146020300111009 sri apriyanti husain proposal uts_mata kuliah metode penelitian non positif

38
1 KONSEP PENILAIAN KINERJA PEGADAIAN SYARIAH BERLANDASKAN NILAI-NILAI ISLAM Proposal Disusun untuk memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester pada Mata Kuliah Metode Penelitian Non Positif Oleh: SRI APRIYANTI HUSAIN 146020300111009 PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI PASCASARJANA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

Upload: sri-apriyanti-husain

Post on 09-Aug-2015

90 views

Category:

Economy & Finance


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: 146020300111009 sri apriyanti husain proposal uts_mata kuliah metode penelitian non positif

1

KONSEP PENILAIAN KINERJA PEGADAIAN SYARIAH BERLANDASKAN NILAI-NILAI ISLAM

Proposal

Disusun untuk memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester pada Mata Kuliah Metode Penelitian Non Positif

Oleh:

SRI APRIYANTI HUSAIN

146020300111009

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI

PASCASARJANA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2014

Page 2: 146020300111009 sri apriyanti husain proposal uts_mata kuliah metode penelitian non positif

2

BAB I

PENDAHULUAN

BismillahirrahmaanirrahiimBacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan (1).

Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah (2).Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Mulia (3).

Yang mengajar manusia dengan pena (4).Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya (5).

(QS. Al-‘Alaq: 1-5)

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Perkembangan produk-produk berbasis syariah kian marak di Indonesia,

tidak terkecuali pegadaian. Pegadaian mengeluarkan produk berbasis syariah

yang disebut dengan pegadaian syariah. PT Pegadaian (Persero) yang

sebelumnya dikenal sebagai Perum Pegadaian sebagai lembaga perkreditan

yang memiliki tujuan khusus yaitu penyaluran uang pinjaman atas dasar hukum

gadai yang ditujukan untuk mencegah praktek ijon, pegadaian gelap, riba, serta

pinjaman tidak wajar lainnya.

Herfika (2013) Pegadaian dimaksudkan sebagai suatu lembaga yang

memberikan fasilitas bagi warga masyarakat untuk dapat memperoleh pinjaman

uang secara praktis. Pinjaman uang dimaksud, lebih mudah diperoleh calon

nasabah karena menjaminkan barang-barang yang mudah didapat pula. Dengan

jaminan barang seperti emas, motor dan sebagainya bisa membantu masyarakat

yang membutuhkan dana cepat. Hanya dengan memberikan jaminan yang

dimiliki oleh nasabah, maka masyarakat selaku nasabah yang akan meminjam

sejumlah dana bisa langsung mendapat sebagian dana yang dibutuhkan. Hal ini,

membuat lembaga pegadaian secara relatif mempunyai kelebihan bila

dibandingkan lembaga keuangan lainnya. Kelebihan dimaksud, diantaranya :

Page 3: 146020300111009 sri apriyanti husain proposal uts_mata kuliah metode penelitian non positif

3

a) Hanya memerlukan waktu yang relatif singkat untuk mencairkan uang

pinjaman tepat pada hari yang dibutuhkan, hak ini disebabkan prosedur

pencairannya tidak berbelit-belit.

b) Persyaratan yang ditentukan bagi konsumen untuk mencairkan pinjamannya

sangat sederhana.

c) Tidak adanya ketentuan dari pihak pegadaian mengenai peruntukan uang

yang dipinjam sehingga nasabah bebas saja mau menggunakan uangnya itu

untuk tujuan apapun.

Dalam proses pengembangan pegadaian syariah, perencanaan

merupakan suatu tahap yang dilakukan manajemen untuk menentukan peran

setiap manajer dalam melaksanakan program guna untuk mencapai tujuan

bersama. Keberhasilan dari suatu perencanaan membutuhkan fungsi

manajemen, yang merupakan pengendalian atau control yang meliputi kegiatan

penerapan (action) dan evaluasi kinerja (performance evaluation). Fungsi

manajemen ini harus dilaksanakan dan dikuasai oleh setiap tingkat manajeman

yang ada pada perusahaan. Salah satu bagian dari akuntansi manajemen

adalah akuntansi pertanggungjawaban (responbility accounting), yang fungsinya

mengukur dan mengevaluasi suatu rencana atau anggaran dengan tindakan

atau realisasi aktivitas manajemen dari setiap tingkat manajemen pada suatu

perusahaan dengan menetapkan penghasilan dan biaya tertentu bagi

departemen atau divisi yang memiliki tanggung jawab pada pakerjaan tersebut.

Kinerja manajer yang baik merupakan tuntutan perusahaan dalam meningkatkan

efektifitas kinerja yang maksimal (Mengko, 2013). Pencapaian kinerja yang

maksimal dapat dilakukan dengan cara menyusun anggaran maupun menyusun

rencana kerja yang bersifat jangka panjang, setelah itu dilakukan evaluasi dari

tiap manajer terhadap pusat-pusat tanggungjawab yang telah ditugaskan

sebelumnya. Hasil dari penerapan akuntansi pertanggungjawaban yaitu berupa

Page 4: 146020300111009 sri apriyanti husain proposal uts_mata kuliah metode penelitian non positif

4

laporan pertanggungjawaban. Laporan pertanggungjawaban digunakan untuk

menganalisis kinerja manajer dan sekaligus memotivasi manajer tersebut untuk

melakukan tindakan koreksi atas penyimpangan atau prestasi yang tidak

memuaskan. Dari laporan pertanggungjawaban tersebut, maka dapat dilakukan

evaluasi atas seberapa besar penilaian prestasi kerja yang dilakukan oleh

manajer dengan cara membandingkan anggaran yang telah direncanakan

dengan realisasinya.

Sistem penilaian kinerja pegadaian syariah saat ini masih menggunakan

dan berfokus kepada peran pegadaian syariah sebagai organisasi bisnis. Sistem

penilaian kinerja tersebut diantaranya: penilaian kinerja keuangan tradisional,

dan Balanced Scorecard (BSC).

Penilaian keuangan tradisional diukur dengan menggunakan rasio-rasio

keuangan. Berdasarkan teknik penilaian kinerja yang digunakan, pegadaian

syariah hanya dipandang sebagai organisasi bisnis yang bertujuan untuk

pencapaian kinerja keuangan semata. Sistem penilaian kinerja berbasis rasio-

rasio keuangan memiliki keterbatasan diantaranya: hanya berdasarkan pada

informasi keuangan khususnya laba sebagai indikator kinerja, lebih

mengedepankan kepentingan shareholders¸ dan hanya berorientasi pada tujuan

jangka pendek perusahaan (Triyuwono, 2006)

Keterbatasan dari sistem penilaian kinerja tradisional memotivasi

penggunaan BSC sebagai sistem penilaian kinerja. BSC dipandang lebih rasional

jika dibandingkan dengan penilaian kinerja tradisional karena memperhatikan

indikator kinerja keuangan juga mempertimbangkan indikator non keuangan.

