128369798 pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan wanita tentang sadari sebagai deteksi dini kanker...

Download 128369798 Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Wanita Tentang Sadari Sebagai Deteksi Dini Kanker Payudara Di Desa Cijalingan Kabupaten Sukabumi

If you can't read please download the document

Upload: langit-biru

Post on 27-Oct-2015

195 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN WANI TA TENTANG SADARI SEBAGAI DETEKSI DI NI KANKER PAYUDARA DI DESA CI J ALI NGAN KABUPATEN SUKABUMI PERI ODE APRI L J ULI TAHUN 2010

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk Menyelesaikan Pendidikan Program Studi Diploma II I Kebidanan Disusun oleh : KRISTIN RATNA MURTI NIM. 4004070023

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DHARMA HUSADA BANDUNG 2010 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah hak setiap warga negara yang merupakan investasi di masa depan. Pemerintah Indonesia telah menetapkan visi pembangunan kesehatan, yaitu Indonesia Sehat 2010, harapannya agar masyarakat Indonesia dapat hidup dalam lingkungan yang sehat, berperilaku hidup sehat dan dapat mengakses pelayanan kesehatan secara adil dan merata. Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan setinggi-tingginya. Ini akan terwujud jika seluruh komponen diharapkan bahu membahu mewujudkan masyarakat yang sehat melalui berbagai partisipasi sesuai dengan potensi yang dimiliki. Saat ini di negara berkembang telah terjadi pergeseran penyebab kematian utama yaitu dari penyakit menular ke penyakit tidak menular. Kecenderungan transisi ini dipengaruhi oleh adanya perubahan gaya hidup, urbanisasi dan globalisasi. Penyakit yang tergolong dalam penyakit tidak menular yaitu kanker, diabetes mellitus, gangguan mental, penyakit jantung, pembuluh darah, dan lain-lain. Kanker adalah tumor ganas yang ditandai dengan pertumbuhan abnormal sel-sel tubuh. Keberadaan makanan instant, rokok, alkohol, makanan banyak lemak, makanan yang diawetkan, dan kegemukan merupakan faktor resiko tinggi penyebab terjadinya penyakit

kanker. Menurut dr. Sutjipto, Sp.B.Onk (2008) dalam Jurnal Kesehatan RS Kanker Dharmais, kanker payudara merupakan kanker yang sering dijumpai dalam masyarakat Indonesia dan menempati tempat ke dua terbanyak setelah kanker leher rahim. Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) melaporkan, pada tahun 2005 terdapat 1,2 juta penderita baru setiap tahun. Di Indones ia masalah kanker payudara menjadi lebih besar lagi karena lebih dari 70% penderita datang ke dokter pada stadium yang sudah lanjut (SUSEDA 2006) sehingga diperkirakan setiap tahun terdapat 100 penderita baru / 100. 000 penduduk. Di Jawa Barat sendiri angka kejadian kanker payudara ini 26/100.000 wanita (SURKESDAS 2007). Kanker payudara adalah tumor ganas yang tumbuh didalam jaringan payudara, dimana kanker ini bisa tumbuh didalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak, maupun jaringan ikat pada payudara. Kebanyakan pasien yang datang berobat ternyata setelah penyakitnya stadium akhir, padahal keberadaan kanker ini bisa dideteksi secara dini. Keterlambatan diteksi dini ini kemungkinan kurangnya pengetahuan wanita tentang diteksi dini kanker payudara. Salah satu deteksi dini kanker payudara yaitu pemeriksaan payudara sendiri dan pemeriksaan payudara klinis. Penyuluhan pada masyarakat mengenai deteksi dini kanker payudara dilakukan dengan melakukan periksa payudara sendiri (Sadari) dan pemeriksaan payudara klinis (Saranis). Pemeriksaan payudara sendiri dilakukan dengan meraba seluruh bagian payudara dan daerah tepi sampai kedaerah sentral dan kedaerah aksila. Promosi kesehatan sangat penting untuk menambah pengetahuan, salah satu promosi kesehatan yang paling sederhana adalah dengan penyuluhan. Penyuluhan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang kebiasaan diteksi dini dan perilaku hidup sehat, sehingga dengan diteksi dini kanker payudara dapat ditemukan dan diobati dengan cepat dan tepat, serta kemungkinan untuk sembuh lebih besar. Rendahnya kesadaran untuk memeriksakan diri ketenaga kesehatan berkaitan dengan paradigma sehat yang melekat pada masyarakat dimana mereka akan pergi ketenaga kesehatan jika mereka merasakan sakit. Pandangan ini sangat berpengaruh terhadap temuan-temuan dini terhadap suatu penyakit terutama temuan dini kanker payudara. Berdasarkan penelitian terdahulu tentang pengertahuan Sadari, ternyata baik di daerah perkotaan maupun pedesaan masih banyak wanita yang tidak mengetahui pentingnya Sadari ( Sari, 2008 ). Di desa Cijalingan saja hampir seluruh wanita tidak mengetahui apa yang dimaksud Sadari, untuk apa dan bagaimana cara melakukan Sadari, sehingga berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk mengetahui pengaruh penyuluhan terhadap peningkatan pengetahuan wanita tentang Sadari di desa Cijalingan kabupaten Sukabumi. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan dapat dirumuskan masalah apakah penyuluhan dapat meningkatkan pengetahuan ibu mengenai cara pemeriksaan payudara sendiri sebagai deteksi dini kanker payudara ? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui pengaruh penyuluhan tehadap peningkatan pengatahuan wanita tentang cara pemeriksaan payudara sendiri sebagai deteksi dini kanker payudara di desa Cijalingan kabupaten Sukabumi.

