10 tahun yayasan tifa_semangat masyarakat terbuka

74
Yayasan TIFA 2010 10 tahun Yayasan Tifa Semangat Masyarakat Terbuka

Upload: tifaebook

Post on 26-Jun-2015

580 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

Buku ini memberi potret secara strategis perjalanan sepuluh tahun Yayasan Tifa menyemai hadirnya masyarakat terbuka di Indonesia.

TRANSCRIPT

Page 1: 10 Tahun Yayasan Tifa_Semangat Masyarakat Terbuka

Yayasan TIFA 2010

10 tahun Yayasan TifaSemangat Masyarakat Terbuka

Page 2: 10 Tahun Yayasan Tifa_Semangat Masyarakat Terbuka

Daftar Isi Pengantar Direktur

Ketua Dewan Pengurus

Masyarakat Sipil & DemokrasiKonsolidasi Demokrasi di Indonesia

Pendidikan Pemilih

Quick Count

Pengawasan Publik Pemilu Jujur Bersih

Penguatan Kapasitas Organisasi

Masyarakat Sipil

Anti Politisi Busuk dan Kontrak Politik

Media & InformasiKebebasan Pers & Konglomerasi Media

Dari Tempo sampai Time

Radio Komunitas

Regulasi Baru, Ancaman Bagi Kebebasan

Berekspresi

Hak Asasi Manusia & Akses Terhadap KeadilanHak Asasi Manusia

Penghilangan Paksa

Pelarangan Buku

Akses Terhadap Keadilan

Pengadilan yang Berlebihan

Lembaga Bantuan Hukum

Perlindungan Buruh Migran

04

06

14

24

Page 3: 10 Tahun Yayasan Tifa_Semangat Masyarakat Terbuka

Kewarganegaraan & Kesetaraan

Tata Pemerintahan & Anti Korupsi

Membangun Perdamaian di Daerah Konflik

Konflik Keagamaan di IndonesiaPersekusi Ajaran Yang DianggapSesat

Ancaman terhadap Keragaman

Pemerintahan yang Bersih & Bebas KorupsiRamai-Ramai Memantau Pendapatan

Menyusuri ParkirKomisi Informasi PublikPolemik Cicak Vs Buaya

Lembaga Terkorup di IndonesiaPotret Kemiskinan di Indonesia

Audit Sosial Terhadap PNPM MandiriPro-Poor Budget dan Replikasi Jembrana

Konflik Poso

Perdamaian Berkelanjutan di Nangroe Aceh Darussalam

Pemulihan Trauma MasyarakatSkenario Aceh Masa DepanPersoalan Otonomi Khusus

40

44

60

Page 4: 10 Tahun Yayasan Tifa_Semangat Masyarakat Terbuka

04 - 10 tahun Yayasan Tifa

ndonesia dalam sepuluh tahun ini telah melewati tiga kali pemilihan umum nasi-onal multipartai yang berlangsung dengan

damai dan diikuti oleh sebagian besar pemilih yang terdaftar. Pemilu secara langsung telah pula dilakukan mulai dari pemilihan Presiden, anggota Dewan, Gubernur dan Bupati. Sebagian menyebut Indonesia sebagai negara demokratis yang ketiga setelah Amerika Serikat dan India. Konflik di Aceh, Ambon dan Poso telah terke-lola. Ekonomi Indonesia berangsur pulih dan cukup stabil untuk tidak terpengaruh oleh krisis ekonomi global di tahun 2008. Kebebasan pers telah dibuka, pelarangan buku telah dicabut dan Indonesia telah menjadi negara yang dinilai paling bebas di regional Asia, menurut Freedom Index. Saat ini Indonesia adalah bagian dari neg-ara-negara berpenghasilan menengah, menjadi anggota dari G-20, dan di tahun 2011, Indonesia kembali akan memimpin ASEAN.

Pertanyaannya: sudah tercapaikah tujuan mem-promosikan masyarakat Indonesia yang terbuka sebagaimana yang dicita-citakan para pendiri Yayasan Tifa sepuluh tahun yang lalu?

Setelah sepuluh tahun, tantangan dan musuh-musuh masyarakat terbuka di Indonesia masi-hlah nyata. Keniscayaan keberagaman masih dipungkiri dan hak warganegara minoritas masih menjadi isu. Penegakan hukum masih dapat terbeli dan akses keadilan bagi kaum marjinal masih belum terlayani negara. Dialog Papua-Jakarta yang belum usai dan desentralisasi yang belum terkonsolidasi. TKW Indonesia yang pulang ke tanah air sebagaimana tentara yang pulang dari medan laga: cacat dan luka di seku-jur tubuh, teraniaya martabatnya, atau terkirim

dalam keranda mati. Hak-hak asasi manusia masih belum seluruhnya terpenuhi dan impuni-tas masih menghantui kita. Kepercayaan publik terhadap lembaga-lembaga demokrasi menu-run, karena kinerja yang buruk, politik uang, dan politik konstituen yang seringkali lebih berarti dari konstitusi. Pemilu yang mahal dan telah menggiring pemenang Pemilukada terjebak praktik korupsi. Fenomena demokrasi yang be-lum terkonsolidasi. Korupsi yang berjemaah dan kronis, dengan kasus terakhir tentang skandal pajak yang menunjukkan betapa luar biasanya mafia peradilan, yang melibatkan oknum dari seluruh institusi penegak hukum. Dan terdakwa aparat pajak itu tersenyum dari pinggir lapangan tenis di Bali.

Itulah sebagian situasi Indonesia masa kini. Situasi Indonesia pada tanggal 8 Desember 2010 ini akan berbeda dengan Indonesia pada tanggal 8 Desember 2020. Dan Yayasan Tifa perlu terus mendukung masyarakat sipil dalam mempro-mosikan masyarakat terbuka di Indonesia.

Perayaan 10 Tahun Yayasan Tifa memang patut kita rayakan. Sesuatu yang perlu disyukuri atas capaian yang telah di dapatkan di sepuluh tahun ini. Sekaligus sebagai momentum untuk mere-nungkan kembali hambatan yang masih belum dapat dikelola selama ini, sembari memper-siapkan diri untuk menghadapi tantangan bagi upaya mewujudkan masyarakat terbuka di Indonesia masa datang.

Yayasan Tifa mengucapkan terimakasih kepada mitra dan semua pihak yang telah memberikan dukungan dalam sepuluh tahun terakhir.

Pengantar Direktur EksekutifTri Nugroho

Direktur Eksekutif I

Page 5: 10 Tahun Yayasan Tifa_Semangat Masyarakat Terbuka

10 tahun Yayasan Tifa- 05

Pengantar Dewan Pengurusatu dekade berlalu sejak reformasi politik di Indonesia. Dan Yayasan Tifa telah menga-

rungi perjalanan menantang dalam satu dekade itu. Menciptakan sebuah agenda yang mungkin dapat dikatakan ambisius: merajut mosaik ma-syarakat terbuka di Indonesia dengan berpijak pada norma-norma demokrasi yang berlaku.

Selama tahun , Tifa bergerak menguatkan ma-syarakat sipil di Indonesia, membangun media yang bebas dan efektif, meningkatkan jaminan perlindungan HAM dan akses terhadap keadilan, dan menciptakan rasa aman dalam kehidupan sehari-hari warga negara sebuah republik. Bukan pekerjaan mudah memang. Tantangan terham-par di muka. Besar dan rumit. Ketegangan unsur konservatif dan moderat dalam masyarakat, perbedaan pikiran antara tradisional versus modern, pendidikan yang rendah dan korupsi yang berakar di setiap sektor kehidupan. Semua itu adalah tantangan dan bukan halan-gan. Staf Tifa terus bergerak dalam kerjasama yang kuat mencapai tujuan bersama dan terus berkarya menciptakan inovasi dan inspirasi di ruang privat dan publik.

Apakah sudah ada andil yang diberikan Tifa dalam menciptakan masyaraka terbuka, adil dan sejahtera di Indonesia?

Masih terlalu dini untuk menjawabnya. Tetapi ada sedikit petunjuk tentang ini. Di beberapa tempat pemerintah daerah bereksperimen dengan prinsip tata pemerintahan yang ber-sih dalam menata birokrasi dan kesejahteraan masyarakatnya. Media menjadi lebih percaya diri dan termotivasi. Buruh migran bergerak

dalam kesadaran yang terus meningkat. Semua ini adalah pertana yangmemberikan dorongan semangat untuk terus bergerak maju.

Sudah tentu bukan hanya Tifa yang berjuang, melalui ragam program yang digulirkan, dalm memperbaiki kesalahan-kesalahan masa lalu dan mempersiapkan masyarakat Indonesia menghadapi tantangan masa depan. Tetapi di dalam sebuah negara bangsa dengan penduduk lebih dari 230 juta jiwa, setiap langkah kecil menciptakan perbaikan layak mendapat peng-hargaan. Dalam perayaan 10 tahun Tifa, saya mewakili Dewan Pengurus mengucapkan penghargaan dan terima kasih terhadap staf dan mitra-mitra kerja, serta semua pihak dan lembaga-lembaga donor yang telah membantu Tifa.

SYuli IsmartonoKetua Dewan Pengurus

Page 6: 10 Tahun Yayasan Tifa_Semangat Masyarakat Terbuka

06 - 10 tahun Yayasan Tifa

Masyarakat Sipil &

Demokrasi

Demokrasi mensyaratkan adanya pemilihan yang bebas, adil dan berkelanjutan. Peningkatan kualitas demokrasi dengan demikian menuntut perha-tian pada peningkatan kualitas lembaga-lembaga pelaksana demokrasi, termasuk lembaga-lembaga pengawas yang menjamin proses pemilu berjalan secara bebas dan adil. Melalui kerjasama dengan mitra-mitra dari kelompok masyarakat sipil di Indo-nesia, Yayasan Tifa berupaya menjaga kualitas ke-hidupan demokrasi di Indonesia dalam serangkaian aktivitas yang berfokus pada bagaimana sistem pemilu di tingkat nasional dan lokal berjalan secara bebas dan adil, termasuk juga upaya mendorong lahirnya kepemimpinan baru dengan integritas dan visi demokratis bagi Indonesia masa depan.

Total Dana Hibah:

Rp 28,012,472,077

Page 7: 10 Tahun Yayasan Tifa_Semangat Masyarakat Terbuka

10 tahun Yayasan Tifa- 07

Photo by: Johanes P. Christo

Page 8: 10 Tahun Yayasan Tifa_Semangat Masyarakat Terbuka

08 - 10 tahun Yayasan Tifa

Mundurnya Suharto pada bulan Mei 1998 menandai awal re-formasi politik yang pada akhirnya telah menempatkan Indone-sia sebagai sebuah negara demokrasi terbesar ketiga di dunia setelah India dan Amerika Serikat. Gambarannya diwakili dengan penerapan sistem politik multi-partai, pemilihan presiden dan juga kepala daerah sampai tingkat kabupaten secara langsung,

penguatan lembaga yudikatif, eksekutif dan termasuk pemben-tukan Mahkamah Konstitusi. Juga di dalamnya adalah penetapan norma-norma demokratis dalam tatanan hukum dan politik yang menegaskan upaya membangun supremasi sipil dalam politik Indonesia setelah lebih selama tiga dekade dikuasai kekuatan militer.

Konsolidasi Demokrasi di Indonesia

Pemilu multipartai; Amandemen Per-tama UUD 1945

(diantaranya soalpembatasan kekua-san presiden)

1999Amandemen Kedua

UUD 1945 (dianta-

ranya soal pemerin-

tahan daerah, DPR,

dan kewenanganya)

2000 Penerapan otonomi

daerah; Amandemen Ketiga UUD 1945 (dian-taranya soal kewenan-gan MPR, Kepreside-nan, Impeachment,

Kekuasaan Kehakiman

2001Amandemen

Keempat UU 1945

(diantaranya soal

DPD sebagai bagian

MPR, Penggantian

Presiden)

2002

Page 9: 10 Tahun Yayasan Tifa_Semangat Masyarakat Terbuka

10 tahun Yayasan Tifa- 09

Sumber: Kompas, 28 Desember 2009

Sepanjang satu dekade, Yayasan Tifa bekerjasama dengan mitra kerjanya dari kalangan masyarakat sipil dalam menjaga proses konsolidasi demokrasi di

Indonesia. Inisiatif-inisiatif merentang dari penguatan lembaga pelaksana pemilu, peningkatan kapasitas terhadap badan pengawas pemilu, advokasi dan kampanye anti-

politisi busuk, kontrak politik dengan para kandidat pemilu di tingkat daerah, dan pendidikan pemilu bagi para pemilih muda.

Pemilu presiden

langsung

2004Pemilihan kepala

daerah secara langsung pertama

kali

2005 Calon independen

dalam pemilihan

kepala daerah Nang-

groe Aceh Darus-salam

2006Pemilu langsung

anggota DPR dan Presiden

2009

Page 10: 10 Tahun Yayasan Tifa_Semangat Masyarakat Terbuka

10 - 10 tahun Yayasan Tifa

Pendidikan Pemilih

Kompetisi politik yang terjadi dalam ruang demokrasi tidak secara langsung menjamin pelaksanaan pemilu yang adil, jujur dan bersih. Persoalan politik uang, kampanye kotor yang merangsang stereotipe dan kebencian etnis dan agama dalam masyarakat plu-ral adalah ancaman-ancaman terhadap tatanan politik demokra-tis yang sejati. Sejak pelaksanaan pemilu legislatif tahun 2004, Yayasan Tifa bersama partner-partnernya menjadikan agenda pendidikan pemilih, dengan perhatian pada pemilih muda yang membentuk 59% dari 170 juta pemilih terdaftar, sebagai bagian dari upaya meningkatkan kualitas demokrasi di Indonesia.

Quick Count

Dalam pelaksanaan pemilu 2004, persoalan bagaimana pelak-sanaan perhitungan suara dapat diawasi melahirkan sebuah inisiatif baru dalam metode perhitungan cepat. Yayasan Tifa bekerjasama dengan organsiasi-organisasi masyarakat sipil mengembangkan metode tersebut untuk memastikan bahwa kemungkinan manipulasi perhitungan suara sejak awal dapat dicegah melalui metode tersebut. Saat ini praktek perhitungan suara cepat menjadi praktek populer yang kemudian berkem-bang lebih menjadi metode prediksi kemenangan partai atau kandidat dalam pemilu di tingkat nasional dan lokal.

