102614295-biopsi
TRANSCRIPT
Dasar-dasar Biopsi
Biopsi adalah pengangkatan jaringan dari individu hidup untuk keperluan diagnosis.
Terdapat empat tipe besar biopsi di dalam dan sekitar rongga mulut, yaitu:
a. Sitologi Oral
Terdapat dua bentuk utama sitologi oral yang dibedakan berdasarkan
metode pengumpulan seluler dan diagnosisnya, yaitu:
1) Exfoliative cytologic untuk pemeriksaan sel-sel tumor.
Pemeriksaan dengan cara ini sebagai alat bantu untuk biopsi insisi
dan eksisi.
2) Oral brush cytology (oral brush biopsy). Pemeriksaan dengan
cara ini menggunakan sikat khusus untuk mengumpulkan sel-sel
epitel. Teknik ini lebih baik daripada teknik exfoliative cytologic
karena hasilnya yang sangat akurat dalam mendeteksi sel-sel
prakanker dan kanker.
Teknik oral brush cytology
Sikat disapukan pada epitel mulut dan diputar dengan tekanan sedang 5-10
kali.
Sel-sel yang telah terkumpul dipindahkan ke slide mikroskop lalu
diaplikasikan bahan fiksasi.
Setelah slide kering, slide dikirim ke laboratorium khusus dimana slide itu
akan dievaluasi oleh ahli patologis dan sistem komputer untuk pertama
ditentukan apakah sikat telah berhasil mengumpulkan sel-sel dari ketiga
lapisan epitel mulut.
Bila sampel telah cukup, sampel akan dianalisa oleh sistem komputer dan
ahli patologis akan mengklasifikasikan spesimen brush cytology dalam
tiga kategori yaitu, negatif, positif, dan atipikal.
Negatif tidak ada abnormalitas epitel mulut yang terdeteksi.
Positif terbukti adanya epitel dysplasia dan karsinoma. Jika hasilnya
positif pasien akan dirujuk untuk dilakukan biopsi dan histologi scalpel
untuk menentukan derajat lesi.
Atipikal telah terjadi perubahan epitel yang abnormal. Sel-sel abnormal
tersebut seringkali berasal dari lesi prakanker dan kanker, namun sel-se
tersebut juga mungkin berasal dari lesi inflamasi benign seperti lichen
planus. Karena itu hasil atipikal memerlukan rujukan biopsi dan histologi
scalpel.
Indikasi
Sebagai alat yang baik untuk memonitor pasien dengan perubahan
mukosa kronis, seperti leukoplakia, lichen planus, postirradiation, dan
pasien dengan riwayat kanker yang membutuhkan pengawasan jangka
panjang terhadap perubahan mukosanya.
Keuntungan terbesar oral cytology adalah tes ini tidak membutuhkan
anestesi topikal atau lokal dan hanya menyebabkan ketidaknyamanan dan
perdarahan yang minimal. Dapat dilakukan hanya dalam beberapa detik
dengan frekuensi yang sering bila dibandingkan dengan biopsi insisi dan
eksisi.
Oral cytology bersifat sebagai pemicu bagi biopsi dan histologi scalpel
karena spesimen dari oral bruch cytology tidak dapat menentukan derajat
lesi. Derajat lesi hanya dapat ditentukan oleh biopsi dan histologi scalpel.
Karena itu pulalah, hasil oral brush cytology yang positif dan atipikal
memerlukan pemeriksaan biopsi dan histologi scalpel lanjutan untuk
mengevaluasi karakteristik lesi.
b. Biospsi Aspirasi
Biopsi aspirasi adalah penggunaan jarum dan syringe dalam
mempenetrasi lesi untuk mengaspirasi isi lesinya. Terdapat dua macam biopsi
aspirasi utama, yaitu:
1) Biopsi aspirasi untuk menentukan apakah lesi berisi cairan atau udara
2) Biopsi aspirasi untuk mengangkat materi seluler untuk pemeriksaan
diagnosis bagi ahli patologis (teknik fine needle aspiration = FNA)
Pasien yang menjalani FNA umumnya dideteksi memiliki massa jaringan
lunak di bawah permukaan kulit atau mukosa selama pemeriksaan klinis.
Massa leher dapat dideteksi dengan teknik ini. Karena massa yang dalam
sulit dibiopsi, FNA biopsi dapat sangat membantu.