2. Tujuan khusus a. Mengetahui pengetahuan wanita tentang Sadari sebelum dilakukan penyuluhan. b. Mengetahui pengetahuan wanita tentang Sadari setelah dilakukan penyuluhan D. Manfaat Penelitian 1. Bagi responden Dari hasil penelitian ini diharapkan masyarakat khususnya ibu-ibu mengetahui cara mendeteksi dini kanker payudara dengan pemeriksaan payudara sendiri sehingga kanker payudara pun akan teratasi sejak dini. 2. Bagi institusi pendidikan Penelitian ini diharapkan sebagai dasar, sumber dan bahan pemikiran untuk perkembangan penelitian selanjutnya. 3. Bagi Pembaca Diharapkan penelitian ini dapat memperluas pengetahuan dan wawasan mengenai Sadari. E. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini termasuk kedalam mata kuliah Kesehatan Reproduksi, penelitian dilakukan pada wanita di desa Cijalingan kabupaten Sukabumi, dengan memggunakan rancangan penelitian Kuasi Eksperimen dengan sampel wanita yang berusia 30-40 tahun yang memenuhi kriteria. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah consecutive sampling, dengan kuesioner sebagai instrumen penelitiannya.

BAB I I TI NJ AUAN TEORI A. Kanker payudara 1. Pengetian kanker payudara Kanker payudara adalah tumor ganas yang tumbuh didalam jaringan payudara,dimana kanker ini bisa tumbuh didalam kelenjar susu,saluran susu,jaringan lemak,maupun jaringan ikat pada payudara. 2. Gejala kanker payudara Gejala klinis dari kanker payudara pada tahap awal biasanya penderita tidak merasakan sakit dan tidak terdapat tanda-tanda sama sekali,akan tetapi ketika tumor semakin membesar maka penderita akan mendapat gejala-gejala sepeti a. Benjolan pada payudara Umumnya benjolan yang tidak terasa nyeri pada payudara,awalnya benjolan ini berukuran kecil semakin lama semakin besar, kemudian melekat pada kulit b. Perubahan ukuran dan bentuk payudara Perubahan ini seperti kulit atau puting susu akan tertarik kedalam (retraksi), berwarna merah muda atau kecoklatan sampai menjadi oedema hingga kulit akan terlihat seperti kulit jeruk,mengkerut dan

