167204210 manajemen luka bakar
TRANSCRIPT
-
Manajemen Luka Bakar
Dina Dewi S L I
-
Struktur kulit
Areolar & adiposa
tissue
Dense, fibrous,
connective tissue, blood
vessel, nerve
Basement glue like
layer
Epidermis
Dermal-Epidermal Junction-
connective
Dermis
Hipodermis
Epithelial: stratified-
squamouse
-
Definisi
Suatu bentuk kerusakan atau kehilangan
jaringan yang disebabkan kontak dengan
sumber panas seperti kobaran api di tubuh
(flame), jilatan api ke tubuh (flash), terkena
air panas (scald), tersentuh benda panas
(kontak panas), akibat sengatan listrik,
akibat bahan-bahan kimia, sengatan
matahari (sunburn) (Moenadjat, 2003).
-
Klasifikasi
-
Derajat I Derajat II
Derajat III
-
Makna Klinis
Derajat
kedalaman Klinis Rasa nyeri
Derajat I Hyperemis Hyper estesia
Derajat IIa Bulla, merah Hyper estesia
Derajat IIb Bulla, pucat Hypo estesia
Derajat III Hitam, kering An estesia
-
Penyebab
Api.
Air panas.
Riset membuktikan bahwa anak usia kurang dari 3 tahun mempunyai resiko cidera air panas 15 %, sedangkan pada lansia 45 % (Chapman dan Hall, 1991)
Bahan kimia (yang bersifat asam dan basa kuat). Biasanya terjadi di lingkungan industri (Chapman dan Hall, 1991)
Listrik dan petir.
Radiasi.
Suhu sangat rendah.
-
Pengkajian Luka Bakar
ABCDE
Luas Luka Bakar
Head to Toe
-
SIRS & MODS/ MOF
-
SIRS (Systemic Inflamatory Respone Syndrome)
Suatu respon klinik yang bersifat sistemik, sebagai dampak dari pelepasan mediator inflamasi yang mulanya bersifat fisiologik namun oleh karena adanya pengaruh beberapa faktor respon ini berubah secara berlebihan dan menyebabkan kerusakan organ sistemik
Gejala SIRS:
1. Hipertermia (>38oC), hipotermi ( 90 x/mnt)
3. Takipnu (> 20 x/mnt) atau tekanan parsial CO2 rendah (PaCO2 12.000 sel/mm3), lekopeni ( 10% netrofil dalam bentuk imatur
-
Gejala Kegagalan Sirkulasi
Gejala kegagalan sirkulasi otak:
disorientasi, gelisah, penurunan kesadaran
Gejala akibat konstriksi pembuluh perifer: suhu turun, produksi urine turun, gangguan pencernaan
Kompensasi: peningkatan aktivitas pernapasan (cepat & dangkal), peningkatan aktivitas jantung (palpitasi & takikardi)
-
Tahap SIRS s/d MOD/MOF
-
Respon Organ (1) Respon sistemik
Ketidakstabilan hemodinamik akibat hilangnya integritas kapiler dan terjadinya perpindahan cairan, natrium serta protein dari intravaskuler ke interstisiil
Respon Cardiovaskuler
Berkurangnya volume intravaskuler dan berlanjutnya kehilangan cairan curah jantung menurun dan penurunan tekanan darah. Sistem saraf simpatis akan melepaskan katekolamin peningkatan resistensi perifer (vasokonstriksi) dan peningkatan HR
-
Respon pulmoner
Konsumsi oksigen oleh jaringan tubuh akan meningkat 2 x lipat akibat keadaan hipermetabolik dan respon lokal.
Abnormalitas paru tidak nampak segera, kecuali penderita dengan cidera inhalasi obstruksi jalan nafas dapat terjadi sangat cepat.
Indikator terjadinya kerusakan paru meliputi
1. Riwayat terbakar pada ruang tertutup
2. Luka bakar pada wajah atau leher
3. Rambut hidung gosong
4. Suara menjadi parau, batuk kering, stridor, sputum yang penuh jelaga
5. Takipnea
6. Eritema dan pembentukan lepuh pada mukosa oral atau faring
(2)
-
Respon Renal
Destruksi sel darah merah pada lokasi cidera hemoglobin bebas dalam urin. Jika kerusakan terjadi sampai otot, mioglobin akan dilepaskan dari sel-sel otot dan diekskresikan oleh ginjal. Bila aliran darah tidak adekuat, hemoglobin dan mioglobin akan menyumbat tubulus renal NTA.
