141. kematian kedua

Download 141. Kematian Kedua

If you can't read please download the document

Upload: lukmanul-hakim

Post on 21-Dec-2015

7 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

ws141

TRANSCRIPT

141. Kematian KeduaDENGAN mengubah diri menjadi asap,Bunga si gadis alam roh, berhasil menyelinap masuk ke dalam bukit batu markasbarisan manusia pocong lewat sebuah celah sehalus rambut. Suara genta mendadak menggemamengguncang seantero tempat. Menyadari bahwakemunculannya telah diketahui penghuni 113Lorong Kematian, dia harus bertindak cepat. Bausetanggi mendadak memenuhi ruangan. Lalu satusuara halus mengiang di telinga Bunga.Roh dari alam gaib. Kau datang membawabencana. Terima kematianmu sebelum kau menimbulkan malapetaka!Bunga tidak tinggal diam. Dia segera menyahutisuara yang datang dari jauh itu.Bencana ada dalam hatimu. Malapetaka adadalam benakmu! Aku datang membawa kebaikan.Aku akan bertindak sebagai juru nikahmu. Untukmelepas kau agar bisa kembali bebas ke alam asal.Dunia bukan tempat tinggalmu. Di dalam lorongada manusia jahat memperalat dirimu!Ahai! Pandai sekali kau mengeluarkan ucapan.Hanya perintah Yang Mulia Ketua yang harusdilaksanakan! Hanya Yang Mulia Ketua seorangyang wajib dicintai! Aku mau lihat apakah kaumasih bisa berkata-kata sesudah aku menjatuhkan kematian kedua padamu!Bunga terkesiap mendengar ucapan dari kejauhan itu. Bukan perihal kematian kedua atasdirinya, tapi kata-kata menyangkut diri YangMulia. Apakah mahluk bernama Sang Ratu itutelah bercinta dengan Ketua Barisan ManusiaPocong? Apakah Sang Ketua telah menggaulidirinya? Celaka kalau hal itu sampai terjadi!Berarti dia telah menguasai ilmu kesaktian luarbiasa dahsyatnya!Bunga tak sempat berpikir lebih jauh. Dari arahlorong di depannya bertiup serangkum angin.Menyusul muncul cahaya kuning menggidikkan.Bunga cepat rapatkan dua telapak tangan di ataskepala. Mulut terkancing rapat, Sepasang matamenatap tajam ke arah cahaya kuning yang datang menyambar. Roh alam gaib, aku mewakilisemua roh dari alammu. Berikan seluruh kekuatan dan kesaktianmu padaku! Hancurkan pintuitu!Bunga gerakkan tangan kanan ke depan.Sejenis bubuk menebar di udara. Bau harumsetanggi semakin santar di tempat itu. Dari jauhmendadak terdengar suara pekikan.Sosok bunga laksana kilat berubah menjadiasap dan melesat ke atas. Di ujung lorong kemudian terdengar satu teriakan keras.Jangan! Aahh!Ada satu kekuatan berusaha mencegah tapiterlambat. Cahaya kuning berkiblat. Cahaya mautyang seharusnya menghantam Bunga, lolos lalumelabrak dinding batu. Tebaran setanggi yang melayang di udara berubah menjadi percikan bungaapi terang benderang.Bumm! Byaarr!Satu letusan keras berdentum mengguncangbukit batu. Dinding batu di depan sana hancurberantakan. Sebuah lobang berbentuk pintuempat persegi panjang terpentang.Bunga kembali membentuk ujud nyatanya.Gadis dari alam roh ini tertawa panjang laluberseru. Terima kasih! Kau telah membukakanpintu untuk calon suamimu!Satu pekikan dahsyat dan panjang menggelegardi kejauhan. Begitu suara pekikan sirna, tiba-tibaterdengar suara genta bergema tujuh kali berturut-turut. Terguncang ke kiri dan ke kanan,Bunga lari ke arah pintu.Wiro, cepat!Di bawah sana di dasar jurang, Wiro, Gondoruwo Patah Hati, Naga Kuning dan Jatilandakbaru saja keluar dari dalam telaga. Melihat Bungamuncul dan berteriak, keempatnya segera menaikitangga batu menuju ke atas dan sampai di saturuangan beratap dan berdinding batu tapi berlantai tanah keras. Bukan pekerjaan mudah menaikitangga terjal itu sementara bukit batu digoncangoleh suara genta.Cepat, ikuti aku! kata Bunga begitu keempatorang tersebut sampai di hadapannya. Di kejauhan genta terdengar berdentang lagi tujuh kaliberturut-turut. Kawasan 113 Lorong Kematianseperti diguncang gempa. Ada kekuatan dahsyatingin melampiaskan kemarahannya. Bahaya besarmengancam Bunga dan empat orang yang telahmenerobos masuk ke dalam bukit batu di manaterletak 113 Lorong Kematian, markas barisanmanusia pocong.Masuk sejauh belasan tombak menyelusurilorong yang masih harum oleh bau setanggi, di kirikanan muncul dua cabang lorong. Wiro dan NagaKuning yang berada di sebelah depan tahan larimasing-masing.Lurus! teriak Bunga yang berada di belakangNaga Kuning.Wiro dan Naga Kuning, diikuti GondoruwoPatah Hati dan Jatilandak segera menggebraklurus ke depam. Baru bergerak sepuluh langkahtiba-tiba dari arah berlawanan terdengar suaramenderu dahsyat disusul kiblatnya cahaya kuningdatang menyapu.Awas! seru Pendekar 212.Jatuhkan diri ke tanah! teriak Bunga. Sebelumnya dia telah melihat keganasan cahayakuning itu. Dia khawatir tak seorangpun akansanggup menghadapinya. Karena itu dia memperingatkan agar semua orang jatuhkan diri ke lantailorong. Bunga sendiri sehabis berteriak melesat keatas, tempelkan tubuh sama rata dengan ataplorong.Wuuuttt! Wussss!Ketika cahaya kuning menderu di atas punggung mereka, Wiro, Gondoruwo Patah Hati, NagaKuning, dan Jatilandak merasa seperti disambarapi. Untuk beberapa lamanya mereka hanyamampu menelungkup di lantai lorong sebelumtersentak oleh suara benda runtuh jauh dibelakang sana. Yaitu suara hancurnya salah satubagian dinding bukit batu akibat hantamancahaya kuning tadi.Gila! Hampir leleh tubuhku! ucap NagaKuning sambil usap-usap rambutnya yang jabrik.Makanya anak kecil jangan berani-beranian didepan. Kata Gondoruwo Patah Hati. Sini, di belakangku saja! Lalu si bocah ditarik ke belakangnya.Naga Kuning menggerutu lalu meledek. Bilangsaja kau takut, mau dekat-dekat aku.Huh! Gondoruwo Patah Hati yang sebenarnyaadalah kekasih Naga Kuning pencongkan mulut.Seperti yang diketahui, ujud sebenarnya NagaKuning adalah seorang kakek yang biasa disebutdengan nama Kiai Paus Samudera Biru dan bernama asli Gunung. Sementara Gondoruwo PatahHati yang perwujudannya sehari-hari adalah seorang nenek berwajah jelek dan angker sebenarnyaadalah seorang perempuan cantik bernama NingIntan Lestari dan merupakan puteri angkat dariseorang kakek sakti yang dianggap setengah dewayaitu Kiai Gede Tapa Pamungkas.Ikuti aku, Bunga berkata lalu berjalan cepatmendahului di sebelah depan. Bau setanggi masihtercium di dalam lorong. Di depan sana lorongyang mereka tempuh bercabang ke kanan. Bungahentikan langkah. Tangan kanan diangkat memberi tanda agar semua orang berhenti. Mendadakdari balik lorong sebelah kanan terdengar suaraorang tertawa bergelak. Di lain saat muncullahsosok seorang manusia pocong. Mahluk ini keluarkan ucapan.Hanya perintah Yang Mulia Ketua seorangyang harus dilaksanakan! Hanya Yang MuliaKetua seorang yang wajib dicintai!Semua orang hentikan langkah. Naga Kuningjustru maju ke depan. Dia pelototi sosok manusiaberjubah dan bertutup kepala serba putih itu.Wow! Jadi ini mahluknya yang bernamamanusia pocong. Ternyata cuma seorang lelakiyang bercinta dengan Yang Mulia Ketua. Tidaksangka kalau kau cuma budak nafsu seoranglelaki yang doyan sesama jenis! Habis berkatabegitu Naga Kuning lalu tertawa tergelak-gelak.Sepasang mata di balik dua lobang kecil kainpenutup kepala pancarkan sinar amarah. Tenggorokan keluarkan suara menggembor. Dada menggembung. Bocah tolol, kau dan kawan-kawanmuakan mampus mengenaskan. Kau akan kubuatpaling sengsara!Sombongnya! ejek Naga Kuning lalu putartubuh dan songgengkan pantat.Marah sekali, manusia pocong bergerak dantendangkan kaki kanan. Pendekar 212 WiroSableng yang sudah tidak sabaran cepat menarikNaga Kuning lalu melompat ke hadapan manusiapocong. Tangan kanannya sudah dialiri tenagadalam tinggi siap melepas pukulan maut.Mahluk edan! Jangan banyak bicara dihadapan kami! Lekas antarkan kami ke tempatkalian mengurung para tokoh dan perempuanperempuanhamil. Atau tubuhmu kubuat gosongsaat ini juga!Manusia pocong sambuti ancaman Wiro denganrangkapkan dua tangan di depan dada laluberkata. Pendekar 212 Wiro Sableng! Kedatanganmu dan kawan-kawan memang sudah lamaditunggu. Aku bisa saja mendapatkan pahala,menggiring kalian ke hadapan Yang Mulia Ketua.Tapi aku ingin membuat pahala yang lebih besar!Membunuh empat temanmu ini dan membawamuhidup-hidup ke hadapan Yang Mulia Ketua!Kalau begitu apa yang kau tunggu?! bentakPendekar 212 sambil perlahan-lahan angkattangan kanan ke atas. Sebatas siku ke bawahtangan itu telah berubah warna menjadi putihkeperakan.Kau hendak melepas Pukulan Sinar Matahariyang tersohor itu? ucap manusia pocong dengansuara mengejek.Wiro terkesiap karena orang kenali ilmu kesaktiannya. Di sini bukan tempatnya untuk memamerkan kehebatan. Karena kalian tak lebih darisampah yang siap untuk digusur dan dimasukkanke dalam keranjang sampah!Puah! Naga Kuning semburkan ludah. Gondoruwo Patah Hati dekati bocah ini, merunduk danberbisik. Aku seperti mengenali suara mahlukcelaka ini. Kau ingat sesuatu?Naga Kuning menggeleng.Tiba-tiba manusia pocong di depan sanaberteriak.Dengar! Kematian sudah jadi takdir kaliansemua! Sebelum mati kalian harus menyerahkansemua ilmu kepandaian kalian pada Yang MuliaSri Paduka Ratu. Namun aku bisa memberikansedikit kenyamanan pada kalian agar mampusseperti nyenyaknya orang tidur. Syaratnya, nenekberpakaian serba hitam berambut kelabu ituharus mau ikut aku hidup-hidup!Semua orang jadi terkejut mendengar ucapanmanusia pocong itu. Terutama Gondoruwo PatahHati. Si nenek maju ke hadapan manusia pocong,memandang lekat-lekat seolah mau menembuskain penutup kepala. Dia perhatikan sepasangmata yang berkilat namun tetap saja dia belumdapat menduga pasti siapa adanya mahluk itu danmengapa justru inginkan dirinya.Mahluk salah urus! Kalau kau inginkan dirikukatakan siapa kau sebenamya! hardik si nenek.Manusia pocong jawab hardikan orang dengantertawa panjang. Siapa diriku itulah yang akutidak tahu. Tapi percayalah, kau tidak akankecewa bila ikut bersamaku. Hanya perintah YangMulia Ketua yang harus dilaksanakan. Hanya...Setan alas kentut busuk! Kalau tidak maumenerangkan diri sekarang lekas buka topengmu!Laksana kilat tangan kanan Gondoruwo PatahHati yang berkuku hitam melesat ke atas hendakmenarik lepas kain penutup kepala manusiapocong.Manusia pocong tertawa pendek. Geser duakaki dan hentakkah kepala ke belakang. Sambaran tangan si nenek luput. Saking kesalnyaGondoruwo Patah Hati segera menerjang. Tangankanan yang berkuku panjang kembali berkelebat.Kuku-kuku berwarna hitam setengah jalan berubah menjadi merah menyala. Inilah ilmu KukuApi, salah satu dari sekian banyak ilmu kesaktianyang dimiliki si nenek. Kali ini serangannya bukanuntuk menarik lepas kain penutup kepala, tapimembeset ke arah dada. Jika serangan ini menemui sasaran, daging dan tulang dada manusiapocong bisa jebol. Bahkan jantungnya bisa dibesethancur atau dibetot lepas.Ilmu Kuku Api. Jurus Lima Cakar Langit!teriak manusia pocong sambil melompat mundur.Untuk kedua kalinya dia berhasil lolos dari serangan si nenek. Sebenarnya bukan kecepatanlompatan mundur ini yang menyelamatkan dirinya, melainkan satu gelombang angin keras yangtiba-tiba menghantam ke arah Gondoruwo PatahHati. Tubuh si nenek terpental dua langkah.Ketika berdiri sosok Gondoruwo Patah Hati masihtergontai goyang dan wajah angkernya berubahpucat.Jahanam, dia mengenali ilmu kesaktian danjurus seranganku, Gondoruwo Patah Hati memakidalam hati.Intan, kau tak apa-apa? Tanya Naga Kuningpenuh khawatir.Ada satu kekuatan luar biasa datang daridalam lorong membentengi mahluk celaka ini!jawab Gondoruwo