106216796 full text media backpack

22
Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN Anak sekolah merupakan aset atau modal utama pembangunan di masa depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Sekolah selain berfungsi sebagai tempat pembelajaran juga dapat menjadi ancaman penularan penyakit ataupun penyebab timbulnya gangguan kesehatan jika tidak dikelola dengan baik. Salah satu issue kesehatan yang menyangkut anak usia sekolah adalah tentang nyeri punggung yang diduga akibat penggunaan tas punggung yang terlalu berat. Tas sekolah menjadi bagian tak terpisahkan dari siswa sekolah. Tas sekolah digunakan sebagai wadah buku dan alat sekolah lainnya untuk dibawa ke sekolah. Kecenderungan saat ini sekolah sering memberi pekerjaan rumah, tugas-tugas, dan kegiatan ekstra kurikuler yang berdampak pada banyaknya material yang harus dibawa siswa sekolah. Sementara, dari berbagai jenis tas yang ada, tas punggung merupakan tas yang banyak digunakan. Sebuah penelitian di Inggris memperlihatkan bahwa berat tas sekolah anak-anak di negara itu berkisar antara 4 kg hingga 7,7 kg, dimana berat ini 10- 17% dari berat badan anak usia 12-14 tahun. Penelitian terhadap 1403 anak-anak Spanyol usia 12-17 tahun menemukan bahwa 61% anak harus menyandang tas ransel yang beratnya lebih dari 10% berat badan mereka. Dan hal ini menjadikan mereka lebih cenderung mengalami sakit punggung daripada anak-anak yang menyandang tas lebih ringan (Beritasatu, 2012). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan peningkatan nyeri punggung pada siswa sekolah dan sebagian dari penelitian tersebut menyatakan bahwa penggunaan tas punggung yang tidak benar berhubungan dengan trauma muskuloskeletal. Walaupun masih kontroversial, jenis tas, cara membawanya, dan berapa lama dibawa diduga berkaitan dengan gangguan musculoskeletal akibat tas sekolah. Faktor-faktor lain yang berhubungan yaitu berat tas, ukuran, bentuk, distribusi berat, dan kondisi fisik individu. Penelitian epidemiologi tentang hubungan tas punggung dan nyeri atau 1

Upload: kamila-kawaii

Post on 04-Aug-2015

96 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: 106216796 Full Text Media Backpack

1

Universitas Indonesia

BAB I

PENDAHULUAN

Anak sekolah merupakan aset atau modal utama pembangunan di masa

depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Sekolah selain

berfungsi sebagai tempat pembelajaran juga dapat menjadi ancaman penularan

penyakit ataupun penyebab timbulnya gangguan kesehatan jika tidak dikelola

dengan baik.

Salah satu issue kesehatan yang menyangkut anak usia sekolah adalah

tentang nyeri punggung yang diduga akibat penggunaan tas punggung yang terlalu

berat. Tas sekolah menjadi bagian tak terpisahkan dari siswa sekolah. Tas sekolah

digunakan sebagai wadah buku dan alat sekolah lainnya untuk dibawa ke sekolah.

Kecenderungan saat ini sekolah sering memberi pekerjaan rumah, tugas-tugas,

dan kegiatan ekstra kurikuler yang berdampak pada banyaknya material yang

harus dibawa siswa sekolah. Sementara, dari berbagai jenis tas yang ada, tas

punggung merupakan tas yang banyak digunakan.

Sebuah penelitian di Inggris memperlihatkan bahwa berat tas sekolah

anak-anak di negara itu berkisar antara 4 kg hingga 7,7 kg, dimana berat ini 10-

17% dari berat badan anak usia 12-14 tahun. Penelitian terhadap 1403 anak-anak

Spanyol usia 12-17 tahun menemukan bahwa 61% anak harus menyandang tas

ransel yang beratnya lebih dari 10% berat badan mereka. Dan hal ini menjadikan

mereka lebih cenderung mengalami sakit punggung daripada anak-anak yang

menyandang tas lebih ringan (Beritasatu, 2012).

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan

peningkatan nyeri punggung pada siswa sekolah dan sebagian dari penelitian

tersebut menyatakan bahwa penggunaan tas punggung yang tidak benar

berhubungan dengan trauma muskuloskeletal. Walaupun masih kontroversial,

jenis tas, cara membawanya, dan berapa lama dibawa diduga berkaitan dengan

gangguan musculoskeletal akibat tas sekolah. Faktor-faktor lain yang

berhubungan yaitu berat tas, ukuran, bentuk, distribusi berat, dan kondisi fisik

individu. Penelitian epidemiologi tentang hubungan tas punggung dan nyeri atau

1

Page 2: 106216796 Full Text Media Backpack

2

Universitas Indonesia

gangguan punggung pada anak dan remaja dinyatakan oleh sebagian peneliti

berhubungan (Negrini, 2002; Negrini, 2007; Szpalski, 2002). Sementara peneliti

yang lain tidak menemukan hubungan tersebut (Jones, 2002; Watson, 2003;

Grimmer, 2002; Goodgold, 2002).

Secara ekperimental, penelitian pada anak dan dewasa menghasilkan

hubungan antara berat tas dan sudut inklinasi trunkus jika seseorang membawa tas

dengan beban lebih dari 20% dari massa tubuhnya (Li, 2003 & Hong, 2003).

