168

13
  FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELEMAHAN PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DAERAH RUDI HARTONO AMIR MAHMUD NANIK SRI UTAMININGSIH Universitas Negeri Semarang Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh Pertumbuhan, Size, PAD dan Kompleksitas terhadap kelemahan pengendalian intern pemerintah daerah. Populasi dalam penelitian ini adalah Pemerintah Provinsi se-Indonesia yang terdiri dari 33 Provinsi Tahun 2011. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa Laporan Hasil Pemeriksaan BPK, Laporan Realisasi APBD Pemerintah Provinsi se-Indonesia tahun ,Pertumbuhan Ekonomi, Jumlah Penduduk dan Jumlah Kecamatan Pemerintah Provinsi se-Indonesia tahun 2011. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi linier berganda dengan koefisien determinasi, uji t dan uji F. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan dan size berpengaruh negatif terhadap kelemahan pengendalian intern, Kompleksitas berpengaruh signifikan terhadap kelemahan pengendalian intern. Sedangkan PAD tidak berpengaruh signifikan terhadap kelemahan pengendalian intern. Secara simultan variabel pertumbuhan, size, PAD dan kompleksitas berpengaruh signifikan terhadap kelemahan pengendalian intern. Bagi Pemerintah daerah diharapkan lebih memperhatikan kualitas pengendalian intern. Abstract The purpose of this study was to examine the influence of Growth, Size, PAD and Complexity of the local government internal control weaknesses. The population in this study is the Provincial Government in Indonesia which consists of 33 provinces in 2011. The secondary data used in this study is in the form of BPK Examination Report, Report of the Provincial Government budget realization in Indonesia year 2012, Economic Growth, Population and the Provincial Government of the District Total in Indonesia in 2011. The hypothesis was tested by using multiple linear regression coefficient of determination, t test and F test results showed that the growth and size negatively affect the local government internal control weaknesses; Complexity has a significant effect on the internal control weaknesses. Meanwhile, the PAD did not significantly influence the internal control weaknesses. Simultaneously, growth, size, and complexity of PAD variables significantly affect the internal control weaknesses. Local governments are expected to pay more attention to the quality of internal control. Keywords: Internal Control Weakness; Growth; Size; PAD and Complexity SNA 17 Mataram, Lombok Universitas Mataram 24-27 Sept 2014 1 File ini diunduh dari: www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Upload: irvan-doang

Post on 14-Aug-2015

61 views

Category:

Economy & Finance


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: 168

  

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELEMAHAN PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DAERAH

RUDI HARTONO AMIR MAHMUD

NANIK SRI UTAMININGSIH Universitas Negeri Semarang

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh Pertumbuhan, Size, PAD dan Kompleksitas terhadap kelemahan pengendalian intern pemerintah daerah. Populasi dalam penelitian ini adalah Pemerintah Provinsi se-Indonesia yang terdiri dari 33 Provinsi Tahun 2011. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa Laporan Hasil Pemeriksaan BPK, Laporan Realisasi APBD Pemerintah Provinsi se-Indonesia tahun ,Pertumbuhan Ekonomi, Jumlah Penduduk dan Jumlah Kecamatan Pemerintah Provinsi se-Indonesia tahun 2011. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi linier berganda dengan koefisien determinasi, uji t dan uji F. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan dan size berpengaruh negatif terhadap kelemahan pengendalian intern, Kompleksitas berpengaruh signifikan terhadap kelemahan pengendalian intern. Sedangkan PAD tidak berpengaruh signifikan terhadap kelemahan pengendalian intern. Secara simultan variabel pertumbuhan, size, PAD dan kompleksitas berpengaruh signifikan terhadap kelemahan pengendalian intern. Bagi Pemerintah daerah diharapkan lebih memperhatikan kualitas pengendalian intern.