kemudian akan timbul borok pada payudara. 3. Faktor penyebab kanker payudara Faktor penyebab kanker payudara sampai saat ini belum diketahui secara spesifik akan tetapi banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya kanker payudara seperti faktor reproduksi,penggunaan hormon, obesitas, konsumsi lemak yang berlebih, serta riwayat keluarga dan faktor genetik. (Tjindarbumi D,2004:79) 4. Pencegahan kanker payudara Upaya pencegahan kanker payudara dikelompokan dalam 3 strategi yaitu pencegahan primer, pencegahan sekunder dan pencegahan tertier. a. Pencegahan primer Pencegahan pada kanker payudara ini merupakan salah satu bentuk promosi kesehatan karena dilakukan pada orang yang sehat melalui upaya menghindarkan diri dari terpaparnya faktor resiko dan melaksanakan pola hidup sehat seperti berupa pemeriksaan Sadari yang dilakukan secara rutin sehingga dapat memperkecil faktor resiko terkena kanker payudara. b. Pencegahan sekunder Pencegahan sekunder ini dilakukan terhadap individu yang memiliki resiko terkena kanker payudara seperti dengan melakukan skrining melalui mamografi, USG payudara, termografi. c. Pencegahan tertier Pencegahan ini diarahkan pada individu yang telah positif menderita kanker payudara.Penanganan yang tepat pada penderita sesuai dengan stadiumnya akan mengurangi kecacatan dan memperpanjang harapan hidup penderita B. Pemeriksaan Payudara Sendiri 1. Pengertian Sadari Sadari adalah singkatan dari Pemeriksaan Payudara Sendiri. Pemeriksaan berasal dari kata dasar periksa, yang dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti selidik. Pemeriksaan adalah proses, cara, penyelidikan. Secara teknis payudara disebut kelenjar susu (KerrienLee,2004). Menurut istilah kamus besar bahasa indonesia payudara adalah buahdada, susu, tetek. Sendiri artinya seorang diri atu tidak dengan orang lain ( mandiri ). Dari pengertian pengertian tersebut maka Sadari dapat diartikan sebagai suatu proses atau cara memeriksakan payudara secara mandiri ataupun seorang diri. 2. Pendidikan Sadari Hingga saat ini tidak banyak wanita yang mengetahui pentingnya Sadari, diperkirakan hanya 25% samapi 30% wanita yang melakukan Sadari dengan baik dan teratur setiap bulannya. Sebagian besar lesi dapat terdeteksi secara mandiri, sehingga membuat Sadari menjadi bagian penting dari promosi kesehatan untuk mendeteksi kanker atau penyakit payudara lainnya secara dini. Karena banyaknya penyakit payudara terdeteksi oleh wanita itu sendiri, maka penyuluhan pada wanita diprioritaskan mengenai bagaimana dan kapan melakukan Sadari. Sadari dapat diajarkan kepada semua wanita dan dipraktikkan oleh semua wanita. Petugas kesehatan berperan dalan menginformasikan dan memberi pengarahan pada wanita tentang keuntungan Sadari yang teratur dan pentingnya mencari bantuan medis segera ketika ditemukan benjolan. Mengajarkan wanita bagaimana melakukan Sadari adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam melaksanakan pemeriksaan bulanan secara mandiri.Pendidikan Sadari sangat penting untuk diajarkan pada wanita sehingga dapat diraba ada tidaknya kelainan pada payudara dan selanjutnya dapat memeriksakan diri kepelayanan kesehatan jika ditemukan kelainan tersebut. Wanita dapat diajarkan tentang Sadari dengan 2 cara yaitu : a. Inspeksi (melihat sendiri didepan cermin) Inpeksi dapat dilakukan dengan cara berdiri didepan cermin dan

perhatikan apakah ada kelainan pada payudara, biasanya kedua payudara tidak sama, terdapat benjolan yang tidak terasa nyeri dan berukuran kecil yang lama kelamaan benjolan itu semakin besar lalu melekat pada kulit, sehingga menimbulkan perubahan pada kulit payudara dan puting payudara, puting akan tertarik kedalam, berwarna merah, sehinnga terlihat seperti kulit jeruk,mengkerut dan pada akhirnya akan mengakibatkan borok yang disertai pengeluaran cairan atau darah dari puting susu. b. Palpasi (perabaan) Apakah ada tumor pada payudara akan disertai dengan nyeri tekan, dapat digerakan, menekan puting susu apakah terdapat pengeluaran cairan atau darah, kemudian memeriksa ketiak apakah terdapat benjolan atau tidak.Pemeriksaan payudara secara komplit dan menyeluruh membutuhkan waktu setidaknya 5 menit atau lebih. Pemeriksaan dimulai dengan inspeksi yaitu wanita telanjang dari kepala sampai sebatas pinggang dan duduk dalam posisi yang nyaman menghadap cermin, payudara diinspeksi terhadap ukuran dan kesimetrisannya, pemeriksaan puting susu, ada tidaknya pembengkakan, serta perubahan warna. 3. Cara melakukan Sadari Untuk mendeteksi benjolan, perubahan warna kulit, puting susu yang bersisik, pengeluaran cairan dari puting susu atau kejanggalan-kejanggalan lain, dapat dilakukan dengan cara memperhatikan bentuk payudara dari depan, sisi kiri, dan sisi kanan. Berikut ini adalah langkah-langkah dalam melakukan Sadari a. Langkah 1 : 1. Berdiri atau duduk yang nyaman menghadap cermin, tangan lurus kebawah 2. Memeriksa payudara terhadap segala sesuatu yang tidak seperti biasa 3. Memperhatikan adanya pengeluaran cairan dari puting susu, kriput, dimpling atau kulit mengelupas b. Langkah 2 1. Memperhatiakan dengan baik didepan cermin ketika melipat tangan dibelakang kepala dan menekan tangan kearah depan 2. Memperhatikan setiap perubahan bentuk payudara c. Langkah 3 1. Kemudian tekan tangan dengan kuat pada pinngang, agak membungkuk kearah cermin menarik bahu dan siku kearah depan 2. Memperhatikan setiap perubahan bentuk payudara Beberapa wanita melakukan pemerikasaan langkah 4 dan 5 ketika sedang mandi karena jari-jari akan meluncur dengan mudah diatas kulit yang bersabun sehinnga dapat berkonsentrasi dan merasakan terhadap setiap perubahan didalam payudara. d. Langkah 4 1. Mengangkat lengan kiri 2. Menggunakan 3 atau 4 jari tangan kanan untuk meraba payudara kiri dengan lembut, kuat, hati-hati, dan menyeluruh 3. Mulailah pada tepi terluar, tekan bagian datar dengan jari tangan dalam lingkaran kecil, bergerak melingkar dengan lambat disekitar payudara 4. Secara bertahap lakukan kearah puting susu 5. Memastikan dilakukan pada seluruh payudara 6. Memberi perhatian khusus pada area diantara payudara dan dibawah lengan, termasuk bagian dibawah lengan itu sendiri 7. Merasakan adanya benjolan atau massa yang tidak lazim dibawah kulit e. Langkah 5 1. Dengan perlahan, remas puting susu, perhatikan adanya benjolan 2. J ika terdapat benjolan selama sebulan yang terjadi ketika sedang atau tidak melakukan Sadari segera konsultasi ke dokter

