119288169 referat persalinan normal

34
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas Rahmat dan Ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan referat ini sesuai dengan waktunya. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Unggul Yudatmo, Sp.OG, selaku pembimbing dalam penyusunan referat ini, dan kepada dokter- dokter pembimbing di RSUD KARAWANG, atas bimbingan dan kesempatan yang telah diberikan kepada penulis sehingga referat ini dapat diselesaikan dengan baik Semoga referat ini dapat menambah wawasan kita dalam dunia kesehatatan kebidanan dan kandungan, khususnya pada topik ”Mekanisme Persalinan Normal”. Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna, karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak, semoga bermanfaat. Karawang, Agustus 2012 Penulis BAB I

Upload: dhilafadhila

Post on 29-Dec-2015

316 views

Category:

Documents


19 download

TRANSCRIPT

Page 1: 119288169 Referat Persalinan Normal

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas Rahmat dan Ridho-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan referat ini sesuai dengan waktunya.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Unggul

Yudatmo, Sp.OG, selaku pembimbing dalam penyusunan referat ini, dan kepada dokter-

dokter pembimbing di RSUD KARAWANG, atas bimbingan dan kesempatan yang telah

diberikan kepada penulis sehingga referat ini dapat diselesaikan dengan baik

Semoga referat ini dapat menambah wawasan kita dalam dunia kesehatatan kebidanan

dan kandungan, khususnya pada topik ”Mekanisme Persalinan Normal”.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna, karena itu kami

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak, semoga bermanfaat.

Karawang, Agustus 2012

Penulis

BAB I

Page 2: 119288169 Referat Persalinan Normal

PENDAHULUAN

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran fetus dan plasenta dari uterus, ditandai

dengan peningkatan aktifitas miometrium (frekuensi dan intensitas kontraksi) yang

menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks serta keluarnya lendir darah (show) dari

vagina. Lebih dari 80% proses persalinan berjalan normal, 15-20% dapat terjadi komplikasi

persalinan. UNICEF dan WHO menyatakan bahwa hanya 5%-10% saja yang membutuhkan

seksio sesarea.1,2,3

Kehamilan secara umum ditandai dengan aktivitas umum otot polos miometrium yang

relatif tenang sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin

sampai kehamilan aterm. Menjelang persalinan, otot polos uterus mulai menunjukkan

aktivitas kontraksi secara terkoordinasi, diselingi suatu periode relaksasi, dan mencapai

puncaknya menjelang persalinan, serta secara berangsur menghilang pada periode

postpartum. 1

Proses fisiologi kehamilan yang menimbulkan inisiasi partus dan awitan persalinan

belum diketahui secara pasti. Sampai sekarang, pendapat umum yang dapat diterima bahwa

keberhasilan kehamilan pada semua spesies mamalia, bergantung pada aktivitas progesteron

yang menimbulkan relaksasi otot-otot uterus untuk mempertahankan ketenangan uterus

sampai mendekati akhir kehamilan.2

Persalinan dianggap normal juga jika terjadi pada usia kehamilan cukup bulan

(setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (in partu) sejak uterus

berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir

dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Seorang wanita belum dikatakan inpartu jika

kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan pada serviks. 1

Page 3: 119288169 Referat Persalinan Normal

BAB II

PERSALINAN NORMAL

Definisi Persalinan

Persalinan (partus = labor) adalah proses pengeluaran produk konsepsi yang viable

melalui jalan lahir biasa dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar.1

Menurut sumber lain dikatakan bahwa persalinan ialah serangkaian kejadian yang

berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan

pengeluaran plasenta dan selaput dari tubuh ibu. 2

Gravida adalah seorang wanita yang sedang hamil. Primigravida adalah seorang

wanita yang hamil untuk pertama kali. Para adalah seorang wanita yang pernah melahirkan

bayi yang dapat hidup (viable). Nullipara adalah seorang wanita yang belum pernah

melahirkan bayi yang viable untuk pertama kali. Multipara atau pleuripara adalah seorang

wanita yang pernah melahirkan bayi yang viable untuk beberapa kali.1

In partu adalah seorang wanita yang sedang dalam keadaan persalinan. Partus biasa

atau partus normal atau partus spontan adalah bayi lahir dengan presentasi belakang kepala

tanpa memakai alat-alat atau pertolongan istimewa serta tidak melukai ibu dan bayi dan

umumnya berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam. Sedangkan, Partus luar biasa atau

partus abnormal adalah bila bayi dilahirkan pervaginam dengan cunam atau ekstraktor

vacum, versi dan ekstraksi, dekapitasi, embriotomi, dan sebagainya. 1

Dikenal beberapa istilah menurut umur kehamilan dan berat badan bayi yang

dilahirkan, yaitu1,2

:

a. Abortus adalah pengeluaran buah kehamilan sebelum kehamilan 20 minggu atau bayi

dengan berat badan kurang dari 500 gram.

b. Partus imaturus adalah pengeluaran buah kehamilan antara 20 sampai 28 minggu atau

bayi dengan berat badan antara 500 – 1000 gram.

c. Partus prematurus adalah pengeluaran buah kehamilan antara 28 sampai 37 minggu

atau bayi dengan berat badan antara 1000 – 2500 gram.

d. Partus matures atau partus aterm adalah pengeluaran buah kehamilan antara 37

sampai 42 minggu atau dengan bayi dengan berat badan 2500 gram atau lebih.

e. Partus postmaturus atau partus serotinus adalah pengeluaran buah kehamilan setelah

kehamilan 42 minggu.

Persalinan dianggap normal jika terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37

minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (in partu) sejak uterus

Page 4: 119288169 Referat Persalinan Normal

berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir

dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak

mengakibatkan perubahan serviks. 1

Teori Persalinan

Sebab-sebab dimulainya persalinan belum diketahui secara jelas. Terdapat beberapa

teori yang mencoba menerangkan mengenai awitan persalinan, diantaranya2:

1. Penurunan kadar progesteron.

Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya estrogen

meningkatkan ketegangan otot rahim. Selama kehamilan, terdapat keseimbangan

antara kadar progesteron dan estrogen di dalam darah , tetapi pada akhir kehamilan

kadar progesteron menurun sehingga timbul his.

2. Teori oksitosin.

Pada akhir kehamilan kadar oksitosin bertambah. Oleh karena itu, timbul kontraksi

otot-otot rahim.

3. Keregangan otot-otot.

Apabila dinding kandung kencing dan lambung teregang karena isinya bertambah,

timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya. Demikian pula dengan rahim, seiring

dengan majunya kehamilan, otot-otot rahim makin teregang dan rentan.

4. Pengaruh janin.

Hipofisis dan kelenjar suprarenal janin rupanya memegang peranan. Hal ini tampak

pada kehamilan dengan janin anensefalus dan hipoplasia adrenal sehingga kehamilan

sering lebih lama dari biasanya.

