15745745 pma no 11 th 2007 tentang pencatatan nikah

9
'9 ' r PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2OO7 TENTANG PENCATATAN NIKAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERT AGAMA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk memenuhituntutan perkembangan tata pemerintahan dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat, dipandang perlu meninjau kembali Keputusan Menteri Agama Nomor 477 Tahun 2004tentang Pencatatan Nikah; Mengingat : 1. 2. .) aJ. 4. 5. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1946 tentang Pencatatan Nikah, Talak danRujuk; Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1954 tentang Penetapan Berlakunya Undang-Undang Republik Indonesia tanggal 21 Nopember 1946Nomor 22 Tahun 1946 tentang Pencatatan Nikah, Talak, Rujuk di seluruh Daerah Luar Jawa dan Madura(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun1954 Nomor 98, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 694); Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor l,Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 3019); Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 19Bg tentang Peradilan Agama(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4611 ); Undang-Undang Nomor B Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintahan, Pengganti Undang- Undang Nomor 3 Tahun 2005tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4548); A 6. Peraturan ...

Upload: iwan-kustiawan

Post on 26-Nov-2015

21 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

pma

TRANSCRIPT

  • ' 9 ' r

    PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIANOMOR 11 TAHUN 2OO7

    TENTANGPENCATATAN NIKAH

    DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

    MENTERT AGAMA REPUBLIK INDONESIA,

    Menimbang : bahwa untuk memenuhi tuntutan perkembangan tatapemerintahan dan peningkatan pelayanan kepadamasyarakat, dipandang perlu meninjau kembali KeputusanMenteri Agama Nomor 477 Tahun 2004 tentang PencatatanNikah;

    Mengingat : 1 .

    2 .

    .)a J .

    4.

    5 .

    Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1946 tentangPencatatan Nikah, Talak dan Rujuk;Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1954 tentangPenetapan Berlakunya Undang-Undang RepublikIndonesia tanggal 21 Nopember 1946 Nomor 22 Tahun1946 tentang Pencatatan Nikah, Talak, Rujuk di seluruhDaerah Luar Jawa dan Madura (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 1954 Nomor 98, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 694);Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentangPerkawinan (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1974 Nomor l,Tambahan Lembaran NegaraRepubl ik Indonesia Nomor 3019);Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentangPerubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 19Bgtentang Peradilan Agama (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2006 Nomor 22, Tambahan LembaranNegara Republik lndonesia Nomor 4611 );Undang-Undang Nomor B Tahun 2005 tentangPenetapan Peraturan Pemerintahan, Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan AtasUndang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentangPemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republiklndonesia Nomor 4548);

    A 6. Peraturan ...

  • 6. Peraturan Pemerintah Nomor g Tahun 1g7S tentangPelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentangPerkawinan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1975Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 3250);

    7. Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2002 tentang MahkamahSyar'iyah dan Mahkamah Syar'iyah Provinsi di ProvinsiNanggroe Aceh Darussalam;

    8. Keputusan Presiden Nomor 85 Tahun 2002 tentang PerubahanAtas Keputusan Presiden Nomor 49 Tahun 2002 tentangKedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerjalnstansi Vertikal Departemen Agama;

    9. Peraturan Presiden Nomor 94 Tahun 2006 tentang PerubahanKetiga Atas Peraturan Presiden Nomor g Tahun 2005 tentangKedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata KerjaKementerian Negara Republik Indonesia;

    10. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2007 tentang PerubahanKeenam Atas Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I KementerianNegara Republik Indonesia;

    11. Keputusan Bersama Menteri Agama dengan Menteri LuarNegeri Nomor 589 Tahun 1999 dan Nomor lB2lOTlX/99/01Tahun 1999 tentang Petunjuk Pelaksanaan Perkawinan WargaNegara lndonesia di Luar Negeri;

    12. Keputusan Menteri Agama Nomor 517 Tahun 2OO1 tentangPenataan Organisasi Kantor Urusan Agama Kecamatan;

    13. Keputusan Menteri Agama Nomor 373 Tahu n 2002 tentangOrganisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Departemen AgamaProvinsi dan Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota,sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri AgamaNomor 480 Tahun 2003;

    14. Peraturan Menteri Agama Nomor 3 Tahun 2006 tentangOrganisasi dan Tata Kerja Departemen Agama;

    EMUTUSKAN:

    Menetapkan : PERATURAN MENTERI AGAMA TENTANG PENCATATANNIKAH.

