130166674-fournier-gangren.pdf
TRANSCRIPT
FOURNIER GANGREN
DEFINISI
Fournier gangren merupakan suatu gangrene pada skrotum atau uvula yang
disebabkan oleh bakteri anaerob yang merupakan strain Streptokokus beta hemolitikus.
Pembentukan Fournier gangrene ini berhubungan dengan penyakit diabetes mellitus.
Umumnya terbentuk setelah terjadi trauma lokal, yang mendasari infeksi saluran
kencing, atau suatu proses peradangan akut.
Penyakit Fournier adalah bentuk dari fascitis nekrotikan yang terdapat di sekitar
genitalia eksterna pria. Penyakit ini merupakan kedaruratan di bidang urologi karena
mula penyakitnya (onset) berlangsung sangat mendadak, cepat berkembang, bisa
menjadi gangrene yang luas, dan menyebabkan septikemia.
Fournier's gangren terjadi ketika bakteri menginfeksi tubuh melalui luka, biasanya
di uretra, perineum, atau daerah kolorektal. Fournier's gangren adalah sebuah fasciitis
agresif dan cepat menyebar ke jaringan lunak sekitarnya bahkan dapat mencapai 2
sampai 3 cm/jam bila memang sangat parah.Gangren sendiri adalah proses atau keadaan
yang ditandai dengan adanya jaringan mati atau nekrosis, namun secara mikrobiologis
adalah suatu proses nekrosis yang disebabkan oleh beberapa infeksi kuman.
Bosgluz dkk, menyimpulkan bahwa seseorang dengan DM akan meningkatkan
risiko menderita Fournier gangren. Dimana 10% sampai 60% dari penderita DM bisa
mengalami penyakit ini. Faktor jenis kelamin dan genetik bukan faktor resiko penyakit
ini namun compromised immune system, poor self care dan poor nutritional yang
cenderung mempengaruhi timbulnya penyakit ini.
Kondisi sosial-ekonomiyang buruk berkontribusi pada pengembangan Fournier
gangren. Infeksi jaringan lunak dan tulang terdiri dari necrotizing fasciitis, necritizing
(malignant) otitis externa, ulkus kaki dan osteomielitis.
1
ETIOLOGI
Fournier yang pertama kali melaporkan kejadian penyakit ini pada tahun 1883
terhadap 5 pria yang menderita gangrene skrotum, menyebutkan bahwa sebabnya adalah
idiopatik. Saat ini penyebab penyakit ini dapat diungkapkan, di antaranya 13-50%
adalah infeksi dari kolorektal dan 17-87% sumber infeksi dari urogenitalia, sedang yang
lain dari trauma lokal atau infeksi kulit di sekitar genitalia.
Kelainan kolorektal yang dilaporkan sering menyebabkan penyakit ini di
antaranya adalah abses pada perianal, perirektal, atau isiorektal, dan perforasi karena
kanker kolon, instrumentasi, atau divertikulitis. Sumber dari urogenitalia adalah:
striktura uretra yang menyebabkan ekstravasasi urine, balanitis, dan instrumentasi uretra.
Diabetes mellitus, alkoholisme, higiene skrotum yang kurang baik, serta penurunan
imunitas tubuh seperti pada pasien AIDS memudahkan terjadinya penjalaran gangrene
Fournier.
E. coli merupakan organisme yang paling sering ditemukan dalam isolasi kuman
Fourniers gangren. Fourniers gangren sendiri diasumsikan sebagai infeksi
polymicrobial, dan membutuhkan antibiotik yang mampu mencakup spektrum luas
kemudian daripada itu tindakan agresif lainnya harus dengan debridemant. Pengobatan
untuk memberantas bakteri anaerob yang sering gagal tumbuh atau sulit
ditemukan dalam kultur adalah wajib.
Fourniers gangren sendiri merupakan infeksi sinergis yang disebabkan oleh
kombinasi organisme aerobik dan anaerobik menciptakan produksi enzim yang
mempromosikan infeksidan penyebaran sangat cepat. Bakteri anaerob berkembang
dalam lingkungan tanpa oksigen dan menghasilkan molekul yang memicu reaksi kimia
yang mempercepat penyebaran infeksi lebih lanjut.
MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinis yang sering pada Fournier gangrene adalah adanya
pembengkakan skrotum, nyeri, hyperemia, pruritus dan demam. Kadangkala didapatkan
discharge dengan bau busuk yang muncul setelah gejala berlangsung selama 2-7 hari.
2
Dapat ditemukan juga gas dalam jaringan. Hal ini ditunjukkan dengan munculnya
krepitasi yang didapatkan saat pemeriksaan fisik pada 19%-64% pasien. Udara dalam
jaringan lunak ini menggambarkan adanya gas yang diproduksi oleh bakteri anaerob
yang terdiri dari nitrogen, hidrogen, nitrit oxide, dn hidrogen sulfat. Gambaran sistemik
pada Fournier gangren diantaraya adalah adanya leukositosis, dehidrasi, takikardi,
trombositopenia, anemia, hipokalsemia, dan hiperglikemia. Fournier gangren disebabkan
oleh polimikroba di alam yang merupakan gabungan antara bakteri aerob dan anerob.
Rata-rata terdapat tiga jenis bakteri yang seringkali didapatkan dari kultur pasien.
Bakteri yang paling banyak ditemukan adalah Eschericia coli (bakteri aerob),
Bacteriodes ( anaerob), dan Streptococcus ( aerob). Bakteri lain yang dapat
menyebabkan Fournier gangren adalah Staphylococcus, Enterococcus, Clostridium, dan
Pseudomonas, Klebsiella, dan Proteus. Organisme yang dtiemukan merupakan flora
normal yang terdapat di bagain bawah diafragma pelvis dalam perineum dan genitalia.
Gambar 1. Fournier Gangren
JALUR PENYEBARAN
Mengenal anatomi perinel dan bagian fascia merupakan hal yang sangat penting
untuk mengetahui jalur penyebaran yang terjadi. Perineum terdiri dari dua setiga :
Segitiga anal dan segitiga urogenital.
3
Gambar 2. Segitiga Perianal
Segitiga anal merupakan bagian posterior dari garis imajiner antara tuberositas
ischiadica, sedangkan segitiga urogenital terletak di bagian anterior dari garis ini.Infeksi
dari Fournier gangren dapat menyebar sepanjang fasciaplana.
Gambar 3. Anatomi dari perianal dan fascia plana
Infeksi dimulai dari segitiga anal yang menyebar sepanjang Fascia Colles ( bagian
superficial dari fascia perineal) dan menjalar ke depan sepanjang Fascia Dartos yang
meliputi skrotum dan penis. Hal ini juga dapat menjalar di bagian superior fascia Scarpa
4
hingga ke dinding anterior abdomen . Fascia Colles melekat di bagian lateral dengan
ramus pubis dan fascia lata dan di bagian posterior dengan diafragma urogenital, oleh
karena itu penyebaran infeksi jarang mengenai daerah ini. Jika fascia Colles terkena,
infeksi dapat menyebar hingga ke fossa ischiorextal dan hingga ke pantat dan paha.
Gambar 4. Penyebaran Fournier Gangren ketika mengenai Fascia Colles
Infeksi yang berasal dari segitiga urogenital, urethra, atau kelenjar periurethra
dapat mencapai fascia Buck, dimana infeksi terbatas pada bagian depan dari penis. Jika
infeksi tidak diobati maka fascia Buck dapat dipenetrasi dan infeksi dapat menjalar
sepanjang fascia Coles dan Dartos.
PENEGAKKAN DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan manifestasi atau gejala klinis dan pemeriksaan
fisik. Pemeriksaan fisik yang menunjukkan adanya nekrosis dan infeksi subkutis
biasanya baru akan muncul beberapa hari setelah muncul gejala.
Kriteria diagnosis Fournier gangren meliputi sebagai berikut: 1). edema skrotum
yang berkembang dengan cepat untuk menjadi gangren dengan atau tanpa sebab yang
jelas. 2).Penderita tampak sakit berat. 3). Melibatkan sebagian atau seluruh bagian
skrotum dan kadang-kadang permukaan bawah penis. 4). Gangren dapat mencakup
seluruh kulit skrotum tetapi tidak pernah mencapai testis.
