1401_teknis analisis pembangunan wilayah pesisi dan lautan

Upload: dellaayulestari

Post on 05-Jul-2018

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/16/2019 1401_Teknis Analisis Pembangunan Wilayah Pesisi Dan Lautan

    1/88

  • 8/16/2019 1401_Teknis Analisis Pembangunan Wilayah Pesisi Dan Lautan

    2/88

    (1)

    (2)

    Undang-Undang

    No.

    7

    Tahun

    1987

    tentang

    HAK

    CIPTA

    Pasal

    44

    Barangsiapa

    dengan sengaja dan tanpa

    hak

    mengumum-

    kan

    atau memperbanyak

    suatu ciptaan atau memberi

    izin

    untuk

    itu,

    dipidana dengan

    pidana

    penjara

    paling

    lama

    7

    (tujuh)

    tahun

    dan/atau denda

    paling

    banyak

    Rp

    100.000.000,00

    (seratus

    juta

    rupiah).

    Barangsiapa

    dengan sengaja

    menyiarkan, memamerkan,

    mengedarkan,

    atau

    meniual kepada

    umum

    suatu

    ciptaan atau

    barang

    hasil

    pelanggaran

    Hak Cipta

    sebagaimana

    dimak-

    sud dalam ayat

    (

    I

    ),

    dipidana dengan

    pidana penjara

    paling

    lama 5

    (lima)

    tahun danlatau denda

    paling

    banyak

    Rp 50.000.000,00

    (lima puluh

    juta

    rupiah).

    TEKNIK

    ANALISIS

    PEMBANGUNAN

    WILAYAH

    PESISIR

    DAN

    LAUTAN

    Oleh

    Dr. Ir. Sugeng

    Budiharsono

    Cetakan

    Pertama

    PRADNYA

    JAKA

    PARAMITA

    RTA

    PT

  • 8/16/2019 1401_Teknis Analisis Pembangunan Wilayah Pesisi Dan Lautan

    3/88

    lv

    Perpustakaan

    Nasional:

    katalog

    dctlqm

    terbitan

    (KDT)

    Budiharsono,

    Sugeng

    Teknik analisis pembangunan

    wilayah pesisir

    dan lautan /

    oleh

    Sugeng

    Budiharsono.

    --

    Cet.

    l.

    --

    Jakarta

    :

    Pradnya

    Paramita,

    2001.

    xvi,

    160

    hal.:23

    cm

    ISBN

    979-408-460-3

    1. Oseanografi.

    I.

    Judul.

    551.46

    TEKNIK ANALISIS

    PEMBANGUNGAN

    WILAYAH

    PESISIR DAN

    LAUTAN

    OIeh

    : Dr.

    Ir.

    Sugeng

    Budiharsono

    @ Hak Cipta dilindungi oleh

    undang-undang

    MENTERI

    KELAUTAN

    DAN PERIKANAN

    REPUBLIK

    INDONESIA

    KATA

    PENGANTAR

    Berbicara mengenai

    wilayah kelautan

    tentunya

    tidak dapat

    dilepaskan

    dari

    Kon-

    vensi PBB

    tentang

    Hukum Laut.

    Sebab dari situlah

    sebenarnya tonggak

    sejarah

    Negara Kepulauan

    telah memberikan Dasar

    Hukum Internasional

    yang

    kuat

    dalam

    upaya

    Indonesia

    menteritorialkan kesatuan

    dan

    persatuan

    nasional.

    Penerapan

    prinsip-prinsip

    Negara

    Kepulauan

    dan

    Laut Wilayah

    atau

    Laut

    Teritorial

    selebar

    l2 mil

    di

    luar /

    di sekeliling perairan

    Nusantara

    telah

    membuat

    luas

    wilayah Indo-

    nesia

    menjadi

    sekitar

    5.000.000 km2

    sejak

    tahun

    1957.

    Selain

    itu,

    diterapkannya prinsip-prinsip

    200

    mil

    Zona

    Ekonomi

    Eksklusif

    (ZEE)

    dan

    Landas

    Kontinen

    di

    luar Perairan

    Nusantara

    dan Laut Wilayah

    Indonesia, telah

    menambah pula

    hak-hak

    berdaulat Indonesia atas

    sumber

    daya

    alam maupun

    juris-

    diksi

    atas

    perlindungan lingkungan,

    pelaksanaan

    penelitian ilmiah kelautan,

    pem-

    bangunan

    anjungan,

    instalasi dan pulau-pulau

    buatan di

    laut

    dengan

    kira-kira

    3.000.000 km2

    lagi.

    Ketentuan

    baru

    Hukum

    Laut

    Internasional itu telah

    memberi-

    kan wewenang

    kepada

    Indonesia

    untuk

    menguasai kira-kira.8.000.000

    km2 dari

    kekayaan

    alam

    di

    permukaan

    bumi

    ini.

    Buku

    yang

    diberijudul

    "Teknik

    Analisis

    Pembangunan Wilayah

    Pesisir dan Laut-

    an" ini secara

    mendasar

    menguraikan teknik

    analisis bagi

    perencanaan

    dan

    evalu-

    asi

    untuk

    pembangunan

    wilayah

    pesisir

    dan lautan

    dengan

    pendekatan

    kewilayahan

    dan diperuntukkan

    bagi

    para

    peminat

    mendalami ilmu pembangunan

    wilayah.

    Saya

    merasa

    senang

    dan

    menyambut

    baik

    prakarsa

    dari

    saudara Sugeng Budiharsono

    melalui studi mendalam

    telah berhasil memaparkan

    tentang ilmu

    pembangunan

    wilayah

    dan

    model-model

    analisisnya

    untuk mengkaji pembangunan

    wilayah pe-

    sisir

    dan lautan.

    Terbitnya

    buku ini

    akan

    menambah

    kekayaan pengetahuan

    dalam khasanah

    pendi-

    dikan

    berlatarbelakang

    kemajemukan

    etnik

    dan

    latar belakang sosial-budaya

    yang

    berbeda. Saya berharap,

    semoga

    buku

    semacam

    ini bertambah

    dan berkembang

    di

    masyarakat kita

    dalam

    rangka mendukung

    kebijakan pengembangan

    sektor

    kela-

    utan dan

    perikanan

    di Indonesia.

    A

    )*-

    \

    Diterbitkan

    oleh

    Cetakan Pertama

    Setting/Layout

    Dicetak Oleh

    PT Pradnya

    Paramita

    JalanBungaS-8A

    Jakarta

    13140

    2001

    Karya Grafis

    Digital (KARISTA),

    Jakarta

    PT

    Pcrtja

    ,$?

    t

    Akhirnya

    saya ucapkan

    selamat dan

    sukses

    atas terbitnya

    buku

    nrrdjr

  • 8/16/2019 1401_Teknis Analisis Pembangunan Wilayah Pesisi Dan Lautan

    4/88

    Puji syukur

    penulis

    panjatkan

    ke

    hadirat

    Allah

    SWT

    yang

    telah

    memberikan

    rahmat

    dan hidayahNya,

    sehingga

    penulis

    dapat menyelesaikan

    buku

    ini.

    Buku

    ini

    terdiri

    dari

    dua

    bagian. Bagian pertama

    menguraikan

    mengenai

    pengertian

    dan

    urgensinya

    ilmu

    pembangunan

    wilayah

    dalam pembangunan

    wilayah

    pesisir

    dan lautan, konsep

    ruang

    dan

    wilayah,

    dan teori

    lokasi.

    Sedangkan

    bagian kedua

    menguraikan

    teknik

    analisis yang

    digunakan

    dalam pembangunan

    wilayah pesisir

    dan

    lautan

    untuk

    membantu memformulasikan

    kebijakan

    maupun

    evaluasi

    pelak-

    sanaan

    kebijakan. Teknik

    analisis

    yang

    dibahas

    adalah:

    Model

    Ekonomi

    Basis,

    Model

    Input-Ouput,

    Program

    Linier, Program Tujuan

    Ganda,

    Biaya

    Sumberdaya

    Domestik,

    Analisis

    Shift

    Share, Sosiogram

    dan Skalogram

    dan Evaluasi

    proses

    Pembangunan

    Wilayah

    Pesisir dan Lautan.

    Buku

    ini

    diperuntukan

    bagi

    mereka

    yang

    berminat

    mendalami

    ilmu-ilmu pem-

    bangunan

    wilayah,

    tidak terbatas

    pada

    mereka

    yang

    merupakan pelaku

    dan

    peminat

    pembangunan

    wilayah

    pesisir

    dan

    lautan.

    Sehingga

    dalam memberikan

    teladan,

    bu-

    kan hanya persoalan

    wilayah

    pesisir'dan

    lautan

    yang

    dibahas, namun

    juga

    persoal-

    an-persoalan

    kewilayahan

    lainnya.

    Bagi mahasiswa

    S1,

    52

    dan

    53,

    buku

    ini

    di-

    harapkan

    dapat membantu

    untuk memahami

    ilmu pembangunan

    wilayah

    dan

    model-

    model

    analisisnya

    untuk

    mengkaji pembangunan

    wilayah

    pesisir

    dan lautan.

    Pada

    kesempatan

    ini

    penulis

    mengucapkan

    terima kasih

    kepada

    semua

    pihak

    yang

    telah membantu

    terwujudnya

    buku

    ini,

    khususnya

    saudari

    Januwita

    yang

    telah

    membantu

    dalam

    pengetikan

    naskah

    buku ini.

    Akhirnya

    penulis

    berharap

    agar buku

    ini bermanfaat

    bagi

    pembaca

    yang

    berminat

    mendalami

    pembangunan

    wilayah

    pesisir

    dan lautan.

    Bogor,

    Mei

    2001

  • 8/16/2019 1401_Teknis Analisis Pembangunan Wilayah Pesisi Dan Lautan

    5/88

    vlll

    Untuk:

    Mimi,

    Bapak,

    istriku Maria

    dan anak-anakku:

    Nabilah,

    Gina,

    Hal.

    Saif

    dan Serena

    KATA PENGANTAR MENTERI

    KELAUTAN DAN PERIKANAN

    ........

    KATA

    PENGANTAR

    .................

    DAFTAR

    ISI

    ...............

    DAFTAR

    TABEL........

    DAFTARGAMBAR

    Bab I PENDAHULUAN

    I

    I

    J

    l.

    Peran

    Sektor

    Kelautan

    dalam Pembangunan ..........

    2. Unsur-unsur Sektor

    Kelautan

    3.

    Peluang, Tantangan dan

    Kendala

    Pengembangan Sektor

    Kelautan

    Bab2

    PENGERTIAN

    DAN PERANAN

    ILMU

    PEMBANGUNAN

    WIT,AYAH

    L

    Ilmu Pembangunan

    Wilayah

    ................

    2.

    Peranan Ilmu Pembangunan Wilayah ................

    Bab 3

    KONSEP

    RUANG

    DAN

    WILAYAH

    l.

    Konsep

    Ruang 13

    2. Konsep Wilayah

    14

    2.1 Wilayah Homogen

    14

    2.2

    Wilayah

    Nodal

    (Nodal

    Region) 15

    2.3

    Wilayah

    Administratif

    15

    2.4 Wilayah

    Perencanaan

    16

    3

    .

    Wilayah

    Pesisir dan

    Lautan

    16

    Bab4

    TEORILOKASI

    1. Faktorlokasi

    22

    2.

    Teori Lokasi

    Industri

    23

    2.1 Pendekatan

    Biaya

    Terkecil..................

    23

    2.2

    Pendekatan

    Daerah

    Pemasaran

    25

    2.3

    Pendekatan

    Keuntungan Maksimum.. 26

    llab

    5

    MODEL EKONOMI BASIS

    29

    I. Penentuan

    Sektor

    Basis ............ 29

    2.

    Modcl likonomi

    l]asis

    Tiebout

    32

    2.1 l'crrggirnda l)crrdupllan

    Jangka

    ['endek 32

    2.)

