(100) pengaruh pemberian filler mortar semen terhadap kapasitas lentur balok bambu tersusun (3...

100
i TUGAS AKHIR PENGARUH PEMBERIAN FILLER MORTAR SEMEN TERHADAP KAPASITAS LENTUR BALOK BAMBU TERSUSUN (TIGA BATANG) DENGAN PENGHUBUNG BAUT DIPASANG TEGAK LURUS untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Teknik Sipil disusun oleh: Bonifatius Yudhistiro Wahyu Saputro 03/ 164657/ TK/ 28131 JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2007

Upload: fkrasic

Post on 29-Jul-2015

1.402 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

i

TUGAS AKHIR

PENGARUH PEMBERIAN FILLER MORTAR SEMEN TERHADAP

KAPASITAS LENTUR BALOK BAMBU TERSUSUN (TIGA BATANG)

DENGAN PENGHUBUNG BAUT DIPASANG TEGAK LURUS

untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Teknik Sipil

disusun oleh:

Bonifatius Yudhistiro Wahyu Saputro

03/ 164657/ TK/ 28131

JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2007

Page 2: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

ii

TUGAS AKHIR

PENGARUH PEMBERIAN FILLER MORTAR SEMEN TERHADAP

KAPASITAS LENTUR BALOK BAMBU TERSUSUN (TIGA BATANG)

DENGAN PENGHUBUNG BAUT DIPASANG TEGAK LURUS

dipersiapkan dan disusun oleh

Bonifatius Yudhistiro Wahyu Saputro 03/ 164657/ TK/ 28131

telah dipertahankan di depan tim penguji

pada tanggal : 21 November 2007

Susunan Tim Penguji

Dosen Pembimbing/Ketua Tim Penguji

Prof. Ir. H. Morisco, Ph.D. NIP. 130 516 868

Anggota Tim Penguji

Inggar Septhia Irawati, S.T., M.T. NIP. 132 319 419

Page 3: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

iii

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Pengasih atas

limpahan berkat dan perlindungan-Nya sehingga tugas akhir ini dengan judul

Pengaruh Pemberian Mortar Semen terhadap Kapasitar Lentur Balok

Bambu Tersusun (Tiga Batang) dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak

Lurus dapat selesai dengan lancar tepat pada waktunya. Penulisan tugas akhir ini

dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam menyelesaikan studi

dan memperoleh derajat kesarjanaan S-1 pada Program Reguler Jurusan Teknik

Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Struktur Jurusan Teknik

Sipil dan Lingkungan, Laboratorium Mekanika Bahan Pusat Studi Ilmu Teknik

(PSIT) dan di Laboratorium Bahan Jurusan D3 Teknik Mesin Universitas Gadjah

Mada Yogyakarta.

Selama mengerjakan tugas akhir ini baik pada proses persiapan,

pelaksanaan hingga penyusunan dan penyelesaian laporan, penulis banyak

mendapat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis

menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Ir. H. Morisco, Ph.D. selaku dosen pembimbing dan kepala

Laboratorium Struktur JTSL FT UGM, yang telah memberikan ijin penelitian

serta segala perhatian, waktu, saran dan arahannya.

2. Ibu Inggar Septhia Irawati, ST., MT. selaku dosen penguji dalam

mempertahankan tugas akhir ini dan Team Leader Research Grant (local

materials) PHK-B JTSL FT UGM, yang telah memberikan segala perhatian,

waktu, saran dan arahannya.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Triatmodjo, CES., DEA., selaku kepala Jurusan

Teknik Sipil dan Lingkungan

4. Program Hibah Kompetisi-B (PHK-B) atas bantuan pendanaan untuk

penelitian melalui program research grant (local material)

4. Yang terhormat dan tersayang Ibunda Elysia Ethyk Rukmini atas dorongan

semangat dan doa, Ayah di surga, Ir. Vincentius Daru Supriono (†) yang

Page 4: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

iv

tersenyum hangat menatap perjuangan keluarga di bumi serta kakak dan adik-

adikku: mas Dhyan, dik Andhy dan dik Putri atas semangat dan gangguan-

gangguannya.

5. Rekan satu tim penelitian Dina, Santi dan Dian.

6. Secara khusus kepada teman-teman tercinta David, Rieza dan Anton serta

Vonny, Andry dan Rahmi atas berbagai kerjasamanya saat pertama

menginjakkan kaki di belantara engineering hingga akhir studi sekaligus

sebagai bala bantuan dadakan pada saat pekerjaan laboratorium (Ical, Dita,

Aji, Robby A, Fajar)

7. Rekan-rekan KKN-PPM UGM 2007 unit 42 atas dukungannya.

8. Semua rekan angkatan 2003 JTSL FT UGM atas bantuan selama penulis

menempuh studi.

9. Yang terhormat Bapak–Ibu staff pengajar di lingkungan JTSL FT UGM.

10. Teknisi di Laboratorium Struktur JTSL FT UGM, Laboratorium Mekanika

Bahan PSIT UGM dan Laboratorium Bahan Diploma (D3) JTM FT UGM.

11. Seluruh keluarga serta pihak–pihak lainnya yang langsung maupun tidak

langsung memberikan dorongan kepada penulis dari awal sampai akhir studi.

‘Tiada gading yang tak retak’ oleh karena itu penulis menyadari

sepenuhnya bahwa penelitian ini masih terdapat berbagai kekurangan. Oleh

karena itu penulis menerima secara terbuka terhadap berbagai masukan dan saran

konstruktif demi perbaikan di masa mendatang. Akhir kata penulis berharap tugas

akhir ini dapat bermanfaat sebagai sumbangan bagi kekayaan ilmu pengetahuan

dan berbagai pengkajian bambu dunia. Terima kasih.

Yogyakarta, November 2007

Penulis

Page 5: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

v

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ ii

PRAKATA ............................................................................................................. iii

ABSTRACT ............................................................................................................ xi

INTISARI ............................................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1 B. Tujuan Penelitian ................................................................................. 3 C. Manfaat Penelitian ............................................................................... 3 D. Batasan Masalah .................................................................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 4

A. Struktur Bambu .................................................................................... 4 B. Sifat Mekanika Bambu ......................................................................... 4 D. Bahan Pengisi (Filler) ........................................................................ 14 E. Balok Bambu ...................................................................................... 16

BAB III LANDASAN TEORI .............................................................................. 19

A. Umum ................................................................................................. 19 B. Sifat Fisika dan Mekanika Bambu ..................................................... 20 C. Balok Komposit ................................................................................. 21 D. Lentur pada Balok .............................................................................. 23 E. Geser pada Balok Susun .................................................................... 24 F. Lendutan pada Balok ......................................................................... 25 G. Momen pada Balok Susun ................................................................. 26 H. Jenis Kegagalan Balok ....................................................................... 27 I. Sambungan dengan Baut sebagai Shear Connector........................... 29

BAB IV METODE PENELITIAN ....................................................................... 35

A. Bahan ................................................................................................. 35 B. Alat yang Digunakan ......................................................................... 37 C. Benda Uji ........................................................................................... 40 D. Pelaksanaan Penelitian ....................................................................... 42 E. Garis Besar Pelaksanaan Penelitian ................................................... 50

Page 6: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

vi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 51

A. Karakteristik Bahan ............................................................................ 51 B. Pengujian Baut sebagai Shear Connector .......................................... 60 C. Kuat Lentur Balok Bambu Tunggal ................................................... 64 D. Pengujian Balok Bambu Tersusun (Tiga Batang) .............................. 68 E. Kuat Lentur Balok Bambu Tersusun (Tiga Batang) .......................... 72 F. Pola Retak dan Keruntuhan ................................................................ 77 G. Aplikasi Lapangan ............................................................................. 84

BAB VI PENUTUP .............................................................................................. 85

A. Kesimpulan ........................................................................................ 85 B. Saran ................................................................................................... 86

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 87 LAMPIRAN ........................................................................................................... 89

Page 7: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Diagram tegangan-regangan Bambu dan Baja (Morisco, 1999) ......... 5 Gambar 2.2 Pengambilan spesimen bambu (Morisco, 1999) ................................. 6 Gambar 2.3 Pengaruh faktor air-semen terhadap kuat tekan beton 

(Shetty, 1997 dalam Kardiyono, 2004) ............................................ 16 Gambar 2.4 balok bambu tersusun (dokumentasi, 2007) ..................................... 17 Gambar 3.1 Deformasi segmen balok ................................................................... 23 Gambar 3.2 Balok susun (a) Deformasi balok susun saling lepas (b)  

Deformasi balok susun disatukan dengan alat sambung geser (c) .. 24 Gambar 3.3 Kondisi I, pembebanan balok satu titik (a) dan 

Kondisi II, pembebanan balok dua titik (b) ..................................... 25 Gambar 3.4 Mode kelelehen dan distribusi tegangan tumpu sambungan 

kayu dengan kayu (Is, Im, dan II) ..................................................... 29 Gambar 3.5 Mode kelelehen dan distribusi tegangan tumpu sambungan 

kayu dengan kayu (IIIs, IIIm, dan IV) .............................................. 30 Gambar 3.6 Tampang melintang sambungan bambu dengan pengisi .................. 32 Gambar 3.7 Momen pada kondisi plastis .............................................................. 33 Gambar 4.1 Bambu Batangan ............................................................................... 35 Gambar 4.2 Semen Portland ................................................................................. 36 Gambar 4.3 Agregat halus, pasir ........................................................................... 36 Gambar 4.4 Sketsa benda uji kuat geser sambungan ............................................ 41 Gambar 4.5 Sketsa benda uji bahan grouting ....................................................... 41 Gambar 4.6 Sketsa benda uji kuat tarik baut ........................................................ 41 Gambar 4.7 Sketsa balok bambu tersusun (3 batang) ........................................... 41 Gambar 4.8 Potongan A-A, tanpa filler (a), dengan filler (b) ............................... 42 Gambar 4.9. Spesimen uji tekan (a) Spesimen uji tekan sejajar serat (b)  

Spesimen uji tekan tegak lurus serat (c) .......................................... 43 Gambar 4.10 Sketsa spesimen uji tarik sejajar serat ............................................. 43 Gambar 4.11 Sketsa spesimen uji kuat lentur, MOR (a) dan 

modulus elastisitas, MOE (b) .......................................................... 43 Gambar 4.12 Sketsa spesimen uji kuat geser sejajar serat .................................... 44 Gambar 4.13 Spesimen kadar air dan berat jenis .................................................. 44 Gambar 4.14 Pemotongan bambu ......................................................................... 45 Gambar 4.15 Pembuatan lubang baut pada bambu ............................................... 46 Gambar 4.16 Pemasangan baut ............................................................................. 46 Gambar 4.17 Pengadukan campuran mortar ......................................................... 47 Gambar 4.18 Pemasukan mortar pada balok bambu............................................. 47 Gambar 4.19 Sketsa setting alat/bahan uji geser sambungan ............................... 48 Gambar 4.20 Sketsa setting alat/bahan uji lentur .................................................. 49 Gambar 4.21 Diagram alir kerja ........................................................................... 50 Gambar 5.1 Grafik hubungan tegangan vs regangan ............................................ 52 

uji tekan sejajar serat spesimen bambu ............................................ 52 Gambar 5.2 Grafik hubungan tegangan vs regangan ............................................ 53 

uji tarik sejajar serat spesimen bambu ............................................. 53 

Page 8: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

viii

Gambar 5.3 Grafik hubungan beban vs lendutan uji lentur spesimen bambu ............................................................... 53 

Gambar 5.4 Grafik hubungan tegangan vs regangan uji tarik baut ...................... 56 Gambar 5.5 Grafik hubungan tegangan vs regangan 

uji tekan kubus mortar semen .......................................................... 58 Gambar 5.6 Grafik hubungan beban vs lendutan 

uji baut shear connector tanpa filler ................................................ 61 Gambar 5.7 Grafik hubungan beban vs lendutan 

uji baut shear connector dengan filler ............................................. 62 Gambar 5.8 Kerusakan pada bambu, benda uji tanpa filler .................................. 62 Gambar 5.9 Kerusakan pada bagian dalam, benda uji tanpa filler ....................... 63 Gambar 5.10 Kerusakan pada bambu, benda uji dengan filler ............................. 63 Gambar 5.11 Kerusakan pada beton, benda uji dengan filler ............................... 64 Gambar 5.12 Kondisi baut setelah pengujian, benda uji tanpa filler (a)  

benda uji dengan filler (b) ................................................................ 64 Gambar 5.13 Grafik hubungan beban vs lendutan uji balok bambu tunggal ........ 66 Gambar 5.14 Pola retak balok BTG1 .................................................................... 67 Gambar 5.15 Pola retak balok BTG2 .................................................................... 67 Gambar 5.16 Pola retak balok BTG3 .................................................................... 68 Gambar 5.17 Grafik hubungan beban vs lendutan 

uji lentur balok bambu tersusun (tiga batang) tanpa filler ............... 69 Gambar 5.18 Grafik hubungan beban vs lendutan 

uji balok bambu tersusun (tiga batang) dengan filler ...................... 69 Gambar 5.19 Grafik hubungan beban vs lendutan 

uji balok bambu tersusun (tiga batang) dengan bambu tunggal ...... 70 Gambar 5.20 Visualisasi kerja balok susun, monolit (a) dan tidak monolit (b) ... 71 Gambar 5.21 Distribusi tegangan pada saat terjadi konsentrasi tegangan ............ 75 Gambar 5.22 Grafik kuat lentur pada masing-masing benda uji 

uji balok bambu tersusun (tiga batang) dengan filler ...................... 76 Gambar 5.23 Grafik kuat lentur pada masing-masing benda uji 

uji spesimen sisa balok bambu tersusun (tiga batang) dengan filler 77 Gambar 5.24 Pola retak balok BT3TF1 ................................................................ 78 Gambar 5.25 Kondisi filler setelah pengujian BT3TF1 ........................................ 78 Gambar 5.26 Pola retak balok BT3TF2 ................................................................ 79 Gambar 5.27 Kondisi filler setelah pengujian BT3TF2 ........................................ 79 Gambar 5.28 Pola retak balok BT3TF3 ................................................................ 80 Gambar 5.29 Kondisi filler setelah pengujian BT3TF3 ........................................ 80 Gambar 5.30 Kondisi baut setelah pengujian balok uji, pengujian tanpa filler .... 80 Gambar 5.31 Pola retak balok BT3F1 .................................................................. 81 Gambar 5.32 Kondisi filler setelah pengujian BT3F1 .......................................... 81 Gambar 5.33 Pola retak balok BT3F2 .................................................................. 82 Gambar 5.34 Kondisi filler setelah pengujian BT3F2 .......................................... 82 Gambar 5.35 Pola retak balok BT3F3 .................................................................. 83 Gambar 5.36 Kondisi filler setelah pengujian BT3F3 .......................................... 83 Gambar 5.37 Kondisi baut setelah pengujian balok uji, ....................................... 84 

pengujian dengan filler .................................................................... 84 

Page 9: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kuat tarik bambu tanpa buku kering oven .............................................. 6 Tabel 2.2 Kuat tarik rata-rata bambu kering oven .................................................. 7 Tabel 2.3 Kuat tarik rata-rata bambu pada berbagai posisi .................................... 8 Tabel 2.4 Kuat tekan rata-rata bambu kering oven ................................................. 9 Tabel 2.5 Kuat batas dan tegangan ijin bambu ..................................................... 10 Tabel 2.6 Hasil pengujian 3 spesies bambu, Gigantochloa apus Kurz,

Gigantochloa Verticillata Munro, dan Dendrocalamus asper Backer .. 10 Tabel 2.7 Kadar air dan berat jenis bambu petung ............................................... 13 Tabel 2.8 Kadar air bambu menurut umur dan tempat tumbuh ............................ 13 Tabel 2.9 Kuat tekan mortar yang dibuat dari semen merk Onoda 

dan pasir sungai Opak .......................................................................... 15 Tabel 3.1 Momen pada susunan batang bambu .................................................... 27 Tabel 3.2 Tahanan lateral sambungan baut dua satu irisan ................................... 30 

persamaan SNI 2002 dengan modifikasi .............................................. 30 Tabel 5.1 Hasil pengujian karakteristik fisika bahan bambu ................................ 51 Tabel 5.2 Hasil pengujian karakteristik mekanika bahan bambu ......................... 52 Tabel 5.3 Hasil pengujian kuat tarik bambu untuk jenis bambu wulung .............. 54 Tabel 5.4 Hasil pengujian kuat tarik bambu Wulung di desa Pugeran ................. 54 Tabel 5.5 Hasil pengujian kuat tarik bambu Wulung di desa Sayegan ................ 54 Tabel 5.6 Hasil pengujian karakteristik bahan bambu .......................................... 55 Tabel 5.7 Hasil pengujian kuat tarik baut ............................................................. 55 Tabel 5.8 Hasil pengujian kuat tarik baut ............................................................. 57 Tabel 5.9 Hasil pengujian kuat tarik baut ............................................................. 57 Tabel 5.10 Hasil pengujian kuat tarik baut ........................................................... 57 Tabel 5.11 Hasil pengujian kuat tarik baut ........................................................... 57 Tabel 5.12 Hasil pengujian kuat tekan mortar ...................................................... 58 Tabel 5.13 Hasil pengujian kuat tekan mortar ...................................................... 59 Tabel 5.14 Hasil pengujian kuat tekan mortar ...................................................... 59 Tabel 5.15 Hasil pengujian baut shear connector................................................. 60 Tabel 5.16 Hasil pengujian balok bambu tunggal ................................................. 65 Tabel 5.17 Kuat lentur benda uji balok tunggal .................................................... 66 Tabel 5.18 Hasil pengujian balok bambu tersusun (tiga batang) tanpa filler ....... 68 Tabel 5.19 Hasil pengujian balok bambu tersusun (tiga batang) dengan filler ..... 68 Tabel 5.20 Beban pada retak pertama rata-rata yang dipikul balok bambu .......... 70 Tabel 5.21 Beban teoritis dan eksperimen rata-rata yang dipikul balok bambu ... 72 Tabel 5.22 Kuat lentur balok bambu tersusun (tiga batang) tanpa filler............... 73 Tabel 5.23 Kuat lentur balok bambu tersusun (tiga batang) dengan filler ............ 73 Tabel 5.24 Kuat lentur balok bambu tersusun (tiga batang) dengan filler

(penyesuaian) ..................................................................................... 74 Tabel 5.25 Kuat lentur spesimen dari balok bambu 

tersusun (tiga batang) dengan filler pasca kerusakan ......................... 76 