Patah Hati.Mahluk dari alam roh yang ada di dalamlorong yang mengirimkan kekuatan gaib membantu manusia pocong, kata Bunga memberi tahu.Anggota Barisan Manusia Pocong umbar tawalalu berkata. Kalau sudah tahu ada kekuatanyang tidak bisa kalian tembus, mengapa tidaksegera saja bunuh diri serahkan nyawa. Kecualinenek satu itu! Aku tak bakal melepaskannya!Naga Kuning tak dapat menahan diri lagi.Sekali tubuhnya bergerak selarik sinar birumelesat dari tangan kanannya. Sebelum tubuhnyasampai ke hadapan manusia pocong, sinar biru itutelah menyambar ke arah kepala orang.Aha! Aku sudah lama mendengar kehebatanjurus Naga Murka Merobek Langit! seru manusiapocong menyebut jurus serangan yang dilancarkan Naga Kuning. ternyata jurus ini tidak adaapa-apanya!Sekali ini si manusia pocong kecele. Walau diaberhasil selamatkan diri dari jurus Naga MurkaMerobek Langit namun dia tidak mengira dan tidakmelihat kalau di saat yang sama tangan kiri NagaKuning ikut bergerak. Sesaat tangan ini akanmendarat di kening sebelah kanan manusiapocong, tiba-tiba ada cahaya kuning menyambardari ujung lorong, mengarah pada bocah rambutjabrik itu.Naga Kuning tidak menyangka bakal mendapatserangan begitu rupa berseru kaget, terlambatselamatkan diri. Bunga cepat mengeruk setanggidi dalam kantong putih di balik baju kebayapanjangnya. Secepat kilat setanggi ditebarkan kearah sambaran cahaya kuning.Bummm!Taarrr... tarr!LEDAKAN dahsyat disertai letusan menebarbunga api memercik di udara. Tiga orangberkaparan di tanah, yaitu Naga Kuning,Bunga, dan Gondoruwo Patah Hati. Wiro jatuhterduduk sementara Jatilandak yang berdiri agakjauh terbanting ke dinding.Manusia pocong keluarkan tawa mengejek.Manusia-manusia geblek! Ajal sudah di depanmata masih saja berlaku tolol!Bunga dan Gondoruwo Patah Hati cepatbergerak bangkit. Wiro menyusul dan Jatilandakmenjauh dari dinding. Hanya Naga Kuning yangmasih terkapar di tanah. Namun saat itu terjadikeanehan atas dirinya. Sosok dan wajah bocahnyatelah berubah menjadi seorang kakek berjubahbiru dan berambut putih panjang menjulai. Inilahsosok asli Naga Kuning yaitu seorang kakek usia120 tahun. Perlahan-lahan si kakek bangkit berdiri lalu melangkah ke arah manusia pocong.Ha... ha! seru manusia pocong. Naga Kuning!Rupanya kau inginkan mati dalam ujud aslimusebagai Kiai Paus Samudera Biru! Aku siap membantumu mencari jalan ke akhirat sekarang juga!Sementara Naga Kuning heran mahluk dihadapannya tahu riwayat dirinya, si manusiapocong kebutkan dua lengan jubah. Dua larikangin keras menderu ke arah Kiai Paus SamuderaBiru. Serangan ini ternyata hanyalah satu tipuanbelaka, karena begitu lawan mengelak, manusiapocong lesatkan tubuh ke depan sambil sekaligushantamkan jotosan tangan kanan ke batok kepalaKiai Paus Biru. Ketika Kiai Paus Biru balas menggebrak menangkis serangan lawan dengan tangankiri sementara tangan kanan laksana kilat menyusup ke dada lawan, tiba-tiba ada kekuatan laindatang dari belakang manusia pocong.Kiai! Cepat menyingkir! teriak Bunga.Tapi terlambat. Dua lengan sudah beradu.Manusia pocong menjerit keras dan terpental empat langkah. Kiai Paus Samudera Biru mengeluhtinggi. Tubuhnya terlontar ke belakang hampirsatu tombak pertanda dia kalah tenaga luar maupun tenaga dalam. Kalah kesaktian!Gondoruwo Patah Hati berseru tegang. Takpercaya dia kalau kekasihnya itu bisa dihantamlawan begitu rupa. Sebelum si kakek jatuh terjengkang di tanah, nenek ini cepat merangkulpinggangnya.Gunung... Gondoruwo Patah Hati sebut namaasli Naga Kuning.Aku tidak apa-apa, ucap Kiai Paus SamuderaBiru. Mukanya pucat dan ada keringat memercikdi keningnya. Dada turun naik sedang nafasmenyengal. Ketika si nenek memperhatikan lenganjubah kiri kekasihnya itu ternyata ada bagianberwarna hitam hangus akibat benturan denganlengan manusia pocong. Cepat-cepat GondoruwoPatah Hati membawa Kiai Paus Samudera Biru ketempat yang lebih aman.Gunung, kau tunggu di sini. Aku akan habisibangsat yang mencelakai dirimu itu!Nek, biar aku menunggui kakek ini, kataJatilandak.Hati-hati Intan. Ada kekuatan gaib dan dahsyat yang membantu manusia pocong itu. KiaiPaus Samudera Biru mengingatkan dan perlahanlahanujudnya kembali ke bentuk Naga Kuning,seorang bocah berambut jabrik berpakaian serbahitam. Walau kini pakaiannya bukan lagi sehelaijubah, namun pada lengan kiri baju hitam anakitu juga terlihat ada bagian yang hangus.Perduli setan! Akan kupecahkan kepalanyaljawab si nenek lalu melompat ke hadapan manusia pocong.Ah, seorang kekasih ingin menolong kekasih!Sungguh setia dan luar biasa budimu. Sekarangkau mau memukulku? Silahkan! Aku tidak akanmelawan! Kalau kau sudah puas menghajarku akutetap berharap bisa dapatkan dirimu! Manusiapocong berkata sambil maju satu langkah seolahmenyerahkan diri untuk dihantam.Wiro dan Bunga saling pandang sesaat. Lalumurid Sinto Gendeng ini berbisik Bunga, adayang tidak beres. Tidak masuk akal mahluk keparat itu mau serahkan diri dihantam begitu sajatanpa melawan. Ini satu tipuan. Si nenek bisaterjebak mati konyol. Aku harus melakukan sesuatu. Wiro berkata sambil tangannya siap mengambil kantong kain berisi setanggi yang diberikanBunga.Gadis dari alam roh ini cepat berkata. Akutahu apa yang ada di benakmu! Biar aku yangmengerjakan. Kau awasi nenek itu.Begitu selesai berucap sosok Bunga berubahmenjadi seperti bayang-bayang dan melesat keatas melewati kepala Gondoruwo Patah Hati.Ketika lewat di atas kepala manusia pocong,mahluk ini berusaha memukul, namun dia sepertimenghantam asap. Di lain kejap Bunga telahberada di lorong di sebelah belakangnya. Apayang hendak dilakukan setan perempuan itu?pikir manusia pocong. Namun perhatiannya segerakembali pada Gondoruwo Patah Hati yang kinitegak dekat sekali di hadapannya. Sesaatpadangan mata si manusia pocong mengeluarkancahaya dan dadanya berdebar.Tunggu apa lagi? Kenapa tidak segeramemukul?Ditantang begitu rupa, apalagi setelah kekasihnya dicederai, Gondoruwo Patah Hati keluarkansuara mendengus. Tanpa banyak bicara lagitangan kanan dihantamkan ke dada manusiapocong. Tangan si nenek saat itu telah berubahbiru dan keras seperti batu.Pukulan Batu Naroko, ucap Pendekar 212Wiro Sableng. Dia pernah melihat orang lainmengeluarkan ilmu ini, malah menghadapinyasendiri. Yaitu ketika terlibat dalam perkelahianhidup mati melawan seorang pemuda bernamaDamar Wulung alias Adisaka yang adalah seorangmurid Gondoruwo Patah Hati sendiri. 1 Kalau sajaWiro tidak memiliki ilmu Pukulan Harimau Dewayang didapatnya dari Datuk Rao Basaluang Ameh,dalam kejadian itu kemungkinan sudah tamatriwayatnya. Paling tidak hancur luluh tangankanannya sampai ke siku. Konon Damar Wulungalias Adisaka mendapat ilmu pukulan sakti itudengan cara mencuri, tidak diajarkan atau diwariskan oleh Gondoruwo Patah Hati. Kalau sangmurid sudah demikian luar biasa tingkat kehebatan dalam penggunaan ilmu pukulan sakti itu,dapat dibayangkan betapa dahsyatnya jika itudilakukan oleh pemiliknya sendiri. Dan pukulaninilah yang dihantamkan si nenek pada manusia1 Baca: Wiro Sableng . Senandung Kematianpocong di hadapannya.Manusia pocong yang hendak dihajar berdiritenang, tidak bergerak, tidak berkesip. Ada satukeyakinan dalam dirinya bahwa pukulan lawantidak akan menciderainya. Malah dia ulurkankepala sedikit dan keluarkan ucapan berbisik.Intan, aku tidak ingin kau celaka. Lekas tarikpulang pukulanmu!Si nenek heran tapi tidak perdulikan ucapanorang yang merupakan satu keanehan. Malah diaperhebat aliran tenaga dalam ke tangan kanan.Wuuuttt!Pukulan Batu Naroko menderu ke arah dadamanusia pocong. Seperti yang diduga Wiro danBunga pada saat yang bersamaan ketika tanganGondoruwo Patah Hati mulai bergerak, dari ujunglorong menderu angin dahsyat disertai berkiblatnya cahaya kuning.Tangan kanan Bunga bergerak menebarsetanggi. Tangan kiri melempar tiga buah bendakuning yang bukan lain adalah tiga kuntumkembang kenanga.Bummm!Blaarr... tarr... tarr!Seperti kejadian sebelumnya, begitu tebaransetanggi bersentuhan dengan cahaya kuning,dentuman dahsyat menggelegar disertai kerlapanbunga api menyilaukan mata. Dua kembangkenanga hancur berantakan, satunya lolos danmelesat lenyap ke arah ujung lorong.Ketika dentuman mengguncang seantero tempat. Wiro cepat menarik Gondoruwo Patah Hati kebelakang sambil berbisik. Tahan dulu seranganmu, nek!Di sebelah depan manusia pocong sesaatterkesiap menyadari apa yang terjadi. Kekuatangaib yang tadi membentengi dan melipatgandakankekuatan yang dimilikinya tidak muncul karenakeburu dihadang oleh Bunga. Saat itu, walausanggup mementahkan kekuatan gaib yangdahsyat, tak urung Bunga tergontai-gontai sambilpegangi dada. Walau cuma sebentar dan kemudian sirna, di sudut bibir gadis alam roh inikelihatan cairan kental, bukan darah merah tapicairan berwarna biru.Wiro tepuk bahu Gondoruwo Patah Hati danberkata. Sekarang Nek!Gondoruwo Patah Hati berpaling pada sangpendekar. Sekarang?Wiro kedipkan mata dan anggukkan kepala. Sinenek menyeringai.Tahu gelagat kalau dirinya bakal diserang, simanusia pocong segera mendahului. Tangannyakiri kanan naik ka atas lalu menghantam dalamgerakan menggunting. Yang diarah adalah batangleher si nenek. Inilah jurus serangan yang disebutGunting Iblis. Gondoruwo Patah Hati tertawapendek. Lengan kiri melesat ke atas menangkiskemplangan tangan kanan lawan. Kini keduaorang itu sama-sama mengerahkan kehebatanilmu milik sendiri.Kraak!Manusia pocong menjerit keras ketika benturandua tangan membuat tulang lengan kanannyapatah. Selain itu bentrokan yang hebat menyebabkan tubuhnya terputar hingga pukulan tangan kirihanya mengenai angin. Sebelum dia sempatberbuat sesuatu untuk selamatkan diri, PukulanBatu Naroko sudah mendarat di dadanya!Jeritan manusia pocong tertahan oleh darahyang menyembur keluar dari mulutnya. Tubuhterpental ke dinding dan tertegun di sana seolahmenempel. Di balik kain penutup kepala sepasangmatanya mendelik mencelet. Mulut menganga danlidah terjulur. Noda darah membasahi kain penutup kepala dan leher pakaian sementara bagiandada jubah putihnya tampak bolong hangus birumengerikan. Asap mengepul dari dada yang kenahantaman Pukulan Batu Naroko.Di kejauhan suara genta menggema bertalutaludisertai suara aneh seperti raungan anjing dimalam buta. Lorong batu bergetar hebat. Manusiapocong batuk-batuk beberapa kali lalu jatuhtergelimpang. Ketika tubuhnya tertelungkup ditanah, bagian punggungnya kelihatan bolong.Ternyata Pukulan Batu Naroko tembus dari dadasampai ke punggung!Naga Kuning tinggalkan Jatilandak yangmenungguinya. Melompat ke arah sosok manusiapocong. Dengan kaki kirinya dia balikkan tubuhtanpa nyawa yang tertelungkup itu. Lalu ditariknya kain putih yang menutupi kepala.Begitu kepala dan wajah tersingkap, walaumata mencelet dan lidah terjulur, siapa dirinyamasih bisa dikenali. Gondoruwo Patah Hatitersurut dua langkah. Wiro dan Naga Kuningsama-sama keluarkan suara tercekat. Manusiapocong ternyata adalah seorang kakek berambut,berkumis, dan berjanggut putih. Diduga sudahjadi mayat ternyata megap-megap masih hidup.Malah masih bisa keluarkan ucapan walauterpatah-patah dan kelu.Intan, aku ber... bahagia mati di tangan... mu.Sam... pai ka... panpun aku tetap men... cintaimu.Ak... aku akan me... nunggumu di pintu akhirat...Manusia keparat! Kalau kau mau ke akhiratsilahkan jalan duluan! Makian keras keluar darimulut Naga Kuning. Marah sekali, bocah initendang kepala manusia pocong hingga remuk dantubuhnya mental menghantam dinding lorong laluterkapar di tanah. Kini nyawanya benar-benarputus sudah!Bunga yang telah pulih keadaannya dekati Wirodan berbisik. Siapa adanya manusia pocong itu?Namanya Rana Suwarte. Dia pernah jadi kakitangan Kerajaan yang hendak menangkap diriku.Setahuku di masa muda dia tergila-gila pada sinenek. Tapi kalah saing dengan bocah konyolberambut jabrik itu. Antara mereka sampai pernahterjadi perkelahian. Rana Suwarte menghindarketika tahu siapa adanya Naga Kuning. Diamenyadari ilmu kesaktiannya tak akan mampumenghadapi bocah itu. Tadi dia berani menantangkarena ada kekuatan sakti luar biasa yang menolongnya. Kalau kau tidak menghadang kekuatanitu niscaya si nenek tamat riwayatnya. Paling tidakcelaka berat.Heran, Jatilandak berkata sambil melihat kearah mayat Rana Suwarte. Jika dia seorang tokohrimba persilatan, apa lagi alat Kerajaan, mengapasampai jadi anggota barisan manusia pocong?Mungkin dia mendapat imbalan besar. Mungkin juga merupakan salah satu korban penculikan. Yang jelas aku merasa otaknya tidak bekerjawajar. Menjawab Bunga. Gadis dari alam roh inimenarik nafas dalam. Masalah cinta tak pernahhabis-habisnya di dunia ini. Membuat banyakmanusia menemui ajal dalam penasaran bahkankesesatan. Gadis dari alam roh itu berucap perlahan. Dia ingat akan nasib dirinya yang berkenaan seperti itu, mati dibunuh karena cinta sesat. 