    Arr:rlisis.lirttgkit

    l'itniirttg

    34

    ?

    1

    l'ctt;',;',ttttrlit

    'l'ettttgit

    Kcriu '

    15

    ).,1

    , lerlurrrhulrnrr

    Kcreurlxlnn Korin

    ..... .... .lJ

    vii

    ix

    xii

    xv

    7

    7

    8

    l3

    l9

  • 8/16/2019 1401_Teknis Analisis Pembangunan Wilayah Pesisi Dan Lautan

    6/88

    3.

    Teladan

    3.1

    Perhitungan Location

    Quotient

    (LQ)

    ............

    3.2

    Pengganda Pendapatan

    Sektor

    Kelapa

    3.3

    Analisis

    Jangka

    Pendek

    3.4 Analisis

    Jangka Panjang

    3.5 PertumbuhanPendapatan Wilayah

    Bab6

    MODELINPUT-OUTPUT.............

    l.

    Pemilihan

    Model

    Perencanaan

    2.

    Model Umum

    2.1 KoefisienInput............

    2.2

    Keterkaitan Langsung

    ke Depan

    2.3 Keterkaitan

    Langsung ke

    Belakang

    2.4 Keterkaitan Langsung

    dan

    Tidak

    Langsung

    ke Depan .

    2.5 Keterkaitan

    Lansung dan Tidak Langsung

    ke

    Belakang

    2.6

    Koefisien

    Penyebaran

    2.7 KepekaanPenyebaran

    2.8

    Pengganda

    Pendapatan

    2.9 Pengganda Tenaga Kerja ...........

    2.10

    Pengganda

    Ouput

    Sederhana

    2.1 I

    Pengganda

    Output Total

    ............

    Model

    Kebutuhan Lahan..........

    ModelEkonomi

    Ekologi

    Teladan

    5.1

    PenggandaPendapatan Sederhana

    5.2 Pengganda Pendapatan

    Tipe

    I..........

    5.3

    Pengganda Pendapatan Total

    ...........

    5.4 Pengganda Pendapatan

    Tipe

    II

    5.5 Keterkaitan Langsung

    ke Depan

    5.6

    Keterkaitan Langsung

    ke

    Belakang

    5.7

    Keterkaitan

    Langsung dan Tidak Langsung ke

    Depan

    .

    5.8

    Keterkaitan

    Langsung dan

    Tidak

    Langsung ke Belakang

    5.9 Kepekaan Penyebaran

    5. I 0 Koefisien

    Penyebaran .................

    5.1

    I Pengganda Tenaga Kerja ...........

    5.12

    Pengganda

    Output

    Teknik

    Non-Survai

    untuk

    Membangun Tabel I-O

    Wilayah

    ..

    6.1

    Metode Kuosien Lokasi

    Sederhana

    (KLS)....................

    6.2

    Metode

    Kuosien Lokasi

    yang

    Dibeli

    Saja

    (KLDS).......

    6.3

    Metode Kuosien

    Industri

    Silang

    (KIS).

    6.4

    Metode

    Gabungan

    Penawaran-Permintaan

    (GPP)

    .. . ..

    6.5

    Modifikasi

    Metode GPP.............

    6.6 Teladan

    35

    36

    31

    JI

    38

    38

    43

    43

    J.

    4.

    5.

    54

    55

    56

    51

    58

    59

    60

    44

    48

    49

    49

    50

    50

    50

    5l

    5l

    53

    53

    54

    6l

    6l

    6l

    62

    62

    63

    63

    65

    66

    67

    69

    69

    70

    70

    70

    6.

    Bab 7 PROGRAM LINIER

    7

    |

    Metode

    Analisis

    2.1

    Penyelesaian

    dengan

    Analisis

    Grafik

    2.2 Metode

    Simpleks......

    2.3 Pengolahan

    dengan

    Komputer

    Analisis Dual

    ............

    3.1

    Model

    Umum

    3.2 Teladan 1...................

    3.3

    Teladan

    2

    ..................

    3.4

    Interpretasi dari Analisis

    Primal

    dual .............

    3.5 Teladan

    3

    ..................

    Bab

    8

    PROGRAM

    TUJUAN GANDA

    1.

    Model

    Umum

    Program

    Tujuan

    Ganda Tanpa

    Prioritas

    ........

    l.l

    Fungsi

    Kendala

    1.2

    Fungsi

    Tujuan

    1.3 Metode Analisis

    2. Model

    Umum Program

    Tujuan

    Ganda dengan

    Prioritas.......

    2.1 Metode Analisis

    3. Teladan

    3.1

    Teladan

    I

    ...................

    3.2

    Teladan

    2.........,........

    2.

    J.

    xt

    74

    74

    78

    83

    84

    85

    86

    87

    88

    88

    91

    9l

    92

    96

    99

    Bab 9 BIAYA

    SUMBER DAYA

    DOMESTIK

    ...................

    I

    I

    I

    L

    2.

    l0l

    102

    105

    105

    108

    lll

    lr3

    I 13

    Rumus dasar

    Biava

    Sumber dava

    Domestik

    Teladan

    2.1

    Permasalahan

    2.2 Langkah-langkah Perhitungan BSD I

    13

    Bab l0

    ANALISIS

    5H1FTSHAR8.................

    ...................... 123

    1. Model Analisis

    Shift

    Share... 123

    2. Teladan 126

    2.1

    Teladan

    1...................

    126

    2.2

    Teladan

    2..................

    134

    Bab 1l

    PERENCANAAN

    PUSAT PELAYANAN

    ...................................

    137

    l. Metode Skalogram

    139

    2.

    Metode

    Sosiogram

    139

    3.

    Teladan 140

    3.1 Skalogram 140

    3.2 Sosiogram l4l

    Ilrrh l2 liVALtlnSl

    l'liN(;ULOLn AN WII.AYAH

    PESISIR ........

    .....

    143

    L Motk:l

    livitltrasi

    .) I

    r'littlitrt

    l)n

    lr

    I

    Alt

    l,l

    ts

    I

    n KA

    143

    147

    lJt

  • 8/16/2019 1401_Teknis Analisis Pembangunan Wilayah Pesisi Dan Lautan

    7/88

    No. Teks

    Hal.

    2.1

    Peranan

    Ilmu

    Pembangunan

    Wilayah

    pada Setiap

    Tingkat

    Wilayah

    l0

    5.1

    Nilai

    LQ

    Sektor Kelapa

    Kabupaten

    Selayar Berdasarkan

    Indikator

    Pendapatan 36

    5.2

    Nilai

    LQ Sektor

    Kelapa

    Kabupaten

    Selayar Berdasarkan

    Indikator

    Tenaga

    Kerja ...........

    37

    5.3

    Pengganda

    Pendapatan Jumlah

    Penduduk

    Sektor

    Kelapa di

    Kabupaten Selayar 1980

    -

    1985.............

    38

    5.4 Pengganda

    Pendapatan

    Wilayah

    Jangka

    Panjang

    Sektor

    Kelapa

    di

    Kabupaten Selayar 1980

    -

    1985.............

    39

    5.5

    Pertumbuhan Pendapatan

    Wilayah

    Jangka Pendek

    Tahun

    1980

    -

    1985............

    ........ 39

    5.6

    Pertumbuhan

    Pendapatan

    Wilayah

    Jangka

    Panjang

    Tahun

    1980

    -

    1985............

    ........

    40

    5.7

    5.8

    6.1

    6.2

    6.3

    6.4

    6.5

    7.1

    7.2

    7.3

    Pengganda Tenaga

    Kerja

    Sektor

    Kelapa

    41

    Pertumbuhan

    Tenaga

    Kerja

    Wilayah..................

    4l

    Model

    Baku Tabel Input

    Output

    46

    Struktur Dasar Model

    Ekonomi

    Ekologi

    55

    Struktur Lengkap

    ModelEkonomi

    Ekologi

    55

    Tabel Transaksi Barang dan

    Jasa.......

    57

    Total Output,

    Jumlah

    Tenaga

    Kerja

    dan

    Koefisien Tenaga

    Kerja

    per

    Sektor

    Keadaan PT.

    Alsaif Pratama ...........

    Beberapa

    Kombinasi

    antara

    X,

    dan

    X,

    Struktur

    Tabel Simpleks ................

    75

    77

    78

    7.4 l'crryclcsliirrrKclay:rkarrl)crrtlapatarr

    7.5

    Langkah Kcdua

    dalanr

    'l'abel

    Simpleks

    ................

    7.6

    Analisis

    Simpleks

    Permasalahan

    PT. Alsaif

    Pratama...........

    7 .7 Hasil Analisis

    Pengolahan

    Program

    Linier Teladan 3.

    I

    .

    I

    .

    dengan

    Program Kemasan Linier Programming

    88

    ................

    7.8 Aturan

    Umum

    Perumusan

    Permasalahan

    Program

    Linier ke

    dalam

    Bentuk Primer

    dan

    Dual

    7.9 Hasil Analisis Dual

    dengan

    Program Kemasan

    Linier

    Programming

    88................

    89

    7

    "10

    Peubah Pengambilan Keputusan

    untuk PembangunanTambak

    di Kecamatan Kapetakan

    dan Astana Japura,

    Kabupaten

    Cirebon...

    89

    8.1 Perbedaan

    Antara

    Program Tujuan

    Ganda dengan Program

    Linier

    .

    92

    8.2

    Penyelesaian

    Kelayakan

    Pendapatan

    100

    8.3

    Tahap

    Optima1.................

    ..

    100

    8.4

    Penyelesaian

    Kelayakan

    Pendapatan

    101

    8.5

    Tahap

    Optima1................. .,

    l0l

    8.6

    Peringkat Prioritas

    Target

    PT.

    Suara Merdu..........

    102

    8.7

    TabelSimpleks Teladan 3.1.1. ...........

    104

    8.8 Luas

    Lahan Pertanian dan Jumlah

    lenaga

    Kerja Setiap

    Kecamatan

    106

    8.9

    Target

    Penanaman,

    Kebutuhan

    Tenaga

    Kerja Hasil

    dan

    Harga

    .......

    Setiap Jenis

    Komoditas...

    106

    8.10

    Peubah Pengambilan

    Keputusan

    Persoalan

    Program Tujuan

    Ganda

    untuk

    Pembangunan

    Wilayah

    Pertanian Kabupaten

    Cirebon

    106

    8.1 I

    Penetapan

    Prioritas

    Tujuan/Target

    ..................

    108

    9.1 Produksi

    dan

    Struktur Fisik

    Usaha Tani

    Kedelai per Hektar pada

    Musim

    Tanam

    Tahun

    1986

    di

    Grobogan

    114

    9.2

    Harga Kedelai

    Impor

    di Pedagang

    Besar Semarang

    Tahun

    1986 ....

    I l5

    9.3

    Harga Ekonomi

    Untuk

    Pupuk

    Urea dan

    TSP di Kabupaten

    Grobogan

    116

    9.4

    Harga Finansial

    dan Harga Ekonomi Input

    dan

    Output,

    Tahun

    1986

    I

    l8

    xilt

    79

    8l

    82

    83

    85

  • 8/16/2019 1401_Teknis Analisis Pembangunan Wilayah Pesisi Dan Lautan

    8/88

    xtv

    9.5

    Alokasi Biaya

    Produksi

    ke Dalam

    Biaya

    Domestik

    dan

    Asing

    ........

    9.6

    Komponen

    Biaya

    Transformasi...........

    9.7

    Komponen

    Biaya

    Hand\ing...............

    9.8

    Penerimaan

    Finansial

    dan Penerimaan

    Ekonomi

    produksi

    Kedelai

    Petani

    di Kabupaten

    Grobogan

    Musim

    Tanam Tahun

    1986

    10.

    I

    Produk

    Domestik

    Regional

    Bruto

    Setiap

    Sektor

    untuk

    Setiap

    pro-

    '

    pinsi

    pada

    Tahun

    1983

    dan

    1987 pada

    Harga

    Konstanlg83

    10.2

    Nilai r,,

    \

    dan

    R

    ................

