1. pengukuran directional coupler
DESCRIPTION
couplerTRANSCRIPT
LAPORAN LAB TEKNIK PENGUKURAN FREKUENSI TINGGI
Percobaan No. 1
Pengukuran Karakteristik Directional Coupler
Oleh :
Kelompok I/Kelas 3B
1. Mia Fitriani Suryadi/121331049
2. Abdul Wahid/131331033
3. Agy Rachman Dhisyawal/131331034
4. Ahmad Samginanjar/131331035
Tanggal Percobaan : 06/10/2015
PRODI TELEKOMUNIKASI – TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
OKTOBER 2015
1. Percobaan No. : 1
2. Judul : Pengukuran Karakteristik Directional Coupler
3. Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah :
- Memahami konsep dasar pengukuran skalar impedansi.
- Memahami teknik pengukuran dasar skalar impedansi.
- Mengukur karakteristik komponen Directional Coupler seperti Insertion Loss,
Coupling Factor dan Directivity.
- Mengukur dan menghitung parameter – parameter seperti tegangan pantul,
tegangan datang, koefisien pantul, return loss dan VSWR.
4. Teori Pendahuluan
Directional coupler adalah sebuah komponen yang digunakan untuk mengukur
pantulan, dan mempunyai kemampuan untuk mengarahkan sinyal. Directional
coupler sering digunakan untuk pengukuran pada frekuensi radio. Tetapi, bisa
juga digunakan untuk pengukuran pada frekuensi-frekuensi rendah. Pada
praktikum kali ini directional coupler yang digunakan adalah directional coupler 4
kutub.
Gambar 4.1 Simbol Directional Coupler 4 kutub
Sinyal dari sumber, masuk ke port 1 lalu diteruskan ke port 2. Apabila di port 2
tidak terjadi apa-apa, maka sinyal akan di couple oleh port 4. Bila terjadi akibat
port 2 di short circuit atau di open circuit atau miss-match impedance maka akan
ada sinyal yang dipantulkan, sinyal tersebut akan di couple oleh port 3.
Karakeristik yang dimiliki sebuah Directional Coupler adalah harga Coupling
dan Directivity. Coupling adalah harga yang menentukan seberapa besar daya yang
di couple oleh Directional Coupler dalam satuan dB. Directivity adalah bagaimana
coupler dapat mengarahkan gelombang datang dan gelombang reflection. Coupler
yang memiliki directivity yang besar menunjukkan coupler bekerja dengan baik.
Pengukuran directivity dilakukan ketika memberikan terminasi sebesar 50 Ω
(keadaan matching impedance).
Parameter – parameter dari sebuah directional coupler, diantaranya :
1. Coupling Factor
Faktor kopling merupakan parameter utama dari sebuah directional coupler.
Faktor coupling dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut :
2. Insertion Loss
Kehilangan sisipan (insertion loss) dalam bidang telekomunikasi terutama
yang berkaitan dengan gelombang radio adalah hilangnya daya atau kekuatan
isyarat/sinyal semasa cahaya merambat sepanjang saluran transmisi atau kabel
dan biasanya dinyatakan dalam dB. Kehilangan sisipan dapat juga dinyatakan
sebagai perbandingan daya masukan/yang dikirim PT, terhadap daya
keluaran/yang diterima PR. Insertion Loss dapat diperoleh dengan rumus sebagai
berikut:
3. Directivity
Adalah kemampuan coupler membedakan mana gelombang datang dan mana
gelombang pantul. Semakin besar directivity semakin bagus, karena
memperkecil mis-match impedance. Directivity dapat diperoleh dengan rumus
sebagai berikut:
ρ = VrefVinc
Coupling Factor (dB) = 20 logVs
Vinc
Insertion Loss (dB) = 20 logVin
Vout
Directivity = - 20 log |ρ|
5. Setup Pengukuran
- Setup Pengukuran Insertion Loss
Gambar 5.1 Setup pengukuran insertion loss
- Setup Pengukuran Coupling Factor
Gambar 5.2 Setup pengukuran coupling factor terhadap Vincident
Gambar 5.3 Setup pengukuran coupling factor terhadap Vreflection
- Setup Pengukuran Directivity
Gambar 5.4 Setup pengukuran Directivity (Vinc sudah diketahui)
6. Diagram Pengukuran
Gambar 6.1 Topologi Pengukuran Karakteristik Directional Coupler
7. Alat/Bahan yang diperlukan
1. HP 8620C SWEEP OSCILLATOR (0.01 −¿ 2.4GHz)
2. HP 86222A RF PLUG-IN (0.01 −¿ 2.4GHz)
3. LM3010 MULTIFUNCTION COUNTER , B INPUT, with CAUTION is
100MHz-1GHz and 3V MAX (50Ω)
4. OSCILLOSCOPE GOS-622G 20MHz
5. TERMINASI 50Ω
6. DIRECTIONAL COUPLER 4 PORT
7. RF DETECTOR HUBBER+SUHNER AG (50 Ω), 0.1-2000MHz, CAUTION
is MAX INPUT 3V(22dBm)
8. BNC MALE TO BNC FEMALE CONNECTOR
9. BNC TO N FEMALE CONNECTOR
8. Langkah Percobaan
PERHATIAN :
Hal yang perlu diperhatikan bila ingin menggunakan RF OUT ialah harus selalu
menterminasi RF OUT baik menggunakan beban atau cable koaksial ketika ingin
meng-ON kannya. Jangan biarkan, meng-ON kan device RF ketika RF OUT
open/short circuit karena akan terjadi refleksi sempurna yang menyebabkan
kerusakan pada device RF.
