1 gambaran kebutuhan pengetahuan ibu hamil...
TRANSCRIPT
1
GAMBARAN KEBUTUHAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TERKAIT ASIEKSKLUSIF DI PUSKESMAS KECAMATAN PESANGGRAHAN JAKARTA
SELATAN TAHUN 2012
SkripsiDiajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
OLEH :
IRDA SEPTIANI
NIM : 108101000030
PEMINATAN GIZI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H / 2013 M
i
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, Januari 2013
Irda Septiani
ii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANPROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKATPEMINATAN GIZISkripsi, Januari 2013Irda Septiani, NIM : 108101000030
GAMBARAN KEBUTUHAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TERKAIT ASIEKSKLUSIF DI PUSKESMAS KECAMATAN PESANGGRAHAN JAKARTASELATAN TAHUN 2012xvi + 126 halaman, 17 tabel, 2 bagan, 11 lampiran
ABSTRAK
Latar Belakang: Masih rendahnya angka cakupan ASI eksklusif pada Puskesmas KecamatanPesanggrahan (51,2%) sementara sudah dilaksanakan pemberian pengetahuan terkait ASI eksklusifoleh bidan merupakan salah satu petunjuk pemberian pengetahuan masih perlu ditingkatkan. Darimasalah tersebut, dilakukanlah penelitian untuk menilai kebutuhan pengetahuan ibu hamil yangdimaksudkan untuk mengetahui apakah pemberian pengetahuan yang sudah dilakukan dapatmemenuhi kebutuhan pengetahuan ibu hamil atau tidak.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan kebutuhanpengetahuan ibu hamil terkait ASI eksklusif.Metode: Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan disain cross sectional dengandidukung data kualitatif untuk menjelaskan hasil penelitian. Penilaian kebutuhan pengetahuandengan normative needs berdasarkan standar materi pengetahuan Kemenkes R.I (2010b) danSoetjiningsih (1997). Dianggap terdapat kebutuhan jika presentase penguasaan materi pengetahuanresponden <56% dari standar materi.Hasil: Presentase pengetahuan ibu hamil: ASI saja enam bulan [pengertian ASI eksklusif (96.9%);penangangan bayi sakit (29.2%); pemberian MP-ASI (79.3%)]; penjelasan pentingnya ASI [waktudiberikannya ASI (47.9%), manfaat ASI untuk kebutuhan gizi bayi (67.4%), manfaat ASI bagi ibuuntuk menurunkan berat badan (46.9%), mafaat ASI bagi ibu untuk KB (66.8%), mitos perubahanbentuk payudara (30.2%) dan akibat pemberian dot (72,9%)]; IMD [pengertian IMD (80.2%)];Kolostrum [pengertian kolostrum (39.6%), mitos kolostrum harus dibuang (69.8%), manfaatkolostrum (76.0%) ]; Rawat gabung [pengertian rawat gabung (45.8%)]; Tidak diberi susu formula[bahaya susu formula untuk bayi (58.3%), penanganan ibu yang belum keluar ASI (10.4%)];Perawatan puting susu [cara membersihkan payudara (91.7%) dan bahaya penggunaan sabun danalkohol (44.8%)]; Cara mengatasi kesulitan menyusui [penanganan masalah radang payudara danputing lecet (39.6%) dan penanganan pemberian ASI ketika ibu bekerja (46.9%)].Simpulan: Materi yang masih dibutuhkan: ASI saja enam bulan (penangangan bayi sakit);Penjelasan pentingnya ASI (waktu diberikannya ASI, manfaat ASI bagi ibu untuk menurunkan beratbadan) dan mitos perubahan bentuk payudara); Kolostrum (pengertian kolostrum); Rawat gabung[pengertian rawat gabung); Tidak diberi susu formula (penanganan ibu yang belum keluar ASI);Perawatan puting susu (bahaya penggunaan sabun dan alkohol); Cara mengatasi kesulitan menyusui(penanganan masalah radang payudara dan puting lecet dan penanganan pemberian ASI ketika ibubekerja).
Daftar Bacaan : 62 (1980-2012)Kata Kunci : ASI eksklusif, Kebutuhan Pengetahuan, Pemberian Pengetahuan
iii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCESPUBLIC HEALTH STUDYSPECIALISATION NUTRITIONThesis, January 2013Irda Septiani, NIM : 108101000030
DESCRIPTION OF THE KNOWLEDGE NEEDS IN PREGNANT WOMENRELATED BREASTFEEDING IN PESANGGRAHAN COMMUNITY HEALTHCENTERS SOUTH JAKARTA 2012xvi + 126 page, 17 table, 2 chart, 11 attachment
ABSTRACT
Background: The low coverage rate of exclusive breastfeeding at Pesanggrahan district communityhealth centers (51.2%) while giving knowledge related exclusive breastfeeding has been held bymidwives, is the guide that giving knowledge shouldt be increased. Based of that problem,implemented a study to assess the need knowledge of pregnant women who intended to knowwhether the knowledge that has been done is there some needs or not.Objective: This study aims to reveal the knowledge and knowledge needs of pregnant woman relatedexclusive breastfeeding.Methods: Reaserch used a quantitative approach with cross-sectional design and supported by aqualitative approach data to explain the result. Assessment knowledge needs using normative needsbased on standard materials knowledge Ministry of Helath (2010b) and Soetjiningsih (1997).Considered the need if the percentage of mastery of the material knowledge is < 56% from materialstandard.Results: the percentage of mastery of the material knowledge: Six months only breast milk[definition of exclusive breastfeeding (96.9%) of handling ill infants (29.2%), giving the MP-ASI(79.3%)]; explanation of the importance of breastfeeding [time given breast milk (47.9%), thebenefits of breast milk for the nutritional needs of infants (67.4%), the benefits of breastfeeding formothers to lose weight (46.9%), mafaat breastfeeding for mothers for family planning (66.8%), themyth of change in breast shape (30.2%) and due to the provision of dot (72.9%)]; IMD[understanding IMD (80.2%)]; colostrum [sense colostrum (39.6%), the myth of colostrum should bediscarded (69.8%), the benefits of colostrum (76.0%)]; Rawat join [rooming understanding (45.8%)];Not given milk formula [danger of formula milk for infants (58.3%), handling breastfeeding motherswho have not come out (10.4%)]; Nursing nipples [how to clean breast (91.7%) and the dangers ofthe use of soap and alcohol (44.8%)]; way to overcome breastfeeding difficulties [handling ofinflammatory breast and nipple abrasions (39.6%) and management of breastfeeding when motherswork (46.9%)]Conclusion: The material are still needed: only breastfeeding six months [handling ill infants];Explanation of the importance of breastfeeding [time given breast milk , the benefits of breastfeedingfor mothers to lose weight and the myth of change in breast shape]; Colostrum [the meaning ofcolostrum ]; Rooming in [the meaning of rooming in]; Not given milk formula [maternal treatmentthat has not come out milk]; nipples care [dangers of using soap and alcohol]; way to overcomebreastfeeding difficulties [handling of inflammatory breast and nipple abrasions and management ofbreastfeeding when mothers work].
Reading List : 62 (1980-2012)Keyword : Exclusive breastfeeding, Knowledge Needs, Giving Knowledge
iv
PERTANYAAN PERSETUJUAN
Judul Skripsi
GAMBARAN KEBUTUHAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TERKAIT ASI
EKSKLUSIF DI PUSKESMAS KECAMATAN PESANGGRAHAN JAKARTA
SELATAN TAHUN 2012
Telah disetujui, diperiksa, dan dipertahankan dihadapan Tim pembimbing dan penguji
skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, Januari 2013
Mengetahui,
Ir. Febrianti, M.Si Dr. H. Arif Sumantri, SKM.,M.KesPembimbing I Pembimbing II
v
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Jakarta, Januari 2013
Mengetahui,
Penguji I
Yuli Amran, MKM
Penguji II
Drs.M.Farid Hamzens, M.Si
Penguji III
Hj. Farihah Sulasiah, MKM
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Irda Septiani
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 25 September 1990
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Kawin
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : JL.Lapangan Bola No:02 Kel.Srengseng Jkt-Brt
No.Telp : 08568165624
Email : [email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. TK.Islam Parkit Jakarta (1994-1996)
2. SDN 01 PG Jakarta (1996-2002)
3. SMPN 229 Jakarta (2002-2005)
4. SMAN 101 Jakarta (2005-2008)
5. S-1 Kesehatan Masyarakat (2008-Sekarang)
Fakultas kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
vii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kita panjatkan ke hadirat ALLAH SWT, karena dengan rahmat dan
petunjuk-Nya, laporan penelitian skripsi yang berjudul “Gambaran Kebutuhan
Pengetahuan Ibu Hamil Terkait ASI Eksklusif Di Puskesmas Kecamatan
Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2012” dapat terselesaikan. Shalawat serta salam
tidak lupa dihanturkan kepada baginda kita nabi Muhammad SAW yang telah membawa
umatnya dari zaman kegelapan menuju zaman penuh cahaya. Penyusunan laporan
penelitian skripsi ini merupakan salah satu upaya dari mahasiswa untuk memenuhi
kewajibannya sebagai salah satu prasyarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan
Masyarakat (SKM).
Laporan penelitian skripsi ini tidak dapat dipungkiri dalam penyelesaiaannya
melibatkan beberapa pihak yang mana telah membantu, menemani serta membimbing
penulis dalam melaksanakan penelitian skripsi. Dalam kesempatan kali ini, penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. DR. (HC) dr. MK Tadjuddin, Sp. And, selaku dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Ir.Febrianti, M.Si selaku ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan sebagai dosen
pembimbing 1 yang telah banyak membantu penulis dari mulai awal skripsi sampai
akhir penyusunan skripsi.
3. Ibu Minsarnawati, SKM., M.Kes selaku penanggung jawab skripsi
viii
4. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, SKM., M.Kes selaku dosen pembimbing 2 sekaligus
dosen penasehat akademik yang telah banyak membantu penulis dan memberikan
arahan mulai awal skripsi sampai akhir penyusunan skripsi.
5. Ibu Rissanti Amd.Keb dan Ibu Duriah Amd.Keb yang telah membantu dalam
pelaksanaan penelitian skripsi
6. Ibu-Ibu hamil yang melakukan kunjungan antenatal di Puskesmas Kecamatan
Pesanggrahan yang telah mau membantu penelitian skripsi
7. Bapak Gazali yang telah membantu dalam pembuatan surat perizinan penelitian
8. Keluargaku atas dukungan, kasih sayang dan doa yang tak henti-henti diberikan
9. Ayu Dwi Lestari, Ayu Punarsih, Avianing Kemala Ulfa dan Titah Wulandari yang
telah menemani dan saling menyemangati dalam penyelesaian laporan penelitian
skripsi ini
10. Teman-teman Gizi dan K3 angkatan 2008
11. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
banyak membantu.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam laporan penelitian skripsi ini,
sehingga diharapkan penulis mendapat kritik dan saran yang membangun agar laporan
ini nantinya dapat tersusun secara lebih baik lagi. Semoga terselesaikannya laporan
penelitian skripsi ini dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu
pengetahuan khususnya pada topik ASI eksklusif serta dapat digunakan juga sebagai
sumber informasi bagi pembaca kalangan umum.
Jakarta, Januari 2013
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................. i
ABSTRAK ........................................................................................................ ii
ABSTRACT . ..................................................................................................... iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN .................................................................. iv
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP . ....................................................................... vi
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii
DAFTAR ISI...................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii
DAFTAR BAGAN............................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 7
C. Pertanyaan Penelitian ................................................................. 7
D. Tujuan Penelitian ........................................................................ 7
E. Manfaat Penelitian ...................................................................... 8
F. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. ASI Eksklusif
1. Pengertian ..................... ....................................................... 10
2. Manfaat ................................................................................ 10
x
B. Pengetahuan
1. Pengertian ............................................................... ............. 14
2. Sumber Pengetahuan .............................................. ............. 15
3. Pengetahuan ASI Eksklusif ................................................. 15
4. Kebutuhan Pengetahuan . ..................................................... 35
5. Pemberian Pengetahuan . ..................................................... 36
C. Need Assessment Dalam Penentuan Kebutuhan Pengetahuan ... 46
D. Kerangka Teori . .......................................................................... 47
BAB III KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH
A. Kerangka Konsep ........................... ............................................ 49
B. Definisi Operasional . .................................................................. 51
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ............................................................................ 52
B. Waktu Dan Lokasi Penelitian ..................................................... 52
C. Populasi dan Sampel Penelitian................................................... 53
1. Populasi Penelitian ................................................................. 53
2. Sampel Penelitian ............................ ...................................... 53
D. Instrumen Penelitian........................ ............................................ 55
E. Pengumpulan Data....................................................................... 56
1. Kuesioner ............................................................................. .. 56
2. Wawancara ................................................................... ......... 60
3. Participant Observation ........................................................ 61
F. Teknik Pengolahan Dan Analisis Data ............ ........................... 61
1. Pengolahan Data ..................................................................... 61
2. Analisis Data .......................................................................... 62
BAB V HASIL
A. Gambaran Umum Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan ............ 64
xi
B. Gambaran Umum Pemberian Pengetahuan Di Puskesmas
Kecamatan Pesanggrahan. ............................................................ 67
1. Gambaran Pelaksanaan Pemberian Pengetahuan Di
Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2012 ............... 67
2. Gambaran Materi Pemberian Pengetahuan Terkait ASI
Eksklusif ................................................................................ 71
C. Analisis Univariat. ........................................................................ 77
1. Gambaran Karakteristik Ibu Hamil . ...................................... 77
2. Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Terkait ASI Eksklusif .... 80
3. Gambaran Kesenjangan Antara Pengetahuan Ibu Hamil
Dengan Standar Pengetahuan Yang Seharusnya Dimiliki
Terkait ASI Eksklusif ............................................................ 88
4. Gambaran Sumber Pengetahuan Terkait ASI Eksklusif Pada
Ibu Hamil . .............................................................................. 90
BAB VI PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian. ............................................................... 95
B. Gambaran Kebutuhan Pengetahuan Ibu Hamil Terkait ASI
Eksklusif ...................................................................................... 95
1. Gambaran Karakteristik Ibu Hamil ....................................... 95
2. Gambaran Kebutuhan Pengetahuan Ibu hamil Terkait ASI
Eksklusif ................................................................................ 97
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ...................................................................................... 123
B. Saran ............................................................................................ 126
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Definisi Operasional .......................................................................... 52
Tabel 5.1 Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan BerdasarkanKelurahan, Luas Kelurahan, Rukun Warga (RW) dan RukunTetangga (RT) Tahun 2011. ............................................................... 66
Tabel 5.2 Gambaran Distribusi Karakteristik Bidan Berdasarkan Usia,Pendidikan, dan Lama Bekerja Sebagai Bidan di PuskesmasKecamatan Pesanggrahan Tahun 2012. ............................................. 68
Tabel 5.3 Hasil Observasi dan Wawancara Terhadap Materi PemberianPengetahuan Terkait ASI Eksklusif Oleh Bidan di PuskesmasKecamatan Pesanggrahan Tahun 2012 . ............................................ 73
Tabel 5.4 Gambaran Distribusi Karakteristik Ibu Hamil Berdasarkan Usia,Usia Kehamilan, Jumlah Anak, Pendidikan Terakhir dan Pekerjaandi Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2012........................ 79
Tabel 5.5 Gambaran Pengetahuan Terkait Materi ASI Saja Enam Bulan PadaIbu Hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2012(n=96) ................................................................................................. 82
Tabel 5.6 Gambaran Pengetahuan Terkait Materi Penjelasan Pentingnya ASIPada Ibu Hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun2012 (n=96) ........................................................................................ 83
Tabel 5.7 Gambaran Pengetahuan Terkait Materi Skin to Skin Contact (IMD)Pada Ibu Hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun2012 (n=96) ........................................................................................ 84
Tabel 5.8 Gambaran Pengetahuan Terkait Materi Kolostrum Pada Ibu Hamildi Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2012 (n=96) ............ 84
Tabel 5.9 Gambaran Pengetahuan Terkait Materi Rawat Gabung Pada IbuHamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2012 (n=96) . 85
Tabel 5.10 Gambaran Pengetahuan Terkait Tidak Diberi Susu Formula PadaIbu Hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2012(n=96) ................................................................................................. 86
xiii
Tabel 5.11 Gambaran Pengetahuan Terkait Materi Perawatan Puting SusuPada Ibu Hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun2012 (n=96) ........................................................................................ 87
Tabel 5.12 Gambaran Pengetahuan Terkait Materi Kesulitan Dalam MenyusuiPada Ibu Hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun2012 (n=96) ........................................................................................ 87
Tabel 5.13 Gambaran Pengetahuan Terkait Materi Cara Menyusui yang BaikPada Ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun2012 (n=96) ........................................................................................ 88
Tabel 5.14 Hasil Kesenjangan (Gap) Antara Pengetahuan Ibu Hamil DenganStandar Materi Terkait ASI Eksklusif Oleh Kemenkes R.I (2010b)dan Soetjiningsih (1997) (n=96) ....................................................... 89
Tabel 5.15 Hasil Pernah/Tidak Pernah Mendengar Materi Terkait ASIEksklusif Pada Ibu Hamil di Puskesmas Kecamatan PesanggrahanTahun 2012 (n=96) ............................................................................ 91
Tabel 5.16 Hasil Sumber Pengetahuan Dari Materi Terkait ASI Eksklusif PadaIbu Hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2012 ..... 94
xiv
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 2.1 Kerangka Teori Penelitian .................................................................. 48
Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ............................................................... 50
xv
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 ................................................................. Surat Izin Penelitian
LAMPIRAN 2 ................................................................. Kuesioner Penelitian
LAMPIRAN 3 ................................................................. Uji Validitas dan
Reliabilitas
LAMPIRAN 4 ................................................................. Pedoman Indepth Interview
LAMPIRAN 5 ................................................................. Pedoman Observasi
LAMPIRAN 6 ................................................................. Struktur Organisasi
Puskesmas
LAMPIRAN 7 ................................................................. Dokumentasi Alat Peraga
LAMPIRAN 8 ................................................................. Hasil Observasi
LAMPIRAN 9 . ................................................................ Matrik Wawancara
LAMPIRAN 10 . ................................................................. Hasil Univariat
LAMPIRAN 11 . ................................................................. Leaflet ASI Eksklusif
xvi
DAFTAR SINGKATAN
ASI Air Susu Ibu
WHO World Health Organisation
RISKESDAS Riset Kesehatan Dasar
KIE Komunikasi Informasi Edukasi
IMD Inisiasi Menyusu Dini
UNICEF United Nations Children’s Fund
WABA World Alliance for Breastfeeding Action
KIA Kesehatan Ibu dan Anak
KB Keluarga Berencana
LKMM Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui
IBI Ikatan Bidan Indonesia
KI Kesehatan Ibu
BOK Bantuan Operasional Kesehatan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Air Susu Ibu (ASI) dirancang sedemikian rupa oleh ALLAH SWT untuk
memenuhi kebutuhan gizi bayi sejak lahir hingga enam bulan pertama yang
diperlukan untuk pertumbuhan, perkembangan dan kelangsungan hidup bayi, oleh
karena itu, ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi dibandingkan dengan
makanan/minuman olahan manusia (Kemenkes R.I, 2009). Dari pentingnya ASI
tersebut bagi bayinya, tentu setiap ibu diwajibkan untuk menyusui bayinya. Dilihat
dari islam sendiri, kewajiban ibu untuk menyusui bayinya juga tercantum jelas
dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 223:
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu
bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan... (QS: Al-Baqarah [2]: 233)
Menurut Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia No. 33 Tahun 2012
mengenai pemberian Air Susu Ibu eksklusif (ASI) eksklusif adalah ASI yang
diberikan kepada bayi sejak lahir selama enam bulan, tanpa menambahkan dan/atau
mengganti dengan makanan atau minuman lain. Pemerintah menetapkan pemberian
ASI eksklusif selama enam bulan ini mengacu pada yang direkomendasikan oleh
WHO, dan penetapan ini tidak hanya berlaku di Indonesia saja, tetapi juga di seluruh
dunia.
Penetapan pemberian ASI eksklusif selama enam bulan yang direkomendasikan
oleh WHO ini tidak sembarangan karena berdasarkan pada bukti-bukti ilmiah dari
2
hasil penelitian yang menyatakan bahwa banyak sekali keuntungan yang didapat
apabila bayi diberikan ASI eksklusif selama enam bulan. Salah satu penelitian yang
digunakan WHO untuk merekomendasikan pemberian ASI eksklusif ini selama
enam bulan adalah penelitian dari MS. Kramar (2009). Dari hasil penelitian tersebut
didapatkan hasil bahwa pemberian ASI eksklusif selama enam bulan dapat
menurunkan risiko infeksi pencernaan pada bayi, menurunkan berat badan ibu
setelah lahir, serta dapat pula menunda periode menstruasi. Manfaat lain yang dapat
dirasakan dari pemberian ASI eksklusif selama enam bulan juga tidak menyebabkan
alergi serta tidak ada efek samping pada pertumbuhan bayi (WHO, 2011).
Sungguh ironis, dari banyaknya keuntungan ASI eksklusif ini bagi bayi dan ibu
dan sudah diciptakannya ASI ini oleh ALLAH SWT secara alamiah, masih banyak
ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Hal ini dapat dilihat dari
data cakupan ASI eksklusif di Indonesia berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) (2010) yang menyebutkan bahwa cakupan ASI eksklusif di
Indonesia masih sebesar 15,3%. Angka tersebut masih sangat jauh dari target yang
sudah ditetapkan oleh pemerintah yaitu sebesar 80%.