    10.3 Komponen

    Pertumbuhan

    Nasional

    dari Setiap

    Sektor

    10.4

    Komponen

    Pertumbuhan

    Proporsional

    Setiap

    propinsi

    dari

    Setiap

    Sektor

    10.5

    Komponen

    Pertumbuhan

    Pangsa

    Wilayah

    Setiap

    propinsi

    dari

    Setiap Sektor

    10.6

    Persentase

    untuk

    Komponen

    Pertumbuhan

    Nasional,

    pertumbuhan

    Proporsional

    dan

    Pertumbuhan

    Pangsa

    Wilayah

    10.7

    PDRB dan PDB,

    R,

    R.

    dan r

    10.8

    Komponen

    Pertumbuhan

    Wilayah

    I

    l.l Hasil

    Analisis

    Skalogram

    Fasilitas

    Sosial di

    Kecamatan

    pasar

    Rebo

    ...........

    12.l

    Tindak-tindak

    Penting

    yang

    Terkait

    dengan

    Langkah-langkah

    Daur

    Pengelolaan

    Wilayah

    Pesisir

    (Coastal

    Management)

    12.2 Evaluasi

    Proyek

    Pengelolaan

    wilayah

    pesisir

    dengan

    Dana

    bantuan

    Luar

    Negeri

    .

    t20

    l19

    120

    120

    t27

    128

    129

    r30

    l3l

    132

    r35

    r35

    142

    149

    t5l

    Nomor

    Teks

    l.l

    Unsur-unsur

    Sektor

    Kelautan

    2.1

    Empat

    Pilar

    Penopang Ilmu Pembangunan

    Wilayah

    2.2

    Enam

    Pilar

    Penopang Ilmu Pembangunan Wilayah

    .........................

    3.1

    Persepsi

    Manusia

    tentang Wilayah ..............................

    4.1 Beberapa

    Kemungkinan Lokasi

    Perusahaan

    sebelum mencapai

    Keadaan

    Seimbang

    4.2

    Segitiga

    Lokasi

    4.3 Diagram

    Smith dimana BR

    Beragam

    menurut

    Lokasi

    sedangkan

    PR

    Konstan

    4.4

    Kurva

    Permintaan Losch

    dan

    Kerucut

    Permintaan

    4.5

    Diagram Smith dimana

    PR Beragam menurut Lokasi

    dan

    BR

    Konstan

    4.6

    Biaya

    Rata-rata

    dan Penerimaan Rata-rata

    Beragam

    menurut

    Lokasi

    2'1

    7.1 Wilayah Kelayakan dari

    Persoalan Program

    Linier PT. Alsaif

    Pratama

    76

    7.2

    Titik

    Optimum

    Persoalan Program

    Linier

    PT.

    Alsaif

    Pratama.........

    77

    8.lKendalaKetidaktercapaianTujuanPenjualanUdang

    8.2

    Kendala Keterlewatan

    Tujuan

    Penjualan

    Udang

    95

    8.3

    Kendala Tujuan

    dengan

    Memperbolehkan

    Kedua Peubah

    Simpangan

    96

    l0.l Model

    Analisis

    Shift

    Share

    124

    10.2

    Profil Pertumbuhan PDRB

    Setiap

    Propinsi

    padaTahun

    1983

    -

    1987

    133

    Hal.

    4

    8

    8

    l4

    20

    24

    25

    26

    27

  • 8/16/2019 1401_Teknis Analisis Pembangunan Wilayah Pesisi Dan Lautan

    9/88

    xvt

    ll.l

    Sosiogram

    Pelayanan

    Kcschatan

    di Empat

    Kecamatan

    Kodya

    Padang

    Sumatera

    Barat............

    12.l

    Perubahan

    Paradigma

    pembangunan

    Wilayah

    pesisir

    dan Lautan...

    12.2

    Siklus

    Pengelolaan

    wilayah

    pesisir

    Terpadu

    Secara

    Berkelanjutan

    12.3

    Siklus

    Pengelolaan

    wilayah

    pesisir

    Terpadu

    Secara

    Berkelanjutan

    Modifikasi

    dari

    Olsen

    et al. .........

    l4t

    145

    146

    146

    BAB

    1

    l.

    Peran Sektor

    Kelautan

    dalam

    Pembangunan

    Sektor kelautan

    mulai

    diperhatikan

    oleh

    pemerintah

    Indonesia

    dalam pemba-

    ngunan,

    sejak PELITA

    Vl rejim

    orde Baru.

    Sejak kemerdekaan

    sampai awal

    pE-

    LITA vI

    tersebut,

    pemerintah

    lebih

    memperhatikan

    eksploitasi

    sumberdaya

    darat-

    an, karena

    pada

    masa

    tersebut

    daratan

    masih

    mempunyai

    potensi yang

    sangat be-

    sar,

    baik

    sumberdaya mineral maupun

    sumberdaya

    hayati,

    seperti

    hutan.

    Namun

    setelah hutan

    ditebang habis

    dan sumber

    minyak

    dan

    gas

    bumi

    baru

    sulit

    ditemu-

    kan

    di

    daratan,

    pemerintah

    orde

    Baru mulai

    berpaling

    kepada

    sektor

    kelautan.

    Pemerintahan Abdurrahman

    wahid menyadari

    mengenai

    pentingnya

    sumber-

    daya kelautan, terutama

    dalam mengatasi krisis

    ekonomi

    yang

    mulai

    berlangsung

    sejak

    keruntuhan

    pemerintahan

    orde

    Baru,

    sebagai

    sumber

    pertumbuhan

    ekonomi

    yang baru.

    Perhatian

    tersebut diaktualisasikan

    dengan

    dibentuknya

    Departemen

    Eksplorasi

    Kelautan

    dan Perikanan.

    Dengan

    adanya

    departemen

    tersebut, diharap-

    kan potensi

    kelautan

    Indonesia

    yang

    sangat

    besar, baik

    sumberdaya

    hayati,

    sum-

    berdaya

    nirhayati

    maupun

    jasa

    kelautan,

    dapat dimanfaatkan

    secara

    optimal.

    Potensi

    kelautan

    Indonesia

    sangat

    besar

    dan

    beragam,

    yakni

    memiliki

    17.50g

    pulau

    dengan

    garis

    pantai

    sepanjang

    81.000 km

    dan

    5,8juta

    km2

    laut

    atau

    sebesar

    70

    persen

    dari

    luas

    total

    Indonesia.

    Potensi

    tersebut

    tercermin

    dengan

    besarnya

    keanekaragaman

    hayati.

    potensi

    budidaya

    perikanan

    pantai

    dan

    laut

    dan

    pariwisa-

    ta

    bahari.

    Komisi

    Nasional Pengkajian

    Sumberdaya

    Perikanan Laut

    (1998)

    melaporkan

    bahwa potensi

    lestari

    sumberdaya

    perikanan

    laut Indonesia

    adalah

    sebesar

    6.167 .940

    ton

    per

    tahun

    dengan

    porsi terbesar

    dari

    jenis

    ikan

    pelagis

    kecil

    yaitu

    sebesar

    3.235.500

    tonpertahunatausebesar52,54persen,jenisikandemersal

    1.7g6.350

    ton per

    tahun

    atau

    28,96

    persen

    dan

    perikanan

    pelagis

    besar sebesar

    975.050

    ton

    atau

    sebesar 15,81

    persen.

    Komoditi

    perikanan

    yang

    bernilai

    tinggi

    lainnya,

    se-

    perti

    kepiting

    bakau

    dan

    rajungan.

    secara

    geografis

    dapat ditemui

    di seluruh

    per-

    airan Indonesia.

    Selain

    ikan,

    jenis-jenis

    rumput

    laut

    yang

    dapat

    dimanfaatkan

    baik

    untuk

    kosmetik

    maupun

    obat-obatan banyak

    ditemui

    di

    hampir

    seluruh

    perairan

    Indonesia. Potensi lahan

    untuk budidaya

    rumput

    laut

    mencapai

    260.700

    hektar

    yang

    tersebar

    di

    seluruh

    Indonesia.

    Potensi

    lahan untuk pengembangan

    tambak

    mencapai

    830.200

    hektar

    dengan

    580.000 hektar berada

    di Irian

    Jaya.

    Komoditi yang

    saat

    ini

    banyak

    dibudidayakan

    adalah udang

    dan bandeng.

    Sedangkan untuk

    budidaya

    laut,

    areal

    yang

    dapat

    di-

    )

    'telnlk

    ,lnrtlt:t.t

    I'r.nth,iltstttuttt

    ll

    rlrtttrlt l,t,\t\il

    tltilt tiltltilt

  • 8/16/2019 1401_Teknis Analisis Pembangunan Wilayah Pesisi Dan Lautan

    10/88

    I

    kctnbangkan

    masih

    sangat luas.

    Kotttoditi pcrikarran

    yang

    dikenlbangkarr

    sil:lt

    il)i

    adalah

    mutiara,

    kerang-kerangan,

    kerapu, teripang

    dan lain

    sebagainya.

    Pantai

    Indonesia yang

    merupakan

    terpanjang

    kedua

    di dunia

    setelah

    Kanada

    dan

    banyaknya

    pulau-pulau

    kecil yang

    indah

    serta kondisi

    iklim

    tropis

    dimana

    matahari

    bersinar

    sepanjang

    hari

    dan

    potensi

    kelautan

    Indonesia

    yang

    beragam

    sepe(i banyaknya ikan

    hias,

    terumbu

    karang

    dan mangrove

    yang

    terluas

    di dunia

    merupakan modal

    dasar

    yang

    sangat

    besar

    bagi

    pengembangan

    pariwisata

    bahari.

    Di

    samping

    itu

    adanya

    kecenderungan

    orang

    untuk

    kembali

    ke

    aram, mernungkin-

    kan

    pengembanlan

    pariwisata

    yang

    berbasis

    alam

    untuk

    dikembangkan

    rebih baik

    lagi.

    Letak geografis

    Indonesia yang merupakan

    negara

    kepulauan dan lintasan ka-

    pal

    laut

    internasional,

    nrenyebabkan potensi jasa

    perhubungan

    laut.iuga

    besar.

    Perhubungan

    laut antar pulau

    baik

    untuk

    angkutan penumpang

    maupun

    barang

    berpotensi sangat besar

    mengingat

    jumlah

    penduduk

    Indonesia

    yang

    besar. Demi-

    kian

    juga

    dengan

    semakin

    meningkatnya

    produksi

    dan

    konsumsi yang

    dicerminkan

    oleh

    ekspor dan

    impor

    barang

    merupakan

    potensi

    perhubungan

    laut

    yang

    besar.

    Potensi yang

    besar

    dalam

    perhubungan

    laut

    berkait dengan industri

    maritimnya.

    Untuk

    pengangkutan

    barang

    dan

    penumpang

    diperlukan

    banyak kapal

    dan

    jasa

    perbaikannya.

    Di

    samping itu eksploitasi

    nrinyak

    dan

    gas

    burni

    lepas

    pantai

    meru-

    pakan potensi

    yang

    besar

    bagi

    pengembangan

    industri

    bangunan

    lepas

    pantai.

    Demikian

    juga

    besarnya

    produk

    perikanan

    merupakan potensi

    yang

    besar untuk

    pengembangan

    industri pengolahan

    produk

    perikanan.

    Letak

    geologis Indonesia yang merupakan pertemuan

    beberapa

    lernpeng

    tektonis,

    memiliki

    potensi

    minyak

    dan

    gas

    bumi

    sefta mineral lainnya yang

    besar.

    Sampai

    dengan

    tahun

    1995,

    cadangan

    (potensi)

    minyak Indonesia

    mencapai

    9,

    1

    miliar barel. Sementara untuk

    sumberdaya

    gas,

    cadangan

    yang

    dimiliki

    Indonesia

    pada

    tahun 1995

    mencapai

    123,6 triliun

    kaki kubik.