Photo : ANTARA/Eric Ireng Photo : TEMPO/ Tony Hartawan;

Page 11: 10 Tahun Yayasan Tifa_Semangat Masyarakat Terbuka

10 tahun Yayasan Tifa- 11

Pengawasan Publik dan

Pemilu Jujur Bersih

Bagaimana institusi-institusi politik yang lahir dari proses refor-masi mampu menciptakan praktek pemilu yang jujur dan bersih membutuhkan pula perhatian terhadap bagaimana perangkat dan kelembagaan internal pelaksana pemilu berjalan. Yayasan Tifa telah mendukung beberapa mitranya dalam melakukan kajian terhadap berbagai peraturan di tingkat Undang-Undang ataupun aturan pelaksana KPU, khususnya metode dan sistem yang membantu Badan Pengawas Pemilu mengembangkan prinsip-prinsip dasar dalam menangani pelanggaran-pelanggaran yang terjadi dalam praktek pemilu. Di luar lembaga-lembaga resmi, pelatihan terhadap organisasi-organisasi masyarakat sipil dalam meningkatkan kapasitas mereka melakukan pemantauan terhadap praktek pemilu yang jujur dan bersih.

Penguatan Kapasitas Organisasi Masyarakat Sipil

Kritik terbesar yang muncul, baik dari kalangan politisi dan publik umum, adalah perhatian terhadap transparansi dan akuntabili-tas organisasi-organisasi masyarakat sipil di Indonesia. Suara mereka yang tajam dalam mengawasi para politisi dan aparat pemerintahan melahirkan pula umpan balik tentang legitimasi dan akuntabilitas organisasi-organisasi tersebut. Dalam kaitan ini upaya peningkatan kapasitas organisasi-organisasi masyara-kat sipil di Indonesia menjadi penting dan relevan. Yayasan Tifa sejak terbentuknya telah berkomitmen memberikan peningkatan kapasitas bagi organisasi-organisasi masyarakat sipil dalam keahl-ian teknis sesuai dengan bidang kerja dan termasuk juga praktek kelembagaan yang meningkatkan legitimasi dan akuntabilitas mereka di dalam masyarakat melalui agenda TANGO (Tran-parency and Accountability for NGO) yang bergulir sejak periode tahun 2004 seiring dengan semakin maraknya politik pemilu di Indonesia.

Photo : TEMPO/ Imam Sukamto Photo : Yuli Superi

Page 12: 10 Tahun Yayasan Tifa_Semangat Masyarakat Terbuka

12 - 10 tahun Yayasan Tifa

Photos: Deny/JiwaFoto

Page 13: 10 Tahun Yayasan Tifa_Semangat Masyarakat Terbuka

10 tahun Yayasan Tifa- 13

Anti Politisi Busuk dan Kontrak Politik

Sejak tahun 2004, perhatian terhadap siapa pemimpin baru yang lahir dari proses pemilu menjadi perhatian kelompok masyarakat sipil di Indonesia. Salah satu gaung yang muncul adalah kampanye anti politisi busuk yang dipelopori organisasi-organsisasi masyara-kat sipil yang menelaah rekam jejak para kandidat (seperti kemung-kinan keterlibatan dalam kasus korupsi) yang bersaing dalam pe-milihan legislatif dan pimpinan daerah. Seiring dengan arahan ini, kelompok masyarakat sipil di Indonesia juga menggulirkan inisiatif penandatanganan kontrak politik atau pakta integrasi yang men-egaskan komitmen para kandidat dengan para konstituen mereka.

Kerjasama Yayasan Tifa dengan kelompok organisasi masyarakat sipil di Indonesia—seperti KIPP, HAPSARI, ISAI dan Segarak Pancur Kasih, berupaya memberikan jaminan bahwa agenda ini menjadi bagian dari proses pembelajaran demokratisasi bagi kekuatan poli-tik dan publik luas dalam memilih kandidat mereka, termasuk juga kelompok perempuan dan difabel.

Page 14: 10 Tahun Yayasan Tifa_Semangat Masyarakat Terbuka

14 - 10 tahun Yayasan Tifa

Media & Informasi

Jaminan atas hak berekspresi, baik menyuarakan pendapat, menyebarluaskan informasi, dan mendapatkan informasi, adalah faktor yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat demokratis. Program Media dan Informasi Yayasan Tifa dengan demikian menjadi inisiatif yang menjamin berlangsungnya hak-hak dasar warga negara dalam bidang ini. Selama satu dekade terakhir, program Media dan Informasi telah berjalan dalam arahan yang menjadikan media sebagai medium kebebasan berkekspresi termasuk di dalamnya adalah inisiatif mendukung pertukaran informasi dan komunikasi di tingkat akar rumput melalui pengembangan radio komunitas. Perkembangan baru menuntut Yayasan Tifa ikut mendukung pengembangan inisiatif Kebebasan Informasi Publik yang menjamin berlangsungnya agenda pemerintahan yang transparan dan akuntabel.

Total Dana Hibah:

Rp 19,641,937,630

Page 15: 10 Tahun Yayasan Tifa_Semangat Masyarakat Terbuka

10 tahun Yayasan Tifa- 15

INDONESIA, BOYOLALI Meski televisi telah merambah kehidupan domestik rumah tangga Indone-sia sampai desa-desa, radio tetap memiliki fungsi penting dalam menyam-paikan informasi dan hiburan bagi pendengarnya.

Photo: Ahmad ‘deNy’ Salman

Page 16: 10 Tahun Yayasan Tifa_Semangat Masyarakat Terbuka

16 - 10 tahun Yayasan Tifa

Kebebasan Pers & Konglomerasi MediaReformasi politik di Indonesia telah mendorong men-jamurnya industri media dan iklim kebebasan pers yang lebih baik. Tetapi tidak serta merta menjadi jaminan meningkatnya kualitas pemberitaan dan praktek jurnalisme. Sembilan konglomerasi menguasai media mainstream. Beberapa terkait dengan kekuatan politik dominan di Indonesia. Ke-pentingan pemilik media, baik yang dituntun motif ideologi, akumulasi modal, relasi politik hingga persaingan bisnis secara efektif membatasi peristiwa apa saja yang bisa diberi-takan oleh sebuah (jejaring) media dan bagaimana peristiwa tersebut dilaporkan. Masyarakat bisa melawan dampak negatif konglomerasi. Kampanye tidak menjadi penikmat media yang tidak pro-fesional dilakukan sejalan dengan upaya mendorong profe-sionalisme media. Bersama dengan Dewan Pers dan Aliansi Jurnalis Independen (AJI). Yayasan Tifa ikut mendorong diadopsinya Kode Etik Jurnalistik (KEJ) yang memberikan peluang baru untuk menumbuhkan media massa yang menghormati prinsip-prinsip jurnalisme dan menjunjung tinggi kebenaran. Upaya kampanye profesionalisme media, pemantauan media –yang sekarang juga melibatkan warga negara biasa- sampai pendidikan melek media juga didukung Yayasan Tifa secara intensif di berbagai wilayah Indonesia: DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarya, Nusa Tenggara Barat dan Sumatera Utara. Lahir pula wacana baru mengenai kualitas tayangan TV dan memberikan alternatif atas rating mainstream yang sepenuhnya didasarkan atas perhitungan pasar, melalui program Rating Publik yang dikerjakan oleh Yayasan SET.

Page 17: 10 Tahun Yayasan Tifa_Semangat Masyarakat Terbuka

10 tahun Yayasan Tifa- 17

Tabel Konglomerasi Media

Sumber: Ignatius Haryanto

Page 18: 10 Tahun Yayasan Tifa_Semangat Masyarakat Terbuka

18 - 10 tahun Yayasan Tifa

Photo: Stanlie Andhika Photo: TEMPO/ Yosep Arkian

“…putusan ini tidak berarti semata mata kemenangan majalah Time tapi juga kemenangan bagi kebebasan pers dan freedom of speech di Indonesia,” ujar Todung Mulya Lubis, pengacara maja-lah Time menyambut keputusan Mahkamah Agung pada 16 April 2009 silam yang mengabulkan Peninjauan Kembali yang diajukan kliennya.

Dengan dikabulkannya PK tersebut, majalah Time tidak perlu membayar ganti rugi sebesar Rp 1 triliun dan memasang iklan

permintaan maaf di sejumlah media massa kepada keluarga Soe-harto sebagaimana keputusan MA di tingkat kasasi pada tahun 2007.

Episode tuntutan pencemaran nama baik yang dialami TIME seakan mengulangi apa yang terjadi pada TEMPO 2003. Berita bertajuk “Ada Tommy di Tenabang”, membuat kantor Majalah Tempo diserang sekelompok orang. Tak cuma itu, Tempo dan jurnalis penulisnya: dituntut pencemaran nama baik. Pengadilan

Dari Tempo sampai Time: Catatan atas Kriminalisasi Pers 2001-2010

Page 19: 10 Tahun Yayasan Tifa_Semangat Masyarakat Terbuka

10 tahun Yayasan Tifa- 19

Pembunuhan: 1 kasus

Pemukulan: 20 kasus

Larangan meliput: 4 kasus

Tuntutan hukum: 7 kasus

Penyanderaan: 2 kasus

Intimidasi: 1 kasus

Demonstrasi: 2 kasus

Sensor: 2 kasus

kemudian menjatuhkan vonis kepada Pimpinan Redaksi Tempo Bambang Harymurti dan wartawan Tempo yang lain, dengan satu tahun penjara. Kebebasan pers kem-bali kalah dengan kekuatan modal.

Kasus yang menimpa Tempo kemudian menggulirkan wacana baru: kriminalisasi Pers dan bagaimana hukum melindunginya. Yayasan Tifa secara intensif terlibat dalam penggalangan dukungan dan aksi-aksi solidaritas atas kasus Tempo. Wacana tentang pentingnya meng-gunakan UU Pers dalam sengketa Pers juga terus digu-lirkan, baik di forum lokal, nasional dan internasional. Anotasi hukum dan eksaminasi publik mengenai kasus TIME menguatkan argumentasi hukum bagi pentingnya penggunaan UU Pers ketimbang KUHP dalam sengketa Pers. Upaya melakukan pendampingan kasus sekaligus mendorong lahirnya alternatif regulasi yang memung-kinkan adanya mediasi bagi penanganan kasus pers juga dilakukan Yayasan Tifa bekerjasama dengan LBH Pers.

Pada Hari Pers 2006. di tingkat Kasasi, TEMPO me-menangkan gugatan. Kado manis ini seakan menjadi penawar bagi kebebasan pers yang masih terus terancam.

Sum

ber L

apor

an ta

huna

n 20

09 A

JI ( A

lians

i Jur

nalis

Inde

pend

en)

Page 20: 10 Tahun Yayasan Tifa_Semangat Masyarakat Terbuka

20 - 10 tahun Yayasan Tifa

Radio komunitas adalah salah satu manifestasi demokratisasi dan desentralisasi informasi. Dukungan Tifa terhadap gagasan ini dimulai tahun 2004 melalui advokasi UU Penyiaran yang berhasil mengakomodir keberadaan radio komunitas. Yayas-an Tifa juga menginisasi dan mendukung tumbuhnya jejaring radio komunitas, termasuk Jaringan Radio Komunitas Indo-nesia (JRKI) sebagai jangkar pengembangan dan peningkatan radio komunitas di Indonesia. Selain itu, bekerjasama dengan Combine Research Institute (CRI) Yayasan Tifa mendorong pembentukan Saluran Informasi Akar Rumput yang menjadi sumber informasi program bagi aktivis radio komunitas yang mencakup isu kesehatan, migrasi yang aman, pendidikan poli-tik hingga pendidikan tanggap bencana.

Radio KomunitasPh

otos

: A

hmad

‘deN

y’ S

alm

an

Page 21: 10 Tahun Yayasan Tifa_Semangat Masyarakat Terbuka

10 tahun Yayasan Tifa- 21

Page 22: 10 Tahun Yayasan Tifa_Semangat Masyarakat Terbuka

22 - 10 tahun Yayasan Tifa

Kriminalisasi terhadap kebebasan berekspresi meluas juga kepada warga negara biasa setelah lahirnya UU No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE). Yang membuat gamang adalah besarnya ketidakpastian untuk terjerat. Kegelisahan ini dituangkan Yayasan Tifa melalui dukungannya kepada Sek-retariat Nasional PBHI untuk melakukan Judicial Review terhadap UU ITE. Sayang-nya, upaya ini gagal.

Beberapa bulan kemudian muncullah korban UU ITE ini: kasus Prita Mulyasari. Ibu dua anak ini dituntut atas tuduhan pencemaran nama baik. Keluhan pribadi Prita melalui jaringan mailing list tentang buruknya pelayanan rumah sakit Omni Internasional dianggap mencemarkan nama baik rumah sakit tersebut. Ibu dua anak ini dituntut dan sempat ditahan dalam penjara. Prita kemudian dilepaskan atas kecaman publik.

Ketika Pengadilan Tinggi Banten memvonis denda sebesar 204 juta rupiah sebagai ganti rugi atas pencemaran nama baik RS Omni Internasional yang dilakukan Prita, publikpun bereaksi. Dukungan dan solidaritas terhadap Prita digalang melalui akun-akun Facebook dan Twitter dalam sebuah gerakan bertajuk “Koin Untuk Prita”. Hasilnya: terkumpul 6 ton karung koin untuk Prita. Inilah tonggak kelahiran gerakan click activism yang akhirnya mewabah di Indonesia, untuk mendukung orang-orang yang bernasib seperti Prita. Sekaligus menjadi momen baru membi-cangkan ancaman UU ITE di Indonesia.

