11. bab 3 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab3/2011-2-00125 aksi bab 3.pdf · mutu...
TRANSCRIPT
53
BAB 3
ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN
3.1. Gambaran Umum Perusahaan
3.1.1. Latar Belakang dan Sejarah Singkat Perusahaan
PT Dwi Karya Mandiri adalah sebuah perusahaan yang didirikan oleh dua
orang perintisnya yakni bapak Herman Djangoed dan H Soemadi Moekajin pada
tahun 1973. Pada awalnya perusahaan ini bergerak di berbagai bidang. Selain
menjadi sub-agen pendistribusian gas elpiji, perusahaan ini juga melayani jual beli
tiket pesawat dan kargo. Seiring dengan berjalannya waktu pada pertengahan
tahun 1980’an PT Dwi Karya Mandala mengalami periode kritis hingga
menyebabkan mundurnya Herman Djangoed dari jajaran pemilik perusahaan,
sehingga perusahaan ini dijalankan oleh pemilik tunggal yakni bapak H Soemadi
Moekajin dan dibantu oleh sang istri.
Di awal tahun 1986 bapak Soemadi mulai memfokuskan bisnisnya pada
distribusi gas elpiji, yakni menjadi agen (gas elpiji) langsung dari PT Pertamina.
Pada tahun berikutnya (1987), perusahaan ini resmi terdaftar sebagai Perseroan
Terbatas (PT) menurut Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia
tertanggal 21 September 1987, No: C2-5979-HT.01.01.TH.87. Hal tersebut
dilakukan agar memenuhi salah satu persyaratan untuk menjadi agen resmi, yakni
perusahaan harus berbentuk badan hukum.
Setelah wafatnya bapak H Soemadi Moekajin, maka pada tahun 2000
perusahaan dijalankan oleh kedua anak dari bapak Soemadi, yakni ibu Maya dan
54
bapak Rizal. Semenjak saat itu perusahaan mengalami peningkatan yang cukup
pesat, berbagai upaya dilakukan oleh kedua penerus ini agar perusahaan semakin
berkembang. Dan ini terbukti dengan pemasaran yang semakin meluas hingga
daerah cibubur yang disertai dengan peningkatan penjualan.
3.1.2. Visi dan Misi Perusahaan
Visi dari PT Dwi Karya Mandala adalah: “Menjadi perusahaan distributor
gas elpiji yang senantiasa mampu bersaing dan tumbuh berkembang dengan
sehat.” Serta misinya adalah: “Menyediakan kebutuhan pelanggan atas gas elpiji
yang berkualitas, berorientasi pada kepuasan pelayanan kepada pelanggan dan
menerapkan standar integritas tinggi kepada seluruh stakeholder perusahaan.”
55
3.1.3. Struktur Organisasi
Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT Dwi Karya Mandala (Sumber: PT Dwi Karya MandalaI)
3.1.4. Pembagian Tugas, Wewenang, dan Tanggung Jawab
Berikut ini merupakan uraian tugas dan wewenang dari setiap bagian dan
fungsi dalam struktur organisasi PT Dwi Karya Mandala
a. Komisaris
Tugas dan Wewenang
• Menentukan arah perusahaan di masa yang akan datang
• Menetapkan rencana pengembangan jangka panjang
Tanggung Jawab
56
• Memastikan kelangsungan hidup perusahaan secara keseluruhan
b. Direktur Utama
Tugas dan Wewenang
• Bertugas dalam membuat strategi untuk mencapai visi dan misi
perusahaan.
• Menjalin hubungan dengan berbagai pihak luar yang menjalin kerjasama
perusahaan.
• Menerima semua laporan dari bawahan dan digunakan sebagai bahan
perumusan evaluasi.
• Memilih, menetapkan dan mengawasi tugas dari manajer operasional.
Tanggung Jawab
• Menselaraskan kebijakan perusahaan dengan tujuan jangka panjang
perusahaan
c. Manajer Operasional
Tugas dan Wewenang
• Memimpin, mengkoordinir dan merencanakan kegiatan operasional para
bawahannya serta memberi arahan bagi pelaksanaan tugas.
• Membuat laporan penjualan harian, dengan melihat dari data penjualan
dan total penerimaan kas.
• Menetapkan prosedur-prosedur taktis operasional untuk menjaga
kelancaran aktivitas bisnis perusahaan
57
• Membuat rencana dalam pengembangan kegiatan pemasaran dan
penjualan barang
• Melakukan persetujuan atas kredit.