Page 10: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

x

DAFTAR LAMPIRAN

A-1 Penurunan rumus perhitungan panjang kritis balok tanpa filler ................... 89 A-2 Penurunan rumus perhitungan panjang kritis balok dengan filler ................ 90 B-1 Hasil pengujian sifat fisika ............................................................................ 91 B-2 Hasil pengujian sifat mekanika tekan sejajar dan tegak lurus serat .............. 92 B-3 Hasil pengujian sifat mekanika geser dan tarik sejajar serat......................... 93 B-4 Hasil pengujian sifat mekanika MOR dan MOE .......................................... 94 C Hasil pengujian kuat tarik baut ...................................................................... 95 D Hasil pengujian kuat tekan mortar ................................................................ 96 E Kekuatan sambungan bambu dengan baut sebagai shear connector ........... 97 F Perhitungan kuat lentur balok bambu tunggal .............................................. 98 G-1 Hasil pengujian balok bambu tersusun (tiga batang) BT3TF1 ..................... 99 G-2 Hasil pengujian balok bambu tersusun (tiga batang) BT3TF2 ................... 100 G-3 Hasil pengujian balok bambu tersusun (tiga batang) BT3TF3 ................... 101 G-4 Hasil pengujian balok bambu tersusun (tiga batang) BTTF1 ..................... 102 G-5 Hasil pengujian balok bambu tersusun (tiga batang) BT3F2...................... 103 G-6 Hasil pengujian balok bambu tersusun (tiga batang) BT3F3...................... 105 H Data perhitungan beban teoritis balok bambu tersusun (tiga batang) ......... 107 I-1 Perhitungan momen kelengkungan BT3TF1 ............................................. 109 I-2 Perhitungan momen kelengkungan BT3TF2 ............................................. 110 I-3 Perhitungan momen kelengkungan BT3TF3 ............................................. 111 I-4 Perhitungan momen kelengkungan BT3F1 ................................................ 112 I-5 Perhitungan momen kelengkungan BT3F2 ................................................ 113 I-6 Perhitungan momen kelengkungan BT3F3 ................................................ 114 I-7 Kurva hub. momen kelengkungan balok bambu tersusun (tiga batang) .... 116 J-1 Tabel pembacaan beban lendutan sifat mekanika: tekan sejajar serat ........ 118 J-2 Tabel pembacaan beban lendutan sifat mekanika: tekan tegak lurus serat . 119 J-3 Tabel pembacaan beban lendutan sifat mekanika: lentur ............................ 120 J-4 Tabel pembacaan beban lendutan sifat mekanika: tarik sejajar serat .......... 121 J-5 Tabel pembacaan beban lendutan tekan mortar .......................................... 122 J-6 Tabel pembacaan beban lendutan uji baut shear connector ....................... 123 J-7 Tabel pembacaan beban lendutan uji baut shear connector ....................... 124 K-1 Tabel beban ijin balok tunggal ................................................................... 125 K-2 Tabel beban ijin susun-2 ............................................................................. 126 K-3 Tabel beban ijin susun-3 ............................................................................. 127 K-4 Tabel beban ijin susun-4 ............................................................................. 128 L-1 Dok. peralatan pengujian pendahuluan ...................................................... 129 L-2 Dok. peralatan pengujian geser baut shear connector ............................... 130 L-3 Dok. peralatan pembuatan benda uji balok bambu tersusun (tiga batang) . 131 L-4 Dok. peralatan pembuatan benda uji balok bambu tersusun (tiga batang) . 132 L-5 Dok. benda uji pendahuluan ....................................................................... 133 L-6 Dok. benda uji karakteristik dasar bambu .................................................. 134 L-7 Dok. pengujian geser baut dan kuat tekan mortar ...................................... 135 L-8 Dok. Pengujian balok bambu tersusun (tiga batang) dan balok tunggal .... 136

Page 11: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

xi

ABSTRACT

As a tropical nation, Indonesia prominently possesses natural diversity.

Bamboo as one of the products requires to be advanced as a wood substitution for building construction material. Piled Bamboo beams connected to bolt turn out to be the main concern in order that force is not wholly leaned by shear force, Concerning on the weak characteristic of bamboo toward the shear. For that reason, filler materials could be functioned against force led by bolts compositely with bamboo so that the force which was received by bamboo reduced. This research aimed to reveal the influence of cement mortar filler toward the bending capacity of piled beam (three bars) with bolts connector set perpendicularly.

Bamboo utilized in this research was Wulung bamboo obtained from Serut Hamlet, Purwosari Village, Girimulyo District, Kulon Progo Regency, Yogyakarta Special Region. Primary Research was run to reveal the physical and mechanical properties of bamboo based on ISO 3129-1975 and Bamboo Current Research. A shear bolt test was run to reveal lateral connecting resistance. The mechanical properties were used here as a basic formula in determining the length of the piled beam (three bars) which consist of two variations. They were without and with filler (BT3TF and BT3F) in which three samples are made. Static lateral loading was given in sequence until the beam reached failure.

The result of the research showed that the parallel and perpendicular compression to grain, tensile, shear strength, modulus of rupture and modulus of elasticity of bamboo material at moisture content 10,47 % and density 0,79 ton/m3 were 40.90 MPa; 8.16 MPa; 238.58 MPa; 16.80 MPa; 149.52 MPa and 19577.55 MPa. The value of connecting lateral resistance with bolt as shear connector was 11938.77 N for samples without filler, and 25908.21 N for samples with filler. The application of filler materials as cement mortar potentially increases the capability of beam in resisting the load to 199,79 %. The failure observed visually reported for piled beam (three bars) without filler was the shear failure indicated by abruptly cracked materials. Meanwhile the bending failure type was shown by cracked/bent on compress area and cracked on long stretchedly cracked on the tension area. The distinction of this failure type was probably caused by the influence of filler materials.

Key word : Bending capacity, bamboo piled beam (three bar), filler

Page 12: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

xii

INTISARI

Sebagai negara tropis, Indonesia dikenal memiliki keanekaragaman hayati. Sebagai salah satu produknya, bambu perlu dikedepankan sebagai bahan pengganti kayu untuk material konstruksi bangunan. Balok bambu tersusun yang dihubungkan dengan baut perlu diupayakan agar gaya tidak sepenuhnya ditumpu oleh kekuatan geser mengingat sifat bambu yang lemah terhadap geser. Untuk itu bahan pengisi dapat difungsikan untuk melawan gaya yang disalurkan baut secara komposit dengan bambu sehingga gaya yang diterima bambu telah lebih tereduksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh filler mortar semen terhadap kapasitas lentur balok tersusun (tiga batang) dengan penghubung baut dipasang tegak lurus

Bambu yang dipergunakan pada penelitian ini adalah bambu Wulung yang diperoleh dari dusun Serut, kelurahan Purwosari, kecamatan Girimulyo, kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengetahui karakteristik fisika dan mekanika dari bambu berdasarkan ISO 3129-1975 dan Bamboo Current Research. Pengujian geser baut shear connector dalam mengetahui tahanan lateral sambungan. Karakteristik mekanika digunakan sebagai dasar perhitungan dalam menentukan panjang bentang balok tersusun (tiga batang). Benda uji balok tersusun (tiga batang) terdiri atas dua variasi yaitu tanpa dan dengan pengisi (BT3TF dan BT3F) yang masing-masing dibuat tiga benda uji. Pembebanan lateral statik diberikan secara bertahap sampai balok runtuh.

Hasil penelitian menunjukan bahwa tekan sejajar dan tegak lurus serat, kuat geser, kuat tarik sejajar serat, MOR dan MOE bambu bahan penelitian pada kadar air rata-rata 10,47 % dan kerapatan 0,79 ton/m3 adalah 40,90 MPa, 8,16 MPa, 16,80 MPa, 238,58 MPa, 149,52 MPa dan 19577,55 MPa. Nilai tahanan lateral sambungan dengan baut sebagai shear connector adalah 11938,77 N untuk benda uji tanpa filler dan sebesar 25908,21 N pada benda uji dengan pengisi. Pengaplikasian bahan pengisi berupa mortar semen berpotensi meningkatkan ketahanan balok terhadap beban mencapai 199,79 %. Keruntuhan yang diamati secara visual dilaporkan untuk balok tersusun (tiga batang) tanpa filler adalah keruntuhan geser ditandai oleh bahan yang retak/pecah mendadak. Sedangkan keruntuhan yang dialami benda uji dengan filler adalah tipikal keruntuhan lentur yaitu ditunjukan dengan retak/tekuk pada daerah tekan dan retak memanjang pada daerah tariknya. Perbedaan jenis keruntuhan ini dimungkinkan karena pengaruh bahan pengisi.

Kata kunci : kapasitas lentur, balok bambu tersusun (tiga batang), bahan pengisi

Page 13: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dari tahun ke tahun pertumbuhan penduduk dunia dan Indonesia pada

khususnya mengalami peningkatan yang cukup pesat. Tidak bisa dipungkiri

bahwa pertumbuhan penduduk yang demikian pesat perlu dibarengi penyediaan

perumahan. Sebagai negara tropis, Indonesia dikenal memiliki keanekaragaman

hayati. Belantaranya menghasilkan kayu hutan sebagai primadona material

bangunan dunia. Permintaan yang berlebihan tersebut akan mendorong invasi

hutan lebih dasyat lagi dengan kata lain penebangan kayu hutan akan meningkat

yang pada akhirnya kelestarian hutan yang dikorbankan. Selanjutnya perlu

dipikirkan bahan pengganti kayu yang mudah didapat, murah dan yang terpenting

tidak ikut andil dalam perusakan paru-paru dunia.

Sebagai material bangunan, bambu sangat mudah didapatkan bahkan di

pelosok-pelosok desa bambu telah menjadi tanaman ‘wajib’ penghias pekarangan.

Tanaman rakyat ini dikenal pertumbuhannya sangat cepat, bambu dengan kualitas

tinggi dapat diperoleh pada umur 2 sampai 5 tahun. (Morisco, 1999) Panennya

pun cukup ramah lingkungan. Proses panen yang masih menyisakan rumpun

bambu tidak mengganggu keseimbangan kondisi tanah sehingga erosi dapat

dihindari.

Mengingat potensi-potensi yang dimiliki bambu telah banyak dilakukan

penelitian baik penelitian terhadap sifat fisik dan mekanik bambu maupun

pemanfaatannya sebagai material bangunan. Seperti diketahui bahwa Indonesia

termasuk sebagai daerah rawan gempa sehingga penggunaan bambu sebagai

material bangunan lebih baik karena strukturnya yang ringan menyebabkan

ketahanan yang lebih tinggi terhadap getaran gempa. Meski ringan bambu

memiliki kekuatan yang cukup baik, sifat mekanika berdasarkan penelitian yang

dilakukan Morisco (1994) menunjukan bahwa kekuatan tarik bambu lebih tinggi

dari tegangan luluh baja.

Page 14: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

2

Lepas dari berbagai keunggulan yang telah disampaikan sebelumnya,

bambu memiliki beberapa kelemahan yang apabila tidak diperhatikan akan

menjadi fatal khususnya dalam pemanfaatannya sebagai material bangunan.

Sebagai material yang diperoleh dari alam seperti kayu, bambu jenis satu dengan

lainnya tidak memiliki kualitas yang seragam bahkan dalam satu jenis dapat

berbeda pula. Perbedaan ini dipengaruhi keadaan lingkungan, kesuburan tanah

serta lokasi tempat tumbuh. (Morisco, 1999) Variasi dimensi dan

ketidakseragaman panjang ruasnya serta ketidakawetan bahan bambu tersebut

menjadikan bambu belum populer benar sebagai bahan komponen rumah.

Pentingnya pengawetan bambu karena bambu mudah terserang serangga (bubuk)

adalah untuk meningkatkan umur layan bangunan.

Sebagai material bangunan, bambu dapat diaplikasikan dalam bentuk

fondasi, tiang, balok, lantai, rangka atap dan komponen tambahan rumah lainnya.

Selain itu bambu juga ditemui dalam bentuk jembatan, sistem pipa, perkuatan

tanah dan lain sebagainya. Namun penggunaannya dirasa masih sebatas bangunan

ringan dan sederhana saja. Variasi perlakuan pada bambu telah banyak dilakukan

oleh para peneliti untuk meningkatkan kekuatan komponen bambu. Morisco

(1996) dan Pathurrahman (1998) melakukan penelitian dalam upaya peningkatan

kekuatan sambungan dengan memakai baut sebagai penghubung dan memberi

pengisi pada rongga sekitar sambungan sehingga gaya geser dapat didukung oleh

struktur komposit tersebut. Sedangkan Budi (2001) dalam tesisnya melakukan

pengujian kekuatan balok bambu tersusun (dua batang) dalam menumpu pelat

lantai sebuah gedung. Dalam penggunaannya pada kontruksi bangunan gedung

bertingkat sebagai balok, perlu ditinjau kapasitas lentur untuk memprediksi

kemampuan balok dalam menahan beban Untuk memperkaya aplikasi lapangan

produk bambu pada struktur gedung maka diperlukan suatu penelitian untuk

meninjau pengaruh pemberian filler mortar semen terhadap kapasitas lentur pada

balok bambu tersusun (tiga batang) sebagai balok.

Page 15: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

3

B. Tujuan Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui sifat fisika dari bambu dengan pengujian dan analisis berdasarkan

standar dari ISO 3129-1975.

2. Mengetahui sifat mekanika dari bambu dengan pengujian dan analisis

berdasarkan standar dalam Bamboo Current Research dan ISO 3129-1975.

3. Mengetahui kapasitas lentur balok bambu tersusun (tiga batang) tanpa/dengan

filler mortar semen menggunakan baut sebagai penghubung.

4. Mengetahui kapasitas lentur balok bambu tunggal sebagai pembanding.

C. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah diperoleh suatu hasil

yang dapat digunakan sebagai referensi bagi aplikasi bambu pada pekerjaan

struktur khususnya sebagai elemen balok baik untuk gedung maupun jembatan.

Selain itu, data hasil penelitian ini akan digunakan sebagai data yang saling

melengkapi dari penelitian yang lain (tinjauan balok bambu tersusun) sehingga

dapat diperoleh suatu kondisi struktur bambu sebagai balok yang paling

ekonomis, aman, dan nyaman bagi penggunanya.

D. Batasan Masalah

Untuk menyederhanakan permasalahan yang ditinjau, maka diperlukan

batasan antara lain:

1. Bambu yang digunakan adalah bambu Wulung (Gigantochloa atroviolacea

Widjaja)

2. Dalam penelitian di laboratorium, balok dianggap sebagai suatu balok

sederhana dengan tumpuan sederhana sendi dan rol. Pembebanan dan

peletakan tumpuan dibantu saddle yang terbuat dari baja dan dilapisi karet.

3. Pembebanan balok yang digunakan adalah three point bending test.

4. Pembebanan dilakukan secara lateral statik sampai benda uji memperlihatkan

keruntuhan.

5. Bambu tidak diberikan perlakuan khusus secara kimia sebelum digunakan

Page 16: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Struktur Bambu

Sebuah pertanyaan mengemuka, “adakah bahan subtitusi material

bangunan yang sekuat baja, lebih padat (solid) daripada beton, dan tumbuh sebaik

kualitas kayu dapat tempo singkat?” Jawabannya mungkin bambu, tanaman luar

biasa yang unik dan artistik. Di dunia tercatat lebih dari 75 genera dan 1250

spesies bambu (Uchimura, 1980 dalam Morisco, 1999) Namun bentuknya yang

tidak pismatik dengan diameter dan jarak antar ruas yang tidak seragam

menyebabkan bambu cukup sulit diaplikasikan sebagai batang struktural.

Dalam penelitian yang saya lakukan digunakan bambu dengan nama

botani Gigantochloa atroviolacea Widjaja dan di Indonesia dikenal sebagai

bambu hitam atau bambu wulung. Warna kulit batangnya yang cenderung gelap,

hijau kehitam-hitaman, membuat bambu jenis ini cukup mudah untuk dikenali.

Tinggi batang dapat mencapai 20 m, dengan panjang antar ruas 40-50 cm,

berdiameter 6-10 cm dan tebal dinding buluh antara 6-8 mm.

B. Sifat Mekanika Bambu

Secara tradisional penggunaan bambu sebagai bahan struktur bangunan

telah dilakukan sejak lampau. Kemudahan untuk mendapatkan komoditi ini

disamping biaya yang dikeluarkan cukup rendah bahkan tidak diperlukan sama

sekali adalah alasan utama maraknya penggunaan bambu waktu itu. Keakraban

nenek moyang dengan konstruksi bambu tersebut membuatnya dikerjakan secara

konvensional dan seadanya. Tidak jarang perangkaian struktur mulai melemah

seiring penyusutan bahan yang menyebabkan ikatan tali/pasak menjadi kendor.

Pengerjaan yang dilakukan secara tradisional tersebut memberi kesan bahwa

bambu tidak mampu menahan beban yang cukup besar.

Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan yang cukup mengenai sifat

mekanik bahan agar rangkaian struktur yang dibangun mampu memenuhi

Page 17: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

5

persyaratan ekonomis, keamanan, kenyamanan bagi penggunanya. Untuk

mengetahui sifat mekanis dari bahan perlu dilakukan pengujian di laboratorium.

1. Penelitian Janssen

Janssen (1980) melakukan pengujian di laboratorium untuk mengetahui

kekuatan bambu terhadap tarik, tekan, lentur, dan geser dengan pembebanan pada

jangka waktu tertentu. Pembebanan dilakukan untuk jangka pendek dan jangka

panjang dilakukan sekitar 6 sampai 12 bulan. Dalam laporannya diketahui bahwa

kekuatan lentur rata-rata sebesar 840 kg/cm2, modulus elastisitas sebesar 200.000

kg/cm2 dengan kekuatan geser rata-rata cukup rendah yaitu 22,5 kg/cm2 pada

pembebanan rendah dan untuk pembebanan jangka panjang sebesar 10 kg/cm2.

Disebutkan pula dalam laporannya bahwa kuat tarik bambu dapat menyamai

bahkan melebihi kuat tarik baja sebesar 2000 hingga 3000 kg/cm2. (Morisco,

1999)

2. Penelitian Morisco

Menurut Morisco berdasarkan penelitiannya pada tahun 1994-1999 dalam

membandingkan kuat tarik bambu Ori dan petung dengan baja struktur

bertegangan leleh 2400 kg/cm2 mewakili baja beton yang banyak terdapat di

pasaran, dilaporkan kuat tarik kulit bambu Ori cukup tinggi yaitu hampir

mencapai 5000 kg/cm2 atau sekitar dua kali tegangan leleh baja. Sedang untuk

spesimen dari bambu petung kuat tarik rata-ratanya juga lebih tinggi dari tegangan

luluh baja, hanya satu spesimen saja yang kuat tariknya dibawah tegangan luluh

baja.

Gambar 2.1 Diagram tegangan-regangan Bambu dan Baja (Morisco, 1999)

Page 18: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

6

Untuk melengkapi penelitiannya, Morisco (1996) juga melakukan pengujian

spesimen untuk mengetahui perbedaan kekuatan bambu bagian luar dengan

bagian dalam. Bambu dibelah tangensial sehingga tebalnya sekitar setengah tebal

bambu utuh (Gambar 2.2) hasil pengujian tersurat dalam Tabel 2.1. Hasil

pengujian menunjukan bahwa bambu bagian dalam memiliki kekuatan yang jauh

lebih rendah dari pada bagian dalam, hal tersebut dikarenakan bagian luar bambu

terdapat kulit bambu yang berkontribusi besar bagi kuat tariknya.

