145. lentera iblis

Download 145. Lentera Iblis

If you can't read please download the document

Upload: lukmanul-hakim

Post on 30-Sep-2015

224 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

ws145

TRANSCRIPT

145. Lentera Iblis.PAGI ITU Patih Kerajaan Sawung Giring Bradjanatabaru saja selesai sarapan. Dia akan segeraberangkat menuju Keraton untuk menemui SriBaginda. Banyak hal penting yang akan dibicarakan. Salahsatu diantaranya menyangkut gerakan orang-orang yangmenamakan diri dan mengaku berasal dari KeratonKaliningrat. Saat keluar dari ruang makan seorangpengawal datang memberi tahu bahwa Danang Kaliwarda,kepala pengawal Gedung Bendahara ingin menghadap.Danang Kaliwarda..... Patih Kerajaan menyebutnama itu. Aku pernah melihatnya beberapa kali. Tapi takpernah bertegur sapa. Pengawal, apa kau tanyakanmaksud kedatangannya?Memang ada saya tanyakan. Katanya ada hal sangatpenting ingin disampaikan. Namun dia hanya mau bicaralangsung dengan Kanjeng Patih, menerangkan pengawalGedung Kepatihan.Setelah berpikir sebentar Patih Kerajaan akhirnyaberkata pada pengawal. Aneh juga. Kalau ada sesuatuurusan penting seharusnya Bendahara Wira Bumi yangdatang menghadap. Kepala Pengawal itu datang seorangdiri atau ada yang menemani?Dia datang seorang diri, Kanjeng Patih.Baiklah, suruh dia menunggu di pendopo sebelahtimur. Suguhkan kopi jika dia belum sarapan. Aku akansegera menemuinya.Gedung Kepatihan memiliki dua buah pendopo.Pendopo besar di sebelah barat, pendopo ke dua disebelah timur, lebih kecil dan memiliki dua dindingpenutup terbuat dari papan jati berukir pemandangangunung Merapi. Di tempat ini Patih Kerajaan biasanyamenemui tamu-tamu tertentu.Danang Kaliwarda yang duduk bersila di lantai batupualam bersih dan licin berkilat cepat-cepat berdiri begituPatih Sawung Giring Bradjanata muncul, melangkahmenaiki anak tangga pendopo timur.Hormat untuk Patih Kerajaan. Saya DanangKaliwarda, Kepala Pengawal Gedung Bendahara. DananaKaliwarda berucap lalu membungkuk dalam-dalam.Patih Kerajaan menyilahkan tamunya duduk kembali.Keduanya kemudian bersila berhadap-hadapan. Seorangpelayan datang menating secangkir kopi hangat,diletakkan di depan Danang Kaliwarda.Danang Kaliwarda, waktuku tidak banyak karenaharus segera menghadap Sri Baginda. Ceritakan apamaksud kedatanganmu. Apakah Bendahara Wira Bumiyang mengutusmu datang menghadapku? Sebelum kaumenjawab silahkan meneguk kopi lebih dulu.Terima kasih Kanjeng Patih. Saya minum. Selesaimeneguk kopi hangat Kepala Pengawal Gedung Bendaharaitu meluruskan duduknya lalu berkata. Kanjeng Patih,saya mohon maaf kalau kedatangan saya beginimendadak, apa lagi sampai mengganggu dan menyitawaktu Kanjeng Patih. Saya datang dengan kemauansendiri. Tidak diutus oleh Raden Mas Wira Bumi.Sawung Giring Brajanata mengangguk. Langsungsaja pada maksud kedatanganmu.Saya datang untuk menyampaikan satu hal yangsangat rahasia, Kanjeng Patih.Patih Kerajaan angkat kepala sedikit, dua matamenatap lekat-lekat ke wajah tamunya. Satu hal yangsangat rahasia katamu. Bagiku ini agak mengejutkan. Halsangat rahasia macam apa? Menyangkut pribadi atau adahubungannya dengan Kerajaan?Dua-duanya, Kanjeng Patih, jawab DanangKaliwarda. Terlebih dulu saya mohon maaf. Kejadiannyaberlangsung kemarin malam. Terjadi di halaman belakanggedung kediaman Kanjeng Bendahara. Semula sayamerasa bimbang apakah akan memberitahu hal ini padaKanjeng Patih atau tidak. Kalau saya memberi tahu berartisaya melangkahi atasan saya Raden Mas Wira Bumi. Kalausaya tidak memberi tahu sebagai seorang prajurit sayamerasa berdosa pada Kanjeng Patih dan Kerajaan ....Patih Kerajaan berusia enam puluh tahun tapi masihberwajah segar dan klimis usap dagunya yang ditumbuhijanggut halus dan rapi.Teruskan ceritamu, Danang Kaliwarda.Malam itu gedung kediaman Bendahara kedatangantamu seorang lelaki tinggi kurus dengan penampilan serbamerah mulai dari rambut sampai ke kaki. Walau dia tidakmenyebut nama namun Saya tahu siapa dia karenasebelumnya sudah pernah datang menemui Raden MasWira Bumi. Orang itu saya kenal dengan nama Eyang TubaSejagat. Pada kedatangannya yang kedua kali ini sayalihat ada sesuatu yang terjadi dengan tubuhnya sebelahluar dan sebelah dalam. Agaknya dia menderita lukadalam parah. Seperti mengalami keracunan yang sangathebat. Mungkin saya menyalahi adat, namun entahmengapa saya begitu ingin mengetahui apa yangdibicarakan sang tamu dengan Raden Mas Wira Bumi.Ternyata kecurigaan saya ada hikmahnya. Rupanya,sebelumnya Raden Mas Wira Bumi telah memberi tugaspada Eyang Tuba Sejagat untuk membunuh dengan carameracuni seorang Kiai yang diam di puncak Gunung Gedebernama Kiai Gede Tapa Pamungkas .....Sikap dan air muka Patih Kerajaan langsung berubahmendengar ucapan Danang Kaliwarda itu.Kiai Gede Tapa Pamungkas adalah seorang suciberilmu tinggi yang dianggap setengah Dewa. Dia banyakmembantu Kerajaan. Kalau ada orang jahat inginmembunuhnya pasti ada satu masalah besar dibalikperbuatan keji itu. Danang, teruskan keteranganmu.Ternyata Eyang Tuba Sejagat gagal melaksanakantugas. Dua pembantunya tewas. Dia malah dicekoki RacunAkar Bumi miliknya sendiri oleh Kiai Gede TapaPamungkas. Untuk mengobati dirinya yang keracunan diaharus membeli obat dari seorang tabib. Obat itu mahalsekali. Eyang Tuba Sejagat minta agar Raden Mas WiraBumi mau memberikan sejumlah uang. Dia berjanji kalausudah sembuh akan segera melaksanakan tugasberikutnya. Sampai di situ Danang Kaliwarda tidakmeneruskan ucapan, dia menatap sang patih denganbayangan rasa takut pada wajahnya.Kepala Pengawal, kau kelihatan seperti bimbangatau takut meneruskan ucapan ....Maafkan saya Kanjeng Patih. Terus terang sayamemang merasa takut karena apa yang hendak sayakatakan menyangkut langsung diri Kanjeng Patih.Katakan saja. Mengapa harus takut?Tugas berikut yang dikatakan oleh Eyang TubaSejagat itu adalah membunuh Kanjeng Patih. Walausuaranya agak bergetar meluncur juga ucapan itu darimulut Danang Kaliwarda.Sosok Patih Kerajaan seolah berubah menjadi patung,diam tak bergerak. Air mukanya berubah. Namun sesaatkemudian seringai muncul di wajahnya.Apakah ucapanmu bisa aku percaya DanangKaliwarda?Demi Gusti Allah saya bersumpah saya tidakberdusta.Kalau begitu lanjutkan ceritamu. Apa yang terjadikemudian?Raden Mas Wira Bumi tidak memberi uang yangdiminta. Malah Eyang Tuba Sejagat dibunuh. Kepalanyadipukul hingga rengkah!Dengan tangan kosong?Betul Kanjeng Patih. Raden Mas Wira Bumimenghabisi Eyang Tuba Sejagat dengan pukulan tangankosong. Tangan kanan. Jawab Danang Kaliwarda sambilmengepal dan mengangkat tangan kanannya sendiri.Ceritamu hebat! Luar biasa! Tapi tunggu dulu.Setahuku Bendahara Wira Bumi tidak memiliki ilmupukulan tangan kosong yang sanggup membuat rengkahkepala orang. Kau berdusta padaku, Danang Kaliwarda!Patih Kerajaan berkata dengan mata menatap tak berkesipke mata orang di hadapannya.Danang Kaliwarda susun sepuluh jari di atas kepala.Saya mana berani berdusta Kanjeng Patih. Saya sudahmengucapkan sumpah. Mungkin Kanjeng Patih tidak tahukalau beberapa waktu belakangan ini Raden Mas WiraBumi telah menuntut ilmu kesaktian pada seorang sakti dipantai selatan.Yang aku tahu Wira Bumi pernah minta waktuistirahat cukup lama. Katanya untuk mengobati penyakityang diidapnya. Rupanya dia berguru pada seseorang. Kautahu siapa orang sakti yang jadi gurunya itu?Saya tidak tahu. Ada seorang pembantu yang dulupernah bekerja pada Raden Mas Wira Bumi sewaktu diamasih menjadi Tumenggung. Pembantu itu bernama DjakaTua. Kabarnya dia yang tahu siapa adanya guru RadenMas Wira Bumi. Hanya sayang dia telah lenyap melarikandiri ....lstri ke tiga Wira Bumi bernama Nyi Retno Mantilijuga lenyap dan sampai saat ini tidak pernah ditemukan.Kanjeng Patih, saya yakin lenyapnya pembantu sertaistri Raden Mas Wira Bumi saling punya kaitan. Maaf,ijinkan saya melanjutkan keterangan. Setelah Eyang TubaSejagat tewas, saya diperintahkan membuang mayatnya.Mayat saya buang malam itu juga ke dalam sebuah jurangdi pinggir selatan Kotaraja.Aku tidak percaya dan merasa sangat aneh. WiraBumi ingin membunuhku lewat tangan Eyang TubaSejagat. Aku tidak ada permusuhan dengan dirinya. Ketikaistrinya lenyap aku memerintahkan pasukan besar untukmencari. Jabatannya yang baru sebagai BendaharaKerajaan juga aku yang mengusulkan kepada Sri Baginda.Lalu dia ingln membunuhku. Apa dia sudah gila. Wira Bumibukan saja membalas air susu kebaikanku dengan airtuba, tapi malah dengan darah! Patih Kerajaan gelengkankepala berulang kali.Ada dua kejadian lagi malam itu yang perlu saya beritahu pada Kanjeng Patih. Kata Danang Kaliwarda pula.Apa? Tanya sang Patih. Dia seolah melupakanwaktunya yang sangat terbatas serta rencana menemui SriBaginda pagi itu.Selesai saya membuang mayat Eyang Tuba Sejagatsaya kembali ke Gedung Bendahara. Tak sengaja sayalihat jendela kamar tidur Raden Mas Wira Bumi dalamkeadaan sedikit terbuka dan lampu di dalam kamarmenyala terang benderang. Mungkin Raden Mas Wira Bumisudah tertidur dan lupa menutup jendela. Saya bermaksudhendak menutup jendela itu namun di dalam kamar sayalihat Raden Mas Wira Bumi tengah menggeluti seorangperempuan cantik di atas ranjang. Keduanya dalamkeadaan bugil .....Semua orang tahu Raden Mas Wira Bumi punya tigaorang istri termasuk Nyi Retno Mantili. Apakah perempuanyang bersamanya saat itu bukan salah satu dari duaistrinya yang lain?Danang Kaliwarda gelengkan kepala.Tidak Kanjeng Patih. Perempuan yang digauli RadenMas Wira Bumi itu bukan salah satu dari dua istrinya. Sayatidak pernah melihat perempuan itu sebelumnya. Adakeanehan dengan auratnya. Salah satu buah dadanya,yang sebelah kiri sangat besar.Apa perempuan itu terus berada di GedungBendahara sampai pagi? Menginap?Tidak Kanjeng Patih. Saya bersembunyi di satutempat setelah lebih dulu memberi perintah pada anakbuah yang bertugas malam itu agar jangan sekali-kalimelewati atau berada di dekat jendela. Menjelang pagijendela terbuka. Saya lihat perempuan itu melesat keluarkamar, masih dalam keadaan bugil, menenteng pakaianlalu lenyap di arah timur. Gerakannya luar biasa cepatpertanda dia memiliki ilmu kepandaian tinggi. Tak selangberapa lama saya lihat Raden Mas Wira Bumi keluar puladari gedung, berjalan cepat menuju bagian luar temboksebelah selatan. Saya mengikuti. Raden Mas Wira Bumiberjalan menuju satu rumpunan pohon bambu. Ternyatadi situ ada sosok seorang lelaki, terjepit tak berdaya diantara empat batang bambu. Ketika saya perhatikanternyata orang itu adalah Djaka Tua, bekas pembantu diGedung Tumenggung dulu. Saya dengar Raden Mas WiraBumi menanyakan bayinya dan sebilah golok. Diamenuduh Djaka Tua telah menculik bayi itu dan mencurigolok. Menurut pengakuan Djaka Tua bayi dan golokdiambil oleh seorang kakek tinggi putih. Dia tidak tahusiapa adanya kakek itu dan berada dimana. Raden MasWira Bumi kemudian mencekik leher Djaka Tua. Hampirpembantu itu menemui ajal tiba-tiba ada suara perempuantertawa. Dia mengatakan sesuatu tapi tak jelas sayadengar. Kemudian ada dua larik sinar putih menderudisertai dua letusan dahsyat dan menebarnya kabut aneh.Raden Mas Wia Bumi selamat dari serangan dua larik sinarputih. Namun saat itu Djaka Tua tak ada lagi di tempat itu.Saya segera mendekati Raden Mas Wira Bumi danmenanyakan apa yang terjadi. Dia menjawab tidak terjadiapa-apa di tempat itu dan mengatakan saya bermimpi