Indikator BSC terdiri dari perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis internal,

pembelajaran dan pertumbuhan. Perspektif tersebut ditujukan untuk menciptakan

keseimbangan antara tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang serta

menyelaraskan antara kinerja internal dan eksternal (Kaplan dan Norton, 1996).

Page 5: 146020300111009 sri apriyanti husain proposal uts_mata kuliah metode penelitian non positif

5

Walaupun BSC dianggap lebih rasional dibandingkan penilaian kinerja

tradisional, ia masih memiliki keterbatasan diantaranya: pertama, BSC sebagai

strategi yang digunakan manajemen dalam mengelola organisasi masih

berorientasi pada kepentingan shareholders. Kedua, BSC sebagai alat ukur

kinerja belum mampu menilai dampak positif atau negatif dari aktivitas sosial

yang dilakukan organisasi (Adib dan Khalid, 2010). Keterbatasan penilaian

kinerja pegadaian syariah saat ini menciptakan ketidakseimbangan hidup

organisasi. Manajemen berorientasi pada profit mengakibatkan diabaikannya

prinsip-prinsip syariah dalam praktisi bisnisnya dan melupakan perannya sebagai

organisasi sosial dan dakwah (Choundury dan Hussain, 2005)

Berdasarkan keterbatasan sistem penilaian kinerja pegadaian syariah

yang telah dijelaskan di atas (sistem penilaian kinerja tradisional, dan BSC),

penelitian ini berfokus untuk merumuskan sebuah konsep penilaian kinerja

pegadaian syariah berlandaskan nilai-nilai islam. Nilai-nilai islam yang dimaksud

adalah sekumpulan prinsip-prinsip atau ajaran hidup yang digunakan sebagai

tuntunan dalam menjalankan kehidupan manusia baik sebagai individu atau

kolektif.

Eksplorasi nilai-nilai islam dilakukan dengan menggali kesadaran manusia

berkaitan dengan objek penelitian sebagai data penelitian.alasan kesadaran

menjadi sumber pengetahuan adalah karena manusia merupakan subjek yang

mengetahui dengan kata lain karena manusia memiliki berbagai tingkat

kesadaran (Bakar, 1994: 29)

Penelitian ini memberikan perubahan cara pandang tentang konsep

penilaian kinerja pegadaian syariah berlandaskan nilai-nilai islam. Nilai-nilai islam

yang diintegrasikan dalam konsep penilaian kinerja akan menempatkan manusia

baik individu maupun organisasi sebagai makhluk yang memiliki sifat

adil/seimbang, hidup sebagai makhluk ekonomi dan makhluk spiritual yang

Page 6: 146020300111009 sri apriyanti husain proposal uts_mata kuliah metode penelitian non positif

6

nantinya akan menuju pada lintasan spiritual menyatu dengan Tuhan (Nasr,

2003)

Berdasarkan uraian di atas, dapat dijelaskan bahwa keterbaruan penelitian

ini dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu metodologi dan rumusan konsep yang

dihasilkan. Dari aspek metodologi, penelitian ini menggunakan metode dan

pendekatan penelitian yang islami, yaitu fenomenologi islam yang dikembangkan

dari fenomenologi sekuler. Berdasarkan metode dan pendekatan tersebut,

konsep penilaian kinerja pegadaian syariah yang dirumuskan bersifat normatif,

empiris, religi dan lebih holistis dibandingkan dengan sistem penilaian pegadaian

syariah yang digunakan saat ini.

1.2 MOTIVASI PENELITIAN

Motivasi peneliti melakukan penelitian ini adalah keterbatasan penilaian

kinerja pegadaian syariah saat ini menciptakan ketidakseimbangan hidup

organisasi. Manajemen berorientasi pada profit mengakibatkan diabaikannya

prinsip-prinsip syariah dalam praktisi bisnisnya dan melupakan perannya sebagai

organisasi sosial dan dakwah (Choundury dan Husain, 2005). Oleh karena itu

melalui penelitian ini diharapkan dapat membawa perubahan bukan hanya pada

tataran persepsi tetapi juga pada para pengemban amanah (manajemen) dan

pengambil kebijakan agar dapat melakukan perbaikan pada sistem penilaian

kinerja pegadaian syariah berlandaskan nilai-nilai islam.

1.3 FOKUS DAN RUMUSAN MASALAH PENELITIAN

Dengan dasar kesadaran Tauhid, fokus penelitian ini adalah penemuan

nilai-nilai islam berdasarkan kesadaran subjek dalam realitas pegadaian syariah.

Akhirnya temuan-nilai-nilai islam ini akan menjadi landasan dalam perumusan

konsep penilaian kinerja pegadaian syariah. Dari fokus ini, maka rumusan

Page 7: 146020300111009 sri apriyanti husain proposal uts_mata kuliah metode penelitian non positif

7

masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana konsep penilaian kinerja

pegadaian syariah berlandaskan nilai-nilai islam?

1.4 TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang, motivasi penelitian, fokus dan rumusan

masalah penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk merumuskan

konsep penilaian kinerja pegadaian syariah berlandaskan nilai-nilai islam.

1.5 MANFAAT PENELITIAN

Setiap penelitian yang dilakukan, diharapkan bisa memberikan manfaat.

Dalam penelitian ini, temuan konsep penilaian kinerja pegadaian syariah yang

berlandaskan nilai-nilai islam dapat memberikan manfaat:

1.5.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis, manfaat penelitian ini adalah untuk pengembangan konsep

akuntansi manajemen syariah, khususnya dalam memperkaya konsep penilaian

kinerja pegadaian syariah.

1.5.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktisnya adalah sebagai bahan pertimbangan bagi para

regulator dalam pembuatan regulasi terkait penilaian kinerja pegadaian syariah.

1.5.3 Manfaat Akademisi

Manfaat untuk akademisi yaitu sebagai bahan referensi terkait metodologi

penelitian yang islami dan konsep penilaian kinerja pegadaian syariah

berlandaskan nilai-nilai islam.

