10 makalah pajak dan retribusi daerah dan pajak lainnya

9
[PAJAK DAERAH & PAJAK LAINNYA] Materai, PBB, dan BPHTB 2014 PPAk XVIII Annica Bungin P Pradipto Tri N

Upload: pradiptotrinugrohohadi

Post on 27-Dec-2015

91 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 10 Makalah Pajak Dan Retribusi Daerah Dan Pajak Lainnya

[ ]

Materai, PBB, dan BPHTB

2014

PPAk XVIII

Annica Bungin P

Pradipto Tri N

Page 2: 10 Makalah Pajak Dan Retribusi Daerah Dan Pajak Lainnya

PAJAK DAERAH DAN PAJAK LAINNYA(MATERAI, PBB, DAN BPHTB)

A. Pajak Daerah dan Retribusi DaerahPajak Daerah

Pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Pasal 1 angka 10 UU Nomor 28 Tahun 2009).

Jenis Pajak Daerah berdasarkan UU No.34 Tahun 2000 dapat diklasifikasikan yaitu jenis pajak tingkat provinsi atau tingkat I dan jenis pajak Kabupaten/Kota atau tingkat II. Jenis pajak tingkat I bersifat limitatif yang berarti provisi tidak dapat memungut pajak lain selain yang telah ditetapkan. Adanya pembatasan jenis pajak yang dapat dipungut oleh provinsi terkait dengan kewenangan provinsi sebagai daerah otonom yang terbatas hanya meliputi kewenangan dalam bidang pemerintahan yang bersifat lintas daerah kabupaten/kota dan kewenagan yang tidak atau belum dapat dilaksanakan daerah kabupaten/kota, serta kewenangan bidang pemerintahan tertentu.

Jenis pajak tingkat II tidak bersifat limitatif, artinya kabupaten/kota diberi peluang untuk menggali potensi sumber-sumber keuangannya selain yang ditetapkan secara eksplisit dalam UU No.34 Tahun 2000 dengan menetapkan sendiri jenis pajak yang bersifat spesifik sepanjang memenuhi kriteria yang ditetapkan dalam UU tersebut.Jenis Pajak Daerah Tingkat I terdiri dari:

a. Pajak Kendaraan Bermotor;b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;

Jenis Pajak Daerah Tingkat II terdiri dari:a. Pajak Hotel dan Restoran;b. Pajak Hiburan;c. Pajak Reklame;d. Pajak Penerangan Jalan;e. Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian Golongan C;f. Pajak Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan;

Retribusi DaerahRetribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau

pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan (Pasal 1 angka 10 UU Nomor 28 Tahun 2009).

Ketentuan secara lengkap mengenai objek dan subjek retribusi telah diatur dalam PP No.65 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah, dimana kewenangan daerah dalam pemungutan retribusi hanya ada pada penetapan tarif dan sasaran pengenaan retribusi.Retribusi dibagi atas tiga golongan: a. Retribusi Jasa Umum

Dalam menetapkan tarif Retribusi Jasa Umum, prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif didasarkan pada kebijakan daerah dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat, dan aspek keadilan. Untuk mencapai sasaran dimaksud, penetapan tarif Retribusi Jasa Umum, antara lain, dimaksudkan untuk menutup sebagian atau sama dengan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan

Page 3: 10 Makalah Pajak Dan Retribusi Daerah Dan Pajak Lainnya

dan membantu golongan masyarakat kurang mampu sesuai dengan jenis pelayanan yang diberikan. Dengan demikian prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi Jasa Umum dapat berbeda menurut jenis pelayanan dalam jasa yang bersangkutan dan golongan pengguna jasa.

b. Retribusi Jasa UsahaPrinsip dan sasaran dalam penetapan besarnya tarif Retribusi Jasa Usaha didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak sebagaimana keuntungan yang pantas diterima oleh pengusaha swasta sejenis yang beroperasi secara efisien dan berorientasi pada harga pasar.

c. Retribusi Perizinan Tertentu.Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi Perizinan Tertentu didasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan pemberian izin yang bersangkutan.

B. Peranan Pajak Daerah dalam Pembangunan DaerahPembangunan di bidang ekonomi khususnya agar dapat berjalan lancer diperlukan

adanya dana dan biaya sebagai factor penunjang yaitu pajak daerah dan retribusi daerah dan dalam pelaksanaannya sudah diatur dalam UU No. 32 Tahun 2004 tentang otonomi daerah. Untuk membiayai otonomi daerah diperlukan dana yang bersumber dari pendapatan asli daerah PAD, dan hal tersebut telah diatur dalam UU No. 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan mengenai sumber dana otonomi daerah pada pasal 6 ayat 1 yaitu Pajak daerah dan retribusi daerah sebagai komponen PAD. Hal ini menunjukkan Peran Pajak Daerah dan Retribusi Daerah merupakan sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah guna memantapkan otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi, bertanggungjawab dengan titik berat pada Daerah Tingkat II.