Dari beberapa faktor yang dapat mempengaruhi ketidakberhasilan ibu dalam
menyusui, menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Foo et al, (2005) di
Singapura menunjukkan bahwa pengetahuan ibu merupakan faktor yang sangat
berpengaruh dalam pemberian ASI Eksklusif. Hasil penelitian dari Foo, et al (2005)
ini juga senada dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Fika dan Syafiq (2009)
di sebuah Puskesmas di Jakarta Selatan, menyebutkan pula bahwa pengetahuan ibu
3
yang baik merupakan faktor penting dalam terwujudnya perilaku pemberian ASI
eksklusif.
Untuk mengantisipasi kurangnya pengetahuan pada ibu terkait ASI eksklusif,
sebenarnya pemerintah sudah mencanangkan untuk melaksanakan pemberian
pengetahuan dalam bentuk KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) mulai dari
awal kehamilan pada saat pelayanan antenatal sampai dengan saat kelahiran. Hal ini
sebenarnya tercantum dalam Peraturan Pemerintah No.33 Tahun 2012 terkait ASI
eksklusif pada bagian keempat yang menyebutkan bahwa setiap fasilitas kesehatan
haruslah memberikan pengetahuan terkait ASI eksklusif kepada ibu hamil.
Pentingnya persiapan pengetahuan pada saat kehamilan dinilai oleh Fika dan Syafiq
(2009) adalah karena menyusui tidak begitu saja terjadi secara alamiah,
pengetahuan ibu terkait ASI eksklusif diharapkan dapat membantu mempersiapkan
ibu dalam menyusui jauh sebelum proses kelahiran terjadi, yaitu melalui pemberian
pengetahuan pada saat pelayanan antenatal.
Hal tersebut diperkuat pula oleh Pratiwi (2009) yang mengatakan bahwa
setidaknya ibu hamil yang mengikuti dua kali kelas antenatal dan diberikan
pengetahuan mengenai keuntungan ASI eksklusif dan bagaimana cara sukses
menyusui saat kelahiran dapat membantu mempersiapkan pengetahuan ibu hamil
tersebut mengenai menyusui. Studi lain yang dilakukan di Rumah Sakit Singapura
oleh Su, et al (2007) juga mengungkapkan ada hubungan antara pendidikan tentang
menyusui pada saat antenatal dan dukungan untuk menyusui bayinya setelah
melahirkan dengan meningkatnya pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan.
4
Dari beberapa hasil penelitian diatas dapat dikatakan bahwa, mempersiapkan
pengetahuan ibu selama hamil melalui pemberian pengetahuan oleh petugas
kesehatan sangat penting. Upaya Pemerintah dalam hal ini Kemenkes R.I tahun 2010
merekomendasikan beberapa materi pengetahuan yang seharusnya diberikan kepada
ibu hamil terkait ASI eksklusif. Materi-materi tersebut adalah ASI saja enam bulan;
penjelasan pentingnya ASI; skin to skin contact untuk IMD; kolostrum; rawat
gabung; tidak diberi susu formula; perawatan puting susu dan keinginan untuk
menyusui. Materi lain yang seharusnya diberikan kepada ibu hamil menurut
rekomendasi Soetjiningsih (1997) selain yang telah ditetapkan oleh Kemenkes R.I
adalah bagaimana cara menyusui yang baik dan cara mengatasi kesulitan dalam
menyusui. Pada setiap fasilitas kesehatan, materi-materi tersebut seharusnya
diberikan oleh petugas kesehatan yang bertugas di pelayanan antenatal supaya
pengetahuan ibu hamil terkait ASI eksklusif dapat meningkat. Salah satu dari
fasilitas kesehatan yang dimaksud diantaranya adalah Puskesmas.
Puskesmas merupakan salah satu fasilitas kesehatan yang berada ditengah-tengah
masyarakat sehingga mudah diakses oleh masyarakat, oleh sebab itulah puskesmas
disebut sebagai lini terdepan dalam menangani masalah kesehatan yang ada di
masyarakat. Dari pentingnya peranan Puskesmas di tengah-tengah masyarakat,
membuat penelitian ini mengambil lokasi di sebuah puskesmas, tepatnya di
Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan yang berada di wilayah Jakarta Selatan.
Penentuan wilayah Puskesmas didasarkan pada masih belum tercapainya angka
cakupan eksklusif dari target nasional (80%) dan dibandingkan dengan wilayah
Puskesmas lain, wilayah tersebut dapat dikatakan sudah relatif cukup tinggi sehingga
5
diharapkan penelitian ini dapat memberi masukan dan agar wilayah ini menjadi
contoh bagi wilayah lain.
Wilayah Jakarta Selatan berdasarkan pada data profil Dinas Kesehatan DKI
Jakarta Tahun 2009, merupakan salah satu wilayah yang angka cakupan ASI
eksklusifnya masih dibawah target nasional (80%) yaitu sebesar 46% dan sudah
relatif cukup tinggi dibandingkan dengan wilayah lain seperti di wilayah Jakarta
barat (24%), Jakarta Timur (24%), Jakarta Pusat (30%) dan sama pada wilayah
Kep. Seribu (46%), tetapi masih lebih rendah dibandingkan dengan wilayah Jakarta
Utara (60%).
Jika dilihat, walaupun wilayah Jakarta Utara memiliki angka cakupan ASI
eksklusif yang lebih tinggi dan wilayah Kep. Seribu memiliki angka cakupan
eksklusif yang sama dengan Jakarta Selatan, peneliti memilih wilayah Jakarta
Selatan karena memiliki kepadatan penduduk lebih tinggi dibandingkan dengan
Jakarta Utara dan Kep.Seribu. Wilayah Jakarta Selatan memiliki kepadatan
penduduk 15.287 Km², sedangkan Jakarta Utara dan Kep. Seribu masing-masing
memiliki kepadatan penduduk sebesar 10.035 Km² dan 2.251 Km². Alasan
kepadatan penduduk yang tinggi dijadikan sebagai dasar penentuan lokasi penelitian
adalah karena dalam suatu wilayah yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi,
puskesmas yang berada pada wilayah tersebut dalam hal ini pasti lebih banyak
melayani masyarakat dan beban kerja Puskesmasnya tentu akan lebih berat
dibandingkan dengan wilayah dengan kepadatan penduduk yang tidak terlalu tinggi
sehingga tentu akan lebih menarik dan lebih bermanfaat jika dilakukan penelitian di
wilayah Jakarta Selatan.
6
Pada sepuluh Puskesmas yang berada di wilayah Jakarta Selatan, didapatkan data
bahwa pada salah satu Puskesmas yaitu Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan,
berdasarkan laporan tahunan Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan tahun 2011,
cakupan ASI eksklusifnya masih dibawah target nasional (80%) yaitu dengan
presentase sebesar 51,2 %, padahal pada Puskesmas tersebut sebenarnya pemberian
pengetahuan terkait ASI eksklusif telah diberikan. Angka cakupan tersebut memang
dapat dikatakan sudah relatif cukup tinggi dibandingkan dengan puskesmas lain
seperti Puskesmas Mampang Prapatan (0%), Kebayoran Lama (13,4%), Tebet
(29,8%), Jagakarsa (37,1%) dan Pancoran (51%) serta lebih rendah dibandingkan
dengan puskesmas lain seperti Puskesmas Cilandak (52%), Kebayoran Baru
(52,6%), Pasar Minggu (68,4%), dan Setiabudi (107,6%).
Dari data angka cakupan di atas, Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan memiliki
angka cakupan ASI eksklusif yang berada pada posisi tidak terlalu baik dan tidak
terlalu buruk dibandingkan dengan puskesmas lain, pemilihan didasarkan pada
kondusifnya Puskesmas berdasarkan informasi yang didapatkan dari Suku Dinas
Jakarta Selatan, sehingga penelitian ini diharapkan dapat berjalan dengan lancar.
Pada Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan ini didapati bahwa sebenarnya
pemberian pengetahuan terkait ASI eksklusif sudah diberikan oleh bidan, namun
didapati cakupan ASI eksklusif di Puskesmas tersebut masih dibawah target nasional
yaitu sebesar 51,2%. Masih rendahnya angka cakupan ASI eksklusif merupakan
salah satu petunjuk pemberian pengetahuan di Puskesmas ini masih perlu
ditingkatkan. Dari masalah tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penilaian
kebutuhan pengetahuan kepada ibu hamil yang dimaksudkan untuk mengetahui
7
apakah pemberian pengetahuan yang sudah dilakukan dapat memenuhi kebutuhan
pengetahuan ibu hamil atau tidak, oleh sebab itu penelitian ini mengambil judul
gambaran kebutuhan pengetahuan yang ada pada ibu hamil terkait ASI eksklusif di
Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2012.
B. Rumusan Masalah
Masih rendahnya angka cakupan ASI eksklusif Pada Puskesmas Kecamatan
Pesanggrahan (51,2%) sementara sudah dilaksanakan pemberian pengetahuan terkait
ASI eksklusif oleh bidan disana merupakan salah satu petunjuk pemberian
pengetahuan masih perlu ditingkatkan. Dari masalah tersebut, peneliti tertarik untuk
melakukan penilaian kebutuhan pengetahuan kepada ibu hamil, sehingga mengambil
judul gambaran kebutuhan pengetahuan yang ada pada ibu hamil terkait ASI
eksklusif di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2012.
C. Pertanyaan Penelitian
Bagaimana gambaran kebutuhan pengetahuan ibu hamil terkait ASI eksklusif di
Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2012?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya gambaran kebutuhan pengetahuan ibu hamil terkait ASI
eksklusif di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2012.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran pengetahuan terkait ASI eksklusif pada ibu hamil di
Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2012.
8
b. Diketahuinya gambaran kebutuhan pengetahuan ibu hamil terkait ASI
eksklusif di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun
2012.
E. Manfaat Penelitian
1. Peneliti
Sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang didapat pada saat
perkuliahan sehubungan dengan penelitian mengenai gambaran kebutuhan
pengetahuan ibu hamil terkait ASI eksklusif di Puskesmas Kecamatan
Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2012.
2. Peneliti Selanjutnya
Dapat digunakan sebagai acuan dalam menganalisis kebutuhan pengetahuan
terkait ASI eksklusif pada ibu hamil.
3. FKIK UIN Syarif Hidayatullah
Memberikan tambahan pustaka yang dapat menunjang ilmu pengetahuan
dan memperluas wawasan mahasiswa terkait ASI eksklusif.
4. Bagi Puskesmas
Membantu Puskesmas dalam menganalisa kebutuhan pengetahuan pada ibu
hamil terkait ASI eksklusif, dengan demikian diharapkan bidan dapat
mengevaluasi pemberian pengetahuan yang sudah dilaksanakan.
5. Bagi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan
Memberikan gambaran kebutuhan pengetahuan pada ibu hamil pada salah
satu wilayah kerja Puskesmasnya yaitu adalah Puskesmas Kecamatan
Pesanggrahan.
9
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dibatasi kepada ibu hamil yang melakukan kunjungan antenatal
pada bulan September di Poli Klinik Kesehatan Ibu Puskesmas Kecamatan
Pesanggrahan. Lokasi penelitian bertempat di Poliklinik Kesehatan Ibu Puskesmas
Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan dan waktu penelitian dalam rentang waktu
bulan Mei 2012 sampai dengan bulan Desember 2012. Masalah yang akan dibahas
dalam penelitian ini adalah masih rendahnya angka cakupan ASI eksklusif (51,2%)
sementara pemberian pengetahuan sudah diberikan menandakan pemberian
pengetahuan terkait ASI eksklusif masih perlu ditingkatkan, sehingga peneliti
tertarik untuk melakukan penilaian kebutuhan pengetahuan terkait ASI eksklusif
yang dimaksudkan untuk mengetahui apakah pemberian pengetahuan yang sudah
dilakukan dapat memenuhi kebutuhan pengetahuan ibu hamil yang ada atau tidak.
Dari masalah tersebut menjadikan judul penelitian ini adalah gambaran kebutuhan
pengetahuan ibu hamil terkait ASI eksklusif di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan
Jakarta Selatan tahun 2012. Analisis menggunakan pendekatan kuantitatif dengan
disain penelitian cross sectional. Penelitian diperkuat pula dengan data yang diambil
menggunakan pendekatan kualitatif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ASI Eksklusif
1. Pengertian
Menurut Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia No. 33 Tahun
2012 mengenai pemberian Air Susu Ibu eksklusif, ASI eksklusif adalah ASI
yang diberikan kepada bayi sejak lahir selama 6 (enam) bulan, tanpa
menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain.
2. Manfaat
Menurut Roesli (2000), manfaat ASI ekslusif bagi bayi dan ibu adalah
sebagai berikut:
a. Manfaat ASI Ekslusif Bagi Bayi
1) ASI sebagai nutrisi
ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi
yang seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi.
ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna baik kualitas maupun
kuantitasnya. Dengan tatalaksana menyusui yang benar, ASI sebagai
makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan tumbuh bayi
normal sampai usia enam bulan. Setelah usia enam bulan, bayi harus
mulai diberi makanan padat, tetapi ASI dapat diteruskan sampai usia 2
tahun atau lebih.
11
Setiap mamalia secara alamiah dipersiapkan untuk mempunyai
sepasang atau lebih kelenjar ASI susu. Pada saat melahirkan, kelenjar
ini akan memproduksi air susu khusus untuk makanan bayinya.
Komposisi ASI dari seorang ibu juga berbeda-beda dari hari ke hari.
ASI yang keluar pada saat kelahiran sampai hari ke-4 atau ke-7
(kolostrum) berbeda dengan ASI yang keluar dari hari ke-4/ke-7
sampai hari ke 10/ke-14 setelah kelahiran (ASI transisi). Komposisi ini
akan berbeda lagi setelah hari ke-14 (ASI matang).
2) ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi
Bayi yang baru lahir secara alamiah mendapat imunoglobulin (zat
kekebalan tubuh) dari ibunya melalui ari-ari namun, kadar zat ini akan
cepat sekali menurun segera setelah bayi lahir. Badan bayi sendiri baru
membuat zat kekebalan cukup banyak sehingga mencapai kadar
protektif pada waktu berusia 9 sampai 12 bulan. Pada saat kadar zat
kekebalan bawaan menurun, sedangkan yang dibentuk oleh badan bayi
belum mencukupi, maka akan terjadi kesenjangan zat kekebalan pada
bayi. Kesenjangan akan hilang atau berkurang apabila bayi diberi ASI,
karena ASI adalah cairan hidup yang mengandung zat kekebalan yang
akan melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi, bakteri, virus,
parasit dan jamur.
Dari hasil penelitian Ms.Kramar (2009), didapatkan hasil bahwa
pemberian ASI eksklusif selama enam bulan dapat menurunkan risiko
infeksi pencernaan pada bayi selain itu, pemberian ASI eksklusif
12
selama enam bulan juga tidak menyebabkan alergi serta efek samping
pada pertumbuhan bayi (WHO, 2011).
3) ASI eksklusif meningkatkan kecerdasan
Mengingat bahwa kecerdasan anak berkaitan erat dengan otak,
maka jelas bahwa faktor utama yang mempengaruhi perkembangan
kecerdasan adalah pertumbuhan otak. Sementara itu, faktor terpenting
dalam proses pertumbuhan termasuk pertumbuhan otak adalah nutrisi
yang diberikan. Kesempatan ini hendaknya dapat dimafaatkan sebaik-
baiknya agar otak bayi dapat tumbuh optimal.
Dengan memberikan ASI secara eksklusif sampai bayi berusia
enam bulan, akan menjamin tercapainya pengembangan potensi
kecerdasan anak secara optimal. Hal ini karena selain sebagai nutrien
yang ideal dengan komposisi yang tepat serta disesuaikan dengan
kebutuhan bayi, ASI juga mengandung nutrien-nutrien khusus yang
diperlukan otak bayi agar tumbuh optimal. Nutrien yang diperlukan
untuk pertumbuhan otak bayi diantaranya adalah :
a) Taurin
Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak dalam
ASI yang berfungsi sebagai neuro-transmitter dan berperan
penting untuk proses maturasi sel otak. (Kemenkes R.I, 2005)
b) Laktosa
Merupakan hidrat arang utama dari ASI yang hanya sedikit
sekali terdapat pada susu sapi (Kemenkes R.I, 2005).
13
c) DHA, AA, Omega 3, Omega 6
Merupakan asam lemak utama dari ASI yang hanya terdapat
sedikit dalam susu sapi. Hasil penelitian dr.Lucas (1993) terhadap
300 bayi prematur membuktikan bahwa bayi-bayi prematur yang
diberi ASI eksklusif mempunyai IQ yang lebih tinggi secara
bermakna (8,3 point lebih tinggi) dibanding bayi prematur yang
tidak diberi ASI. Penelitian dr. Riva (1997) ditemukan bahwa bayi
yang diberi ASI ekslusif, ketika berusia 9,5 tahun tingkat IQ 12,9
point lebih tinggi dibanding anak yang ketika bayi tidak diberi
ASI ekslusif.
d) ASI meningkatkan jalinan kasih sayang
Bayi yang sering berada dalam dekapan ibu karena menyusu
akan merasakan kasih sayang ibunya. Ia juga akan merasa aman
dan tentram karena masih dapat mendengar detak jantung ibunya
yang telah ia kenal sejak dalam kandungan. Perasaan terlindung
inilah yang akan menjadi dasar perkembangan emosi bayi dan
membentuk kepribadian yang percaya diri dan dasar spiritual yang
baik.
b. Manfaat ASI Eksklusif Bagi Ibu
Selain bermanfaat untuk bayi, ASI eksklusif juga dapat bermanfaat
bagi ibu. Berikut ini manfaat ASI eksklusif bagi ibu:
14
1) Mengurangi perdarahan setelah melahirkan
Apabila bayi disusui segera setelah dilahirkan, maka
kemungkinan terjadinya perdarahan setelah melahirkan akan
berkurang. Hal tersebut karena pada ibu menyusui terjadi peningkatan
kadar oksitosin yang berguna untuk konstriksi/penutupan pembuluh
darah sehingga perdarahan akan lebih cepat berhenti.
2) Menjarangkan kehamilan
Menyusui merupakan cara kontrasepsi yang aman. Selama ibu
memberi ASI eksklusif dan belum haid, 98% kehamilan tidak akan
terjadi sampai pada enam bulan pertama setelah melahirkan dan tidak
akan hamil sampai bayi berusia 12 bulan.
3) Mengurangi kemungkinan menderita kanker, seperti kanker payudara
dan kanker indung telur
Pada ibu yang memberikan ASI eksklusif sampai dua tahun atau
lebih, diduga angka kejadian kanker payudara akan berkurang sampai
25%. Beberapa penelitian menemukan juga bahwa menyusui akan
melindungi ibu dari penyakit kanker indung telur pada ibu yang
menyusui berkurang sampai 20-25%.
B. Pengetahuan
1. Pengertian
Menurut Bloom dan Skinner dalam Notoatmodjo (2003), pengetahuan
merupakan kemampuan seseorang untuk mengungkapkan kembali apa yang
diketahuinya dalam bentuk bukti jawaban baik lisan, atau tulisan yang
15
merupakan stimulasi dari pertanyaan. Pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt
behaviour).
2. Sumber Pengetahuan
Menurut Hartono (2010), sumber untuk memperoleh pengetahuan
dapat dikelompokkan ke dalam empat kategori, yaitu : (a) perorangan di luar
kendali pelayanan kesehatan (keluarga, teman, ahli agama, tokoh
masyarakat), (b) perorangan dalam kendali pelayanan kesehatan (petugas
kesehatan), (c) nonperorangan di luar kendali pelayanan kesehatan (media
massa, dan media elektronik) serta (d) nonperorangan dalam kendali
pelayanan kesehatan (iklan, brosur yang dibuat oleh pelayanan kesehatan)
3. Pengetahuan ASI Eksklusif
Pengetahuan ASI eksklusif dapat pula dipengaruhi oleh usia,
pengalaman memiliki anak sebelumnya, pendidikan, dan pekerjaan. Menurut
Yustifa dalam Widayati dan Maryatun (2012) bahwa Pada usia 21 tahun,
seseorang sudah memiliki ciri dari kedewasaan fisik dan kematangan pribadi
yang erat hubungannya dengan matangnya dalam mengambil setiap
keputusan. Pada faktor pengalaman memiliki anak sebelumnya, dijelaskan
oleh Roesli (2000), hal tersebut merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi ASI eksklusif.
Selain itu, pada faktor pendidikan, menurut Kasnodiharjo, et.al (1994),
semakin tinggi strata pendidikan seseorang, pengetahuan yang didapatnya
mengenai ASIpun akan semakin bertambah. Pada faktor terakhir yang
16
terbukti dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah pekerjaan. Ibu
rumah tangga dipandang mempunyai banyak waktu yang luang, hal tersebut
tentu dapat membuat ibu bisa mendapatkan lebih banyak pengetahuan dari
berbagai media, antara lain: televisi, radio, surat kabar (Kurniati dalam
Widayati dan Maryatun, 2012).
Dalam perilaku pemberian ASI eksklusif, pengetahuan terkait ASI
eksklusif memegang peranan yang sangat penting. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Notoatmodjo (2003), yang mengatakan bahwa pengetahuan
(kognitif) merupakan domain yang sangat penting bagi terbentuknya
perilaku kesehatan. Sebenarnya pengetahuan tersebut dapat ditingkatkan
salah satunya dengan adanya dukungan pemberian pengetahuan dari petugas
kesehatan sejak dari awal kehamilan (Nusatya, 1981).
