12911857 laporan kknperanan pkk terhadap pemeliharaan air di desa bojongkerta kecamatan warungkiara...

58
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Air merupakan unsur utama bagi hidup kita di planet ini. Kita mampu bertahan hidup tanpa makan dalam beberapa minggu, namun tanpa air kita akan mati dalam beberapa hari saja. Dalam bidang kehidupan ekonomi modern kita, air juga merupakan hal utama untuk budidaya pertanian, industri, pembangkit tenaga listrik, dan transportasi. Semua orang berharap bahwa seharusnya air diperlakukan sebagai bahan yang sangat bernilai, dimanfaatkan secara bijak, dan dijaga terhadap cemaran. Namun kenyataannya air selalu dihamburkan, dicemari, dan disia-siakan. Hampir separo penduduk dunia, hampir seluruhnya di negara-negara berkembang, menderita 1

Upload: rety-mulkah

Post on 22-Nov-2015

29 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I

BAB IPENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Air merupakan unsur utama bagi hidup kita di planet ini. Kita mampu bertahan hidup tanpa makan dalam beberapa minggu, namun tanpa air kita akan mati dalam beberapa hari saja. Dalam bidang kehidupan ekonomi modern kita, air juga merupakan hal utama untuk budidaya pertanian, industri, pembangkit tenaga listrik, dan transportasi.

Semua orang berharap bahwa seharusnya air diperlakukan sebagai bahan yang sangat bernilai, dimanfaatkan secara bijak, dan dijaga terhadap cemaran. Namun kenyataannya air selalu dihamburkan, dicemari, dan disia-siakan. Hampir separo penduduk dunia, hampir seluruhnya di negara-negara berkembang, menderita berbagai penyakit yang diakibatkan oleh kekurangan air, atau oleh air yang tercemar. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, 2 miliar orang kini menyandang risiko menderita penyakit murus yang disebabkan oleh air dan makanan. Penyakit ini merupakan penyebab utama kematian lebih dari 5 juta anak-anak setiap tahun.

Sumber-sumber air semakin dicemari oleh limbah industri yang tidak diolah atau tercemar karena penggunaanya yang melebihi kapasitasnya untuk dapat diperbaharui. Kalau kita tidak mengadakan perubahan radikal dalam cara kita memanfaatkan air, mungkin saja suatu ketika air tidak lagi dapat digunakan tanpa pengolahan khusus yang biayanya melewati jangkauan sumber daya ekonomi bagi kebanyakan negara.

Banyak orang memang memahami masalah-masalah pencemaran dan lingkungan yang biasanya merupakan akibat perindustrian, tetapi tetap saja tidak menyadari implikasi penting yang dapat terjadi. Sebagian besar penduduk bumi berada di negara-negara berkembang; kalau orang-orang ini harus mendapatkan sumber air yang layak, dan kalau mereka menginginkan ekonomi mereka berkembang dan berindustrialisasi, maka masalah-masalah yang kini ada harus disembuhkan. Namun bagaimanapun masalah persediaan air tidak dapat ditangani secara terpisah dari masalah lain. Buangan air yang tak layak dapat mencemari sumber air, dan sering kali tak teratasi. Ketidaksempurnaan dalam layanan pokok sistem saluran hujan yang kurang baik, pembuangan limbah padat yang jelek juga dapat menyebabkan hidup orang sengsara. Oleh karena itu, meskipun makalah ini memusatkan diri terutama pada air dan sanitasi, dalam jangka panjang akan sangat penting memikirkannya dari segi pengintegrasian layanan-layanan lingkungan ke dalam suatu paket pengelolaan air, sanitasi, saluran, dan limbah padat yang komprehensif. Desa Bojongkerta Kecamatan Warungkiara Kabupaten Sukabumi, termasuk desa yang subur dimana hamparan sawah dan tanah daratan merupakan pemendangan yang tidak aneh lagi bagi mata, sejauh mata memandang hamparan sawah terbentang luas menghijau.

Keadaan ini didukung oleh irigasi yang lumayan bagus, dan apalagi ada proyek irigasi Cukang Lemah yang mengambil airnya langsung dari pegunungan yang jaraknya hampir 10 kilo meter dari Desa Bojongkerta. Belum lagi Hidran Umum bantuan dari pemerintah yang mengakibatkan cakupan air ke Desa Bojongkerta sudah mencukupi.

Tetapi harus diingat bahwa banyaknya air yang mengalir ke Desa Bojongkerta harus dibarengi oleh pemeliharan dan perawatan yang seksama dari semua lapisan masyarakat, terlebih dari limbah rumah tangga seperti buangan MCK harus benar-benar diperhatikan.Berdasarkan hal terurai di atas dan dalam rangka Kuliah Kerja Nyata sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat, Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Persatuan Guru Republik Indonesia (STKIP-PGRI) Sukabumi, penulis tertarik untuk menulis laporan dengan tema: PERANAN PKK TERHADAP PEMELIHARAAN AIR DI DESA BOJONGKERTA KECAMATAN WARUNGKIARA KABUPATEN SUKABUMI .

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, berikut ini penulis dapat mengidentifikasi masalah yang ada di Desa Bojongkerta Kecamatan Warungkiara Kabupaten Sukabumi sebagai berikut:

A. Bagaimana upaya peningkatan pemeliharaan air Desa Bojongkerta Kecamatan Warungkiara Kabupaten Sukabumi ?

B. Bagaimana kondisi pemeliharaan air di Desa Bojongkerta Kecamatan Warungkiara Kabupaten Sukabumi ?

C. Bagaimana kualitas, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan dari instansi terkait pemeliharaan air di Desa Bojongkerta Kecamatan Warungkiara Kabupaten Sukabumi ?