lalu.....Entah apa yang terjadi mendadak udara di pendoposebelah timur Gedung Kepatihan itu berubah redup seolahsiang telah berganti malam. Satu bayangan merahberkelebat disertai membahananya bentakan perempuan.Danang Kaliwarda, manusia busuk pengkhianatatasan! Kau memang tidak dalam alam mimpi tapi tengahmenuju alam kematian!Dua orang yang duduk di lantai pendopo samaterkejut.Patih Kerajaan merasa sambaran angin menerpa disamping kanan. Di lain kejap seorang nenek kurusbungkuk tahu-tahu telah berdiri di depannya. Mukakeriput, rambut riap-riapan serta pakaiannya yang berupaselempang kain, semua berwarna merah. Patih Kerajaanbahkan melihat bagaimana sepasang mata termasuk alis,lidah dan gigi nenek ini juga berwarna merahmenggidikkan.Danang Kaliwarda tidak tahu siapa adanya nenekserba merah ini. Namun dari ucapannya tadi dia bisamenduga jangan-jangan perempuan tua ini adalah orangsakti guru Wira Bumi. Dadanya berdebar, muka pucat.Sementara Patih Kerajaan maklum siapapun adanya nenekserba merah ini dia adalah seorang yang memiliki ilmukepandaian tinggi. Sang Patih mencium adanya bahaya.Serta merta dia berdiri dan menegur dengan suara datar.Nenek muka merah, antara kita tidak saling kenal.Mengapa berani masuk ke Gedung Kepatihan tanpa ijinkuSi nenek yang bukan lain adalah Nyai Tumbal Jiwo,guru Raden Mas Wira Bumi hamburkan suara tawabergelak.Aku datang dan pergi kemana aku suka! Siapaberani melarang! .Walau merasa dianggap enteng namun Patih SawungGiring Bradjanata masih bicara dengan suara rendah.Malah dengan seringai tersungging di mulut.Rupanya aku berhadapan dengan seorangperempuan tua kurang ajar. Nenek muka merah, dengar.Aku masih memberi pengampunan padamu jika kau mauangkat kaki dari tempat ini sekarang juga!Kalau aku tak mau minggat?! Nyai Tumbal Jiwomenantang.Habislah kesabaran sang patih. Dia berteriakmemanggil pengawal. Tiga pengawal segera muncul.Sesaat mereka terheran-heran menyaksikan udara dipendopo redup seperti itu.Ringkus perempuan tua muka merah itu. Bawa diakeluar dari Gedung Kepatihan. Jika berani masuk lagitangkap!Tiga pengawal bertubuh kekar segera lakukanperintah Patih Kerajaan. Namun apa yang terjadikemudian membuat Patih Sawung Giring Bradjanataterkejut luar biasa, juga merinding. Ketika hendakdisergap, nenek muka merah berkelebat. Lalu tiga lariksinar merah berkiblat. Tiga pengawal menjerit. Ketiganyaterpental sejauh dua tombak. Terguling di lantai pendopodalam keadaan sekujur tubuh melepuh serta kepulkanasap! Selagi Patih Kerajaan terkesiap begitu rupa si nenekkembali berkelebat dan tahu-tahu keris milik sang Patihtelah berada di tangan sl nenek sementara sarungnyamasih tersisip di pinggang Patih Sawung Giring.Selaku Patih Kerajaan Sawung Giring Bradjanatatentu saja memiliki kepandaian tinggi. Namun kalausenjata di pinggangnya dapat dirampas orang, berarti siperampas memiliki kehebatan melebihi dirinya.Tua bangka kurang ajar! Kembalikan kerisku! teriakPatih Kerajaan marah besar. Lalu tubuhnya melesat kedepan. Tidak sungkan lagi dia langsung kirimkan pukulankilat ke arah kepala nenek muka merah. Nyai Tumbal Jiwomerunduk. Tertawa cekikikan.Perkelahian hebat segera terjadi. Seolah melecehkan,si nenek hanya pergunakan tangan kanan untuk melayanilawan sementara tangan kiri memegang keris tanpasarung. Setiap terjadi bentrokan lengan Nyai Tumbal Jiwoterjajar dua langkah ke belakang sebaliknya PatihKerajaan merasa kesakitan amat sangat seolah tangannyamembentur pentungan besi.Dalam jurus ke empat setelah menggempur habishabisandengan mengeluarkan jurus bernama MenusukBumi Menikam Langit Patih Sawung Giring Bradjanataberhasil mendaratkan jotosan tangan kanannya ke dadakiri lawan. Nyai Tumbal Jiwo meraung setinggi langit. Asapmerah mengepul dari ubun-ubunnya. Bagian yang barusankena dipukul adalah tepat payudara sebelah kiri yangbengkak besar. Walau dasarnya adalah mahluk dari alamroh, namun tetap saja dia mengalami luka dalam yanghebat. Nyai Tumbal Jiwo semburkan ludah campur darahdari mulutnya. Sepasang mata laksana memancarkankilatan api. Dari ubun-ubun mengepul asap merah tipis.Patih jahanam! Terbanglah ke akhirat! Mulutberucap lima jari tangan kanan menjentik!Wuutt wuutt wuutt wuutt wuuttt!Lima Jari Akhirat!Lima larik sinar merah berkiblat. Patih Kerajaanberusaha menghindar sambil dua tangan melepas pukulansakti mengandung tenaga dalam tinggi, namun tetapjebol! Seperti diketahui terhadap serangan Lima JariAkhirat jarang lawan bisa lolos. Kalaupun sanggupbertahan maka sekujur tubuhnya akan melepuh cacat danmenderita kesakitan seumur hidup. Patih Sawung Giringmenjerit keras ketika empat dari lima sinar merahmenyapu dirinya. Tubuhnya terpental menghantam salahsatu tiang pendopo. Tiang patah, sosok Sawung GiringBradjanata terkapar di lantai dalam keadaan hangusmengerikan!Anjing pengkhianat! Kau mau lari kemana?! bentakNyai Tumbal Jiwo ketika Danang Kaliwarda dilihatnyaberusaha hendak kabur.Aku tidak punya dosa kesalahan apa-apaterhadapmu ....Manusia anjing kurap! Tutup mulutmu! Siapa bilangkau tidak punya dosa kesalahan terhadapku! Aku NyaiTumbal Jiwo adalah guru dan kekasih Wira Bumi yang kaukhianati! Aku tahu malam itu kau mengintip dibalik jendelasewaktu aku bercinta dengan Wira Bumi. Apa kau tergiur?Apakah kau ingin melakukannya padaku? Hik ... hik..hik!Kau belum pantas melayaniku! Kau lebih cocok kalau akukirim keakhirat seperti majikan besarmu itu! Hik ... hik ...hik!Nyai Tumbal Jiwo menyergap.Keris di tangan kananmenderu ke arah dada Danang Kaliwarda. KepalaPengawal Gedung Bendahara ini cepat melompat mundursambil menghunus golok besar.Kau punya nyali juga! Aku mau tahu sampai dimanakehebatanmu! Tangan kanan Nyai Tumbal Jiwo yangmemegang keris berkelebat laksana kilat. Seranganganasnya membuat Danang Kaliwarda kelabakan. Dalamwaktu beberapa kejapan saja dia telah menghunjamkanempat tusukan dan tiga babatan keris ke tubuh KepalaPengawal Gedung Bendahara Kerajaan itu.Danang Kaliwarda hanya sempat menangkis satu kali.Lalu tubuhnya roboh. Darah bersimbah dari luka-luka disekujur tubuh dan tenggorokan.Dengan tenang sambil menyeringai Nyai Tumbal Jiwomelangkah mendekati mayat Sawung Giring Bradjanata.Keris yang dipegangnya digenggamkan ke dalam jari-jaritangan Patih Kerajaan itu. Sebelum meninggalkanpendopo timur nenek muka merah ini hampiri sosokDanang Kaliwarda yang tengah sakarat. Enak saja dankurang ajar sekali, tangan kanannya disusupkan, merabarabake balik celana Kepala Pengawal itu, kepalamendongak, wajah menyeringai.Aaahh, rnenyesal aku membunuhnya terlalu cepat.Seharusnya aku coba dulu yang satu ini. Hik ... hik ... hik.Sesaat setelah Nyai Tumbal Jiwo tinggalkan tempatitu, udara di pendopo kembali cerah.Hari itu juga Kotaraja dilanda geger besar. Tersiarkabar bahwa telah terjadi perkelahian antara PatihKerajaan dengan Kepala Pengawal Gedung Bendahara.Kedua-duanya tewas. Di duga kedua orang ini telahmengadu jiwa akibat satu dendam atau perkara yang tidakdiketahui apa adanya. Hanya saja tidak ada yang bermatajeli dan menyelidik lebih jauh akan keadaan mayat PatihSawung Giring. Danang Kaliwarda tidak memiliki ilmukesaktian yang mampu membuat dia membunuh lawannyasampai sekujur tubuh sang Patih melepuh hangus!Dua puluh hari setelah peristiwa berdarah itu, RadenMas Wira Bumi dipercayakan Sri Baginda untuk mendudukijabatan Patih Kerajaan. Malam harinya Nyai Tumbal Jiwodatang menemui Wira Bumi, minta dihibur sampai pagi.Dan Wira Bumi melayani sepenuh hati karena diamenyadari jabatan Patih Kerajaan itu didapatnya dari hasilpekerjaan licik dan keji si nenek dari alam roh itu.HUJAN luar biasa lebat mengguyur puncak GunungMerapi. Walau saat itu siang hari namun keadaantidak beda seperti malam. Setiap angin bertiupkencang ranting-ranting serta daun pepohonan bergoyangdan bergesek mengeluarkan suara bersiur panjangmenggidikkan.Dalam cuaca buruk begitu rupa Pangeran Matahariberlari ke arah utara puncak gunung. Seperti dikisahkandalam Episode sebelumnya (Nyi Bodong) setelah ditimpamalapetaka berulang kali, Pangeran Matahari menemuigurunya Si Muka Bangkai alias Si Muka Mayat melalui tapaAras Bumi Aras Langit. Sesuai petunjuk sang guru saat itudia tengah menuju sebuah goa yang puluhan tahun silampernah menjadi tempat kediaman Si Muka Bangkai.Karena sudah sekian lama, ditambah keadaan cuaca yanggelap, di bawah hujan lebat pula, meski pernah tinggal disitu, cukup sulit bagi Pangeran Matahari untuk mencarigoa tersebut.Sementara berlari dia ingat semua ucapan Si MukaBangkai.Kau pergilah ke puncak Gunung Merapi sebelahutara, ke bekas goa tempat kediamanku. Di sana kau akanmenemukan seperangkat pakaian yang harus kau pakaibegitu turun gunung. Di dalam goa kau akan menemukanpula sebuah lentera yang hanya bisa menyala jika kau isidengan minyak kasturi ini. Pada dinding goa kau akanmelihat guratan tulisan yang aku buat sebagai petunjukpenggunaan dan kegunaan benda itu. Untuk sementarasampai keadaan aman bagimu, kau hanya bolehmenampakkan diri pada malam hari. Demi keselamatanmukau harus membawa dan menyalakan lentera itukemanapun kau pergi. Kau harus sadar musuhmu kinibukan hanya murid Sinto Gendeng keparat itu. Banyakorang lain yang menginginkan nyawamu! Sebelum akulupa, ada satu hal yang harus kau ingat baik-baik. Lenterayang aku katakan tadi sekali-kali tidak boleh terkena ataubersentuhan dengan cairan atau air yang keluar dari tubuhmanusia. Misal air mata, air keringat, air kencing bahkanair mani! Ha.. .ha.. .ha! Pokoknya semua air yang berasaldari tubuh manusia! Kalau larangan itu sampai dilanggarkau akan ditimpa malapetaka besar! Pergilah ke goa dipuncak Merapi. Kau akan mengetahui apa yang harus kaulakukan. Satu hal harus kau ingat. Selesai membaca danmemahami guratan tulisanku di dinding goa, tulisan ituharus kau kikis habis. Harus kau lenyapkan!Hujan bertambah lebat dan udara semakin gelap.Sesekali kilat menyambar. Puncak gunung Merapi sesaatjadi terang benderang. Walau sangat singkat namun cukupmemberi petunjuk pada Pangeran Matahari kemanadimana dia berada saat itu dan kemana dia harusmeneruskan larinya.Karena hujan tak kunjung berhenti dan udarasemakin gelap, kawatir akan kesasar, Pangeran Matahariakhirnya memutuskan untuk mencari tempat berteduh.Kalau cuaca sudah baik baru dia melanjutkan perjalanan.Ketika kilat kembali menyambar dan keadaan terangbenderang sekilas, mata tajam sang Pangeran sempatmelihat satu lamping bukit ditumbuhi sederetan pohonpohonbesar. Pada bagian bawah deretan pohon sebelahtengah ada satu cekungan tanah cukup dalam. Tanpa pikirpanjang Pangeran Matahari segera berlari memasukicekungan tanah itu. Cukup lama dia duduk berteduh disitu sampai akhirnya hujan mulai reda dan langit perlahanlahanbersih benderang.Sekitar sepenanakan nasi akhirnya Pangeran Matahariberhasil menemukan goa yang pernah menjadi kediamanguru dan dirinya sendiri. Goa ini terletak di lampingsebuah kali kecil yang saat itu airnya meluber banjirkemana-mana. Begitu sampai di depan goa PangeranMatahari mencium bau tengik menyesakkan pernafasan.Melangkah masuk ke dalam goa sejauh tujuh langkah bautengik itu semakin keras dan seolah mencekik jalan nafas.Dadanya berdebar, dua lutut terasa goyah. Langkahtertahan. Pangeran Matahari segera kerahkan tenagadalam, tutup saluran pernafasan untuk beberapa lamasampai perasaannya tenang kembali dan getaran di kedualutut