2Wiro, kita harus segera keluar dari sini. Kita2 Baca: Wiro Sableng . Dewi Bunga Mayatharus menemui calon istrimu.Yang Mulia Sri Paduka Ratu...? ucap Wirosambil garuk-garuk kepala.Bunga tersenyum lalu mengangguk. Ikutiaku, katanya dan siap memimpin rombongan itumasuk makin jauh ke dalam perut bukit markasBarisan Manusia Pocong 113 Lorong Kematian.Namun Jatilandak mendahului.Biar aku yang di depan, kata pemuda berkulitkuning kepala botak dari negeri 1200 silam itu.Sebelum Bunga membantah, pemuda itu lalugoyangkan tubuh. Asap mengepul. Serta mertaujudnya berubah menjadi sosok seekor landakbesar. Namun sewaktu bicara suaranya tetapseperti manusia.Aku tidak merendahkan kemampuan parasahabat di sini, termasuk Bunga. Namun denganujud seperti ini aku memiliki penciuman danpendengaran lebih tajam dari kalian. Jatilandaklalu berlari cepat di sepanjang lorong.Wiro pandangi sosok Jatilandak. sebenarnyadia ingin sekali bertanya pada pemuda ini di manaberadanya Bidadari Angin Timur. Namun karenamasih ada ganjalan dia memutuskan untuk tidakmelakukan hal itu. Seperti diketahui antaraPendekar 212, Jatilandak, dan Bidadari AnginTimur telah terjadi satu ganjalan besar. Dimulaiketika Wiro memergoki Bidadari Angin Timurdianggapnya bermesraan dengan Jatilandak. 33 Baca: Wiro Sableng . Bendera DarahUANG Bendera Darah di dalam 113 LorongKematian. Sebuah bendera besar berlumurdarah setengah kering menancap di dindingbatu. Inilah bendera yang merupakan salah satubenda sakral milik Barisan Manusia Pocong 113Lorong Kematian, disebut Induk Bendera Darah.Bau amis darah yang menebar dari bendera besarini tidak mampu ditindih oleh bau kemenyan daripendupaan yang terletak di empat sudut ruangan.Di kursi batu di tengah ruangan duduk satu sosoktinggi besar, kepala tegak, sepasang mata di balikkain penutup kepala putih menatap tak berkesipke arah dinding di depannya di mana terdapatsebuah pintu rahasia. Tanpa berpaling padamanusia pocong yang berdiri tak bergerak disampingnya, yang juga memiliki perawakan tinggikokoh, orang yang duduk di atas kursi batuberkata.Wakil Ketua, anak buahmu bekerja lambat!Kalau mereka datang apa aku perlu mengeprukkepala mereka sampai hancur?Mohon maafmu Yang Mulia Ketua. Salahseorang dari mereka baru saja melakukan tugaspengintaian...Tugas pegintaian? Kita sudah tahu siapa sajayang berhasil menyelinap masuk ke dalam lewattelaga di dasar jurang lalu masuk ke bagianbelakang lorong lewat tangga seratus undak! Kaumemberi tahu telah menyiapkan sambutan hinggasemua akan berlangsung sesuai rencana. Menurutketeranganmu mereka adalah Pendekar 212,seorang nenek berpakaian hitam, lalu seorangbocah lelaki berambut jabrik, dan seekor landakbesar! Aku mengharapkan Ratu Duyung danBidadari Angin Timur muncul bersama mereka.Ternyata tidak! Padahal aku ingin dua gadis cantikitu dapat kau ringkus lalu ikut menyaksikankematian Pendekar 212! Mengapa masih ada yangdiberi tugas mengintai?Yang Mulia Ketua, keadaan mendadakberubah...Apa maksudmu? Tanya Yang Mulia KetuaBarisan Manusia Pocong 113 Lorong Kematian.Seperti rencana, kita ingin menjebak merekamasuk lewat pintu lorong sebelah depan. Ternyatamereka bisa tembus lewat jalan rahasia di bukitsebelah belakang.Aku tidak perduli mereka mau masuk darimana. Yang penting sekarang mereka sudah masuk ke dalam lorong kematian dan bakal menemuiajal mengenaskan di tempat ini! Dan PartaiBendera Darah akan menjadi satu-satunya partaiyang berkuasa di rimba persilatan negeri ini!Wakil Ketua Barisan Manusia Pocongmembungkuk dalam-dalam. Hanya perintah yangMulia Ketua yang harus dilaksanakan! Manusiapocong ini membungkuk sekali lagi lalu teruskanucapannya. Namun Yang Mulia, perlu sayaberitahu. Keadaan berubah. Ada sesuatu yangtidak terduga. Pendekar 212 dan kawan-kawannyamasuk ke dalam lorong ditemani seorang mahlukaneh.Jangankan satu orang, seribu mahluk anehakan menemui ajalnya di dalam lorong ini! Apayang kau takutkan?Saya bukannya takut Yang Mulia...Yang Mulia Ketua Barisan Manusia Pocong 113Lorong Kematian angkat tangan kirinya. Ada yangdatang, katanya. Lalu dia menekan sebuah tonjolan batu di ujung lengan kanan kursi batu yangdidudukinya. Terdengar suara desiran halus.Secara aneh bagian dinding di seberang sana bergerak turun ke bawah membentuk sebuah pintubesar. Seorang Satria Pocong berdiri di ambangpintu, memanggul sosok seorang manusia pocong.Lemparkan orang itu dan pergi dari sini!Satria Pocong segera lakukan apa yang diperintahkan Yang Mulia Ketua. Orang yang dipangguldilempar ke dalam Ruang Bendera Darah, menggelinding di lantai dan berhenti tepat di depankursi batu. Dinding yang tadi turun kini bergeraknaik kembali.Buka kain penutup kepalanya!Wakil Ketua dekati sosok manusia pocong lalutarik lepas kain putih yang menutupi kepalanya.Kelihatan satu wajah tua dengan rambut, kumis,dan janggut putih menjulai dada. Dua mata dalamkeadaan terpejam.Tua bangka konyol! Jangan berpura-puratidur! Yang Mulia Ketua memaki marah. Bangkitdari kursinya lalu tendang tubuh orang tua ituhingga mencelat, terduduk di lantai tersandar kedinding. Sesaat sepasang mata masih terpejam.Lalu mulut terbuka menguap lebar.Aahhhh. Enak-enak tidur, siapa yang membangunkan? Padahal baru mimpi mau menunggangiperempuan cantik. Ha... ha... ha! Eh, masihmalam atau sudah siang? Orang tua itu menggeliat dan jilat-jilat bibirnya sendiri dengan ujunglidah.Plaakk! Plaaakk!Dua tamparan Yang Mulia Ketua mendarat dipipi kiri kanan si orang tua itu hingga tubuhnyaterguncang dan melosoh ke lantai.Bukannya diberi tuak malah dihajar dengantamparan. Mana bumbung tuakku...Wakil Ketua jambak rambut putih orang tua ituhingga kembali terduduk di lantai. Pipi kirinyakelihatan bengkak akibat tamparan. Di sudut bibirsebelah kanan ada lelehan darah.Dewa Tuak! Kau harus menjawab pertanyaanYang Mulia Ketua! Setelah itu nyawamu tak adaartinya lagi!Tanpa membuka mata si kakek yang adalahDewa Tuak sahuti ucapan orang. Bagaimanakalau aku mati dulu baru menjawab pertanyaan?Ha... ha... ha!Tua bangka jahanam! Kau minta mampuslebih cepat! Teriak Wakil Ketua. Kaki kanannyadiangkat. Siap ditendangkan ke kepala Dewa Tuakdengan kekuatan tenaga dalam penuh.Yang Mulia Ketua angkat tangan kiri memberiisyarat agar wakilnya tidak segera membunuhkakek itu.Perlahan-lahan Dewa Tuak buka keduamatanya. Sesaat dia menatap ke arah depan kearah Yang Mulia Ketua, lalu pejamkan matakembali. Dua tangan diangkat ke depan mulut,kepala didongakkan. Lalu, glukk... glukkk... glukk,tenggorokannya turun naik dan keluarkan suaraseperti orang sungguhan minum tuak yang mengucur dari bumbung.Kali ini Wakil Ketua tidak dapat lagi menahankesabarannya.Tua bangka setan alas! Berani berlaku kurangajar di hadapan Yang Mulia Ketua!Plaakkk!Tamparan Wakil Ketua ke muka Dewa Tuakmembuat orang tua ini terjerembab ke lantai tapicepat dijambak kembali dan disandarkan kedinding. Darah meleleh dari sudut bibir kirikanan. Tak kelihatan ringis kesakitan. Dewa Tuakperlahan-lahan buka lagi dua matanya. Memandang berkeliling.He... he. Berada di mana aku ini? Ada benderabesar, ada dua manusia pocong, bau kemenyan,bau anyir... Huek! Kuburan? Neraka atau kawasancomberan?Di balik kain penutup kepala, rahang YangMulia Ketua menggembung. Tangan mengepalkencang. Saat itu ingin sekali dia memukul pecahbatok kepala si kakek.Dewa Tuak, katakan di mana kau menyembunyikan gadis yang bernama Anggini, muridmu itu!Dewa Tuak menatap sosok Yang Mulia Ketua.Lalu menguap lebar-lebar. Ngantuk. Aku masihngantuk. Disuguhi pertanyaan. Pertanyaan itulagi! Itu lagi! Dewa Tuak lalu jilat lelehan darah disudut bibirnya. Aku sudah bilang aku tidakpunya murid. Anggini... Huh, siapa dia? Tikusatau meong...?Sang Ketua berpaling kepada wakilnya lalubertanya. Aku melihat keanehan. Dia masih ingatpada tuak minuman kesayangannya. Apakahminuman pencuci otak yang kita cekoki itu benarbenartelah berhasil memusnahkan ingatan dandaya pikirnya?Saya rasa begitu, jawab Wakil Ketua. Sayamenyuruh orang memberinya tambah dua cangkirlagi. Enam cangkir semuanya.Kalau begitu tak ada guna ditanyai lagi. Bawadia ke halaman Rumah Tanpa Dosa sekarang juga.Minta Yang Mulia Sri Paduka Ratu menyedotseluruh tenaga dalam dan ilmu kesaktiannyasebelum Pendekar 212 dan penyusup lainnyamasuk lebih jauh di dalam lorong! Anggota kitasaat ini hanya tinggal empat orang. Satu-satunyaandalan kita adalah Yang Mulia Sri Paduka Ratu,mahluk sakti pemilik nyawa kedua denganselangit ilmu kesaktian.Wakil Ketua membungkuk, tidak mengeluarkanucapan apa-apa. Karena dalam benaknya sendirisaat itu ada satu pikiran lain.Yang Mulia Ketua melangkah ke kursi batu ditengah ruangan. Jari tangan menekan tonjolanbatu di lengan kursi. Dinding batu bergerak turunke bawah.Hanya perintah Yang Mulia Ketua yang harusdilaksanakan! Hanya Yang Mulia Ketua seorangyang wajib dicintai! Wakil Ketua berucap, lalumenyarungkan kain putih ke kepala Dewa Tuaklalu membawa kakek itu keluar dari RuangBendera Darah. Lewat sebuah pintu rahasia lainnya yang tembus ke sebuah lorong di manaterdapat beberapa buah kamar. Yang Mulia Ketuatinggalkan Ruang Bendera Darah. Di dalamkamar, di atas sebuah ranjang telah menungguseorang perempuan muda dalam keadaan hamilhampir delapan bulan. Begitu melihat kemunculanYang Mulia Ketua perempuan ini segera turun dariatas ranjang, bungkukkan badan seraya berkata.Hanya perintah Yang Mulia Ketua yang harusdilaksanakan! Hanya Yang Mulia Ketua seorangyang wajib dicintai!Habis berkata begitu perempuan hamil itutanggalkan seluruh pakaiannya lalu naik kembalike atas ranjang. Dua tangan direntang ke atas,dua kaki direnggang.Yang Mulia Ketua tanggalkan kain penutupkepala. Ketika melirik wajah tampan itu, perempuan hamil di atas ranjang kembali keluarkanucapan. Hanya perintah Yang Mulia Ketua yangharus dilaksanakan! Hanya Yang Mulia Ketuaseorang yang wajib dicintai. Saya siap melayaniYang Mulia Ketua.Yang Mulia Ketua tanggalkan jubah putihnya.Namun belum kesampaian