Menurut Kemenkes R.I (2010b), materi pengetahuan yang seharusnya
diberikan untuk dikuasai oleh ibu hamil terkait ASI eksklusif berupa:
1) ASI Saja Enam Bulan;
Menurut Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia No. 33 Tahun
2012 mengenai pemberian Air Susu Ibu eksklusif, ASI eksklusif adalah
ASI yang diberikan kepada bayi sejak lahir selama 6 (enam) bulan,
tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau
minuman lain. Materi ini penting untuk dikuasai oleh ibu hamil karena
menurut hasil penelitian yang telah dilakukan oleh MS. Kramar (2009),
banyak manfaat yang akan diperoleh, baik dari bayi maupun ibu apabila
17
bayi disusui secara eksklusif selama enam bulan tanpa tambahan
apapun.
Dari hasil penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa pemberian ASI
eksklusif selama enam bulan dapat menurunkan risiko infeksi
pencernaan pada bayi, menurunkan berat badan ibu setelah lahir, serta
dapat pula menunda periode menstruasi. Pemberian ASI eksklusif yang
diberikan selama enam bulan juga tidak menyebabkan alergi serta tidak
ada efek samping pada pertumbuhan bayi. Sangat disayangkan apabila
materi ini tidak dikuasai oleh ibu hamil, mengingat manfaatnya sangat
besar dan menguntungkan, bukan hanya bagi bayi tetapi juga untuk ibu.
Dalam kenyataannya, pemberian ASI eksklusif selama enam bulan
tidak sesederhana yang dibayangkan. Banyak kendala yang timbul
dalam upaya memberikan ASI eksklusif selama enam bulan pertama
kehidupan bayi. Beberapa kendala yang sering menjadi alasan ibu dalam
menghentikan pemberian ASI kepada bayi adalah ketika bayi
mengalami sakit (Pratiwi dan Purnawati, 2009). Menurut Newman
(2009), jika bayi sakit, sebenarnya, ASI tidak perlu dihentikan, ASI
justru perlu ditambah. Newman mengatakan bahwa pemberian ASI
ketika bayi sakit justru dapat menenangkan bayi dan tidak berbahaya
bagi bayi. Sakit yang hanya penyembuhannya hanya perlu ASI saja,
diantaranya adalah diare dan muntah, infeksi pernafasan, dan sakit
kuning, selain itu, menurut Tari (2012), demam juga termasuk dalam
18
sakit yang cukup dengan diberi ASI saja terlebih dahulu dalam
penanganan pertama yang dapat dilakukan oleh ibu.
2) Penjelasan Pentingnya ASI;
ASI mengandung zat gizi yang sesuai serta juga mengandung enzim-
enzim untuk mencernakan zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI tersebut.
ASI juga memiliki perbandingan antara Whei dan Kasein yang sesuai
untuk bayi. Rasio Whei yang lebih banyak dibandingkan kasein (65:35)
menyebabkan protein ASI lebih mudah diserap dan dimetabolisme
(Kemenkes R.I, 2008). Jumlah ini diyakini mencukupi kebutuhan bayi
selama enam bulan. Hal tersebut juga didukung berdasarkan penelitian
yang telah dilakukan oleh Saputra, et.al (2010), yang juga
mengemukakan bahwa ASI merupakan nutrisi ideal yang dapat
mencukupi dan mendukung pertumbuhan yang optimal dalam enam
bulan pertama kehidupan bayi.
Selama ini telah banyak beredar kabar di masyarakat mengenai
memberikan ASI kepada bayi dapat membuat ibu menjadi gemuk.
Menurut Arisman (2007), kabar tersebut sebenarnya tidak benar.
Arisman memaparkan perangsangan puting susu oleh isapan bayi justru
akan menambah sekresi oksitosin ke dalam darah yang pada gilirannya
menyebabkan kontraksi uterus, dan juga timbunan lemak penyebab
“gendut”, kembali ke ukuran sebelum hamil. Pernyataan Arisman
mendapat dukungan dari penelitian yang telah dilakukan oleh Dewey,
et.al dalam Stube (2009). Dari hasil penelitian Dewey, didapatkan hasil,
19
perempuan dalam kelompok menyusui lebih dari satu tahun dapat
kehilangan 4,4 lbs (1,99 kg) lebih banyak dari perempuan yang
menyusui kurang dari 3 bulan, dan perbedaan berat ini bertahan pada
dua tahun setelah melahirkan (P<.05).
Selain itu, menurut Siregar (2004), salah satu faktor menyebabkan
ASI Eksklusif tidak diberikan khususnya bagi ibu-ibu di Indonesia
adalah ibu takut bentuk payudara rusak apabila menyusui dan
kecantikannya akan hilang. Padahal, menurut penelitian yang telah
dilakukan oleh Rinker, et.al (2008), menyusui tidak mempengaruhi
bentuk payudara. Sesungguhnya bukan menyusui yang mengubah
bentuk payudara, tetapi proses kehamilanlah yang menyebabkan
perubahan tersebut. Kehamilan menyebabkan dikeluarkannya hormon-
hormon dan menyebabkan terbentuknya air susu yang mengisi payudara
(Danuatmaja dan Meliasari, 2003).
Hal lain yang menyebabkan masalah menyusui yang sering terjadi di
masyarakat adalah ibu menggunakan jam dalam menyusui dengan
bayinya. Menurut Newman (2009) perlu dipahami oleh ibu bahwa bayi
tidak selalu sedang menyusu saat bayi melakukan gerakan menghisap
pada payudara (mengempeng). Bayi mungkin saja sedang
“mengempeng” tapi tidak sedang minum dan oleh karena itu bayi tidak
mendapatkan cukup lemak sehingga bayi kurang mendapatkan kalori,
dan menjadi lebih sering menyusu walau dia sedang menghisap
payudara. Hal tersebut menyebabkan ibu tidak dapat menentukan jadwal
20
pemberian ASI kepada bayi dan mengharuskan ibu untuk menyusui
bayinya sesuai dengan keinginan bayinya.
3) Skin to skin contact Inisiasi Menyusu Dini (IMD);
Menurut Kemenkes R.I (2008), IMD mulai diperkenalkan kembali
ke seluruh dunia melalui tema peringatan Pekan ASI sedunia tahun
2007. WHO/UNICEF merekomendasikan IMD sebagai tindakan yang
“life saving (menyelamatkan jiwa)”. World Alliance for Breastfeeding
Action (WABA) memperkirakan satu juta bayi dapat diselamatkan
setiap tahun jika disusui pada satu jam pertama kelahirannya dan
diberikan ASI eksklusif sampai enam bulan.
Menyusui segera dalam satu jam pertama setelah melahirkan akan
sangat membantu daya tahan anak. Inisiasi Menyusu Dini (Early
Initiation) merupakan kesempatan bayi untuk mulai menyusu sendiri
segera setelah lahir/dini dengan membiarkan kontak kulit bayi dengan
kulit ibunya (skin-to-skin contact), setidaknya satu jam atau sampai
menyusu pertama selesai. Banyak sekali manfaat yang dapat diberikan
apabila ibu melakukan IMD kepada bayinya. Salah satu manfaat dari
IMD dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Fika dan
Syafiq dalam Roesli (2008) menyebutkan bahwa dengan memberikan
IMD, kesempatan untuk berhasil dalam memberikan ASI eksklusif pada
bayinya kelak adalah delapan kali lebih berhasil dibandingkan dengan
ibu yang tidak memberikan IMD.
21
Hasil penelitian lain juga menunjukkan bahwa manfaat lain IMD
adalah dapat menyelamatkan 22% dari bayi yang meninggal sebelum
usia satu bulan. Inisiasi Menyusu dini dapat menyelamatkan jiwa bayi
karena dua faktor :
a) Skin-to-skin contact (kulit dada ibu dan kulit dada bayi bersentuhan)
akan memberikan kehangatan dan perlindungan pada bayi.
b) Kolostrum (ASI yang pertama keluar) merupakan imunisasi
pertama bagi bayi yang mengandung zat-zat kekebalan tubuh yang
tidak dapat tergantikan (Kemenkes R.I, 2010a)
Sedangkan menurut Kemenkes R.I (2005), IMD penting dikarenakan :
a) Pada saat itu refleks menghisap bayi kuat sekali, refleks hisap
tersebut akan merangsang pengeluaran ASI
b) Hisapan mulut pada puting dan daerah hitam sekitarnya akan
merangsang kontraksi otot kandungan dan hal ini akan mengurangi
perdarahan pada waktu persalinan. Lebih dari sepertiga kematian
ibu bersalin adalah akibat perdarahan.
4) Kolostrum;
Kolostrum sangat penting diberikan kepada bayi yang baru lahir,
hal ini dikarenakan banyak sekali manfaat yang dapat dirasakan. Berikut
ini manfaat kolostrum menurut Kemenkes R.I (2005) :
a) Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama Imunoglobulin A
untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama
diare.
22
b) Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari
hisapan bayi pada hari-hari pertama kelahiran, walaupun sedikit
namun cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi.
c) Kolostrum mengandung protein, vitamin A yang tinggi dan
mengandung karbohidrat dan lemak rendah, sehingga sesuai dengan
kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran.
d) Membantu mengeluarkan mekonium yaitu tinja (faeces) atau
kotoran bayi yang pertama berwarna hitam kehijauan.
e) Mencegah alergi
5) Rawat gabung;
Menurut Soetjiningsih (1997), rawat gabung adalah suatu sistem
perawatan ibu dan anak bersama sama atau pada tempat yang
berdekatan sehingga memungkinkan sewaktu-waktu, setiap saat, ibu
tersebut dapat menyusui anaknya. Tujuan dilakukannya rawat gabung
ini pada pelayanan kesehatan yang ada di Indonesia adalah :
a) Bantuan Emosional
b) Produksi ASI
Dari pertimbangan bahwa ASI merupakan makanan terbaik bagi
bayi, maka pemberian ASI kepada bayi merupakan sesuatu yang
amat penting. Pada hari-hari pertama ASI yang keluar adalah
kolostrum yang jumlahnya sedikit. Tetapi hal tersebut tidak perlu
dikhawatirkan karena kebutuhan bayi masih sedikit. ASI perlu
dirangsang sesegera mungkin setelah kelahiran, disinilah peran
23
rawat gabung dalam memudahkan ibu dalam memberikan ASI
kepada bayinya sesegera mungkin. Pentingnya pemberian ASI
sesegera mungkin adalah karena dapat merangsang produksi ASI
pada hari-hari berikutnya sehingga ibu tentunya tidak akan
mengalami kesulitan dalam menyusui selanjutnya.
Hal tersebut diperkuat dengan hasil penelitian yang sudah
dilakukan oleh Arasta (2010) yang mendapatkan hasil bahwa ada
hubungan pelaksanan rawat gabung dengan perilaku ibu dalam
memberikan ASI Eksklusif. Adanya rawat gabung, proses lekat
akibat sentuhan badan antara ibu dan bayinya akan segera terjalin.
Makin sering ibu melakukan kontak fisik langsung dengan bayi
akan membantu memperlancar produksi ASI. Hal tersebut tentu
menguntungkan ibu untuk melakukan ASI eksklusif karena salah
satu kegagalan pemberian ASI eksklusif adalah ASI tidak keluar
(Soetjiningsih, 1997).
c) Pencegahan Infeksi
Pada perawatan bayi yang terpisah maka kejadian infeksi
silang akan sulit dicegah. Dengan melakukan rawat gabung maka
infeksi silang dapat dihindari.
Dari pentingnya rawat gabung tersebut yang sudah diungkapkan
sebelumnya, tentu penyuluhan mengenai rawat gabung ini sangat
penting dikuasai oleh ibu hamil supaya sebelum melahirkan, ibu
tersebut memahami mengenai pelaksanaan rawat gabung dan
24
manfaatnya, sehingga dapat memberi inisiatif kepada ibu, dalam
memilih tempat bersalin yang sudah dilengkapi dengan rawat gabung,
mengingat belum semua Puskesmas, khususnya di DKI Jakarta
melaksanakan rawat gabung (Pratiwi, 2010).
6) Bahaya Susu formula;
Ibu-ibu yang memilih untuk memberikan ASI eksklusif merupakan
langkah yang tepat. Hal ini dikarenakan ASI memiliki banyak sekali
keunggulan dibandingkan dengan susu formula. Menurut Hegar (2009),
salah satu hal positif yang dapat ditimbulkan dengan pemberian ASI
eksklusif adalah peningkatan kadar SIgA. Peningkatan kadar SIgA
berkorelasi dengan peningkatan sistem pertahanan saluran cerna
terhadap infeksi, sedangkan mukus yang melapisi permukaan saluran
cerna berfungsi sebagai barrier agar mikroorganisme tidak dapat masuk
ke aliran darah. Hal negatif lain yang dapat dirasakan oleh bayi dan ibu
dengan pemberian susu formula menurut Kemenkes R.I (2002) dan
(2005), adalah sebagai berikut:
a) Pencemaran sangat tinggi, sehingga bayi mudah terserang infeksi:
misalnya diare, batuk, pilek, radang tenggorokan, demam, dsb.
b) Bayi tidak memperoleh zat gizi sesuai kebutuhan bayi untuk
pertumbuhan secara optimal.
c) Bayi tidak memperoleh kekebalan tubuh sehingga lebih mudah
terserang penyakit.
25
d) Kemungkinan terjadinya kekeliruan pengenceran sangat tinggi,
sehingga berisiko untuk diare.
e) Perlu biaya mahal untuk membeli susu dan perlengkapan lainnya.
f) Terjadi bingung puting.
Terjadi bingung puting dimana pada waktu diberi payudara
ibunya, pada susu botol, air susu akan turun sendiri karena
gravitasi bumi, sedang pada menyusu, bayi harus menghisap
payudara, baru ASI keluar. Hal ini akan membuat bayi menjadi
bingung dan akhirnya frustasi dan menangis, sehingga
menyebabkan ibu bingung dan pusing.
Menurut Siregar (2004), salah satu faktor penyebab ASI eksklusif
tidak diberikan khususnya bagi ibu-ibu di Indonesia adalah iklan yang
menyesatkan dari produksi makanan bayi. Hal tersebut menyebabkan
ibu beranggapan bahwa makanan-makanan tersebut lebih baik dari
ASI. Kurangnya pengertian dan pengetahuan ibu tentang manfaat ASI
dan menyusui dapat menyebabkan ibu-ibu mudah terpengaruh dan
beralih kepada susu botol (susu formula). Keadaan tersebut diperparah
dengan keadaan dimana ASI ibu tidak bisa keluar, tentu ibu lebih
memilih susu formula ketimbang ASI eksklusif. Menurut penelitian
yang telah dilakukan oleh Li (2008) dan Afifah (2007), salah satu
kegagalan yang dapat menyebabkan kegagalan dalam pemberian ASI
eksklusif adalah karena ASI tidak keluar dan digantikan dengan susu
formula.
26
ASI yang belum keluar bisa disebabkan karena: Saluran susu
tersumbat; Kecemasan dan kelelahan Ibu; Merokok dan obat-obatan;
Ibu yang sedikit minum; Diit ibu yang jelek (Soetjiningsih, 1997)
Melihat dari fakta yang telah dijabarkan dari hasil penelitian di
atas, tentu materi ini penting untuk dikuasai oleh ibu hamil agar ibu
tidak memberikan susu formula nantinya kepada bayinya kelak.
7) Perawatan puting susu;
Memberikan ASI eksklusif pada bayinya merupakan impian bagi
banyak ibu, tetapi beberapa ibu mengalami kendala seperti rasa sakit
saat menyusui serta terjadi pembengkakan ataupun produksi ASI yang
tidak lancar. Hal-hal seperti ini tentu saja dapat dihindari apabila ibu
melakukan persiapan dengan melakukan perawatan puting susu sebelum
melahirkan.
Menurut Soetjiningsih (1997), perawatan puting yang bisa dimulai
pada trimester awal kehamilan adalah dengan melakukan pemeriksaan
apakah ada kelainan seperti tumor, kista, atau kelainan bentuk puting,
selain itu permukaan dan warna juga merupakan suatu pemeriksaan
yang harus dilakukan pada trimester awal. Permukaan yang terdapat
luka dan sisik merupakan suatu kelainan yang perlu diantisipasi,
sedangkan pada warna, apabila warna puting tidak sama dengan kalang
payudara, maka patut dicurigai puting mengalami suatu kelainan.
Selama bulan terakhir kehamilan, beberapa tetes kolostrum
mungkin dapat diperah keluar dari puting. Ibu dapat membersihkan
27
puting dari kerak kolostrum yang mengering tersebut (Farrer, 2001).
Menurut kaderkanie (2011), membersihkan puting susu dapat dilakukan
dengan menghindari penggunaan sabun atau alkohol di area puting
karena akan membuatnya kering, iritasi atau lecet. Bersihkanlah dengan
air hangat, gunakan baby oil untuk mengompres sampai daerah sekitar
puting susu dengan warna lebih gelap selama 2-3 menit. Ini berguna
untuk membersihkan kerak atau kotoran yang menempel sehingga lebih
mudah untuk dibersihkan, setelah selesai, lap payudara dengan handuk
agar tidak lembab. Menggunakan BH yang bersih dan mengganti BH
setiap hari serta tidak menaruh uang/kalung pada BH, juga termasuk
dalam cara untuk menjaga kebersihan puting (Kemenkes R.I, 2002).
Pada trimester akhir, selain menjaga kebersihan puting susu, dapat
dilakukan pengurutan dengan meletakkan telunjuk dan ibu jari pada
dasar puting susu selama 10 detik. Hal tersebut dilakukan apabila bentuk
puting datar atau masuk ke dalam. Tujuan dari pengurutan adalah untuk
mendorong puting lebih menonjol, lakukanlah sekurang-kurangnya 2
kali dengan menggunakan minyak zaitun atau baby oil yang berfungsi
melicinkan sehingga bisa mengurangi rasa nyeri (Kaderkanie, 2011).
Menurut penelitian yang telah dilakukan Astuti dan Setyaningrum
(2009), ada hubungan praktik perawatan payudara dengan kejadian
Mastitis pada Ibu Nifas tahun 2009-2009 di BPS Nunuk desa Bandengan
Kabupaten Jepara. Mastitis merupakan radang pada payudara. Radang ini
biasanya dapat menyebabkan ibu gagal dalam menyusui bayinya. Hal
28
tersebut diungkapkan dalam penelitian Soetjiningsih (1997), Siregar
(2004) dan Li (2008) yang menyebutkan bahwa salah satu penyebab
kegagalan dalam menyusui disebabkan karena terjadinya radang
payudara.
8) Keinginan untuk menyusui
Menurut Handerson (2006), tugas petugas kesehatan tersebut dalam
pemberian KIE tidak hanya memberikan pengetahuan yang diperlukan
para ibu, tetapi juga untuk mengidentifikasikan keterampilan-
keterampilan yang diperlukan dan terutama meningkatkan kepercayaan
diri dan otonominya. Pemahaman tentang membina kelekatan yang tepat
dan kemampuannya mengajarkan kepada ibu adalah hal yang sangat
penting. Hal tersebut karena, hampir semua ibu dapat menyusui bila
dibantu untuk memperoleh rasa percaya diri serta pengetahuan
mengenai teknik menyusui yang benar (Kemenkes R.I, 2008).
Selain menurut Kemenkes R.I (2010b), menurut Soetjiningsih (1997),
materi pengetahuan seharusnya diberikan untuk dikuasai oleh ibu hamil
terkait ASI eksklusif berupa:
1) Cara menyusui yang baik dan benar;
Cara menyusui yang tidak benar dapat menyebabkan masalah-
masalah dalam menyusui seperti puting lecet dan ASI tidak keluar
optimal. Masalah-masalah tersebut dapat menyebabkan ibu mengalami
kegagalan dalam pemberian ASI eksklusif pada bayinya, oleh sebab
itulah, pemberian pengetahuan mengenai cara menyusui yang baik
29
merupakan salah satu materi yang harus dimasukkan (Soetjiningsih,
1997).
Menurut Kemenkes R.I (2005), terdapat tiga hal penting yang dapat
membuat seorang ibu dapat menyusui dengan baik, diantaranya adalah
positioning, attachment, dan bonding. Berikut penjelasan dari dari
masing-masing cara:
a) Posisi badan ibu dan bayi (positioning)
1. Ibu dapat duduk atau berbaring dengan santai
2. Hadapkan keseluruhan tubuh bayi menghadap perut ibu
3. Perut bayi menempel pada badan ibu, telinga dan lengan bayi
terletak pada satu garis lurus
4. Letakkan kepala bayi pada lengkung siku ibu dan bokong bayi
diatas pangkuan ibu
b) Perlekatan mulut bayi pada payudara (attachment)
Perlekatan adalah posisi melekatnya mulut bayi pada payudara ibu
untuk menyusu. Berikut ini cara pelekatan mulut bayi pada payudara
yang benar :
1. Sentuhkan puting susu pada pipi atau bibir bayi untuk merangsang
agar mulut bayi terbuka lebar
2. Masukan puting dan sebagian besar areola bagian bawah masuk
ke mulut bayi
3. Bibir bawah bayi melengkung keluar
30
4. Dagu bayi menempel ke payudara dan kepala bayi agak
menengadah
5. Bayi menghisap pelan dan dalam
6. Sentuh bibir atas bayi dengan puting
7. Sewaktu mulut terbuka lebar, masukkan sebagian besar areola
dalam mulut bayi
8. Sebagian besar areola masuk mulut bayi dan bibir bayi
melengkung keluar
c) Kasih (bonding)
Ibu memeluk dan memandang bayi.
2) Mengatasi kesulitan dalam menyusui.