lenyap. Hati-hati, penuhwaspada dia melanjutkanlangkah.Aneh, seharusnya goa ini berada dalam keadaangelap gulita. Mengapa seperti ada cahaya datang darisebelah dalam? Mungkin lenteranya sudah menyala?membatin Pangeran Matahari lalu dia meraba bagianpakaian di balik mana dia menyimpan tabung berisiminyak kasturi yang diberikan Si Muka Bangkai. Dia ingat,lentera yang ada di dalam goa hanya bisa dinyalakandengan minyak kasturi itu.Setelah lewat tujuh langkah lagi memasuki goa bautengik yang menyesakkan dada mendadak lenyap, kiniberganti dengan bau wangi kulit pohon kayu manis, yangmenebar rasa segar. Di sisi kanan goa ada satu gundukanbatu. Di atas batu ini terletak seperangkat pakaian berupajubah hitam panjang selutut, serta celana hitam dangulungan kain ikat kepala berwarna merah. KetikaPangeran Matahari mengembangkan jubah hitam, padabagian dada terpampang gambar matahari bulat besarberwarna merah lengkap dengan sinar yang juga berwarnamerah. Pangeran Matahari terdiam sejurus. Dia ingat, bajudan celana hitam serta ikat kepala merah adalahperangkat pakaian yang dikenakannya pertama kalisewaktu turun gunung. Hanya kali ini baju ditukar menjadijubah dan bentuk gambar matahari berbeda dari yangdulu. Dia juga ingat pesan gurunya bahwa pakaian itubaru boleh dikenakan jika dia siap turun gunung. Apakahpakaian dan ikat kepala itu merupakan tanda bahwa diaakan turun gunung untuk kedua kalinya, membukalembaran baru dalam rimba persilatan?Sang Pangeran lanjutkan langkah. Baru menindakdua langkah mendadak telinganya mendengar suara orangmengorok. Suara ini datang dari bagian dalam goa.Membuat Pangeran Matahari menjadi penuh tanda tanya.Ada orang tidur di dalam sana. Siapa? Mungkinguru? Tapi dia sudah meninggalkan pesan baru akankembali lagi tiga ratus hari yang akan datang.Pangeran Matahari usap-usap dagunya yangditumbuhi janggut liar lalu kembali teruskan langkah. Kaliini lebih perlahan sambil tangan kanan siap sediamembekal dan melepas pukulan sakti jika mendadak adabahaya tak terduga mengancam. Semakin jauh masuk kedalam goa semakin terang cahaya yang datang darisebelah dalam dan bertambah keras suara mendengkur.Tiga langkah di depan sana goa membelok ke kiri. Tujuhlangkah dari kelokan, goa itu sampai pada ujungnya.Pangeran Matahari masih belum melihat, lentera yangdikatakan Si Muka Bangkai. Mungkin berada di bagianujung goa, dibalik kelokan. Mau tak mau berdebar jugadada sang Pangeran ketika dia melangkah memasukikelokan. Suara tertahan keluar dan mulutnya begitumelewati kelokan dan memandang ke depan. Tujuhlangkah di seberang sana, goa berakhir pada satu dindingbatu. Ujung goa terlihat rata, membentuk sebuah ruanganbatu berukuran dua kali tiga tombak. Ruangan ini bersihsekali seperti ada yang barusan menyapunya. Di sinilahdulu dia pernah tinggal bersama Si Muka Bangkai selamabertahun-tahun. Kenangan akan masa lalu serta mertabuyar, berubah dengan rasa kaget luar biasa ketikaPangeran Matahari melihat bagaimana di salah satu sudutruangan bergelung sosok besar seekor ular hitam berkilat,kepala menjulai ke lantai goa, mata terpejam, mulutsedikit terbuka. Dan dari mulut inilah keluar suaramendengkur keras seperti dengkur manusia! Tubuh ularyang berkilat itulah yang memancarkan cahaya menerangisepanjang goa. Untuk beberapa lama Pangeran Mataharitegak setengah memicingkan mata karena kesilauan.Ular mendengkur seperti manusia Ucap PangeranMatahari dalam hati. Keanehan ini membuat dia berlakuwaspada dan pentang mata lebar-lebar. Dia masih belummelihat lentera yang dikatakan sang guru. Dia juga tidakmelihat guratan-guratan tulisan seperti yang dikatakan SiMuka Bangkai. Pangeran Matahari memandang berkeliling.Matanya kembali memperhatikan sosok ular hitam di sudutruangan. Ah! Kali itulah dia baru melihat. Di dalam lingkarsebelah dalam gelungan tubuh ular hitam besar terdapatsatu benda yang bukan lain adalah sebuah lentera. Bagianatas lentera terbuat dari bahan tembus pandang semacamkaca tebal berwarna merah, kuning dan hitam, diikat olehsejenis logam berwarna hilam, lengkap dengan peganganberbentuk kepala naga. Bagian bawah lentera tidakterlihat karena tentutup gelungan tubuh ular hitam.Gila. bagaimana aku mau mengambil lentera? Ularbesar itu menggelung seperti menjaganya. Si MukaBangkai, dia hanya membuat diriku susah saja. Di dindinggoa aku sama sekali tidak melihat guratan tulisan sepertiyang dikatakannya! Guru tidak pernah menyebut perihalbinatang ini. Apakah ular ini datang begitu saja, kesasar didalam goa karena hujan lebat di luar sana? Atau apakah SiMuka Bangkai menipuku. Sebenarnya dia sengajamemasang perangkap, ingin membunuhku di tempat ini?!Baru saja Pangeran Matahari berkata dalam hatibegitu rupa, tiba-tiba ular hitam besar di sudut ruangankeluarkan suara mengorok lebih keras hingga lantai goaterasa bergetar. Kepala binatang ini terangkat dansepasang mata terbuka sedikit, berputar melirik ke arahPangeran Matahari. Sang Pangeran tercekat sewaktumenyaksikan bagaimana dari sepasang mata ular hitambesar ada cahaya menyambar. Cahaya kematian!Kemudian ular ini kembali lunjurkan kepala di lantal danlanjutkan tidur mendengkurnya!Aku harus dapatkan lentera itu. Bagaimana caranya?Apakah aku harus membunuh ular hitam itu terlebihdulu?Pangeran Matahari berdiri tak bergerak. Sepasangmata menatap ke arah ular hitam sementara otak mulaibekerja. Cukup lama dia bersikap seperti itu, perlahanlahanPangeran Matahari turunkan badan, duduk bersila disudut yang berlawanan dengan ular besar hitam yangmenggelung lentera. Dua telapak tangan dikembangkan,lalu diletak ditekankan ke lantai goa. Bersamaan denganitu murid Si Muka Bangkai ini kerahkan tenaga dalam danhawa sakti mengandung kekuatan dahsyat, disalurkan kelantai goa dan diarahkan ke sudut ruangan diseberangnya.Lantai goa yang dialiri tenaga dalam dan hawa saktiyang keluar dari tubuh Pangeran Matahari tampak retakmengepulkan asap kemerahan. Retakan dan kepulan asapini bergerak ke arah sudut ruangan dimana ular hitambesar bergelung. Lentera di dalam gelungan bergoyanggoyang.Sesaat kemudian tubuh ular ini kelihatan ikutmengepulkan asap. Suara dengkuran serta merta lenyap.Sepasang mata membuka. Kepala tersentak naik ke atasdan mulut yang tertutup kini menganga. Lidah terjulurmemancarkan cahaya biru menyilaukan. Dari mulutbinatang ini kemudian mendadak keluar suara tawapanjang. Suara tawa perempuan!Jelas sudah binatang ini adalah mahluk jejadian!Yang membuat Pangeran Matahari jadi melengakkaget bukan hanya karena menyadari bahwa binatang itubukan ular sungguhan, atau mendengar tawanya yangmenggidikkan, tetapi juga karena merasakan bagaimanatenaga dalam dan hawa sakti panas yang dikirimkannya kearah ular hitam itu kini membalik mengarah dirinyadengan kekuatan berlipat ganda. Retakan di lantai batutampak merah membara saking panasnya. Kepulan asapbukan lagi berwarna merah tapi berubah biru pertandapanasnya sangat luar biasa! Yang sangat dikawatirkanPangeran Matahari adalah rusaknya lentera akibat hawapanas luar biasa.Plaakk!Tiba-tiba ular hitam sentakkan ekor, menghantamlantai goa. Saat itu juga hawa panas dan kepulan asapbiru menyambar dahsyat. Pangeran Matahari berteriakkeras. Dua tangan dipukulkan. Satu menghantam kedepan ke arah ular hitam, satunya lagi untukmembuyarkan serangan hawa panas dan kepulan asapbiru.Buumm!Buumm!Dua letusan dahsyat menggelegar. Goa batu laksanadigoncang gempa. Pangeran Matahari terpental sampai ketikungan goa. Dia merasa tubuhnya seperti hancur lebur.Rasa sakit menjalar dari ubun-ubun sampai ke jari kaki.Namun ternyata dia masih hidup dan mampu berdiri.Hanya saja ketika memperhatikan keadaan dirinya,tengkuknya langsung dingin. Jubah kelabu yangdikenakannya kini telah berubah hitam hangus danmengepulkan asap! Di dalam goa sana terdengar suaratawa sang ular, suara tawa perempuan!Aneh, kalau pakaianku hangus seharusnya akumengalami cidera berat. Bahkan bisa mati! Ada satukekuatan melindungi diriku ... Pangeran Matahari berucapdan bertanya-tanya dalam hati. Rasa jerihnya perlahanlahanlenyap, berganti dengan rasa percaya diri.Pangeran Matahari, aku tahu kedatanganmu kemariadalah untuk mengambil lentera. Aku akan memberikanpadamu asal kau mau menukar dengan sesuatu!Ada orang bicara di dalam goa! Suara perempuan!Ular itukah yang mengeluarkan ucapan?!Belum lenyap gema suara ucapan di dalam goa,Pangeran Matahari telah melompat melewati tikungan danberdiri lima langkah di hadapan ular hitam.Mahluk jahanam! Jejadian siapa kau adanya?! Apamaksudmu menukar lentera itu dengan sesuatu?!Pangeran Matahari membentak sambil tangan kirimenyiapkan Pukulan Telapak Matahari yang diwarisinyadari Si Muka Bangkai sementara tangan kanan siapmelepas Pukulan Menahan Bumi Memutar Matahari. Iniadalah jurus pertahanan sekaligus menyerang yangdidapatnya dari seorang sakti bernama Singo Abang.(Baca Episode berjudul Kembali Ke Tanah Jawa)Ular hitam angkat kepala lebih tinggi. Dua matamemandang berkilat. Lidah menjulur lalu mulutnyaberucap.Pangeran Matahari. Walau banyak lawan telahmenggebukmu, walau mukamu sudah menjadi cacatburuk, sikap dan ucapanmu masih saja sombong pongahseperti dulu! Pasang telingamu baik-baik.Yang aku mintasebagai pengganti lentera adalah nyawamu!Sepasang mata Pangeran Matahari mendelik berkilat.Rahang menggembung dan pelipis bergerakgerak. Kepalamendongak lalu dia tertawa bergelak.Mahluk jejadian! Ketololan akan membawa celakabagimu! Kau tidak berada di alammu, mengapa beranibicara congkak?! Lekas menyingkir dari goa ini atau kauakan menerima azab yang akan membuat rohmutergantung lumpuh antara langit dan bumi!Ular di sudut ruangan kembali tertawa panjang.Kau tidak tahu indahnya hidup di alam roh.Sebaliknya apakah kau pernah merasakan hidup sengsaradipendam dua puluh satu tombak di dalam tanah? Hik ...hik ... hik! ltulah nasib yang bakal kau alami!Saat itu Pangeran Matahari sudah siap untukmenyerang ular di sudut ruangan. Namun dia kawatirserangannya akan merusak lentera. Dia harus mencariakal. Paling tidak mengulur waktu.Ular betina jejadian! Apakah kekasihmu yangmenyuruh datang mencari celaka ke tempat ini?!Mendengar ucapan Pangeran Matahari sang ularmalah tertawa.Kau tidak tahu! Kekasihku adalah dirimu sendiri!Pangeran Matahari melengak kaget dan memakidalam hati.Siapa kau sebenarnya?! Bentak murid Si MukaBangkai.Aku adalah titisan seseorang.Seseorang siapa?!Seorang gadis yang pernah kau permainkan, kaujadikan budak nafsu sehingga hamil. Lalu kau bunuh!Kening Pangeran Matahari mengerenyit. Mulutternganga.Binatang keparat! Katakan kau ini titisan siapa?!Aku adalah Pandan Arum. lngat peristiwa diPangandaran? Di sana kau membunuh aku! (Baca Episodeberjudul Kiamat di Pangandaran)Pangeran Matahari jadi tertegun. Apakah binatangjejadian ini tidak menipunya? Benarkah dia titisan PandanArum, adik Bidadari Angin Timur yang hendak menuntutbalas melampiaskan dendam kesumat?!Akal ... akal, cerdik ... cerdik! Aku harus punyasegala daya, akal dan kecerdikan ..... Pangeran Matahariberkata dalam hati. Lalu dia mendengus dan berkata.Terlalu banyak manusia yang aku bunuh! Aku tidak ingatsatu persatu! Aku tidak tahu kau ini Pandam Arum yangmana! Jika mampu harap perlihatkan ujud dirimu yangsebenarnya!Dajal busuk! Tumpukan dosa keji membuat matamubuta dan hatimu menjadi batu! Buka mata lebar-lebar!Apa kau masih bisa melihat!Ular di sudut ruangan