3. Ulangi pemeriksaan pada payudara kanan f. Langkah 6 1. Langkah 4 dan 5 diulangi dalam keadaan berbaring 2. Berbaringlah mendatar terlentang dengan lengan kiri dibawah kepala dan sebuah bantal atau handuk yang dilipat dibawah bahu kiri (posisi ini akan mendatarkan payudara dan memudahkan untuk memeriksanya) 3. Gunakan gerakan silkuler yang sama seperti yang diuraikan pada langkah 4 dan 5 4. Ulangi pada payudara kanan 4. Waktu yang tepat melakukan Sadari Agar Sadari menjadi alat skrining yang efektif untuk mengetahui lessi kanker, penting bagi wanita untuk melakukannya setiap bulan, kebanyakan wanita memperhatikan peningkatan nyeri dan gumpalan sebelum periode menstruasi, oleh karena itu Sadari disarankan setelah menstruasi. 5. Manfaat Sadari Sadari terdapat dalam garis depan pendeteksian kanker payudara dini. Kanker payudara termasuk penyebab kematian yang cukup tinggi pada wanita usia lebih dari 50 tahun. Oleh karena itu, diagnosis dini sang at penting artinya karena menyangkut jiwa penderita. Dengan melakukan Sadari secara teratur, dapat menghasilkan temuan dini dan pengobatan dini , bermanfaat dalam penurunan angka kematian tersebut. Karena penurunan secara dini adalah kunci untuk menyelamatkan hidup, penting bagi wanita untuk meluangkan waktu beberapa menit setiap bulannya untuk melakukan Sadari. Maka dari itu dengan melakukan Sadari, wanita dapat lebih mengenali payudaranya sendiri hingga dapt menditeksi setiap perubahan awal yang mungkin merupakan awal terjadinya kanker payudara. (Tambunan M.W,2006 : 84). C. Pengetahuan 1. Pengertian pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan melalui kelima inderanya, tetapi sebagian besar memilih suatu proses yaitu proses belajar dan membutuhkan suatu bantuan misalnya bantuan seseorang yang lebih menguasai suatu hal, bantuan alat misalnya buku dan sebagainya (Notoatmodjo, 2005 : 3). 2. Sumber Pengetahuan Sumber pengetahuan biasanya diperoleh dari buku bacaan, media seperti koran, televisi radio, promosi kesehatan. Promosi kesehatan adalah upaya yang dilakukan terhadap masyarakat sehingga mereka mau dan mampu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri (Piagam Ottawa Charter, 1986). Batasan promosi kesehatan menurut (Victorian Health Fondation, Australia, 1997) adalah bukan hanya perubahan perilaku tetapi juga perubahan lingkungannya, sehingga menekankan bahwa promosi kesehatan adalah suatu program perubahan perilaku masyarakat yang menyeluruh dalam konteks masyarakatnya. 3. Cara Memperoleh Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2007 :10), dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu: a. Cara Tradisional atau Non Ilmiah Cara kuno atau cara tradisional untuk memperoleh pengetahuan ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sebelum ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematik dan logis. Cara cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain: 1) Cara coba salah Cara yang paling tradisional yang pernah digunakan oleh manusia dalam memperoleh pengetahuan adalah melalui cara coba coba atau

