansial yaitu:

a. Kuat Tekan Beton Tidak Sesuai Spesifikasi

b. Pengiriman Beton Terlambat

c. Slump Tidak Sesuai Spesifikasi

d. Volume Beton Kurang Dari Permintaan

e. Setting Time terlalu cepat atau lama.

Identifikasi faktor-faktor penyebab utama dari

kelima jenis NCP adalah berdasarkan studi

7. Keahlian dan Kete-rampilan Teknisi Q/C

PENYEBAB UTAMA NCP

Setting Time Terlalu Cepat/Lama

1. Mutu Semen

2. Mutu/Dosis Chemical Admixture

5. Pengaruh Limbah

4. Pengaruh Cuaca Panas

3. Mutu/Dosis Mineral Admixture (Fly Ash etc.)

6. Kesalahan Penimbangan Oleh Operator Plant

Slump tdk Sesuai Spesifikasi

1. Peralatan Q/C Tdk Standar (Slump)

4.Pengaruh Cuaca Panas

2.Mutu/Dosis Chemical Admixture

6. Kesalahan Penimbangan Oleh Operator Plant

5. Estimasi Jarak Kirim dan Lalu-lintas

3.Akurasi Nilai/Sensor Moisture Content

Kuat

Kuat Tekan Beton Tdk Sesuai Spec.

1. Peralatan Q/C Tdk Standar (Cetakan)

4.Mutu/Dosis Mineral Admixture

2.Mutu Aggregate Halus Jelek

6.Kesalahan Penimbangan Oleh Operator Plant

5. Akurasi Alat Penimbangan B.Plant

3.Mutu Aggregate Kasar Jelek

7. Keahlian dan Keterampilan Teknisi Q/C

Volume Kurang dari Permintaan

3.Mutu Aggregate Kasar

1. Masalah Proporsi Campuran

5. Akurasi Nilai /Sensor Moistur Content

4. Akurasi Alat Penimbangan

2. Mutu Aggregate Halus

6. Kesalahan Penimbangan Oleh Operator Plant

Pengirim Beton Terlambat

3.Loader Rusak

1. Kerusakan Roll Konveyor

5. Estimasi Jarak Kirim dan Lalu-lintas

4. Sistem Komunikasi Plant dengan Site

2. Kerusakan Pintu Hopper

6. Petugas Penjadwalan dan Pemesanan Buruk

7. Pelayanan Sopir Truk Mixer Buruk

Gambar 2. Model Pairwise Comparison Faktor Penyebab NCP

Page 8: 17468-18873-1-PB

I Putu Artama & Abdul Holik

50 / JURNAL TEKNOLOGI DAN REKAYASA SIPIL “ TORSI “/ JULI 2007

literatur yang dilakukan oleh peneliti serta diskusi

sumbang-saran dengan manajer plant dan

kemudian dibuat model pairwise comparison

seperti ditunjukkan dalam Gambar 2.

Analisis Bobot Prioritas

Untuk memudahkan analisa matriks

pairwise comparis digunakan program expert

choice for windows versi 9.0. Hasil penilaian

prioritas untuk masing-masing faktor-faktor

penyebab dari kelima jenis NCP terhadap semua

plant yaitu plant Surabaya, plant Krian, plant

Gempol, plant Malang dan plant Kediri terlihat

dapat dijelaskan sebagai berikut.

Kuat Tekan tidak sesuai spesifikasi

Sebagai contoh analisa matriks pairwise

comparison untuk plant Surabaya sebagai berikut:

Tabel 4 Matriks Pairwise Comparison Faktor Kuat Tekan Tidak Sesuai Spesifikasi Untuk Plant Surabaya

Kuat tekan tdk. Sesuai spesifikasi

Alat Q/C

Mutu A.H.

Mutu A.K.

Mutu M.Ad.