Ketidakmampuan aspirasi cairan atau udara mungkin
mengindikasikan bahwa lesi berisi massa padat.
Aspirasi lesi memberikan informasi yang sangat penting
mengenai asal lesi tersebut. Lesi radiolusen rahang yang mengandung cairan
berwarna kekuningan umumnya merupakan lesi cystis. Jika aspirasinya berisi
pus maka lesi tersebut merupakan abses. Aspirasi udara menunjukkan adanya
trauma rongga tulang. Aspirasi darah menunjukkan beberapa lesi, yang paling
penting adalah adanya malformasi vaskular dalam rahang. Aneurysmal bone
cysts, central giant cell granuloma, dan lesi lain juga dapat menunjukkan
aspirasi darah. Massa fluktuan juga perlu untuk diaspirasi untuk mendeteksi
isinya sebelum dilakukan perawatan.
Radiolusensi pada tulang atau rahang harus diaspirasi sebelum
tindakan bedah untuk mendeteksi adanya lesi vaskular yang mungkin akan
menyebabkan perdarahan fatal apabila diinsisi.
Material yang didapatkan dari aspirasi dapat dikirim untuk
pemeriksaan patologis, analisis kimia, atau kultur mikroba.
Indikasi
Aspirasi dapat dilakukan pada semua lesi yang dicurigai berisi cairan
(kecuali mucocele) ataupun lesi intraosseous sebelum dilakukan tindakan
bedah.
Teknik
Sebuah 18-gauge needle dihubungkan dengan 5-10 ml syringe.
Area lesi dianestesi dan 18-gauge needle dimasukkan ke dalam massa
selama aspirasi.
Ujung jarum seringkali harus direposisi untuk menentukan lokasi pusat
cairan.
Untuk lesi intraosseous, jika telah terjadi ekspansi dan penipisan tulang
kortikal, jarum harus diaplikasikan melewati mucoperiosteum tulang lalu
dibelokkan (twisted) ketika telah menembus tulang kortikal. Jika hal tersebut
gagal, maka sebuah flap mucoperiosteal kecil dielevasi dan bur digunakan
untuk mempenetrasi tulang kortikal. Jarum lalu dimasukkan melalui lubang-
lubang kortikal.
c. Biopsi Insisi
Biopsi insisi adalah biopsi yang hanya mewakili bagian tertentu dari lesi.
Jika lesinya besar atau memiliki karakteristik berbeda pada lokasi yang
berbeda, maka perlu diambil sampel dari beberapa area yang berbeda.
Indikasi
Untuk area sulit dieksisi karena ukurannya yang besar (diameternya lebih
dari 1 cm), lokasinya berbahaya, atau pada area yang dicurigai klinisi sebagai
malignancy.
Prinsip-prinsip
Area biopsi adalah area yang paling menunjukkan perubahan jaringan
(lesinya meluas ke jaringan normal pada dasar dan atau tepi lesi).
Jaringan nekrosis harus dihindari karena jaringan tersebut tidak berguna
dalam diagnosis.
Materinya diambil dari tepi lesi untuk mendapatkan juga jaringan
normalnya.
Lebih baik mendapatkan sampel biopsi yang kecil tetapi dalam daripada
sampel yang lebar tetapi dangkal karena perubahan superfisial dapat berbeda
dengan yang terjadi pada jaringan bagian dalam.
d. Biopsi Eksisi
Biopsi eksisi adalah pengangkatan seluruh lesi pada saat dilakukan prosedur
diagnosis bedah.
Jaringan normal disekitar lesi juga sedikit ikut diangkat untuk memastikan
bahwa seluruh jaringan abnormal telah terangkat.
Indikasi
Lesi dengan ukuran kecil (diameter kurang dari 1 cm) yang dalam
pemeriksaan klinis didiagnosis berupa benign.
Lesi yang dapat diangkat seluruhnya tanpa memutilasi pasien, misalnya
lesi vaskular kecil.
Prinsip-prinsip
Seluruh lesi dengan 2-3 mm jaringan normal disekitarnya dieksisi.
2. Teknik Biopsi Jaringan Lunak dan Dasar-dasar Bedah
Alat-alat yang diperlukan adalah:
Seluruh mukosa mulut dapat dibiopsi, tekniknya dibedakan dari anatomi
lokal, ukuran dan tipe lesi.