D. Bagaimana peranan PKK terhadap pemeliharaan air di Desa Bojongkerta Kecamatan Warungkiara Kabupaten Sukabumi ?

BAB IITINJAUAN TEORITIS

2.1 Perilaku Hidup Bersih dan SehatKonsep sehat wal afiat menurut Mubarok Institut adalah untuk menyebut kondisi yang prima, tetapi kalau kita merujuk kepada asal istilah itu acoeas shihhah wa al afiyahac disitu ada dua dimensi, pengertian sehat merujuk kepada fungsi sedangkan afiat merujuk kepada kesesuaian dengan maksud penciptaan, misalnya mata yang sehat adalah mata yang dapat digunakan untuk melihat tanpa alat bantu, sedangkan mata afiat adalah mata yang tidak dapat digunakan untuk melihat sesuatu yang dilarang, karena Allah menciptakan mata untuk penunjuka kepada kebenaran, membedakannya dari yang salah. Dikatakan bahwa konsep kesehatan bukan hanya mengenal kesehatan tubuh, tetapi juga ada kesehatan mental dan bahkan ada kesehatan masyarakat.Menurut Siti Fadilah Supari dengan merujuk kepada UU 23 tahun 1992 mengatakan bahwa kesehatan adalah adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkin setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis, dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur pisik, mental, dan sosial dan didalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan, hal ini melandasi pemikiran bahwa sehat adalah investasi.Sedangkan menurut Kepala Dinas KB dan PP Perilaku Hidup bersih dan sehat adalah sekumpulan perilaku yang dipraktekan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri dibidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat.Sekumpulan perilaku tersebut dapat dikelompokan kedalam Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) bidang Gizi, PHBS bidang kesehatan lingkungan, PHBS bidang kesehatan Ibu dan Anak serta keluarga berencana(KB), PHBS pemeliharaan kesehatan, PHBS bidang gaya hidup sehat, dan PHBS bidang obat dan farmasi.Adapun uraian pengelompokan PHBS adalah sebagai berikut: PHBS bidang Gizi, mengatur :

1. makan dengan gizi seimbang2. makan tablet besi selama hamil3. memberi bayi ASI eksklusif PHBS bidang KIA dan KB, mengatur;

1. memeriksa keamilan2. persalinan ditolong nakes3. meninbang balita tiap bulan PHBS bidang kesehatan lingkungan, mengatur;

1. pembuangan limbah rumah tangga yang benar2. BAB pada tempat yang bersih3. jangan membuang sampah sembarangan PHBS bidang pemeliharaan kesehatan, mengatur;

1. punya JPKM2. Aktif pemeriksaan diri ke puskesmas PHBS bidang gaya hidup sehat, mengatur;

1. tidak merokok di dalam rumah2. melakukan olahraga PHBS bidang obat dan farmasi, mengatur;

1. menanam tumbuhan obat2. gunakan obat-obtan alami2.2 Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga

Pemberdayaan masyarakat dan partisipasi masyarakat merupakan strategi dalam paradigma pembangunan yang bertumpu pada rakyat. Strategi ini menyadari betapa pentingnya kapasitas masyarakat untuk meningkatkan kemandirian dan kekuatan material melalui kesanggupan untuk melakukan kontrol material atas sumber daya material dan non material yang penting melalui redistribusi modal / kepemilikan (Korten:1992). Dalam pemahaman tersebut konsep pemberdayaan rakyat diyakini sebagai ruh dalam meningkatkan kapasitas masyarakat.

Senada dengan pendapat di atas, gerakan pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga berdasarkan Rakernas VI adalah:A. Pengertian Gerakan PKK Gerakan pembangunan masyarakt dari bawah yang mempunyai tujuan secara umum adalah mengajak masyarakat untuk menolong dirinya sendiri dalam mencapi kesejahteraannya; Untuk merencanakan, membimbing keluarga dalam pelaksanaan program-programnya

Tim Penggerak PKK adalah mitra kerja pemerintah dan organisasi kemasyarakatan dengan perempuan sebagai motor pengeraknya menuju terwujudnya keluarga bahagia, sejahtera, maju, dan mandiri.

B. Tujuan PKK

Gerakan PKK mempunyai tujuan sebagaimana dituangkan dalam visinya, yaitu terwujudnya keluarga yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia dan berbudi luhur, sehat, sejahtera, maju, mandiri, kesetaraan, keadilan gender serta kesadaran hukum dan lingkungan yang selanjutnya dijabarkan di dalam misinya yaitu: Meningkatkan mental spiritual Meningkatkan pendidikn dan keterampilan

Meningkatkan kualitas dan kuantitas pangan keluarga serta peningkatan pemanfaatan keluarga

Meningkatkan derajat kesehatan, kelestarian lingkungan hidup serta membiasakan hidup berencana Meningkatkan pengelolaan PKK, baik pengorganisasian maupun pengelolaan program

C. Sasaran PKK

Sasaran gerakan PKK adalah keluarga, baik dipedesaan mapun di perkotaan yang perlu ditingkatkan dan dikembangkan kemampuan dan kepribadiannya dalam bidang: Mental spiritual meliputi sikap dan perilaku sebagai insan hamba Tuhan, anggota masyarakat dan warga negara yang dinamis serta bermanfaat berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Fisik material meliputi pangan, sandang, papan, kesehatan, kesempatan kerja yang layak serta lingkungan hidup yang sehat dan lestari melalui peningkatan pendidikan, pengetahuan dan keterampilan.