BAB II

PARADIGMA ISLAM DAN FENOMENOLOGI ISLAM

Page 8: 146020300111009 sri apriyanti husain proposal uts_mata kuliah metode penelitian non positif

8

Dia menurunkan Kitab (Al-Qur’an) kepadamu (Muhammad). Diantaranya ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah pokok Kitab (Al-Qur’an) dan yang lain mutasyabihat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong pada

kesesatan, mereka mengikuti yang mutasyabihat untuk mencari-cari fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya

kecuali Allah. Dan orang-orang yang ilmunya mendalam berkata: “Kami beriman kepadanya (Al-Qur’an), semuanya dari sisi Tuhan kami.” Tidak ada yang dapat

mengambil pelajaran kecuali orang yang berakal.(QS. Ali-Imran: 7)

2.1 PENGANTAR

Metodologi yang digunakan dalam penelitian akan sangat menentukan

lahirnya sebuah konsep. Metodologi sekuler yang selama ini digunakan oleh

banyak peneliti muslim belumlah tepat untuk mengeksplorasi nilai-nilai islam

sebagai landasan perumusan sebuah konsep. Bab ini menguraikan bentuk

pengembangan metodologi yang dibangun dengan menggunakan paradigma

Islam, yaitu fenomenologi Islam yang dikembangkan dari fenomenologi sekuler.

2.2 ISLAM SEBAGAI PARADIGMA ILMU PENGETAHUAN

Menurut Triyuwono (2006: 214) paradigma pada dasarnya adalah

pandangan dunia atau cara pandang yang digunakan oleh seseorang untuk

melihat atau memahami sesuatu.

Paradigma dapat dipahami sebagai alat untuk melihat (realitas ilmu dan

praktisi akuntansi, misalnya), dan sekaligus juga merupakan alat untuk tidak

melihat. Namun demikian, kita juga harus menyadari bahwa paradigma tetap

berkembang melalui proses dialektika. Paradigma akan terus bergerak dan

berproses menuju pada kesempurnaan melalui proses dialetika (Triyuwono,

2006: 215).

Islam adalah agama yang menempatkan pengetahuan dalam posisi yang

sangat vital. Bukanlah sesuatu yang kebetulan, jika lima ayat pertama yang

diwahyukan Allah kepada nabi Muhammad Saw dalam surat al-‘Alaq, dimulai

Page 9: 146020300111009 sri apriyanti husain proposal uts_mata kuliah metode penelitian non positif

9

dengan membaca (iqra’) yang secara tidak langsung mengandung makna dan

implikasi pengetahuan. Di samping itu, pesan-pesan Al-Qur’an dalam

hubungannya dengan pengetahuan pun dapat dijumpai dalam berbagai ayat

dengan aneka ungkapan pernyataan, pertanyaanm, dan kisah. Lebih khusus

lagi, kata ‘ilm dan derivasinya paling dominan dalam Al-Qur’an menunjukkan

perhatian Islam yang luar biasa terhadap pengetahuan.

Pengetahuan secara cultural pada umumnya berada dalam lingkup peran,

fungsi, dan tujuan yang tidak berbeda. Semuanya hidup dalam upaya yang

bermaksud mengangkat dan menegakkan martabat manusia melalui transmisi

yang dimilikinya, terutama dalam bentuk transfer of knowledge dan transfer of

values.

Sebagai pengetahuan yang berlabel “agama” maka pengetahuan Islam

memiliki transmisi spiritual yang sangat nyata dalam proses pengajarannya

dibaanding dengan pengetahuan “umum”, sekalipun pada keinginan ini juga

memiliki muatan serupa, kejelasannya terletak pada keinginan pengetahuan

Islam untuk mengembangkan keseluruhan aspek dalam diri anak didik secara

berimbang, baik aspek intelektual, spiritual, moralitas, keilmiahan, skill

(keterampilan), dan cultural.

Oleh karena itulah pengetahuan Islam memiliki beban yang multi

paradigma, yang visinya sangat luas yaitu multi dimensi meliputi : (1) intelektual;

(2) kultural; (3) nilai-nilai transendental; (4) keterampilan fisik dan pembinaan

kepribadian manusia itu sendiri. Di samping itu paradigma pengetahuan Islam

berusaha memadukan unsur profane dan imanen, di mana dengan pemaduan

ini, akan membuka kemungkinan tujuan inti pengetahuan Islam yaitu melahirkan

manusia-manusia yang beriman dan berilmu pengetahuan, yang satu sama

lainnya saling menunjang.

Page 10: 146020300111009 sri apriyanti husain proposal uts_mata kuliah metode penelitian non positif

10

Pada aspek yang lain, ilmu pengetahuan yang dikembangkan dalam

pengetahuan Islam adalah berorientasi pada nilai-nilai Islami, yaitu ilmu

pengetahuan yang bertolak dari metode ilmiah dan metode profetik. Ilmu

pengetahuan tersebut bertujuan menemukan dan mengukur paradigma dan

premis intelektual yang berorientasi pada nilai kebaktian dirinya pada

pembaharuan yang merupakan sumber dari segala sumber yang tia terjebak

pada paradigma keilmuan yang “dikotomik”.

Konsepsi dasar terhadap konteks pengetahuan Islam tersebut di atas,

adalah tidak terlepas dari pijakan epistemologi dan upaya redefinisi dan

pencairan paradigma baru pengetahuan Islam berdasarkan referensi wahyu dan

visi profetik yang terakumulasi dalam ajaran Islam. Dengan konteks ini, Islam

sebagai agama wahyu yang merupakan pedoman hidup untuk mencapai

kesejahteraan dunia dan akhirat amat kaya sumber prinsip dan konsep

kepengetahuan. Di samping itu Nabi Muhammad Saw sendiri diutus sebagai

pendidik umat manusia. Oleh karena itu, tidak diragukan lagi bahwa ajaran Islam

sarat dengan konsep pengetahuan, sehingga bukan satu hal yang mengada-

ngada bila Islam diangkat sebagai alternatif paradigma ilmu pengetahuan.

Lebih jauh Achmadi berpandangan, sebagai alternatif paradigma

pengetahuan, disamping pengetahuan sebagai ilmu humaniora yang termasuk

ilmu normatif, juga masakah pengetahuan sekarang para ahli lebih cenderung

menerapkan teori-teori atau filsafat pengetahuan Barat yang pada umumnya

sekuler, yang belum tentu sesuai dengan kebanyakan masyarakat Indonesia

yang bersifat religius. Apalagi disadari bahwa Islam yang sarat dengan nilai-nilai

ternyata sangat memungkinkan dijadikan sudut pandang dalam menganalisis

persoalan-persoalan yang berkaitan dengan gejala-gejala pengetahuan. Dalam

kerangka inilah kedudukan Islam dapat menjadi paradigma ilmu pengetahuan.