Berikut ini merupakan langkah-langkah pengukuran :
1. Pengaturan SWEEP GENERATOR :
Pertama-tama tentukanlah terlebih dahulu range frequency yang akan disweep.
Pada percobaan kali ini ditentukan range frekuensi sebagai berikut :
- Start Frequency = 50 MHz
- Stop Frequency = 500 MHz
2. Pengaturan Frequency Counter :
- Frequency yang di sweep range (50-500)MHz, maka gunakan port INPUT
B di Frequency Counter yang dapat mengukur range frequency dari (50-
500)MHz.
- ON-kan saklar START FREQUENCY dan atur di frekuensi 50MHz dan
ON-kan CW MARKER (untuk menandai).
- ON-kan saklar STOP FREQUENCY dan atur frekuensi di 500MHz.
- Setelah selesai, hubungkan sweep generator dengan osiloskop pada
channel 1. Tampilkan bentuk gelombang gigi gergaji pada osiloskop.
3. Pengaturan RF PLUG-In:
- Pengaturan level daya di 10dB.
- MODE INT (dimana device RF akan mengatur pemberian level dayanya
secara automatic).
4. Mengubah fungsi Osiloskop menjadi Frequency Domain :
- Jangan lupa perhatikan arah panah pada RF detector (arah RF dan arah
DC).
- Hubungkan sweep generator dengan osiloskop pada channel 1.
- Hubungkan RF detector ke RF output dan osiloskop pada channel 2.
- Pada channel 2 tekan mode X-Y, akan terlihat garis basement yaitu garis
yang menentukan range frekuensi yang disweep. Sehingga, atur variable
pada osiloskop sampai garis basement memenuhi kotak display osiloskop.
Kini dapat diartikan bahwa setiap kotak pada osiloskop merupakan
representasi nilai dari frekuensi yang disweep, untuk satu kotak nilainya
sekarang berharga 50MHz.
5. Pemberian level daya :
- Tekan mode GND sehingga mendapatkan level referensi yaitu 0 dB.
- ON-kan saklar RF dimana LED RF-nya akan mati (ini menandakan RF
bekerja dengan baik).
- Kembalikan mode GND ke semula, sehingga akan didapatkan nilai dari Vs
(tegangan sumber).
6. Menghitung Coupling :
- Coupling = - 20 log Vs
Vinc
7. Mengukur Insertion Loss :
- Hubungkan RF OUT dengan input coupler, dan RF detector ke output
coupler dan CPL terminasi 50 Ω.