    /^ BAB I , , ,

  • BAB IKETENTUAN UMUM

    Pasal 1

    Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan :' 1. Kantor Urusan Agama Kecamatan yang selanjutnya disebut KUA adalah instansi

    Departemen Agama yang bertugas melaksanakan sebagian tugas KantgrDepartemen Agima kabupaten/kota di bidang urusan agama lslam dalam wilayahkecamatan.

    2. Kepala Seksi adalah kepala seksi yang ruang lingkup tugasnya meliputi tugaskepenghuluan pada Kantor Departemen Agama kabupaten/kota.

    3. penghutu adalah pejabat fungsional Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas,tanggung jawab, dan wewqnang untuk melakukan pengawasan nikah/rujuk menurutagama lslam dan kegiatan kepdnghuluan.

    4. pembantu Pegawai Pencatat Nikah adalah anggota masyarakat tertentu yangdiangkat oleh kepala Kantor Departemen Agama kabupaten/kota untuk membantutugas-tugas PPN di desa tertentu.

    5. Pengadilan adalah Pengadilan Agama atau Mahkamah Syar'iyah.6. Akta nikah adalah akta autentik tentang pencatatan peristiwa perkawinan.7. Buku nikah adalah kutipan akta nikahB. Buku Pendaftaran Cerai Talak adalah buku yang digunakan untuk mencatat

    pendaftaran Putusan cerai talak.g. Buku Pendaftaran Cerai Gugat adalah buku yang digunakan untuk mencatat

    pendaftaran Putusan cerai gugat.10.Akta rujuk adalah akta autentik tentang pencatatan peristiwa rujuk.11. Kutipan Buku Pencatatan Rujuk adafah kutipan akta rujuk

    BAB IIPEGAWAI PENCATAT NIKAH

    Pasal 2

    (1) Pegawai Pencatat Nikah yang selanjutnya disebut PPN adalah pejabat.y.ang' : melakukan pemeriksaan persyaratan, pengawasan dan pencatatan peristiwanikah/rujuk, pendaftaran cerai talak, cerai gugat, daJ'l melakukan bimbinganperkawinan.

    (2) PPN dijabat oleh KePala KUA.(3) Kepala KUA sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menandatangani akta nikah,

    akta rujuk, buku nikah (kutipan akta nikah) dan/atau kutipan akta rujuk.

    ^

    Pasal 3 . . .

  • Pasal 3

    (1) PPN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dalam melaksanakantugasnya dapat diwakil i oleh Penghulu atau Pembantu PpN.

    (2) Pembantu PPN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pengangangkatan,pemberhentian, dan penetapan wilayah tugasnya dilakukan dengan suratkeputusan Kepala Kantor Departemen Agama kabupaten/kota atas usul KepalaKUA dengan mempertimbangkan rekomendasi Kepala Seksi yang membidangiurusan agama lslam.

    (3) Pengangkatan, pemberhentian, dan penetapan wilayah tugas Pembantu PPNsebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberitahukan kepada kepala desa/lurah diwilayah kerjanya.

    Pasal 4

    Pelaksanaan tugas Penghulu dan Pembantu PPN sebagaimana diatur dalam Pasal 3ayat (1) dilaksanakan atas mandat yang diberikan oleh ppN.

    BAB IIIPEMBERITAHUAN KEHENDAK MENIKAH

    Pasal 5

    (1) Pemberitahuan kehendak menikah disampaikan kepada PPN, di wilayahkecamatan tempat tinggal calon isteri.

    (2) Pemberitahuan kehendak nikah dilakukan secara tertulis dengan mengisi FormulirPemberitahuan dan dilengkapi persyaratan sebagai berikut:a. surat keterangan untuk nikah dari kepala desa /turah atau nama fainnya;b. kutipan akta kelahiran atau surat kenat lahir, atau surat keterangan asal usul

    calon mempelai dari kepala desa/lurah atau nama lainnya;c. persetujuan kedua calon mempelai;d. surat keterangan tentang orang tua (ibu

    setingkat;dan ayah) dari kepala desa/pejabat

    e. izin tertulis orang tua atau wali bagi calon mempelaiyang belum mencapai usia21 tahun;

    f . izin dari pengadilan, dalam hal kedua orang tua atau walinya sebagaimanadimaksud huruf e di atas tidak ada;

    g. dispensasi dari pengadilan bagi calon suami yang belum mencapai umur 19tahun dan bagi calon isteri yang belum mencapai umur 16 tahun;

    h. surat izin dari atasannya/kesatuannya jika calon mempelai anggota TNI/POLRI;i. putusan pengadilan berupa izin bagi suami yang hendak beristeri lebih dari

    seorang;

    .l

    j . Kutipan .. .