Tanggung Jawab
• Bertanggung jawab memonitor seluruh operasi perusahaan terkait
penjualan dan persediaan.
d. Bagian Penjualan
Tugas dan Wewenang
• Melayani pendaftaran pelanggan dan membarikan informasi mengenai
barang kepada pelanggan
• Menerima dan mencatat setiap pesanan yang masuk pada sales order,
serta melakukan tindakan lebih lanjut atas pesanan.
• Menyampaikan keluhan atau kebutuhan pelanggan kepada manajer
operasional
Tanggung Jawab
• Bertanggung jawab dalam memelihara hubungan dengan pelanggan, serta
atas seluruh proses terkait pemesanan barang
e. Bagian Gudang
Tugas dan Wewenang
• Menerima dan menyimpan barang yang diterima dari pemasok
• Mengeluarkan barang yang hendak dikirimkan kepada pelanggan
58
• Bertanggung jawab atas proses keluar masuknya barang dari dan ke
gudang.
• Mencatat jumlah persediaan barang.
Tanggung Jawab
• Bertanggung jawab atas keluar masuknya barang
f. Bagian Keuangan
Tugas dan Wewenang
• Membuat pencatatan atas pengeluaran atau penerimaan kas dalam
perusahaan.
• Membuat nota penerimaan kas
Tanggung Jawab
• Bertanggung jawab atas uang yang masuk dan keluar dalam perusahaan
serta keabsahan transaksi bersangkutan.
g. Bagian Akuntansi
Tugas dan Wewenang
• Melakukan pembukuan transaksi keuangan yang terjadi di perusahaan.
• Membuat surat tagihan kepada pelanggan.
• Membuat jurnal-jurnal terkait
Tanggung Jawab
• Bertanggung jawab atas pengawasan piutang pelanggan dan pembuatan
jurnal-jurnal terkait.
59
3.1.5. Gambaran Bisnis Perusahaan
PT Dwi Karya Mandala menjual barang jadi berupa gas LPG (liquid petroleum
gas) atau yang biasa dikenal dengan gas elpiji. Gas elpiji yang dijual merupakan gas
dalam kemasan tabung siap pakai yang diproduksi langsung oleh PT Pertamina. Gas
elpiji ini diperoleh dari SPBE (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Elpiji) yang telah
ditentukan oleh Pertamina. PT Dwi Karya Mandala menjual tiga jenis gas elpiji
yakni; elpiji ukuran 50 kg, 12 kg dan 3 kg. Berikut adalah data rinci mengenai gas
elpiji yang dijual oleh PT Dwi Karya Mandala.
Tabel 3.1 Data rinci gas elpiji yang dijual oleh PT Dwi Karya Mandala.
elpiji 3 kg elpiji 12 kg elpiji 50 kg
Penjualan per-hari 1.120 tabung 1.000 tabung 20 tabung
Harga Jual gas Rp. 12.500 Rp. 70.000 Rp. 368.000
Harga Tabung Rp. 85.000 Rp. 250.000 Rp. 950.000 Pesanan datang dari berbagai macam pelanggan, diantaranya terdapat rumah
sakit, pabrik, restoran, sub-agen, toko, dan katering. Sementara untuk pabrik pesanan
datang dari pabrik roti, keramik, kue, susu (PT Indomilk) serta pabrik pensuplai
komponen elektronik (PT Dewantara Elektrik). Selain itu terdapat juga beberapa
rumah sakit yang menjadi pelanggan seperti RS Pasar Rebo, RS Polri Kramat Jati
dan RS Melia Cibubur.
Perusahaan melakukan pemasaran ke berbagai wilayah, diantaranya Cibubur,
Condet, Cililitan, Pasar Minggu, Cimanggis, Kampung Duku, Depok, Keramat Jati,
dan Kelapa Dua. Wilayah-wilayah tersebut dikelompokan ke dalam beberapa
wilayah serta dibagi berdasarkan jenis gas elpiji yang dijual. Khusus untuk elpiji
60
ukuran 50 kg tidak dibagi per-wilayah. Berikut adalah tabel rinci pendistribusian
elpiji per-wilayah.
Tabel 3.2 Pendistribusian elpiji ukuran 12 kg, berdasarkan wilayah pada PT Dwi Karya Mandala.
