1287-2886-1-pb

10
Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010|641 ANALISIS BAHASA DEPRESI PADA ANAK KETERGANTUNGAN OBAT DI PONDOK METAL PASURUAN Nurul Ari Puspitosari SMA Negeri 1 Bunyu Abstrak Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, karena hanya memaparkan situasi atau peristiwa, tanpa ada perbandingan statistik. Data dalam penelitian ini berupa tuturan langsung anak yang mengalami depresi karena ketergantungan obat. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah anak yang depresi karena ketergantungan obat di Pondok Metal Pasuruan. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi langsung. Setelah data dikumpulkan, data diolah dengan mengklasifikasikan kalimat bahasa depresi pada anak ketergantungan obat yang meliputi kalimat tunggal, kalimat majemuk, dan makna (ilokusi), menganalisis dan menginterpretasikan data yang telah diklasifikasi, dan mengumpulkan hasil analisis yang telah diinterpretasikan. Berdasarkan analisis data yang terdapat pada bab IV diperoleh kesimpulan berkaitan dengan struktur dan makna bahasa depresi pada anak ketergantungan obat di Pondok Metal Pasuruan. Struktur kalimat pada anak ketergantungan obat meliputi struktur kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Struktur kalimat tunggal ditemukan 8 pola: SP, PS, PK, PPel, KetP, PelS, PSKet, dan KetPS. Struktur kalimat majemuk ditemukan 6 pola: PP, PSP, PPS, PPO, PPSP, dan PSPKet. Berkaitan dengan makna, makna yang dimaksud adalah tindak ilokusi yang meliputi tindak ilokusi yang berupa: tindak ilokusi meminta termasuk verba direktif. Verba ini muncul pada anak yang mengalami depresi pada saat sedih dan gembira. Penderitanya sangat aktif dan ribut. Berbicara dengan cepat dan tertawa riang. Perasaanya tidak pernah merasda puas. Hidup merasa jemu dan putus asa. Tindak ilokusi menyuruh. Tindak ilokusi menyatakan termasuk verba asertif. Verba ini muncul pada anak yang mengalami depresi pada saat sedih dan gembira. Penderitanya diam saja dalam waktu yang lama, tidak mau berbicara. Penderitanya menjadi melankholis, sangat sedih dan dihinggapi ketakutan serta kegelisahan. Kesadarannya menjadi kabur, idenya campur aduk dan tidak mengenal pantangan serta larangan. Tindak ilokusi menawarkan termasuk verba direktif. Verba ini muncul pada anak yang mengalami depresi pada saat sedih dan gembira. Penderitanya merasa jemu hidup dan berputus asa. Diam saja dalam waktu yang lama. Perasaannya tidak pernah puas. Kata kunci: bahasa depresi, dan anak ketergantungan obat PENDAHULUAN Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui struktur kalimat dan makna bahasa depresi pada anak ketergantungan obat. Adapun penelitian ini, lebih mengutamakan penguasaan bahasa depresi pada anak ketergantungan obat,

Upload: sfcommunity-arry

Post on 25-Nov-2015

15 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010|641

    ANALISIS BAHASA DEPRESI PADA ANAKKETERGANTUNGAN OBAT DI PONDOK METAL PASURUAN

    Nurul Ari Puspitosari SMA Negeri 1 Bunyu

    Abstrak

    Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, karena hanya memaparkan situasi atau peristiwa, tanpa ada perbandingan statistik. Data dalam penelitian ini berupa tuturan langsung anak yang mengalami depresi karena ketergantungan obat. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah anak yang depresi karena ketergantungan obat di Pondok Metal Pasuruan. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi langsung. Setelah data dikumpulkan, data diolah dengan mengklasifikasikan kalimat bahasa depresi pada anak ketergantungan obat yang meliputi kalimat tunggal, kalimat majemuk, dan makna (ilokusi), menganalisis dan menginterpretasikan data yang telah diklasifikasi, dan mengumpulkan hasil analisis yang telah diinterpretasikan.