Banyak ibu-ibu yang setelah melahirkan tidak menyusui bayinya. Hal
tersebut dikarenakan ibu-ibu tersebut mengalami kesulitan dalam
menyusui. Menurut Soetjiningsih (1997), Siregar (2004), Hikmawati
(2008), Rejeki (2008) dan Singh (2010), disebutkan bahwa ibu-ibu yang
menemui kesulitan dalam menyusui dapat menyebabkan ibu tersebut
gagal dalam memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Kesulitan
menyusui sebenarnya dapat teratasi apabila telah diberikan pengetahuan
sejak awal oleh bidan bagaimana cara mengatasi kesulitan tersebut.
Berikut ini kesulitan yang biasa dialami ibu dalam menyusui menurut
Kemenkes R.I (1995):
31
a) Masa Antenatal
Pada masa antenatal, yang termasuk masalah menyusui pada
ibu adalah puting susu datar atau tebenam dan puting tidak lentur.
1. Puting susu datar atau terbenam
Untuk mengetahui apakah puting susu datar, cubitlah areola
di sisi puting susu dengan ibu jari dan jari telunjuk. Puting susu
yang normal akan menonjol, bila tidak berarti puting susu dapat
dikatakan datar. Keadaan ini dapat disebabkan karena ada
sesuatu yang menarik puting susu kedalam, misalnya tumor
atau penyempitan saluran susu. Kelainan ini seharusnya sudah
diketahui sejak dini, paling tidak saat kehamilan sehingga dapat
diusahakan perbaikannya.
Tidak selalu ibu dengan puting susu datar mengalami
kesulitan besar pada saat menyusui, asalkan ibu tersebut
diberikan pengarahan mengenai cara mengatasinya. Cara
mengatasi permasalahan tersebut dapat dengan meakukan
gerakan hoffman, yaitu dengan meletakkan kedua jari telunjuk
atau ibu jari didaerah areola, kemudian dilakukan pengurutan
menuju ke arah yang berlawanan atau bisa juga dengan cara
memompa puting susu atau jarum suntik 10 ml yang sudah
dimodifikasi setiap hari untuk mencoba supaya puting
menonjol keluar.
32
2. Puting tidak lentur
Puting susu tidak lentur menyulitkan bayi untuk menyusui,
walaupun demikian, puting susu tidak lentur pada awal
kehamilan sering kali menjadi lentur (normal) pada saat atau
beberapa saat menjelang persalinan, sehingga tidak
memerlukan tindakan khusus, namun sebaiknya tetap
dilakukan latihan seperti cara mengatasi puting susu datar atau
terbenam.
b) Masa Pasca Persalinan Dini
Pada masa pasca persalinan dini, yang termasuk masalah
menyusui pada ibu adalah puting susu datar atau tebenam dan
puting susu lecet, payudara bengkak, saluran susu tersumbat,
mastitis dan abses. Puting susu datar atau terbenam sudah diuraikan
diatas, sehingga pada ulasan ini yang akan dibahas adalah hanya
puting susu lecet, payudara bengkak, saluran susu tersumbat,
mastitis dan abses menurut Soetjiningsih (1997):
1) Puting Susu Lecet
Masalah tersering dalam menyusui adalah puting susu
nyeri/lecet, sekitar 57% dari ibu yang menyusui dilaporkan
pernah menderita kelecetan pada putingnya. Penyebab puting
susu lecet diantaranya adalah: kesalahan dalam teknik
menyusui, monoliasis (infeksi jamur candida) pada mulut bayi
yang menular pada puting susu ibu, pemakaian sabun, alkohol,
33
krim, atau zat iritan lainnya untuk mencuci puting susu, bayi
dengan tali lidah pendek serta ibu yang menghentikan menyusu
dengan kurang hati-hati. Cara mengatasi permasalahan ini bisa
dengan cara:
Tidak membersihkan puting susu dengan sabun, alkohol,
krim atau zat-zat iritan lainya; diajarkan cara melepaskan
puting dari hisapan bayi dengan cara tidak dengan memaksa
menarik puting, tetapi dengan menekan dagu bayi atau dengan
memasukkan jari kelingking yang bersih ke mulut bayi; posisi
menyusui harus benar.
2) Payudara Bengkak
Pembengkakan payudara terjadi karena ASI tidak disusu
dengan adekuat, sehingga sisa ASI terkumpul pada sistem
duktus yang mengakibatkan terjadinya pembengkakan.
Payudara bengkak ini sering terjadi pada hari ketiga atau
keempat sesuadah ibu melahirkan. Statis pada pembuluh darah
dan limfe akan mengakibatkan meningkatnya tekanan
intraduktal, yang akan mempengaruhi berbagai segmen pada
payudara yang mengakibatkan payudara sering terasa penuh,
tegang, serta nyeri. Cara mengatasi masalah ini, dapat
dilakukan dengan:
Masase payudara; kompres dingin untuk mengurangi statis
pembuluh darah, bisa dilakukan selang-seling dengan air panas;
34
menyusui lebih sering dan lebih lama pada payudara yang
membengkak, hal ini dimaksudkan supaya aliran ASI lancar
dan menurunkan tegangan payudara.
3) Saluran Susu Tersumbat
Masalah menyusui ini merupakan suatu keadaan dimana
terjadi sumbatan pada satu atau lebih saluran kecil yang
berfungsi menyalurkan ASI. Penyebabnya bisa dikarenakan:
tekanan jari ibu pada waktu menyusui; pemakaian BH yang
terlalu ketat; komplikasi payudara bengkak, yaitu susu yang
terkumpul tidak segera dikeluarkan sehingga membentuk
sumbatan. Cara mengatasi masalah ini adalah dengan:
Masase payudara; kompres dingin untuk mengurangi statis
pembuluh darah, bisa dilakukan selang-seling dengan air
panas; ibu dianjurkan untuk mengeluarkan ASI dengan tangan
atau dengan pompa setiap kali setelah menyusui, bila payudara
masih terasa penuh; ubah-ubah posisi menyusui menyusui
untuk melancarkan ASI.
4) Mastitis
Mastitis merupakan radang pada payudara. Radang ini
dapat disebabkan karena: tidak disusu secara adekuat; puting
yang lecet sehingga memudahkan masuknya kuman, BH yang
terlalu ketat, ibu yang sedang menjalankan diit yang kurang
35
baik, kurang istirahat serta anemia. Cara mengatasi masalah ini
bisa dengan:
Menyusui diteruskan. Pertama bayi disusukan pada
payudara yang terkena selama dan sesering mungkin, agar
payudara kosong, kemudian pada payudara yang normal;
berilah kompres panas, bisa menggunakan shower hangat atau
lap basah panas pada payudara yang saluran susunya
terhambat; ubahlah posisi menyusui dari waktu kewaktu;
pakailah baju/BH yang longgar; istirahat cukup; makan
makanan bergizi; banyak minum sekitar 2 liter per/hari.
5) Abses
Mastitis dan abses merupakan sesuatu yang berbeda. Abses
pada payudara merupakan kelanjutan/komplikasi dari mastitis.
Hal ini disebabkan karena meluasnya peradangan dalam
payudara tersebut. Cara mengatasi masalah ini adalah dengan
pemberian antibiotika dosis tinggi dan analgesik.
4. Kebutuhan Pengetahuan
Menurut Dick dan Carey (1990) dalam Jacobsen and O’Connor (2006),
kebutuhan adalah deskripsi yang jelas tentang masalah, bukti penyebab
masalah yang dapat dilihat sebagai masalah yang dapat dipecahkan atau
sebagai kesenjangan antara kondisi saat ini dan hasil yang diinginkan.
Kebutuhan dapat berupa konflik dalam mengambil keputusan, defisit dalam
36
pengetahuan dan harapan, kejelasan nilai-nilai, dan dukungan dari sumber
daya.
Pada kasus ibu hamil, menurut Heath (2006) dalam Athiyah (2008),
seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan anaknya, orangtua dituntut
untuk memiliki pengetahuan khusus mengenai anaknya. Hal tersebut tentu
dapat mendorong keperluan terpenuhinya kebutuhan dalam hal pengetahuan
yang mendukung pelaksanaan tugas dan tanggungjawabnya sebagai orangtua
kelak, oleh sebab itu pemberian pengetahuan memegang peranan penting
dalam memenuhi kebutuhan pengetahuan ibu tersebut.
5. Pemberian Pengetahuan
Dari penelitian yang sudah dilakukan selama 15 tahun menunjukan
bahwa hambatan utama pemberian ASI eksklusif ternyata adalah kurangnya
pengetahuan yang diberikan oleh petugas kesehatan terkait ASI eksklusif
pada Ibu (Roesli, 2002). Hasil penelitian tersebut tentu memprihatinkan
sebab sebenarnya pemberian pengetahuan terkait ASI eksklusif oleh petugas
kesehatan seharusnya sudah dimulai sejak awal kehamilan ibu pada saat
pelayanan antenatal.
Menurut Yulifah (2009), pengertian dari pelayanan antenatal adalah
pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik
ibu hamil, sehingga mampu menghadapi persalinan masa nifas, persiapan
memberikan ASI eksklusif dan pemulihan kesehatan reproduksi secara wajar.
Dari pengertian di atas dapat dilihat bahwa sebenarnya fokus dalam
pelayanan antenatal bukan hanya mempersiapkan persalinan yang sehat dan
37
selamat, namun juga mempersiapkan seorang ibu hamil untuk memberikan
ASI eksklusif kepada bayinya setelah lahir kelak. Persiapan tersebut dalam
pelayanan antenatal dapat diwujudkan dengan pemberian pengetahuan yang
dilakukan melalui KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi). KIE merupakan
salah satu promosi kesehatan yang sangat penting dalam penyebarluasan
pengetahuan, karena selain dapat menyampaikan pengetahuan yang tepat
kepada sasaran, juga dapat membentuk opini positif masyarakat.
a. Komunikasi Informasi Edukasi (KIE)
1) Pengertian
Pengertian komunikasi dalam KIE dapat diartikan sebagai
upaya membangun hubungan relasional dua arah yang setara
dengan masyarakat yang akan diberdayakan sehingga masyarakat
yang diberdayakan menjadi lebih terbuka dan mampu
mengekspresikan apa yang dirasakannya, mampu mengungkapkan
pendapatnya, mampu berkreasi dan berinovasi, sedangkan
Informasi adalah penyedia berbagai berita dan keterangan serta
informasi penting yang dibutuhkan masyarakat untuk membangun
kapasitas diri mereka. Setelah itu pemantapan yang dilakukan
dengan edukasi mengandung pengertian berbagai bentuk upaya
pendidikan baik formal dan non formal yang diperlukan oleh
masyarakat yang diberdayakan sehingga mereka memiliki kapasitas
yang memadai untuk membangun dirinya dan meningkatkan
kesejahteraan hidupnya.
38
Dapat disimpulkan bahwa KIE adalah pemberian informasi
yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk membangun kapasitas
dirinya yang diiringi dengan pemantapan dalam bentuk upaya
pendidikan baik formal dan non formal. KIE dapat diwujudkan
dalam berbagai bentuk, misalnya melalui penyuluhan, penerangan
dan pelayanan. Media massa dan berbagai teknologi informasi
dapat berperan secara efektif sebagai sarana KIE (Fitriyani, 2011).
2) Metode
Menurut Kemenkes R.I (1995), metode pemberian pengetahuan
dapat dibedakan berdasarkan cara penyampaian dan jumlah sasaran
yang ingin dicapai. Berikut ini akan dijelaskan masing-masing
pilihan metode tersebut:
a) Berdasarkan Cara Penyampaian
1. Langsung
Tanpa penggunaan suatu alat perantara; berbentuk
bahasa, gerakan yang berarti khusus dan penggunaan
isyarat-isyarat.
2. Tidak Langsung
Mekanisme untuk melipatgandakan jumlah penerima
pesan atau untuk menghadapi hambatan geografi, waktu, dll.
39
b) Berdasarkan Jumlah Sasaran yang Ingin Dicapai
1. Pendekatan Perorangan
Komunikasi dengan tatap muka atau berhadapan
langsung.
2. Pendekatan Kelompok
Sasarannya sekelompok orang yang umumnya bisa
dihitung dan dikenal; bisa berupa komunikasi perorangan
atau timbal balik.
3. Pendekatan Masal
Sasarannya adalah kelompok orang dalam jumlah besar,
umumnya tidak terhitung dan tidak saling mengenal.
3) Kebijakan
Kebijakan untuk pelaksanaan pemberian pengetahuan mengenai
ASI eksklusif dapat dilihat pada beberapa kebijakan dibawah ini :
a) Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 Tentang Pemberian
ASI Eksklusif bagian keempat (Informasi dan Edukasi) Pasal
13 ayat 1, 2 dan 3.
b) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
585/MENKES/SKN/2007 Tentang Pedoman Pelaksanaan
Promosi Kesehatan di Puskesmas bagian ketiga Di Ruang
Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan Keluarga
Berencana (KB).
c) Startegi Nasional Peningkatan Pemberian ASI.
40
d) Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LKMM)
poin ketiga.
4) Faktor-Faktor yang Dapat Mempengaruhi KIE
Menurut Machfoedz dan Suryani (2003), terdapat faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi proses pemberian pengetahuan,
diantaranya adalah :
a) Bentuk Beban Tugas
Beban tugas untuk mengubah perilaku yang memerlukan
keterampilan otot seperti mengendarai sepeda tentu akan
berbeda dengan hanya perilaku berupa yang mengunakan kata-
kata seperti bernyanyi, membaca puisi atau membaca.
b) Banyaknya Materi
Bila materi sangat banyak dan kompleks tentu akan lebih
berat daripada yang materi pembelajaran yang hanya sedikit dan
sederhana.
c) Fasilitas dan Sumber
Bila fasilitas untuk belajar memadai, sumber materinya cukup
tentu akan lebih berhasil.
d) Rutinitas
Proses belajar-mengajar yang dilakukan secara rutin akan
jauh lebih berhasil daripada yang bersifat insidental.
41
e) Minat dan Motivasi
Cara pembelajaran yang dilaksanakan demikian rupa
sehingga membangkitkan minat dan motivasi peserta didik tentu
akan lebih berhasil. Menurut Lavender, et.al (2001) dalam
Bowden (2011), rendahnya motivasi peran bidan dalam
kesehatan masyarakat mungkin merupakan akibat adanya
ambiguitas dalam diri mereka. Mereka memiliki pandangan
yang jelas terhadap aspek mana dari kesehatan masyarakat yang
sesuai dengan perannya untuk melakukan intervensi, misalnya
depresi pascanatal memang menjadi bagian dari peran bidan
sedangkan promosi latihan dan ASI eksklusif sebaliknya
Menurut Kemenkes R.I (1995), faktor lain yang dapat
mempengaruhi pemberian pengetahuan diantaranya adalah :
a) Pengetahuan Komunikator dan Komunikan
Komunikator harus menguasai materi dengan baik,
demikan halnya dengan komunikan, harus juga
mempersiapkan diri dalam proses komunikasi. Dengan
demikian akan terjadi komunikasi yang efektif.
b) Pesan
Pesan yang disampaikan harus ringkas dan disesuaikan
dengan kondisi komunikan sehingga mudah diterima. Salah
satu elemen penting pesan yang harus diperhatikan adalah
mutu dari pesan itu sendiri. Terdapat dua faktor yang dapat
42
mempengaruhi mutu dari pesan yang akan disampaikan,
diantaranya adalah jumlah pesan yang diberikan dan
memformulasikan pesan.
Jumlah pesan yang diberikan dipengaruhi oleh kuantitas
pesan dan waktu yang dialokasikan untuk penyajiannya,
sedangkan memformulasikan pesan merupakan penggunaan
dan penekanan kata pada kata yang seharusnya (Bowden,
2011).
Pada Laporan Bristol dalam Bowden (2011), berikut ini
hal-hal yang direkomendasikan terkait pesan yang harus
disampaikan kepada pasien :
1. Pesan mengenai pengobatan seharusnya disampaikan dalam
berbagai bentuk, tahapan, dan penguat disepanjang waktu.
2. Pesan harus disampaikan sesuai dengan kebutuhan individu,
kondisi dan keinginan.
3. Pesan seharusnya berdasarkan bukti yang tersedia saat ini
dengan ringkasan, yang dapat dipahami oleh klien.
4. Cara penyampaian pesan, baik melalui leflet, video, rekaman
atau CD, harus selalu diperbarui dan dibuat dengan
mendapat dukungan pasien
5. Pasien sebaiknya mendapatkan panduan mengenai sumber
pesan yang tersedia di internet, tentunya dari sumber yang
dapat dipercaya dan bermutu baik.
43
c) Media
Macam dan kualitas media juga menentukan keberhasilan
proses komunikasi. Media yang menggunakan banyak panca
indera akan lebih efektif. Penggunaan contoh/petunjuk akan
lebih menarik dan efektif. Contoh/petunjuk akan lebih tepat,
terutama bila contoh itu dihubungkan dengan pengetahuan dan
pengalaman ibu. Sebuah contoh mungkin sebuah objek atau
situasi yang dapat dibayangkan atau tindakan nyata yang bisa
dilihat ibu ketika dokter/petugas kesehatan berbicara.
Misalnya, petugas kesehatan dapat memperlihatkan kepada
ibu bagaimana mengelola payudara yang mengalami mastitis
sambil meminta ibu mengulangi mengerjakan sendiri. Ibu juga
diizinkan untuk memperhatikan ibu lain yang sedang
melakukan hal yang sama, sehingga memungkinkan ibu untuk
melihat cara yang benar. Dengan cara memeragakan akan
teringat oleh ibu lebih lama daripada petunjuk-petunjuk yang
hanya diucapkan.
Demonstrasi atau peragaan amat berpengaruh dalam
mengajarkan ibu cara melakukan tugasnya. Memperlihatkan
kepadanya cara melakukan tugas akan lebih efektif daripada
hanya menceritakan cara melakukannya. Cara yang paling
efektif untuk mengajarkan ibu mengenai aturan atau
keterampilan misalnya mengelola saluran susu tersumbat
44
adalah menyuruhnya memperhatikan orang yang sedang
mengerjakan kemudian melakukan sendiri dengan bimbingan.
Komunikasi juga akan bertambah baik dengan memberikan
setiap ibu sebuah brosur/leaflet yang telah dirancang untuk
mereka.
Brosur/leaflet harus meringkaskan hal-hal yang penting
dan berisikan kata-kata dan gambar yang menerangkan hal-hal
yang penting. Bila disuatu pelayanan kesehatan belum ada
brosur/leaflet atau sukar untuk mendapatkannya, kembangkan
sendiri brosur/leaflet tersebut oleh saudara sehingga ibu di
tempat pelayanan kesehatan tersebut mengerti.
Menggunakan brosur/leaflet sambil memberikan petunjuk-
petunjuk kepada ibu adalah cara yang baik dan harus
menggunakan contoh. Menunjukkan pada kata-kata dan
gambarnya sambil dokter/petugas kesehatan berbicara akan
menolong memusatkan perhatian ibu lebih baik daripada hanya
dengan kata-kata saja, selain itu brosur/leaflet juga mudah
untuk dibawa sehingga apabila brosur/leaflet tersebut dibawa
pulang akan membantu memperkuat apa yang telah
dipelajarinya.
Menurut Bowden (2011), faktor yang dapat mempengaruhi
pemberian pengetahuan selain yang telah disebutkan diatas jumlah
bidan juga menjadi salah satu faktornya. Jumlah bidan yang masih
45
sedikit dapat menjadi hambatan dalam restrukturisasi pelayanan
maternitas.
b. Bidan
Menurut Nusatya (1981), para dokter ahli kebidanan atau para
bidan jelas paling sering berhubungan dengan wanita. Definisi bidan
menurut Ikatan Bidan Indonesia (IBI) menetapkan bahwa bidan
indonesia adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan
yang diakui pemerintah dan organisasi profesi di wilayah negara
Republik Indonesia serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk
diregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk
menjalankan praktik kebidanan.
Menurut standar profesi bidan di Indoensia sesuai dengan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor:
369/MENKES/SK/III/2007 tentang standar profesi bidan terdapat poin
dimana salah satu kompetensi yang harus dimiliki dan harus dilakukan
pada ibu hamil adalah promosi dan dukungan pada ibu untuk menyusui
bayinya (Wahyuningtyas, 2009).
Menurut Johnson, dkk (2002) dan Kemenkes R.I (2007), secara
ringkas peran dan tanggungjawab bidan yang berhubungan dengan
pemberian ASI eksklusif adalah sebagai berikut :
1) Berkomunikasi dengan klien untuk memberikan saran, dukungan,
dorongan dan penyuluhan untuk memfasilitasi kemampuan ibu
dalam memberikan ASI.
46
2) Memastikan bahwa posisi bayi menyusu sudah benar dan ibu
diharapkan untuk melakukannya sendiri dengan baik.
3) Mengobservasi dan membimbing ibu dalam menyelesaikan masalah
yang ada dapat menghambat ibu dalam memberikan ASI eksklusif.
4) Memberdayakan ibu untuk melakukan perawatan payudara, cara
menyusui, merawat bayi, merawat tali pusat, dan memandikan bayi.
Bidan sebagai tenaga kesehatan yang memberikan pengetahuan
menurut teori Green (1980), dapat berperan sebagai enebling
factors/reinforcing factors. Dapat dikatakan bidan sebagai enebling
factors apabila bidan sebagai faktor utama dalam menguatkan
pengetahuan ibu, sedangkan bidan dapat dikatakan berperan sebagai
reinforcing factors apabila bidan sebagai faktor pendukung dimana
pengetahuan ibu sebelumnya telah dikuatkan oleh sumber pengetahuan
lain.