Ak.Timbang

Op.Timbang

Teknisi Q/C

Bobot Prioritas

Alat Q/C 1 1/3 5 7 7 1/3 1/3 0,125 Mutu A.H. 3 1 7 9 7 3 1/3 0,258 Mutu A.K. 1/5 1/7 1 1 3 1/7 1/7 0,037 Mutu M.Ad. 1/7 1/9 1 1 1 1/7 1/7 0,028 Ak.timbang 1/7 1/7 1/3 1 1 1/5 1/7 0,027 Op.Timbang 3 1/3 7 7 5 1 1/3 0,176 Teknisi Q/C 3 3 7 7 7 3 1 0,349 Jumlah 10,486 5,063 28,333 33,000 31,000 7,819 2,429 Sumber: Data diolah peneliti λmax 7,650 C.I. 0,108 C.R. 0,080

Uji Konsistensi

Perhitungan uji konsistensi matriks

pairwise comparison dilakukan dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

- Jumlahkan tiap kolom matriks pairwise

comparison dan kemudian hasil

penjumlahan kolom pertama dikalikan

dengan komponen pertama dari hasil

normalisasi vektor prioritas (bobot),

penjumlahan kolom kedua dikalikan

komponen kedua dari vektor prioritas,

demikian seterusnya.

- Selanjutnya tambahkan seluruh hasil

perkalian dari langkah 1 tersebut sehingga

didapat nilai eigenvalue (λmax)

λmax = (10,486 x 0,125) + (5,063 x 0,258)+ +…….+ (2,429 x 0,349)

= 7,650

- Menghitung indeks konsistensi (CI)

λmax - n CI = (2)

n - 1 7,650- 7 CI = = 0,108

7 - 1

- Menghitung nilai rasio konsistensi (CR) CI CR = (3)

RI

Page 9: 17468-18873-1-PB

JURNAL TEKNOLOGI DAN REKAYASA SIPIL “ TORSI “/ JULI 2007 / 51 Seminar Nasional Teknik Sipil III-2007

Nilai Random Consistency Index (RI)

terdapat pada Tabel 1.

Untuk n = 7 nilai RI = 1,32

0,108 CR = = 0,8 < 0,1 OK !!

1,32

Dengan langkah perhitungan yang sama

didapat nilai prioritas untuk plant Krian, plant

Gempol, plant Malang dan plant Kediri.

Pada Tabel 5 memperlihatkan nilai prioritas

faktor penyebab untuk “kuat tekan tidak sesuai

spesifikasi” pada semua plant.

Tabel 5 Nilai Prioritas Faktor Penyebab Kuat Tekan Tidak Sesuai Spesifikasi

Penyebab Nilai Prioritas Rata-Rata Semua Plant Surabaya Krian Gempol Malang Kediri

Alat Q/C 0,125 0,030 0,214 0,069 0,081 0,104 Mutu A.H. 0,258 0,391 0,169 0,255 0,330 0,281 Mutu A.K. 0,037 0,030 0,041 0,074 0,077 0,052 Mutu MAd 0,028 0,145 0,080 0,122 0,037 0,082 Ak.timbang 0,027 0,043 0,033 0,058 0,067 0,046 Op.Timbang 0,176 0,209 0,162 0,156 0,116 0,164 Teknisi Q/C 0,349 0,152 0,301 0,265 0,291 0,272

Sumber: Data diolah peneliti

Total nilai prioritas untuk kelompok

faktor penyebab pada semua plant adalah 100%.

Pembahasan prioritas faktor-faktor penyebab

difokuskan pada 80% total nilai prioritas

kelompok faktor yang menyebabkan NCP pada

rata-rata semua plant sebagai berikut.

Faktor-faktor penyebab yang paling

berpengaruh terhadap terjadinya “Kuat tekan

beton tidak sesuai spesifikasi” adalah:

- Mutu aggregate halus, dengan nilai 28,1%

- Keahlian dan keterampilan teknisi Q/C,

dengan nilai 27,2%

- Kesalahan penimbangan oleh operator,

dengan nilai 16,4%

- Peralatan Q/C tidak standar, dengan nilai

10,4%

Dengan analisa yang sama dapat ditentukan

prioritas faktor-faktor penyebab untuk jenis

NCP lainnya.