yang lebih dikenal dengan kata Trial and Error. Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil maka dicoba kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan kedua gagal pula maka dicoba kembali dengan kemungkinan yang ketiga, dan apabila kemungkinan ketika gagal dicoba kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai masalah tersebut dapat terpecahkan. Itulah sebabnya maka cara ini disebut metode Trial (coba) and Error (gagal atau salah) atau metode coba salah atau coba coba.Contoh refleks dari metode ini adalah ditemukannya kina sebagai obat malaria secara coba coba oleh seorang penderita malaria. 2) Cara Kekuasaan atau Otoritas Dalam kehidupan manusia sehari-hari banyak sekali kebiasaan kebiasaan dan tradisi yang dilakukan oleh orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukannya tersebut baik atau tidak. Kebiasaan kebiasaan ini biasanya diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi misalnya mengapa harus ada acara selapanan dan turun tanah pada bayi? Mengapa ibu yang sedang menyusui harus minum jamu? Mengapa anak tidak boleh makan telur?. Pendapat itu diterima oleh masyarakat pada waktu itu sampai jangka waktu yang lama tanpa melalui pembuktian empiris. Demikian pula pendapat yang dikeluarkan oleh tokoh tokoh ilmu pengetahuan atau filsafat yang selalu digunakan sebagai referensi dalam memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapi. Dibidang kesehatan otoritas pengetahuan tersebut bukan saja berasal dari ahli ahli kesehatan atau kedokteran tetapi juga berasal dari para dukun. 3) Berdasarkan Pengalaman Pribadi Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengenang kembali pengalaman yang diperoleh dalam rangka memecahkan permasalahan yang dihadapai pada masa lalu apabila dengan cara yang digunakan tersebut orang dapat memecahkan masalah yang dihadapi, maka untuk memecahkan masalah lain yang sama orang dapat pula menggunakan cara tersebut, tetapi bila gagal menggunakan cara tersebut ia tidak akan mengulangi cara itu dan berusaha mencari cara yang lain sehingga dapat berhasil memecahkannya. 4) Melalui jalan pikiran. Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia cara berpikir manusiapun berkembang dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya dengan kata lain dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya baik melalui induksi maupun deduksi. Induksi maupun pada dasarnya cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui pernyataan pernyataan yang dikemukakan kemudian dicari hubungannya sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan. Apabila proses pembuatan kesimpulan itu melalui pernyataan pernyataan khusus kepada yang umum dinamakan induksi sedangkan deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan pernyataan umum kepada yang khusus. b. Cara Modern atau cara Ilmiah Cara modern dalam memperoleh pengetahuan adalah cara baru dalam memperoleh pengetahuan yang lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut Metode Penelitian Ilmiah atau lebih populer disebut Metodologi Penelitian atau (Research Metodology). Cara ini mula mula dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626). Dia adalah seorang tokoh yang mengembangkan Metode berpikir Induktif, mula mula ia mengadakan

pengamatan langsung terhadap gejala gejala alam atau kemasyarakatan yang kemudian hasil pengamatannya tersebut dikumpulkan dan di klasifikasikan yang akhirnya diambil kesimpulan umum, kemudian metode berpikir induktif yang dikembangkan oleh Bacon ini dilanjutkan oleh Deobold Van Dallen dia mengatakan bahwa dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan mengadakan observasi langsung dan membuat pencatatan pencatatan terhadap semua fakta yang berhubungan dengan obyek yang diamatinya. 4. Tingkat pengetahuan Menurut Notoatmodjo, 2007 : 3 tingkat pengetahuan memiliki enam tingkatan diantaranya, yaitu : a. Tahu/mengenal (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. b. Memahami (Comprehension) Memahami merupakan kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah memahami obyek atau materi harus dapat menjelaskan, meramalkan, menyebutkan. Contoh menyimpulkan terhadap obyek yang telah dipelajarinya. c. Aplikasi (Aplication) Aplikasi adalah kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi nyata dan dapat menerapkan dalam kehidupan sehari hari. d. Analisis (Analysis) Analisis merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau obyek kedalam komponen komponen tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitan antara yang satu dengan yang lainnya. e. Sintesis (Syntesis) Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian bagian didalam suatu bentuk yang baru dan formasi yang ada. Misalnya merumuskan, menyusun, merencanakan. f. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi adalah kemampuan untuk melakukan judifikasi atau penelitian terhadap materi atau obyek. Penilaian ini berdasarkan pada suatu kriteria yang ada. D. Penyuluhan 1. Pengertian penyuluhan Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan. Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisa dilakukan, secara perseorangan maupun secara kelompok dan meminta pertolongan. Penyuluhan dapat diartikan dalam beberapa pengertian diantaranya ( Notoamodjo : 2007) : a. Penyuluhan sebagai penyebarluasan informasi Sebagai terjemahan dari kata extension, penyuluhan dapat diartikan sebagai proses peyebarluasan informasi tentang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang dihasilkan oleh perguruan tinggi ke dalam praktek atau kegiatan praktis.