Abstract The purpose of this study was to examine the influence of Growth, Size, PAD and Complexity of the local government internal control weaknesses. The population in this study is the Provincial Government in Indonesia which consists of 33 provinces in 2011. The secondary data used in this study is in the form of BPK Examination Report, Report of the Provincial Government budget realization in Indonesia year 2012, Economic Growth, Population and the Provincial Government of the District Total in Indonesia in 2011. The hypothesis was tested by using multiple linear regression coefficient of determination, t test and F test results showed that the growth and size negatively affect the local government internal control weaknesses; Complexity has a significant effect on the internal control weaknesses. Meanwhile, the PAD did not significantly influence the internal control weaknesses. Simultaneously, growth, size, and complexity of PAD variables significantly affect the internal control weaknesses. Local governments are expected to pay more attention to the quality of internal control. Keywords: Internal Control Weakness; Growth; Size; PAD and

Complexity

SNA 17 Mataram, Lombok

Universitas Mataram

24-27 Sept 2014

1 File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 2: 168

  

PENDAHULUAN

Diterbitkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintah

daerah yang diperbarui dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 menuntut

adanya perubahan setiap kebijakan dalam setiap pemerintah daerah. Perubahan tersebut

diantaranya pada sistem pemerintahan. Pemerintahan yang dulunya terpusat atau

sentralisasi sekarang menjadi desentralisasi.

Adanya otonomi daerah di Indonesia menjadikan perlunya pengawasan atau

pengendalian dalam menjalankan otonomi daerah agar tidak terjadi kecurangan (fraud).

Kecurangan (fraud) yang terjadi dalam sebuah organisasi baik organisasi sektor publik

maupun sektor swasta biasanya disebabkan oleh lemahnya pengendalian intern.

Berdasarkan KPMG Fraud Survey 2006 yang dilakukan di Carolina Amerika Serikat

dalam Petrovits (2010) ditemukan bahwa lemahnya pengendalian intern menjadi faktor

utama penyebab terjadinya kecurangan yaitu sebesar 33% dari total kasus kecurangan

yang terjadi. Faktor kedua adalah diabaikannya sistem pengendalian intern yang telah

ada sebesar 24%. Berdasarkan dua faktor tersebut terlihat bahwa keberadaan dan

pelaksanaan pengendalian intern sangatlah penting (Martani dan Zaelani, 2011).

Menurut hasil temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas Laporan Keuangan

Pemerintah Daerah (LKPD) pada tahun 2010 terhadap 516 LKPD, terdapat 5.193 kasus

kelemahan SPI. Sedangkan pada tahun 2011 Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

menemukan jumlah kelemahan SPI 5.675 kasus terhadap 520 Laporan Keuangan

Pemerintah Daerah (LKPD). Meningkatnya jumlah temuan kasus yang terkait

kelemahan pengendalian intern tentu tidak sejalan dengan tekat pemerintah yang ingin

mewujudkan suatu pemerintahan yang bersih dan akuntabel.

Agency Theory menyatakan bahwa konflik antara principal dan agent disebabkan

adanya perbedaan informasi antara principal dan agent. Keadaan asimetri informasi

terjadi ketika adanya distribusi informasi yang tidak sama antara principal dan agent

(Fama dan Jensen, 1983), sehingga agent atau Pemerintah Daerah melakukan

kecurangan (fraud) dalam pelaporan keuangan Pemerintah Daerah. Untuk mengurangi

terjadinya kecurangan maka perlu dilaksanakan pengendalian intern Pemerintah Daerah

yang baik.

Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang faktor determinan

pengendalian intern banyak dilakukan di sektor swasta dan organisasi nirlaba. Penelitian

tersebut yaitu Ge dan McVay (2005), Doyle, Ge, dan McVay (2007), Ashbaugh-Skife,

Collins, dan Kinney (2007), dan Petrovits, Shakespeare, dan Shih (2010). Selain itu, di

SNA 17 Mataram, Lombok

Universitas Mataram

24-27 Sept 2014

2 File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 3: 168

  

Indonesia ada beberapa peneliti yang meneliti faktor penentu kelemahan pengendalian

intern pada pemerintah daerah. Penelitian tersebut adalah Kristanto (2009), Martani dan

Zaelani (2011), Putro (2013) dan Puspitasari (2013).

Salah satu faktor yang mempengaruhi kelemahan pengendalian intern adalah

pertumbuhan. Fakta ini dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan Doyle et. al

(2007) yang menyebutkan bahwa adanya personil baru, proses, dan teknologi biasanya

dibutuhkan untuk menyeimbangkan pengendalian intern dengan pertumbuhan entitas

usaha tersebut. Martani dan Zaelani (2011) dan Putro (2013) menemukan bahwa

pertumbuhan dari pemerintah daerah berpengaruh positif terhadap kelemahan

pengendalian intern.