D. Program PKK

Program PKK terbagi menjadi 10 bagian program pokok PKK diantaranya: Penghayatan dan pengamalan Pancasila Gotong Royong

Pangan

Sandang

Perumahan dan tata laksana rumah tangga

Pendidikan dan keterampilan

Kesehatan

Pengembangan kehidupan berkoprasi

Kelestarian lingkungan hidup

Perencanaan sehat2.3 Ketersediaan dan Kelangkaan AirAir merupakan elemen yang paling melimpah di atas Bumi, yang meliputi 70% permukaannya dan berjumlah kira-kira 1,4 ribu juta kilometer kubik. Apabila dituang merata di seluruh permukaan bumi akan terbentuk lapisan dengan kedalaman rata-rata 3 kilometer. Namun hanya sebagian kecil saja dari jumlah ini yang benar-benar dimanfaatkan, yaitu kira-kira hanya 0,003%. Sebagian besar air, kira-kira 97%, ada dalam samudera atau laut, dan kadar garamnya terlalu tinggi untuk kebanyakan keperluan. Dari 3% sisanya yang ada, hampir semuanya, kira-kira 87 persennya,tersimpan dalam lapisan kutub atau sangat dalam di bawah tanah.

Dalam satu tahun, rata-rata jumlah tersebut tersisa lebih dari 40.000 kilometer kubik air segar yang dapat diperoleh dari sungai-sungai di dunia. Bandingkan dengan jumlah penyedotan yang kini hanya ada sedikit di atas 3.000 kilometer kubik tiap tahun. Ketersediaan ini (sepadan dengan lebih dari 7.000 meter kubik untuk setiap orang) sepintas kelihatannya cukup untuk menjamin persediaan yang cukup bagi setiap penduduk, tetapi kenyataannya air tersebut seringkali tersedia di tempat-tempat yang tidak tepat. Misalnya, lembah sungai Amazon memiliki sumber yang cukup tetapi mengekspor air dari sini ke tempat-tempat yang memerlukan adalah tidak ekonomis.

Selain itu, angka curah hujan sering sangat kurang dapat dipercaya, sehingga persediaan air yang nyata sering jauh di bawah angka rata-rata yang ditunjukkan. Pada musim penghujan, hujan sangat hebat, namun biasanya hanya terjadi beberapa bulan setiap tahun; bendungan dan tandon air yang mahal diperlukan untuk menyimpan air untuk bulan-bulan musim kering dan untuk menekan kerusakan musibah banjir. Bahkan di kawasan-kawasan "basah" ini angka yang turun-naik dari tahun ke tahun dapat mengurangi persediaan air yang akan terasa secara nyata. Sedangkan di kawasan kering seperti Sahel di Afrika, masa kekeringan yang berkepanjangan dapat berakibat kegagalan panen, kematian ternak dan merajalelanya kesengsaraan dan kelaparan.

Pembagian dan pemanfaatan air selalu merupakan isu yang menyebabkan pertengkaran, dan sering juga emosi. Keributan masalah air bisa terjadi dalam suatu negara, kawasan, ataupun berdampak ke benua luas. Di Afrika, misalnya, lebih dari 57 sungai besar atau lembah danau digunakan bersama oleh dua negara atau lebih; Sungai Nil oleh sembilan, dan Sungai Niger oleh 10 negara. Sedangkan di seluruh dunia, lebih dari 200 sungai, yang meliputi lebih dari separo permukaan bumi, digunakan bersama oleh dua negara atau lebih. Selain itu, banyak lapisan sumber air bawah tanah membentang melintasi batas-batas negara, dan penyedotan oleh suatu negara dapat menyebabkan ketegangan politik dengan negara tetangganya.

Karena air yang dapat diperoleh dan bermutu bagus semakin langka, maka percekcokan dapat semakin memanas. Di seluruh dunia, kira-kira 20 negara, hampir semuanya di kawasan negara berkembang, memiliki sumber air yang dapat diperbarui hanya di bawah 1.000 meter kubik untuk setiap orang, suatu tingkat yang biasanya dianggap kendala yang sangat mengkhawatirkan bagi pembangunan, dan 18 negara lainnya memiliki di bawah 2.000 meter kubik untuk tiap orang.

Lebih parah lagi, penduduk dunia yang kini berjumlah 5,3 miliar mungkin akan meningkat menjadi 8,5 miliar pada tahun 2025. Beberapa ahli memperkirakan bahwa tingkat itu akan menjadi stabil pada angka 16 miliar orang. Apapun angka terakhirnya, yang jelas ialah bahwa tekanan yang sangat berat akan diderita oleh sumber-sumber bumi yang terbatas. Dan laju angka kelahiran yang tertinggi justru terjadi tepat di daerah yang sumber-sumber airnya mengalami tekanan paling berat, yaitu di negara-negara berkembang.

Dalam tahun-tahun belakangan ini, sebagian besar angka pertumbuhan penduduk terpusat pada kawasan perkotaan. Pertumbuhan penduduk secara menyeluruh di negara-negara berkembang kira-kira 2,1 persen setahun, tetapi di kawasan perkotaan lebih dari 3,5%. Daerah kumuh perkotaan atau hunian yang lebih padat di kota yang menyedot pemukim baru termiskin tumbuh dengan laju sekitar 7% setahun.