    Berdasarkan analisis data yang terdapat pada bab IV diperoleh kesimpulan berkaitan dengan struktur dan makna bahasa depresi pada anak ketergantungan obat di Pondok Metal Pasuruan. Struktur kalimat pada anak ketergantungan obat meliputi struktur kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Struktur kalimat tunggal ditemukan 8 pola: SP, PS, PK, PPel, KetP, PelS, PSKet, dan KetPS. Struktur kalimat majemuk ditemukan 6 pola: PP, PSP, PPS, PPO, PPSP, dan PSPKet.

    Berkaitan dengan makna, makna yang dimaksud adalah tindak ilokusi yang meliputi tindak ilokusi yang berupa: tindak ilokusi meminta termasuk verba direktif. Verba ini muncul pada anak yang mengalami depresi pada saat sedih dan gembira. Penderitanya sangat aktif dan ribut. Berbicara dengan cepat dan tertawa riang. Perasaanya tidak pernah merasda puas. Hidup merasa jemu dan putus asa. Tindak ilokusi menyuruh. Tindak ilokusi menyatakan termasuk verba asertif. Verba ini muncul pada anak yang mengalami depresi pada saat sedih dan gembira. Penderitanya diam saja dalam waktu yang lama, tidak mau berbicara. Penderitanya menjadi melankholis, sangat sedih dan dihinggapi ketakutan serta kegelisahan. Kesadarannya menjadi kabur, idenya campur aduk dan tidak mengenal pantangan serta larangan. Tindak ilokusi menawarkan termasuk verba direktif. Verba ini muncul pada anak yang mengalami depresi pada saat sedih dan gembira. Penderitanya merasa jemu hidup dan berputus asa. Diam saja dalam waktu yang lama. Perasaannya tidak pernah puas.

    Kata kunci: bahasa depresi, dan anak ketergantungan obat

    PENDAHULUAN Penelitian ini dilaksanakan dengan

    tujuan untuk mengetahui struktur kalimat dan makna bahasa depresi pada anak

    ketergantungan obat. Adapun penelitian ini, lebih mengutamakan penguasaan bahasa depresi pada anak ketergantungan obat,

  • Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010|642

    karena anak yang mengalami depresi juga mempunyai bahasa meskipun bahasa tersebut sulit dimengerti oleh orang yang mempunyai kesadaran. Bahasa tidak hanya diucapkan oleh orang yang mempunyai kesadaran penuh, tetapi orang yang tidak mempunyai kesadaran juga dapat berbahasa.

    Adapun objek penelitian ini, adalah anak yang mengalami depresi, karena ketergantungan obat. Anak mengkonsumsi obat-obatan cenderung dilakukan secara sadar berdasarkan pengetahuan sebagai pengaruh langsung atau tidak langsung. Anak yang mengalami depresi juga memiliki bahasa yang digunakan untuk menyampaikan suatu maksud; meskipun bahasa yang diucapkan tidak dapat dimengerti oleh orang yang sadar. Penelitian tentang bahasa depresi pada anak ketergantungan obat dilakukan di pondok Metal Pasuruan, karena di pondok tersebut mengobati anak yang mengalami ketergantungan obat tidak hanya secara medis, tetapi secara ilmu agama.

    Berdasarkan permasalahan yang telah ditetapkan hasil penelitian ini bermanfaatkan, baik secara teoritis maupun praktis. a) Secara teoritis: dimanfaatkan sebagai

    ilmu pengetahuan baru bahwa terdapat bahasa yang digunakan oleh orang yang menderita depresi yang disebut bahasa depresi.

    b) Secara praktis: dimanfaatkan sebagai bahan masukan untuk meningkatkan mutu pelayanan/pendidikan bagi anak yang mengalami ketergantungan obat yang berada di panti rehabilitasi.