tiba-tiba matanya melihat tombolan batu merah di dinding kiri kamarmengeluarkan cahaya. Tanda bahaya! Apa yangterjadi? membatin Yang Mulia Ketua dengan matamendelik menahan nafsu sekaligus menahanamarah. Dia cepat mengenakan kembali jubah dankain penutup kepala lalu keluar dari kamar.Ketika pintu dibuka seorang manusia pocong berdiri di ambang pintu, membungkuk dalam-dalamseraya berucap. Hanya perintah Yang MuliaKetua yang harus dilaksanakan...Satria Pocong! Kau mengganggu kesenanganku! Cepat katakan ada apa! Membentak YangMulia Ketua.Yang Mulia Ketua, mohon maafmu. Sayamelapor. Satria Pocong bernama Rana Suwartemenemui ajal di tangan musuh yang masuk daribagian belakang lorong...Keparat! Bagaimana ini bisa terjadi?Saya...Sudah! Jangan banyak mulut! Hadang merekasemua. Habisi semuanya kecuali Pendekar 212Wiro Sableng. Yang Mulia Sri Paduka Ratu akankuminta membantumu!Hanya perintah Yang Mulia Ketua yang harusdilaksanakan!RATU Duyung dan Setan Ngompol berdiri ditepi jurang. Kita menghadapi jalan buntu,kata si kakek sambil usap-usap perutnya.Bagaimana kalau kita kembali dan masuk melaluimulut lorong di sebelah selatan?Selain membuang waktu kita mungkin takmampu menembus sampai ke sarang penguasalorong, jawab Ratu Duyung. Ada satu hal yangaku pikirkan.Apa? Tanya Setan Ngompol sambil mengusapbagian bawah perut.Menurut Bidadari Angin Timur, Wiro didorongseorang nenek cebol masuk ke dalam jurang.Sayang aku lupa menanyakan ciri-ciri nenek cebolitu. Aku punya dugaan... tapi, sudahlah. Waktukupantau melalui cermin sakti, Wiro ternyatamasih hidup dan menaiki tangga batu bersamaNaga Kuning, Gondoruwo Patah Hati, danJatilandak. Di dasar jurang ada telaga. Itulah yangmenyelamatkan Wiro dari kematian.Jatilandak, Gondoruwo Patah Hati, serta NagaKuning. Mereka tidak didorong nenek cebol masukke dalam jurang. Tapi bagaimana bisa beradabersama-sama Wiro? Pasti ada jalan masuk lain kedalam lorong...Kau betul, jawab Ratu Duyung. Waktu akumemantau ke arah telaga lewat cermin akumelihat ada lobang besar di salah satu dindingbatu yang mengelilingi telaga. Di luar lobang adasungai mengalir. Aku yakin Naga Kuning danGondoruwo Patah Hati datang lewat sungai,masuk ke telaga melalui lobang di dinding.Mengenai Jatilandak, ini yang jadi pertanyaan.Tapi... dia bukan manusia biasa. Dia mahluk darialam lain. Dia punya banyak ilmu untuk berbuatapa saja. Ratu Duyung diam sebentar barumeneruskan ucapannya. Saat ini Wiro dan yanglain mungkin telah menemui jalan masuk kedalam markas mahluk yang disebut manusiapocong itu. Kita harus segera menyusul mereka.Dua tangan Setan Ngompol langsung menekanbagian bawah perut menahan kencing. Mulutdipencongkan. Tadi kita mendengar suara-suaraaneh. Seperti suara lonceng raksasa. Tanahbergetar. Lalu ada suara jeritan-jeritan. Suararaungan serta letusan-letusan hebat...Kau takut? Bilang saja begitu! Potong RatuDuyung.Siapa bilang aku takut! jawab Setan Ngompol.Yang aku pikirkan bagaimana caranya kita ikutmasuk ke dalam lorong kematian menyusulteman-teman. Dengan cara tepat tapi aman.Gampang saja. Jawab Ratu Duyung entengsambil senyum-senyum.Enak saja kau bicara. Gampang bagaimana?Tanya si kakek biang kencing penasaran.Melompat ke dalam jurang!Serrrr!Air kencing Setan Ngompol langsung terpancar!Ketika Ratu Duyung melangkah mendekati, sikakek cepat bergerak mundur.Ratu Duyung, jangan kau berani macammacam!mengancam Setan Ngompol.Siapa macam-macam. Aku justru mau jadikankau satu macam! Habis berkata begitu RatuDuyung sambar lengan kiri Setan Ngompol lalusecepat kilat melompat ke arah jurang. Si kakekmenjerit keras ketika tubuhnya melayang jatuh kedalam jurang di sela-sela ranting dan cabangpohon. Pakaian robek-robek. Kencingnya muncrathabis-habisan. Sementara Setan Ngompol takutsetengah mati, Ratu Duyung tertawa cekikikan.Saat itu gadis cantik bermata biru ini masihmencekal lengan kiri Setan Ngompol. Entah sakingtakut entah memang punya niat nakal, tiba-tibakakek ini gelungkan tangan kanannya. Dua kakidikembang lalu disilang ke tubuh Ratu Duyung.Keadaan Setan Ngompol saat itu tidak ubahnyaseperti tengah digendong belakang oleh RatuDuyung.Kakek kurang ajar! Apa yang kau lakukan ini!Teriak Ratu Duyung.Setan Ngompol tertawa tergelak-gelak.Kau membuat aku ketakutan setengah mati!Tapi saat ini aku senang. Kapan lagi ada kesempatan memelukmu seperti ini! Lalu serrr! Air kencing si kakek mengguyur hangat punggung RatuDuyung membuat gadis ini berteriak marah.Tangan kirinya dijambakan ke tengkuk baju SetanNgompol. Sementara tubuhnya melayang kebawah, Ratu Duyung membuat gerakan jungkirbalik. Tengkuk baju dihentakkan keras. Bersamaan dengan itu tangan kanan melepas cekalan dilengan kiri. Tak ampun Setan Ngompol terpelanting ke bawah. Byuurrr!Setan Ngompol kecebur dalam telaga, RatuDuyung menyusul sesaat kemudian. sebenarnyadia mampu membuat gerakan melesat ke arah tepitelaga. Tapi gadis ini memilih menceburkan dirilebih dulu ke dalam air telaga untuk membersihkan tubuh dan pakaiannya dari kencing SetanNgompol.Ketika Setan Ngompol muncul megap-megap dipermukaan air, dilihatnya Ratu Duyung berdiri ditepi telaga, tak jauh dari sebuah perahu kayu,bertolak pinggang, unjukkan raut wajah marah.Kakek ini meledek lambaikan tangan serayaberseru. Kapan-kapan kalau mau lompat lagi kedalam telaga, jangan lupa mengajak aku! Ha haha...!Clepp!Suara tawa Setan Ngompol mendadak lenyap.Di atas sana terdengar suara genta yang membuatseantero telaga bergetar hebat. Sosok RatuDuyung tergontai-gontai. Lalu ada suara letusanletusandan jerit pekik.Suara genta! ucap Ratu Duyung. Dia ingat.Rumah putih di dalam cermin! Gadis ini ingatlagi. Aku harus cepat ke sana. Aku punya firasatbahaya besar mengancam para sahabat yangsudah masuk ke dalam lorong! Tanpa menunggulebih lama Ratu Duyung putar tubuh lalu melesatke arah tangga batu di dinding telaga.Hai! Kau mau ke mana? Tunggu! teriak SetanNgompol. Cepat-cepat dia berenang ke tepi telaga.Ketika keluar dari dalam air, ternyata celanaluarnya yang memang longgar dan kini menjadiberat karena basah kuyup oleh air, telah merosotsampai ke paha!Dan di balik celana luar itu si kakek tidakpunya celana dalam!Kakek sial! maki Ratu Duyung yang taksengaja melihat perabotan Setan Ngompol yangtersingkap polos!***Wakil Ketua berlari cepat sepanjang lorong.Sosok Dewa Tuak ada di atas bahu kirinya. Disatu tempat di mana lorong bercabang dua, untukpergi ke rumah putih yang merupakan pusatkekuatan gaib luar biasa, seharusnya dia membelok ke kanan. Tapi manusia pocong ini justrumengambil arah memasuki lorong sebelah kiri. Disatu tempat Wakil Ketua hentikan langkah. Telapak tangan kanan ditekankan pada salah satubagian dinding batu. Dinding bergeser ke samping.Menjorok ke dalam ada sebuah pintu besi berwarna merah. Dewa Tuak diturunkan lalu didudukkan di lantai antara dinding batu dan pintumerah. Wakil Ketua menutup kembali bagiandinding batu yang terbuka lalu menekan alatrahasia lain untuk membuka pintu merah. Begitupintu terbuka dia cepat menyelinap masuk. Disebelah dalam ternyata ada sebuah ruangan tidur.Di atas sebuah ranjang terbaring sosok seoranggadis berpakaian ringkas warna ungu. Rambutpanjang acak-acakan tapi justru membuat wajahnya tambah cantik. Wakil Ketua mendekati ranjang lalu berkata pada gadis yang terbaring dalamkeadaan tertotok. Gurumu ada di luar. Akudiperintahkan Yang Mulia Ketua untuk membunuhnya! Jika kau mau menuruti kemauanku, akuakan menyelamatkannya. Permintaanku cumasatu. Jika semua persoalan di tempat ini selesai,kau harus sedia jadi istriku!Mahluk setan jahanam busuk! teriak gadis diatas ranjang. Rupanya hanya tubuhnya yangditotok sementara jalan suara dibiarkan terbuka.Aku sudah minta agar kau segera membunuhku!Siapa sudi jadi istri mahluk setan sepertimu! Tapisebelum aku mati di tanganmu tunjukkan kejantananmu! Buka kain penutup kepalamu. Perlihatkan siapa dirimu sebenarnya!Wakil Ketua keluarkan suara mendecak. Gadiskeras kepala. Kalau kau memang ingin matimudah saja bagiku melakukannya. Tapi sebelummati sesuai dengan permintaanmu aku akantunjukkan kejantananku padamu.Wakil Ketua naik ke atas ranjang lalu menarikturun celana si gadis. Pakaian dalamnya tersibak.Si gadis menjerit keras. Penuh nafsu Wakil Ketuamenarik lagi celana luar si gadis. Namun sebelumcelana itu merosot sampai ke bawah pinggul tibatibaada bayangan berkelebat, dan, bukkk! Satutendangan menghantam pinggang Wakil Ketua.Tendangan itu tidak berapa kencang. Tubuh WakilKetua hanya tergontai-gontai. Ketika berpaling diadapatkan Dewa Tuak berdiri di depannya, terbungkuk-bungkuk lalu tengadahkan kepala dantertawa mengekeh.Guru! seru gadis di atas ranjang. Kaget jugamarah melihat wajah gurunya yang bengkak.Siapa yang mencideraimu?Dewa Tuak cuma lambaikan tangan, berpalingpada Wakil Ketua Barisan Manusia Pocong.Mahluk keparat! Jadi kau yang punya pekerjaan!Menculik muridku Anggini. menyekapnya ditempat ini! Berpura-pura sibuk mencari. Kini kauhendak berbuat bejat atas dirinya! Jahanam betul!Tanganku sudah gatal mau mematahkan batanglehermu! Tapi biar aku melepas dahaga dulu.Setelah itu aku akan menemui pimpinanmu,memberi tahu apa yang telah kau lakukan!Si kakek dongakkan kepala. Dua tangandinaikkan di atas mulut. Lalu, glukk... glukk...gluk... Dewa Tuak seperti orang yang betul-betultengah minum tuak.Di atas ranjang gadis yang memang Anggini,murid Dewa Tuak adanya menarik nafas dalam.Tendangannya tadi tidak membuat cidera. Sikapnya menunjukkan kelainan. Pasti guru sudahdicekok dengan obat terkutuk itu. Membatin sangmurid.Tua bangka setan alas! teriak Wakil Ketuamarah. Dia sama sekali tidak menyangka kakekyang telah dicekok dengan minuman pencuci otakitu masih mampu melancarkan serangan.sebenarnya ilmu kepandaian dan kesaktian DewaTuak memang masih ada di dalam dirinya namunpengaruh obat membuat sekujur badannya lemas.Dia tidak mampu mengalirkan tenaga dalam, tidakdapat mengeluarkan kesaktian. Bahkan tenagaluarnya waktu menendang tadi lemah sekali.Dewa Tuak! Aku ingin cepat-cepat membawamu ke hadapan Yang Mulia Sri Paduka Ratu! Tapisebelum kau mampus aku ingin kau menyaksikanapa yang akan aku lakukan terhadap muridmu!Wakil Ketua melompat ke arah Dewa Tuak.Sarangkan satu jotosan ke perut kakek itu hinggaDewa Tuak terlipat ke depan, lalu roboh di lantairuangan, mengeluh tinggi. Mata melotot ke arahranjang. Mulut komat-kamit tapi tak mampukeluarkan suara.Jahanam pengecut! Beraninya hanya padaorang tua yang tidak berdaya! Anggini memakimarah.Wakil Ketua menyeringai di balik kain putihpenutup kepala lalu melompat ke atas ranjang.Dengan gelegak nafsu serta amarah dia kembalimenarik turun celana luar dan pakaian dalamAnggini.Pada saat itulah tiba-tiba menggema suaragenta. Ruangan tidur bergetar hebat. Di luar adateriakan-teriakan keras. Ada suara orang-oranglari melewati lorong di depan kamar.Wakil Ketua tekap telinga kanannya. Di antarasuara genta mengiang suara perempuan. Tidakjelas, namun Wakil Ketua sudah maklum siapayang bicara. Dalam hati dia memaki. Jahanam!Mengapa setiap aku hendak melakukan hal iniselalu ada suara mengganggu! Mengapa jika Ketuayang berbuat tidak terjadi apa-apa! Mungkinkarena dia memegang batu keramat itu? AksaraBatu Bernyawa!Di kejauhan suara genta semakin menjadi-jadi.Suara genta sekali ini tidak seperti biasanya.Ada sesuatu yang tidak beres di luar sana! WakilKetua berpaling