membuka gelungan, tubuhnyanaik ke atas. Kepala dan tubuh digoyang tiga kali. Wusss!Asap putih mengepul. Saat itu juga sosok ular berubahmenjadi ujud seorang gadis berpakaian hitam, rambuthitam, wajah cantik tapi pucat. Sepasang mata berwarnamerah membara pertanda ada pancaran dendam kesumat,menatap tak berkedip ke arah Pangeran Matahari.Pandan Arum, memang dia .... Ucap PangeranMatahari dalam hati. Lalu tidak membuang waktu lagikarena memang ini kesempatan yang ditunggu, PangeranMatahari hantamkan tangan kiri kanan. Tangan kananmelepas Pukulan Tapak Merapi. Tangan kiri melepasPukulan Merapi Meletus.Menghadapi dua serangan maut yang bisamenghancurkan dirinya dan mampu meruntuh goaperempuan di dalam ruangan rangkapkan dua tangan didepan dada lalu sepasang mata dikedipkan.Wuss! wusss!Dua larik slnar merah menderu dahsyat. Dua pukulansakti yang dilepas Pangeran Matahari musnah berubahmenjadi asap tiga warna. Pangeran Matahari sendiriterpental jauh, terkapar di lantai goa, mulut kucurkandarah.Setan alas, kenapa tidak mampus?! Aku melihat adacahaya aneh keluar dari pinggang manusia jahanam itu!Kekuatan pelindung apa yang dimilikinya?!Cahaya aneh berwarna kehijauan yang dilihatperempuan itu juga sempat dilihat Pangeran Matahari. Diayakin cahaya itulah yang telah menyelamatkan dirinyawalau mengalami luka dalam yang cukup parah. PangeranMatahari meraba pinggang kiri. Jari-jarinya menyentuhsebuah benda. Dia ingat benda itu adalah tabung bambuberisi minyak kasturi yang diberikan gurunya Si MukaBangkai. Berarti inilah benda yang memberikan kekuatanpelindung maha dahsyat padanya. Tidak pikir panjang lagiPangeran Matahari segera keluarkan tabung bambu daribalik jubahnya yang hangus.Sepasang mata perempuan di depan sanamengerenyit. Dua kaki rnelangkah mundur ketika melihatbenda yang ada di tangan Pangeran Matahari.Minyak larangan alam roh! Bagaimana bisa berada ditangan manusia jahanam itu?! Perempuan dalam ujudgadis bernama Pandan Arum tiba-tiba berkelebat ke sudutruangan, berusaha menyambar lentera. Namun PangeranMatahari bertindak lebih cepat. Dia melompatmenghadang sambil membuka kayu penutup tabungbambu. Tabung di dekatkan ke wajah Pandan Arum. Bauharum minyak kasturi serta merta memenuhi ruangan.Pandan Arum meraung panjang dan keras. Sosoknyamemudar lalu berubah jadi asap dan bergelung panjangmelayang ke arah mulut goa.Pangeran Matahari terduduk di lantai. Muka pucat,dada berdebar keras. Tabung bambu ditutupnya kembalilalu dia beringsut mendekati lentera. Lentera diperhatikandengan seksama, dibolak balik beberapa kali. Pada bagiansamping bawah yang merupakan dudukan lentera terdapatsebuah lobang kecil. Di samping lobang menempelsebongkah benda lembut yang ketika diperhatikan lebihteliti ternyata adalah lilin. Pangeran Matahari buka kayupenutup tabung bambu. Minyak kasturi yang ada dalamtabung itu dimasukkan ke dalam lentera lewat lobangkecil. Lobang kecil kemudian ditutup dengan lilin yangmenempel di bagian bawah lentera. Begitu lobang tertutupterjadilah satu keanehan.Perlahan-lahan lentera menyala sendiri,mengeluarkan cahaya terang tiga warna. Hitam, kuningdan merah. Keadaan di dalam goa menjadi terangbenderang.Luar biasa, menyala sendiri tanpa disulut api ...ucap Pangeran Matahari penuh kagum. Namun dia masihingin tahu sampai dimana kehebatan lentera ini. Ketika diahendak menyentuh pegangan lentera mendadak lenteramengiblatkan tiga sinar ke dinding ruangan. Sinar hitam,kuning dan merah. Saat itu juga pada tiga dindingruangan terdapat serangkaian tulisan, tergurat dalamwarna hitam, kuning dan merah.Pada dinding sebelah kanan, terpampang rangkaiantulisan merah.Jurus pertama Lentera Iblis.Di dalam hidup ada kematian. Di dalam kematianmasih ada kehidupan. Dua kaki merenggang ke depan danke belakang. Salurkan tenaga dalam. Lentera diputar kekanan. Cahaya merah akan berkiblat mencari korban.!tulah jurus Api Neraka.Pangeran Matahari baca sekali lagi tulisan yangtergurat di dinding goa sebelah kanan itu. Lalu alihkanpadangan ke dindirig sebelah kiri. Di situ terpampangrangkaian tulisan ke dua, berwarna hitam.Jurus ke dua Lentera iblis.Di dalam hidup ada kematian. Di dalam kematianmasih ada kehidupan. Dua kaki merenggang ke depan danke belakang. Salurkan tenaga dalam. Lentera diputar kekiri. Cahaya hitam akan berkiblat mencari korban. Itulahjurus Api Akhirat.Pangeran Matahani menatap lurus ke arah dindingruangan sebelah depan. Di sini tergurat jurus ketigaLentera Iblis dalam warna kuning.Jurus ke tiga Lentera Iblis.Di dalam hidup ada kematian. Di dalam kematianmasih ada kehidupan. Dua kaki merenggang ke depan danke belakang. Salurkan tenaga dalam. Lentera didorong kedepan. Cahaya kuning akan berkiblat mencari korban.Itulah jurus Liang Lahat Menunggu.Pangeran Matahari usap wajahnya. Dia memandangseputar ruangan batu. Ketika hendak melangkahmengambil lentera baru dia menyadari bahwa di lantairuangan ternyata ada pula serangkaian tulisan, terguratdalam selang seling tiga warna.Lentera hanya akan menyala dalam ruangan danmalam hari serta ketika bahaya mengancam. Berjalan danmencari mangsa di malam hari. Istirahat di siang hari.Lentera Iblis akan menjaga keselamatan diri. Ingatpantangan niscaya kuasa rimba persilatan akan beradadalam tangan.Pangeran Matahari meneliti lagi seputar ruangan. Takada tulisan atau petunjuk lain. Dia lalu melangkahmengambil lentera. Ketika pegangan lentera berada dalamgenggamannya dia merasa ada hawa aneh menjalarmemasuki tubuhnya, mendekam di bagian perut lalumengalir ke arah kepala dan ke kaki.Sebelum meninggalkan goa, Pangeran Mataharimembuka jubah kelabunya yang telah hangus lalu dirobek.Sebagian robekan digulung dan dibalutkan pada peganganlentera. Ini untuk menjaga agar keringat dan tangannyatidak menyentuh pegangan lentera. Selesai mengenakanjubah dan celana hitam serta ikat kepala merah PangeranMatahari keluar dan dalam goa. Di luar goa nyala lenteralangsung meredup lalu padam. Tanpa disadari satukealpaan besar telah dilakukan manusia segala akal segalacerdik ini. Dia lupa menghapus semua tulisan pada dindingdan lantai goa! Padahal gurunya Si Muka Bangkai telahsangat memesan dan mengingatkan hal itu.***Selang setengah hari setelah Pangeran Mataharimeninggalkan goa di puncak utara Gunung Merapi,menjelang matahari menggelincir memasuki ufuktenggelamnya, seorang perempuan tua berpakaian birugelap berambut panjang awut-awutan berkelebat di depanmulut goa. Mukanya yang putih menjadi pertanda bahwadia adalah Nyi Bodong pendatang baru rimba persilatanyang belakangan ini tengah mengejar manusia kejiberjuluk Hantu Pemerkosa yang diyakininya adalahPangeran Matahari.Bagian dalam goa tampak gelap. Namun tanpa raguNyi Bodong terus saja melangkah masuk. Untung Kiaimemberiku ilmu melihat di dalam gelap. Nyi Bodongmembatin.Memasuki goa Nyi Bodong melihat jejak-jejak kakiyang masih basah di lantai. Dada si nenek berdebar. Disatu tempat dia menemukan sisa sobekan jubah kelabuteronggok di lantai goa. Aku terlambat lagi. Dia memangada di tempat ini sebelumnya.Nyi Bodong kecewa besar.Begitu melewati tikungan dalam goa, walaupenglihatannya agak redup namun Nyi Bodong mampumelihat empat rangkaian guratan tulisan pada tiga dindingserta lantai goa. Sementara hidungnya mencium wangiminyak kasturi.Lentera lblis..... ucap Nyi Bodong perlahan. Didinding ada petunjuk tiga jurus kematian mengandalkanlentera. Aku punya dugaan ada bahaya baru dalam rimbapersilatan. Kemana aku harus mengejar?. Nyi Bodong jongkok di lantai goa. Telapak tangankanannya diletakkan di atas jejak kaki yang ada dilantai.Ketika dia mengalirkan hawa sakti ke atas jejak kaki, dilereng gunung sebelah selatan. Pangeran Matahari yangtengah berlari cepat merasa sesuatu menyengat telapakkaki kanannya hingga dia nyaris tersungkur di tanah.Bersamaan dengan itu Lentera lblis yang ada dalambuntalan jubah kelabu mendadak menyala terang. Didalam goa kini Nyi Bodong merasakan datangnyaserangan balik. Lantai yang masih ditempeli tangankanannya mengepulkan asap. Tangan terpental, tubuhterdorong keras, tersandar ke dinding goa.Bahaya besar! Apakah aku perlu memberi tahu Kiaisebelum melakukan pengejaran? Nyi Bodong berdiri agakterhuyung. Lalu nenek muka putih ini dengan cepattinggalkan tempat itu. Di satu tempat ketinggian dimanadia dapat melihat jelas goa bekas kediaman Si MukaBangkai itu, Nyi Bodong berhenti. Dua kaki dikembang.Tangan kiri di angkat sebatas kepala, telapak di arahkanke goa. Dari mulut melesat keluar suara raungan sepertilolong srigala. Sunyi sesaat lalu terdengar suara tawacekikikan. Tangan kanan Nyi Bodong bergerak menyingkapbagian perut pakaian birunya. Pusar bodong tersembul.Wuss! Wusss!Dua sinar biru berkiblat. Hanya dalam satu kejapanmata, goa di bawah sana runtuh dan hancur. Longsorantanah-serta tumbangan pepohonan bergemuruhmenimbun. Goa yang punya peran penting dalam rimbapersilatan tanah Jawa itu kini lenyap untuk selamalamanya.SANG SURYA masih belum menyembul di ufuk timurnamun di hutan jati itu cuaca sudah terang-terangtanah. Di bawah sebuah pohon besar Djaka Tuasibuk membelah batangan-batangan bambu. Hujan besaryang turun malam tadi membuat gubuk beratap rumbiayang dihuninya bersama Nyi Retno Mantili dan Kemuningmengalami bocor di beberapa tempat. Kawatir hujan akanturun lagi, pagi-pagi sekali dia sudah bangun, mencaribambu dan dedaunan besar untuk memperbaiki atap yangbocor.Sementara bekerja kicau burung terdengar bersahutsahutan.Membelah bambu mengingatkan bekas pembantuTumenggung Wira Bumi itu pada kejadian ketika dirinyaditangkap oleh Nyai Tumbal Jiwo. Ditotok lalu dijepit direrumpunan bambu di tembok selatan gedung kediamanWira Bumi yang waktu itu telah menjabat sebagaiBendahara Kerajaan. Untung dirinya diselamatkan NyiRetno. Itu sebabnya pembantu ini mengangkat sumpahdalam hati, kemanapun Nyi Retno pergi dia akan selalumengikuti. Apapun yang terjadi dia akan membela walauharus menumpah darah menyerahkan nyawa.Terdengar suara berkereketan. Pintu gubuk terbuka.Nyi Retno Mantili keluar sambil menggendong Kemuning,boneka kayu yang dianggapnya sebagai anaknya yanghilang.Sepagi ini kau sudah sibuk. Apa yang kau kerjakan?bertanya Nyi Retno.Hujan malam tadi lebat sekali.Atap gubuk kitabanyak yang bocor. Harus cepat diperbaiki. Saya kawatirhujan turun lagi. Kasihan si kecil Kemuning kalau sampaiterkena tirisan air hujan. Dia bisa sakit.SNyi Retno tersenyum. Walau sampai saat itupikirannya masih tidak waras namun ada kalanya ucapanyang menyentuh hati membuatnya larut walaupun hanyauntuk beberapa saat.Djaka Tua tahu, sudah beberapa hari Nyi Retno tidakpergi mandi ke telaga kecil tak jauh dari situ. Maka diapunbertanya. Den Ayu, apa pagi ini Den Ayu akan mandi ditelaga bersama Kemuning? Djaka Tua selalu memanggilmajikannya itu Den Ayu karena kalau dipanggil dengannama Nyi Retno Mantili, perempuan muda yang terganggujalan pikirannya itu selalu marah karena katanya namanyabukan Nyi Retno Mantili.Uh, mandi di udara sedingin begini? Bisa sakitanakku. Entah kalau siangan nanti. Nyi Retno Mantilimenggeliat, mendekap boneka kayu lalu berkata.Sebetulnya atap itu tidak dibetulkanpun tidak jadi apa.Bukankah kita selalu berpindah-pindah tempat tinggal?Katamu untuk menjaga keamanan dan keselamatan.Padahal aku tidak takut pada siapapun! Selama ini akuhanya mengikuti kemauanmu. Sebenarnya mengapa kitaselalu