C. Teori Need Assessment Dalam Penentuan Kebutuhan Pengetahuan
Need assessment (penilaian kebutuhan) penting untuk dilakukan,
dikarenakan untuk mengidentifikasi apa yang kelompok inginkan atau butuhkan;
apakah program yang ada atau intervensi yang sudah ada dapat memenuhi
kebutuhan mereka secara seharusnya; kelompok mana membutuhkan layanan,
dan apa yang mungkin menjadi alternatif terbaik untuk memenuhi kebutuhan
tersebut (Jacobsen dan O’Connor, 2006). Identifikasi kebutuhan menurut
Bradshaw (1972) dalam Green (2010) diantaranya adalah 1. Normative Needs
(perlu pendapat ahli untuk melihat kebutuhan masyarakat); 2.Felt Needs
47
(kebutuhan yang dirasakan oleh seorang individu dan kebutuhan tersebut dibatasi
oleh persepsi individu dan pengetahuan layanan); 3.Expressed Need (kebutuhan
yang dirasakan berubah menjadi tindakan mencari bantuan); 4.Comparative
Needs (berasal dari kebutuhan akan pelayanaan kesehatan di satu populasi dan
digunakan sebagai dasar untuk menentukan pelayanan kesehatan yang diperlukan
di area lain dengan populasi yang hampir sama).
Terdapat empat langkah dalam melakukan need assessment menurut Fretman
dan Allensworth (2010) yaitu: 1. Menentukan cakupan need assessment, 2.
Mengumpulkan data, 3.Menganalisa data dan 4. Melaporkan hasil temuan.
D. Kerangka Teori
Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, maka peneliti dapat merumuskan
beberapa landasan teori yang relevan dengan tujuan penelitian. Menurut
Bradshaw (1972) dalam Green (2010), identifikasi kebutuhan dapat dibedakan
menjadi beberapa jenis, salah satu diantaranya adalah normative needs.
Normative needs mengandung pengertian kebutuhan perlu didefinisikan oleh
para ahli. Dalam penelitian ini, kebutuhan pengetahuan terkait ASI eksklsuif
pada ibu hamil ditentukan berdasarkan Kemenkes R.I (2010b) dan Soetjiningsih
(1997). Berdasarkan landasan teori di atas, maka peneliti dapat merumuskan
kerangka teori penelitian, seperti pada gambar berikut :
48
Bagan 2.1 Kerangka Teori Penelitian
Standar Materi Pengetahuan terkait ASI eksklusif1. Kemenkes R.I (2010b)
a. ASI saja enam bulanb. Penjelasan pentingnya ASIc. Skin to Skin Contact IMDd. Kolostrume. Rawat Gabungf. Tidak diberi Susu Formulag. Perawatan Puting Susuh. Keinginan untuk menyusui
2. Soetijiningsih (1997)a. Cara Menyusui yang baikb. Cara mengatasi kesulitan dalam menyusui
Pengetahuan Ibu HamilTerkait
ASI Eksklsuif
Ada Gap Tidak ada Gap
Ada kebutuhanpengetahuan
Tidak ada kebutuhanpengetahuan
Sumber : Bradshaw (1972) dalam Green (2010), Kemenkes R.I (2010b) dan Soetjiningsih(1997)
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
gambaran kebutuhan pengetahuan pada ibu hamil terkait ASI eksklusif. Faktor
kebutuhan pengetahuan diidentifikasi dengan cara melihat adanya kesenjangan
(gap) antara penguasaan pengetahuan ibu hamil dengan standar materi pemberian
pengetahuan berdasarkan Kemenkes R.I (2010b) dan Soetjiningsih (1997).
Jumlah materi yang direkomendasikan oleh Kemenkes R.I ada delapan,
selain itu Soetjiningsih juga menambahkan dua materi penting yang harus
dikuasai oleh ibu hamil, sehingga setidaknya terdapat 10 materi yang harus
dikuasai oleh ibu hamil. Terdapat satu materi dari standar Kemenkes R.I yang
tidak diteliti yaitu materi keinginan untuk menyusui, sehingga total materi yang
termasuk dalam penelitian menjadi 9 materi saja. Hal tersebut dikarenakan
kesulitan untuk menelitinya secara kuantitatif, sementara untuk meneliti
pengetahuan ibu yang lain digunakan pendekatan kuantitatif.
Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, maka peneliti dapat merumuskan
kerangka berpikir penelitian sebagai berikut:
50
Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Pengetahuan IbuHamil terkaitASI Eksklusif
Standar Materi Pengetahuan terkait ASIeksklusif
1. Kemenkes R.I (2010b)a. ASI saja enam bulanb. Penjelasan pentingnya ASIc. Skin to Skin Contact IMD (Inisiasi
Menyusu Dini)d. Kolostrume. Rawat Gabungf. Tidak diberi Susu Formulag. Perawatan Puting Susu
2. Soetijiningsih (1997)a. Cara menyusui yang baikb. Cara mengatasi kesulitan dalam
menyusui
Kebutuhan PengetahuanTerkait ASI Eksklusif
GAP
51
B. Definisi Operasional
Tabel 3.1Definisi Operasional
No Faktor Definisi Operasional
1Pengetahuan
ibu hamil
Penguasaan materi-materi terkait ASI eksklusif seperti (ASIsaja enam bulan, penjelasan pentingnya ASI, skin to skincontact IMD, kolostrum, rawat gabung, tidak diberi susu
formula, perawatan puting susu, kesulitan dalam menyusuidan cara menyusui yang baik) yang didapatkan melalui hasil
kuesioner yang dijawab oleh ibu hamil.
2Kebutuhan
pengetahuan
Kesenjangan antara penguasaan materi terkait ASI eksklusifpada ibu hamil dengan standar materi terkait ASI eksklusifyang ditetapkan oleh Kemenkes R.I (2010) (ASI saja enambulan, penjelasan pentingnya ASI, skin to skin contact IMD,
kolostrum, rawat gabung, tidak diberi susu formula,perawatan puting susu) dan Soetjiningsih (1997) (kesulitandalam menyusui dan cara menyusui yang baik). Terdapat
dua kategori, yaitu ada kebutuhan pengetahuan dan tidak adakebutuhan pengetahuan. Kategori ada kebutuhan
pengetahuan apabila presentase penguasaan pengetahuan< 56%, sedangkan tidak ada kebutuhan pengetahuan >56%.
52
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan disain penelitian
cross sectional. Penelitian ini didukung dengan data yang diperoleh dengan
pendekatan kualitatif pada informan bidan untuk menjelaskan fenomena yang
terjadi.
Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif karena pada faktor
pengetahuan dan kebutuhan pengetahuan, dibutuhkan data yang akurat yang
dapat mengukur penguasaan dan kebutuhan akan materi terkait ASI eksklusif
pada ibu hamil. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sugiyono (2011),
bahwa pendekatan kuantitatif bertujuan untuk mendapatkan data yang akurat dan
data dapat diukur, sedangkan data yang diambil secara kualitatif, digunakan
untuk menjelaskan fenomena masih terdapatnya kebutuhan pengetahuan
sementara pemberian pengetahuan sudah dilakukan.
B. Waktu Dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Desember 2012. Lokasi penelitian
merupakan tempat dimana biasanya ibu hamil memeriksakan kehamilannya pada
saat antenatal yaitu di Poli Kesehatan Ibu (KI) yang berada di lantai 1 Puskesmas
Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan.
53
C. Populasi Dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi sasaran merupakan seluruh ibu hamil yang melakukan
kunjungan pelayanan antenatal di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan
Jakarta Selatan pada bulan September 2012 yaitu sebanyak 426.
2. Sampel Penelitian
Menurut Notoatmodjo (2002), sampel adalah sebagian yang diambil dari
keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi ini.
Setelah mengetahui jumlah populasi ibu hamil, langkah selanjutnya adalah
penentuan jumlah sampel ibu hamil. Berikut ini perhitungan jumlah sampel:
Rumus := ²
Keterangan :
n = Jumlah sampel
Z = Derajat koefisiensi pada 95% (1,96)
P = Proporsi populasi (Jika tidak diketahui = 0,5)
Q = Proporsi sisa dalam populasi (1-p)
d = Presentase kekeliruan (10%)= , ² , ,( , )n = 96.04 ~ 96 Ibu Hamil
54
Untuk mengantisipasi adanya kemungkinan hilangnya data dan
ketidaklengkapan data, maka perhitungan sampel ditambahkan 10% dari
jumlah sampel yang telah ditentukan sebelumnya.
Maka:
n = (10% X 96) + 96
n = 9,6 + 96
n = 105,6~ 106 Ibu Hamil
Setelah mengetahui jumlah sampel yang sesuai, selanjutnya adalah
menentukan teknik pemilihan sampel. Penelitian ini melakukan teknik
pemilihan secara sampling sistematis. Menurut Sugiyono (2011), sampling
sistematis merupakan teknik pemilihan sampel berdasarkan urutan dari
anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Pemilihan sampel dapat
dilakukan dengan nomor ganjil saja, genap saja, atau kelipatan dari bilangan
tertentu. Pada penelitian ini, sampel dipilih berdasarkan urutan dari bilangan
tertentu yang ada di buku register Poli KI Puskemas Kecamatan Pesanggrahan
pada bulan September. Bilangan tertentu dipilih dengan cara melakukan
undian terlebih dahulu dari bilangan 1-9 dan setelah melakukan undian,
didapatkan bilangan 2. Bilangan tersebut selanjutnya digunakan untuk
kelipatan sampel yang akan diambil (2, 4, 6....dst). Terdapat kriteria sampel
yang harus dipenuhi dalam penelitian ini, diantaranya adalah:
a. Kriteria inklusi
1) Ibu hamil yang bersedia menjadi responden
55
2) Ibu hamil yang terdaftar di buku register melakukan kunjungan
antenatal pada bulan September, usia kehamilan dibawah 33 minggu,
terpilih menjadi sampel dan datang pada saat kunjungan antenatal
bulan Oktober
b. Kriteria ekslusi
1) Ibu hamil yang tidak bersedia menjadi responden
2) Ibu hamil yang sudah melahirkan pada bulan Oktober
3) Ibu hamil yang tidak berkunjung pada bulan Oktober
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk pengumpulan data
(Notoadmodjo, 2002). Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu kuesioner, lembar observasi dan pedoman wawancara. Dapat dijelaskan
bahwa dalam penelitian ini instrumen penelitian berupa kuesioner digunakan
untuk mendapatkan data faktor pengetahuan dan kebutuhan pengetahuan ibu
hamil terkait ASI eksklusif dimana pada faktor ini digunakan pendekatan
kuantitatif. Didalam suatu penelitian, apabila instrumen yang digunakan
menggunakan kuesioner, maka terlebih dahulu kuesioner tersebut harus diuji
terlebih dahulu, oleh sebab itulah didalam penelitian ini dilakukan pengujian
kuesioner terlebih dahulu.
Pengujian kuesioner tersebut dilakukan untuk mendapatkan kuesioner yang
valid dan reliabel sehingga dapat menjawab tujuan penelitian yang akan
dilakukan. Menurut Notoatmodjo (2002), sebuah instrumen dapat dikatakan valid
apabila instrumen tersebut sebagai alat ukur dan dapat benar-benar mengukur apa
56
yang akan diukur, sedangkan reliabel artinya instrumen tersebut sebagai alat ukur
dapat memperoleh hasil ukur yang konsisten. Instrumen lain yang digunakan
selain kuesioner adalah lembar observasi dan pedoman wawancara. Observasi
dan wawancara dilakukan kepada kedua bidan yang bertugas di Poli KI
Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan. Kedua instrumen tersebut digunakan untuk
mendukung hasil penelitian dan membahas konflik masalah penelitian yakni
pemberian pengetahuan sudah diberikan, tetapi angka cakupan ASI eksklusif
masih rendah.
E. Pengumpulan Data
Didalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teknik dalam
pengumpulan data diantaranya adalah kuesioner, wawancara dan participant
observation. Berikut penjelasan masing-masing teknik:
1. Kuesioner
Untuk memperoleh data pengetahuan dan kebutuhan pengetahuan pada
ibu hamil terkait ASI eksklusif, pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan instrumen kuesioner. Menurut Sugiyono (2011), kuesioner
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya. Pada satu kuesioner penelitian ini, terdiri dari 6 pertanyaan yang
digunakan untuk mengetahui karakteristik ibu hamil dan 22 pertanyaan yang
sama yang digunakan untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil terkait ASI
eksklusif, pernah/tidak pernah mendengar pertanyaan tersebut dan jika
pernah, ibu hamil dapat menyebutkan sumber pengetahuannya. Kuesioner
57
yang digunakan dapat dilihat pada lampiran 2. Berikut ini penjelasan dari
kuesioner yang digunakan:
a. Kuesioner mengenai karakteristik ibu hamil
Kuesioner identitas ibu hamil merupakan pertanyaan yang harus diisi
oleh ibu hamil sendiri, meliputi enam pertanyaan meliputi nama, umur,
pendidikan terakhir, pekerjaan, usia kehamilan dan jumlah anak.
b. Kuesioner mengenai pengetahuan ibu hamil terkait ASI eksklusif
Kuesioner mengenai pengetahuan ibu hamil terkait ASI eksklusif ini
ditujukan sebagai tolak ukur penguasaan materi dan kebutuhan
pengetahuan akan materi tersebut pada ibu hamil. Kuesioner ini
merupakan tipe pertanyaan tertutup yang dapat dijawab oleh ibu hamil
dengan cara mengceklist () salah satu jawaban dengan kategori “benar”
atau “salah”. Instrumen telah melalui uji validitas dan reliabilitas dengan
batas nilai valid sesuai r tabel ( = 0,05, n = 20) = 0,4438. Jika r hasil
lebih besar dari r tabel, maka pertanyaan tersebut dianggap valid dan
reliabel. Hasil Uji validitas dan reliabitas dapat dilihat pada lampiran 3.
Kuesioner ini disusun berdasarkan 9 materi terkait ASI eksklusif
yang direkomendasikan oleh Kemenkes (2010b) dan Soetjiningsih (1997)
yang masing-masing materi tersebut terdiri dari satu atau beberapa item
topik yang berhubungan. Total pertanyaan untuk menayakan topik materi
tersebut pada kuesioner berjumlah 22. Berikut ini akan dijelaskan materi
terkait ASI eksklusif beserta topik nya:
58
1) Materi mengenai ASI saja enam bulan sebanyak 3 pertanyaan yaitu
pada nomor 1 (pengertian ASI eksklusif), 2 (penanganan bayi sakit)
dan 3 (pemberian Makanan Pendamping (MP) ASI).
2) Materi mengenai penjelasan pentingnya ASI sebanyak 6 pertanyaan
yaitu pada nomor 4 (waktu diberikannya ASI), 5 (manfaat ASI untuk
kebutuhan gizi bayi), 6 (manfaat ASI bagi ibu untuk menurunkan
berat badan), 7 (manfaat ASI bagi ibu untuk Keluarga Berencana), 8
(mitos perubahan bentuk payudara) dan 21 (akibat pemberian dot).
3) Materi mengenai skin to skin contact (IMD) sebanyak 1 pertanyaan
yaitu pada nomor 12 (pengertian IMD).
4) Materi mengenai kolostrum sebanyak 3 pertanyaan yaitu pada nomor
9 (pengertian kolostrum), 10 (mitos mengenai kolostrum), dan 11
(manfaat kolostrum).
5) Materi mengenai rawat gabung sebanyak 1 pertanyaan yaitu pada
nomor 18 (pengertian rawat gabung).
6) Materi mengenai tidak diberi susu formula sebanyak 2 pertanyaan
yaitu pada nomor 16 (bahaya susu formula untuk bayi) dan 17
(penanganan ibu yang belum keluar ASI).
7) Materi mengenai perawatan puting susu sebanyak 2 pertanyaan yaitu
pada nomor 14 (cara membersihkan payudara) dan 15 (bahaya
penggunaan sabun dan alkohol).
59
8) Materi mengenai cara menyusui yang baik sebanyak 2 pertanyaan
yaitu pada nomor 13 (cara memulai menyusui) dan 22 (cara
memasukkan puting susu).
9) Materi mengenai cara mengatasi kesulitan dalam menyusui sebanyak
2 pertanyaan yaitu pada nomor 19 (penanganan masalah radang
payudara dan puting lecet) dan 20 (penanganan pemberian ASI ketika
ibu bekerja).
Penilaian dilakukan dengan memberikan skor. Untuk yang menjawab
dengan benar diberikan skor 1 sedangkan untuk yang menjawab
pertanyaan tersebut dengan salah diberikan skor 0.
c. Kuesioner mengenai pernah/tidak pernah mendengar pengetahuan terkait
ASI eksklusif
Instrumen pernah/tidak pernah mendengar pengetahuan terkait ASI
eksklusif terdiri dari 22 pertanyaan yang sama yang digunakan untuk
mengukur pengetahuan ibu hamil. Instrumen ini digunakan untuk
mengetahui apakah ibu hamil pernah/tidak pernah mendengar mengenai
masing-masing pertanyaan tersebut. Instrumen ini diperlukan untuk
mengetahui peran bidan apakah berperan sebagai enebling/reinforcing
faktor. Terdapat pilihan jawaban pernah mendengar atau tidak pernah
mendengar yang dapat dipilih salah satunya oleh ibu hamil dengan cara
mengceklist ().
60
Apabila ibu hamil menjawab pernah mendengar, dapat dilanjutkan ke
kuesioner berikutnya mengenai sumber pengetahuan, sedangkan untuk
ibu hamil yang menjawab tidak pernah mendengar, tidak perlu
melanjutkan ke kuesioner sumber pengetahuan.
d. Kuesioner mengenai sumber pengetahuan terkait ASI eksklusif
Instrumen sumber pengetahuan terkait ASI eksklusif terdiri dari 22
pertanyaan yang sama yang digunakan untuk mengukur pengetahuan ibu
hamil dan merupakan lanjutan dari kuesioner pernah/tidak pernah
mendengar. Kuesioner ini selain untuk mengetahui sumber pengetahuan
serta untuk mengetahui peran bidan apakah berperan sebagai
enebling/reinforcing faktor. Apabila ibu hamil menjawab pernah
mendengar, ibu hamil wajib mengisi kuesioner sumber pengetahuan
terkait ASI eksklusif. Pada kuesioner ini, terdapat pilihan jawaban yaitu
bidan, dokter, perawat, kader, televisi, majalah, buku, suami, ibu, saudara,
tokoh agama, tokoh masyarakat dan teman. Ibu hamil dapat menceklist
() lebih dari satu pilihan jawaban.
2. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti
ingin mengetahui hal-hal dari respondennya secara lebih mendalam dan
jumlah respondennya kecil/sedikit. Wawancara ini dapat dilakukan secara
terstruktur, semi terstruktur ataupun tidak terstruktur. Ketiga cara tersebut
dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face) atau melalui telepon
61
(Sugiyono, 2011). Pada penelitian ini, wawancara dilakukan secara
terstruktur, dimana teknik ini digunakan untuk menggali lebih dalam
pemberian pengetahuan terkait ASI eksklusif yang diberikan oleh bidan.
Untuk daftar pedoman wawancara dapat dilihat pada lampiran 4.
3. Participant Observation
Menurut Sugiyono (2011), participant observation adalah suatu teknik
dimana peneliti terlibat dalam kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati
atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan
pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data,
dan ikut merasakan suka dukanya. Dalam penelitian ini, participant
observation dilakukan untuk melihat pemberian pengetahuan terkait ASI
eksklusif yang sudah dilakukan oleh bidan pada saat pelayanan antenatal.
Lembar observasi dapat dilihat pada lampiran 5.
F. Teknik Pengolahan Dan Analisis Data
1. Pengolahan Data
Pengolahan data penelitian dilakukan melalui beberapa proses yakni :
a. Editing, tahap ini merupakan kegiatan penyutingan data yang telah
terkumpul dengan cara memeriksa kelengkapan data dan kesalahan
pengisian kuesioner untuk memastikan data yang diperoleh telah
lengkap dapat dibaca dengan baik, relevan, dan konsisten.
b. Coding, setelah melakukan proses editing kemudian dilakukan
pengkodean pada setiap jawaban responden sebelum diolah dengan
62
komputer dengan tujuan untuk memudahkan dalam melakukan analisa
data.
c. Entry data, tahap ini merupakan proses memasukkan data dari
kuesioner ke dalam komputer untuk kemudian diolah dengan bantuan
perangkat lunak komputer.
d. Cleaning, proses pengecekan kembali dan pemeriksaan kesalahan pada
data yang sudah dientry untuk diperbaiki dan disesuaikan dengan data
yang telah dikumpulkan.
2. Analisis Data
Pada penelitian ini penyajian data dipaparkan secara deskriptif dengan
menghitung distribusi frekuensi dan proporsinya. Selanjutnya setelah data
tersebut diolah, akan dilakukan analisis data secara univariat dengan
menggunakan program komputer berupa SPSS 16 dan Microsoft Office.
Analisis univariat dimulai dengan diperolehnya data faktor pengetahuan ibu
hamil akan materi terkait ASI eksklusif yang direkomendasikan oleh
Kemenkes R.I (2010b) dan Soetjiningsih (1997), sementara itu faktor
kebutuhan pengetahuan merupakan turunan dari faktor pengetahuan ibu
hamil.
Dalam menentukan cakupan need assessment didasarkan pada kategori
pengetahuan yang digolongkan berdasarkan Nursalam (2008). Terdapat tiga
kategori pengetahuan menurut Nursalam (2008), yaitu: baik (>75%), sedang
(56%-75%) dan kurang (< 56%). Kategori yang ada dalam penelitian ini
hanya dua saja yaitu membutuhkan pengetahuan/tidak membutuhkan
63
pengetahuan, maka kategori sedang (56%-75%) dan baik (>75%) dijadikan
dalam satu kategori, sehingga apabila presentase ibu hamil yang menguasai
suatu topik materi sebesar >56%, maka dimasukkan ke dalam kategori tidak
membutuhkan pengetahuan akan topik tertentu terkait ASI eksklusif (tidak
ada gap antara pengetahuan dengan standar materi yang direkomendasikan
oleh Kemenkes R.I dan Soetjiningsih) sedangkan, untuk kategori kurang
(<56%) dijadikan satu kategori sendiri dan dimasukkan ke dalam kategori
membutuhkan pengetahuan akan topik tertentu terkait ASI eksklusif (ada
gap antara pengetahuan dengan standar materi yang direkomendasikan oleh
Kemenkes R.I dan Soetjiningsih).
