document13

71
i KEEFEKTIFAN METODE PQRST DALAM MEMBACA PEMAHAMAN TEKS BACAAN PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS VII SEMESTER I SMP NEGERI 1 BRANGSONG KENDAL TAHUN AJARAN 2004-2005 SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Pada Universitas Negeri Semarang Oleh : DWI KARTIKAWATI NIM : 1124000037 FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN 2005

Upload: pustaka78

Post on 05-Dec-2014

81 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Document13

i

KEEFEKTIFAN METODE PQRST DALAM MEMBACA

PEMAHAMAN TEKS BACAAN PADA MATA PELAJARAN

BAHASA INDONESIA KELAS VII SEMESTER I

SMP NEGERI 1 BRANGSONG KENDAL

TAHUN AJARAN 2004-2005

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Pada Universitas Negeri Semarang

Oleh :

DWI KARTIKAWATI

NIM : 1124000037

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

2005

Page 2: Document13

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia

ujian skripsi pada :

Hari : ………………………

Tanggal : ………………………

Semarang, Februari

2005

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Nugroho, M.Psi Dra. Nurussa’adah, M.Si

NIP 131699300 NIP 131469642

Mengesahkan :

Ketua Jurusan KTP,

Drs. Haryanto

NIP 131404301

Page 3: Document13

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Telah dipertahankan dihadapan panitia ujian skripsi Fakultas Ilmu

Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Semarang pada :

Hari : Kamis

tanggal : 24 Februari 2005

Ketua Sekretaris

Drs. Siswanto, MM Drs. Sukirman, M.Si. NIP. 130515769 NIP. 131570066

Pembimbing I Penguji I

Dr. Nugroho, M.Psi. Drs. Hardjono NIP. 131699300 NIP. 130781006

Pembimbing II Penguji II

Dra. Nurrussa’adah, M.Si. Dr. Nugroho, M.Psi. NIP. 131469642 NIP. 131699300

Penguji III

Dra. Nurussa’adah, M.Si. NIP. 131469642

Page 4: Document13

iv

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar – benar hasil

karya sendiri, bukan jiplakan dari temuan orang, baik sebagian atau seluruhnya.

Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau

dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Februari 2005

Dwi Kartikawati

Page 5: Document13

v

SARI

Dwi Kartikawati, 2005. Keefektifan Metode PQRST Dalam Membaca

Pemahaman Teks Bacaan Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VII

Semester I SMP Negeri I Brangsong Kendal Tahun Ajaran 2004/2005. Jurusan

Kurikulum dan Teknologi Pendidikan. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas

Negeri Semarang.

Salah satu tujuan umum pembelajaran bahasa Indonesia berdasarkan

Kurikulum 1994 yang terkait dengan pembelajaran membaca adalah siswa dapat

memahami bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna, dan fungsi, serta

menggunakannya dengan tepat untuk bermacam-macam tujuan, keperluan, dan

keadaan. Sebenarnya siswa sudah dapat membaca dengan lancar, tetapi hanya

sebatas membaca dalam arti melambangkan tulisan. Jika menjawab pertanyaan isi

bacaan, siswa melihat kembali isi bacaan tersebut. Pada akhirnya siswa kesulitan

menyusun kembali isi bacaan dan tidak dapat menceritakan isi bacaan. Hal ini

merupakan kebiasaan membaca yang salah. Metode PQRST ini dapat membantu

siswa dalam mengatasi kesulitan dalam membaca pemahaman dan membantu

siswa yang daya ingatanya kurang atau kurang memahami bacaan yang dibacanya

dengan langkah-langkah membaca. Sehingga penulis ingin melakukan penelitian

mengenai Efektivitas Metode PQRST dalam Membaca Pemahaman Teks Bacaan

Mata pelajaran Bahasa Indonesia Pada Kelas VII SMP Negeri I Brangsong

Kendal Tahun Pelajaran 2004/2005. Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil belajar membaca pemahaman teks

bacaan dengan metode PQRST dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan

kelompok yang tidak menggunakan metode PQRST dan mengetahui seberapa

besar efektivitas penggunaan metode PQRST yang diberikan oleh guru dalam

membaca pemahaman teks bacaan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII yang

berjumlah 7 kelas yang berada di SMP Negeri 1 Brangsong kendal. Teknik

pengambilan sampel pada penelitian ini adalah teknik random sampling. Dari 7

kelas yang ada diambil 2 kelas untuk sampel penelitian. variabel dalam peneliitan

ini ada dua yaitu penggunaan metode PQRST sebagai variabel bebas dan prestasi

belajar membaca pemahaman siswa sebagai variabel terikat. Metode

pengumpulan data dengan dokumentasi, tes dan observasi. Data yang diperoleh

dianalisis menggunakan analisis statistik t test.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata hasil belajar

membaca pemahaman teks bacaan dengan metode PQRST pada siswa kelas VII

SMP Negeri 1 Brangsong tahun pelajaran 2004/2005 adalah 7,1 sedangkan rata-

rata hasil belajar pada kelompok kontrol adalah 6,1. Setelah dilakukan analisis

statistik dengan t test diperoleh harga thitung = 8.034 > t(0,975)(58) = 2.00. Dengan

demikian menunjukkan bahwa metode PQRST dapat meningkatkan hasil belajar

membaca pemahaman teks bacaan mata pelajaran Bahasa Indonesia pada siswa

kelas VII SMP Negeri 1 Brangsong. Efektivitas penggunaan metode PQRST

dalam meningkatkan hasil belajar membaca pemahaman teks bacaan mata

pelajaran Bahasa Indonesia sebesar 16,39%.

Page 6: Document13

vi

Mengacu dari hasil penelitian tersebut peneliti dapat mengajukan saran-

saran yaitu : 1) Dalam proses belajar mengajar hendaknya guru mengefektifkan

penggunaan metode PQRST dalam kegiatan belajar membaca pemahaman teks

bacaan mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas VII SLTP agar hasil belajar

siswa meningkat dan 2) Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan populasi

yang lebih luas sehingga diperoleh simpulan yang lebih menyakinkan

Page 7: Document13

vii

MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

� Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh

menghina hikmah dan didikan.

( Amsal 1 : 7 )

� Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan

kepadaku.

( Filipi 4 : 13 )

� Rencana Tuhan indah pada waktunya

( Penulis )

PERSEMBAHAN

Skripsi kupersembahkan untuk :

1. Ayahku (Almarhum) serta ibuku yang kuhormati yang selalu menjadi inspirasi

dan semangatku.

2. Mbak In dan keluarga kecilnya, serta adikku Bangkit yang menguatkanku saat

lemah.

3. Someone somewhere whom I believe will be my soulmate, thanks for your

invisible spirit.

4. Sahabat-sahabatku yang lucu D4 ( Dinny, Dona, Dewi), Etik, keluarga Putri

Salju kost dan semua yang tidak dapat kusebutkan satu persatu, .

5. Semua teman-teman kelasku jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan

angkatan tahun 2000.

6. Almamaterku UNNES yang selalu menjadi kebanggaanku.

Page 8: Document13

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis senantiasa panjatkan kepada Tuhan yang begitu baik

melimpahkan kasih dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini

dengan judul “Keefektifan Metode PQRST Dalam Membaca Pemahaman

Teks Bacaan Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VII Semester I

SMP Negari I Brangsong Kendal Tahun Pelajaran 2004 – 2005“. Penulis

sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi sebagai

persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu

Pendidikan Universitas Negeri Semarang.

Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis menyadari banyak pihak

yang telah membantu dan memberikan dorongan sehingga pada akhirnya skripsi

ini dapat berjalan dengan lancar. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. Dr. A.T Soegito, SH. MM, Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah

memberikan kesempatan dalam memberikan kesempatan dalam rangka

penulisan skripsi ini.

2. Drs. Siswanto, MM, Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri

Semarang yang telah memberikan ijin penelitian.

3. Drs. Haryanto, Ketua Jurusan dan Kurikulum Teknologi Pendidikan

Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin penelitian.

4. Dr. Nugroho, M. Psi, Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan

pengarahan dengan sabar dan bijaksana serta memberikan dorongan dari awal

hingga akhir penulis skripsi ini.

Page 9: Document13

ix

5. Dra. Nurussa’adah, M. Si, Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan

dan pengarahan dengan sabar dan bijaksana dari wal hingga akhir penulisan

skripsi ini.

6. Dra. Hj. Amin Ariyatna Yusuf, Kepala Sekolah SMP Negeri I Brangsong

Kendal, yang telah memberikan ijin melaksanakan penelitian.

7. Drs. Ratna Widuri dan Sri Listari S. Pd, Guru Bahasa Indonesia Kelas VII-A

dan VII-F yang telah memberikan bantuan dan dorongan untuk

menyelesaikan skripsi ini.

8. Keluarga besarku yang selalu memberikan semangat baik meterial maupun

spiritual.

9. Teman-teman dan semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung

yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat ditulis

satu persatu.

Dengan segala kerendahan hati, Penulis menyadari bahwa karya ini masih

belum sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun dari

berbagai pihak sangat diharapkan. Akhirnya semoga skripsi ini dapat berguna dan

bermanfaat bagi penulis sendiri hkususnya dan pembaca pada umumnya.

Semarang, Februari 2005

Penulis

Page 10: Document13

x

DAFTAR ISI

Halaman Judul.................................................................................................. i

Persetujuan Pembimbing.................................................................................. ii

Halaman Pengesahan ....................................................................................... iii

Pernyataan........................................................................................................ iv

Sari ................................................................................................................... v

Motto dan Persembahan................................................................................... vii

Kata Pengantar ................................................................................................. viii

Daftar Isi........................................................................................................... x

Daftar Tabel ..................................................................................................... xii

Daftar Gambar.................................................................................................. xiii

Daftar Lampiran ............................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 7

1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................... 8

1.4 Penegasan Istilah...................................................................... 8

1.5 Manfaat Penelitian ................................................................... 9

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS ........................................ 10

2.1 Konsep Bahasa ........................................................................... 10

2.2 Konsep Membaca....................................................................... 27

2.3 Konsep Metode PQRST............................................................. 36

BAB III METODE PENELITIAN.................................................................. 42

3.1 Jenis Penelitian............................................................................ 42

3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ..................................... 44

3.3 Variasi Penelitian ....................................................................... 44

3.4 Desain Penelitian......................................................................... 45

3.5 Metode Pengumpulan Data ......................................................... 46

x

Page 11: Document13

xi

3.6 Uji Coba Instrumen .................................................................... 54

3.7 Metode Analisis Data ................................................................. 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................. 55

4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian .......................................... 55

4.2 Penyajian Data ............................................................................ 56

4.3 Analisis Data ............................................................................... 56

4.4 Pembahasan................................................................................. 62

BAB V PENUTUP......................................................................................... 65

5.1 Simpulan ..................................................................................... 65

5.2 Saran ........................................................................................... 65

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 66

LAMPIRAN-LAMPIRAN............................................................................... 68

xi

Page 12: Document13

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

1. Jumlah Pelanggan PT. PLN yang membayar di Koperasi Unit Desa

“Makmur Jaya” .......................................................................................... 65

2. Hasil Kerjasama Koperasi Unit Desa “Makmur Jaya” PT. PLN (Persero)

.................................................................................................................... 66

3. Keuntungan Koperasi Unit Desa “Makmur Jaya” pada Tahun 1999- 2003

.................................................................................................................... 66

4. Hasil Ujui Normalitas Data........................................................................ 67

5. Hasil Uji Homogenitas data ....................................................................... 68

Page 13: Document13

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Hal

1. Analisis Uji Coba Soal 1............................................................................ 68

2. Perhitungan Validitas Tes 1 ....................................................................... 69

3. Perhitungan Tingkat Kesukaran Tes 1 ....................................................... 70

4. Perkitungan Daya Pembeda Tes 1.............................................................. 71

5. Perhitungan Reliabilitas ............................................................................. 72

6. Analisis Uji Coba Soal II ........................................................................... 73

7. Analisis Uji Coba Soal III .......................................................................... 74

8. Analisis Uji Coba Soal IV.......................................................................... 75

9. Analisis Uji Coba Soal V ........................................................................... 76

10. Data Nilai Pre Test Kelompok Kontrol Dan Eksperimen ......................... 77

11. Uji Normalitas Pre Test Kelompok Eksperimen........................................ 78

12. Uji Normalitas Pre Test Kelompok Kontrol .............................................. 79

13. Uji Kesamaan Varians Pre Test Kelompok Kontrol Dan Eksperimen ...... 80

14. Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Pre Test Kelompok Eksperimen Dan

Kontrol ....................................................................................................... 81

