13-18 bambang sujatmoko

12
124 INDEKS KEKERINGAN PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) INDRAGIRI MENGGUNAKAN TEORI RUN Bambang Sujatmoko*, Manyuk Fauzi, dan Novreta Ersyidarfia Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau *[email protected] Intisari Penanganan masalah kekeringan yang rutin terjadi di Indonesia berjalan lamban sehingga menjadi masalah berkepanjangan diantaranya disebabkan oleh kurangnya data yang mengindikasikan tingkat kekeringan yang terjadi di suatu daerah. Dengan memanfaatkan ketersediaan data hujan di DAS Indragiri, dapat dilakukan kajian guna memperoleh indeks kekeringan, yang dapat mengindikasikan tingkat keparahan kekeringan suatu daerah berupa durasi kekeringan dan jumlah kekeringan dengan menggunakan teori Run. Digunakan data hujan 25 tahun untuk Stasiun Air Molek, Pangkalan Kasai, Sentajo, dan Talang Jerinjing dan data hujan 15 tahun untuk Stasiun Air Molek, Pangkalan Kasai, Sentajo, Talang Jerinjing, Lirik, Sijunjung, Tembilahan, dan Usul. Hasil penelitian menunjukkan bahwa data hujan yang digunakan panggah berdasarkan pengujian kurva masa ganda dan RAPS. Untuk data 25 tahun, durasi dan jumlah kekeringan tertinggi terdapat pada Stasiun Air Molek, dan terendah pada Stasiun Talang Jerinjing. Untuk data 15 tahun, durasi kekeringan tertinggi dan terendah terdapat pada stasiun yang berbeda, sedangkan jumlah kekeringan tertinggi berada pada Stasiun Pangkalan Kasai dan jumlah kekeringan terendah berada pada Stasiun Talang Jerinjing. Dengan menggunakan data empat stasiun hujan dan delapan stasiun hujan, nilai isohyet jumlah kekeringan menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan (5%-15%), demikian juga nilai isohyet durasi kekeringan (1%-10%) kecuali pada periode hujan bulanan bisa mencapai 24,7%. Kata kunci: Teori Run, indeks kekeringan, durasi kekeringan, jumlah kekeringan, isohyet kekeringan PENDAHULUAN Air sebagai sumberdaya alam sangat diperlukan oleh semua makhluk hidup untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidupnya. Pada beberapa wilayah, ketersediaan air dapat mencukupi dan pada saat tertentu dapat juga menjadi kritis karena jauh berkurang (Nasution dan Syaifullah, 2005). Masalah kekeringan menjadi hal rutin yang terjadi di Indonesia, tetapi penanganannya sangat lamban sehingga menjadi masalah berkepanjangan yang tidak terselesaikan. Terjadinya pergeseran musim dapat mengakibatkan kemarau panjang sehingga terjadi kekeringan. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNBP, 2010) telah mengeluarkan peta indeks resiko bencana kekeringan (drought disaster risk index map) di Riau. Peta tersebut memperlihatkan bahwa sebagian besar wilayah di

Upload: neilzon

Post on 13-Feb-2016

28 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

ok

TRANSCRIPT

Page 1: 13-18 Bambang Sujatmoko

124

Indeks kekerIngan pada daerah alIran sungaI (das) IndragIrI Menggunakan TeorI run

Bambang Sujatmoko*, Manyuk Fauzi, dan Novreta Ersyidarfia

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau

*[email protected]

IntisariPenanganan masalah kekeringan yang rutin terjadi di Indonesia berjalan lamban sehingga menjadi masalah berkepanjangan diantaranya disebabkan oleh kurangnya data yang mengindikasikan tingkat kekeringan yang terjadi di suatu daerah. Dengan memanfaatkan ketersediaan data hujan di DAS Indragiri, dapat dilakukan kajian guna memperoleh indeks kekeringan, yang dapat mengindikasikan tingkat keparahan kekeringan suatu daerah berupa durasi kekeringan dan jumlah kekeringan dengan menggunakan teori Run. Digunakan data hujan 25 tahun untuk Stasiun Air Molek, Pangkalan Kasai, Sentajo, dan Talang Jerinjing dan data hujan 15 tahun untuk Stasiun Air Molek, Pangkalan Kasai, Sentajo, Talang Jerinjing, Lirik, Sijunjung, Tembilahan, dan Usul. Hasil penelitian menunjukkan bahwa data hujan yang digunakan panggah berdasarkan pengujian kurva masa ganda dan RAPS. Untuk data 25 tahun, durasi dan jumlah kekeringan tertinggi terdapat pada Stasiun Air Molek, dan terendah pada Stasiun Talang Jerinjing. Untuk data 15 tahun, durasi kekeringan tertinggi dan terendah terdapat pada stasiun yang berbeda, sedangkan jumlah kekeringan tertinggi berada pada Stasiun Pangkalan Kasai dan jumlah kekeringan terendah berada pada Stasiun Talang Jerinjing. Dengan menggunakan data empat stasiun hujan dan delapan stasiun hujan, nilai isohyet jumlah kekeringan menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan (5%-15%), demikian juga nilai isohyet durasi kekeringan (1%-10%) kecuali pada periode hujan bulanan bisa mencapai 24,7%.

Kata kunci: Teori Run, indeks kekeringan, durasi kekeringan, jumlah kekeringan, isohyet kekeringan

pendahuluan

Air sebagai sumberdaya alam sangat diperlukan oleh semua makhluk hidup untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidupnya. Pada beberapa wilayah, ketersediaan air dapat mencukupi dan pada saat tertentu dapat juga menjadi kritis karena jauh berkurang (Nasution dan Syaifullah, 2005).