5. Teori prostaglandin.

Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua diduga menjadi salah satu sebab

permulaan persalinan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa prostaglandin E dan F

yang diberikan secara intravena, intra dan ekstraamnial menimbulkan kontraksi

myiometrium pada setiap umur kehamilan. Hal ini juga disokong dengan adanya

kadar prostaglandin yang tinggi, baik dalam air ketuban maupun darah perifer pada

ibu-ibu hamil sebelum melahirkan atau selama persalinan.

Sebenarnya, sebab-sebab dimulainya partus sampai kini masih merupakan teori-teori

yang kompleks, secara umum dapat dikelompokkan pula sebagai berikut : (1). Faktor-faktor

humoral, pengaruh prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi uterus, pengaruh saraf dan nutrisi

disebut sebagai faktor –faktor yang mengakibatkan partus mulai. (2). Perubahan biokimia dan

Page 5: 119288169 Referat Persalinan Normal

biofisika juga berperan dimana terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron.

Seperti diketahui progesteron merupakan penenang bagi otot-otot uterus. (3) Plasenta juga

menjadi tua dengan lamanya kehamilan.Vili koriales mengalami perubahan sehingga kadar

estrogen dan progesteron menurun.(4) Gangguan sirkulasi uteroplasenter juga terjadi dimana

keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi tegang mengakibatkan iskemia otot-otot

uterus1.

Letak, Presentasi, Sikap, dan Posisi Janin Mempengaruhi Persalinan

Orientasi janin digambarkan menurut letak, presentasi, sikap, dan posisi. Hal ini dapat

ditentukan secara klinis dengan melakukan palpasi abdomen, pemeriksaan vagina, dan

auskultasi, atau secara teknis menggunakan USG atau sinar X. Pemeriksaan klinis kurang

akurat atau bahkan tidak mungkin dilakukan dan diinterpretasikan pada wanita obese4.

1. Letak Janin

Letak adalah hubungan sumbu panjang janin dengan sumbu panjang ibu. Terdiri dari

letak memanjang dan letak melintang. Kadangkala terdapat letak oblik, dimana akibat

sumbu janin dan ibu dapat bersilangan dengan sudut 45°. Letak oblik tidak stabil,

dapat berubah posisi menjadi letak memanjang atau melintang selama proses

persalinan. Letak memanjang terjadi pada lebih dari 99% persalinan aterm. Faktor

predisposisi untuk letak lintang adalah multiparitas, plasenta previa, hidramnion, dan

anomali uterus4.

Gambar. 1 letak janin

Page 6: 119288169 Referat Persalinan Normal

2. Presentasi Janin

Bagian terbawah janin adalah bagian tubuh janin yang berada paling depan di dalam

jalan lahir . Bagian terbawah janin menentukan presentasi. Bagian terbawah janin

dapat diraba melalui serviks pada pemeriksaan vagina. Karena itu, pada letak

memanjang, bagian terbawah janin adalah kepala janin atau bokong, masing-masing

membentuk presentasi kepala atau bokong.Jika janin terletak pada sumbu panjang

melintang, bahu merupakan bagian terbawahnya. Jadi, presentasi bahu teraba melalui

serviks pada perabaan vagina.

a. Presentasi Kepala

Presentasi kepala diklasifikasikan berdasarkan hubungan kepala dengan badan janin.

(1). Biasanya kepala mengalami fleksi maksimal sehingga dagu menempel pada dada.

Pada keadaan ini , ubun-ubun kecil (fontanela oksipitalis) merupakan bagian

terbawah janin, disebut presentasi belakang kepala (verteks) atau oksiput.

Gambar 2. Presentasi belakang kepala

(2). Leher janin juga dapat mengalami hiperekstensi sehingga oksiput dan punggung

saling menempel dan wajah menjadi bagian terdepan di jalan lahir, disebut Presentasi

muka

.

Gambar 3. Presentasi Muka

Page 7: 119288169 Referat Persalinan Normal

(3). Kepala janin dapat mengambil suatu posisi di antara kedua keadaan ini, pada

beberapa kasus terjadi fleksi parsial dengan bagian presentasi adalah fontanel anterior

(ubun-ubun besar) atau bregma. Disebut presentasi puncak kepala atau sinsiput.

Gambar 4. Presentasi Sinsiput

(4). Dapat juga mengalami ekstensi parsial pada kasus lainnya, dengan dahi sebagai

bagian terbawah, disebut presentasi dahi. Ketika persalinan maju, presentasi sinsiput

atau dahi hampir selalu berubah menjadi presentasi verteks atau muka karena masing-

masing akan mengalami fleksi atau ekstensi.

Gambar 5. Presentasi Dahi

b. Presentasi Bokong

Bila janin menunjukan presentasi bokong, terdapat tiga konfigurasi umum yang dapat

terjadi.

o Apabila paha berada dalam posisi fleksi dan tungkai bawah ekstensi di depan

badan, hal ini disebut presentasi bokong murni (frank breech).

o Jika paha fleksi di abdomen dan tungkai bawah terletak di atas paha, keadaan

ini disebut presentasi bokong sempurna ( complete breech) .

Page 8: 119288169 Referat Persalinan Normal

o Bila salah satu atau kedua kaki, atau satu atau kedua lutut , merupakan bagian

terbawah, hal ini disebut presentasi bokong tidak sempurna (incomplete

breech) atau presentasi bokong kaki ( footling breech).

Gambar 6. Presentasi Bokong. (A) Complete Breech, (B) Frank Breech, (C) Footling

atau Incomplete Breech.

3. Sikap atau Postur Janin

Hubungan bagian-bagian janin yang satu dengan bagian janin yang lain, biasanya

terhadap tulang punggung. Sikap janin yang fisiologis adalah badan dalam keadaan

kifose sehingga punggung menjadi konveks, kepala dalam sikap hiperflesi dengan

dagu dekat dengan dada lengan bersilang didepan dada dan tali pusat terletak diantara

ektremitas dan tungkai terlipat diantara lipat paha dan lutut rapat pada badan.

Sikap fisiologis ini menghasilkan sikap fleksi. Sikap ini terjadi karena janin dan

proses akomodasi terhadap kavum uteri. Jika dagu menjauhi dada kepala akan

menengadah dan tulang punggung akan lordose , maka sikap ini akan menghasilkan

sikap defleksi.

4. Posisi Janin

Posisi janin adalah hubungan antara titik yang ditentukan sebagai acuan pada bagian

terbawah janin dengan sisi kanan atau kiri jalan lahir ibu. Karena itu, pada setiap

presentasi terdapat dua posisi kanan atau kiri. Oksiput, dagu (mentum), dan sakrum

janin masing-masing merupakan titik penentu pada presentasi verteks, muka, dan

bokong4.