    TEORI

    PENGERTIAN STRUKTUR DAN KALIMAT

    Kata struktur berasal dari bahasa Inggris structure yang diartikan susunan, bangunan. Struktur menyangkut masalah hubungan antara unsur-unsur di dalam suatu ujaran misalnya, antara fonem dengan fonem di dalam kata, antara kata dengan kata di dalam frasa, atau antara frasa dengan frasa di dalam kalimat (Chaer, 2003: 33).

    Kalimat adalah kumpulan kata atau ujaran yang mengandung suatu pikiran yang lengkap, bagian terkecil dari wacana (teks) yang secara ketatabahasaan mengungkapkan perasaan atau gagasan disertai dengan tanda baca dan intonasi final.

    Pola kalimat adalah peristiwa yang tetap (Razak, 1990: 19). Dikatakan pula bahwa pola kalimat bahasa Indonesia selalu terdiri atas dua bagian yang merupakan unsur utama suatu kalimat. Dalam hal ini, kalimat yang dimaksud adalah model atau bentuk kalimat yang mendasari bentukan kalimat lain yang lebih luas. Dalam bahasa Indonesia terdapat empat pola dasar kalimat yaitu: pola dasar SP, SPPel, SPO, dan SPOPel.

    POLA DASAR SP

    Pola dasar kalimat SP dapat diturunkan dengan cara sebagai berikut: a) menjadi beberapa kalimat luas dengan menambahkan keterangan-keterangan tertentu; b) dengan menggabungkan dua pola atau lebih; c) dan dengan mengubah strukturnya, atau dengan mempertukarkan letak posisi unsur-unsurnya. Misalnya: (1) Pekerjaan ini melelahkan.

    S P

  • Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010|643

    (1a) Pekerjaan menangani surat-menyurat ini sangat melelahkan. (1b) Sangat melelahkan sekali pekerjaan menangani surat-menyurat ini. (1c) Pekerjaan ini cukup melelahkan karena banyak hal yang harus ditangani.

    Kalimat (1) merupakan pola dasarnya, kalimat (1a) merupakan perluasan dari pola dasar itu dengan menambahkan keterangan tertentu. Kalimat (1b) merupakan perluasan dengan mempertukarkan posisi unsur-unsurnya. Kalimat (1c) merupakan perluasan dengan menggabungkan pola dasar itu.

    POLA DASAR SPPEL

    Perhatikan contoh pola dasar kalimat di bawah ini: (2) Tetangga saya penjual barang-barang bekas.

    S P Pel (3) Pertandingan itu berlangsung cukup meriah.

    S P Pel Pola dasar kalimat SPPel dapat

    diperluas dengan cara sebagai berikut: a) menambahkan keterangan tertentu; b) mempertukarkan fungsi unsur-unsurnya; c) dan menggabungkan pola dasarnya. Contoh perluasan kalimat di atas sebagai berikut: (2a) Tetangga saya, yang rumahnya di dekat

    lapangan voli, seorang penjual barang-barang bekas.

    (3a) Minggu yang lalu pertandingan tinju antara Holifield dan Bowe berlangsung cukup meriah.

    (3b) Cukup meriah perrtandingan antara Holifield dan Bowe yang berlangsung minggu lalu.

    (3c) Pertandingan tinju itu berlangsung cukup meriah, sedangkan pertandingan sepak bola antara Pelita Jaya dan Persib terkesan sepi.

    POLA DASAR SPO

    Perluasan pola dasar kalimat ini dapat bervariasi, mengingat bahwa pola dasar kalimat ini berpredikat kata kerja transitif dan variasi perluasannya dapat berbentuk pasif. Perhatikan contoh: (4) Pimpinan Pusat Bahasa menugasi saya.

    S P O (5) Amerika menyerang Irak.

    S P O Dalam hal ini, selain dapat diperluas

    dengan mengubah strukturnya menjadi pasif, pola ini dapat diperluas dengan cara yang sama seperti halnya pola-pola dasar yang lain, misalnya: (4a) Pimpinan Pusat Bahasa menugasi

    saya untuk memberikan penyuluhan di Pusdiklat DKI Jakarta.