    Selain

    sumber-sumber

    energi

    konvensional,

    surnberdaya kelautan

    masih

    menyimpan

    energi

    non-konvensional

    yang

    sangat

    besar

    seperti

    ocean

    thermal energy

    consenation(orEC),

    energi kinetik

    dari

    pasang

    surut, energi

    gelombang

    dan arus serta

    konversi

    energi

    dari

    perbedaan

    salinitas.

    Potensi

    kelautan lainnya yang

    belum

    mendapat

    banyak perhatian

    adalah

    kekayaan

    terpendam

    berupa

    barang-barang arkeologis

    yang

    bernilai

    tinggi,

    dari

    kapal karam

    pada

    masa

    ratusan tahun

    yang

    lalu.

    Selain

    potensi

    di

    atas

    potensi

    kelautan

    lainnya

    adalah

    posisi

    geostrategis

    dan

    geopolitik.

    Posisi

    geografis

    Indonesia yang merupakan

    jalur

    perlintasan

    laut

    inter-

    nasional

    mempunyai potensi

    strategis

    untuk

    jasa

    perbaikan

    kapal

    dan

    keamanan

    serta

    potensi

    lainnya

    pada

    kapal-kapal yang

    melintasinya.

    Demikian

    juga

    posisi

    Indonesia

    yang

    berada

    ditengah-tengah kekuatan

    besar

    dunia

    seperti

    India,

    cina,

    Jepang,

    Amerika

    Serikat

    dan

    pendatang

    baru Australia,

    menjadikan

    posisi

    geopolitis

    lndonesia

    sangat

    strategis.

    Dari

    segi

    penelitian,

    keanekaragaman

    sumber

    daya

    hayati

    merupakan potensi

    yang besar

    untuk

    penelitian

    maupun pengembangan

    bagi

    peneliti/

    lembaga

    peneli-

    tian dalam dan

    Iuar

    negeri.

    Namun potensi

    kelautan yang

    besar

    tersebut

    baru dimanfaatkan

    sebagian kecil

    saja. Sebagai

    contoh,

    potensi

    perikanan

    (tangkap)

    Iaut

    baru dimanfaatkan

    sekitar

    l'lrl,ilnl*ur

    I

    (r2rlo

    sir

    jir.

    lfrrlcnsi

    lrrrtlrtliryir

    Pt:r'rklrrrirrr

    pirrrl;ri (t:rrrrhak)

    tliur lu,i(rnttrit.uhrrru,).jugtr

    bitt

    tt tlinriurliritlkitn

    scbitgiltr kccil sa.fa. l)cnrikian

    .juga

    pariwisata

    bahari

    baru

    di-

    rrrartliratkun

    lladu

    puluu-pulau

    tcrtcntu sa.ja.

    Biota

    laut

    untuk pengembangan

    in-

    tlrrstri

    pangarr,

    korncstika

    dan farnrasi,

    baru sebagian

    kecil

    dirnanfaatkan.

    Jasa

    per-

    hubungan laut

    baik

    antar

    pulau

    di tanah air maupun

    antara

    lndonesia

    dengan

    ne-

    gara-negara

    lain sebagian

    besar

    masih

    didominasi

    oleh pelayaran

    asing.

    Sumber

    rninyak

    dan

    gas

    bumi

    di lautan

    sudah

    banyak

    dimanfaatkan,

    namun

    baru

    sebagian

    kecil

    dari potensi

    yang

    ada.

    Rendahnya

    pemanfaatan potensi

    sumberdaya

    kelautan

    yang

    sedemikian

    besar,

    terutama

    disebabkan oleh:

    (l)

    pemerintah

    dan

    masyarakat masih

    mengutamakan

    eksploitasi

    daratan;

    (2)

    teknologi

    eksplorasi

    dan

    eksploitasi

    lautan,

    khususnya

    untuk

    penambangan

    minyak

    dan

    gas

    bumi

    serta mineral lainnya memerlukan

    teknologi

    tinggi;

    (3)

    kualitas

    sumberdaya

    manusia

    yang

    terlibat

    dalam sektor

    kelautan

    relatif

    masih rendah,

    khususnya di

    perikanan

    tangkap;

    (4)

    introduksi

    teknologi baru

    da-

    lam perikanan

    tangkap,

    tidak terjangkau

    oleh

    nelayan

    yang

    kondisi

    sosial ekono-

    minya

    rendah; dan (5)

    sistem kelembagaan

    yang

    ada

    belum

    mendukung

    pada

    pengembangan

    sektor

    kelautan.

    Rendahnya

    pemanfaatan

    sektor kelautan

    tersebut

    tercermin dari

    rendahnya

    sumbangan

    sektor kelautan

    terhadap

    Produk

    Dornestik

    Bruto

    (PDB)

    atas

    harga konstan

    1993,

    yaitu

    pada tahun

    1995

    baru

    sebesar

    12,83

    persen

    (Budiharsono

    dan Kusumastanto, 1999).

    2.

    Unsur-unsur

    Sektor Kelautan

    Sektor kelautan merupakan sektor yang mengelola dan mengembangkan sum-

    berdaya

    kelautan

    dan

    kegiatan

    penunjangnya

    secara

    berkelanjutan.

    Sektor

    kelaut-

    an

    mencakup 2 unsur

    yang

    satu Sama lain

    saling terkait,

    yaitu:

    (

    l) unsur

    hilir

    yang

    lebih berkaitan dengan eksploitasi

    atau

    pemanfaatan yang

    terdiri

    dari

    perikanan,

    pertambangan,

    eksploitasi

    benda-benda

    arkeologis,

    energi kelautan, industri

    kela-

    utan,

    perhubungan

    laut, pariwisata

    bahari,

    bangunan

    kelautan,

    perdagangan,

    penegakan hukum,

    pertahanan

    dan

    keamanan,

    dan

    (2)

    unsur

    hulu

    yang

    lebih

    ber-

    kaitan

    dengan eksplorasi

    yang

    merupakan

    pendukung

    unsur

    hilir yang

    terdiri dari

    pengembangan

    sumber daya manusia, pengembangan

    ilmu

    pengetahuan

    dan

    tek-

    nologi

    kelautan, pengembangan

    kelembagaan

    hukum

    dan

    peraturan,

    pelestarian

    lingkungan,

    penyediaan

    data

    dan

    informasi

    melalui

    survei

    dan

    penelitian,

    keter-

    paduan perencanaan

    dan

    penataan

    ruang

    kelautan.

    Secara skematik

    pada

    Gambar

    l.l

    disajikan

    unsur-unsur sektor kelautan.

    Dalam

    terminologi Klasifikasi Lapangan

    Usaha

    Indonesia

    (KLUI)

    dari

    BPS

    unsur-unsureksploitasi

    dan non-eksploitasi

    sektor kelautan

    dibagi menjadisub-

    sektor;

    (l)

    Perikanan

    Laut

    dan

    Payau; (2)

    Pariwisata

    Bahari;

    (3)

    Pertambangan

    dan

    energi;

    (4)

    industri

    Kelautan;

    (5)

    Perhubungan

    Laut;

    (6)

    Bangunan Kelautan;

    dan

    (7)

    Jasa

    Kelautan.

    Sub-sektor

    perikanan

    laut

    dan

    payau

    mencakup

    semua kegiatan penangkapan,

    pembenihan

    dan

    budidaya

    segala

    jenis

    ikan

    dan

    biota air

    lainnya

    yang

    ada

    di

    pesi-

    sir

    dan lautan.

    Sub-sektor

    pariwisata

    bahari

    mencakup kegiatan

    pariwisata

    bahari

    dan

    jasa

    penunjang pariwisata

    bahari.

    Sub-sektor

    pertambangan

    dan energi

    meli-

    puti

    kegiatan

    pencarian

    minyak dan

    gas

    bumi,

    penyiapan

    pengeboran,

  • 8/16/2019 1401_Teknis Analisis Pembangunan Wilayah Pesisi Dan Lautan

    11/88

    'l

    t,,/.ttt*

    ..lnttlt\t\

    ltrntlttllitlt,trt

    ll

    rl,tt,tlt

    l,rtr.ry

    rl,trr

    l.rtttt,trt

    l)ellillllbilllSiall,

    l)cllgtlill)iltl,

    l)cDtisitlriln

    scrla

    l)on.llnpungan

    ulltuk

    dapal

    dijual

    atau

    clipasarkan

    yang

    dilaksalrakan

    di

    posisir

    dan

    lautan.

    Sub-sektor

    inijuga

    mencakup

    pengambilan

    benda padat,

    baik

    di

    bawah

    maupun

    di atas

    p".mukauribumi

    di

    ba_

    wah

    laut

    serta

    seluruh

    kegiatan

    lainnya.

    Selain

    itu

    sub-sektor

    ini

    mencakup

    pula

    energi konvensional

    antara

    rain

    orEC,

    pasang

    surut

    dan

    energi

    gelombang.

    Sub-sektor

    industri

    kerautan

    mencakup

    semua

    industri

    yang

    menunjang

    kegi-

    atan

    ekonomi

    di

    pesisir

    dan

    rautan, yaitu

    industri

    kapar

    dan

    jasa

    perbaikannya,

    industri

    bangunan

    lepas

    pantai,

    dan

    industri

    pengolahan

    hasil pioduksi

    dari pesisir

    dan

    lautan.

    Sub-sektor

    bangunan

    kelautan

    meliputi

    kegiatan

    penyiapan

    lahan

    sampai

    konstruksi

    bangunan

    tempat

    tinggar

    dan

    bukan

    tempat

    tinggal, yang

    berada

    di pe-

    sisir

    dan lautan

    serta

    bangunan

    dermaga.

    Sedangkan

    suu-settoip"ihubungan

    raut

    meliputi

    kegiatan

    pengangkutan

    barang

    dan penumpang

    dengan

    menggunakan

    kapar

    laut yang

    beroperasi

    di

    daram dan

    ke

    luar

    daerah

    Inaonesiu

    serta

    fegiatan

    yang

    bersifat

    menunjang

    dan

    memperlancar

    kegiatan

    pengangkutan

    yang

    nietiprtilasa

    pelayanan

    keselamatan

    pelayaran.

    Sub-sektor-iasa-jasa

    kelautan

    meriputi

    kegiatan

    jasa

    perdagangan, jasa

    pendi-

    dikan,

    jasa

    penelitian

    dan

    pengembangan,

    jasa

    pertahanan

    dan

    teamanun,

    .lasa

    penegakan

    hukum,

    jasa

    kehutanan

    bidang perlindungan

    hutan,

    perestarian

    aram,

    reboisasi

    dan

    rehabilitasi

    bakau

    atau

    terumbu

    karang,

    sertajasa

    kelautan

    bidang

    pembersihan

    polusi

    laut.

    Gambar

    l.l

    Unsur-unsur

    Sektor

    Kelautan

    I'tnrhthulurttt

    5

    -1.

    l)eluang,'l'anttng:rn

    dan

    Kcndala

    Pengcmbangan

    Scktor

    Kclautan

    l)oluang

    pembangunan

    sektor

    kelautan

    dan

    dampaknya

    terhadap

    pembangun-

    an wilayah

    pesisir

    dan lautan

    pada

    masa

    mendatang

    cukup

    cerah.

    Hal

    initerutama

    tlipengaruhi

    oleh

    permintaan

    pasar

    dalam negeri

    maupun

    luar

    negeri.

    Seperti

    di-

    ketahui

    bahwa permintaan

    pasar

    merupakan

    fungsi

    dari

    tingkat

    pendapatan,

    jum-

    lah

    penduduk,

    harga

    komoditi

    substitusi,

    selera,

    mutu,

    dan

    citra

    dari produk

    kela-

    utan

    yang

    dipasarkan.

    Dengan proyeksi

    jumlah

    penduduk

    Indonesia

    pada

    tahun

    2004

    sebenyak220

    juta

    orang

    dan

    perekonomian

    Indonesia

    mulai

    pulih

    pada

    ta-

    hun 2004, maka permintaan

    domestik

    terhadap

    produk kelautan

    seperti

    perikanan

    dan

    hasil olahannya,

    perhubungan

    laut, pariwisata

    bahari

    dan

    industri

    kelautan

    lainnya

    akan

    cukup

    cerah.