Hunian pinggiran yang lebih padat sering dibangun secara membahayakan di atas tanah yang tak dapat digunakan untuk apapun, seperti bukit-bukit terjal yang labil atau daerah-daerah rendah yang rawan banjir. Kawasan semacam itu tidak sesuai dengan perencanaan kota yang manapun, dipandang dari segi tata-letak ataupun kebakuan. Karena kawasan semacam itu dianggap sah secara hukum dan bersifat "darurat", pemerintah kota biasanya tidak cepat melengkapinya dengan prasarana seperti jalan, gedung sekolah, klinik kesehatan, pasokan air, dan sanitasi. Namun sebenarnya hunian semacam ini tak pelak akan menjadi pola bagi kota yang harus dilayani dengan prasarana modern; hal ini mempunyai implikasi-implikasi baik untuk pemecahan secara teknis maupun secara lembaga yang akan diperlukan sebagai syarat supaya segala layanan mencapai semua orang dan berkesinambungan.

Di sementara negara, masalah terbesar mengenai persediaan air berkembang bukan hanya dari masalah kelangkaan air dibanding dengan jumlah penduduk, melainkan dari kekeliruan menentukan kebijakan tentang air, dan baru menyadari masalah-masalah tersebut lama setelah akibat yang tak dikehendaki menjadi kenyataan. Jadi meskipun penambahan investasi dalam sektor ini diperlukan, penambahan itu perlu disertai dengan perubahan: Prioritas utama haruslah pada cara pemanfaatan paling bijak terhadap investasi besar yang telah ditanam dalam sektor ini setiap tahun.

2.4 Penggunaan dan Penyalahgunaan Sumber AirPertanian beririgasi merupakan pengguna air terbesar. Pada umumnya lebih 80% dari air yang ada dicurahkan khusus untuk pertanian. Tetapi karena biasanya air disalurkan dengan gratis atau dengan tarif yang banyak disubsidi, maka kecil sekali dorongan niat untuk menggunakan air secara efisien, dan retribusinya, jika ada, tidak akan mencukupi untuk pemeliharaan yang layak. Maka hasilnya ialah penggunaan yang sangat tidak efisien efisiensinya kira-kira hanya di bawah 40% untuk seluruh dunia dan kemerosotan mutu yang semakin melaju pada sistem yang semakin besar.

Sesungguhnya efisiensi dapat ditingkatkan dengan baik dengan perbaikan cara pengoperasian dan pemeliharaan sistemnya perbaikan saluran, pendataran lahan supaya pembagian air dapat merata, penyesuaian antara banyaknya pelepasan air dari tandon dan keperluan senyatanya di daerah hilir, dan pengelolaan yang lebih efektif apabila air tersebut sudah sampai di lahan pertanian atau dengan menggunakan teknik yang lebih efisien seperti irigasi tetesan. Perbaikan-perbaikan semacam itu sangat penting mengingat besarnya dampak permintaan irigasi dan rasa keadilan bagi penduduk perkotaan yang berjuang untuk kelangsungan pasok air yang memadai. Sandra Postel, seorang pakar dalam penggunaan air dari Worldwatch Institute mengatakan: "Hanya dengan meningkatkan 10% efisiensi penggunaan air di seluruh dunia, kita akan dapat menghemat air yang cukup untuk memasok semua air keperluan hunian di seluruh kawasan dunia".

Penghamburan air sungguh disayangkan sebab biasanya hal tersebut tidak diikuti dengan peningkatan produktivitas pertanian seperti yang diharapkan. Tiadanya penyaluran air yang baik pada lahan yang diairi dengan irigasi (untuk penghematan dalam jangka pendek) dapat berakibat terjadinya kubangan dan penggaraman yang akhirnya dapat menyebabkan hilangnya produktivitas.

Penggunaan air bagi industri seringkali juga sangat tidak efisien. Karena tidak dapat memasok kebutuhan industri melalui sistem yang dikelola oleh pemerintah daerah, dan karena dorongan yang menggebu untuk pertumbuhan ekonomi, perusahaan industri mengembangkan sendiri jaringan airnya secara swasta. Biaya air semacam ini seringkali sangat rendah, dan karena biaya tersebut hanya merupakan bagian kecil dari seluruh biaya manufaktur, maka mereka tidak merasa terdorong untuk mengadakan konservasi. Sebagai contoh di Bangkok, Thailand, yang sangat menderita akibat penghisapan air bawah tanah yang berlebihan, biaya yang harus dikeluarkan air dari perusahaan air metropolitan berlipat delapan kali dari biaya yang diperlukan untuk memompa air tanah secara swasta.

Banyaknya air yang diperlukan untuk manufaktur dapat sangat berbeda-beda, tergantung pada proses industri yang diterapkan dan ukuran daur ulangnya. Memproduksi satu ton baja dapat saja menghabiskan sampai 190.000 liter air atau hanya 4.750 liter, dan satu ton kertas dapat menghabiskan sampai 340.000 liter atau hanya 57.000 liter. Pengaturan yang tepat untuk penyedotan air dan pengenaan biaya yang benar untuk air tersebut akan dapat mendorong orang untuk menggunakannya secara lebih efisien tanpa harus mempengaruhi biaya produksi secara mencolok. Biaya penggunaan air, bahkan di negara-negara yang tarifnya pun sudah sesuai dengan biaya menyeluruh pemeliharaan sumber, biasanya hanya merupakan bagian yang sangat kecil (1% sampai 3%) dari biaya produksi industri. Bahkan di industri-industri yang "padat air" jumlah air yang dipakai sangat kecil biasanya 20% pada industri pengolahan pangan, 25% pada industri kertas, dan 33% pada tekstil. Sisanya didaur-ulang (kecenderungan ini semakin meningkat di negara-negara industri) atau dikeluarkan sebagai limbah cair. Penentuan tarif yang lebih realistik, meskipun penting untuk sektor ini, tetap saja tidak merupakan dorongan untuk penggunaan yang lebih efisien. Yang lebih penting adalah pengetatan alokasi air dan persyaratan pengendalian pencemaran yang lebih keras. Contohnya seperti Israel yang memiliki peraturan standar penggunaan air untuk berbagai macam industri, dan memberi alokasi pembagian air yang disesuaikan. Sebagai hasilnya, di negara itu rata-rata penggunaan air per unit produksi industri anjlok hingga 70% selama dua dekade ini.