    (4b) Saya ditugasi pimpinan Pusat Bahasa untuk memberikan pennyuluhan di Pusdiklat DKI Jakarta.

    (4c) Ketika itu, Pimpinan Pusat Bahasa menugasi saya, bukan menugasi orang lain.

    (4d) Penyuluhan di Pusdiklat DKI Jakarta ditugaskan kepada saya oleh pimpinan Pusat Bahasa.

    POLA DASAR SPOPEL Pola dasar kalimat ini predikatnya

    berupa kata kerja transitif. Oleh karena itu, perluasannya dapat bervariasi dengan bentuk pasif. Perhatikan contoh: (6) Amerika mengirimi Indonesia bantuan tenaga ahli.

    S P O Pel

  • Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010|644

    (7) Ibu membelikan adik baju baru. S P O Pel Pola dasa kalimat di atas dapat

    diperluas dengan cara yang sama seperti pada perluasan pola dasar yang lain. Perhatikan contoh: (6a) Indonesia dikirimi bantuan tenaga ahli

    dalam bidang lingkungan hidup oleh Amerika.

    (6b) Amerika mengirimkan bantuan tenaga ahli dalam bidang lingkungan hidup kepada Indonesia.

    (6c) Tahun depan Amerika akan mengirimkan bantuan tenaga ahli kepada Indonesia, terutama jika Indonesia mau bersikap lunak terhadap Negara adikuasa itu.

    (6d) Bantuan tenaga ahli yang dikirimkan Amerika kepada Indonesia akan dilakukan secara bertahap. Jenis kalimat berdasarkan strukturnya

    dibagi menjadi dua yaitu kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat tunggal adalah suatu jenis kalimat yang hanya terdiri atas satu pola dasar yaitu berupa pola SP, SPO, SPPel dan SPOPel. Kalimat majemuk adalah kalimat-kalimat yang mengandung dua pola kalmat atau lebih. Untuk mengklasifikasikan kalimat-kalmat majemuk, dasar yang digunakan adalah melihat hubungan antara pola-pola kalimat yang membina kalimat majemuk tersebut. Dalam hal ini, apabila kalmat majemuk itu terjadi karena salah satu bagiannya mengalami perluasan, sudah jelas bahwa pola kalimat yang baru dibentuk akibat perluasan tadi akan lebih rendah kedudukannya dari pada pola kalimat yang pertama. Jika kalimat majemuk yang terjadi akibat penggabungan dua atau lebih kalimat

    tunggal, maka sifat hubungannya sederajat, atau satu ditempatkan di bawah yang lain (Keraf, 1989: 168).

    UNSUR-UNSUR KALIMAT Dilihat dari struktur, kalimat terdiri atas unsur yaitu berupa kata. Dalam hal ini, kata dilihat dari fungsinya dalam membangun sebuah struktur, kata berfungsi membangun kesatuan bentuk di dalam bahasa. Berikut ini adalah unsur-unsur kalimat yaitu: a) subjek adalah bagian klausa berwujud nomina atau frasa nominal yang menandai apa yang dikatakan oleh pembicara; b) predikat adalah bagian klausa yang menandai apa yang dikatakan oleh pembicara tentang subjek; c) objek adalah unsur atau bagian yang merupakan pelengkap dari predikat; d) pelengkap adalah bagian dari frasa verbal yang diperlukan untuk membuatnya jadi predikat yang lengkap dalam klausa; dan e) keterangan merupakan unsur kalimat yang kehadirannya tidak wajib, sehingga unsur itu dapat dihilangkan tanpa mempengaruhi keberterimaan struktur kalimatnya. PENGERTIAN MAKNA