Masalah kekeringan menjadi hal rutin yang terjadi di Indonesia, tetapi penanganannya sangat lamban sehingga menjadi masalah berkepanjangan yang tidak terselesaikan. Terjadinya pergeseran musim dapat mengakibatkan kemarau panjang sehingga terjadi kekeringan. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNBP, 2010) telah mengeluarkan peta indeks resiko bencana kekeringan (drought disaster risk index map) di Riau. Peta tersebut memperlihatkan bahwa sebagian besar wilayah di

Page 2: 13-18 Bambang Sujatmoko

4th International Seminar of HATHI, 6-8 September 2013, Yogyakarta

125

Riau memiliki tingkat resiko kekeringan yang sedang dan tinggi. Permasalahan yang terjadi adalah tidak adanya data yang mengindikasikan tingkat kekeringan yang terjadi di suatu daerah. Secara ilmiah diperlukan indeks kekeringan sebagai indikator untuk mendeteksi, memantau, dan mengevaluasi kejadian kekeringan serta tidak ada sebuah indeks kekeringan yang berlaku universal (Niemeyer, 2008) dalam Waluyo Hatmoko (2012). Untuk itu dengan memanfaatkan ketersediaan data hujan di DAS Indragiri, dilakukan kajian guna memperoleh indeks kekeringan, yang dapat digunakan untuk mengindikasikan tingkat keparahan kekeringan suatu daerah berupa durasi kekeringan dan jumlah kekeringan dengan menggunakan teori Run. Pemilihanan DAS Indragiri dilakukan untuk mempertegas peta indeks resiko bencana kekeringan yang disusun oleh BNPB dalam bentuk indeks kekeringan yang mencakup durasi kekeringan dan jumlah kekeringan.

Teori RunMenurut DPU (2004), prinsip perhitungan teori run mengikuti proses peubah tunggal (univariate), seri data X (t,m), dari peubah hidrologi dalam hal ini hujan bulan m dan tahun ke t. Dengan menentukan rata-rata curah hujan jangka panjang sebagai median, Y(m), maka dapat dihasilkan peubah baru dengan cara mengurangkan seri data dengan median yaitu (a) run positif, disebut surplus dan (b) run negatif, disebut defisit; 1) jumlah bagian yang mengalami defisit berkesinambungan disebut jumlah kekeringan (Dn) dengan satuan mm dan 2) lama atau durasi yang terjadi pada bagian defisit yang berkesinambungan disebut durasi kekeringan (Ln)

Jika Y (m) < X (t,m), maka : D(t,m) = X (t,m) – Y (m) ............................... (1)

Jumlah kekeringan: Dn =∑ =i

1m D(t,m) A(t,m) ........................................ (2)

Durasi kekeringan : Ln =∑ =i

1m A(t,m) ..................................................... (3)

dengan keterangan : A (t,m) adalah indikator bernilai 0, jika Y (m) ≥ X (t,m) ; A (t,m) adalah indikator bernilai 1, jika Y (m) < X (t,m); m adalah bulan ke m ; t adalah tahun ke t ; Y(m) adalah median bulan m ; X(t,m) adalah seri data hujan bulanan bulan m tahun t ; Dn adalah jumlah kekeringan dari bulan ke m sampai ke m+i (mm) ; Ln adalah durasi kekeringan dari bulan ke m sampai ke m+i (bulan) ; D (t,m) adalah indikator defisit atau surplus.

uji kepanggahan (konsistensi)

Menurut Sri Harto (2000), uji kepanggahan data dapat dilakukan dengan metode Kurva Massa Ganda (Double Mass Curve) dan RAPS (Rescaled Adjusted Partial Sums). Apabila ada keraguan pada uji dengan metode kurva massa ganda, maka dapat diuji lagi dengan metode RAPS. Nilai RAPS, Q, dihitung dengan rumus :

**SkmaxQ nk0 ≤≤= .................................................................................. (4)

Dy*Sk**Sk = .......................................................................................... (5)

Page 3: 13-18 Bambang Sujatmoko

4th International Seminar of HATHI, 6-8 September 2013, Yogyakarta

126

( )∑ = −= k1i i YY*Sk ................................................................................... (6)

( ) ( )∑ = −−= n1i

2i 1n/YYDy

.................................................................... (7)

Dengan : Q adalah nilai hitungan sebagai alat penguji, Sk** adalah perbandingan antara penyimpangan kumulatif (Sk*) dan standar deviasi rata-rata (Dy), Y adalah data hujan, n adalah jumlah data.

MeTodologI sTudIAnalisis perhitungan indeks kekeringan dalam penelitian ini menggunakan teori Run. Indeks kekeringan yang dihasilkan mencakup durasi kekeringan dan jumlah kekeringan pada DAS Indragiri. Analisis dilakukan terhadap beberapa data berikut :

1. data hujanData hujan yang digunakan disusun menjadi data hujan bulanan, 15-harian, 10-harian, dan mingguan dengan panjang data 25 tahun untuk Perhitungan I (Stasiun Air Molek, Pangkalan Kasai, Sentajo, dan Talang Jerinjing) dan panjang data 15 tahun untuk Perhitungan II (Stasiun Air Molek, Pangkalan Kasai, Sentajo, Talang Jerinjing, Lirik, Sijunjung, Tembilahan, dan Usul).

2. uji kepanggahan dataUji kepanggahan data dilakukan terhadap data dengan panjang data 25 tahun dan 15 tahaun menggunakan 2 (dua) metode yaitu metode Kurva Massa Ganda (double mass curve) dan metode RAPS menggunakan Pers (4) – Pers (7). Selain menggunakan dua metode tersebut, uji kepanggahan pada penelitian ini juga dibantu dengan software Rainbow (Raes, dkk, 2010).

3. analisis parameter statistikPada tahap ini, data yang sudah diuji kepanggahannya akan diolah dan dibagi menjadi dua tahap, yaitu: (a) perhitungan hujan rerata untuk hujan bulanan, 15-harian, 10-harian, dan mingguan, dan (b) perhitungan standar deviasi untuk hujan bulanan, 15-harian, 10-harian, dan mingguan.