Peneliti yang lain juga menemukan suatu perubahan pada trunkusnya ke arah

depan pada anak usia 11 sampai dengan 13 jika membawa beban mulai dari 17%

dari masa tubuhnya (Brackley, 2004). Sementara hasil dari penelitian-penelitian

serta di beberapa negara telah direkomendasikan bahwa berat tas sekolah tidak

melebihi 10% dari berat tubuh siswa sekolah (Bauer, 2009; Brackley, 2004;

Cardon, 2005; Milanese, 2010).

Untuk itu, perlu adanya upaya penyadaran dan pencegahan agar anak usia

sekolah tidak mengalami nyeri punggung dan kelelahan pada saat belajar, yaitu

dengan cara tidak membiasakan membawa tas punggung yang beratnya melebihi

10-17% dari berat tubuh mereka. Hal tersebut dapat dilakukan melalui program

promosi kesehatan.

Berbagai program promosi kesehatan ditujukan untuk anak usia sekolah.

Promosi kesehatan di sekolah adalah suatu upaya menciptakan sekolah menjadi

komunitas yang mampu meningkatkan derajat kesehatannya melalui: a)

penciptaan lingkungan sekolah yang sehat; b) pemeliharaan dan pelayanan

kesehatan di sekolah; dan c) upaya pendidikan kesehatan yang berkesinambungan.

Sekolah menempati kedudukan strategis dalam upaya promosi kesehatan,

karena: a) sebagian besar anak-anak usia 5-19 tahun terpajan dengan lembaga

pendidikan dalam jangka waktu yang cukup lama (taman kanak-kanak sampai

sekolah lanjutan atas); b) sekolah mendukung pertumbuhan dan perkembangan

alamiah seorang anak, sebab di sekolah seorang anak bisa mempelajari berbagai

pengetahuan, termasuk kesehatan, sebagai bekal kehidupannya kelak. Promosi

kesehatan di sekolah membantu meningkatkan kesehatan siswa, guru dan

Page 3: 106216796 Full Text Media Backpack

3

Universitas Indonesia

karyawan, orang tua serta masyarakat sekitar lingkungan sekolah, sehingga proses

belajar mengajar berlangsung lebih produktif.

Salah satu studi menunjukkan bahwa upaya promosi kesehatan di suatu

sekolah dasar di Distrik Ife, barat laut Nigeria yang dilakukan dalam kurun waktu

2002-2005 berhasil meningkatkan kualitas gedung sekolah, mengurangi

kepadatan di kelas, menambah pasokan air bersih, meningkatkan kebersihan dan

perawatan sarana sanitasi, kebersihan makanan, dan perilaku siswa dalam

membuang sampah (Adegbenro, 2007). Studi lain yang dilakukan Buczynski dan

Garcia di Maui (2003) menunjukkan bahwa melibatkan anak sekolah dalam

investigasi terhadap ada tidaknya telur nyamuk terbukti meningkatkan

pengetahuan dan kepekaan mereka terhadap penyakit yang ditularkan nyamuk,

yang mengancam kesehatannya. Studi tentang efek promosi kesehatan terhadap

asupan makanan yang dilakukan Shi-Chang dkk di China tahun 2004 juga

menunjukkan bahwa pengetahuan anak sekolah tentang pedoman asupan makanan

meningkat dari 49,2% sebelum intervensi menjadi 68,0% setelah intervensi

(p<0,01), pengetahuan orang tua siswa tentang defisiensi gizi juga meningkat dari

35,0% menjadi 66,2% (p<0,01) dan makanan kaya nutrisi dari 38,8% sebelum

intervensi menjadi 66,8% (p<0,01). Demikian pula dengan studi Nathan dkk

(2004) yang menunjukkan bahwa anak sekolah adalah saluran promosi kesehatan

yang sangat efektif untuk memberantas vektor penyakit di lima negara di kawasan

Amerika Tengah dan Selatan.

Page 4: 106216796 Full Text Media Backpack

4

Universitas Indonesia

BAB II

TINJAUAN LITERATUR

2.1 Anak Usia Sekolah Dasar

Usia Sekolah Dasar disebut juga periode intelektualitas, atau

periode keserasian bersekolah. Pada umur 6-7 tahun seorang anak

dianggap sudah matang untuk memasuki sekolah. Periode Sekolah Dasar

terdiri dari periode kelas-kelas rendah, dan periode kelas tinggi.

Pada kelas-kelas rendah (umur 6-9 tahun), seorang anak biasanya

menunjukkan ciri:

1. Adanya korelasi positif yang cukup tinggi antara kondisi fisik dengan

prestasi.

2. Tunduk kepada peraturan-peraturan permainan yang ada dalam

dunianya.

3. Cenderung memuji diri sendiri.

4. Seringkali membandingkan dirinya dengan temannya.

5. Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu dianggap

tidak penting.

6. Pada periode ini (utamanya usia 6-8 tahun), seorang anak menghendaki

nilai rapor yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang

pantas diberi nilai baik atau tidak.

Adapun pada kelas-kelas yang lebih tinggi (10-12 tahun), seorang

anak memiliki ciri :

1. Punya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkrit.

2. Realistik, ingin tahu dan ingin belajar.

3. Menjelang akhir periode (lulus SD) mulai terlihat minat kepada hal-hal

atau mata pelajaran khusus sebagai tanda mulai menonjolnya bakat-

bakat khusus pada diri seorang anak.

4. Sampai usia 11 tahun, seorang anak membutuhkan guru atau orang

dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi

keinginannya. Selepas usia ini pada umumnya anak mulai mempunyai

4

Page 5: 106216796 Full Text Media Backpack

5

Universitas Indonesia

keterampilan untuk menyelesaikan tugas-tugasnya tanpa tergantung

bantuan orang lain.