Air buangan industri sering dibuang tanpa melalui proses pengolahan apapun. Air tersebut dibuang langsung ke sungai dan saluran-saluran, mencemarinya, dan pada akhirnya juga mencemari lingkungan laut, atau kadang-kadang buangan tersebut dibiarkan saja meresap ke dalam sumber air tanah. Kerusakan yang diakibatkan oleh buangan ini sudah melewati proporsi volumenya. Banyak bahan kimia modern begitu kuat sehingga sedikit kontaminasi saja sudah cukup membuat air dalam volume yang sangat besar tidak dapat digunakan untuk minum tanpa proses pengolahan khusus.

Cara menolongnya adalah pencegahan bukan penyembuhan. Seperti laporan dari Bank Dunia dan Bank Investasi Eropa berjudul Pencemaran Industri di Kawasan Laut Tengah: "Perbaikan pada efisiensi dalam pengoperasian dan pemulihan sumber air jauh lebih baik dan kemungkinan besar akan memberikan hasil yang lebih banyak daripada pengolahan pada akhir proses yang mahal, sebab banyak masalah pencemaran berkaitan langsung dengan masalah-masalah pengoperasian dan pemeliharaan, serta rendahnya niat untuk konservasi dan pemulihan sumber air".

Penilaian terhadap masalah lingkungan di kawasan Laut Tengah yang dilaksanakan oleh kedua organisasi tersebut menemukan bahwa pengolahan primer terhadap limbah industri hanya akan menghabiskan biaya sebesar 10% hingga 20% dari biaya pengolahan secara lengkap, namun dapat membuang 50 hingga 90 persen bahan-bahan polutan yang paling berbahaya. Penyusutan buangan limbah industri yang efektif, termasuk pengolahan primer, mungkin akan lebih berdampak lebih baik terhadap lingkungan daripada mengutamakan cara pengolahan lengkap terhadap limbah perkotaan yang volumenya jauh lebih kecil.Untuk memusatkan kepedulian pada jeleknya tingkat layanan di sektor air, PBB menjuluki tahun 1980-an sebagai "Dasawarsa Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Internasional". Ada beberapa peningkatan yang cukup nyata terutama dalam layanan penyediaan air kepada orang-orang miskin, tetapi pencapaian tersebut apabila dipandang dari segi lingkungan, idak sedramatik seperti yang diharapkan. Seperti ditunjukkan dalam Tabel 1, sampai akhir dasawarsa tersebut, meskipun ada banyak peningkatan jumlah orang yang dilayani, namun ternyata jumlah orang di perkotaan yang tidak terlayani juga meningkat.

Kiranya pantas dicatat bahwa statistik yang dipaparkan pada Tabel 1 tersebut hampir dapat dipastikan terlalu optimistik. Misalnya, statistik tersebut tidak mengungkapkan mutu layanan yang mungkin saja rendah dan dapat mengancam lingkungan dan kesehatan masyarakat. Sangat sering statistik itu mengasumsikan bahwa sekali dibentuk, sebuah sistem akan terus bekerja dengan baik, padahal keadaan sesungguhnya tidak selalu demikian.

Masalahnya bukan hanya karena tidak cukup persediaan air; air yang ada itu pun tidak dikelola secara layak atau dibagikan secara merata.

Bagian air yang hilang karena kebocoran terlalu besar. Dengan menengok kembali pengalaman selama bertahun-tahun, Bank Dunia menemukan bahwa "air yang tidak tertagih" rata-rata mencapai 35% dari keseluruhan pasokan (air yang tak tertagih = UFW/ unaccounted-for water, yaitu air yang diproduksi tetapi tidak menghasilkan uang karena kebocoran atau "kerugian administratif"). Menaikkan penjualan air dari 65% ke, katakan 85%, akan berarti penghematan 30% terhadap keadaan sekarang.

Sering sebagian besar air yang tersedia hanya digunakan oleh sejumlah kecil konsumen besar. Dalam suatu kota, 15% sambungan bermeter dapat menghasilkan 85% pemasukan uang dari konsumsi air. Enam persen peringkat atas dari seluruh rumah tangga mengkonsumsi lebih dari 30% seluruh konsumsi domestik, 0,1% dari atas menggunakan lebih dari 6%. Bahkan hanya 3 rangkaian industri saja membayar separo dari jumlah keseluruhan konsumsi industri.

Para pengguna tersebut membayar terlalu rendah untuk layanan. Biaya rata-rata untuk produksi air oleh proyek pemasok yang dibiayai oleh Bank Dunia dalam masa 1966-81 adalah $ 1,29 untuk setiap 1.000 galon (+ 3.800 l). Harga rata-rata untuk setiap 1.000 galon kira-kira $ 0,69. Karena tingkat rata-rata air yang tidak menghasilkan uang mencapai hingga 35% maka harga efektif setiap 1.000 galon menjadi hanya $ 0,45, atau kira-kira hanya 1/3 biaya memproduksinya.