  • i. Kutipan buku pendaftaran talak/buku pendaftaran cerai bagi mereka yangperceraiannya terjadi sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor z tAnun19Bg tentang Peradilan Agama;

    k. Akta kematian atau surat keterangan kematian suami/isteri dibuat oleh kepaladesa/lurah atau pejabat setingkat bagi janda/duda;

    l. lzin untuk menikah dari kedutaan/kantor perwakilan negara bagi warg a negaraasing.

    (3) Dalam hal kutipan buku pendaftaran talak/buku pendaftaran cerai sebagaimanadimaksud pada ayaf Q) huruf j rusak, t idak terbaca atau hilang, maka harus digantidengan dupfikat yang dikeluarkan oleh Kepala KUA yang bersangkutan.

    (4) Dalam hal izin kawin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf I berbahasaasing, harus diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Penterjemah Resmi.

    BAB IVPERSETUJUAN DAN DISPENSASI USIA NIKAH

    Pasal 6

    Pernikahan harus didasarkan atas persetujuan kedua cafon mempefai.

    Pasal 7

    Apabila seseorang calon mempelai belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun,harus mendapat izin tertulis kedua orang tua.

    Pasal B

    Apabila seorang calon suami belum mencapaiseorang calon isteri belum mencapai umur 16dispensasi dari pengadilan.

    umur 19 (sembilan belas) tahun dan(enam belas) tahun, harus mendapat

    ,x

    BAB VPEMERIKSAAN NIKAH

    Pasal 9(1) Pemeriksaan nikah dilakukan oleh PPN ,atau petugas'sebagaimana dimaksud

    dalam Pasal 3 ayat (1) terhadap calon suami, calon istri, dan wali nikah mengenaiada atau tidak adanya halangan untuk menikah menurut hukum lslam dankelengkapan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2).

    (2) Hasil pemeriksaan nikah ditulis dalam Berita Acaia Pemeriksaan Nikah,ditandatangani oleh PPN atau petugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1),calon isteri, calon suami dan wali nikah.

    (3) Apabi la . . .5

  • (S; npaUifa calon suami, calon isteri dan/atau wali nikah tidak dapat membaca/menufismaka penandatanganan dapat diganti dengan cap jempol tangan kiri.

    (4) Pemeriksaan nikah yang dilakukan oleh Pembantu PPN, dibuat 2 (dua) rangkap,helai pertama beserta surat-surat yang diperlukan disampaikan kepada KUA danhelai kedua disimpan oleh petugas pemeriksa yang bersangkutan.

    Pasal 10

    (1) Apabila calon suami, calon isteri dan wali nikah bertempat tinggal di luar wilayahkecamatan tempat pernikahan akan dilangsungkan, pemeriksaan dapat dilakukanoleh PPN diwilayah yang bersangkutan bertempat tinggal.

    (2) PPN sebagaimana dimaksud pada ayat (1), setelah melakukan pemeriksaanterhadap calon suami, dan atau calon isteri serta wali nikah, wajib mengirimkanhasil pemeriksaan kepada PPN diwilayah tempat pelaksanaan pernikahan.

    Pasal 11

    Apabila dari hasil pemeriksaan nikah ternyata terdapat kekuranganpersyaratan/ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2), maka PPNharus memberitahukan kepada calon suami dan wali nikah atau wakilnya.

    BAB VIPENOLAKAN KEHENDAK NIKAH

    Pasal 12

    (1) Dalam hal hasil pemeriksaan membuktikan bahwa syarat-syarat perkawinansebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) tidak terpenuhi atau terdapathalangan untuk menikah, maka kehendak perkawinannya ditolak dan tidak dapatdilaksanakan.

    (2) PPN memberitahukan penolakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepadacalon suami dan wali nikah disertai alasan-alasan penolakannya.

    (3) Calon suami atau wali nikah dapat mengajukan keberatan atas penolakansebagaimana dimaksud ayat (1) kepada pengadilan setempat.

    (4) Apabila pengadilan memutuskan atau menetapkan bahwa pernikahan dapatdilaksanakan, maka PPN diharuskan mengizinkan pernikahan tersebutdilaksanakan.

    6.L

    BAB VII . . .

  • r i ' l

    BAB VIIPENGUMUMAN KEHENDAK NTKAH

    Pasal 13

    (1) Apabila persyaratan pernikahan sebagaimana dimaksud dalam pasal S ayat (Z)telah dipenuhi , PPN mengumumkan kehendak nikah.