5. Anak memandang angka rapor sebagai ukuran yang tepat mengenai

prestasi sekolahnya.

6. Mulai senang membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama,

sekaligus membuat peraturan sendiri, yang berbeda dari aturan yang

sebelumnya (Yusuf, 2003).

2.2 Tas Punggung

2.2.1 Pengertian

Ransel atau tas punggung adalah sebuah wadah atau tempat yang

digunakan seseorang diatas punggungnya yang dilindungi oleh dua tali

yang memanjang vertikal melewati bahu, akan tetapi ada juga

pengecualian, contohnya tas ransel yang dibuat untuk benda-benda ringan

biasanya hanya membutuhkan satu tali. Tas ransel digunakan untuk

memudahkan dalam membawa bawaan yang sesuai dengan kebutuhan.

Teknologi yang dipakai diformulasikan khusus sesuai kebutuhan pemakai.

Tas ransel biasanya lebih dipilih daripada tas tangan (clutch) untuk

mengangkat benda berat, karena terbatasnya muatan untuk mengangkat

benda berat untuk waktu yang lama. Tas ransel yang besar dapat

mengangkat beban berat hingga 10 kg, biasanya mengandalkan berat yang

sebagian besar dari badan mereka, memakai kekuatan pinggul dan

meninggalkan kekuatan bahu untuk menstabilkan muatan, dikarenakan

pinggul lebih kuat dari bahu, dan menambah keseimbangan (Wikipedia,

2011).

2.2.2 Kerugian Pemakaian Tas Punggung

Penggunaan tas ransel dengan beban berlebihan atau tas ransel

digunakan hanya bahu sebelah saja akan menyebabkan hal-hal sebagai

berikut:

Page 6: 106216796 Full Text Media Backpack

6

Universitas Indonesia

1. Trauma ringan berulang pada punggung, leher, dan bahu sehingga

seringkali anak-anak bahkan dewasa mengeluh nyeri pada bagian-

bagian tersebut.

2. Terjadi perubahan postur bahu dan leher.

3. Terjadi pergeseran pusat gravitasi tubuh, hal ini menyebabkan tubuh

akan cenderung membungkuk ke depan untuk meringankan beban

tersebut (Ariandhita, 2011).

2.2.3 Cara Pemakaian Tas Punggung

Adapun cara pemakaian tas punggung yaitu :

1. Pakai Kedua Tali Tas

Tas ransel dibuat dengan dua tali supaya beban tas bisa terbagi rata.

Jadi, sebaiknya kita memakai kedua tali tersebut. Jika hanya memakai

satu tali, berarti semua beban bertumpu pada salah satu bagian tubuh

saja. Ketika membeli tas punggung, memilih tas punggung yang

dilengkapi dengan tali yang lebar dan tidak terlalu ketat di badan kita.

Hal ini bisa membantu membagi beban tas, membuat bawaan terasa

lebih ringan, dan mencegah tangan menjadi mati rasa karena tali yang

terlalu kencang.

2. Batasi Bawaan

Menurut para dokter dan terapis fisik, beban tas punggung hanya

boleh dibawa dengan beratnya 10% sampai 15% dari berat badan kita.

Jadi, jikalau berat badan kita 50 kg, berarti kita sebaiknya hanya

membawa beban sekitar 5 kg - 7,5 kg. Batas maksimum ini ditetapkan

agar seseorang tidak terkena sakit pinggang, atau pun sakit punggung

karena bawaan yang terlalu berat.

3. Mengangkat Ransel

Ketika akan mengangkat ransel dari lantai untuk dipakai di bahu,

diharapkan harus ekstra hati - hati, hal ini akan mudah melukai

punggung kita. Oleh karena itu, sebaiknya ketika akan mengangkat tas

dari lantai, jangan melakukannya dengan terburu-buru. Sebaiknya

Page 7: 106216796 Full Text Media Backpack

7

Universitas Indonesia

dalam posisi berlutut dan menunduk sedikit, baru kemudian

mengangkat tas punggung perlahan-lahan. Hal ini dimaksudkan, agar

pinggang tidak terkejut dengan menerima tambahan berat dan

menghindari cedera atau otot terkilir.

2.2.4 Memilih Tas Punggung untuk Anak

Terkadang orang tua dalam memilih tas sekolah anak tidak

mempertimbangkan kondisi kesehatan anak tersebut. Berikut ada beberapa

tips atau cara untuk memilih tas punggung yang sesuai dengan anak, yaitu:

1. Mempertimbangkan ukurannya, sehingga pas dan cocok dengan tubuh

anak. Bila perlu, dicoba terlebih dahulu.

2. Agar distribusi beban merata sehingga tidak hanya terpusat di bahu,

memilih tas yang selain memiliki cangklongan di pundak juga

memiliki tali di pinggang atau dada. Tali tersebut berfungsi

menstabilkan keseimbangan badan, karena tas jenis ini membuat

tubuh bagian atas menjadi lebih berat. Hal ini dapat mempengaruhi

keseimbangan. Tanpa keseimbangan yang baik, anak lebih mudah

jatuh. Berbeda dengan prajurit militer, anak-anak tidak dianjurkan

menggunakan tas punggung sambil melakukan kegiatan seperti

bermain sepatu roda, skateboard, atau kegiatan lain yang

membutuhkan keseimbangan.