Kelompok orang lain terpaksa menggunakan alternatif yang mahal. Dale Whittington dan rekan-rekannya mencatat dalam tulisan yang berjudul Penyajian Air dan Pembangunan: Pelajaran dari Dua Negara, "Rumah tangga yang membeli air dari para penjaja membayar dua kali hingga enam kali dari rata-rata yang dibayar bulanan oleh mereka yang mempunyai sambungan saluran pribadi untuk volume air yang hanya sepersepuluhnya."

Karena masalah-masalah tersebut maka para pengusaha air di beberapa negara berkembang hidupnya sangat pas-pasan. Tarif yang dikendalikan secara politis biasanya terlalu rendah untuk menutup biaya produksi; namun demikian banyak tagihan rekening air tetap tidak terbayar, sehingga usaha perawatan untuk pencegahan tidak terpedulikan. Oleh karena itu banyak kota yang berputar semacam lingkaran: Perbaikan yang paling utama ditunda hingga sistem jaringannya mencapai ambang kerusakan, tepat pada waktu itu dimulailah babak baru suatu proyek penanaman modal yang besar. Pada gilirannya, karena desakan dari tuntutan layanan, hal tersebut akan menyebabkan pemerintah kota terjebak dalam masa depan yang tak menentu.

Dalam hal demikian, biasanya mereka lebih mudah memperoleh dana untuk membangun sistem penyediaan baru, yang secara politis sangat gampang dilihat, daripada mencari dana untuk memperbaiki barang-barang yang mendekati kebobrokan. Pemusatan perhatian pada perluasan pasokan dan tidak adanya kebijakan nasional yang mengharuskan pengalokasian air lebih efisien, mengarah pada keparahan penyedotan yang berlebihan terhadap jaringan lapisan sumber air bawah tanah di banyak negara, diiringi dengan akibat yang serius yang sebenarnya sudah dapat diperkirakan sebelumnya yaitu kelangkaan air, permukaan air yang jatuh di bawah saluran pompa penyedot, dan air garam yang terserap ke dalam jaringan lapisan sumber air dan menyebabkan air tak dapat dimanfaatkan untuk minum atau irigasi.

Penyia-nyiaan sumber air semacam ini tidak terbatas hanya pada negara-negara berkembang saja; eksploitasi yang berlebihan terhadap sumber-sumber juga merupakan masalah yang serius di banyak derah di Amerika Serikat. Seperlima dari seluruh tanah irigasi di AS tergantung hanya pada jaringan sumber air (Aquifer) Agallala yang hampir tak pernah menerima pasok secara alami. Selama 4 dasawarsa terakhir, sistem jaringan yang tergantung pada sumber ini meluas dari 2 juta hektar menjadi 8 juta, dan kira-kira 500 kilometer kubik air telah tersedot. Jaringan sumber ini sekarang sudah setengah kering kerontang di bawah sejumlah negara bagian.

Sumber-sumber air juga mengalami kemerosotan mutu. Di samping pencemaran dari limbah industri dan limbah perkotaan yang tidak diolah, sumber-sumber tersebut juga mengalami pengotoran berat dari sisa-sisa dari lahan pertanian. Misalnya, di bagian barat AS, sungai Colorado bagian bawah sekarang ini demikian tinggi kadar garamnya sebagai akibat dari dampak arus balik irigasi sehingga di Meksiko sudah tidak bermanfaat lagi, dan sekarang AS terpaksa membangun suatu proyek besar untuk memurnikan air garam di Yuma, Arizona, guna meningkatkan mutu sungainya.

Situasi di wilayah perkotaan jauh lebih jelek daripada di daerah sumber. Banyak rumah tangga yang terlayani terpaksa merawat WC dengan cara seadanya karena langkanya air, dan tanki septik membludak karena layanan pengurasan tidak dapat diandalkan, atau hanya dengan menggunakan cara-cara lain yang sama-sama tidak tuntas dan tidak sehat. Bahkan andaikan hal ini tidak mengakibatkan masalah dari para penggunanya sendiri, tetap juga sering berbahaya terhadap orang lain dan merupakan ancaman bagi lingkungan, sebab limbah mereka lepas tanpa proses pengolahan.

Itulah masalah-masalah para penerima layanan. Namun, kira-kira 30% penduduk perkotaan harus menerima keadaan bahwa mereka tidak memiliki perangkat sanitasi yang memadai. Hal ini berarti bahwa dalam suatu kota berpenduduk 10 juta orang, setiap hari ada kira-kira 750 ton limbah manusia yang tak tertampung dan menumpuk di sembarang tempat -mungkin 250.000 ton zat-zat penyebab penyakit tersebar di jalan-jalan dan di tempat-tempat umum, atau di saluran-saluran air.

BAB IIIPEMBAHASAN

3.1 ANALISIS PERMASALAHAN

Berdasarkan data yang ada, berikut penulis sajikan beberapa tabel seperti berikut:

Tabel 3.1

Data Luas Wilayah Desa Bojongkerta Kecamatan Warungkiara Kabupaten Sukabumi Berdasarkan Penggunaan

LuasHa

Luas pemukinan4,23

Luas perswahan320

Luas perkebunan430

Luas Kuburan3,70

Luas Pekarangan2,26

Perkantoran0,16

Luas prasarana umum220,05

Tanah Bengkok3200

Sawah desa0,32

Lapangan olahraga1

Perkantoran pemerintah0,16

Bangunan sekolah10,30

Terminal10,63

Sumber: Profil Desa Bojongkerta Kecamatan Warungkiara Kabupaten Sukabumi

Luas seluruh tanah di desa Bojongkerta diperuntukan untuk persawahan sebesar 7,6%, untuk perkebunan sebesar 10,2%, untuk sarana umum sebesar 5,2%, dan untuk tanah bengkok sebesar 76,1%.