Beberapa Contoh Pajak DaerahPajak Daerah dibagi menjadi dua bagian:1. Jenis Pajak Provinsi terdiri atas:

a. Pajak Kendaraan Bermotor;b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;d. Pajak Air Permukaan; dane. Pajak Rokok.

2. Jenis Pajak Kabupaten/Kota terdiri atas:a. Pajak Hotel;b. Pajak Restoran;c. Pajak Hiburan;d. Pajak Reklame;e. Pajak Penerangan Jalan;f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;g. Pajak Parkir;h. Pajak Air Tanah;i. Pajak Sarang Burung Walet;j. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan;

Page 4: 10 Makalah Pajak Dan Retribusi Daerah Dan Pajak Lainnya

k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

Mekanisme Pembayaran dan Pelaporan Pajak Daerah1. Kepala Daerah menentukan tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak

yang terutang paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja setelah saat terutangnya pajak dan paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal diterimanya SPPT oleh Wajib Pajak.

2. SPPT, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, dan Putusan Banding yangmenyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah merupakan dasar penagihan pajak dan harus dilunasi dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan.

3. Kepala Daerah atas permohonan Wajib Pajak setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak untuk mengangsur atau menunda pajak, dengan dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan.

4. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran, angsuran, dan penundaan pembayaran pajak diatur dengan Peraturan Kepala Daerah. Pajak yang terutang berdasarkan SPPT, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, dan Putusan Banding yang tidak atau kurang dibayar oleh Wajib Pajak pada waktunya dapat ditagih dengan Surat Paksa. Penagihan pajak dengan Surat Paksa dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-undangan.- Surat Pemberitahuan Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat SPTPD, adalah surat

yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.

- Surat Pemberitahuan Objek Pajak, yang selanjutnya disingkat SPOP, adalah surat yang digunakan oleh wajib Pajak untuk melaporkan data subjek dan objek Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.

C. Subyek, Obyek dan Perhitungan PBB, BPHTB dan Bea Materai Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)Subyek PBB1. Penanggung PBB adalah orang atau badan yang :

a. Mempunyai hak atas bumi/tanah, dan/atau;b. Memperoleh manfaat atas bumi/tanah dan/atau;c. Memiliki, menguasai atas bangunan, dan/atau;d. Memperoleh manfaat atas bangunan

2. Apabila suatu bidang dan bangunan tidak diketahui secara jelas siapa yang akanmenanggung pajaknya maka yang menetapkan adalah Direktorat Jenderal Pajak.Penetapan ini ditentukan berdasarkan bukti-bukti; Apakah ada perjanjian antara pemilikdan penyewa yang mengatur, siapa yang menanggung kewajiban pajaknya dan siapa yangsecara nyata mendapat manfaat atas bidang tanah dan bangunan tersebut.

Page 5: 10 Makalah Pajak Dan Retribusi Daerah Dan Pajak Lainnya

Objek PBB1. Yang menjadi obyek PBB adalah bumi dan bangunan.2. Bumi adalah permukaan bumi atau tanah dan isi yang ada di bawahnya, termasuk

tanahpekarangan, sawah, empang dan perairan pedalaman (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 12Tahun 1985 JO Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994).

3. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada bumi,tanah atau perairan untuk tempat tinggal, tempat usaha maupun tempat yang diusahakan(Pasal 1 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 JO Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994).Termasuk dalam pengertian bangunan:a. Jalan lingkungan yang terletak dalam suatu kompleks bangunan, seperti hotel, pabrik

danemplasemennya, yang merupakan satu kesatuan dengan komplek bangunan tersebut;

b. Jalan tol;c. Kolam renang;d. Pagar mewah;e. Tempat olah raga;f. Galangan kapal, dermaga;g. Tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas, pipa minyak;h. Fasilitas lain yang memberikan manfaat (Penjelasan Pasal 1 angka 2 Undang-

UndangNomor 12 Tahun 1985 JO Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994).

Perhitungan PBB1. Tarif pajak adalah sebesar 0,5%.2. NJOP berdasarkan table yang dikeluarkan oleh Dirjen Pajak.3. NJKP atau Nilai Jual Kena Pajak yang besarnya ditetapkan sebesar 20% dan 40%

(khusus untuk perumahan dengan NJOP Rp 1 miliar) dari NJOP.Rumus untuk mengitung PBB adalah sebagai berikut: PBB = 0,5% x NJKP.

Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan/Atau Bangunan (BPHTB)Subyek BPHTB1. Yang menjadi subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas

tanahdan atau bangunan.2. Subjek pajak sebagaimana dimaksud pada butir 1 yang dikenakan kewajiban membayar

pajakmenjadi Wajib Pajak menurut Undang-undang ini.