3. Memilih cangklongan yang lebar dan berbantalan lunak. Tali yang

sempit akan menekan bahu. Bukan tidak mungkin malah dapat

mengganggu kelancaran peredaran darah. Cangklongan sebaiknya

juga dapat diatur sesuai ukuran tubuh si anak. Jika terlalu longgar,

akan menyebabkan tas punggung bergoyang-goyang atau berpindah

posisi. Selain tidak nyaman, hal tersebut dapat memunculkan sakit

otot leher dan punggung. Sebaliknya, tali bahu yang terlalu kencang

dapat membuat sesak napas. Jarak antara tali sebaiknya tidak terlalu

sempit sehingga seakan menjepit leher. Namun, terlalu lebar pun akan

membebani tulang sendi lengan.

Page 8: 106216796 Full Text Media Backpack

8

Universitas Indonesia

4. Memilih tas yang berbahan ringan. Pada bagian tas yang menempel di

punggung sebaiknya dilengkapi bantalan. Bantalan tersebut berfungsi

untuk mencegah benda-benda keras dan tajam menghantam atau

menusuk punggung. Dan juga memilih bahan tas yang mudah

dibersihkan. Meskipun ringan, tas punggung harus cukup kuat. Untuk

itu perhatikan kekuatan tali, bahan, maupun jahitannya.

5. Tas punggung harus memiliki beberapa kantung (kompartemen)

terpisah. Kompartemen yang terpisah-pisah membuat barang mudah

diatur secara menyebar. Ada sebahagian tas yang kompartemennya

cukup lengkap. Mulai dari bagian untuk buku, jaring bertali untuk

botol minuman, kantung-kantung kecil untuk dompet uang koin,

gantungan kunci, bahkan untuk pemutar CD (Surono, 2011).

2.2.5 Mengisi Tas Punggung Anak

Penelitian telah menunjukkan bahwa sakit leher atau sakit tulang

punggung pada anak-anak kebanyakan disebabkan oleh tas punggung yang

salah pemakaian. Dengan mengikuti langkah di bawah ini diharapkan

dapat mengurangi masalah tersebut:

1. Tidak membiarkan anak membawa beban lebih dari 15% dari berat

tubuhnya, atau lebih dari 15 pon.

2. Memastikan barang yang paling berat berada paling dekat dengan

punggung anak.

3. Membuat tetap bersih, mengeluarkan barang-barang yang tidak

diperlukan selain barang untuk sekolah agar mengurangi bebannya.

4. Menggunakan kedua tali bahunya, hal ini untuk menyesuaikan tali

dengan baik dan nyaman agar tidak berputar atau membelit ataupun

bengkok.

5. Menggunakan tali pinggangnya, mengurangi beban pada bahunya

dengan mengikatkan tali pada pinggangnya.

Page 9: 106216796 Full Text Media Backpack

9

Universitas Indonesia

6. Meluruskan tas punggungnya, memastikan tas punggungnya berada

pada bagian tengah punggung, dan jangan membiarkan tasnya berada

di bawah garis pinggang.

7. Menggunakan roda terutama jika membawa beban yang sangat berat.

2.3 Model dan Teori Promosi dan Proteksi Kesehatan

Berbagai model dan teori dapat digunakan sebagai kerangka kerja

dalam mengintervensi perubahan perilaku di dalam promosi kesehatan,

tergantung pada dasar pemikiran dan tujuan yang ingin dicapai.

2.3.1 Theory of Reasoned Action (TRA) and Theory of Planned Behaviors

(TPB)

Teori yang dicetuskan oleh Ajzen dan Fishbein ini mendasarkan

teorinya pada sikap dan norma subyektif, dimana keduanya merupakan

faktor internal yang penting di dalam memprediksi perilaku. Determinan

pertama yang dimaksud adalah sikap terhadap perilaku yang merupakan

keyakinan terhadap konsekuensi dari perilaku, dapat positif ataupun

negatif. Sedangkan determinan kedua yaitu norma subyektif yang

merupakan motivasi individu, terkait dengan harapan mereka. Sikap dan

norma subyektif bersifat sangat bervariasi tergantung pada target perilaku,

konteks, dan populasi yang menjadi obyek studi.

Target intervensi dari teori ini adalah adanya perubahan sikap yang

diarahkan pada keyakinan tentang hasil dan nilai terkait hasil atau

perubahan norma subyektif dengan fokus terhadap persepsi terkait norma

subyektif yang diharapkan dan motivasi untuk terlibat terkait apa yang

orang lain. Kelemahan teori ini yaitu bahwa perilaku mungkin tidak secara

utuh berada di bawah kontrol individu. Maka selanjutnya ditambahkan sati

variabel lagi, yaitu persepsi terhadap kontrol perilaku. Dan untuk

selanjutnya teori ini disebut TPB (Sahar, 2012).

2.3.2 Social Cognitive Theory (SCT)

SCT seringkali digunakan sebagai kerangka kerja untuk mendesain

intervensi perubahan perilaku. Perilaku manusia menjelaskan hubungan

Page 10: 106216796 Full Text Media Backpack

10

Universitas Indonesia

timbal balik antara kognitif, perilaku, dan kejadian-kejadian di lingkungan.

Dengan kata lain, apa yang kita fikirkan akan berpengaruh terhadap apa

yang kita lakukan, dan sebaliknya, lingkungan juga mempengaruhi apa

yang kita fikirkan dan lakukan.