Page 9: 119288169 Referat Persalinan Normal

Pemeriksaan Leopold

Penilaian awal persalinan harus meliputi anamnesa tentang informasi prenatal pasien,

keluhan utama (termasuk onset kontraksi, status selaput ketuban, dan ada/tidaknya

perdarahan, serta gerakan janin), pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium yang

diperlukan sesuai dengan indikasi. Pemeriksaan fisik harus termasuk dokumantasi tentang

tanda vital pasien, posisi bayi dan presentasi, penilaian kesejahteraan janin, serta perkiraan

frekuensi, durasi dan kualitas kontraksi uterus3,4

.

Ukuran, presentasi dan letak janin dapat dinilai dengan palpasi abdomen. Walaupun

pemeriksaan ini memiliki beberapa keterbatasan (kurang akurat pada keadaan bayi yang

kecil, obesitas maternal, kehamilan ganda, dan polihidramnion), namun relatif aman dan

dapat memberikan informasi yang berguna untuk penatalaksanaan dalam proses persalinan.

Berikut ini adalah manuver-manuver dari pemeriksaan Leopold4 :

Leopold 1

Uterus gravid sedikit dektrorotasi (deviasi ke kanan)

karena posisi kolon sigmoid. Saat pasien berbaring

terlentang, posisi uterus harus dikoreksi terlebih dahulu,

sehingga fundus berada dalam posisi yang seharusnya.

Kemudian tinggi fundus diukur melalui midline ibu, dari

puncak uterus hingga ke batas atas simfisis pubis.

Pemeriksaan ini dapat berguna untuk memperkirakan usia

kehamilan, walau ada keterbatasannya.

Gambar 7. Leopold I

Leopold 2

Pemeriksa memegang kedua sisi abdomen untuk

mengetahui letak fetus dengan menggunakan jari-

jarinya untuk mengetahui lokasi tulang belakang fetus

dan bagian kesil (ekstremitas). Bagian-bagian janin

dapat diidentifikasikan dengan palpasi saat 25-26 mgg

kehamilan. Perhatikan jika terdapat gerakan janin.

Gambar 8. Leopold II

Leopold 3

Page 10: 119288169 Referat Persalinan Normal

Juga dikenal dengan Pawlik’s grip. Pemeriksa memegang

bagian teratas dan terendah janin dengan meletakan jari di

atas simfisis pubis dan di fundus uteri. Dengan cara ini

dapat diketahui presentasi janin. Janin yang sungsang

biasanya teraba lebih besar, lebih lunak, kurang berbentuk

dan kurang ballotable dibanding presentasi kepala.

Gambar 9. Leopold III

Leopold 4

Pemeriksa menghadap kaki pasien dan meletakkan tangannya di kedua SIAS untuk

mengetahui apakah bagian terbawah janin sudah engage ke pelvis ibu.

Gambar 10. Leopold IV

2.5 Pemeriksaan Vagina

Sebelum persalinan. Diagnosis presentasi dan posisi janin dengan pemeriksaan vagina

sering tidak dapat ditentukan. Dengan dimulainya persalinan dan setelah dilatasi serviks,

informasi dapat diperoleh. Pada presentasi verteks, posisi dan variasi dapat diketahui dengan

membedakan berbagai sutura dan ubun-ubun. Presentasi muka dengan membedakan bagian-

bagian wajah. Presentasi bokong diidetifikasi dengan meraba sacrum dan tuberostias iskhii

ibu. Sebaiknya dilakukan empat perasat rutin sebelum saat dilakukan pemeriksaan vagina

untuk menentukan presentasi dan posisi janin, sebagai berikut4:

1. Kedua jari tangan dimasukkan ke dalam vagina dan diarahkan ke bagian terbawah

janin untuk membedakan presentasi janin.

Page 11: 119288169 Referat Persalinan Normal

2. Jika presentasi verteks, jari-jari dimasukkan ke posterior vagina kemudian disapukan

ke depan melalui kepala janin ke simfisis ibu. Saat melakukan gerakan ini, jari-jari

akan melewati sutura sagitalis, jika sutura ini teraba maka arahnya dapat ditentukan,

dengan ubun-ubun kecil dan besar pada ujung yang berlawanan.

3. Jari-jari kemudian diarahkan ke ujung anterior sutura sagitalis dan ubun-ubun

kemudian diperiksa dan diidentifikasi.

4. Station atau seberapa jauh bagian terbawah janin telah turun ke dalam panggul dapat

ditentukan.

Hampir 96% janin berada dalam uterus dengan presentasi kepala dan pada presentasi

kepala ini ditemukan ± 58% ubun-ubun kecil terletak di kiri depan, ± 23 % di kanan depan, ±

11% di kanan belakang, dan ±8% di kiri belakang. Keadaan ini mungkin disebabkan terisinya

ruangan di sebelah kiri belakang oleh kolon sigmoid atau rectum.1

Dikemukakan 2 teori yang dapat menjelaskan kenapa lebih banyak letak kepala3 :

1. Teori akomodasi : bentuk rahim memungkinkan bokong dan ekstremitas yang

volumenya besar berada di atas, dan kepala di bawah di ruangan yang lebih sempit.

2. Teori gravitasi : karena kepala relatif besar dan berat, maka akan turun ke bawah.

Karena his yang kuat, teratur dan sering, maka kepala janin turun memasuki pintu atas

panggul (engagement). Karena menyesuaikan diri dengan jalan lahir, kepala

bertambah menekuk (fleksi maksimal), sehingga lingkar kepala yang memasuki

panggul, dengan ukuran yang terkecil :

Diameter suboccipito-bregmatika = 9,5 cm

Sirkumferensia suboccipito-bregmatika = 32 cm.

Page 12: 119288169 Referat Persalinan Normal

BAB III

MEKANISME PERSALINAN NORMAL

3.1 Proses Persalinan

Untuk menerangkan persalinan, dipengaruhi oleh “POWER, PASSAGE, PASSENGER” 2:

A. tenaga yang mendorong anak keluar, yaitu :

his

tenaga mengejan/meneran

B. perubahan-perubahan pada uterus dan jalan lahir dalam persalinan

C. gerakan anak pada persalinan

FASE-FASE PERSALINAN NORMAL

Beberapa jam terakhir kehamilan ditandai dengan adanya kontraksi yang

menyebabkan penipisan, dilatasi serviks, dan mendorong janin keluar melalui jalan lahir.

Banyak energi dikeluarkan pada waktu ini. Oleh karena itu, penggunaan istilah “in labour”

(kerja keras) dimaksudkan untuk menggambarkan proses ini. Kontraksi miometrium pada

persalinan terasa nyeri sehingga istilah nyeri persalinan digunakan untuk mendeskripsikan

proses ini.