4. analisis kekeringan (Teori Run)Langkah penghitungan indeks kekeringan menggunakan teori run yang dilakukan adalah sebagai berikut :a. Mengurangkan data asli tiap-tiap bulan setiap tahunnya dengan rata-rata dari

seluruh data pada bulan tersebut.b. Melakukan perhitungan durasi kekeringan, menggunakan persamaan (1), (2),

(3). Bila perhitungan yang dihasilkan adalah positif, diberi nilai nol (0) dan negatif akan diberi nilai satu (1). Bila terjadi nilai negatif yang berurutan, maka jumlahkan nilai satu tersebut sampai dipisahkan kembali oleh nilai nol, untuk

Page 4: 13-18 Bambang Sujatmoko

4th International Seminar of HATHI, 6-8 September 2013, Yogyakarta

127

kemudian menghitung dari awal lagi. Langkah ini dilakukan dari data tahun pertama berurutan terus sampai data tahun terakhir.

c. Menghitung durasi kekeringan terpanjang, menuliskan nilai yang maksimum saja.

d. Menentukan nilai maksimum durasi kekeringan selama T tahun. Nilai maksimum durasi kekeringan selama kurun waktu T (sama dengan 5 tahun) tersebut dirata-ratakan sehingga menghasilkan nilai untuk periode ulang 5 tahunnya. Untuk periode ulang selanjutnya melakukan perhitungan yang sama.

e. Menghitung jumlah defisit. Jika durasi kekeringan berurutan dan lebih dari satu maka pada bulan selanjutnya merupakan nilai kumulatifnya, demikian pula halnya dengan jumlah defisit.

f. Membuat pada tabel baru perhitungan jumlah kekeringan maksimum (selama T tahun), menuliskan hanya jumlah kekeringan maksimum saja yang diabsolutkan.

g. Membuat tabel baru kembali, menentukan nilai maksimum jumlah kekeringan selama T tahun. Nilai maksimum selama selang waktu T=5 tahun tersebut dihitung rata-ratanya dan merupakan nilai periode ulang untuk 5 tahun, dan seterusnya.

h. Membuat isohyet durasi kekeringan (Ln) dan isohyet jumlah kekeringan (Dn).

hasIl sTudI dan peMBahasanSebagai contoh, perhitungan indeks kekeringan menggunakan teori run pada Stasiun Air Molek dengan data hujan 25 tahun untuk hujan bulanan. Pengujian konsistensi data hujan di Sta Air Molek menggunakan metode kurva massa ganda ditunjukkan pada Gambar 1. Hasil pengujian konsistensi data curah hujan dengan kurva massa ganda untuk panjang data 25 tahun (sta Air Molek, Pangkalan Kasai, Sentajo, Talang Jerinjing) menunjukkan data yang panggah dengan nilai RAPS, Qhitung = 1,108 < Qkritik = 1,45, dan untuk panjang data 15 tahun (sta Air Molek, Pangkalan Kasai, Sentajo, Talang Jerinjing, Lirik, Sijunjung, Tembilahan, Usul) juga menunjukkan data yang panggah dengan nilai RAPS, Qhitung = 1,173 < Qkritik = 1,35.

Gambar 1. Kurva massa ganda Stasiun Air Molek

Page 5: 13-18 Bambang Sujatmoko

4th International Seminar of HATHI, 6-8 September 2013, Yogyakarta

128

parameter statistik data hujan

Untuk menggunakan teori run, parameter statistik yang dihitung adalah Mean data dan Standar Deviasi. Nilai Mean dan Standar Deviasi data hujan pada stasiun Air Molek dari tahun 1987 sampai 2011 disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Hujan bulanan Stasiun Air Molek (1987-2011) unit: mm

Nilai Surplus dan Defisit Dari Run

Nilai surplus dan defisit diperoleh dengan mengurangkan data asli tiap-tiap bulanan/15 harian/10 harian/mingguan setiap tahunnya dengan rata-rata dari seluruh data pada bulanan/15-harian/10-harian/mingguan tersebut menggunakan Persamaan (1). Contoh perhitungan nilai surplus dan defisit dari run hujan bulanan pada stasiun Air Molek tahun 1987 ditunjukkan pada Tabel 2.

durasi kekeringan

Perhitungan durasi kekeringan, menggunakan Persamaan (3). Hitungan positif, diberi nilai nol (0) dan negatif diberi nilai satu (1). Bila nilai negatif berurutan, maka jumlahkan terus sampai dipisahkan kembali oleh nilai nol, kemudian menghitung dari awal lagi. Langkah ini dilakukan dari data tahun pertama berurutan terus sampai data tahun terakhir. Contoh perhitungan nilai durasi kekeringan hujan bulanan pada stasiun Air Molek tahun 1987 sampai 2011 ditunjukkan pada Tabel 3.

Nilai maksimum durasi kekeringan selama kurun waktu T (sama dengan 5 tahun) dihitung berdasarkan periode waktu (bulanan) untuk masing-masing tahun selama lima tahun kemudian dirata-ratakan, dan menghasilkan nilai durasi kekeringan untuk periode ulang 5 tahunnya. Hasilnya ditabulasikan pada Tabel 4.

Page 6: 13-18 Bambang Sujatmoko

4th International Seminar of HATHI, 6-8 September 2013, Yogyakarta

129

Tabel 2. Nilai surplus dan defisit dari run hujan bulanan Stasiun Air Molek (mm)

Tabel 3. Durasi kekeringan kumulatif hujan bulanan Sta Air Molek (bulan)

Tabel 4. Durasi kekeringan terpanjang hujan bulanan (bulan)

Page 7: 13-18 Bambang Sujatmoko

4th International Seminar of HATHI, 6-8 September 2013, Yogyakarta

130

Nilai maksimum durasi kekeringan untuk periode ulang 5 tahun untuk panjang data 25 tahun dan 15 tahun disajikan dalam Tabel 5.

Tabel 5. Nilai durasi kekeringan maksimum untuk periode 5 tahun

25 15 25 15 25 15 25 15Air Molek 7.80 7.33 6.30 5.67 5.00 4.44 4.40 4.25Pangkalan Kasai 7.20 7.00 5.70 6.17 5.00 6.11 3.45 4.08Sentajo 8.00 7.67 5.80 6.17 3.87 3.67 3.00 3.25Talang Jerinjing 6.80 7.67 5.00 3.33 3.93 3.89 2.80 2.50Lirik - 15.67 - 5.17 - 4.89 - 4.08Sijunjung - 8.33 - 5.83 - 5.00 - 4.83Tembilahan - 6.67 - 6.67 - 4.11 - 3.50Usul - 6.67 - 3.67 - 3.11 - 2.58

Sta HujanPeriode Bulanan Periode 15 Harian Periode 10 Harian Periode Mingguan

Panjang Data (thn) Panjang Data (thn) Panjang Data (thn) Panjang Data (thn)

Gambar 2. Grafik perbandingan durasi kekeringan terpanjang

Dari Tabel 5 dan Gambar 2 terlihat perbedaan pada tiap stasiun hujan antara durasi kekeringan terpanjang hujan bulanan, 15-harian, 10-harian, dan mingguan. Perbedaan durasi kekeringan terpanjang antara panjang data 25 tahun dan 15 tahun berkisar antara 0,04 bulan (Stasiun Talang Jerinjing 10-harian) dan 1,67 bulan (Stasiun Talang Jerinjing 15- harian). Pola dominan yang terjadi adalah semakin kecil pembagian periode pengelompokan data hujan tiap bulannya maka nilai durasi kekeringan terpanjangnya juga akan semakin kecil. Hal ini bisa terjadi dikarenakan: (a) keragaman curah hujan terhadap ruang dan waktu, (b) perbedaan proses awal menentukan surplus dan defisit, dan (c) Nilai durasi kekeringan dijumlahkan berurutan terus sampai data terakhir.