Wilayah Penjualan
Cibubur (termasuk perumahan Kota Wisata dan Raffles Hills)
350 tabung per-hari
Condet - Cililitan - Keramat Jati 250 tabung per-hari
Pasar Minggu 200 tabung per-hari Cimanggis - Depok - Kelapa Dua 200 tabung per-hari
Tabel 3.3 Pendistribusian elpiji ukuran 3 kg, berdasarkan wilayah pada
PT Dwi Karya Mandala. Wilayah Penjualan
Condet - Kp. Duku - Keramat Jati 600 tabung per-hari
Cimanggis - Kelapa Dua 520 tabung per-hari
Aktivitas penjualan tersebut, baik penjualan tunai maupun kredit, setiap
harinya dilakukan secara manual, mulai dari pencatatan pesanan pelanggan sampai
penagihan piutang pelanggan. Hanya pengerjaan laporan penjualan periodik yang
menggunakan komputer, yaitu memanfaatkan aplikasi spreadsheet untuk meng-
hasilkan laporan penjualan. Laporan penjualan ini dikerjakan oleh manajer
operasional, dengan melakukan entri dari data penjualan sehari sebelumnya. Hal ini
dirasa kurang efisien karena melakukan perkerjaan dua kali, dan jika ada kesalahan
akan terlambat dideteksi serta membutuhkan waktu untuk melacak dan mencari letak
kesalahannya.
61
3.2. Gambaran Sistem yang Berjalan
3.2.1. Prosedur Persediaan
Siklus awal persediaan bermula ketika bagian pembelian melakukan
pemesanan dan mengisi tabung gas elpiji yang kosong di SPBE sesuai dengan
loading order dari PT Pertamina. Setelah melakukan pengisian tabung di SPBE
gas elpiji tersebut akan dibawa ke gudang milik perusahaan, dan masuk sebagai
persediaan barang jadi. Sesampainya di gudang, staf gudang akan mengeluarkan
dan memeriksa tabung, yaitu dengan mengecek kondisi tabung elpiji sesuai dengan
standar SNI (Standar Nasional Indonesia):
1. Melakukan pengecekan pada berat tabung, berat tabung yang penuh harus
sesuai jumlah berat tabung kosong ditambah berat isi gas Elpiji yaitu 8 kg
(berat tabung kosong 5 kg, isi gas Elpiji 3 kg), 27 kg (berat tabung 15 kg, gas
Elpiji 12 kg), dan 90 kg (berat tabung 40 kg, gas Elpiji 50 kg).
2. Penampilan visual secara umum (harus tampak mulus dan tidak mengalami
kerusakan/penyok)
3. Pemasangan valve, sisa ulir valve yang tampak adalah 3-5 ulir.
4. Rigi-rigi (bentuk permukaan) hasil las baik (harus halus dan mulus).
5. Mutu pengelasan baik (tidak terdapat cacat: undercut, pin hole atau retak)
6. Mutu penandaan tabung baik:
62
a. Penandaan pada sisi hand guard dengan stamping
diproduksi untuk Pertamina, kode produksi pabrikan dan nomor seri,
water capacity, tara weight, test pressure, bulan dan tahun pembuatan,
penandaan SNI pada produk (stamping)
b. Sablon dan emboss pada badang tabung
Lingkaran merah di sekitar neck ring dengan lebar pengecetan 20 + 1mm,
Emboss logo Pertamina, Lambang LPG Pertamina, Sablon pada sisi hand
guard, Sablon bulan dan tahun uji selanjutnya
7. Lakukan pemeriksaan tabung elpiji:
a. Pastikan segel/security seal cap dalam keadaan baik.
b. Pastikan tersedia inner seal pada valve
c. Pastikan tidak ada kebocoran pada badan tabung (contoh: pada bagian
las)
d. Pastikan tidak ada kebocoran pada sambungan tabung dan valve.
e. Pastikan bahwa rubber seal dalam keadaan baik.
Selesai melakukan pengecekan terhadap tabung Bagian Gudang melakukan
penyimpanan di dalam gudang yang memenuhi syarat tempat penyimpanan aman,
kering dan cukup baik ventilasinya. Berikut adalah tata cara penyimpanan tabung
gas elpiji di dalam gudang.
• Penyusunan tabung harus dikelompokan sesuai dengan kapasitasnya.
