161-170
DESCRIPTION
njjTRANSCRIPT
Antitusif
Secara umum berdasarkan tempat kerja obat, antitusif dibagi atas antitusif yang bekerja di perifer dan
antitusif yang bekerja di sentral. Antitusif yang bekerja di sentral dibagi atas golongan narkotik dan
nonnarkotik.1
*Antitusif yang bekerja di perifer
Obat golongan ini menekan batuk dengan mengurangi iritasi lokal di saluran napas, yaitu pada
reseptor iritan perifer dengan cara anestesi langsung atau secara tidak langsung mempengaruhi lendir
saluran napas.1
a. Obat-obat anestesi
Obat anestesi lokal seperti benzokain, benzilalkohol, fenol, dan garam fenol digunakan dalam
pembuatan lozenges. Obat ini mengurangi batuk akibat rangsang reseptor iritan di faring, tetapi hanya
sedikit manfaatnya untuk mengatasi batuk akibat kelainan saluran napas bawah.1
b. Lidokain
Obat anestesi yang diberikan secara topikal seperti tetrakain, kokain dan lidokain sangat bermanfaat
dalam menghambat batuk akibat prosedur pemeriksaan bronkoskopi.1
c. Demulcent
Obat ini bekerja melapisi mukosa faring dan mencegah kekeringan selaput lendir. Obat ini dipakai
sebagai pelarut antitusif lain atau sebagai lozenges yang mengandung madu, akasia, gliserin dan anggur.
Secara obyektif tidak ada data yang menunjukkan obat ini mempunyai efek antitusif yang bermakna,
tetapi karena aman dan memberikan perbaikan subyektif obat ini banyak dipakai.1
*Antitusif yang bekerja sentral
Obat ini bekerja menekan batuk dengan meninggikan ambang rangsang yang dibutuhkan untuk
merangsang pusat batuk. Dibagi atas golongan narkotik dan nonnarkotik.
Golongan narkotik
Opiat dan derivatnya mempunyai beberapa macam efek farmakologik, sehingga digunakan sebagai
analgesik, antitusif, sedatif, menghilangkan sesak karena gagal jantung kiri dan antidiare. Di antara
alkaloid ini, morfin dan kodein sering digunakan. Efek samping obat ini adalah penekanan pusat napas,
konstipasi, kadang-kadang mual dan muntah, serta efek adiksi. Opiat dapat menyebabkan terjadinya
bronkospasme karena penglepasan histamin, tetapi efek ini jarang terlihat pada dosis terapeutik untuk
antitusif. Di samping itu narkotik juga dapat mengurangi efek pembersihan mukosilier dengan
menghambat sekresi kelenjar mukosa bronkus dan aktivitas silia. Terapi kodein kurang mempunyai efek
tersebut.1
a. Kodein
Obat ini merupakan antitusif narkotik yang paling efektif dan salah satu obat yang paling sering
diresepkan. Pada orang dewasa dosis tunggal 20-60 mg atau 40-160 mg per hari biasanya efektif. Kodein
ditolerir dengan baik dan sedikit sekali menimbulkan ketergantungan. Di samping itu, obat ini sangat
sedikit sekali menyebabkan penekanan pusat napas dan pembersihan mukosilier. Efek samping pada dosis
biasa jarang ditemukan. Pada dosis agak besar dapat timbul mual, muntah, konstipasi, pusing, sedasi,
palpitasi, gatal-gatal, banyak keringat dan agitasi.1
b. Hidrokodon
Merupakan derivat sintetik morfin dan kodein, mempunyai efek antitusif yang serupa dengan kodein.
Efek samping utama adalah sedasi, penglepasan histamin, konstipasi dan kekeringan mukosa. Obat ini
tidak lebih unggul dari kodein.1
Golongan nonnarkotik
a. Dekstrometorfan
Obat ini tidak mempunyai efek analgesik dan ketergantungan, sering digunakan sebagai antitusif
nonnarkotik. Obat ini efektif bila diberikan dengan dosis 30 mg setiap 4-8 jam. Dosis dewasa 10-20 mg,
setiap 4 jam, anak-anak umur 6-11 tahun 5-10 mg, sedangkan anak umur 2-6 tahun dosisnya 2,5- 5 mg
setiap 4 jam.1
b. Butamirat sitrat
Obat golongan antitusif nonnarkotik yang baru diperkenalkan ini bekerja secara sentral dan perifer.