    (2) Pengumuman adanya kehendak nikah dilakukan pada tempat tertentu di KUAkecamatan atau di tempat lainnya yang mudah diketahui oleh umum di desatempat tinggal masing-masing calon mempelai.

    (3) Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukanselama 10 (sepuluh) har i .

    BAB VIIIPENCEGAHAN PERNIKAHAN

    Pasal 14

    (1) Pencegahan pernikahan dapat dilakukan oteh pihak keluarga atau wali ataupengarnpu atau kuasa dari salah seorang calon mempelai atau orang lain yangmemiliki kepentingan, apabila terdapat alasan yang menghalangi Oifitutannylpernikahan.

    (2) Pencegahan pernikahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)diajukan ke pengadilan atau kepada PPN di wilayah hukum tempat purnit

    "t ' inakandi |aksanakandankepadamasing-masingca|onmempe|ai

    Pasal 15

    \---r PPN difarang membantu melaksanakan dan mencatat peristiwa nikah apabila:1. persyaratan sebagaimana dimaksud datam Pasaf 5 ayat (2) tidak terpenuhi;2. mengetahui adanya pelanggaran dari ketentuan/persyaratan pernikahan.

    BAB IXAKAD NIKAH

    Pasal 16

    (1) Akad Nikah tidak boleh dilaksanakan sebelum masa pengumuman sebagaimanadimaksud dalam Pasal 13 berakhir.

    (2) Pengecualian ...zl

  • ! t

    '(2) Pengecualian terhadap jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (l)dapatdilakukan karena adanya suatu alasan yang penting, dengan rekomendasi daricamat di wilayah yang bersangkutan.

    Pasal 17

    (1) Akad nikah dilaksanakan dihadapan PPN atau Penghulu atau Pembantu PPN dariwilayah tempat tinggal calon isteri.

    (2) Apabila akad nikah akan dilaksanakan diluar ketentuan sebagaimana dimaksudpada ayat (1), maka calon isteri atau walinya harus memberitahukan kepada PPNwilayah tempat tinggal calon isteri untuk mendapatkan surat rekomendasi nikah.

    Pasal 1B

    (1) Akad nikah dilakukan ofeh wali nasab.(2) Syarat wali nasab adalah:

    a. laki- laki ;b. beragama lslam;c. baligh, berumur sekurang-kurangnya 19 tahun;d. berakal;e. merdeka; danf. dapat berlaku adil.

    (3) Untuk melaksanakan pernikahan wali nasab dapat mewakilkan kepada PPN,Penghulu, Pembantu PPN atau orang lain yang memenuhi syarat.

    (4) Kepala KUA kecamatan ditunjuk menjadi wali hakim, apabila calon isteri tidakmempunyai wal! nasab, wali nasabnya tidak memenuhi syarat, berhalangan atauadhal .

    (5) Adhalnya wali sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditetapkan dengan keputusanpengadi lan.

    Pasal 19

    (1) Akad nikah harus dihadiri oleh sekurang-kurangnya dua orang saksi.

    (2) Saksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi syarat-syarat:a. laki-laki;b. beragama ls lam;

    c. bal igh . . .,r

    B

  • c. baligh, berumur sekurang-kurangnya 19 tahun;d. berakal;e, merdeka; dant. dapat berlaku adil.

    (3) PPN, Penghulu daniatau Pembantu PPN dapat diterima sebagai saksi.

    Pasal 20

    (1) Akad nikah harus dihadiri oleh calon suami.

    (2) Dalam hal calon suami tidak dapat hadir pada saat akad nikah, dapat diwakilkanepada orang lain.

    -,-"' (3) Persyaratan wakil sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah:a. memenuhi syarat sebagaimana berikut:

    1. laki- laki ;2. beragama lslam;3. baligh, berumur sekurang-kurangnya 19 tahun;

    i: ffiu, oun6. dapat berlaku adil.

    b. surat kuasa yang disahkan olen PPN atau Kantor Perwakilan RepublikIndonesia apabila calon suami berada di luar negeri.

    Pasal 21

    --/ (1) Akad Nikah dilaksanakan di KUA.(2) Atas permintaan calon pengantin dan atas persetujuan PPN, akad nikah dapat

    dilaksanakan di luar KUA.

    Pasal 22

    (1) Calon suami dan calon istri dapat mengadakan perjanjian perkawinan.(2) Materi perjanjian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak boleh bertentangan

    dengan hukum lslam dan/atau peraturan perundang-undangan.

    r'(3) Perjanjian ...