b. Penyuluhan sebagai proses penerangan dan pemberi penjelasan Penyuluhan yang berasal dari kata dasar suluh atau obor, sekaligus sebagai terjemahan dari kata voorlichting dapat diartikan sebagai kegiatan penerangan atau memberikan terang bagi yang dalam kegelapan. Sehingga, penyuluhan juga sering diartikan sebagai kegiatan penerangan. Sebagai proses penerangan, kegiatan penyuluhan tidak saja terbatas pada memberikan penerangan, tetapi juga menjelaskan mengenai segala informasi yang ingin disampaikan kepada kelompok sasaran yang akan menerima manfaat penyuluhan, sehingga mereka benar-benar memahami seperti yang dimaksudkan oleh penyuluh atau juru penerangnya. Penyuluhan yang dilakukan oleh penyuluh tidak boleh hanya bersifat searah melainkan harus diupayakan berlangsungnya komunikasi timbal-balik yang memusat sehingga penyuluh dapat memahami aspirasi masyarakat, manakala mereka menolak atau belum siap menerima informasi yang diberikan, hal ini penting, agar penyuluhan yang dilakukan tidak bersifat pemaksaan kehendak melainkan tetap menjamin hubungan yang harmonis antara penyuluh dan kliennya secara berkelanjutan. c. Penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku pengertian tentang penyuluhan tidak hanya diartikan sebagai kegiatan penerangan, yang bersifat searah (one way) dan pasif. Tetapi, penyuluha n adalah proses aktif yang memerlukan interaksi antara penyuluh dan yang disuluh agar terbangun proses perubahan perilaku (behaviour) yang merupakan perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan seseorang yang dapat diamati oleh orang atau pihak lain, baik secara langsung berupa ucapan, tindakan, bahasa-tubuh, maupun tidak langsung melalui kinerja dan atau hasil kerjanya. Dengan kata lain, kegiatan penyuluhan tidak berhenti pada penyebar-luasa n informasi dan memberikan penerangan, tetapi merupakan proses yang dilakukan secara terus-menerus, sekuat-tenaga dan pikiran, memakan waktu dan melelahkan, sampai terjadinya perubahan perilaku yang ditunjukkan oleh penerima manfaat penyuluhan (beneficiaries) yang menjadi klien penyuluhan. d. Penyuluhan sebagai proses belajar Penyuluhan sebagai proses pendidikan atau proses belajar diartikan bahwa, kegiatan penyebarluasan informasi dan penjelasan yang diberikan dapat merangsang terjadinya proses perubahan perilaku yang dilakukan melalui proses pendidikan atau kegiatan belajar. Artinya, perubahan perilaku yang terjadi dan dilakukan oleh sasaran tersebut berlangsung melalui proses belajar. Hal ini penting untuk dipahami, karena perubahan perilaku dapat dilakukan melalui beragam cara, seperti pembujukan, pemberian hadiah, atau bahkan melalui kegiatan-kegiatan pemaksaan baik melalui penciptaan kondisi lingkungan fisik maupun sosial ekonomi, maupun pemaksaan melalui aturan dan ancaman-ancaman. 2. Tujuan penyuluhan a. Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam membina dan memelihara perilaku hidup sehat dan lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. b. Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental dan sosial sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian. c. Menurut WHO tujuan penyuluhan kesehatan adalah untuk merubah perilaku perseorangan dan atau masyarakat dalam bidang kesehatan. 3. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan terhadap sasaran dalam keberhasilan penyuluhan kesehatan 1. Tingkat Pendidikan.

Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap informasi baru yang diterimanya. Maka dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikannya, semakin mudah seseorang menerima informasi yang didapatnya 2. Tingkat Sosial Ekonomi Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, semakin mudah pula dalam menerima informasi baru. 3. Adat Istiadat Pengaruh dari adat istiadat dalam menerima informasi baru merupakan hal yang tidak dapat diabaikan, karena masyarakat kita masih sangat menghargai dan menganggap sesuatu yang tidak boleh diabaikan. 4. Kepercayaan Masyarakat Masyarakat lebih memperhatikan informasi yang disampaikan oleh orang orang yang sudah mereka kenal, karena sudah timbul kepercayaan masyarakat dengan penyampai informasi. 5. Ketersediaan Waktu di Masyarakat Waktu penyampaian informasi harus memperhatikan tingkat aktifitas masyarakat untuk menjamin tingkat kehadiran masyarakat dalam penyuluhan. 4. Metode yang dapat digunakan dalam melakukan penyuluhan ( Notoatmodjo : 2005) : 1. Metode Ceramah Adalah suatu cara dalam menerangkan dan menjelaskan suatu ide, pengertian atau pesan secara lisan kepada sekelompok sasaran sehingga memperoleh informasi tentang kesehatan. 2. Metode Diskusi kelompok Adalah pembicaraan yang direncanakan dan telah dipersiapkan tentang suatu topik pembicaraan diantara 5 20 peserta (sasaran) dengan seorang pemimpin diskusi yang telah ditunjuk. 3. Metode Curah pendapat Adalah suatu bentuk pemecahan masalah di mana setiap anggota mengusulkan semua kemungkinan pemecahan masalah yang terpikirkan oleh masing-masing peserta, dan evaluasi atas pendapatpendapat tadi dilakukan kemudian. 4. Metode Panel Adalah pembicaraan yang telah direncanakan di depan pengunjung atau peserta tentang sebuah topik, diperlukan 3 orang atau lebih panelis dengan seorang pemimpin. 5. Metode Bermain peran Adalah memerankan sebuah situasi dalam kehidupan manusia dengan tanpa diadakan latihan, dilakukan oleh dua orang atu lebih untuk dipakai sebagai bahan pemikiran oleh kelompok. 6. Metode Demonstrasi Adalah suatu cara untuk menunjukkan pengertian, ide dan prosedur tentang sesuatu hal yang telah dipersiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan bagaimana cara melaksanakan suatu tindakan, adegan dengan menggunakan alat peraga. Metode ini digunakan terhadap kelompok yang tidak terlalu besar jumlahnya. 7. Metode Simposium Adalah serangkaian ceramah yang diberikan oleh 2 sampai 5 orang dengan topik yang berlebihan tetapi saling berhubungan erat. 8. Metode Seminar Adalah suatu cara di mana sekelompok orang berkumpul untuk membahas suatu masalah dibawah bimbingan seorang ahli yang menguasai bidangnya. 5. Langkah - langkah yang harus diperhatikan dalam melakukan penyuluhan yaitu :

1. Mengkaji kebutuhan kesehatan masyarakat 2. Menetapkan masalah kesehatan 3. Memprioritaskan masalah yang terlebih dahulu ditangani melalui penyuluhan kesehatan masyarakat. 4. Menyusun perencanaan penyuluhan 5. Menetapkan tujuan 6. Penentuan sasaran 7. Menyusun materi / isi penyuluhan 8. Memilih metoda yang tepat 9. Menentukan jenis alat peraga yang akan digunakan 10. Penentuan kriteria evaluasi. 11. Pelaksanaan penyuluhan 12. Penilaian hasil penyuluhan 13. Tindak lanjut dari penyuluhan

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ,DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL DAN HIPOTESIS A. Kerangka konsepsional Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan melalui kelima inderanya, tetapi sebagian besar memilih suatu proses yaitu proses belajar dan membutuhkan suatu bantuan misalnya bantuan seseorang yang lebih menguasai suatu hal (Notoatmodjo, 2007:3). Pengetahuan dalam penelitian ini yaitu pengetahuan wanita tentang Sadari sebagai deteksi dini kanker payudara. Berdasarkan teori Notoatmodjo salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan yaitu adanya promosi kesehatan. Penyuluhan adalah salah satu upaya promosi kesehatan dalam memberikan informasi atau nasehat yang ditujukan kepada individu, kelompok ataupun masyarakat. Adanya penyuluhan mengenai Sadari diharapkan seluruh wanita di desa Cijalingan dapat memperoleh pengetahuan baru mengenai Sadari. Berdasarkan uraian diatas, dapat digambarkan kerangka konsep dalam skema berikut

Variabel indefenden

variabel difenden

Faktor predisposisis

Gambar 3.1 Bagan kerangka konsep

Penyuluhan Pengetahuan wanita tentang Sadari - Umur - Pendidikan - Pekerjaan

B. Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi operasional N o Variabel Jenis variabel Definisi operasional Kategori ( hasil ukur ) Skala ukur 1 . Penyulahan

Kesehatan tentang Sadari Variabel bebas kegiatan pendidikan yang bertujuan memberikan informasi kesehatan mengenai pemeriksaan payudara sendiri - 2 . Pengetahuan wanita Variabel terikat Perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan yang diukur dari bagaimana Relata nilai kuesioner Rasio wanita tersebut mengisi kuesioner tentang Sadari sebelum diberi penyuluhan C. Hipotesis Penelitian Ada hubungan antara penyuluhan dengan peningkatkan pengetahuan tentang Sadari sebagai deteksi dini kanker payudara.