ke arah ranjang. Hatinya bimbang. Akhirnya dia buka pintu besi merah, jambakrambut putih si kakek.Manusia pocong terkutuk! Kalau kau membunuh guruku aku bersumpah memenggal kepala,menguliti dan mencincang tubuhmu!Ckk... ckkk... ckkk! Wakil Ketua berdecakleletkan lidah lalu tertawa bergelak. Jangan bicara tolol! Kau tak akan mampu membebaskan diri!Tidak ada satu orangpun yang akan menolongmu!Aku menginginkan kau jadi istriku! Itu satukehormatan luar biasa bagimu! Tapi kau justrumalah memilih mati! Apa sulitnya bagiku?Kunikmati tubuhmu lalu kuhabisi nyawamu! Danaku akan mengajak serta gurumu ikut bersamamuke alam kematian! Ha... ha... ha!Di alam kematian aku akan menyaksikandirimu jadi kemasukan setan gadis ini menjeritkeras.Wakil Ketua yang hendak menutup pintumerah hentikan gerakan lalu melangkah ke arahranjang. Sepasang matanya memandang berkilatke arah bagian bawah tubuh Anggini. Tiba-tiba diaulurkan tangan. Menarik lepas selendang unguyang tergelung di pinggang si gadis lalu memasukkannya ke balik jubah putih.Mahluk pocong keparat! Kembalikan selendangitu!Wakil Ketua membungkuk, membuat gerakanseperti hendak mengembalikan selendang. Namunyang dilakukannya adalah melampiaskan nafsubinatangnya. Menciumi wajah dan dada Anggini.Lalu mulutnya berucap.Kekasihmu pemuda sableng itu akan matiberdiri jika mengetahui apa yang nanti aku lakukan padamu. Kalau saja kematiannya tidak lebihdahulu dari kematianmu!Mahluk setan! Aku ingin sekali melihat mukaanjingmu! Ada permusuhan apa antara kau danWiro hingga memperlakukan diriku seperti ini?Wakil Ketua dongakkan kepala lalu tertawaperlahan. Setelah keluarkan suara berdecak diaberkata.Tunggu saja. Kelak kau bakal menyaksikanwajahku! Aku tidak kalah ganteng dari pemudaedan itu! Kau benar-benar akan menyesal sampaidi alam kematian karena menolak kujadikan istri!JATILANDAK yang membentuk diri menjadiseekor landak raksasa berlari sepanjanglorong yang bergetar akibat hantaman suaragenta dari arah Rumah Putih kawasan 113 LorongKematian. Di sebelah belakang menyusul Wiro,Bunga, Gondoruwo Patah Hati, dan Naga Kuning.Kalau yang lain-lain merasa sakit kuping merekadan berlari terhuyung-huyung, Jatilandak tidakterpengaruh oleh suara genta itu. Larinya malahdipercepat. Empat kaki berkuku panjang sertaduri-duri tebal lancip di tubuh sama sekali tidakmengeluarkan suara bergemerisik. Sepuluh langkah di depan sana, lorong bercabang dua.Jatilandak hentikan lari. Angkat kepala lalu menghirup udara dalam-dalam. Dua bola mata coklatpekat bergerak ke kiri dan ke kanan. Duri panjangtebal dan runcing yang menutupi tubuh berjingkrak.Aku mencium ada bahaya di lorong kiri danlorong kanan. Bahaya di lorong kanan lebihdahsyat. Aku dan para sahabat harus bergerakmemasuki lorong kiri.Setelah mengambil keputusan begitu rupaJatilandak memberi isyarat pada orang-orang dibelakangnya lalu mendahului bergerak memasukilorong sebelah kiri. Baru dua langkah memasukilorong sebelah kiri tiba-tiba belasan benderamerah disertai cipratan air berbau busuk berkelebat di udaraBendera Darah! Awas! teriak Jatilandak.Secepat kilat dia melompat ke udara, duri yangmenutupi tubuhnya bergerak ke depanmembentuk tameng. Mulut keluarkan suaramelengking lalu meniup. Di sebelah belakang Wirolepaskan pukulan Tameng Sakti Menerpa Hujan.Bunga melesat ke atas, dua tangan didorongkan.Dua gelombang angin menderu.Luar biasa! Walau dihantam tiupan angin saktidari mulut Jatilandak, didera pukulan berkekuatan tenaga dalam tinggi yang dilepas Wiro danBunga, hanya sembilan Bendera Darah yangmenyerang ganas sanggup dirontokkan. Tiga lainnya tembus. Yang pertama berhasil menyusup disela duri-duri lalu menancap di bahu kiriJatilandak. Jatilandak terbanting ke tanah.mengerang sebentar lalu patahkan gagang Bendera Darah dengan cara menggigitnya.Bendera Darah Kedua walau agak goyangberhasil menyusup dan menyambar di atas kepalaGondoruwo Patah Hati, menyerempet luka kulitkepalanya. Cairan merah darah membasahi sebagian rambut. Seujung kuku saja gagang benderamenyambar ke bawah niscaya menancap di keningsi nenek!Jahanam kurang ajar! Siapa yang punyapekerjaan! Lekas unjukkan diri! Teriak Gondoruwo Patah Hati sambil kibaskan rambut. Sementaradi belakang, Naga Kuning meringis karena Bendera Darah ketiga menancap di lengan baju sebelahkanan, menyerempet melukai daging bahunyacukup dalam. Untung tidak sampai menancap.Dari arah tikungan lorong di sebelah depan membahana suara tawa bergelak. Di lain saat munculsosok seorang manusia pocong. Tangan kiri berkacak pinggang, tangan kanan diletakkan didepan dada.Sayang hanya diberi wewenang membunuhtiga di antara kalian! Padahal tanganku sudahgatal untuk mengorek jantungmu! Manusiapocong satu ini tutup ucapannya sambil tudingkan telunjuk tangan kiri tepat-tepat ke arahPendekar 212 Wiro Sableng yang berdiri sekitartujuh langkah di hadapannya.Kunyuk, jejadian setan putih! bentak muridSinto Gendeng tapi mukanya tidak unjukkan hawamarah malah menyeringai dan sambil garuk-garukkepala. Aku kepingin tahu, mau melihat ilmu apayang kau miliki hingga bisa-bisanya mengorekjantungku? Ha... ha... ha! Kalau ilmu mengorekyang aku punya cuma ilmu mengorek kuping!Lalu Wiro masukkan kelingking kirinya ke telingakiri dan digoyang-goyang. Mulut dipencongkandan mata dimerem-melekkan.Dasar otak miring! Siap mampus masih mauguyonan! Maki manusia pocong.Hai! Tunggu! Aku rasa-rasanya mengenalsuaramu! Wiro berseru.Pemuda sinting! Jangan banyak mulut!Menghindar kalau tidak mau kubunuh sekalianbersama tiga temanmu!Sombongnya! Ayo perlihatkan ilmu korekkupingmu! kata Wiro mengejek lalu menerjang kedepan sambil lepaskan jotosan Kepala NagaMenyusup Awan. Gerakan tangan sang pendekarperlahan saja seperti penari. Namun tahu-tahukepalan tangan kanan itu telah melesat ke bawahdagu manusia pocong!Mampus kau! teriak Naga Kuning yang sudahmerasa pasti mahluk serba putih tidak sanggupmengelak.Tapi apa yang terjadi kemudian sungguhmengejutkan. Sosok manusia pocong sepertiterangkat ke atas. Begitu dagunya selamat daripukulan Kepala Naga Menyusup Awan, kakikanannya tiba-tiba melesat ke depan. Wiro berkelitke samping. Tendangan lawan hanya lewatseujung kuku dari depan perutnya. Dengan geramWiro balas menyerang. Juga dengan gerakanmenendang. Yang jadi sasaran adalah kaki kirimanusia pocong sementara kaki kanan masihberada di udara. Seperti serangan pukulan kedagu tadi, hampir tendangan Wiro akan menemuisasaran mendadak tubuh manusia pocongterangkat ke atas. Begitu melayang turun diamenyerbu dengan dua tangan kosong sekaligus.Seperti sepasang pedang atau golok, dua tanganitu membeset, menusuk, dan membacok.Traangg!Serangan tangan kiri manusia pocong dalamgerakan membacok ke arah kepala Wiro meleset,menghantam dinding batu, mengeluarkan suaraberdentang seolah yang beradu dengan dinding ituadalah sebilah senjata tajam, bukan tanganmanusia! Dan luar biasanya lagi dinding batuyang terkena hantaman tangan kelihatan benarbenarpecah gompal berantakan!Gila! ucap murid Sinto Gendeng, matamelotot. Tangannya seperti golok betulan! Kalautidak segera dihabisi aku bisa konyol!Tidak menunggu lebih lama Pendekar 212segera menyerbu manusia pocong dengan jurusjurusmematikan yang dipadu dengan pukulanpukulansakti mengandung tenaga dalam tinggi.Namun seperti ditahan satu tembok kekuatandahsyat yang tidak kelihatan, semua seranganWiro tidak satupun mampu menyentuh lawan.Malah dua tangan manusia pocong itu berkelebatsemakin ganas dan mengeluarkan suara deruangin luar biasa keras. Wiro terdesak hebat. Kalausampai kepala kena hantam pasti terbelah. Kalauleher yang kena sasaran niscaya kuntung putuslaksana ditebas golok atau pedang!Bunga memperhatikan tanpa berkesip. Dua kalitadi dia melihat ada cahaya kuning sangat tipisyang menyelubungi sosok putih manusia pocong.Yaitu ketika dua kali Wiro hampir berhasilmenjotos dagu dan menendang kaki kirinya. Lalusetiap melancarkan serangan, cahaya kuning tipisberubah lebih jelas. Dari sekian banyak pasangmata yang ada di tempat itu, hanya Bunga sendiriyang mampu melihat keberadaan cahaya kuning.Ketika mereka berhadapan dengan Rana Suwarte,Bunga tidak melihat ada lapisan cahaya kuningseperti ini. Itu sebabnya walau cukup sulit namunakhirnya Rana Suwarte berhasil juga ditamatkanriwayatnya dengan Pukulan Batu Naroko olehGondoruwo Patah Hati. Agak aneh. Apakahmahluk luar biasa pengirim kekuatan gaib itumemiliki ketentuan sendiri untuk menentukanjenis perlindungan yang diberikan. Dari apa yangdilihatnya, yaitu sejak memasuki gunung batu dibagian belakang 113 Lorong Kematian, Bungamaklum kalau kehebatan tenaga pelindungberbeda untuk manusia pocong satu denganmanusia pocong lainnya. Mengapa?Tingkat ilmu silat dan kesaktian manusiapocong satu ini mungkin tidak seberapa. Cahayakuning tipis. Itulah kekuatan gaib luar biasa yangmelindunginya dari jauh. Bukan cuma melindungi. Sekaligus memberikan kekuatan saktiuntuk membunuh lawan! Luar biasa berbahaya!Bunga bergerak cepat ke samping Pendekar212. Wiro, hati-hati. Mahluk ini mendapatlindungan dan kekuatan dari alam gaib. Tahanserangan. Aku akan coba menahan kekuatanpelindungnya. Kalau aku berteriak memberi tanda,baru hantam!Bunga renggangkan dua kaki. Tubuh dibungkukkan sambil dua tangan diangkat datar didepan dada. Dua telapak terkembang. Ketika jarijaritangan kiri kanan dijentikkan, pada masingmasingtangan kelihatan sekuntum bungakenanga kuning. Begitu dua tangan didorong dankaki kanan dihentakkan ke lantai, hawa anehbergeletar di lantai ruangan, menyengat ke arahsepasang kaki manusia pocong. Di balik kainpenutup kepala mahluk ini mengerenyit menahansakit. Tubuhnya terlonjak. Cahaya kuning yangmembungkus sekujur tubuhnya kelihatan meredup. Sekali lagi Bunga hentakkan kaki kanannya.Si manusia pocong terdorong satu langkah kebelakang. Cahaya kuning lenyap.Di kejauhan sayup-sayup ada suara menggerung panjang lalu caci maki penuh amarah.Menyusul suara menderu. Ada gelombang angindengan deras menuju ke tempat itu.Wiro! Cepat hantam! Bunga gadis dari alamroh berteriak memberi tanda.Pendekar 212 Wiro Sableng berteriak tak kalahkerasnya. Tubuh melesat ke depan. Tangan kananmelancarkan pukulan Tangan Dewa MenghantamBatu Karang. Ini adalah ilmu pukulan jurus keduayang diwarisi Wiro dari Datuk Rao BasaluangAmeh.4Bukkk!Selagi manusia pocong berusaha mengimbangi4 Baca: Wiro Sableng . Delapan Sabda Dewadiri, pukulan sakti yang dilepaskan Wiro mendarattelak di pertengahan dadanya. Kesaktian pukulanini satu tingkat di atas pukulan Batu Naroko milikGondoruwo Patah Hati yang telah menewaskanRana Suwarte. Jangankan dada manusia, tembokbaja sekalipun tidak akan mampu menahankehebatan pukulan Tangan Dewa MenghantamBatu Karang itu. Manusia pocong terpental empatlangkah, terjengkang di tanah.Tamat riwayatmu! ucap Naga Kuning.Bersamaan dengan itu dari arah belakangmanusia pocong, suara gelombang angin semakinderas. Lalu tampak cahaya kuning berkiblat. Hawapanas memenuhi seantero tempat.Semua tiarap! teriak Bunga. Dua kembangkenanga di tangan kiri kanan dilemparkan ke arahcahaya kuning. Dari balik pakaian dia mengambilsetanggi lalu melemparkan ke udara.Buuummmm!Blaarrr!Taarr! Taarr! Taarr!Dentuman dahsyat, goncangan keras sertaletusan-letusan yang disertai percikan bunga apiberkiblat dalam ruangan. Tempat itu laksanadiguncang gempa. Angin kuning panas menyambar ganas. Semua