1 tesis ini telah diuji pada tanggal 8 nopember 2016 ... · 1 tesis ini telah diuji pada tanggal 8...
TRANSCRIPT
1
Tesis Ini Telah Diuji pada
Tanggal 8 Nopember 2016
Panitia Penguji Tesis
Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana
Nomor : 5414/UN14.4/HK/2016 Tanggal 7 Nopember 2016
Ketua : Prof. Dr. Johanes Usfunan, Drs.,SH.MH.
Anggota : 1. Dr. I Nyoman Suyatna, SH.,MH
2. Dr. I Gede Yusa, SH.,MH
3. Dr. Gede Marhaendra Wija Atmaja, SH.,M.Hum
4. Dr. Putu Tuni Cakabawa Landra, SH.M.,Hum
iv
2
3
UCAPAN TERIMA KASIH
“Om Swastiastu”
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang
Hyang Widhi Wasa, karena atas kerta asung waranungraha-Nya penulis dapat
menyelesaikan tesis ini dengan judul “TANGGUNG JAWAB NEGARA
DALAM HAK ASASI MANUSIA DI BIDANG PENDIDIKAN BAGI
WARGA NEGARA INDONESIA” .
Tesis ini dibuat dan disusun dalam rangka memenuhi salah satu kewajiban
dan sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar Magister Hukum
(MH) pada program Pascasarjana Ilmu Hukum, Konsentrasi Hukum Pemerintahan
Universitas Udayana.
Dalam penyusunan tesis ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan
dan arahan serta dukungan moral dari berbagai pihak, dan pada kesempatan ini
perkenankanlah penulis dengan kerendahan hati menyampaikan terimakasih
kepada:
Prof. dr. Ketut Suastika, Sp.PD KEMD, selaku Rektor Universitas
Udayana, Prof. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K)., selaku Direktur Program
Pascasarjana Universitas Udayana, Prof. Dr. Made Budiarsa, M.A., selaku Asisten
Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana.
Prof. Dr. I Gusti Ngurah Wairocana, SH. MH., selaku Dekan Fakultas
Hukum Universitas Udayana, Dr. Ni Ketut Supasti Darmawan, SH.M Hum.
LLM., selaku Ketua Program Studi Mgister (S2) Ilmu Hukum Universitas
vi
4
Udayana, dan Dr. Putu Tuni Cakabawa Landra, SH. M Hum., selaku Sekretaris
Program Studi Magister (S2) Ilmu Hukum Universitas Udayana.
Prof. Dr. Drs. Yohanes Usfunan, SH. MH., selaku pembimbing pertama
dan Dr. I Nyoman Suyatna, SH. MH., selaku pembimbing kedua yang banyak
memberikan bimbingan, masukan, arahan, dan perhatian dalam proses
penyelesaian tesis ini.
Seluruh staff pengajar dan tata usaha pada program Studi Magister (S2)
Ilmu Hukum Universitas Udayana yang telah membantu dalam menyelesaikan
proses ini.
Kedua orang tua yang saya cintai Anak Agung Darma Adi, SH Dan Ni
Made Suastini. Suami saya tercinta I Gusti Ngurah Arya Putra dan anak saya
tersayang I Gusti Agung Ayu Intan Aryantari yang telah memberikan dukungan
secara moril serta memberikan motivasi dan semangatnya. Adik saya terkasih
Anak Agung Adhiwara Putra, ST yang memberikan dorongan dan pengertiannya.
Teman-teman MH’12 hukum pemerintahan khususnya beserta sahabat
lainnya: Aryana, Anastasia, Edi budi Putra, Isya Nalapraja, Pasek Pramana, Dwi
Kurnia Hartawan, Dwi maya sari, Ayu Intan, Ibu Budawati, serta sahabat-sahabat
lainnya yang banyak memberikan masukan, saran, semangat, dan motivasi dalam
penyusunan tesis ini.
Demikian penulisan ini dibuat dan disampaikan kepada semua pihak
yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan bantuan
dalam penyelesaian tesis ini. Pada akhirnya penulis berharap semoga tesis ini
vii
5
dapat memberikan sumbangan pemikiran dan manfaat bagi semua pihak,
terutama di dalam perkembangan ilmu hukum.
“Om Shanti, Shanti, Shanti Om”.
Denpasar, 20 Oktober 2016
Penulis
viii
6
ABSTRAK
Hak Asasi Manusia merupakan hak yang paling mendasar atau pokok yang dimiliki oleh manusia sejak lahir, sebab hak tersebut adalah karunia dari Tuhan
Yang Maha Esa. Hak-hak tersebut tidak boleh diganggu gugat oleh siapapun serta harus dilindungi oleh masyarakat, pemerintah, dan Negara dengan dikeluarkannya
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam hal ini hak untuk memperoleh pendidikan yang merupakan suatu kebutuhan bagi masyarakat untuk memperbaiki keadaan dalam kehidupannya menuju arah yang lebih baik. Adapun
permasalahan dalam penelitian ini yaitu : 1. Bagaimana pengaturan negara dalam pemenuhan hak asasi manusia di bidang pendidikan? Sedangkan permasalahan
yang 2.Bagaimana tanggung jawab negara jika terjadi kelakuan dalam pemenuhan hak asasi manusia di bidang pendidikan?.
Jenis penelitian merupakan jenis hukum normatif yang beranjak dari kekosongan norma terhadap tanggung jawab Negara dalam upaya pemenuhan hak
asasi manusia di bidang pendidikan menggunakan pendekatan konseptual (conceptual appoach), dan pendekatan perundang-undangan (statute appoach), yang terkait dengan tanggung jawab negara dalam hak asasi manusia di bidang
pendidikan dan pendidikan bagi warga negara Indonesia.
Hasil dan pengaturan ini peran Negara dalam upaya pemenuhan hak asasi manusia di bidang pendidikan masih terdapat kepastian hukum secara konkrit, dan dari sudut pandang negara kesejahteraan (walfare state) dimana Negara
memberikan fasilitas pelayanan umum yang layak bagi warga negaranya, salah satunya mengenai hak untuk memperoleh pendidikannya, sehingga hak atas
pendidikan seyogyanya tidak terhenti pada tingkat menengah pertama saja, melainkan lanjut pada menengah atas sampai perguruan tinggi.
Kata Kunci : Tanggung jawab, Negara, Hak Asasi Manusia, Pendidikan, dan
Negara Kesejahteraan
ix
7
ABSTRACT
Human Rights are the most fundamental rights possessed by humans since
birth, because those rights are a gift from God the Almighty. Such rights should
not be contested by anyone and should be protected by the society, the government, and the State with the issuance of the legislation in force, in this case,
the right to have education, which is a necessity for people to improve conditions in their life towards a better direction. The problems in this research are: first, what is the regulation of filling human right in education aspect? While the second
problems is what is the state's responsibility in the event of conduct in the fulfillment of human rights in education?
The type thim of research is a kind of normative law, departing from the void of norm on State responsibility in fulfilling human rights in the field of education, using a conceptual approach and statute approach relating to the
responsibility of the state in the human rights in the field of education and education for Indonesian citizens.
In the results and the regulation, the State's role in fulfilling human rights in the field of education, there is still concrete legal certainty, and from the standpoint of the welfare state where the State provides public service facilities
eligible for its citizens, one of them being concerned with the right to obtain education, so that the right to education should not stop at the junior high le vel
only, but continued to senior high level through colleges. Keywords : Responsibility, State, Human Rights, Education, and Welfare State
x
8
RINGKASAN
Penelitian ini berjudul Tanggung Jawab Negara Dalam Hak Asasi Manusia di Bidang Pendidikan Bagi warga Negara Indonesia, terdiri dari 5 (lima) bab. Bab
I menguraikan latar belakang masalah mengenai manusia sebagai makhluk yang bermartabat memiliki hak dasar yang wajib dilindungi, seperti hak hidup, hak
berbicara, hak berkumpul, serta hak beragama dan kepercayaan. Hak Asasi manusia merupakan hak yang paling hakiki dimengerti oleh manusia dimana salah satunya hak asasi manusia pada bidang pendidikan, dimana hak atas pendidikan
dilindungi oleh masyarakat, pemerintah, dan Negara dengan dikeluarkannya peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pemerintah menyatakan dengan
tegas, bahwa setiap orang berhak memperoleh pendidikan sebagaimana yang diatur dalam undang-undang mengenai Hak Asasi Manusia. Hak warga Negara atas pendidikan sangat diperlukan untuk kesejahteraan hidup mereka. Peraturan
pemerintah Republik Indonesia Tahun 2008 tentang wajib Belajar merupakan tanggung jawab pemerintah atas pendidikan warganya salah satunya program
wajib belajar 9 tahun. Penjelasan pasal demi pasal sudah cukup jelas. Berdasarkan data penunjang penulis temukan, bahwa angka putus sekolah dengan alasan ekonomi di Indonesia cukup tinggi. Dalam hal ini Negara terindikasi melakukan
kelalaian dalam hal pemenukan hak asasi manusia di bidang pendidikan. Mengingat undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Undang-Undang
tentang Hak Asasi Manusia, Negara diberikan tanggung jawab untuk pemenuhan hak asasi manusia di bidang pendidikan. Berdasarkan kajian penulis terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan penulis menemukan kekosongan norma,
sehingga penulis mencoba mengkaji dan menemukan permasalahan tersebut agar memperoleh norma yang tegas dalam batasan-batasan, sehingga pemerintah dan
Negara terhadap dunia pendidikan agar warganya menjadi cerdas dan masa depan yang cerah. Dalam bab ini juga diuraikan tentang : rumusan masalah; tujuan penelitian, manfaat penelitian; landasan teori; dan metode penelitian.