TIGA KALA PERSALINAN

Persalinan aktif dibagi menjadi tiga kala persalinan yang berbeda. Kala satu

persalinan mulai ketika telah tercapai kontraksi uterus dengan frekuensi, intensitas, dan

durasi yang cukup untuk menghasilkan pendataran dan dilatasi serviks yang cukup. Kala satu

persalinan selesai ketika serviks sudah membuka lengkap (sekitar 10cm) sehingga

memungkinkan kepala janin lewat. Oleh karena itu, kala satu persalina disebut stadium

pendataran dan dilatasi serviks. Kala dua persalinan dimulai ketika dilatasi serviks sudah

lengkap dan berakhir ketika janin sudah lahir. Kala dua persalinan disebut juga sebagai

stadium ekspulsi janin. Kala tiga persalinan dimulai segera setalh janin lahir, dan berakhir

dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban janin. Kala tiga juga disebut sebagai stadium

pemisahan dan ekspulsi plasenta.

Page 13: 119288169 Referat Persalinan Normal

DIFERENSIASI AKTIVITAS UTERUS

Selama persalinan, uterus berubah bentuk menjadi dua bagian yang berbeda. Segmen

atas yang berkontaksi secara aktif menjadi lebih tebal ketika persalinan langsung. Bagian

bawah relatif pasif dibanding dengan segmen atas, dan bagian ini berkembang menjadi jalan

lahir yang berdinding jauh lebih tipis. Segmen bawah uterus analaog dengan ismus uterus

yang melebar dan menipis pada perempuan yang tidak hamil; segmen bawah secara bertahap

terbentuk ketika kehamilan bertambah tua dan kemudian menjadi nipis sekali pada saat

persalinan. Dengan palpasi abdomen, kedua segmen dapat dibedakan ketika terjadi kontraksi,

sekalipun selaput ketuban belum pecah. Segmen atas uterus cukup kencang atau keras,

sedangkan konsistensi segmen bawah uterus jauh kurang kencang. Segmen atas uterus

merupakan bagian uterus yang berkontraksi aktif, bagian bawah adalah bagian yang

diregangkan, normalnya jauh lebih pasif,

Seandainya seluruh dinding otot uterus, termasuk segmen bawah uterus dan serviks

berkontraksi secara bersamaan dan dengan intensitas yang sama, maka daya dorong

persalinan akan jelas menurun. Di sinilah letak pentingnya pembagian uterus menjadi

segmena atsa yang aktif berkontraksi dan segmen bawah yang lebih pasif yang berbeda

bukan hanya secara anatomik melainkan juga secara fisiologik. Segmen atas berkontraksi

mengalami retraksi dan mendorong janin keluar sebagai respons terhadap daya dodrong

kontraksi segmen atas; sedangkan segmen bawah uterus dan serviks akan semakin lunak

berdilatasi; dan dengan cara demikian membentuk suatu saluran muskular dan fibromuskular

yang menipis sehingga janin dapat menonjol keluar.

Miometrium pada segmen atas uterus tidak berelaksasi sampai kembali ke panjang

aslinya setelah kontraksi; tetapi menjadi relatif menetap pada panjang yang lebih pendek.

Namun, tegangannya tetap sama seperti sebelum kontaksi. Bagian atas uterus, atau segmen

aktif berkontaksi ke bawah meski pada saat isinya berkurang, sehingga tekanan miometrium

tetap konatan. Efek akhirnya adalah mengencangkan yang kendur, dengan mempertahankan

kondisi menguntungkan yang diperoleh dari ekspulsi janin dan mempertahankan otot uterus

tetap menempel erat pada isi uterus. Sebagai konsekuensi retraksi, setiap kontraksi berikutnya

mulai di tempat yang ditinggalkan oleh kontraksi sebelumnya, sehingga bagian atas rongga

Page 14: 119288169 Referat Persalinan Normal

uterus menjadi sedikit lebih kecil pada setiap kontraksi berikutnya. Karena pemendekan serat

otot yang terus menerus pada setiap kontraksi, segmen atas uterus yang aktif menjadi

semakin menebal di sepanjang kala pertama dan kedua persalinan dan menjadi tebal sekali

tepat setelah pelahiran janin.

Fenomena retraksi segmen atas uterus bergantung pada berkurangnya volume isi

uterus terutama pada awal persalinan ketika seluruh uterus benar-benar merupakan sebuah

kantong tertutup dengan hanya sebuah lubang kecil pada ostium serviks. Ini memungkinkan

semakin banyak isis intra uterin mengisi segmen bawah, dan segmen atas hanya beretraksi

sejauh mengembangnya segmen bawah dan dilatasi serviks.

Relaksasi segmen bawah uterus bukan merupakan relaksasi sempurna, tapi lebih

merupakan lawan retraksi. Serabut-serabut segmen bawah menjadi teregang pada setiap

kontaksi segmen atas, dan sesudahnya tidak kembali ke panjang sebelumnya tetapi relatif

tetap mempertahankan panjangnya yang lebih panjang; namun tegangan pada dasarnya tetap

sama seperti sebelumnya. Otot-otot masih menunjukkan tonus, masih menahan regangan, dan

masih berkontraksi sedikit pada saat ada rangsangan. Ketika persalinan maju, pemanjangn

berturut-turut segmen bawah uterus diikuti dengan pemendekan, normalnya hanya beberapa

milimeter pada bagian yang paling tipis. Sebagai akibat menipisnya segmen bawah uterus

dan bersamaan dengan menebalnya segmen atas, batas antara keduanya ditandai oleh suatu

lingkaran pada permukaan dalam uterus, yang disebut sebagai cincin retraksi fisiologik. Jika

pemendekan segmen bawah uterus terlalu tipis, seperti pada partus macet, cincin ini sangat

menonjol sehingga membentuk cincin retraksi patologik. Ini merupakan kondisi abnormal

yang juga disebut sebagai cincin Bandl. Adanya suatu gradien aktivitas fisiologik yang

semakin mengecil dari fundus sampai serviks dapat diketahui dari pengukuran bagian atas

dan bawah uterus pada persalinan normal.

Page 15: 119288169 Referat Persalinan Normal

Gambar 11. Urutan perkembangan segmen-segmen dan cincin di uterus pada perempuan

hamil

PERUBAHAN BENTUK UTERUS

Gambar 12: uterus saat persalinan pervaginam. Segmen atas uterus yang aktif beretraksi di

sekeliling janin karena janin turun melalui jalan lahir. Di dalam segmen bawah yang pasif,

tonus miometrium jauh lebih kecil

Page 16: 119288169 Referat Persalinan Normal

Setiap kontraksi menghasilkan pemanjangan uterus berbentuk ovoid disertai pengurangan

diameter horisontal. Dengan perubahan bentuk ini, ada efek-efek penting pada persalinan.

Pertama, pengurangan diameter horisontal menimbulkan pelurusan kolumna vetebralis janin,

dengan menekankan kutub atasnya rapat-rapat terhadap fundus uteri, sementara kutub bawah

didorong lebih jauh ke bawah dan menuju ke panggul. Pemanjangan janin berbentuk ovoid

yang ditimbulkannya diperkirakan telah mencapai antara 5 sampai 10 cm: tekanan yang

diberikan dengan cara ini dikenal sebagai tekanan sumbu janin. Kedua, dengan

memanjangnya uterus, serabut longitudinal ditarik tegang dan karena segmen bawah dan

serviks merupakan satu-satunya bagian uterus yang fleksibel, bagian ini ditarik ke atas pada

kutub bawah janin. Efek ini merupakan faktor yang penting untuk dilatasi serviks pada otot-

otot segmen bawah dan serviks.