8. Menghitung Koefisien Refleksi :
- ρ = VrefVinc
9. Menghitung Directivity :
- Directivity = - 20 log |ρ|
9. Hasil dan Analisa
9.1 Data Hasil Pengukuran
Vs = 800 mV
Tabel 1. Hubungan Vinc terhadap frekuensi
Frekuensi(MHz)
Vinc(mV)
50 46100 46150 46200 46250 46300 46350 46400 46450 46500 46
50 100 150 200 250 300 350 400 450 50005
101520253035404550
Vinc vs Frekuensi
Frekuensi (MHz)
Vinc
(mV)
Gambar 9.1 Kurva Vinc terhadap Frekuensi
Tabel 2. Hubungan Vout terhadap frekuensi
Frekuensi (MHz)
Vout(mV)
50 740100 740150 740200 740250 740300 740
350 740400 740450 740500 740
50 100 150 200 250 300 350 400 450 5000
100200300400500600700800
Vout vs Frekuensi
Frekuensi (MHz)
Vout
(mV)
Gambar 9.2 Kurva Vout terhadap Frekuensi
Tabel 3. Hubungan Vref terhadap frekuensi
Frekuensi (MHz)
Vref(mV)
50 48100 48150 48200 48250 48300 48350 48400 48450 48500 48
50 100 150 200 250 300 350 400 450 5000
10
20
30
40
50
60
Vref vs Frekuensi
Frekuensi (MHz)
Vref
(mV)
Gambar 9.3 Kurva Vref terhadap Frekuensi
Tabel 4. Insertion Loss
Frekuensi (MHz)
Vs(mV)
Vout(mV)
Insertion Loss (dB)
50 800 740 0.67100 800 740 0.67150 800 740 0.67200 800 740 0.67250 800 740 0.67300 800 740 0.67350 800 740 0.67400 800 740 0.67450 800 740 0.67500 800 740 0.67
50 100 150 200 250 300 350 400 450 5000
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
Insertion Loss vs Frekuensi
Frekuensi (MHz)
Inse
rtion
Loss
(dB)
Gambar 9.4 Kurva Insertion Loss terhadap Frekuensi
Tabel 5. Tabel Coupling Factor
Frekuensi (MHz)
Vs(mV)
Vinc(mV)
Coupling Factor (dB)
50 800 48 24.43100 800 48 24.43150 800 48 24.43200 800 48 24.43250 800 48 24.43300 800 48 24.43350 800 48 24.43400 800 48 24.43450 800 48 24.43500 800 48 24.43
50 100 150 200 250 300 350 400 450 5000
5
10
15
20
25
30
Coupling Factor vs Frekuensi
Frekuensi (MHz)
Coup
ling
Fact
or (d
B)
Gambar 9.5 Kurva Coupling Factor terhadap Frekuensi
Tabel 6. Directivity
Frekuensi (MHz)
ρ Directivity(dB)
50 0.8 35.91 100 0.8 35.91150 0.8 35.91200 0.8 35.91250 0.8 35.91300 0.8 35.91350 0.8 35.91400 0.8 35.91450 0.8 35.91500 0.8 35.91
50 100 150 200 250 300 350 400 450 50005
10152025303540
Directivity vs Frekuensi
frekuensi (MHz)
Dire
ctivi
ty (d
B)
Gambar 9.6 Kurva Directivity terhadap frekuensi
9.2 Analisa Data Hasil Pengukuran
- Berdasarkan kurva yang diperoleh dari hasil pengukuran dan perhitungan,
dapat dilihat bahwa besarnya nilai tegangan datang (Vinc), tegangan
pantul (Vref), dan parameter dari directional coupler seperti insertion loss,
coupling factor dan directivity konstan di setiap frekuensi.
- Nilai coupling factor yang diperoleh konstan di setiap frekuensi yaitu
sebesar 24.43 dB karena nilai Vinc yang diperoleh pada frekuensi 50 – 500
MHz konstan yaitu sebesar 46 mV.
- Pada pengukuran directivity, diperoleh nilai directivity sebesar 35.91 dB.
Hal ini menunjukkan coupler masih bekerja dengan baik, karena semakin
besar nilai directivity menunjukkan kehandalan kinerja sebuah coupler.
- Menurut data sheet, nilai insertion loss yang baik adalah ± 0,85 dB. Pada
praktiku yang kami lakukan diperoleh nilai insertion loss sebesar 0.67 dB,
hasil yang diperoleh sedikit berbeda yang kemungkinan disebabkan oleh
alat lab yang kurang presisi dan kurangnya ketelitian dari praktikan.
10. Kesimpulan
- Nilai coupling menunjukkan berapa besar tegangan yang akan di-couple oleh
Directional Coupler.
- Nilai directivity menunjukkan bagus atau tidaknya coupler dapat bekerja.
Semakin besar harga Directivity maka semakin baik/bagus Coupler bekerja.
- Untuk mengetahui karakteristik insertion loss dapat dilakukan denagn
menterminasi bagian coupler (CPL) dengan beban 50Ω agar semua sinyal
dari sumber diserap. Jika dalam percobaan tidak dipasangkan terminasi
sebesar 50Ω, maka akan terjadi pantulan sempurna, yaitu sinyal akan
dipantulkan kembali ke sumber. Nilai insertion loss yang baik adalah sebesar
± 0,85 dB.
- Dilihat dari kurva yang diperoleh dari hasil pengukuran dan perhitungan
yang konstan, dapat disimpulkan bahwa directional coupler yang digunakan
pada praktikum masih bekerja dengan baik.