Gambar 2.2 Pengambilan spesimen bambu (Morisco, 1999)

Tabel 2.1 Kuat tarik bambu tanpa buku kering oven

Jenis Bambu Kuat tarik bagian dalam

(kg/cm2)

Kuat tarik bagian luar

(kg/cm2)

Ori 1640 4170

Petung 970 2850

Hitam/wulung 960 2370

Tutul 1460 2860

(sumber : Morisco, 1999)

Tabel 2.2 menunjukan perbedaan kekuatan tarik sejajar sumbu batang pada

bambu tanpa buku dengan kekuatan tarik sejajar sumbu batang pada bambu yang

memiliki buku. Buku merupakan bagian batang bambu yang paling lemah karena

sebagai serat bambu berbelok dan sebagian lagi tetap lurus, sehingga pada buku

arah gaya tidak lagi sejajar semua serat. Mengingat buku adalah bagian terlemah

maka pada perancangan struktur bambu sebagai batang tarik perlu didasarkan

pada bagian buku.

bagian luar

bagian dalam

Page 19: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

7

Tabel 2.2 Kuat tarik rata-rata bambu kering oven

Jenis Bambu Kuat tarik tanpa buku

(kg/cm2)

Kuat tarik dengan buku

(kg/cm2)

Ori 2910 1280

Petung 1900 1160

Hitam/wulung 1660 1470

Legi 2880 1260

Tutul 2160 740

Galah 2530 1240

Tali 1515 552

(sumber : Morisco, 1999)

Kekuatan bambu dipengaruhi pula oleh posisinya yaitu di bagian pangkal,

tengah ataupun ujung. Untuk membuktikan hal tersebut dilakukan penelitian oleh

Morisco (1999) dengan hasil disajikan pada Tabel 2.3. Terlihat bahwa hasil uji

kurang konsisten. Penjelasan yang masuk akal dari fenomena tersebut adalah

bahwa bambu merupakan benda organik yang tumbuh alami. Tebal bambu sangat

bervariasi dari pangkal hingga ujung namun tebal kulitnya relatif seragam

sepanjang batang. Oleh karena itu bambu yang tipis akan memiliki porsi kulit

yang lebih besar sehingga kuat tariknya besar. Mengingat perancangan struktur

perlu didasarkan pada kekuatan terendah bahan agar mampu mengamankan

struktur maka perancangan struktur didasarkan pada bagian yang tebal.

Page 20: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

8

Tabel 2.3 Kuat tarik rata-rata bambu pada berbagai posisi

Jenis bambu Bagian Kuat tarik

(kg/cm2)

Petung

Pangkal

Tengah

Ujung

2,278

1,770

2,080

Tutul

Pangkal

Tengah

Ujung

2,394

2,917

4,488

Galah

Pangkal

Tengah

Ujung

1,920

3,350

2,324

Tali

Pangkal

Tengah

Ujung

1,442

1,368

1,735

Dendeng

Pangkal

Tengah

Ujung

2,214

2,513

3,411

(sumber : Morisco, 1999)

Selanjutnya hasil pengujian kekuatan pada berbagai jenis bambu terhadap

gaya tekan ditampilkan pada Tabel 2.4.

Page 21: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

9

Tabel 2.4 Kuat tekan rata-rata bambu kering oven

Jenis bambu Bagian Kuat tekan

(kg/cm2)

Petung

Pangkal

Tengah

Ujung

2,769

4,089

5,479

Tutul

Pangkal

Tengah

Ujung

5,319

5,428

4,639

Galah

Pangkal

Tengah

Ujung

3,266

3,992

4,048

Tali

Pangkal

Tengah

Ujung

2,152

2,880

3,354

Dendeng

Pangkal

Tengah

Ujung

4,641

3,609

3,238

(sumber : Morisco, 1999)

3. Tegangan Ijin untuk Perancangan

Penelitian-penelitian yang pernah dilakukan telah mendapatkan angka-angka

yang menunjukan kekuatan bambu, tetapi perlu diingat bahwa bambu merupakan

bahan organik yang tumbuh secara alami sehingga memiliki kekuatan yang tidak

seragam pada satu jenisnya. Hal tersebut dipengaruhi oleh keadaan lingkungan,

kesuburan tanah serta lokasi tempat tumbuh.

Departemen Pekerjaan Umum melalui Pusat penelitian dan Pengembangan

Pemukiman telah melakukan penelitian mendalam tentang bambu khususnya

untuk mengetahui sifat fisik dan mekanika bambu. Dalam laporannya Tular dan

Sutidjan (1961) dalam Morisco (1999) nilai modulus elastisitas E bambu berkisar

98070-294200 kg/cm2, tetapi untuk perancangan dipakai E sebesar 294200

kg/cm2. Adapun hasil penelitian selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.5.

Page 22: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

10

Selanjutnya pada tahun 1987, departemen yang sama melakukan penelitian

lanjutan terhadap 3 spesies bambu di Indonesia antara lain Gigantochloa apus

Kurz, Gigantochloa Verticillata Munro, dan Dendrocalamus asper Backer. Tabel

2.6 menunjukan hasil pengujian berdasarkan laporan Siopongco dan Munandar

(1987) dalam Morisco (1999)

Tabel 2.5 Kuat batas dan tegangan ijin bambu

Macam tegangan Kuat batas

(kg/cm2)

Tegangan ijin

(kg/cm2)

Tarik 981-3920 294,2

Lentur 686-2940 98,07

Tekan 245-981 78,45

E. Tarik 98070-294200 196100

(sumber : Tular dan Sutidjan, 1961 dalam Morisco, 1999)

Tabel 2.6 Hasil pengujian 3 spesies bambu, Gigantochloa apus Kurz, Gigantochloa

Verticillata Munro, dan Dendrocalamus asper Backer

Sifat Kisaran Jumlah Spesimen

Kuat tarik 1180-2750 kg/cm2 234

Kuat lentur 785-1960 kg/cm2 234

Kuat tekan 499-588 kg/cm2 234

E tarik 87280-313810 kg/cm2 54

E tekan 55900-211820 kg/cm2 234

Batas regangan tarik 0,0037-0,0244 54

Berat jenis 0,67-0,72 132

Kadar lengas 10,04-10,81% 117

(sumber : Siopongco dan Munandar, 1987 dalam Morisco, 1999)

Tegangan ijin yang direkomendasikan di atas dapat dipakai pada berbagai

macam bambu. Tegangan ijin rekomendasi tersebut cenderung berada pada sisi

aman, sehingga apabila digunakan sebagai dasar perancangan akan memperoleh

struktur yang konservatif (Morisco, 1999). Lebih lanjut Morisco (1999)

Page 23: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

11

menambahkan bahwa untuk mendapatkan hasil perancangan yang baik, yaitu

aman dan ekonomis, maka pengujian kekuatan bahan perlu dilakukan. Hasil yang

diperoleh, sebelum dipakai untuk perancangan perlu dikombinasikan dengan

faktor aman secukupnya.

C. Sifat Fisika Bambu

Seperti halnya dengan sifat mekanika dari bahan, sifat fisika bahan perlu

untuk dipahami karena berhubungan langsung dengan kembang susut bahannya

yang nantinya akan digunakan sebagai komponen bangunan. Sebagai material

bangunan, bambu untuk komponen struktur perlu didesain sedemikian sehingga

tidak terjadi deformasi/perubahan bentuk yang berlebihan akibat perubahan

temperatur maupun kelembaban udara sehingga tidak membahayakan komponen

struktur itu sendiri maupun komponen struktur lainnya yang berhubungan.

1. Bentuk Serat

Bambu dikatakan sebagai berserat lurus apabila arah sel-sel bambunya sejajar

dengan sumbu batang dan untuk bagian nodia bambu dimana arah sel-sel

bambunya membentuk sudut terhadap sumbu batang disebut berserat

miring/mencong.

2. Kadar Air

Kadar air didefinisikan sebagai banyaknya air yang terkandung dalam

spesimen bahan atau dinyatakan sebagai persentase berat air yang terdapat dalam

spesimen bahan terhadap berat kering ovennya. Kadar air pada masing-masing

bambu dapat berbeda hal tersebut dikarenakan pengaruh keadaan udara/atmosfir.

Bambu bersifat higrokopis, artinya bambu memiliki daya tarik terhadap air.

Dalam hal ini air dimaksud dapat berwujud uap air maupun cairan. Bambu selalu

berusaha mencapai keseimbangan, EMC (Equilibrium Moisture Content).

Kemampuan bambu untuk menghisap dan mengeluarkan air tergantung pada suhu

dan kelembaban udara sekelilingnya.

3. Berat Jenis

Berat jenis bambu merupakan suatu nilai perbandingan antara kerapatan

bambu dengan kerapatan benda standar pada suhu yang sama. Kerapatan sendiri

Page 24: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

12

dapat diartikan sebagai perbandingan massa suatu benda dengan volumenya. Air

dengan kerapatan 1gr/cm3 pada temperatur 40 C merupakan benda standar yang

dimaksud. Semakin besar berat jenisnya maka semakin kuat pula bahan tersebut.

4. Kembang Susut

Pengembangan (swelling) dan penyusutan (shrinkage) diartikan sebagai

perubahan dimensi bahan yang disebabkan adanya perubahan kadar air pada

bahan. Bambu dikenal sebagai bahan yang memiliki angka penyusutan yang

tinggi oleh karena itu diperlukan pemahaman dalam pengerjaan dan

penggunaannya sebagai material struktur.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Triwiyono dan Morisco

(2000) dalam Morisco (2004) diketahui kadar air serta berat jenis bambu

khususnya bambu petung. Pengukuran kadar air dan berat jenis masing-masing

dilakukan dua kali yaitu pada saat bambu basah yang dilakukan sehari setelah

penebangan dan pada saat bambu kering udara setelah diinapkan selama 45 hari.

Adapun hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel 2.7. Perbedaan tidak nampak

nyata pada analisis varian berat jenis bambu petung basah dan kering.

Suatu penelitian untuk membuktikan hipotesis bahwa “kadar air bambu

dipengaruhi oleh umur serta tempat tumbuhnya” dilakukan oleh Lu Xiu-xin et. All

(1985) dalam Morisco (2004). Dilaporkan spesimen yang digunakan mencapai

lebih dari 200 spesimen untuk setiap macam pengujian dan daerah asal bambu.

Bambu diambil dari empat wilayah di Provinsi Shandong, dengan variasi umur 1

hingga 7 tahun. Tabel 2.8 menunjukan hasil penelitian

Page 25: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

13

Tabel 2.7 Kadar air dan berat jenis bambu petung

Posisi Nomor Bambu Basah Bambu Kering Udara

Kadar air (%) Berat Jenis Kadar air (%) Berat Jenis

Pangkal

1 28,610 0,634 5,381 0,646

2 34,256 0,680 4,390 0,663

3 35,361 0,603 5,909 0,682

rata-rata 36,076 0,639 5,227 0,664

Tengah

1 41,129 0,695 6,250 0,711

2 36,402 0,701 6,926 0,702

3 35,965 0,712 6,859 0,769

rata-rata 37,832 0,703 6,678 0,727

Ujung

1 38,699 0,754 6,034 0,763

2 36,078 0,712 8,756 0,697

3 35,517 0,686 6,818 0,820

rata-rata 36,765 0,717 7,203 0,760

(sumber : Triwiyono dan Morisco, 2000 dalam Morisco, 2004)

Tabel 2.8 Kadar air bambu menurut umur dan tempat tumbuh

Umur

(tahun)

Daerah asal bambu

Sancha Dajinkou Uahuaya Luchany

1 95,66 88,58 95,53 121,22

2 87,39 86,85 91,96 105,25

3 79,02 84,97 80,26 99,11

4 77,46 84,73 79,45 76,18

5 77,21 81,54 70,67 74,02

6 73,21 80,96 67,87 70,40

7 66,93 71,77 66,52

(sumber : Lu Xiu-xin et. All, 1985 dalam Morisco, 2004)

Page 26: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

14

D. Bahan Pengisi (Filler)

Bambu dikenal sebagai material yang kuat dalam menahan gaya tarik yang

diberikan, sedangkan mortar (beton) dikenal sebagai bahan yang memiliki kuat

tekan tinggi. Untuk memanfaatkan potensi yang dimiliki oleh kedua material

struktur tersebut perlu dilakukan penggabungan antar keduanya sehingga mampu

bereaksi lebih baik terhadap beban kerja secara satu kesatuan yang dikenal

sebagai komponen struktur komposit. Dengan mengandalkan kekuatan dan

kekakuan mortar (beton) dan didukung bambu pada daerah tariknya

dimungkinkan memiliki struktur yang efesien, kuat, dan ringan pada waktu

bersamaan.

Bambu sangat lemah terhadap geser, sehingga perlu diupayakan agar gaya

tidak sepenuhnya ditumpu oleh kekuatan geser. Untuk itu bahan pengisi dapat

difungsikan untuk melawan gaya yang disalurkan baut secara komposit dengan

bambu sehingga gaya yang diterima bambu lebih telah tereduksi.

Mortar sering disebut juga sebagai mortel atau spesi. Bahan bangunan ini

terdiri dari semen portland sebagai bahan perekat, agregat halus dan air sebagai

bahan pencampurnya. Dalam teknologi beton dikenal tiga jenis mortar

diantaranya mortar lumpur, mortar kapur, dan terakhir adalah mortar semen yang

dikenal memiliki kualitas terbaik dibanding lainnya. Mortar semen terbuat dari

campuran air, semen portland, dan agregat halus dengan perbandingan campuran

antara volume semen dan agregat halus berkisar 1:2 dan 1:8. Berdasarkan

pengujian yang dilakukan oleh Kardiyono dan Antono pada tahun 1982 terhadap

kuat tekan mortar semen dengan variasi bahan-bahan penyusunnya menunjukan

bahwa kuat tekan terbaik diperoleh pada perbandingan volume 1:3 dengan faktor

air-semen 0,7. Hasil selengkapnya disajikan pada Tabel 2.9.

Page 27: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

15

Tabel 2.9 Kuat tekan mortar yang dibuat dari semen merk Onoda

dan pasir sungai Opak

Perbandingan volume

(semen:agr. Halus)

Faktor air-

semen

Nilai

sebar

(%)

Kuat tekan

rata-rata

(Mpa)

1:3 0,70 - 16,8

1:4 0,90 - 7,8

1:4,5 0,91 - 8,1

1:5 1,04 57 7,0

1:5,5 1,30 68 4,3

1:6 1,58 90 3,2

(sumber : Kardiyono dan Antono, 1982 dalam Kardiyono, 2004)

Dari hasil penelitian di atas pada Tabel 2.9 diperoleh nilai faktor air semen

(f.a.s) sebesar 0,70. Selanjutnya Tabel 2.10 menunjukan nilai kuat tekan mortar

dengan perbandingan volume campuran 1:4 dengan f.a.s sebesar 0,5 berdasarkan

penelitian yang dilakukan Suwandi (2000). Hasil lebih baik dilakukan Hendrawan

(2004) yaitu menggunakan pengisi mortar dengan perbandingan volume

campuran 1:3 dan f.a.s sebesar 0,6 untuk sambungan bambu dengan baut kekuatan

tekan rata-ratanya dapat mencapai 19,488 Mpa.

Tabel 2.10 Kuat tekan mortar dengan perbandingan

volume campuran 1:4 dengan f.a.s 0,5

Cetakan Kuat Tekan I

(MPa)

Kuat Tekan II

(MPa)

Kuat Tekan III

(MPa)

A 12,642 14,531 14,972

B 12,927 13,797 12,208

Rata-rata 12,784 14,164 13,590

(sumber : Suwandi, 2000)

Faktor air semen merupakan perbandingan berat antara air dan semen

portland di dalam campuran adukan mortar. Semakin besar nilai f.a.s maka akan

Page 28: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

16

semakin mudah suatu campuran dikerjakan (workability) dikarenakan banyaknya

air yang dicampurkan pada bahan. Hal ini berbanding terbalik dengan kekuatan

mortar (beton) khususnya dalam kaitannya dengan kuat tekannya. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Shetty, 1997 dalam Kardiyono, 2004 diperoleh

hubungan antara faktor air-semen dengan kuat tekan dari mortar (beton). Grafik

2.2 menunjukkan hasil penelitian Shetty, 1997 dalam Kardiyono (2004).

Gambar 2.3 Pengaruh faktor air-semen terhadap kuat tekan beton

(Shetty, 1997 dalam Kardiyono, 2004)

Salah satu kendala pemakaian bambu sebagai bahan struktur adalah proses

penyambungannya yang dirasa masih memiliki kekuatan yang rendah. Dalam

upaya untuk meningkatkan kekuatan sambungan bambu telah dilakukan penelitian

oleh Morisco dan Madjono pada tahun 1995-1996. Dalam penelitiannya dicoba

beberapa model sambungan dengan pengisi pada rongga bambu di sekitar

sambungan. Uji coba tersebut menunjukan bahwa kekuatan sambungan dapat

mencapai 4-8 ton. (Morisco, 1999)

E. Balok Bambu

Balok adalah elemen mendatar sebagai pemegang dan pembagi beban dan

gaya pada kolom (Schodek, 1998 dalam Patmasari, 2006). Dalam perancangan

dan analisis balok, tegangan yang terjadi dapat ditentukan dari sifat penampang

dan beban-beban luar yang bekerja. Pada prinsipnya tegangan pada balok akibat

Page 29: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

17

beban-beban luar dapat direncanakan tidak melampaui suatu nilai tertentu yang

dikenal sebagai perancangan berdasarkan kekuatan (design for strength). Namun

untuk memberi rasa aman dan nyaman bagi pengguna, perancangan perlu

mempertimbangkan batasan lendutan karena dimungkinkan suatu struktur masih

mampu menahan beban tetapi lendutan yang terjadi cukup besar sehingga

mengkhawatirkan penggunanya (design for stiffness).

Bambu dikenal sebagai material yang elastis sehingga lendutan yang

terjadi sesuai kekuatan bahan menjadi cukup tinggi. Oleh karena itu dalam

perancangannya perlu diperhatikan:

1. Jarak antar tumpuan

Semakin panjang jarak antar tumpuan maka dimensi balok yang diperlukan

adalah makin besar.

2. Kondisi tumpuan balok

a. Jepit, dimensi balok akan lebih kecil karena momen yang terjadi tidak begitu

besar.

b. Sendi, dimensi balok lebih besar disebabkan momen tarik yang besar.

3. Panjang efektif balok

Menurut Schodek (1998) dalam Patmasari (2006) disebutkan apabila balok

bambu dibebani, maka balok tersebut akan tertekan yang berakibat terjadinya

lenturan (menekuk) sehingga panjang efektif balok akan berkurang. Salah satu

cara untuk mengurangi panjang efektif balok adalah dengan memperluas

penampang balok dengan mempertebal susunan balok seperti terlihat pada

Gambar 2.4

Gambar 2.4 balok bambu tersusun (dokumentasi, 2007)

Semakin panjang bentang balok pada penampang yang sama akan

memungkinkan terjadi lendutan yang lebih besar. Pada dasarnya ruas-ruas pada

Page 30: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

18

batang (nodia) telah cukup bekerja efektif dalam mereduksi tekuk lokal bambu.