    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, makna adalah pengertian dasar yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan (Depdikbud, 1989: 548). Selanjutnya Salim (1991: 916) menyatakan makna adalah pengertian dasar yang diberikan atau yang ada dalam suatu hal. Makna adalah maksud pembicara atau penulis. Makna yang dimaksud dalam penelitian ini adalah makna yang berupa tindak bahasa seperti ilokusi. Tindak bahasa adalah ujaran atau kalimat yang bentuk

  • Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010|645

    formalnya adalah pernyataan, biasanya memberi informasi tetapi ada yang berfungsi lain yaitu melakukan suatu tindak bahasa (Nababan, 1992: 29). Tindak bahasa ilokusi adalah pengucapan suatu pernyataan, tawaran, janji, pertanyaan dan sebagainya.

    VERBA TINDAK UJAR ILOKUSI Aneka verba tindak ujar ilokusi

    menyerupai verba, contoh: Ilokusi: melaporkan, mengumumkan, meramalkan, mengakui, berpendapat, meminta, menegur, memohon, menganjurkan, menyuruh, mengusulkan, mengungkapkan, mengucapkan selamat, berjanji, mengucapkan terima, dan mendesak (Leech, 1993: 323). KLASIFIKASI VERBA ILOKUSI a). Verba Asertif, biasanya muncul dalam

    konstruksi S verba () bahwa X (S= subjek (yang mengacu kepada pembicara) dan bahwa X mengacu kepada suatu proposisi). Contoh: menegaskan (mengiakan, memperkokoh, memperkuat, mensahkan), menguatkan (menduga keras, menyatakan tanpa bukti), menegaskan, meramalkan, mengumumkan, menuntut (menagih).

    b). Verba Direktif, biasanya muncul dalam konstruksi S verba (O) bahwa X: atau S verba O kepada Y (S dan O mengacu pada subjek dan objek (yang masing-masing mengacu pada pembicara2 dan penyimak2), bahwa X = klausa bahwa yang non indikatif; dan kepada Y = klausa infinitif). Contoh: meminta, mengemis, menawar, memerintahkan, memerlukan, melarang,

    menasehati, menasehatkan, menganjurkan, memuji kebaikan memohonkan.

    c). Verba Komisif, biasanya muncul dalam konstruksi S verba bahwa X (di mana klausa bahwa adalah non indikatif). S verba kepada Y (di mana kepada Y adalah konstruksi infinitif). Contoh: menawarkan, menjanjikan, bersumpah, bersuka rela, benazar.

    d). Verba Ekspresif, biasanya muncul dalam konstruksi S verba (prep) O (prep) Xn (di mana (prep) adalah preposisi fakultatif; dan Xn adalah frase nomina abstrak/frase gerundif). Contoh: meminta maaf, menaruh simpati, mengucapkan selamat, memaafkan, mengampuni, mengucapkan terima kasih (Leech, 1993: 327-328).

    PENGERTIAN DEPRESI

    Depresi adalah perasaan yang terus-menerus bergerak antara gembira, tertawa (elation) sampai dengan rasa depresif, sedih, putus asa, penderitanya selalu dihinggapi ketegangan-ketegangan dan tidak bisa dikendalikan (Kartono, 1981: 171). Depresi adalah suatu gangguan jiwa yang dapat diakibatkan oleh berbagai ragam sebab.

    Depresi itu sendiri tidaklah terdiri atas satu macam tipe saja. Dalam hal ini, depresi dapatlah merupakan satu kombinasi dari ketiga hal di bawah ini: a) sebagai gejala dari sesuatu, misalnya sebagai akibat sampingan dari influenza atau penyakit serius lainnya; b) sebagai reaksi terhadap keadaan atau kejadian-kejadian dalam hidup, seperti pemberhentian hubungan kerja ataupun kematian. Dalam kategori ini depresi disebut sebagai depresi reaktif; c)

  • Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010|646

    sebagai penyakit tersendiri yang disebabkan oleh ketidakseimbangan kimia hidup dalam diri kita (http//216.39.33.100/search/q=cache.DvAbsvtArGgC. www.gkjmb.or.id/buletin13/depresi.-htm+arti-+depresi-&-hl=id&ir=Iang.id&ie=UTF-8).