Size (ukuran) suatu entitas juga mempengaruhi kelemahan pengendalian intern.

Penelitian Doyle et el. (2007) menemukan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara

ukuran perusahaan dengan kelemahan pengendalian internal perusahaan. Martani dan

Zaelani (2011) menemukan bahwa ukuran berpengaruh negatif terhadap kelemahan

pengendalian intern sedangkan Nirmala (2012) dan Putro (2013) tidak menemukan

pengaruh antara ukuran terhadap kelemahan pengendalian intern.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) juga mempengaruhi kelemahan pengendalian

intern pemerintah daerah. Argumen ini didasarkan atas penelitan yang dilakukan

sebelumnya oleh Petrovits, Shakespeare, dan Shih (2010) menemukan sumber

pendapatan membuat masalah pengendalian internal meningkat. Sedangkan Puspitasari

(2013) tidak menemukan pengaruh PAD terhadap kelemahan pengendalian intern.

Kompleksitas juga menjadi penentu terjadinya kelemahan pengendalian intern.

Gy dan My Vac (2005) menemukan bahwa perusahaan dengan kompleksitas transaksi

memiliki kelemahan pengendalian intern tinggi. Puspitasari (2013) menemukan

pengaruh positif kompleksitas daerah (jumlah SKPD) terhadap kelemahan

pengendalian intern pemerintah daerah. Sedangkan Martani dan Zaelani (2011) tidak

menemukan adanya pengaruh jumlah kecamatan terhadap kelemahan pengendalian

intern.

Beberapa peneliti terdahulu telah meneliti mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi kelemahan pengendalian intern. Atas dasar tidak konsistennya hasil

temuan beberapa peneliti sebelumnya, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian kembali mengenai Pengaruh Pertumbuhan, Size, PAD dan Kompleksitas

terhadap Kelemahan Pengendalian Intern.

SNA 17 Mataram, Lombok

Universitas Mataram

24-27 Sept 2014

3 File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 4: 168

  

RERANGKA TEORETIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Kelemahan pengendalian intern merupakan kelemahan yang signifikan yang

hasilnya jauh dari kondisi salah saji material pada laporan keuangan tahunan yang tidak

dapat dicegah atau dideteksi (PCAOB : 2004). Adanya indikator untuk mengetahui

tingkat kasus kelemahan pengendalian intern menjadikan Pemerintah Daerah untuk

lebih memperhatikan kualitas pengendalian internalnya.

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tujuan penting yang ingin dicapai

pemerintah daerah. Besar kecilnya pertumbuhan ekonomi dapat mengindikasikan

keberhasilan pemerintah daerah dalam mengatur dan menjalankan kegiatan ekonominya

dengan baik. Meningkatnya tingkat aktivitas ekonomi yang disebabkan oleh

pertumbuhan ekonomi diduga akan meningkatkan jumlah kecurangan di Pemerintah

Daerah. Seperti yang diungkap Doyle, GE dan Mc Vay (2007) dan Ashbaugh-Skife,

Collins dan Kinney (2007), Martani dan Zaelani (2011), Putro (2013) yang menemukan

bahwa pertumbuhan perusahaan memiliki hubungan positif dengan kelemahan

pengendalian intern.

Size (ukuran) Pemerintah Daerah dapat menunjukkan besar kecilnya keadaan

Pemerintah Daerah. Banyaknya jumlah penduduk di suatu daerah dapat mencerminkan

pengalokasian anggaran dari Pemerintah Pusat untuk setiap daerah dalam rangka

memenuhi kebutuhan daerahnya masing-masing. Pemerintah Daerah yang memiliki

jumlah penduduk banyak dituntut untuk melakukan pengendalian intern yang baik

sebagai pertanggungjawaban kepada publik. Martini dan Zaelani (2011), Ge dan Mc

Vay (2005) dan Doyle, Ge (2007) yang menemukan adanya hubungan yang negatif

antara ukuran perusahaan terhadap kelemahan pengendalian internal.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan penerimaan bagi daerah dalam

rangka melaksanakan otonomi daerah. Pemungutannya berdasarkan peraturan dan

Undang-Undang yang berlaku. Besar kecilnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) dapat

menggambarkan daerah yang sudah bisa mengolah potensi dari daerahnya masing-

masing. Pemerintah daerah yang memiliki jumlah PAD yang tinggi juga akan

meningkatkan risiko kecurangan, dibutuhkan pengendalia itern yang baik untuk

mengantisipasi terjadinya kecurangan. Martini dan Zaelani (2011) menemukan

pendapatan asli daerah berpengaruh positif terhadap kelemahan pengendalian internal,

sedangkan Putro (2013) menemukan adanya pengaruh negatif antara PAD dengan

kelemahan pengendalian intern. Kristanto dan Puspitasari (2013) menemukan tidak ada

pengaruh PAD terhadap kelemahan pengendalian intern.