• Tabung isi harus disusun terpisah dari tabung kosong
• Memisahkan tabung yang rusak atau bocor, dan diberi tanda
63
• Tabung harus disusun dalam posisi tegak atau berdiri
• Tabung berkapasitas 50 kg tidak boleh disusun bertumpuk
• Tabung berkapasitas 12 kg dapat disusun bertumpuk dengan maksimum 2
(dua) susun tabung.
• Tabung berkapasitas 3 kg dapat disusun bertumpuk dengan maksimum 4
(empat) susun tabung.
3.2.2. Prosedur Penerimaan Pesanan
Prosedur penerimaan pesanan dimulai ketika bagian penjualan menerima
pesanan dari pelanggan melalui telepon maupun bertatap muka langsung.
Selanjutnya apabila pelanggan merupakan pelanggan baru, maka sebelum
pesanannya diproses, bagian penjualan akan mencatat informasi mengenai
identitas diri pelanggan seperti nama, nama perusahaan/toko, alamat dan
no.telepon. Berdasarkan pemesanan yang dilakukan pelanggan bagian penjualan
akan langsung melakukan pencatatan atas pesanan ke dalam buku pemesanan
penjulan. Selanjutnya bagian penjualan akan memproses data pesanan untuk
dibuat menjadi sales order, dan dilakukan pencatatan lengkap seperti nama
barang, jumlah pemesanan, harga satuan dan jenis penjualan apakah tunai atau
kredit. Dua rangkap pertama dari sales order akan diberikan kepada pelanggan
(melalui salesman), rangkap kedua diberikan kepada Bagian Gudang, rangkap
ketiga akan diberikan kepada Bagian Akuntansi dan rangkap akhir akan disimpan
oleh bagian penjualan sebagai arsip.
64
3.2.3. Prosedur Pengiriman Barang
Prosedur pengiriman barang diawali dengan penerimaan sales order dari
Bagian Penjualan oleh Bagian Gudang. Setelah menerima sales order maka
Bagian Gudang akan mempersiapkan barang sesuai dengan jumlah yang diminta
di dalam sales order, dan memindahkannya ke armada pengangkut salesman.
Penentuan waktu pengiriman barang diserahkan sepenuhnya ke bagian gudang,
sehingga pelanggan tidak dapat menentukan sendiri. Sementara itu bagian
akuntansi juga menerima sales order dan dibuatkan invoice. Invoice akan dibuat
tiga rangkap, rangkap pertama diberikan kepada pelanggan (melalui salesman)
sebagai surat penagihan, rangkap kedua diserahkan ke Bagian Keuangan dan
rangkap terakhir disimpan oleh Bagian Akuntansi sebagai arsip. Setelah itu
salesman akan melakukan pengiriman barang kepada pelanggan. Setibanya di
tempat pelanggan maka salesman akan menyerahkan barang (tabung isi) ke
pelanggan, serta menerima tabung kosong dari pelanggan. Setelah itu
menyerahkan satu rangkap invoice dan dua rangkap sales order. Khusus untuk
rangkap sales order akan ditandatangani oleh pelanggan dan dikembalikan
kembali ke salesman. Sedangkan satu rangkap lainya untuk disimpan oleh
pelanggan.
65
3.2.4. Prosedur Penerimaan Retur
Retur penjualan pada PT Dwi Karya Mandala dilakukan apabila terjadi
kerusakan pada tabung gas elpiji. Pelanggan yang akan melakukan retur akan
langsung membawa barang ke kantor, untuk diklaim ke Bagian Gudang, atau
dapat pula dilakukan melalui salesman. Proses klaim ini tidak disertai dengan
sales order yang merupakan bukti penjulan. Setelah dilakukan pengecekan
barang oleh Bagian Gudang lalu dilakukan penggantian tabung yang rusak ke
tabung yang baru, tanpa adanya dokumen pencatatan retur.
3.2.5. Prosedur Penerimaan Pembayaran
Setelah melakukan penagihan salesman akan kembali ke kantor untuk
menyerahkan hasil pembayaran kepada Bagian Keuangan. Selanjutnya Bagian
Keuangan akan membuat cash receipt berdasarkan invoice dan penerimaan kas
dari pelanggan melalui salesman. Cash receipt dibuat menjadi dua rangkap,
rangkap pertama diberikan kepada pelanggan sebagai bukti atas pembayaran
yang dilakukannya, sementara rangkap akhir disimpan sebagai arsip oleh Bagian
Keuangan.