Sebelum melangkah pada pembahasan permasalah utama, mengenai bab II tujuan umum Hak Asasi Manusia dan pendidikan terdiri dari 3 (tiga) sub bab. Sub
bab pertama membahas pengertian Hak Asasi Manusia. Sub kedua sejarah Hak Asasi Manusia. Selanjutnya sub bab ketiga yaitu perkembangan pendidikan di Indonesia.
Pada bab III terdiri dari 3 (tiga) sub bab yang pertama mengatur tentang pengaturan pendidikan dalam peraturan perundang-undangan, diantaranya;
pengaturan pendidikan dalam undang-undang Republik Indonesia Tahun 1945, pengaturan pendidikan dalam undang-undang Republik Indoensia No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia pengaturan pendidikan dalam undang-undang
No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sub bab yang kedua membahas mengenai jalur, jenjang dan jenis pendidikan da lam peraturan
perundang-undangan. Sub bab yang ketiga negara dalam upaya pemenuhan hak asasi manusia di bidang pendidikan.
Bab IV merupakan hasil penelitian dan pembahasan masalah kedua yang
terdiri 2 (dua) sub bab pertama membahas pendidikan di Indonesia dalam sudut pandang negara kesejahteraan, sub bab yang kedua membahas bentuk tanggung
xi
9
jawab negara dalam hal terjadinya kelalaian pemenuhan hak asasi manusia di
bidang pendidikan bagi warga negara Indonesia. Bab V adalah bab penutup yang terdiri dari sub bab simpulan dan saran.
Simpulan merupakan hasil dari pembahasan masalah kedua, sedangkan saran
memuat hal-hal yang dapat direkomendasikan terkait dengan permasalahan dalam penelitian sebagai bentuk jalan keluar atas permasalahan yang dikemukakan,
sehingga layak untuk dilaksanakan.
xii
10
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL DALAM..................................................................... i
PERSYARATAN GELAR MAGISTER ......................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................. iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI ................................................................ iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT................................................. v
UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................ vi
ABSTRAK ....................................................................................................... ix
ABSTRACT ..................................................................................................... x
RINGKASAN .................................................................................................. xi
DAFTAR ISI .................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................... 10
1.3 Ruang Lingkup Masalah ......................................................................... 11
1.4 Tujuan Penelitian .................................................................................... 11
1.4.1 Tujuan Umum ............................................................................. 11
1.4.2 Tujuan Khusus ............................................................................ 12
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................. 12
1.5.1 Manfaat Teoritis .......................................................................... 12
1.5.2 Manfaat Praktis ........................................................................... 12
1.6 Orisinalitas Penelitian ............................................................................. 12
xiii
11
1.7 Landasan Teori dan Konsep ................................................................... 19
1.7.1 Teori Tujuan Negara ................................................................... 19
1.7.2 Teori Hak Asasi Manusia (HAM)............................................... 22
1.7.3 Teori Pertanggungjawaban Negara ............................................. 25
1.7.4 Konsep Negara Hukum ............................................................... 26
1.7.5 Konsep Hak Asasi Manusia ....................................................... 31
1.7.6 Konsep Negara Kesejahteraan .................................................... 34
1.8 Metode Penelitian ................................................................................... 36
1.8.1 Jenis Penelitian............................................................................ 36
1.8.2 Jenis Pendekatan ......................................................................... 37
1.8.3 Sumber Bahan Hukum ................................................................ 37
1.8.4 Teknik Pengumpulan Bahan Hukum .......................................... 39
1.8.5 Teknik Analisis Bahan Hukum ................................................... 39
BAB II TINJAUAN UMUM HAK ASASI MANUSIA DAN PENDIDIKAN
2.1 Pengertian Hak Asasi Manusia ............................................................... 40
2.2 Sejarah Hak Asasi Manusia (HAM) ....................................................... 45
2.3 Perkembangan Pendidikan di Indonesia ................................................. 51
BAB III PENGATURAN NEGARA DALAM PEMENUHAN HAK
ASASI MANUSIA 3.1 Pengaturan Pendidikan Dalam Peraturan Perundang-Undangan ........... 64
3.1.1 Pengaturan Pendidikan dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 ................................................. 78 3.1.2 Pengaturan Pendidikan dalam Undang-Undang Republik
Indonesia No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia ........ 86
xiv
12
3.1.3 Pengaturan Pendidikan dalam Undang-Undang Republik
Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional ...................................................................................... 90
3.2 Jalur, Jenjang dan Jenis Pendidikan dalam Peraturan Perundang-Undangan ................................................................................................ 95
3.3 Peran Negara dalam Upaya Pemenuhan Hak Asasi Manusia di Bidang
Pendidikan .............................................................................................. 106
BAB IV KELALAIAN NEGARA DALAM PEMENUHAN HAK
ASASI MANUSIA DI BIDANG PENDIDIKAN 4.1 Pendidikan di Indonesia dalam Sudut Pandang Negara Kesejahteraan.. 115
4.2 Bentuk Tanggung Jawab Negara Dalam hal Terjadi Kelalaian
Pemenuhan Hak Asasi Manusia di Bidang Pendidikan Bagi Warga Negara Indonesia .................................................................................... 126
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan ................................................................................................. 133
5.2 Saran ....................................................................................................... 134
DAFTAR BACAAN
xv
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Manusia sebagai makhluk bermartabat memiliki sejumlah hak dasar yang
wajib dilindungi, seperti hak hidup, hak berbicara, hak berkumpul, serta hak
beragama dan kepercayaan. Nilai-nilai Hak Asasi Manusia menekankan pada hak-
hak dasar yang harus dilindungi dan dimuliakan. Hak Asasi Manusia memiliki
prinsip persamaan dan kebebasan manusia sehingga tidak boleh adanya
diskriminasi, eksploitasi, dan kekerasan terhadap manusia dalam bentuk apapun
dan juga tidak ada pembatasan dan pengekangan terhadap kebebasan dasar
manusia. Hak Asasi Manusia sebagai anugrah Tuhan Yang Maha Esa dirumuskan
sebagai hak kodratiah yang melekat dimiliki oleh manusia sebagai karunia
pemberian Tuhan kepada insan manu`sia dalam menopang dan mempertahankan
hidup dan prikehidupannya dimuka bumi.1
Setelah dunia mengalami perang kedua yang melibatkan hampir semua
seluruh dunia dan dimana hak-hak asasi manusia tidak dihiraukan, timbul suatu
keinginan untuk merumuskan hak-hak asasi manusia tresebut ke dalam suatu
naskah Internasional. Usaha ini pada 16 Desember 1948 berhasil dengan
diterimanya Universal Declaration of Human Rights (pernyataan sedunia tentang
Hak-Hak Asasi Manusia) oleh negara-negara yang tergabung dalam Perserikatan
Bangsa-Bangsa. Di dunia barat sering kali ada usaha untuk merumuskan serta
1 Nurul Qamar, 2013, Hak Asasi Manusia Dalam Negara Hukum Demokrasi, Sinar Grafika,
Jakarta, hal. 10.
1
2
memperjuangkan hak-hak yang dianggap suci dan harus dilindungi. Dalam proses
ini telah lahir beberapa naskah yang menetapkan beberapa hak yang mendasari
kehidupan manusia karena bersifat universal dan asasi. Naskah tersebut adalah,
Magna charta (1215), Bill of Rights (1969), Amercan Declaration of Independen,
dan The French Declaration (1789) (Deklarasi Prancis). Selain hak politik ada
juga hak yang harus dipenuhi yakni hak yang mencakup bidang ekonomi dan
sosial budaya termasuk di dalamnya pendidikan.
Hak Asasi Manusia merupakan hak yang paling hakiki dimiliki oleh
manusia dimana salah satunya terwujud dalam Hak asasi manusia di bidang
pendidikan. Pendidikan dalam hal ini sangat diperlukan oleh warga negara untuk
mencerdaskan dirinya serta memberikan masa depan yang baik. Pendidikan diatur
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan
bentuk hirarkhi peraturan perundang-undangan yang tertinggi.
Pada Pasal 31 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 menentukan:
1. Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan;
2. Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah membiayainya;
3. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa
yang diatur dengan Undang-Undang; 4. Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya
dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta
dari pendapatan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional;
5. Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.
3
Berdasarkan kelima ayat yang termuat dalam Pasal 31 Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tersirat makna bahwa pendidikan
sangat diperlukan untuk mencerdaskan bangsa serta pemerintah memiliki peran
penting dalam memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung
tinggi nilai-nilai agama serta kemanusiaan dan memberikan hak-hak untuk
memperoleh kesejahteraan dalam hidupnya. Pasal 31 ayat (3) Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa “Pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dan rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang. Pemerintah
dalam menyelenggarakan pendidikannya wajib meningkatkan ke imanan dan
ketakwaan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa”.
Pemerintah diharapkan memberikan pendidikan yang layak bagi
masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dimana pemerintah
juga memperhatikan hak-hak yang dimiliki oleh warganya serta menjunjung
tinggi nilai-nilai kemanusiaannya. Pasal 27 Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 menentukan;
1. “Segala warga bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu
dengan tidak ada kecualinya”. 2. “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaannya “.
3. “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara”.
Ketiga ayat yang termuat dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, bahwa setiap warga negara memilik i hak kedudukan yang
4
sama dalam hukum. Berhak atas penghidupan yang layak, serta memiliki hak ikut
dalam pembelaan negara. Termasuk memiliki hak terhadap pendidikan yang
sangat dibutuhkan oleh warga negaranya agar kedepannya memiliki penghidupan
yang layak.
Adapun yang menjadi pembahasan masalah penelitian ini adalah hak asasi
manusia di bidang pendidikan dan sebelum membahas mengenai hak asasi
manusia di bidang pendidikan bagi warga negara Indonesia, terlebih dahulu harus
mengetahui hak pendidikan, dimana hak pendidikan tersebut harus dilindungi oleh
masyarakat, pemerintah, dan negara dengan dikeluarkan peraturan perundangan-
undangan yang berlaku.