Pernyataan Islam berbagai paradigma pengetahuan merupakan kenisscayaan

Page 11: 146020300111009 sri apriyanti husain proposal uts_mata kuliah metode penelitian non positif

11

dan obsesi sekaligus persoalan. Pengetahuan senantiasa menghendaki adanya

paradigm dan implementasi baru dalam menjawab krisis intelektual, moralitas

dan cultural kehidupan manusia.

Pengetahuan sekarang tampak kehilangan nafas dan esensinya dalam

membentuk manusia ideal kea rah intelektualitas, moralitas, dan cultural yang

diharapkan. Islam dengan konsep ke-Tuhanan, kemanusiaan dan kealaman

ternyata amat strategis menjadikan manusia dan masyarakat berkualitas bahkan

menjadikannya sebagai makhlkuk sempurna dalam kerangka kehidupan ideal

ssecara keseluruhan.

Dengan paradigma filosofis-epistemologis pengetahuan Islam merupakan

pendidika ideal yang berwawasan nilai, semesta, integratif dan fungsional, yang

dibangun secara utuh, dan menyeluruh berdasarkan nilai-nilai ketuhanan

(ilahiyah), nilai-nilai kemanusiaan (insaniyah), dan nilai-nilai kealaman (alamiyah)

secara interaktif, dinamis, integrative, dan harmonis ke dalam kehidupan yang

ideal bagi peradaban umat manusia, yang bersumber dari segala sumber, yaitu

Allah.

Dalam konteks ini semakin jelas bahwa dengan pijakan “Islam” sebagai

pola dasar paradigm ilmu pengetahuan, akan menjadikan pengetahuan Islam

sangat ideal dijadikan pijakan pembangunan semua aspek kehidupan yang tidak

terlepas dari Konsep Ketuhanan (ilahiyah), Kemanusiaan (insaniyah), dan alam

semesta (alamiyah) secara utuh dan integrative mewujudkan pengetahuan

berkualitas bagi masa depan umat manusia yang berperadaban, danberkeadilan;

humanis dan ummatik (https://deybiagustin.wordpress.com/2012/12/17/islam-

sebagai-paradigma-ilmu-pendidikan/).

2.3 FENOMENOLOGI DALAM PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN

2.3.1 Fenomenologi Husserl

Page 12: 146020300111009 sri apriyanti husain proposal uts_mata kuliah metode penelitian non positif

12

Kata “phenomenon” sendiri berasal dari bahasa Yunani phaenesthai, yang

berarti menyala, menunjukkan dirinya, muncul. Dibangun dari kata phaino,

“phenomenon” berarti menerangi, menempatkan sesuatu dalam terang

(brightness), menunjukkan dirinya dalam dirinya, keseluruhan apa yang ada di

hadapan kita di hari yang terang. Dari sinilah muncul pandangan pokok

fenomenologi, yakni “menuju sesuatu itu sendiri” (to the things themselves).

Dengan kata lain menuju apa yang muncul dan memberikan dorongan ( impetus)

untuk adanya pengalaman dan membangkitkan pengetahuan baru. Fenomena,

gejala, adalah batu-batu bangunan utama pengetahuan manusia dan merupakan

dasar bagi semua pengetahuan (Moustakas,1994: 26)

Setiap fenomena, gejala, sudah dapat menjadi titik awal untuk sebuah

penelitian. Apa yang ada dalam persepsi kita mengenai sesuatu adalah ke-

hadirannya atau merupakan penampilannya. Namun ini bukan khayalan kosong.

Apa yang ada dalam persepsi tersebut merupakan awal yang sangat penting dari

suatu ilmu pengetahuan yang mencari “valid determinations” dan terbuka bagi

setiap orang untuk membuktikannya (to verify) (Husserl, 1931: 129).

Ide yang sangat penting dari Husserl, yang kemudian akan sangat relevan

dengan ilmu sosial budaya, adalah tentang deskripsi fenomenologis sebagai

deskripsi, penggambaran dari segala sesuatu sebagaimana “adanya”;

sebagaimana segala sesuatu tersebut tampil, hadir di hadapan manusia dalam

cara tampilnya. Hal ini berarti bahwa fenomenologi bebas untuk menggeluti,

menelaah, semua wilayah pengalaman manusia. Apakah ini tidak sama atau

mirip dengan psikologi naturalistik? Tidak, menurut Husserl.

Dalam pandangan Husserl, psikologi naturalistik (naturalistic psychology),

yang mengikuti cara-cara dalam ilmu-ilmu alam, seperti halnya sosiologi, telah

gagal mengetahui keterbatasan-keterbatasannya, karena psikologi seperti itu

telah kehilangan “sense” atau “rasa” dari gejala yang dipelajarinya. Metode-

Page 13: 146020300111009 sri apriyanti husain proposal uts_mata kuliah metode penelitian non positif

13

metode psikologi dipandangnya tidak tepat karena metode dan konsep yang

berkembang di dalamnya telah mengabaikan fenomena “pengalaman”

sebagaimana dialami oleh manusia. Oleh karena itu, menurut Husserl, metode

yang benar dari sebuah disiplin ilmu pengetahuan seharusnya “follows the nature

of the things to be investigated and not our prejudices and preconceptions”, atau

mengikuti hakikat, sifat, dari apa yang diteliti, dan tidak berdasarkan atas

prasangka-prasangka atau prakonsepsi-prakonsepsi kita mengenainya (1965:

102).

Lebih dari itu, Husserl mengatakan bahwa fenomenologi tidak hanya harus

menjadi “psikologi deskriptif”, tetapi juga harus menjadi filsafat transendental.

Artinya, dalam hal ini filsafat harus bersaing dengan ilmu pengetahuan positif,

dan tidak hanya puas dengan spekulasi filosofis saja. Fenomenologi harus

mencari yang transendental. Filsafat fenomenologi transendental berupaya

menemukan struktur yang paling elementer, yang “we, here and now, are always

departing from, and which lead and make possible our perceiving and knowing,

speaking and thinking, remembering and expecting...”( Ijsseling,1979: 8-9). Di

sinilah terletak perbedaan penting antara fenomenologi dan psikologi naturalistik,

dan mengapa fenomenologi kemudian lebih dikenal sebagai aliran filsafat.