BAB IV METODE PENELITIAN

A. J enis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian rancangan semu eksperimen atau Kuasi Eksperimen yaitu suatu penelitian yang dipandang sebagai eksperimen yang tidak sebenarnya karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya varibael dipenden (Arikunto: 2010). Intervensi dalam penelitian ini adalah dengan melakukan penyuluhan untuk membandingkan pengetahuan wanita pada saat sebelum penyuluhan dan pengetahuan wanita setelah penyuluhan. B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wanita usia 30-40 tahun d i desa Cijalingan kabupaten Sukabumi tahun 2010. 2. Sampel Sampel pada penelitian ini adalah sebagian wanita usia 30-40 tahun di desa Cijalingan Kabupaten Sukabumi. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan consecutive sampling yaitu cara pengambilan sampel yang dilakukan dengan memilih sampel yang memenuhi kriteria penelitian sampai kurun waktu tertentu sehingga jumlah sampel terpenuhi. (Alimul Hidayat, 2009 : 83). Sampel pada penelitian eksperimen bersifat homogen oleh karena itu terdapat kriteria dalam pemilihan sampel yaitu: 1. Wanita dengan rentan usia produktif 30-40 tahun 2. Wanita dengan pendidikan terakhir Sekolah Dasar 3. Wanita yang tidak bekerja atau ibu rumah tangga. C. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu variabel bebas (indipendent variabel) dan variabel terikat (dependent variabel), variabe l bebas pada penelitian ini adalah penyuluhan sedangkan yang menjadi variabel terikatnya adalah pengetahuan wanita. D. Instrument Penelitian Instrument didefinisikan sebagai alat pengumpulan data yang telah baik atau memiliki standar validitas dan reliabilitas. Instrumen yang digunak an dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui, dalam 1 pertanyaan kuesioner diberi bobot nilai 5, sehingga jika pertanyaan 20 maka bobot nilai yang akan dicapai adalah 100. Dalam penelitian ini kuesion er diberikan pada saat sebelum eksperimen (0 1 ) disebut pre-test.kemudian dilakukan penyuluhan dan setelah itu kuesioner diberikan kembali sesudah eksperimen (0 2 ) disebut post-test.Perbedaan antara 0 1 dan 0 2 diasumsikan merupakan efek dari eksperimen. E. Uji Validitas Pengetahuan Apabila bentuk item adalah dichotomous (correct/incorrect, true/fals e). Rumus untuk korelasi point-biserial pada item ke-i adalah :

p p SD X X r X i PB | | . | \ | = 1

dimana : = X Rata-rata pada test untuk semua orang = i X Rata-rata pada test hanya untuk orang-orang yang menjawab benar pada item ke-i p =Proporsi dari orang yang menjawab benar pada item ke-i. 1- p =Proporsi dari orang yang menjawab salah pada item ke-i. = X SD Standar deviasi pada test untuk semua orang Menurut Friedenberg (1995) biasanya dalam pengembangan dan penyusunan skala-skala psikologi, digunakan harga koefisien korelasi yang minimal sama deng an 0,30. Dengan demikian, semua item yang memiliki korelasi kurang dari 0,30 dapat disisihkan, dan item-item yang akan dimasukkan dalam alat test adalah item-item yang memiliki korelasi diatas 0,30 dengan pengertian semakin tinggi kor elasi itu mendekati angka satu (1,00) maka semakin baik pula konsistensinya (validitasnya) . 2. Uji Reliabilitas Teknik perhitungan koefisien reliabilitas yang digunakan disini adalah d engan menggunakan Koefisien Reliabilitas Kuder-Richardson (KR-20), metode ini merupakan koefisien reliabilitas yang dapat menggambarkan variasi dari item-ite m untuk jawaban benar/salah yang diberi skor 1 atau 0 (Guilford and Benjamin, 1978 ). Koefisien Reliabilitas Kuder-Richardson (KR-20) dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : dimana : n =jumlah item S t 2 =Varians total p =Proporsi dari orang yang menjawab benar pada item ke-i. 1- p =Proporsi dari orang yang menjawab salah pada item ke-i =q Bila koefisien reliabilitas telah dihitung, maka untuk menentukan keer

atan hubungan bisa digunakan kriteria Guilford (1956), yaitu : 1. Kurang dari 0,20 : Hubungan yang sangat kecil dan bisa diabaikan | | . | \ | | . |

\ | = 2 2 1 20 t t S pq S n n KR 2. 0,20 3. 0,40 4. 0,70 5. 0,90 6. 1,00

-