Pendidikan sangat dibutuhkan oleh semua warga masyarakat, karena
pendidikan memberikan pengaruh bagi kehidupan mereka kedepannya. Maka dari
itu hak-hak untuk mendapatkan pendidikan diatur dalam peraturan per undang-
undangan. Pemerintah sebagai penyelenggara pendidikan di Indonesia secara
demokratis serta menjunjung tinggi nilai-nilai hak asasi manusia. Pasal 28C
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, menentukan;
1. “Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan yang memperoleh
manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat
manusia .” 2. “Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam
memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun
masyarakat, bangsa, dan negaranya.”
Berdasarkan kedua ayat yang termuat dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, bahwa semua orang sebagai warga
5
masyarakat berhak memperoleh pendidikan yang layak serta memberikan manfaat
bagi dirinya dan berhak memajukan dirinya agar memiliki kualitas hidup yang
lebih baik kedepannya. Hak tersebut merupakan hak yang harus dihormati dan
dijunjung tinggi oleh semua masyarakat serta negaranya.
Hak asasi manusia yang mengatur masalah pendidikan berada pada
generasi kedua yakni Hak Asasi sosial budaya/Sosial Culture Rights diantaranya
Hak menentukan memilih dan mendapatkan pendidikan, Hak mendapatkan
pengajaran, dan Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat
dan minat. Hak untuk memperoleh pengajaran dan pendidikan hal tersebut diatur
pada Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia Pasal 27 Deklarasi Universal Hak
Asasi Manusia Tahun 1948, menyebutkan;
1. “Setiap orang berhak berpartisipasi dalam kehidupan budaya masyarakat, dan turut mengecap kemajuan ilmu pengetahuan dan
pemanfaatannya.” 2. “Setiap orang berhak atas perlindungan terhadap keuntungan moral
dan materiil yang diperoleh dari karya ilmiah dari karya ilmiah, sastra dan seni apapun yang diciptakannya.”
Masyarakat memperoleh kebebasan berpartisipasi dalam bidang ilmu
pengetahuan serta kebebasan dalam berkarya, sehingga menciptakan karya-karya
yang memberikan sesuatu penilaian bagi dirinya. Hak-hak untuk mendapat
pendidikan yang layak juga terdapat Dalam Pasal 12 Undang-Undang Republik
Indonesia No. 9 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, menyebutkan;
“Setiap orang berhak atas perlindungan bagi pengembangan pribadinya
untuk memperoleh pendidikan, mencerdaskan dirinya, dan meningkatkan kualitas hidupnya agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa, bertanggung jawab, berakhlak mulia, bahagia, dan sejahtera sesuai dengan
hak asasi manusia,”
6
Fungsi dan tujuan pendidikan diatur dalam Pasal 3 Undang-Undang
Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
menyebutkan;
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif
mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Mengkaji ketentuan Pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Sistem
Pendidikan Nasional diatas, sesungguhnya ketentuan pendidikan dalam Undang-
Undang tersebut memiliki fungsi mengembangkan ilmu pengetahuan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa serta bertujuan agar seluruh masyarakat
Indonesia memperoleh pendidikan yang layak. Dengan dasar tujuan nasional yang
telah tertulis dalam Undang-Undang Republik Indonesia Sistem Pendidikan
Nasional No. 20 Tahun 2003, setiap unit atau organisasi yang bergerak dalam
bidang pendidikan nasional.2
Pemerintah sebagai penyelenggara pendidikan untuk masyarakat
diharapkan memberikan pelayanan yang terbaik agar hak atas pendidikannya
diperoleh dengan baik, Pasal 4 Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menyebutkan:
1. “Pendidikan yang di selenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia,
nilai keagamaan, nilai kultural dan kemajemukan bangsa”.
2 Sukard jo dan Ukim Komarudin, 2013, Landasan Pendidikan Konsep Dan Aplikasinya,
Rajawali Prees, Jakarta, hal. 15
7
2. “Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik
dengan sistem terbuka dan multimakna”. 3. “Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat”.
4. “Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses
pembelajaran”. 5. “Pendidikan yang diselenggarakan dengan mengembangkan budaya
membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat”.
6. “Pendidikan yang diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan
pengendalian mutu layanan pendidikan”.
Berdasarkan keenam ayat yang termuat dalam Undang-Undang Republik
Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang pendidikan Nasional, bahwa prinsip
penyelenggaraan pendidikan dilakukan secara demokratis dan menjunjung tinggi
hak asasi manusia, nlai-nilai agama, secara sistematis, berlangsung sepanjang
hayat, memberikan keteladanan, mengembangkan budaya membaca,dan sebagai
peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan.
Hak dan kewajiban warga negara dalam memperoleh pendidikan diatur
pada Pasal 5 Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, menyebutkan;
1. “Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan”.
2. “Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental intelektual, dan/sosial berhak memperoleh pendidikan khusus”.
3. “Warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan pelayanan khusus”.
4. “Warga negara memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa
berhak memperoleh pendidikan khusus”. 5. “Setiap warga negara berhak mendapat kesempatan meningkatkan
pendidikan sepanjang hayat”.
8
Berdasarkan kelima ayat yang termuat dalam Undang-Undang No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa mendapatkan
pendidikan merupakan hak yang harus diterima warga negara dan negara
berkewajiban memberikan hak tersebut berupa pelayanan yang baik.
Warga negara yang mendapat pendidikan tidak saja berdomisili di
perkotaan tetapi warga yang tinggal di daerah terpencil juga mendapatkan
pendidikan yang sebagaimana mestinya. Hak warga negara atas pendidikan sangat
diperlukan untuk kesejahteraan hidup mereka.3 Adapun hak mereka yakni berupa
pelayanan pendidikan dari tingkat dasar sampai dengan tingkat tinggi. Kewajiban
pemerintah dan negara dalam memberikan hak-haknya dalam bidang pendidikan
diharapkan adil dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di
Indonesia.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, bahwa setiap orang berhak atas
pengembangan dirinya untuk memperoleh pendidikan demi masa depan yang
diharapkannya, karena hak-hak tersebut merupakan hak yang melekat secara
kodrati pada manusia sebagai makhluk Tuhan Yang maha Esa. Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No. 47 Tahun 2008 tentang Wajib Belajar pada
Pasal 1 ayat (1) menentukan, “Wajib belajar adalah program pendidikan minimal
yang harus diikuti oleh warga negara Indonesia atas tanggung jawab Pemerintah
dan pemerintah daerah.” Dalam hal ini pemerintah bertanggung jawab atas hak
pendidikan warganya salah satunya program wajib belajar 9 tahun.
3Arif Rohman 2009, Memahami pendidikan Dan Ilmu Pendidikan, CV.Aswaja Preesindo,
Yogyakarta, hal. 47.
9
Isu hukum dalam penelitian ini secara tegas penulis deskripsikan terdapat
pada ketentuan Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945
dalam ketentuan Pasal 31 ayat (1) dan (2) menyatakan secara tegas bahwa setiap
warga negara tidak hanya berhak mendapatkan pendidikan namun wajib
mengikuti pendidikan dasar dan negara berkewajiban untuk mememenuhi segala
biaya terkait dengan pendidikan dasar tersebut. UndangUndang No. 39 Tahun
1999 tentang Hak Asasi Manusia dalam ketentuan Pasal 12 menegaskan bahwa
“Setiap orang berhak atas perlindungan bagi pengembangan pribadinya, untuk
memperoleh pendidikan, mencerdaskan dirinya, dan meningkatkan kualitas
hidupnya agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa, bertanggung jawab,
berakhlak mulia, bahagia, dan sejahtera sesuai dengan hak asasi manusia”.
(Penjelasan pasal demi pasalnya adalah cukup jelas).
Berdasarkan data penunjang yang penulis dapatkan pada media tehnologi
informasi, peneliti menemukan adanya fakta hukum bahwa angka putus sekolah
dengan alasan ekonomi di Indonesia cukup tinggi. Menurut data resmi yang
dihimpun dari 33 Kantor Komnas Perlindungan Anak (PA) di 33 provinsi, jumlah
anak putus sekolah pada tahun 2014 sudah mencapai 11,7 juta jiwa. Jumlah itu
pasti sudah bertambah lagi tahun ini, mengingat keadaan ekonomi nasional yang
kian memburuk.
Tidak ada keterangan dari Komnas PA apakah jumlah tersebut merupakan
akumulasi data tahun sebelumnya, lalu ditambah dengan jumlah anak-anak yang
10
baru saja putus sekolah. Tapi kalaupun jumlah itu bersifat kumulatif, tetap saja
terasa sangat menyesakkan.4
Dalam hal ini negara terindikasi melakukan kelalaian dalam hal
pemenuhan hak asasi manusia di bidang pendidikan. Mengingat Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 j.o. Undang-Undang tentang Hak
Asasi Manusia, negara diberikan tanggung jawab untuk pemenuhan hak asasi
manusia di bidang pendidikan. Berdasarkan kajian penulis terhadap ketentuan
peraturan perundang-undangan penulis menemukan kekosongan norma hukum di
dalam penelitian ini.
Berpijak dengan hal tersebut diatas penulis mencoba untuk mengkaji dan
meneliti permasalahan tersebut sehingga memperoleh norma yang tegas dalam
batasan-batasan, sehingga pemerintah dan negara terhadap dunia pendidikan agar
warganya menjadi cerdas dan memilki masa depan yang cerah. Dari latar
belakang tersebut diatas maka penulis menulis dengan judul “TANGGUNG
JAWAB NEGARA DALAM HAK ASASI MANUSIA DI BIDANG
PENDIDIKAN BAGI WARGA NEGARA INDONESIA.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas dapat diambil rumusan masalah
sebagai berikut:
4 Robert Manurung, 2016, “12 Juta Anak Indonesia Putus Sekolah” avalaible at
https://ayomerdeka.wordpress.com/2008/03/22/12-juta-anak-indonesia-putus-sekolah/, hal. 2. Data
diakses pada hari jumat tanggal 5 Agustus 2016.