Respon imunologi
Kehilangan integritas kulit ketidakmampuan tubuh untuk mengatur suhu. Pelepasan faktor-faktor inflamasi, penurunan jumlah limfosit penderita luka bakar beresiko mengalami sepsis.
Respon GI Tractus
Penurunan peristaltik usus ileus paralitik dan ulkus curling
(3)
-
Patofisiologi Toxic fume
Iritasi: inflamasi akut
Sloughing mucosa
Mucosa plug
Obstruksi
(24 jam)
Distress Pernapasan
Saluran pernapasan atas
Epitel nekrosis
Epitel nekrosis
& sekret
-
Mobilisasi neutrofil dan leukosit
PMN
Kerusakan pada kapiler peri
alveolar & parenkim paru
Penumpukan Fibrin
Terbentuk membran hialin
Gangguan pertukaran O2
Inflamasi Saluran Pernapasan
Bawah (4-7 hari)
Anjuran pemberian
O2: 2-4 ltr/mnt
ARDS
4-5 hari pos injury
-
Gg. Ekspansi rongga thorak
(inspirasi)
Volume inspirasi <
Penurunan Pa O2
Eskar pada dinding dada
-
Edematus sel endotel
Peningkatan jarak interseluler
Ekstrafasasi cairan
intravaskuler ke intersisiel
Penimbunan cairan
Gangguan perfusi dan
metabolisme selular
Inflamasi Akut
-
Teori syok menyebabkan penurunan
sirkulasi daerah splangnikus
-
Kondisi yang harus diperhatikan
Fase awal, akut dan syok :
ABC gangguan sistemik
Fase syok akhir dan sub akut:
SIRS, MODs dan sepsis
Fase lanjut:
parut hipertropik, kontraktur, deformitas
-
Pre-Hospital
Jauhkan Dari Sumber kebakaran : matikan
api, lepas pakaian yang terbalar
Bila ada air dapat langsung disiramkan
Jangan gunakan es pada luka bakar
-
Penanganan Fase Akut
1. Triage : airway, HTT, trauma lain, Rule of
nine
2. Emergency : universal precaution,
bebaskan pakaian, bebaskan jalan nafas,
IV, kateter urin, NGT, BB, TT, Perawatan
Luka, Eskarotomi/ Fasiotomi
3. Resusitasi cairan
-
Luas Luka Bakar
-
Kriteria Berat Ringan (ABA) 1. Luka Bakar Ringan
Luka bakar derajat II
-
Resusitasi Cairan
Tujuan resusitasi cairan yaitu
Memperbaiki deficit cairan, elektrolit dan protein
Menggantikan kehilangan cairan berlanjut dan mempertahankan keseimbanagan cairan.
Mencegah pembentukan edema berlebihan
Mempertahankan haluaran urine pada orang dewasa 30-70 ml/jam
Mengupayakan sirkulasi yang menjamin kelangsungan perfusi sehingga oksigenasi terpelihara
-
Jenis Resusitasi Cairan
1. Formula Evan Brooke
Prinsip:
Larutan fisiologik, koloid dan glukosa
Diberikan dalam waktu 24 jam pertama dengan alasan inefektif Hb dan kehilangan energi yang berlebih
Jumlah cairan yang diberikan berdaar luas luka baker dan berat badan pasien
Cara Pemberian:
Hari 1 : jumlah kebutuhan cairan diberkan 8 jam pertama ;sisa diberikan 16 jam sisa
Hari 2 : jumlah kebutuhan koloid dan larutan saline
-
Rumus Evan Brooke
-
2. Formula Baxter/Parkland
Prinsip:
Syok yang terjadi jenis hipovolemia
Hanya memberikan RL+elektrolit, koloid diperlukan bila setelah sirkulasi mengalami pemulihan
Penurunan efektifitas Hb karena perlekatan eritrosi, trombosit, leukosit, dan komponen sel lain pada dinding pembuluh darah
Pemberian koloid tidak efektif karena adanya gangguan permeabilitas dan kebocoran plasma, menyebabkan penarikan ke jaringan interstesiil, sulit ditarik ke intravaskuler, menambah beban kerja jantung, paru dan ginjal, memperbesar resiko reaksi inflamasi
-
Rumus Baxter/Parkland
back
-
Fase Sub akut
Masa di dalam perawatan di ruangan atau unit luka
bakar dimana masalah yang ada berkaitan dengan luka,
infeksi, sepsis, curling ulcer, masalah nutrisi dll.
