12. legal opinion kosong

Upload: iwan-firdaus-hokum

Post on 12-Jul-2015

126 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Legal Opinion

Kasus : Pemerasan/pungli (Pasal 368 KUHP)

Nama : Tempat lahir : Tanggal lahir : Jenis kelamin : Kebangsaan : Pekerjaan : Agama : Alamat :

A. Pendahuluan

Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, memaksa seorang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan untuk memberikan barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang itu atau orang lain, atau supaya membuat hutang maupun menghapuskan piutang, diancam karena pemerasan dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan (Pasal 368 KUHP). Akhir-akhir ini begitu banyak berita di mass media tentang pungutan liar (Pungli), modus dari pungli ini beragam, mulai dengan meminta dengan terang-terangan, melalui pemaksaan membeli tissu, air minum, dan semprotan pengharum dan pembayaran kawasan mangkal. Lokasi dari

pengli inipun beragam, di persimpangan jalan, dekat pohon-pohon pelindung dan kawasan terminal. Modus operandi dari tilang ini pun beragam dan teroganisir, mulai dari preman bertato sampai preman bersaragam. Seperti beberapa bulan yang lalu 2 orang oknum Polisi dan 1 orang oknum TNI meminta sejumlah uang kepada Sopir angkot jurusan Pasar raya Aur duri. Dalam eksekusinya disuruh anak dibawah umur, apa bila sopir tidak mau memberikan maka si Oknum akan mendatangi sopir dengan nada tinggi dan memperlihatkan senjata serta mengancam, ia memaksa supaya sopir memberikan sejumlah uang yang diminta. Atas kejadian diatas, korban melaporkan kejadia tersebut kepada pihak Poltabes, namun sampai hari ini tidak jelas proses hukumnya. Contoh lain yang menarik adalah jika pungutan tersebut tidak dibekingi oleh pihak yang bersaragam (Polisi atau TNI), maka pihak polisi walaupun tidak ada laporan, maka akan memproses dengan alasan telah menggangu ketertiban, bahkan tidak sedikit setelah setelah yang bersangkutan ditangkap, dilakukan upaya negosiaisi dan berujung dengan 86 (Damai), sehingga kasusnya tidak sampai ke pengadilan. Dua contoh diatas membuka pemikiran kita bahwa sampai saat ini masih terjadi upaya diskriminasi hukum oleh aparat penegak hukum. Salah satu dari diskriminasi tersebut adalah kasus yang akan diuraikan dibawah ini.

B. Kronologis Kasus C. Bukti-Bukti Bukti-bukti lain:

D. Aturan Hukum Beberapa instrumen hukum 1. Undang-undang Dasar 1945 2. Kitab Undang-undang Hukum Pidana [KUHP] dan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana [KUHAP] 3. Undang-undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia 4. Undang-undang No 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia; 5. Undang-undang No 12 Tahun 2005 Tentang Ratifikasi Konvenan Hak Sipil dan Politik 6. Declaration of Human Right [DUHAM] 10 Desember 1948

E. Pertanyaan Hukum

Untuk lebih memudahkan menyusun Opini Hukum, maka perlu disusun beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1. Apakah Tindak Penangkapan yang dilakukan oleh Polsek sesuai dengan prosedur hukum? 2. Apakah perbuatan R menerima uang dari J dapat di kategorikan Pemerasan?

F. P e n d a p a t H u k u m Setiap orang berhak ats pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakukan yang sama di hadapan hukum [UUD 1945 Pasal 28D]

1. Penangkapan Dasar hukum acara di Indonesia adalah KUHAP, segala sesuatu yang berhubungan dengan prosedur hukum formil terdapat didalamnya termasuk upaya paksa oleh kepolisian.

Pasal 17 KUHAP menyatakan: Perintah penangkapan dilakukan terhadap seorang yang diduga keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti permulaan yang cukup. Pasal ini menunjukkan bahwa perintah penangkapan tidak dapat dilakukan dengan sewenangwenang, tetapi ditujukan kepada mereka yang betul-betul melakukan tindak pidana. Dasar penangkapan adalah adanya dugaan keras bahwa orang itu melakukan tindak pidana berdasarkan bukti permulaan yang cukup, apabila hanya didasarkan atas dugaan, maka seseorang tidak dapat ditangkap. Dilihat dari kasus diatas, ada beberapa hal yang menarik yaitu:

2. Unsur Pemerasan berdasarkan pasal 368 KUHP Barang siapa dengan maksud menguntungkan dirinya atau orang lain dengan melawan hukum, memaksa orang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan supaya orang itu memberikan sesuatu barang yang sama sekali atau sebagian kepunyaan orang itu sendiri atau kepunyaan orang lain, atau supaya orang itu membuat utang atau menghapuskan piutang, dipidana karena pemerasan dengan pidana penjara selama-lamanya sembilan bulan

Penjelasan pasal:

Keterangan unsur: A.d. 1. memaksa orang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan;

Memaksa diartikan juga dengan melakukan tekanan pada orang sedemikian rupa, sehingga orang itu mau melakukan sesuatu yang berlawanan dengan kehendaknya sendiri. Kekerasan adalah menggunakan tenaga atau kekuatan jasmani sekuat mungkin secara tidak sah, misal memukul dengan tangan atau dengan segal macam senjata, menyepak, menendang, dan sebagainya yang menyebabkan orang yang terkena tindakan kekerasan itu merasa sakit yang sangat (Pasal 89)

A.d. 2. supaya orang itu memberikan sesuatu barang yang sama sekali atau sebagian milik orang itu atau milik orang lain;

Adanya niat supaya orang lain memberikan barang sesuai yang ada padanya, tanpa ada kehendak dari dia. A.d. 3. atau supaya orang itu membuat utang atau menghapuskan piutang Adanya keinginan supaya orang yang bersangkutan membuat hutang pada pelaku, hutang mana tidak pernah ada sebenarnya atau pelaku dengan paksaan menyuruh orang lain menghapuskan hutang dia. A.d.4. dengan maksud agar menguntungkan diri sendiri atau diri orang lain dengan melawan hukum Tindakan mana dilakukan dengan tujuan menguntungkan orang lain atau dirinya sendiri secara melawan hukum atau tanpa hak.

Dari perumusan unsur diatas dan dihubungkan dengan kronologis kejadian dapat ditarik kesimpulan: (kesimpulan dr pasal)

G. Kesimpulan