11
1. Bagaimanakah pengaturan negara dalam pemenuhan hak asasi
manusia di bidang pendidikan?
2. Bagaimana tanggung jawab negara jika terjadi kelalaian dalam hal
pemenuhan hak asasi manusia di bidang pendidikan?
1.3 Ruang Lingkup Masalah
Untuk menghindari pembahasan yang tidak relevan, maka pembahasan
dalam tesis ini terbatas pada pokok permasalahan, pembahasan berkenaan dengan
permasalahan pertama lebih di fokuskan pada pengaturan negara dalam
pemenuhan di bidang pendidikan, sedangkan untuk membahas permasalahan
kedua tanggung jawab negara jika terjadi kelalaian dalam hal pemenuhan hak
asasi manusia.
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan diatas, maka tujuan dari penulisan ini
dapat dibagi menjadi dua tujuan antara lain, tujuan umum dan tujuan khusus.
1.4.1 Tujuan Umum
Penelitian ini secara umum berupaya untuk mengembangkan ilmu hukum
terkait dengan paradigma science as a proces 5(ilmu sebagai proses),
khususnya mengenai tanggung jawab negara dalam hak asasi manusia di
bidang pendidikan.
5 Program Studi Magister(S2) 2013, Pedoman Penulisan Usulan penelitian Tesis Dan
Penulisan Tesis Program Studi Magister (S2) Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas
Udayana, Program studi Magister Ilmu Hukum Program Pasca Sarjana Universitas Udayana,
Denpasar, hal. 28.
12
1.4.2 Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui dan menganalisa pengaturan negara dalam
pemenuhan hak asasi manusia di bidang pendidikan.
b) Untuk mengetahui dan menganalisa tanggung jawab negara jika
terjadi kelalaian dalam hal pemenuhan hak asasi manusia di bidang
pendidikan.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian dan penulisan ini diharapkan bermafaat baik secara teoritis
maupun praktis.
1.5.1 Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis yang diharapkan dari penelitian ini yakni sebagai
sumbagan pemikiran khasanah ilmu pengetahuan khususnya di bidang
ilmu hukum yakni untuk mengetahui pengaturan negara dalam pemenuhan
hak asasi manusia di bidang pendidikan.
1.5.2 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan-masukan bagi
pemerintah dalam hal pengaturan negara dalam pemenuhan hak asasi
manusia di bidang pendidikan.
1.6 Orisinalitas Penelitian
Usulan penelitian tesis ini merupakan hasil dari pemikiran sendiri,
penulisan ini berpedoman pada peraturan perundang-undangan serta
13
menggunakan literatur- literatur, artikel-artikel, dan bahan hukum lain. Maka dari
itu penulis membandingkan dengan beberapa penelitian yang mengkaji mengenai
masalah pendidikan, beberapa tesis menurut penulis hampir mirip, yaitu;
a. Tesis dengan judul “Kewenangan Dinas Pendidikan Provinsi Bali Dalam
Menuntaskan Wajib Belajar”. Ditulis oleh Ketut Wica, mahasiswa Program
Studi Pasca Sarjana Universitas Udayana tahun 2007. Peneliti tesis ini
secara garis besar mengkaji mengenai kewenangan dinas pendidikan
provinsi Bali terkait dengan penyelenggaraan wajib belajar menurut
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
serta hambatan yang dihadapi oleh dinas pendidikan provinsi Bai dalam
upaya penuntasan wajib belajar, penulisan tesis ini lebih menekankan pada
kewenangan dinas pendidikan provinsi dalam penyelenggaraan wajib
belajar menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional serta mengupayakan ketuntasan wajib belajar dari
hambatan yang dihadapi. Hasil penelitiannya sebagai berikut:
1. Kewenangan Dinas Pendidikan Provinsi Bali dalam menuntaskan
wajib belajar adalah memberikan pelayanan, kemudahan,
mengarahkan, membimbing membantu, dan mengawasi
penyelenggara pendidikan sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku.
Pemerintah daerah memiliki kewenangan dan kewajiban
menyelenggarakan dasar yang bermutu dan bisa diakses oleh semua
anak dan mengawasi pelaksanaan wajib belajar serta mampu
14
merealisasi anggaran dalam peningkatan pendidikan nasional sesuai
dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas,
dimana pemerintah pusat menempatkan sekurang-kurangnya 20% dari
APBN serta APBD untuk memenuhi penyelenggaraan pendidikan
nasional.
Belum adanya kejelasan terkait dengan wajib belajar terutama
menyangkut hak dan kewajiban peserta didik serta pembiayaan
pendidikan., biaya apa yang menjadi tanggung jawab pemerintah
terkait pelaksanaan wajib belajar sehingga masyarakat dapat
mengetahui secara jelas apa saja yang menjadi hak dan kewajiban
orang tua dalam penuntasan wajib belajar 9 tahun.
2. Hambatan yang dihadapi Dinas Pendidikan Provinsi Bali dalam
menuntaskan wajib belajar. Dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 diamanatkan setiap warga negara
wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib mengikuti
membiayainya. Kemudian lebih ditegaskan dalam Undang-Undang
No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas yang lebih fokus menyebutkan
pemerintah dan pemerintah daerah wajib menyelenggarakan
pendidikan minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut
biaya, namun dalam peraturan pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan dijelaskan dalam Pasal 62 ayat (2) biaya
personal sebagaimaa dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya
pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa
15
mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.
Dimana dalam peraturan Pemerintah No. 19 terkait dengan wajib
belajar masih sangat bertentangan dengan UU No. 20 Tahun 2003
tentang Sisdiknas terutama masalah wajib belajar dengan biaya
pendidikan.
Selain hal yang bertentangan antara wajib belajar dan pembiayaan
pendidikan dalam pelaksanaan wajib belajar belum ada sanksi yang
jelas. Kata wajib belajar diberi arti secara eksplisit, tidak dibuat
samar-samar, kata wajib semestinya kata wajib sebenarnya bahwa
setiap anak 7-15 tahun wajib bersekolah di SD sampai dengan SMP
maka bagi keluarganya dapat dikenakan sanksi tertentu.
Konsekwensinya adalah pemerintah wajib menyediakan sarana
pendidikan yang sangat dijangkau oleh anak itu beserta
pembiayaannya. Inilah salah satu hambatan dalam pelaksanaan wajib
belajar 9 tahun yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk
menindaklanjuti program tersebut.6
b. Tesis dengan judul “ Kewenangan Pemerintah Daerah Provinsi Bali Dalam
Penanganan Pendidikan Dasar “. Tesis ini ditulis oleh Komang Merta Dana
mahasiswa Program Studi Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Udayana
tahun 2006. Tesis ini secara garis besar mengkaji mengenai dasar hukum
Keputusan Gubernur Bali NO. 30 Tahun 2001 tentang uraian Tugas Dinas
6 Ketut Wica, 2007, Kewenangan Dinas Penidikan Provinsi Bali Dalam Penuntasan Wajib
Belajar, ( Tesis ) Program Studi Magister (S2) Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Udayana,
Denpasar.
16
Pendidikan, implikasi yuridis Keputusan Gubernur No. 30 Tahun 2001
terhadap pelaksanann tugas pada Subdin Pendidikan Dasar. Tesis ini lebih
menekankan pada dasar hukum Keputusan gubernur dalam tugas dinas
pendidikan serta implikasi yuridis pelaksanaan Keputusan Gubernur pada
Subdin Pendidikan Dasar. Hasil penelitin dari tesis ini sebagai berikut:
1. Dasar Hukum Keputusan Gubernur Bali NO. 30 Tahun 2001
tentang Uraian Tugas Dinas Pendidikan adalah Peraturan Daerah No.
2 Tahun 2001 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata
Kerja Perangkat Daerah.
2. Dengan keluarnya Keputusan Gubernur Bali No. 30 Tahun 2001 tidak
saja membuat ketidak pastian dalam melaksanakan tugas Subdin
Pendidikan Dasar, akan tetapi akan menciptakan tidak adanya
kepastian hukum, efisiensi dalam penyelenggaraan pendidikan serta
ketidak efektifan dalam pencapaian program-program yang
menyangkut SMP, maka Keputusan Gubernur Bali No. Tahun 2001
dapat dibatalkan.7
c. Selanjutnya tesis dengan judul “Urgensi Pendidikan dan Pelatihan
Kepemimpinan Bagi Jabatan Struktural“. Tesis ini ditulis oleh Siti
Dumawan Damanik mahasiswa Program Studi Pascasarjana Ilmu Hukum
Universitas Udayana tahun 2010. Tesis ini secara garis besar mengkaji
mengenai pengaturan pelaksanaan diklat kepemimpinan bagi pegawai
7 Komang Merta Dana, 2006, Kewenabgan Pemerintah Daerah Provinsi Bali Dalam
Penanganan Pendidikan Dasar, ( Tesis ) Program Studi Magister ( S2) Ilmu Hukum Pascasarjana
Universitas Udayana, Denpasar.
17
negeri sipil dalam jabatan struktural di Provinsi Bali. Tesis tersebut lebih
menekankan pada pendidikan dan pelatihan para calon Pegawai Negari Sipil
melalui Diklat Kepemimpinan serta hubungannya dengan pengangkatan
Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan Struktural di Provinsi Bali. Hasil
penelitiannya sebagai:
1. Ketentuan Pasal 14 Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2000 tentang
Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Negeri Sipil yang menegaskan
peserta Diklat Kepemimpinan adalah Pegawai Negeri Sipil yang telah
atau yang akan menduduki jabatan struktural menimbulkan kekaburan
norma karena tidak mengatur secara tegas syarat-syarat peserta Diklat
Kepemimpinan sesuai dengan jenjang jabatannya. Terkait dengan
kekaburan norma tersebut, maka pengaturan pelaksanaan Diklat
Kepemimpinan bagi Pegawai Negeri Sipil Daerah di Provinsi Bali
secara teknis berdasarkan pada produk hukum daerah dalam bentuk
keputusan Gubernur Bali dan Keputusan Kepala Pendidikan dan
Pelatihan Provinsi Bali. Produk hukum daerah yang dimaksud
berpedoman pada Undang-Undang No. 43 Tahun 1999 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang No. 8 Tahun 1974 tentang Pokok-
Pokok Kepegawaian dan Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2000
tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil dan
Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 2002 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah No. 100 tentang pengakuan Pegawai Negeri
Sipil Dalam Jabatan Struktural.