    Pada

    tahun 2004,

    diperkirakan

    permintaan

    domestik

    terhadap

    produk

    perikanan

    sebesar 4,4

    juta

    ton,

    dengan

    asumsi konsumsi

    ikan

    tahun

    2004

    sebesar 20 kgl

    tahun/kapita.

    Asumsi

    tersebut

    merupakan

    asumsi

    yang

    sangat

    konservatif,

    karena

    konsumsi

    ikan pada

    tahun 2004

    dianggap

    sama

    dengan konsumsi

    ikan pada

    tahun

    1998.

    Sementara

    permintaan

    luar negeri

    (ekspor)

    diperkirakan

    sebesar

    0,7

    ton,

    sehingga total permintaan

    komoditi perikanan

    sebesar

    5,1

    juta

    ton/tahun.

    permin-

    taan sebesar itu

    masih dapat

    dicukupi

    dari

    perikanan

    tangkap, perikanan

    darat dan

    payau.

    Pada masa-masa

    selanjutnya

    diperkirakan permintaan

    domestik

    maupun

    ekspor

    akan

    meningkat,

    sehingga

    permintaan

    tersebut

    tidak

    dapat

    dicukupi

    oleh

    perikanan tangkap

    apabila

    masih

    menggunakan

    teknologi

    seperti

    saat

    ini,

    demi-

    kianjuga pasokan

    dari

    perikanan

    darat

    dan

    payau perlu

    ditingkatkan.

    Peluang

    pengembangan

    pariwisata

    bahari

    sampai

    tahun

    2004

    belum

    begitu

    cerah, apabila

    dibandingkan

    seperti PELITA

    vI era orde Baru,

    hal ini

    dikarena-

    kan masalah

    keamanan

    dalam

    negeri,

    yang

    pada

    beberapa

    daerah

    masih bergolak,

    sehingga

    menjadi

    kendala

    bagi

    kunjungan

    wisatawan

    asing.

    Disamping

    itu,

    ham-

    pir

    45%o

    wisatawan

    mancanegara

    berasal

    dari

    negara-negara

    ASEAN,

    Korea,

    Tai-

    wan

    dan

    Hongkong

    yang pada

    saat ini perekonomiannya

    belum

    pulih

    seperti

    pada

    awal

    dekade 90-an.

    Namun

    demikian

    pada

    masa selanjutnya

    dimana

    keamanan

    dalam negeri

    sudah

    membaik

    dan

    perekonomian

    ASEAN

    serta

    negara-negara

    Ti-

    mur

    Jauh

    juga

    membaik,

    maka

    permintaan

    pariwisata

    bahari akan

    meningkat pula.

    walaupun

    sektor riil,

    khususnya

    sektor industri pada

    awal

    pemerintahan

    presi-

    den

    Abdurahman

    wahid

    belum

    berjalan dengan

    baik,

    namun sektor

    pertanian,

    khususnya

    sektor perikanan

    masih

    tumbuh positif,

    sehingga

    ekspor

    dari

    sektor

    pertanian

    masih

    berjalan

    dengan baik.

    Dengan membaiknya

    perekonomian

    yang

    diperkirakan

    mulai

    membaik

    pada

    tahun2002,

    maka

    kegiatan

    ekspor-impor

    akan

    membaik pula,

    sehingga

    prospek

    transportasi

    laut

    baik untuk transportasi

    dalam

    negeri

    maupun dari

    dan

    ke

    Indonesia akan

    meningkat

    pula.

    Demikian

    juga

    dengan

    meningkatnya

    jumlah

    penduduk

    dan

    membaiknya

    perekonomian

    akan

    mening-

    katkan

    jumlah

    penumpang

    kapal

    laut.

    Harga

    minyak

    bumi

    saat

    ini

    yang

    membaik,

    akan

    mendorong

    untuk

    mening-

    katkan

    eksplorasi

    dan eksploitasi

    minyak

    bumi

    yang

    sebagian

    besar

    cadangannya

    berada

    di

    laut

    lepas. Demikian

    juga

    dengan permintaan

    LNG yang

    meningkat,

    khususnya

    dari

    Jepang

    dan

    Korea,

    akan meningkatkan

    eksplorasi

    dan eksploitasi

  • 8/16/2019 1401_Teknis Analisis Pembangunan Wilayah Pesisi Dan Lautan

    12/88

    6

    ti,/.tttk

    ,lntlt.yt.r

    't,rnlutuNttttrur ll

    rl,rtth

    l,t.tt.srr

    rhnr Lrtrtlrttt

    LNG,

    yang

    juga

    sebagian

    besar berada

    di laut

    lepas. Dengan

    demikian peluang

    pemanfaatan

    minyak

    dan gas

    bumi

    di

    lauan pada

    masa

    mendatang

    akan

    semakin

    meningkat.

    Adanya peningkatan

    eksplorasi

    dan eksploitasi

    minyak

    dan

    gas

    bumi,

    pening-

    katan

    kegiatan

    ekspor

    dan

    impor

    serta

    penumpang

    kapal

    laut,

    dan peningkatan

    permintaan

    komoditi perikanan

    pada

    masa

    mendatang

    diperkirakan

    akan mening-

    katkan

    kegiatan

    industri

    kelautan

    berupa

    industri

    bangunan

    lepas

    pantai

    untuk

    eks-

    ploitasi

    minyak

    dan gas

    bumi,

    kapal penumpang

    dan

    kapal

    barang,

    dan industri

    pengolahan

    hasil

    perikanan.

    sehingga peluang

    pengembangan

    industri

    kelautan

    pada

    masa

    mendatang

    sangat

    cerah.

    Peluang pembangunan

    kelautan

    Indonesia

    yang

    cukup

    cerah pada

    masa

    men-

    datang

    seperti

    diuraikan

    di atas,

    merupakan

    tantangan

    bagi bangsa

    Indonesia

    untuk

    merealisasikan

    dan memanfaatkan

    peluang

    tersebut.

    Adapun

    tantangan

    pemba-

    ngunan kelautan

    Indonesia

    antara

    lain:

    (a)

    meningkatkan

    kesejahteraan

    masyara-

    kat

    bahari,

    khususnya

    masyarakat

    pesisir

    (nelayan)

    ke tingkat

    kehidupan yang

    la-

    yak, (b)

    peningkatan

    kualitas

    sumber

    daya

    manusia

    masyarakat

    bahari,

    (c)

    produk

    kelautan

    dapat memenuhi

    kebutuhan

    domestik

    dan

    meningkatkan

    devisa

    negara,

    (d)

    pemanfaatan

    sumber

    daya kelautan

    harus

    dapat dilakukan

    secara

    optimal

    dan

    berkelanjutan, (e)

    pemanfaatan

    dan

    pendayagunaan

    sumber

    daya

    kelautan

    harus

    dilakukan

    secara terpadu

    baik dari

    segi

    perencanaan

    maupun

    pelaksanaan

    antar

    sektoral

    maupun

    antar

    wilayah,

    (f)

    diperlukan

    berbagai perangkat

    hukum

    dan

    per-

    aturan perundang-undangan

    yang

    secara efektif

    mampu

    memberikan

    kepastian

    hukum

    dalam

    aspek pengelolaan,

    yang didalamnya

    termasuk

    aspek

    perencanaan

    dan pemanfaatan

    bagi

    pemerintah,

    swasta dan

    masyarakat,

    dan

    (g)

    diperlukan

    usaha

    yang

    keras dalam

    upaya menegakkan

    dan

    memperkokoh

    kedaulatan

    wila-

    yah

    laut

    nasional dan yuridiksi

    Indonesia

    sebagai perwujudan

    wawasan nusantara.

    Sedangkan

    kendala-kendala

    yang

    dihadapi

    dalam pembangunan

    sektor

    kela-

    utan

    pada

    masa

    mendatang

    antara

    lain:

    (a)

    keterbatasan

    modal

    (b)

    kurang efektifnya

    penegakan

    hukum, (c)

    rendahnya

    kualitas

    sumber

    daya

    manusia

    dan

    penguasaan

    ilmu

    pengetahuan

    dan

    teknologi,

    (d)

    kurangnya

    ketersediaan

    data

    dan informasi,

    (e)

    kurang

    terpadunya

    perencanaan

    dan pelaksanaan

    antar

    sektor

    dan antar

    wila-

    yah,

    (0

    pembangunan

    kelautan

    kurang

    berorientasi

    pada pelestarian

    lingkungan,

    (g)

    kurangnya

    sarana

    dan prasarana

    untuk

    menopang

    kegiatan yang

    berkaitan

    de-

    ngan pemanfaatan

    dan pendayagunaan

    sumber

    daya

    kelautan,

    dan

    (h)

    rendahnya

    jiwa

    bahari.

    Peluang pembangunan

    sektor

    kelautan

    yang

    cukup

    cerah pada

    masa

    menda-

    tang, walaupun

    menghadapi

    tantangan

    dan

    kendala

    yang

    cukup

    besar diharapkan

    dapat mengangkat

    ketertinggalan

    wilayah pesisir

    menjadi

    wilayah

    yang

    maju,

    se-

    perti pada

    masa

    dahulu,

    dimana

    wilayah

    pesisir

    menjadi

    cikal

    bakal bagi

    pusat-

    pusat peradaban

    nasional

    maupun

    dunia.

    BAB

    2

    1.

    Ilmu Pembangunan Wilayah

    Ilmu

    pembangunan

    wilayah

    merupakan ilmu

    yang

    relatif masih

    baru. Ilmu

    ini

    dikembangkan

    pada

    awal dasawarsa

    1950-an, tetapi baru

    pada

    dasawarsa 1970-an

    ilmu

    ini

    berkembang

    dengan

    pesat.

    llmu ini

    muncul

    karena ketidakpuasan para

    pakar

    ilmu sosial

    ekonomi terhadap rendahnya

    tingkat

    perhatian

    dan

    analisis

    eko-

    nomi berdimensi

    spasial. Ilmu ini berakar

    dari

    pemikiran

    von

    Thunnen dan

    Weber

    pada

    pertengahan

    abad ke

    19.

    Pada

    abad

    ke

    20, ilmu

    tersebut

    dikembangkan

    oleh

    Cristaller, Galpin, Mukerjee, Odhum,

    Vance,

    Vidal de

    la Blache,

    Howard

    Mackaye,

    Patrick

    Geddes,

    Mumford, August

    Losch,

    Walter

    Isard,

    Brian

    J.

    L.

    Berry,

    John

    Friedman, Edgar

    M.

    Hoover,

    Kuklinski dan sebagainya.

    Sutami dan

    Purnomosidi

    Hadjisarosa

    mempunyai peranan

    penting

    dalam

    pengembangan ilmu

    ini

    di

    Indo-

    nesia.

    IImu

    pembangunan

    wilayah

    merupakan wahana

    lintas

    disiplin

    yang

    mencakup

    berbagai

    teori

    dan

    ilmu terapan

    yaitu

    geografi,

    ekonomi,

    sosiologi, matematika,

    statistika, ilmu

    politik, perencanaan daerah, ilmu

    lingkungan dan sebagainya.

    Hal

    ini

    dapat

    dimengerti

    karena

    pembangunan

    itu

    sendiri

    merupakan

    fenomena

    rnultifaset

    yang

    memerlukan

    berbagai

    usaha

    manusia dari

    berbagai bidang

    ilmu

    pengetahuan.

    Sesuai

    juga

    dengan

    pandangan pendiri

    ilmu Wilayah,

    Walter Isard,

    bahwa

    pengetahuan

    pada

    berbagai

    ilmu adalah

    menyatu dan

    saling berkaitan.

    Pembangunan

    wilayah

    bukan

    hanya merupakan

    pendisagregasian

    pembangunan

    nasional.