Jumlah kekeringan

Perhitungan jumlah kekeringan identik dengan perhitungan durasi kekeringan, dimana jumlah defisitnya yang akan dikumulatifkan. Perhitungan jumlah kekeringan hujan bulanan pada stasiun Air Molek tahun 1987-2011 ditunjukkan pada Tabel 6.

Page 8: 13-18 Bambang Sujatmoko

4th International Seminar of HATHI, 6-8 September 2013, Yogyakarta

131

Tabel 6. Jumlah kekeringan kumulatif hujan bulanan Stasiun Air Molek (mm)

Nilai maksimum jumlah kekeringan selama kurun waktu T (sama dengan 5 tahun) dihitung berdasarkan periode waktu (bulanan) untuk masing-masing tahun selama lima tahun kemudian dirata-ratakan, dan menghasilkan nilai jumlah kekeringan untuk periode ulang 5 tahunnya. Hasilnya ditabulasikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Jumlah kekeringan terpanjang hujan bulanan (mm)

Nilai maksimum jumlah kekeringan untuk periode ulang 5 tahun untuk panjang data 25 tahun dan 15 tahun disajikan dalam Tabel 8.

Page 9: 13-18 Bambang Sujatmoko

4th International Seminar of HATHI, 6-8 September 2013, Yogyakarta

132

Tabel 8. Jumlah kekeringan maksimum untuk periode 5 tahun

25 15 25 15 25 15 25 15Air Molek 699.34 617.21 701.92 622.74 649.48 611.93 630.32 582.38Pangkalan Kasai 696.80 793.56 666.65 766.25 626.47 740.68 520.29 606.46Sentajo 616.41 669.65 565.40 588.08 430.44 466.11 375.93 343.16Talang Jerinjing 466.52 451.38 411.80 332.79 356.86 358.04 290.65 291.94Lirik - 584.57 - 426.66 - 421.24 - 390.51Sijunjung - 649.36 - 574.84 - 530.73 - 492.11Tembilahan - 520.58 - 508.01 - 482.82 - 438.08Usul - 440.83 - 373.61 - 363.56 - 308.65

Sta HujanPeriode Bulanan Periode 15 Harian Periode 10 Harian Periode Mingguan

Panjang Data (thn) Panjang Data (thn) Panjang Data (thn) Panjang Data (thn)

Gambar 3. Grafik perbandingan jumlah kekeringan terbesar

Dari Tabel 8 dan Gambar 3 terlihat perbedaan pada tiap stasiun hujan antara jumlah kekeringan terbesar hujan bulanan, 15 harian, 10 harian, dan mingguan. Perbedaan jumlah kekeringan terbesar antara panjang data 25 tahun dan 15 tahun berkisar antara 1,18 mm (Stasiun Talang Jerinjing 10-harian) dan 114,21 mm (Stasiun Pangkalan Kasai 10-harian). Terdapat pola dominan yaitu semakin kecil pembagian periode pengelompokan data hujan tiap bulannya maka nilai jumlah kekeringan terbesarnya juga akan semakin kecil.

kontur Isohyet durasi kekeringan dan Isohyet Jumlah kekeringanHasil penggambaran isohyet periode ulang 5 tahun durasi kekeringan terpanjang dan jumlah kekeringan terbesar perhitungan I (4 stasiun) dapat dilihat Gambar 4 dan Gambar 5 dan perhitungan II (8 stasiun) dapat dilihat pada Gambar 6 dan Gambar 7. Dapat dilihat bahwa nilai indeks kekeringan berupa durasi kekeringan yang paling besar terjadi di stasiun Sentajo dan jumlah kekeringan yang paling besar terjadi di stasiun Air Molek, sedangkan durasi kekeringan dan jumlah kekeringan yang paling kecil terjadi di stasiun Talang Jerinjing.

Lubukramo

Pekantua

TALANG JERINJING

USUL

LIRIK

PANGKALAN KASAI

TEMBILAHANKAB. INDRAGIRI HULU

PROVINSI JAMBI

PROVINSISUMATERA BARAT

30' 101°00' 102°00' 103°00' 30'

100°16'BT

01°0

0'00

°00'

01°0

0'01

°10'

LS

103°51'BT103°00'102°00'101°00' 30'30'30'30'

30'30'

30'

30'

100°16'BT

01°13'LU01°10'LS

30'

30'

01°0

0'00

°00'

01°0

0'