Menurut SCT, kumpulan persepsi yang terkait determinan efficacy

merupakan faktor predisposisi untuk berperilaku tertentu. Yang dimaksud

dengan persepsi self-efficacy (keberhasilan diri) adalah pandangan

terhadap kemampuan pribadi untuk keberhasilan menampilkan perilaku

khusus (Sahar, 2012).

2.3.3 The Trans Theoretical Model (TTM)

Pada awal 1980-an James Prochaska dan Carlo DiClemente

(dikutip dari http://www.uri.edu) memperkenalkan konsep SCM (Stage of

Change Model) untuk memahami perubahan perilaku. Selanjutnya konsep

ini dikembangkan oleh beberapa pakar seperti Velicer, Fava, Norman, dan

Redding (1998), menjadi konsep yang lebih spesifik diteliti dan menjadi

kerangka dalam menghentikan kebiasaan merokok (smoking cessation),

konsep itu dinamakan Transtheoretical Model karena merupakan

penggabungan dari konsep yang diteliti oleh masing masing dari ke-4

pakar namun dispesifikkan untuk smoking cessation (Pitaloka, 2006).

James Prochaska dan Carlo DiClemente melihat perubahan

perilaku sebagai proses yang dilakukan melalui lima tahap, yaitu

prakontemplasi, kontemplasi, persiapan, tindakan, dan pemeliharaan.

Sebagaimana dijelaskan dalam tabel berikut:

Tahapan Perubahan Karakteristik

Pre-contemplation Belum mempertimbangkan untuk berubah.

Menikmati ketidaktahuan: “Ignorance is

bliss "

Contemplation Mengalami ambivalensi untuk berubah atau

tetap pada perilakunya. Netral: "Sitting on

the fence"

Page 11: 106216796 Full Text Media Backpack

11

Universitas Indonesia

Belum mempertimbangkan untuk berubah

dalam waktu dekat

Preparation Beberapa pengalaman untuk berubah.

Mencoba berubah.

Merencanakan untuk beraksi dalam waktu

dekat

Action Menjalankan perilaku barunya dalam waktu

tertentu (3-6 bulan)

Maintenance Melanjutkan komitmennya untuk

mempertahankan perilaku baru (> 6 bulan)

Relapse Meneruskan perilaku yang dulu: "Fall from

grace"

(Pitaloka, 2006)

2.3.4 The Interaction Model of Clients Health Behaviors (IMCHB)

Model ini dikenalkan oleh Deci and Ryan. Model ini berfokus pada

karakteristik klien dan faktor eksternal klien untuk memberikan penjelasan

yang menyeluruh terhadap kegiatan yang secara langsung menurunkan

risiko dan promosi kesehatan. Cox mengindikasikan bahwa motivasi dari

dalam, melakukan sesuai untuk diri sendiri dikarenakan minat atau pikiran

positif atau respon emosi merupakan sumber motivasi untuk berperilaku

sehat.

Elemen kritis dari hasil kesehatan adalah penggunaan layanan

kesehatan, indikator klinikal kesehatan, keparahan masalah kesehatan,

tindakan keperawatan yang dianjurkan dan kepuasan terhadap layanan

(Sahar, 2012).

2.3.5 Relapse Prevention (RP)

Teori ini dikemukan oleh Marlatt dan Gordon utk perilaku adiktif

(ketergantungan), misalnya ketergantungan terhadap alkohol, rokok,

kegemukan, dan ketergantungan obat.

Page 12: 106216796 Full Text Media Backpack

12

Universitas Indonesia

Teori pencegahan kekambuhan, artinya memberikan ruang bagi

klien untuk kembali ke perilaku positif melalui peningkatan respons

koping dengan latihan. Menurut Marlatt & Gordon pengalaman pribadi

dapat meningkatkan self-efficacy dan kontrol personal.

Tiga kategori kejadian yang berhubungan dengan tingginya angka

kekambuhan yaitu tingkat emosi negatif, situasi sosial, dan hasrat fisik.

Strategi pencegahan kekambuhan yaitu penggunaan respons koping, self-

monitoring, latihan relaksasi, dan latihan kekambuhan (Sahar, 2012).

2.3.6 PRECED-PROCEED Model

Model ini dikembangkan oleh Green dan Kreuter (1991) pada

tahun 1980, merupakan model yang paling cocok diterapkan dalam

perencanaan dan evaluasi promosi kesehatan, yang dikenal dengan model

PRECED (Predisposing, Reinforcing and Enabling Causes In Educational

Diagnosis and Evaluation). PRECEDE merupakan kerangka untuk

membantu perencanaan mengenal masalah, mulai dari kebutuhan

pendidikan sampai pengembangan program. Pada tahun 1991 model ini

disempurnakan menjadi model PRECEDE-PROCEDE.

PROCEEDE merupakan singkatan dari Policy, Regulatory, and

Organizational Contructs in Educational and Environmental

Development. Dalam aplikasinya model ini dilakukan bersama-sama

dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. PRECEDE

digunakan pada fase diagnosis masalah, penetapan prioritas dan tujuan

program. Sedangkan PROCEEDE digunakan untuk menetapkan sasaran

dan kriteria kebijakan, pelaksanaan, dan evaluasi.

Model ini mempunyai langkah-langkah: (1) Pengkajian Sosial, (2)

Pengkajian Epidemiologi, (3) Pengkajian Perilaku dan Lingkungan, (4)

Pengkajian Pendidikan dan Ekologi, (5) Pengkajian Administrasi dan

Kebijakan, (6) Implementasi, (7) Evaluasi Proses, (8) Evaluasi Pengaruh

Kuat (Impact), (9) Evaluasi Hasil (Allender, 2010; Ervin, 2002).