SNA 17 Mataram, Lombok

Universitas Mataram

24-27 Sept 2014

4 File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 5: 168

  

Kompleksitas merupakan tingkatan yang ada dalam sebuah organisasi,

diantaranya tingkat spesialisasi atau tingkat pembagian kerja, jumlah tingkatan di dalam

hirarki organisasi serta tingkat sejauh mana unit-unit organisasi bersebar secara

geografis untuk mencapai tujuannya. Semakin kompleks suatu daerah akan semakin

sulit mengimplementasikan tujuannya. Dalam hal ini, tujuannya adalah untuk

mengimplementasikan pengendalian intern.

Pengaruh masing-masing variabel terhadap kelemahan pengendalian intern juga

sudah diteliti oleh peneliti sebelumnya. Putro (2013) dan Puspitasari (2013) menemukan

pertumbuhan, PAD dan kompleksitas berpengaruh terhadap kelemahan pengendalian

intern Pemerintah Daerah. Atas dasar penjelasan di atas, hipotesis penelitian dapat

dirumuskan sebagai berikut :

Ha1 : Pertumbuhan, Size, PAD dan Kompleksitas Berpengaruh terhadap Kelemahan

Pengendalian Intern.

Ha2 : Pertumbuhan Berpengaruh Positif terhadap Kelemahan Pengendalian Intern

Ha3 : Size Berpengaruh Positif terhadap Kelemahan Pengendalian Intern.

Ha4 : PAD Berpengaruh Positif terhadap Kelemahan Pengendalian Intern.

Ha5 : Kompleksitas Berpengaruh terhadap Kelemahan Pengendalian Intern.

Secara diagram, hubungan antar variabel tersebut bisa digambarkan sebagai

berikut:

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Teoritis

METODE RISET

Populasi dan Sampel

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif.

Penelitian ini adalah penelitian survey. Populasi dalam penelitian ini adalah laporan

realisasi anggaran seluruh Provinsi yang ada di Indonesia, laporan PDRB, jumlah

kecamatan, jumlah penduduk dan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) BPK terhadap

Pertumbuhan

Size (Ukuran)

Pendapatan Asli Daerah

Kompleksitas Daerah

Kelemahan Pengendalian Intern

SNA 17 Mataram, Lombok

Universitas Mataram

24-27 Sept 2014

5 File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 6: 168

  

pemerintah daerah tahun 2011. Metode analisis yang digunakan adalah regresi berganda

dengan menggunakan SPSS V.21.

Definisi dan Pembatasan Variabel Penelitian

Variabel Dependen

Kelemahan Pengendalian Intern

Pengendalian intern merupakan suatu proses yang dipengaruhi board of directors,

manajemen dan pegawai lainnya, yang dirancang untuk memberikan keyaki nan yang

layak dapat dicapainya tujuan- tujuan organisasi (American Institute of Certified Public

Accountants (AICPA), 2005). Berdasarkan standar audit yang dikeluarkan oleh BPK,

kelemahan pengendalian intern pada tiap pemerintah daerah dapat dilihat dari

temuan/kasus yang terjadi terkait pengendalian intern yang diterbitkan oleh BPK.

Variabel Independen

Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan GDP/GNP tanpa memandang

apakah kenaikan itu besar atau lebih keci ldari tingkat penduduk atau apakah perubahan

struktur ekonomi yang terjadi atau tidak. Pengukuran pertumbuhan ekonomi dalam

penelitian ini menggunakan rumus perhitungan sebagai berikut:

PertumbuhanEkonomi

x100%

Size

Size pemerintah suatu daerah dapat menggambarkan besar kecilnya skala

pemerintah daerah tersebut. Size pemerintah daerah bisa diukur melalui jumlah

penduduk yang dimiliki oleh pemerintah daerah tersebut.

Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang

dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Sumber PAD terdiri dari: pajak daerah, retribusi, hasil pengelolaan kekayaan daerah

yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah.

Kompleksitas

Kompleksitas daerah adalah tingkatan deferensiasi yang ada di pemerintah daerah

yang menyebabkan konflik atau masalah dalam rangka pencapaian tujuan.

Kompleksitas daerah bisa diukur dengan jumlah kecamatan yang ada disuatu daerah.

SNA 17 Mataram, Lombok

Universitas Mataram

24-27 Sept 2014

6 File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 7: 168

  

Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah analisis

statistik deskriptif, uji asumsi klasik dan regresi berganda. Statistik deskriptif digunakan

untuk mengetahui nilai maksimum, minimum, rata-rata, dan standar deviasi dari

masing-masing variabel.Uji asumsi klasik terdiri dari uji normalitas, uji

multikolinearitas, dan uji heteroskedastisitas.Asumsi klasik digunakan untuk

mengetahui apakah data yang digunakan dalam penelitian terdapat masalah asumsi

klasik seperti diatas atau tidak. Analisis regresi digunakan untuk menguji hubungan

variabel independen terhadap variabel dependen.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif dalam penelitian ini tergambar dalam tebal 1 berikut ini :

Tabel 1

Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

SPI 33 56 379 171,97 92,771

Pertumbuhan 33 -5,32 27,08 6,6455 4,69370

Size 33 789013 43286775 7354266,45 10383682,658

PAD 33 80678 16022581 1805976,30 3081638,467

Kompleksitas 33 44 664 211,94 164,921

Sumber: Data sekunder yang diolah, 2014

Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dengan jumlah sampel 33 unit, dapat

diperoleh hasil untuk nilai kelemahan SPI tertinggi sebesar 379 kasus, Pertumbuhan

tertinggi sebesar 27,08 %, Size tertinggi yang diproksikan umlah penduduk sebesar

43.286.775 juta, PAD tertinggi sebesar Rp 16 Triliun, dan kompleksitas tertinggi

sebesar 664. nilai kelemahan SPI terendah sebesar 56 kasus, Pertumbuhan terendah

sebesar -5,32 %, Size terendah sebesar 789.013 juta, PAD terendah sebesar Rp 80,678

Juta, dan kompleksitas terendah sebesar 44.

Nilai rata-rata dari variabel kelemahan SPI sebesar 172 kasus dengan nilai standar

deviasi 92,771. Nilai rata-rata dari variabel pertumbuhan sebesar 6,65 % dengan standar

deviasi 4,69 %. Nilai rata-rata dari variabel size yang diproksikan dengan jumlah

SNA 17 Mataram, Lombok

Universitas Mataram

24-27 Sept 2014

7 File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 8: 168

  

penduduk sebesar 7.354.266 dengan standar deviasi 10.383.682. Nilai rata-rata PAD

sebesar Rp 1,8 Triliun dengan standar deviasi sebesar Rp 3,08 Triliun. Nilai rata-rata

kompleksitas sebesar 212 dengan standar deviasi sebesar 165.

Sebelum melakukan pengujian hipotesis perlu dilakukan uji prasyarat analisis.

Pada uji normalitas nilai Kolmogorov-Smirnov (K-S) sebesar 0,977 dan tidak signifikan

pada 0,05 maka dapat dikatakan bahwa uji normalitas terpenuhi. Uji Multikolinieritas

menunjukan tidak ada satupun variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari

10 (Pertumbuhan (1,449), Size (6,481), PAD (1,800), dan Kompleksitas (5,197)). Jadi

dapat dikatakan bahwa tidak terjadi multikolinearitas antar variabel independen dalam

model regresi. Uji heterokedastisitas menunjukkan model regresi yang digunakan dalam

penelitian ini tidak terjadi heteroskedastisitas, dimana tingkat signifikansi untuk semua

variabel independen di atas 0,05 atau 5% (Pertumbuhan (0,873), Size (0,232), PAD

(0,085) dan Kompleksitas (0,513)). Pada analisis regresi berganda diperoleh persamaan

SPI= 131,189-11,772(X1)-6,495 (X2)+2,262(X3)+0,768(X4) + e. Pada pengujian

hipotesis dilakukan uji F dan uji t. Hasil uji simultan bisa dilihat dalam tabel 2 berikut

ini :