5
Untuk menegakkan diagnosis, dapat dibantu dengan beberapa pemeriksaan
penunjang. Diantaranya adalah :
1. CT Scan
CT Scan memainkan peranan yang penting untuk diagnosis sama seperti
pentingny a untuk evaluasi dalam tindakan bedah. Etiologi, jalur penyebaran,
adanya cairan dan abses dapat dievaluasi dengan baik melalui CT scan.
Gambaran Fournier Gangren yang tampak pada CT Scan berupa penebalan
soft tissue dan inflamasi. CT Scan menunjukkan penebalan fascia yang asimetris,
penumpukan cairan dan abses, penumpukan lemak di sekitar jaringan, dan
emfisema subkutan yang terbentuk karena adanya gas yang dtimbulkan oleh
bakteri.
Gambar 5. Gambaran CT Scan pada pasien berusia 60 tahun yang
menunjukkan adanya udara dan cairan yang terjebak dalam dua korpus
kavernosum.
2. Radiografi
Pada radiografi, hiperlusen menunjukkan adanya gas pada soft tissue yang
terdapat di region skrotum atau perineum. Emfisema subkutis dapat terlihat di
regio inguinal, skrotum, perineum, dinding anterior abdomen, dan paha.
6
Radiografi dapat menunjukkan adanya udara di soft tissue sebelum secara
klinis menunjukkan krepitasi, dan ketidakberadaannya pada pemeriksaan fisik
tidak menyingkirkan diagnosis Fournier gangren.
Radiografi juga menunjukkan pembengkakan yang signifikan pada soft
tissue skrotum. Gas pada fascia yang dalam jarang terlihat pada radiografi.
Gambar 6. Fournier gangrene pada laki-laki usia 32 tahun dengan riwayat
nyeri pada testis dan infeksi pada kulit.
3. Ultrasonografi
USG dapat mendeteksi adanya Fournier gangren dengan menunjukkan
penebalan pada dinding dan gambaran hiperechoik, sehingga menyebabkan
adanya shadow yang kotor yang menunjukkan adanya gas pada dinding
skrotum.Kadangkala nampak pula gambaran hidrocele unilateral atau bilateral.
Testis dan epididimis seringkali ditemukan dalam ukuran dan echostruktur yang
normal karena terpisahkan oleh aliran darah. Vaskularisasi testis seringkali
bertahan karena aliran darah ke skrotum berbeda dengan aliran darah ke testis.
7
USG juga bermanfaat untuk membedakan Fournier gangren dengan hernia
inkaserata inguinoskortal. Di lain kondisi, gas diobservasi pada obstruksi lumen
usus, jauh dari dinding skrotum.
Gambar 7. Suspek Fournier gangrene pada laki-laki usia 71 tahun dengan
demam. USG menunjukkan adanya daerah echogenik
8
DAFTAR PUSTAKA
Robin B Lovensoon, Ajay K Singh, Robert A.Novelline. 2008. Fournier Gangrene :
Role of Imaging. Radiographics (28) 519-528.
Bhatnagar AM ,Mohite PN ,Suthar M. 2008. Fournier,s Gangrene: Review of 110 Cases
forAetiology, Predisposing Conditions, Microorganisms, and Modalities for
Coverage of NecrosedScrotum with Bare Testes. The New Zealand Medical
Journal, pp 46-55.
Burch DM. 2007. Fournier’s Gangrene : Be alert for this Medical Emergency. Available
at www.jaapa.com . Accesed on Maret 5, 2013.
Rajagopalan S. 2005. Serious Infections in Elderly Patients with Diabetes Mellitus.
InvitedArticle, Aging and Infectious Disease, pp 990-995.
Santora T, Rukstalis DB (2009) Fournier’s Gangrene . Available
at http://www.emedicine.com/ . Accesed on Maret 5, 2013.
Stockinger ZT . 2004. Case Report: Fournier s Gangrene.‟ In: Hospital Physician, pp 37-
40.
9