GAYA-GAYA TEMBAHAN PADA PERSALINAN

Setelah serviks berdilatasi penuh, gaya yang paling penting pada proses ekspulsi janin adalah

gaya yang dihasilkan oleh tekanan intraabdominal ibu yang meninggi. Gaya ini terbentuk

oleh kontraksi otot-otot abdomen secara bersamaan melalui upaya pernapasa paksa dengan

glotis tertutup. Gaya ini disebut mengejan.

Sifat gaya yang ditimbulkan sama dengan gaya yang terjadi pada defikasi, tapi intensitasnya

biasanya lebih besar. Dilatasi serviks yang sebagian besar adalah hasil dari kontraksi uterus

yang bekerja pada serviks yang melunak berlangsung secara normal, tapi ekpulsi bayi dapat

terlaksana dengan lebih mudah kalau ibu diminta mengejan, dan dapat melakukan perintah

tersebut selama terjadi kontraksi uterus.

Meskipun tekanan intraabdominal yang tinggi diperlukan untuk menyelesaikan persalinan

spontan, tenaga ini akan sia-sia sampai serviks membuka lengkap. Secara spesifik, tenaga ini

merupakan bantuan tambahan yang diperlukan oleh kontraksi-kontraksi uterus pada kala dua

persalinan, tetapi mengejan hanya membantu sedikit pada kala satu selain menimbulkan

kelelahan belaka. Tekanan intaabdominal mungkin juga penting pada kala tiga persalinan,

terutama bila ibu yang melahirkan tidak diawasi. Setelah plasenta lepas, ekspulsi spontan

plasenta dapat dibantu oleh tekanan intraabdominal ibu yang meningkat.

Page 17: 119288169 Referat Persalinan Normal

His sesungguhnya His palsu

Rasa sakit

- Teratur

- Interval makin pendek

- Semakin lama semakin kuat

- Dirasakan paling sakit di daerah

punggung

- Intensitas makin kuat kalau penderita

berjalan

Rasa sakit

- Tidak teratur

- Interval panjang

- Kekuatan tetap

- Disarasakn terutama di daerah perut

- Tak ada perubahan walaupun

penderita berjalan

keluar show tidak keluar show

serviks membukan dan menipis serviks tertutup dan tak ada pembukaan

Tabel 1: perbedaan His sesungguhnya dan His palsu

PERUBAHAN-PERUBAHAN PADA SERVIKS

Tenaga yang efektif pada kala satu persalinan adalah kontraksi uterus, yang selanjutnya akan

menghasilkan tekanan hidrostatik ke seluruh selaput ketuban terhadap serviks dan segmen

bawah uterus. Bila selaput ketuban sudah pecah, bagian terbawah janin dipaksa langsung

mendesak serviks dan segmen bawah uterus. Sebagai akibat kegiatan daya dorong ini, terjadi

dua perubahan mendasar-pendataran dan dilatasi-pada serviks yang sudah melunak. Untuk

lewatnya rata-rata kepala janin aterem melalui serviks, saluran serviks harus dilebarkan

sampai berdiameter sekitar 10 cm; pada saat ini serviks dikatakan telah membuka lengkap.

Mungkin tidak terdapat penurunan janin selama pendataran serviks, tapi paling sering bagian

terbawah janin mulai tururn sediki ketika sampai pada kala dua persalinan. Penurunan bagian

terbawah janin terjadi secara khas agak lambat pada nulipara. Namun pada multipara,

khususnya yang paritasnya tinggi, penurunan biasanya berlangsung sangat cepat.

PENDATARAN SERVIKS

Obliterasi atau pendataran serviks adalah pemendekan saluran serviks dari sepanjang sekitar

2 cm menjadi hanya berupa muara melingkar dengan tepi hampir setipis kertas. Proses ini

disebut sebagai pendataran (effacement) dan terjadi dari atas ke bawah. Serabut-serabut otot

setinggi os serviks internum ditarik ke atas, atau dipendekkan, menuju segmen bawah uterus,

sementara kondisi os eksternum untuk sementara tetap tidak berubah. Pinggir os internum

ditarik ke atas beberapa sentimeter sampai menjadi bagian (baik secara anatomik maupun

Page 18: 119288169 Referat Persalinan Normal

fungsional) dari segmen bawaj uterus. Pemendekan dapat dibandingkan sengan suatu proses

pembentukan terowongan yang mengubah seluruh panjang sebuah tabung yang sempit

menjadi corong yang sangat tumpul dan mengembang dengan lubang keluar melingkar kecil.

Sebagai hasil dari aktivitas miometrium yang meningkat sepanjang persiapan uterus untuk

persalinan, pendataran sempurna pada serviks yang lunak kadangkala telah selesai sebelum

persalinan aktif mulai. Pendataran menyebabkan ekspulsi sumbat mukus ketika saluran

serviks memendek.

Gambar 13. Pendataran serviks

DILATASI SERVIKS

Jika dibandingkan dengan korpus uteri, segmen bawah uterus dan serviks merupakan daerah

yang resistensinya lebih kecil. Oleh karena itu, selama terjadi kontraksi struktur-struktur ini

mengalami peregangan yang dalam prosesnya serviks mengalami tarikan sentrifugal. Ketika

Page 19: 119288169 Referat Persalinan Normal

kontraksi uterus menimbulkan tekanan pada selaput ketuban, tekanan hidrostatik kantong

amnion akan melebarkan saluran serviks. Bila selaput ketuban sudah pecah, tekanan pada

bagian bawah janin terhadap serviks dan segmen bawah uterus juga sama efektifnya. Selaput

ketuban yang pecah dini tidak mengurangi dilatasi serviks selama bagian terbawah janin

berada pada posisi meneruskan tekanan terhadap serviks dan segmen bawah uterus. Proses

pendataran dan dilatasi serviks ini menyebabkan pembentukan kantong cairan amnion di

depan kepala.