Lb.Kebun

AIR MOLEK

SENTAJO

WS KAMPAR01.24.A3

u

0 30 60 90 120 kmSKALA 1 : 1.000.000

NOSTASION HUJAN

TABEL PERUBAHAN STASION HIDROKLIMATOLOGIWILAYAH SUNGAI INDRAGIRI

Lokasi LamaLokasi Koordinat

Lokasi Baru

1. Lirik

Lokasi Koordinat

STASION KLIMATOLOGILokasi Lama

Lokasi KoordinatLokasi Baru

Lokasi Koordinat

STASION DUGA AIR(AWLR)Lokasi Lama

Lokasi KoordinatLokasi Baru

Lokasi Koordinat1 00° 18' 8" LS

102° 16' 38" BT

2. Talang Jerinjing2 00° 27' 35" LS102° 26' 32" BT

3. Pangkalan Kasai3 00° 35' 12" LS102° 26' 12" BT

4. Lubuk Kebun4 00° 18' 21" LS101° 42' 36" BT

5. Usul5 00° 46' 2" LS102° 31' 51" BT

6. Lubuk Ramo6 00° 42' 42" LS101° 40' 23" BT

7. Keritang7 00° 45' 53" LS102° 46' 34"BT

8. Pekan Tua8 00° 30' 44" LS102° 47' 42" BT

9. Tembilahan9 00° 18' 44" LS102° 28' 48" BT

2. Pulau Jambu 00° 33' 52" LS101° 49' 31" BT

9. Khairiah Mandah 00°58' 22" LS100° 56' 39" BT

1. Pasa Sei Betuang 00° 43' 5" LS102° 12' 30" BT

2. Sentojo 00° 25' 27" LS101° 38' 7" BT

1. Air Molek 00° 21' 45" LS102° 20' 26" BT 1. Pulau Berhala 00° 27' 37" LS

101° 46' 47" BT

2. Kota Baru 00° 30' 13" LS102° 6' 8" BT

3. Lb. Ambacang 00° 36' 3" LS101° 23' 22" BT

4. Rengat 00° 22' 16" LS102° 34' 22" BT

5. Japura 00° 19' 39" LS102° 22' 44" BT

6. Peranap 00° 32' 00"LS101° 58' 13" BT

7. Pajangki 00° 37' 42" LS102° 17' 10" BT

6. Batu Tebal 00° 30' 55" LS100° 30' 10" BT

2. Pasir Jaya 00° 37' 00" LS100° 51' 21" BT

1. Teluk Medan 102° 42' 23" BT00° 9' 22" LS

10

8. Usul 00° 43' 14" LS102° 27' 33" BT

LEGENDA / KETERANGAN :

Batas ProvinsiBatas Kabupaten

Jalan Arteri

Jalan Kolektor

Jalan Lokal

Kota Provinsi

Kota Kabupaten

Kota Kecamatan

Kota Lain

Gunung/Bukit

Batas DAS

Sungai

Stasion Duga Air (AWLR) Exsisting

Stasion Hujan Exsisting

Stasion Klimatologi Exsisting

Stasion Duga Air (AWLR) Baru

Stasion Hujan Baru

Stasion Klimatologi Baru

Stasion Duga Air (AWLR) Relokasi

Stasion Hujan Relokasi

Stasion Klimatologi Relokasi

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUMDIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR

SATUAN KERJA BALAI WILAYAH SUNGAI SUMATERA IIIJ l . Cu t Nya k D in No .1 T e lp . (0 76 1) 22 47 3- 22 77 4 Fa x . (0 76 1)22473

Tetap

Tetap

0° 6' 12" LS103° 13' 18" BT0° 26' 34" LS102° 43' BT0° 41' 37" LS102° 57' 40" BT

9. Bayas jaya

10. Sanglar

11. Kuala Gaung

PETA JARINGAN HIDROKLIMATOLOGIWILAYAH SUNGAI INDRAGIRI

KEY MAP

WS KAMPAR

WS SIAK

WS ROKAN

11

4. Ampalu 00° 15' 38" LS100° 45' 1" BT

00°58' 22" LS100° 56' 39" BT

9. Sungai Nyiur 00° 36' 49" LS103° 8' 52" BT

3.Bangun Rejo

WS INDRAGIRI

Stasiun Duga Air (AWLR) Baru

Tetap

Tetap

Tetap

Tetap

Tetap

Tetap

Tetap

Tetap

Keritang

SIJUNJUNG

Gambar 4. Isohyet durasi kekeringan (Ln) terpanjang (I) hujan bulanan (dalam bulan) dengan periode ulang 5 tahun di DAS Indragiri

Page 10: 13-18 Bambang Sujatmoko

4th International Seminar of HATHI, 6-8 September 2013, Yogyakarta

133

Lubukramo

Pekantua

TALANG JERINJING

USUL

LIRIK

PANGKALAN KASAI

TEMBILAHANKAB. INDRAGIRI HULU

PROVINSI JAMBI

PROVINSISUMATERA BARAT

30' 101°00' 102°00' 103°00' 30'

100°16'BT

01°0

0'00

°00'

01°0

0'01

°10'

LS

103°51'BT103°00'102°00'101°00' 30'30'30'30'

30'30'

30'

30'

100°16'BT

01°13'LU01°10'LS

30'

30'

01°0

0'00

°00'

01°0

0'Lb.Kebun

AIR MOLEK

SENTAJO

WS KAMPAR01.24.A3

u

0 30 60 90 120 kmSKALA 1 : 1.000.000

NOSTASION HUJAN

TABEL PERUBAHAN STASION HIDROKLIMATOLOGIWILAYAH SUNGAI INDRAGIRI

Lokasi LamaLokasi Koordinat

Lokasi Baru

1. Lirik

Lokasi Koordinat

STASION KLIMATOLOGILokasi Lama

Lokasi KoordinatLokasi Baru

Lokasi Koordinat

STASION DUGA AIR(AWLR)Lokasi Lama

Lokasi KoordinatLokasi Baru

Lokasi Koordinat1 00° 18' 8" LS

102° 16' 38" BT

2. Talang Jerinjing2 00° 27' 35" LS102° 26' 32" BT

3. Pangkalan Kasai3 00° 35' 12" LS102° 26' 12" BT

4. Lubuk Kebun4 00° 18' 21" LS101° 42' 36" BT

5. Usul5 00° 46' 2" LS102° 31' 51" BT

6. Lubuk Ramo6 00° 42' 42" LS101° 40' 23" BT

7. Keritang7 00° 45' 53" LS102° 46' 34"BT

8. Pekan Tua8 00° 30' 44" LS102° 47' 42" BT

9. Tembilahan9 00° 18' 44" LS102° 28' 48" BT

2. Pulau Jambu 00° 33' 52" LS101° 49' 31" BT

9. Khairiah Mandah 00°58' 22" LS100° 56' 39" BT

1. Pasa Sei Betuang 00° 43' 5" LS102° 12' 30" BT

2. Sentojo 00° 25' 27" LS101° 38' 7" BT

1. Air Molek 00° 21' 45" LS102° 20' 26" BT 1. Pulau Berhala 00° 27' 37" LS

101° 46' 47" BT

2. Kota Baru 00° 30' 13" LS102° 6' 8" BT

3. Lb. Ambacang 00° 36' 3" LS101° 23' 22" BT

4. Rengat 00° 22' 16" LS102° 34' 22" BT

5. Japura 00° 19' 39" LS102° 22' 44" BT

6. Peranap 00° 32' 00"LS101° 58' 13" BT

7. Pajangki 00° 37' 42" LS102° 17' 10" BT

6. Batu Tebal 00° 30' 55" LS100° 30' 10" BT

2. Pasir Jaya 00° 37' 00" LS100° 51' 21" BT

1. Teluk Medan 102° 42' 23" BT00° 9' 22" LS

10

8. Usul 00° 43' 14" LS102° 27' 33" BT

LEGENDA / KETERANGAN :