Urutan tekniknya adalah sebagai berikut:
a. Anestesi
Gunakan anestesi blok lokal di tempat yang memungkinkan.
Bila anestesi blok tidak memungkinkan, gunakan anestesi infiltrasi lokal,
tetapi larutan diinjeksikan paling tidak 1 cm dari lesi.
b. Stabilisasi Jaringan
Biopsi jaringan lunak mulut biasanya dilakukan pada mukosa yang bergerak,
seperti bibir, palatum lunak, dan lidah. Untuk menginsisi dengan akurat
dibutuhkan stabilisasi jaringan.
Beberapa cara dapat dilakukan untuk menstabilisasi jaringan lunak,
diantaranya adalah dengan:
1) Jari asisten mencubit bibir pada kedua sisi area yang akan dibiopsi.
2) Heavy retraction suture atau towel clips dapat digunakan untuk
membantu menstabilisasi lidah dan palatum lunak.
Jari asisten digunakan untuk menstabilisasi jaringan sebelum dilakukan biopsi eksisi
mucocele. Insisi elips dibuat disekitar lesi. Ahli bedah membuat eksisi submukosa pada
kelenjar saliva minor yang terlibat. Mukosa kembali ditutup.
Stabilisasi jaringan dengan alat
mekanis. Stabilisasi jaringan
dengan traksi suture. Dua
suture silk digunakan untuk
menstabilisasi lidah sebelum
biopsi eksisi. Lesi diangkat
setelah insisi elips dibuat disekelilingnya. Mukosa ditutup kembali dengan
resorbable suture.
c. Hemostasis
Gauze yang membungkus ujung low-volume suction devise cukup untuk
beberapa kasus, kecuali perdarahan yang hebat telah terjadi.
d. Insisi
Scalpel yang ajam digunakan untuk menginsisi jaringan yang akan dibiopsi.
Dua insisi yang membentuk elips pada permukaan, dan bertemu untuk
membentuk huruf V pada dasar lesi menyediakan spesimen yang baik dan
meninggalkan luka yang mudah menutup kembali.
Modifikasi ukuran elips dan porsi V tergantung pada kedalaman lesi.
A. Tampak
permukaan.
Insisi
elipsdibuat
disekitar lesi.
B. Tampak samping, insisi dibuat dengan kedalaman tertentu untuk
mengangkat lesi dengan sempurna.
Palpasi akan membantu menentukan kedalaman lesi di bawah mukosa.
Insisi harus sedemikian rupa paralel terhadap struktur saraf, arteri, dan vena
normal. Hal ini dilakukan untuk menghindari trauma pada struktur-struktur
tersebut.
Insisi yang kecil tetapi dalam lebih baik daripada yang lebar tetapi dangkal.
A. Jika terdapat sel-sel malignant, insisi yang lebar tetapi dangkal tidak akan memberikan
spesimen diagnostik yang cukup. B. Pengambilan spesimen meluas ke jaringan normal
disekitarnya akan meberikan informasi diagnostik yang lebih banyak daripada spesimen yang
hanya diambil dari tengah lesi.
Jaringan periferal yang terlihat normal harus ikut dieksisi. Jika lesi terlihat
benign, 2-3 mm jaringan periferal ikut dieksisi. Jika lesi terlihat malignant,
berpigmen, vaskular, dan berbatas difus maka dibutuhkan eksisi jaringan
periferal sebanyak 5 mm.
e. Penanganan Jaringan (Handling of Tissue)
Spesimen jaringan yang diambil harus dalam kondisi yang baik agar dapat
dianalisis secara histopatologis.
Spesimen yang rusak tidak dapat digunakan untuk mendiagnosis dan akan
memperlambat terapi karena akan diperlukan biopsi ulang.
Penggunaan tang jaringan dengan ceroboh akan merusak arsitektur seluler
spesimen, terutama untuk biopsi kecil.
Penggunaan traksi suture adalah metode yang terbaik untuk menghindari
trauma pada spesimen.
Saat lesi
diinsisi,
traksi
suture
digunakan
untuk
mengangka
t spesimen
dari dasar
lukanya
.
f. Identifikasi Margin Bedah
Spesimen jinak yang telah diambil, harus diberi tanda dengan benang
sutera pada marginnya untuk memberi orientasi specimen kepada
pathologist.