POLA-POLA PERUBAHAN PADA PERSALINAN

POLA DILATASI SERVIKS

Friedman, dalam risalahnya tentang persalinan menyatakan bahwa; ciri-ciri klinis kontraksi

uterus yaitu frekuensi, intensitas, dan durasi tidak dapat diandalkan sebagai ukuran kemajuan

persalinan dan sebagai indeks normalitas persalinan. Selain dilatasi serviks dan turunnya

janin, tidak ada ciri klinis pada ibu melahirkan yang tampaknya bermanfaat untuk menilai

kemajuan persalinan. Pola dilatasi serviks yang terjadi selama berlangsungnya persalinan

normal mempunyai bentuk kurva sigmoid. Dua fase dilatasi serviks adalah fase laten dan fase

aktif. Fase aktif dibagi lagi menjadi fase akselerasi, fase lereng maksimum, dan fase

deselerasi. Lamanya fase laten lebih bervariasi dan rentan terhadap perubahan oleh faktor-

faktor luar, dan oleh sedasi (pemanjangan fase laten). Lamanya fase laten kecil hubungannya

dengan perjalanan proses persalinan berikutnya, sementara ciri-ciri fase akselerasi biasanya

mempunyai nilai prediktif yang lebih besar terhadap hasil akhir persalinan tersebut. Friedman

menganggap fase landai maksimum sebagai alat ukur yang bagus terhadap efisiensi mesin ini

secara keseluruhan, sedangkan sifat fase deselerasi lebih mencerminkan hubungan-hubungan

fetopelvik. Lengkapnya dilatasi serviks pada fase aktif persalinan dihasilkan oleh retraksi

serviks di sekeliling bagian terbawah janin. Setelah dilatasi serviks lengkap, kala dua

persalinan mulai; setelah itu hanya progresivitas turunnya bagian terbawah janin merupakan

satu-satunya alat ukur yang tersedia untuk menilai kemajuan persalinan,

Page 20: 119288169 Referat Persalinan Normal

Gambar 14. Kerja hidrostatik selaput ketuban untuk menimbulkan pendataran dan dilatasi

cervix

Kurva 1. Pola dilatasi serviks

Page 21: 119288169 Referat Persalinan Normal

Gerakan-gerakan anak pada persalinan

Gerakan-gerakan anak pada persalinan yang paling sering kita jumpai ialah

presentasi belakang kepala dan kebanyakan presentasi ini masuk ke dalam pintu atas

panggul dengan sutura sagitalis sagitalis melintang. Ubun-ubun kecil kiri melintang

lebih sering daripada ubun-ubun kecil kanan melintang. Karena itu, akan diuraikan

pergerakan anak dalam presentasi belakang kepala dengan posisi ubun-ubun kecil kiri

melintang.

Gerakan-gerakan pokok persalinan adalah engagement, descens (penurunan

kepala), fleksi, rotasi interna (putaran paksi dalam), ekstensi, rotasi ekstrena (putaran

paksi luar), dan ekspulsi.

Mekanisme persalinan terdiri dari suatu gabungan gerakan-gerakan yang

berlangsung pada saat yang sama. Misalnya, sebagai bagian dari proses engagement

terjadi fleksi dan penurunan kepala. Gerakan-gerakan tersebut tidak mungkin

diselesaikan bila bagian terbawah janin tidak turun secara bersamaan. Seiring dengan

itu, kontraksi uterus menghasilkan modifikasi penting pada sikap atau habitus janin,

terutama setelah kepala turun ke dalam panggul.

Gambar 15. Gerakan-gerakan utama kepala pada persalinan

Page 22: 119288169 Referat Persalinan Normal

1. Engagement

Mekanisme yang digunakan oleh diameter biparietal-diameter transversal kepala

janin pada presentasi oksiput untuk melewati pintu atas panggul disebut sebagai

engagement. Fenomena ini terjadi pada minggu-minggu terakhir kehamilan.

Turunnya kepala dapat dibagi menjadi masuknya kepala ke dalam pintu atas

panggul dan majunya kepala.

Gambar 16. Pengukuran engagement

Pembagian ini terutama berlaku bagi primigravida. Masuknya kepala ke dalam

pintu atas panggul pada primigravida sudah terjadi pada bulan terakhir kehamilan.

Tetapi pada multipara biasanya baru terjadi pada permulaan persalinan. Masuknya

kepala ke dalam pintu atas panggul biasanya terjadi dengan sutura sagitalis

melintang dan dengan fleksi yang ringan.2

Sinklitisme

Peristiwa yang terjadi adalah sinklitismus. Pada presentasi belakang kepala

, engagement berlangsung apabila diameter biparietal telah melewati pintu atas

panggul. Kepala paling sering masuk dengan sutura sagitalis melintang. Ubun-

ubun kecil kiri melintang merupakan posisi yang paling sering kita temukan.

Apabila diameter biparietal tersebut sejajar dengan bidang panggul, kepala berada

dalam sinklitisme.

Sutura sagitalis berada di tengah-tengah antara dinding panggul bagian

depan dan belakang. Engagement dengan sinklitisme terjadi bila uterus tegak

lurus terhadap pintu atas panggul dan panggulnya luas. Jika keadaan tersebut tidak

tercapai, kepala berada dalam keadaan asinklitisme.

Page 23: 119288169 Referat Persalinan Normal

Gambar 17. Sinklitisme

Asinklitisme

Asinklitisme anterior, menurut Naegele ialah arah sumbu kepala membuat

sudut lancip ke depan dengan pintu atas panggul. Dapat pula terjadi asinklitismus

posterior yang menurut Litzman ialah apabila keadaan sebaliknya dari

asinklitismus anterior1.

Gambar 18. asinklitismus anterior Gambar 19. Asinklitismus posterior

Asinklitismus derajat sedang pasti terjadi pada persalinan normal, namun jika

derajat berat, gerakan ini dapat menimbulkan disproporsi sefalopelvik pada

panggul yang berukuran normal sekalipun. Perubahan yang berturut-turut dari

asinklitismus posterior ke anterior mempermudah desensus dengan

memungkinkan kepala janin mengambil kesempatan memanfaatkan daerah-

daerah yang paling luas di rongga panggul4.

2. Descens (penurunan kepala)

Hal ini merupakan syarat utama kelahiran bayi. Pada wanita nulipara,

engagement dapat terjadi sebelum awitan persalinan dan desensus lebih lanjut

mungkin belum terjadi sampai dimulainya persalinan kala dua. Pada wanita

multipara, desensus biasanya mulai bersamaan dengan engagement. Descens

terjadi akibat satu atau lebih dari empat gaya4:

a. Tekanan cairan amnion

b. Tekanan langsung fundus pada bokong saat kontraksi

c. Usaha mengejan yang menggunakan otot-otot abdomen

d. Ekstensi dan pelurusan badan janin

Page 24: 119288169 Referat Persalinan Normal

3. Fleksi

Ketika desens mengalami tahanan, baik dari serviks, dinding panggul, atau dasar

panggul, biasanya terjadi fleksi kepala. Pada gerakan ini, dagu mendekat ke dada

janin dan diameter suboksipitobregmatika yang lebih pendek menggantikan

diameter oksipitofrontal yang lebih panjang.

Gambar 20. Proses Fleksi

Gambar 21 Empat derajat fleksi kepala (A). Fleksi buruk, (B). Fleksi sedang, (C)

Fleksi lebih lanjut, (D) Fleksi lengkap

Page 25: 119288169 Referat Persalinan Normal

4. Rotasi Interna ( Putaran Paksi Dalam)

Yang dimaksud dengan putaran paksi dalam ialah pemutaran bagian depan

sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan memutar ke depan, ke

bawah simfisis. Pada presentasi belakang kepala, bagian yang terendah adalah

daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang akan memutar ke depan, ke bawah

simfisis. Putaran paksi dalam mutlak diperlukan untuk kelahiran kepala, karena

putaran paksi merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan

bentuk jalan lahir, khususnya bentuk bidang tengah dan pintu bawah panggul.