Fase ini dimulai 48 hingga 72 jam pasca luka bakar.
Status respirasi, sirkulasi, keseimbangan cairan dan
elektrolit serta fungsi gastrointestinal harus tetap dijaga.
Perawatan luka bakar dan pengendalian nyeri
merupakan prioritas pada tahap ini.
-
Nutrition Therapy Goals
Promote wound healing
Maintain lean body mass
Restore fluid levels
-
Glucose Metabolism
Peningkatan gluconeogenesis
Blood glucose levels increase due to insulin
resistance and breakdown of glycogen stores
Peningkatan ekskresi Glucagon oleh liver
pada awal injury dan bertahap menurun
sejalan dengan penyembuhan luka
Chan, M.M., Chan, G.M. (2009). Nutrition therapy for burns in children and adults. Nutrition.
25:261-269.
Chang D. Michael, Peck Yih. (1999). Nutrition Support for Burn Injuries. J Nutr Biochem. 10:380-396.
Potts, N.L., Mandleco, B.L. (2007). Pediatric Nursing: Second Edition. New York: Thomson Delmer
Learning. .
-
Muscle Protein Catabolism
Protein catabolism increases in burn patients
leading to protein losses of 260 mg
protein/kg/hr.
Chang D. Michael, Peck Yih. (1999). Nutrition Support for Burn Injuries. J Nutr Biochem. 10:380-396.
-
Nutrition Therapy
Utamakan pemberian oral bila memungkinkan
Preserves GI function
Food has therapeutic qualities that tube feedings do not
If a patient cannot consume 80% of estimated
caloric or protein needs, enteral feeding is needed
TPN may be contraindicative because of infection
but should be used if necessary
Chang D. Michael, Peck Yih. (1999). Nutrition Support for Burn Injuries. J Nutr Biochem. 10:380-396.
-
Table 1: Nutrition Support for Burn Injuries
Stressors Stress
Factors
Activity factor
Confined to bed 1.2
Out of bed 1.3
Injury factor
Minor operation 1.2
Skeletal trauma 1.3
Major surgery 1.4
Sepsis 1.6
Burn factor
Stress
Factors
20% TBSA 1.2
2025% TBSA 1.6
2530%TBSA 1.7
3035% TBSA 1.8
3540% TBSA 1.9
40% TBSA
2.0
Table 1 Use of the
modified Harris-
Benedict equations to
estimate
resting energy
expenditure
Men:
BEE=(66.47+13.75W+5.
0H-6.76A)x(Activity
Factor)x(Injury and/or
Burn Factor)
Women:
BEE=(655.1+19.56W+1.
85H-4.68A)x(Activity
Factor)
x(Injury and/or Burn
Factor)
W=weight in kg;
H=height in cm;
A=age in years.
Chang D. Michael, Peck Yih. (1999). Nutrition Support for
Burn Injuries. J Nutr Biochem. 10:380-396.
-
Protein Requirements
Asam amino merupakan bahan utama dalam produksi
kolagen untuk penyembuhan luka
Menjaga asupan protein sangat penring untuk meningkatkan
sistem imun
Maintaining intercostal muscles and the diaphragm is
imperative for respiratory efficiency
1.4-2.2 g/kg protein requirement for burns
Urinary nitrogen losses increase with severity of the burn
injury
Trauma patient may lose 20-25 g of lean body nitrogen
daily
Chang D. Michael, Peck Yih. (1999). Nutrition Support for Burn Injuries. J Nutr Biochem. 10:380-396.
-
Protein Requirement cont
Protein requirement estimate:
Combine 24-hour urinary nitrogen loss, 2 to 4 g of
nitrogen for fecal loss and 4 to 5 g/d for anabolism.
Convert each gram of nitrogen to 6.25 g of protein.
Chang D. Michael, Peck Yih. (1999). Nutrition Support for Burn Injuries. J Nutr Biochem. 10:380-396.