Page 13: 106216796 Full Text Media Backpack

13

Universitas Indonesia

2.4 Konsep Promosi Kesehatan di Sekolah Dasar

Kesehatan sekolah secara global dicanangkan pertama kali oleh WHO

pada 1995. Kegiatan ini dirancang untuk memperbaiki kesehatan siswa,

warga sekolah dan keluarganya, melalui sekolah dengan menggunakan

organisasi sekolah untuk memobilisasi dan memperkuat kegiatan promosi dan

pendidikan kesehatan di tingkat lokal, nasional, regional dan global. Tujuan

dari pencanangan ini adalah untuk meningkatkan jumlah sekolah yang

melaksanakan program promosi kesehatan.

WHO mencanangkan lima strategi promosi kesehatan di sekolah, yang

terdiri dari:

1. Advokasi

Kesuksesan program promosi kesehatan di sekolah sangat

ditentukan oleh dukungan dari berbagai pihak. Guna mendapat dukungan

tersebut, perlu ada upaya-upaya untuk menyadarkan berbagai pihak,

seperti sektor terkait, donor, LSM nasional dan internasional, sehingga

terjalin kemitraan untuk mengembangkan program promosi kesehatan di

sekolah.

2. Kerjasama

Kerjasama dengan berbagai pihak sangat bermanfaat bagi

penanggungjawab program kesehatan di sekolah karena mereka dapat

belajar dan berbagi pengalaman tentang cara menggunakan berbagai

sumber daya yang ada, memaksimalkan investasi dalam pendidikan dan

pemanfaatan sekolah untuk melakukan promosi kesehatan.

3. Penguatan kapasitas nasional

Berbagai sektor yang terkait harus memberikan dukungan untuk

memperkuat program promosi kesehatan di sekolah. Salah satu bentuk

dukungan yang diberikan adalah pengembangan kebijakan dan strategi

nasional, menyusun rencana kegiatan, pelaksanaan, monitoring dan

evaluasi program promosi kesehatan di sekolah.

Page 14: 106216796 Full Text Media Backpack

14

Universitas Indonesia

4. Penelitian

Penelitian merupakan salah satu komponen dari pengembangan dan

penilaian program promosi kesehatan di sekolah yang akan dilakukan dan

dikembangkan. Bagi sektor terkait penelitian merupakan akses untuk

mengembangkan program promosi kesehatan di sekolah secara nasional,

disamping untuk melakukan evaluasi peningkatan perilaku hidup sehat

siswa sekolah. WHO telah mengembangkan Rapid Assessment and

Planning Process (RAPP) untuk membantu melakukan penilaian kapasitas

untuk pengembangan program promosi kesehatan di sekolah.

5. Kemitraan

WHO menganjurkan untuk menjalin kemitraan dengan berbagai

organisasi pemerintah dan swasta untuk:

a. Revitalisasi dan mendapatkan dukungan dari berbagai pihak untuk

meningkatkan status kesehatan melalui sekolah

b. Mengembangkan penelitian dan berbagi pengalaman dari berbagai

negara maupun lokal tentang upaya-upaya yang telah dilakukan

sekolah untuk mengembangkan promosi kesehatan di sekolah

c. Mendorong mobilisasi guna meningkatkan kesehatan di sekolah.

Kelima strategi promosi kesehatan digunakan untuk melengkapi

keenam elemen dalam rangka mewujudkan sekolah sehat. Elemen tersebut

yaitu:

a. Pelibatan staf kesehatan dan pendidikan, guru, orang tua, tokoh- tokoh

masyarakat dalam upaya promosi kesehatan di sekolah

b. Penjaminan lingkungan yang sehat dan aman, baik fisik maupun

psikososial

c. Penyelenggaraan pendidikan kesehatan berbasis keterampilan yang efektif

dan "Life skill"

d. Penyediaan akses terhadap pelayanan kesehatan

e. Penerapan kebijakan sekolah dan aktivitas yang menunjang kesehatan

f. Upaya peningkatan kesehatan masyarakat secara menyeluruh

Page 15: 106216796 Full Text Media Backpack

15

Universitas Indonesia

BAB III

METODOLOGI PENGUMPULAN DATA

3.1 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan di Sekolah Dasar Islam Terpadu

Lukmanul Hakim Kota Yogyakarta. Pemilihan sekolah secara purposive

sampling kemudian sampel diambil seluruh siswa kelas IV, V, dan VI.

Ukuran-ukuran yang dinilai pada sampel adalah berat tas yang dibawa, jenis

tas, berat badan, dan nyeri yang dirasakan. Pengukuran nyeri ditentukan

dengan kuesioner apakah mengalami nyeri punggung (daerah tulang

belakang) dalam seminggu terakhir yang bukan karena cidera traumatik

(jatuh, terbentur benda keras, dan sejenisnya).

3.2 Instrumen Pengkajian

Instrumen yang digunakan dalam pengkajian ini yaitu timbangan

untuk mengukur berat badab dan berat tas yang dibawa, dan juga kuesioner

untuk menentukan nyeri punggung yang dialami siswa sekolah dasar.

Kuesioner memuat tentang lokasi dan frekuensi nyeri yang dirasakan.