orang merasa punggungmasing-masing terbakar melepuh. Untuk beberapalama mereka menelungkup tak bergerak. Wiroangkat kepala. Berpaling ke belakang. Bunga,gadis dari alam roh duduk tersandar di dindingbatu. Ada lelehan cairan berwarna biru di salahsatu sudut bibirnya. Mukanya yang putih lebihpucat dari biasanya.BUNGA! seru Wiro ketika melihat keadaangadis dari alam roh itu. Dia cepat berdiri.Naga Kuning dan Gondoruwo Patah Hatiikut mendatangi. Hanya Jatilandak yang masihtak bergerak di tempatnya. Karena berada disebelah depan, sapuan angin panas bercahayakuning menyapunya lebih dulu dan lebih keras.Membuat separuh dari duri-duri yang menutupitubuhnya terpanggang hangus dan untukbeberapa lama kelihatan membara merah!Wiro usap lelehan cairan biru di sudut bibirBunga. Gadis alam roh ini pegang lengan si pemuda. Matanya menatap mesra ke dalam mataWiro. Senyum menyeruak di bibir.Terima kasih, Wiro. Aku tak apa-apa...Lelehan cairan biru. Kau terluka di dalam.Kata Wiro pula.Bunga mengangguk. Dalam waktu beberapasaat luka dalamku akan sembuh sendiri. Kau takusah mengkhawatirkan diriku. Justru aku mengkhawatirkan dirimu dan para sahabat. LorongKematian agaknya benar-benar akan menjadi timbungan kuburan bagi kita semua kalau kita tidakbertindak cepat. Kita harus segera menemukanmahluk yang disebut Sri Paduka Ratu itu...Yang akan kau nikahkan dengan diriku! ujarWiro pula.Kodrat menentukan itu satu-satunya carauntuk menyelamatkan diri kita semua sertamalapetaka besar rimba persilatan.Aku punya firasat... kata Wiro pula sambilmenggaruk kepala.Firasat apa? Tanya Bunga.Ya, ya. Katakan firasat apa? Naga Kuningmenimpali.Baik atau buruk? ikut bersuara GondoruwoPatah Hati.Buruk. Agaknya diriku yang jadi sasaranutama. Aku bakal menemui ajal paling sengsara,paling mengenaskan...Jangan berkata seperti itu! tukas GondoruwoPatah Hati. Kami teman-temanmu, masa akanhanya berpangku tangan.Aku tahu. Tapi... Ucapan murid Sinto Gendeng terputus.Dalam keadaan begitu rupa mendadak terdengar suara tawa bergelak! Semua orang memandang ke depan.Astaga gila! Aku kira sudah mampus dia!ucap Naga Kuning seraya berdiri. Yang lain-lainikut bergerak bangkit.Di depan sana sosok manusia pocong yang taditergeletak di tanah kelihatan bergerak bangkit,perlahan-lahan berdiri. Di balik kain penutupkepala, mulutnya kemudian berucap.Nyawaku dilindungi nyawa kedua. Tidaksatupun dari kalian bisa membuatku mati!Setan alas, takabur sekali! maki Naga Kuning.Apa aku boleh ikut minta perlindungan nyawakedua? Jatilandak yang sejak tadi diam takbergerak maupun bersuara tiba-tiba keluarkankata-kata. Begitu ucapannya selesai, tubuhnyadigoyang keras. Duri-duri yang masih bersisa ditubuhnya dikibas.Sett! Settt! Settt!Duapuluh bulu landak tebal, kuat, dan runcingmelesat ke arah duapuluh bagian tubuh manusiapocong. Yang diserang cepat menyingkir sambillepaskan pukulan tangan kosong. Hebat! Taksatupun duri landak yang seolah berubah menjadisenjata rahasia itu sanggup menyentuh tubuhmanusia pocong. Tiga dari sekian banyak bululandak yang dibikin mental menancap di dindingbatu.Walau selamat dari serangan bulu landak,namun manusia pocong ini sempat dibikin kaget,kelabakan selamatkan diri. Tadi dia menyangkabinatang landak itu telah meregang nyawa. Padasaat inilah justru Jatilandak melesat di udara,menyerang ke arah manusia pocong. Mahluk darilorong kematian terlambat mengelak. Empat kakiJatilandak mencengkeram di bahu dan dada.Mulut dengan deretan gigi panjang lancip menancap di batang lehernya! Kain penutup kepala yangmenjuntai sampai ke leher bawah kelihatan berwarna merah!Tiba-tiba ada suara genta menggema keras dikejauhan. Lalu dari arah belakang menderu danberkiblat cahaya kuning.Jatilandak yang sudah siap untuk merobekleher manusia pocong dengan gigitan mautnyaangkat kepala sedikit dan menjawab. Kawankawan!Aku siap mati bersama mahluk iblis ini!Jatilandak lalu merobek leher manusia pocongdengan gigitan ganas.Jangan tolol! teriak Bunga Cahaya kuning ituakan melindungi dan memberi kekuatan padamusuhmu! Kau sendiri bisa terpanggang gosong!Jatilandak menduga gigitannya pada lehermanusia pocong akan menewaskan mahluk itu.Didahului suara menggembor keras dia melompatdari tubuh manusia pocong. Cahaya kuning menyapu. Sosok manusia pocong yang tadi sudahmenghuyung sambil pegangi luka menganga dilehernya, kini berdiri tegap kembali. Malahmampu melangkah ke arah Pendekar 212 WiroSableng. Ternyata cahaya kuning itu menjadisumber kekuatan dan penolong bagi dirinya.Sebaliknya malapetaka bagi Wiro dan kawankawan.Namun gerakan si manusia pocong tertahan ketika tiba-tiba ada suara mengiang ditelinganya.Satria Pocong, lekas kembali ke markas. Kausudah bertindak dan keluarkan ucapan terlalujauh. Yang harus kau bunuh adalah tiga orang itu.Tapi kau justru memusatkan tangan maut padaPendekar 212 Wiro Sableng! Otakmu sudah dicuci!Mengapa dendam masih menguasai dirimu? Ingattugas utamamu! Juga jangan kau berani menyentuh pemuda itu. Nyawanya tegas-tegas bagianYang Mulia Ketua! Segera kembali ke markas!Datang langsung ke Rumah Putih! Tenagamudibutuhkan di tempat itu!Manusia pocong tundukkan kepala sedikit lalulantangkan ucapan. Hanya perintah Yang MuliaKetua yang wajib dilaksanakan! Setelah keluarkan ucapan tadi dia maju satu langkah mendekatiWiro. Kalian semua tidak satupun yang bakalselamat!Manusia pocong palingkan tubuh. Tangankanan menggapai ke arah cahaya kuning yang adadi atas kepalanya, seperti menangkap sebuah bolakecil. Lalu tangan kanan itu dihantamkan ke arahWiro dan kawan-kawan. Untuk kesekian kalinyakeempat orang yang mendapat serangan menjadikalang kabut selamatkan diri. Begitu terhindardari serangan cahaya kuning yang ganas, Wirodan kawan-kawan dapatkan si manusia pocongtak ada lagi di tempat itu.Jatilandak hendak mengejar ke ujung lorongtapi cepat dicegah oleh Bunga.Aneh! kata Jatilandak. Aku rasa aku sudahmengoyak lehernya lebih dari setengah! Darahjelas mengucur! Mengapa dia masih bisa hidup?Mahluk itu mendapat perlindungan dan kekuatan dari mahluk alam gaib yang ada di dalamLorong Kematian. Kita harus mampu menghancurkan pusat kekuatan mereka! menjelaskanBunga.Lalu apa maksudnya dengan kata-kata nyawakedua? ujar Wiro pula.Itulah biang segala bencana yang diperalatoleh Ketua Barisan Manusia Pocong. Kita akansaksikan sendiri nanti. Jawab Bunga lalu diamemberi isyarat untuk melanjutkan perjalanan.Namun belum sampai melangkah tiga tindak mendadak di belakang ada suara angin berkelebat.Begitu berpaling, kelihatan sosok tinggi besarseorang manusia pocong. Dari bentuk tubuhnyayang tinggi besar jelas dia bukan manusia pocongyang tadi.Manusia pocong bertubuh tinggi ini sama sekalitidak keluarkan ucapan. Sepasang mata di balikkain penutup kepala memandang ke arah Pendekar 212. Tiba-tiba dalam kecepatan luar biasa diakibaskan lengan jubah sebelah kiri tiga kaliberturut-turut.Dess... dess... desss!Buntalan asap berwarna putih kekuninganserta-merta memenuhi tempat itu.Asap beracun! Tutup jalan pernafasan! teriakBunga. Gadis dari alam roh ini melesat ke udara.Menghantam ke arah manusia pocong yangmenebar asap beracun.Wuttt! Braakk!PUKULAN sakti Bunga hanya menghancurkandinding batu. Sementara manusia pocongsudah lenyap entah ke mana. Bungaberpaling ke arah Wiro, Gondoruwo Patah Hati,dan Naga Kuning. Wajah mereka tampak pucat.Dengan cepat satu persatu ketiga orang ituditotoknya di bagian pangkal leher sehingga untukbeberapa saat mereka mengalami sulit bernafas.Ini adalah untuk menghindari menghirup hawaberacun yang sangat berbahaya itu. Ketika hendakmenotok Jatilandak, Bunga jadi bingung. Seluruhleher Jatilandak tertutup duri tebal dan rapat.Balikkan tubuhmu! Aku akan menotok bagianleher sebelah bawah!Sepasang mata Jatilandak menatap sayu kearah gadis alam roh.Lekas! Bunga berusaha membalikkan tubuhJatilandak dengan kedua tangannya. Tapi pemudadari negeri 1200 tahun silam yang berada dalamperujudan seekor landak itu gelengkan kepala.Terima kasih kau mau berbaik hatimenolongku. Sayang sudah terlambat...Terlambat bagaimana? Tanya Naga Kuningsambil membungkuk lalu mendorong tubuhJatilandak. Ternyata tubuh itu berat sekali. Seolahbatu ratusan kati!Aku telah menghirup hawa beracun itu,menerangkan Jatilandak. Mata semakin kuyu danempat kakinya terentang lunglai di tanah.Kita semua memang sempat menghirup. Tapikadarnya cuma sedikit. Kita masih bisa selamat.Gerakkan kepalamu ke samping biar aku bisamelihat lehermu! Bunga siap untuk menotok.Namun lagi-lagi jawaban Jatilandak terdengarmemelas.Kalian dan aku berbeda. Asap beracun itumengandung belerang. Aku tidak boleh bersentuhan dengan belerang dalam bentuk apapun.Kawan-kawan, pergilah. Tinggalkan aku di sini.Aku akan menemui jalanku sendiri. Pergilah, akudoakan agar kalian berhasil menghancurkanmarkas manusia pocong itu. Hati-hati.Semua orang terkejut. Wiro tercekat dan ingatriwayat hidup Jatilandak semasa di NegeriLatanahsilam. Pemuda yang terlahir dariperkawinan yang tidak direstui oleh para Peri inidibuang ke sebuah pulau. Di pulau ini diadipelihara oleh seseorang yang memiliki tubuhpenuh sisik bernama Tringgiling Liang Batu. Sebelum kedatangan Jatilandak, Tringgiling Liang Batutelah memelihara sepasang landak. Baik Tringgiling Liang Batu maupun dua landak peliharaannya sangat tidak tahan terhadap belerang.Jangankan sampai tersentuh, mencium baunyasaja bisa mengakibatkan kematian! Keberpantangan terhadap belerang ini ternyata juga diwarisidan diindap oleh Jatilandak. Bahaya racun belerang yang mematikan itulah kini tengah dihadapipemuda dari Negeri Latanahsilam ini.5Kami tidak akan pergi tanpa kau! kata Bunga,sementara Wiro tegak tertegun.Betul. Kita datang bersama pergi harus5 Baca: Wiro Sableng . Hantu Jatilandakbersama. Kata Naga Kuning sambil melintangkandi atas dada bumbung bambu milik Dewa Tuakyang masih terus dibawanya lalu melirik padaWiro yang sejak tadi bersikap diam saja.Jangan risaukan diriku. Kalian lekas pergisebelum terlambat... kata Jatilandak.Tiba-tiba di kejauhan lagi-lagi genta membahana. Tempat itu kembali berguncang bergeletar.Lapat-lapat seperti ada suara orang menyanyiyang diakhiri dengan tawa panjang menggidikkan.Kita tidak bisa menunggu lebih lama, berkataBunga seraya menatap ke arah Jatilandak.Pemuda yang berujud landak ini berkedip sayumatanya tanda mengerti. Bunga berpaling padaWiro, Gondoruwo Patah Hati, dan Naga Kuning.Kalau memang tak ada jalan lain kita terpaksaharus meninggalkannya... si nenek terpaksa berkata perlahan.Bunga tidak berlama-lama lagi. Gadis dari alamroh ini segera berkelebat ke jurusan lenyapnyamanusia pocong yang tadi dirobek lehernya olehJatilandak. Naga Kuning menyusul, lalu Wiro, dandi belakang sekali Gondoruwo Patah Hati. Sementara berlari Wiro merasa hatinya galau. Kalau diaingat apa yang telah terjadi dia tak mau perduli.Tapi kalau menyadari bahwa dia memiliki jiwakesatria, kebimbangan menggalau sanubarinya.Sementara itu totokan yang tadi dilakukanBunga masih menguasai Wiro, Naga Kuning, danGondoruwo Patah Hati. Nafas dan dada yang sesakmembuat mereka tak mampu berlari cepat.Menjelang sebuah tikungan rasa sesak turun kebawah, membuat perut membuncah mulas sepertiterdesak buang air besar.Celaka! Aku mau berak! kata Naga Kuningsambil pegangi perut. Mukanya kelihatan merah.Butir-butir keringat memercik di keningnya. Sinenek Gondoruwo Patah Hati kalang