berpindah-pindah? Aku sudah betah tinggal digubuk itu. Udara di sini bagus. Ada telaga. Dan selama initidak ada mahluk yang mengusik kita.Saya mengerti Den Ayu. Tapi belakangan ini diluaran banyak orang jahat berkeliaran, jawab Djaka Tua.Dia menatap perempuan malang itu seketika lalumenyambung ucapannya. Den Ayu, terakhir kali saya kepasar tiga hari lalu, saya mendengar kabar. TumenggungWira Bumi yang belum lama menjadi Bendahara Kerajaansekarang telah diangkat menjadi Patih Kerajaan ...Ceritamu itu tidak ada artinya bagiku. Siapa WiraBumi? Apa itu Tumenggung? Apa itu Bendahara Kerajaan?Apa pula itu Patih Kerajaan?Djaka Tua terdiam. Kembali hatinya merasa sedihkarena sampai saat itu jalan pikiran Nyi Retno masihbelum jernih. Gangguan jiwanya terlalu dalam dan parah.lngin dia menerangkan bahwa Raden Mas Wira Bumi yangsekarang menjadi Patih Kerajaan itu adalah suaminya.Namun pembantu ini takut akan didamprat Nyi Retno.Yang paling dikawatirkannya kalau-kalau keterangannyananti akan membuat perempuan malang itu bertambahparah sakit jiwanya. Kalau saja Raden Mas Wira Bumitidak menuntut ilmu sesat pada Nyai Tumbal Jiwo, tidakakan begini nasib perempuan muda yang masih belumsampai berusia tujuh belas tahun itu.Sedikit demi sedikit sang surya menyembul di ufukterbitnya. Cuaca perlahan-lahan menjadi terang.Den Ayu, selesai membetulkan atap saya bermaksudpergi ke pasar.Persediaan makanan kita hanya cukup untuk satuhari.Ya, pergilah. Jangan lupa membeli pisang untukKemuning. Aku akan mengambil uang ...Setiap ke pasar Djaka Tua memang membeli pisang.Pisang yang katanya untuk Kemuning tentu saja tidakpernah dimakan boneka kayu itu hingga akhirnya selalutinggal membusuk.Tidak usah Den Ayu. Sisa uang belanja tempo harimasih ada, jawab Djaka Tua.Kalau begitu, sebelum kau pergi ke pasar adabaiknya aku dan Kemuning mandi dulu di telaga. Habisberkata begitu sambil bernyanyi-nyanyi menggendongboneka kayu Nyi Retno Mantili melangkah pergi. Tapi diabukannya menuju telaga. Ketika melewati satu pohonbesar yang salah satu cabangnya meliuk rendah,perempuan ini enak saja melesat ke atas dan sesaatkemudian dia sudah duduk berjuntai di atas cabangpohon, boneka kayu digendong diayun-ayun. Lnilahkehebatan yang dimiliki Nyi Retno berkat ilmu yangdiberikan Kiai Gede Tapa Pamungkas padanya. Walaupikirannya tidak waras namun dengan kuasa Tuhan diamemiliki kemampuan untuk menyerap beberapa ilmukepandaian yang dimasukkan sang Kiai ke dalamtubuhnya.Sambil duduk uncang-uncang kaki Nyi Retno Mantilimulai menyanyi. Sebenarnva Djaka Tua selalu merasakawatir setiap kali Nyi Retno menyanyi. Dia takut adaorang mendengar, mendatangi lalu menyelidiki atauberbuat jahat. Bagaimanapun juga meski pikiranterganggu, keadaan tidak terawat, namun kecantikan NyiRetno Mantili tidak pupus. Sekali melihat wajahnya orangpasti akan tertarik. Apa lagi yang namanya mata lelaki!***WALAU cuaca buruk, hujan gerimis turun dan pasarbecek namun tetap saja Pasar lmogiri ramai dikunjungiorang. Selesai membeli barang belanjaan, untuk melepashaus dan mengurangi rasa lelah serta dingin Djaka Tuamenyempatkan diri minum air serbat di salah satu sudutpasar. Minuman hangat itu membuat tubuhnya segarkeringatan. Caping bambu yang sejak tadi menempel dikepala dibuka sebentar untuk mengusap rambut sertakeningnya yang basah oleh keringat.Hanya terpisah beberapa belas langkah dari tempatDjaka Tua minum serbat ada sebuah kedai makanan yangselalu ramai pengunjung. Dua orang di antara para tamuyang sarapan di tempat itu adalah perajurit Keraton yangpernah bertugas di gedung kediaman Wira Bumi semasamasih menjadi Tumenggung. Saat itu keduanya sedangbebas tugas satu hari dan tidak mengenakan pakaiankeperajuritan. Salah seorang dari mereka sejak tadimemperhatikan Djaka Tua yang asyik menikmati serbathangat. Saat itu Djaka Tua telah membuka capingbambunya sehingga wajahnya terlihat lebih jelas. Perajurityang satu ini kemudian menyikut rusuk temannya danberkata.Gondo, coba kau perhatikan lelaki yang sedangminum serbat itu. Aku sangat mengenali wajahnya.Bukankah dia Djaka Tua pembantu di gedungTumenggung tempat kita pernah bertugas dulu?Perajurit bernama Gondo memandang ke arah yangditunjuk kawannya, memperhatikan lelaki berusia sekitarsetengah abad yang duduk di bangku panjang tengahminum serbat. Sebuah caping terletak di pangkuan. Dialas bangku di sebelahnya ada sebuah keranjang berisibarang belanjaan.Supat, tampang dan potongan badannya memangsama dengan Si Djaka Tua, berkata Gondo. Tapi orangini tidak memiliki punuk di punggungnyaWalau ini memang aneh. kata perajurit bernamaSupat. Tapi aku tetap yakin dia Djaka Tua pembantu diGedung Tumenggung dulu.Bagaimana kalau kita menyelidiki. .Jika dia memangDjaka Tua dan kita bisa menangkapnya, pasti akanmendapat hadiah besar dari Raden Mas Wira Bumi. Apalagi beliau sudah menjadi Patih Kerajaan. Bagaimana kalaukita tangkap dia sekarang juga?Tunggu dulu, jangan kesusu. Menangkapnya soalgampang. Dia dikabarkan telah mencuri bayi Nyi RetnoMantili, istri Raden Mas Wira Bumi. Kalau diam-diam kitamengikutinya, besar kemungkinan dia akan membawa kitake tempat dimana bayi itu disembunyikan. Kalau kitamendapatkan bayi itu hadiah dari Raden Mas Wira Bumiakan berlipat ganda. Malah tidak mustahil kita akanmendapat kenaikan pangkat istimewa.Aku setuju jalan pikiranmu, kata Supat. Lihat, diasudah membayar tukang serbat. Ayo kita ikuti.***DJAKA TUA bukan tidak tahu kalau ada dua orangberbadan tegap mengikutinya sejak dia meninggalkanPasar Imogiri. Dia tidak mau berpaling ke belakang untukmemperhatikan wajah. Namun dari potongan tubuh duapenguntit dia yakin mereka adalah perajurit Kerajaan. Jikaorang menguntit dirinya pasti ada yang diincar atauhendak diselidiki. Pembantu ini cukup cerdik. Kalau hutanjati tempat beradanya gubuk kediaman Nyi Retno Mantiliterletak di sebelah timur maka saat itu dia sengajaberjalan ke arah barat.Setelah sekian lama dan jauh mengikuti, orang yangdikuntit tidak sampai-sampai ke tempat tujuan, Gondo danSupat mulai curiga. Dua perajurit Keraton ini langsungsaja mengejar dan menghadang jalan Djaka Tua.Djaka Tua pura-pura terkejut.Kalian ini begal atau apa? Aku tidak punya barangberharga untuk dirampok. Ucap Djaka Tua.Setan alas! Kami bukan begal bukan perampok!bentak Gondo. Kami ingin menyelidik siapa kau adanya!Dulu kau punya punuk di punggungmu! Sekarangtidak ada lagi. Apa yang terjadi dengan dirimu?!Menyambung Supat dengan bentakan pula.Ada-ada saja kalian. Aku tidak pernah punya punukdi punggung. Jawab Djaka Tua. Kalau kalian maumencari orang berpunuk pergilah ke desa Getas di kakiselatan Gunung Merbabu. Kabarnya di sana banyak lelakiperempuan yang punya punuk di punggungnya.Supat dan Gondo menyeringai.Kau pandai bicara! ucap Gondo lalu merampaskeranjang di tangan kiri Djaka Tua, memeriksa isinya.lni belanjaan dapur. Untuk siapa kau membeli?!Bentak Gondo.Aku yang belanja. Tentu saja untuk keperluankusendiri di rumah!Jadi kau punya rumah! Nanti tunjukkan pada kamidimana rumahmu! Berkata Supat sambil tepuk-tepukbahu Djaka Tua.Di dalam keranjang ada pisang. Untuk siapa?Makanan bayi? Gondo menanyai dengan pandangan matagarang.Aku tidak punya bayi.Tentu saja karena kami tahu kau adalah perjakatua! hardik Gondo. Jangan bersandiwara. Kau kira kamitidak tahu siapa dirimu! Kau adalah Djaka Tua, dulupembantu di Gedung Tumenggung Wira Bumi. Kamimengenalimu karena pernah bertugas beberapa hari disana.Walau dadanya berdebar karena orang sudah tahupasti siapa dirinya namun Djaka Tua pura-pura tersenyumdan gelengkan kepala berulang kali. Keliru. Keliru sekali.Namaku Lor Arta bukan Djaka Tua. Aku tidak pernahbekerja di Gedung Tumenggung.Dusta! Kau kira bisa mempermainkan kami?! Kautengah menuju ke satu tempat. Tapi sengaja berputarputaruntuk menipu kami! Sekarang juga bawa kami ketempat kediamanmu. Kau mencuri bayi Raden Mas WiraBumi! Pisang dalam keranjang itu pasti untuk makananbayi! Dimana bayi itu kau sembunyikan hah!Makin bingung aku mendengar ucapan kalianberdua. Bayi? Bayi apa? Siapa Raden Mas Wira Bumi akujuga tidak tahu. Aku ingin melanjutkan perjalanan. Harapjangan membuat susah orang desa seperti aku ini.Supat dan Gondo tertawa gelak-gelak.Pandainya kau bersandiwara, Djaka Tua. Apa akucopot dulu salah satu tanganmu baru kau mau bicarabetul?! Supat rnengancam sambil menghampiri Djaka Tualalu menyambar tangan kiri pembantu itu danmemelintirnya ke punggung hingga Djaka Tua merintihkesakitan.Kau bakal tambah sengsara kalau terus menipukami. Sekarang juga tunjukkan di mana tempatkediamanmu! Kalau kau berani menipu atau melarikan diriakan kami tanggalkan anggota badanmu satu persatu!Aku tidak punya salah apa-apa. Tuduhan kaliandibuat-buat! Dari pada menganiaya diriku mengapa tidakmembunuhku sekarang juga?!Djaka Tua sudah nekad. Dia lebih baik mati dibunuhorang dari pada memberi tahu dimana tempatkediamannya yang berarti sama dengan membuka rahasiadimana beradanya Nyi Retno Mantili.Hebat! Berani menantang! Rasakan dulu ini!Tangan kanan Gondo berkelebat. Satu jotosan kerasmendarat di ulu hati Djaka Tua. Caping di kepala DjakaTua terlempar. Tubuhnya yang kecil terlipat ke depan. Darimulutnya keluar suara jeritan keras lalu muntahkan darahsegar!Manusia-manusia jahat! Mengapa tidakmembunuhku saja ... ucap Djaka Tua dengan suaraparau, muka pucat dan darah berselomotan di mulut dandagu.Supat jambak rambut Djaka Tua lalumenyentakkannya ke atas hingga lelaki berusia setengahabad ini tertegak terhuyung.Gondo! Hajar mulut dustanya biar dia tahu rasa!Mendengar ucapan kawannya, Gondo segeralayangkan satu jotosan keras ke muka Djaka Tua, tepat diarah mulut dan hidung.Praakk!Djaka Tuak menjerit keras. Tulang hidung patah, bibiratas pecah. Darah mengucur. Supat lepaskanjambakannya, Djaka Tua langsung roboh ke tanah,mengerang tersengal-sengal, menahan rasa sakit luarbiasa.Jeritan keras Djaka Tua tadi sempat terdengar olehdua orang yang kebetulan lewat di tempat itu.Gondo jongkok di samping Djaka Tua.Bagaimana rasanya? Kau akan lebih sengsara kalautanganmu ini aku tanggalkan dari persendian. Maumemberi tahu dimana tempat kediamanmu atau tidak?Dimana kau sembunyikan bayi itu?! Gondo cekalpergelangan tangan kanan Djaka Tua erat-erat.Aku mau kau membunuhku saat ini juga ... jawabDjaka Tua. Suaranya parau karena ada ludah campurdarah di mulutnya. Pembantu ini memilih mati dari padamembuka rahasia.Manusia tolol! Kau memilih sengsara! Gondo pelintirpergelangan tangan Djaka Tua. Ketika dia hendakmembetot tangan itu tiba-tiba sepotong patahan rantingmelesat di udara lalu menancap di punggung kananGondo. Perajurit Keraton ini menjerit setinggi langit. Kagetdan sakit. Tubuh terhuyung, cekalannya terlepas daripergelangan tangan Djaka Tua. Supat berteriak marah.Berpaling ke belakang dia melihat dua orang melangkahmendatangi sambil cengar cengir. Yang di sebelah kananseorang kakek berkepala setengah gundul, mata dankuping lebar, mengenakan celana gombrong basah kuyupdi sebelah bawah. Orang kedua seorang pemuda berambutgondrong, berpakaian serba putih, berjalan cengar cengirsambil garuk-garuk kepala!Kurang ajar! Siapa diantara kalian yang barusanmelempar ranting melukai temanku! bentak Supatsementara Gondo terduduk di tanah. Darah membasahibagian belakang bajunya setelah tadi dengan paksa diamencabut patahan ranting yang menancap dipunggungnya.Aku