    Hal

    ini dikarenakan bahwa

    pembangunan

    wilayah

    mempunyai

    filsafat,

    peranan,

    dan

    tujuan

    yang

    berbeda.

    Ilmu

    pembangunan

    wilayah

    sebenarnya dalam

    perkembangannya lebih mendekati ilmu

    ekonomi.

    Perbedaan

    pokok

    antara

    ihnu

    ekonorni

    dengan

    ilmu

    pembangunan

    wilayah terletak

    pada

    perlakuan terhadap

    di-

    mensi spasial.

    Menurut Misra

    (1977)

    ilmu

    pembangunan

    wilayah

    merupakan disiplin

    ilmu

    yang

    ditopang

    oleh

    ernpat

    pilar

    (tetraploid

    dicipline),

    yaitu geografi,

    ekonomi,

    pe-

    rencanaan

    kota

    dan

    teori

    lokasi. Pada

    Gambar

    2.1 disajikan

    skema ilmu

    pemba-

    ngunan

    wilayah sebagai tetraploid

    dicipline. Namun

    pendapat

    Misra

    mengenai

    ilmu

    pembangunan

    wilayah

    ini

    terlalu

    sederhana.

    Aspek biogeofisik

    tidak

    hanya dire-

    presentasikan

    dengan

    teori

    geografi maupun teori lokasi.

    Demikian

    juga

    aspek

    sosial budaya

    dan

    lingkungan

    sangat berperan

    dalam pembangunan

    wilayah,

    namun

    belum ada

    keterwakilannya

    dalam

    keempat

    disiplin

    ilmu

    tersebut.

    Oleh

    karena

    itu

    ilmu

    pembangunan

    wilayah

    setidak-tidaknya

    perlu

    ditopang oleh

    6

    pilar

    analisis,

  • 8/16/2019 1401_Teknis Analisis Pembangunan Wilayah Pesisi Dan Lautan

    13/88

    l

    r'AtrtA,4tttl

    nt.r

    l'tmluuryuntn ll

    tlttvth

    I'r.tt.rtr.

    rlm

    Lttttltnr

    Cambar 2.1

    Empat Pilar

    Penopang

    Ilmu Pcmbangunan

    yaitu: (l)

    analisis

    biogeofisik; (2)

    analisis

    ekonomi;

    (3)

    analisis

    sosiobudaya;

    (4)

    analisis

    kelembagaan; (5)

    analisis lokasi

    dan

    (6)

    analisis

    lingkungan.

    pada

    Gambar

    2.2

    disajikan

    skema

    mengenai

    6

    pilar analisis

    penopang

    ilmu

    pembangunan

    wilayah.

    2.

    Peranan

    Ilmu

    Pembangunan

    Wilayah

    Pentingnya

    ilmu pembangunan

    wilayah

    dalam

    konteks

    pembangunan

    di Indo-

    nesia pada

    umumnya

    dan

    di

    wilayah

    pesisir

    dan lautan

    pada

    khususnya,

    dikarena-

    kan

    oleh:

    l-

    "uo"*^;-l

    I

    r

    a

    I

    **^*r^^._l

    I

    rora

    I

    ILMTJ

    PEMBANGTINAN

    WILAYAH

    E

    [;.

    _l

    I

    rornsr

    I

    /il;\

     

    etocEor.rsrr

    )

    .-.,1

    g9+

    z

  • 8/16/2019 1401_Teknis Analisis Pembangunan Wilayah Pesisi Dan Lautan

    14/88

    yilng

    sillilh

    tlirri

    lJll

    No 22

    1'itlttttt

    l9()()

    111c11gc11ai

    kcwcnirngiut

    (literitlt

    l)ropinsi

    rlntuk

    lllcngcltlla

    lau(

    sc.iaulr

    l2

    nlil

    laut dirrr

    dacrah

    kabupaten/kota

    untuk

    tlenge-

    lola

    sepertiganya, yang

    dianggapnya

    sebagai

    batas wilayah,

    pada

    masa

    mendatang

    diperkirakan

    akan

    banyak menimbulkan

    konflik

    kepentingan

    dan ruang

    antar

    da-

    erah.

    Ketujuh, pembangunan

    Indonesia

    masih

    bersifat

    sektoral.

    Selama harnpir

    32

    tahun

    di bawah pemerintahan

    rezinr

    orde

    Baru, pembangunan

    dilaksanakan

    seca-

    ra

    sektoral.

    sehingga

    dalam pelaksanaan

    di

    lapangan,

    egoisme

    sektoral

    kuat

    seka-

    li.

    Akibatnya

    hasil pembangunan

    yang

    dicapai

    tidak

    optimal.

    pembangunan

    wila-

    yah yang

    merupakan pembangunan

    terpadu

    diharapkan

    dapat

    mengurangi

    kesalahan-kesalahan pembangunan

    di

    masa

    lalu.

    Apalagi

    saat

    ini

    berkembangan

    pendekatan

    pembangunan

    yang

    bersifat

    kewilayahan.

    Salah

    satu

    bentuk pendekat-

    an

    kewilayahan yang

    dikembangkan

    pada

    saat

    ini adalah

    pengembangan

    wilayah

    terpadu (integrated

    regional

    development).

    Program

    yang

    secara historis

    dipenga-

    ruhioleh

    buah

    pikiran

    Rodinellidan

    Ruddle

    (1978)

    ini,

    arau lebih

    dikenalsebagai

    the USAID

    strategy

    dilaksanakan

    dengan

    tujuan

    menciptakan

    suatu

    sistern

    pro-

    duksi

    dan

    perdagangan

    yang

    bersifat

    terpadu

    dengan mendorong

    terciptanya

    ber-

    bagai

    bentuk spatial

    linkages

    sepertijaringan

    interaksi

    fisik,

    sosial, ekonorni,

    tek-

    nologi

    dan adminisrrasi.

    Dari

    uraian

    di atas menunjukkan

    bahwa

    ada

    7 alasan

    mengenai pentingnya

    pene-

    rapan

    ilmu

    pembangunan

    wilayah

    dalarn pernbangunan

    Indonesia,

    apalagi

    dengan

    diterapkannya

    otonomi

    daerah

    pada

    awal

    tahun

    2001

    .

    Penerapan

    ilmu

    pembangunan

    wilayah tidak

    hanya pada

    level

    daerah

    kabu-

    paten/kota

    namun

    bisa diterapkan

    untuk

    tingkat

    yang

    lebih

    tinggi

    misalnya

    pro-

    pinsi,

    nasional

    bahkan

    internasional,

    atau

    untuk

    tingkatan yang

    lebih

    rendah

    yaitu

    kecamatan atau

    desa.

    Dari

    kriteria

    tersebut,

    wilayah

    pesisir

    dan

    lautan

    terletak

    pada

    level

    sub-nasional

    (rneso),

    biasanya lebih

    kecil

    dari

    wilayah propinsi

    bahkan

    lebih

    kecil dari

    kabupaten,

    namun bisa

    saja

    lintas

    kabupaten.

    pada

    Tabel

    2.1

    disa-jikan

    secara rinci

    mengenai keterkaitan

    tingkat

    wilayah dan

    peranan

    ilmu

    pembangunan

    wilayah.

    Tabel

    2.1

    Peranan

    llmu

    Pernbangunan

    Ll/ilnyah

    Pada

    setiap Tingkat tLiluyah

    No,

    Tingkat

    Wilayah

    Peranan Ilmu

    Pembangunan

    Wilavah

    Fokus

    Dunia

    Stucii

    Multidimensional

    utrtuk

    kcrjasama/

    koor-

    dinasi regional,

    dll.

    Studi

    tentang

    pertumbuhan

    ekonomi, aliran

    sunrberdaya,

    kualitas

    lingkungan.

    Pengem-

    bangan

    sumberdaya,

    pemba-

    ngunan

    pertanian,

    industri,

    infrastruktur

    agar

    terdapat

    sa-

    ling

    ketergantungan

    diantara

    negara-negara

    untuk

    men

    geta-

    hui

    keadaan

    ekonomi, ekologi

    dan keuntungan

    lainnya

    de-

    ngan adanya

    ker.jasama

    inter-

    nasional

    tersebut.

    No.

    Tingkat

    Wilayah

    l'crrtttrut

    llntu

    l'embangrrnan

    Wilayah

    Fokus

    2

    Nasional/rnakro

    Analisis struktur

    wila-

    yah

    dan

    perencanaan

    an-

    tar

    wilayah dll.

    Perencanaan

    antar wilayah,

    pemrograman

    untuk

    memper-

    sempit

    keseniangan

    anlar

    wi-

    layah dll.

    l

    Subnasional/meso

    (Prop

    insi/kabupaten/

    kota)

    Studi wilayah,

    perenca-

    naan

    wilayah

    dalam

    ke-

    rangka

    pembangunan

    wilayah

    dan

    pemba-

    ngunan nasional, dll.

    Untuk n-rengembar-rgkan sunr-

    berdaya

    dari setiap

    wilayah

    agar

    kualitas

    hidup dari masya-

    rakat rneningkat

    dll.

    4

    Lokal/mikro

    (Keca-

    matan/desa)

    Studi

    kenrasyarakatan

    dll.

    Partisipasi

    masyarakat.

    pel)gern-

    bangan sosial,

    pengembangan

    surnberdaya

    dan kelernbagaan

    tokal.

    dll.

  • 8/16/2019 1401_Teknis Analisis Pembangunan Wilayah Pesisi Dan Lautan

    15/88

    BAB

    3

    l.Konsep

    Ruang

    Pada bab

    terdahulu

    telah

    dikemukakan

    bahwa

    perbedaan mendasar antara

    ilmu

    ekonomi

    dan

    ilmu

    pembangunan

    wilayah

    adalah

    pada

    masalah

    ruang.

    Menurut

    Azis

    (1987)

    dalam

    teori

    ekonomi,

    tingkat

    harga

    dan

    produksi optimum

    ditentukan

    oleh beberapa

    faktor

    seperti

    struktur biaya,

    penerimaan

    (revenue)

    dan

    bentuk

    pa-

    sar

    yang

    berlaku.

    Adapun

    keuntungan

    maksimum

    yang dihasilkan

    melalui

    tingkat

    produksi tersebut

    merupakan

    pencerminan, selisih

    antara

    penerimaan dan

    biaya

    rata-rata.

    Teori

    ekonomijuga

    menunjukkan

    bagaimana

    tingkat

    produksi optimum

    disesuaikan

    dengan

    dana

    yang

    tersedia

    dapat

    ditentukan

    melalui penggunaan

    kom-

    binasi input

    atau

    teknologi

    tertentu,

    yang

    menghasilkan

    kondisi

    dimana

    rasio

    harga

    antara dua

    input

    mencapai

    nilai

    sama

    dengan rasio

    produk marginalnya.

    Selanjut-

    nya unsur waktu

    juga

    dapat

    diperhitungkan

    melalui

    statikkomparatif

    dan

    dinamik.

    Dalam

    hal

    ini

    teori

    ekonomi

    telah

    berhasil

    menjelaskan

    pertanyaan

    "apa",

    "be-

    rapa",

    "bagaimana",

    "untuk

    siapa",

    dan

    "bilamana"

    dalam konteks

    produksi.

    Namun

    belum

    menjelaskan

    "dimana" aktivitas

    produksi

    tersebut

    dilaksanakan, dengan

    perkataan

    lain bahwa

    analisis

    ilmu ekonomi

    berada

    pada

    alam

    tanpa

    ruang

    (spaceless world).

    Padahal

    sudah

    jelas

    bahwa

    analisis

    ekonomi apapun

    yang

    dile-

    takkan

    pada alam tanpa

    ruang,

    amatjauh

    dari kenyataan

    hidup.

    Ruang

    merupakan

    hal

    yang sangat

    pentiirg dalam

    pembangunan

    wilayah.