Putaran paksi dalam tidak terjadi tersendiri, tetapi selalu bersamaan dengan

majunya kepala dan tidak terjadi sebelum kepala sampai ke Hodge III kadang-

kadang baru terjadi setelah kepala sampai di dasar panggul2.

Gambar 22. Mekanisme persalinan pada posisi oksiput anterior kiri

Page 26: 119288169 Referat Persalinan Normal

Gambar 23. Mekanisme persalinan untuk ubun-ubun kecil kiri lintang: (A).

Asinklitismus posterior pada tepi panggul diikuti fleksi lateral, menyebabkan

(B) asinklitismus anterior, (C) Engagement, (D) Rotasi dan ekstensi.

Sebab-sebab putaran paksi dalam yakni 2:

a. Pada letak fleksi, bagian belakang kepala merupakan bagian terendah dari

kepala

b. Bagian terendah kepala ini mencari tahanan yang paling sedikit, yaitu di

sebelah depan atas tempat terdapatnya hiatus genitalis antara antara musculus

levator ani kiri dan kanan.

c. Ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah diameter anteroposterior

5. Ekstensi

Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai di dasar panggul terjadilah

ekstensi atau defleksi kepala. Hal ini disebabkan karena sumbu jalan lahir pada

pintu bawah panggul mengarah ke depan dan ke atas sehingga kepala harus

mengadakan ekstensi untuk melaluinya. Kalau tidak terjadi ekstensi, kepala akan

tertekan pada perineum dan menembusnya. Pada kepala, bekerja dua kekuatan

yang satu mendesaknya ke bawah, dan yang satunya disebabkan oleh tahanan

dasar panggul yang menolaknya ke atas. Resultannya ialah kekuatan ke arah

depan atas2.

Setelah suboksiput tertahan pada pinggir bawah simfisis, yang dapat maju

karena kekuatan tersebut di atas ialah bagian yang berhadapan dengan subocciput

sehingga pada pinggir atas perineum, lahirlah berturut-turut ubun-ubun besar, dahi

hidung, mulut, dan akhirnya dagu dengan gerakan ekstensi. Suboksiput yang

menjadi pusat pemutaran disebut hipomoklion2.

Page 27: 119288169 Referat Persalinan Normal

Gambar 24. Permulaan ekstensi Gambar 25. Ekstensi kepala

6. Rotasi Eksterna (putaran paksi luar) 2

Setelah kepala lahir, belakang kepala anak memutar kembali kea rah punggung

anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena putaran paksi

dalam.Gerakan ini disebut putaran restitusi (putaran balasan : putaran paksi

luar). Selanjutnya putaran dilanjutkan hingga belakang kepala berhadapan dengan

tuber ischiadicum sesisi. Gerakan yang terakhir ini adalah putaran paksi luar yang

sebenarnya dan disebabkan karena ukuran bahu menempatkan diri dalam diameter

anteroposterior pintu bawah panggul.

Gambar 26. Rotasi eksterna

7. Ekspulsi 2

Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai di bawah simfisis dan menjadi

hipomoklion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian bahu depan menyusul dan

selanjutnya seluruh badan anak lahir searah dengan paksi jalan lahir.

Page 28: 119288169 Referat Persalinan Normal

Gambar 27. Kelahiran bahu depan

Gambar 28. Kelahiran bahu belakang

PERLEPASAN PLASENTA

Kala 3 persalinan dimulai setelah kelahiran janin dan melibatkan perlepasan dan

ekspulsi plasenta. Setelah kelahiran plasenta dan selaput janin, persalinan aktif selesai.

Karena bayi sudah lahir, uterus secara spontan berkontraksi keras dengan isi yang

sudah kosong. Normalnya, pada saat bayi selesai dilahirkan rongga uterus hampir

terobliterasi dan organ ini berupa suatu massa otot yang hampir padat, dengan tebal

beberapa sentimerer di atas segmen bawah yang lebih tipis. Fundus uteri sekarang

berada di bawah batas ketinggian umbilikus.

Penyusutan ukuran uterus yang mendadak ini selalu disertai dengan pengurangan

bidang tempat implantasi plasenta. Agar plasenta dapat mengakomodasikan diri

terhadap permukaan yang mengecil ini, organ ini membesar ketebalannya, tetapi

elastisitas plasenta terbatas, plasenta terpaksa menekuk. Tegangan yang dihasilkannya

menyebabkan lapisan desidua yang paling lemah lapisan spongiosa, atau desidua

spongiosa mengalah, dan pemisahan terjadi di tempat ini. Oleh karena itu, terjadi

pelepasan plasenta dan mengecilnya ukuran tempat implantasi di bawahnya. Pada

Page 29: 119288169 Referat Persalinan Normal

seksio sesarea fenomena ini mungkin dapat diamati langsung bila plasenta

berimplantasi di posterior.

Pemisahan plasenta amat dipermudah oleh sifat struktur desidua spongiosa yang

longgar. Ketika pemisahan berlangsung, terbentuk hematoma di antara plasenta yang

sedang terpisah dan desidua yang tersisisa. Pembentukan hematoma biasanya

merupakan akibat, bukan penyebab dari pemisahan tersebut. Namun hematoma dapat

mempercepat proses pemisahan.

Karena pemisahan plasenta melalui lapisan spongiosa desidua, bagian dari desidua

tersebut dibuang bersama plasenta, sementara sisanya tetap menempel pada

miometrium. Jumlah jaringan desidua yang tertinggal di tempat plasenta bervariasi.

Pemisahan plasenta biasanya terjadi dalam beberapa menit setelah pelahiran. Karena

bagian perifer plasenta merupakan bagian yang paling melekat, pemisahan biasanya

mulai di mana pun. Kadangkala beberapa derajat pemisahan dimulai sebelum kala tiga

persalinan, yang mungkin menjelaskan terjadinya kasus-kasus deselerasi denyut

jantung janin tepat sebelum ekspulsi janin.

EKSTRUSI PLASENTA

Setelah plasenta terpisah dari tempat implantasinya, tekanan yang diberikan padanya

oleh dinding uterus menyebabkan organ ini menggelincir turun menuju ke segmen

bawah uterus atau bagian atas vagina. Pada beberapa kasus, plasenta dapat terdorong

keluar akibat meningginya tekanan abdomen. Metode artificial yang biasa digunakan

untuk menyelesaikan pelahiran plasneta adalah bergantian menekan dan menaikkan

fundus, sambil melakukan traksi ringan pada pusat.