Regulasi Baru, Ancaman Bagi Kebebasan BerekspresiPrita Mulyasari dan dilema undang-undang ITE

Photos : Toto Santiko Budi

Page 23: 10 Tahun Yayasan Tifa_Semangat Masyarakat Terbuka

10 tahun Yayasan Tifa- 23

Relawan menghitung koin peduli Prita di posko pusat Jalan Langsat, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Jakarta, Indonesia Desember 15, 2009

Page 24: 10 Tahun Yayasan Tifa_Semangat Masyarakat Terbuka

24 - 10 tahun Yayasan Tifa

Hak Asasi Manusia

& Akses Terhadap

Keadilan

Upaya meningkatkan komitmen pemerintah Indonesia memenuhi hak-hak dasar warga negara, baik hak sipil politik (sipol) maupun ekonomi sosial budaya (ekosob) menjadi perhatian utama Yayasan Tifa berkait dengan persoalan Hak Asasi Manusia di Indonesia. Rentang perhatian berkait dengan pelanggaran HAM masa lalu yang masih belum bisa diselesaikan, praktek impunitas dan kekerasan terhadap warga negara oleh aparat negara. Seiring dengan per-soalan pelanggaran hak-hak sipil dan politik, upaya meningkatkan akses kelompok miskin dan marginal mendapatkan keadilan melalu lembaga keadilan formal dan informal menjadi agenda penting. Semakin maraknya pelanggaran terhadap buruh migran Indonesia dalam tahun-tahun terakhir telah menjadi landasan bagi Yayasan Tifa menggulirkan inisiatif program perlindungan buruh migran sebagai bagian dari peningkatan Hak Asasi Manusia dan Akses ter-hadap Keadilan di Indonesia.

Total Dana Hibah:

Rp 32,477,000,835

Page 25: 10 Tahun Yayasan Tifa_Semangat Masyarakat Terbuka

10 tahun Yayasan Tifa- 25

Keputusan pengadilan membebaskan tokoh kunci dan hukuman ringan bagi para pelaku pembunuhan aktivis HAM Munir menimbulkan kekecewaan dan keraguan terhadap kesungguhan pemerintah dalam upaya penegakkan HAM di Indonesia.

Photo : Toto Santiko Budi

Page 26: 10 Tahun Yayasan Tifa_Semangat Masyarakat Terbuka

26 - 10 tahun Yayasan Tifa

ersoalan HAM di Indonesia tampak-nya tak kunjung menyurut. Banyak kasus-kasus pelanggaran HAM yang

belum diselesaikan secara tuntas. Bah-kan diabaikan. Para korban dan keluarga korban pelanggaran HAM berat menggelar Pasar Lupa di depan Istana Negara, 16 Oktober 2010 silam. Dalam daftar terdapat kasus tragedi 1965/1966, Tanjung Priok 1984, Talangsari 1989, Penculikan dan Penghilangan Paksa 1997/1998, Trisakti 1998, 13-15 Mei 1998, Semanggi I dan Se-manggi II 1998/1999, Pembunuhan Munir 2004 dan sejumlah kasus-kasus pelangga-ran HAM berat lainnya di Aceh, Poso dan Papua.

Rangkaian aksi korban dan kelompok ma-syarakat sipil terlembagakan melalui pem-bentukan KontraS pada 20 Maret 1998.

Sementara itu korban dan keluarga korban pelanggaran HAM membentuk suatu wa-dah bernama IKOHI (Ikatan Keluarga Orang Hilang Indonesia). Berdiri pada 17 Septem-ber 1998 dan diprakarsai oleh korban dan keluarga korban penghilangan paksa tahun 97/98, komunitas korban merumuskan strategi bersama dan melancarkan upaya-upaya untuk menuntaskan kasus yang menimpanya. Sepanjang satu dekade, Yayasan Tifa telah mendukung inisiatif-inisiatif kedua lemba-

ga ini dalam memperjuangkan persoalan orang hilang, termasuk perjuangan meng-hapus impunitas yang melibatkan pejabat publik dalam kasus pelanggaran HAM berat di Indonesia.

Yayasan Tifa bersama KontraS, LBH Jakarta, Yayasan Pulih dan HRWG menginisiasi terbentuknya Human Rights Suport Facility (HRSF) yang menjadi pendukung keluarga pelanggaran HAM dan perlindungan bagi Human Rights Defenders. Kerjasama HRSF dengan Dompet Dhuafa pada tahun 2010 memberikan dukungan beasiswa dan asur-ansi kesehatan bagi anak-anak keluarga korban pelanggaran HAM.

Hak Asasi ManusiaP

Photo : Eko Siswono

Page 27: 10 Tahun Yayasan Tifa_Semangat Masyarakat Terbuka

10 tahun Yayasan Tifa- 27

Photo : Dok. KONTRAS

‘…sejak pasca reformasi belum ada satupun kasus pelanggaran HAM berat dibawa ke pengadilan HAM…Presiden

SBY perlu memerintahkan Kapolri untuk segera mencari dan menemukan ke 13

korban kasus penghilangan secara paksa 1997-1998.

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Siaran Pers Peringatan Hari HAM Sedunia Ke-61

10 Desember 2009

Menjelang runtuhnya Orde Baru, penghilangan orang secara paksa atau penculikan terhadap para aktivis pro-demokrasi adalah rangkaian pelanggaran HAM yang ditempuh oleh militer dalam upaya mempertahankan kekuasaan Soeharto. Peristiwa ini berlangsung dalam tiga tahap: Menjelang pemilu Mei 1997, dalam waktu dua bulan menjelang sidang MPR bu-lan Maret, dan dalam periode tepat menjelang pengunduran diri Soeharto pada 21 Mei. Pada bulan Mei 1998, sembilan di antara mereka yang diculik selama periode kedua dilepas dari kurungan dan muncul kembali. Beberapa di antara mereka berbicara secara terbuka mengenai pengalaman mereka. Tapi tak satu pun dari mereka yang diculik pada periode pertama dan ketiga muncul. Pada tahun 2001 Kontras mencatat terdapat 1039 orang yang menjadi korban penghilangan paksa. Diperkirakan ada ratusan orang hilang lainnya yang tidak tercatat. Tragedi penghilangan paksa ini sebagian besar menimpa aktivis yang kritis. Motif politik mendominasi praktek penghilangan paksa.

Penghilangan Paksa

Page 28: 10 Tahun Yayasan Tifa_Semangat Masyarakat Terbuka

28 - 10 tahun Yayasan Tifa

Page 29: 10 Tahun Yayasan Tifa_Semangat Masyarakat Terbuka

10 tahun Yayasan Tifa- 29

Pelarangan BukuDi tahun 2009, penyitaan dan pelarangan buku kembali dilakukan Kejaksaan atas lima judul buku yang dianggap dapat mengganggu ketertiban umum. Di awal 2010, gugatan diajukan kepada Mah-kamah Konstitusi atas Barang-barang Cetakan yang isinya dapat Menganggu Ketertiban Umum—atau yang dikenal sebagai UU Pelarangan Buku. Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwa peny-itaan dan pelarangan buku yang dilakukan Kejaksaan tidak sesuai dengan UUD 1945. MK berpendapat penyitaan barang-barang cetak harus dilakukan dengan ijin dari pengadilan atau oleh penyidik, dan bukan dilakukan oleh Kejaksaan. Sebuah kabar baik bagi kebebasan Berpikir dan Berekspresi.

Phot

o : T

EMPO

/ N

ovi K

artik

a

Pelarangan Buku (1951-2009)

Politik dan Demokrasi 69 bukuSejarah dan Budaya 28 buku

Agama dan Kepercayaan 88 bukuNovel dan Novel “Kiri” 88 buku

Sumber : Institut Sejarah Sosial Indonesia

(www.sejarahsosial.org)

Page 30: 10 Tahun Yayasan Tifa_Semangat Masyarakat Terbuka

30 - 10 tahun Yayasan Tifa

Photo: Arief Sukardono

Page 31: 10 Tahun Yayasan Tifa_Semangat Masyarakat Terbuka

10 tahun Yayasan Tifa- 31

Akses Terhadap Keadilan

iro Pusat Statistik pada tahun 2010 menyebutkan 14% pen-duduk Indonesia atau sekitar 31 juta jiwa hidup di bawah garis kemiskinan (Sensus Penduduk BPS 2010). Dengan

pendapatan bulanan rata-rata sekitar Rp. 200.000 per bulan, mereka kesulitan mendapatkan akses terhadap keadilan. Studi PEKKA menyebutkan bahwa orang-orang miskin dan hidup dibawah garis kemiskinan harus membayar 10 kali lipat peng-hasilan rata-rata bulanan (sekitar Rp. 2.050.000) saat mengurus perkara di pengadilan umum.

Laporan LBH Jakarta menyebutkan bahwa pada tahun 2009 saja terdapat 1000-1200 permohonan bantuan hukum dari kelompok rakyat miskin. Pemenuhan kebutuhan akan keadilan tetap meru-pakan persoalan mendasar bagi rakyat miskin dan adalah kewa-jiban negara memenuhi tuntutan itu seperti tercantum dalam UUD 1945 Pasal 34 Ayat 3; Konvenan Hak-Hak EKOSOB; dan SIPOL yang mana Indonesia tercantum sebagai penandatangan.

Petugas memeriksa kartu identitas warga saat operasi yustisi di pemukiman penduduk pendatang miskin di Gang

Laler, Kebon Kosong, Kemayoran, Jakarta Pusat

Photo: Dhoni Setiawan

B

Page 32: 10 Tahun Yayasan Tifa_Semangat Masyarakat Terbuka

32 - 10 tahun Yayasan Tifa

Pengadilan yang Berlebihan(2009)Mencuri tetap mencuri biarpun barang yan dicuri nilainya tak seberapa. Namun, sean-dainya aparat hukum lebih memakai hati nurani, penahanan dan peradilan terhadap pelaku-pelaku pencurian ringan tak perlu terjadi. Berikut beberapa kasus peradilan yang dapat disebut berlebih-lebihan:

Pencurian Bola LampuWayut, 35 tahun, berprofesi sebagai tu-kang becak, diajukan ke PN Tanjugkarang, (Lampung) dengan dakwaan mencuri tiga buah lampu berukuran masin-masin 50 watt yang terpasang di pangkalan kayu di dekat rumahnya. Wayut terancam huku-man tujuh tahun penjara. Pencurian itu dilakukan karena tidak mampu membeli lampu untuk menerangi rumahnya.

Pencurian Sekarung KapukMasinih (27 tahun) berserta 3 kerabatnya (Juwono (16), Sri Suratmi (25), dan Manise (39) diajukan ke PN Batang dengan dak-waan mencuri kapuk seberat 14 kg seharga

Rp 15.000 di salah satu lahan perkebunan milik PT Segayung. Akibat proses persidan-gan ini, Masinih terpaksa mengagunkan rumah dan tanah untuk biaya selama mengkuti persidangan.

Pencurian 3 Tandan SawitSamsinur Butar-butar (35) warga Desa Buntu Pagar Kec Tinggi Raja Asahan, Adi (30) dan Acin (33) diajukan ke dari Penga-dilan Negeri Tanjungbalai dengan dakwaan mencuri 4 tandan sawit di lahan perkebu-nan PT AAG Gunung Melayu.

Pencurian Sebutir Semangka Suyanto dan Kholil diajukan ke PN Kota Kediri (Jatim) dengan dakwaan mencuri sebuah semangka. Majelis hakim memu-tuskan hukuman percobaan 15 hari. Sebel-umnya, kedua terdakwa sempat menjalani tahanan lebih dari 2 bulan selama masa pemeriksaan.

Pencurian Sabun dan

Kacang IjoRasjo (77 tahun) dijatuhi hukuman vonis 12 hari dengan masa percobaan satu bulan oleh PN Sember (Cirebon, Jawa Barat) karena mencuri dua potong sabun dan se-bungkus kacaang hijau senilai Rp 13.450,-. Dalam persidangan terungkap, Rasjo Rasjo sudah membayar biaya ganti rugi 10 kali lipat.

Pencurian Lima Batang

JagungParto (51) diajukan ke PN Situbondo (Jatim) dengan dakwaan mencuri lima batang jagung di sawah milik Supardi. Nilai kerugian Supardi Rp 10 ribu. Kelima jagung itu diakuinya akan dipakai untuk tambahan pakan sapi miliknya. Selama persidangan, Parto tak didampingi pengacara.

Pencurian SengonPonjo (64 tahun) dijatuhi hukuman penjara 75 hari oleh Pengadilan Negeri Lumajang karena menebang dan mengambil se-batang pohon sengon jenis tekik di lahan milik Perhutani.

Page 33: 10 Tahun Yayasan Tifa_Semangat Masyarakat Terbuka

10 tahun Yayasan Tifa- 33

emenuhan kebutuhan akan keadilan masih merupakan persoalan mendasar bagi rakyat miskin. Undang-undang Bantuan Hukum yang tengah dirancang harus dapat memas-

tikan hal itu. Ketika berhadapan dengan hukum masyarakat miskin diancam lebih berat. Akibatnya jumlah kasus demikian banyak. LBH Jakarta, misalnya, rata-rata menerima tidak kurang dari 1000 pen-gaduan setiap tahunnya. Tidak sepadan dengan jumlah advokat yang ada. Lokasi kantor LBH yang berada di ibukota propinsi juga

menyulitkan warga yang tinggal di pedesaan untuk mendapatkan layanan bantuan hukum.

Sejak 2004, Yayasan Tifa mendukung 18 kantor Lembaga Bantuan Hukum (LBH) di Indonesia untuk memberikan layanan bantuan hukum struktural kepada orang miskin dan kelompok marjinal lainnya. Seiring dengan dukungan terhadap LBH, Yayasan Tifa mengembangkan Klinik Hukum di dua perguruan tinggi (Universi-tas Islam Indonesia dan Universitas Pasundan).