66
3.2.6. Rich Picture Proses yang Sedang Berjalan
Gambar 3.2 Rich Picture Proses yang sedang berjalan
67
3.3. Permasalahan yang Dihadapi dalam Sistem Informasi Akuntansi Siklus
Pendapatan , Beserta Usulan untuk Mengatasinya
Setelah dilakukan proses identifikasi terhadap prosedur sistem yang berjalan,
ternyata ditemukan beberapa kelemahan yang banyak berkaitan dengan minimnya
penerapan pengendalian internal, dokumentsi serta belum terintegrasinya proses
ada. Sehingga jika terus menerus dibiarkan akan dapat menimbulkan kerugian
yang material bagi perusahaan. Masalah-masalah tersebut antara lain:
1. Tidak adanya pembatasan limit kredit untuk pelanggan.
Selama ini perusahaan tidak menetapkan ketentuan yang baku dalam
menentukan batasan limit kredit terhadap pelanggan. Penyebabnya adalah
karena dalam menetapkan persetujuan kredit perusahaan masih kental dengan
unsur “trust” serta azas kepercayaan kepada pelanggannya. Pelanggan
melakukan pemesanan tidak disesuaikan dengan kemampuannya dalam
membayar piutang. Akibat yang ditimbulkan adalah pelanggan dapat
melakukan pemesanan walaupun masih kesulitan membayar piutang
sebelumnya, sehingga menyebabkan tingginya risiko piutang tak tertagih.
Rekomendasi yang diberikan untuk mengatasi masalah tersebut, adalah
dengan penetapan suatu kriteria yang baku atas limit kredit yang dapat
diambil oleh setiap pelanggannya. Perusahaan perlu melakukan penilaian atas
pelanggan, sehingga nanti dapat ditentukan batas maksimal limit kredit yang
akan didapat oleh pelanggan. Mengingat perlunya memberikan limit kredit
awal untuk menjaring pelanggan baru, maka setiap pelanggan akan diberikan
68
limit kredit awal sebesar dua juta rupiah, sesuai dengan kemampuan
perusahaan. Penetapan limit kredit tersebut dimaksudkan agar pelanggan
melakukan transaksi kredit dalam jumlah yang sesuai dengan kapasitas
ataupun kemampuan yang dimilikinya, sehingga dapat menjaga kelancaran
perputaran kas perusahaan. Pembatasan limit kredit juga dilakukan untuk
mencegah bertambahnya penumpukan piutang pelanggan yang belum
dibayarkan. Dalam penetapan limit kredit perlunya disediakan penilaian
pelanggan berdasarkan nilai pelanggan terhadap perusahaan. Kriteria limit
kredit dibawah ini ditentukan berdasarkan pertimbangan dari kriteria 5C yang
ada, namun hanya berfokus pada kriteria Character dan Capacity. Kriteria
Character digunakan dalam menilai sifat-sifat serta kecendrungan perilaku
pelanggan terkait dengan pemenuhan kewajiban finansial. Sementara kriteria
Capacity, digunakan untuk menilai kemampuan pelanggan dalam bidang
usahanya. Hal ini dapat dilihat melalui angka pembelian pelanggan ke
perusahaan. Terakhir dilihat seberapa loyal pelanggan tersebut kepada
perusahaan, dilihat dari seberapa lama dia menjadi pelanggan. Faktor-faktor
yang masuk ke dalam kriteria penilaian pelanggan adalah perusahaan perlu
melihat frekuensi transaksi pelanggan tersebut per-bulan, berikutnya adalah
dilihat jumlah nominal per-transaksi, lalu ketepatan pelanggan terhadap
pelunasan piutang, dan yang terakhir dilihat berapa lama dia menjadi
pelanggan di perusahaan. Berikut adalah metode penilaiannya.
a. Kriteria penilaian berkaitan dengan frekuensi transaksi pelanggan per-
bulan yang terjadi, dengan spesifikasi sesuai dengan tabel di bawah ini.
69
Tabel 3.4 Kriteria Penilaian Frekuensi Transaksi per-Bulan
Frekuensi transaksi per-bulan Skor
≤ 4 kali 5
5 – 10 kali 10
11 – 15 kali 15
≥ 16 kali 20
b. Kriteria penilaian berkaitan dengan jumlah nominal per-transaksi
pelanggan, dengan spesifikasi sesuai dengan tabel di bawah ini.