Dalam memikul beban lebih besar lagi diperlukan struktur yang lebih kaku.

Struktur balok akan lebih kaku seiring penambahan nilai momen inersia balok

tersebut. Dengan menyusun bambu secara horizontal maka akan diperoleh tinggi

balok (h) yang lebih besar yang berarti kontribusi besar pada peningkatan nilai

momen lembamnya.

Page 31: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

19

BAB III

LANDASAN TEORI

A. Umum

Bambu merupakan material yang sangat spesial, tetapi pemanfaatannya

masih dirasa belum maksimal. Berbagai penelitian mengenai bambu telah banyak

dilakukan oleh para ahli baik dalam lingkup nasional Indonesia maupun taraf

dunia internasional. Penelitian-penelitian yang dilakukan adalah untuk

meningkatkan kekuatan bambu sesuai potensinya dalam aplikasi sebagai material

bangunan. Berbagai keunggulan bambu telah diuraikan sebelumnya, namun

kelemahan bambu juga tidak sedikit, utamanya dalam mengimbangi gaya geser

yang bekerja dan catatan buruk kekuatan rangkaian bambu pada bagian

sambungan yang dikenal lemah.

Seiring perkembangan pemikiran dan kemajuan teknologi dewasa ini telah

dikembangkan perlakuan-perlakuan tambahan pada bambu untuk mereduksi

bahkan menghilangkan sama sekali kelemahannya. Dalam mengimbangi gaya

geser dan meningkatkan kekuatan sambungan telah dilakukan perlakuan khusus

diantaranya penggunaan pengisi pada sambungan bambu dengan baut baik berupa

kayu maupun beton atau mortar. Pengujian demi pengujian telah membuktikan

bahwa kekuatan bambu (sambungan bambu) dapat meningkat dengan adanya

treatment tersebut.

Dalam aplikasi lebih lanjut, untuk memungkinkan kontruksi bambu dapat

memikul beban lebih besar lagi khususnya dalam pemanfaatannya sebagai

struktur balok perlu dipikirkan berbagai solusi. Solusi hendaknya menyatukan

berbagai potensi yang telah diungkap oleh berbagai peneliti terdahulu diantaranya

penelitian tentang sifat dasar bambu baik fisik, kimia maupun mekaniknya dan

keberhasilan penelitian tentang variasi perlakuan sambungan bambu.

Page 32: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

20

B. Sifat Fisika dan Mekanika Bambu

Pengujian sifat fisika dan mekanika bambu dilakukan mengikuti standar

pengujian ISO 3129-1975 dan Bamboo Current Research. Pengujian kerapatan

bambu diperoleh hasil yang selanjutnya akan dipergunakan dalam Persamaan 3.1

w

ww V

m=ρ (3.1)

dengan :wρ kerapatan bambu g/cm3, :wm berat sampel bambu (gram) dan :wV

volume bambu cm3.

Pengujian kadar air bambu dilakukan dengan mengeringkan sampel benda

uji dalam oven dengan suhu sekitar (103±2ºC) sampai berat sampel menjadi

konstan. Kadar air bambu dihitung dengan Persamaan 3.2.

%1000

0 ×−

=w

wwK u

a (3.2)

dengan Ka : kadar air bambu (%), wu : berat awal benda uji (kering udara) dan w0 :

berat kering oven benda uji.

Pengujian sifat mekanika bambu dilakukan dengan mesin Universal Wood

Testing Machine (UTM). Berturut turut diberikan persamaan-persamaan yang

digunakan pada analisa hasil penelitian masing-masing untuk uji tekan sejajar

serat, tekan tegak lurus serat, tarik sejajar serat, MOR, MOE, dan kuat geser

sejajar serat pada Persamaan 3.3 sampai dengan Persamaan 3.8.

g

makstk A

N=//σ (3.3)

dengan //tkσ : kuat tekan sejajar (Mpa), gA : luas irisan yang dikenai beban

(mm2), maksN : beban maksimum (N)

g

makstk A

N⊥=σ (3.4)

dengan ⊥tkσ : kuat tekan tegak lurus (Mpa), gA : luas irisan yang dikenai beban

(mm2), maksN : beban maksimum (N)

Page 33: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

21

g

makstr A

P=//σ (3.5)

dengan //trσ : kuat tarik sejajar (Mpa), gA : luas irisan benda uji (mm2), maksP :

beban maksimum (N)

Berikutnya disajikan persamaan yang digunakan untuk menentukan kuat lentur

dan modulus elastisitas dari spesimen bambu seperti dapat dilihat pada Gambar

4.11 pada bab selanjutnya.

223

hbLP

MOR maks= (3.6)

dengan MOR : kuat lentur (Mpa), P : beban (N), b : lebar benda uji (mm), h :

tinggi benda uji (mm), L : panjang benda uji (mm)

ILPMOEδ48

3

= (3.7)

dengan MOE : modulus elastisitas (Mpa), P : beban (N) L : panjang benda uji

(mm), δ : defleksi (mm)

g

maks

AP

=0τ (3.8)

dengan 0τ : kuat geser sejajar (Mpa), gA : luas bidang geser (cm2), maksP : beban

maksimum (N)

C. Balok Komposit

Balok komposit dalam kaitan dengan penelitian ini adalah bambu yang

diisi dengan mortar sehingga menjadi suatu komposit. Perhitungan menggunakan

metode tampang transformasi (transformed-section method) yaitu

mentransformasikan penampang yang terdiri lebih dari satu bahan ke dalam suatu

penampang ekuivalen yang disusun dari hanya satu bahan. Dengan

Page 34: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

22

memperhatikan Persamaan 3.9 tegangan normal yang terjadi pada masing-masing

bahannya diperoleh dengan rumus:

yEIE

Mi

i

n

ii∑

=

=

1

1σ (3.9)

Jika digunakan indeks 1 dan 2 masing-masing untuk bahan 1 dan 2, tegangan

dapat ditulis dengan:

2211

11 IEIE

yME+

2211

22 IEIE

yME+

(3.10a)

(3.10b)

Untuk mentransformasi penampang suatu bahan ke dalam penampang ekuivalen

digunakan faktor n, angka modular (modular ratio), yang nilainya

1

2

EEn = (3.11)

Apabila Persamaan 3.10a masing-masing pada pembilang dan penyebutnya dibagi

dengan 1E maka

211 nII

My+

tIMy

=1σ

21

2211

nAAynAyAy

++

=

(3.12a)

(3.12b)

(3.12c)

dengan tI adalah momen inersia penampang tranformasi terhadap garis netral

dihitung dengan rumus

21 nIII t += (3.13)

Page 35: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

23

D. Lentur pada Balok

Pada subbab ini akan dikemukakan mengenai respons balok akibat

pembebanan. Balok adalah batang yang dominan memikul beban-beban yang

bekerja arah transversal. Dengan kondisi ini balok akan mengalami deformasi

yang berupa lengkungan atau lenturan yang menimbulkan tegangan dan regangan.

Pada kasus balok hanya menerima lentur murni (pure bending) dengan momen

lentur konstan dan tanpa gaya normal dalam keadaan batangnya lurus dan

prismatik maka lenturan balok dianggap berbentuk busur lingkaran, dan lendutan

balok kecil.

Gambar 3.1 Deformasi segmen balok

Suatu bahan menurut kaidah Hooke yang mempunyai hubungan tegangan

regangan yang linear akan terjadi tegangan yang juga berubah secara linear.

Regangan normal balok akan berbanding lurus dengan jaraknya dari garis netral

sehingga diperoleh tegangan normalnya pada persamaan berikut:

yECE == εσ (3.14)

dengan C adalah konstanta.

Beberapa persamaan yang menyatakan hubungan antara tegangan,

regangan, momen, dan kelengkungan pada balok yang dibebani lentur murni

tersebut dapat dilihat pada Persamaan 3.15.

EyyEC σ

ρ===

1

CIEM =

IMy

(3.15a)

(3.15b)

(3.15c)

Page 36: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

24

dengan C: kelengkungan, ρ : jari-jari kelengkungan, ε : regangan normal, y:

jarak serat terhadap sumbu netral, σ : tegangan normal pada jarak y pada sumbu

netral, M: momen lentur, E: modulus elastisitas bahan, dan I: momen inersia

penampang.

E. Geser pada Balok Susun

Gambar 3.2 Balok susun (a) Deformasi balok susun saling lepas (b)

Deformasi balok susun disatukan dengan alat sambung geser (c)

Momen yang terjadi akibat gaya yang bekerja memunculkan tegangan

normal, σ yang didistribusikan sepanjang batang, disamping itu gaya yang

bekerja juga menimbulkan gaya lintang yang menghasilkan tegangan geser, τ

yang juga disebarkan pada seluruh tampang. Berikut diberikan persamaan umum

yang menunjukan tegangan geser yang diderita oleh balok

ItQV

balok =τ (3.16)

Selanjutnya menyangkut peruntukannya sebagai balok susun, perlu ditinjau alat

sambung geser yang digunakan. Rumus berikut merupakan kondisi umum yang

dipakai apabila shear connectors yang digunakan dalam kontruksi balok berupa

baut.

IQVq = (3.17)

(a) (c) (b)

Page 37: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

25

Persamaan aliran geser (shear flow) memuat momen inersia, I dan momen statis

penampang, Q. Sedangkan variabel V adalah gaya geser yang bekerja pada balok.

Aliran geser adalah gaya lintang per jarak satuan sepanjang sumbu balok

Setelah menghitung gaya geser yang disumbangkan oleh baut selanjutnya

dapat ditentukan jarak antar baut, p sehingga dapat dikatakan bahwa shear flow

tersebut disediakan oleh tahanan geser baut dengan jarak antar baut, p sepanjang

balok. Berdasarkan hal tersebut jarak antar baut, p dapat dihitung dengan formula:

qV

p baut= (3.18)

Gaya geser ijin per satu baut merupakan produk dari tegangan geser ijin

dan luas tampang dari baut seperti tampak pada Persamaan 3.19.

bautijinbaut AV τ= (3.19)

F. Lendutan pada Balok

Selanjutnya disajikan beberapa kondisi pembebanan suatu balok yang

nantinya persamaan-persamaan batas lendutan, maxδ yang diberikan dapat berguna

dalam analisis dan perancangannya khususnya dalam penentuan batas lendutan

(lendutan ijin, allowable deflections).

Nilai batasan lendutan ijin diperoleh dan didasarkan oleh ketentuan tatacara

perencanaan konstruksi Kayu Indonesia (PKKI NI-5). Disebutkan untuk balok-

balok pada struktur bangunan yang terlindung, lendutan maksimum, maxδ < 1/300

l sedangkan untuk balok-balok pada struktur bangunan yang tidak terlindung,

lendutan maksimum, maxδ < 1/400 l.

Gambar 3.3 Kondisi I, pembebanan balok satu titik (a) dan

Kondisi II, pembebanan balok dua titik (b)

(a) (b)

Page 38: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

26

Batas lendutan, maxδ berupa lendutan ijin diberikan sebesar nilai 300L dan

400L sehingga rumus umumnya dapat dituliskan sebagai berikut:

300maxL

≤δ

400maxL

≤δ

(3.20a)

(3.20b)

Untuk kondisi I, pembebanan balok satu titik:

EI

PL48

3

max =δ

2254

LEIP ≤ , balok struktur terlindung

2253

LEIP ≤ , balok struktur tak terlindung

(3.21a)

(3.21b)

(3.21c)

Untuk kondisi II, pembebanan balok dua titik:

)43(24

22max aL

EIPa

−=δ (3.22)

dengan a =L/3

EI

PL48

3

max =δ

257554

LEIP ≤ , balok struktur terlindung

2115081

LEIP ≤ , balok struktur tak terlindung

(3.23a)

(3.23b)

(3.23c)

G. Momen pada Balok Susun

Morisco (2006) menyampaikan persamaan-persamaan yang dapat

digunakan dalam perancangan dan analisis pada susunan batang bambu

Page 39: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

27

Tabel 3.1 Momen pada susunan batang bambu

Bentuk Luas penampang Momen Inersia

4)( 2

22

10

DDA

−=π

64

)( 42

41 DD

I x−

02A ⎥⎥⎦

⎢⎢⎣

⎡⎟⎠⎞

⎜⎝⎛+

21

0 22

DAI x

03A 2100 23 DAI x +

04A ⎥⎥⎦

⎢⎢⎣

⎡⎟⎠⎞

⎜⎝⎛+⎟

⎠⎞

⎜⎝⎛+

21

21

00 23

224 DDAI x

(sumber: Morisco, 2006)

0A = Luas penampang

xI = Momen Inersia

1D = Diameter lingkaran luar

2D = Diameter lingkaran dalam

H. Jenis Kegagalan Balok

Dalam pengujian suatu material yang difungsikan sebagai balok terdapat

empat jenis bentuk mekanisme keruntuhan yaitu keruntuhan geser (shear failure),

keruntuhan lentur (bending failure), keruntuhan tekan dan tarik tegak lurus serat

Page 40: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

28

(compression and tension perpendicular to the grain failure) dan keruntuhan tarik

tegak lurus serat (tension perpendicular to the grain failure).

Dalam penelitian ini akan dibatasi dua jenis bentuk kegagalan yaitu jenis

keruntuhan lentur dan keruntuhan geser. Pola keruntuhan balok yang menerima

beban lentur dapat berupa keruntuhan lentur atau keruntuhan geser. Keruntuhan

geser akan terjadi apabila akibat pembebanan lentur tegangan geser yang terjadi

melampaui tegangan geser maksimal struktur dan tegangan lentur yang terjadi

masih berada dibawah tegangan lentur maksimal struktur sedangkan keruntuhan

tarik akan terjadi jika akibat pembebanan lentur tegangan geser yang terjadi masih

berada dibawah tegangan geser maksimal struktur dan tegangan lentur yang

terjadi melampaui tegangan lentur maksimal struktur. Berikut disajikan

persamaan-persamaan yang berhubungan dengan keruntuhan lentur menurut

kondisi yang diberikan pada Gambar 3.3

Untuk kondisi I, pembebanan balok satu titik:

4

PLM =

I

YPL

IMY max

max 4==σ

maxmax

4LY

IP σ=

(3.23a)

(3.23b)

(3.23c)

Untuk kondisi II, pembebanan balok dua titik:

3

PLM =

I

YPL

IMY max

max 3==σ

maxmax

3LY

IP σ=

(3.24a)

(3.24b)

(3.24c)

Page 41: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

29

I. Sambungan dengan Baut sebagai Shear Connector

Sambungan bambu dapat dibedakan berdasar beban yang bekerja pada alat

sambung. Suatu sambungan dengan arah beban tegak lurus terhadap sumbu aksial

alat sambung sering disebut sambungan geser atau shear connection dengan alat

sambungnya dikenal sebagai shear connector.

Dalam teori Yield Model, kayu dan alat sambung diasumsikan berperilaku

elastoplastic. Tahanan lateral sambungan diperoleh apabila kekuatan tumpu

ultimit kayu di bawah alat sambung tercapai atau terbentuknya beberapa sendi

plastis pada alat sambung disertai tegangan plastis pada kayu (Awaludin, 2005).

Dalam penyesuaiannya dengan SNI 2002, persamaan analisis tahanan lateral sambungan

kayu dengan kayu yang diperoleh berdasarkan bentuk-bentuk kelelehan. Nilai terkecil

yang diperoleh dari keenam nilai Z dianggap sebagai tahanan lateral yang menentukan.

Gambar 3.4 dan Gambar 3.5 memuat berbagai mode kelelehan sedangkan Tabel 3.2

menyajikan persamaan SNI 2002 dengan modifikasi untuk tahanan lateral sambungan .

Gambar 3.4 Mode kelelehen dan distribusi tegangan tumpu sambungan

kayu dengan kayu (Is, Im, dan II)

Page 42: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

30

Gambar 3.5 Mode kelelehen dan distribusi tegangan tumpu sambungan

kayu dengan kayu (IIIs, IIIm, dan IV)

Tabel 3.2 Tahanan lateral sambungan baut dua satu irisan

persamaan SNI 2002 dengan modifikasi

Mode

Kelelehan Tahanan Lateral

Is bd

fbt

Z csc

sbambu θθ

σsinsin

'// +=

Im bd

fbt

Z cmc

mbambu θθ

σsinsin

'// +=

II

+⎪⎭

⎪⎬

⎪⎩

⎪⎨

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+−

⎢⎢⎢

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+⎟

⎜⎜

⎛⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+++

+=

s

m

s

m

s

m

s

m

sbambu

tt

tt

tt

tt

tbZ 1ReRe1Re2Re

Re1sin

23

22

// θσ

⎪⎪⎭

⎪⎪⎬

⎪⎪⎩

⎪⎪⎨

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+−

⎢⎢⎢

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+⎟

⎜⎜

⎛⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+++

+ cs

cm

cs

cm

cs

cm

sc

cm

csc

dd

dd

dd

dd

dbf

1ReRe1Re2ReRe1sin

' 23

22θ

Page 43: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

31

Mode

Kelelehan Tahanan Lateral

IIIm

( ) ( )( )

+

⎪⎪

⎪⎪

⎪⎪

⎪⎪

⎢⎢⎢⎢⎢

⎟⎠

⎞⎜⎝

+++

+= Re

sin

1Re2Re41ReRe2

1Re2sin

2

//

2//

θσ

θσ

mbambu

y

mbambu

tb

Mt

bZ

( ) ( ) ( )

⎪⎪

⎪⎪

⎪⎪

⎪⎪

⎢⎢⎢⎢⎢

⎟⎠

⎞⎜⎝

+++

+Re

sin'

1Re2Re41ReRe2

1Re2sin

'2

2

θ

θ

cmc

y

cmc

dbf

Md

bf

IIIs

( ) ( ) ( )+

⎪⎪

⎪⎪

⎪⎪

⎪⎪

⎢⎢⎢⎢⎢

⎟⎠

⎞⎜⎝

+++

+= Re

sin

1Re2Re41ReRe2

1Re2sin

2

//

2//

θσ

θσ

mbambu

y

mbambu

tb

Mt

bZ

( ) ( )( )

⎪⎪

⎪⎪

⎪⎪

⎪⎪

⎢⎢⎢⎢⎢

⎟⎠

⎞⎜⎝

+++

+Re

sin'

1Re2Re41ReRe2

1Re2sin

'2

2

θ

θ

cmc

y

cmc

dbf

Md

bf

IV

⎪⎭

⎪⎬⎫

⎪⎩

⎪⎨⎧

++

⎪⎭

⎪⎬⎫

⎪⎩

⎪⎨⎧

+= bfMbMZ cybambuy '2

Re1Re2

2Re1

Re2//σ

(sumber: PKKI NI-5 yang dimodifikasi, 2007)

Keterangan:

mt : tebal bambu utama

st : tebal bambu samping

cmd : diameter mortar pada bambu utama

csd : diameter mortar pada bambu samping

b : diameter baut

Page 44: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

32

bambu//σ : Kuat tekan sejajar serat bambu

'cf : Kuat tekan mortar

Re : ( ) ( )sm bambubambu //// σσ

My : Momen plastis baut (pada tampang lingkaran)

bajalelehplastis ZM .σ= , dengan Z adalah Modulus plastis baut

bajalelehd

.