-
Lipid requirements
Lipid stores are critical for long-term fuel after major thermal
burns
Fat oxidation is higher in hypermetabolic patients than in
normal patients
Fat consumption should not exceed 30% of the diet to avoid
diarrhea
Beneficial because
Fat is a more concentrated form of energy
Vegetable oils contain essential fatty acids and fat
soluble vitamins
Help with infection
Chang D. Michael, Peck Yih. (1999). Nutrition Support for Burn Injuries. J Nutr Biochem. 10:380-396.
-
Carbohydrate Requirements
Carbohydrate metabolism is significantly affected in burn
patients
High carbohydrates can contribute to hyperglycemia in
which case a diet can be altered to increase fat in the diet
Recommended 60% of the calories from CHO
Chan, M.M., Chan, G.M. (2009). Nutrition therapy for burns in children and adults. Nutrition.
25:261-269.
Chang D. Michael, Peck Yih. (1999). Nutrition Support for Burn Injuries. J Nutr Biochem. 10:380-396.
-
Vitamin C
Needed for edema prevention
Involved in collagen synthesis for wound
healing
Aid in immune functioning
Chan, M.M., Chan, G.M. (2009). Nutrition therapy for burns in children and adults. Nutrition. 25:261-269.
-
Vitamin A
Needed for immune function
Epithelialization
5000 IU of Vitamin A per 1000 cal of enteral
feeding is recommended
Chan, M.M., Chan, G.M. (2009). Nutrition therapy for burns in children and adults. Nutrition. 25:261-269.
-
Vitamin D and Calcium
Burns cause an impairment in the metabolism
of Vitamin D
Burn patients are more susceptible to
fractures so calcium and vitamin D should be
administered
Calcium- 1000 mg daily
Vitamin D- 200-400 IU daily
Maintain serum 25-hydroxy vitamin D level of
30-60 ng/Ml Chan, M.M., Chan, G.M. (2009). Nutrition therapy for burns in children and adults. Nutrition.
25:261-269.
-
Zinc and Copper
Zinc and copper deficiencies have been seen
in burn patients most likely from tissue
breakdown and urinary excretion.
Supplementation is recommended for patients
Chan, M.M., Chan, G.M. (2009). Nutrition therapy for burns in children and adults. Nutrition.
25:261-269.
-
Ethical Issues
The quality of care and the recovery of burn
patients depend on the amount of effort the
healthcare providers put into the patient.
Quality of life
-
Fase Rehabilitasi
Pada umumnya kondisi penderita telah
membaik dan jaringan permukaannya sudah
mengalami epitelisasi.
Biasanya akan timbul masalah parut yang
sangat mengganggu baik penampilan maupun
fungsi dari bagian tubuh yang mengalami luka
bakar.
Parut hipertropik, keloid dan kontraktur adalah
masalah yang ada pada fase ini
-
Manajemen Exercise
(NSWH, 1996)
Mobilisasi sesuai kemampuan, dimulai sejak hari pertama
Semua sendi yang memerlukan mobilisasi adalah sendi yang terkena luka bakar atau dimana luka tersebut berdekatan dengan sendi
Kaji kebutuhan analgesia
Jangan membalut luka yang menghambat mobilisasi
mobilisasi juga perlu dilakukan pada area yang berjauhan dari luka apabila ditemukan adanya tanda-tanda kekakuan pada persendian
Mobilisasi dilakukan tiap 3 kali perhari, 10 kali pengulangan untuk masing-masing sesi atau tergantung kebutuhan
Mobilisasi dapat ditingkatkan sesuai dengan kemampuan pasien
Aktivitas normal harus dilanjutkan dan ditingkatkan.
Splin (balutan ringan) perlu dilakukan apabila pasien menolak untuk dilakukan mobilisasi
-
Proses Penyembuhan Luka
1. Fase inflamasi
2. Fase destruktif
3. Fase proliferatif
4. Fase maturasi
-
Perawatan Luka Bakar (Oswari,2000)
Moist Wound Care
Topikal terapi
-
Diagnosa Keperawatan
Dx Keperawatan
Bersihan jalan napas inefektif
Kekurangan volume cairan
Resiko tinggi infeksi
Nyeri
Perubahan perfusi jaringan :