15. Hasil Belajar Siswa Kelompok Kontrol .................................................... 82

16. Hasil Belajar Siswa Pada Kelompok Kontrol Eksperimen........................ 83

17. Data Nilai Hasil Belajar Kelompok Eksperimen ....................................... 84

18. Uji Normalitas Nilai Hasil Belajar Post Test Kelompok Eksperimen ....... 85

19. Uji Normalitas Nilai Hasil Belajar Post Test Kelompok Kontrol.............. 87

Page 14: Document13

xiv

20. Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Hasil Belajar Post Test Kelompok Kontrol

Dan Eksperimen......................................................................................... 88

21. Satuan Pembelajaran Bacaan I ................................................................... 87

22. Rencana Pembelajaran Metode PQRST .................................................... 89

23. Satuan Pembelajaran II .............................................................................. 96

24. Rencana Pembelajaran Metode PQRST .................................................... 98

25. Satuan Pembelajaran III ............................................................................. 103

26. Rencana Pembelajaran Metode PQRST .................................................... 105

27. Satuan Pembelajaran IV............................................................................. 110

28. Rencana Pembelajaran Metode PQRST .................................................... 112

29. Satuan Pembelajaran V .............................................................................. 117

30. Rencana pembelajaran metode PQRST ..................................................... 119

31. Kisi-Kisi Lembar Observasi Penelitian...................................................... 124

32. Pedoman Observasi.................................................................................... 125

33. Daftar Observasipenelitian Metode PQRST .............................................. 128

34. Daftar Subjek Terpilih Sampel Penelitian SMP Negeri 1 Brangsong Tahun

Pelajaran 2004/2005 Kelompok Kontrol ................................................... 129

35. Daftar Subjek Terpilih Sampel Penelitian SMP Negeri 1 Brangsong Tahun

Pelajaran 2004/2005 Kelompok Eksperimen............................................. 130

36. Susunan Personalia SMP N 1 Brangsong Tahun Pelajaran 2004/2005 ..... 131

37. Dokumentasi ............................................................................................. 132

38. Permohonan Ijin Penelitian ....................................................................... 136

39. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian..................................... 137

xv

Page 15: Document13

xv

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sudah menjadi kenyataan, kalau Indonesia dalam kualitas pendidikan

berada diperingkat 109 sedangkan Malaysia berada di peringkat 61 dari seluruh

jumlah negara-negara di dunia ini. Berbagai temuan penelitian menunjukkan

bahwa kualitas pendidikan di Indonesia masih tertinggal jauh dari cita-cita luhur

kemerdekaan bangsa dan juga tertinggal dari kemajuan yang telah dicapai oleh

negara tetangga. Siswa sekolah menengah Indonesia berada pada posisi enam

terbawah dari tiga puluh delapan negara (The Third Mathematic Science Study;

2000). Sementara itu riset hasil PISA (Programme For Internasional Student

Assessment; 2003) menunjukkan bahwa kemampuan siswa Indonesia di tiga

bidang utama yakni membaca, matematika dan sain umumnya rendah. Namun

kebijakan Mendiknas untuk menetapkan kelulusan siswa ditentukan oleh

pencapaian nilai diatas 4,00 yang dalam ujian akhir siswa minimal harus

mencapai 4,01 untuk setiap mata pelajaran (Nasional maupun Lokal) tetap

dilaksanakan mulai tahun ajaran 2003/2004. Pengumuman ini diharapkan berlaku

pula untuk nilai mata pelajaran Bahasa Indonesia, agar kemandiriannya sebagai

sebuah disiplin ilmu sungguh-sungguh murni (Kompas 25Agustus 1998).

Hal inilah juga yang mungkin akan memacu para pengajar untuk lebih

meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya mata pelajaran Bahasa Indonesia

karena selain Bahasa Indonesia sebagai disiplin ilmu yang mutlak dipelajari,

Page 16: Document13

xvi

Bahasa Indonesia juga memiliki dua tugas. Tugas pertama adalah bahasa

Indonesia sebagai bahasa nasional yang tidak mengikat pemakainya sesuai dengan

kaidah dasar berbahasa Indonesia. Namun Bahasa Indonesia digunakan secara

nonresmi, santai, dan bebas. Yang dipentingkan dalam pergaulan dan

berkomunikasi dengan warga adalah makna yang disampaikan. Pemakai bahasa

Indonesia dalam konteks Bahasa Nasional dengan bebas menggunakan ujaranya

baik lisan, tulis, maupun lewat kinesiknya. Kebebasan menggunakan ujaran itu

juga ditentukan oleh konteks pembicaraan. Sebagai contoh, manakala Bahasa

Indonesia digunakan di bus antar kota, ragam yang digunakan adalah ragam bus

kota yang cenderung singkat, cepat, dan bernada keras.

Tugas kedua adalah bahasa Indonesia sebagai bahasa negara yang

digunakan sebagai Bahasa resmi. Dengan begitu, bahasa Indonesia harus

digunakan sesuai dengan kaidah, tartib, cermat, dan masuk akal. Bahasa Indonesia

yang dipakai harus lengkap dan baik. Tingkat kebakuan diukur oleh aturan

kebahasaan dan logika pemakaian. Dari ke-dua tugas tersebut, menunjukkaan

bahwa posisi bahasa Indonesia perlu mendapat perhatian bagi pembelajaran

bahasa Indonesia (Suyatno; 2004).

Dua tugas di atas tentunya akan memberikan dampak bagi pelajar bahasa

Indonesia yang masih awal dalam penguasaan kaidah bahasa Indonesia. pada satu

sisi, siswa harus belajar bahasa Indonesia sesuai kaidah, sedangkan pada sisi lain,

siswa menghadapi masyarakat yang berbahasa Indonesia secara bebas karena

fungsi bahasa pergaulan. Siswa yang masih belajar itu tentunya berada di dua

Page 17: Document13

xvii

tarikan yang kalah kuat. Tarikan masyarakat lebih kuat dibandingkan oleh tarikan

dari bangku sekolah.

Bermula dari kasus di atas, akhirnya banyak orang yang menganggap

bahwa yang penting dipahami bukan benar tidaknya, buat apa belajar bahasa

Indonesia karena tanpa belajarpun semua orang Indonesia dapat berbahasa

Indonesia, bahasa Indonesia sangat sulit dan bahasa Inggris lebih bergengsi

daripada bahasa Indonesia. Angapan itu akhirnya sampai ke siswa. Siswa menjadi

ogah-ogahan dalam belajar bahasa Indonesia. Banyak diantara siswa yang

terpaksa mengikuti mata pelajaran bahasa Indonesia. Selain itu tidak banyak yang

menyadari bahwa suatu pengajaran Bahasa selalu berkaitan pada proses

pembentukan logika dalam diri peserta didik. Acuan pokok yang paling mendasar

ini agaknya telah terabaikan dalam praktek pembelajaran Bahasa Indonesia di

sekolah. Kurikulum terbaru sebenarnya telah memberikan peluang yang luas bagi

guru untuk menggali kreativitas, baik yang menyangkut sumber bahan maupun

metode penyajian. ( Kompas 31 Mei 2004)

Kecenderungan lama masih saja muncul dengan mengajarkan bahan-bahan

pelajaran yang kira-kira akan keluar pada waktu ujian akhir. Ukuran keberhasilan

pengajaran Bahasa Indonesia hanya ditolak dengan ketepatan dalam menjawab

pertanyaan-pertanyaan dalam testing. Keadaan pembelajaran seperti itu telah

menjadi unsur dominan yang menggagalkan proses pembentukan logika dalam

pembelajaran Bahasa Indonesia. Sedangkan dalam menunjang kegiatan belajar

mengajar terdapat delapan kompetensi antara lain membaca, menulis, mendengar,

menutur, berhitung, mengamati, menghayal, dan menghayati. Dari kedelapan

Page 18: Document13

xviii

kompetensi tersebut sangat erat hubunganya dengan pengajaran Bahasa Indonesia

(Kompas 31 Mei 2004). Namun peranan pelajaran Bahasa Indonesia dalam

menumbuhkan kompetensi di atas masih sangat kurang terutama membaca. Hasil

riset PISA (Programme For Internasional Student Assessment; 2003)

menunjukkan bahwa kemampuan siswa Indonesia khususnya membaca umumnya

rendah.

Dalam pidatonya Presiden Megawati Soekarnoputri juga pernah

menyatakan bahwa dibanding dengan Singapura yang berpenduduk 200 juta jiwa,

Indonesia banyak memiliki siswa yang cerdas dan berkemampuan daripada

Singapura, namun rendahnya minat baca membuat Indonesia tertinggal dalam

mengembangkan teknologi dan pengetahuan (Kompas 30 juli 2004)

Dalam hal kemampuan literasi membaca siswa Indonesia juga jauh

tertinggal. Sebanyak 69% siswa Indonesia berada pada tingkat kecapaian 1

dibawah 1; sementara itu 63% siswa Thailand berada pada tingkat kemahiran 2

atau lebih tinggi. Sebanyak 31% siswa Indonesia berada di bawah tingkat

kemahiran 1 yang hanya memilik kemampuan literasi membaca sangat terbatas.

Keterbatasan ini mencakup ketidakmampuan mengenal tema bacaan dan inti

bacaan, kesulitan mencari informasi implisit dan ketidakmampuan mengaitkan

informasi bacaan dengan pengetahuan yang dimiliki. Hanya 6% siswa Indonesia

yang berada pada tingkat kemahiran 3 yakni memiliki kemampuan untuk mencari

gagasan utama bacaan, mengintegrasikan, mengontraskan, dan membandingkan

bagian-bagian bacaan, memahami informasi dari bacaan dengan rinci, dan

Page 19: Document13

xix

memahami informasi bacaan dengan rinci, dan memahami kaitan antara pilihan

informasi. (riset PISA Programme For Internasional Student Assessment; 2003)

Kenyataan tersebut membuktikan bahwa ketrampilan membaca sebagai

salah satu ketrampilan berbahasa merupakan ketrampilan pokok yang terus

menerus diperlukan. Ketrampilan membaca merupakan salah satu dari empat

ketrampilan berbahasa. Yaitu: menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Membaca mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Dengan

ketrampilan membaca, tiap orang akan memasuki dunia keilmuan yang penuh

pesona, memahami khasanah kearifan yang banyak hikmah dan mengembangkan

berbagai ketrampilan lainnya yang amat berguna untuk kelak menjadi sukses

dalam hidup. Aktivitas membaca yang trampil akan membuka jendela

pengetahuan yang luas, gerbang kearifan yang dalam dan lorong keahlian yang

lebar di masa depan (Gie dalam Widyamartaya, 1992:10). Ketrampilan membaca

sangat penting bagi semua pelajar karena banyak kegiatan belajar adalah

membaca. Berbagai mata pelajaran dapat dikuasai pelajar melalui kegiatan

membaca. Ilmu yang tersimpan dalam buku harus digali dan dicari melalui

kegiatan membaca. Ketrampilan membaca menentukan hasil penggalian ilmu itu.

Karena itu dapat kita katakan ketrampilan mambaca sangat diperlukan dalam

dunia modern. ( Tarigan, 1987:135).

Berdasarkan Kurikulum 1994, salah satu tujuan umum pembelajaran

bahasa Indonesia yang terkait dengan pembelajaran membaca adalah siswa dapat

memahami bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna, dan fungsi, serta

menggunakanya dengan tepat untuk bermacam-macam tujuan, keperluan, dan

Page 20: Document13

xx

keadaan (Depdikbud,1994:1). Sedangkan tujuan khusus bahasa Indonesia yang

terkait dengan pelajaran membaca diantaranya adalah siswa mampu menyerap

pesan, gagasan dan pendapat orang lain dari berbagai sumber, siswa mampu

mencari sumber, mengumpulkan, dan menyaring informasi dari bacaan

(Depdikbud, 1994:2). Namun dalam prakteknya guru masih memperlakukan

sebagian siswa seperti “robot” yang mau bergerak atau berbuat jika diperintah,

siswa tidak mempunyai inisiatif dan daya kreasi. Lebih parah dari itu, umumnya

mereka bersifat pasif dan acuh, bahkan sulit berkonsentrasi.

Sebenarnya tujuan kurikulum pembelajaran bahasa Indonesia di kelas VII

siswa sudah dapat membaca dengan lancar, tetapi hanya sebatas membaca dalam

arti melambangkan tulisan. Jika menjawab pertanyaan isi bacaan, siswa melihat

kembali bacaan tersebut. Pada akhirnya siswa kesulitan menyusun kembali isi

bacaan dan tidak dapat menceritakan isi bacaan. Hal ini merupakan kebiasaan

membaca yang salah, bahkan siswa tidak dapat menjawab pertanyaan literal.