3

6σ⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛=

Selanjutnya di dalam thesisnya Pathurahaman (1998) mengusulkan

formula untuk sambungan tampang dua pada struktur bambu (Gambar 3.6)

dengan pengaruh penyimpangan arah gaya terhadap serat yang membentuk sudut

α. sebagai berikut.

Gambar 3.6 Tampang melintang sambungan bambu dengan pengisi

1. Baut cukup kaku, tegangan tekan pada bambu dan/atau bahan pengisi

melampaui kekuatan bahan.

Bila d2 ≥ d1 + d3, maka kekuatan sambungan dapat diperoleh dari Persamaan

3.25

( ) ( )[ ]+−+−= αsin6,0122 414111 bc fdtfdtdP

( ) ( )[ ]αsin6,0122 43433 −+− bc fdtfdtd (3.25)

Bila d2 ≤ d1 + d3, maka kekuatan sambungan dapat diperoleh dari Persamaan

3.26

( ) ( )[ ]αsin6,0122 424222 −+−= bc fdtfdtdP (3.26)

Page 45: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

33

2. Baut tidak cukup kaku, sehingga terjadi pelenturan yang cukup besar pada

bagian tengah, sedangkan pada bagian tepi baut tetap lurus.

Pada keadaan ini kekuatan sambungan dapat diperoleh dari Persamaan 3.27

( ) ( )[ ]αsin35,0122667,0 442 −+−= bmcmm fdtfdtdP

( ) ( ) ⎟⎟

⎜⎜

−+−++−

αsin35,0122241 22

24

bmcmm

v

ftftddf

(3.27)

3. Baut tidak cukup kaku, sehingga terjadi pelenturan yang cukup besar pada

bagian tengah dan tepi.

Pada keadaan ini kekuatan sambungan dapat diperoleh dari Persamaan 3.28

[ ] 24

244 4

21547,1 dffffdP vvcπ

+= (3.28a)

Jika gesekan tidak diperhitungkan maka:

[ ]vc ffdP 244 1547,1= (3.28b)

Khusus pada sambungan struktur bambu menggunakan baut dengan bahan

pengisi mortar semen dianggap bahwa baut mengalami jepitan sempurna terhadap

bambu pada sisi tepi. Maka persamaan dapat diperoleh sebagai berikut:

Gambar 3.7 Momen pada kondisi plastis

162dP

M makx =

Page 46: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

34

Dari Gambar 3.7 di atas diperoleh:

maksM di tengah bentang = 16

2dP (3.29a)

Untuk keruntuhan baut mengalami fase plastis:

vmaks fdM 346

1= (3.29b)

Dari persamaan di atas diperoleh

1661 23

4dP

fd v =

2

34

4 38

dfd

P v=

(3.29c)

(3.29d)

Pada keadaan ini kekuatan sambungan dapat diperoleh.

dengan:

4321 ,,, PPPP = kekuatan sambungan untuk satu baut

cf = kuat tekan bahan pengisi

yf = kuat tarik baja

f = koefisien gesekan baut yang besarnya diambil 0,66

321 ,, ddd = diameter bambu

md = diameter bambu terkecil antara d1 dan d3

4d = diameter baut

321 ,, ttt = tebal bambu

mt = tebal bambu dari diameter terkecil

α = sudut antara arah gaya dan arah serat bambu

Page 47: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

35

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Bahan

Berikut akan diuraikan bahan-bahan yang akan digunakan pada penelitian

ini sebagai berikut:

1. Bambu

Bambu yang digunakan adalah bambu dengan nama botani Gigantochloa

atroviolacea Widjaja dan dikenal sebagai bambu wulung atau bambu hitam

berumur 3-5 tahun dengan diameter 8-10 cm. Bambu diperoleh dari dusun Serut,

kelurahan Purwosari, kecamatan Girimulyo, kabupaten Kulon Progo, Daerah

Istimewa Yogyakarta.

Dari bambu yang didatangkan diambil bagian tengahnya sebagai benda

uji. Benda uji disimpan di laboraturium sebelum digunakan, sampai diperoleh

kadar air kering udara dan memenuhi syarat pembuatan benda uji. Benda uji

bambu dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Bambu Batangan (dokumentasi, 2007)

2. Alat sambung

Alat sambung berupa baut as drat dengan diameter 12 mm dan mempunyai

tegangan leleh minimal 240 Mpa. Dipasaran diperoleh berupa batangan-batangan

Page 48: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

36

sepanjang 1000 mm, yang nantinya akan dipotong-potong sesuai kebutuhan

panjang sambungan.

3. Bahan pengisi

Bahan pengisi yang digunakan berupa mortar semen. Mortar diperoleh dari

campuran semen, pasir dan air. Perbandingan semen dan pasir diberikan sebesar

1:3 dengan faktor air semen (f.a.s) ditetapkan 0,6. Semen yang digunakan adalah

semen Holcim (kemasan 40 kg) dan agregat halus digunakan pasir yang diambil

dari gunung Merapi. Kekuatan mortar diperkirakan mencapai maksimal pada

umur 28 hari. Gambar 4.2 dan Gambar 4.3 menunjukan bahan material pengisi.

Gambar 4.2 Semen Portland (dokumentasi, 2007)

Gambar 4.3 Agregat halus, pasir (dokumentasi, 2007)

Page 49: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

37

B. Alat yang Digunakan

Alat-alat yang dipergunakan untuk penelitian adalah alat-alat yang ada di

Laboratorium Struktur Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan dan laboratorium

Mekanika Bahan Pusat Studi Ilmu-Ilmu Teknik (PSIT) serta Laboratorium Bahan

Jurusan D3 Teknik Mesin Universitas Gadjah Mada, seperti yang diberikan pada

Lampiran L, antara lain sebagai berikut:

1. Alat uji pendahuluan

a. Alat uji sifat mekanika bambu terdiri dari:

1) Kaliper

Kaliper digunakan untuk mengukur dimensi benda uji dengan tingkat

ketelitian 0,001 dengan merek Tricle Brand

2) Universal Wood Testing Machine (UTM)

Merek Torsee, Tokyo Testing Machine, digunakan untuk menguji tarik dan

lentur dari bahan, pembacaan dilakukan secara manual. Dilengkapi tranducer

indocator dengan merer Showa tipe DS-1200

3) Loading Frame

Loading frame digunakan untuk meletakkan benda uji

4) Moisturemeter

Digunakan untuk mengukur kadar air bahan merek Lignomat

5) Oven

Oven merek United digunakan untuk mengetahui kadar air dari bahan yang

dipergunakan dalam penelitian.

6) Timbangan

Timbangan triple beam merek Ohaus digunakan untuk menimbang spesimen

uji dari bahan yang dipergunakan dalam penelitian.

b. Alat uji tarik baut

1) Kaliper

Kaliper digunakan untuk mengukur dimensi benda uji dengan tingkat

ketelitian 0,001 dengan merek Tricle Brand

Page 50: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

38

2) Universal Testing Machine (UTM)

Merek Controlab, digunakan untuk menguji tarik dan lentur dari bahan,

pembacaan dilakukan secara manual. Dilengkapi tranducer indocator dengan

merek Controlab tipe DI-923

3) Loading Frame

Loading frame digunakan untuk meletakkan benda uji

c. Alat uji geser sambungan

1) Alat pembebanan

2) Load Cell

Besarnya beban yang bekerja pada model dapat diketahui dengan load cell

yang dihubungkan dengan data logger. Loadcell merupakan kesatuan dengan

frame dengan kapasitas 10 ton.

3) Dudukan benda uji berupa penjepit.

4) Loading Frame

2. Peralatan untuk membuat benda uji kuat tekan beton dan balok tersusun

Peralatan yang dipergunakan untuk membuat benda uji adalah sebagai berikut:

a. Timbangan

Untuk mengukur berat dari bahan grouting sesuai takaran yang telah

ditentukan sebelumnya sebelum dicampur dengan air. Merek Yamato dengan

kapasitas 2 kg

b. Gelas Ukur

Dipergunakan untuk mengukur volume air sebelum dicampur dengan bahan

semen dan agregat halus.

c. Bor listrik, alat pengaduk dan ember

Alat-alat ini digunakan dalam pembuatan adukan mortar beton

d. Mesin bor dan Gergaji

Page 51: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

39

Mesin bor digunakan untuk membuat lubang-lubang pada bambu yang

berfungsi saat perangkaian bambu. Sedangkan gergaji berfungsi untuk memotong

bambu sesuai ukuran yang diinginkan.

e. Cetakan Kubus

Digunakan untuk mencetak benda uji guna mengetahui kuat tekan dari mortar

semen.

f. Mesin Uji tekan

Alat untuk menguji kuat tekan kubus mortar semen, perlu dipasang dial gauge

agar data pemendekan tiap penambahan pembebanan dapat dicatat. Mesin uji

tekan merek Wykeham Farrance dengan dial gauge merek Peacock dan tranducer

indicator/Digital strain gauge no seri TC-31K

3. Alat uji kapasitas lentur balok bambu

Alat uji kapasitas lentur balok bambu terdiri dari:

a. Alat pembebanan

b. Data Logger

Untuk membaca beban dan lendutan yang terjadi pada pengujian. Data Logger

yang digunakan merupakan buatan Tokyo Sokki Kenkyujo Co, Ltd.

c. Load Cell

Besarnya beban yang bekerja pada model dapat diketahui dengan load cell

yang dihubungkan dengan data logger. Loadcell merupakan kesatuan dengan

frame dengan kapasitas 10 ton.

d. LVDT, Linier Velocity Displacement Tranducer

Pembacaan lendutan dapat dilakukan hingga ketelitian 0,01 mm.

e. Dudukan benda uji

f. Loading Frame

Loading frame digunakan untuk meletakkan benda uji buatan Wykehem

Farrance

Page 52: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

40

C. Benda Uji

1. Benda Uji Pendahuluan

Benda uji pendahuluan terdiri dari uji dasar sifat mekanika dan fisika bambu

serta uji pelengkap lainnya termasuk uji geser baut.

a. Spesimen bambu sesuai standar Bamboo Current Research dan ISO 3129-

1975 dipergunakan dalam pengujian sifat fisik dan mekanik bambu sesuai

kebutuhan. Pengujian yang dilakukan meliputi benda uji kerapatan, kadar air,

tekan sejajar serat, tekan tegak lurus serat, tarik sejajar serat, lentur, geser sejajar

serat seperti terlihat pada Tabel 4.1

Tabel 4.1 Benda uji sifat mekanika dan fisika bahan

No Jenis Pengujian Jumlah

1 Kerapatan dan kadar air 3

2 Tekan // serat 3

3 Tekan ┴ serat 3

4 Tarik // serat 3

5 Lentur 3

6 Geser // serat 3

Jumlah 18

(sumber: Dokumentasi , 2007)

b. Benda uji kuat geser sambungan

Benda uji berupa batang bambu yang dirangkai oleh alat sambung berupa baut

as drat dengan diameter 12 mm sesuai seperti terlihat pada Gambar 4.4.

c. Benda uji kuat tekan dari bahan grouting

Untuk dapat mengetahui kuat tekan dari bahan grouting perlu dilakukan

pengujian dengan benda uji dibuat kubus dengan ukuran 50x50x50 mm sesuai

sketsa pada Gambar 4.5. Perbandingan antara semen:pasir adalah 1:3 dengan

faktor air semen 0,6. Jumlah benda uji dibuat 3 buah dan diuji pada umur 28 hari.

Page 53: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

41

Gambar 4.4 Sketsa benda uji kuat geser sambungan (dokumentasi, 2007)

Gambar 4.5 Sketsa benda uji bahan grouting (dokumentasi, 2007)

d. Benda uji kuat tarik baut

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kuat tarik dari baut yang akan

diperlakukan sebagai shear connector pada Gambar 4.6.

Gambar 4.6 Sketsa benda uji kuat tarik baut (dokumentasi, 2007)

e. Benda uji kapasitas lentur balok bambu tersusun (3 batang)

Gambar 4.7 Sketsa balok bambu tersusun (3 batang)

A

A

50 mm

50 mm

Page 54: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

42

Gambar 4.8 Potongan A-A, tanpa filler (a), dengan filler (b)

Gambar dokumentasi benda uji secara lebih lengkap seperti yang dipaparkan di

atas dapat dilihat pada Lampiran L.

D. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Struktur Teknik Sipil dan

Lingkungan dan laboratorium Mekanika Bahan Pusat Studi Ilmu-Ilmu Teknik

(PSIT) serta Laboratorium Bahan Jurusan D3 Teknik Mesin Universitas Gadjah

Mada dengan tahapan sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

a. Persiapan bahan

Persiapan berupa pengadaan bahan berupa bambu, baut baja dan bahan pengisi

yang diperlukan pada penelitian.

b. Persiapan alat

Pada tahap ini diperlukan pengamatan alat yang akan dipergunakan,

mempelajari manual alat, kemampuan, ketelitian serta kapasitas alat untuk

mereduksi kesalahan pelaksanaan.

2. Pembuatan Benda Uji

a. Benda uji sifat mekanika bambu

Pengujian meliputi uji tekan, uji tarik, uji geser, uji lentur dari bambu. Standar

dari Bamboo Current Research dan ISO 3129-1975 adalah yang menjadi acuan

Page 55: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

43

dalam pembuatan sampel. Bentuk dan ukuran benda uji dapat dilihat pada Gambar

4.9 sampai dengan 4.12

Gambar 4.9. Spesimen uji tekan (a) Spesimen uji tekan sejajar serat (b)

Spesimen uji tekan tegak lurus serat (c) (dokumentasi, 2007)

Gambar 4.10 Sketsa spesimen uji tarik sejajar serat (dokumentasi, 2007)

Gambar 4.11 Sketsa spesimen uji kuat lentur, MOR (a) dan

modulus elastisitas, MOE (b) (dokumentasi, 2007)

(a) (b)

(a)

(c) (b)

Page 56: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

44

Gambar 4.12 Sketsa spesimen uji kuat geser sejajar serat (dokumentasi, 2007)

b. Benda uji sifat fisika bambu

Pengujian untuk mengetahui berat jenis dan kadar air yang terkandung dalam

bambu dengan pembuatan sampel didasarkan pada standar dari ISO 3129-1975.

Bentuk dan ukuran benda uji dapat dilihat pada Gambar 4.13.

Gambar 4.13 Spesimen kadar air dan berat jenis (dokumentasi, 2007)

c. Benda uji kapasitas lentur balok bambu tersusun (3 batang)

Setelah karakteristik bahan yang akan dipergunakan diketahui selanjutnya

dilakukan perangkaian model balok tersusun. Langkah-langkah yang harus

ditempuh pada pembuatan model adalah sebagai berikut:

1) Pemotongan bambu (Gambar 4.14) dilakukan sesuai bentang dan jumlah

sampel yang ditetapkan sebelumnya. Pada pengujian digunakan bahan bambu

bagian tengah dengan alasan keseragaman diameter bambu.

Page 57: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

45

Gambar 4.14 Pemotongan bambu (dokumentasi, 2007)

Panjang balok diperoleh 2000 mm disesuaikan perhitungan panjang kritis

balok tersusun (tiga batang) terjadi lentur dan geser secara bersamaan untuk

pembebanan terpusat dengan jarak ½ dari jarak tumpuan dipakai persamaan

berikut:

( )( )bambu

bambu dDL

τπσ

913 ++

= (4.1)

dengan bambuσ = kuat lentur bambu (Mpa)

bambuτ = kuat geser bambu (Mpa)

L = panjang kritis balok

D = diameter dalam bambu

d = diameter luar bambu

Pada lampiran A dipaparkan penurunan rumus panjang kritis secara lebih

lengkap.

2) Bambu dilubangi (Gambar 4.15) sebagai tempat masuknya bahan pengisi,

jalan keluar udara dan tempat masuknya baut. Lubang baut diusahakan

secukupnya dan dipasang secara tegak lurus sumbu bambu.

Page 58: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

46

Gambar 4.15 Pembuatan lubang baut pada bambu (dokumentasi, 2007)

3) Pemasangan baut (Gambar 4.16) diusahakan tidak terlalu kencang agar model

tidak mengalami pecah sebelum diberi bahan pengisi.

Gambar 4.16 Pemasangan baut (dokumentasi, 2007)

4) Bahan grouting sebelum dicampur ditimbang terlebih dahulu sesuai takaran

yang dibutuhkan. Perbandingan bahan grouting antara semen:pasir yaitu 1:3

dengan f.a.s 0,6. Pencampuran dilakukan secara hati-hati, dengan penambahan air

secara sedikit demi sedikit sambil diaduk agar campuran yang diperoleh merata

sempurna (Gambar 4.17).

Page 59: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

47

Gambar 4.17 Pengadukan campuran mortar (dokumentasi, 2007)

5) Bahan grouting kemudian dimasukkan dalam model yang telah disiapkan

sebelumnya (Gambar 4.18). Pemasukan grouting dengan dibantu corong minyak

dengan mengandalkan berat sendirinya, bahan grouting dapat mengalir dengan

cepat dan segera dihentikan jika bahan grouting sudah keluar dari lubang udara

yang menandakan model sudah penuh. Setelah selesai lubang-lubang pengisi tadi

ditutup dengan lakban dan sambil menunggu bahan pengisi mengeras, rangkaian

perlu ditutup goni dan dibasahi.

Gambar 4.18 Pemasukan mortar pada balok bambu (dokumentasi, 2007)

d. Benda uji kapasitas lentur balok bambu tunggal sebagai pembanding

Benda uji berupa batang bambu utuh tunggal dengan bentang 2000 mm yang

nantinya dapat dipergunakan sebagai pembanding.

Page 60: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

48

3. Pengujian

a. Pengujian sifat mekanika bambu

1) Setelah benda uji dibuat sesuai bentuk dan dimensi yang disyaratkan

selanjutnya dilakukan pengujian. Pada mesin UTM dipasang load cell beserta

kelengkapan sesuai maksud pengujian. Untuk uji tarik, tumpuan dipasang adalah

jepit (grip body) sedangkan untuk uji tekan tumpuan diganti dengan plat tumpuan

tekan dan untuk pengujian kuat geser, peralatan plat penekan diganti dengan

peralatan uji geser.