Untuk membahas konflik masalah penelitian yakni masih rendahnya
angka cakupan ASI eksklusif yang merupakan salah satu petunjuk
pemberian pengetahuan di Puskesmas masih perlu ditingkatkan, maka dari
data kebutuhan pengetahuan tersebut, selanjutnya dapat dibahas apakah
pemberian pengetahuan yang sudah dilakukan dapat memenuhi kebutuhan
pengetahuan ibu hamil yang ada atau tidak melalui hasil yang didapatkan
dari observasi dan wawancara.
64
BAB V
HASIL
A. Gambaran Umum Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan
Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan dibangun di lokasi Jl. Cenek I no.1
Kecamatan Pesanggrahan pada tahun 2002 dan mulai beroperasi sejak tahun
2003. Sebelumnya Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan menempati lokasi di
Jl.Wijaya Kusuma no.1 bergabung dengan Puskesmas kelurahan pesanggrahan.
1. Visi dan Misi
Visi :
Menjadi Puskesmas terdepan yang menggunakan kepuasan pelanggan
melalui pelayanan prima
Misi :
a. Memberdayakan sumber daya manusia secara profesional
b. Mengembangkan sistem promosi kesehatan
c. Mengembangkan pelayanan kesehatan yang prima
d. Mengembangkan sistem informasi kesehatan
e. Menggalang kemitraan dengan sektor terkait
2. Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Pesanggrahan adalah salah satu dari sepuluh kecamatan di
wilayah Kotamadya Jakarta Selatan dengan luas wilayah seperti yang
ditetapkan dengan SK Gubernur DKI Jakarta No. 1227 Tahun 1989 yaitu
seluas 13,46 Km2. Berikut ini dapat dilihat pada Tabel 5.1 dibawah ini
65
wilayah kerja Puskesmas berdasarkan kelurahan, luas, Rukun Warga (RW)
dan Rukun Tetangga (RT):
Tabel 5.1Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Berdasarkan
Kelurahan, Luas Kelurahan, Rukun Warga (RW) dan Rukun Tetangga (RT)Tahun 2011
Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2011
Dapat dilihat pada Tabel 5.1 diatas, Kelurahan Bintaro merupakan
kelurahan yang memiliki luas paling besar serta jumlah RW dan RT terbanyak
dibandingkan dengan empat kelurahan lain yang berada di wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan.
Dari lima kelurahan tersebut kemudian dikembangkan menjadi enam
Puskesmas yaitu Puskesmas yang bertempat di: Kelurahan Petukangan Utara;
Kelurahan Petukangan Selatan; Kelurahan Pesanggrahan; Kelurahan Ulujami;
Kelurahan Bintaro; Kecamatan Pesanggrahan.
Batas-batas wilayah Kecamatan Pesanggrahan adalah sebagai berikut :
a. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat
b. Sebelah timur berbatasan dengan Sungai Pesanggrahan
c. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Rempoa, Tangerang
d. Sebelah barat berbatasan denggan Desa Pondok Betung, Tangerang
No Kelurahan Luas (Km²) RW RT1 Petukangan Utara 2.99 11 1212 Petukangan Selatan 2.11 8 853 Ulujami 1.70 8 904 Pesanggrahan 2.11 8 855 Bintaro 4.55 15 140
66
3. Kondisi Sumber Daya Manusia
Jumlah pegawai yang bertugas di Puskesmas Kecamatan maupun di
Puskesmas Kelurahan terdiri atas tenaga medis maupun tenaga non medis
yang terdiri dari dokter umum, dokter gigi, bidan, perawat gigi, ahli gizi,
sanitarian, penata rontgen, tenaga farmasi, serta tenaga administrasi. Untuk
pelayanan antenatal, jumlah sumber daya manusia yang terlibat adalah dua
orang, dan keduanya merupakan seorang bidan.
4. Struktur Organisasi
Puskesmas ini dipimpin oleh seorang kepala puskesmas. Sejak awal
berdiri, Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan dipimpin oleh :
a. dr.Hj Sri Wartirini : Tahun 1990 -1997
b. dr.Hj Indrawati Hadi : Tahun 1998 - 2000
c. dr.Hj Henny Fachrudin : Tahun 2001- 2006
d. dr.Ni Putu Sunadi : Tahun 2006 - 2011
Mulai bulan Agustus 2011-sekarang dipimpin oleh seorang dokter
bernama dr. Henni Bariah. Pelayanan antenatal pada Puskesmas ini termasuk
ke dalam program KIA. Program KIA ini dipimpin oleh Bidan Rissanti,
Amd.Keb. Petugas kesehatan yang melayani pelayanan antenatal berjumlah
dua orang, salah satu diantaranya adalah Bidan Rissanti sendiri. Struktur
organisasi dapat dilihat pada lampiran 6.
67
B. Gambaran Umum Pemberian Pengetahuan Di Puskesmas KecamatanPesanggrahan
1. Gambaran Pelaksanaan Pemberian Pengetahuan Di PuskesmasKecamatan Pesanggrahan Tahun 2012
Pada Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan, pemberian pengetahuan
terkait materi ASI eksklusif kepada ibu hamil diberikan oleh dua bidan yang
bertugas di Poli KI. Dua bidan tersebut adalah bd.x dan bd.y. Berikut ini
gambaran karakteristik kedua bidan tersebut yang dapat dilihat pada Tabel
5.2:
Tabel 5.2Gambaran Distribusi Karakteristik Bidan Berdasarkan
Usia, Pendidikan, dan Lama Bekerja Sebagai Bidan di PuskesmasKecamatan Pesanggrahatan Tahun 2012
No NamaUmur
(Tahun)Pendidikan
Lama BekerjaSebagai Bidan
(Tahun)1 Bidan X (bd.x) 35 D3 102 Bidan Y (bd.y) 54 D3 25
Pada Tabel 5.2 dapat dilihat bahwa bd. y dapat dikatakan sudah lebih
senior dibandingkan dengan bd.x dilihat dari segi umur dan lama waktu kerja
sebagai bidan. Bd.y sudah berumur 54 tahun dan sudah bekerja sebagai bidan
kurang lebih 25 tahun, sedangkan bd.x berumur 35 tahun dan sudah bekerja
sebagai bidan selama kurang lebih 10 tahun. Dari segi umur dan lama kerja
sebagai bidan, mungkin kedua bidan tersebut berbeda satu sama lain, namun
kedua bidan tersebut memiliki persamaan dari segi pendidikan. Kedua bidan
tersebut sama-sama menempuh jenjang pendidikan D3 kebidanan.
68
Pelaksanaan pemberian pengetahuan materi-materi terkait ASI eksklusif,
bertempat di Poli KI yang berada di lantai 1 Puskesmas Kecamatan
Pesanggrahan. Tujuan diadakannya pemberian pengetahuan terkait ASI
eksklusif ini kepada ibu hamil adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan
kepercayaan diri ibu hamil agar dapat memberikan ASI secara eksklusif
kepada bayinya kelak.
Terdapat pembagian tugas antara kedua bidan tersebut dalam
memberikan materi pengetahuan terkait ASI eksklusif kepada ibu hamil
secara langsung. Salah satu bidan (bd.y), bertugas untuk menyampaikan
materi perawatan puting susu, dan bidan yang lain (bd.x), bertugas untuk
menyampaikan materi seperti pengertian ASI eksklusif, manfaat ASI
eksklusif, MP-ASI, IMD, kolostrum, bagaimana cara sukses dalam
menyusui, posisi badan ibu dan bayi ketika menyusui serta tanda-tanda
menyusui yang benar.
Pembagian tugas pemberian materi pengetahuan ini dimaksudkan karena
pemberian pengetahuan ada yang dilakukan dengan pendekatan perseorangan
dan juga ada yang dilakukan dengan pendekatan berkelompok. Pada materi
perawatan puting susu, bidan (bd.y) yang bertugas untuk memberikan materi
tersebut melakukan pendekatan secara perseorangan, sedangkan materi
lainnya disampaikan oleh bidan yang berbeda (bd.x) dengan pendekatan
berkelompok.
Perbedaan tersebut dikarenakan pada saat pemberian materi mengenai
perawatan puting susu, bidan yang bertugas sekaligus mengecek payudara
69
dari ibu hamil tersebut sehingga butuh ruang yang tertutup untuk
memeriksakannya dan lebih nyaman jika dilakukan secara perorangan.
Biasanya materi ini diberikan kepada ibu hamil yang sudah memasuki
trimester III saja.
Pemberian pengetahuan secara perseorangan ini tidak menggunakan
media yang dapat membantu bidan dalam memberikan pengetahuan.
Pemberian pengetahuan hanya diberikan secara lisan saja kepada ibu hamil
trimester III yang melakukan kunjungan antenatal ke Puskesmas.
Berbeda dengan pemberian pengetahuan secara perseorangan, pada
pemberian materi selain perawatan puting susu (pengertian ASI eksklusif,
manfaat ASI eksklusif, MP-ASI, IMD, kolostrum, perawatan puting susu,
bagaimana cara sukses dalam menyusui, posisi badan ibu dan bayi ketika
menyusui serta tanda-tanda menyusui yang benar) dilakukan oleh bd. x
dengan cara berkelompok yaitu dikumpulkan terlebih dahulu ibu hamil yang
datang melakukan kunjungan antenatal hingga membentuk suatu kelompok
ibu hamil barulah diberikan pemberian pengetahuan terkait ASI eksklusif,
setelah pemberian pengetahuan selesai, barulah pemeriksaan dimulai. Waktu
yang dibutuhkan untuk memberikan pengetahuan sekitar satu jam, sedangkan
untuk waktu pelayanan 4 jam, yaitu dari Pukul 08.00-12.00 WIB. Rata-rata
ibu hamil yang datang berkunjung adalah 20 orang. Waktu yang diperlukan
untuk memeriksakan satu pasien ibu hamil (10T) adalah 15-20 menit. Jika
jumlah rata-rata ibu hamil dikalikan 20 menit maka kira-kira dibutuhkan
waktu sekitar 400 menit dalam satu hari pelayanan. Jika 400 menit tersebut
70
dibagi dengan jumlah bidan yang bertugas, dapat diartikan bahwa satu bidan
memiliki waktu sekitar 200 menit untuk memeriksakan ibu hamil yang
datang berkunjung hari itu.
Pemberian pengetahuan secara berkelompok ini menggunakan media
yang dapat membantu bidan dalam memberikan pengetahuan. Media tersebut
diantaranya adalah leaflet, lembar balik dan alat peraga. Leaflet digunakan
untuk memandu ibu hamil agar tidak ketinggalan materi pengetahuan yang
sedang diberikan, serta mudah dibawa dan dapat dibaca kembali nanti,
sedangkan untuk lembar balik untuk menunjukkan materi yang mau
disampaikan serta untuk alat peraga, alat ini digunakan untuk menjelaskan
materi yang sulit dipahami apabila tidak dipraktekkan, salah satu materi yang
menggunakan alat peraga adalah pada materi bagaimana cara menyusui yang
baik. Alat peraga tersebut berupa bantalan yang meyerupai payudara,
sehingga diharapkan ibu-ibu hamil dapat memahami materi tersebut dengan
baik. Untuk meyakinkan ada/tidaknya alat peraga tersebut, juga dilakukan
observasi. Alat peraga yang digunakan, dapat dilihat pada lampiran 7.
Pada tengah-tengah pemberian pengetahuan, biasanya bidan juga
mengajak ibu-ibu hamil untuk mengutarakan pendapat terhadap materi yang
sedang disampaikan, selain itu, diakhir pemberian pengetahuan juga
diberikan waktu untuk sesi tanya jawab apabila masih terdapat pertanyaan
yang belum dimengerti oleh ibu hamil. Pemberian pengetahuan secara
berkelompok ini biasanya dilakukan minimal satu kali dalam sebulan.
71
Pemberian pengetahuan terkait ASI eksklusif di Puskesmas ini bukan
hanya dilakukan dengan cara penyuluhan (perorangan atau berkelompok),
tetapi juga melalui poster terkait ASI eksklusif. Poster ditempatkan di dalam
ruang KI agar ibu hamil dapat melihatnya. Hal tersebut merupakan upaya
tambahan yang dilakukan oleh Puskesmas dalam rangka meningkatkan
cakupan ASI eksklusif di wilayah kerjanya.
Upaya pemberian pengetahuan baik secara perseorangan, berkelompok
maupun poster, merupakan suatu kegiatan yang digunakan oleh Puskesmas
untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil khususnya pengetahuan terkait
ASI eksklusif. Kegiatan pemberian pengetahuan ini diakui bidan dapat
terlaksana karena adanya dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) yang
berasal dari pemerintah. Dana BOK merupakan bantuan dana dari
Pemerintah Pusat melalui Kemenkes R.I kepada Pemerintah Daerah untuk
membiayai kegiatan promosi kesehatan yang ada di Puskesmas.
2. Gambaran Materi Pemberian Pengetahuan Terkait ASI Eksklusif
Materi terkait ASI eksklusif yang diberikan kepada ibu hamil,
diantaranya adalah materi mengenai pengertian ASI eksklusif, manfaat ASI
eksklusif, MP-ASI, IMD, kolostrum, perawatan puting susu, bagaimana cara
sukses dalam menyusui, posisi badan ibu dan bayi ketika menyusui serta
tanda-tanda menyusui yang benar. Terlepas dari materi yang telah diberikan
oleh bidan kepada ibu hamil terkait materi ASI eksklusif, sebenarnya, jika
dibandingkan dengan rekomendasi yang dikeluarkan oleh Kemenkes R.I
72
(2010b) dan Soetjiningsih (1997), masih terdapat kekurangan dimana ada
beberapa materi yang tidak diberikan kepada ibu hamil.
Materi terkait ASI eksklusif yang diberikan oleh bidan, diakui oleh bd.x
berpegang pada pedoman materi yang diberikan oleh Dinas Kesehatan dan
MercyCorps (lembaga swadaya masyarakat yang salah satu kegiatannya
berkaitan dengan ASI eksklusif). Terdapat berbagai macam materi yang
terdapat dalam pedoman materi tersebut, namun diakui oleh bd.x, beliau
menggabungkan materi-materi terkait ASI eksklusif tersebut lalu baru materi
tersebut diberikan kepada ibu hamil.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan pada saat penelitian,
ditemukan hasil bd. x memang memberikan pengetahuan, yaitu sebanyak
satu kali, sedangkan bd.y memberikan pengetahuan, yaitu sebanyak tiga kali.
Hasil observasi dapat dilihat pada lampiran 8. Untuk melihat gambaran topik
materi yang telah diberikan oleh bidan, peneliti menggunakan teknik
observasi dan wawancara. Berikut ini akan dideskripsikan hasil dari
observasi dan wawancara yang dapat dilihat pada Tabel 5.3 di bawah ini:
Tabel 5.3Hasil Observasi dan Wawancara Terhadap Materi Pemberian PengetahuanTerkait ASI eksklusif Oleh Bidan di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan
Tahun 2012
Materi Topik MateriPemberi
Pengetahuan
HasilObservasi
HasilWawancar
a
ASI sajaenam bulan
Pengertian ASIeksklusif
Bd.x
Penanganan bayi sakit - - -Pemberian MP-ASI Bd.x
Keterangan : Materi yang Diberikan ()
73
Lanjutan Tabel 5.3Hasil Observasi dan Wawancara Terhadap Materi Pemberian PengetahuanTerkait ASI eksklusif Oleh Bidan di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan
Tahun 2012
Materi Topik MateriPemberi
PengetahuanHasil
ObservasiHasil
Wawancara
PenjelasanPentingnya
ASI
Waktu diberikannya ASIManfaat ASI untuk
kebutuhan gizi bayiManfaat ASI bagi ibu
untuk menurunkanberat badan
Manfaat ASI bagi ibuuntuk KB
Mitos Perubahan bentukpayudara
Akibat pemberian dot
Bd.x
Bd.x
-
Bd.x-
-
-
-
-
-
-
-Skin to skin
contact(IMD)
Pengertian IMD Bd.x
KolostrumPengertian kolostrum Bd.x Mitos Kolostrum Bd.x Manfaat kolostrum Bd.x
Rawatgabung
Pengertian rawat gabung - - -
Tidakdiberi susu
formula
Bahaya susu formula bagibayi
- - -
Penanganan ibu yangbelum keluar ASI
- - -
Perawatanputing susu
Cara membersihkanpayudara
Bd.y
Bahaya penggunaansabun dan alkohol
- - -
Caramengatasikesulitanmenyusui
Penanganan masalahradang payudara danputing lecet
- - -
Penanganan pemberianASI ketika ibu bekerja
- - -
Caramenyusuiyang baik
Cara memulai menyusui Bd.x Cara memasukkan puting
susuBd.x
Keterangan : Materi yang Diberikan ()
74
Dari Tabel 5.3 diatas, dapat dilihat bahwa masih terdapat topik materi
yang belum diberikan kepada ibu hamil. Berikut ini akan dijelaskan masing-
masing topik materi terkait ASI eksklusif yang tidak diberikan oleh bidan
berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan:
a. ASI Saja Enam Bulan
Pada materi mengenai ASI saja enam bulan, terdapat 3 item topik
materi. Hasil yang didapat melalui observasi, menunjukkan hasil bahwa
bidan tidak memberikan satu topik dari materi mengenai ASI saja enam
bulan. Satu topik tersebut mengenai penanganan bayi sakit. Ketika
dikonfirmasi melalui wawancara kepada bd.x, bd x menyebutkan, alasan
tidak memberikan materi ini adalah karena harus dilihat terlebih dahulu
penyebab sakitnya bayi tersebut. Bd.x tidak mau sembarangan untuk
memberikan pengetahuan tersebut pada saat penyuluhan.
b. Penjelasan Pentingnya ASI
Pada materi mengenai penjelasan pentingnya ASI, terdapat 6 item
topik materi. Hasil yang didapat melalui observasi dan wawancara,
keduanya menunjukkan hasil bahwa bidan tidak memberikan tiga topik
terkait materi penjelasan pentingnya ASI. Ketiga topik tersebut
diantaranya adalah mengenai manfaat ASI bagi ibu untuk menurunkan
berat badan, mitos perubahan bentuk payudara dan akibat pemberian dot.
Ketika dikonfirmasi melalui wawancara, bd x memberikan tanggapan
bahwa bidan baru akan memberikan materi pentingnya penjelasan ASI
pada topik manfaat ASI bagi ibu untuk menurunkan berat badan, mitos
75
perubahan bentuk payudara dan akibat pemberian dot, pada saat ada ibu
hamil yang bertanya saja.
c. Rawat Gabung
Pada materi mengenai rawat gabung hanya terdapat 1 item topik yang
materi. Dari hasil yang didapat melalui observasi dan wawancara,
keduanya menunjukkan hasil bahwa bidan tidak memberikan materi
mengenai topik pengertian rawat gabung. Ketika dikonfirmasi melalui
wawancara, bd x memberikan tanggapan bahwa bidan mempercayai
bahwa pada seluruh rumah sakit dan puskesmas sudah melakukan rawat
gabung sehingga materi ini tidak perlu diberikan lagi kepada ibu hamil.
d. Tidak Diberi Susu Formula
Pada materi mengenai tidak diberi susu formula, terdapat 2 item topik
materi. Hasil yang didapat melalui observasi dan wawancara, keduanya
menunjukkan hasil bahwa bidan tidak memberikan kedua topik yang
termasuk di dalam materi tidak diberi susu formula. Ketika dikonfirmasi
melalui wawancara, bd x memberikan tanggapan bahwa bidan tidak
memberikan materi pada topik bahaya susu formula bagi bayi dan
penanganan ibu yang belum keluar ASI dikarenakan terkait dengan
peraturan pemerintah yang melarang untuk memberikan materi mengenai
susu formula. Bidan hanya memberikan materi bahwa ASI ekslusif lebih
baik dari pada susu fomula, tetapi tidak menjelaskan bahaya dari susu
formula tersebut apabila diberikan kepada bayi usia 0-6 bulan.
76
e. Perawatan Puting Susu
Materi perawatan puting susu ini agak berbeda dengan materi-materi
yang lain. Hal tersebut karena materi perawatan puting susu diberikan
oleh bd.y dan ditujukan hanya untuk ibu hamil yang sudah menginjak usia
kehamilan antara 28 minggu ke atas pada saat melakukan kunjungan
antenatal. Hal tersebut berbeda dengan materi lainnya yang diberikan oleh
bd.x. Pada materi mengenai perawatan puting susu, terdapat 2 item topik
yang seharusnya dikuasai oleh ibu hamil.
Hasil yang didapat melalui observasi dan wawancara, menunjukkan
bahwa bidan tidak memberikan satu topik materi. Bidan tidak
memberikan topik mengenai bahaya penggunaan sabun dan alkohol.
Ketika dikonfirmasi melalui wawancara, bd y memberikan tanggapan
bahwa memang bidan tidak memberikan materi mengenai perawatan
puting susu kepada ibu hamil pada topik bahaya penggunaan sabun dan
alkohol. Bd.y juga mengungkapkan bahwa materi untuk perawatan puting
susu yang beliau berikan hanya seputar massage payudara saja dan cara
membersihkan payudara dengan air hangat.