Batas ProvinsiBatas Kabupaten

Jalan Arteri

Jalan Kolektor

Jalan Lokal

Kota Provinsi

Kota Kabupaten

Kota Kecamatan

Kota Lain

Gunung/Bukit

Batas DAS

Sungai

Stasion Duga Air (AWLR) Exsisting

Stasion Hujan Exsisting

Stasion Klimatologi Exsisting

Stasion Duga Air (AWLR) Baru

Stasion Hujan Baru

Stasion Klimatologi Baru

Stasion Duga Air (AWLR) Relokasi

Stasion Hujan Relokasi

Stasion Klimatologi Relokasi

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUMDIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR

SATUAN KERJA BALAI WILAYAH SUNGAI SUMATERA IIIJ l . Cu t Ny a k D i n No . 1 Te l p . ( 0 7 6 1 )22473-22774 Fax . (0761)22473

Tetap

Tetap

0° 6' 12" LS103° 13' 18" BT0° 26' 34" LS102° 43' BT0° 41' 37" LS102° 57' 40" BT

9. Bayas jaya

10. Sanglar

11. Kuala Gaung

PETA JARINGAN HIDROKLIMATOLOGIWILAYAH SUNGAI INDRAGIRI

KEY MAP

WS KAMPAR

WS SIAK

WS ROKAN

11

4. Ampalu 00° 15' 38" LS100° 45' 1" BT

00°58' 22" LS100° 56' 39" BT

9. Sungai Nyiur 00° 36' 49" LS103° 8' 52" BT

3.Bangun Rejo

WS INDRAGIRI

Stasiun Duga Air (AWLR) Baru

Tetap

Tetap

Tetap

Tetap

Tetap

Tetap

Tetap

Tetap

Keritang

SIJUNJUNG

Gambar 5. Isohyet jumlah kekeringan (Dn) terpanjang (I) hujan bulanan (dalam mm) dengan periode ulang 5 tahun di DAS Indragiri

Lubukramo

Pekantua

TALANG JERINJING

USUL

LIRIK

PANGKALAN KASAI

TEMBILAHANKAB. INDRAGIRI HULU

PROVINSI JAMBI

PROVINSISUMATERA BARAT

30' 101°00' 102°00' 103°00' 30'

100°16'BT

01°0

0'00

°00'

01°0

0'01

°10'

LS

103°51'BT103°00'102°00'101°00' 30'30'30'30'

30'30'

30'

30'

100°16'BT

01°13'LU01°10'LS

30'

30'

01°0

0'00

°00'

01°0

0'

Lb.Kebun

AIR MOLEK

SENTAJO

WS KAMPAR01.24.A3

u

0 30 60 90 120 kmSKALA 1 : 1.000.000

NOSTASION HUJAN

TABEL PERUBAHAN STASION HIDROKLIMATOLOGIWILAYAH SUNGAI INDRAGIRI

Lokasi LamaLokasi Koordinat

Lokasi Baru

1. Lirik

Lokasi Koordinat

STASION KLIMATOLOGILokasi Lama

Lokasi KoordinatLokasi Baru

Lokasi Koordinat

STASION DUGA AIR(AWLR)Lokasi Lama

Lokasi KoordinatLokasi Baru

Lokasi Koordinat1 00° 18' 8" LS

102° 16' 38" BT

2. Talang Jerinjing2 00° 27' 35" LS102° 26' 32" BT

3. Pangkalan Kasai3 00° 35' 12" LS102° 26' 12" BT

4. Lubuk Kebun4 00° 18' 21" LS101° 42' 36" BT

5. Usul5 00° 46' 2" LS102° 31' 51" BT

6. Lubuk Ramo6 00° 42' 42" LS101° 40' 23" BT

7. Keritang7 00° 45' 53" LS102° 46' 34"BT

8. Pekan Tua8 00° 30' 44" LS102° 47' 42" BT

9. Tembilahan9 00° 18' 44" LS102° 28' 48" BT

2. Pulau Jambu 00° 33' 52" LS101° 49' 31" BT

9. Khairiah Mandah 00°58' 22" LS100° 56' 39" BT

1. Pasa Sei Betuang 00° 43' 5" LS102° 12' 30" BT

2. Sentojo 00° 25' 27" LS101° 38' 7" BT

1. Air Molek 00° 21' 45" LS102° 20' 26" BT 1. Pulau Berhala 00° 27' 37" LS

101° 46' 47" BT

2. Kota Baru 00° 30' 13" LS102° 6' 8" BT

3. Lb. Ambacang 00° 36' 3" LS101° 23' 22" BT

4. Rengat 00° 22' 16" LS102° 34' 22" BT

5. Japura 00° 19' 39" LS102° 22' 44" BT

6. Peranap 00° 32' 00"LS101° 58' 13" BT

7. Pajangki 00° 37' 42" LS102° 17' 10" BT

6. Batu Tebal 00° 30' 55" LS100° 30' 10" BT

2. Pasir Jaya 00° 37' 00" LS100° 51' 21" BT

1. Teluk Medan 102° 42' 23" BT00° 9' 22" LS

10

8. Usul 00° 43' 14" LS102° 27' 33" BT

LEGENDA / KETERANGAN :

Batas ProvinsiBatas Kabupaten

Jalan Arteri

Jalan Kolektor

Jalan Lokal

Kota Provinsi

Kota Kabupaten

Kota Kecamatan

Kota Lain

Gunung/Bukit

Batas DAS

Sungai

Stasion Duga Air (AWLR) Exsisting

Stasion Hujan Exsisting

Stasion Klimatologi Exsisting

Stasion Duga Air (AWLR) Baru

Stasion Hujan Baru

Stasion Klimatologi Baru

Stasion Duga Air (AWLR) Relokasi

Stasion Hujan Relokasi

Stasion Klimatologi Relokasi

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUMDIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR

SATUAN KERJA BALAI WILAYAH SUNGAI SUMATERA IIIJ l . Cu t Ny a k D i n No . 1 Te l p . ( 0 7 6 1 )22473-22774 Fax . (0761)22473

Tetap

Tetap0° 6' 12" LS103° 13' 18" BT0° 26' 34" LS102° 43' BT0° 41' 37" LS102° 57' 40" BT

9. Bayas jaya

10. Sanglar

11. Kuala Gaung

PETA JARINGAN HIDROKLIMATOLOGIWILAYAH SUNGAI INDRAGIRI

KEY MAP

WS KAMPAR

WS SIAK

WS ROKAN

11

4. Ampalu 00° 15' 38" LS100° 45' 1" BT

00°58' 22" LS100° 56' 39" BT

9. Sungai Nyiur 00° 36' 49" LS103° 8' 52" BT

3.Bangun Rejo

WS INDRAGIRI

Stasiun Duga Air (AWLR) Baru

Tetap

Tetap

Tetap

Tetap

Tetap

Tetap

Tetap

Tetap

Keritang

SIJUNJUNG

Gambar 6. Isohyet durasi kekeringan (Ln) terpanjang (II) hujan bulanan (dalam bulan) dengan periode ulang 5 tahun di DAS Indragiri

Lubukramo

Pekantua

TALANG JERINJING

USUL

LIRIK

PANGKALAN KASAI

TEMBILAHANKAB. INDRAGIRI HULU

PROVINSI JAMBI

PROVINSISUMATERA BARAT

30' 101°00' 102°00' 103°00' 30'

100°16'BT

01°0

0'00

°00'

01°0

0'01

°10'

LS

103°51'BT103°00'102°00'101°00' 30'30'30'30'

30'30'

30'

30'

100°16'BT

01°13'LU01°10'LS

30'

30'

01°0

0'00

°00'

01°0

0'

Lb.Kebun

AIR MOLEK

SENTAJO

WS KAMPAR01.24.A3

u

0 30 60 90 120 kmSKALA 1 : 1.000.000

NOSTASION HUJAN

TABEL PERUBAHAN STASION HIDROKLIMATOLOGIWILAYAH SUNGAI INDRAGIRI

Lokasi LamaLokasi Koordinat

Lokasi Baru

1. Lirik

Lokasi Koordinat

STASION KLIMATOLOGILokasi Lama

Lokasi KoordinatLokasi Baru

Lokasi Koordinat

STASION DUGA AIR(AWLR)Lokasi Lama

Lokasi KoordinatLokasi Baru

Lokasi Koordinat1 00° 18' 8" LS

102° 16' 38" BT

2. Talang Jerinjing2 00° 27' 35" LS102° 26' 32" BT

3. Pangkalan Kasai3 00° 35' 12" LS102° 26' 12" BT

4. Lubuk Kebun4 00° 18' 21" LS101° 42' 36" BT

5. Usul5 00° 46' 2" LS102° 31' 51" BT

6. Lubuk Ramo6 00° 42' 42" LS101° 40' 23" BT

7. Keritang7 00° 45' 53" LS102° 46' 34"BT

8. Pekan Tua8 00° 30' 44" LS102° 47' 42" BT

9. Tembilahan9 00° 18' 44" LS102° 28' 48" BT

2. Pulau Jambu 00° 33' 52" LS101° 49' 31" BT

9. Khairiah Mandah 00°58' 22" LS100° 56' 39" BT

1. Pasa Sei Betuang 00° 43' 5" LS102° 12' 30" BT

2. Sentojo 00° 25' 27" LS101° 38' 7" BT

1. Air Molek 00° 21' 45" LS102° 20' 26" BT 1. Pulau Berhala 00° 27' 37" LS

101° 46' 47" BT

2. Kota Baru 00° 30' 13" LS102° 6' 8" BT

3. Lb. Ambacang 00° 36' 3" LS101° 23' 22" BT

4. Rengat 00° 22' 16" LS102° 34' 22" BT

5. Japura 00° 19' 39" LS102° 22' 44" BT

6. Peranap 00° 32' 00"LS101° 58' 13" BT

7. Pajangki 00° 37' 42" LS102° 17' 10" BT

6. Batu Tebal 00° 30' 55" LS100° 30' 10" BT

2. Pasir Jaya 00° 37' 00" LS100° 51' 21" BT

1. Teluk Medan 102° 42' 23" BT00° 9' 22" LS

10

8. Usul 00° 43' 14" LS102° 27' 33" BT

LEGENDA / KETERANGAN :

Batas ProvinsiBatas Kabupaten

Jalan Arteri

Jalan Kolektor

Jalan Lokal

Kota Provinsi

Kota Kabupaten

Kota Kecamatan

Kota Lain

Gunung/Bukit

Batas DAS

Sungai

Stasion Duga Air (AWLR) Exsisting

Stasion Hujan Exsisting

Stasion Klimatologi Exsisting

Stasion Duga Air (AWLR) Baru

Stasion Hujan Baru

Stasion Klimatologi Baru

Stasion Duga Air (AWLR) Relokasi

Stasion Hujan Relokasi

Stasion Klimatologi Relokasi

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUMDIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR

SATUAN KERJA BALAI WILAYAH SUNGAI SUMATERA IIIJ l . C u t N ya k D i n No .1 Te l p . (0 76 1)22 47 3-22 77 4 Fax . (0761)22473

Tetap

Tetap

0° 6' 12" LS103° 13' 18" BT0° 26' 34" LS102° 43' BT0° 41' 37" LS102° 57' 40" BT

9. Bayas jaya

10. Sanglar

11. Kuala Gaung

PETA JARINGAN HIDROKLIMATOLOGIWILAYAH SUNGAI INDRAGIRI

KEY MAP

WS KAMPAR

WS SIAK

WS ROKAN

11

4. Ampalu 00° 15' 38" LS100° 45' 1" BT

00°58' 22" LS100° 56' 39" BT

9. Sungai Nyiur 00° 36' 49" LS103° 8' 52" BT

3.Bangun Rejo

WS INDRAGIRI

Stasiun Duga Air (AWLR) Baru

Tetap

Tetap

Tetap

Tetap

Tetap

Tetap

Tetap

Tetap

Keritang

SIJUNJUNG

Gambar 7. Isohyet jumlah kekeringan (Dn) terpanjang (II) hujan bulanan (dalam mm) dengan periode ulang 5 tahun di DAS Indragiri

Gambar 6 menunjukkan bahwa nilai indeks kekeringan berupa durasi kekeringan yang paling besar terjadi di stasiun Lirik dan dari Gambar 7 dapat dilihat jumlah kekeringan yang paling besar terjadi di stasiun Pangkalan Kasai, sedangkan durasi kekeringan terpanjang dan jumlah kekeringan terbesar yang paling kecil terjadi di stasiun Usul.