    GEJALA-GEJALA DEPRESI

    Gejala-gejala depresi pada saat gembira adalah, sebagai berikut: a) penderitanya jadi sangat aktif, amat ribut, lari kesana-kemari, berbicara dengan cepat dan tertawa riang; b) sangat tidak sabaran dan tidak toleran; c) kesadarannya kabur, ide campur aduk dan tidak mengenal larangan serta pantangan; d) ada disorientasi total terhadap ruang, tempat dan waktu; e) emosinya pendek-pendek dan meledak-ledak, sering melakukan kekerasan, membanting dan merusak segala sesuatu yang dapat dijangkaunya; f) dikejar oleh ilusi-ilusi; dan g) melakukan serangan-serangan, kekerasan, dan usaha-usaha untuk membunuh atau bunuh diri (Kartono, 1981: 171).

    Gejala-gejala depresi pada saat sedih adalah sebagai berikut: a) penderitanya menjadi melankholis, sangat sedih, banyak menangis, dihinggapi ketakutan dan kegelisahan; b) perasaannya tidak pernah merasa puas, merasa tidak berguna, dan disia-siakan hidupnya, serta merasa sebatang kara hidup di dunia; c) dihinggapi ilusi-ilusi yang menakutkan; d) merasa jemu hidup dan berputus asa, diam saja dalam waktu yang lama, tidak mau berbicara, serta menolak makan dan minum; dan e)

    kesadarannya menjadi kabur (Kartono, 1981: 172). METODE PENELITIAN

    Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, karena hanya memaparkan situasi atau peristiwa. Sebagaimana dikatakan Ali (1987: 120) bahwa penelitian deskriptif bertujuan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi sekarang. Untuk pemecahan masalah, penelitian ini menggunakan langkah-langkah pengumpulan data, klasifikasi, analisis atau pengolahan data, membuat kesimpulan. Selanjutnya dibuat laporan dengan tujuan utama menggambarkan suatu keadaan secara objektif dalam bentuk deskripsi situasi. Adapun penelitian ini bersifat kualitatif, sehingga metode yang digunakan disebut deskriptif kualitatif. Dalam penelitian yang bersifat kualitatif data yang diteliti berbentuk deskripsi fenomena bukan berupa angka-angka, sehingga data yang terkumpul berupa kata-kata. PENDEKATAN PENELITIAN

    Penelitian ini menggunakan pendekatan fungsional, karena menekankan analisisnya pada proses penyimpulan berdasarkan fungsi. Dalam hal ini fungsi utama bahasa sebagai alat komunikasi. Bahasa yang dipakai oleh anak yang mengalami depresi karena ketergantungan obat tidak digunakan sebagai alat komunikasi masyarakat pada umumnya, karena bahasa yang dipakai oleh anak yang mengalami depresi diucapkan diluar kesadaran.

  • Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010|647

    DATA DAN SUMBER DATA

    Data adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun informasi (Arikunto, 1996: 99-100). Data dalam penelitian ini, berupa tuturan langsung anak yang mengalami depresi karena ketergantungan obat. Moleong (2002: 112) berpendapat bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen. Sumber data atau lebih dikenal dengan sebutan responden dalam penelitian ini adalah anak yang depresi karena ketergantungan obat di Pondok Metal Pasuruan. TEKNIK PENELITIAN a) TEKNIK PENGUMPULAN DATA Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah observasi. Teknik observasi adalah teknik penelitian yang dilaksanakan dengan cara mengadakan pengamatan terhadap objek baik secara langsung maupun tidak langsung, menggunakan teknik pengamatan (Ali, 1987: 91). Tujuan dari kegiatan observasi adalah untuk mengetahui bentuk tuturan langsung anak yang mengalami depresi, serta untuk mengetahui tingkah laku anak saat mengalami depresi. Langkah-langkah observasi adalah, sebagai berikut: a) mencari objek yang bersedia untuk dijadikan bahan penelitian; b) menegaskan tujuan umum dan khusus observasi; c) memilih cara atau teknik pencatatan hasil-hasil observasi; d) mencatat hasil observasi sesuai dengan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti; e) dilakukan secermat dan sekritis mungkin; dan f)