Lembaga Bantuan Hukum Indonesia Photo: TEMPO/ Eko Siswono Toyudho

P

Page 34: 10 Tahun Yayasan Tifa_Semangat Masyarakat Terbuka

34 - 10 tahun Yayasan Tifa

Kasus-kasus yang ditangani Lembaga

Bantuan Hukum(LBH)

Kasus Struktural

Sumatera

Non Struktural

Litigasi

Litigasi

Konsultasi

Konsultasi

38 82

47 172Kasus Struktural

Jawa

Non Struktural

Litigasi

Litigasi

Konsultasi

Konsultasi

57 157

6 711

Kasus Struktural

Kalimantan

Non Struktural

Litigasi

Litigasi

Konsultasi

Konsultasi

44 84

1 13

Kasus Struktural

Sulawesi

Non Struktural

Litigasi

Litigasi

Konsultasi

Konsultasi

23 14

37 62v

Kasus Struktural

Bali, Nusa Tenggara & Papua

Non Struktural

Litigasi

Litigasi

Konsultasi

Konsultasi

41 76

13 30

Mitra Lembaga Bantuan Hukum Yayasan Tifa

LBH MedanLBH PadangLBH Lampung LBH JakartaLBH Bandung LBH SemarangLBH YogyakartaLBH SurabayaLBH BaliLBH MakasarLBH ManadoLBH Papua

LBH Baku Bae, MalukuLBH Bantaya, Sulawesi TengahPerhimpunan Bantuan Hukum NUSRA, NTTLBH Kendari, Sulawesi Tenggara

LBH APIK Kalimantan BaratLBH APIK Kalimantan Timur

Page 35: 10 Tahun Yayasan Tifa_Semangat Masyarakat Terbuka

10 tahun Yayasan Tifa- 35

Photo: Dok. LBH Padang

Transformasi KORBAN Menjadi PEJUANG HUKUM

Untuk memperbaiki akses keadilan bagi masyarakat miskin, marginal dan yang berada di pelosok, Yayasan Tifa sejak tahun 2007 mendukung program yang menghasilkan paralegal berbasis komunitas. Komunitas ini adalah organisasi-organisasi rakyat yang sedang memperjuangkan hak-hak ekonomi, sosial dan budayanya. Pendekatan ini berupaya mengisi celah ketiadaan bantuan hukum bagi mereka yang tak terjangkau, dan merupakan upaya sadar un-tuk mentransformasi korban menjadi pejuang hukum. Program ini terbukti efektif. Pos Paralegal yang didirikan LBH Padang misalnya, tiga bulan setelah berdiri di awal tahun 2009, berhasil menangani 10 kasus dan empat diantaranya didampingi hingga penyidikan oleh Polisi.

Page 36: 10 Tahun Yayasan Tifa_Semangat Masyarakat Terbuka

36 - 10 tahun Yayasan Tifa

Perlindungan Buruh Migran Perlindungan terhadap buruh migran Indonesia sampai sekarang masih yang terburuk, apalagi jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti Filipina. Baik mereka yang terdaftar secara resmi atau melalui jalur tidak resmi kerap menjadi korban tindak pemerasan dan tindak kekerasan oleh para majikan, calo, PJTKI serta berbagai oknum aparat pemerintah sejak kepergian mereka dari desa hingga kembali lagi ke daerah asalnya. Sebagian besar mereka bekerja dalam kon¬disi rentan.

Laporan Departemen Luar Negeri AS menyebutkan sekitar 43% dari buruh migran Indonesia menjadi korban dari human trafick-ing. Mereka terjerat dalam siklus pekerjaan yang memperbudak diri mer¬eka tanpa hak-hak dasar yang seharusnya diterima. KBRI Singapura mencatat sejak 1999-2004, tercatat 98 PRT migrant Indonesia me¬ninggal di Singapura karena sakit, jatuh dari atap apartemen, bunuh diri, atau kecelakaan. Dan 5 orang diantaranya diancam hukuman mati. Sementara itu Migrant Care mencatat, sepanjang tahun 2008-2009, di Malaysia saja terdapat 700 TKI yang meninggal dunia dan ada 175 tenaga kerja Indonesia yang terdaftar terancam hukuman mati akibat berbagai jenis kasus yang membelit mereka. Setiap tahunnya puluhan ribu TKI dide-portasi dari negara tujuan seperti Malaysia. Jumlah TKI berma-salah yang diusir di tahun 2004 oleh Pemerintah Malaysia melalui Pelabuhan Sri Bintan Pura Tanjungpinang mencapai 69.081 orang, Belum lagi melalui pelabuhan lainnya.

Photo: ANTARA/Dedhez Anggara Photo: ANTARA/Saptono Photo: ANTARA/Noveradika

Page 37: 10 Tahun Yayasan Tifa_Semangat Masyarakat Terbuka

10 tahun Yayasan Tifa- 37

Persoalan Buruh Migran Indonesia

Sampai dengan bulan Juni 2009, jumlah buruh migran Indone-sia di seluruh dunia mencapai 6 juta orang dan tersebar di 41 negara. Sebanyak 4,5 juta bermigrasi melalui jalur resmi, sedang 1,5 juta diantaranya tidak berdokumen. Mereka menyumbang dana (remitance) 1% dari total GDP Indonesia pada tahun 2008 (US$ 8,24 milyar), menopang 30 juta orang yang mengandalkan kehidupan atas keringat sanak saudara, ayah dan ibu mereka yang bekerja di luar negeri.

Survey Bank Indonesia (2008) menyebutkan bahwa sebagian besar remitansi digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari atau konsumsi, disusul oleh biaya pendidikan. Se-mentara itu, upah yang diterima TKI lebih banyak dihabiskan un-tuk biaya hidup sehari-hari (38%), disusul dengan biaya komu-nikasi (24%). Keringat kerja buruh migran belum menjadi jalan bagi mereka dan keluarganya untuk keluar dari jerat kemiskinan yang membelenggu kehidupan mereka sebelumnya.

Photo atas: TEMPO/ Eko Siswono ToyudhoPhoto bawah: ANTARA

S

Page 38: 10 Tahun Yayasan Tifa_Semangat Masyarakat Terbuka

38 - 10 tahun Yayasan Tifa

Membangun Kerangka Perlindungan Buruh Migran

Berkait dengan persoalan buruh migran, Yayasan Tifa bersama mitranya berperan serta dalam proses advokasi undang-undang ini. Kerja ini dilanjutkan dengan mendorong kerangka hukum per-lindungan buruh migran pada tingkat lokal: Lombok Barat, Blitar dan Sukabumi. Di Blitar dan Lombok Barat, Perda Perlindungan berhasil disahkan termasuk mandat untuk membentuk Komisi Perlindungan TKI. Di NTB juga telah berhasil dibentuk Layanan Terpadu Satu Pintu (LTSP) dan Help Desk di Bandara Selaparang untuk mengefisienskan pelayanan TKI bermasalah.

Wacana pentingnya pembenahan Citizen Services dan layanan perlindungan bagi tenaga kerja Indonesia di luar negeri menjadi satu agenda yang sejak tahun 2007 intensif digulirkan Yayasan Tifa bersama Ecosoc Rights Institute. Upaya ini melanjutkan advo-kasi dan kampanye perlindungan TKI di Singapura yang dilakukan pada tahun 2005, yang berhasil menolong lima PRT migran Indo-nesia di Singapura bebas dari ancaman hukuman mati.

Kini, model perlindungan di kantong-kantong migran yang diim-plementasikan Tifa mencakup tiiga aspek utama: hukum, penge-lolaan keuangan dan akses kepada teknologi informasi.

Photo: ANTARA/ Lucky R

6 juta tenaga kerja Indonesia tersebar di 41

negara; 1,5 juta tanpa dokumen resmi;

menopang kehidupan 30 juta orang di Indonesia

Page 39: 10 Tahun Yayasan Tifa_Semangat Masyarakat Terbuka

10 tahun Yayasan Tifa- 39

Pada tanggal 17 Mei 2004, Nirmala Bonat (23) berhasil kabur dari rumah majikannya setelah 9 (sembilan) bulan bekerja. Petugas keamanan mendapati tubuh perempuan asal NTT itu penuh lebam dan bengkak. Luka disetrika masih tampak segar. Petugas keamanan kemudian membawanya ke kantor polisi terdekat.

Pengadilan memutuskan majikan Nirmala bisa bebas den-gan jaminan, sementara kasusnya disidangkan di pengadilan. Tahun 2007, Nirmala bisa pulang ke NTT. Ia terpaksa harus menunggu persidangan selama tiga tahun di Malaysia.

Enam tahun telah berlalu, proses perkara masih terus berlan-jut. Nirmala tidak tahu sampai kapan harus menunggu. Dan harapan Nirmala untuk mendapatkan ganti rugi atas kasus yang dideritanya semakin berkurang setiap harinya.

Kasus Sumiati Nirmala Bonat

Sumiati (23 tahun, asal NTB), satu lagi buruh migran asal Indo-nesia yang mendapatkan perlakuan kekerasan dari majikan yang memperkerjakannya sebagai PRT di Arab Saudi. Kasus ini seperti puncak gunung es dari berbagai kasus kekerasan yang menimpa pejuang devisa Indonesia. Kasus ini menjadi refleksi bahwasan-nya, kasus-kasus yang menimpa buruh migran tidak pernah tuntas. Kekerasan yang dialami Sumiati bisa kita bilang sebagai kebiada-ban luar biasa. Informasi yang diterima dari KBRI di Arab Saudi, Sumiati sering disikas oleh ibu dan anak perempuan majikan-nya hingga sekujur wajah dan tubuhnya penuh luka. Bahkan di mulutnya terdapat bekas luka akibat digunting. Kasus ini sebena-rnya terungkap ketika Sumiati dibawa ke rumah sakit swasta di Madinah, dan itu sudah enam minggu berselang. Kejadian ini menunjukkan kelambatan respon dari wakil pemer-intah RI di Arab Saudi yang memang tidak memiliki MoU kes-epakatan penanganan kasus buruh migran. Apalagi kedua negara sama-sama seragam menolak Konvensi ILO untuk perlindungan PRT.

Photo: ANTARA Photo: ANTARA/Saptono

Page 40: 10 Tahun Yayasan Tifa_Semangat Masyarakat Terbuka

40 - 10 tahun Yayasan Tifa

Kewarganegaraan

&

Kesetaraan

Demokrasi mensyaratkan penghormatan terha-dap hak-hak sipil yang lebih luas dan penghargaan terhadap kaidah perbedaan dan kesetaraan yang mendasar khususnya bagi kelompok minoritas. Keragaman yang ada di Indonesia sebenarnya sudah disadari oleh para pendiri negara ini, dengan men-gakomodirnya dalam dasar negara Pancasila, dan lambang negara Indonesia dengan semboyan Bhine-ka Tunggal Ika yang merupakan cerminan kehidupan masyarakat plural yang menghormati perbedaan dan kesetaraan. Sepanjang satu dekade ini, Yayasan Tifa telah menggulirkan berbagai inisiatif berkait dengan promosi budaya toleransi yang menghargai perbedaan dan kesetaraan. Termasuk dalam agenda program ini adalah kerjasama dengan kelompok ma-syarakat sipil di Indonesia dalam mencegah perlua-san konflik berlatar etnis dan agama melalui inisiatif program Sistem Pencegahan Dini dengan tujuan mengantisipasi perluasan konflik dalam masyarakat.

Total Dana Hibah:

Rp 20,776,725,381

Page 41: 10 Tahun Yayasan Tifa_Semangat Masyarakat Terbuka

10 tahun Yayasan Tifa- 41 Photo: Muhammad IQbal

Kemajemukan yang menjadi ciri kehidupan masyarakat Indonesia di sisi lain memang menimbulkan dilema. Dalam dua dekade terakhir, 55,080 jiwa menjadi korban konflik bernuansa keagamaan di Indonesia. 761 jiwa tewas, 1873 jiwa luka dan sisanya menjadi pengungsi. Puncak eskalasi kekerasan terjadi dalam masa transisi politik di Indonesia pada tahun 2000 yang mencapai lebih dari 50 kasus kekerasan. Jumlah kekerasan menu-run setelah pemilu presiden tahun 2004 sampai titik terendah dibawah 10 kasus. Stabilisasi politik nampaknya telah mengurangi bentuk kekerasan yang terjadi, tapi tidak mengurangi pergesekan dan konflik bernuansa keagamaan dalam bentuk lain, seperti reli, demonstrasi, petisi, doa bersama yang meningkat menjadi lebih dari 200 kasus pada tahun 2006.

Masyarakat Indonesia membutuhkan kehidupan politik yang demokratis, pemerataan keadilan sosial dan kesta-bilan politik yang mampu meredam potensi konflik dan menciptakan solusi damai dari setiap pergesekan dan konflik yang terjadi.

Sumber: Rusmin Tumanggor, Jaenal Aripin & Imam Soeyoeti. ‘Dinamika Konflik Etnis dan Agama di Lima Wilayah Konflik Indonesia. Laporan Penelitian Departemen Sosial.

Konflik Keagamaan di Indonesia

Page 42: 10 Tahun Yayasan Tifa_Semangat Masyarakat Terbuka

42 - 10 tahun Yayasan Tifa

Persekusi Ajaran Yang Dianggap SesatPada tahun 2010 kalangan Ahmadiyah juga kembali men-jadi korban tekanan dan intimidasi kelompok-kelompoktertentu yang merasa agama mereka ternoda karena ke-beradaan Ahmadiyah. Jemaat Ahmadiyah di wilayah JawaBarat terus mengalami diskriminasi, intoleransi dan bahkankekerasan. Beberapa kalangan bahwa menilai kelom-pok massa garis keras merupakan otak dibalik persekusi Ahmadiyah yang terjadi dalam kurun waktu lima tahun terakhir di Indonesia.Hingga saat ini, isu tentang sesatnya Ahmadiyah terus menjadi pemicu munculnya tindakan kekerasan yang dilakukan oleh beberapa organisasi massa di Bogor, Garut, Tasikmalaya, dan Kuningan propinsi Jawa Barat.

Photo: Abdul Malik/ MSN/GATRA

Page 43: 10 Tahun Yayasan Tifa_Semangat Masyarakat Terbuka

10 tahun Yayasan Tifa- 43

Ancaman Terhadap Keragaman

Salah satu fenomena baru dalam perkembangan demokrasi di Indonesia adalah munculnya kelompok-kelompok militan sipil yang mengatas-namakan agama dan moral, tapi bertindak me-maksakan kehendak kepada kelompok lainnya. Sejak tahun 1998 sampai 2010, tercatat 84 aksi kekerasan dalam bentuk intimidasi, penyerangan fisik, perusakan fasilitas hiburan, sweeping terha-dap pihak-pihak yang mereka anggap ‘melanggar’ ajaran Islam.