orangnya! menjawab si kakek yang bukan lainadalah Setan Ngompol sambi! angkat tangan kiri lalutelapak diulap-ulapkan. Memangnya kau mau juga? Akumasih ada sepotong ranting lagi! Setan Ngompolgoyangkan patahan ranting yang ada di tangan kanan lalutertawa mengekeh.Dijawab dan disikapi begitu rupa Supat jadi berang.Dia melompat menyerbu si kakek. Tinjunya menderu deraske muka Setan Ngompol.Bukkk!Huuwee! Setan Ngompol meledek sambil julurkanlidah.Tinju Supat tenggelam ke dalam telapak tangan kiriyang dipakai menangkis oleh Setan Ngompol. Lima jaritangan si kakek mencengkeram lalu berputar.Terbang! Setan Ngompol berteriak keras. Kencingterpancar.Supat merasa tangan dan tubuhnya disentak keras.Saat itu juga tubuh tinggi besar perajurit Keraton inibenar-benar terbang melesat ke udara sampai setinggidua tombak. Walau memiliki dasar ilmu silat yana cukupbaik namun seumur hidup baru sekali itu Supat mengalamidilempar lawan ke udara. Akibatnya dia jadi kelagapantunggang langgang dan tak mampu mencari selamat.Supat terbanting bergedebuk, jatuh punggung di tanah!Pemuda yang muncul bersama Setan Ngompol, sirambut gondrong berpakaian serba putih yang tentunyaadalah Pendekar 212 Wiro Sableng tertawa gelak-gelaksambil menunjuk-nunjuk ke arah Supat yang tergeletak ditanah. Rupanya perajurit ini cukup kuat juga. Setelahnanar terdiam beberapa lama dia mulai bergerak lalubangkit berdiri. Muka kelam membesi, tubuh bergetartanda hawa amarah yang menggelegak. Sementara itudalam keadaan hidung dan mulut cidera berat sertamenahan sakit Djaka Tua masih sempat memperhatikanapa yang terjadi. Dalam hati dia bertanya-tanya siapaadanya kakek dan pemuda yang telah menyelamatkandirinya itu.Tua bangka jahanam! Kau dan kawanmu mencarimati! Kalian tidak tahu siapa kami! Kami adalah perajuritperajuritKeraton di Kotaraja! Supat berteriak keras.Aha! Jadi kalian ini aparat Kerajaan rupanya. Lalumengapa enak saja menyiksa orang ?! tanya SetanNgompol sambil dua tangan berkacak pinggang.Apa yang kami lakukan adalah urusan kami! janganberani ikut campur! Kalian berdua lekas minggat daritempat ini! Gondo membentak. Perajurit yang terlukapada punggungnya ini sudah mampu berdiri walauterhuyung-huyung dan muka pucat.Dua keparat tidak tahu juntrungan! Manusia yangkami hajar itu adalah penculik bayi Patih Kerajaan! Kalianhendak melindunginya? Kalian berdua akan kami buatbusuk dalam penjara! teriak Supat.Seorang bertubuh kecil, bertampang tolol begini rupadituduh menculik bayi Patih Kerajaan. Dihajar habishabisan.Luar biasa! Bagaimana menurutmu, Wiro? SetanNgompol delikkan mata pada Supat yang barusan bicaralalu berpaling pada Pendekar 212.Murid Sinto Gendeng pencongkan mulut, menggarukkepala lalu menjawab. Luar biasa! Aku tidak percaya diapenculik!Manusia-manusia sinting! Kepala kalian pantasdipisahkan dari badan! teriak Supat. Lalu dari balikpakaian gombrongnya dia menghunus sebilah golokpendek. Senjata ini tampak angker karena warnanya tidakberkilat tapi hitam penuh karatan. Menurut orang yangtahu warna hitam serta karatan itu adalah bekas darahorang yang pernah dibunuh Supat, tidak diseka dibiarkankering sendiri.Selain memiliki ilmu silat tangan kosong, Supat jugamenguasai ilmu memainkan golok yang disebut TigaJurus Rajawali Terbang. Selama ini telah banyak lawanyang roboh dihajar goloknya. Namun dia tidak tahu tengahberhadapan dengan siapa ketika dia menyerbu ke arahSetan Ngompol. Seharusnya ketika tadi dirinya dibuatterbang oleh si kakek dia sudah tahu diri. Namun amarahmembuat dia tidak mampu berpikir jernih, juga temannyayang bernama Gondo.Tabas lehernya Supat! Cincang tubuhnya! teriakGondo memberi semangat.Golok di tangan kanan Supat berkelebat ganas.Menderu deras mengarah kepala Setan Ngompol dalamkecepatan luar biasa. Perajurit Keraton ini terperangahketika Tiga Jurus Rajawali Terbang yang diandalkannyalewat begitu saja tanpa senjatanya mampu menyentuhlawan, apa lagi menabas leher dan mencincang! Untukbeberapa saat lamanya dia tegak tertegun, memandang kearah golok lalu ke arah Setan Ngompol. Akan halnyaGondo, menyaksikan apa yang terjadi otaknya mulaibekerja dan tengkuknya serta merta menjadi dingin.Kek, kita tidak punya waktu lama di tempat ini.Bagaimana kalau perajurit yang barusan menyerangmudengan golok kita beri hadiah minuman kehormatan?Mendengar ucapan Wiro, Setan Ngompol tertawabergelak.Aku setuju saja. Memang sudah lama aku tidakberbuat kebajikan memberikan hadiah. Silahkan kau yangmengatur! kata si kakek pula.Ketika Wiro melangkah cepat ke arahnya Supat sertamerta menyambut dengan serangan golok. Orang yangdiserang bergerak kian kemari. Senjata Supat hanyamenyambar udara kosong. Ketika Supat nekadmelanjutkan serangan tiba-tiba satu totokan mendarat dipaha kirinya. Lutut kiri perajurit ini goyah. Sesaatkemudian dia roboh ke tanah. Tubuhnya sebelah kiri mulaidari bahu sampai ke kaki mendadak sontak lumpuh takmampu digerakkan. Wiro angkat kaki kiri lalu diinjakkanke leher Supat. Tidak keras tapi cukup membuat mulutSupat terbuka lebar.Mana minumannya Kek? tanya Wiro sambil senyumsenyum.Jahanam! Kalian mau apakan diriku?! teriak Supat.Tenang saja sobat! Kau bakal dapat minuman palingsedap di dunia! kata Wiro pula. Kek?!Siap! Tinggal dikucurkan! jawab Setan Ngompol.Lalu kakek ini melangkah mendekati Supat. Kaki kiri diangkat di arah atas kepala, ujung celana yang basah lepektepat berada di atas mulut perajurit itu. Pantat digoyangdiogel-ogel. Mata dikedap-kedip. Mulut mengedan-edan.Sesaat kemudian serrr ... serrr .... serrr! Air kencing sikakek mengucur kebawah, melewati kaki celana kiri laluserr ...gluk-gluk-gluk masuk ke dalam mulut Supat.Perajurit Keraton itu memaki habis-habisan. Namunsemakin keras dia berteriak semakin banyak air kencingSetan Ngompol yang masuk ke dalam mulutnya hingga diatercekik-cekik! Sementara Supat tersiksa setengah matiWiro dan Setan Ngompol tertawa gelakgelak.Gondo yang menyaksikan apa yang terjadi dengantemannya karuan saja jadi ketakutan setengah mati.Dirinya mungkin akan jadi korban ke dua. Lebih baikdigebuk babak belur dari pada dicekok diminumi airkencing begitu rupa. Perutnya mendadak merasa mual,seperti mau muntah. Tidak menunggu lebih lama diasegera kabur meninggalkan tempat itu secepat yang bisadilakukannya. Sementara itu Djaka Tua yang menyaksikanhal itu walau dirinya berada dalam keadaan cidera dansakit mau tak mau selain heran juga merasa geli.Cukup Kek? tanya Wiro.Tunggu, masih ada yang kental, jawab SetanNgompol.Suara caci maki Supat tidak terdengar lagi. Bergantidengan suara seperti orang mengorok. Lalu perajurit inisemburkan muntah. lsi perutnya serasa mau terbongkar.Wiro turunkan kaki dari atas leher Supat. Setan Ngompoljuga turunkan kaki kirinya ke tanah.Bagaimana? Enak?! tanya Wiro.Mau lagi?! tanya Setan Ngompol seraya melirik kearah Gondo. Melihat orang memperhatikan dirinya, Gondotidak menunggu lebih lama. Serta merta perajurit Keratonsatu ini putar tubuh dan lari lintang pukang dari tempatitu.Hak .. huk ... hak ... huk .... Hueekkk!Supat kembali semburkan muntah. Kelumpuhan padatubuhnya sebelah kiri lenyap. Setelah menunggingnunggingdia berusaha berdiri walau terhuyung-huyung.Melihat temannya kabur dia akhirnya melakukan hal yangsama. Ambil langkah seribu meski larinya tersaruk-saruk.Djaka Tua menyeka darah yang membasahi mukasekitar hidung dan mulut lalu berdiri. Sambil memegangiperutnya yang bekas dijotos pembantu yang malang inimelangkah mendekati Wiro dan Setan Ngompol lalujatuhkan diri di hadapan ke dua orang itu.KAKEK dan Raden berdua, saya Djaka Tua,sangat berterima kasih atas pertolongannya.Kalau tidak diselamatkan niscaya saat ini sayasudah menemui ajal ditangan dua orang perajurit Keratontadi. Suara Diaka Tua tersengal bindeng akibat cidera dihidungnya. Begitu terhenti bicara darah mengucur darihidung. Dia berusaha membungkuk. Tapi tubuhnyamenghuyung, hampir terjerambab ke tanah kalau tidakbahunya cepat ditahan Setan Ngompol.Duduk saja di tanah. Tidak perlu berlutut di hadapankami, kata Pendekar 212 Wiro Sableng. Lalu dia menotokjalan darah di pelipis dan leher Djaka Tua. Darah yang tadimengucur di hidung serta merta berhenti. Rasa sakitakibat cidera pada hidung serta mulut perlahan-lahanterasa jauh berkurang.Terima kasih ... Saya benar-benar berhutang budibesar pada Raden .... Setelah ditotok suara Djaka Tuatidak bindeng lagi.Namaku Wiro. Tidak usah memanggil dengansebutan Raden segala. Kakek ini biasa dipanggil SetanNgompol.Saya sangat berterima kasih ... Djaka Tua anggukanggukkankepala. Dua matanya tampak berkaca-kaca.Mengapa dua orang perajurit Keraton itu hendakmembunuhmu? bertanya Setan Ngompol. Betul kaumenculik bayi Patih Kerajaan?Djaka Tua duduk bersila di tanah, tak segeramenjawab. Walau dua orang itu telah menyelamatkannyanamun dia masih belum tahu siapa mereka adanya. Rasakawatir membuat dia tidak mau membalas budi baik orangdan hutang nyawa dengan menjawab secara jujur.Jika dia tidak mau bicara kita pergi saja dari sini.lngat Kek, kita masih banyak urusan yang harusdikerjakan. Kata Wiro.Ra ... Wiro, tunggu. Jangan tinggalkan saya ditempat ini. Mengingat budi pertolongan yang sudah sayaterima tentu saja saya akan akan menceritakan. Tapi sayaingin tahu lebih dulu siapa adanya sahabat berdua. Apayang akan saya ceritakan merupakan taruhan nyawa.Taruhan nyawa saya sendiri dan seorang lain yang harussaya lindungi keselamatannya.Kalau kau ingin tahu, kami berdua adalah orang.orang gila rimba persilatan. Apakah keterangan itu cukupmembuat kau mau bicara?! Ucap murid Sinto Gendengpula.Djaka Tua terdiam. Dia sering mendengar bahwaorang-orang rimba persilatan berkepandaian tinggi adakalanya menunjukkan sikap serta penampilan aneh.Dengan suara perlahan Djaka Tua berkata. Saya memangmenculik bayi Raden Mas Wira Bumi. Waktu itu beliaumasih menjabat sebagai Tumenggung. Sekarang kabarnyasudah menjadi Patih Kerajaan. Semua masalah yang sayahadapi bermula ketika saya datang ke Goa Girijati untukmemberi tahu bahwa istri Raden Mas Wira Bumi sudahmelahirkan seorang bayi perempuan ...Wong edan! Ternyata kau lebih gila dari kami!Mengapa berani-beranian menculik bayi seorang pejabattinggi Kerajaan? tanya Setan Ngompol pula sambil usapusapperut.Bapak tua ....Panggil saya Djaka Tua, kata Djaka Tua pada Wiro.Djaka Tua, ada orang yang menyuruhmu menculikbayi itu? tanya Wiro. Kau mendapat bayaran besar?Benar?Djaka Tua usap darah di dagunya lalu gelengkankepala.Tidak ada yang menyuruh saya. Saya menculikjustru untuk menyelamatkannya. Seseorangmemerintahkan Saya untuk membunuh bayi itu dengansebilah golok besar milik Raden Mas Wira Bumi.Siapa yang menyuruh? Tanya Setan Ngompol.Satu mahluk dari alam roh. Perintah diberikan padaRaden Mas Wira Bumi. Karena beliau telah menyalahisumpah perjanjian. Tapi Raden Mas lalu menyuruh sayamelaksanakan tugas itu ... menerangkan Djaka Tua.Mahluk dari alam roh itu apakah dia sebangsa hantu,setan, dedemit atau apa?! tanya Setan Ngompol sambilmenahan kencing yang mau muncrat.Saya tidak tahu. Ujudnya seorang nenek angkerserba merah, mulai dari rambut sampai kaki. Pertama kalisaya melihat sewaktu malam hari dibawa paksa olehRaden Mas Wira Bumi ke pekuburan Kebonagung ....ltu pekuburan besar di luar Kotaraja, ujar SetanNgompol.Djaka Tua mengangguk. Dari dalam sebuah makamyang dijaga oleh seorang kuncen saya lihat