Fenomenologi sebagai logos (discourse) atau wacana tentang fenomena

harus memberikan suatu deskripsi setepat mungkin tentang apa yang hadir dan

ada di hadapan kesadaran. Deskripsi ini harus lengkap dan dilakukan oleh

kesadaran atau oleh subjek yang sepenuhnya sadar, subjek yang menulis, yang

menjelaskan tentang apa yang telah dikatakan atau ditulis. Namun deskripsi

yang tepat tidak akan pernah dapat dilakukan dengan tuntas.

Sumbangan pemikiran Husserl yang lain bagi ilmu sosial adalah

pandangannya tentang natural attitude. Konsep inilah yang di kemudian hari

menghubungkan filsafat fenomenologi dengan sosiologi. Lewat konsep ini

Page 14: 146020300111009 sri apriyanti husain proposal uts_mata kuliah metode penelitian non positif

14

Husserl mengemukakan bahwa seorang Ego yang berada dalam situasi tertentu

biasanya menggunakan penalaran yang praktis, seperti dalam kehidupan

sehari-hari. Ego tersebut tidak mempertanyakan lagi secara rinci apa yang ada di

sekitarnya. Dia menganggap apa yang dihadapinya tidak berbeda dengan hal

yang sama yang telah ditemuinya kemarin atau dulu (Phillipson, 1972: 127).

Natural attitude ini disebut juga commonsense reality. Oleh Husserl natural

attitude ini dibedakan dengan theoretical attitude dan mythical religious attitude.

Dengan perbedaan ini Husserl meletakkan salah satu ide pokok yang kemudian

dikembangkan oleh Alfred Schutz, dan diteruskan oleh Harold Garfinkel dalam

etnometodologi. Di situ mereka menghubungkan attitude tersebut dengan bisa

tidaknya proses interaksi sosial terjadi (Leiter, 1980: 40-44).

Kini di Barat filsafat fenomenologi tidak lagi terlihat sebagai sebuah aliran

pemikiran filosofis yang tunggal. Murid-murid Husserl telah mengembangkan ide-

ide Husserl lebih lanjut, sehingga kita mengenal tokoh-tokoh filsafat seperti

Marleau-Ponty, Martin Heidegger, Jean Paul Sartre, yang mengembangkan

filsafat Fenomenologi yang dasar-dasarnya telah diletakkan oleh Husserl.

2.3.2 Perkembangan Fenomenologi

Secara etimologis, fenomenologi berasal dari kata Yunani, phainomenon

yang merujuk pada arti “yang menampak”. Fenomena adalah fakta yang disadari

dan masuk ke dalam pemahaman manusia. Sehingga, suatu objek ada dalam

relasi kesadaran.

Dewasa ini, fenomenologi dikenal sebagai aliran filsafat sekaligus metode

berpikir yang mempelajari fenomena manusiawi (human phenomena) tanpa

mempertanyakan penyebab dari fenomena tersebut serta realitas objektif dan

penampakannya.

Page 15: 146020300111009 sri apriyanti husain proposal uts_mata kuliah metode penelitian non positif

15

Fenomenologi sebagai salah satu cabang filsafat pertama kali

dikembangkan di universitas-universitas Jerman sebelum Perang Dunia I,

khususnya oleh Edmund Husserl, yang kemudian dilanjutkan oleh Martin

Heidegger dan yang lainnya, seperti Jean Paul Sartre. Selanjutnya Sartre

memasukkan ide-ide dasar fenomenologi dalam pandangan eksistensialisme.

Adapun yang menjadi fokus eksistensialisme adalah eksplorasi kehidupan dunia

mahluk sadar atau jalan kehidupan subjek-subjek sadar (Engkus Kuswarno,

2009:3).

Fenomenologi tidak dikenal setidaknya sampai menjelang abad ke-20.

Abad ke-18 menjadi awal digunakannya istilah fenomenologi sebagai nama teori

tentang penampakan yang menjadi dasar pengetahuan empiris atau

penampakan yang diterima secara inderawi. Istilah tersebut diperkenalkan oleh

Johann Heinrich Lambert. Sesudah itu, filosof Immanuel Kant mulai sesekali

menggunakan istilah fenomenologi dalam tulisannya. Pada tahun 1889, Franz

Brentano menggunakan fenomenologi untuk psikologi deskriptif, dimana menjadi

awalnya Edmund Husserl mengambil istilah fenomenologi untuk pemikirannya

mengenai “kesengajaan”.

Sebelum abad ke-18, pemikiran filsafat terbagi menjadi dua aliran yang

saling bertentangan. Adalah aliran empiris yang percaya bahwa pengetahuan

muncul dari penginderaan. Dengan demikian kita mengalami dunia dan melihat

apa yang sedang terjadi. Bagi penganut empiris, sumber pengetahuan yang

memadai itu adalah pengalaman. Akal yang dimiliki manusia bertugas untuk

mengatur dan mengolah bahan-bahan yang diterima oleh panca indera.

Sedangkan di sisi lain terdapat aliran rasionalisme yang percaya bahwa

pengetahuan timbul dari kekuatan pikiran manusia atau rasio. Hanya

pengetahuan yang diperoleh melalui akallah yang memenuhi syarat untuk diakui

sebagai pengetahuan ilmiah. Aliran ini juga mempercayai pengalaman hanya

Page 16: 146020300111009 sri apriyanti husain proposal uts_mata kuliah metode penelitian non positif

16

dapat dipakai untuk mengukuhkan kebenaran yang telah diperoleh oleh rasio.

Akal tidak memerlukan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan yang

benar sebab akal dapat menurunkan kebenaran tersebut dari dirinya sendiri.

Dari dua pemikiran yang berbeda tersebut, Immanuel Kant muncul untuk

menjembatani keduanya. Menurutnya, pengetahuan adalah apa yang tampak

kepada kita atau fenomena. Sedangkan fenomena sendiri didefenisikan sebagai

sesuatu yang tampak dengan sendirinya dan merupakan hasil sintesis antara

penginderaan dan bentuk konsep dari objek. Sejak pemikiran tersebut menyebar

luas, fenomena menjadi titik awal pembahasan para filsafat pada abad ke-18 dan

19 terutama tentang bagaimana sebuah pengetahuan dibangun.

Fenomenologi bagi Husserl adalah gabungan antara psikologi dan logika.

Fenomenologi membangun penjelasan dan analisis psikologi tentang tipe-tipe

aktivitas mental subjektif, pengalaman, dan tindakan sadar. Namun, pemikiran

Husserl tersebut masih membutuhkan penjelasan yang lebih lanjut khususnya

mengenai “model kesengajaan”. Pada awalnya, Husserl mencoba untuk

mengembangkan filsafat radikal atau aliran filsafat yang menggali akar-akar

pengetahuan dan pengalaman. Hal ini didorong oleh ketidakpercayaan terhadap

aliran positivistik yang dinilai gagal memanfaatkan peluang membuat hidup lebih

bermakna karena tidak mampu mempertimbangkan masalah nilai dan makna.