Photo: TEMPO/ Arie Basuki

Page 44: 10 Tahun Yayasan Tifa_Semangat Masyarakat Terbuka

44 - 10 tahun Yayasan Tifa

Tata Pemerintahan &

Anti-Korupsi

Seiring dengan upaya meningkatkan kualitas kehidupan demokrasi, Yayasan Tifa memandang pentingnya menem-patkan agenda pemberantasan korupsi, penegakan tata pemerintahan yang bersih dan perencanaan pembangu-nan yang berorientasi pada masyarakat miskin sebagai bagian penting demokratisasi di Indonesia. Persoalan bagaimana memastikan pemanfaatan sumberdaya secara efektif dan dijalankan secara efisien menjadi tantangan utama seiring dengan demokratisasi dalam bidang poli-tik di Indonesia. Perhatian khusus juga diberikan pada agenda otonomi khusus yang memberikan kewenangan-kewenangan baru di Aceh dan Papua dalam menata sistem politik yang lebih seimbang antara pusat dan dae-rah selain juga sebagai jalan keluar dari konflik berkepan-jangan di kedua wilayah tersebut.

Total Dana Hibah:

Rp 17,992,394,130

Page 45: 10 Tahun Yayasan Tifa_Semangat Masyarakat Terbuka

10 tahun Yayasan Tifa- 45

Photo: ANTARA/Yudhi Mahatma

“ Pada tahun 2010, terdapat 176 kasus

korupsi dengan kerugian Negara

mencapai Rp. 2,102 triliun”

(Laporan ICW, 4 Agustus 2010)

Page 46: 10 Tahun Yayasan Tifa_Semangat Masyarakat Terbuka

46 - 10 tahun Yayasan Tifa

Pada tahun 1995, menurut Transparansi Indonesia (TI), Indone-sia tampil dalam posisi terburuk mutlak, dengan skor 1,94, dan berada pada posisi terbawah dari 41 negara dalam perhitungan itu. Pada saat itu, Indonesia bahkan dinilai lebih buruk diband-ing Cina, Pakistan, Venezuela, Brasil, dan Filipina.

Sepanjang periode pemerintahan presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2004-2009), upaya-upaya memberantas korupsi di-canangkan melalui serangkaian pembentukan lembaga anti ko-rupsi seperti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan lembaga pengadilan Tindak Pidana Korupsi (TIPIKOR). Lembaga-lembaga tersebut terbukti cukup efektif dalam mengungkap kasus-kasus korupsi di Indonesiai.

Seiring dengan proses tersebut, terjadi peningkatan cukup signifikan posisi Indonesia berkait dengan korupsi. Pada tahun 2008, Skor Indeks Persepsi Korupsi (IPK) mencapai angkat 2,6 dan meningkat menjadi 2,8 pada tahun 2008. Indeks tersebut menunjukkan peningkatan signifikan dalam pemberantasan korupsi di Indonesia.

Sampai tahun 2010, disebutkan bahwa dari 33 provinsi, ter-dapat 18 pejabat gubernur menjadi terdakwa, tersangka, atau diperiksa penyidik hukum karena dianggap membuat keputu-san yang merugikan keuangan negara. Dan dari 491 kabupaten/kota, sebanyak 130 pemimpinnya menjadi pesakitan Komisi Pemberantasan Korupsi, kejaksaan, atau kepolisian. Laporan ICW menyebutkan bahwa total kerugian negara dari seluruh kasus korupsi mencapai sekitar Rp. 4,8 triliun. Skandal-skandal besar terkait tuduhan kasus korupsi besar muncul, seperti

Pemerintahan yang Bersih & Bebas Korupsi

Phot

o: T

EMPO

/Dw

i Nar

wok

o

Page 47: 10 Tahun Yayasan Tifa_Semangat Masyarakat Terbuka

10 tahun Yayasan Tifa- 47

KPK telah memenjarakan 42 anggota parlemen, 8 menteri, 7 gubernur,

20 bupati/wali kota, 8 anggota Komisi

Pemilihan Umum, 4 duta besar, 1 gubernur

Bank Indonesia (BI), dan 4 deputi gubernur BI.

kontroversi skandal Bank Century dan Bank Indonesia (BI), muncul dalam satu tahun terakhir. Yayasan Tifa memandang bahwa korupsi memberikan efek buruk terhadap kehidupan sosial, ekonomi dan politik. Dukungan ter-hadap organisasi-organisasi masyarakat sipil di Indonesia dalam mengkampanyekan agenda anti-korupsi, pemantauan kinerja lem-baga publik, termasuk juga pemantauan terhadap sumber-sumber pemasukan negara, menjadi agenda strategis dalam menjalankan agenda anti-korupsi di Indonesia.

Phot

o: T

EMPO

/ Su

bekti

Page 48: 10 Tahun Yayasan Tifa_Semangat Masyarakat Terbuka

48 - 10 tahun Yayasan Tifa

Modus korupsi, selain mark-up adalah mark-down, atau mempre-diksi lebih rendah potensi pendapatan pemerintah. Untuk kasus eksploitasi sumberdaya akibatnya fatal: sumberdaya tereksploi-tasi namun pendapatan tidak sebanding dengan kerusakannnya. Dengan dukungan Yayasan Tifa, Amrta Institute melakukan pemantauan pendapatan dari sumberdaya air pada periode ta-hun 2006-2009. Hasilnya mengejutkan. Selain pemerintah daerah kerap mendiskon tarif retribusi atau pajak atas air tanah yang dikenakan kepada sektor swasta, pendapatan negara tidak se-banding dengan keuntungan yang didapat pihak swasta utamanya untuk air minum dalam kemasan.

Hitung-hitungan Amrta Institute menunjukkan bahwa dengan harga air tanah yang dipatok lewat retribusi oleh pemerintah daerah Sukabumi misalnya, maka untuk setiap m3 air tanah yang digunakan untuk produksi, produsen hanya perlu mengeluarkan Rp 1.333 untuk memperoleh pendapatan Rp. 1,2 juta. Sementara itu, di desa tempat air tanah dieksploitasi oleh industri air dalam kemasan, kondisinya memprihatinkan: infrastruktur jalan yang buruk dan kekeringan menjadi kenyataan sehari hari. Mereka tidak dapat lagi bertani. Sebagian besar kemudian memilih untuk bermigrasi ke kota besar atau ke luar negeri untuk menyambung hidup.

Ramai-Ramai Memantau PendapatanRejeki dari Air

Photo: Wisnu Prabowo

Page 49: 10 Tahun Yayasan Tifa_Semangat Masyarakat Terbuka

10 tahun Yayasan Tifa- 49

Menyusuri Parkir

Sejak tahun 2005, program governance Yayasan Tifa telah mengembangkan agenda untuk mendorong masyarakat sipil di Indonesia melakukan pemantauan terhadap sisi pendapatan pemerintah dalam program Revenue Watch. Implementasi agenda ini dilakukan dengan memberikan dukungan terhadap Yayasan FAKTA di Jakarta dalam untuk melakukan pemantauan terhadap pendapatan pemerintah propinsi DKI Jakarta melalui sektor parkir dengan temuan potensi kebocoran pendapatan negara mencapai 60% sampai 112% dari target pendapatan Rp. 19 milyar pada tahun 2006.

Photo: Ahmad Deny Salman

Page 50: 10 Tahun Yayasan Tifa_Semangat Masyarakat Terbuka

50 - 10 tahun Yayasan Tifa

Komisi Informasi PublikJalan Panjang Menuju Keterbukaan Informasi Publik

Pada tanggal 3 April 2008, UU Keterbukaan Informasi Publik se-cara resmi disahkan dan akan diberlakukan dua tahun kemudian. UU Keterbukaan Informasi Publik di Indonesia akan menjadi lang-kah awal menuju Indonesia yang terbuka, demokratis dan akunta-bel. Yayasan Tifa ikut serta dalam proses advokasi di tahun 2004, dan semakin intesif terlibat pada tahun 2007. Berbagai inisiatif dilakukan termasuk melakukan sosialisasi, kampanye dan pelati-han agar pelaksanaaan UU ini berjalan lancar. Yayasan Tifa juga terlibat secara aktif dalam proses pembentukan Komisi Informasi dan selalu mendukung gerak Komisi Informasi bersama mitra-mitranya hingga saat ini. Hasil kajian ICEL yang didukung Yayasan Tifa tentang Anotasi Hukum UU Keterbukaan Informasi Publik bahkan secara resmi dijadikan bahan rujukan Komisi Informasi un-tuk memahami UU KIP, dan dianggap sebagai petunjuk resmi dari Komisi Informasi tentang interpretasi UU KIP.

Bersama dengan Sekolah Rakyat, Yayasan Tifa memfasilitasi program Monitoring Keterbukaan Informasi Publik Blok Cepu. Badan-badan publik dari mulai Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Min-yak dan Gas Bumi (BP Migas), Kementrian Keuangan (DepKeu), Dewan Perwakilan Rakyat, Pemerintahan Daerah baik eksekutif maupun legislatif serta BUMN/BHMN terkait, dimintai informa-sinya. Hasilnya, dari seluruh permintaan informasi berjumlah 475, hanya enam yang memberikan informasinya. Seluruhnya terkait dengan permintaan informasi Dana Bagi Hasil Migas dari Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Blora. Sengketa karena tidak dipenuhinya permintaan informasi ini, kini ditangani oleh Komisi Informasi Pusat.

Blok Cepu merupakan penemuan minyak terbesar ketiga di Indonesia selama tiga dekade. Produksi pertama diperkirakan mencapai 40 ribu barrel per hari dan akan

meningkat menjadi 170 ribu barrel per harinya. Namun Pemerintah Daerah Blora dan Cepu, Jawa Tengah, diperkirakan hanya menerima tambahan pendapatan asli

daerah sebesar 150 persen dari Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Page 51: 10 Tahun Yayasan Tifa_Semangat Masyarakat Terbuka

10 tahun Yayasan Tifa- 51

Corruption Perception Index : Score dan Rangking Negara-Negara

AseanSumber: Transparency International 2009

Page 52: 10 Tahun Yayasan Tifa_Semangat Masyarakat Terbuka

52 - 10 tahun Yayasan Tifa

Terkait dengan konfrontasi antara KPK dan Polri terkait tuduhan terhadap KPK yang melakukan penyadapan terhadap telepon seluler Susno Duadji yang terindikasi menerima suap dalam penanganan kasus Bank Century. Dengan terus terang Susno mengaku mengibaratkan KPK sebagai Cicak yang berani melawan Polri sebagai sesosok buaya. Pada perkembangan berikutnya, ma-syarakat luas menjadikan symbol Cicak vs Buaya sebagai analog perseteruan antara pejuang pemberantas korupsi melawan para koruptor. Belakangan dari pihak kejaksaan juga turut serta dalam polemik tersebut dengan mempersonifikasi diri mereka dengan Godzila. Lebih jauh lagi Cicak vs Buaya telah membuka tabir perseteruan secara terbuka antar lembaga penegak hukum, yaitu KPK, Polri dan Kejaksaan Agung. Ketiga lembaga itu seharusnya bekerjasama memberantas korupsi, tapi justru terlibat dalam aksi saling meng-hujat, menyerang dan melemahkan antara satu dan lainnya. Dari ketiga lembaga itu, tampaknya KPK menjadi lembaga yang paling disudutkan, bahkan dalam fak ta lapangan terdapat indikasi upaya menggembosi KPK. Persepsi itu menjadi sangat popular dalam

masyarakat, mengingat bahwa, jika dilihat dari kinerja KPK selama ini, kerap menangkapi para koruptor yang antara lain juga berasal dari kalangan anggota parlemen, pejabat daerah, dan para pet-inggi Polri dan Kejaksaan Agung.

Yang lebih merugikan KPK adalah, dengan kasus Cicak vs Buaya itu, dua komisioner KPK, Bibit Samad Rianto, dan Chandra M. Hamzah, juga harus sibuk menghadapi tuduhan Polri yang mendakwa keduanya sebagai tersangka dalam kasus suap dan penyalahgunaan wewenang di tubuh KPK. Untuk mengatasi perselisihan antara KPK dan Polri tersebut, Presiden SBY akhirnya membentuk Tim 8 yang bertugas mengusut ulang permasalahan dugaan suap menyuap dan penyalahgunaan wewenang di tu-buh KPK dan Polri. Meskipun tidak dapat berbuat banyak selain memberikan rekomendasi kepada Presiden, pada akhirnya publik mengetahui mana emas dan mana Loyang diantara kedua lemba-ga hukum negara tersebut. Banyak kalangan menganggap bahwa drama politik Cicak versus Buaya adalah langkah surut dalam pemberantasan korupsi di Indonesia.

Polemik Cicak Vs Buaya

Mulanya adalah pernyataan Kaba-reskrim Mabes Polri Komjen Pol. Susno

Duadji, yang mengatakan:

”cicak kok mau melawan buaya”

Photo: Stanlie Andika

Page 53: 10 Tahun Yayasan Tifa_Semangat Masyarakat Terbuka

10 tahun Yayasan Tifa- 53

Pada tahun 2009 DPR menempati rating pertama sebagai lembaga terkorup versi Transparansi Internasional Indonesia (TII). Hasil tersebut mengambil alih posisi Kepolisian pada tahun 2008 yang menempati urutan teratas. Dalam riset global barometer 2009 ko-rupsi tertinggi dengan skor 4,4 adalah di parlemen. Kemudian disusul oleh institusi peradilan dengan skor 4,1. Sedangkan untuk urutan ketiga, ditempati parpol dengan skor 4,0. Kemudian pegawai publik dengan skor 4,0 poin. Sementara sektor bisnis memeroleh skor 3,2 dan untuk media sekitar 2,3. Kondisi tersebut tentunya sangat memprihatikan. Apalagi temuan survei juga sama dengan yang dihasil-kan lembaga-lemabaga riset. Sehingga temuan tersebut diharapkan dapat menunjukkan opini masyarakat tentang korupsi di DPR sangat buruk.

Lembaga Terkorup di Indonesia

Page 54: 10 Tahun Yayasan Tifa_Semangat Masyarakat Terbuka

54 - 10 tahun Yayasan Tifa

ari total penduduk miskin di Indonesia, 66% tinggal di pedesaan dan 56% menggantungkan pada sektor pertanian. Keterbatasan akses terhadap sumberdaya dan rendahnya

peluang kerja memaksa mereka menjadi pekerja sektor informal dan penghuni pemukiman kumuh. Kesenjangan ekonomi terus

meningkat dari 0,30 (1999) menjadi 0,32 (2002) dan 0,36 (2005) dan menurut data BPS tahun 2009, angkanya meningkat menjadi 0,37. Koefisien gini adalah ukuran tingkat kesenjangan dimana angka 0 mencerminkan pemerataan sempurna dan 1 mewakili tingkat kesenjangan tertinggi.