3.3 Hasil Pengkajian

Jumlah siswa yang membawa tas punggung adalah jumlah yang

dominan dipakai saat ke sekolah. Sebanyak 247 siswa (77,9%) membawa tas

punggung, diikuti dengan tas bahu 66 siswa (20,8%), sedangkan yang

menggunakan tas jinjing 1 siswa (0,3%), dan lain-lain misalnya tas map, 3

siswa (0,9%). Cara membawa tas yang tersering dilakukan subjek adalah di

punggung yaitu sebanyak 234 (73,8%). Masih terdapat 65 orang siswa

(20,5%) yang membawa tas dengan berat lebih dari 10% berat badan.

15

Page 16: 106216796 Full Text Media Backpack

16

Universitas Indonesia

Tabel 3.1. Subyek Berdasarkan Jenis Tas dan Cara Membawa Tas (n: 317)

Jenis Tas N % Cara Membawa Tas N %

Tas punggung 247 77,9 Di punggung 234 73,8

Tas bahu 66 20,9 Di punggung 44 13,9

Tas jinjing 1 0,3 Menyilang bahu 38 12

Jenis lain 3 0,9 Dijinjing 1 0,3

Jumlah 317 100 Jumlah 317 100

Sementara prevalensi nyeri dijumpai pada 131 siswa (41,3%) dan

tidak nyeri 186 siswa (58,7%). Keluhan nyeri kemudian dikelompokkan

menjadi nyeri spinal (leher, punggung atas, pinggang) dan non spinal (bahu,

siku, pergelangan tangan dan tangan, bokong-pinggul-paha, lutut, kaki dan

pergelangan kaki). Frekuensi nyeri punggung dijumpai lebih banyak yaitu 96

siswa (73,3%) dan nyeri di luar itu dijumpai pada 35 siswa (26,7%). Nyeri

pinggang dijumpai lebih banyak yaitu 39 siswa (29,8%) diikuti nyeri leher 30

siswa (22,9%) dan nyeri punggung atas 27 siswa (20,6%).

Tabel 3.2. Lokasi dan Frekuensi Nyeri

Lokasi Nyeri N %

Nyeri Spinal Leher 30 22,9

Punggung atas 27 20,6

Pinggang 39 29,8

Jumlah 96 73,3

Nyeri Non Spinal Bahu 17 12,9

Siku 4 3,1

Pergelangan tangan+tangan 3 2,3

Bokong, pinggul, paha 8 6,1

Lutut 1 0,8

Pergelangan kaki+kaki 2 1,5

Jumlah 35 26,7

Page 17: 106216796 Full Text Media Backpack

17

Universitas Indonesia

BAB 1V

PERENCANAAN PROMOSI KESEHATAN

Perencanaan promosi kesehatan adalah proses diagnosis penyebab

masalah, penetapan prioritas masalah dan alokasi sumber daya untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Oleh sebab itu, perencanaan promosi

kesehatan di sekolah harus dibuat secara bersama-sama oleh pihak sekolah,

masyarakat di sekitar sekolah, profesional kesehatan, dan pihak terkait

sehingga dihasilkan program promosi kesehatan di sekolah yang efektif

dalam biaya (cost effective) dan berkesinambungan.

4.1 Analisis Situasi

Analisis situasi digunakan untuk menentukan diagnosis masalah dan

menetapkan prioritas masalah. Model pendekatan yang digunakan dalam

membuat perencanaan dan evaluasi kesehatan adalah model PRECEDE-

PROCEED. PRECEDE (Predisposing, Reinforcing and Enabling Causes in

Educational Diagnosis and Evaluation) digunakan pada fase diagnosis

masalah kesehatan, penetapan prioritas masalah dan tujuan program.

PROCEED (Policy, Regulatory, Organizational Construct in Educational and

Environmental Development) digunakan untuk menetapkansasaran dan

kriteria kebijakan serta pelaksanaan dan evaluasi. Berikut gambaran dari

kerangka PRECEDE-PROCEED:

16

Page 18: 106216796 Full Text Media Backpack

18

Universitas Indonesia

Hasil pengkajian menggambarkan bahwa tas punggung paling

banyak dipakai anak sekolah dasar dengan jumlah yang membawa tas dengan

berat lebih dari 10% berat badan cukup tinggi yaitu 20,5%. Data frekuensi

nyeri punggung merupakan nyeri yang dominan dialami anak sekolah dasar.

Banyak faktor risiko yang menyebabkan nyeri punggung pada anak sekolah

antara lain faktor fisik, mekanik, dan psikososial.

4.2 Pengembangan Rencana Kegiatan Promosi Kesehatan

4.2.1 Tujuan Promosi Kesehatan

4.2.1.1 Tujuan Umum

Prevalensi nyeri punggung pada siswa sekolah dasar menurun 90%

setelah program berjalan 6 bulan.

4.2.1.2 Tujuan Khusus

1. Pengetahuan dan sikap siswa, warga, dan masyarakat sekolah

serta masyarakat di sekitarnya tentang tas punggung, pemilihan

dan cara pemakaiannya meningkat 50% setelah program berjalan

2 bulan.

2. Kebiasaan siswa untuk membawa tas punggung dengan benar

secara berat dan posisi meningkat 75% setelah program berjalan 4

bulan.

4.2.2 Sasaran Promosi Kesehatan

1. Sasaran langsung (primer) : siswa sekolah.

2. Sasaran sekunder : warga sekolah (guru, kepala sekolah

dan staf sekolah lainnya), masyarakat sekolah (pengelola kantin

dan penjaga sekolah) dan masyarakat di sekitarnya, termasuk

orang tua siswa.