Tabel 3.2Data Mata pencaharian penduduk Desa Bojongkerta

Kecamatan Warungkiara Kabupaten Sukabumi

Mata PencaharianKeterangan

Tanah sawah sendiri567 orang

Tanah ladang sendiri500 orang

Buruh Tani584 orang

Sumber: Profil Desa Bojongkerta Kecamatan Warungkiara Kabupaten SukabumiWarga Desa Bojongkerta Kecamatan Warungkiara Kabupaten Sukabumi yang memiliki tanah sawah 53,2 % dan tanah ladang 46,8%. Sedangkan buruh taninya yaitu 584 orang..

Dari uraian di atas jelas sekali bahwa hampir semua persediaan air digunakan untuk kebutuhan perekonomian seperti untuk bercocok tanam, belum ada data yang menunjukan penggunaan air diikuti dengan bagaimana cara memelihara dan menjaganya.

Berdasarkan data pada tabel analisis yang telah disajikan sebelumnya, maka untuk memperjelas hasil analisis, penulis sajikan informasi berupa grafik sebagai berikut:Grafik 3.1

Data Luas Wilayah Desa Bojongkerta Kecamatan Warungkiara Kabupaten Sukabumi Berdasarkan Penggunaan Tanah

Sumber: Profil Desa Bojongkerta Kecamatan Warungkiara Kabupaten SukabumiGrafik 3.2Data Mata pencaharian penduduk Desa Bojongkerta

Kecamatan Warungkiara Kabupaten Sukabumi

Sumber: Profil Desa Bojongkerta Kecamatan Warungkiara Kabupaten Sukabumi3.2 ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

Berdasarkan hasil analisis maka untuk menjawab masalah yang teridentifikasi, maka ditetapkan alternatif sasaran pembangunan pemeliharaan air sebagai berikut:

A. Upaya peningkatan pemeliharaan di Desa Bojongkerta Kecamatan Warungkiara Kabupaten Sukabumi sudah baik;

B. Kondisi pemeliharaan air di Desa Bojongkerta Kecamatan Warungkiara Kabupaten Sukabumi sudah baik;

C. Kualitas, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan peningkatan pemeliharaan air di Desa Bojongkerta Kecamatan Warungiara Kabupaten Sukabumi sudah baik;

D. Dukungan pembangunan bidang peningkatan pemeliharaan air di Desa Bojongkerta Kecamatan Warungkiara Kabupaten Sukabumi sudah baik.

Alternatif pemecahan masalah yang dapat dilaksanakan untuk mencapai sasaran tersebut adalah sebagai berikut:

A. Peningkatan jumlah, jaringan dan kualitas pemeliharaan air;

B. Peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga motivator pemeliharaan air;

C. Pengembangan sistem jaminan kesehatan teruma bagi rakyat miskin;

D. Peningkatan sosialisasi kesehatan lingkungan dan pola hidup sehat;

E. Peningkatan pendidikan kesehatan pada masyarakat sejak usia dini; dan

F. Pemeratan dan peningkatan kualitas kesehatan dasar.

3.3 PEMILIHAN ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

Sebagai langkah alternatif dalam pemecahan masalah pembangunan di bidang peningkatan pemeliharaan air di Desa Bojingkerta Kecamatan Warungkiara Kabupaten Sukabumi, penulis sajikan beberapa alternatif pemecahan masalah sebagai berikut:

A. PROGRAM LINGKUNGAN SEHAT.

Program ini ditujukan untuk membentuk lingkungan sehat disekitar persawahan, ladang, lingkungan rumah tangga. Kegiatan pokok yang dilakukan yaitu :

1) Penyediaan air bersih;

2) Pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan;

3) Pengendalian dampak resiko pencemaran lingkungan;

4) Pengembangan wilayah sehat.

5) Pemilihan teknologi pembuangan air limbah

B. PROGRAM UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT.

Program ini ditujukan untuk meningkatkan jumlah, pemerataan, dan kualitas pelayanan kesehatan melalui puskesmas dan jaringannya. Kegiatan pokok yang dilakukan yaitu :

1) Pelayanan penduduk miskin

2) Pengadaan, peningkatan, dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas.

3) Pengadaan peralatan dan perbekalan kesehatan termasuk obat-obatan generik

4) Peningkatan pelayanan kesehatan dasar yang mencakup sekurang-kurangnya promosi kesehatan, sanitasi air bersih, kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, perbaikan gizi, kesehatan lingkunagn, pemberantasan penyakit menular, dan pengobatan dasar.C. PROGRAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT

Program ini di tujukan untuk menekan penyakit akibat pencemaran air. Kegiatan pokok yang dilakukan yaitu:

1) Pencegahan dan penanggulangan faktor resiko

2) Peningkatan imunisasi

3) Penemuan dan tatalaksana prnderita

4) Peningkatan komunikasi, informasi, dan edukasi.

D. PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT

Program ini ditujukan untuk meningkatkan kesadaran ibu rumah tangga tentang pemeliharaan air. Kegitan pokok yang dilakukan yaitu:

1) Peningkatan pendidikan gizi

2) Penanggulangan kurang energi energi protein

3) Penanggulangan gizi lebih

4) Peningkatan surveilens gizi

5) Pemberdayaan masyarakat untuk sadar gizi.