Tabel 2

Uji Simultan

Model df Mean Square F Sig

1 Regression 4 46049,671 14.137 .000

Residual 28 3257,439

Total 32

Sumber: Data sekunder yang diolah, 2014

Tabel 2 menunjukkan besarnya nilai F hitung adalah 14.137 dinyatakan dengan

tanda positif maka arah hubunganya adalah positif. Nilai secara statistik menunjukkan

hasil yang signifikan pada a = 0,05, yaitu sebesar 0,000 artinya nilai signifikansi 0,000

< 0,05. Ini menunjukan bahwa secara simultan (bersama-sama) variabel independen

memiliki pengaruh signifikan positif terhadap variabel dependen artinya variabel

independen yaitu Pertumbuhan, Size, PAD dan Kompleksitas secara bersama-sama

(simultan) berpengaruh positif terhadap Kelemahan Pengendalin Intern, sehingga H1

dalam penelitian ini diterima.

SNA 17 Mataram, Lombok

Universitas Mataram

24-27 Sept 2014

8 File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 9: 168

  

Hasil ini juga mengindikasikan bahwa jika terjadi kenaikan pertumbuhan

ekonomi, jumlah penduduk, PAD dan jumlah kecamatan dapat meningkatkan terjadinya

kasus kelemahan pengendalian intern pemerintah daerah. Hasil ini juga sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Martani dan Zaelani (2011), Puspitasari (2013) yang

menemukan pengaruh secara bersama-sama antara variabel Pertumbuhan, Size, PAD

dan Kompleksitas terhadap Kelemahan Pengendalian Intern. Sedangkan pada uji t

dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini :

Tabel 3

Uji Parsial

Berdasarkan hasil pada tabel 3 hipotesis kedua ditolak karena koefisien variabel

pertumbuhan menunjukkan tanda negatif dan tidak sesuai dengan hipotesis awal yang

positif. Kesimpulannya jika terjadi kenaikan pertumbuhan ekonomi pada pemerintah

daerah akan mengurangi jumlah kasus terhadap kelemahan pengendalian intern. Hasil

penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Martani

dan Zaelani (2011) dan Putro (2013). Hasil ini juga mengindikasikan bahwa pemerintah

daerah sudah bisa mengatur atau memanajemen pemerintah daerahnya agar mengurangi

terjadinya masalah pengendalian intern. Selain itu, pemerintah daerah juga memperbaiki

kualitas pengendalian internnya.

Hipotesis ketiga dalam penelitian ini ditolak karena koefisien variabel size

Variabel Size menunjukkan tanda negatif dan tidak sesuai dengan hipotesis awal yang

positif. Hasil ini mengindikasikan bahwa daerah yang memiliki size yang diproksikan

dengan jumlah penduduk yang banyak akan mengurangi terjadinya kasus kelemahan

pengendalian intern. Hal ini dikarenakan pemerintah daerah yang memiliki jumlah

penduduk banyak akan lebih dapat tekanan dalam melakukan pelaporan keuangan

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig Ket.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 131,189 20,659 6,350 ,000

Pertumbuhan -11,772 2,588 -,596 -4,549 ,000 Ditolak

Size -6,495E-006 ,000 -,727 -2,626 ,014 Ditolak

PAD 2,262E-006 ,000 ,075 ,515 ,611 Ditolak

Kompleksitas ,768 ,139 1,365 5,504 ,000 Diterima

Sumber : Data sekunder yang diolah, 2014

SNA 17 Mataram, Lombok

Universitas Mataram

24-27 Sept 2014

9 File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 10: 168

  

sehinggga akan mengurangi terjadinya kelemahan pengendalian intern. Hasil ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Ge dan McVay (2005), Doyle Ge dan McVay

(2007) dan Petrovits, Shakespeare, dan Shih (2010).