Tabel 3.5 Kriteria Penilaian Jumlah Nominal per-Transaksi
Jumlah nominal per-transaksi Skor
≤ 1.000.000 0
1.000.001 – 3.500.000 5
3.500.001 – 6.000.000 10
≥ 6.000.001 15
c. Kriteria penilaian berkaitan dengan rata-rata ketepatan pelanggan dalam
pelunasan piutang, dengan spesifikasi sesuai dengan tabel di bawah ini.
Tabel 3.6 Kriteria Penilaian Rata-Rata Ketepatan dalam Pelunasan Piutang
Rata-rata ketepatan dalam pelunasan piutang Skor
Terlambat > 30 hari 0
Terlambat 21 - 30 hari 5
Terlambat 8 - 20 hari 10
Terlambat 1 - 7 hari 15
Tepat Waktu 20
Sebelum Tanggal Jatuh Tempo 25
70
d. Kriteria penilaian berkaitan dengan berapa lama pelanggan tersebut telah
menjadi pelanggan di perusahaan, dengan spesifikasi sesuai dengan tabel
di bawah ini.
Tabel 3.7 Kriteria Penilaian Lama Menjadi Pelanggan
Lama Menjadi Pelanggan Skor
< 6 Bulan 0
0,5 - 1 Tahun 5
2 – 5 Tahun 10
6 – 9 Tahun 15
≥ 10 Tahun 20
Setelah seluruh faktor ditentukan skornya, maka akan diperoleh jumlah
skor untuk masing-masing pelanggan. Setelah itu akan disesuaikan dengan
kemampuan perusahaan dalam memberikan kredit. Tabel berikut merupakan
tabel yang menunjukan nominal limit kredit yang diusulkan berdasarkan skor
yang diperoleh pelanggan melalui metode penilaian di atas. Usulan nominal
ini diperloleh dari hasil wawancara kesanggupan perusahaan memberikan
kredit maksimal sebesar sepuluh juta rupiah per-pelanggan.
Tabel 3.8 Usulan Limit Kredit
Total Skor Pelanggan Limit Kredit yang Diusulkan
< 10 2.000.000
10 - 40 5.000.000
41 - 60 8.500.000
61 - 80 13.000.000
71
2. Kegiatan penjualan terganggu oleh adanya potensi kekurangan persediaan,
dikarenakan kurangnya antisipasi perusahaan dalam menghadapi sistem kuota.
Perusahaan melakukan transaksi dengan menjual total ribuan gas elpiji
tabung setiap harinya. Perusahaan melakukan pengisian tabung di SPBE yang
telah ditunjuk oleh Pertamina. Pertamina memberikan kuota jumlah maksimal
pengisian tabung per-bulan bagi setiap agen (termasuk perusahaan). Masalah
muncul ketika sebelum akhir bulan perusahaan telah habis menggunakan
seluruh kuota yang disediakan, sedangkan proses administratif untuk
melakukan penambahan kuota memerlukan waktu satu minggu lamanya.
Penyebab dari masalah di atas adalah perusahaan tidak dapat mengantisipasi
sistem kuota yang diterapkan pertamina bagi masing-masing agennya.
Akibatnya agar perusahaan tetap dapat memenuhi permintaan pelanggan,
maka perusahaan sering mengatasinya dengan melakukan pembelian gas elpiji
ke sesama agen. Hal ini merugikan perusahaan karena harus membeli gas
elpiji dengan harga yang lebih tinggi.
Rekomendasinya adalah dengan merancang suatu sistem informasi
akuntansi yang dapat mengintegrasikan data dan informasi yang ada di
masing-masing bagian di perusahaan. Sistem nantinya akan mampu memberi
informasi di tengah bulan berjalan, yakni berupa laporan pemakaian kuota
yang disertai dengan laporan penjualan bulan berjalan, laporan penjualan
bulan yang sama di tahun sebelumnya, serta laporan stok barang. Setelah
dicetak laporan-laporan tersebut akan diserahkan kepada manajemen untuk
dievaluasi. Hal ini dilakukan agar manajemen dapat segera mengambil
72
keputusan apakah akan melakukan penambahan pemesanan diluar kuota yang
ada. Sehingga diharapkan terpenuhinya pemenuhan akan persediaan maka
kegiatan penjualan gas elpiji tidak terganggu.