sendiri adasemburan asap. Lalu muncul sosok seorang nenek sangatmengerikan. Rambut, muka, pakaian, tubuh, semua serbamerah. Raden Mas Wira Bumi memanggil mahluk ini NyaiTumbal JiwoSetan Ngompol berpaling pada Wiro.Kek aku belum pernah mendengar nama itu. Apa lagikenal orangnya. Kata Wiro yang mengerti maksudpandangan Setan Ngompol.Aku juga tidak tahu siapa adanya mahluk itu, ucapSetan Ngompol pula.Mahluk itu adalah guru Raden Mas Wira Bumi dalammendapatkan ilmu kesaktian. Menerangkan Djaka Tua.Begitu? Lalu bayi yang kau culik, kau kemanakan?Berada dimana sekarang? tanya Wiro.ltulah yang menjadi pikiran saya. Di tengah jalan,waktu itu hujan turun lebat sekali. Saya masuk ke dalamgoa. Bayi yang saya bedung dalam sehelai kain menangisterus-terusan. Tiba-tiba di mulut goa saya lihat ada kabuttipis. Di dalam kabut muncul seorang kakek pakaianselempang kain putih. Tubuhnya tinggi, kepala hampirmenyondak bagian atas goa. Di tangan kiri dia memegangsebuah tongkat kayu putih. Orang tua itu memanggil sayasahabat. Dia minta agar saya menyerahkan bayi karenakatanya saya tidak akan bisa merawat. Katanya lagi bayiitu berjodoh dengan dirinya. Kalau sampai terlambat bayiitu akan mati. Saya jadi bingung, juga takut. Akhirnya bayisaya serahkan saja. Si orang tua lalu memberi nama bayiitu Ken Permata. Orang tua ini juga tahu kalau sayamembekal golok besar milik Raden Mas Wira Bumi yangsebenarnya akan dipakai untuk menggorok bayi malangitu. Dia minta golok, saya serahkan. Sebelum pergi orangtua itu melenyapkan punuk yang selama lima puluh tahunada di punggung saya ...Sakti luar biasa, kata Wiro sambil garuk kepala.Djaka Tua kau tahu siapa adanya orang tua itu? tanyaWiro.Djaka Tua menggeleng. Saya juga tidak tahu dibawakemana bayi itu ...Tololnya! Kau menyerahkan anak orang sepertimenyerahkan kucing! kata Setan Ngompol.Saat itu saya bingung sekali. Saya percaya padakuasa dan jalan Tuhan. Kalau tindakan saya salah biarlahsaya menerima hukuman dunia akhirat. Orang tua ituadalah seorang sakti berhati mulia. Dia pasti akanmenjaga bayi itu baik-baik. Saya berharap satu ketika,kalau sudah besar dia akan datang menyerahkan bayi itupada ibunya. Cuma sayang .....Cuma sayang apa? tanya Wiro.Ibu bayi itu saat ini berada dalam keadaan tidakwaras. Pikirannya terganggu. Dia melarikan diri dariGedung Tumenggung.. .Mendengar bicaramu agaknya kau tahu dimana ibubayi itu berada.Djaka Tua menatap wajah Pendekar 212 WiroSableng lalu menoleh pada Setan Ngompol. Waktu duaperajurit itu menyiksa saya agar memberi tahu dimanatempat kediaman saya, saya memilih lebih baik dibunuh...Kami tidak akan membunuhmu sekalipun kau tidakmau memberi tahu, kata Setan Ngompol pula.Saya percaya. Saya akan membawa para sahabatkesana ... kata Djaka Tua lalu berdiri dan melangkah.Melihat langkah Djaka Tua yang tertatih dan terhuyungSetan Ngompol hilang sabarnya.Kalau kami mengikutimu. sedang kau berjalanseperti siput seperti itu, hampir kiamat rasanya barusampai ke tempat tujuan! Biar kugendong. Kau tinggalmenunjukkan jalan! Habis berkata begitu Setan Ngompollalu dukung Djaka Tua di bahu kirinya. Celakanya tubuhDjaka Tua digendong melintang dengan bagian kepalamenghadap ke depan sebelah bawah hingga mukanyabersentuhan dengan celana gombrong Setan Ngompolyang basah lepek oleh air kencing dan menebar baupesing!***KETIKA sampai di gubuk di hutan jati, ke tiga orangitu dapatkan pintu terbuka dan gubuk dalam keadaankosong. Djaka Tua yang masuk ke dalam keluar kembali.Wajahnya menunjukkan rasa kawatir.Den Ayu ..... ?! Djaka Tua memanggil. Mula-muladengan suara perlahan lalu bertambah keras. Tidak adasahutan.Den Ayu! Kemuning! Djaka Tua kembali berseru,tetap tak ada jawaban. Yang terdengar hanya suarasemilir tiupan angin dan daun-daun pohon jati yang salingbergesekan.Siapa Kemuning? tanya Wiro pada Djaka Tua.Anak Nyi Retno Mantili ...Kau bilang anak itu telah kau serahkan pada seorangkakek sakti. Namanya Ken Permata, bukan Kemuning.Kata Setan Ngompol pula.Bayi asli memang saya serahkan pada kakek saktiwaktu di dalam goa. Yang bernama Kemuning ini adalahsebuah boneka kayu yang oleh Den Ayu dianggap sebagaibayinya yang hilang.Mendengar keterangan Djaka Tua Setan Ngompol danWiro jadi saling pandang. Si kakek tersenyum. Si pemudagaruk-garuk kepala tapi otaknya berpikir-pikir.Den Ayu! Kau berada dimana? Ini aku Djaka Tuasudah kembali dari pasar. Aku membeli pisang untukKemuning! Untuk kesekian kalinya Djaka Tua berseru.Tiba-tiba ada suara tawa perempuan melengking.Setan Ngompol langsung pancarkan air kencing. Pendekar212 Wiro Sableng berpaling. Mencari siapa yang barusantertawa. Namun suara tawa itu seolah datang dariberbagai arah.Djaka tua tampak tugang. Den Ayu ... ?!Wiro awas!Setan Ngompol berteriak. Secepat kilat diamendorong tubuh Wiro ke belakang, merangkulpinggangnya lalu bergulingan di tanah. Saat itu dari atassebatang pohon jati berkiblat dua larik sinar putihmenyilaukan. Di lain kejap buumm .... buuumm!Dua letusan keras menggelegar. Tanah terbongkar.Asap mengepul. Dua lobang terpentang lebar dan dalam dibekas tempat Setan Ngompol dan Wiro tadi berdiri.Kencing si kakek muncrat tak karuan. Wiro sendiriterduduk setengah berlutut dengan wajah pucat.Gila! Setan dari mana mau membunuh kita?! ucapSetan Ngompol sambil pegangi bagian bawah perutnya.Saat itu dari atas salah satu pohon jati besarmelayang turun sosok seorang perempuan berpakaiankumal, rambut tergerai kusut masai. Di tangan kirinya diamemegang sebuah boneka perempuan terbuat dari kayu.Boneka diarahkan pada Wiro dan Setan Ngompol. Jari-jaritangan siap memencet pinggang boneka. Jika pinggangboneka ditekan, dari sepasang mata boneka akan melesatkeluar dua larik sinar putih. Sinar-sinar itulah yang tadimenyerang Wiro dan Setan Ngompol. Melihat serangannyagagal kini si pemegang boneka yaitu Nyi Retno Mantilikembali hendak melepas serangan kedua.Den Ayu! Jangan!Nyi Retno Mantili menjadi ragu meneruskan seranganketika didengarnya seruan Djaka Tua. Perempuan inimembuat gerakan jungkir balikdi udara, begitu turun diasudah berdiri di hadapan Djaka Tua. Tangan kananberkacak pinggang, tangan kiri masih memegang bonekadan tetap diarahkan pada Wiro serta Setan Ngompol.Dua orang itu telah menganiayamu! Merekamemaksamu datang kesini. Ternyata kau telahberkhianat! Suara Nyi Retno Mantili keras sekali dan duamatanya memandang mendelik. Kalian bertiga akan akuhabisi saat ini juga!Den Ayu, kau keliru. Justru kedua orang itu telahmenyelamatkan diriku, kata Djaka Tua. Lalu dengancepat dia menerangkan apa yang telah terjadi.Sementara Djaka Tua memberi keterangan. Wiro danSetan Ngompol saling bicara berbisik.Kek, aku ingat sekali. Bukankah perempuanmembawa boneka ini yang dulu kita temui di hutanbelantara? Yang hendak diperkosa oleh seorang lelakiberperawakan dan punva ilmu pukulan seperti PangeranMatahari?!Perempuan kecil halus. Wajah dekil rambut kusutawut-awutan. Tapi cantik! menyahuti Setan Ngompolsambil matanya menatap ke arah Nyi Retno Mantili. Sikakek rupanya hanya ingat cantiknya orang saja. Kaubetul Wiro. Perempuan inilah yang menghajar PangeranMatahari dengan dua cahaya sakti yang keluar darisepasang mata boneka kayu. Lalu sosoknya lenyap danberganti muncul seorang nenek muka putih yang menuduhPangeran Matahari sebagai Hantu Pemerkosa. Nenek mukaputih itu kemudian membuntungi tangan kiri PangeranMatahari.Jadi inilah Nyi Retno Mantili, istri Raden Mas WiraBumi. Sang suami jadi Patih Kerajaan. Dia sendiri dalamkeadaan begini rupa. Kasihan sekali ...Kasihan satu langkah menuju naksir ucap SetanNgompol lalu tertawa cengar cengir.Di depan sana tiba-tiba perempuan muda yangmemegang boneka keluarkan ucapan. Aku dengar kalianmenyebut-nyebut nama Nyi Retno Mantill. Siapa itu?Perempuan mana dia?!Setan Ngompol bengong. Wiro garuk-garuk kepala.Betul keterangan Djaka Tua. Perempuan muda lni benarbenarsudah rusak ingatannya. Kata Wiro dalam hati.Begini .... Nyi Retno adalah seorang sahabat kamiyang sudah lama tidak pernah ketemu. Wajahnyamenyerupai Den Ayu. Tapi Den Ayu jauh lebih cantik ...Nyi Retno Mantili tertawa keras dan panjang.Laki-laki dimana-mana sama saja. Mulut mudahmengumbar rayuan. Aku tidak cantik. Pakaianku kumuh,tubuhku dekil. Hik..hik..hik. Nyi Retno berpaling padaSetan Ngompol. Kakek yang kupingnya terbalik,temanmu ini matanya pasti sudah terbalik!Tidak Den Ayu, kau memang cantik, jawab SetanNgompol.Nyi Retno Mantili kembali tertawa. Yang muda yangtua sama saja belangnya! .Setelah memperhatikanPendekar 212 sejenak, perempuan muda iniberkata.Menurut pengasuh anakku, kalian mengakusebagai orang-orang gila rimba persilatan! Apa betul?!Betul sekali Den Ayu, jawab Setan Ngompol.Walau gila tentunya punya julukan kata Nyi RetnoMantili pula.Ah kami cuma orang-orang gila pinggiran, orangorangrimba persilatan kelas teri. Mana punya julukan ...Lalu apa kalian juga tidak punya nama?!Setan Ngompol batuk-batuk, usap-usap perut.Namaku jelek. Orang-orang menyebut aku SetanNgompol ...Nyi Retno Mantili tertawa cekikikan. Pantas dari tadiaku mencium bau pesing. Rupanya kau yang ngompol dicelana. Nyi Retno berpaling pada Wiro. Kau tidak punyanama?Pendekar 212 garuk-garuk kepala.Sobat mudaku ini orangnya pemalu. Biar aku yangmemberi tahu. Namanya Wiro. Wiro Sableng.Wiro tersenyum.Nyatanya dia bisa tersenyum. Berarti tidak pemalutapi mata keranjang. Hik ...hik ...hik! Ada orang namanyapakai sableng segala! Sableng benaran apa?!Den Ayu, jangan mempermainkan orang yang telahmenolong kita. Djaka Tua berkata.Nyi Retno Mantili cuma tertawa panjang sambilmatanya melirik ke arah murid Sinto Gendeng. Melihatsikap Nyi Retno Mantili ini Setan Ngompol membatin.Perempuan sinting ini sepertinya tertarik pada anak setanitu. Urusan bisa jadi panjang. Harus cepat-cepat pergi darisini.Den Ayu, apa saya boleh bertanya?Nah, apa kataku. Dia mau bicara padaku. Silahkansaja kalau mau bertanya. Aku siap memberi jawabanterlebih dulu. Anakku ini namanya Kemuning. Aku bukanNyi Retno Mantili. Aku tidak punya suami. Aku tidak kenalRaden Mas Wira Bumi ...Maaf Den Ayu, saya tidak menanyakan semua itu.Saya ingin tahu. Waktu kejadian di hutan, ketika Den Ayudiserang lelaki tinggi besar berjubah kelabu dan Den Ayumenghajarnya dengan satu pukulan sakti. Den Ayu tibatibalenyap. Lalu muncul seorang nenek muka putih.Pertanyaan saya, apakah nenek muka putih itu perubahanujud dari Den Ayu ... ?Nyi Retno Mantili tertawa cekikikan. Djaka Tuamemperhatikan. Tidak pernah dilihatnya Nyi Retno banyaktertawa seperti saat itu. Kehadiran dua orang yangmenolongnya itu rupanya mendatangkan kegembiraanpada diri Nyi Retno. Djaka Tua ikut merasa senang.Aku tidak tahu apa yang ada dalam pikiranmu. Daridulu aku seperti ini, tidak pernah berubah ujud. Apa kaukira aku ini mahluk gaib atau setan jejadian? Hik ... hik ...hik!Wiro garuk-garuk kepala.Menurut Djaka Tua ......Nyi Retno memotong ucapan Setan Ngompol denganpertanyaan. Djaka Tua, siapa itu Djaka Tua?!Si kakek menunjuk ke arah Djaka Tua. Dia.pengasuh anak Den Ayu.Oh dia. Baru tahu aku kalau namanya Djaka Tua.Nyi Retno Mantili kembali tertawa cekikikan. Djaka Tuasendiri hanya tegak berdiam diri.Menurut Djaka Tua, anakmu itu bernama Kemuning.Nama bagus. Setan Ngompol meneruskan ucapannyayang tadi terpotong.Kau suka anakku? Mau menggendongnya? NyiRetno melangkah mendekati Setan Ngompol hendakmenyerahkan boneka