    Kon-

    sep

    ruang

    mempunyai beberapa

    unsur,

    yaitu:

    (l)jarak;

    (2)

    lokasi;

    (3)

    bentuk; dan

    (4)

    ukuran.

    Konsep

    ruang

    sangat berkaitan

    erat dengan

    waktu,

    karena

    pemanfaat-

    an bumi

    dan

    segala

    kekayaannya

    membutuhkan

    organisasi/pengaturan

    ruang

    dan

    waktu. Unsur-unsur

    tersebut

    di atas

    secara bersama-Sama

    menyusun

    unit tataruang

    yang

    disebut

    wilayah.

    Whittlessey

    (1954) memformulasikan

    pengertian

    tataruang

    berdasarkan:

    (l)

    unit

    areal konkret,

    (2)

    fungsionalitas

    di

    antara

    fenomena,

    dan

    (3)

    subyektifitas

    dalam

    penentuan

    kriteria.

    Kemudian Hartchorne

    (

    1960)

    mengintroduksikan

    unsur

    hubungan

    fungsional diantara

    fenomena,

    yang

    melahirkan

    konsep

    struktur

    fungsi-

    onal

    tataruang.

    Struktur

    fungsional

    tataruang

    bersifat

    subyektif, karena

    dapat me-

    nentukan

    fungsionalitas

    berdasarkan

    kriteria

    subyektif.

    Menurut

    Hanafiah

    (

    1985)

    konsep

    jarak

    mempunyai

    dua

    pengertian,

    yaitu

    Ja-

    rak absolut

    dan

    jarak

    relatif

    yang mempengaruhi

    konsep

    ruang absolut

    dan

    relatif.

    Konsepjarak

    dan

    ruang

    relatifini berkaitan

    dengan

    hubungan

    fungsionalitas

    dian-

    tara

    fenomena,

    dalarn

    struktur

    fungsional tataruang.

    Dasar

    dan'

    konsep

    ruang re-

    l4

    lt'knrk

    Anultsts

    l'.,ilthlngunuil tl'tldr.ilt

    1,.,.\t.\n.

    thtn

    Lrnt.;t,p

    llu,tttg thu ll'rltrr,oh

    I

    5

  • 8/16/2019 1401_Teknis Analisis Pembangunan Wilayah Pesisi Dan Lautan

    16/88

    l.tuldn

    latif adalah

    jarak

    relatif.

    Jarak relatif

    merupakan fungsi

    dari

    pandangan

    atau per-

    sepsi terhadap

    jarak.

    Dalam

    konsep

    ruang

    absolut,

    jarak

    diukur

    secara

    fisik,

    se-

    dangkan

    dalam

    konsep

    ruang

    relatif,

    jarak

    diukur

    secara

    fungsional

    berdasarkan

    unit

    waktu,

    ongkos

    dan

    usaha.

    Ide

    mendasar

    dari

    konsep

    ruang

    relatifadalah

    per-

    sepsi

    terhadap

    dunia nyata.

    Persepsi

    manusia

    ini dipengaruhi

    oleh faktor-faktor

    ekonomi,

    sosial

    budaya,

    politik,

    psikologi

    dan

    sebagainya.

    Melalui

    berbagai

    fak-

    tor tersebut

    manusia dapat

    menggambarkan

    ruang relatif.

    Secara

    skematis

    pada

    Gambar 3.1

    disajikan

    persepsi

    manusia

    mengenai

    ruang.

    Gambar

    3.1 Persepsi Manusia

    tentang

    Ruflng

    2.

    Konsep

    Wilayah

    wilayah

    didefinisikan

    sebagai

    suatu unit

    geografi

    yang

    dibatasi

    oleh

    kriteria

    tertentu

    yang

    bagian-bagiannya

    tergantung

    secara internal.

    wilayah

    dapat

    dibagi

    menjadi

    4

    jenis

    yaitu:

    (l)

    wilayah

    homogen;

    (2)

    wilayah

    nodal;

    (3)

    wilayah

    peren-

    canaan;

    dan

    (4)

    wilayah

    administratif.

    2.1

    Wilayah

    Homogen

    wilayah

    homogen

    adalah wilayah

    yang

    dipandang

    dari satu

    aspek/kriteria

    mem-

    punyai

    sifat-sifat atau

    ciri-ciri

    yang

    relatif

    sama.

    Sifat-sifat

    dan

    ciri-ciri

    kehomogenan

    itu misalnya

    dalam

    hal

    ekonomi

    (seperti

    daerah dengan

    struktur

    produksi

    dan

    konsumsi

    yang

    homogen,

    daerah

    dengan

    tingkat

    pendapatan

    rendah/

    miskin,

    dll),

    geografi

    (seperti

    wilayah

    yang

    mempunyai

    topografi

    atau iklim yang

    sama),

    agama, suku

    dan sebagainya.

    Richardson

    (1975)

    dan Hoover

    (1977),me-

    ngemukakan

    bahwa

    wilayah

    homogen

    dibatasi

    berdasarkan

    keseragamannya

    se-

    cara internal

    (internal

    uniformity).

    contoh

    wilayah

    homogen

    adalah

    pantai

    utara

    Jawa Barat

    (mulai

    dari

    Indramayu,

    Subang

    dan Karawang),

    merupakan

    wilayah

    yang

    homogen

    dari

    segi

    produksi

    padi.

    Setiap

    perubahan

    yang

    terjadi

    di

    wilayah

    tersebut

    seperti subsidi

    harga

    pupuk,

    subsidi

    suku

    bunga kredit, perubahan

    harga

    piuli

    tlan

    lirirr

    scblgrrinya

    keserttuanya

    itkatt

    nlctnpetlgiaruhi

    scltrruh

    hagian

    wilayalr

    tclscbul

    tlcrrgan

    proses yang sanra. Apa

    yang berlaku

    di

    suatu bagian akan berlaku

    prrla

    patla

    bagian

    wilayah

    lainnya.

    2.2 Wilayah

    Nodal

    Wilayah

    nodal

    (nodal

    region) adalah

    wilayah

    yang

    secara fungsional

    mempu-

    nyai ketergantungan

    antara

    pusat

    (inti)

    dan daerah belakan

    gnya

    (hinterland).

    Tingkat

    ketergantungan

    ini

    dapat

    dilihat

    dari arus

    penduduk,

    faktor

    produksi,

    barang

    dan

    jasa,

    ataupun

    komunikasi dan

    transportasi.

    Sukirno

    (1976)

    menyatakan bahwa

    pe-

    ngertian

    wilayah

    nodal

    yang paling

    ideal

    untuk digunakan dalam

    analisis

    menge-

    nai ekonomi

    wilayah,

    mengartikan

    wilayah

    tersebut

    sebagai

    ekonomi ruang

    yang

    dikuasai

    oleh satu

    atau beberapa

    pusat

    kegiatan

    ekonomi.

    Batas

    wilayah nodal

    ditentukan

    sejauh

    mana

    pengaruh

    dari

    suatu

    pusat

    kegiat-

    an ekonomi

    bila

    digantikan

    oleh

    pengaruh

    dari

    pusat

    kegiatan

    ekonomi

    lainnya.

    Hoover

    (1977)

    mengatakan

    bahwa

    struktur

    dari

    wilayah nodal dapat digambarkan

    sebagai

    suatu

    sel hidup

    atau suatu

    atom,

    dimana

    terdapat

    inti dan plasma

    (periferi)

    yang

    saling

    melengkapi.

    Pada

    struktur

    yang

    demikian,

    integrasi fungsional akan

    lebih

    merupakan

    dasar

    hubungan

    ketergantungan

    atau

    dasar kepentingan masya-

    rakat di dalam

    wilayah itu,

    daripada

    merupakan

    homogenitas

    semata-mata.

    Dalam

    hubungan

    saling ketergantungan

    itu

    dengan

    perantaraan

    pembelian

    dan

    penjualan

    barang-barang

    dan

    jasa-jasa

    secara

    lokal, aktivitas-aktivitas

    regional

    akan mempe-

    ngaruhi

    pembangunan

    yang

    satu dengan

    yang

    lainnya.

    Wilayah

    homogen

    dan nodal memainkan

    peranan

    yang

    berbeda

    di

    dalam

    orga-

    nisasi

    tataruang

    masyarakat. Perbedaan

    ini

    jelas

    terlihat

    pada

    arus

    perdagangan.

    Dasar

    yang

    biasa

    digunakan

    untuk

    suatu

    wilayah

    homogen adalah

    suatu

    output

    yang dapat

    diekspor

    bersama

    dimana scluruh wilayah

    merupakan suatu

    daerah

    surplus

    untuk suatu

    output tertentu,

    sehingga

    berbagai

    tempat di

    wilayah tersebut

    kecil

    atau tidak sama sekali

    kemungkinannya

    untuk mengadakan

    perdagangan

    se-

    cara

    luas

    diantara

    satu sama

    lainnya.

    Sebaliknya,

    dalam

    wilayah

    nodal,

    pertukaran

    barang

    dan

    jasa

    secara

    intern di

    dalam

    wilayah

    tersebut

    merupakan

    suatu

    hal

    yang

    mutlak harus

    ada. Biasanya

    daerah

    belakang

    akan

    menjual

    barang-barang

    mentah

    (raw

    materiall dan

    jasa

    tenaga

    kerja kepada

    daerah

    inti,

    sedangkan daerah

    inti

    akan

    menjual

    ke

    daerah

    belakang

    dalam

    bentuk

    barang

    jadi.

    Contoh

    wilayah

    nodal

    adalah DKI

    Jakarta

    dan Botabek

    (Bogor,

    Tangerang

    dan Bekasi),

    Jakarta

    yang

    merupakan

    inti

    dan

    Botabek sebagai

    daerah belakangnya.

    2.3

    Wilayah

    Administratif

    Wilayah

    administratif, adalah

    wilayah

    yang

    batas-batasnya

    ditentukan berda-

    sarkan

    kepentingan

    administrasi

    pemerintahan

    atau

    politik,

    seperti:

    propinsi,

    ka-

    bupaten,

    kecamatan, desa./kelurahan,

    dan

    RT/RW. Sukirno

    (1976)

    menyatakan

    bahwa

    di

    dalam

    praktek,

    apabila

    membahas mengenai

    pembangunan

    wilayah,

    maka

    pengertian wilayah

    administrasi merupakan

    pengertian

    yang

    paling

    banyak digu-

    nakan.

    Lebih

    populernya penggunaan

    pengertian tersebut

    disebabkan

    dua

    faktor,

    yakni:

    (a)

    dalam

    melaksanakan

    kebijaksanaan

    dan

    rencana

    pembangunan wilayah

    diperlukan

    tindakan-tindakan

    dari berbagai badan

    pemerintah.

    Dengan

    demikian,

    lebih

    praktis

    apabila

    pembangunan

    wilayah

    didasarkan

    pada

    satuan wilayah admi-

    I

    (r

    l't

    AtrrA .lrttlrtt.t

    l'rtillttut :untt,t

    ll'rl,tt,,th

    ltt,\t.\u t tut

    I

    tntltt,t

    Ktn.st'1t

    llrung

    thtn

    tl'tl(l\th

    l1

  • 8/16/2019 1401_Teknis Analisis Pembangunan Wilayah Pesisi Dan Lautan

    17/88

    nistrasi

    yang

    telah

    ad.;

    dan (b)

    wilayalr

    yang,

    batasnya

    ditentukan

    berdasarkan

    atas

    satuan administrasi

    pemerintahan

    lebih

    mudah

    dianalisis,

    karena

    sejak lama

    pe-

    ngumpulan

    data

    di berbagai

    bagian

    wilayah

    berdasarkan

    pada

    satuan

    wilayah

    adminsitrasi

    tersebut.

    Namun

    dalam

    kenyataannya,

    pembangunan

    tersebut

    seringkari

    tidak

    hanya

    dalam

    satu

    satuan

    wilayah

    administrasi,

    sebagai

    contoh

    adalah pengelolaan

    pesi-

    sir,

    pengelolaan

    daerah

    aliran

    sungai, pengelolaan

    lingkungan

    danseb-againya,

    yang

    batasnya

    bukan

    berdasarkan

    administrasi

    namun

    berdasarkan

    batas

    Jkologis

    dan

    seringkali lintas

    batas

    wilayah

    administrasi.