Mereka kesulitan menggunakan ide dan informasi eksplisit yang tertuang dalam

bacaan. Yang biasa digunakan hanyalah intuisi dan pengalaman pribadi yang

dimilikinya sebagai dasar untuk memecahkan persoalan. Siswa juga kesulitan

untuk memastikan dan menilai kualitas, ketelitian, kebergunaan atau

kebermanfaatan ide yang terdapat dalam bacaan (pemahaman evaluatif).

Hal itu mengakibatkan ketidakmampuan menerapkan kepekaan emosional dan estetika yang dimilikinya dalam

merespon bentuk gaya, struktur, serta tehnik pemaparan ide dalam wacana. Selain itu Guru sering melakukan kegiatan

belajar mengajar yang monoton. Siswa hanya diminta membaca dalam hati kemudian menjawab pertanyaan-

pertanyaan isi bacaan dengan posisi terbuka. Hal ini menyebabkan siswa kurang aktif mengikuti pembelajaran

membaca sehingga kemampuan kognitf siswa kurang. Oleh karena itu, guru perlu menguasai dan dapat menerapkan

berbagai strategi yang dalamnya terdapat pendekatan, metode dan teknik secara spesifik. Guru harus pandai memilih

Page 21: Document13

xxi

dan menggunakan metode mengajar yang dianggap tepat sesuai dengan tujuan, bahan dan keadaan siswa. Untuk

menghindari kejenuhan disarankan agar guru menggunakan metode yang beragam.

Persoalan di atas seharusnya menjadi tantangan bagi pengajar untuk

mengembangkan metode-metode baru dalam mengajar khususnya membaca.

Menurut Widyamartaya (1992:60) metode-metode membaca yang dapat dipilih

oleh guru dalam pembelajaran membaca secara intensif dan relational antara lain

metode SQ3R, Metode OK5R, Metode PQRST, dan Metode SUPER SIX RS.

Teknik-teknik yang biasa digunakan dalam pengajaran membaca adalah tehnik

SQ3R, tehnik scramble, teknik membaca cepat, dan teknik irisan rumpang.

Namun kita juga dapat menggunakan metode metode SQ3R, Metode OK5R,

Metode PQRST, dan Metode SUPER SIX RS. Sebagai alternatif metode

pembelajaran membaca di sekolah. Salah satu metode yang dapat digunakan

adalah PQRST yang dipelopori oleh EL Thomas dan Ha Robinson dalam buku

mereka yang bejudul Improving Reading in Every Class. Metode PQRST ini

dapat membantu siswa dalam mengatasi kesulitan dalam membaca pemahaman

dan membantu siswa yang daya ingatanya kurang atau kurang memahami bacaan

yang dibacanya dengan langkah-langkah membaca. Dengan metode membaca ini

proses belajar mengajar, khususnya membaca pemahaman lebih variatif sehingga

dapat menghasilkan pembelajaran yang optimal.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka Metode PQRST dalam

membaca teks bacaaan di Sekolah Menengah Pertama diangkat menjadi

permasalahan penelitian ini. Sehingga penulis ingin melakukan penelitian

mengenai Efektivitas Metode PQRST dalam Membaca Pemahaman Teks Bacaan

Page 22: Document13

xxii

Mata pelajaran Bahasa Indonesia Pada Kelas VII SMP Negeri I Brangsong

Kendal Tahun Pelajaran 2004/2005.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1.2.1 Adakah perbedaan hasil belajar membaca pemahaman teks bacaan antara

kelompok belajar yang menggunakan metode PQRST dengan kelompok

yang tidak menggunakan metode PQRST dalam mata pelajaran Bahasa

Indonesia?

1.2.2 Seberapa besar efektivitas metode PQRST dalam membaca pemahaman

teks bacaan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1.3.1 Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil belajar membaca

pemahaman teks bacaan dengan metode PQRST.dalam mata pelajaran

Bahasa Indonesia dengan kelompok yang tidak menggunakan metode

PQRST.

1.3.2 Untuk mengetahui seberapa besar efektivitas penggunaan metode PQRST

yang diberikan oleh guru dalam membaca pemahaman teks bacaan dalam

mata pelajaran Bahasa Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, dapat diperoleh manfaat atau

pentingnya penelitian. Adapun manfaat penelitian ini adalah :

Page 23: Document13

xxiii

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam

pengembangan ilmu pengetahuan, terutama yang berhubungan dengan Bahasa

Indonesia. Selain itu juga dapat memberi pemahaman psikologis terhadap guru-

guru dalam penggunaan metode membaca agar lebih bervariasi.

1.4.2 Manfaat Praktis

1.4.2.1 Bagi Peneliti

Untuk menambah pengetahuan dan berbagai sarana untuk menerapkan

pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah terhadap masalah nyata yang

dihadapi oleh dunia pendidikan.

1.4.2.2 Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pada pihak

sekolah, yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam memacu

belajar siswa dalam meningkatkan hasil belajar yang lebih baik.

1.4.2.3 Bagi Fakultas

Dapat digunakan sebagai bahan untuk mengembangkan pengetahuan serta

bahan perbandingan bagi pembaca yang akan melakukan penelitian, khususnya

dalam kegiatan belajar mengajar bahasa Indonesia.

Page 24: Document13

xxiv

BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

2.1 Konsep Bahasa

2.1.1 Bahasa dan Berbahasa

Bahasa dan berbahasa adalah dua hal yang berbeda. Bahasa adalah alat verbal

yang digunakan untuk berkomunikasi, sedangkan berbahasa adalah

proses penyampaian informasi dalam berkomunikasi itu.

Pembelajaran bahasa, sebagai salah satu masalah kompleks manusia,

selain berkenaan dengan masalah bahasa, juga berkenaan dengan

masalah kegiatan berbahasa. Sedangkan kegiatan berbahasa itu bukan

hanya berlangsung secara mekanistik, tetapi juga berlangsung secara

mentalistik. Artinya, kegiatan berbahasa itu berkaitan juga dengan

proses atau kegiatan mental (otak).

2.1.1.1 Hakikat Bahasa

Bahasa itu adalah satu sistem, sama dengan sistem-sistem lain, yang

sekaligus bersifat sistematis dan bersifat sistemis. Jadi, bahasa itu bukan

merupakan satu sistem tunggal melainkan dibangun oleh sejumlah subsistem.

Sistem bahasa ini merupakan sistem lambang, sama dengan sistem lambang lalu

lintas, atau sistem lambang lainnya. Bedanya, sistem lambang bahasa ini berupa

bunyi, bukan gambar atau tanda lain, dan bunyi itu adalah bunyi bahasa yang

dilahirkan oleh alat ucap manusia.

Setiap lambang bahasa, baik kata, frase, klausa, kalimat, maupun wacana

memiliki makna tertentu, yang bisa saja berubah pada satu waktu tertentu. Atau

mungkin juga tidak berubah sama sekali

2.1.1.2 Asal – Usul Bahasa

Page 25: Document13

xxv

Banyak teori telah dilontarkan para pakar mengenai asal-usul bahasa.

Beberapa diantaranya adalah :

1. F. B. Condillac (1975), seorang filsuf bangsa Perancis berpendapat bahwa

bahasa itu berasal dari teriakan-teriakan dan gerak-gerik badan yang bersifat

naluri yang dibangkitkan oleh perasaan atau emosi yang kuat. Kemudian

teriakan-teriakan ini berubah menjadi bunyi-bunyi yang bermakna, dan yang

lama kelamaan semakin panjang dan rumit.

2. Von Sclegel (1975), seorang ahli filsafat bangsa Jerman, berpendapat bahwa

bahasa-bahasa yang ada di dunia ini tidak mungkin bersumber dari satu

bahasa. Asal-usul bahasa itu sangat berlainan tergantung pada faktor-faktor

yang mengatur tumbuhnya bahasa itu. Ada bahasa yang lahir dari onomatope

yaitu peniruan bunyi alam, ada juga yang lahir dari kesadaran manusia.

3. Brooks (1975), memperkenalkan satu teori mengenai asal-usul bahasa yang

sejalan dengan perkembangan psikolinguistik. Bahasa itu lahir pada waktu

yang sama dengan kelahiran manusia. Bahasa pada mulanya berbentuk bunyi-

bunyi tetap untuk menggantikan atau sebagai simbol bagi benda, hal, atau

kejadian tetap di sekitar yang dekat dengan bunyi-bunyi itu. Kemudian bunyi-

bunyi itu dipakai bersama oleh orang-orang di tempat itu. Sejak awal bahasa

itu pastilah merupakan satu kerangka atau struktur yang dibentuk oleh empat

unsur yaitu bunyi, keteraturan (order), bentuk, dan pilihan. Kemudian, karena

kelahiran bahasa bersamaan dengan kelahiran kebudayaan, maka melalui

kebudayaan ini segala hasil ciptaan kognisi seseorang dapat pula dimiliki oleh

orang lain, dan dapat pula diturunkan kepada generasi berikutnya.

Page 26: Document13

xxvi

2.1.1.3 Fungsi – Fungsi Bahasa

Fungsi bahasa adalah alat interaksi sosial, dalam arti alat untuk

menyampaikan pikiran, gagasan, konsep, atau juga perasaan (Chaer, 1995).

Wardhaugh (1972), seorang pakar sosiolinguistik juga mengatakan bahwa fungsi

adalah alat komunikasi manusia, baik lisan maupun tulisan. Namun, fungsi ini

sudah mencakup lima fungsi dasar yaitu fungsi ekspresi, fungsi informasi, fungsi

eksplorasi, fungsi persuasi, dan fungsi entertainment. (Michel, 1967 : 51)

Kelima fungsi dasar ini mewadahi konsep bahwa bahasa alat untuk

melahirkan ungkapan-ungkapan batin yang ingin disampaikan seorang penutur

kepada orang lain.

1. Fungsi ekspresi adalah penggunaan bahasa untuk pernyataan senang, benci,

kagum, marah, jengkel, sedih, dan kecewa dapat diungkapkan dengan bahasa

meskipun tingkah laku, gerak-gerik, dan mimik juga berperan dalam

pengungkapan ekspresi batin itu.

2. Fungsi informasi adalah fungsi untuk menyampaikan pesan atau amanat

kepada orang lain.

3. Fungsi eksplorasi adalah penggunaan bahasa untuk menjelaskan suatu hal,

perkara, dan keadaan.

4. Fungsi persuasi adalah penggunaan bahasa yang bersifat mempengaruhi atau

mengajak orang lain untuk melakukan sesuatu secara baik-baik.

5. Fungsi entertainment adalah penggunaan bahasa dengan maksud menghibur,

menyenangkan, atau memuaskan perasaan batin.

Page 27: Document13

xxvii

Karena bahasa ini digunakan manusia dalam segala tindak kehidupan,

sedangkan perilaku dalam kehidupan itu sangat luas dan beragam, maka fungsi-

fungsi bahasa itu bisa menjadi sangat banyak sesuai dengan banyaknya tindak dan

perilaku serta keperluan manusia dalam kehidupan. Oleh karena itu, dalam

pelbagai kepustakaan kita mungkin akan menemukan rincian fungsi-fungsi bahasa

yang berbeda dan beragam (Chaer, 1995 : Nasaban, 1984)

2.1.1.4 Struktur Bahasa

Dalam setiap analisis bahasa ada dua buah konsep yang perlu dipahami,

yaitu struktur dan sistem. Struktur menyangkut masalah hubungan antara unsur-

unsur di dalam satuan ujaran, misalnya antara fonem dengan fonem di dalam kata,

antara kata dengan kata di dalam frase, atau juga antara frase dengan frase di

dalam kalimat. Sedangkan sistem berkenaan dengan hubungan antara unsur-unsur

bahasa pada satuan-satuan ujaran yang lain.

Struktur itu sama dengan tata bahasa. Sedangkan tata bahasa itu sendiri

tidak lain dari pada “pengetahuan” penutur suatu bahasa mengenai bahasanya,

yang lazim disebut dengan istilah kompetensi. Kemudian kompetensi ini akan

dimanfaatkan dalam pelaksanaan bahasa (performansi), yaitu berupa bertutur atau

pemahaman akan tuturan. Lalu, di dalam pelaksanaan bahasa itu linguistik

generatif transformatif menyodorkan adanya konsep struktur dalam (deep

sructure) dan adanya struktur luar (surface structure).

Kompetensi yang merupakan pengetahuan seseorang akan bahasanya,

memungkinkan dia dapat melakukan performansi atau pelaksanaan bahasa itu

yang berupa memahami kalimat-kalimat yang didengar dan melahirkan kalimat-

Page 28: Document13

xxviii

kalimat dari bahasanya. Kompetensi berupa pengetahuan seseorang akan tata

bahasanya dinuranikan oleh orang sejalan dengan proses pemerolehan bahasa.