Jika lesi didiagnosis memerlukan perawatan tambahan, pathologist dapat
menentukan margin mana yang memiliki residual tumor sehingga
perawatan bedah berikutnya dispesifikkan pada area margin yang memiliki
residual tumor.
Orientasi lesi dan penjelasannya harus ditulis pada pathology data sheet.
g. Specimen care
Setelah pengangkatan. Jaringan segera disimpan pada larutan formalin 10%
(formaldehyde 4%) dengan volume cairan 20 kali berat specimen. Spesimen
harus terbenam pada larutan. Spesimen tidak boleh menyentuh dinding wadah.
Selanjutnya dilakukan penutupan luka.
h. Surgical Closure
Mukosa diundermined dengan meletakkan gunting yang
ujungnya tertutup pada area submucosal, lalu ujung gunting
dibuka untuk melebarkan jaringan
Lalu lakukan ekstensi undermine mukosa, mengikuti bentuk
margin dan ukuran luka.
Pada bibir, pipi, dasar mulut, dan palatum lunak undermining
dilakukan mengikuti margin berbentuk ellips, sehingga
diperkirakan dalam penutupan jaringan hanya terdapat sedikit
tegangan.
Insisi kemudian ditutup dengan jahitan secukupnya.
Insisi pada permukaan mukosa cekat (palatum dan gingival) tidak ditutup
namun penyembuhan dilakukan dengan periodontal dressing dan selanjutnya
diberi acrylic splint
Luka biopsy pada dorsum dan lateral lidah memerlukan jahitan yang dalam
dan jumlah jahitan yang banyak. Hal ini dilakukan dikarenakan pergerakan
lidah yang menyulitkan retensi jahitan.
i. Biopsy Data Sheet
Riwayat dan deskripsi klinis (margin dan lokasi) lesi ditulis dalam biopsy data
sheet. Kadang juga dilampirkan foto radiografik lesi. Spesimen harus
diletakkan pada wadah dengan label yang tepat sesuai lesinya. Informasi harus
jelas diberikan pada pathologist untuk mendapatkan diagnosis yang tepat.
Dokter gigi selanjutnya membuat follow up appointment pada pasien 10-14
hari setelah bedah untuk mengontrol bekas luka dan memberitahu hasil
biopsy.
Diagnosis final dibuat sebelum dan setelah biopsi
Jika hasil biopsy tidak menguatkan diagnosis dokter gigi, biopsy ulang dapat
dilakukan. Hal ini mungkin terjadi dikarenakan specimen biopsy tidak
merepresentasikan seluruh lesi atau pathologist tidak familiar dengan
penampakan oral lesi tersebut. Perlu diingat bahwa pathologist report bisa
saja terjadi kesalahan/error. Spesimen berikutnya dikirim kepada
pathologist yang lebih ahli dalam oral pathology.
Hasil diagnosis berupa kanker harus ditangani secara hati-hati. Dokter harus
berhati-hati dalam merujuk pasien ke dokter ahli/pusat terapi. Dalam
penyampaian hasil biopsy juga harus berhati-hati, pasien bias saja menjadi
panic dan akhirnya menjadi depresi. Hal ini akan memperburuk prognosis
3. Teknik Biopsi Intraosseous atau Jaringan Keras dan Dasar-dasar Bedah
Lesi tulang yang berasal dari gigi dapat dihilangkan dengan perawatan dental yang
tepat, namun lesi yang tidak berasal dari gigi atau lesi yang tidak hilang setelah
dilakukan perawatan dental memerlukan pengangkatan lesi secara bedah.
Kasus lesi intraosseous yang sering terjadi adalah granuloma periapical dan kista
rahang. Perawatan dapat berupa pengangkatan kista menggunakan excisional biopsy.
Jika lesi lebih besar atau berpotensi ganas, incisional biopsy merupakan indikasi.
Sebelum melakukan biopsy jaringan keras, dokter gigi berhati-hati melakukan palpasi
area disekitar lesi. Akan lebih mudah dengan membandingkan dengan sisi rahang
lain. Tulang yang halus dan keras mengindikasikan lesi belum menyebar ke kortikal
plate. Jika tulang terasa spongy, mengindikasikan erosi/penipisan tulang kortikal.