Hipotesis keempat dalam penelitian ini ditolak karena nilai t hitung lebih besar

dari nilai t tabel. Hasil ini mengindikasikan bahwa kenaikan atau penurunan PAD tidak

akan mempengaruhi terjadinya kasus kelemahan pengendalian intern. Hasi ini juga

sejalan dengan penelitian yang dilakukan Hasmawati dan Raharja (2012) dan

Puspitasari (2013). Kristanto (2009) menyatakan bahwa yang menyebabkan tidak

adanya pengaruh PAD terhadap kelemahan pengendalian intern karena sejak makin

maraknya penangkapan pejabat daerah akibat kasus korupsi terhadap dana Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), membuat PAD sebagai salah satu objek

korupsi mendapat perhatian khusus (pengawasan) dalam peruntukkanya dengan tujuan

agar PEMDA efektif dalam melakukan kebijakan untuk kepentingan rakyat.

Hipotesis kelima penelitian ini diterima karena nilai t hitung < t tabel. Dari hasil

ini dapat disimpulkan terjadi pengaruh yang signifikan terhadap kelemahan

pengendalian intern pemerintah daerah. Hasil ini mengindikasikan bahwa daerah yang

memiliki jumlah kompleksitas lebih tinggi memiliki jumlah kasus kelemahan

pengendalian intern. Jumlah kecamatan yang banyak pada setiap daerah akan sulit

dalam mengimplementasikan pengendalian intern. Hasil ini penelitian ini juga sejalan

dengan Puspitasari (2013).

Koefisien Determinasi

Tabel 4 Koefisien Determinasi

Model R R

Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

1 ,818a ,669 ,622 57,074

Sumber: Data sekunder yang diolah, 2014

Tabel 4 menunjukkan besarnya nilai adjusted R2 0,622 yang berarti 62,2%

variabel Kelemahan Pengendalian Intern dapat dijelaskan oleh variabel pertumbuhan,

size, PAD dan kompleksitas.Sedangkan sisanya 37,8 % dijelaskan oleh variabel lainnya

di luar model regresi.

SNA 17 Mataram, Lombok

Universitas Mataram

24-27 Sept 2014

10 File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 11: 168

  

SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

SIMPULAN

Simpulan dalam penelitian ini menunjukan variabel pertumbuhan, size, PAD dan

kompleksitas secara simultan berpengaruh terhadap kelemahan pengendalian intern.

Pertumbuhan dan size memiliki pengaruh negatif terhadap kelemahan pengendalian

intern. PAD tidak memiliki pengaruh terhadap kelemahan pengendalian intern.

Sedangkan kompleksitas berpengaruh positif terhadap kelemahan pengendalian intern.

Penelitian ini hanya menggunakan data sekunder yang tidak dapat

digeneralisasikan dalam pengambilan keputusan terkait pengendalian intern. Penelitian

selanjutnya disarankan agar bisa menggunakan data primer agar bisa tahu keadaan

pengendalian intern pemerintah daerah yang sebenarnya.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan diatas, maka saran dalam penelitian ini

adalah:

1. Melihat adanya tingkat pertumbuhan ekonomi Pemerintah Daerah dan size yang

memiliki pengaruh negatif terhadap kelemahan pengendalian intern. Maka dapat

diimplikasikan bahwa pemerintah daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan

ekonomi dan size yang tinggi memiliki kelemahan pengendalian yang rendah.

Pemerintah daerah diharapkan bisa mempertahankan atau meningkatkan kualitas

pengendalian intern agar bisa mengurangi terjadinya kelemahan pengendalian intern.

2. Kompleksitas memiliki pengaruh positif terhadap kelemahan pengendalian intern.

Hal ini berarti pemerintah daerah yang memiliki jumlah kecamatan yang banyak

akan meningkatkan terjadinya kasus terkait kelemahan pengendalian intern.

Pemerintah daerah yang memiliki jumlah kecamatan yang banyak diharapkan

mampu meningkatkan kualitas pengendalian intern agar bisa mengurangi terjadinya

kasus kelemahan pengendalian intern.

3. Penelitian selanjutnya diharapakan menambahkan beberapa variabel lain sebagai

faktor yang dapat mempengaruhi keberadaan pengendalian intern pemerintah daerah,

seperti jumlah aset pemerintah daerah, dan belanja daerah.

4. Penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan data primer, seperti kuesioner

ataupun interview ke kantor pemerintah atau institusi pemerintah lain untuk

mengetahui informasi lebih lengkap mengenai keberadaan pengendalian intern pada

pemerintah daerah.