Yang dinuranikan itu tidak lain dari rumus-rumus atau kaidah-kaidah yang

jumlahnya terbatas, yang digunakan untuk membangkitkan kalimat-kalimat dalam

bahasa itu yang jumlahnya tidak terbatas. Ini berarti setiap kalimat yang bisa

dibangkitkan pasti bisa dimasukkan dalam salah satu rumus atau kaidah itu.

Andaikata ada kalimat yang aneh atau tidak bisa dimasukkan ke dalam salah satu

rumus yang ada, maka berarti tata bahasa itu secara empiris tidak memadai.

Yang dimaksud dengan struktur dalam adalah struktur kalimat itu secara

abstrak yang berada di dalam otak penutur sebelum kalimat itu diucapkan.

Sedangkan struktur luar adalah struktur kalimat itu ketika diucapkan yang dapat

kita dengar. Jadi bersifat konkret. Menurut teori ini, di dalam otak kita terdapat

satu peringkat representasi yang abstrak untuk kalimat yang kita lahirkan.

Representasi struktur dalam yang abtrak ini dihubungkan oleh rumus-rumus

transformasi dengan representasi struktur luar, yaitu kalimat-kalimat yang kita

dengar atau kita lahirkan.

2.1.2 Hubungan Berbahasa, Berpikir dan Berbudaya

Menurut Abdul Chaer, (Psikolinguistik; 2002) Berbahasa adalah

penyampaian pikiran atau perasaaan dari orang yang berbicara mengenai masalah

yang dihadapi dalam kehidupan budayanya. Jadi, kita lihat berbahasa, berpikir,

dan berbudaya adalah tiga hal atau tiga kegiatan yang saling berkaitan dalam

kehidupan manusia.

2.1.2.1 Teori Wilhelm Von Humboldt

Page 29: Document13

xxix

Wilhelm Von Humboldt (1767 – 1835), sarjana abad ke – 19, menekankan

adanya ketergantungan pemikiran manusia pada bahasa. Maksudnya, pandangan

hidup dan budaya suatu masyarakat ditentukan oleh bahasa masyarakat itu sendiri.

Anggota-anggota masyarakat itu tidak dapat menyimpang lagi dari garis-garis

yang telah ditentukan oleh bahasanya itu. Kalau salah seorang dari anggota

masyarakat ini ingin mengubah pandangan hidupnya, maka dia harus mempelajari

dulu satu bahasa lain. Maka dengan demikian dia akan menganut cara berpikir dan

juga berbudaya masyarakat bahasa lain itu.

Mengenai bahasa itu sendiri Von Humboldt berpendapat bahwa substansi

bahasa itu terdiri dari dua bagian. Bagian pertama berupa bunyi-bunyi dan bagian

lainnya berupa pikiran-pikiran yang belum terbentuk. Bunyi-bunyi dibentuk oleh

bunyi (lautorm) dan pikiran-pikiran dibentuk oleh pikiran (ideenform) atau

innereform. Jadi, bahasa menurut Von Humboldt merupakan sintense dari bunyi.

Dari keterangan itu bisa disimpulkan bahwa bunyi bahasa merupakan

bentuk luar, sedangkan pikiran adalah bentuk dalam. Bentuk luar bahasa itulah

yang kita dengar, sedangkan bentuk dalam bahasa berada di dalam otak. Kedua

bentuk inilah yang membelenggu manusia, dan menentukan cara berpikirnya.

Dengan kata lain bahwa struktur suatu bahasa menyatakan kehidupan dalam (otak,

pemikiran) penutur bahasa itu. Manusia hidup dengan dunia seluruhnya

sebagaimana bahasa menyuguhkannya atau memberikannya.

2.1.2.2 Teori Jean Piaget

Page 30: Document13

xxx

Piaget (1962), sarjana Perancis berpendapat justru pikiranlah yang

membentuk bahasa. Tanpa pikiran bahasa tidak akan ada. Pikiranlah yang

menentukan aspek-aspek sintaksis dan leksikon bahasa, bukan sebaliknya.

Piaget mengembangkan teori pertumbuhan kognisi. Menyatakan jika

seorang kanak-kanak dapat menggolong-golongkan sekumpulan benda-benda

dengan cara-cara yang berlainan sebelum kanak-kanak itu dapat menggolong-

golongkan benda-benda tersebut dengan menggunakan kata-kata yang serupa

dengan benda-benda tersebut, maka perkembangan kognisi dapat diterangkan

telah terjadi sebelum dia dapat berbahasa.

Menurut teori pertumbuhan kognisi, seorang kanak-kanak mempelajari

segala sesuatu mengenai dunia melalui tindakan-tindakan dari perilakunya dan

kemudian baru melalui bahasa. Tindak-tanduk atau perilaku kanak-kanak itu

merupakan manipulasi dunia pada satu waktu dan tempat tertentu dan bahasa

hanyalah satu alat yang memberikan kepada kanak-kanak itu satu kemampuan

untuk beranjak lebih jauh dari waktu dan tempat tertentu itu. Namun, jelas

gambaran benda-benda dan keadaan-keadaan dunia dan manipulasinya dalam otak

kanak-kanak tidak memerlukan bahasa.

Piaget mengemukakan dua hal penting mengenai hubungan bahasa dengan

kegiatan-kegiatan intelek (pikiran), sebagai berikut :

1. Sumber kegiatan intelek tidak terdapat dalam bahasa, tetapi dalam periode

sensomotorik, yaitu satu sistem skema, dikembangkan secara penuh dan

membuat lebih dahulu gambaran-gambaran dari aspek-aspek struktur

golongan-golongan dan hubungan-hubungan benda-benda (sebelum

Page 31: Document13

xxxi

mendahului gambaran-gambaran lain) dan bentuk-bentuk dasar penyimpanan

dan operasi pemakain kembali.

2. Pembentukan pikiran yang tepat dikemukakan dan berbentuk terjadi pada

waktu yang bersamaan dengan pemerolehan bahasa. Keduanya memiliki suatu

proses yang lebih umum, yaitu konstitusi fungsi lambang pada umumnya.

Fungsi lambang ini mempunyai beberapa aspek. Awal terjadinya fungsi

lambang ini ditandai oleh bermacam-macam perilaku yang terjadi serentak

dalam perkembangannya. Ucapan-ucapan bahasa pertama yang keluar sangat

erat hubungannya dan terjadi serentak dengan permainan lambang, peniruan,

dan bayangan-bayangan mental.

3. Piaget menegaskan bahwa intelek (pemikiran) sebenarnya adalah aksi atau

perilaku yang telah dinuranikan dan dalam kegiatan-kegiatan sensomotorik

termasuk juga perilaku bahasa.. yang perlu diingat adalah bahwa dalam jangka

waktu sensomotor ini kekekalan benda merupakan pemerolehan umum.

2.1.2.3 Teori Eric Lenneberg

Berkenaan dengan masalah hubungan maslah hubungan bahasa dan

berfikir, Eric mengajukan teori mengajukan teori yang disebut Teori

Kemampuan Bahasa Khusus (Lenneberg, 1964)

Menurut Lenneberg , banyak bukti yang menunjukkan bahwa manusia

menerima warisan biologi asli berupa kemampuan berkomunikasi dengan

Page 32: Document13

xxxii

menggunakan bahasa yang khusus untuk manusia dan yang tidak ada

hubungannya dengan kecerdasan dan pemikiran. Kanak-kanak, menurut

Lenneberg telah mempunyai biologi untuk berbahasa pada waktu mereka

masih berada pada tingkat kemampuan berpikir yang rendah, dan kemampuan

bercakap dan memahami kalimat mempunyai korelasi yang rendah dengan IQ

manusia.

Bukti bahwa manusia telah dipersiapkan secara biologis untuk

berbahasa menurut Lenneberg adalah sebagai berikut :

a. Kemampuan berbahasa sangat erat hubungannya dengan bagian-bagian

anatomi dan fonologi manusia, seperti bagian-bagian otak tertentu (bagian

konteks tertentu) yang mendasari bahasa.

b. Jadwal perkembangan bahasa yang sama berlaku bagi semua kanak-kanak

normal. Semua kanak-kanak bisa dikatakan mengikuti strategi dan waktu

pemerolehan bahasa yang sama, yaitu lebih dahulu menguasai prinsip-

prinsip pembagian dan pola persepsi.

c. Perkembangan bahasa tidak dapat dihambat meskipun pada kanak-kanak

yang mempunyai cacat tertentu seperti buta, tuli, atau memiliki orang tua

pekak sejak lahir. Namun, bahasa kanak-kanak ini tetap berkembang

dengan hanya sedikit keterlambatan.

d. Bahasa tidak dapat diajarkan pada makhluk lain. Hingga saat ini belum

pernah ada makhluk lain yang mampu menguasai bahasa, sekalipun telah

diajar dengan cara-cara yang luar biasa.

Page 33: Document13

xxxiii

Lenneberg dalam Teori Kemampuan Bahasa Khusus telah

menyimpulkan banyak bukti yang menyatakan bahwa upaya manusia untuk

berbahasa didasari oleh biologi yang khusus untuk manusia dan bersumber

pada genetik tersendiri secara asal. Namun, dalam bukunya yang ditulis

kemudian (1967), beliau mulai cenderung beranggapan bahwa bahasa

dihasilkan oleh upaya kognitif, bukan linguistik yang lebih luas, sehingga

menyerupai pandangan Piaget.

2.1.2.4 Teori Bruner

Dalam masalah hubungan bahasa dan berfikir,) memperkenalkan teori

yang disebutnya Teori Instrumentalisme. Menurut teori ini bahasa adalah alat

pada manusia untuk mengembangkan dan menyempurnakan pemikiran itu

(Bruner, 1965). Dengan kata lain, bahasa dapat membantu pemikiran manusia

supaya dapat berpikir lebih sistemis. Bahasa dan pemikiran berkembang dari

sumber yang sama. Oleh karena itu, keduanya mempunyai bentuk yang sangat

serupa, maka keduanya dapat saling membantu. Selanjutnya, bahasa dan pikiran

adalah alat untuk berlakunya aksi. Menurut teori ini bahasa sebagai alat pemikiran

harus berhubungan langsung dengan perilaku aksi, dan dengan struktur perilaku

ini pada peringkat permulaan. Lalu, pada peringkat selanjutnya bahasa ini harus

berkembang ke arah suatu bentuk yang melibatkan keeksplisitan yang besar dan

ketidaktergantungan pada konteks, sehingga pikiran-pikiran atau kalimat-kalimat

dapat ditafsirkan atau dipahami tanpa pengetahuan situasi sewaktu kalimat itu

diucapkan, atau tanpa mengetahui situasi yang mendasari maksud atau tujuan

penutur. Dengan bahasa sebagai alat kita dapat merencanakan sesuatu aksi jauh

Page 34: Document13

xxxiv

sebelum aksi itu terjadi. Dengan cara yang sama pikiran juga berfungsi sebagai

alat untuk membantu terjadinya suatu aksi karena pikiran dapat membantu peta-

peta kognitif mengarah pada bahasa, dan pikiran muncul bersama-sama untuk

mengatur aksi manusia. Selanjutnya keduanya saling membantu. Dalam hal ini

pikiran memakai elemen hubungan-hubungan yang dapat digabungkan untuk

membimbing aksi yang sebenarnya sedangkan bahasa menyediakan representasi

prosedur-prosedur untuk melaksanakan aksi itu.

2.2 Konsep Membaca

2.2.1 Hakekat Membaca

Hodgson (dalam Tarigan, 1986) memberikan definisi membaca suatu

prose yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan

yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis.

Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan

akan terlibat dalam pandangan sekilas dan agar kata-kata secara individual akan

dapat diketahui. Jika hal ini tidak terpenuhi, maka pesan yang tersurat maupun

yang tersirat tidak akan dipahami dan proses membaca tidak terlaksana dengan

baik.

Membaca adalah proses melisankan lambang yang tertulis. Dari sudut

linguistik membaca adalah proses penyandian dan pembacaan sandi. Membaca

adalah perbuatan yang dilakukan dengan sadar untuk mengenal lambang yang

disampaikan penulis untuk menyampaikan makna. Pendapat lain membaca

merupakan metode yang dipergunakan untuk berkomunikasi atau

Page 35: Document13

xxxv

mengkomunikasikan makna yang terkandung pada lambang-lambang (Tarigan,

1989:18).