3. Proses retur yang ada tidak berjalan dengan baik dikarenakan proses retur
tidak disertai dengan penyerahan sales order, serta tidak adanya pencatatan
atas retur penjualan.
Pelanggan yang akan melakukan retur akan langsung membawa barang
ke kantor, untuk diklaim ke Bagian Gudang, atau dapat pula dilakukan
melalui salesman. Proses klaim ini tidak disertai dengan sales order yang
merupakan bukti penjulan yang dilakukan oleh perusahaan. Setelah dilakukan
pengecekan barang oleh Bagian Gudang lalu dilakukan penggantian tabung
yang rusak ke tabung yang baru, tanpa adanya dokumen pencatatan atas
proses retur tersebut.
Akibatnya adalah lemahnya pengendalian internal dari prosedur retur
karena kurang adanya bukti bahwa pelanggan membeli langsung ke
perusahaan dan sulitnya menelusuri tanggal pembelian dari barang yang
diretur. Selain itu perusahaan kadang tidak mengetahui secara pasti berapa
jumlah retur serta data secara mendetil. Terlebih lagi ketiadadaan pencatatan
atas retur menyebabkan masalah retur tidak terlalu diperhatikan oleh
manajemen perusahaan.
Rekomendasinya adalah merancang sistem informasi akuntansi yang
dapat mencetak surat retur, sebagai bukti atas kegiatan retur. Disamping itu
73
diharuskan adanya penyertaan berkas sales order oleh pelanggan ketika
kegiatan retur dilakukan. Surat retur nantinya juga dapat menunjukan
keterangan kondisi barang yang diretur, seperti kerusakan pada valve,
kerusakan pada badan tabung, tidak keluarnya gas, ketiadaan pentil pada
valve, serta tabung yang sudah melewati tanggal kadaluwarsa.
4. Sulit menyajikan laporan dengan cepat yang akan digunakan dalam proses
pengambilan keputusan
Direktur perusahaan membutuhkan laporan sebagai acuan dalam
pengambilan keputusan yang tepat. Permasalahannya adalah proses
pembuatan laporan memakan waktu lama dan kerja yang tidak efisien,
dikarenakan pencatatan proses bisnis yang masih manual maka untuk
membuat laporan diperlukan proses input data kembali. Penyusunan laporan
biasanya dikerjakan oleh manajer operasional, dimana laporan tersebut
dihasilkan setiap harinya, dengan meng-entry data penjualan satu hari
sebelumnya ke dalam spreadsheet. Laporan yang dihasilkan oleh perusahaan
adalah laporan penjualan yang dimana di dalam laporan tersebut terdapat data
penjualan yang dibandingkan dengan data penerimaan kas perusahaan.
Laporan-laporan lain seperti laporan stok barang dan laporan piutang belum
dapat dihasilkan.
Rekomendasi yang diusulkan untuk mengatasi masalah ini adalah
dengan menerapkan suatu sistem terintegrasi. Nantinya sistem ini dapat
dengan cepat mensortir data-data yang dibutuhkan untuk membuat suatu
74
laporan. Sehingga memudahkan bagian terkait untuk menyusun laporan yang
dibutuhkan dengan cepat dan berdampak pada keputusan manajemen yang
cepat dan akurat. Disamping itu laporan stok barang diharapkan dapat di
update secara real-time agar dapat memenuhi kebutuhan direksi dalam
mengambil keputusan seperti dalam keputusan penambahan pemesanan diluar
kuota yang ada di permasalahan sebelumnya. Beberapa laporan dapat dilihat
dan disortir berdasarkan kategorinya, seperti laporan penjualan dan
penerimaan kas dapat dilihat berdasarkan pelanggan. Diharapkan laporan-
laporan tersebut dapat memenuhi kebutuhan perusahaan terkait siklus
pendapatan.
Terlambatnya penagihan piutang, dimana terdapat piutang yang telah jatuh tempo namun belum dibayar bahkan belum tertagih.
Keterlambatan dalam penagihan piutang sering terjadi, hal ini disebabkan oleh
banyaknya transaksi penjualan kredit, yang memang hampir seluruh transaksi
penjualan dilakukan secara kredit. Banyaknya transaksi penjualan kredit
menyebabkan dibutuhkannya waktu yang cukup lama dalam mengecek satu per satu
invoice yang akan jatuh tempo. Akibatnya adalah adanya kemungkinan piutang
yang terlewatkan untuk dilakukan penagihan.
Rekomendasi