SNA 17 Mataram, Lombok

Universitas Mataram

24-27 Sept 2014

11 File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 12: 168

  

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah dan Halim. (2004). Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Pemerintah Daerah :Studi Kasus Kabupaten/ Kota di Jawa dan Bali, Proceeding Simposium NasionalAkuntansi VI, 16-17 Oktober 2003, Surabaya.

Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia.Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester I dan II tahun 2012http://www.bpk.go.id diakses pada Desember 2013.

Badan Pusat Statistik. Pengertian dan Indikator Produk Domestik Regional Bruto.http://ww.bps.go.id diakses pada November 2013

Christine, Shakespeare, Chaterine dan Shih. (2010). The Causes and Consequences of Internal Control Problems in Nonprofit Organizations. Accounting Review, Jan2010, Vol. 86 Issue 1, p325-357.

Committee of Sponsoring Organizations (COSO) of The Treadway Commission. http://www.coso.org Diakses pada 13 Desember 2013

Data Jumlah Penduduk Provinsi 2011.http://www.bps.go.id. 9 November 2013

Data PDRB Provinsi di Indonesia Tahun 2011.http://www.bps.go.id diakses pada November 2013

Data Wilayah Ditjen PUM. http://www.depdagri.go.id 12 Desember 2013

Doyle, J., Ge, Weili, McVay, S. 2007. Determinant of Weaknesses in Internal Control Over Financial Reporting. Journal of Accounting End Economics, 44, 193-223.

Fama dan Jensen. (1983). The separation of ownershhip and control. Journal of law and economics, 26, pp.

Ge, W., McVay, S. 2005. The Disclosure of Material Weaknesses in Internal Control After the Sarbanes-Oxley Act. Accounting Horizon, 19 (3), 137-158.

Gozali, Imam. 2011. Analisis Multivariate Program IBM SPSS 19. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Hasmawati dan Raharja. (2012). Pengaruh Ukuran Koperasi dan Jenis Koperasi terhadap Kualitas Sistem Pengendalian Intern (Studi Kasus pada Koperasi diSemarang). Diponegoro Journal Of accounting. Vol. 1, No. 1.

Jensen, Michael C. and William H. Meckling. 1976. “Theory of The Firm : Managerial Behaviour, Agency Costs, and Ownership Structure”. Journal of Financial Economics(JFE),Vol 3, No. 4, 1 July 1976.

Keputusan Menteri BUMN Nomor Kep-117/M-MBU/2002 Tentang Good Governance

KPMG. (2006). International Survey of Corporate Responsibility Reporting. Forensic: Fraud Survey. Swiss.

SNA 17 Mataram, Lombok

Universitas Mataram

24-27 Sept 2014

12 File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 13: 168

  

Kristanto, Septian Bayu (2009). Pengaruh Ukuran Pemerintah Daerah, Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Modal sebagai Prediktor Kelemahan Pengendalian Intern. Jurnal Akuntansi UKRIDA, Volume 9, No.1

Manik, Tumpal (2013). Analisis Pengaruh Kemakmuran, Ukuran Pemerintah Daerah, Infasi, Intergovermental Revenue dan Kemiskinan terhadap Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi. FE Universitas Maritim Raja Ali Haji.

Martani dan Zaelani (2011). Pengaruh Ukuran, Pertumbuhan, dan Kompleksitas terhadap Pengendalian Intern Pemerintah Daerah Studi Kasus di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi XIV Aceh 2011.

Nirmala, Swastia. 2012. Analisi Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Laju Pertumbuhan dan Kompleksitas Transaksi Terhadap Kelemahan Pengendalian Internal. Skripsi Sarjana. FEB UNDIP. Semarang

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 Tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah

Petrovits, Christine , Shakespeare, Chaterine, dan Shih, Aimee. (2010). The Causes and Consequences of Internal Control Problems in Nonprofit Organizations

Puspitasari, Titus. 2013. Pengaruh Tingkat Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Kompleksitas Daerah (SKPD) terhadap Kelemahan Pengendalian Intern Pemerintah Daerah. Skripsi Sarjana. FEB Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintah Daerah

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah

Utama, Prima Wardoyo Putro. 2013. Pengaruh PDRB, Ukuran dan Pendapatan Asli Daerah dengan Pendapatan Asli Daerah sebagai Variabel Intervening. Skripsi Sarjana. FE UNNES. Semarang

 

SNA 17 Mataram, Lombok

Universitas Mataram

24-27 Sept 2014

13 File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id