Page 11: 13-18 Bambang Sujatmoko

4th International Seminar of HATHI, 6-8 September 2013, Yogyakarta

134

Isohyet durasi kekeringan (Ln) terpanjang dan jumlah kekeringan (Dn) terbesar dengan menggunakan data 8 stasiun hujan terlihat lebih baik daripada menggunakan 4 stasiun hujan karena menjangkau lebih banyak daerah dari keseluruhan DAS Indragiri, tetapi penyebaran garis isohyetnya terlihat tidak merata. Hal ini disebabkan karena penyebaran stasiun hujan yang diperhitungkan juga tidak merata. Ada 4 stasiun hujan yang letaknya berdekatan, yaitu Stasiun Air Molek, Pangkalan Kasai, Talang Jerinjing, dan Lirik.

Dengan menggunakan gambar isohyet durasi kekeringan (Gambar 4 dan Gambar 6) dan isohyet jumlah kekeringan (Gambar 5 dan Gambar 7) dapat ditentukan perbandingan durasi kekeringan terpanjang menggunakan data hujan 4 stasiun dan 8 stasiun seperti disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Perbandingan penggunaan data hujan 4 stasiun dan 8 stasiun pada perhitungan Durasi kekeringan (Ln) terpanjang dan jumlah kekeringan (Dn) terbesar dengan panjang data yang sama

Periode pengelompokan

Data Hujan

Durasi Kekeringan (Ln) Terpanjang Jumlah Kekeringan (Dn) Terpanjang4 Stasiun

Hujan (bln)8 Stasiun

Hujan (bln)Perbedaan

(%)4 Stasiun

Hujan (mm)8 Stasiun

Hujan (mm)Perbedaan

(%)Bulanan 7,39 9,81 24,67 696 657 5,6015-harian 6,17 5,72 7,29 659 570 13,5110-harian 4,51 4,45 1,33 590 511 13,39Mingguan 3,85 3,71 3,64 537 462 13,97

Tabel 9 menunjukkan bahwa perbedaan isohyet durasi kekeringan terpanjang 4 stasiun hujan dan 8 stasiun hujan dengan panjang data yang sama tidak signifikan (1%-10%), tetapi pada hujan bulanan terdapat perbedaan yang cukup besar yaitu 24,67%. Hal ini disebabkan nilai durasi kekeringan periode bulanan terpanjang pada stasiun Lirik yang cukup besar dibandingkan dengan stasiun lainnya. Sedangkan untuk hujan 15-harian, 10-harian, dan mingguan terlihat perbedaan yang tidak signifikan.

Tabel 9 juga menunjukkan bahwa perbedaan isohyet jumlah kekeringan terbesar 4 stasiun hujan dan 8 stasiun hujan dengan panjang data yang sama tidak signifikan, dengan kisaran perbedaan antara 5% - 15%.

kesIMpulan

Berdasarkan hasil studi dan pembahasan yang ada dapat disimpulkan:

1. Data hujan yang digunakan (untuk data 25 tahun dan 15 tahun) adalah panggah berdasarkan pengujian dengan metode kurva massa ganda dan metode RAPS (Rescaled Adjusted Partial Sums).

2. Pembagian periode pengelompokan data hujan (bulanan, 15 harian, 10 harian, dan mingguan) dalam menerapkan teori run, mempengaruhi proses perhitungan durasi dan jumlah kekeringan, dimana semakin kecil pembagian periode pengelompokan data hujan maka nilai durasi kekeringan terpanjangnya akan semakin kecil.

Page 12: 13-18 Bambang Sujatmoko

4th International Seminar of HATHI, 6-8 September 2013, Yogyakarta

135

3. Untuk data 25 tahun, durasi dan jumlah kekeringan tertinggi terdapat pada Stasiun Air Molek, dan terendah pada Stasiun Talang Jerinjing. Untuk data 15 tahun, durasi kekeringan tertinggi dan terendah terdapat pada stasiun yang berbeda, sedangkan jumlah kekeringan tertinggi berada pada Stasiun Pangkalan Kasai dan jumlah kekeringan terendah berada pada Stasiun Talang Jerinjing.

4. Dengan menggunakan data empat stasiun hujan dan delapan stasiun hujan, nilai isohyet jumlah kekeringan menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan (5%-15%), demikian juga nilai isohyet durasi kekeringan (1%-10%) kecuali pada periode hujan bulanan bisa mencapai 24,67%.

reFerensI

Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2010. Peta Indeks Resiko Becana Kekeringan (Drought Disaster Risk Index Map) di Riau. Jakarta: Badan Nasional Penanggulangan Bencana.

Departemen Pekerjaaan Umum. 2004. Perhitungan Indeks Kekeringan Menggunakan Teori Run. Bandung: Departemen Pekerjaaan Umum.

Harto, Sri. 2000. Hidrologi. Yogyakarta: Nafiri Offset.

Hatmoko, Waluyo. 2012. Indeks Kekeringan Hidrologi untuk Alokasi Air di Indonesia. Bandung: Puslitbang Sumber Daya Air.

Nasution, Ch dan Syaifullah, Djazim. 2005. Analisis Spasial Indeks Kekeringan Daerah Pantai Utara (Pantura) Jawa Barat. Bandung: UPTHB-BPPT.

Raes, D., Willems, P. and GBaguidi, F., 2006. RAINBOW – a software package for analyzing data and testing the homogeneity of historical data sets, Proceedings of the 4th International Workshop on ‘Sustainable management of marginal drylands’, 27-31 January 2006, Pakistan.