kayu pada si kakek. Tapi tiba-tibaboneka yang sudah diulurkan ditarik kembali. Tidakmungkin aku bisa percaya pada orang yang punya namaSetan sepertimu. Hik..hik! Nanti anakku dibawa kabur!Apalagi kau bau pesing! lihhh!Nyi Retno Mantili lalu berpaling pada Wiro. Kau maumenggendong Kemuning? Mungkin dia suka padamu.Wiro tidak menjawab. Bergerak pun tidak. Nyi Retnolalu mendatanginya dan mengulurkan boneka kayu. Mautak mau Wiro mengambil boneka itu. Dengan kikuk diamenirukan cara orang menggendong bayi. Setan Ngompolmemperhatikan dengan tertawa-tawa. Djaka Tuamengulum senyum.Nah, nah! Kemuning suka padamu. Anak itu tidakmenangis. Ucap Nyi Retno Mantili pula.Ketika Wiro hendak menyerahkan boneka kayukembali Nyi Retno berkata. Gendong saja biar lama.Kemuning anteng sekali dalam gendonganmu. Apa kautakut dikencingi? Hik ... hik ... hik.?'Wiro jadi serba salah. Terlebih ketika melihat SetanNgompol memberi isyarat agar mereka segera tinggalkantempat itu. Den Ayu, kami senang mengenalmu. Kamijuga suka pada anakmu, Kemuning. Cuma, kami tidak bisalama-lama di sini. Kami terpaksa minta diri ... Wiroulurkan boneka kayu.Tunggu dulu, jawab Nyi Retno. Dia tidak maumengambil boneka yang diulurkan.Wiro tidak kehabisan akal. Boneka diserahkan padaDjaka Tua.Maaf Den Ayu, saya ingin buang air kecil. Tadikebanyakan minum air tebu ... Setelah menyerahkanKemuning pada Djaka Tua, Wiro segera putar tubuhtinggalkan tempat itu.Aduh, perutku juga mendadak mulas. Den Ayu,Djaka Tua aku pergi dulu. Setan Ngompol ikut-ikutanngacir dari tempat itu.Nyi Rento Mantili tampak gusar. Dia ambil bonekakayu dari tangan Djaka Tua lalu diarahkan pada keduaorang yang berada di depan sana. Jari-jari tangannya siapmenekan pinggang boneka.Jangan Den Ayu. Mereka orang-orang baik. Sayayakin mereka terpaksa pergi karena ada kepentingan ainyang tak bisa menunggu ...Kalau begitu mari kita ikuti kemana mereka pergi!kata Nyi Retno pula. Aku ingin tahu orang-orang gilabagaimana mereka sebenarnya!Ketika Nyi Retno Mantili berkelebat ke arah dua orangyang telah pergi itu mau tak mau Djaka Tua terpaksamengikuti. Lagi pula dia punya firasat bahwakeberadaannya yang telah diketahui dua perajurit Keratoncepat atau lambat akan mendatangkan bahaya bagi NyiRetno.***MASlH dalam keadaan cidera, Gondo dan Supatsesampainya di Kotaraja langsung menghadap PatihKerajaan. Setelah menunggu cukup lama akhirnya ke duaorang ini dipersilahkan menunggu di pendopo timur.Begitu Patih Kerajaan datang dua perajurit segeramenceritakan pertemuan mereka dengan Djaka Tua. Tentusaja tidak lupa mereka menerangkan munculnya duaorang aneh, satu kakek bermata besar berkuping lebarbau pesing dan seorang pemuda berikat kepala putihberambut panjang sebahu.Dua perajurit, jika aku bisa menangkap Djaka Tuadan menemukan bayi, kalian berdua akan aku beri hadiahbesar dan kenaikan pangkat satu tingkat. Kata Raden MasWira Bumi. Supat dan Gondo merasa girang danmembungkuk dalam-dalam sambil mengucupkan terimakasih. Patih Kerajaan kemudian menyambung ucapannya.Namun ingat baik-baik. Mulai saat ini kalian harusmelupakan apa yang telah terjadi di hutan jati itu. Kaliantidak pernah bertemu Diaka Tua serta dua orang aneh itu.Kalian juga tidak tahu menahu tentang bayi. Kalianmengerti?Kami mengerti Kanjeng Patih, jawab Supat danGondo sambil membungkuk.Tak lama setelah kedua perajurit itu pergi, Raden MasWira Bumi menemui seorang tokoh silat Keraton bernamaCagak Lenting berjuluk Si Mata Elang. Orang inisebenarnya tidak memiliki ilmu silat atau kesaktian tinggi.Namun dia disegani karena punya kemampuan luar biasadalam mencari jejak, mengejar dan menemukanseseorang.Siang itu juga secara diam-diam Raden Mas WiraBumi bersama Cagak Lenting meninggalkan GedungKepatihan dengan menunggang kuda keduanya menujutempat dimana Supat dan Gondo menghadang danmenghajar Djaka Tua.Cukup lama Cagak Lenting memperhatikan keadaandi tempat itu dengan sepasang mata elangnya. Terakhirsekali dia jongkok, letakkan telapak tangan kiri kanan ditanah. digeser-geser beberapa kali lalu tegak berdiridongakkan kepala. menghirup udara dalam-dalam.Bagaimana? tanya Patih Wira Bumi tidak sabaran.Saya mendapat petunjuk ada dua orang pergi kearah selatan. Arah Kotaraja. Mereka pasti dua perajurityang datang melapor. Lalu ada tiga orang bergerak kearah barat. Djaka Tua dan dua orang aneh itu.Wira Bumi memandang ke langit. Matahari telahmenggelincir ke barat. Kita ke barat. Kau di sebelahdepan. Kata Wira Bumi.Cukup lama memacu kuda ke arah barat akhirnya kedua orang itu sampai di pinggiran hutan jati. Si Mata Elanghentikan kudanya sejenak.Mata memandang tajam berkeliling lalu memberitanda pada Patih Kerajaan untuk mengikutinya. Tak selangberapa lama Cagak Lenting hentikan kudanya di depansebuah gubuk. Bersama Wira Bumi dia masuk memeriksa.Kita terlambat ... kata Patih Kerajaan sambilmemperhatikan isi gubuk. Dia mengambil sebuahkeranjang dan menemukan sesisir pisang. Bayi itu ada disini! Lihat, ini pisang makanan bayi.Cagak Lenting alias Si Mata Elang menggeleng.Petunjuk yang saya dapat hanya ada dua orang pernahberada di tempat ini. Tidak ada bayi . Dan kedua orang ituagaknya telah pergi dari sini.Aku harus tahu mereka menuju kemana. Kata WiraBumi pula. Si Mata Elang keluar dari gubuk.Memperhatikan jejak-jejak di tanah. Lalu memandang kejurusan sebelah kanan. Menghirup udara dalam-dalam.Kanjeng Patih, mereka pergi ke arah utara. Ada empatorang ....Aku sudah bisa menduga. Nyi Retno, Djaka Tua dandua orang aneh itu. Kita kejar mereka.Jarak kita terlalu jauh Kanjeng Patih. Belum tentukita bisa mengejar mereka sebelum malam tiba. Selain itubukankah petang ini ada pertemuan penting dengan SriBaginda?Cagak Lenting. kau teruskan mengejar ke arahutara. Aku kembali ke Kotaraja. Mampir di Kaliurang. CariKepala Desa. Jika kau menemui orang-orang itu janganmengambil tindakan dulu. Awasi saja jangan sampai lolos.Kita berhadapan dengan tokoh-tokoh aneh rimbapersilatan. Usahakan mencari tahu siapa mereka.Kemudian perintahkan Kepala Desa segera menemuiku diGedung Kepatihan.Perintah Kanjeng Patih akan saya laksanakan. Sayamohon diri. Cagak Lenting naik ke atas kudanya lalumemacu binatang itu menuju utara.PENDEKAR 212 Wiro Sableng perlambat lari. berpalingpada Setan Ngompol di sampingnya. Kek, kau tahukalau kita ada yang mengikuti?Sudah tahu dari tadi. Juga sudah tahu siapaorangnya. Justru aku tengah mencari akal bagaimanacaranya bisa menyelinap dari kejaran mereka.Kita bisa menghilang dari kejaran Djaka Tua. Tapidari perempuan muda berotak tidak waras itu rasanyasulit. Dia hanya sekitar dua puluh tombak di belakang kita.Turut keterangan DjakaTua, Nyi Retno Mantili dulu takpunya ilmu kepandaian apa-apa. Jika sekarang ia memilikiilmu silat, kesaktian serta ilmu lari yang begitu hebat,sungguh luar biasa. Siapa gerangan gurunya?Bagaimana kalau kita tunggu saja dua orang itu. Kitatanyakan pada Nyi Retno apa maunya.Urusan bisa berabe Kek. Jelas dia mau ikut kemanakita pergi ....Wiro, jika mereka masih mengejar seharusnya NyiRetno sudah sampai lebih dulu di sini, kata SetanNgompol pula sambil putar-putar daun telinga sebelah kiridan memandang ke jurusan yang barusan mereka lalui.Aku mendengar suara derap kaki kuda .... Baru sajaWiro selesai berucap tiba-tiba ada suara kuda meringkikdisusul bentakan-bentakan keras.ltu teriakan Nyi Retno! ujar Setan Ngompol sambilmenahan kencing.Tidak menunggu lebih lama kedua orang itu segeramenghambur ke arah datangnya suara kuda meringkikserta bentakan-bentakan. Di satu kelokan jalan merekatemui seekor kuda tergeletak di tanah dalam keadaan takbernyawa lagi. Kepalanya hancur. Di samping binatang ini,terduduk di tanah seorang lelaki berpakaian dan berikatkepala hijau, rambut menjulai sebahu. Wajah sangatpucat, mata memandang membeliak penuh takut pada NyiRetno Mantili yang saat itu berdiri hanya terpisahbeberapa langkah. Tangan kiri memegang boneka kayu,dia arahkan pada orang yana terduduk di tanah yaituCagak Lenting alias Si Mata Elang.Den Ayu! Jangan! teriak Setan Ngompol.Kencingnya terpancar. Selain ingin mencegah seranganmaut yang hendak dilancarkan Nyi Retno denganbonekanya, kakek ini juga mengenali siapa adanya orangyang hendak jadi korban itu.Tua bangka bau pesing! Apa urusanmu! Bentak NyiRetno dengan suara lantang wajah garang. Dia turunkantangan kirinya sedikit, kemudian diangkat lagi, kembali diarahkan pada Cagak Lenting.Den Ayu, saya mohon jangan bunuh orang itu! KiniWiro yang berucap. Beberapa waktu lalu bersama SetanNgompol dia telah melihat Nyi Retno menghantamPangeran Matahari dengan sinar sakti yang melesat keluardari sepasang mata boneka kayu. Akibatnya luar biasa.Sang Pangeran yang memiliki kepandaian tinggi ituterpental muntah darah!Gerakan Nyi Retno langsung terhenti ketikamendengar ucapan Wiro. Perempuan muda ini terdiamsesaat. Perlahan-lahan dia palingkan kepala. Ada secercahsenyum di sudut bibirnya. Wiro. jika kau yang melarangaku menurut saja ... Keluar ucapan itu dari mulut NyiRetno Mantili. Tangan kirinya yang memegang bonekaditurunkan lalu boneka didekap ke dada. Tapi manusiajahat ini telah membunuh pengasuh Kemuning ...A ... aku tidak membunuhnya. Dia hanya pingsan....Mana pengasuh anakku?! bentak Nyi Retno.Dia tergeletak di ujung jalan sana.Wiro segera lari ke arah yang ditunjuk Cagak Lenting,diikuti Nyi Retno sementara Setan Ngompol cepatmenghampiri Cagak Lenting, membantu orang ini bangkitberdiri.Sobatku Cagak Lenting, apa kau masih ingat diriku?sapa Setan Ngompol.Ah. mana ada tokoh sakti lelaki bau pesing di duniaini selain dirimu? Setan Ngompol, lama tidak bertemutahu-tahu kau muncul menyelamatkan diriku. Akubersyukur pada Tuhan dan berterima kasih padamu.Apa yang terjadi? Mengapa perempuan itu hendakmembunuh sahabatku yang berjuluk Si Mata Elang ini?tanya Setan Ngompol.Sobatku, tugas seringkali mendatangkan kesulitan.Aku diperintahkan oleh Patih Kerajaan untuk mengejarDjaka Tua dan Nyi Retno. Juga dua orang seperti yangdilaporkan dua perajurit Keraton. Siapa menyangka duaorang itu salah satu diantaranya adalah engkau. Pemudaberambut gondrong itu, siapakah dia?Dia adalah Pendekar Dua Satu Dua Wiro Sableng,murid Sinto Gendeng dari Gunung Gede.Ternyata rejekiku besar sekali hari ini. Selaindiselamatkan aku juga bisa bertemu dengan dua tokohsilat tanah Jawa. Aku sudah lama mendengar nama hebatsobat mudamu itu. Baru sekali ini bertemu muka.Setahuku guru dan murid itu banyak sekali membantuKerajaan di masa yang sudah-sudah. Lalu Cagak Lentingceritakan tugas yang diberikan Patih Kerajaan padanya.Ketika sampai di kawasan ini sebenarnya aku berduadengan Kepala Desa Kaliurang Ki Sentot Bayu. Setelahmelihat Djaka Tua, aku suruh dia kembali ke Kotarajauntuk melapor pada Patih Kerajaan. Di tempat ini akutemui Djaka Tua, bekas pembantu Patih Kerajaan sewaktumasih jadi Tumenggung dulu. Dia berlari sendirian. Akucekal dia. Djaka Tua berteriak. Aku tidak menduga kalauNyi Retno Lestari juga ada di dekat situ. Tadinya mengiramungkin dia sudah berada di satu tempat tersembunyi.Dan aku sama sekali tidak menyangka perempuan mudaitu memiliki ilmu kesaktian. Dia muncul langsungmenyerangku. Aku selamat tapi kudaku menemui ajal.Luar biasa. Boneka kayu miliknya itu benar-benarmerupakan senjata mautSaat itu Wiro, Nyi Retno dan Djaka Tua muncul.Cagak Lenting cepat membungkuk.Pendekar Dua SatuDua,