18
2. Hubungan antar Diklat Kepemimpinan dengan pengangkatan seorang
Pegawai Negeri Sipil Daerah dalam jabatan struktural bahwa
seperlunya memiliki hubungan sebab akibat, karena bagi Pegawai
Negari Sipil Daerah yang telah mengikuti Diklat Kepemimpinan
sesuai dengan jenjang jabatannya belum tentu menduduki jabatan
struktural, sedangkan bagi Pegawai Negeri Sipil Daerah belum
mengikuti Diklat Kepemimpinan sesuai jenjang jabatannya ada yang
menduduki jabatan struktural.8
Berdasarkan ketiga penelitian diatas merupakan ranah penelitian dalam
bidang pendidikan khususnya mengenai Kewenangan Dinas Pendidikan Dalam
menuntaskan wajib belajar, Kewenangan Pemerintah Daerah Provinsi Bali Dalam
Penanganan Pendidikan Dasar, dan Urgensi Pendidikan dan Pela tihan Bagi
Pegawai Negeri Sipil.
Kajian yang ditulis oleh penulis ini menekankan pada tanggung jawab
negara dalam hak asasi manusia di bidang pendidikan bagi warga negara
Indonesia. Hal tersebut tidak adanya suatu kesamaan pada tulisan penelitian ini
dan tidak merupakan plagiasi pada penelitian-penelitian terdahulu.
8 Siti Dumawan Dumanaik, 2010, Utrgensi Pendidikan Dsan Pelatihan Kepemimpinan Bagi
Pegawai Negeri Sipil DaeraH Dalam Pengangkatan Jabatan Struktural, ( Tesis ) Program Studi
MagisteR (S2) Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Udayana, Denpasar.
19
1.7 Landasan Teori dan Konsep
Dalam rangka mengkaji permasalahan di atas, akan dikemukakan beberapa
teori, asas, dan konsep sebagai landasan teoritis, adapun teori, asas, dan konsep
yang akan digunakan dalam penulisan ini sebagai berikut:
1. Teori Tujuan Negara
2. Teori Hak Asasi Manusia (HAM)
3. Teori Pertanggungjawaban Negara
4. Konsep Negara Hukum
5. Konsep Hak Asasi Manusia (HAM)
6. Konsep Negara Kesejahteraan (Welfare State)
1.7.1 Teori Tujuan Negara
Relevansi teori tujuan negara dengan objek penelitian ini, bahwa negara
memiliki tujuan untuk mensejahterakan serta melindungi hak-hak rakyatnya.
Dalam hal ini hak tersebut untuk memperoleh pendidikan, karena dengan
memperoleh pendidikan rakyat akan dapat memperbaiki kehidupan yang lebih
baik.
Negara merupakan suatu organisasi pada wilayah yang memiliki
kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyatnya, dalam hal ini tatanan
hukumnya dikenal dari sumber-sumber hukum, yaitu; perundang-undangan,
yurisprudensi, doktrin atau ajaran hukum, dan kebiasaan hukum. 9 Negara
merupakan suatu wadah ( bentuk ) bagi rakyat dalam melakukan suatu organisasi,
secara umum memudahkan rakyatnya mencapai tujuan bersama yang diharapkan
9 Emersitus John Gilissen dan Emeritus Frits Gorle, 2007, Sejarah Hukum, PT Refika
Aditama, Bandung, hal 1
20
menuju kearah yang lebih baik. Negara memiliki suatu tujuan untuk memajukan
kepentingan rakyatnya.
Tujuan negara adalah menyelenggarakan kesejahteraan serta kebahagiaan
rakyatnya, atau menyelenggarakan masyarakat adil dan makmur. 10 Adapun tujuan
negara dalam hal ini untuk memberikan kesejahteraan yang adil pada rakytnya,
karena negara yang paling utama bertanggungjawab dalam hal memajukan
pendidikan di Indonesia, maka untuk memajukan pendidikan dibuatkan dalam
suatu peraturan yang berbentuk peraturan perundang-undangan yang mengatur
mengenai pendidikan.
Menurut H. Alwi Wahyudi mengatakan, bahwa ada tiga tujuan negara
yaitu;
1. Tujuan mengutamakan adanya sasaran yang hendak dicapai, yang terlebih dahulu sudah ditetapkan.
2. Tujuan menunjukkan dunia cita, karena itu, tujuan mengandung sifat abstrak.
3. Tujuan juga menunjukkan apa yang secara ideal yang hendak dicapai oleh negara atau visi negara11
Beliau mengatakan, bahwa tujuan negara mengutamakan apa yang harus
dicapai terlebih dahulu yaitu sasaran mengarah pada suatu perlindungan terhadap
hak-hak warga negaranya, tujuan negara mengandung sifat yang abstrak, serta
menunjukkan bagaimana visi negara untuk tujuan yang hendak dicapai pada
negara tersebut, sehingga tujuan negara dapat dikatakan untuk mensejahterakan
10 Soehino, 2005, Ilmu Negara, Liberty, Yogyakarta, hal. 148
11
H. Alwi Wahyudi, 2014, Ilmu Negara dan Tipologi Kepemimpinan Negara, Pustaka
Pelajar, Jakarta, hal. 79.
21
warga negaranya agar memperoleh pelayanan yang layak seperti hak untuk
memperbaiki kehidupannya salah satunya memajukan pendidikan.
Disamping memilki tujuan negara, negara juga mempunyai tujuan hukum,
hukum merupakan suatu peraturan hidup, yang memaksa untuk melindungi
kepentingan manusia dalam masyarakat dan negara. 12 Dapat dikatakan hukum
sangat besar pengaruhnya terhadap tata tertib dalam suatu negara. Hukum selain
mengatur tata tertib negara juga mengatur tingkag laku setiap warga negara agar
terarah. Tujuan hukum atau cita hukum Gustav Radbruch mengatakan adalah
suatu keadilan yang merupakan keinginan secara terus menerus dan tetap untuk
memberikan pada setiap warga masyarakat apa yang menjadi haknya. 13 Keadilan
merupakan hal yang diperlukan dalam segala bidang karna keadilan tersebut akan
dapat menjamin hak-hak dari setiap warga negara.Adapun tujuan hukum yang
dikemukakan oleh Jeremy Bentham, bahwa tujuan hukum adalah memberikan
maafaat atau kebahagiaan yang sebanyak-banayaknya untuk semua orang.14 Dari
uraian tersebut, bahwa negara berdasarkan atas negara hukum, maka negara harus
melindungi hak-hak yang dimiliki oleh rakyatnya, memberikan kebebasan untuk
rakyatnya dalam melakukan suatu organisasi, dimana organisasi tersebut memiliki
tujuan yang mengarah kearah yang baik. Walaupun negara memberikan
kebebasan tapi rakyat juga harus mentaati peraturan yang telah ditentukan.
Negara dalam hal ini bertujuan untuk mensejahterakan serta memajukan
kepantingan umum, salah satunya memajukan pendidikan. Mengenai pendidikan
12 I Ketut Artadi, 2006, Hukum Dan Perspektif Kebudayaan, Pustaka Bali Post, Denpasar,
hal. 10.
13
Peter Mahmud Marzuki, 2008, Pengantar Ilmu Hukum, Edisi Revisi, Kencana, Jakarta, hal.
121.
14
Abdul Rahmat Budiono,2005, Pengantar Ilmu Hukum, Bayumedia,Malang, hal 26.
22
tersebut memiliki fungsi dan tujuan yang diatur dalam Pasal 3 Undang-Undang
Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyatakan;
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia,berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab”.
Uraian tersebut dapat dikatakan, bahwa suatu negara memilki tujuan untuk
memberikan kesejahteraan bagi rakyatnya. Adapun salah satunya adalah
pendidikan, dimana negara memberikan pendidikan yang bermutu serta layak bagi
rakyatnya, karena dengan pendidikan negara mengantarkan rakyatnya kearah
kehidupan yang lebih baik, agar berjalan tertib dan lancar di dalam memperoleh
pendidikan, maka dibuatkan suatu aturan yang dituangkan kedalam peraturan
perundang-undangan di bidang pendidikan.
1.7.2 Teori Hak Asasi Manusia (HAM)
Relevansi teori hak asasi manusia yang berkaitan dengan objek penelitian
ini, untuk mengembangkan dirinya serta memperjuangkan haknya, dalam hal ini
hak memperoleh pendidikan. Secara tegas diatur dalam konstitusi suatu negara
agar pemenuhan hak atas pendidikan mempunyai kepastian hukum.
Teori hak asasi manusia merupakan teori yang dikemukakan oleh ahli
filsafat hukum khususnya pada manzhab hukum alam. Aristoteles dalam bukunya
“Nicomachean Ethics”. Dalam teori hak asasi manusia dapat dikatakan, bahwa
hak asasi manusia adalah hak yang melekat pada diri manusia itu sendiri. Secara
23
teoritis, terdapat dua teori mengenai hak asasi manusia yaitu teori universalis dan
teori positivisme. Adapun teori-teori tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Teori universalis (universalist theory) hak asasi manusia
Doktrin kontemporer hak asasi manusia merupakan salah satu dari
jumlah perspektif moral unversalis. Asal mula dan perkembangan hak asasi
manusia tidak dapat dipisahkan dari perkembangan universalisme nilai
moral. Dalam buku Nicomachaen Ethis, Aristoteles secara rinci
menguraikan argumentasi yang mendukung keberadaan ketertiban moral
yang bersifat alamiah. Ketertiban alam ini harus menjadi dasar dari seluruh
sistem keadilan rasional. Ketertiban sangat dibutuhkan oleh alam kemudian
diturunkan dalam serangkaian kriteria universal yang komperhensif untuk
menguji ligitimasi dari sistem hukum sebenarnya karya manusia. 15
2. Teori positvisme (positivist theory) hak asasi manusia
Menurut pandangan kaum positivisme, bahwa tiada hukum lain
kecuali perintah penguasa (Law is command of The Lawgivers). Bertitik
tolak dari hal tersebut, pendapat para sarjana dapat disamakan dengan
bagian aliran legisme dari aliran hukum positif yang menyatakan secara
tegas, bahwa hukum merupakan identik dengan Undang-Undang, jadi tidak
ada hukum diluar Undang-Undang menurut pandangan teori ini.16
Berdasarkan uraian teori universalisme menyatakan bahwa ketertiban
dibutuhkan oleh alam kemudian diturunkan dalam serangkaian kriteria universal
15 Soerjono Soekanto,2009, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta, hal. 93.
24
secara komperhensif untuk menguji hukum yang sebenarnya dibuat oleh manusia
serta teori positivisme mengatakan, bahwa hukum identik dengan Undang-
Undang.
Pada Pasal 1 ayat (10 Undang- Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang
Hak Asasi Manusia menentukan,
“Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat
dan keberadaan manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindunga harkat dan martabat manusia”.
Berdasarkan ketentuan Pasal tersebut diatas, bahwa hak asasi manusia
memiliki sifat universal. Selain universal, hak-hak tersebut tidak dapat dicabut
(inalienable) yang memiliki arti seburuk apapun perlakuan yang telah dialami
oleh seseorang atau betapa bengisnnya perlakuan seseorang, maka ia tidak akan
berhenti menjadi manusia dan karena itu tetap memiliki hak-haknya tersebut. Kata
lain hak-hak itu melekat pada diri manusia itu sendiri sebagai makhluk insani.17
Menurut beliau hak asasi manusia merupakan hak secara kodrati karunia dari
Tuhan Yang Maha Esa dan tidak dapat diganggu gugat serta melekat pada dirinya.
Teori positivisme hak asasi manusia tersebut yang digunakan untuk
menganalisis peran negara upaya pemenuhan hak asasi manusia d i bidang
pendidikan bagi warga negara Indonesia.
17 Rhona K.M,.Smith,2010, Hukum Hak Asasi Manusia, Pusat Studi Hak Asasi Manusia
Universitas Islam Indonesia (PUSHAM UII), Yogyakarta, hal.11
25
1.7.3 Teori Pertanggungjawaban Negara
Relevansi teori pertanggungjawaban negara yang berkaitan dengan
penelitian ini, bahwa negara bertanggung jawab atas pendidikan bagi warga
negara Indonesia. Dalam hal ini peran negara sangat diperlukan untuk memenuhi
hak asasi manusia atas pendidikan yang sesuai peraturan perundang-undangan.
Pertanggungjawaban berasal dari dua kata tanggung jawab, berarti
keadaan wajib menanggung segala sesuatunya (kalau ada sesuatu hal boleh
dituntut, diperkarakan, dipersalahkan, dan sebagainya). 18 Berdasarkan uraian
tersebut diatas menyatakan, bahwa barang siapa yang melakukan suatu kesalahan
dapat di kenakan sanksi sesuai dengan yang diperbuat, sebab seseorang
mempunyai tanggung jawab dalam melakukan sesuatu.
Joseph. P. Harris seorang ahli dari Amerika dalam perkembangan hukum
kontemporer, menurutnya pertanggung jawaban sebuah negara atau biasa yang
disebut responsibility of states mengandung aspek kewajiban dari dalam bagian
suatu negara.19 Uraian tersebut mengatakan bahwa, negara memiliki tanggungg
jawab atas segala hal, salah satunya tanggung jawab atas hak pendidikan. Negara
menjamin hak-hak atas pendidikan sesuai peraturan perundang-undanngan
mengenai hak untuk memperoleh pendidikan.
Bagir manan mengatakan, bahwa salah satu unsur penting dalam
penyelenggaraa pemerintah adalah pertanggungjawaban. Niemand kan een
bevoeghdied uilioefenen sonder verantwornding schulding isjn of sonder dat of
18 WJS. Poerwadarmanta,1976, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, hal. 1014.
19
Sugeng Istanto, 2015, Pengertian Tanggung Jawab Menurut Para Ahli Huk um, p. 1,
available at www.pengertianartidefenisi,com, diakses 6 Agustus 2016.
26
uitoefening conirole bestaan.20 Beliau mengatakan, bahwa unsur yang terpenting
pemerintah dalam penyelenggaraan negara adalah tanggung jawab, tanggung
jawab pemerintah dalam hal ini memajukan pendidikan bagi warga negara, agar
memperoleh pendidikan yang sesuai dengan yang diharapkan.
Apabila dikaitkan dengan penelitian ini dapat dikatakan, bahwa
pemenuhan hak asasi manusia merupakan tanggung jawab dari negara. Adapun
tanggung jawab negara dalam hal ini mengenai hak warga negara atas pendidikan.
Pendidikan sangat diperlukan bagi warga negara untuk mencerdaskan dirinya,
maka negara dalam memenuhi hak atas pendidikan warga negara Indones ia harus
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
1.7.4 Konsep Negara Hukum
Relevansi konsep negara hukum yang berkaitan dengan objek penelitian
ini, bahwa warga negara Indonesia memiliki hak-hak atas pendidikan, dimana
pendidikan sangat diperlukan untuk mengembangkan dirinya serta. untuk
mencerdaskannya. Hak pendidikan agar berjalan sesuai dengan yang diharapkan,
maka dituangkan ke dalam bentuk peraturan perundang-undangan.
Konsep negara hukum ( Rule of Law ) merupakan konsep yang sangat
ideal saat ini, meskipun konsep tersebut di jalankan dengan persepsi yang
berbeda-beda Terhadap istilah “ Rule of Law “ ini dalam bahasa Indonesia sering
juga diterjemahkan sebagai “ Supremasi Hukum “ ( supremacy Of Law ) atau
“pemerintahan berdasarkan atas hukum”. Disamping itu, istilah “ negara hukum”
27
(goverment by law) atau rehcstaat, juga merupakan istilah yang dipergunakan.
Tentang negara hukum,Munir Fuady menjelaskan:
Negara hukum, adalah sistem kenegaraan diatur berdasarkan hukum yang berlaku, berkeadilan tersusun dalam suatu konstitusi, dimana semua orang
dalam negara tersebut, baik yang diperintah maupun yang memerintah, harus tunduk hukum yang sama, sehingga setiap orang yang sama diperlakukan sama dengan setiap orang berbeda, dilakukan berbeda
dengan dasar pembedaan yang rasional, tanpa memandang perbedaan warna kulit, ras, gender, agama, daerah, dan kepercayaan , kewenangan
pemerintah dibatasi berdasar prinsip distribusi kekuasaan, sehingga pemerintah tidak bertindak sewenang-wenang dan tidak melanggar hak-hak rakyat, karenanya kepada rakyat diberikan peran yang sesuai dan
peranannya secara demokratis.21
Berdasarkan uraian tersebut diatas, hubungan negara dengan hukum akan
melahirkan suatu keterikatan yang menyangkut tentang peraturan-peraturan
mengenai susunan atau tatanan negara dan kewenangan serta pembentukan
hukum, memberikan peran kepada rakyat secara demokratis. Adanya
perkembangan konsep negara hukum modern pada abad ke 20 yang telah
melakukan suatu perubahan dimana negara memberikan hak-hak kesejahteraan
yakni, hak mendapatkan kehidupan yang layak, hak mendapatkan pendidikan,
hak mendapatkan pekerjaan yang dijalankan dalam berbagai pola keamanan sosial
(social security). Selain keamanan negara juga memberikan hak untuk
mendapatkan pendidikan yang layak bagi masyarakatnya.
Hubungan negara dengan hukum akan melahirkan suatu keterikatan yang
menyangkut tentang peraturan-peraturan mengenai susunan dan tatanan negara
dan kewenangan serta pembentukan hukum. Konsep negara hukum (rechtsstaat)
21 Munir Fuady, 2009, Teori Negara Hukum ( Rechtsstaat ), PT Refika Aditama, Bandung,
hal. 3.
28
Freidrich Julias Stahl, yang menurutnya negara hukum (rechtsstaat) harus
memenuhi unsur-unsur sebagai berikut;
1. Perlindungan hak-hak asasi manusia. 2. Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-hak
tersebut. 3. Pemerintahan berdasarkan pada peraturan perundang-undangan
(hukum tertulis).
4. Peradilan administrasi dan perselisihan.22
Unsur-unsur tersebut diatas merupakan suatu penghargaan terhadap hak
asasi manusia dan peraturan perundang-undangan, sebab hak asasi manusia
merupakan hak yang paling mendasar dimiliki oleh manusia. Pemerintah dalam
hal ini melindungi hak-hak asasi manusia dengan di buatkannya Undang-Undang
untuk melindungi hak-hak masyarakat dalam memperoleh pendidikan.
AV. Dicey ahli Anglo Saxon konsep The Rule Of Law harus memenuhi
memenuhi unsur sebagai berikut:
1. Its Mean, at the firtst place , the absolute supremacing or pridominance of reguler law as supposedto the influance of arbitraty power and exludes the exixtance urbanitraces; of progresive, or ever
of wide desrebionary authority on the part of goverment, 2. Its Maens, aain, equaliti before the law, or the equal sujection of all
classes to the ordinary law courts. 3. The rule of law, lastly, may be used as formula for expressionthe fact
that with asa the law constitition, the rule wich in foreign courtries
naturally from part of aconstitutional code, are the scource but consencuence of the right of individuals, as defined enforced by the
courts.23
Berdasarkan uraian tersebut diatas, dapat dikatakan, bahwa the rule of law
terdiri atas; supremasi hukum yang berarti kekuasaan tertinggi dalam negara
22 Ridwan HR, 2011, Hukum Administrasi Negara, Raja Grafindo, Cetakan ke-VI, Jakarta,
hal. 3.
23
AV.Deciy, 1968, Introduction To Study Of The Law Of Contitution, Mc Milan
Co.Ltd,London, hal. 202-203.
29
adalah hukum, adanya persamaan di muka hukum dimana kedudukan setiap orang
dalam hukum dan memajukan hak asasi manusia harus dilindungi sesuai dengan
peraturan perundang-undangan, dalam hal ini hak dalam memperoleh pendidikan.
Sudargo Gautama, menyatakan tiga ciri-ciri atau unsur-unsur negara
hukum, yaitu;
1. Terdapat pembatasan kekuasaan negara terhadap perorangan, yang
maksudnya negara tidak dapat bertindak sewenang-wenang, tindakan negara dibatasi oleh hukum, individu mempunyai atas negara-negara atau rakyat mempunyai hak atas penguasa.
2. Asas legalitas, setiap tindakan negara berdasarkan atas hukum yang diadakan terlebih dahulu yang harus ditaati juga oleh pemerintah atau
peraturannya. 3. Adanya pemisahan kekuasaan.24
Sehubungan dengan konsep negara hukum, Indonesia merupakan negara
yang memegang prinsip negara hukum yang berdasarkan ketentuan Pasal 1 ayat
(3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
menyatakan, “Negara Indonesia adalah negara hukum”. Berdasarkan konsep
negara hukum terdapat pada Undang-Undang tersebut diatas, negara hukum
mempunyai empat syarat yang dikemukakan oleh Ismail Sunny, yaitu:
a. Hak Asasi Manusia.
b. Pembagian kekuasaan.
c. Pemerintahan berdasarkan Undang-Undang.
d. Peradilan dan Administrasi.25
24 Abdul Aziz Hakim, 2011, Negara hukum Dan Demokrasi Di Indonesia, Cetakan ke-1,
Pusaka Pelajar, Yogyakarta, hal. 10.
25
Titik Tri Wulandari, 2010, Pengantar Hukum Tata Usaha Negara Indonesia, Pretasi Pusaka
Publisher, Jakarta, hal. 164.
30
Empat syarat yang dinyatakan tersebut diatas, adanya hak asasi manusia
merupakan hak yang harus dilindungi oleh negara maupun pemerintah dengan di
buatkan peraturan perundang-undangan
Bahkan negara hukum di Indonesia bertujuan memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan mewujudkan suatu keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia, supaya mendapatkan kehidupan sesuai dengan
yang diharapkan. Adapun konsep negara kesejahteraan merupakan suatu
kewajiban dimana pemerintah mengupayakan kesejahteraan umum atau
bestuuszorg. Hal tersebut dapat diketahui pada dasarnya konsep negara hukum
mengenal dua asas, yaitu asas legalitas dan asas perlindungan hak asasi manusia,
asas legalitas adalah asas yang merupakan suatu keterikatan kepada Undang-
Undang.26 Undang-undang tersebut sangat diperlukan oleh pemerintah sebagai
landasan atau pedoman untuk melaksanakan tugas-tugasnya.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka dapat dikatakan asas legalitas
adalah suatu kekuasaan yang berdasarkan hukum, sehingga peran serta
pemerintah dan setiap warga negara seharusnya tunduk pada hukum yang berlaku.
Apabila dikaitkan dengan usulan penelitian ini, maka pemerintah dalam hal ini
menyelenggarakan pendidikan yang memiliki tujuan mencerdaskan kehidupan
bangsa seharusnya memperhatikan mutu dan kualitas pendidikan yang sesuai
dengan peraturan perundangan tentang pendidikan.
26 Hotman P Subea, 2010, Peraturan Kebujakan , Asas-Asas Umum Yang Baik, Erlangga,
Jakarta, hal. 36.
31
1.7.5 Konsep Hak Asasi Manusia
Relevansi konsep hak asasi manusia dengan objek penelitian ini, bahwa
konsep tersebut memberikan kebebasan pada semua warga negara Indonesia
untuk memperoleh hak-haknya dalam pendidikan, serta adanya perlidungan
terhadap hak-hak dalam memperoleh pendidikan.
Hak asasi manusia menurut Charlie Rudyat mengatakan, bahwa
Hak asasi manusia merupakan suatu hak yang dimiliki oleh manusia sejak dia dilahirkan ke diunia, bukan karna diberikan oleh masyarakat atau
negara; Sekumpulan hak yang melekat pada hakikatnya dari keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugrah-
Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, dan pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.27
Menurut uraian tersebut diatas dapat dikatakan, bahwa hak asasi manusia
merupakan hak dibawa manusia sejak lahir, hak itu melekat secara kodrati yang
merupakan anugrah dari Tuhan Yang Maha Esa, hak asasi manusia harus
dihormati, dijunjung tinggi, serta dilindungi oleh negara, hukum, dan pemerintah.
Dimana hak tersebut tidak boleh diganggu gugat oleh siapapun, sebab hak itu
telah melekat pada setiap orang sebagai warga negara .
Hak Asasi Manusia Mark Van Hocke mengemukakan, dalam bidang tata
negara adalah, hak asasi warga negara merupakan hak mendasar disamping
pembahasan menyangkut hubungan dan kedudukan lembaga- lembaga negara.28
Berdasarkan pernyataan tersebut, bahwa hak asasi manusia merupakan hak
paling mendasar yang dihormati oleh semua warga negara. Hak tersebut di
27 Charlie Rudyat, 2014, Kamus Hukum, Pustaka Pelajar, jakarta, hal. 185.
28
Yohanes Usfunan, 2011, HAM POLITIK, Kebebasan Berpendapat Di Indonesia, Udayana,
University Prees, Denpasar, hal. 2.
32
tetapkan pada peraturan perundang-undangan, dalam hal ini pemerintah
diharapkan memberikan pelayanan yang baik pada masyarakat untuk
mendapatkan pendidikan berdasarkan peraturan yang berlaku. Deklarasi PBB
menyatakan,“Hak Asasi Manusia merupakan harkat dan martabat manusia telah
dikembalikan, manusia telah menjadi manusia yang dalam dirinya melekat hak-
hak yang tidak bisa di rampas begitu saja oleh negara, seperti hak untuk hidup,
hak untuk mempunyai keluarga, hak untuk bebas bepergian, dan sebagainya”.29
Pernyataan dari Deklarasi PBB, bahwa hak-hak manusia yang hakiki tidak bisa
dirampas karena hak tersebut telah dilindungi oleh negara yang dituangkan dalam
peraturan perundang-undangan, termasuk hak pendidikan disini merupakan hak
yang harus dilindungi, karena pendidikan memberikan pembentukan karakter bagi
warga masyarakat untuk mengembangkan dirinya.
Jimly Asshiddiqie menyatakan, bahwa terbentuknya negara juga
penyelenggaraan kekuasaan suatu negara tidak boleh mengurangi arti atau makna
kebebasan hak asasi manusia, hal tersebut merupakan merupakan pilar sangat
penting dalam setiap negara yang disebut sebagai negara hukum. 30 Hak Asasi
Manusia sangat berpengaruh dalam penyelenggaraan suatu negara, karena hak
asasi manusia memiliki peran penting dalam negara. Pendidikan sangat diperlukan
untuk meningkatkan taraf hidup sebagaimana dituangkan dalam Undang-Undang
Republik Indonesia No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 9 ayat
29 Todung Mulia Lubis, 2005, Jalan Panjang Hak Asasi Manusia, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, hal. 273.
30
Binsar Gultom, 2010, Pelanggaran HAM Didalam Hukum Keadaan Darurat Di Indonesia,
Gramedia, Jakarta, hal. 108.
33
(1) menyebutkan, “ Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup dan
meningkatkan taraf kehidupannya”.
Hak Asasi Manusia adalah hak yang dimiliki manusia secara kodrati tanpa
pengecualian dan keistimewaan bagi golongan, kelompok maupun tingkat sosial
mereka tertentu.31 Hak-hak tersebut mencakup antara lain hak atas kehidupan,
keamanan, kebebasan berpendapat, dan merdeka dari segala bentuk penindasan
yang wajib dijunjung tinggi, tidak saja oleh setiap individu dari suatu negara yang
mengakui keberadaan dan menghargai Hak Asasi Manusia. Kamus Besar Bahasa
Indonesia menyatakan, Hak Asasi Manusia adalah hak yang dilindungi secara
internasional yaitu Deklarasi PBB ( Declaration of Human Rights ), seperti hak
untuk untuk hidup, hak kemerdekaan, hak untuk memiliki, dan hak untuk
mengeluarkan pendapat.32 Hak pendidikan merupakan hak yang dilindungi,
mengenai pendidikan terdapat pada HAM generasi kedua yaitu hak ekonomi,
sosial dan budaya. Hak Asasi Manusia pada bidang pendidikan memberikan
kebebasan untuk mengembangkan dirinya untuk mendapatkan pendidikan.
The author analyzez intelleectual framework that froms basic of their
legitimacy.33 Menurut beliau hak asasi manusia merupakan hak dasar yang telah
disahkan di seluruh dunia, hak tersebut sangat dihormati dan dijunjung tinggi,
sehingga dikeluarkan aturan-aturan untuk mengaturnya, seperti yang telah
diuraikan diatas, bahwa hak asasi manusia merupakan hak yang dilindungi negara,
hukum, pemerintah, maupun oleh individu itu sendiri. Hak tersebut merupakan
31 Niken Sawitri, 2008, Ham Perempuan. Refika Aditama, Bandung. Hal. 1
32
Ibid, hal. 382.
33
Cristian Tomuscat, 2008, Human Rights Between Idealism And Realism, Oxford University
Prees, page 8.
34
tanggung jawab moral serta yuridis, semua warga ikut serta dalam menegakkan
dan melindungi, terutama dalam hal ini mengenai hak pendidikan bagi semua
warga negara Indonesia
1.7.6 Konsep Negara Kesejahteraan
Relevansi konsep negara kesejahteraan yang berkaitan dengan penelitian
ini, bahwa negara menjamin kesejahteraan warganya dalam hal ini mengenai hak
atas pendidikan. Negara memberikan pelayanan yang baik bagi warganya untuk
memperoleh pendidikan, Negara menjamin hak atas pendidikan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Welfare state adalah negara kesejahteraan, konsep ini muncul untuk
menggantikan konsep legal state atau negara penjaga malam. 34 Uraian tersebut
mengatakan, bahwa munculnya konsep negara kesejahteraan untuk memberikan
suatu pelayanan yang sebesar-besarnya untuk warganya, dalam hal ini mengenai
pendidikan. Pelayanan atas pendidikan sangat diperlukan untuk mencerdaskan
warga negaranya.
Negara kesejahteraan (welfare state) Roscou Pound mengatakan, bahwa
secara faktual keinginana sebagian besar manusia yaitu ingin hidup
mengembangkannya secara layak.35 Menurut beliau manusia pada umumnya
selalu ingin maju dan berkembang menjadi yang lebih baik. Salah satu
mengembangkan dirinya di dalam memperoleh pendidikan. Pendidikan
merupakan suatu yang sadar dan terencana untuk mencerdaskan dirinya serta
membentuk kepribadian kerarah yang lebih baik yang berguna bagi dirinya,
34 Ridwar HR, 2006, Hukum Administrasi Negara, PT Raja Grafindo, Jakarta. Hal. 14
35
Soetiksno, 1976, Filsafat Hukum, Pradnya Paramita, Jakarta, hal. 9-10.
35
masyarakat dan negara. Pemerintah selaku penyelenggara negara d iharapkan
memberikan pelayanan bagi warga untuk mrmperoleh pendidikan yang layak
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pada hakekatnya negara kesejahteraan (welfare state) dapat digambarkan
eksistensinya sebagai pengaruh dari hasrat manusia yang mengharapkan
terjaminnya rasa aman, ketentraman, dan kesejahteraan agar tidak jatuh ke dalam
keterpurukan. Hal tersebut dapat sebagai tujuan manusia yang senantiasa
mengupayakan kesejahteraan dalam kehidupannya, sehingga hal tersebut telah
dijamin dalam konstitusi suatu negara. Negara kesejahteraan (welfare state)
merupakan negara yang pemerintahannya menjamin terselenggaranya
kesejahteraan warganya. Dalam hal ini negara menjamin kesejahteraan pendidikan
bagi warga negaranya.
Dalam mewujudkan kesejahteraan warganya harus didasarkan pada lima
(5) pilar kenegaraan, yaitu
1. Demokrsai (Democracy).
2. Penegakan hukum (Rule of Law).
3. Perlindungan Hak Asasi Manusia.
4. Anti Diskriminasi.
Berdasarkan kelima pilar tersebut negara kesejahteraan (welfare state)
dalam melayani warganya diharuskan memenuhi hak-hak warganya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, salah satunya mengenai pelayanan
mengenai pendidikan warganya. Hak atas pendidikan warganya merupakan hak
yang harus dipenuhi oleh negara tersebut.
36
1.8 Metode Penelitian
1.8.1 Jenis Penelitian
Penelitian merupakan upaya pencarian dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan menemukan dan mengemukakan kebenaran
dengan cara menemukan suatu analisa. Peter Mahmud Marzuki mengatakan,
bahwa penelitian hukum merupakan proses untuk menemukan aturan hukum,
prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum
yang dihadapi.36Morris L. Cohen dan Kent C. Olson mengatakan, bahwa “Legal
research is essential component of legal pratice, it was the process of finding the
law that governs an activity and materials”.37Uraian tersebut mengatakan, bahwa
penelitian merupakan suatu komponen penting dari praktek hukum adalah
menemukan suatu proses hukum dimana mengatur suatu kegiatan dan sarana
dalam menjelaskan atau menganalisa hukum tersebut.
Penelitian hukum ini menggunakan metoda penelitian hukum normatif
yang dilakukan melalui analisis yang di peroleh dari bahan-bahan kepustakaan
seperti buku, diktat, dan lain- lain, dihubungkan dengan peraturan perundang-
undangan dan konsep para ahli hukum sebagai hasil penelitiannya.38 Penelitian
hukum normatif memiliki ciri-ciri, beranjak dari adanya kekosongan norma atau
asas hukum, kekosongan norma dalam penelitian ini terdapat pada pengaturan
negara dalam pemenuhan hak asasi manusia. Penelitian ini menggunakan bahan
hukum yang terdiri atas bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Di
36 Peter Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian Hukum, Cetakan ke-1, Kencana , Jakarta, hal. 35.
37
Morris L. Cohen dan Kent C. Olson, 2000, Legal Research In A Nutshell, Seven Edition,
ST. Paul, Minn, West Group, hal. 1.
38
Zainuddin Ali, 2009, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, jakarta, hal. 25
37
dalam penelitian hukum normatif, maka penelitian terhadap asas-asas hukum
dilakukan terhadap kaedah-kaedah hukum yang merupakan patokan-patokan
berprilaku atau bersikap tidak pantas.39
1.8.2 Jenis Pendekatan
Metode Pendekatan yang digunakan dalam penulisan tesis ini adalah
pendekatan konseptual (conceptual appoach) dan pendekatan perundang-undangn
(Statute appoach). Pendekatan konseptual digunakan untuk mengkaji mengenai
konsep-konsep yang digunaka seperti konsep negara hukum, dan konsep hak
asasi manusia. Dalam metode pendekatan perundang-undangan dalam penelitian
ini perlu menangani hirarki, dan asas-asas- hukum dalam peraturan perundang-
undangan.40 Pendekatan perundang-undangan yaitu suatu norma-norma atau
kaedah-kaedah yang mengkaji mulai dari Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia Tahun 1948,
undang-Undang Republik Indonesia No. 39 Tahun 1999, Undang-Undang
Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003, Undang-Undang No. 14 Tahun 2005, dan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 32 Tahun 2013 dilengkapi dengan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005.
1.8.3 Sumber Bahan Hukum
Sumber bahan hukum yang dipergunakan dalam penulisan ini berasal dari
beberapa sumber, meliputi;
39 Nomensen Sinamo, 2009, Metode Penelitian Hukum, Bumi Intitama Sejahtera, Jakarta, hal.
107
40
Ibid, hal. 96.
38
a. Bahan hukum primer yaitu bahan pustaka yang bermuatan
pengetahuan ilmiah yang baru atau canggih atau pengertian baru
mengenai fakta yang diketahui tentang suatu gagasan (ide) dan
bahan/sumber.41Bahan hukum primer diantaranya Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Deklarasi Universal
Hak Asasi Manusia Tahun 1948, Undang-Undang Republik indonesia
No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-
Undang Republik Indonesia No. 39 Tahun 1999 tentang HAM,
Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang Guru
Dan Dosen, dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 32
Tahun 2013 Standar Nasional Pendidikan dilengkapi dengan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005.
b. Bahan hukum Sekunder yaitu bahan pustaka yang berisikan informasi
tentang bahan primer.42Bahan hukum sekunder dalam penelitann ini
seperti literatur- literatur antara lain, buku-buku dan karya ilmiah para
ahli hukum yang berkaitan dengan objek yang diteliti.
c. Bahan hukum tersier merupakan bahan hukum penunjang mencakup
bahan-bahan yang memberi petunjuk-petunjuk maupun penjelasan
pada hukum primer dan sekunder seperti kamus hukum,ensiklopedia
dan internet.
41 Soerjono Soekamto Dan Sri Mamuji, 2011, Penelitian hukum normatif, Suatu tinjauan
singkat, Cetakan ke-13, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal,29.
42
Ibid
39
1.8.4 Teknik Pengumpulan Bahan Hukum
Bahan hukum dikumpulkan dengan melakukan studi dokumen, yakni
dengan melakukan pencatatan terhadap hal-hal yang relevan dengan permasalahan
yang diteliti yang ditemukan dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder
serta bahan hukum tersier yang berkaitan dengan permasalahan ini.
1.8.5 Teknik Analisis Bahan Hukum
Analisis dalam penelitian merupakan bagian yang sangat penting karena
dengan analisa inilah bahan hukum yang ada akan nampak mafaatnya dalam
memecahkan masalah. Bahan-bahan hukum yang diperoleh dan selanjutnya
terkumpul dan dianalisis melalui langkah diskrepsi, argumantasi, sistematisasi,
dan evaluasi. Analisis deskripsi digunakan untuk menguraikan apa adanya suatu
kondisi atau posisi dari proposisi-proposisi hukum dan non hukum. Dalam tahap
ini dilakukan pemaparan serta penentuan makna aturan-aturan hukum yang
terdapat di dalam peraturan perundang-undangan dibidang pendidikan.
Pada tahap sistematisasi dilakukan pemaparan terhadap hubungan hirarki
aturan-aturan hukum yang berkaitan dengan isu hukum. Pada tahap ini dlakukan
koherensi antara aturan-aturan hukum yang berhubungan agar dapat dipahami
dengan baik. Selanjutnya pada tahap eksplanasi dilakukan analisis terhadap
makna yang terkandung dalam aturan-aturan hukum, sehingga keseluruhannya
membentuk satu kesatuan yang saling berhubungan secara logis, kemudian
dilakukan evaluasi serta pemberian argumentasi untuk memperoleh kesimpulan
dari pokok permasalahan