3. Sasaran tersier : Komite Sekolah, Tim Pembina dan

pelaksana UKS

Page 19: 106216796 Full Text Media Backpack

19

Universitas Indonesia

4.2.3 Metode Promosi Kesehatan

Metode yang akan digunakan adalah penyuluhan, pemasangan

poster, spanduk serta pemutaran video. Penyuluhan, poster, dan

spanduk digunakan dalam rangka memberikan pendidikan kesehatan,

sedangkan video diberikan untuk lebih dapat memberikan dampak

optimal dalam mengubah sikap dan perilaku.

4.2.4 Media Promosi Kesehatan

Teori pendidikan menyebutkan belajar yang paling baik dan

mudah adalah dengan menggunakan panca indera sebanyak mungkin,

yang untuk maksud tersebut hampir semua program pendidikan

kesehatan menggunakan berbagai media. Dengan menyesuaikan

dengan sasaran pendidikan, aspek yang ingin dicapai, metode yang

digunakan dan sumberdaya yang ada, maka jenis media yang

digunakan yaitu video, poster, dan spanduk

4.2.5 Monitoring, Evaluasi, dan Indikator Program Promosi Kesehatan

No. Kegiatan Waktu (Bulan)

PJ 1 2 3 4 5 6

1. Penyuluhan √ √

2. Pemutaran video √ √

3. Pemasangan spanduk √

4. Pemasangan poster √

5 Pemasangan banner √

6. Evaluasi √ √ √

Indikator Keberhasilan:

1. Pengetahuan dan sikap siswa, warga, dan masyarakat sekolah

serta masyarakat di sekitarnya tentang tas punggung, pemilihan

dan cara pemakaiannya meningkat 50% setelah program

berjalan 3 bulan.

Page 20: 106216796 Full Text Media Backpack

20

Universitas Indonesia

2. Kebiasaan siswa untuk membawa tas punggung dengan benar

secara berat dan posisi meningkat 75% setelah program berjalan

4 bulan.

Page 21: 106216796 Full Text Media Backpack

21

Universitas Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Allender, J.A., Rector,C., Warner, K.D. (2010). Community health nursing :

Promoting and protecting the public’s health (7th

ed). Philadelphia:

Lippincott.

Bauer DH, Freivalds A. Backpack load limit recommendation for middle school

students based on physiological and psychophysical measurements. Work.

2009;32(3):339-50.

Brackley HM, Stevenson JM. Are children's backpack weight limits enough? A

critical review of the relevant literature. Spine (Phila Pa 1976). 2004 Oct

1;29(19):2184-90.

Cardon GM, Balague F. Are children's backpack weight limits enough? A critical

review of the relevant literature. Spine (Phila Pa 1976). 2005 May

1;30(9):1106; author reply -7.

Ervin, Naomi,E. (2002) . Advanced Community Health Nursing

Practice:Population Focused Care. New Jersey: Prentice Hall

Goodgold S, Corcoran M, Gamache D, Gillis J, Guerin J, Coyle JQ. Backpack

Use in Children. Pediatr Phys Ther. 2002 Fall;14(3):122-31.

Green, Kreuter, Deeds & Partridge. (1980). Health Education Planning: A

Diagnosis Approach. California: Mayfield Publishing Company,

Grimmer K, Dansie B, Milanese S, Pirunsan U, Trott P. Adolescent standing

postural response to backpack loads: a randomised controlled

experimental study. BMC Musculoskelet Disord. 2002 Apr 17;3:10.

Hong Y, Cheung CK. Gait and posture responses to backpack load during level

walking in children. Gait Posture. 2003 Feb;17(1):28-33.

Page 22: 106216796 Full Text Media Backpack

22

Universitas Indonesia

Jones GT, Macfarlane GJ. Predicting persistent low back pain in schoolchildren:

a prospective cohort study. Arthritis Rheum. 2009 Oct 15;61(10):1359-66.

Li JX, Hong Y, Robinson PD. The effect of load carriage on movement

kinematics and respiratory parameters in children during walking. Eur J

Appl Physiol. 2003 Sep;90(1-2):35-43.

Milanese S, Grimmer-Somers K. Backpack weight and postural angles in

preadolescent children. Indian Pediatr. 2010 Jul 7;47(7):571-2.

Negrini S, Negrini A. Postural effects of symmetrical and asymmetrical loads on

the spines of schoolchildren. Scoliosis. 2007;2:8.

Negrini S, R. C. Backpacks on! Schoolchildren's perceptions of load, associations

with back pain and factors determining the load. Spine (Phila Pa 1976)

2002 Jan 15;27(2):187-95. 2002.

Pitaloka, RR. Ardiningtiyas, M.Psi. (2006). http://www.e-psikologi.com/

sosialbudaya/penulis.htm.

Pusat Promosi Kesehatan Depkes RI. (2008). Promosi Kesehatan di Sekolah.

http://www.promkes-depkes.go.id

Szpalski M, Gunzburg R, Balague F, Nordin M, Melot C. A 2-year prospective

longitudinal study on low back pain in primary school children. Eur Spine

J. 2002 Oct;11(5):459-64.

Watson KD, Papageorgiou AC, Jones GT, Taylor S, Symmons DP, Silman AJ, et

al. Low back pain in schoolchildren: the role of mechanical and

sychosocial factors. Arch Dis Child. 2003 Jan;88(1):12-7.