Prinsip biopsy jaringan keras hampir sama dengan jaringan lunak.
a. Biopsi Aspirasi dari Lesi Radiolusen
Lesi Radiolusen yang akan dibiopsi harus diaspirasi terlebih dahulu
Hal ini akan member informasi diagnostic dari lesi. Hasil aspirasi dapat menentukan
apakah dokter gigi dapat melakukan perawatan atau merujuk ke dokter ahli
b. Flap Mucoperiosteal
Lokasi lesi yang dekat dengan/pada tulang, mengindikasikan pembukaan flap
mucoperiosteal (seperti pembukaan flap pada gigi impaksi). Lokasi flap
menentukan dimana flap harus dibuat. Penting untuk menghindari struktur major
neurovascular
Desain flap yang optimal berjarak 4-5mm dari tulang sekitar margin lesi. Lesi yang
telah merusak tulang kortikal dapat dilakukan elevation flap pada area dari sekitar
lesi. Insisi dilakukan menembus mukosa, submukosa dan periosteum. Pembedahan
untuk mengekspos tulang dilakukan secara subperiosteal.
c. Osseous Window
Lesi pada rahang memerlukan dibuatnya kortikal window. Lesi yang merusak
tulang kortikal akan memperlihatkan daerah yang merupakan kortikal window, lalu
window dibuang menggunakan round bur. Window kemudian dilebarkan
menggunakan rongeur.
Spesimen osseous window juga disertakan dalam pemeriksaan histopathologic.
d. Removal Specimen
Teknik untuk pengangkatan specimen biopsy tergantung pada jenis biopsy
(insisi/eksisi) dan konsistensi jaringan yang terlibat. Lesi kecil seperti kista yang
dikelilingi kapsul jaringan diangkat secara keseluruhan.
Jaringan diangkat menggunakan kuret. Bagian konkaf dari kuret harus berkontak
dengan tulang osseous. Bagian yang konveks memisahkan specimen dari tulang.
Teknik ini digunakan hingga specimen dapat diangkat. Lalu diirigasi menggunakan
larutan saline steril. Sisa fragment jaringan lunak diangkat, lalu flap dikembalikan
dan dijahit.
Ketika melakukan biopsy insisi, sebagian jaringan diangkat, sisanya dibiarkan, lalu
flap ditutup dan dijahit.
e. Specimen Care
Sama seperti jaringan lunak
Disertakan foto radiograf jika perlu
Diperlukan waktu lebih dari 2 minggu sebelum report pathology diterima karena
menunggu jaringan mengalami dekalsifikasi
Lesi jinak yang diangkat menggunakan prosedur biopsy, memerlukan monitoring
radiograph untuk memantau penyembuhan osseous.
4. Referrals For Biopsy
a. Kesehatan Pasien
Pasien dengan kondisi sistemik yang menyulitkan prosedur bedah/ menimbulkan
bahaya bagi kesehatan pasien.
Jika dokter tidak nyaman/tidak siap dalam melakukan biopsy pada pasien yang
memerlukan pendekatan medis spesifik, pasien dapat dirujuk.
b. Surgical Difficulties
Jika basic surgical principle (akses, lighting, anesthesia, stabilisasi jaringan)
menjadi lebih sulit pada pasien, prosedur biopsy juga akan semakin sulit.
Ukuran lesi yang besar, atau posisinya yang mendekati struktur anatomis, dan
berpotensi komplikasi pasca bedah (perdarahan), prosedur biopsy akan semakin
susah.
Dokter gigi harus bisa menentukan apakah biopsy yang diindikasikan ada dalam
lingkup kemampuan skill bedahnya. Jika tidak harus dirujuk
c. Potential for Malignancy
Dokter gigi yang mencurigai keganasan, memiliki dua pilihan perawatan.
Pertama, biopsy dapat dilakukan setelah pemeriksaan klinis, termasuk pemeriksaan
kelenjar limfa.
Kedua, pasien dirujuk kepada dokter ahli, sebelum dilakukan biopsy dimana dokter
ahli tersebut dapat merawat pasien jika lesi tersebut merupakan keganasan. Sebelum
melakukan rujukan ke dokter ahli, lesi tidak boleh dilakukan prosedur bedah
apapun, agar dokter ahli dapat mengevaluasi pasien apa adanya sehingga
memberikan informasi yang akurat dan mendapatkan diagnosis serta perawatan
yang tepat.