Obyek BPHTB (Pasal 2 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000)1. Yang menjadi objek pajak adalah perolehan hak atas tanah dan atau bangunan.2. Perolehan hak atas tanah dan atau bangunan sebagaimana dimaksud dalam butir 1

meliputi:a. Pemindahan hak karena:

jual beli; tukar-menukar; hibah; hibah wasiat; waris; pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya;

Page 6: 10 Makalah Pajak Dan Retribusi Daerah Dan Pajak Lainnya

pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan; penunjukkan pembeli dalam lelang; pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap; penggabungan usaha; peleburan usaha; pemekaran usaha; hadiah.

b. Pemberian hak baru karena: kelanjutan pelepasan hak; diluar pelepasan hak.

3. Hak atas sebagaimana dimaksud dalam butir a adalah :a. hak milik;b. hak guna usaha;c. hak guna bangunan;d. hak pakai;e. hak milik atas satuan rumah susun;f. hak pengelolaan.

Perhitungan BPHTBTarif BPHTB ditetapkan sebesar 5% (lima persen).Dasar Pengenaan:1. Dasar pengenaan pajak adalah Nilai Perolehan Objek Pajak.2. Nilai Perolehan Objek Pajak di atas dalam hal :

a. Jual beli adalah harga transaksi;b. Tukar-menukar adalah nilai pasar objek pajak tersebut;c. Hibah adalah nilai pasar objek pajak tersebut;d. Pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya adalah nilai pasar objek

pajak tersebut;e. Pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan hak adalah nilai pasar objek pajak

tersebut;f. Penunjukkan pembeli dalam lelang adalah harga transaksi yang tercantum dalam

risalahlelang;g. Peralihan hak karena pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum

tetap adalah nilai pasar objek pajak tersebut;h. Pemberian hak baru atas tanah sebagai kelanjutan dari pelepasan hak adalah nilai

pasar objek pajak tersebut;i. Pemberian hak baru atas tanah diluar pelepasan hak adalah nilai pasar objek pajak

tersebut.3. Apabila Nilai Jual Objek Pajak sebagaimana dimaksud diatas tidak diketahui atau

lebihrendah daripada Nilai Jual Objek Pajak yang digunakan dalam pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan pada tahun terjadinya perolehan, dasar pengenaan pajak yang dipakai adalah Nilai Jual Objek Pajak Bumi dan Bangunan.

4. Apabila Nilai Jual Objek Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana dimaksud diatas belumditetapkan, Menteri keuangan dapat menetapkan besarnya Nilai Jual Objek Pajak Bumi dan Bangunan.

5. Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak ditetapkan secara regional setinggitingginya Rp 60.000.000,- (enam puluh juta rupiah).

Page 7: 10 Makalah Pajak Dan Retribusi Daerah Dan Pajak Lainnya

6. Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak adalah Nilai Perolehan Pajak dikurangi dengan Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak.

7. Besarnya pajak yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak.

8. BPHTB = 5% x NPOPKP.

Bea MateraiSubyek Bea Materai, adalah  yang mendapat manfaat dari dokumen, kecuali pihak atau pihak-pihak yang bersangkutan menentukan lain.

Objek Bea Materai, adalah dokumen.

Tarif dan Pengenaan Bea Materai1. Tarif  Bea Materai Rp 6.000,- dikenakan atas dokumen.2. Surat-surat perjanjian (surat kuasa dan surat hibah, surat pernyataan) dibuat untuk alat

pembuktian.3. Akta-akta notaris termasuk salinan.4. Akta-akta yang dibuat Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) termasuk rangkapnya.5. Surat yang memuat jumlah uang lebih dari Rp 1.000.000,-.6. Surat-surat berharga seperti wesel, promes, aksep yang lebih Rp 1.000.000,-.7. Efek dengan nama dan dalam atas bentuk apa pun sepanjang harga nominalnya lebih

dari Rp 1.000.000,-.8. Dokumen-dokumen yang akan digunakan sebagai alat pembuktian di muka pengadilan.9. Tarif Bea Materai Rp 3.000,- dikenakan atas dokumen.10. Surat yang mempunyai harga nominal lebih dari Rp 250.000,-, kurang dari Rp

1.000.000,-.11. Surat berharga seperti wesel, promes, aksep, yang mempunyai harga nominal lebih dari

Rp 250.000,-, kurang dari Rp 1.000.000,-. 12. Efek yang mempunyai harga nominal lebih dari Rp 250.000,-, kurang dari Rp 1.000.000,.13. Cek dan Bilyert giro dengan harga nominal berapapun.14. Apabila suatu dokumen (kecuali cek dan bilyet) mempunyai nominal tidak lebih dari Rp

250.000,- tetapi tidak lebih dari Rp 250.000,- maka atas dokumen tersebut tidak terutang bea materai.