Menurut Endang (dalam Tarigan 1989:133) adalah aktivitas pencarian

informasi melalui lambang-lambang tertulis. Membaca adalah suatu proses

bernalar (Reading is reasioning). Dengan membaca kita mencoba mendapatkan

informasi hingga mengendap menjadi sebuah pengetahuan. Pengetahuan itu

sendiri akhirnya menjadi suatu dasar untuk dinamisasi kehidupan,

memperlihatkan eksistensi, berjuang mempertahankan hidup, dan

mengembangkan dalam bentuk sains dan teknologi sebagai kebutuhan hidup

manusia.

2.2.2 Aspek-Aspek Membaca

Secara garis besar terdapat dua aspek penting dalam membaca, yaitu aspek

yang bersifat mekanis dan aspek yang bersifat pemahaman.

2.1 Ketrampilan yang bersifat mekanis (mechanical skills) yang dapat dianggap

berada pada urutan lebih rendah (lower order).

Aspek ini mencakupi:

1) pengenalan bentuk huruf

2) pengenalan unsure-unsur linguistik (fonem/grafem, kata, pola klauosa,

kalimat, dan lain-lain)

3) pengenalan hubungan/koresponden pola ejaan dan bunyi (kemampuan

menyuarakan bahan tertulis)

4) kecepatan membaca bersifat lambat.

Page 36: Document13

xxxvi

2.2 Ketrampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skills) yang dapat

diungkapkan berada pada urutan yang lebih tiggi (higher order). Aspek ini

mencakupi:

1) Memahami pengertian-pengertian sederhana, yang meliputi:

(1). Kemampuan memahami kata-kata atau istilah yang terdapat dalam suatu

bacaan.

(2). Kemampuan memahami pola-pola kalimat, bentuk kata, serta susunan kalimat

panjang yang sering dijumpai dalam tulisan resmi.

(3). Kemampuan menafsirkan lambang-lambang atau tanda-tanda tulisan yang

terdapat dalam bacaan.

2) Memahami signifikan atau makna, yang mencangkupi:

(1). Kemampuan memahami ide-ide pokok yang dikemukakan oleh pengarang

(2). Kemampuan mengaplikasikan isi karangan dengan kebudayaan yang ada.

(3). Dapat menyusuaikan kecepatan membaca dengan tujuan yang hendak dicapai

(kholid dalam tarigan, 1989:42).

(4). Dapat mengevaluasi isi dan bentuk suatu karangan.

(5). Dapat menyesuaikan kecepatan membaca dengan tujuan yang hendak dicapai.

Munby (dalam Nababan, 1993:165) berpendapat bahwa membaca itu

melibatkan ketrampilan sebagai berikut:

1. mengenal ortografi suatu teks,

2. mengambil simpulan mengenai makna kata-kata dan menggunakan butir-butir

leksis (kosakata) yang belum dikenal.

3. Memahami informasi yang diberikan dalam bacaan secara eksplisit,

Page 37: Document13

xxxvii

4. Memahami informasi yang diberikan dalam bacaan secara implisit,

5. Memahami fungsi-fungsi komunikatif kalimat-kalimat dalam bacaan itu,

6. Memahami kaitan-kaitan unsur-unsur dalam kalimat (intrakalimat),

7. Memahami kaitan-kaitan antara bagian-bagian suatu teks melalui strategi

kohesi leksis,

8. Mengenal butir-butir indicator dalam wacana,

9. Mengidentifikasi butir-butir yang penting atau informasi yang paling

menonjol dalam teks,

10. Membedakan ide pokok dari ide-ide penunjang,

11. Mencarikan butir-butir yang penting untuk dirangkum,

12. Memilih butir-butir yang relevan dari teks,

13. Meningkatkan ketrampilan untuk merujuk pada konsep lain yang mendasar,

14. Mencari pokok landasan dari teks (Scimming)

15. Mencari informasi khusus dari teks (scanning).

16. Mengalihkan informasi dari suatu teks menjadi diagram, skets, skema, dsb

(trancoding)

17. Mengenal isi teks melalui sajian dalam bentuk lain, dengan tempat-tempat

kosong setiap kata ke sekian (close presedur)

18. Mengintrepetasiakan teks dengan memandang isi atau pesan dari luar teks.

2.2.3 Tujuan Membaca

Page 38: Document13

xxxviii

Umumnya orang membaca itu bertujuan untuk mengerti atau memahami

isi atau pesan yang terdapat pada teks seefisien mungkin. Tujuan membaca

pemahaman dipaparkan oleh Tarigan (1993:37) sebagai berikut:

1) menemukan ide pokok,

2) Memilih butir-butir penting,

3) Mengikuti petunjuk-petunjuk,

4) Menentukan organisasi bahan bacaan,

5) Menemukan citra visual dan citra lainya,

6) Menemukan citra visual dan citra lainnya

7) Menarik simpulan,

8) Menduga makna dan merangkaikan dampaknya,

9) Menyusun rangkuman,

10) Membedakan fakta dari pendapat.

Menurut Nababan (1993:164-165) tujuan membaca ialah:

1) Untuk mengerti atau memahami isi/pesan yang terkandung dalam satu bacaan

seefisien mungkin, dan

2) Morrow (dalam Tarigan, 1993:89-104) mengatakan bahwa tujuan membaca

ialah untuk mencari informasi yang :

(1). Kognitif dan intelektual, yakni yang digunakan seseorang untuk menambah

keilmiahanya sendiri:

(2). Referensional dan intelektual, yakni yang digunakan seseorang untuk

mengetahui fakta-fakta yang nyata di dunia ini, dan

Page 39: Document13

xxxix

(3). Afektif dan emosional, yakni yang digunakan seseorang untuk mencari

kenikmatan makna bacaan.

Tujuan aktivitas membaca, menurut River ( dalam Akhmadi, 1984:13)

sejak permulaan belajar, menunjukkan bahwa pembaca:

1) Menginginkan informasi untuk tujuan-tujuan tertentu, atau karena ingin tahu

tentang beberapa topik,

2) Memerlukan instruksi untuk dapat melaksanakan beberapa tugas dalam

pekerjaan atau hidup shari-hari,

3) Ingin melaksanakan beberapa aktivitas yang menyenangkan, seperti: ingin

bermain drama, atau permainan baru yang lain.

4) Ingin akrab dengan teman dengan berkorespondensi,

5) Ingin tahu di mana dan kapan sesuatu terjadi,

6) Ingin mencari atau menemukan kesenangan dan menikmati (membaca karya

sastra)

Berikut ini implikasi tujuan membaca yang dikemukakan oleh Fowler

(dalam Akhmadi, 1984:14):

1) Suatu program pengajaran membaca yang bertujuan untuk: (1) menambah

kecepatan dan memperbaiki pemahaman; (2) mengajar siswa bagaimana

menghadaptasi pendekatan membaca terhadap berbagai variasi bahan bacaan;

(3) memperbaiki pembacaan bagi semua ketrampilan berbahasa.

Page 40: Document13

xl

2) Suatu latihan membaca untuk dapat mengapresiasikan dan memperoleh

kesenangan estik dari prosa atau puisi (karya sastra)

3) Program individual yang ditujukan untuk mendorong siswa agar membaca

sebanyak-banyaknya dan memungkinkan siswa itu dapt mengembangkan diri

menjadi pembaca yang teliti sepanjamg hayatnya.

Membaca sebagai ketrampilan berbahasa yang menjadi salah satu aspek

pembelajaran bahasa Indonesia pada jenjang SLTP. Sebagai konsekwensinya,

ketrampilan membaca terdapat dalam kurikulum SLTP bidang studi Bahasa

Indonesia. Tujuan pembelajaran membaca yang tercantum dalam Garis-Garis

Besar Progaram Pembelajaran Bahasa Indonesi SLTP seperti berikut:

Kelas VII

1) siswa memeroleh informasi berupa pengetahuan, gagasan, pendapat,

permasalahan, pesan, ungkapan perasan, pengalaman atau peristiwa secara

lisan atau tulisan.

2) siswa memahami isi wacana secara garis besar dan memberikan

tanggapandalam berbagai bentuk.

3) siswa mampu menangkap pesan, gagasan, pengalaman, pendapat yang tersurat

dan tersirat secara cepat dan tepat.

4) siswa mampu meninkmati karya dan menafsirkan maknanya.

Dari deskripsi tentang tujuan pembelajaran membaca pada GBPP Bahasa

Indonesia kurikulum 1994 itu dapatlah disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran

membaca di SLTP adalah agar siswa mampu mencari serta memperoleh

informasi, yang mencakupi isi dan memahami makna bacaan.

2.2.4 Prinsip Pembelajaran Membaca

Page 41: Document13

xli

Menurut Tarigan ( 1998:27) pembelajaran membaca pada jenjang sekolah

menengah pertama dan sekolah umum menurut tingkat pemahaman yang lebih

tinggi. Untuk mengukur tinggkat pemahaman yang lebih tinggi menurut jenjang

pendidikan diperlukan pilihan teknik dan kegiatan membaca disamping perhatian

pada materi dan isi bacaan disamping perhatian pada materi dan isi bacaan.

Bacaan harus menarik dan bermanfaat. Oleh karena itu, perlu diperhatikan prinsip

membaca berikut ini.

1) Membaca bukanlah hanya mengenal huruf dan membunyikanya, pembelajaran

bahasa harus meyampaikan pengenalan huruf dan bunyi.

2) Membaca dan menguasai bahasa terjadi serentak. Seseorang tidak dapat

dikatakan mempunyai ketrampilan membaca jika ia tidak menguasai bahasa.

3) Membaca dan berfikir terjadi serempak. Orang tidak dapat membaca tanpa

mempergunakan pikiran dan perasan.

4) Membaca menghubungkan lambang tulis dengan ide dan rujukan yang ada di

pemahaman.

5) Membaca berarti memahami. Ini berarti pembelajarn membaca bermuara pada

pemahaman.

2.2.5 Alternatif Pembelajaran Membaca

Berdasarkan prinsip alternatif pembelajaran membaca perlu

dipertimbangkan alternatif pembelajaran membaca berikut ini.

1) Membaca nyaring/teknis

2) Membaca pemahaman/diam/dalam hati

3) Membaca kritis/evaluatif

Page 42: Document13

xlii

4) Membaca cepat (ukuran)

5) Membaca sekilas (mencari sesuatu yang dibutuhkan)

6) Membaca petunjuk kerja

7) Memebaca indeks

8) Membaca indah

9) Memebaca apresiasi

10) Membaca untuk kesenangan

11) Membaca untuk orang lain

12) Membaca pidato, laporan

13) Membaca dongeng

14) Membaca drama (drama radio)

15) Meringkas kembali

16) Membaca isi

17) Menceritakan kembali misi bacaan

18) Mengajukan pertanyaan berdasarkan teks bacaan

19) Mendiskusikan tentang bacaan

20) Mendramakan bacaan

21) Mempraktikan apa yang dibaca

22) Membaca kata dan petunjuk jalan

23) Membaca resep dokter

24) Membaca etiket pada kemasanya

25) Menyadur hasil bacaan dan menerapkan dalam konteks yang lain

26) Membuat kesimpulan dan implikasi dari bacaan

Page 43: Document13

xliii

27) Menentukan keterpaduan, keruntutan, dan kebenaran isi bacaan.

Alternarif pembelajaran bahasa yang dipilih dalam penelitian ini adalah

membaca pemahaman/diam/dalam hati.

2.3 Konsep Metode PQRST

2.3.1 Metode PQRST

Pembelajaran membaca tidak dapat berlangsung tanpa metode. Metode itu

berupa Prosedur atau tata cara yang hendaknya diikuti dalam rangka mencapai

tujuan penbelajaran. Safari (1997:29) menyatakan bahwa metode itu cara untuk

mencapai tujuan. Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara-cara

menyeluruh (dari awal sampai akhir) dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Metode ini bersifat prosedural, artinya menggambarkan prosedur bagaimana

mencapai tujuan pembelajaran.

Ada beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk

mengajarkan ketrampilan membaca kepada siswa SLTP. Diantara metode-metode

pembelajaran membaca itu antara lain metode SQ3R, SQ4R, POINT, OK3R,

PQRST, RSVP, EARTH, OARWET, PANORAMA. Metode membaca dengan

teknik scrembel, dengan teknik membaca cepat, dan metode membaca dengan

teknik isian rumpang (Budinuryanto, 1997:11-12)

2.3.2 Hakikat Metode PQRS

Metode PQRST adalah salah satu metode membaca yang mirip atau bahkan

sama dengan metode SQ3R (Widyamartaya, 1992:63). PQRST merupakan

singkatan dari inti kegiatan preview, question, read, summerize, test. PQRST

sebenarnya merupakan suatu metode atau strategi membaca buku yang terutama

Page 44: Document13

xliv

ditujukan untuk kepentingan studi, namun peneliti dapat meminjam konsep-

konsep dan langkah-langkah dari metode ini untuk kepentingan pengajaran

membaca di sekolah terutama untuk siswa-siswa yang sudah tergolong pembaca

tingkat lanjut (Budinuryanto, 1997: 11-14).