kabut. Diajuga mengalami hal yang sama. Demikian puladengan Wiro. Bunga yang telah menghentikanlarinya memperhatikan sambil senyum-senyum.Enaknya saja kau mesem-mesem! ucapGondoruwo Patah Hati.Sudah! Berak saja barengan di sini! kata NagaKuning. Bocah berambut jabrik ini siap dodorkancelana ke bawah.Tiba-tiba secara aneh, rasa mulas di perutketiga orang itu lenyap, berpindah naik ke atas.Ada hawa panas di dada. Rasa seperti tercekik.Lalu, hueekkk...! Wiro, Naga Kuning, dan Gondoruwo Patah Hati sama-sama semburkan muntahberupa cairan berwarna kekuning-kuningan. Bersamaan dengan itu rasa sesak hilang, jalan pernafasan sesaat masih megap-megap lalu kembaliberubah wajar. Ketiga orang itu terduduk di tanah.Muka merah basah oleh keringat.Edan. Naga Kuning masih bisa keluarkansuara. Untung cuma muntah barengan. Kalausampai berak barengan!Gondoruwo Patah Hati jambak rambut NagaKuning tapi sambil tawa cekikikan. Bungamemberi isyarat agar mereka segera meneruskanmasuk ke dalam lorong.Wiro yang ingatannya masih terpaut padaJatilandak berkata. Kalian pergilah duluan. Akusegera menyusul.Memangnya kau mau ke mana? Tanya Bungaheran.Jangan-jangan sembunyi mau berak! kataNaga Kuning pula.Jatilandak... ucap Pendekar 212.Jatilandak? Apa yang ada di pikiranmu, Wiro?Bertanya Bunga.Kita tidak bisa meninggalkannya begitu saja.Aahhh... Gadis dari alam roh menghela nafas.Menatap ke sepasang mata Pendekar 212 diaseperti bisa membaca apa yang ada di dalampikiran dan hati pemuda ini.Sebenarnya, bukankah dia sendiri yang mintaditinggalkan? Dia menyadari keadaan, kata NagaKuning pula.Aku... Wiro mengusap dagu, tidak teruskanucapannya.Ada sesuatu yang hendak kau lakukan?Tanya Gondoruwo Patah Hati.Wiro tidak menjawab. Malah mendorong NagaKuning ke samping lalu lari ke arah tadi dia danrombongan datang. Ketika sampai di tempatJatilandak tergeletak, Wiro terkejut. Sosok yangtadinya berbentuk landak kini telah berubahmenjadi sosok manusia berkulit kuning, tertelungkup mengenaskan di tanah. Pakaian coklatnyahancur hangus, menyembulkan punggung yangterpanggang merah.Dua tangan dan dua kaki pemuda ituterbentang di lantai. Sepasang mata tertutup. Wirotidak dapat memastikan apakah Jatilandak masihhidup. Namun kemudian dari sela bibir Jatilandakyang terbuka dia mendengar suara erangan halus.Mendengar langkah kaki orang mendatangi laluberdiri di dekatnya, pemuda dari negeri 1200tahun silam ini perlahan-lahan buka sepasangmatanya.Wiro, kenapa kau kembali? Suara Jatilandakperlahan sekali.Kami tidak bisa meninggalkan kau sendirian disini.Lalu...Wiro membungkuk. Membuat empat kalitotokan, satu di belakang kepala, tiga di bagiantubuh Jatilandak. Sesaat kemudian pemuda dariLatanahsilam itu sudah berada di bahu kirinyalalu dibawa lari kembali ke arah lorong dari manatadi mereka datang.Wiro, aku berterima kasih kau punya maksudmenolong diriku. Tapi menolong orang yang segeraakan menemui kematian tidak ada gunanya. Lebihbaik kau segera bergabung dengan para sahabat.Mereka lebih membutuhkan dirimu. Kau takmungkin membawa aku ke mana kau pergi...Kau betul. Tapi aku bisa mencarikan tempatyang lebih baik dan lebih aman bagimu.Wiro membawa Jatilandak ke telaga di dasarjurang. Susah payah dia menuruni tangga terjal didinding batu. Jatilandak dibaringkan di tepitelaga.Untuk sementara kau aman di sini. Aku haruspergi. Kalau semua urusan dengan mahluk setanitu selesai, kami akan kembali menemuimu disini.Jatilandak ulurkan tangan memegang lengankiri Pendekar 212 erat-erat.Aku sangat berterima kasih. Hatimu seputihkapas, budimu semurni emas. Wiro, aku tidakakan bertahan lama. Aku tidak ingin mati denganmeninggalkan duga dan sangka yang menjadibeban berat dalam perjalananku ke alam lain. Akuingin kau tahu. Antara aku dan Bidadari AnginTimur tidak ada apa-apa. Tidak pernah terjadiapa-apa di antara kami. Budinya setinggi langit,sejuk hatinya sedalam lautan. Aku sangatmenghormatinya...Wiro terdiam sesaat lalu berdiri.Wiro, gadis itu mencintai dirimu setulushatinya..., Jatilandak lepaskan pegangannya ditangan Wiro.Pendekar 212 garuk kepala, menatap wajahJatilandak sesaat lalu pandangannya membenturujung patahan gagang kayu Bendera Darah yangmasih menancap di bahu kiri pemuda berkulitkuning itu. Wiro ingat apa yang telah dilakukanEyang Sinto Gendeng ketika keluarkan KapakNaga Geni 212. Salah satu mata kapak ditempelkan ke patahan kayu gagang bendera. Wiro kerahkan tenaga dalam. Kapak Naga Geni 212 pancarkan cahaya menyilaukan disertai hawa panas.Cessss!Jatilandak mengernyit menahan sakit. Dagingbahunya mengepulkan asap. Gagang BenderaDarah serta merta berubah hitam, hangus gosongmenjadi bubuk.Wiro berbalik lalu tinggalkan tempat itu. Diaterharu mendengar ucapan Jatilandak tadi. Namun semua itu tidak dapat melenyapkan ganjalanyang ada di dalam hatinya. Ganjalan yang seolaholahtelah menyatu menjadi batu. Sulit untukdipupus.Di belakang sana terdengar suara Jatilandakberucap perlahan.Wiro, terima kasih. Aku mendoakan keselamatan bagimu dan kawan-kawan...***Di dalam lorong, Naga Kuning tampak sepertiorang bingung. Sebentar-sebentar dia usap bagianbawah perutnya. Bibir digigit-gigit. Dia memandang berkeliling, melirik pada Gondoruwo PatahHati dan Bunga. Kalau saja keduanya laki-lakiaku tidak malu-malu melakukannya di sini, katasi bocah dalam hati.Intan, Naga Kuning menyebut nama asli sinenek.Kau mau ke mana? Tanya Gondoruwo PatahHati yang sejak tadi memperhatikan Naga Kuning.Aku mau menyusul Wiro. Aku khawatir kalaudia pergi sendirian...Hai...Naga Kuning tidak perdulikan seruanGondoruwo Patah Hati. Langsung saja bocah iniberlari cepat ke arah lorong yang tadi ditempuhWiro sewaktu membawa Jatilandak. Di satu tikungan dia hentikan lari. Nafas mengengah.Gila, aku tidak tahan lagi. Betul-betul kebelet!Sudah, di sini rasanya bisa kulakukan. Tak adayang melihat, Lalu anak ini dodorkan celanahitamnya ke bawah. Tapi dia bingung sendiri. Ah,apa langsung saja di sini? Kalau tempat ini banyakmahluk halusnya bagaimana? Bisa kapiran akukalau sampai anuku dipencet. Dia melirik padabumbung bambu yang tersembul di kepitantangan kiri. Baiknya kumasukkan dalam bumbung ini saja. Nanti kalau ada kesempatan baruaku buang...Naga Kuning ambil bumbung bambu kosong,dekatkan ke bagian bawah perutnya lalu, seerrr!Bocah ini pancarkan air kencingnya ke dalambumbung bambu. Selesai kencing dia menariknafas lega. Dari balik pakaian dia keluarkansehelai sapu tangan butut lalu disumpalkan keujung bambu.BANGUNAN serba putih yang dikenal dengannama Rumah Tanpa Dosa memancarkancahaya berkilau terkena sinar terik sangsurya. Suara bahana genta baru saja lenyap.Kesunyian membungkus delapan penjuru anginsampai ke lembah kecil yang terletak tak jauh disebelah utara Rumah Tanpa Dosa.Sambil memanggul tubuh Dewa Tuak, WakilKetua Barisan Manusia Pocong 113 Lorong Kematian berlari cepat melewati rumah tua berbentukpanggung beratap ijuk hitam. Lampion kain putihdi bawah atap bangunan membersit keluar baubusuk antara amis dan bau bangkai.Selewatnya, sebuah lembah kecil yang lebihbanyak tertutup batu daripada tetumbuhan, WakilKetua akhirnya sampai di halaman satu rumahpanggung serba putih, mulai dari atap ijuk sampaitiang-tiang penyanggah bangunan serta tanggasetengah lingkaran. Sebuah genta besar tergantung di bawah atap ijuk putih. Tali genta menjulaike bawah, hampir menyentuh tanah. Dua buahbenda yaitu dua kuntum kembang kenangamenancap di atas pintu putih. Kayu di sekitar duakembang itu kelihatan hangus menghitam,terdapatlah dua kembang kenanga yang dilemparBunga sewaktu berusaha menahan serangankekuatan gaib yang dilepas Sri Paduka Ratu dariRumah Tanpa Dosa.Sial, Yang Mulia Ketua selalu memberiperintah berubah-ubah dan mendadak. Kalau sajadia tidak menyuruh aku menebar hawa beracun dilorong, urusanku sudah selesai dari tadi. Segalarencana jadi tak karuan. Aku harus bertindakcepat!Yang Mulia Sri Paduka Ratu! Aku Wakil Ketuadatang menjalankan perintah Yang Mulia Ketua.Lekas keluar dan laksanakan perintah!Suara keras seruan Wakil Ketua menggemapanjang lalu lenyap. Tak ada gerakan, tak adajawaban dari dalam Rumah Tanpa Dosa.Yang Mulia Sri Paduka Ratu! Kita tidak punyawaktu banyak! Para penyusup sudah berada didalam lorong sebelah selatan! Wakil Ketuaberteriak lagi.Wakil Ketua! Aku tidak tuli! Mengapa berteriaktidak karuan seolah kau lebih kuasa dari YangMulia Ketua? Tiba-tiba ada suara perempuan daridalam bangunan putih, mendesing keras seolahsambaran angin.Perempuan keparat! Kau akan rasakanbagianmu nanti! Kau akan menyembah di kakikusebelum tubuhmu kembali ke alam bangkaibusuk! Wakil Ketua memaki dalam hati.Tidak sabaran Wakil Ketua menarik tali gentatiga kali berturut-turut. Suara keras menggelegar.Tanah bergeletar. Rumah Tanpa Dosa mengeluarkan suara berderik. Wakil Ketua terhuyunghuyungdan cepat kerahkan tenaga sebelumtubuhnya terbanting ke tanah.Ketika suara genta berhenti, dari dalam RumahTanpa Dosa terdengar suara perempuan tertawa.Pintu putih di ujung atas tangga setengah lingkaran terbuka. Sesaat kemudian muncul satu sosokputih, melangkah dalam gerakan kaku.Sosok putih ini mengenakan kain penutupkepala yang pada bagian atas melingkar sebuahmahkota kecil berwarna hijau. Jubah putih yangmenutupi tubuh begitu tipis menerawang hinggabentuk aurat di sebelah dalam nyaris jelas. Adasatu kejanggalan. Jubah putih itu robek di bagianperut. Di sebelah belakang, di bawah kainpenutup kepala menjulai rambut panjang hitamsampai sepinggang.Yang Mulia Sri Paduka Ratu, Wakil Ketuaberseru. Yang Mulia Ketua minta kau menyedottenaga dalam dan kesaktian kakek ini! Harap kaulakukan dengan cepat!Habis berkata begitu Wakil Ketua turunkantubuh Dewa Tuak dari panggulannya. Si kakek,dalam keadaan lemah tegak terhuyung, duatangan terkulai lunglai, dua lutut agak tertekukdan sepasang mata terpejam.Sepasang mata di balik dua lobang pada kainpenutup kepala bermahkota menatap tak berkesipke arah Wakil Ketua dan kakek yang tegak disampingnya.Wakil Ketua, kau menunjukkan perilakusangat setia dalam menjalankan perintah YangMulia Ketua. Tapi kau tidak bisa menipu diriku!Wakil Ketua terkejut. Perasaanku jadi tidakenak. Apa dia mengetahui semua rencanaku?Berbahaya. Aku benar-benar harus bertindakcepat. Mudah-mudahan Ketua masih sibuk dalammelampiaskan nafsu bejatnya.Yang Mulia Sri Paduka Ratu, apa maksudYang Mulia dengan ucapan tadi? Wakil Ketuaajukan pertanyaan.Berapa kali aku menegur agar kau tidakberbuat cabul di tempat ini?Yang Mulia Sri Paduka Ratu, saya tidakmengerti...Sang Ratu yang masih berdiri di ujung atastangga putih tertawa panjang.Kau menculik dan menyekap seorang gadis.Punya maksud hendak mencabulinya. Apakah kautidak takut mendapat hukuman berat?Ucapan sang Ratu kembali membuat WakilKetua terkejut. Bagaimana dia bisa tahu akumenculik dan menyekap gadis itu?Sri Paduka Ratu, jangan kau percaya padasegala kabar angin. Tugasku banyak. Mana adawaktu untuk segala urusan culik menculik, sekapmenyekap.Sosok putih di depan pintu tertawa panjang.Yang Mulia Sri Paduka Ratu. Kau rupanyaselalu memperhatikan gerak-gerikku. Padahalyang berbuat cabul di tempat ini bukan cumaaku...Yang Mulia Sri Paduka Ratu kembali tertawa.Apakah engkau hendak mengatakan Yang MuliaKetua juga melakukan perbuatan cabul tapimengapa aku tidak memperdulikan dan tidakmenegur? Beraninya kau punya pikiran dankeluarkan ucapan seperti