    Sehingga

    penanganannya

    memerlu-

    kan

    kerjasama

    dari

    satuan

    wilayah

    adminsitrasi

    yang

    terkait.

    2.4

    Wilayah

    Perencanaan

    Boudeville

    (dalam

    Glasson,

    1978)

    mendefinisikan

    wilayah

    perencanaan

    Qrlan_

    ning

    region

    atau programming

    region)

    sebagai

    wilayah yang

    memperlihatkan

    koherensi

    atau

    kesatuan

    keputusan-keputusan

    ekonomi.

    wilayah

    perencanaan

    da-

    pat

    dilihat

    sebagai

    wilayah

    yang

    cukup

    besar

    untuk

    memungkinkan

    terjadinya

    per-

    ubahan-perubahan

    penting

    dalam penyebaran

    penduduk

    dan

    kesempatan

    kerja,

    namun

    cukup kecil

    untuk memungkinkan

    persoalan-persoalan

    p"r.n.oruunryu

    dapat

    dipandang

    sebagai

    suatu kesatuan.

    Klaessen

    (dalam

    Glasson,

    1978)

    mempunyai

    pendapat yang

    hampir

    sama

    de-

    ngan

    Boudeville,

    yaitu

    bahwa

    wilayah

    perencanaan

    harus

    mempunyai

    ciri-ciri:

    (a)

    cukup

    besar untuk

    mengambil

    keputusan-keputusan

    investasi

    yang

    berskala

    eko-

    nomi; (b)

    mampu mengubah

    industrinya sendiri

    dengan

    tenaga kerja yang

    ada;

    (c)

    mempunyai

    struktur

    ekonomi

    yang

    homogen;

    (d)

    mempunyai

    sekurang_kurangnya

    satu

    titik

    pertumbuhan

    (growth

    point);

    (e)

    menggunakan

    suatu cara

    pendekatan

    perencanaan

    pembangunan;

    (f)

    masyarakat

    dalam

    wilayah

    itu

    mempunyai

    kesa-

    daran

    bersama

    terhadap

    persoalan-persoalannya.

    Salah

    satu

    contoh wilayah

    perencanaan

    yang

    sesuai

    dengan

    pendapat

    Boudeville

    dan

    Klassen

    di

    atas,

    yang

    lebih

    rnenekankan

    pada

    aspek fisik

    dan

    ekonorni,

    yang

    ada di

    Indonesia

    adalah

    BARELANG (pulau

    Batam,

    p.

    Rempang

    dan

    p.

    Galang).

    Daerah perencanaan

    tersebut

    sudah lintas

    batas

    wilayah

    administrasi.

    wilayah

    perencanaan

    bukan

    hanya

    dari

    aspek

    fisik

    dan ekonomi,

    namun

    ada

    juga

    dari

    aspek

    ekologis.

    Misalnya

    dalam

    kaitannya

    dengan pengelolaan

    daerah

    aliran sungai

    (DAS).

    Pengelolaan

    daerah

    ariran

    sungai

    harus

    direncanakan

    dan

    dikelola

    mulai dari hulu

    sampai

    hilirnya

    secara

    terpadu, karena perlakuan

    di

    hulu

    akan berakibat

    di

    bagian

    hilirnya.

    contoh

    wilayah

    perencanaan

    dari

    aspek ekolo-

    gis

    adalah

    DAS

    cimanuk,

    DAS

    Branras,

    DAS

    citanduy

    dan lain

    sebagainya.

    3.

    Wilayah

    Pesisir

    dan

    Lautan

    wilayah pesisir

    dan lautan

    dari

    konsep

    wilayah

    bisa termasuk

    dalam

    keempat

    jenis

    wilayah

    tersebut.

    Sebagai

    wilayah

    homogen,

    wilayah pesisir

    merupakan

    wi-

    layah

    yang

    memproduksi

    ikan,

    namun

    bisajuga

    dikatakan

    sebagai

    wilayah

    dengan

    tingkat pendapatan

    penduduknya

    yang

    tergolong

    di

    bawah

    ga.is

    kemiskinan.

    Se-

    bagai

    wilayah

    nodal,

    wilayah

    pesisir

    seringkali

    sebagai

    wilayah

    belakang,

    sedang-

    kan

    daerah

    perkotaan

    sebagai

    intinya.

    Bahkan

    seringkali

    wilayah pesisir

    diangap

    sclrrgirr

    lrirlirnrirrr

    bclirkirttg

    (htu'k.vttrtl),

    yiurf'.

    lne rttpilkan tempat membuang

    segala

    nritcilnt lirrrbirlt.

    Scbirgiri

    wilayah

    belakang,

    wilayah

    pcsisir

    merupakan

    penyedia

    input

    (pasar

    input)

    bagi inti, dan merupakan

    pasar

    bagi barang-barangjadi

    (output)

    dari

    inti.

    Sebagai

    wilayah

    administrasi, wilayah

    pesisir

    dapat

    berupa wilayah

    adminis-

    trasi

    yang

    relatif

    kecil

    yaitu

    kecamatan

    atau

    desa,

    namun

    juga

    dapat berupa

    Kabu-

    paten/kota

    pada

    kabupaten/ kota

    yang

    berupa

    pulau

    kecil.

    Sedangkan

    sebagai

    wilayah

    perencanaan,

    batas wilayah

    pesisir

    lebih

    ditentu-

    kan dengan

    kriteria

    ekologis.

    Karena

    menggunakan batasan

    kriteria

    ekologis

    ter-

    sebut, maka

    batas

    wilayah

    pesisir

    sering

    melewati

    batas-batas satuan

    wilayah

    ad-

    ministratif.

    Sebagai

    contoh

    adalah

    wilayah

    pesisir Kabupaten Karawang,

    apabila

    nelayan/petambak

    di

    Kabupaten Karawang

    menebang

    habis

    pohon

    bakau

    yang

    ada

    di

    pantainya

    untuk

    dijadikan tambak

    udang,

    maka

    dampak negatifnya tidak

    hanya dirasakan

    oleh

    daerah

    tersebut

    tetapi akan berdampak

    terhadap

    wilayah

    pe-

    sisir

    Kabupaten

    Bekasi maupun Kabupaten

    Indramayu. Kondisi

    tersebut terjadi

    karena

    wilayah pesisir

    Kabupaten

    Karawang merupakan

    bagian dari

    wilayah

    pesi-

    sir

    pantai

    utara Jawa

    Barat

    bahkan Jawa,

    yang

    merupakan

    satu kesatuan

    wilayah

    perencanaan.

    -

    -

    -:;{

    ti

  • 8/16/2019 1401_Teknis Analisis Pembangunan Wilayah Pesisi Dan Lautan

    18/88

    BAB

    4

    Pemahaman

    tentang bagaimana

    keputusan

    mengenai

    lokasi

    mutlak

    diperlu-

    kan

    jika

    ingin

    membahas

    kegiatan

    pada

    ruang

    dan menganalisis

    bagaimana

    suatu

    wilayah

    tumbuh dan

    berkembang.

    Keputusan

    mengenai lokasi

    yang

    diambil

    oleh

    unit-unit

    pengambil keputusan akan

    menentukan

    struktur

    tataruang

    wilayah

    yang

    terbentuk.

    Unit-unit

    pengambil

    keputusan

    dalam

    penentuan lokasi

    dapat

    dibagi

    menjadi

    tiga,

    yaitu:

    (1)

    rumah tangga;

    (2)

    perusahaan; dan

    (3)

    pemerintah.

    Setiap

    unit-unit

    pengambil

    keputusan

    mempunyai kepentingan

    tersendiri ber-

    sumber

    dari

    aktivitas ekonomi

    yang

    dilakukan.

    Aktivitas

    ekonomi

    rumah tangga

    yang

    paling

    pokok

    adalah

    (a)

    penjualan

    jasa

    tenaga

    kerja,

    dan

    (b) konsumsi.

    Se-

    tiap

    rumah

    tangga

    dihadapkan

    kepada masalah

    pengambilan

    keputusan mengenai

    lokasi

    pemukiman,

    lokasi

    penjualan

    jasa (kerja)

    dan lokasi konsumsi,

    karena

    di-

    asumsikan bahwa

    setiap

    rumah

    tangga akan

    memaksimalkan

    kegunaan

    (utility)

    setiap

    barang dan

    jasa.

    Kegiatan ekonomi

    dari

    suatu

    perusahaan

    dapat dibagi

    menjadi

    tiga,

    yaitu:

    (a) pengumpulan input;

    (b)

    proses produksi;

    dan

    (c)

    proses

    pemasaran.

    Pengambilan

    keputusan

    tentang

    lokasi oleh

    suatu

    perusahaan adalah

    suatu

    usaha

    untuk

    memaksimalkan

    keuntungan

    yang

    diperolehnya.

    Hottelitrg

    (1981)

    mengilustrasikan

    tentang

    penentuan

    lokasi

    optimal

    bagi

    pe-

    rusahaan.

    Dalam

    penentuan lokasi

    optimal bagi

    perusahaan

    ini,

    Hotelling

    menge-

    mukakan

    asumsi-asumsi

    yang

    kaku,

    yaitu:(1)

    konsumen

    menyebar

    secara

    merata

    sepanjang

    daerah

    pasar

    yang

    linier;

    (2) permintaan

    dan

    preferensi

    setiap

    konsu-

    men adalah

    sama;

    (3)

    terdapat

    dua produsen,

    misalnya produsen

    A dan

    B

    yang

    menghasilkan

    produk yang homogen;

    (4)

    biaya

    produksi

    nol;

    (5)

    konsumen

    mem-

    bedakan

    barang

    yang

    diproduksi

    oleh

    produsen tersebut

    hanya

    dari

    sudut lokasi

    produsen;

    (6)

    produsen mengenakan

    harga

    f.o.b

    (free

    on

    board)

    untuk

    setiap

    unit

    barang,

    namun secara

    aktual terdapat

    perbedaan

    harga

    c

    & f

    (cost

    and

    freight)

    yang dibayar

    oleh

    tiap konsumen

    karena

    adanya

    biaya

    transpor

    untuk

    mengangkut

    barang

    tersebut

    ke tempat

    tinggal

    konsumen;

    (7)

    biaya transpor

    sama

    per

    unit

    ja-

    rak

    sepanjang

    daerah

    pasar

    tersebut;

    (8)

    permintaan inelastik

    sempurna;

    (9)

    perpindahan

    lokasi

    produsen dapat

    terjadi

    seketika

    dan tanpa biaya;

    (

    I 0)

    produsen

    ingin

    bersaing

    dalam harga

    dan

    lokasi, dan tiap

    produsen

    mampu menyediakan

    seluruh

    perrrintaan

    pasar

    dan

    (

    I

    I

    )

    tiap

    produsen bertujuan

    memaksimalkan

    keun-

    tungan.

    Pada

    Gambar

    4.1

    disajikan berbagai

    kemungkinan

    lokasi

    dari

    kedua

    pe-

    rusahaan

    tersebut

    sebelum

    mencapai

    keadaan

    seimbang

    (Gambar a.1

    (e)).

    Secara

    matematis

    persoalan

    lokasi

    dua

    perusahaan tersebut

    dapat

    dijelaskan

    sebagai

    berikut.

    Misalkan

    diambil

    contoh

    dari Gambar

    4.1(b) di

    atas

    yang

    me-

    ]0

    lr'latA

    .'lttrtlt.st.r

    l'unltttrrNtttrrttt

    ll'tl,ty,tlt

    ltr.\t.\n

    thut

    l1,uttt,t

    li'trr Itilttst )l

  • 8/16/2019 1401_Teknis Analisis Pembangunan Wilayah Pesisi Dan Lautan

    19/88

    Gambar

    4.1