MEKANISME PERSALINAN

3.2 KALA PERSALINAN

Mekanisme persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu 3 :

Kala I: waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap 10 cm,

disebut kala pembukaan.

Kala II: Kala pengeluaran janin, waktu uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan

mengedan mendorong janin keluar hingga lahir

Page 30: 119288169 Referat Persalinan Normal

Kala III : Waktu untuk pelepasan dan pengeluaran uri

Kala IV: Satu jam setelah plasenta lahir lengkap

A. Kala I (Kala Pembukaan)

Secara klinis dapat dikatakan partus dimulai apabila timbul his dan wanita

tersebut mengeluarkan lendir yang bersemu darah (bloody show). Lendir yang

bersemu darah ini berasal dari lendir kanalis servikalis mulai membuka atau

mendatar. Proses membukanya serviks sebagai akibat his dibagi dalam 2 fase.

1. Fase laten : Berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat sampai

mencapai ukuran diameter 3 cm

2. Fase aktif : Dibagi dalam 3 fase lagi yakni:

Fase akselerasi: dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm

Fase dilatasi maksimal: dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat

cepat, dari 4cm, menjadi 9 cm

Fase deselerasi: pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam

pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.

Fase-fase tersebut dijumpai pada primigravida. Pada multigravida pun terjadi

demikian, akan tetapi fase laten, fase aktif, dan fase deselerasi terjadi lebih pendek.

Kurva 1. Berbagai fase pembukaan serviks pada kala I

Page 31: 119288169 Referat Persalinan Normal

Pendataran serviks adalah pemendekan kanalis servikalis uteri yang semula berupa

sebuah saluran dengan panjang 1-2 cm, menjadi satu lubang saja dengan pinggir yang tipis2.

Pembukaan serviks adalah pembesaran ostium externum yang tadinya berupa suatu

lubang dengan diameter beberapa millimeter, menjadi lubang yang dapat dilalui anak dengan

diameter sekitar 10 cm. Pada pembukaan lengkap, tidak teraba lagi bibir portio, segmen

bawah rahim, serviks dan vagina telah merupakan suatu saluran2.

Mekanisme membukanya serviks berbeda pada primigravida dan multigravida. Pada yang

pertama, ostium uteri internum akan membuka lebih dulu, sehingga serviks akan mendatar

dan menipis. Baru kemudian ostium uteri eksternum membuka. Sedangkan pada multigravida

ostium uteri internum sudah sedikit terbuka. Ostium uteri internum dan eksternum serta

penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam saat yang sama. Kala I selesai apabila

pembukaan serviks uteri telah lengkap. Pada primigravida kala I berlangsung kira-kira 13

jam, sedangkan pada multipara kira-kira 7 jam. 1

Gambar 29. Pendataran dan pembukaan serviks pada primigravida dan multipara

B. Kala II (Kala Pengeluaran Janin)

Pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit

sekali. Karena biasanya kepala janin sudah masuk di ruang panggul, maka pada his

dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul, yaitu secara reflektoris menimbulkan

rasa mengedan. Ibu merasa pula2 :

1. Tekanan pada rectum

2. Hendak buang air besar

3. Perineum mulai menonjol dan melebar

4. Anus membuka

Page 32: 119288169 Referat Persalinan Normal

5. Labia mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak dalam vulva

pada waktu his.

Dengan his dan kekuatan mengedan maksimal kepala janin dilahirkan dengan

suboksiput di bawah simfisis dan dahi, muka, dan dagu melewati perineum. Setelah

istirahat sebentar, his mulai lagi untuk mengelurakan badan dan anggota bayi. Pada

primigravida kala II berlangsung rata-rata 1,5 jam dan pada multipara rata-rata 0,5

jam1.

C. Kala III (Kala Pengeluaran Uri)

Terdiri dari 2 fase, yaitu: (1) fase pelepasan uri, (2) fase pengeluaran uri.

Setelah anak lahir, his berhenti sebentar, tetapi timbul lagi setelah beberapa menit. His

ini dinamakan his pelepasan uri yang berfungsi melepaskan uri, sehingga terletak

pada segmen bawah rahim atau bagian atas vagina. Pada masa ini, uterus akan teraba

sebagai tumor yang keras, segmen atas melebar karena mengandung plasenta, dan

fundus uteri teraba sedikit di bawah pusat1,2

.

Jika telah lepas, bentuk plasenta menjadi bundar, dan tetap bundar sehingga

perubahan bentuk ini dapat dijadikan tanda pelepasan plasenta. Jika keadaan ini

dibiarkan, setelah plasenta lepas, fundus uteri naik, sedikit hingga setinggi pusat atau

lebih, bagian tali pusat diluar vulva menjadi lebih panjang3,5

.

Naiknya fundus uteri disebabkan karena plasenta jatuh dalam segmen bawah

rahim bagian atas vagina sehingga mengangkat uterus yang berkontraksi. Seiring

lepasnya plasenta, dengan sendirinya bagian tali pusat yang lahir menjadi lebih

panjang. Lamanya kala uri kurang lebih 8,5 menit, dan pelepasan plasenta hanya

memakan waktu 2-3 menit5.

Tanda-tanda pelepasan plasenta5 :

Uterus menjadi bundar

Perdarahan, terutama perdarahan sekonyong-konyong dan agak banyak

(±250 cc)

Memanjangnya bagian tali pusat yang lahir

Naiknya fundus uteri karena naiknya rahim sehingga lebih mudah

digerakkan.

Page 33: 119288169 Referat Persalinan Normal

D. Kala IV (Kala Pengawasan) 6

Merupakan kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi dan uri lahir untuk

mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan postpartum. 7 pokok

penting yang harus diperhatikan pada kala 4 : 1) kontraksi uterus harus baik, 2) tidak

ada perdarahan pervaginam atau dari alat genital lain, 3) plasenta dan selaput ketuban

harus sudah lahir lengkap, 4) kandung kencing harus kosong, 5) luka-luka di

perineum harus dirawat dan tidak ada hematoma, 6) resume keadaan umum bayi, dan

7) resume keadaan umum ibu.

Page 34: 119288169 Referat Persalinan Normal

DAFTAR PUSTAKA

1. Sarwono Prawirohardjo. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo. 2008. 296-314.

2. Fakultas Kedokteran UNPAD. Obstetri Fisiologi. Ilmu Kesehatan Produksi. Edisi 2.

Jakarta : EGC. 2004.127-144

3. Mochtar, Rustam. Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi Jakarta:

EGC, 1998. 94

4. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, dkk. Obstetri Williams. Ed 21. Vol 1. Jakarta

: EGC. 2006. 318-335.

5. Sofie RK, Johanes CM, Jusuf SE. Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan

Ginekologi RUmah sakit Dr. Hasan Sadikin. Bandung : Bagian Obstetri Ginekologi

FK UNPAD RSHS. 2005. 90.

6. Buku Acuan Nasional. Pelayanan Kesehatan aternal dan Neontal. Jakarta : Yayayasan

Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta : 100