itu. Apa tidak khawatirYang Mulia Ketua mendengar?Perempuan setan! maki Wakil Ketua tapidiam-diam hatinya kecut juga. Dia memandangberputar ke arah kejauhan. Belum kelihatantanda-tanda Yang Mulia Ketua akan segeramuncul.Di atas tangga Yang Mulia Sri Paduka Ratukembali membuka mulut.Kau lupa pada ucapan kesetiaan bahwa hanyaperintah Yang Mulia Ketua yang harusdilaksanakan!Dalam hati Wakil Ketua kembali memaki. Laludia berkata dengan suara keras. Kehadiranku disini bukan untuk mendengar segala bicara panjang lebar. Aku membawa tugas dari Yang MuliaKetua. Kau diperintahkan untuk menyedot tenagadalam dan kesaktian kakek ini! Laksanakan sajatugasmu! Jangan banyak bicara!Sri Paduka Ratu tertawa panjang. Sekalikakinya digerakkan, seperti terbang tubuhnyamelayang ke bawah dan tegak di halaman RumahTanpa Dosa, terpisah lima langkah di hadapanDewa Tuak dan Wakil Ketua.Aku mencium bau aneh di tubuh kakek ini.Wakil Ketua, harap kau menerangkan siapa diaadanya.Wakil Ketua tanggalkan kain putih penutupkepala orang yang tegak terbungkuk di sampingnya. Kelihatan satu wajah tua berambut putihdengan sepasang mata dalam keadaan terpejam.Julukannya Dewa Tuak. Kuberitahupun kautidak tahu apa-apa! jawab Wakil Ketua pula.Yang Mulia Sri Paduka Ratu menyeringai lalumelangkah mendekati Dewa Tuak yang masihberdiri terhuyung-huyung. Tiba-tiba kakek inibuka matanya yang sejak tadi terpejam. Begitumelihat siapa yang berdiri di depannya, duamatanya langsung dikedap-kedipkan.Aku harap tidak bermimpi. Tidak mendugabakal bertemu seorang manusia pocong betina ditempat ini! Ada mahkota di kepalamu! Ha... ha...ha! Kau pasti bukan mahluk sembarangan.Sayang wajahmu tertutup kain putih. Tapi akuyakin pasti wajahmu secantik bidadari. Ha... ha...ha!Yang Mulia Sri Paduka Ratu. Lekaslaksanakan tugasmu! Cepat sedot tenaga dalamdan kesaktiannya! Wakil Ketua sudah tidaksabaran.Eh, apa? Dewa Tuak angkat kepalanyasedikit. Tangan kiri digelungkan di belakang dauntelinga kiri. Lagaknya seperti orang maumendengar lebih jelas. Kalau mau menyedotjangan tenaga dalam dan kesaktianku. Aku relamemberikan bagian tubuhku yang lain untukdisedot! Kau pasti merasa enak! Aku juga enak!Sama-sama enaklah kita! Ha... ha... ha!Tua bangka kurang ajar! Sri Paduka Ratumemaki marah. Tangan kanan diangkat ke atas.Telapak membuka, lima jari menekuk sepertimencengkeram. Cahaya kuning kemudian munculdi lima jari. Ketika tangan itu diputar ke kananlalu disusul dengan gerakan seperti membetot,Dewa Tuak menjerit keras. Tubuhnya yang tadimembungkuk bergoncang keras. Dari mulutnyamenyembur darah segar!Ratu! Jangan berlaku tolol! Kau mau membunuh kakek ini sebelum melaksanakan perintahYang Mulia Ketua? berteriak Wakil Ketua.Diam! bentak Sang Ratu. Aku tahu apa yangaku lakukan!Lalu Sri Paduka Ratu pegang kuat-kuat bahukanan Dewa Tuak dengan tangan kiri sementaratelapak tangan diletakkan di atas batok kepala sikakek.Kasihan Dewa Tuak. Bukan saja seluruhtenaga dalam serta kesaktiannya akan tersedotmasuk ke dalam tubuh Sri Paduka Ratu, tapinyawanyapun tidak akan tertolong.Begitu Sri Paduka Ratu meletakkan telapaktangan kanan di atas kepala Dewa Tuak, WakilKetua cepat beranjak dan kini dia sengaja tegak disamping sang Ratu, sedikit ke belakang, terpisahkurang dari dua langkah. Dua jari tangannya yangsebagian tertutup di balik lengan jubah, diamdiambergerak lurus dalam sikap siap untukmenotok. Siapa yang akan ditotoknya? Jelasbukan Dewa Tuak!TANGAN kanan Sri Paduka Ratu yang beradadi atas ubun-ubun kepala Dewa Tuaktampak bergetar pertanda dia mulaimelakukan penyedotan tenaga dalam dankesaktian si kakek. Sangat cepat getaran menjalarke tubuh korban.Dess! Dess! Dess!Asap tipis kelabu mengepul dari batok kepala sikakek. Kalau sewaktu menyedot tenaga dalam dankesaktian Hantu Muka Dua kelihatan ada cahayabiru di kaki mahluk dari Latanahsilam itu danterus menjalar ke atas, maka pada diri Dewa Tuakyang kelihatan adalah cahaya putih. Ini pertandabahwa tenaga dalam dan kesaktian yang dimilikinya adalah murni dari golongan putih.Pada saat sangat genting, yaitu ketika cahayaputih di kaki Dewa Tuak kelihatan mulai bergeraknaik ke atas, tiba-tiba empat bayangan berkelebatdari arah utara halaman Rumah Tanpa Dosa.Menyusul seruan nyaring suara perempuan.Mahluk alam roh! Hentikan perbuatanterkutukmu!Bersamaan dengan itu empat gelombang anginmenderu ke arah Yang Mulia Sri Paduka Ratu,membuatnya terkejut, menjerit keras. Cepat diatarik tangan kanannya dari atas kepala DewaTuak lalu melompat mundur. Walau semuagerakan itu dilakukan dengan sangat cepat namunempat gelombang angin masih sempat menyerempetnya. Untuk kedua kalinya sang Ratu menjeritkeras. Kali ini bukan jeritan kaget, tapi Jeritanpenuh marah.Empat gelombang angin yang menghantamtubuhnya berasal dari pukulan tangan kosongjarak jauh mengandung tenaga dalam tinggi sertailmu kesaktian bukan sembarangan.Blaar! Blaar! Blaar! Blaar!Jangankan tubuh manusia, tembok batusekalipun pasti ambruk berkeping-keping. Tetapiluar biasa, Sri Paduka Ratu hanya tergontaigontai.Itupun cuma seketika. Apa yang terjadi?Sesaat sebelum empat pukulan sakti jarak jauhmenghantam, serangkum cahaya kuning munculmelindungi dirinya mulai dari kepala sampai kaki.Hantaman empat angin pukulan sakti hanyamenimbulkan suara dentangan aneh.Jahanam berani mati! Siapa kalian? YangMulia Sri Paduka Ratu berteriak marah. Duatangan di balik jubah putih dipukulkan ke depan.Lekas menyingkir! Seseorang berteriak.Selamatkan Dewa Tuak! Ada suara lain ikutberseru.Wutttt! Wuttt!Dua larik angin dahsyat memancarkan cahayakuning panas berkiblat. Namun empat orang yanghendak dijadikan bangkai gosong tak ada lagi ditempat semula. Bahkan Dewa Tuak yang tadi adadi dekat mereka ikut lenyap! Dua gelombang anginkuning menderu jauh memapas udara kosong lalumenghantam pinggiran lembah. Bebatuan di tubirlembah sebelah atas hancur bertaburan, berubahmenjadi bara menyala. Tanah dan pasir beterbangan ke udara.Memandang berkeliling, dua belas langkah disebelah kiri, Sri Paduka Ratu melihat Dewa Tuakberada dalam gendongan seorang pemuda berambut gondrong. Sepasang mata Sri Paduka Ratumenyipit, kening mengerenyit. Saat itu si pemudatengah menurunkan kakek yang digendongnya ketanah. Dewa Tuak tegak terbungkuk sambilpegangi dadanya yang mendenyut sakit. Nodadarah membasahi bagian depan jubah putih yangdikenakannya. Sepasang mata si kakek berputar.Pandangannya berhenti pada sosok Naga Kuningyang tegak sambil memegang bumbung bambu.Dua bola mata si kakek membesar. Mulut menganga, tenggorokan turun naik.Bocah! Bumbung bambu itu! Kau dapat dimana? Rasa-rasanya. Ah, aku jadi haus! Si kakeklalu duduk menjelepok di tanah. Kepala didongakkan. Dua tangan diangkat ke atas. Menggantungdi udara. Satu di atas kening, satu di dekat mulut.Kalau sudah begitu biasanya tenggorokan si kakekakan mengeluarkan suara gluk, gluk, gluk, sepertimelahap minuman benaran. Tapi sekali ini hal itutidak terjadi. Malah perlahan-lahan dia turunkandua tangan. Apa nikmatnya minum bohonganterus-terusan, kata si kakek perlahan laluberpaling pada Naga Kuning, menatap ke arahbumbung bambu. Bocah jabrik! Berikan bumbung bambu itu padaku!Naga Kuning jadi bingung.Gondoruwo Patah Hati berkata, Lekasserahkan. Mengapa kau diam saja?Aku...Kakek itu seperti kurang waras. Siapa tahukalau memegang bumbung bambu ingatannyakembali pulih. Kita butuh dia. Sebentar lagitempat ini bakal jadi ajang sabung nyawa.Tapi, Nek. Kau, kau tidak tahu...Tidak sabaran Gondoruwo Patah Hati rampasbumbung bambu dari tangan Naga Kuning. Saatitu dia merasakan kalau dalam tabung ada cairan.Eh, setahuku waktu kau temukan bumbungini kosong. Mengapa sekarang ada cairannya? Adakain penyumpal? si nenek menatap Naga Kuning.Sudah, kalau kau ingin menyerahkannya padaDewa Tuak. Serahkan saja... kata Naga Kuningpula. Lalu dalam hati bocah konyol ini berkataGila! Kalau di luar sadar Dewa Tuak sampaimenenggak isi bumbung itu dan satu ketika diatahu apa sebenarnya isinya, aku bisa celaka...Dewa Tuak tertawa penuh gembira ketikamenyambuti bumbung bambu yang diserahkanGondoruwo Patah Hati. Untuk beberapa lamanyabumbung itu diletakkan di pangkuan dan diusapusap.Wiro yang berdiri di sebelah Bunga berbisik,Manusia pocong betina itu, luar biasa sekali. Diamampu menahan empat hantaman kita sekaligus!Agaknya benar ucapan orang di luaran. Sekalimasuk ke dalam lorong kematian, tidak ada jalankeluar hidup-hidup.Wiro, apa kau sudah mati semangat?Wiro terdiam. Matanya memperhatikan robekandi perut jubah putih Yang Mulia Sri Paduka Ratu.Bunga, kau lihat robekan di bagian perutmanusia pocong itu? Hantu Muka Dua tidakbohong. Ketika bertemu mahluk pocong ini diamelihat sesuatu di dalam perutnya, berusahamengambil tapi hanya sanggup menggapai robekjubahnya...Tadi aku sempat mencoba melihat tembus.Memang ada sesuatu di dalam perutnya. Tapi akucuma melihat samar. Sewaktu aku paksakanmataku terasa sangat perih. Sebelum satukekuatan hebat melabrakku aku hentikan melihattembus...Coba aku periksa, kata Wiro pula. Lalu diakerahkan Ilmu Menembus Pandang yang didapatnya dari Ratu Duyung.Wiro, jangan! Kau bisa celaka! mengingatkanBunga. Tapi terlambat, Wiro telah keburumengerahkan ilmu melihat tembus pandang kedalam perut Sri Paduka Ratu.Bunga, aku... aku bisa melihat lebih jelas. Itugulungan Pedang Naga... Ah! Satu kekuatan takterlihat tiba-tiba muncul menerpa Pendekar 212.Wiro terjajar lalu terjengkang di tanah. Kepalabergetar sakit seperti mau rengkah! Mata terasasangat perih. Dia coba menggosok. Ketika matanyadibuka kembali dia tersentak kaget. Dia hanyamelihat kegelapan. Celaka! Aku tak bisa melihatapa-apa! Buta! Aku buta!Yang Mulia Sri Paduka Ratu tertawa panjang.Bunga cepat dekati Wiro. Mengusap keduamatanya dengan tangan kiri. Cepat berdiri. Kauhanya buta sementara. Kerahkan hawa sakti padadua matamu. Sesaat lagi penglihatanmu akanpulih!Apa yang dikatakan Bunga benar adanya.Hanya selang beberapa ketika setelah dia mengerahkan tenaga dalam dan aliran hawa sakti padakedua matanya, dia sudah mampu melihat sepertisemula. Gila... ucap Wiro sambil mengusapkeningnya yang keringatan.Bunga, kita menghadapi satu kekuatan yangsulit ditandingi...Aku sudah tahu jauh sebelumnya. Aku sudahbilang padamu. Kekuatan alam gaib itu berpusatdi rumah putih. Di dalam rumah putih penghuninya adalah manusia pocong perempuan ini.Seperti diriku dia datang dari alam roh. Namundia datang dibekali kesesatan. Dialah sumber danpusat segala kekuatan ilmu kesaktian di tempatini. Tapi dia berada di bawah kendali seseorang.Hampir pasti si pengendali adalah Ketua BarisanManusia Pocong. Selain itu ingat, kita harusmenemukan satu batu pipih hitam. Dugaankubenda itu berada di tangan penguasa lorongkematian. Jika batu tidak berhasil dirampas,kejahatan yang sama dapat terulang kembali.Mana dia sang ketua. Aku belum melihatbatang hidungnya...Mungkin dia tidak akan pernah muncul. Diacukup mengendalikan Sang Ratu untuk menghabisi kita. Sebelum itu terjadi kita harus sanggupmenghancurkan kekuatannya. Kekuatan ituhanya bisa dihancurkan jika kau menikahi manusia pocong yang disebut Yang Mulia Sri PadukaRatu. Kita tak punya waktu banyak. Ikuti aku!Bunga lalu menarik tangan Wiro, melangkah kehadapan Yang Mulia Sri Paduka Ratu. Wakil Ketuayang berada di dekat tempat itu cepat menghadang. Sepasang mata berkilat pada Wiro Sableng.Wiro bal