Pada sentral obat ini menekan pusat refleks dan di perifer melalui aktivitas bronkospasmolitik dan aksi
antiinflamasi. Obat ini ditoleransi dengan baik oleh penderita dan tidak menimbulkan efek samping
konstipasi, mual, muntah dan penekanan susunan saraf pusat. Dalam penelitian uji klinik, obat ini
mempunyai efektivitas yang sama dengan kodein dalam menekan batuk. Butamirat sitrat mempunyai
keunggulan lain yaitu dapat digunakan dalam jangka panjang tanpa efek samping dan memperbaiki fungsi
paru yaitu meningkatkan kapasitas vital dan aman digunakan pada anak. Dosis dewasa adalah 3x15 ml
dan untuk anak umur 6-8 tahun 2x10 ml, sedangkan anak berumur lebih dari 9 tahun dosisnya 2x15 ml.1
c. Noskapin
Noskapin tidak mempunyai efek adiksi meskipun termasuk golongan alkaloid opiat. Efektivitas
dalam menekan batuk sebanding dengan kodein. Kadang-kadang memberikan efek samping berupa
pusing, mual, rinitis, alergi akut dan konjungtivitis. Dosis dewasa 15-30 mg setiap 4- 6 jam, dosis tunggal
60mg aman dalam menekan batuk paroksismal. Anak berumur 2-12 tahun dosisnya 7,5-15 mg setiap 3-4
jam dan tidak melebihi 60 mg per hari.1
d. Difenhidramin
Obat ini termasuk golongan antihistamin, mempunyai manfaat mengurangi batuk kronik pada
bronkitis. Efek samping yang dapat timbul ialah mengantuk, kekeringan mulut dan hidung, kadang-
kadang menimbulkan perangsangan susunan saraf pusat. Obat ini mempunyai efek antikolinergik, karena
itu harus digunakan secara hati-hati pada penderita glaukoma, retensi urin dan gangguan fungsi paru.
Dosis yang dianjurkan sebagai obat batuk ialah 25 mg setiap 4 jam tidak melebihi 100 mg/hari untuk
dewasa. Dosis untuk anak berumur 6-12 tahun ialah 12,5 mg setiap 4 jam dan tidak melebihi 50 mg/hari,
sedangkan untuk anak 2-5 tahun ialah 6,25 mg setiap 4 jam dan tidak melebihi 25 mg/hari.1
1. Observasi. Macam Macam Observasi- Observasi yang berpartisipasi (Pertisipant Observation) yaitu observer ikut aktif dalam kegiatan
observasi.- Observasi non partisipasi (Non Participant Observation) yaitu observer tidak diambil bagian secara
langsung didalam situasi kehidupan yang diobservasi, tetapi dapat dikatakan sebagai penonton, jadi tidak sebagai pemain.
- Quasi partisipasi yaitu apabila dalam observasi itu seolah – olah observer turut berpartisipasi
2. Wawancara mendalam merupakan salah satu cara pengumpulan data pada studi kualitatif dengan tujuan memperoleh informasi yang mendalam tentang persepsi, pendapat, kepercayaan, sikap, terhadap hal-hal yang berkaitan dengan epidemiologi
3. Diskusi kelompok terarah. Untuk mengatasi keterbatasan tenaga dalam melakukan wawancara mendalam, dilakukan wawancara secara kelompok yag biasanya dalam satu kelompok terdiri dari 8-12 orang. Salah satu bentuk wawancara dalam kelompok yaitu setiap anggota kelompok berperan aktif dalam memberikan pendapat, persepsi, dan kepercayaan disebut diskusi kelompok terarah atau focus group discussion