2) Keluaran yang diberikan berupa beban yang diketehui melalui tranducer

indicator serta lendutan hasil pembacaan dial gauge.

b. Pengujian sifat fisika bambu

Sifat fisika bambu ini mengikuti standar pengujian ISO 3129-1975. Kerapatan

sampel dapat diperoleh dengan penimbangan dengan timbangan meja dan

mengukur dimensi serta volume dari bambu dengan alat kaliper. Sedang

pengujian kadar air dengan mengeringkan sampel benda uji dalam oven sampai

berat sampel menjadi konstan.

c. Pengujian kuat geser baut

Pada prinsipnya pengujian dilakukan sama pada pengujian kuat geser bambu

pada pengujian sifat mekanika dari bambu seperti terlihat pada Gambar 4.19.

Gambar 4.19 Sketsa setting alat/bahan uji geser sambungan (dokumentasi, 2007)

lo a d c e llp la t p e r a ta

h y d r o u lic ja c k

r ig id fr a m eb e n d a u j iL V D T

Page 61: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

49

d. Pengujian kuat tekan bahan grouting

Setelah benda uji dibuat sesuai ukuran yang ditetapkan, kemudian didiamkan

selama 28 hari untuk menunggu kekuatan bahan mencapai maksimal. Terlebih

dahulu bahan diukur tinggi awalnya dan luas dari bidang tekan kemudian kubus

ditekan dengan mesin penekan yang dilengkapi dial gauge untuk pembacaan

besarnya pemendekan pada tiap tingkat pembebanannya. Pencatatan dilakukan

pada setiap pembebanan terjadi berapa besar pemendekan.

e. Pengujian kapasitas lentur balok bambu tersusun (3 batang) baik model

dengan filler maupun tanpa filler.

Sebelum dilakukan pengujian atau pengambilan data terlebih dahulu

dilakukan penyetelan benda uji seperti terlihat pada Gambar 4.20, kondisi benda

uji harus benar-benar baik pada tumpuan masing-masing. Pada tumpuan sendi dan

tumpuan rolnya benda uji harus benar-benar dalam keadaan lurus.

Selama peningkatan diukur besarnya displacement pada titik tempat beban

bekerja, yaitu pada tengah bentang. Besarnya beban yang diberikan adalah sama

dengan beban maksimum yang bisa ditahan oleh balok yaitu sampai balok rusak,

dalam hal ini pemberian beban dilakukan secara bertahap.

Gambar 4.20 Sketsa setting alat/bahan uji lentur (dokumentasi, 2007)

Page 62: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

50

f. Pengujian kapasitas lentur bambu utuh tunggal

Pengujian ini dilakukan sama seperti pada langkah (e). Tujuan dilakukannya

pengujian ini adalah untuk mendapatkan kapasitas lentur bambu utuh tunggal

yang nantinya dapat dipergunakan sebagai pembanding.

E. Garis Besar Pelaksanaan Penelitian

Berikut pada Gambar 4.21 akan disajikan diagram alir dari persiapan,

pekerjaan laboratorium dan pelaporan.

Gambar 4.21 Diagram alir kerja (dokumentasi, 2007)

Studi Literatur

Analisis Studi

Pengolahan dan Persiapan Bahan

Uji pendahuluan

Pengujian sifat fisika (kadar air, kerapatan) dan mekanik bambu

(uji geser, uji lentur, uji tekan, uji tarik)

Pengujian kapasitas lentur balok (dengan/tanpa pengisi beton)

Analisis Hasil Penelitian

Pembahasan

Penyusunan Laporan Penelitian

Pembuatan Model Benda Uji

Page 63: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

51

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Bahan

1. Bambu

a. Sifat Fisika

Kadar air rata-rata pada sampel benda uji bambu Wulung seperti dicatat pada

Tabel 5.1 adalah 10,47 %. Sebelum pengujian benda uji terlebih dahulu dilakukan

pemeriksaan kadar air dengan alat moisturemeter dan pada pengukurannya

menunjukan angka rata-rata 12 % yang dapat dikatakan bahwa ketelitian alat

sudah cukup baik. Sebagai flora yang tumbuh di iklim tropis Indonesia, kadar air

yang dicapai sudah dapat dikatakan baik yaitu berkisar antara 12% sampai 20%

dari kayu kering mutlak.

Nilai kerapatannya yang dicatat pada kadar air rerata 10,47 % adalah 0,79

ton/m3. Nilai kerapatan yang mencapai 0,79 ton/m3dinilai cukup tinggi. Dicatat

menurut Prayitno (1996) dalam Irawati (2004) untuk kerapatan kayu kurang dari

0,4 ton/m3 termasuk kayu ringan, kerapatan kayu kurang dari 0,55 ton/m3

termasuk kayu sedang dan kerapatan kayu kurang dari 0,72 ton/m3 termasuk kayu

berat. Jadi hasil yang diperoleh dari pemeriksaan bambu Wulung dengan

kerapatan rata-rata sebesar 0,79 ton/m3 maka bambu Wulung dapat dikategorikan

sebagai kayu kelas berat.

Tabel 5.1 Hasil pengujian karakteristik fisika bahan bambu

No Benda

Uji

Ukuran Penampang Volume

mm3

Berat Kadar

air

%

Kerapatan

pada

ton/m3

Lebar

(mm)

Panjang

(mm)

Tebal

(mm)

Awal

(gram)

Akhir

(gram)

1 FW1 19,30 21,80 8,40 3534,22 2,80 2,50 12,00 0,79

2 FW2 21,00 21,20 8,20 3650,64 2,80 2,50 12,00 0,77

3 FW3 22,30 20,20 8,00 36,03,68 2,90 2,70 7,41 0,80

rata-rata 10,47 0,79

(sumber: Dokumentasi, 2007)

Page 64: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

52

b. Sifat Mekanika

Hasil pengujian karakteristik mekanika bambu selanjutnya disampaikan pada

Tabel 5.2. Gambar 5.1 sampai dengan Gambar 5.3 memuat grafik keluaran hasil

pengujian sifat mekanika bambu sedangkan data hasil pengujian selengkapnya

dimuat pada lampiran B.

Tabel 5.2 Hasil pengujian karakteristik mekanika bahan bambu

No Benda

Uji

Tekan //

(Mpa)

Tekan ┴

(Mpa)

Geser //

(Mpa)

Tarik //

(Mpa)

Lentur

(Mpa)

MOE

(Mpa)

1 Sampel 1 46,29 5,56 15,11 320,57 141,54 21627,85

2 Sampel 2 38,50 12,26 18,89 156,59 144,47 15278,00

3 Sampel 3 37,91 6,67 16,41 15,35 162,55 21826,80

Rata-rata 40,90 8,16 16,80 238,58 149,52 19577,55

(sumber: Dokumentasi, 2007)

Gambar 5.1 Grafik hubungan tegangan vs regangan

uji tekan sejajar serat spesimen bambu

Page 65: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

53

Gambar 5.2 Grafik hubungan tegangan vs regangan

uji tarik sejajar serat spesimen bambu

Gambar 5.3 Grafik hubungan beban vs lendutan

uji lentur spesimen bambu

Pada pengujian tarik terdapat beberapa kelemahan khususnya terjadi

dikarenakan kekurangan dalam pelaksanaan pengujian. Pemasangan benda uji

pada UTM yang tidak bisa kencang, sehingga sering terlepas dari kekangan yang

berakibat pada pembacaan beban dan lendutan tidak dapat dicatat dengan baik.

Page 66: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

54

Pada benda uji tarik, untuk sampel 3, pada saat pemasangan sampel benda uji

terjadi kesalahan pemasangan sehingga benda uji mengalami kerusakan

disamping itu kondisi benda uji yang cukup kering juga mempengaruhi. Sehingga

disarankan data sampel 3 tidak dihiraukan.

Dari hasil pengujian tersebut apabila dibandingkan dengan hasil pengujian

sebelumnya yang telah dilakukan oleh Morisco (1994) dan penelitian

Pathurahman (1998) serta penelitian Widodo (2001) dan Hendrawan (2004)

masing-masing diberikan berurutan pada Tabel 5.3 sampai dengan Tabel 5.6

mempunyai perbedaan. Perbedaan tersebut merupakan hal yang biasa mengingat

bambu merupakan material alami yang memiliki sifat dasar bervariasi menurut

lokasi tempat tumbuh bambu, umur bambu, dimensi benda uji menurut standar

yang digunakan, dan kadar air yang berbeda.

Tabel 5.3 Hasil pengujian kuat tarik bambu untuk jenis bambu wulung

Jenis Bambu Kuat tarik internodia

(kg/cm2)

Kuat tarik nodia

(kg/cm2)

Hitam 1660 1470

(sumber: Morisco, 1994-1999)

Tabel 5.4 Hasil pengujian kuat tarik bambu Wulung di desa Pugeran

Bagian Kuat tarik

(Mpa)

Kuat tekan

(Mpa)

Kuat lentur

(Mpa)

Kuat geser

(Mpa)

Tengah 254,698 43,459 109,420 6,104

(sumber: Pathurahman, 1998)

Tabel 5.5 Hasil pengujian kuat tarik bambu Wulung di desa Sayegan

Bagian Benda uji Kuat tarik (Mpa)

Tengah

Bambu 1 267,500

Bambu 2 243,250

Bambu 3 232,160

Rata-rata 247,640

(sumber: Widodo, 2001)

Page 67: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

55

Tabel 5.6 Hasil pengujian karakteristik bahan bambu

Bagian Benda uji Kuat tarik //

(Mpa)

Kuat tekan //

(Mpa)

Kuat geser //

(Mpa)

Tengah

Internodia

Bambu 1 171,624 25,175 6,147

Bambu 2 136,883 33,425 6,849

Bambu 3 170,183 30,378 6,736

Rata-rata 159,563 29,659 6,577

(sumber: Hendrawan, 2004)

2. Baut Baja

Dalam hal ini baut digunakan sebagai alat sambung geser (shear connectors).

Uji tarik baut dilakukan untuk mendapatkan produk berupa nilai kuat tarik dari

baut yang akan digunakan. Untuk pengujian tarik baut digunakan 3 benda uji.

Tabel 5.7 memberikan paparan dari hasil pengujian kuat tarik baut baja. Grafik

hubungan tegangan regangan dimuat pada Gambar 5.4. Selanjutnya untuk tipikal

hasil pengujian kuat tarik baut baja dapat dilihat pada lampiran C.

Tabel 5.7 Hasil pengujian kuat tarik baut

No Benda Uji yf

(kg/mm2)

maksσ

(kg/mm2)

failureσ

(kg/mm2)

failureε

(%)

1 Spe. 1 54,16 57,73 36,79 8,4

2 Spe. 2 57,6 57,87 36,31 8,4

3 Spe. 3 54,16 57,17 35,11 10,2

rata-rata 55,31 57,59 36,07 9,00

(sumber: Dokumentasi, 2007)

Page 68: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

56

Gambar 5.4 Grafik hubungan tegangan vs regangan

uji tarik baut

Sebagai material buatan (artificial material) pabrikasi, baut seharusnya

memiliki karakteristik dasar yang hampir sama. Hal ini ditunjukan oleh penelitian-

penelitian sebelumnya diantaranya penelitian Pathurahman (1998) yang

melakukan pengujian terhadap baut as drat 16 mm dan 12 mm. Pada penguijian

tarik 12 mm diperoleh nilai tegangan maksimal rata-rata sebesar 643,821 Mpa,

sedangkan pengujian lainnya yang dilakukan oleh Widodo (2000) dan Budi

(2001) terhadap baut as drat 12 mm nilai tegangan maksimal rata-rata diperoleh

masing-masing sebesar 627,169 Mpa dan 614,25 Mpa. Pada penelitian ini dicapai

angka 575,9 MPa dan didekati oleh penelitian yang dilakukan oleh Hendrawan

yaitu sebesar 554,1 Mpa. Perbedaan-perbedaan yang terjadi kemungkinan

dikarenakan perbedaan standar pembuatan benda uji khususnya dalam dimensi-

dimensi yang digunakan. Selanjutnya Tabel 5.8 sampai dengan Tabel 5.11

menyajikan data hasil pengujian yang dilakukan sebelumnya.

Page 69: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

57

Tabel 5.8 Hasil pengujian kuat tarik baut

No Benda

Uji

Diameter Pengenal

(mm)

Diameter Nyata

(mm)

σmaks

(Mpa)

1 Spe. 1 12 11,80 656,563

2 Spe. 2 12 11,75 628,716

3 Spe. 3 12 11,90 619,184

Rata-rata 12 11,82 634,821

(sumber: Pathurahman, 1998)

Tabel 5.9 Hasil pengujian kuat tarik baut

No Benda

Uji

Diameter Pengenal

(mm)

Diameter Benda uji

(mm)

σmaks

(Mpa)

1 Spe. 1 12 6,00 594,166

2 Spe. 2 12 6,02 659,721

rata-rata 12 6,01 627,169

(sumber: Widodo, 2000)

Tabel 5.10 Hasil pengujian kuat tarik baut

No Benda

Uji

Diameter Pengenal

(mm)

Diameter Nyata

(mm)

σmaks

(Mpa)

1 Spe. 1 12 10,20 612,96

2 Spe. 2 12 10,20 618,92

3 Spe. 3 12 10,30 610,86

Rata-rata 12 10,23 614,25

(sumber: Budi, 2001)

Tabel 5.11 Hasil pengujian kuat tarik baut

No Benda

Uji

Diameter Pengenal

(mm)

Diameter Benda uji

(mm)

σmaks

(Mpa)

1 Spe. 1 12 4,85 516,198

2 Spe. 2 12 4,70 574,618

2 Spe. 3 12 4,95 571,486

rata-rata 12 4,83 554,100

(sumber: Hendrawan, 2004)

Page 70: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

58

3. Mortar Semen

Nilai kuat tekan bahan grouting diperoleh dari hasil pengujian tiga buah kubus

beton berdimensi 50x50x50 mm. Umur benda uji diperkirakan mencapai

maksimum pada 28 hari dan pengujian dilakukan pada umur 39 hari. Dari hasil

pengujian diperoleh nilai kuat tekan rata-ratanya 27,99 Mpa. Rangkuman kuat

tekan dari masing-masing benda uji dapat dilihat pada Tabel 5.12 dan grafik

keluarannya pada Gambar 5.5. Data hasil pengujian selengkapnya dapat dilihat

pada lampiran D.

Tabel 5.12 Hasil pengujian kuat tekan mortar

No Benda Uji Kuat Tekan

Mpa

1 Sampel 1 30,63

2 Sampel 2 27,30

3 Sampel 3 26,04

rata-rata 27,99

(sumber: Dokumentasi, 2007)

Gambar 5.5 Grafik hubungan tegangan vs regangan

uji tekan kubus mortar semen

Page 71: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

59

Pada penelitian lain yang telah dilakukan sebelumnya memberikan hasil yang

bervariasi. Hal tersebut dikarenakan proses pekerjaan pembuatan benda uji yang

kemungkinan berbeda. Ketelitian dalam penimbangan dan pengukuran serta

pencampuran bahan mortar yang baik dan bentuk sampel pengujian antara kubus

dan silinder adalah fakror-faktor yang berpengaruh. Penelitian Hendrawan (2004)

dengan spesifikasi yang sama yaitu perbandingan semen dan pasir 1:3 dengan

faktor air semen 0,6 tetapi dengan bentuk benda uji berbeda yaitu silinder dengan

diameter 60 mm dan tinggi 80 mm mempunyai nilai kuat tekan sebesar 19,488

Mpa. Sementara itu sebelumnya Budi (2001) dalam pengujiannya memperoleh

nilai kuat tekan sebesar 17,90 Mpa dari tiga buah sampel benda uji silinder beton.

Tabel 5.13 Hasil pengujian kuat tekan mortar

NoBenda Uji

8 X 6

Kuat Tekan

Mpa

1 Sampel 1 18,89

2 Sampel 2 16,90

3 Sampel 3 17,90

rata-rata 17,90

(sumber: Budi, 2001)

Tabel 5.14 Hasil pengujian kuat tekan mortar

No Benda Uji

8 X 6 Kode

Kuat Tekan

Mpa

1 Sampel 1

A

19,575

2 Sampel 2 18,679

3 Sampel 3 19,049

rata-rata 19,101

1 Sampel 1

B

19,590

2 Sampel 2 20,498

3 Sampel 3 19,536

rata-rata 19,875

(sumber: Hendrawan, 2004)

Page 72: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

60

B. Pengujian Baut sebagai Shear Connector

Pengujian baut shear connector dilakukan pada baut dengan diameter 12

mm (½”) masing-masing dibuat enam buah benda uji terdiri dari tiga buah benda

uji dengan pengisi (filler) dan tiga buah benda uji tanpa pengisi (non-filler)

dengan hasilnya tersaji pada Tabel 5.15 dan grafik keluaran hubungan beban

lendutan pada Gambar 5.6 dan 5.7.

Secara umum bentuk kerusakan pada benda uji keseluruhan baik tanpa

maupun dengan pengisi (filler) adalah sama yaitu bambu isian bagian tengah

rusak pada kedua sisi (belah searah serat) dan bambu isian bagian tepi mengalami

rusak pula (belah searah serat pada sisi dalamnya). Mode kelelehan sesuai

pengamatan secara visual adalah mode kelelehan III yaitu tegangan lentur baut

telah melewati batas dan mengalami kegagalan. Pada baut terjadi momen plastis

dengan ujung-ujung terjepit sempurna. Selanjutnya disajikan kondisi kerusakan

yang diderita masing-masing pada bambu maupun bahan pengisi pada Gambar 5.8

sampai dengan Gambar 5.12 dan hasil lengkap lainnya disajikan pada lampiran E.

Tabel 5.15 Hasil pengujian baut shear connector

No Kondisi Benda

Uji eksperimenP

(N)

ekspeimenδ

(mm)

teoritisP

Pathurahman

(1998)

(N)

teoritisP

SNI

2002

(N)

Persentasi

Perbedaan

Peksperimen

(%)

1 dengan

pengisi

B3F1 26585,1 9,13 31858,56 53351,44 119,836

2 B3F2 26173,08 8,49 31858,56 53351,44 121,723

3 B3F3 25908,21 11,44 31858,56 53351,44 122,967

Rata-rata 121,509

4 tanpa

pengisi

B3TF1 12174,21 12,36 9816 21046,56 80,629

5 B3TF2 11565,99 15,1 9816 21046,56 84,870

6 B3TF3 11938,77 8,72 9816 21046,56 82,220

Rata-rata 82,573

(sumber: Dokumentasi, 2007)

Page 73: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

61

Berdasarkan Tabel 5.15 terlihat bahwa Nilai teoritis yang diperoleh

berdasarkan SNI 2002 yang telah dimodifikasi lebih besar dibandingkan nilai

hasil pengujian. yang merupakan standarisasi untuk produk kayu mengingat

Indonesia belum memiliki standar sendiri untuk bambu. Perbedaan ini dapat

dijelaskan mengingat fisik kayu dan bambu berbeda, bahwa pada mulanya mortar

sebagai material pengisi berperan besar sebagai tumpuan baut alat penyambung

dan ketika mortar tidak mampu lagi menahan beban praktis hanya bambu yang

menahan. Bambu dalam potongan melintang berupa balok bulat dengan ronga di

tengahnya. Badan bambu yang tipis akan robek dan tidak mampu menumpu

tekanan baut. Nilai teoritis yang dipakai sebagai pembanding dengan nilai

eksperimen adalah nilai terkecil dari kedua tinjauan.