Pengiriman beton terlambat

- Petugas penjadwalan dan pemesanan,

dengan nilai 26,5 %

- Estimasi jarak kirim dan lalu-lintas

(waktu pengiriman), nilai 26,0%

- Sistem komunikasi petugas produksi

dengan lapangan/proyek, dengan nilai

sebesar 20,2 %

Slump Tidak Sesuai Spesifikasi

- Estimasi jarak kirim dan lalu-lintas

(waktu pengiriman), 25,4%

- Pengaruh cuaca panas, nilai 20,2%

- Kesalahan penimbangan oleh operator,

dengan nilai 19,1%

- Mutu/dosis chemical admixture, dengan

nilai 16.4%

Volume Kurang Dari Permintaan

- Akurasi alat penimbangan plant, dengan

nilai 28,3%

- Kesalahan penimbangan oleh operator,

dengan nilai 27,1%

Page 10: 17468-18873-1-PB

I Putu Artama & Abdul Holik

52 / JURNAL TEKNOLOGI DAN REKAYASA SIPIL “ TORSI “/ JULI 2007

- Akurasi nilai moisture content aggregate,

dengan nilai 19,3%

Setting Time Terlalu Cepat atau lama

- Kesalahan penimbangan oleh operator,

dengan nilai 31,7%

- Pengaruh cuaca panas, nilai 22,6 %

- Mutu/dosis chemical admixture, dengan

nilai 20,9 %

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dan bahasan diatas

maka dapat disimpulkan bahwa secara umum

prioritas utama faktor-faktor penyebab dari

kelima NCP terhadap semua plant disebabkan

oleh faktor-faktor berikut:

- Peralatan quality control(Cetakan) tidak

standar

- Mutu aggregate halus jelek

- Masalah mutu dan dosis chemical

admixture

- Keterampilan dan keahlian teknisi quality

control

- Kesalahan penimbangan oleh operator

plant

- Petugas penjadwalan dan pengiriman buruk

- Akurasi alat penimbangan batch plant

- Sistem komunikasi plant dengan lapangan

- Akurasi nilai moisture content aggregate

- Estimasi jarak kirim dan masalah lalu-lintas

- Pengaruh cuaca panas

DAFTAR PUSTAKA

ACI Manual of Concrete Practice Part 1. (1996), “Materials and General Properties of Concrete”, American Concrete Institute, Detroit, Michigan.

ASTM Standards, Annual Book (2000), “Concrete and Aggregates” Vol.04.02, American Society for Testing and Materials, Philadelphia.

Ariani, D.W. (2002), “Manajemen Kualitas: Pendekatan Sisi Kualitas”, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.

Chang, R.Y. & Niedzwiecki (1999), “Alat Peningkatan Mutu”, Jilid II, Penerjemah: Erlinda M. Nusron, Cetakan I, Gramedia, Jakarta.

Crossby, P.B. (1979), “Quality is Free”, McGraw Hill, New York.

Deway, K. (1982), “Concrete Mix Design, Quality Control and Specification”, E & FN SPON, Victoria, Australia.

Ishikawa, K. (1994),”Introduction To Quality Control” Translated by J.H. Loftus, 3A Corporation, Japan.

Juran J.M. (1995a), “Merancang Mutu” Penerjemah: Bambang Hartono, PBP, Jakarta.

Juran J.M., Gryna F.M. (1995b), “Quality Planning and Analysis” 2nd Edition, New York.

Kerzner, H. (1986), “Project Management: A Systems Approach to Planning, Scheduling and Controlling”, 3rd ed. Van Nostrand Reinhold, New York.

Mears, P. (1995), “Quality Improvement Tools & Techniques”, 5th Edition, Prentice Hall, New Jersey.

Mulyono, S. (2000), “Peramalan Bisnis dan Ekonomitrika”, BPFE-Yoyakarta.

Naja,F.(2001),”Pengukuran kualitas berda-sarkan keinginan pelanggan pada perusahaan beton siap pakai”, Tesis, Universitas Kristen Petra, Surabaya.

Saaty, T. L. and Kearns (1994), “Analytical Planning: The Organization of System”, Volume IV, RWS Publications, Pittsburgh, USA.

Silalahi, G.A. (2003), “Metodologi Penelitian dan Studi Kasus”, Cetakan pertama, Citramedia, Sidoarjo.

Sugiharto, H. (1998), “Pola Kontrol Kualitas Pada Perusahaan Readymix di Surabaya”, Tesis, Universitas Kristen Petra, Surabaya.