Metode PQRST di dalam penelitian ini adalah metode membaca teks bacaan

yang terdiri dari lima kegiatan previw, question, read, summerize, dan test serta

beberapa kegiatan tambahan terdiri atas membahas pertanyaan, membahas

jawaban, menentukan kalimat utama, kalimat penjelas, ide pokok dan ide

penjelas.

2.3.3 Prosedur Metode PQRST

Di bawah ini dijabarkan tiap-tiap kegiatan tersebut.

Langkah 1 adalah P-preview yang sama dengan penjajagan atau tinjauan

pendahuluan. Dalam langkah pertama dilakukan memeriksa halaman-halaman bab

yang akan dipelajari. Judul-judul paragraph atau bagiannya, gambar-gambarnya,

grafik-grafiknya, diagramnya, peta-petanya (kalu ada), dibaca pertanyaan atau

rangka

man pada akhir bab (kalau ada). Tujuannya untuk memperoleh kesan atau

gagasan umum tentang isinya. Penyelidikan ini dilakukan dengan membaca

selintas (skimming).

Langkah ke 2 adalah Q-Question atau menanyakan. Dalam langkah kedua

ini diajukan pertanyaan-pertanyaan sebelum membaca seluruh bab. Pertanyaan-

pertaayaan didasarkan pada bahan yang sudah dibaca selintas tadi, misalnya

dengan mengubah judul-judul paragraph menjadi bentuk pertanyaan lengkap

dengan pertanyan (cukup dalam pikiran saja). Pertanyaan-pertanyaan itu akan

Page 45: Document13

xlv

membangkitkan keingintahuan akan membantu untuk membaca dengan tujuan

mencari jawaban-jawaban yang penting (relevan), dan akhirnya akan

meningkatkan pemahaman dan mempercepat pnguasaan seluruh isi bab.

Langkah 3 adalah R-Read atau membaca. Dalam langkah ketiga ini

dilaksanakan kegiatan membaca untuk mencari jawaban atas pertanyaan-

pertanyaan yang sudah disusun.

Langkah 4 adalah S-Summerize atau meringkas. Dalam langkah keempat

ini disusun catatan dan membuat ringkasan ide-ide pokok artikel atau bab

tersebut. Ringkasan ini dapat berupa tulisan atau garis besar (outline).

Langkah 5 adalah T-Test sama atau mirip dengan priview atau mengulang

dalam langkah kelima diulang lagi dan diingat-ingat kembali seluruh isi ringkasan

dan penting dari seluruh bab tersebut, diusahakan untuk memperoleh penguasaan

bulat meyeluruh, dan kokoh atas bahan.

1) Tujuan PQRST

Tujuan utama membaca dengan metode PQRST adalah sebagai berikut:

(1). Membekali siswa untuk mengunakan pendekatan yang sistematis dalam

membaca.

(2). Meningkatkan pembelajaran membaca secar mantap dan efisien untuk

berbagai materi bacaan sehingga hasikaya meningkat.

2) Manfaat PQRST

Manfaat PQRST bagi para siswa adalah sebagai berikut:

(1). Siswa mendapat bekal metode belajar yang sistematis, efektif, dan efisien.

(2). Siswa menjadi fleksibel dalam mengatur kecepatan membaca.

Page 46: Document13

xlvi

(3). Dalam membaca di luar pembelajaran, siswa dapat menentukan materi yang

sesuai dengan keperluannya atau tidak.

3) Model Pembelajaran PQRST.

Model pembelajaran PQRST dilakukan dengan langkah-langkah berikut

ini.

(1). Siswa menerima bacaan dengan posisi bacaan tertutup.

(2). Siswa melaksanakan penjajagan dengan membaca sekilas bacaan.

(3). Siswa menyusun pertanyaan.

(4). Siswa membahas pertanyaan.

(5). Siswa membaca teliti untuk mendapatakan jawaban atas pertanyaan yang

tersaji.

(6). Siswa menjawab pertanyaan yang telah disusun.

(7). Siswa menceritakan isi bacaan.

(8). Siswa meninjau kembali bacaan.

Dari uraian di atas ketrampilan yang diharapkan melalui kegiatan

pembelajaran membaca dengan metode PQRST di dalam penelitian ini antara lain

seperti berikut :

1) Siswa dapat menjawab petanyaan literal.

2) Siswa dapat menjawab pertanyaan infoerensial.

3) Siswa dapat menentukan ide pokok.

4) Siswa dapat menentukan ide penjelas.

5) Siswa dapat menentukan kalimat utama paragraph.

6) Siswa dapat menentukan kalimat penjelas paragraph.

7) Siswa dapat menyimpulkan isi bacaan.

Page 47: Document13

xlvii

2.4 HIPOTESIS

Ho (hipotesis nihil) : tidak ada pengaruh metode belajar PQRST terhadap

hasil belajar siswa mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMP N 1 Brongsong.

Ha ( hipotesis alternatif) : ada pengaruh metode PQRST terhadap hasil

belajar siswa SMP N 1 Brongsong.

Oleh karena itu dalam penelitian ini hipotesis penelitian (Ha) yang

berbunyi “Siswa yang menempuh proses belajar mengajar dengan metode

membaca PQRST hasil belajarnya lebih baik daripada siswa yang menempuh

proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional”

harus diubah terlebih dahulu ke dalam hipotesis nihil (Ho) yang berbunyi “Siswa

yang menempuh proses belajar mengajar dengan metode membaca PQRST hasil

belajarnya tidak berbeda dari siswa yang menempuh proses belajar mengajar

dengan model pembelajaran konvensional”.

Page 48: Document13

xlviii

BAB III

METODE PENELITIAN

Suatu penelitian ilmiah pada dasarnya merupakan usaha untuk

menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu ilmu pengetahuan.

Dalam usaha untuk menemukan dan menguji kebenaran tersebut dilakukan untuk

mencapai suatu tujuan. Dalam suatu penelitian ilmiah selalu berdasarkan metode

yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Penelitian ilmiah juga

merupakan penyelidikan yang sistematis, terkontrol, empiris, dan kritis tentang

fenomena-fenomena alami dengan dipandu oleh teori-teori dan hipotesis-hipotesis

tentang hubungan yang dikira terdapat antara fenomena-fenomena itu.

Wody (1927) sebagaimana dikutip oleh Nazir (1999:14) mengartikan

bahwa penelitian merupakan sebuah metode critical thinking. Penelitian meliputi

pemberian definisi dan redefinisi terhadap masalah, memformulasikan hipotesis

atau jawaban sementara, membuat kesimpulan dan sekurang-kurangnya

mengadakan penyajian yang hati-hati atas semua kesimpulan untuk menentukan

apakah ia cocok dengan hipotesis. Metode penelitian juga sering disebut sebagai

cara-cara yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan dengan menggunakan

prosedur yang reliabel dan terpercaya.

Dapat disimpulkan yang dimaksud dengan metodologi penelitian adalah

ilmu pengetahuan yang membicarakan mengenai cara-cara melaksanakan

penelitian yang berdasarkan fakta-fakta atau gejala-gejala secara ilmiah.

Penelitian merupakan suatu penyelidikan yang terorganisir terhadap suatu

pengetahuan baru. Agar suatu penelitian memperoleh hasil yang sesuai dengan

Page 49: Document13

xlix

tujuan penelitian, maka peneliti memandang perlu menjelaskan langkah-langkah

operasional penelitian dan uraian-uraian aspek-aspek yang berkaitan dengan

pengukuran variabel yang akan dibahas dalam metode penelitian ini. Adapun

langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:

3.1 Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

eksperimen. Penelitian eksperimen ini dilakukan dengan mengadakan manipulasi

terhadap objek penelitian serta adanya kontrol. Sedangkan penelitian eksperimen

dilakukan peneliti dengan tujuan untuk mengetes, mengecek atau membuktikan

suatu hipotesis, ada tidaknya pengaruh metode membaca dari suatu treatment

atau perlakuan.

Dalam penelitian ini, manipulasi atau pelakuan yang diberikan adalah

pembelajaran dengan metode PQRST kepada kelompok eksperimen. Selain

terdapat kelompok eksperimen, dalam penelitian ini juga terdapat kelompok

kontrol yang tidak diberikan perlakuan oleh peneliti.

Jadi peneliti melakukan penelitian dengan cara memberikan perlakuan

yaitu pembelajaran dengan metode PQRST kepada kelompok eksperimen yang

nantinya dibandingkan dengan kelompok kontrol untuk membuktikan kebenaran

dari hipotesis yang telah dirumuskan, yaitu Efektifitas Metode PQRST Dalam

Membaca Pemahaman Teks Bacaan Dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di

SMP negeri 1 Brangsong Kendal Semester 1 Tahun Ajaran 2004/2005.

3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

3.2.1 Populasi

Dalam penelitan ini populasi yang diambil adalah siswa 7 yang berjumlah 7 kelas yang berada di SMP Negeri 1

Brangsong kendal.

Page 50: Document13

l

3.2.2 Sampel

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah teknik random

sampling. Teknik random sampling dipakai karena teknik ini lebih teliti dan untuk

menghindari siswa tidak masuk agar tidak terjadi bias dalam sampel penelitian.

Teknik random sampling diambil sampel pada populasi secara acak. Hal ini

dilakukan karena kondisi populasi dalam penelitian terdiri dari kelas-kelas yang

relatif sama. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

mengambil 2 kelas dari 7 kelas anggota populasi, kemudian dilakukan pengundian

lagi untuk mendapatkan kelas mana sebagai kelompok eksperimen, kelopok

kontrol maupun sebagai uji coba instrumen. Berdasarkan hasil pengundian,

ternyata diperoleh kelas 7-E sebagai kelompok eksperimen, kelas 7-A sebagai

kelompok kontrol dan kelas 7-C sebagai kelas uji coba instrumen.

3.3 Variabel Penelitian

Dengan mengetahui variabel penelitian, maka peneliti akan mudah

mengumpulkan data yang diperlukan dalam rangka untuk mencapai tujuan.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua variabel yaitu variabel

independen dan variabel dependen dimana Independen Variabel atau variabel

bebas yang akan diukur pengaruhnya atau variabel yang mempengaruhi variabel

lainnya. Dalam hal ini yang berfungsi sebagai variabel bebas adalah

pembelajaran dengan menggunakan metode PQRST. Sedangakan Dependen

Variabel atau variabel terikat yang keberadaannya tergantung pada variabel

lainnya (variabel bebas). Dalam penelitian ini yang berfungsi sebagai variabel

terikat adalah prestasi belajar membaca pemahaman siswa.

Page 51: Document13

li

3.4 Desain Penelitian

Desain Penelitian yang digunakan Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan true experimental desaign (eksperimen sebenarnya) dengan

menggunakan jenis Two Groups Random Pre Pest and Post Test, modelnya

sebagai berikut :

E O1 X O2

R

K O2 O2

Keterangan :

E : Kelompok eksperimen

K : Kelompok kontrol

O1 dan O3 : pre test

O2 dan O4 : post test

X : Eksperimen atau perlakuan

R : Random assignment

Dimana sebelum eksperimen ini dimulai untuk kelompok eksperimen

maupun kelompok kontrol diberikan pre test. Kemudian untuk kelompok

eksperimen diberikan perlakuan yaitu layanan bimbingan kelompok dan untuk

kelompok kontrol tidak dikenai perlakuan, selanjutnya diakhiri dengan post test.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:

3.5.1 Metode dokumentasi

Page 52: Document13

lii

Metode dokumentasi yang diproleh dari barang-barang tertulis seperti

buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian

dan lain-lain (Arikunto, 1998). Hal ini digunakan untuk mendapatkan informasi

mengenai daftar nama siswa, jumlah siswa yang menjadi anggota populasi serta

informasi lain yang mungkin diperlukan dalam penilitian.

3.5.2 Metode Tes

Tes diberikan sesudah perlakuan pada sampel. Pengambilan data melalui

metode tes ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar yang diperoleh

antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Bentuk tesnya adalah tes obyektif

berbentuk essai.

3.5.3 Metode Observasi

Metode observasi dalam penelitian ini digunakan untuk melengkapi data

penelitian yang ada, dalam penelitian ini, hal-hal yang diobservasi adalah aktivitas

dan keaktivan siswa saat pembelajaran berlangsung.