Gambar 5.6 Grafik hubungan beban vs lendutan

uji baut shear connector tanpa filler

Page 74: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

62

Gambar 5.7 Grafik hubungan beban vs lendutan

uji baut shear connector dengan filler

Gambar 5.8 Kerusakan pada bambu, benda uji tanpa filler (Dokumentasi, 2007)

Page 75: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

63

Gambar 5.9 Kerusakan pada bagian dalam, benda uji tanpa filler (Dokumentasi, 2007)

Gambar 5.10 Kerusakan pada bambu, benda uji dengan filler (Dokumentasi, 2007)

Page 76: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

64

Gambar 5.11 Kerusakan pada beton, benda uji dengan filler (Dokumentasi, 2007)

(a) (b)

Gambar 5.12 Kondisi baut setelah pengujian, benda uji tanpa filler (a)

benda uji dengan filler (b) (Dokumentasi, 2007)

C. Kuat Lentur Balok Bambu Tunggal

Pengujian terhadap balok tunggal dengan bentang yang sama yaitu 2 m

dimaksudkan untuk mengetahui kapasitas lentur balok bambu tunggal dan sebagai

acuan pembanding pada tinjauan balok tersusun (tiga batang). Kuat lentur balok

bambu tunggal dianggap lebih mewakili jika dibandingkan hasil yang didapat dari

pengujian sifat mekanika pada uji pendahuluan. Keterwakilan ini didasarkan pada

skala benda uji yang hampir sama dengan benda uji balok tersusun (tiga batang)

Page 77: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

65

yaitu pada fungsi bentang dan keseluruhan bambu itu sendiri menyangkut bagian

internodia/nodia. Berdasarkan hasil pengujian pada sifat mekanika Tabel 5.16 dan

5.17 dicatat bahwa kuat lentur bambu adalah 149,52 Mpa sedangkan nilai kuat

lentur rata-rata pada pengujian balok bambu tunggal adalah 54,06 Mpa pada

kondisi retak pertama. Beban yang menyebabkan retak pertama kalinya (Pcrack)

penting untuk diketahui mengingat pada kondisi ini bahan hampir mencapai

kondisi ultimate sehingga cukup mengkhawatirkan pengguna (user). Kondisi ini

diambil sebagai batasan yang digunakan dalam perancangan untuk mengamankan

struktur tersebut. Gambar 5.13 menyuguhkan grafik hubungan beban lendutan.

Hasil pengujian dan data kuat lentur balok bambu tunggal dapat dilihat pada Tabel

5.16 dan Tabel 5.17 sedangkan Lampiran F menampilkan perhitungan kuat lentur

balok bambu tunggal.

Selanjutnya tabel berikut menyajikan data hasil pengujian tiga buah benda

uji. Dicatat beban maksimum rata-rata mencapai 3,31 kN dengan besar lendutan

reratanya 47,57 mm. Untuk beban rata-rata pada saat retak pertama kali sebesar

3,17 kN.

Nilai batasan lendutan ijin diperoleh dan didasarkan oleh ketentuan

tatacara Perencanaan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI NI-5). Disebutkan untuk

balok-balok pada struktur bangunan yang terlindung, lendutan maksimum, fmax <

1/300 l sedangkan untuk balok-balok pada struktur bangunan yang tidak

terlindung, lendutan maksimum, fmax < 1/400 l.

Tabel 5.16 Hasil pengujian balok bambu tunggal

Benda

Uji

Hasil Pengujian (kN) Lendutan yang terjadi pada (mm)

Pcrack 300

1ijinP 4001ijinP Pmax δ crack

3001ijinδ

4001ijinδ δ max

BTG1 3,59 1,05 0,81 3,71 39,9 6,67 5 38,99

BTG2 2,63 0,85 0,65 2,94 27,57 6,67 5 37,76

BTG3 3,28 0,65 0,5 3,28 67,99 6,67 5 65,92

(sumber: Dokumentasi, 2007)

Page 78: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

66

Tabel 5.17 Kuat lentur benda uji balok tunggal

Benda Uji σeksperimen (Mpa) pada

Pcrack 300

1ijinP 4001ijinP Pmax

BTG1 50,12 14,66 11,21 51,79

BTG2 35,54 11,49 8,78 39,73

BTG3 76,50 15,16 11,66 76,50

Rata-rata 54,06 13,77 10.59 56,01

(sumber: Dokumentasi, 2007)

Gambar 5.13 Grafik hubungan beban vs lendutan

uji balok bambu tunggal

Selanjutnya akan disampaikan pola retak dan keruntuhan dari balok

tunggal yang teramati selama pengujian. Kerusakan yang terjadi terlebih dahulu

ditandai oleh lendutan yng cukup besar dan diakhiri oleh retak-retak memanjang

dan suara ledakan secara tiba-tiba.

1. Balok uji BTG1

Pengujian dilakukan dengan penambahan beban perlahan lahan dan dicatat

tiap penambahan 0,20 kN. Sebelumnya dilakukan pengujian dengan

moisturemeter kadar airnya menunjukan 20 %.

Page 79: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

67

Pada beban 3,59 kN secara visual terlihat balok mulai tertekuk pada daerah

tekannya. Beban maksimum dicapai pada 3,71 kN.

Gambar 5.14 Pola retak balok BTG1 (Dokumentasi, 2007)

2. Balok uji BTG2

Pengujian dengan moisturemeter kadar airnya menunjukan 16 %. Pada beban

2,63 kN secara visual terlihat balok mulai retak pada daerah tekan bambu. Beban

maksimum dicapai pada 2,94 kN.

Gambar 5.15 Pola retak balok BTG2 (Dokumentasi, 2007)

3. Balok uji BTG3

Pengujian dilakukan dengan penambahan beban perlahan lahan dan dicatat

tiap penambahan 0,20 kN. Nilai kadar air benda uji pada saat 20 %. Pada beban

3,28 kN secara visual terlihat balok mulai retak pada daerah tekannya kemudian

retak memanjang pada bagian badan bambu. Pengujian diakhiri ketika beban telah

turun setelah kerusakan yang terjadi sebelumnya semakin membesar. Beban

maksimum dicapai pada 3,28 kN.

Page 80: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

68

Gambar 5.16 Pola retak balok BTG3 (Dokumentasi, 2007)

D. Pengujian Balok Bambu Tersusun (Tiga Batang)

Hasil pengujian lentur balok bambu tersusun (tiga batang) ditunjukan pada

Tabel 5.18 dan Tabel 5.19. Hasil pengujian lentur meliputi data terjadinya retak

pertama dan beban saat terjadinya retak pertama dan beban maksimum berikut

lendutan yang terbaca baik saat retak pertama kali terjadi maupun saat beban

maksimum dari masing-masing benda uji, dengan hasil lengkapnya dapat dilihat

pada Lampiran G.

Tabel 5.18 Hasil pengujian balok bambu tersusun (tiga batang) tanpa filler

Benda

Uji

Hasil Pengujian (kN) Lendutan yang terjadi pada (mm)

Pcrack 300

1ijinP 4001ijinP Pmax δ crack

3001ijinδ

4001ijinδ δ max

BT3TF1 4,63 1,45 1 5,54 23,06 6,67 5 29,30

BT3TF2 4,59 1,5 1,1 6,84 26,02 6,67 5 32,98

BT3TF3 5,06 2,15 1,5 7,24 16,69 6,67 5 25,18

(sumber: Dokumentasi, 2007)

Tabel 5.19 Hasil pengujian balok bambu tersusun (tiga batang) dengan filler

Benda

Uji

Hasil Pengujian (kN) Lendutan yang terjadi pada (mm)

Pcrack 300

1ijinP 4001ijinP Pmax δ crack

3001ijinδ

4001ijinδ δ max

BT3F1 17,54 4 3 22,26 44,05 6,67 5 74,93

BT3F2 8,26 2,45 1,9 12,32 26,02 6,67 5 55,51

BT3F3 17,02 3,6 2 21,80 39,29 6,67 5 80,04

(sumber: Dokumentasi, 2007)

Page 81: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

69

Selanjutnya Gambar 5.17 sampai dengan Gambar 5.19 menyajikan hubungan

beban dan lendutan hasil pengujian.

Gambar 5.17 Grafik hubungan beban vs lendutan

uji lentur balok bambu tersusun (tiga batang) tanpa filler

Gambar 5.18 Grafik hubungan beban vs lendutan

uji balok bambu tersusun (tiga batang) dengan filler

Page 82: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

70

Gambar 5.19 Grafik hubungan beban vs lendutan

uji balok bambu tersusun (tiga batang) dengan bambu tunggal

Dari Gambar 5.19 terlihat bahwa pada saat bahan mencapai lendutan yang

sama, nilai bebannya meningkat berturut untuk balok bambu tunggal, balok

bambu tersusun (tiga batang) tanpa pengisi dan bambu tersusun (tiga batang)

dengan pengisi.

Untuk mengetahui pengaruh pemberian mortar semen pada kapasitas

lentur balok bambu tersusun (tiga batang) dengan penghubung baut dipasang

tegak lurus dilakukan komparasi resistensi balok terhadap pengaruh beban yang

bekerja dan disajikan pada Tabel 5.20.

Tabel 5.20 Beban pada retak pertama rata-rata yang dipikul balok bambu

Pcrack Benda Uji

BTG BT3TF BT3F

Rata-rata 3,17 4,76 14,27

(sumber: Dokumentasi, 2007)

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa perbedaan beban rata-rata yang

menyebabkan retak pertama yang mampu ditahan oleh balok bambu tersusun (tiga

batang) cukup signifikan mencapai 299,79 %. Filler mortar semen potensial

Page 83: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

71

meningkatkan resistensi balok terhadap beban dan berkontribusi positif pada

peningkatan kekuatan balok bambu tersusun (tiga batang) yang menggunakan

baut sebagai penghubung geser dipasang tegak lurus. Selanjutnya perlu dilakukan

investigasi dan analisis yang lebih mendalam untuk mengetahui apakah nilai-nilai

yang diperoleh dari pekerjaan laboratorium sesuai dengan anggapan awal bahwa

balok bambu tersusun (tiga batang) dalam memikul beban masing-masing

komponen bambu penyusunnya bekerja secara satu kesatuan (monolit).

Pada Tabel 5.20 nilai Pcrack rata-rata untuk balok tunggal dan balok

tersusun (tiga batang) tanpa pengisi perbedaannya tidak signifikan yaitu hanya

sebesar 150 %. Hal tersebut dapat dianalisis sebagai berikut. Dalam memikul

beban lebih besar lagi diperlukan struktur yang lebih kaku. Struktur balok akan

lebih kaku seiring penambahan nilai momen inersia balok tersebut. Dengan

menyusun bambu secara horizontal bertingkat maka akan diperoleh tinggi balok

(h) yang lebih besar yang berarti kontribusi besar pada peningkatan nilai momen

lembamnya (Gambar 20a). Akan tetapi dalam pekerjaan laboratorium kondisi

ideal tersebut tidak dapat tercapai. Kondisi baut yang tidak benar-benar rapat

(lubang baut lebih besar) mengakibatkan balok susun tidak bekerja secara

bersama (tidak monolit) seakan tidak saling mengikat dan nilai momen inersianya

meningkat namun cukup rendah (hanya meningkat sekitar 3 kali dari momen

inersia balok tunggal sesuai dengan nilai beban teoritis pada Tabel 5.21) sehingga

kerja balok terhadap beban luar dapat divisualkan seperti Gambar 20b.

Gambar 5.20 Visualisasi kerja balok susun, monolit (a) dan tidak monolit (b)

(a) (b)

Page 84: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

72

Pada Pcrack rata-rata untuk balok tunggal dan balok tersusun (tiga batang)

dengan pengisi selisihnya cukup signifikan mencapai 450 %. Mortar semen

sebagai pengisi dengan baut sebagai shear connector dan bantuan pipa PVC

sebagai bekisting cukup berkontribusi pada ikatan bersama antar batang sehingga

secara ideal bahan bekerja. Namun dengan treatment berupa filler mortar semen

dan dianalisis dengan asumsi monolit seharusnya nilai beban yang mampu

didukung masih dapat meningkat lebih besar lagi seperti diberikan pada Tabel

5.21. Pembahasan dilakukan pada subbab berikutnya.

Tabel 5.21 menyajikan beban teoritis dan eksperimen rata-rata yang

mampu dipikul balok bambu. Untuk perhitungan beban teoritis benda uji dengan

pengisi tidak mengikutsertakan luasan filler mortar semen karena pada

kenyataannya, pada pekerjaan laboratorium, bahan pengisi sudah terlebih dahulu

retak sehingga dianggap aksi komposit tidak terjadi (reduksi momen inersia).

Hasil perhitungan selengkapnya untuk nilai teoritis dapat dilihat pada lampiran H.

Dari tabel tersebut diungkap bahwa untuk nilai teoritis dari perhitungan bahan

diasumsikan non-monolit nilainya mendekati perolehan dari hasil laboratorium.

Oleh karena itu dapat ditentukan bahwa balok bambu tersusun (tiga batang)

bekerja tidak secara satu kesatuan.

Tabel 5.21 Beban teoritis dan eksperimen rata-rata yang dipikul balok bambu

Benda Uji Pteoritis (kN) Peksperimen

(kN) monolit non-monolit

BTG 3,17

BT3TF 24,091 9,224 4,76

BT3F 30,554 10,729 12,47

(sumber: Dokumentasi, 2007)

E. Kuat Lentur Balok Bambu Tersusun (Tiga Batang)

Berikut pada Tabel 5.22 dan Tabel 5.23 dipaparkan komparasi kuat lentur

antara pekerjaan laboratorium pada balok bambu tersusun (tiga batang) dan

pengujian lentur pada balok bambu tunggal dengan bentang yang sama.

Page 85: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

73

Tabel 5.22 Kuat lentur balok bambu tersusun (tiga batang) tanpa filler

Benda Uji

σbambu tersusun

(MPa)

σbambu tunggal

(Mpa)

σeksperimen/

σbambu tunggal (%)

Pcrack 3001ijinP

4001ijinP Pmax Pcrack Pcrack

BT3TF1 11,95 3,74 2,58 14,30 54,06 22,11

BT3TF2 11,32 3,70 2,71 16,87 54,06 20,94

BT3TF3 9,72 4,13 2,88 13,91 54,06 17,98

Rata-rata 20,34

(sumber: Dokumentasi, 2007)

Tabel 5.23 Kuat lentur balok bambu tersusun (tiga batang) dengan filler

Benda Uji

σbambu tersusun

(MPa)

σbambu tunggal

(Mpa)

σeksperimen/

σbambu tunggal (%)

Pcrack 3001ijinP

4001ijinP Pmax Pcrack Pcrack

BT3TF1 13,20 3,01 2,26 16,76 54,06 24,42

BT3TF2 6,45 1,91 1,48 9,62 54,06 11,93

BT3TF3 10,31 2,18 1,21 13,21 54,06 19,07

Rata-rata 18,47

(sumber: Dokumentasi, 2007)

Seperti telah dikemukakan pada subbab sebelumnya, sebuah analisis bisa

dikemukaan dimana komposit yang diharapkan pada balok bambu tersusun (tiga

batang) dengan filler tidak bekerja efektif karena runtuhnya bahan pengisi (aksi

komposit tidak ada) ditandai dengan perolehan nilai beban pada retak pertama

yang dapat ditahan struktur cukup rendah. Hal tersebut dapat diuraikan bahwa

beban yang diberikan akan ditahan oleh komposit antara bambu dan mortar

semen. Bambu berdasarkan karakteristik mekanika pada uji pendahuluan seperti

telah disajikan pada Tabel 5.2 sebelumnya memiliki nilai kuat tekan 40,90 Mpa

dan kuat lentur rata-rata pada balok tunggal 54,06 MPa sedang nilai kuat tekan

mortar rata-rata, fc’ sebesar 27,99 MPa pada Tabel 5.12 dengan fcr =

Page 86: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

74

'7,0 cf cukup rendah sebesar 3,70 MPa. Perbedaan nilai tersebut menyiratkan

bahwa beban ketika telah melewati kapasitas dari bahan pengisi atau dengan kata

lain mortar semen terlebih dahulu runtuh maka praktis hanya bambu yang

menahan beban yang bekerja.

Secara visual pengujian kondisi ini digambarkan bahwa kerusakan pada

bambu tidak terjadi seketika dan bukti lainnya adalah mortar semen sebagai bahan

pengisi ketika dilakukan pembongkaran terjadi retak. Pola retak dan keruntuhan

diulas pada subbab berikutnya. Oleh karena itu asumsi yang digunakan dalam

penentuan nilai kuat lentur pada balok bambu tersusun (tiga batang) dengan bahan

pengisi mortar adalah kondisi seperti pada balok bambu tersusun (tiga batang)

tanpa filler seperti termuat pada Tabel 5.24. Catatan lain perlu diperhatikan bahwa

mortar semen adalah bagian pelengkap dari shear connector itu sendiri.

Tabel 5.24 Kuat lentur balok bambu tersusun (tiga batang) dengan filler (penyesuaian)

Benda Uji

σbambu tersusun

(MPa)

σbambu tunggal

(Mpa)

σeksperimen/

σbambu tunggal (%)

Pcrack 3001ijinP

4001ijinP Pmax Pcrack Pcrack

BT3TF1 36,46 8,31 6,24 46,27 54,06 67,44

BT3TF2 17,50 5,19 4,02 26,10 54,06 32,37

BT3TF3 26,85 5,68 3,15 34,39 54,06 49,67

Rata-rata 49,83

(sumber: Dokumentasi, 2007)

Berdasarkan Tabel 5.22 sampai dengan Tabel 5.24 terlihat bahwa

ketidaksesuaian antara nilai eksperimen balok bambu tersusun (tiga batang) dan

nilai kuat lentur pada benda uji balok bambu tunggal baik pada benda uji dengan

maupun tanpa filler. Selisih perbedaan tersebut dimungkinkan karena beberapa

hal menyangkut luar dan dalam. Luar dimaksud adalah teknis pelaksanaan pada

pekerjaan laboratorium baik proses persiapan, pembuatan dan pengujian.

Persiapan termasuk pengadaan dan penyimpanan barang dan kerusakan. Pada

Page 87: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

75

proses dan pembuatan memuat kondisi alat maupun kesalahan kurang teliti

pembacaan. Dari beberapa hambatan teknis yang diuraikan, yang perlu untuk

menjadi perhatian adalah pembuatan lubang dan pemasangan baut shear

connector. Lubang-lubang pada bambu sebagai tempat untuk alat penyambung

baut dapat memperlemah kekuatan dari balok tersebut akibat konsentrasi tegangan

yang terjadi seperti terlihat pada Gambar 5.21. Terlebih bahwa pada pengujian ini

terdapat baut pada tengah bentang sehingga kerusakan bambu terdapat pada area

terjadinya momen maksimum.