Fenomenologi berangkat dari pola pikir subjektivisme yang tidak hanya

memandang dari suatu objek yang tampak namun berusaha menggali makna di

balik setiap gejala tersebut.

Pada tahun-tahun berikutnya, pembahasan fenomenologi berkembang

tidak hanya pada tataran “kesengajaan”, namun juga meluas kepada kesadaran

sementara, intersubjektivitas, kesengajaan praktis, dan konteks sosial dari

tindakan manusia.

Page 17: 146020300111009 sri apriyanti husain proposal uts_mata kuliah metode penelitian non positif

17

Tulisan-tulisan Husserl memainkan peran yang amat besar dalam hal ini.

Saat ini fenomenologi dikenal sebagai suatu disiplin ilmu yang kompleks, karena

memiliki metode dan dasar filsafat yang komrehensif dan mandiri. Fenomenologi

juga dikenal sebagai pelopor pemisah antara ilmu sosial dari ilmu alam, yang

mempelajari struktur tipe-tipe kesadaran yang dinamakan dengan “kesengajaan”

oleh Husserl. Struktur kesadaran dalam pengelaman pada akhirnya membuat

makna dan menentukan isi dari penampakkannya.

2.3.3 Dimensi Islam dalam Fenomenologi sebagai Ilmu Pengetahuan

Fenomenologi Husserl dijadikan sebagai landasan dalam fenomenologi

agama. Fenomenologi agama menjadikan agama sebagai objek studi menurut

apa adanya. Atau dengan kata lain, ia menjelaskan fenomena keagamaan

sebagai yang ditunjukkan oleh agama itu sendiri. Dalam hal ini kaum

fenomenolog agama mencegah sikap memandang fenomena keagamaan itu

menurut visi mereka sendiri.

Tujuan fenomenologi agama adalah mengkaji dan kemudian mengerti pola

atau struktur agama atau menemukan esensi agama di balik manifestasinya

yang beragam atau memahami sifat-sifat yang unik pada fenomena keagamaan

serta untuk memahami peranan agama dalam sejarah dan budaya manusia.

Pendekatan fenomenologi dalam studi agama muncul sebagai reaksi

terhadap beberapa pendekatan sebelumnya, yaitu:

1) Pendekatan teologi yang normatif (atau sebut saja: teologis-normatif). Dalam

mengkaji tradisi agama, pendekatan ini digunakan untuk menghasilkan dan

menyumbangkan pemahaman yang lebih baik mengenai dunia agama.

Sehingga menjadikan agama tertentu (terutama agamanya sendiri) sebagai

agama yang benar, sementara agama lain salah.

Page 18: 146020300111009 sri apriyanti husain proposal uts_mata kuliah metode penelitian non positif

18

2) Pendekatan reduksionis. Pendekatan ini melihat agama lebih sebagai fakta-

fakta intelektual, emosional, psikologis dan sosiologis. Di sini agama

diselidiki melalui beberapa disiplin di luar ilmu agama (teologi). Ilmu-ilmu ini

dalam melihat agama (termasuk persoalan ketuhanan) menghasilkan

beberapa kesimpulan, misalnya ia sebagai pemerasan  ekonomis (Marx),

frustasi jiwa manusia (Feuerbach), suatu fase manusia dalam keadaan

keterbelakangan (Comte), dan lain-lain. Ketika mencari asal-usul agama, ahli

sosiologi agama memulai kerjanya dalam masyarakat yang paling “primitif”.

Melalui penelitian terhadap masyarakat yang paling “awal/primitif” itu

diharapkan diperoleh pemahaman mengenai proses perkembangan agama

sepanjang sejarah.

Fokus utama fenomenologi agama adalah aspek pengalaman keagamaan,

dengan mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena keagamaan secara

konsisten dalam orientasi keimanan atau kepercayaan objek yang diteliti.

Pendekatan ini melihat agama sebagai komponen yang berbeda dan dikaji

secara hati-hati berdasarkan sebuah tradisi keagamaan untuk mendapatkan

pemahaman di dalamnya. Fenomenologi agama muncul dalam upaya untuk

menghindari pendekatan-pendekatan yang sempit, etnosentris dan normatif

dengan berupaya mendeskripsikan pengalaman-pengalaman agama dengan

akurat.

BAB III

Page 19: 146020300111009 sri apriyanti husain proposal uts_mata kuliah metode penelitian non positif

19

METODE PERUMUSAN KONSEP PENILAIAN KINERJA PEGADAIAN

SYARIAH BERLANDASKAN NILAI-NILAI ISLAM

“Sesungguhnya pada yang demikian itu menjadi tanda-tanda bagi mereka yang mau berpikir.” (QS. Ar-Ra’d: 3)

“sesungguhnya kami jelaskan beberapa ayat kepada mereka yang mengetahui” (QS. Al-An’am:97)

3.1 PENGANTAR

Bab ini menguraikan metode dan pendekatan yang digunakan dalam

penelitian. Penggunaan metode yang digunakan dapat membantu peneliti untuk

mencapai tujuan penelitian. Dalam penelitian juga, pendekatan yang lebih

spesifik sangat dibutuhkan sabagai arah dala pengumpulan dan penganalisisan

data.

3.2 METODE DAN PENDEKATAN PENELITIAN

Untuk mencapai tujuan penelitian, maka peneliti menggunakan metode

penelitian. Seperti yang diuraikan sebelumnya bahwa tujuan penelitian ini adalah

untuk merumuskan konsep penilaian kinerja pegadaian syariah berlandaskan

nilai-nilai islam.

Berdasarkan tujuan penelitian tersebut maka metode penelitian yang

digunakan adalah metode kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan

dalam melakukan penelitian yang beroriantasi pada gejala-gejala yang bersifat

alamiah karena orientasinya demikian, maka sifatnya naturalistik dan mendasar

atau bersifat kealamiahan serta tidak bisa dilakukan di laboratorium melainkan

harus terjun di lapangan. Oleh sebab itu, penelitian semacam ini disebut dengan

field study (Nazir, 1986: 159).

Menurut Bogdan dan Taylor (Moleong, 2012: 4) mendefinisikan metode

kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

Page 20: 146020300111009 sri apriyanti husain proposal uts_mata kuliah metode penelitian non positif

20

kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Lebih lanjut Denzin dan Lincoln (Moleong, 2012: 5) menyatakan bahwa

penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan

maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan

melibatkan berbagai metode yang ada.

Penelitian Kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena

penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (Sugiyono, 2011: 8).

Cresswell dalam bukunya Herdiansyah (2010: 8):

“Qualitative research is an inquiry process of understandingbased on distinct methodological traditions of inquiry that explore a social or human problem. The researcher builds a complex, holistic picture, analizes words, report detailed, views of information, and conducts the study ina natural setting.”

Lebih lanjut Moleong dalam bukunya Herdiansyah (2010: 9) mendefinisikan

bahwa penelitian kualitatif adalah suatu penelitian ilmiah yang bertujuan untuk

memahami suatu fenomena dalam konteks sosial secara alamiah dengan

mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dan

fenomena yang diteliti.

Lincoln dan Guba dalam Naturalistic Inquiry (1985: 70-91) menjelaskan

lebih mendetail tentang pendekatan penelitian kualitatif. Pertama, secara

ontologis penelitian kualitatif ditandai oleh fakta bahwa peneliti

mengkonstruk/membangun realitas yang dia lihat. Dalam gagasan penelitian

kualitatif masing-masing orang dilibatkan dalam penelitian, sebagai partisipan

atau subyek bersama-sama mengkonstruk realitas. Kedua, secara

epitemologis, penelitian kualitatif didasarkan pada nilai dan judgment nilai, bukan

fakta. Dalam pandangan umum di lapangan mereka mengklaim bahwa nilai

peneliti memandu dan membentuk simpulan penelitian sebab peneliti

membangun realitas dari penelitian. Dalam waktu yang sama peneliti memiliki

sensitifitas pada realitas yang diciptakan oleh orang lain yang terlibat, dan

konsekuensi perubahannya dan perbedaan-perbedaan nilai. Semua temuan

Page 21: 146020300111009 sri apriyanti husain proposal uts_mata kuliah metode penelitian non positif

21

dalam penelitian kualitatif yang dinegosiasikan secara sosial diakui benar. Ketiga,

penelitian kualitatif bersifat empiris dan ilmiah sebagaimana penelitian kuantitatif,

meskipun dasar-dasar filosofis penelitian kualitatif baik secara ontologis maupun

epistemologis dipandu oleh judgment nilai yang subyektif.

Lincoln dan Guba memecahkan masalah empiris dengan sebuah quasi-

"Grounded-Theory" yakni pendekatan pada pola-pola. Lincoln dan Guba (1985:

187-220). Mengangkat peneliti sebagai instrumen penelitian “research

instrument” dari sebuah penelitian, dan menugaskan peneliti untuk meloloskan

data dengan secara intens mengidentikasi “tema-tema” yang “muncul” dari data.

Menentukan tema-tema yang valid dari data dengan triangulasi tema-tema

dengan tema-tema yang sudah dimunculkan oleh instrumen peneliti (researcher-

instruments) yang lain dan triangulasi dengan interpretatif data dengan format-

format data yang relevan dengan penelitian.

Dalam penelitian kualitatif, diperlukan penjelasan tentang pendekatan yang

secara spesifik digunakan untuk menjangkau dan menganalisis data penelitian.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah “fenomenologi islam”.

Fenomenologi islam digunakan untuk mengeksplorasi makna nilai-nilai islam

yang bersumber dari kesadaran informan sekaligus sebagai alat analisis dalam

merumuskan konsep penilaian kinerja pegadaian syariah berlandaskan nilai-nilai

islam.

Alasan peneliti memilih fenomenologi islam sebagai pendekatan penelitian

adalah mengacu pada tujuan dan konteks penelitian. Tujuan penelitian ini adalah

merumuskan konsep penilaian kinerja pegadaian syariah berlandaskan nilai-nilai

islam. Temuan makna nilai-nilai islam yang dieksplorasi dari kesadaran subjek

yang berpengalaman dan berpengetahuan terkait dengan objek penelitian.

Konteks penelitian ini adalah pegadaian syariah yang beroperasi berdasarkan

hukum islam yang merefleksikan nilai-nilai islam dalam setiap aktivitas bisnisnya.

Page 22: 146020300111009 sri apriyanti husain proposal uts_mata kuliah metode penelitian non positif

22

3.3 OBJEK DAN SUBJEK PENELITIAN

Objek dalam penelitian ini adalah konsep penilaian kinerja pegadaian

syariah berlandaskan nilai-nilai islam. Dalam fenomenologi, individu memiliki

kesadaran terkait realitas objek penelitian merupakan subjek penelitian yang

dapat berpartiipasi sebagai informan. Subjek dalam penelitian ini adalah individu

yang memiliki pengalaman dalam pengelolaan pegadaian syariah dan individu

yang memiliki pengetahuan khusus tentang nilai-nilai islam dalam konteks

pegadaian syariah. Subjek berdasarkan pengalaman di pegadaian syariah

adalah diantaranya adalah manajer pegadaian syariah, karyawan pegadaian

syariah, nasabah, DPS, MUI, dan orang yang paham dengan pegadaian syariah.

3.4 UNIT ANALISIS DAN INSTRUMEN PENELITIAN

Unit analisis dalam penelitian ini didasarkan pada komponen konseptual

fenomenologi transendental yang telah dikembangkan menjadi fenomenologi

islam. Adapun unit-unit yang dianalisis adalah kesadaran, noema dan noesis,

refleksi, dan intersubjektivitas.

Menurut Muhadjir (2000), fenomenologi melibatkan nilai (value Bond)

manusia sebagai penangkap realitas dalam mengamati, mengumpulkan data,

menganalisis dan membuat simpulan.berdasarkan hal tersebut maka instrumen

penelitian ini adalah peneliti sendiri.

3.5 TEKNIK DAN MEDIA PENGUMPULAN DATA

Menurut Lofland (Moleong, 2012: 157), sumber data utama dalam

penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data

tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Data kualitatif yaitu data yang

berhubungan dengan kategorisasi, karakteristik berwujud pertanyaan atau

Page 23: 146020300111009 sri apriyanti husain proposal uts_mata kuliah metode penelitian non positif

23

berupa kata-kata. Data biasanya didapat dari wawancara yang bersifat subjektif

sebab data tersebut ditafsirkan lain oleh orang yang berbeda (Riduan, 2003: 5-

7).