Phot

o By

: Tot

o Sa

ntiko

Bud

i

D

Potret Kemiskinan di Indonesia

Page 55: 10 Tahun Yayasan Tifa_Semangat Masyarakat Terbuka

10 tahun Yayasan Tifa- 55

“Saya tidak habis pikir. Katanya ada bupati yang menolak PNPM. PNPM itu sudah berjalan tiga tahun ini, dua tahun efektif, program negara, memberikan Rp. 3 milyar tiap kecamatan mulai tahun depan untuk rakyat. Mengapa ditolak? Jelaskan pada saya, jelaskan pada rakyat dari kabupaten yang bersangkutan”, ujar Presiden SBY pada saat pem¬bukaan Munas Kadin tahun 2008.

Di mata pemerintah, PNPM adalah pro-gram yang berhasil. Juga diyakini bersifat partisipatoris (dislogankan dengan kalimat: dari, untuk dan oleh rakyat) serta tidak sekedar karikatif (di¬ilustrasikan dengan adanya tahapan: memberi ikan, memberi pancing, memiliki pancing dan perahu). Permasalahannya, penerima manfaat program belum tentu merasakan dan atau menilainya seperti itu. Ketidaksepaham itu bahkan juga terjadi di antara pejabat

pemerintah sebagaimana diutarakan send-iri oleh Presiden SBY. Sejak tahun 2009 Yayasan Tifa mendukung GAPRI, sebuah jaringan anti-pemiskinan, untuk mengembangkan audit sosial ter-hadap PNPM Mandiri. Audit sosial PNPM Mandiri berupaya mengukur seberapa jauh intervensi programatik PNPM Mandiri dalam menolong kelompok miskin keluar dari kemiskinannya.

Photo: Edy Susanto Photo: Yoppy Pieter

Audit Sosial Terhadap PNPM Mandiri

Page 56: 10 Tahun Yayasan Tifa_Semangat Masyarakat Terbuka

56 - 10 tahun Yayasan Tifa

Photo: Arief Sukardono Photo: ANTARA/Fanny Octavianus

Audit sosial diharapkan dapat menangkap aspek dinamis dari ma-syarakat untuk mengungkap tingkat kedalaman kemiskinan yang terjadi, sekaligus menyelidiki mengapa beberapa program PNPM Mandiri belum sepenuhnya berhasil.

Ini merupakan tahap awal bagi pondasi praktik-praktik penga-wasan mandiri oleh warga, sekaligus sebagai pengembangan ruang deliberasi bagi warga negara untuk menilai sendiri akunt-abilitas, efektifitas, dan kesesuaian program-program pemerin-tah dibandingkan dengan kebutuhan-kebutuhan riil masyarakat. Ruang deliberasi itu semakin terbuka seiring dengan berlakunya UU No. 14 tahun 2008 tentang Kebebasan Informasi Publik per 30 April 2010.

Page 57: 10 Tahun Yayasan Tifa_Semangat Masyarakat Terbuka

10 tahun Yayasan Tifa- 57

abupaten Jembarana, Propinsi Bali, adalah prototipe sukses dalam penerapan pro poor budgeting. Komitmen Bupati I Gde Winesa dalam melaksanakan program pro poor bud-

geting ini dilakukan sejak tahun 2001. Memang pada awalnya mendapat tentangan dari kalangan DPRD, namun hanya butuh waktu satu tahun untuk menyelesaikan perdebatan dengan DPRD. I Gde Winesa berupaya mengubah paradigma pemikiran dalam menjalankan pelayanan publik agar lebih efektif dan efisien. Manajemen pemerintahan yang ia gunakan adalah “manajemen sebagai panglima”. Aspek manajerial dalam pemerintahan teru-tama dalam penyusunan dan penggunaan anggaran harus direfor-

masi setidaknya untuk daerahnya sendiri.

Langkah reformasi keuangan dan penggunaan anggaran di Jem-brana dilakukan dengan rasion-alisasi birokrasi, pemangkasan struktur kelembagaan perangkat daerah, pengadaan barang dan jasa di tata kembali dan dilakukan pengawasan yang super ketat, efisiensi anggaran guna relokasi untuk memperbaiki akses pen-didikan dan kesehatan agar bisa menggerakkan ekonomi lokal. Perubahan yang terjadi sejak penerapan reformasi pada angga-ran daerah dan pro poor budget-ing itu bisa dilihat dari adanya program-program unggulan sep-erti JKJ (Jaminan Kesehatan Jem-brana) dan Bebas Iuran Sekolah. Dalam program Bebas Iuran Sekolah,Pemerintah Kabupaten

Jembrana menilai bahwa kondisi sosial masyarakatnya dalam bidang pendidikan tertinggal dengan wilayah lain di Indonesia. Hal ini didasari oleh kondisi psikologis masyarakat yang enggan meneruskan sekolah, biaya sekolah yang cukup tinggi, minimnya infrastruktur pendidikan, dan mentalitas keluarga yang belum mendukung pendidikan lanjutan kepada anggota keluarganya. Untuk itu kebijakan yang paling tepat adalah membebaskan iuran sekolah sekaligus memberikan beasiswa kepada sekolah swasta. Agar seimbang antara yang sekolah negeri dan swasta.

Photo: Lukman S Bintoro

K

‘Sejak tahun 2005, Yayasan Tifa bekerjasama dengan kelompok

masyarakat sipil di Indonesia telah menjadikan model kebijakan Jembrana

sebagai acuan dalam kebijakan anggaran pro-rakyat di propinsi Jawa

Tengah dan Sulawesi Selatan.

Pro-Poor Budget dan Replikasi Jembrana

Page 58: 10 Tahun Yayasan Tifa_Semangat Masyarakat Terbuka

58 - 10 tahun Yayasan Tifa

Membangun Perdamaian di Daerah Konflik

Page 59: 10 Tahun Yayasan Tifa_Semangat Masyarakat Terbuka

10 tahun Yayasan Tifa- 59

Konflik PosoSalah satu insiden konflik kekerasan berkepanjangan antarapemeluk

agama Islam dan Kristen terjadi di wilayahPoso, Sulawesi Tengah. Sejak akhir tahun 1998 hingga 2003

wilayah Poso tidak lagi aman dan menjadi kekerasan kelompokyang mengatasnamakan agama. Dibutuhkan upaya

serius pemerintah sebelum akhirnya kedua belah pihaksepakat mengakhiri konflik yang mendera mereka. Sejak tahun 2005,

Yayasan Yayasan Tifa telah mengembangkan agenda kerja Sistem Peringatan Dini (Early Warning System) di wilayah-wilayah konflik di Indonesia seperti, Maluku dan Kalimantan. Diharapkan program ini

dapat menjadi perangkat yang mendukung pencegahan perluasan konflik di wilayah-wilayah rawan konflik di Indonesia.

Photo by: TEMPO/ RIni PWI

Page 60: 10 Tahun Yayasan Tifa_Semangat Masyarakat Terbuka

60 - 10 tahun Yayasan Tifa

Perdamaian Berkelanjutan di Nangroe Aceh Darussalam

erdamaian adalah titik awal membangun masyarakat baru di Aceh. Kesepakatan damai antara pemerintah Republik Indone-sia dan GAM di Helsinki pada tanggal 15 Agustus 2005 menjadi

pintu gerbang yang membuka langkah-langkah baru dalam mewujud-kan cita-cita ideal tentang bagaimana membangun sebuah masyara-kat baru yang selama beberapa dekade terjerat oleh konflik berlarut-

larut. Bagaimana membangun perdamaian berkelanjutan di Aceh telah menjadi perhatian Yayasan Tifa sejak perjanjian perdamaian ditandatangani. Langkah perdamaian adalah titik penting menutup lembaran sejarah masa lalu yang penuh kekerasan di Nangroe Aceh Darussalam.

Photo by: TEMPO/ Arie Basuki Photo by: TEMPO/ Bernard Chaniago

P

Page 61: 10 Tahun Yayasan Tifa_Semangat Masyarakat Terbuka

10 tahun Yayasan Tifa- 61

Membongkar Ketertutupan

Ketika Aceh menjadi ajang konflik, ketertutupan dari dunia luar adalah cara efektif bagi pihak militer Indonesia untuk memper-mudah segala tindakan mereka dalam memerangin GAM—ter-masuk segala tindakan seperti teror, penculikan, pembunuhan se-wenang-wenang, pelecehan seksual terhadap kaum perempuan dan lainnya. Keterlibatan Yayasan Tifa dalam upaya membangun perdamaian dan meredakan konflik adalah membuka ketertutu-pan itu melalui kerjasama dengan organisasi-organisasi masyara-kat sipil di Aceh sejak dimulainya kesepakatan damai yang gagal pada tahun 2002 sampai dengan pemberlakuan darurat militer dan darurat sipil di Aceh sampai tahun 2004.

Rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam agenda kerja ini me-liputi proses konsolidasi organisasi-organisasi masyarakat sipil di Aceh yang dilakukan oleh Acehnese Civil Society Task Force (ACSTF) pada tahun 2002, pembentukan jaringan kerja yang menghubungkan aktivis-aktivis perdamaian Aceh dengan kalan-gan jurnalis dalam upaya memperluas diseminasi masalah konflik Aceh (dilakukan oleh Voice of Human Rights, VHR), advokasi dan kampanye di tingkat nasional dan internasional sampai pemben-tukan kantor penghubung antara organisasi-organisasi masyara-kat sipil di Aceh dan Jakarta dalam melalui pembentuk ALORAC (Aliansi Ornop Aceh). Selanjutnya, agenda ini berkembang melalui pembentuk Aceh Working Group (AWG) yang melibatkan Im-parsial, Kontras, ELSAM, HRWG di Jakarta, AJMI dan Koalisi NGO HAM di Aceh.

Phot

os: A

NTA

RA

Page 62: 10 Tahun Yayasan Tifa_Semangat Masyarakat Terbuka

62 - 10 tahun Yayasan Tifa

Pemulihan Trauma Masyarakat

Konflik bersenjata di NAD, sejak tahun 1999-2005, telah menim-bukan kejadian traumatis di kalangan masyarakat. Survey WHO dan Dinas Kesehatan Propinsi NAD di 11 kabupaten menunjukkan baghwa 25,7% masyarakat Aceh mengalami gangguan depresi secara episodik, 10,9% mengalami gangguan depresi berulang, 18,4% mengalami gangguan panik, dan 51,1% menderita gang-

guan jiwa. Situasi tersebut diperparah dengan bencana gempa bumi dan tsunami. Diperkirakan 128,803 jiwa meninggal du-nia, 37,066 jiwa dinyatakan hilang dan 529,219 orang menjadi pengungsi. Yayasan Tifa bersama Relawan Perempuan Untuk Kemanusiaan (RPUK) menggagas pengembangan model rujukan pemulihan trauma masyarakat berbasis psikososial yang mengin-tegrasikan departemen terkait memulihkan korban-korban yang mengalami trauma akibat konflik dan kekerasan.

Photo: JiwaFoto/ Deny

Page 63: 10 Tahun Yayasan Tifa_Semangat Masyarakat Terbuka

satu dasawarsa Yayasan Tifa- 63

Skenario Aceh Masa Depan Membangun masa depan Aceh Baru yang da-mai dan sejahtera bukan merupakan pekerjaan satu kelompok saja. Diperlukan kerjasama antar kekuatan sosial, politik dan budaya yang luas. Skenario Aceh Masa Depan adalah satu agenda kerja Yayasan Tifa bersama kelompok masyarakat sipil di Aceh sejak tahun 2007. Tujuan utamanya adalah membangun dialog dan pemikiran yang melibatkan kelompok-kelompok masyarakat sipil, akademisi, pejabat pemerintahan di Aceh. Melalui mekanisme seperti ini harapan tentang masyara-kat Aceh yang toleran, adil, menghargai perem-puan dan demokratis dapat menjadi pemikiran bersama di dalam masyarakat Aceh.

Page 64: 10 Tahun Yayasan Tifa_Semangat Masyarakat Terbuka

64 - 10 tahun Yayasan Tifa

Page 65: 10 Tahun Yayasan Tifa_Semangat Masyarakat Terbuka

10 tahun Yayasan Tifa- 65

Perhatian terhadap wilayah-wilayah yang memiliki status otonomi khusus, sepertiAceh, Jakarta, Yogyakarta dan Papua, menjadi bagian dari pekerjaan mengenai tata

pemerintahan dan bagaimana hubungan antara pusat dan daerah diatur.

Yayasan Tifa sejak tahun 2008telah mengembangkan agenda tentang bagaimana rumusan otonomi khusus inidapat menjadi pemecahan terhadap ketegangan yang muncul antara pusat dan

daerah dalam tatanan politik dan hukum di Indonesia.