Gambar 5.21 Distribusi tegangan pada saat terjadi konsentrasi tegangan

Balok sebagai struktur yang menahan momen dan gaya geser, pada kasus

tinjauan balok bambu tersusun (tiga batang) dengan pembebanan three point

bending test menghasilkan momen lentur maksimum pada tengah bentang. Oleh

karena itu perlu diusahakan penempatan lubang dan baut pada lokasi yang tepat,

yaitu mendekati daerah dengan gaya geser besar dan menghindari daerah yang

memiliki momen lentur besar karena akan melemahkan struktur tersebut. Namun

memperhatikan aspek lain, peneliti pada tinjauan yang sama menempatkan lubang

dan baut pada tengah bentang mengingat bambu yang berpenampang bulat dan

licin yang disusun bertingkat berpotensi untuk menggeser ketika dibebani,

karenanya penempatan baut di tengah dimaksudkan untuk membuat kaku bahan.

Hal lain yang dikategorikan faktor dalam adalah kondisi dari bahan itu

sendiri. Sebagai material alam setiap batang bambu memiliki karakteristik khas

masing-masing. Seperti terlihat pada Tabel 5.23 nilai standar deviasi dari kuat

lentur eksperimen mencapai 3,67. Untuk membuktikan dugaan di atas dilakukan

pengujian sifat mekanika bahan yaitu kuat lentur pada bambu sisa pengujian untuk

σr σrσmaks

b a

Page 88: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

76

kode sampel BT3F1, BT3F2 dan BT3F3 yang variasi nilai kuat lenturnya cukup

besar.

Berdasarkan pengujian lentur spesimen pasca kerusakan balok bambu

tersusun (tiga batang) dapat dijelaskan bahwa kualitas bambu dari sampel BT3F2

sendiri lebih rendah dibandingkan yang lain. Hal tersebut dapat tergambar pada

Gambar 5.22 dan Gambar 5.23 yaitu kuat lentur pada masing-masing benda uji

memiliki tren yang sama.

Tabel 5.25 Kuat lentur spesimen dari balok bambu

tersusun (tiga batang) dengan filler pasca kerusakan

Benda Uji σeksperimen

(Mpa)

BT3F1 128,14

BT3F2 106,27

BT3F3 124,16

Rata-rata 119,52

(sumber: Dokumentasi, 2007)

Gambar 5.22 Grafik kuat lentur pada masing-masing benda uji

uji balok bambu tersusun (tiga batang) dengan filler

Page 89: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

77

Gambar 5.23 Grafik kuat lentur pada masing-masing benda uji

uji spesimen sisa balok bambu tersusun (tiga batang) dengan filler

Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan di atas dapat dijelaskan bahwa

beban yang mampu ditahan balok bambu tersusun adalah tinggi namun perlu

diperhatikan kekuatan yang cukup tinggi harus diamati lendutan ijinnya. Suatu

balok sebagai penopang lantai baik rumah maupun jembatan dengan lendutan

yang tinggi akan membuat user terganggu artinya tidak memenuhi prinsip nyaman

dan aman.

F. Pola Retak dan Keruntuhan

Secara umum dapat dijelaskan bahwa keruntuhan yang dialami benda uji

dengan filler adalah tipikal keruntuhan lentur yaitu ditunjukan dengan retak/tekuk

pada daerah tekan dan retak memanjang pada daerah tariknya, sedangkan untuk

benda uji tanpa filler kerusakan yang diderita dilihat secara visual adalah

keruntuhan geser yaitu rusak memanjang pada bagian badan balok. Kerusakan

geser sebelumnya ditandai oleh bahan yang retak/pecah mendadak. Perbedaan

jenis keruntuhan ini dimungkinkan karena pengaruh bahan pengisi. Kerusakan

yang terjadi pada masing-masing balok bambu tersusun (tiga batang)

didiskripsikan pada penjelasan berikut, masing-masing berurutan untuk balok uji

tanpa filler dan dengan filler

Page 90: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

78

1. Balok uji BT3TF1

Pengujian dilakukan pada saat kadar air benda uji mencapai 22 % untuk ketiga

bagian bambu yaitu atas, tengah dan bawah. Pengujian kadar air dengan

menggunakan alat moisturemeter. Terlebih dahulu dilakukan setting up awal dan

setelah dirasa siap pengujian dilakukan. Sementara sebelumnya terdengar bunyi

yang diintepretasikan sebagai proses pengekangan antara baut dan bambu, pada

beban 4,43 kN yang dilanjutkan oleh crack pertama pada beban 4,63 kN. Tekanan

yang diberikan membuat baut pada bagian tengah bentang terperosok dan bagian

bambu tengah dan bawah mengalami retak pada bagian badannya. Sobek semakin

lebar ditandai dengan penambahan beban pada 5 kN. Selanjutnya sempat

dilakukan seting ulang LVDT karena telah mencatat lendutan hingga 40,4 mm.

Percobaan diakhiri setelah beban perlahan turun dan secara visual ketika balok

mengalami rusak parah pada bagian bambu tengah dan bambu terbawah retak

bagian dasarnya. Beban maksimum dicatat sebesar 5,54 kN.

Gambar 5.24 Pola retak balok BT3TF1 (Dokumentasi, 2007)

Gambar 5.25 Kondisi filler setelah pengujian BT3TF1 (Dokumentasi, 2007)

Page 91: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

79

2. Balok uji BT3TF2

Pengujian dilakukan pada saat kadar air benda uji mencapai 22 % untuk tiap

bagian bambunya. Pengujian kadar air dengan menggunakan alat moisturemeter.

Pengujian dengan penambahan beban secara perlahan-lahan dan dicatat tiap 0,2

kN. Crack pertama terjadi pada beban 4,59 kN. Pengujian sempat dihentikan

sementar karena kertas thermal yang digunakan pada data logger habis. Hal ini

dimanfaatkan pula untuk setting ulang LVDT karena lendutan sudah menunjukan

angka 28,75 mm. Kerusakan semakin parah terjadi pada bambu bagian atas dan

diikuti sedikit pada bagian tengah. Menurut pengamatan bambu bagian bawah

masih dalam keadaan baik, belum cacat. Beban maksimum yang dicatat sebesar

6,84 kN.

Gambar 5.26 Pola retak balok BT3TF2 (Dokumentasi, 2007)

Gambar 5.27 Kondisi filler setelah pengujian BT3TF2 (Dokumentasi, 2007)

3. Balok uji BT3TF3

Seperti percobaan sebelumnya, dengan alat moisturemeter kadar air dapat

diketahui sama untuk bagian seluruh bambu yaitu sebesar 22 %. Kejadian crack

pertama pada waktu mencapai beban 5,06 kN. yaitu retak memanjang pada bagian

bambu bawah. Selanjutnya pembebanan dilanjutkan hingga mencapai beban 6,89

kN terjadi crack pada bambu bagian atas yang selanjutnya menjadi pecah bahkan

Page 92: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

80

baut di tengah bentang sempat terperosok. Pengujian dihentikan ketika angka

pembebanan mencapai maksimum dan mulai menurun. Beban maksimum yang

dicapai 7,24 kN.

Gambar 5.28 Pola retak balok BT3TF3 (Dokumentasi, 2007)

Gambar 5.29 Kondisi filler setelah pengujian BT3TF3 (Dokumentasi, 2007)

Gambar 5.30 Kondisi baut setelah pengujian balok uji,

pengujian tanpa filler (Dokumentasi, 2007)

Page 93: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

81

4. Balok uji BT3F1

Kadar air berdasarkan moisturemeter menunjukan nilai 16 % untuk bambu

bagian atas, dan berbagi sama 18 % untuk bambu bagian tengah dan bawah.

Mengingat alat LVDT yang tersedia hanya memiliki kapasitas 50 mm maka perlu

dilakukan setting ulang karena telah melampaui batas kapasitas alat. Setting ulang

LVDT dilakukan ketika lendutan telah menunjukan nilai 44 mm yang berarti

hampir mencapai nilai kapasitas maksimal alat. Bersamaan dengan itu beban

menunjukan 17,53 kN dan terjadi crack pertama. Selanjutnya retak semakin

meningkat pada bagian bambu atas dan tertekuk serta retak memanjang pada

bambu bagian atas. Pembebanan diakhiri ditandai dengan penurunan nilai beban.

Beban maksimum ditunjukan pada nilai 22,26 kN.

Gambar 5.31 Pola retak balok BT3F1 (Dokumentasi, 2007)

Gambar 5.32 Kondisi filler setelah pengujian BT3F1 (Dokumentasi, 2007)

5. Balok uji BT3F2

Pengujian dilakukan pada saat kadar air benda uji mencapai 18 % untuk

bambu bagian atas dan bernilai sama 20 % untuk bambu tengah dan bawah.

Pengujian kadar air dengan menggunakan alat moisturemeter. Seperti yang telah

disampaikan sebelumnya, pengujian dilakukan dengan penambahan beban

perlahan lahan dan dicatat tiap penambahan 0,20 kN. Menurut catatan penelitian

Page 94: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

82

crack pertama terjadi pada saat beban mencapai 8,26 kN dan lendutan 26,02 mm.

Terdengar bunyi pertama dimulai pada saat beban 9,04 kN.

Pada beban 10,62 kN secara visual terlihat bambu atas dari balok tersusun

mulai retak rambut memanjang kecil dilanjutkan tekuk pada daerah tekannya pada

beban 11,02 MPa. Setting ulang LVDT dilakukan pada saat lendutan telah

mencapai 45 mm. Dicatat pula pada beban 12.32 kN kerusakan yang terjadi

sebelumnya menjadi semakin jelas. Beruruan pada bagian bambu bawah retak

tarik disusul bambu tengah retak pula daerah tekannya pada beban 12,18 kN.

Beban maksimum dicapai pada 12,32 kN. Nilai beban yang cukup rendah

dibandingkan kedua benda uji lainnya kemungkinan disebabkan kondisi benda uji

sebelum diuji menyangkut cacat kecil dan ketebalan dinding pada masing-masing

bagian bambu yang relatif lebih tipis.

Gambar 5.33 Pola retak balok BT3F2 (Dokumentasi, 2007)

Gambar 5.34 Kondisi filler setelah pengujian BT3F2 (Dokumentasi, 2007)

6. Balok uji BT3F3

Pengujian dilakukan dengan penambahan beban perlahan lahan dan dicatat

tiap penambahan 0,20 kN. Sebelumnya dilakukan pengujian dengn moisturemeter

kadar airnya menunjukan 20 %, 18 % dan 18 % untuk berurutan bambu atas,

tengah dan bawah. Crack pertama terjadi pada saat beban mencapai 17,02 kN dan

Page 95: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

83

lendutan 7,61 mm, tercatat bunyi pertama dimulai pada saat beban mencapai

11,32 kN.

Pada beban 18,43 kN secara visual terlihat bambu atas dan tengan dari balok

tersusun mulai tertekuk pada daerah tekannya. Dicatat pula pada beban 18,95 kN

pada bagian bambu bawah retak tarik disusul bambu atas retak pada beban 19,24

kN. Kerusakan memanjang, pecah dialami oleh bagian bambu tengah. Beban

maksimum dicapai pada 21,80 kN dan dicatat pula tejadi tekuk di bambu bawah.

Pada akhir pengujian kerusakan diderita sesuai susunan balok atas, tengah dan

bawah.

Gambar 5.35 Pola retak balok BT3F3 (Dokumentasi, 2007)

Gambar 5.36 Kondisi filler setelah pengujian BT3F3 (Dokumentasi, 2007)

Page 96: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

84

Gambar 5.37 Kondisi baut setelah pengujian balok uji,

pengujian dengan filler (Dokumentasi, 2007)

G. Aplikasi Lapangan

Sebagai sumbangan bagi masyarakat luas dalam aplikasi lapangan untuk

perancangan sebagai balok tunggal maupun susun diberikan nilai Pijin pada

berbagai variasi diameter batang dan bentang balok pada Tabel 1 sampai dengan

Tabel 4. Nilai batasan lendutan ditentukan sebesar maxδ < 1/300 l. sedang nilai

tegangan lentur ijin dan Modulus elastisitas digunakan berdasarkan hasil penelitian

yang dilakukan dengan memperhatikan pustaka-pustaka lain dan faktor tahanan lentur

sebesar 85 % serta faktor waktu 0,7 dalam ketentuan tatacara Perencanaan

Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI NI-5). Dengan kuat lentur hasil pengujian pada

balok bambu tunggal rata-rata 54,06 Mpa ditambah faktor aman ditentukan

tegangan lentur ijin sebesar 30 Mpa. Dari tabel terlihat bahwa nilai Pijin pada balok

tunggal dan susun-2 dominan ditentukan oleh batas lendutan. Semakin besar

dimensi balok dengan bentang yang lebih pendek maka tegangan lentur mulai

menentukan Pijin mengingat lendutan adalah fungsi dari bentang. Batasan lendutan

ijin memberi kesan bahwa struktur pada perancangan akan konservatif dan

cenderung aman. Tabel selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran K.

Page 97: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

85

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan terhadap hasil penelitian pada bab sebelumnya,

maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Bambu Wulung yang digunakan pada penelitian ini memiliki karakteristik

fisika kerapatan pada kadar air rata-rata 10,47 % adalah sebesar 0,79 ton/m3.

Berdasarkan pengujian sifat mekanika bambu memiliki kekuatan yang relatif

cukup tinggi. Pengujian spesimen bambu Wulung pada bagian tengah batang

menghasilkan kuat tekan sejajar serat rata-rata 40,90 Mpa, kuat tekan tegak

lurus serat rata-rata 8,16 Mpa, kuat geser sejajar serat rata-rata 16,80 Mpa,

kuat tarik rata-rata 238,58 Mpa, kuat lentur 149,52 Mpa dan modulus

elastisitas bahan 19577,55 Mpa.

2. Spesimen baut as drat dengan diameter 12 mm memiliki kuat tarik rata-rata

sebesar 553,067 Mpa.

3. Mortar semen yang digunakan sebagai bahan pengisi/filler dengan bentuk

benda uji kubus 50X50X50 mm memiliki kuat tekan rata-rata sebesar 27,99

Mpa.

4. Nilai kekuatan sambungan bambu tanpa filler rata-rata adalah 11892,99 N

sedangkan nilai kekuatan sambungan dengan perkuatan bahan pengisi mortar

semen rata-rata adalah 26222,13 N

5. Kuat lentur balok tunggal rata-rata adalah sebesar 54,06 Mpa pada beban retak

pertama rata-rata sebesar 3,17 kN

6. Pengaruh bahan pengisi mortar semen terhadap kapasitas lentur balok bambu

tersusun (tiga batang) cukup signifikan. Nilai beban pada saat crack pertama

rata-rata yang mampu ditahan benda uji tanpa isian 4,76 kN dan 14,27 kN

untuk benda uji dengan filler atau mengalami kenaikan 199,79 %.

7. Berdasar analisis dan pengamatan laboratorium diketahui bahwa balok bambu

tersusun (tiga batang) belum bekerja secara satu kesatuan (tidak monolit).

Page 98: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

86

B. Saran

1. Pemasangan LVDT sebaiknya dibuat lebih banyak, untuk antisipasi apabila

ada LVDT yang tidak bekerja secara baik.

2. Perlu adanya keberlanjutan pada penelitian ini untuk dilakukan pengujian sifat

dasar bambu untuk mengetahui kekuatan bahan pasca pengujian.

3. Perlu adanya penambahan variasi-variasi jumlah batang dan posisi alat

sambung terhadap balok.

4. Perlu adanya penelitian lanjutan mengenai balok bambu tersusun dengan

menggunakan pasak sebagai shear connector.

5. Perlu penelitian mengenai reduksi momen inersia pada balok bambu tersusun

akibat kekurangsempurnaan aksi monolit.

Page 99: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

87

DAFTAR PUSTAKA

Awaludin, A., 2005, Perencanaan Sambungan Kayu, Biro Penerbit KMTS FT

UGM, Yogyakarta

Badan Standarisasi Nasional, 2002, Tata Cara Perencanaan Konstruksi Kayu

Inonesia PKKI NI-5 (SNI Kayu), Jakarta

Budi, G.S., 2001, Pemanfaatan komposit Bambu-Beton untuk lantai Gedung,

Tesis Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknik UGM,

Yogyakarta

Frick, H., 2004, Ilmu Konstruksi Bambu, Penerbit Kanisius, Yogyakarta

Hendrawan, R.H., 2004, Kekuatan Sambungan Bambu menggunakan baut

dengan Pengisi Mortar terhadap Gaya Tekan, Tugas Akhir Jurusan

Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta

Irawati, I.S., 2004, Pengaruh Posisi Sambungan Terhadap Kapasitas Geser Balok

Bambu Laminasi Horisontal, Tesis Jurusan Teknik Sipil dan

Lingkungan Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta

Janssen, J.J.A., 1980, The Mechanical Properties of Bamboo used in Construction

in Lessard, G & Chouinard, A. Bamboo Research in Asia, PP 1733-198.

IDRC, Canada

Kardiyono, 2004, Teknologi Beton, Diktat Kuliah, Jurusan Teknik Sipil dan

Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Morisco, 1996, Bambu sebagai Bahan Rekayasa, Pidato Pengukuhan Jabatan

Lektor Kepala Madya Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta

Page 100: (100) Pengaruh Pemberian Filler Mortar Semen Terhadap Kapasitas Lentur Balok Bambu Tersusun (3 Batang) Dengan Penghubung Baut Dipasang Tegak Lurus

88

Morisco, 1999, Rekayasa Bambu, Nafiri Offset, Yogyakarta

Morisco, 2006, Pemberdayaan Bambu untuk Kesejahteraan dan Kelestarian

Lingkungan, Rangkuman Hasil Penelitian Laboratorium Teknik Struktur

Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta

Morisco, 2006, Teknologi Bambu, Bahan Kuliah, Magister Teknologi Bahan

Bangunan Program Studi Teknik Sipil UGM, Yogyakarta

Pathurrahman, 1998, Aplikasi Bambu Pada Struktur Gable Frame, Tesis Jurusan

Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta

Patmasari, Dyah., 2006, Sistem Perencanaan Struktur Bangunan Bambu, Tesis

Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknik UGM,

Yogyakarta

Rachmadie, R.H., 1999, Perencanaan Struktur Bambu Tipe Truss Memakai

Sambungan baut dengan Pengisi, Tugas Akhir Jurusan Teknik Sipil dan

Lingkungan Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta

Suwandi, Juda, 2000, Aplikasi Bambu Wulung pada Struktur Rangka Atap Ruang,

Tugas Akhir Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknik

UGM, Yogyakarta

Wahyudi, W, 2004, Kekuatan Tarik Sambungan Bambu Menggunakan Baut

dengan Pengisi Kayu Kamper, Tugas Akhir Jurusan Teknik Sipil dan

Lingkungan Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta