1 serb i cuac a indonesia

16
PROBLEMA CUACA DAN IKLIM INDONESIA (Pengalamanku) Oleh Soerjadi Wirjohamidjojo INTISARI Di Indonesia pembicaraan tentang cuaca hampir selalu menyebut “hujan”, sehingga seolah-olah cuaca identik dengan hujan. Untuk menghindari salah pengertian tentang hal itu diperlukan definisi dan kriteria yang jelas tentang cuaca dan iklim. Setiap unsur cuaca mempunyai ciri berfluktuasi dengan berbagai ukuran variabilitas, mulai dari yang kecil (kurang dari satuan waktu jam) sampai yang besar (lebih dari satuan waktu tahun) karena adanya berbagai proses di dalam atmosfer. Studi tentang cuaca di Indonesia memerlukan pendekatan dari berbagai aspek, antara lain aspek fisika, aspek geografi, aspek topografi-orografi, aspek struktur dan orientasi kepulauan. Faktor geografi, topografi dan orografi, struktur kepulauan, orientasi pulau, dan factor lingkungan di sekitar Indonesia masing- masing membentuk system peredaran udara. Antar system peredaran saling berinteraksi menghasilkan system cuaca dalam berbagai skala, mulai dari skala besar sampai skala kecil. Sinaran matahari yang terus-menerus dan berbeda siang dan malam membentuk cirri dasar cuaca Indonesia. -------------------------- SISTEMATIKA PENDEKATAN 1. Definisi ( Cuaca, iklim, musim ) 2. Skala 2.1. Skala ruang ( global, hemisfer, meso-sinoptik, meso-lokal, mikro ) 2.2. Skala waktu ( antartahun sampai lebih besar, tahunan, musiman, intra musiman, harian sampai yang lebih kecil ) 3. Teorema / hipotesa 3.1. Sistem ( kesatuan, persatuan,, peredaran ) 3.2. Hukum ( kekekalan massa, momentum, energi ) 3.3. Model 1

Upload: diana-hertanti

Post on 05-Dec-2014

40 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

cuaca indonesia

TRANSCRIPT

Page 1: 1 Serb i Cuac a Indonesia

PROBLEMA CUACA DAN IKLIM INDONESIA(Pengalamanku)

OlehSoerjadi Wirjohamidjojo

INTISARIDi Indonesia pembicaraan tentang cuaca hampir selalu menyebut “hujan”,

sehingga seolah-olah cuaca identik dengan hujan. Untuk menghindari salah pengertian tentang hal itu diperlukan definisi dan kriteria yang jelas tentang cuaca dan iklim.

Setiap unsur cuaca mempunyai ciri berfluktuasi dengan berbagai ukuran variabilitas, mulai dari yang kecil (kurang dari satuan waktu jam) sampai yang besar (lebih dari satuan waktu tahun) karena adanya berbagai proses di dalam atmosfer.

Studi tentang cuaca di Indonesia memerlukan pendekatan dari berbagai aspek, antara lain aspek fisika, aspek geografi, aspek topografi-orografi, aspek struktur dan orientasi kepulauan.

Faktor geografi, topografi dan orografi, struktur kepulauan, orientasi pulau, dan factor lingkungan di sekitar Indonesia masing-masing membentuk system peredaran udara. Antar system peredaran saling berinteraksi menghasilkan system cuaca dalam berbagai skala, mulai dari skala besar sampai skala kecil.

Sinaran matahari yang terus-menerus dan berbeda siang dan malam membentuk cirri dasar cuaca Indonesia.

--------------------------SISTEMATIKA PENDEKATAN

1. Definisi( Cuaca, iklim, musim )

2. Skala2.1. Skala ruang

( global, hemisfer, meso-sinoptik, meso-lokal, mikro )2.2. Skala waktu

( antartahun sampai lebih besar, tahunan, musiman,intra musiman, harian sampai yang lebih kecil )

3. Teorema / hipotesa3.1. Sistem

( kesatuan, persatuan,, peredaran )3.2. Hukum

( kekekalan massa, momentum, energi )3.3. Model

( deskriptif, numerik )

4. Teknik dan Metode4.1. Subjektif

( pengalaman, pemahaman )4.2. Objektif

( komputasi, verifikasi )------------

1

Page 2: 1 Serb i Cuac a Indonesia

1. Definisi( Cuaca, iklim, musim )

Cuaca. Keadaan sesaat (setiap saat) atmosfer (yang tingkatnya dinyatakan dengan suhu, tekanan, angin, kelembapan, dan fenomena dalam atmosfer misalnya kabut, berawan, hujan, badaiguntur, dll.). ( WMO bulletin 1984).

Iklim. Ciri kecuacaan suatu daerah yang jenisnya dinyatakan dengan nilai statistik cuaca. ( WMO bulletin 1984 ).

Musim. Periode dengan nilai sesuatu unsur cuaca yang dominan (mencolok) (Kamus Besar Bahasa Indonesia).

------------------

2. Skala

Analisis cuaca disesuaikan sesuai dengan skala ruang dan waktu.

Skala ruang. Penentuan cara analisis dari unsur cuaca serta fenomena yang dianalisis disesuaikan dengan skala ruang dan waktu yang diambil ( global, hemisfer, meso-sinoptik, mikro ).

Skala waktu. Skala waktu meliputi antartahun sampai lebih besar, tahunan (annual). musiman (seasonal), intramusiman, harian, jam sampai yang lebih kecil (rangkuman berbagai sumber).

Antara skala ruang dan skala waktu mempunyai pasangan dan kesepadanan. Skala mikro bersepadanan dengan skala waktu detik sampai menit, skala meso bersepadanan dengan skala waktu menit sampai jam, skala sinop bersepadanan dengan skala waktu jam sampai hari, dan skala yang lebih besar bersepadanan dengan skala waktu hari sampai tahun.

----------------

3. Teorema / hipotesa

2

Page 3: 1 Serb i Cuac a Indonesia

( konsep kesatuan, persatuan, peredaran , hukum, model)

Sistem kesatuan. Atmosfer – bumi – laut adalah rangkaian dalam satu system yang masing-masing sebagai komponen pembentuk satu ekosistem.

Sistem persatuan. Masing-masing komponen ekosistem terdiri atas subkomponen. Baik antar komponen dan antar subkomponen saling berinteraksi dan saling bertukar sifat.

Sistem peredaran. Pertukaran sifat antar komponen dan antar subkomponen terselenggara dalam suatu bentuk aliran yang tak terputus karena adanya energi yang terus-menerus.

Hukum. Pertukaran sifat, baik yang terdapat dalam antar komponen maupun dalam antar sub komponen adalah daya dalam upaya pembentukan keseimbangan alami dihipotesakan mengikuti hukum kekekalan, antara lain hukum kekekalam massa, kekekalan momentum, kekekalan energi.

Model. Bentuk, sifat, dan ukuran nilai pertukaran serta hasil pertukaran sifat dinyatakan dengan gambaran ( deskriptif), dan rumusan ( formula numerik).

---------------------

4. Teknik dan Metode( subjektif, objektif).

Cuaca selalu berubah; tidak ada satupun cuaca pada suatu waktu yang lalu persis sama dengan cuaca saat ini. Selain itu atmosfer sangat luas, sehingga cuaca di suatu tempat tidak ada yang sama dengan cuaca di tempat lain. Demikian banyak ragam cuaca, dan demikian luas ruang atmosfer sehingga pengukuran dan penilaian cuaca pada setiap titik tidak mungkin dapat dilakukan; untuk itu digunakan interpolasi atau taksiran.

Subjektif. Taksiran subjektif dilakukan berdasarkan pengamatan dan pengalaman (statistik)

Objektif. Taksiran nilai-nilai unsur cuaca dilakukan dengan simulasi pengamatan dan pengukuran dalam laboratorium kecil dengan menerapkan hukum-hukum fisika dan perhitungan matematika.

------------

BAGAN DASAR STUDI CUACA INDONESIA

3

Page 4: 1 Serb i Cuac a Indonesia

1. Lingkup.

Cuaca dan iklim Indonesia dipelajari dari aspek fisika, aspek geografi aspek topografi dan orografi, serta orientasi kepulauan.

2. Konsep

Cuaca adalah hasil dari proses pertukaran sifat antara berbagai system, baik yang ada di dalam udara / atmosfer sendiri maupun system di luarnya, dalam aliran yang ditimbulkan dan dijaga kelangsungannya oleh energi terus-menerus.

3. Bagan.

Bagan dasar / umum proses pembentukan cuaca.

PEREDARAN ATMOSFER.

Dalam skala global sistem peredaran atmosfer di kawasan tropik terdiri atas komponen peredaran Hadley dalam arah meridional, dan peredaran Walker dalam arah zonal.

Khususnya di kawasan Indonesia yang dikenal dengan kawasan benua maritim (Ramage ) terdapat peredaran berskala kecil yang dikenal dengan peredaran skala meso. Peredaran tersebut timbulnya berkaitan dengan ketakmantapan udara setempat, disebut ketakmantapan golakan jenis kedua (Convective Instability of Second Kind = CISK).

Dari penemuan-penemuan selanjutnya, model peredaran umum di wilayah Indonesia digambarkan terdiri atas enam komponen, yakni sel Hadley Utara, sel Hadley selatan, sel Walker barat, sel Walker timur, sel peredaran local (CISK), dan sel osilasi stratosfer (QBO). Dengan demikian bagan peredaran atmosfer dalam skala besar di wilayah Indonesia sebagai berikut (gb. 2.9).

4

Energi Aliran Cuaca dan fenomena

Pertukaran

Page 5: 1 Serb i Cuac a Indonesia

QBO

Hadley utara

CSIK Walker barat Walker timur

Indonesia

Hadley selatan

Gb.2.9. Bagan susunan komponen sistem cuaca lingkungan Indonesia

---------------

PENDEKATANASPEK FISIKA, GEOGRAFI, TOPOGRAFI – OROGRAFI.

1. Aspek Fisika.1. Keadaan

2. Proses

3. Sumber/Komponen/Problema

4. Potensi

5. Parameter.

2. Aspek Geografi.

1. Keadaan

5

Nilai cuaca (C) sebagai fungsi unsur cuaca (U); Unsur cuaca fungsi ruang dan waktu ( peubah banyak). C = C(U1, U2, U3,…….. Ui,…………… Uk); U = U( x,y,z, .. t).

Energi Aliran Pertukaran Cuaca, fenomena

Aktivitas matahari

Peredaran udara dlm berbagai skala

Kondisi atm.dan lingkungannya

Sinaran matahari

Kecepatan peredaran

Perbedaan sifat

Intensitas,fluks sinaran

Kepusaran, beraian Ketakmantapan udara

Cuaca dan fenomena udara / atmosfer khatulistiwa

Indonesia membentang khatulistiwa

Terletak antara Asia dan Australia

Terletak antara Pasifik dan L.Hindia

Page 6: 1 Serb i Cuac a Indonesia

2. Proses

3. Sumber/Komponen/Problema

4. Potensi

5. Parameter

3. Aspek topografi – orografi.1. Keadaan

2. Proses

3. Sumber/Komponen/Problema

4. Kondisi/Potensi

5. Parameter

PARAMETER CUACA, IKLIM INDONESIA YANG RELEVAN DALAM SKALA RUANG (R) DAN WAKTU (W)

SkalaW / R

Global Hemisfer Meso-sinoptik Meso-lokal

Mikro-lokal

Mikro Parame-ter dominan

6

Energi Aliran Pertukaran Cuaca, fenomena

Menerima energi paling

banyak

Sinaran berbeda

mencolok siang dan malam

Berubah arah

secara monsunal

Pertukaran energi pendam dalam skala

waktu musim, tahun,antartahun

Indonesia menjadi wilayah pumpunan

dan golakan

Berubah secara harian

Kadar uap air berubah

monsunal

Interaksi / modifikasi aliran skala monsunal dan harian

Kadar uap air monsun dalam pumpunan dan golakan dalam PPAT (Pias Pumpun Antartropik = ITCZ)

Cuaca dan fenomena udara / atmosfer dalam skala besar

Indonesia wilayah kepulauan

Besar Kecil

Orientasi Bentuk Struktur

Kemiringan terhadap aliran monsun Panjang, lebar, luas Pantai/gunungan/dataran dll

Energi…………………… Aliran ……… ……..….. Pertukaran

Pemanasan, stabilitas udara local memodifikasi hasil pertukaran dalam aspek geografi

Keterpaksaan pertukaran energi

Perbedaan homogenitas hasil

pertukaran

Kekontrasan kadar hasil pertukaran

Mengikuti cirri monsunal di

sekitar lokasi

Kemantapan potensial

Landaian vertical, horizontal

Intensitas( dC/dt)

Amplitudo variasi harian

Cuaca, fenomena udara / atmosfer dalam skala local ( meso – mikro)

Page 7: 1 Serb i Cuac a Indonesia

Antar tahun atau lebih besar

T300;W300; jml.c.hujan setahun(Indo-1)

T500; W500; Pml.(Indo-2)

Sinaran matahari

Tahunan,intra-tahunan

Panjang musim(Indo-2)

T700;W700; Pml; sikl.tropis (Indo-4)

ENSO-Monsun

Musiman,intra-musiman

Awal musim(Indo- 6)

T850; W850;Pml(Indo-6)

SOI-Monsun

Harian Kepusaran;beraian(Indo-6)

Badai-guntur(Indo-x)

T1000; W1000; Pml;Awan; hujan(Indo-x)

PPAT; Peredaran local

Jam atau lebih kecil

Pertum-buhan awan(Indo-x)

T tanah;W perm; Pml;H turb(Indo-x)

Stabilitas udara lokal

Keterangan :Indo-1 : Indonesia dalam satu kesatuan wilayah; Indo-2 : Indonesia dalam dua wilayah (Utara, Selatan; Indo-4 : Indonesia dalam 4 wilayah; Indo-6 : Indonesia dalam 6 wilayah; Indo-x : Indonesia dalam banyak daerah local. T = suhu; W = angin; P = tekanan; H = ketinggian

---------------------------

VARIASI KLIMATIK ATMOSFER TROPIK( Yamanaka MD 1996)

YANG RELEVAN BAGI SISTEM CUACA INDONESIAKategori Variasi Skala waktu Keterangan lain

7

Page 8: 1 Serb i Cuac a Indonesia

Musiman dan antar tahunan

Osilasi 10-12 tahun(TTO)

ENSO (ElNino Southern Oscillation)

QBO (Quasi Binary Oscillation)

AO (Annual Oscillation); SAO (Semi Annual Oscillation)

10 – 12 th

4 th

2 th

0,5 th

Sering dikorelasikan dengan daur bintik matahari ( sunspot cycle)

Osilasi troposferik yang dominan dalam kaitannya dengan iklim global; dan dipandang sebagai pasangan laut – atmosfer yang mandiri.

Moda osilasi yang dominan di stratosfer ekuator bawah Juga sebagai komponen osilasi troposfer selatan dan peredaran monsun; tetapi asalnya belum diketahui dengan pasti.

Dominan di kawasan khatulistiwa. SAO tropopause dan mesopause dipengaruhi atau ditimbulkan oleh interaksi aliran.

Gangguan yang gerakannya ke timur

ISO (Intra Seasonal Oscillation)

Super Cloud

Gelombang Kelvin

30 – 60 hari

10 –20 hari

20 hari

10 - 20 hari

5 hari

Gelombang Kelvin dengan bilangan gelombang zonal = 1. Dipandang sebagai hasil dari CISK (Convective Instability of Secaond Kind).

Gelombang Kelvin dengan panjang gelombang zonal 2000 – 4000 km. Dipandang sebagai rezim golakan dari ISO yang gerakannya ke timur.

Dekat tropopause, terpusat di atas Pasifik Barat.

Di stratosfer bawah dengan bilangan gelombang 1 – 2.

Di dekat stratopause, kecepatan fasanya besar ke arah timur.

Gangguan yang gerakannya ke barat

MRG (Mixed Rossby Gravity wave)

Cloud Cluster

Gelombang dua hari

4 – 5 hari

4 hari

2 hari

Di stratosfer bawah; bilangan gelombang 4 – 5.

Di troposfer.

Di dekat tropopause; berbentuk gelombang gravitas inersia atau siklontropis. Dihasilkan dari mekanisme CISK.

Variasi yang lebih pendek

Pasang-surut

Angin darat – laut

Pasang-surut semi harian

Awan Cb

1 hari

1 hari

0,5 hari

1 jam

Skala planet

Skala meso

Skala planet

Angin laut-angin darat 10 km dari pantai; didorong oleh kondisi atmosfer takmantap bersyarat (conditionally unstable).

--------------

MONSUN(Sangat besar perannya sebagai pendorong dalam

pembentukan system cuaca Indonesia ).SKALA DAN SISTEM CUACA INDONESIA

8

Page 9: 1 Serb i Cuac a Indonesia

YANG BERKAITAN DENGANFAKTOR PENDORONG

Skala Faktor pendorong

Faktor pemicu Parameter Indikator Fenomena yang tampak.

Global ENSO Monsun SML PasifikSML India

Panjang musim wilayah

Hemisfer Monsun Monsun (seruak / monsoon surge)

Gel. Rossby; Osilasi Selatan (SO).

Awal musim; jml. curah hujan semusim wilayah.

Meso-sinoptik

Seruak Monsun PPAT; Gangguan sinoptik (pusaran, siklontropis, dll.)

Kepusaran; Beraian angin.

Daerah hujan; kepadatan hujan daerah.

Meso local

Kepusaran; beraian

Pemanasan (stabilitas local)

Peredaran udara local (angin darat – laut; angin gunung – lembah; dll.)

Kabut; awan; hujan harian; kelebatan hujan daerah sempit (setempat).

Mikro Peredaran lokal Sinaran matahari Depresi titik embun; beda suhu permuka-an tanah dan udara.

Iklim mikro

BERBAGAI SITEM CUACA DAN FENOMENAYANG BERKAITAN DENGAN BENTUK

DAERAH DAN ORIENTASINYA.Bentuk

daerah/lokasiSistem cuaca dan fenomena

Pantai (umum) Peredaran angin laut-darat; ditandai dengan landaian horizontal suhu, angin, kelembapan.

Pantai teluk Pumpunan kuat di atas laut pada malam hari ; beraian kuat di atas darat pada siang hari. Hujan banyak terjadi di malam dan pagi hari.

Pantai lurus Peredaran angin laut-darat; ditandai dengan landaian horizontal suhu, angin, kelembapan. Awan di atas laut berjajar sejajar pantai.

Pegunungan Peredaran angin lembah-angin gunung. Ditandai dengan landaian vertical hujan positip sampai sekitar 2500 m.Bila tegak lurus arah angin utama (angin monsun), hujan lebih banyak pada daerah yang menghadap angin.

Pulau melintang utara- selatan atau tegaklurus angin utama.

Intensitas hujan dapat sangat tinggi; sebaran daerah hujan kearah kanan untuk daerah di selatan khatulistiwa, kearah utara di daerah sebelah utara khatulistiwa.

---------------------

TEKNIK DAN SISTEMATIKAANALISIS CUACA

9

ANALISIS CUACA

Page 10: 1 Serb i Cuac a Indonesia

--------------

PENDEKATAN DINAMIK / STATISTIK

Konsep Dinamik (fisika-matematika) Statistik

C = C(u1, u2,….);u = u(x,y,z, ….)

Fungsi komposit; diferensial parsial.

Multivariate; matriks; vektor

Aliran (peredaran) dC/dt (persamaan gerak); Rezim (cluster)

Proses interaksi berbagai aliran

Nilai batas :f1(b) = f2(b)

Analisis spectral

Cuaca / fenomena yang terjadi

Interpretasi nilai pumpunan (vorticity) dan beraian (divergence)

Probabilitas;

Kecenderungan (trend);

Cuaca / fenomena yang akan terjadi

Prediksi numerik, dikembangkan dari persamaan gerak, model interaksi lapisan.

Korelasi antar unsur, antarwaktu;

MOS (model output statistics) (a) korelasi dengan probabilitas atau kecenderungan tanpa prediksi numerik;(b). gabungan antara prediksi numerik dan korelasi. dengan probabilitas atau kecenderungan

---------------------

Bahan rujukan.

Asnani G.C. (1993). Tropikal Meteorology. Vol. I. Pp. 1-15. 822, Sindh Clony, Aundh, Pune-411 007 India.Atkinson, B.W.(1970). The Really of Urban Effect on Precipitation. Technical Note 108. WMO 254. TP 141. Page 342 – 360

10

PENDEKATAN SAINS PENDEKATAN TEKNOLOGI

PREDIKSI KLIMATOLOGI

INTERPRETASI (APROKSIMASI)STATISTIK - OBJEKTIF

KESERINGAN

RATA-RATA; KISARAN; EKSTREM

SEBARAN MENGIKUT RUANG DAN WAKTU, KOMPOSISI, KORELASI ANTAR UNSUR DAN FAKTOR LUAR; DITAMPILKAN DALAM BENTUK DESKRIPTIF, NUMERIK.

Page 11: 1 Serb i Cuac a Indonesia

Berlage Jr. H.P. (1927). Monsoon-Current in the Java Sea and Its Entrances. Verhandelingen no. 19. Koninklyk Magnetisch en Meteorologisch Observatorium te Batavia.Boerema J. (1926). Typen van den Regenval in Nederlandsh-Indie. Verhadelingen no.18. Koninklyk Magnetisch en Meteorologisch Observatorium te Batavia.Boerema J. (1934). Daily Forecast of Windforce on Java. Verhadelingen no.27. Koninklyk Magnetisch en Meteorologisch Observatorium te Batavia.Budyko M.I. (1974). Climate and Liufe. International Geophysics Series. Vol. 18.BMG. (2003). Laporan Akhir Pemutakhiran rata-Rata Curah Hujan di Indonesia Periode 1971 – 2000. BMG Jakarta.BMG. (1983). Asean Compendium of Climate Statistics. BMG Jakarta.

BMG (………..). Almanak BMG.

Charney J. and Shukla J. (1977). Monsoon Dynamics, edited by Sir James Lighthill & Prof. R.P.Pearce, Cambridge Univ. Press. Chanddler, T.J. ( --- ). Urban Climate and Its Relevance to Urban Design. Technical Note 149. WMO 438.Euwe (1949). Forecasting Rainfall in the Periods December – January – February and April – May – June for Parts of Celebes and South Borneo. Verhandelingen no. 38. Departemen van Verkeer, Energie en Mijwezen Meteorologische en Geophysische Diennst.Georgii H. W. (1970). The Effect of Air Pollution on Urban Climate. Technical Note 108. WMO 254 page 217 – 2234.Gibbs W.J. (1987). Defining Climate. WMO Bulletin no. 4 Vol. 36. Oct. 1987.Gill Andrian E (192). Atmosphere – Ocean Dynamics. Academic Press. Inc. N.Y.

Herizal & Nasrullah (2003). Studi Awal Klimatologi Radiasi Matahari di Kawasan Tropik

Ekuator - Bukit Kototabang, Sumatera Barat. Proc. Workshop Pemanfaatan Informasi

Iklim untuk Pertanian di Sumatra Barat, 12 – 14 Agustus 2003. BPPT-BMG-LAPAN.

Hess W.N. (1974). Weather and Climate Modification. NOAA Environment Research Laboratory.John I. Pariwono & Agus S. Atmadipoera, M. Sulchan Darmawan, Hideake Hase

(2003). Interaksi Laut-Atmosfir Di Perairan Ekuator Samudera Hindia Timur Pada

SkalaMusiman dan Harian . Proc. Workshop Pemanfaatan Informasi Iklim untuk Pertanian

di Sumatra Barat, 12 – 14 Agustus 2003. BPPT-BMG-LAPAN.

Kellog W.W.l (1977). Effect of Human Activities on Global Climate. Technical Notee 156. WMO 486.Kuo-Nan Liou (1980). An Introduction to Atmospheric Radiation. Academic Press. NY.

Lansberg H.E. ( -----). World Survey of Klimatologi. Elsevier Scientific Publishing Co. Vol.3.LAPI-ITB (1982). Draft Final Report Mencari Metoda Ramalan Cuaca Mingguan dan Bulanan di Daerah Indonesia. Kerjasama Penelitian ITB-PMG. Surat Perjanjian no. 01/P3MB/1981 – 27/SPKS/LAPI/VII/81 tanggal 6 Juli 1981.Pant P.S. (1977 Monsoon Dynamics, edited by Sir James Lighthill & Prof. R.P.Pearce, Cambridge Univ. Press. Sadler J.C. and Lim J.T. (1977).. Monsoon Dynamics. edited by Sir James Lighthill & Prof. R.P.Pearce, Cambridge Univ. Press. Schmidt F.H. and J. van der Vecht (1952). East Monsoon Fluctuations in Java and Madura During the Period 1880 – 1940. Verhandelingen no. 43. Kementerian Perhubungan, Djawatan Meteorologi dan Geofisik. Djakarta.--------- (1992). WMO and the Ozone Issue. WMO no. 778.Sadli (…). Ensiklopedi Nasional.

11

Page 12: 1 Serb i Cuac a Indonesia

Soehardi (1968). Menentukan Permulaan Musim Hudjan dan Permulaan Musim Kemarau di daerah Surakarta dengan Menggunakan Teori de Boer. Kumpulan Naskah Meteorologi dan Pertanian. Hari Meteorologi Sedunia 1968. Lembaga Meteorologi dan Geofisika, Jakarta.Soerjadi Wh dan Sridadi Budiharjo (1981). Estimasi Perhitungan Divergensi, Vortisitas dan Kecepatan Gerak Vertikal Secara Semiobjektif Serta Penggunaannya Untuk ramalan Cuaca. Temu Karya Ilmian Nasional FGGE-MONEX Dan Ramalan Cuaca/Musim. 10-12 Agusstus 1981. Badan Meteorologi dan Geofisika, Jakarta.Soerjadi Wh, Antoyo S, Rosdiana, Umi farida (1981). Cuaca di daerah Sumatra dan Jawa Barat Berkenaan dengan adanya Front/Palung di Belahan Bumi Utara dan Selatan sekitar Indonesia. Temu Karya Ilmian Nasional FGGE-MONEX Dan Ramalan Cuaca/Musim. 10-12 Agusstus 1981. Badan Meteorologi dan Geofisika, Jakarta.Soerjadi Wirjohamidjojo dkk (1993). Kamus Istilah Hidrometeorologi. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta. Soerjadi Wirjohamidjojo dkk (1994). Kamus Istilah Meteorologi. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta. Soerjadi Wirjohamidjojo (1981). The Main Synoptic Feature and the Relation to the Distribution of Rainfall Over Java Sea and its Surroundings during Winter MONEX Period. Proc. International Conf. On the Scientific Results of the Monsoon Experiment. Denpasar, Bali, Indonesia 26-30 October 1981. WMO Geneva , March 1982. Soerjadi Wirjohamidjojo dkk (1990). Kamus Istilah Meteorologi. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud.Sukamso (1981). The Influence of the Cross Equatorial Flow and the Upper Trough on Rainfall in Bali. Proc. International Conf. On the Scientific Results of the Monsoon Experiment. Denpasar, Bali, Indonesia 26-30 October 1981. WMO Geneva , March 1982. --------- (1993). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cetakan kedua. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.Trenberth Kelvin E. (1980). Atmospheric Quasi-Biennial Oscillation. Monthly Weather Review vol. 108. pp 1370-1377. Trewartha, Glenn.T dan Horn L.H. ( 1980). An Introduction to Climate. Fift Edition. International Student Edition.Xiu-De Ling (1986) The Quasi-biennial Oscillation of Ozone in the Tropical Middle Stratosphere: A One –Dimensional Model. Journal Of The Atmospheric Sciences. Vol. 43. no. 24. pp 3122-3136.--------- (1986). WMO Bulletin. Vol. 35 no.1 January 1986.--------- (1987). WMO Bulletin. Vol. 36 no.1 January 1987.--------- (1988). WMO Bulletin. Vol. 37 no.1 April 1988.--------- (1989). WMO Bulletin. Vol. 38 no.1 April 1989.--------- (1990). WMO Bulletin. Vol. 39 no.1 January 1990.--------- (1981). International Conf. On early Results of FGGE and Large Scale Aspects of its Monsoon Experiments. Talahassee, Florida 12-17 January 1981. --------- (1981). International Conf. On the Scientific Results of the Monsoon Experiments. Denpasar, Bali 26-30 October 1981. ---------(1993). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Balai Pustaka Jakarta..………..(1966). International Meteorological Vucabulary. WMO / OMM / BMO No. 182. TP 91.Tetsuzo yasunari (1991). Role of Monsoon on Global Climate. The Third International Symposiumon Equatorial Atmosphere Observation over Indonesia. Jakarta (Grand Hyatt) 14 – 15 May 1991 ).

12

Page 13: 1 Serb i Cuac a Indonesia

13