    menguasai dengan baik prosedur pencatatan dan alat pencatatan sebelum melakukan observasi. b) TEKNIK PENENTUAN SUBJEK

    PENELITIAN Subjek penelitian adalah sumber

    utama data penelitian yaitu yang memiliki data mengenai variabel-variabel yang diteliti. Dalam penelitian ini, subjek penelitiannya adalah anak yang mengalami depresi karena ketergantungan obat yang dijadikan sebagai responden. Dalam penelitian ini hanya diambil tiga orang anak sebagai responden.

    c) TEKNIK PENGOLAHAN DATA Data dalam penelitian ini berupa tuturan langsung anak yang mengalami depresi karena ketergantungan obat yang dirubah dalam bentuk tulisan. Langkah-langkah yang dilakukan adalah, sebagai berikut: a) mengklasifikasikan kalimat bahasa depresi pada anak ketergantungan obat yang meliputi kalimat tunggal, kalimat majemuk, dan makna (ilokusi); b) menganalisis dan menginterpretasikan data yang telah diklasifikasi; c) menyimpulkan hasil analisis; dan d) mengumpulkan hasil analisis yang telah diinterpretasikan. PROSEDUR PENELITIAN Prosedur penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi beberapa tahap, yaitu: a. Tahap Persiapan

    Peneliti melakukan beberapa hal, yaitu a) memilih judul penelitian; b) studi pustaka; dan c) menyusun rancangan penelitian. Dalam hal ini, pemilihan judul

  • Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010|648

    penelitian dilakukan dengan konsultasi kepada pembimbing. Studi pustaka dimaksudkan untuk mendapatkan teori sebagai landasan dalam penelitian. Penyusunan rancangan dilakukan untuk menghindari permasalahan dalam penelitian. b. Tahap Pelaksanaan

    Pada tahap pelaksanaan terdapat tiga langkah yang harus dilaksanakan yaitu: a) tahap pengumpulan data; b) tahap menganalisis data; dan c) tahap menyimpulkan hasil penelitian. Mengumpulkan data dilakukan untuk mencari informasi yang relevan dengan masalah penelitian, sedangkan pengolahan data dimaksudkan untuk memperoleh hasil analisis secara kualitatif dan kegiatan terakhir yaitu menarik kesimpulan dari hasil penelitian. c. Tahap Penyelesaian Pada tahap penyelesaian kegiatan yang dilakukan antara lain: a) penyusunan laporan penelitian; b) perevisian laporan penelitian; dan c) penyerahan laporan penelitian. Penyusunan laporan penelitian dimaksudkan untuk mengkomunikasikan sejelas mungkin tujuan dan hasil penelitian yang telah dicapai dalam tulisan, sehingga hasil penelitian dapat bermanfaat bagi pembaca. Revisi laporan penelitian dimaksudkan untuk mengadakan perbaikan laporan penelitian yang sudah disetujui agar lebih sempurna dan yang terakhir menyerahkan laporan penelitian. HASIL ANALISIS DATA STRUKTUR KALIMAT TUNGGAL DAN KALIMAT MAJEMUK

    Berdasarkan analisis data yang terdapat pada bab IV dapat diperoleh

    kesimpulan berkaitan dengan struktur dan makna bahasa depresi pada anak ketergantungan obat di Pondok Metal Pasuruan. Struktur kalimat pada anak ketergantungan obat meliputi struktur kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Struktur kalimat tunggal ditemukan 8 pola: SP, PS, PK, PPel, KetP, PelS, PSKet, dan KetPS. Struktur kalimat majemuk ditemukan 6 pola: PP, PSP, PPS, PPO, PPSP, dan PSPKet.