3.6 Uji Coba Instrumen

Sebelum dilakukan untuk alat pengumpul data, instrumen penelitian

tersebut terlebih dahulu perlu diketahui keandalannya. Uji instrumen penelitian

dalam penelitian ini tediri dari uji validitas, reliabititas, daya beda dan tingkat

kesukaran.

Validitas

Dalam hal ini untuk mengetahui validitas pada soal essei rumus yang

digunakan sama yaitu korelasi product moment. Rumus yang digunakan adalah :

rxy=( )( )

( ){ } ( ){ }2222

∑∑∑∑∑ ∑∑

−−

yyNxxN

yxyxN

Page 53: Document13

liii

Keterangan :

rxy = koefisien korelasi

N = jumlah siswa

∑ x = jumlah skor item

∑ y = jumlah skor total

yx∑ = jumlah perkalian antara skor item dengan skor total

2

∑ x = jumlah kuadrat skor item

2y∑ = jumlah kuadrat skor total

(Suharsimi Arikunto,1999:78)

Selanjutnya nilai rxy yang diperoleh dikonsultasikan dengan tabel product moment. Faktor atau aspek

yang diamati dikatakan valid apabila mempunyai korelasi lebih besar atau sama dengan nilai r prosuct moment.

Berdasarkan hasil ujicoba terhadap 5 instrumen yang digunakan dalam penlitian ini kepada 30 siswa

seluruhnya valid karena memiliki harga rxy > rrabel = 0,361 untuk α = 5% dengan N = 30. Perhitungan selengkapnya

pada lampiran.

Reliabilitas Suharsimi Arikunto (1997: 154) menyatakan bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk

digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang sudah dapat reliabel

akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu. Reliabel

artinya dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan.

Selain itu untuk menghitung reliabilitas pada soal essei digunakan rumus alpha:

11k

kr

2

2

11

∑−

−=

t

b

σ

σ

Keterangan:

k : banyaknya item soal

Σσb2 : jumlah varians butir

σt2

: varians total

Page 54: Document13

liv

Kemudian harga r11 yang diperoleh dikonsultasikan dengan tabel product moment. Apabila rhitung > rtabel dengan

taraf signifikan 5% maka instrumen dinyatakan reliabel. (Suharsimi Arikunto, 1997:164)

Berdasarkan hasil analisis ujicoba instrumen diperoleh r11 untuk isntrumen I sebesar 0,883, instrumen II sebesar 0,923,

instrumen III sebesar 0,891, instrumen IV sebesar 0,921 dan instrumen V sebesar 0,893. Karena r11 dari kelima

instrumen tersebut lebih besar dari rtabel = 0,361 maka instrumen tersebut reliabel dan dapat digunakan untuk

pengambilan data penelitian.

3.6.1 Tingkat Kesukaran

Dalam memberikan soal penelitian guna mengetahui tingkat kesukaran soal berkaitan dengan kemampuan soal tersebut

menjaring banyaknya peserta tes dengan benar. Artinya jika siswa yang menjawab soal dengan benar adalah banyak,

maka dikatakan soal itu mudah. Sebaliknya jika siswa yang menjawab soal dengan benar adalah sedikit, maka soal itu

dikatakan sukar. Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal essai digunakan rumus sebagi berikut:

siswajumlah

gagalyangtesterbanyaknyaTK = X 100%

Untuk menginterpretasikan nilai tingkat kesukaran itemnya digunakan ketentuan sebagai berikut:

1. Jika banyaknya testi yang gagal 0% < k < 27%, termasuk kategori soal mudah

2. Jika banyaknya testi yang gagal 27% ≤ k ≤ 72%, termasuk kategori soal

sedang

3. Jika banyaknya testi yang gagal k > 72%, termasuk kategori soal sukar.

(Zaenal Arifin,1991:135)

Berdasarkan ujicoba soal pada 30 siswa diperoleh daya beda soal seperti

pada lampiran dan dapat terangkum pada tabel 3.1 berikut.

Page 55: Document13

lv

Tabel 3.1. Ringkasan Tingkat Kesukaran Soal

Ins

tr.

Kriteri

a

Nomor soal J

umlah

%

Mudah 2, 8 2 20

Sedan

g

1, 3, 5, 7 4 40

I

Sukar 4, 6, 9, 10 4 40

Mudah 3, 6, 8 3 30

Sedan

g

2, 5, 7, 9 4 40

II

Sukar 1, 4, 10 3 30

Mudah 6, 10 2 20

Sedan

g

2, 3, 4, 6, 7, 8, 9 7 70

III

Sukar 1 4 10

Mudah 2, 3, 8 3 30

Sedan

g

1, 5, 7, 9, 10 6 60

IV

Sukar 4 1 10

Mudah 2, 6, 8 3 30

Sedan

g

1, 3, 5, 7, 10 5 50

V

Sukar 4, 9 2 20

3.6.2 Daya Beda

Untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai. Untuk mengetahui daya pembeda

soal essai dengan cara menghitung perbedaan dua rata-rata kelompok atas dengan rata-rata kelompok bawah untuk tiap-tiap item. Rumus yang digunakan adalah:

)1(

)(

2

2

2

1

+

−=

∑ ∑ii nn

XX

MLMHt

Keterangan:

t : daya pembeda item tes

MH : rata-rata dari kelompok atas

ML : rata-rata dari kelompok bawah

∑ 2

1X : jumlah kuadrat deviasi individu kelompok atas

Page 56: Document13

lvi

∑ 2

2X : jumlah kuadrat deviasi individu kelompok bawah

ni : 27% x N

(Zaenal Arifin, 1991: 141)

berdasarkan hasil uji daya beda soal pada lampiran menunjukkan bahwa soal-soal

yang digunakan dalam penelitian ini memiliki daya beda yang baik. Perhitungan

selengkapnya pada lampiran.

3.7 Metode Analisis Data

3.7.1 Pengujian Tahap Awal

Sebelum sampel diberi perlakukan maka perlu dianalisis keadaan awal

kemampuan siswa dari kedua kelompok (data pre test) melalui uji normalitas, uji

kesamaan dua varians dan uji kesamaan dua rata-rata.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas yang digunakan untuk mengetahui apakah data yang digunakan berupa data yang berdistribusi normal

atau tidak digunakan rumusn chi kuadrat, yaitu :

χ2 =

( )

i

2

i1

1 E

EO −∑

=

k

i

Keterangan:

Oi : frekuensi observasi

Ei : frekuensi harapan

k : banyaknya kelas interval

Data berdistribusi normal jika besar chi kuadrat hitung lebih kecil dari chi

kuadrat tabel dengan taraf kesalahan 5% dan derajat kebebasan k-3 (Sudjana,

1996: 294).

Page 57: Document13

lvii

2. Uji Kesamaan dua Varians

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah kedua kelompok memiliki

tingkat varians data yang sama atau tidak pada tahap awal ini.

Untuk menguji kesamaan dua kelompok populasi digunakan Rumus :

F =iliansterkec

ariansterbes

var

var

Kriteria pengujian adalah jika Fhitung > F1/2α (v1,v2) maka dapat dikatakan

kedua kelompok memiliki kesamaan varians. (Sudjana, 1996:250).

3. Uji kesamaan dua rata-rata

Uji kesamaan dua rata-rata ini bertujuan untuk mengetahui apakah

kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan metode PQRST dan kelompok

yang diajar dengan Metode Konvensional mempunyai rata-rata kemampuan yang

sama pada tahap awal ini. Jika rata-rata kedua kelompok tersebut sama, berarti

kedua kelompok itu mempunyai kondisi yang sama. Uji yang digunakan adalah

uji dua pihak, dengan hipotesis sebagai berikut :

Ho : µ1 = µ2

Ho : µ1 = µ2

Maka digunakan rumus :

t =

21

21

11

nns

xx

+

dengan:

s2 =

( ) ( )2

11

21

2

22

2

11

−+

−+−

nn

snsn

Page 58: Document13

lviii

Terima Ho jika –t1-1/2α(n1+n2-2) < t <t1-1/2α(n1+n2-2) (Sudjana, 1996: 239)

Uji t ini digunakan apabila kedua kelompok mempunyai varians yang

sama, apabila secara signifikan terjadi perbedaan varians maka uji t yang

digunakan adalah:

2

2

2

1

2

1

n

s

n

s

xx t' 21

+

−=

(Sudjana, 1996: 241)

Kriteria pengujiannya adalah tolak Ho jika diperoleh:

21

2211

ww

twtw t'

+

+>

Dengan

w1 = 1

21

n

s, w1 =

2

22

n

s

t1 = t(1-α)(n1-1) t2 = t(1-α)(n2-1)

Keterangan:

1x : Nilai rata-rata kelompok 1

2x : Nilai rata-rata kelompok 2

s12 : varians data pada kelompok 1

s22 : varians data pada kelompok 2.

Page 59: Document13

lix

n1 : banyaknya subyek pada kelompok 1.

n2 : banyaknya subyek pada kelompok 2.

3.7.2 Pengujian Tahap Akhir

Analisis tahap akhir ini digunakan untuk menganalisis data post test,

pretasi belajar siswa dari kedua kelompok setelah diberi perlakuan atau

eksperiemen. Tahapan-tahapan yang dilakukan guna menganalisis data hasil

penelitian tahap akhir ini yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh motode

PQRST terhadap hasil belajar siswa dilakukan dengan langkah-langkah seperti

pada pengujian tahap awal yang meliputi uji normalitas data, uji homogenitas data

atau uji kesamaan dua varian data dan uji t sebagai uji untuk mengetahui

perbedaan dari dua perlakuan tersebut.

Page 60: Document13

lx

BAB IV

LAPORAN HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian

SMP Negeri 1 Brangsong Kendal terletak di jalan Raya No. 65 Kecamatan

Brangsong Kota Kendal yang dipimpin oleh Ibu Dra. Hj. Amien Ariyatna Yusuf.

SMP Negeri 1 Brangsong Kendal ini mempunyai 20 kelas. Proses pembelajaran

sehari-hari menggunakan sistem guru kelas dengan model pembelajaran

konvensional, yaitu model pembelajaran dan pembelajarannya masih berpusat

pada guru.

Daftar formasi lengkap mengenai personalia di SMP Negeri 1 Brangsong

Kendal ini pada tahun ajaran 2004/2005 di sajikan pada lampiran. Jumlah

keseluruhan siswa SMP Negeri 1 Brangsong Kendal ini adalah 907. Sedangkan

jumlah siswa kelas VIIA dan kelas VII-E yang dipilih menjadi sampel penelitian

masing-masing berjumlah 46 untuk kelas VII-A dan 44 untuk kelas VII-E. Daftar

nama siswa-siswi kelas VII-A dan VII-E SMP Negeri 1 Brangsong Kendal yang

dipilih sebagai sampel terdapat pada lampiran. Serta daftar siswa yang terpilih

menjadi sampel penelitian kelas eksperimen dan kelas kontrol terdapat juga pada

lampiran. Kelas VII-E ini digunakan sebagai kelas eksperimen yang model

pembelajarannya menggunakan metode PQRST. Sedangkan kelas VII-A

dijadikan sebagai kelas kontrol, proses pembelajaran yang biasa dilakukan yaitu

model konvensional.

Page 61: Document13

lxi

4.2. Penyajian Data

Data yang diperoleh sebagai hasil pengukuran variabel dalam penelitian

ini berupa daftar hasil observasi dan skor observasi yang terdapat pada lampiran

36. Untuk deskripsi pelaksanaan pembelajaran, data hasil belajar yaitu

perbandingan antara nilai pre-test dan nilai post-test untuk kelompok eksperimen

dan kelompok kontrol.

4.3. Analisis Data

4.3.1. Deskripsi Data Hasil Pre Tes dan Post Test

Pembelajaran yang dilakukan pada kedua kelompok dibuat berbeda. Pada

kelompok eksperimen dilakukan pembelajaran dengan menggunakan metode

PQRST, sedangkan pada kelompok kontrol dilakukan pembelajaan dengan

konvensional. Sebelum pembelajaran berlangsung kedua kelompok diberikan pre

test. Hasil pre-test digunakan untuk memilih siswa yang akan digunakan dalam

melaksanakan penelitian. Adapun daftar subjek terpilih sebagai sampel penelitian

kelas eksperimen terdapat pada lampiran 28 dan daftar subjek terpilih sebagai

sampel penelitian kelas kontrol terdapat pada lampiran 29. Selain itu analisis data

pre test juga digunakan untuk mengetahui keadaan awal dari kedua kelompok.