Data yang akan dikumpulkan adalah data yang sesuai dengan fokus

penelitian yaitu konsep penilaian kinerja pegadaian syariah berlandaskan nilai-

nilai islam. Data utama penelitian ini adalah berupa wawancara, hasil

pengamatan/observasi, dokumentasi, dan hasil telaah kajian tafsir-tafsir Al-

Qur’an dan hadis, sedangkan data pelengkap berupa data yang diperoleh dari

penelusuran dokumen yang relevan dengan objek penelitian. Intruksi pokok

dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dengan alat bantu ballpoint, pedoman

wawancara, alat perekam dan handphone. Berikut ini uraian prosedur

pengumpulan data:

1) Wawancara/ Interview

Wawancara adalah percakapan percakapan dengan maksud tertentu.

Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang

mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan

jawaban atas pernyataan itu (Moleong, 2012: 186).

Dalam melaksanakan wawancara, peneliti mendatangi informan antara lain

manajer pegadaian syariah, karyawan pegadaian syariah, dan nasabah

pegadaian syariah. Metode wawancara yang digunakan peneliti adalah

wawancara tidak terstruktur. Data hasil wawancara direkam menggunakan alat

perekam ataupun handphone dan disimpan dalam file komputer sebagai arsip

data.

2) Observasi

Page 24: 146020300111009 sri apriyanti husain proposal uts_mata kuliah metode penelitian non positif

24

Tehnik ini utamanya digunakan pada studi pendahuluan seperti

mengobservasi suasana pegadaian syariah, sarana dan prasarana yang

digunakan, pelayanan nasabah dan lain sebagainya. Proses observasi yang

dilakukan di pegadaian syariah dan kegiatan sosial yang sering dilakukan oleh

pegadaian syariah.

3) Dokumentasi

Dokumen sebagai sumber data, akan berfungsi sebagai indikator dari

produk tingkat komitmen subjek yang diteliti. Dengan demikian demikian

dokumen ini akan terkait dengan seluruh subjek penelitian, baik pegawai maupun

nasabah. Telaah dokumentasi juga dilakukan dengan mengintegrasikan

dokumen yang relevan dengan topik penelitian, diantaranya tafsir Al-Qur’an dan

hadis Nabi, jurnal-jurnal, dan bahan tulisan berupa buku-buku, artikel di internet,

majalah, koran, dan referensi lainnya yang relevan dengan permasalahan

penelitian.

3.6 INFORMAN PENELITIAN

Dalam hal pemilihan informan, peneliti menggunakan teknik purposive

sampling dengan terlebih dahulu menentukan informan kunci. Informan kunci

ditentukan berdasarkan atas keterlibatan yang bersangkutan terhadap situasi

dan kondisi sosial yang akan dikaji sesuai dengan fokus penelitian. Hal ini

didasarkan pada Fatchan (20013: 129) bahwa penelitian yang menggunakan

pendekatan fenomenologi, informan dan subjek penelitiannya adalah orang per

orang atau individu-individu yang telah dipilih secara sengaja oleh peneliti.

3.7 TAHAPAN PENELITIAN

Page 25: 146020300111009 sri apriyanti husain proposal uts_mata kuliah metode penelitian non positif

25

Adapun tahap-dahap dalam penelitian ini secara umum terdiri atas

empat tahap yaitu:

1) Tahap pra lapangan

Menurut moleong (2012: 127) ada enam tahap kegiatan yang harus

dilakukan peneliti dalam tahapan ini ditambah satu pertimbangan yang perlu

dipahami yaitu etika penelitian di lapangan. Adapun kegiatan dalam tahap ini

yakni:

(a) Menyusun rancangan penelitian

(b) Memilih lapangan penelitian

(c) Mengurus perizinan

(d) Menjajaki dan menilai lapangan

(e) Memilih dan memanfaatkan informan

(f) Menyiapkan perlengkapan penelitian

(g) Persoalan etika penelitian

2) Tahap pekerjaan lapangan

(a) Memahami latar penelitian dan persiapan diri

(b) Memasuki lapangan

(c) Berperanserta dalam mengumpulkan data

3) Tahap analisis data

4) Simpulan hasil temuan

DAFTAR PUSTAKA

Page 26: 146020300111009 sri apriyanti husain proposal uts_mata kuliah metode penelitian non positif

26

Choudhury, Masudul Alam Choudhury and Md. Mostaque Hussain. 2005. “A Paradigm of Islamic Money and Banking.” International Journal of Social Economics. Vol. 32, No. 3.

Cresswell, John W. 1998.Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing Among Five Traditions. Sage Publications: London

Fatchan. 2013. Metode Penelitian Kualitatif. 10 Langkah Penelitian Kualitatif. Pendekatan Konstruksi dan Fenomenologi. Universitas Negeri Malang (UM): Malang

Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika

Herfika, Cahyusha Desmutya. 2013. Analisis komparasi mekanisme produk kredit Pada pegadaian konvensional dan pembiayaan Pada pegadaian syariah (Studi pada PT Pegadaian di Nganjuk dan Kediri). Universitas Brawijaya

https://deybiagustin.wordpress.com/2012/12/17/islam-sebagai-paradigma-ilmu-pendidikan/

Ijsseling, S., 1979 .“Hermeneutics and Textuality: Questions Concerning Phenomenology” dalam Studies in Phenomenology and the Human Sciences, J. Sallis (ed.). Atlantic Highlands, N.J.: Humanities Press.

Kaplan Robert, S. D.P Norton. 1996. The Balanced Scorecard: Translating Strategy Into Action. Boston: Harvard Business School Press

Leiter, K. 1980. A Primer on Ethnomethodology. Oxford: Oxford University Press.Lincoln. Yvonna S. and Guba, Egon G. 1985. Naturalistic Inquiri. Sage

Publications, Inc.Mengko, Natalia Caroline. 2013. penerapan akuntansi pertanggungjawaban

untuk penilaian kinerja nonfinansial kantor wilayah vi pt. pegadaian (persero) manado

Moleong, Lexy J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Muhadjir, Noeng. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi IV. Rake Sarasin: Yogyakarta

Moustakas, C. 1994. Phenomenological Research Methods. London: Sage Publications.

Nasr, Sayyed Hossein. 2003. Antara Tuhan, Manusia dan Alam: Jembatan Fikosofis dan Religius Menuju Puncak Spiritual. Yogyakarta: IRCiSoD

Phillipson, M. 1972. “Phenomenological Philosophy and Sociology” in New Directions in Sociological Theory, P. Filmer et.al (eds.). London: Collier MacMillan.

Triyuwono, Iwan. 2006. Akuntansi Syariah. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.Triyuwono, Iwan. 2006 Persefektif, Metodologi, dan Teori Akuntansi Syariah.

Universitas Brawijaya Malang