    MAKNABerkaitan dengan makna, makna

    yang dimaksud adalah tindak ilokusi yang meliputi tindak ilokusi yang berupa: tindak ilokusi meminta termasuk verba direktif. Verba ini muncul pada anak yang mengalami depresi pada saat sedih dan gembira. Penderitanya sangat aktif dan ribut. Berbicara dengan cepat dan tertawa riang. Perasaannya tidak pernah puas. Hidup merasa jemu dan berputus asa. Tindak ilokusi menyuruh. Tindak ilokusi menyatakan termasuk verba asertif. Verba ini muncul pada anak yang menderita depresi pada saat sedih dan gembira. Penderitanya diam saja dalam waktu yang lama, tidak mau berbicara. Penderitanya menjadi melankholis, sangat sedih dan dihinggapi ketakutan serta kegelisahan. Kesadarannya menjadi kabur, idenya menjadi campur aduk dan tidak mengenal pantangan serta larangan.Verba ini muncul pada anak yang mengalami depresi saat sedih dan gembira. Penderitanya merasa jemu hidup dan berputus asa. Diam saja dalam wakyu yang lama. Perasaannya tidak pernah puas.

  • Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010|649

    DAFTAR PUSTAKA

    Ali, Mohamad. 1987. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Bandung: Angkasa. Alwi, Hasan. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Balai Pustaka. Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka

    Cipta. Azwar, Saifudin. 2001. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. B.S, Kusno. 1985. Pengantar Tata Bahasa Indonesia. Bandung: CV Rosda. Chaer, Abdul. 2000. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. . 2003. Psikolinguistik Kajian Teoritik. Jakarta: Rineka Cipta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

    Pustaka. Emzet, Amien. 1989. Struktur Sebuah Tinjauan Deskriptif. Surabaya: Indah. Hadi, Sutrisno. 1987. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset. Hamidi. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Malang: UMM Pres. Kartono, Kartini. 1981. Psikologi Abnormal dan Pathologi Seks. Bandung: Alumni. Keraf, Gorys. 1989. Tata Bahasa Indonesia. Jakarta: Nusa Indah. Kontjoroningrat. 1980. Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia. Kridalaksana, Harimurti. 1993. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka. Leech, Geoffrey terjemahan Oka, M.D.D. 1993. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Jakarta: Universitas

    Indonesia. Lubis, A. Hasan. 1993. Analisis Wacana Pragmatik. Bandung: Angkasa. Moeleong, Lexy. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Mujianto, Gigit dan Ekarini Saraswati. 2000. Psikolinguistik. Malang: UMM. Mustakim. 1994. Membina Kemampuan Berbahasa Panduan kearah Kemahiran Berbahasa.

    Jakarta: PT Gramedia. Nababan dan Sri Utari Subyakto. 1992. Psikolinguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

  • Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010|650

    Ramlan, M. 1986. Sintaksis. Yogyakarta: CV Karyono. Razak, Abdul. 1988. Kalimat Efektif Struktur Gaya dan Variasi. Jakarta: PT Gramedia. Salim, Yenny dan Peter Salim. 1991. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta: Modern

    English Press. Sudarsono. 1991. Kenakalan Remaja. Jakarta: PT Rinka Cipta. Sumarsono dan Paina Partana. 2004. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Sabda (Lembaga Studi Agama,

    Budaya, Perdamaian). Wiryosoedarmo, Soengkono. 1985. Tata Baku Bahasa Indonesia. Surabaya: Sinar Wijaya. (http//216.-239.33.100/search/q=cache.DvAbsvt ArGgC.www.gkjmb.or.id/buletin13/-depresi.-

    htm+arti-+depresi-&-hl=id&ir= Iang.id&ie=UTF-8).