Persoalan Otonomi Khusus

Page 66: 10 Tahun Yayasan Tifa_Semangat Masyarakat Terbuka

66 - 10 tahun Yayasan Tifa

Democracy & GovernanceAceh Bali Banten DI YogyakartaDKI JakartaJawa BaratJawa TengahJawa TimurKalimantan BaratKalimantan SelatanKalimantan TengahKalimantan TimurLampung Nusa Tenggara BaratNusa Tenggara TimurPapua Sulawesi SelatanSulawesi TengahSulawesi TenggaraSulawesi UtaraSumatera BaratSumatera Utara

Human Rights & JusticeAcehBaliBantenDI YogyakartaDI YogyakartaDKI JakartaJambiJawa BaratJawa TengahJawa TimurKalimantan BaratKalimantan SelatanKalimantan TimurLampungMalukuNusa Tenggara BaratNusa Tenggara TimurPapuaSulawesi SelatanSulawesi Tengah

Sulawesi TenggaraSulawesi UtaraSumatera BaratSumatera SelatanSumatera Utara

Media & InformationAcehBantenDI YogyakartaDKI JakartaJawa BaratJawa TengahJawa TimurKalimantan BaratLampungNusa Tenggara BaratNusa Tenggara TimurRiauSulawesi SelatanSulawesi TengahSulawesi TenggaraSumatera BaratSumatera SelatanSumatera Utara

Migrant WorkersProgramDI YogyakartaJambiJawa BaratJawa TengahJawa TimurNusa Tenggara BaratNusa Tenggara TimurSulawesi Selatan

Page 67: 10 Tahun Yayasan Tifa_Semangat Masyarakat Terbuka

10 tahun Yayasan Tifa- 67

2010

total dana

US$ 4,689,489

2001 total dana

US$ 1,058,213

2002 total dana

US$ 1,423,829

2003 total dana

US$ 2,701,719

2004 total dana

US$ 3,134,706

2005total dana

US$ 2,865,750

2009total dana

US$ 3,539,507

2007total dana

US$ 2,528,894

2008

total dana

US$ 3,636,422

2006total dana

US$ 2,990,926

Total Dana Hibah

Total DanaUS$ 28,569,456

Page 68: 10 Tahun Yayasan Tifa_Semangat Masyarakat Terbuka

68 - 10 tahun Yayasan Tifa

Bambang WidjojantoBivitri SusantiBudi SantosoBulan Tresna DjelantikChusnul Mar’iyahDaniel DhakidaeDebra YatimFelia SalimGunawan MuhammadHadi Soesastro (Alm)Hasballah M. SaadIfdhal KasimJhon Thomas IreKarlina SupeliLukas LuwarsoLutfi AssyaukanieM. Riefqi MunaS. MasiunMiryam NainggolanNiel MakinuddinNeles TebaySmita NotosusantoSri Setyowati SyaifulTodung Mulya LubisTosca SantosoYuli Ismartono

Anna Margret L.Ade CahyadiAlexander IrwanAndi AchdianAnton PrasdjastoAnugrah Nindita MAyu PermatasariBasilisa DengenDarwina WijayantiDedi HaryadiDetty IndrianaDiah RahardjoDjamilahEddyEndang SuyatinEzra KabanFathurahmanFerry FernandoGeni AchnasGuntur TuaHaryo WibowoHeningtyas SutjiHenry SiahaanHermaini PermatasuriHeryadiIndrianingtyasJeffrey AnwarLusiana SitanggangMargaretha Annike

MaulanaMaya MarlinMichael B. HoelmanMoh MuhajirinNatalia HeraNazwirNori AndriyaniOktaviaPahala NainggolanRahlan NashidikRenata ArianingtyasRian NurifiyaniRiana PuspitasariRini PratamiRiza BorisR KristiawanRomatio WulandariRonaldiSamuel GultomShita LaksmiSri AryaniSri SulastriSuciwatiSulistianiTanti Budi SuryaniTri NugrohoVita AirlanggiaWirawanYeni Oktriani

Dewan Pengurus Staf

Selama sepuluh tahun, banyak orang yang bekerja bersamaYayasan TIFA. Masing-masing telah memberikan sumbangan sesuai dengan jabatan dan syarat kerja.

* Nama dalam cetak putih masih aktif

Page 69: 10 Tahun Yayasan Tifa_Semangat Masyarakat Terbuka

10 tahun Yayasan Tifa- 69

Mitra DonorOpen Society Foundation

The Embassy of Finland

The Embassy of Denmark

The British Embassy

The Royal Dutch Embassy

The Swedish International Development Cooperation Agency (SIDA)

Microsoft Unlimited Potential Program

Australia Nusa Tenggara Assistance for Regional Autonomy

World Bank, Jakarta Office

Page 70: 10 Tahun Yayasan Tifa_Semangat Masyarakat Terbuka

70 - 10 tahun Yayasan Tifa

Daftar MitraAAceh Feature ServiceAceh Judicial Monitoring Institute (AJMI)Aceh Support Group (ASG)Acehnese Civil Society Task Force (ACSTF)Advokasi Keadilan Untuk Masyarakat,LembagaAksi Cinta Kehidupan (AKTA KEHIDUPAN)Aliansi Buruh Menggugat (ABM) Aliansi Gerakan Reforma Agraria (AGRA)Aliansi Jurnalis Independen (AJI) BandungAliansi Jurnalis Independen (AJI) IndonesiaAliansi Jurnalis Independen (AJI) JakartaAliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota MedanAliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota PaluAliansi Jurnalis Independen (AJI) LampungAliansi Jurnalis Independen (AJI) MakassarAliansi Jurnalis Independen (AJI) PadangAliansi Perempuan Sulawesi Tenggara (ALPEN SULTRA)Amrta InstituteArus PelangiAsosiasi LSM/ORNOP (AiLO) Sulawesi SelatanAsosiasi untuk Pemikiran KritisASPPUK (Asosiasi Pendamping Perem-puan Usaha Kecil)

BBadan Pengurus Wilayah Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP) Sulawesi TengahBalai Syura Ureung Inong AcehBandung Institute of Governance Studies (BIGS)

CCenter for Marginalized Communities Studies (CMARs)Center for Pesantren and Democracy Studies (CePDeS)Center for Regional Economic Re-search (CoRNER)Center for Strategic and International Studies (CSIS)Center for the Study of Religion and Culture (CSRC) UIN Syarif Hidayatullah JakartaCentre for Studying and Miliue Devel-opment (CESMiD)COMBINE Resource Institution

DDewan PersDian Mutiara Women’s Crisis Centre

FFahmina InstituteFakultas Hukum Universitas Islam Indonesia ( FH UII )FITRA Sumut (Forum Indonesia Untuk Transparansi Anggaran Sumatera Utara)Flores Institute for Resources Develop-ment (FIRD)Forum Diskusi Wartawan Bandung (FDWB)Forum Indonesia Untuk Transparansi Anggaran (FITRA) Kota DepokForum Informasi dan Komunikasi Or-ganisasi Non Pemerintah (FIKORNOP) Sulawesi SelatanForum Kajian Hukum Fakultas Hukum Universitas PakuanForum Komunikasi Perempuan Mitra Kasih BaliForum Komunikasi Radio Komunitas Lombok Barat

Forum Komunikasi Warga Timbulharjo (FOKOWATI)vForum Lembaga Swadaya Masyarakat Aceh (Forum LSM Aceh)Forum Lembaga Swadaya Masyarakat (FORUM LSM DIY)Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (FORMAPPI) Forum Nasional Kepedulian HAM Papua (Papua)Forum Pengembangan Pembaharuan Desa (FPPD)Forum Warga Kota Jakarta (FAKTA)

GGemawan,LembagaGerakan Anti Pemiskinan Rakyat Indo-nesia (GAPRI)Gerakan Rakyat Anti Korupsi (GeRAK) Indonesia

HHimpunan Serikat Perempuan Indone-sia (HAPSARI)

IIkatan Dokter Indonesia (IDI) Ikatan Keluarga Orang Hilang Indone-sia (IKOHI)Ikatan Mahasiswa dan Pemuda Aceh Jakarta ( PP. IMAPA JAKARTA)IMPARSIALIndonesia Budget Center (IBC)Indonesia Corruption Watch (ICW)Indonesian Centre for Reform and Social Emancipation (INCREASE)Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP)Indonesian Court Monitoring (ICM)Indonesian Institute for Civil Society (INCIS)Indonesian Parliamentary Center (IPC)Indonesian Partnership on Local Gov-ernance Initiatives (IPGI) SoloInduk Koperasi Wanita (INKOWAN) DKI JakartaInformasi Perburuhan Sedane, Lem-baga (LIPS)Institut Kemanusiaan dan Perdamaian (Stikma)

Institut Pengembangan dan Pember-dayaan Masyarakat (IPPM)Institut Studi Arus Informasi (ISAI)Institut Titian Perdamaian (ITP)Institut UnguInstitute for Defense, Security and Peace Studies (IDSPS)Institute for Development and Envi-ronment Studies (IDEAS)Institute for Local Development (ILD)Institute for Media and Social StudiesInstitute for Multiculturalism and Pluralism Studies (IMPULSE)Institute for Research and Empower-ment (IRE)Institute for Social Transformation (INSIST)Institute of Community Justice (ICJ) MakassarInstitute of Development and Eco-nomic Analysis (IDEA)International Law Mooting Society Fakultas Hukum Universitas IndonesiaInternational NGO Forum on Indone-sian Development (INFID)

JJala PRTJari Region Kalimantan TengahJaringan Advokasi Masyarakat dan Pesantren (JAMAN) Jaringan Independen Masyarakat Sipil untuk Transparansi dan Akuntabilitas Pembangunan (JARI Indonesia)Jaringan Intelektual Muda Muham-madiyah (JIMM) YogyakartaJaringan Islam Anti Diskriminasi (JIAD)Jaringan Islam Liberal (JIL)Jaringan Kerja Pemetaan Partisipatif (JKPP)Jaringan Kerja Sama Masyarakat Pesi-sir (JKSMP)Jaringan Komunitas Masyarakat Adat (JKMA Aceh) Suloh TamiangJaringan Nasional Pengembangan Ekonomi Alternatif Buruh Migran Indonesia ( JARNAS PEKABUMI )Jaringan Pendidikan Pemilih Untuk Rakyat (JPPR)Jaringan Radio Komunitas (JRK)

Page 71: 10 Tahun Yayasan Tifa_Semangat Masyarakat Terbuka

10 tahun Yayasan Tifa- 71

Banten Jaringan Radio Komunitas (JRK) Jawa BaratJaringan Radio Komunitas (JRK) Yog-yakartaJaringan Radio Komunitas Indonesia (JRKI)Jaringan Radio Suara Petani (JRSP) Jaringan Relawan Kemanusiaan (JRK)Jurnal Antropologi Jurusan Antrop-ologi FISIP UIJURnal CelebesJurusan Ilmu Pemerintahan, FISIPOL UGM

KKajian Informasi Pendidikan dan Penerbitan Sumatera (KIPPAS)Kampung HalamanKantor Bantuan Hukum (KBH) Lam-pungKantor Bantuan Hukum Bengkulu ( KBH Bengkulu )Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI),YayasanKelompok Kerja (Pokja) Televisi Komu-nitasKelompok Kerja Penyelesaian Hukum Kasus Munir Kelompok Kerja Transformasi Gender Aceh (KKTGA)Kelompok Perempuan Pro Demokrasi (KPPD) Samitra AbhayaKelompok Relawan untuk Penguatan Peran Petani (Kawan Tani)KIPPAS (Kajian Informasi, Pendidikan dan Penerbitan Sumatera)“Klinik Keterbukaan Informasi Publik (Klinik KIP) Universitas Islam Indonesia Yogya-karta”Koalisi NGO HAM AcehKoalisi Perempuan Indonesia (KPI) Jawa TimurKomisi Nasional Anti Kekerasan Terha-dap Perempuan (Komnas Perempuan)Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnasham)Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS)

Komite Anti Korupsi (KoAK) LampungKomite Bersama Aceh Baru (KBAB) Komite Kerja Independen Untuk Parti-sipasi dan Transparansi Publik (KRITIK)Komite Pemantau Legislatif (KOPEL) SulawesiKomite Solidaritas untuk Munir (KA-SUM) Komunitas Pecinta Alam Pemerhati Lingkungan (KAPPALA)Komunitas Peduli Perempuan dan Anak (KPPA) Sulawesi TengahKomunitas SaliharaKomunitas SekitarkitaKomunitas Tikar Pandan Banda AcehKonsorsium Pembaharu Banten Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA)Konsorsium Pembela Buruh Migran Indonesia (KOPBUMI) Konsorsium Pengembangan Masyara-kat Madani (KPMM)Konsorsium Reformasi Hukum Nasi-onal (KRHN)Koslata

LLa Kasspia InstituteLabSosio, Jurusan Sosiologi Universitas IndonesiaLampung Parliament Watch (LPW)Legal Resources Center - Keadilan Jender dan Hak Asasi Manusia (LRC - KJHAM Yayasan Sukma)Lembaga Pengkajian dan Studi Arus Informasi Regional (LPSAIR)Lembaga Advokasi dan Pendidikan Anak Rakyat (LAPAR)Lembaga Advokasi Hak Anak (LAHA) Lembaga Advokasi Kerakyatan (LAK)Lembaga Advokasi Pendidikan Anak Marjinal (LAPAM)Lembaga Advokasi Perempuan Anti Kekerasan (DAMAR)Lembaga Anak Wayang IndonesiaLembaga Anti-Diskriminasi Indonesia (LADI) Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Aceh Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Baku BaeLembaga Bantuan Hukum (LBH) Bali

Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Ban-dar LampungLembaga Bantuan Hukum (LBH) BandungLembaga Bantuan Hukum (LBH) JakartaLembaga Bantuan Hukum (LBH) KendariLembaga Bantuan Hukum (LBH) MakassarLembaga Bantuan Hukum (LBH) ManadoLembaga Bantuan Hukum (LBH) MedanLembaga Bantuan Hukum (LBH) PadangLembaga Bantuan Hukum (LBH) PalembangLembaga Bantuan Hukum (LBH) PapuaLembaga Bantuan Hukum (LBH) PersLembaga Bantuan Hukum (LBH) SemarangLembaga Bantuan Hukum (LBH) SurabayaLembaga Bantuan Hukum (LBH) YogyakartaLembaga Bantuan Hukum Asosiasi Perempuan Indonesia untuk Keadilan (LBH) APIK KALTIMLembaga Bantuan Hukum Asosiasi Perempuan Indonesia untuk Keadilan Aceh (LBH APIK)Lembaga Bantuan Hukum dan Ling-kungan Hidup Indonesia (INVACY)Lembaga Bantuan Hukum MasyarakatLembaga Bantuan Hukum Nusa Teng-gara Barat (LBH-NTB)Lembaga Demografi, Fakultas Eko-nomi, Universitas IndonesiaLembaga Ekolabel IndonesiaLembaga Interaksi Lembaga GemawanLembaga Kajian Agama dan Jender (LKAJ)Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (LAKPESDAM) NU Kabupaten CilacapLembaga Kajian Demokrasi dan Hak Asasi (DEMOS)Lembaga Kajian Keislaman dan Kema-

syarakatan (LK3)Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hu-kum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (LKBH FH UII)Lembaga Konsultasi Perburuhan (LEK-SIP) - Kalimantan TimurLembaga Paramitra Jawa TimurLembaga Pemberdayaan Anak dan Perempuan Papua (LPAPUA)Lembaga Pendidikan Gerakan Rakyat (ELPAGAR)Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Air-langga SurabayaLembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Internasional Batam (UIB)Lembaga Penelitian SMERULembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerbitan Yogya (LP3Y)Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Pengembangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES)Lembaga Pengembangan Masyarakat Pesisir dan Pendalaman (LePMIL)Lembaga Pers Dr. Soetomo (LPDS)Lembaga Pers Mahasiswa Hayam-wuruk Fakultas Sastra Universitas DiponegoroLembaga Studi dan Advokasi Masyara-kat (ELSAM)Lembaga Studi dan Bantuan Hukum (LSBH) MataramLembaga Studi dan Konsultasi Komu-nikasi untuk Demokrasi (LeSKKUD)Lembaga Studi Media Indonesia (SBM)Lembaga Studi Pers & Informasi (LeSPI)Lembaga Studi Pers & Pembangunan (LSPP)Lembaga Studi Strategy Analisi dan Krisis (LSSAK)Lembaga Suara Anak NegeriLembaga Swadaya Masyarakat Wasan-tara TentenaLentera Persada, Yayasan ( Lensa Bandung )Liga Mahasiswa Nasional untuk De-mokrasi ( LMND )Lingkar Penguatan Partisipasi (Lingkar