E. PROGRAM SUMBER DAYA KESEHATAN

Program ini ditujukan untuk meningkatkan jumlah dan mutu penyebaran tenaga medis untuk peningkatan pemeliharaan air. Kegiatan pokok yang dilakukan yaitu:

1) Perencanaan tenaga medis untuk peningkatan pemeliharaan air;2) Peningkatan keterampilan;3) Pemenuhan kebutuhan tenaga medis;4) Pembinaan tenaga medis;

5) Penyusunan standar kompetensi tenaga medis;F. PROGRAM PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN

Program ini ditujukan untuk menjamin terpenuhinya obat dan makanan untuk penanggulangan pencemaran air. Kegiatan pokok yang dilakukan yaitu:

1) Peningkatan pengawasan obat dan makanan

2) Peningkatan pengawasan minuman dan makanan siap saji;3) Peningkatan dan pengawasan mutu obat dan makanan;4) Penguatan kapasitas laboratorium pengawasan obat dan makanan.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 KESIMPULAN

Berdasarkan bahasan analisis dan bahasan masalah yang telah penulis lakukan maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

Berdasarkan hasil analisis maka untuk menjawab masalah yang teridentifikasi, maka ditetapkan alternatif pemecahan masalah yang dapat dilaksanakan untuk mencapai sasaran tersebut sebagai berikut:

A. Upaya peningkatan sanitasi air masyarakat Desa Bojongkerta Kecamatan Warungkiara Kabupaten Sukabumi sudah baik;

B. Kondisi kesehatan masyarakat Desa Bojongkerta Kecamatan Warungkiara Kabupaten Sukabumi sudah baik;

C. Kualitas, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan Desa Bojongkerta Kecamatan Warungkiara Kabupaten Sukabumi sudah baik;

D. Dukungan pembangunan bidang sanitasi air terhadap Program Perilaku hidup bersih dan sehat di Desa Bojongkerta Kecamatan Warungkiara Kabupaten Sukabumi sudah baik.4.2. Saran

Dari hasil evaluasi pelaksanaan program Kuliah Kerja Mahasiswa di Desa Bojongkerta Kecamatan Warungkiara Kabupaten Sukabumi , kami dari kelompok II mengajukan beberapa saran, yaitu sebagai berikut :

Saran Kepada Pemerintah Setempat

Melakukan pendekatan partisipatif dan pembinaan sebagai tindak lanjut dari hasil program KKN STKIP - PGRI 2008

Melakukan perencanaan strategis pembangunan wilayah di tiap-tiap kelurahan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan potensi yang dimiliki.

Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap kinerja aparatur desa dalam melayani masyarakat.

Meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan yang lebih memadai, untuk menghasilkan sumber daya manusia yang bewrkualitas.

Meningkatkan sarana dan prasarana kelurahan untuk mendukung kinerja para aparatur desa.

Saran Kepada Pihak LPPM STKIP PGRI

LPPM Untirta dalam hal ini sebagai panitia dari kegiatan KKN, hendaknya menyiapkan konsep KKN secara matang, dimana bukan hanya konsep saat akan pelaksanaan KKN saja namun harus ada onsepan untuk follow up atau tindak lanjut dari hasil kegiatan KKN, hal ini bisa dilakukan dengan menjalin koordinasi dengan pemda setempat.

Dalam hal pembekalan KKN sebaiknya dilakukan dengan serius, dimana pembekalan yang akan diberikan lebih berisi program KKN secara konseptual dan teknis serta informasi terkini tentang gambaran lokasi KKN, sehingga ketika peserta KKN diterjunkan ke lapangan sudah mempersiapkan segala sesuatunya.

Pembagian kelompok, sebaiknya sudah diumumkan jauh-jauh hari, sehingga sebelum terjun ke lokasi peserta KKN sudah saling mengenal dan bisa saling beradaptasi antara yang satu dengan yang lainnya. Selain itu, kesiapan kelompok lebih matang.

Pengontrolan ke lokasi KKN harus lebih diintensifkan lagi, pungsi dari POKJA Kecamatan harus dimaksimalkan, sehingga tidak ada kesan terlantarkan. Serta koordinasi antara POKJA Kecamatan dengan setiap kelompok KKN juga harus diintensifkan, sehingga akan mempermudah mandapat informasi tentang perkembangan KKN.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sekretaris Desa Bojong Kerta Kecamatan Warungkiara Kabupaten Sukabumi, 2008, Profil Desa 2008, Bojong kerta

2. Sekretaris Negara Republik Indonesia, 2003.Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional.. Jakarta : Sinar Grafika

3. ................., 2004. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Bab 27 Tentang Peningkatan Akses Masyarakat Terhadap Pendidikan yang berkualitas. Jakarta

4. W.J.S Poerwadarminta. 1982.Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka

5. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Laporan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001: Studi Morbiditas dan Disabilitas. Dalam SURKESNAS. Jakarta. 2002:

6. Soekidjo Notoatmodjo. Pendidikan Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta. Penerbit Rineka Cipta.2003:24-28. 7. Perawatan Kesehatan Masyarakat, Drs. Nasrul Effendy.

8. Kebidanan Komunitas, Dr. J. H. Syahlan, SKM

9. Materi Ajar tentang Mutu Pelayanan Kebidanan, Hj. Ulvi Mariatai, SKP. M.Kes

LAMPIRAN

-

LAMPIRAN

PAGE 3

_1293215686.xls

_1293215942.xls