Setelah selesai pembelajaran dilakukan post test untuk mengetahui keberhasilan

perlakuan atau eksprimen. Hasil pre tets dan post tets dari kedua kelompok dapat

disajikan pada tabel berikut:

Page 62: Document13

lxii

Tabel 4.1 Deskripsi

Data Hasil Penelitian

Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol Sumber Variasi

Pre Test Post Test Pre Test Post Test

Rata-rata 4.9 7.1 5.0 6.1

Nilai tertinggi 6.0 8.0 6.0 7.0

Nilai terendah 3.5 6.0 3.5 5.0

Varians 0.4552 0.2647 0.3876 0.2001

Standart deviasi 0.675 0.515 0.623 0.447

Sumber: Hasil penelitian diolah

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar

membaca pemahaman teks bacaan mata pelajaran Bahasa Indonesia pada siswa

kelas VII SMP Negeri 1 Barngsong tahun ajaran 2004/2005 pada kelompok

eksperimen sebelum perlakukan adalah 4.9 dengan nilai tertinggi 6.0, nilai

terendah 3.5, varians 0.4552 dan standar deviasi 0.675 dan setelah perlakukan

berupa pembelajaran dengan metode PQRST diperoleh rata-rata hasil belajar

sebesar 7,1 dengan nilai tertinggi 8.0, nilai terendah 6.0, varians 0.2647 dan

standar deviasi 0.515. Rata-rata hasil belajar membaca pemahaman teks bacaan

mata pelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Brangsong

pada kelompok kontrol sebelum pembelajaran adalah 5.0 dengan nilai tertinggi

6.0 dan nilai terendah 3.5, varians 0.3876 dan standar deviasi 0.623. Setelah

mendapatkan pembelajaran dengan metode pembelajaran konvensional diperoleh

rata-rata hasil belajar sebesar 6,1 dengan nilai tertinggi 7.0, nilai terendah 5,0,

varians 0.2001 dan standar deviasi .447.

Lebih jelasnya data hasil belajar pre test dan post test kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol disajikan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi, dan histogram berikut ini :

Page 63: Document13

lxiii

Tabel 4.2 Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Belajar tes awal Kelompok

Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Kelas Interval Eksperimen Kontrol

3.5 - 3.9 2 1

4.0 - 4.4 3 3

4.5 - 4.9 6 5

5.0 - 5.4 10 11

5.5 - 5.9 6 7

6.0 - 6.4 3 3

Gambar 4.1 Histogram Hasil Belajar Tes Awal Kelompok Eksperimen

Tabel 4.2 Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Belajar tes awal Kelompok

Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Kelas Interval Eksperimen Kontrol

5.00 - 5.50 0.0 4

5.51 - 6.01 1.0 10

6.02 - 6.52 3 12

6.53 - 7.03 9 4

7.04 - 7.54 12 0

7.55 - 8.05 5 0

Page 64: Document13

lxiv

Gambar 4.3 Histogram Hasil Belajar Tes Akhir Kelompok Eksperimen

Berdasarkan histogram di atas menunjukkan bahwa sebagian besar siswa

pada kelompok eksperimen yang mendapatkan pengajaran dengan metode

PQRST, hasil belajarlebih baik dibandingkan hasil belajar kelompok kontrol yang

mendapatkan pengejaran dengan metode konvensional.

4.3.2 Analisis Statistik Data Hasil Pre Test

1. Uji normalitas

Uji kenormalan data hasil pre test kelompok eksperimen yaitu siswa yang

akan mendapatkan pengajaran dengan metode PQRST diperoleh harga χ2

hitung =

6.2240 dan hasil uji normalitas data pre test pada kelompok kontrol diperoleh χ

2hitung = 4.7112, sedangkan χ

2(0,95)(3) = 7,81. Karena χ

2hitung < χ

2tabel, maka data pre

test hasil belajar membaca pemahaman teks bacaan mata pelajaran Bahasa

Indonesia pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tersebut

berdistribusi normal sehingga dalam pengujian selanjutnya dapat digunakan uji t

karena syarat kenormalannya terpenuhi.

2. Uji kesamaan dua varians

Page 65: Document13

lxv

Hasil uji kesamaan dua varians data pre test pada kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol diperoleh Fhitung = 1.174 sedangkan

F(0,025)(29:29) = 2.10. Karena Fhitung < F(0.025)(29:29) berarti tidak ada perbedaan (ada

kesamaan) dua varians data pre test hasil belajar membaca pemahaman teks

bacaan mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas VII SMP Negeri 1

Brangsong pada kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Perhitungan

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

3. Uji kesamaan rata-rata hasil pre test

Rata-rata hasil belajar membaca pemahaman teks bacaan mata

pelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Brangsong

pada kelompok eksperimen sebelum perlakuan (pre test) adalah 4.9 dan pada

kelompok kontrol adalah 5.0. Setelah dilakukan analisis data dengan

menggunakan uji t diperoleh thitung = 0.497. Sedangkan t(0,975)(58) = 2.00.

Karena thitung < t(0,975)(58) maka dapat disimpulkan bahwa ada kesamaan rata-

rata hasil pre test pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dengan

demikian kedua kelompok sebelunya berangkat dari keadaan awal yang sama

(perhitungan pada lampiran)

4.3.3 Analisis Statistik Data Hasil Pre Test

1. Uji normalitas

Uji kenormalan data hasil belajar membaca pemahaman teks bacaan mata

pelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Brangsong pada

kelompok eksperimen dengan metode PQRST diperoleh harga χ2

hitung = 3.7442

Page 66: Document13

lxvi

dan hasil uji kenormalan data hasil belajar membaca pemahaman teks bacaan

mata pelajaran Bahasa Indonesia pada kelompok kontrol diperoleh χ 2

hitung =

1.6676, sedangkan χ 2

(0,95)(3) = 7,81. Karena χ2hitung < χ

2tabel, maka data hasil belajar

membaca pemahaman teks bacaan mata pelajaran Bahasa Indonesia pada

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tersebut berdistribusi normal.

2. Uji kesamaan dua varians

Hasil uji kesamaan dua varians data hasil belajar membaca pemahaman

teks bacaan mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas VII SMP Negeri 1

Brangsong pada kelompok eksperimen yang menggunakan metode PQRST dan

kelompok kontrol yang menggunakan metode konvensional memperoleh Fhitung =

1.323 sedangkan F(0,025)(29:29) = 2.10. Karena Fhitung < F(0.025)(29:29) berarti tidak ada

perbedaan (ada kesamaan) dua varians data hasil belajar membaca pemahaman

teks bacaan mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas VII SMP Negeri 1

Brangsong pada kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Perhitungan

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

3. Uji perbedaan rata-rata hasil belajar siswa

Rata-rata hasil belajar membaca pemahaman teks bacaan mata pelajaran

Bahasa Indonesia pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Brangsong pada kelompok

eksperimen yaitu yang yang diajar dengan latihan soal uraian adalah 7,1 dan pada

kelompok kontrol adalah 6,1. Setelah dilakukan analisis data dengan

menggunakan uji t apat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang berarti bahwa ada

pengaruh metode PQRST terhadap hasildiperoleh thitung = 8.034. Sedangkan

Page 67: Document13

lxvii

t(0,975)(58) = 2.00. Karena thitung > t(0,975)(58) maka d belajar membaca pemahaman

teks bacaan mata pelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas VII SMP Negeri 1

Brangsong. Rata-rata hasil belajar siswa yang yang mendapatkan pengajaran

dengan metode PQRST yaitu 7,1 sedangkan hasil belajar siswa yang pengajaran

dengan metode konvensional adalah 6,1. Dengan demikian dapat dijelaskan

bahwa metode PQRST dalam pembelajaran membaca pemahaman teks bacaan

mata pelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas VII SMP efektif untuk

meningkatkan hasil belajar siswa.

4.4 Pembahasan

Berdasarkan hasil uji kesamaan rata-rata data keadaan awal yang berupa

nilai pre test dengan menggunakan pola meching dapat diketahui bahwa kedua

kelompok tidak mempunyai perbedaan varian dan perbedaan rata-rata

kemampuan awal yang signifikan, sehingga dapat dikatakan kedua kelompok

mempunyai keadaan awal yang sama. Setelah diberi perlakuan berupa

pembelajaran dengan menggunakan metode PQRST pada kelompok eksperimen

dan pembelajaran dengan metode konvensional pada kelompok kontrol diperoleh

suatu temuan yaitu adanya perbedaan rata-rata hasil belajar yang signifikan dan

kelompok eksperimen yaitu pembelajaran yang menggunakan metode PQRST

mempunyai rata-rata hasil belajar yang lebih tinggi atau lebih baik daripada rata-

rata hasil belajar kelompok kontrol yang menggunakan metode konvensional.

Dengan demikinan menunjukkan bahwa penggunaan metode PQRST ini dapat

meningkatkan hasil belajar membaca pemahaman teks bacaan mata pelajaran

Page 68: Document13

lxviii

Bahasa Indonesia pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Barngsong tahun ajaran

2004/2005.

Membaca adalah suatu proses bernalar (Reading is reasioning). Dengan

membaca kita mencoba mendapatkan informasi hingga mengendap menjadi

sebuah pengetahuan. Pengetahuan itu sendiri akhirnya menjadi suatu dasar untuk

dinamisasi kehidupan, memperlihatkan eksistensi, berjuang mempertahankan

hidup, dan mengembangkan dalam bentuk sains dan teknologi sebagai kebutuhan

hidup manusia.

Umumnya orang membaca itu bertujuan untuk mengerti atau memahami

isi atau pesan yang terdapat pada teks seefisien mungkin. Tujuan membaca

pemahaman adalah : 1) menemukan ide pokok, 2) memilih butir-butir penting, 3)

mengikuti petunjuk-petunjuk, 4) menentukan organisasi bahan bacaan, 5)

menemukan citra visual dan citra lainya, 6) menemukan citra visual dan citra

lainnya, 7) menarik simpulan, 8) menduga makna dan merangkaikan dampaknya,

9) menyusun rangkuman, dan 10) membedakan fakta dari pendapat.

Pembelajaran membaca tidak dapat berlangsung tanpa metode. Metode itu

berupa prosedur atau tata cara yang hendaknya diikuti dalam rangka mencapai

tujuan penbelajaran. Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara-cara

menyeluruh (dari awal sampai akhir) dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Metode ini bersifat prosedural, artinya menggambarkan prosedur bagaimana

mencapai tujuan pembelajaran.

Dengan menggunakan metode PQRST maka para siswa akan mendapat

bekal metode belajar yang sistematis, efektif, dan efisien, dalam mengatur

Page 69: Document13

lxix

kecepatan membaca menjadi fleksibel, dalam membaca di luar pembelajaran,

siswa dapat menentukan materi yang sesuai dengan keperluannya atau tidak, dan

apabila tidak sesuai maka siswa dapat tidak meneruskan kegiatan membaca.

Ketrampilan yang dapat dicapai siswa melalui kegiatan pembelajaran

membaca dengan metode PQRST antara lain: 1) siswa dapat menjawab petanyaan

literal, 2) siswa dapat menjawab pertanyaan infoerensialm 3) siswa dapat

menentukan ide pokok, 4) siswa dapat menentukan ide penjelas, 5) siswa dapat

menentukan kalimat utama paragraph, 6) siswa dapat menentukan kalimat

penjelas paragraph, 7) siswa dapat menyimpulkan isi bacaan.

Page 70: Document13

lxx

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

5.1.1 Dari hasil penelitian diperoleh thitung = 8.034 > t(0,975)(58) = 2.00. Dengan

menunjukkan bahwa metode PQRST dapat meningkatkan hasil belajar

membaca pemahaman teks bacaan mata pelajaran Bahasa Indonesia pada

siswa kelas VII SMP Negeri 1 Brangsong.

5.1.2 Rata-rata hasil belajar siswa yang mendapatkan pengajaran dengan metode

PQRST adalah 7,1 dan hasil belajar siswa yang tidak mendapatkan

pengajaran PQRST adalah 6,1. Dengan demikian pembelajaran dengan

menngunakan metode PQRST mampu meningkatkan hasil belajar siswa 1

atau 16,39%.

5.2 Saran

Dari hasil penelitian yang diperoleh, maka peneliti memberikan saran-

saran sebagai berikut

5.2.1 Dalam proses belajar mengajar hendaknya guru mengefektifkan

penggunaan metode PQRST dalam kegiatan belajar membaca pemahaman

teks bacaan mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas VII SMP.

5.2.2 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan populasi yang lebih luas

sehingga diperoleh simpulan yang lebih menyakinkan.

Page 71: Document13

lxxi