Page 72: 10 Tahun Yayasan Tifa_Semangat Masyarakat Terbuka

72 - 10 tahun Yayasan Tifa

Lappera)Lingkaran Pendidikan Alternatif Perempuan (KAPAL Perempuan)LSM Labda Yogyakarta

MMAARIF Institute for Culture and HumanityMajelis Desa PakramanMasyarakat Dialog Antar Agama (MADIA)Masyarakat Pamantauan Peradilan Fakultas Hukum Universitas Indonesia (MAPPI FHUI)Masyarakat Peduli Media (MPM)Media Link

OOrganisasi Rakyat Independen (ORI) Pekalongan

PPACIVIS Universitas IndonesiaPADI IndonesiaPaguyuban Peduli Buruh Migran Indo-nesia (SERUNI)Pemantau Regulasi dan Regulator Media (PR2Media)Pembela Petani dan Nelayan, (Yayasan Papan)Pengurus Pusat Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Nahdlatul Ulama (PP. Lakpesdam NU)People’s Empowerment Consortium (PEC)Perhimpunan Bantuan Hukum (PBH) Nusa TenggaraPerhimpunan Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia (PBHI) JakartaPerhimpunan Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia (PBHI) Jawa BaratPerhimpunan Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia (PBHI) YogyakartaPerhimpunan Bantuan Hukum Rakyat (PBHR) Sulawesi Tengah Perhimpunan Citra KasihPerhimpunan Indonesia untuk Buruh

Migran BerdaulatPerhimpunan KARSA (Lingkar Pem-baruan Pedesaan dan Agraria)Perhimpunan Link (Linkar Indonesia untuk Keadilan)Perhimpunan Pengembangan Media Nusantara - PPMNPerhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M)Perhimpunan Penggerak Advokasi Kerakyatan untuk Keadilan Sosial (PERGERAKAN)Perkumpulan ALHA-RAKAPerkumpulan Averroes, MalangPerkumpulan BantayaPerkumpulan HRWGPerkumpulan INISIATIFPerkumpulan Institut SamdhanaPerkumpulan Jurnalis Advokasi Ling-kungan (JURnaL) CelebesPerkumpulan Keluarga Berencana In-donesia Yogyakarta (PKBI) YogyakartaPerkumpulan Kemala Jawa Perkumpulan Manajemen Dan Pengembangan Sumberdaya Untuk Transformasi Sosial (Praxis)Perkumpulan Masyarakat Jakarta Peduli (POKJA) PapuaPerkumpulan Panca Karsa MataramPerkumpulan Pancur Kasih (PPK)Perkumpulan PENAPerkumpulan PrakarsaPerkumpulan Studio 42C Sumatera BaratPerkumpulan Suara KeadilanPerkumpulan SWAMIPersekutuan Sahabat Gloria (PSG)Pimpinan Lembaga Pendidikan Tinggi Kehutanan (FOReTIKA),ForumPos Bantuan Hukum dan HAM (PB HAM) Aceh TimurProgram Pengembangan Organisasi Masyarakat Poso,KonsorsiumProgram Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng TirtayasaProgram Studi Kajian Wanita, Program Pascasarjana Universitas IndonesiaProPatria InstitutePublic Interest Research and Advocacy

Center (PIRAC)Pusaka Indonesia, YayasanPusat Gerakan dan Advokasi Rakyat (PUGAR)Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA)Pusat Kajian Media dan Budaya Pop-uler (PKMBP)Pusat Kajian Pembangunan Adminis-trasi Daerah dan Kota Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas IndonesiaPusat Kajian Politik Universitas Indo-nesia (PUSKAPOL-UI)Pusat Konservasi Kawasan Lindung (PKKL ) POKLAN-BantenPusat Pelayanan Program Pendidikan Anak Usia DiniPusat Pemberdayaan Perempuan dalam Politik (PD Politik)Pusat Pemilihan Umum Akses Penyan-dang Cacat (PPUA Penca)Pusat Pencegahan dan Penanganan Trauma Psikologis (Yayasan PULIH)Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2P LIPI)Pusat Pengembangan Otonomi Daerah Fakultas Hukum Universitas Brawijaya (PPOTODA)Pusat Pengembangan Sumberdaya Wanita (PPSW)Pusat Pengkajian dan Pengembangan Sumber Daya (P3SD Padang)Pusat Perlindungan Perempuan dan Anak (P3A) SidoarjoPusat Reformasi PemiluPusat Studi Antar Komunitas (PUSAKA) PadangPusat Studi Asia Pasifik Universitas Gadjah Mada (PSAP UGM)Pusat Studi Etnisitas dan KonflikPusat Studi Hukum & Kebijakan Indo-nesia (PSHK)Pusat Studi Hukum dan Hak Asasi Ma-musia ( PUSKUM HAM ) - Center for the Study of Law and Human RightsPusat Studi Pancasila Universitas Gad-jah Mada YogyakartaPusat Studi Sosiologi Pedesaan Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu

Sosial dan Politik Universitas IndonesiaPusat Studi Strategi dan Kebijakan (PuSSbik)Pusat Telaah dan Informasi Regional (PATTIRO)Pusat Telaah dan Informasi Regional (PATTIRO) MalangPusat Untuk Pengembangan Kegiatan Yang Berkualitas Dalam Kehidupan Penyandang Cacat (CIQAL)

RRabithah Thaliban Aceh (RTA) / Ikatan Santri Dayah Nanggroe Aceh Darus-salamRadio Siaran Tercinta (RASTER ( FM )RAGAM ( Center for Multicultural Understanding )Rapid Agrarian Conflict Appraisal (RACA) InstituteResearch Institute for Democracy and Peace (The RIDEP Institute)Rumpun Gema Perempuan

SSAMAWA CenterSANGGAR (Jaringan Untuk Demokrasi, Hak-hak Publik dan Keadilan Sosial)Sanggar Anak AkarSarasehan Warga Bandung (SAWA-RUNG)Saree School For Human Rights and PeaceSasana Integrasi dan Advokasi Difabel (SIGAB)Satu Merah PanggungSeJUK (Serikat Jurnalis untuk Keber-agaman)Sekolah RakyatSekretariat Nasional Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (SEKNAS FITRA)Sekretariat Nasional Perhimpunan Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manu-sia Indonesia (PBHI Nasional)Senat Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas IndonesiaSerikat Gerakan Pemberdayaan Ma-syarakat Dayak Pancur Kasih (SegeraK-PK)

Page 73: 10 Tahun Yayasan Tifa_Semangat Masyarakat Terbuka

10 tahun Yayasan Tifa- 73

Serikat Inong Aceh ( SEIA )Serikat Penerbit Suratkabar (SPS) PusatSociety for the Advancement of Human Rights and Humanitarian Ac-countability (SaHaRHA )SolidamorSolidaritas Buruh Migran Blitar (SBMB)Solidaritas Buruh Migran Indonesia (SBMI)Solidaritas Gerakan Anti Korupsi (Sorak) AcehSolidaritas Masyarakat Anti Korupsi (SAMAK)Solidaritas Masyarakat untuk Transpar-ansi (SOMASI) Nusa Tenggara BaratSolidaritas Nusa Bangsa (SNB)Solidaritas Perempuan untuk Kemanu-siaan dan Hak Asasi Manusia (SPEK-HAM)Studio Driyamedia (SDM),Suara Hak Asasi Manusia di Indonesia (SHMI)

TTeater GarasiTeater OrokThe Business Watch Indonesia (BWI)The Grage Institute (TGI)The Habibie Center (THC)The Indonesia Association of Human Rights Lecture (ADHAM)The Institute for Economic, Social and Cultural Rights (Institute for Ecosoc Rights)The Komodo FoundationThe Wahid InstituteTim Relawan Perempuan untuk Kema-nusian (RPuK) Banda AcehTransparency International (TI) Indo-nesia

UUnit Kegiatan Penerbitan Mahasiswa (UKPM) Teknokra Universitas LampungUnity Service Coorperation (USC Satu-nama) Yogyakarta

VVoice of Human Rights (VHR)

WWahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI ACEH)Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Eksekutif NasionalWahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Jawa BaratWahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Jawa TimurWahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Kalimantan BaratWahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Sumatera SelatanWest Java Parliament WatchWomen Research Institute (WRI)

YYayasan Kelompok Kerja Visi Anak Bangsa (YKKVAB)Yayasan 21 Juni 1994Yayasan AcehkitaYayasan AksaraYayasan Averroes Yayasan Bahari (YARI) Yayasan Belu Sejahtera Yayasan Bina Masyarakat MandiriYayasan Biosfer Manusia (BIOMA)Yayasan BoanYayasan Ciliwung Merdeka (CM)Yayasan Desantara Yayasan Dian Rakyat Indonesia (YDRI)Yayasan Dinamika Pembangunan Masyarakat (YDPM) Yayasan Dria Manunggal Yayasan Dua Puluh Delapan (Yayasan 28)Yayasan EkasitaYayasan EsensiYayasan Flores Sejahtera (SANRES)Yayasan Forum AktivisYayasan Forum Lintas Agama (FLA) Jawa TimurYayasan Gardamadina Yayasan Gerakan Perjuangan Anti Diskriminasi (GANDI)Yayasan Harkat Bangsa (YHB) Yayasan Institute Buruh MigranYayasan InterseksiYayasan Kemala Yayasan Kerja Permukiman Rakyat

(YKPR)Yayasan Koalisi Perlindungan Hak Asasi Manusia (KIPER – HAM) FloresYayasan Konsultasi Independen Pem-berdayaan Rakyat (KIPRa) PapuaYayasan Ladang MediaYayasan Lapis Budaya IndonesiaYayasan Lelemuku Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) JakartaYayasan Lembaga Bantuan Hukum Lingkungan (YLBHL)Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Perempuan Indonesia untuk Keadilan (YLBH - PIK)Yayasan Lembaga Konsumen Sulawesi Selatan (YLK Sulsel)Yayasan Lembaga pemberdayaan Eko-nomi Rakyat ( eLPERA) PapuaYayasan Lembaga Pembinaan Ma-syarakat Desa (YLPMD)Yayasan Lembaga Pengembangan Hukum Lingkungan Indonesia (Yayasan LPHLI)Yayasan L’KRAPINYayasan Madanika Yayasan Masyarakat Anti Pencemaran Lingkungan (Yayasan Mapel)Yayasan Masyarakat Sejahtera (YAS-MARA) Yayasan Obor Indonesia Yayasan On Trak Media IndonesiaYayasan PANTAU Yayasan ParasYayasan Peduli Hak Asasi Manusia (YPHAM) Aceh Yayasan Pelita Swadaya ( YPS ) Yayasan Pemberdayaan Pefor Nusan-tara (YPPN)Yayasan Pemberdayaan untuk Kes-ejahteraan Masyarakat Nusa Tenggara Barat(YPKM NTB)Yayasan Pena Prakarsa (PIDEC) Yayasan Pencerahan IndonesiaYayasan Pengembangan Potensi Ma-syarakat Indonesia (YPPMI)Yayasan Pengembangan Studi Hukum dan Kebijakan (YPSHK)Yayasan Pengkajian dan Pemberday-aan Masyarakat (YKPM)

Yayasan Penguatan Partisipasi, Inisiatif dan Kemitraan Masyarakat Indonesia (YAPPIKA)Yayasan Perduli Kesejahteraan Rakyat (PEREKAT) Yayasan Perempuan PEKAYayasan Pondok RakyatYayasan Pondok Rakyat Kreatif (YPRK)Yayasan PRCF IndonesiaYayasan Pusat Studi Hak Asasi Manu-sia (YAPUSHAM)Yayasan Rahima (Pusat Pendidikan dan Informasi Islam dan Hak-hak Perempuan)Yayasan Sahabat CahayaYayasan Sains Estetika dan Teknologi (SET)Yayasan Sajogyo Inti UtamaYayasan Sanak Yayasan Santo Antonius (Yasanto)Yayasan Satu Karsa Karya (YSKK)Yayasan Senjata Kartini (SEKAR) Yayasan Sinar Desa Indonesia (YAS-INDO)Yayasan Sketsa Pojok (SKEPO) Yayasan Titian Budaya Yayasan Tumbuh Mandiri Indonesia (YTMI)Yayasan Ukhuwah Yayasan Visi Anak Bangsa (VAB)Yayasan Wahana Lestari Persada (WALDA)Yayasan Wisnu

Page 74: 10 Tahun Yayasan Tifa_Semangat Masyarakat Terbuka

74 - 10 tahun Yayasan Tifa

10 Tahun Yayasan TifaSemangat Masyarakat Terbuka

Diterbitkan oleh:Yayasan Tifa

EditorAndi Achdian

Sri Aryani

Periset :Erwien Kusuma

Khairul

Periset FotoAhmad ‘deNy’ Salman

Desain & LayoutAgus Nugraha

©2010 Yayasan Tifa

Jl. Jayamandala II/E, Menteng DalamJakarta Selatan-Indonesiawww.tifafoundation.org