Pada materi mengenai perawatan puting susu pada topik cara
membersihkan payudara, saat observasi sebenarnya didapatkan hasil
memang diberikan kepada ibu hamil, namun pemberian materi ini tidak
rutin setiap hari dilakukan oleh bd.y kepada ibu hamil yang sudah
menginjak usia kehamilan 28 minggu ke atas, sehingga tidak semua ibu
hamil yang sudah menginjak usia kehamilan 28 minggu ke atas (trimester
77
III) yang datang untuk melakukan kunjungan antenatal mendapatkan
topik materi tersebut.
Bd.y mengungkapkan alasan mengapa terkadang tidak memberikan
materi perawatan puting susu item topik mengenai cara membersihkan
payudara dikarenakan banyaknya pasien yang melakukan kunjungan,
sehingga bd.y terkadang tidak dapat memberikan topik materi tersebut.
f. Cara Mengatasi Kesulitan Menyusui
Pada materi mengenai mengatasi kesulitan menyusui, terdapat 2 item
topik materi. Hasil yang didapat melalui observasi dan wawancara, kedua
nya menunjukkan hasil bahwa bidan tidak memberikan dua topik yang
termasuk dalam materi tidak diberikannya susu formula. Bidan tidak
memberikan kedua topik materi tersebut yaitu pada topik penanganan
masalah radang payudara dan puting lecet serta penanganan pemberian
ASI ketika ibu bekerja, dengan alasan karena bidan menganggap kedua
topik tersebut lebih baik diberikan pada saat ibu tersebut sudah
melahirkan saja bukan pada saat ibu tersebut hamil.
C. Analisis Univariat
1. Gambaran Karakteristik Ibu Hamil
Sampel dalam penelitian ini berjumlah 106 ibu hamil, namun
dikarenakan 10 ibu hamil termasuk dalam kriteria eksklusi, maka jumlah
sampel penelitian saat ini menjadi 96 ibu hamil. Berikut ini akan
digambarkan karakteristik ibu hamil berdasarkan usia, usia kehamilan,
78
jumlah anak, pendidikan terakhir dan pekerjaan yang dapat dilihat pada
Tabel 5.4 di bawah ini:
Tabel 5.4Gambaran Distribusi Karakteristik Ibu Hamil Berdasarkan Usia, Usia
Kehamilan, Jumlah Anak, Pendidikan Terakhir dan Pekerjaan di PuskesmasKecamatan Pesanggrahatan Tahun 2012
No Karakteristik Ibu Hamil F %1 Usia
<20 Tahun20-34 Tahun>35 TahunTotal
7672296
7.369.822.9100
2 Usia Kehamilan14-27 Minggu>28 MingguTotal
544296
56.243.8100
3
3
Jumlah Anak012345Total
323520621
96
33.336.520.86.22.11.0100
4 Pendidikan TerakhirTidak SekolahTamat SDTamat SMPTamat SMAPTTotal
07
25613
96
07.3
26.063.53.1100
5 PekerjaanPNS/ABRIPegawaiSwasta/BUMNWiraswasta/PedagangIbu Rumah TanggaMahasiswa/Tidak BekerjaPensiunanDll.........Total
0118
77000
96
011.58.3
80.2000
100
Menurut Tabel 5.4 di atas, gambaran distribusi karakteristik ibu
hamil berdasarkan usia diantaranya adalah ibu hamil yang ber usia kurang
79
20 tahun sebanyak 7 orang (7.3%), usia 20-34 tahun sebanyak 67 orang
(69.8%) dan usia > 35 tahun sebanyak 22 orang (17.2%). Dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar ibu hamil ber usia antara 20-34 tahun.
Berdasarkan usia kehamilan, ibu hamil dengan usia kehamilan 14-27
minggu sebanyak 54 orang (56.2%), sedangkan ibu hamil dengan usia
kehamilan >28 minggu sebanyak 42 orang (43.8%). Dapat disimpulkan
bahwa ibu hamil yang dijadikan responden dengan usia kehamilan 14-27
minggu lebih banyak dibandingkan dengan ibu hamil dengan usia
kehamilan >28 minggu.
Berdasarkan jumlah anak, ibu hamil yang belum memiliki anak
sebanyak 32 orang (33.3%), yang memiliki 1 anak sebanyak 35 orang
(36.5%), 2 anak sebanyak 20 orang (20.8%), 3 anak sebanyak 6 orang
(6.2%), 4 anak sebanyak 2 orang (2.1%) dan 5 anak sebanyak 1 orang
(1.0%). Dapat disimpulkan hampir sebagian ibu hamil sudah memiliki 1
anak.
Berdasarkan pendidikan terakhir, tidak ditemukan ibu hamil yang
tidak sekolah, sedangkan untuk yang tamat SD sebanyak 7 orang (7.3%),
tamat SMP sebanyak 25 orang (26.0%), tamat SMA sebanyak 61 orang
(63.5%) dan PT sebanyak 3 orang (3.1%). Dapat disimpulkan bahwa
sebagian besar ibu hamil telah mengenyam pendidikan dan merupakan
tamatan SMA.
Berdasarkan pekerjaan, tidak ditemukan ibu hamil yang bekerja
sebagai PNS/ABRI, mahasiswa/tidak bekerja dan pensiunan. Hampir
80
sebagian besar ibu hamil merupakan ibu rumah tangga sebanyak 77 orang
(80.2%), dan sisanya bekerja sebagai pegawai swasta/BUMN sebanyak
11 orang (11.5%) dan wiraswasta/pedagang sebanyak 8 orang (8.3%).
2. Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Terkait ASI Eksklusif
Pengetahuan ibu hamil yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan
penguasaan materi terkait ASI eksklusif yang terdiri dari sembilan item
materi seperti materi ASI saja enam bulan; penjelasan pentingnya ASI; skin
to skin contact untuk IMD; kolostrum; rawat gabung; tidak diberi susu
formula; perawatan puting susu; cara mengatasi kesulitan dalam menyusui
dan cara menyusui yang baik. Masing-masing materi terdiri dari satu atau
beberapa item topik yang berhubungan. Total item topik adalah 22 item.
Berikut ini gambaran pengetahuan terkait ASI eksklusif pada ibu hamil di
Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan berdasarkan 9 materi terkait ASI
eksklusif yang direkomendasikan oleh Kemenkes R.I (2010b) dan
Soetjiningsih (1997):
a. ASI Saja Enam Bulan
Pada materi ASI saja enam bulan, terdiri dari tiga item topik materi.
Berikut ini dapat dilihat pada Tabel 5.5 gambaran pengetahuan tiga topik
terkait materi ASI saja enam bulan pada ibu hamil:
81
Tabel 5.5Gambaran Pengetahuan Terkait Materi ASI Saja Enam Bulan Pada Ibu
Hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2012 (n=96)
Dari Tabel 5.5 diatas, dapat dilihat bahwa mayoritas ibu hamil telah
menguasai materi ASI saja enam bulan pada topik materi mengenai
pengertian ASI eksklusif, yaitu sebanyak 93 ibu hamil (96.9%) dan
pemberian MP-ASI, yaitu sebanyak 76 ibu hamil (79.3%), sedangkan
pada topik materi penanganan bayi sakit, mayoritas ibu hamil belum
menguasai topik materi ini. Hal tersebut terbukti dari jumlah dan
presentase yang hanya 28 ibu hamil (29.2%) saja yang dapat menguasai
topik materi ini.
b. Penjelasan Pentignya ASI
Pada materi penjelasan pentingnya ASI, terdiri dari enam item topik
materi. Berikut ini dapat dilihat pada Tabel 5.6 gambaran pengetahuan
enam topik terkait materi penjelasan pentingnya ASI pada ibu hamil:
Topik Materi F %
ASI Saja Enam BulanPengertian ASI eksklusifPenanganan bayi sakitPemberian MP-ASI
932876
96.929.279.3
82
Tabel 5.6Gambaran Pengetahuan Terkait Materi Penjelasan Pentingnya ASI PadaIbu Hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2012 (n=96)
Dari Tabel 5.6 diatas, dapat dilihat bahwa mayoritas ibu hamil telah
menguasai materi penjelasan pentingnya ASI pada topik materi mengenai
manfaat ASI untuk kebutuhan gizi bayi yaitu sebanyak 62 ibu hamil
(67.4%), manfaat ASI bagi ibu untuk KB sebanyak 66 ibu hamil (66.8%),
dan akibat pemberian dot sebanyak 70 (72.9%), sedangkan pada topik
materi mengenai waktu diberikannya ASI, manfaat ASI bagi ibu untuk
menurunkan berat badan dan mitos perubahan bentuk payudara, mayoritas
ibu hamil belum menguasai ketiga materi tersebut. Hal tersebut terbukti
dari jumlah dan presentase dari ketiga topik materi tersebut yang masing-
masing hanya sebanyak 46 ibu hamil (47.9%), 45 ibu hamil (46.9%) dan
29 ibu hamil (30.2%) saja yang telah menguasai topik materi ini.
c. Skin to Skin Contact (IMD)
Penguasaan materi pengetahuan selanjutnya yang akan dibahas adalah
mengenai skin to skin contact (IMD). Materi ini hanya terdiri dari satu
Topik Materi F %
Penjelasan pentingnya ASIWaktu diberikannya ASIManfaat ASI untuk kebutuhan gizi bayiManfaat ASI bagi ibu untuk menurunkan
berat badanManfaat ASI bagi ibu untuk KBMitos perubahan bentuk payudaraAkibat pemberian dot
466245
662970
47.967.446.9
66.830.272.9
83
topik. Berikut ini dapat dilihat pada Tabel 5.7 gambaran pengetahuan
terkait materi Skin to Skin Contact (IMD) pada ibu hamil :
Tabel 5.7Gambaran Pengetahuan Terkait Materi Skin to Skin Contact (IMD) PadaIbu Hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2012 (n=96)
Dari Tabel 5.7 diatas, dapat dilihat bahwa mayoritas ibu hamil telah
menguasai materi skin to skin contact (IMD) pada topik materi mengenai
pengertian IMD yaitu sebanyak 77 ibu hamil (80.2%).
d. Kolostrum
Pada materi mengenai kolostrum, terdiri dari tiga item topik materi.
Berikut ini dapat dilihat pada Tabel 5.8 gambaran pengetahuan tiga topik
terkait materi kolostrum:
Tabel 5.8Gambaran Pengetahuan Terkait Materi Kolostrum Pada Ibu Hamil di
Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2012 (n=96)
Dari Tabel 5.8 diatas, dapat dilihat bahwa mayoritas ibu hamil telah
menguasai materi kolostrum pada topik materi mengenai mitos kolostrum
harus dibuang yaitu sebanyak 67 ibu hamil (69.8%) dan manfaat
Topik Materi F %
Skin to Skin Contact (IMD)Pengertian IMD 77 80.2
Topik Materi F %
KolostrumPengertian kolostrumMitos kolostrum harus dibuangManfaat kolostrum
386773
39.669.876.0
84
kolostrum sebanyak 73 ibu hamil (76.0%), sedangkan pada topik materi
mengenai pengertian kolostrum, mayoritas ibu hamil belum menguasai.
Hal tersebut terbukti dari jumlah dan presentase yang hanya sebanyak 38
ibu hamil (39.6%) saja yang telah menguasai topik materi ini.
e. Rawat Gabung
Materi selanjutnya yang akan dibahas merupakan materi mengenai
rawat gabung. Materi ini terdiri dari satu topik saja. Berikut ini dapat
dilihat pada Tabel 5.9 gambaran pengetahuan terkait materi rawat gabung
pada ibu hamil :
Tabel 5.9Gambaran Pengetahuan Terkait Materi Rawat Gabung Pada Ibu Hamil di
Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2012 (n=96)
Dari Tabel 5.9 diatas, dapat dilihat bahwa mayoritas ibu hamil belum
menguasai topik materi mengenai pengertian rawat gabung. Hal tersebut
dapat dilihat dari jumlah dan presentase yang hanya sebanyak 44 ibu
hamil (45.8%) saja yang menguasai topik materi ini.
f. Tidak Diberi Susu Formula
Pada materi pengetahuan mengenai tidak diberi susu formula, terdiri
dari dua topik materi. Berikut ini dapat dilihat pada Tabel 5.10 gambaran
Topik Materi F %
Rawat gabungPengertian rawat gabung 44 45.8
85
pengetahuan dua topik terkait materi tidak diberi susu formula pada ibu
hamil :
Tabel 5.10Gambaran Pengetahuan Terkait Materi Tidak Diberi Susu Formula PadaIbu Hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2012 (n=96)
Dari Tabel 5.10 diatas, dapat dilihat bahwa mayoritas ibu hamil telah
menguasai materi tidak diberi susu formula pada topik materi mengenai
bahaya susu formula untuk bayi yaitu sebanyak 56 ibu hamil (58.3%),
sedangkan pada topik materi mengenai penanganan ibu yang belum keluar
ASI, mayoritas ibu hamil belum menguasainya. Hal tersebut terbukti dari
jumlah dan presentase yang hanya sebanyak 10 ibu hamil (10.4%) saja
yang telah menguasai topik materi ini.
g. Perawatan Puting susu
Penguasaan materi pengetahuan selanjutnya yang akan dibahas adalah
mengenai perawatan puting susu. Materi ini terdiri dari dua topik materi.
Berikut ini dapat dilihat pada Tabel 5.11 gambaran pengetahuan dua topik
terkait materi perawatan puting susu:
Topik Materi F %
Tidak Diberi Susu FormulaBahaya susu formula untuk bayiPenanganan ibu yang belum keluar ASI
5610
58.310.4
86
Tabel 5.11Gambaran Pengetahuan Terkait Materi Perawatan Puting Susu Pada Ibu
Hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2012 (n=96)
Dari Tabel 5.11 diatas, dapat dilihat bahwa mayoritas ibu hamil telah
menguasai materi perawatan puting susu pada topik materi mengenai cara
membersihkan payudara yaitu sebanyak 88 ibu hamil (91.7%), sedangkan
pada topik materi mengenai bahaya penggunaan sabun dan alkohol,
mayoritas ibu hamil belum menguasainya. Hal tersebut terbukti dari
jumlah dan presentase yang hanya sebanyak 43 ibu hamil (44.8%) saja
yang telah menguasai topik materi ini.
h. Kesulitan Dalam Menyusui
Pada materi pengetahuan mengenai cara mengatasi kesulitan dalam
menyusui, terdiri dari dua topik materi. Berikut ini dapat dilihat pada
Tabel 5.12 gambaran pengetahuan dua topik terkait materi kesulitan dalam
menyusui pada ibu hamil :
Tabel 5.12Gambaran Pengetahuan Terkait Materi Kesulitan Dalam Menyusui PadaIbu Hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2012 (n=96)
Topik Materi F %
Perawatan Puting SusuCara membersihkan payudaraBahaya penggunaan sabun dan alkohol
8843
91.744.8
Topik Materi F %
Kesulitan MenyusuiPenanganan masalah radang payudara 38 39.6
Penanganan pemberian ASI ketika ibubekerja
45 46.9
87
Dari Tabel 5.12 diatas, dapat dilihat bahwa ibu hamil belum
menguasai kedua topik materi yang termasuk dalam materi kesulitan
menyusui. Pada topik materi mengenai penanganan masalah radang
payudara dan puting lecet, hanya 38 ibu hamil (39.6%) saja yang dapat
menguasai topik materi ini. Penguasan yang kurang juga terjadi pada topik
materi lain mengenai penanganan pemberian ASI ketika ibu bekerja
dengan jumlah dan presentase ibu hamil yaitu sebanyak 45 ibu hamil
(46.9%) saja yang dapat menguasai topik materi ini.
i. Cara Menyusui yang Baik
Pada materi pengetahuan mengenai cara menyusui yang baik, terdiri
dari dua topik materi. Berikut ini dapat dilihat pada Tabel 5.13 gambaran
pengetahuan dua topik terkait materi cara menyusui yang baik pada ibu
hamil :
Tabel 5.13Gambaran Pengetahuan Terkait Materi Cara Menyusui yang Baik PadaIbu Hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2012 (n=96)
Dari Tabel 5.13 diatas, dapat dilihat bahwa mayoritas ibu hamil telah
menguasai kedua topik materi mengenai cara menyusui yang baik. Pada
topik materi mengenai cara memulai menyusui yaitu sebanyak 87 ibu
Topik Materi F %
Cara Menyusui Yang BaikCara memulai menyusuiCara memasukkan puting susu
8772
90.675.0
88
hamil (90.6%), sedangkan pada topik materi cara memasukkan puting
susu, yaitu sebanyak 72 ibu hamil (75.0%).
3. Gambaran Kesenjangan Antara Pengetahuan Ibu Hamil DenganStandar Pengetahuan Yang Seharusnya Dimiliki Terkait ASI Eksklusif
Dalam penelitian ini, akan diidentifikasi kebutuhan pengetahuan berupa
kesenjangan (gap) antara penguasaan materi terkait ASI eksklusif pada ibu
hamil dengan standar pengetahuan yang direkomendasikan oleh Kemenkes
R.I (2010b) dan Soetjiningsih (1997). Cakupan suatu materi dianggap
sebagai suatu kebutuhan pengetahuan adalah apabila presentase penguasaan
materi < 56%. Berikut ini akan ditunjukkan pada Tabel 5.14 hasil data yang
telah didapatkan:
Tabel 5.14Hasil Kesenjangan (Gap) Antara Pengetahuan Ibu Hamil Dengan Standar
Materi Terkait ASI Eksklusif Oleh Kemenkes R.I (2010b) dan Soetjiningsih(1997) (n=96)
MateriPenguasaan Ada
Kebutuhan(<56%)
MateriF %
ASI Saja Enam BulanPengertian ASI eksklusifPenanganan bayi sakitPemberian MP-ASI
932876
96.929.279.3
--
Penjelasan pentingnya ASIWaktu diberikannya ASIManfaat ASI untuk kebutuhan gizi bayiManfaat ASI bagi ibu untuk menurunkan
berat badanManfaat ASI bagi ibu untuk KBMitos perubahan bentuk payudaraAkibat pemberian dot
466245
662970
47.967.446.9
66.830.272.9
-
--
Skin to Skin Contact (IMD)Pengertian IMD 77 80.2 -
Ket: () Topik Materi dibutuhkan
89
Lanjutan Tabel 5.14Hasil Kesenjangan (Gap) Antara Pengetahuan Ibu Hamil Dengan Standar
Materi Terkait ASI Ekslklusif Oleh Kemenkes R.I (2010b) dan Sotjiningsih(1997) (n=96)
MateriPenguasaan Ada
Kebutuhan(<56%)
MateriF %
KolostrumPengertian kolostrumMitos kolostrum harus dibuangManfaat kolostrum
386773
39.669.876.0
--
Rawat gabungPengertian rawat gabung 44 45.8
Tidak Diberi Susu FormulaBahaya susu formula bagi bayiPenanganan ibu yang belum keluar ASI
5610
58.310.4
-
Perawatan Puting SusuCara membersihkan payudaraBahaya penggunaan sabun dan alkohol
8843
91.744.8
-
Cara Mengatasi Kesulitan dalam MenyusuiPenanganan masalah radang payudara dan
puting lecetPenanganan pemberian ASI ketika ibu bekerja
38
45
39.6
46.9
Cara Menyusui Yang Baik
Cara memulai menyusuiCara memasukkan puting susu
8772
90.675.0
--
Ket: () Materi dibutuhkan
Dapat dilihat pada Tabel 5.14 di atas, materi terkait ASI eksklusif yang
masih dibutuhkan diantaranya adalah materi terkait ASI saja enam bulan
pada topik penanganan bayi sakit, materi penjelasan pentingnya ASI pada
topik waktu diberikannya ASI, topik manfaat ASI bagi ibu untuk
menurunkan berat badan serta mitos perubahan bentuk payudara.
Pada materi terkait kolostrum pada topik pengertian kolostrum, materi
terkait perawatan puting susu pada topik bahaya penggunaan sabun dan
alkohol, materi terkait tidak diberi susu formula pada topik penanganan ibu
yang belum keluar ASI, materi terkait rawat gabung pada topik pengertian
90
rawat gabung serta materi terkait mengatasi kesulitan menyusui pada topik
penanganan masalah radang payudara dan puting lecet serta penanganan
pemberian ASI ketika ibu bekerja. Dapat disimpulkan bahwa, masih terdapat
kesenjangan antara topik materi yang telah disebutkan diatas terhadap
standar pengetahuan, sehingga dapat dikatakan bahwa topik materi tersebut
masih merupakan suatu kebutuhan pengetahuan bagi ibu hamil yang belum
terpenuhi.
4. Gambaran Sumber Pengetahuan Terkait ASI Eksklusif Pada Ibu hamil
Pengambilan data sumber pengetahuan ditujukan untuk mengetahui
darimana saja pengetahuan yang didapat selama ini pada ibu hamil.
Pendeskripsian dimulai dengan hasil pernah/tidak pernah mendengar materi-
materi terkait ASI eksklusif yang dilanjutkan dengan hasil sumber
pengetahuan namun, terlebih dahulu akan dipaparkan hasil pernah/tidak
mendengar materi terkait ASI eksklusif pada ibu hamil yang dapat dilihat
pada Tabel 5.15 dibawah ini :
Tabel 5.15Hasil Pernah/Tidak Pernah Mendengar Materi Terkait ASI Eksklusif
Pada Ibu Hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta SelatanTahun 2012 (n=96)
MateriTidak PernahMendengarF %
ASI Saja Enam BulanPengertian ASI eksklusifPenanganan bayi sakitPemberian MP-ASI
9516
9.453.16.2
Penjelasan pentingnya ASIWaktu diberikannya ASIManfaat ASI untuk kebutuhan gizi bayiManfaat ASI bagi ibu untuk menurunkan berat badan
472757
49.028.159.4
91
Lanjutan Tabel 5.15Hasil Pernah/Tidak Pernah Mendengar Materi Terkait ASI Eksklusif
Pada Ibu Hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta SelatanTahun 2012 (n=96)
MateriTidak PernahMendengarF %
Penjelasan pentingnya ASIManfaat ASI bagi ibu untuk KBMitos perubahan bentuk payudaraAkibat pemberian dot
374634
38.547.935.4
Skin to Skin Contact (IMD)Pengertian IMD 13 13.5
KolostrumPengertian kolostrumMitos kolostrum harus dibuangManfaat kolostrum
533733
55.238.534.4
Rawat gabungPengertian rawat gabung 67 69.8
Tidak Diberi Susu FormulaBahaya susu formula bagi bayiPenanganan ibu yang belum keluar ASI
4935
51.036.5
Perawatan Puting SusuCara membersihkan payudaraBahaya penggunaan sabun dan alkohol
2849
29.251.0
Cara Mengatasi Kesulitan dalam MenyusuiPenanganan masalah radang payudara dan putinglecetPenanganan pemberian ASI ketika ibu bekerja
5752
59.454.2
Cara Menyusui Yang BaikCara memulai menyusuiCara memasukkan puting susu
1225
12.526.0
Dapat dilihat pada Tabel 5.15 di atas, materi terkait ASI eksklusif yang
mayoritas tidak pernah didengar sebelumnya oleh ibu hamil diantaranya
adalah materi ASI saja enam bulan pada topik penanganan bayi sakit, yaitu
sebanyak 51 orang (53.1%), penjelasan pentingnya ASI pada topik waktu
92
diberikannya ASI, yaitu sebanyak 49 (51.1%) dan topik manfaat ASI bagi ibu
untuk menurunkan berat badan, yaitu sebanyak 57 (59.4%).
Pada materi kolostrum terdapat pada topik pengertian kolostrum, yaitu
sebanyak 53 (55.2%). Pengertian rawat gabung, yaitu sebanyak 67 (69.8%).
Tidak diberi susu formula pada topik bahaya susu formula bagi bayi, yaitu
sebanyak 49 (51.0%). Perawatan puting susu pada topik bahaya penggunaan
sabun dan alkohol, yaitu sebanyak 49 (51.0%) serta cara mengatasi kesulitan
menyusui pada topik penanganan masalah radang payudara dan puting lecet
serta topik penanganan pemberian ASI ketika bekerja, yang masing-masing
sebanyak 57 (59.4%) dan 52 (54.2%).
Setelah dideskripsikan hasil pernah/tidak pernah mendengar materi
tersebut kepada ibu hamil, selanjutnya akan dideskripsikan sumber
pengetahuan ibu hamil akan materi terkait ASI eksklusif yang ada pada
kuesioner. Pertanyaan sumber pengetahuan merupakan lanjutan dari
pertanyaan jika ibu hamil memilih pernah mendengar materi tersebut. Pada
penjelasan selanjutnya, dapat dilihat pada Tabel 5.16 hasil dari akumulasi
jumlah ibu hamil yang menyebutkan sumber pengetahuan setiap topik materi
terkait ASI eksklusif:
93
Tabel 5.16Presentase Hasil Sumber Pengetahuan Dari Topik Materi Terkait ASI Eksklusif Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Kecamatan
Pesanggrahan Tahun 2012Sumber
Pengetahuan
Presentase Topik Materi (%)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Dokter 13 16 12 12 9 5 11 4 12 13 15 14 15 10 7 12 14 20 17 8 15 19
Bidan Lain 6 6 0 0 0 14 4 9 1 0 0 2 5 1 4 15 14 22 7 5 33 11
Bidan 26 26 27 35 30 2 24 0 14 22 19 25 20 25 20 8 6 0 19 20 4 31
Perawat 2 2 1 0 2 0 0 0 3 3 3 3 4 2 2 0 2 0 0 0 0 0
Kader 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
TV 1 0 2 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
Majalah 6 5 8 4 6 8 5 10 9 7 10 9 11 8 6 8 4 7 4 6 11 11
Buku 5 10 7 9 7 10 4 7 14 9 10 11 11 3 6 8 5 7 9 9 5 2
Suami 2 3 2 1 3 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 0 0 2 1 1
Ibu 15 8 17 12 10 14 16 16 9 10 13 10 11 9 15 12 15 7 17 21 11 11
Saudara 8 5 4 9 4 7 8 15 12 11 11 9 7 10 9 8 9 10 11 6 5 9
T. Agama 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
T. Masy. 2 2 1 3 1 3 1 1 3 1 1 2 1 2 4 3 1 2 4 3 3 1
Tetangga 2 3 1 0 4 3 3 3 0 1 1 1 0 1 1 2 0 2 0 3 1 0
Teman 13 15 20 14 23 32 24 31 20 20 16 16 15 26 24 24 28 22 13 18 11 4
94
Dari Tabel 5.16, dapat dilihat bahwa dari 22 topik materi, 13 topik materi
mayoritas ibu hamil memilih bidan sebagai sumber pengetahuan mereka
(Topik 1, 2, 3, 4, 5, 7, 10, 11, 12, 13, 19, 20, 22). Pada topik materi lainpun,
walaupun bidan tidak menempati posisi mayoritas, tetap saja bidan dipilih
sebagai salah satu sumber pengetahuan. Hal tersebut menyiratkan bahwa
bidan merupakan sumber pengetahuan utama ibu hamil di Puskesmas
Kecamatan Pesanggrahan.
95
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
Tidak dapat dipungkiri terdapat keterbatasan dalam penelitian ini, berikut ini
akan dijabarkan keterbatasan dalam penelitian ini :
1. Instrumen kuesioner disusun berdasarkan tinjauan pustaka yang ada, tetapi
mungkin masih terdapat materi terkait ASI eksklusif yang tidak dapat
dimasukkan seluruhnya ke dalam instrumen kuesioner, namun peneliti
mencoba meminimalkan dengan mendiskusikan bersama pakar ahli gizi
mengenai materi-materi yang layak masuk kedalam instrumen kuesioner
serta melihat dari penelitian-penelitian sebelumnya materi-materi terkait ASI
eksklusif yang penting untuk diketahui.
2. Terdapat satu materi dari standar Kemenkes R.I yang tidak diteliti yaitu
materi keinginan untuk menyusui. Hal tersebut dikarenakan kesulitan untuk
menelitinya secara kuantitatif, sementara untuk meneliti pengetahuan ibu
yang lain digunakan pendekatan kuantitatif.
B. Gambaran Kebutuhan Pengetahuan Ibu Hamil Terkait ASI Eksklusif
1. Gambaran Karakteristik Ibu Hamil
Karakteristik responden yang akan dibahas adalah dari segi usia, usia
kehamilan, jumlah anak, pendidikan terakhir dan pekerjaan. Berikut ini akan
dibahas karakteristik responden yang dimaksud:
96
a. Usia
Usia mempunyai pengaruh terhadap daya tangkap dan pola pikir
seseorang. Pada penelitian ini, mayoritas responden berusia antara 20-34
tahun. Usia tersebut tentu dapat dikatakan sudah dewasa dalam pola
pikirnya sehingga pengetahuannya pun akan semakin berkembang. Hal ini
sesuai dengan penelitian dari Yustifa dalam Widayati dan Maryatun (2012)
bahwa responden penelitian pada rentang usia tersebut memiliki ciri dari
kedewasaan fisik dan kematangan pribadi yang erat hubungannya dengan
matangnya dalam mengambil setiap keputusan.
b. Usia Kehamilan
Dari hasil penelitian yang telah didapat, mayoritas responden usia
kehamilannya berkisar antara 14-27 minggu (trimester kehamilan kedua).
Menginjak usia kehamilan trimester kedua dan tiga, pengetahuan yang
didapat tentu akan lebih beragam dibandingkan dengan trimester awal
pertama. Hal tersebut bisa saja karena tuntutan sebagai seorang ibu
nantinya dalam mengasuh anak seperti yang telah disampaikan
sebelumnya, sehingga membuat ibu menambahkan pengetahuannya demi
melaksanakan tuntutan tersebut, selain itu, pengetahuan yang diberikan
oleh petugas kesehatan pada saat kunjungan antenatal juga dapat
menambahkan pengetahuan ibu terkait ASI eksklusif.
c. Jumlah Anak
Seorang ibu menyusui memperoleh pengetahuan dapat dari
pengalamannya pada saat menyusui anak sebelumnya (Roesli, 2000).
97
Dilihat dari jumlah anak, mayoritas ibu sebelumnya sudah memiliki anak,
sehingga pengetahuan ibu dapat dikatakan sudah lebih baik.
d. Pendidikan Terakhir
Pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif tidak terlepas dari tingkat
pendidikan ibu. Menurut Kasnodiharjo, et.al (1994), semakin tinggi strata
pendidikan seseorang, pengetahuan yang didapatnya mengenai ASIpun
akan semakin bertambah. Dilihat dari karakteristik responden, mayoritas
ibu hamil merupakan tamatan SMA, sehingga dapat dikatakan
pengetahuannya lebih baik ketimbang dengan ibu yang hanya tamatan
SD/SMP.
e. Pekerjaan
Dari hasil penelitian yang telah didapat, mayoritas responden
merupakan ibu rumah tangga. Menurut Kurniati dalam Widayati dan
Maryatun (2012) bahwa status perkerjaan seorang ibu dapat berpengaruh
terhadap kesempatan dan waktu yang digunakan untuk meningkatkan
pengetahuan dengan cara menambah pengetahuan. Ibu yang mempunyai
pekerjaan sebagai ibu rumah tangga mempunyai banyak waktu yang luang,
hal tersebut tentu dapat membuat ibu bisa mendapatkan lebih banyak
pengetahuan dari berbagai media, antara lain: televisi, radio, surat kabar.
2. Gambaran Kebutuhan Pengetahuan Ibu Hamil Terkait ASI Eksklusif
Sungguh ironis, dari banyaknya keuntungan ASI eksklusif ini bagi bayi
dan ibu dan sudah diciptakannya ASI ini oleh ALLAH SWT secara alamiah,
masih banyak ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Hal
98
ini dapat dilihat dari data cakupan ASI eksklusif di Puskesmas Kecamatan
Pesanggrahan yaitu sebesar 51,2%. Angka tersebut masih sangat jauh dari
target yang sudah ditetapkan oleh pemerintah yaitu sebesar 80%.
Dari pentingnya ASI tersebut bagi bayinya, tentu setiap ibu diwajibkan
untuk menyusui bayinya. Dilihat dari islam sendiri, perintah ibu untuk
menyusui bayinya juga tercantum jelas dalam Al-Quran surat Al-Baqarah
ayat 223:
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahunpenuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dankewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengancara ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadarkesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraankarena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispunberkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelumdua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, makatidak ada dosa atas keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukanoleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamumemberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamukepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yangkamu kerjakan” [Q.S Al-Baqarah: 2:233].
Menyusui memang merupakan sesuatu yang alamiah, tetapi tidak begitu
saja terjadi, oleh sebab itu sebaiknya ilmu mengenai menyusui harus tetap
dipelajari jauh sebelum proses kelahiran terjadi. Hal tersebut dimaksudkan
supaya ibu memiliki persiapan ilmu yang baik dalam menjalankan perintah
untuk menyusui bayinya kelak.
Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa menghendaki (kebahagiaan) dunia hendaklah denganilmu, barang siapa menghendaki akhirat hendaklah dengan ilmu, danbarang siapa menghendaki keduanya hendaklah dengan ilmu”.
99
Dapat dilihat bahwa Sabda Rasulullah SAW di atas menyiratkan
pentingnya untuk menuntut ilmu, karena dengan ilmu tersebut dapat
menuntun dan mengarahkan seseorang untuk kehidupan yang layak baik
bahagia dunia maupun akhirat.
Ilmu dapat diartikan sebagai kumpulan dari pengetahuan. Salah satu
pengetahuan yang akan dibahas adalah pengetahuan mengenai ASI
eksklusif. Dalam penelitian ini, pengetahuan diartikan sebagai penguasaan
terhadap materi-materi terkait ASI eksklusif. Dari hasil penelitian yang telah
didapat, masih terdapat ibu hamil yang mayoritas tidak menguasai materi-
materi terkait ASI eksklusif. Hasil temuan ini tentu perlu dijadikan
perhatian, khususnya bagi petugas kesehatan yang ada untuk memberikan
pengetahuan terkait materi yang belum dikuasai oleh ibu hamil tersebut,
mengingat materi tersebut merupakan materi yang penting untuk dikuasai
oleh ibu hamil.
Menurut Bloom dan Skinner dalam Notoatmodjo (2003), pengetahuan
merupakan kemampuan seseorang untuk mengungkapkan kembali apa yang
diketahuinya dalam bentuk bukti jawaban baik lisan, atau tulisan yang
merupakan stimulasi dari pertanyaan. Dari hasil penelitian, masih terdapat
materi terkait ASI eksklusif yang belum dikuasai oleh ibu hamil, sedangkan
menurut rekomendasi dari Kemenkes R.I (2010b), Soetjiningsih (1997) dan
beberapa hasil penelitian, menunjukkan materi tersebut penting untuk
dikuasai sedini mungkin, yaitu tepatnya pada saat kehamilan. Tidak
mampunya seseorang untuk mengungkapkan kembali apa yang dia ketahui
100
terkait materi ASI eksklusif dapat membuat gagalnya pemberian ASI
eksklusif. Hal tersebut karena mereka tidak mengetahui sehingga merekapun
tidak melakukannya.
Pengetahuan dianggap sebagai salah satu faktor yang penting dalam
terciptanya suatu perilaku. Dari penelitian yang dilakukan oleh Foo et al,
(2005) dan Fika dan Syafiq (2009) yang menyebutkan bahwa pengetahuan
ibu yang baik merupakan faktor penting dalam terwujudnya perilaku
pemberian ASI eksklusif, oleh sebab itu, penting kiranya ibu hamil
menguasai materi-materi terkait ASI eksklusif yang akan menunjang
pengetahuannya ketika bayinya telah lahir karena selaku orangtua, seorang
ibu merupakan penanggungjawab dalam mengasuh anak.
Dalam Hadis riwayat Abu Hurairah ra. Rasulullah saw. Bersabda:
“Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orangtuanyalah yang membuatnya menjadi seorang Yahudi, seorangNasrani maupun seorang Majusi. Sebagaimana seekor binatang yangmelahirkan seekor anak tanpa cacat, apakah kamu merasakanterdapat yang terpotong hidungnya?.”
Dalil diatas menunjukkan bahwa yang bertanggungjawab dan yang paling
utama atas pendidikan anak adalah orangtua, terutama pendidikan aqidah
yang menyelamatkan anaknya dari api neraka.
Menurut Heath (2006) dalam Athiyah (2008), wanita dituntut untuk
memiliki pengetahuan khusus seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan
anaknya. Apabila terjadi kesenjangan antara pengetahuan yang dimiliki
dengan pengetahuan yang seharusnya dimiliki menurut Dick dan Carey
101
(1990) dalam Jacobsen and O’Connor (2006), hal tersebut dapat dikatakan
sebagai suatu kebutuhan pengetahuan.
Dalam penelitian ini, kebutuhan pengetahuan dirinci sebagai kesenjangan
antara penguasaan materi terkait ASI eksklusif pada ibu hamil dengan standar
materi terkait ASI eksklusif yang ditetapkan oleh Kemenkes R.I (2010b) dan
Soetjiningsih (1997). Penilaian kebutuhan penting untuk dilakukan,
dikarenakan untuk mengidentifikasi apa yang kelompok inginkan atau
butuhkan dan apakah program yang ada atau intervensi yang sudah ada dapat
memenuhi kebutuhan mereka secara seharusnya (Jacobsen and O’Connor,
2006).
Pertama akan dibahas pentingnya melakukan penilaian kebutuhan untuk
mengidentifikasi apa yang kelompok inginkan atau butuhkan. Dari hasil yang
telah didapat pada beberapa topik materi, terlihat bahwa masih terdapat
kesenjangan antara pengetahuan ibu hamil dengan pengetahuan yang
seharusnya dimiliki terkait ASI eksklusif, sehingga dapat dikatakan masih
terdapat kebutuhan pengetahuan akan materi terkait ASI eksklusif. Materi
yang masih dibutuhkan tersebut diantaranya adalah ASI saja enam bulan pada
topik penanganan bayi sakit; penjelasan pentingnya ASI pada topik waktu
diberikannya ASI, manfaat ASI bagi ibu untuk menguruskan badan dan mitos
perubahan bentuk payudara; kolostrum pada topik pengertian kolostrum;
rawat gabung pada topik pengertian rawat gabung; tidak diberi susu formula
pada topik penanganan ibu ketika ASI belum keluar; perawatan puting susu
pada topik bahaya penggunaan sabun dan alkohol; cara mengatasi kesulitan
102
menyusui pada topik penanganan masalah radang payudara dan puting lecet
dan penanganan pemberian ASI ketika ibu bekerja.
Berikut ini akan dibahas satu persatu materi yang masih dibutuhkan oleh
ibu hamil:
a. ASI Saja Enam Bulan (Penanganan Bayi Sakit)
Dalam kenyataannya, pemberian ASI eksklusif selama enam bulan
tidak sesederhana yang dibayangkan. Banyak kendala yang timbul dalam
upaya memberikan ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan
bayi. Beberapa kendala yang sering menjadi alasan ibu dalam
menghentikan pemberian ASI kepada bayi adalah ketika bayi mengalami
sakit (Pratiwi dan Purnawati, 2009). Menurut Newman (2009), jika bayi
sakit, sebenarnya, ASI tidak perlu dihentikan, ASI justru perlu ditambah.
Newman mengatakan bahwa pemberian ASI ketika bayi sakit justru dapat
menenangkan bayi dan tidak berbahaya bagi bayi. Sakit yang hanya
penyembuhannya hanya perlu ASI saja, diantaranya adalah diare dan
muntah, infeksi pernafasan, dan sakit kuning, selain itu, menurut Tari
(2012), demam juga termasuk dalam sakit yang cukup dengan diberi ASI
saja terlebih dahulu dalam penanganan pertama yang dapat dilakukan oleh
ibu.
Memang terdapat kondisi tertentu dimana bayi harus menghentikan
pemberian ASI ataupun harus memberikan ASI dengan tambahan susu
formula. Kondisi yang dimaksud tentu harus berdasarkan indikasi medis
yang telah ditetapkan oleh dokter/bidan/perawat yang telah memeriksa
103
bayi tersebut. Pengajuan materi ini sebagai pertanyaan yang harus dijawab
oleh ibu hamil dimaksudkan supaya ibu mengetahui kondisi apa yang
mengharuskan ibu tetap mengupayakan memberikan ASI kepada bayinya
ketika sakit dan mengetahui tindakan apa yang perlu diambil apabila bayi
sakit tanpa perlu diberi obat terlebih dahulu. Apabila penanganan pertama
yang dilakukan oleh ibu gagal, dan bayi tetap sakit, barulah ibu harus
membawa bayinya kepada dokter/bidan/perawat terdekat.
Dokter/bidan/perawat selanjutnya akan menentukan penanganan terbaik
bagi bayi, apakah diberi obat untuk penyembuhannya atau tidak.
Pemberian ASI eksklusif yang dimaksud menurut Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 tentang pemberian
ASI eksklusif merupakan ASI yang diberikan kepada bayi sejak lahir
selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan
makanan atau minuman lain. Pengertian tersebut mengandung penjelasan
bahwa jika bayi diberi obat, bayi tersebut tentu gagal untuk mendapatkan
ASI eksklusif dari ibunya. Dari alasan tersebutlah penting sekali ibu hamil
mengetahui hal tersebut dan tidak bertindak gegabah ketika bayi sakit.
Dapat disimpulkan bahwa memang terdapat kondisi tertentu dimana
bayi harus menghentikan pemberian ASI ataupun harus memberikan ASI
dengan tambahan susu formula, namun pada kondisi sakit seperti diare,
demam, masalah pada pernafasan dan sakit kuning, pemberian ASI tetap
harus dilanjutkan. Dari penjelasan di atas, tentu materi ini penting untuk
dikuasai oleh ibu hamil, namun dari hasil yang telah didapatkan, sebagian
104
besar ibu hamil masih belum menguasai materi ini dengan baik. Sebagian
besar ibu hamil memilih untuk menghentikan memberikan ASInya ketika
bayinya sakit, padahal hal tersebut dapat membuat ibu menggagalkan
pemberian ASI eksklusif kepada bayi karena tidak mengetahui
penanganan yang tepat ketika bayi sakit dengan memilih menghentikan
ASI.
Berkaitan dengan pemberian pengetahuan topik materi ini, dari hasil
yang didapat, bidan mengakui memang tidak memberikannya. Tidak
diberikannya pengetahuan kepada ibu hamil diungkapkan oleh bd.x karena
bidan tidak mau sembarangan dalam memberikan topik materi ini pada
saat penyuluhan. Hal tersebut karena pemberian pengetahuan mengenai
topik materi ini harus melalui diagnosa lebih lanjut untuk menentukan
langkah apa yang harus diambil. Padahal, melihat dari paparan di atas,
topik materi ini penting sekali untuk dikuasai oleh ibu hamil agar ibu
mengetahui penanganan yang tepat ketika bayi sakit.
b. Penjelasan Pentingnya ASI
1) Waktu Diberikannya ASI
Masalah menyusui yang sering terjadi di masyarakat adalah ibu
menggunakan jam dalam menyusui dengan bayinya. Hal tersebut sama
dengan yang didapatkan dari hasil penelitian ini yang mengemukakan
bahwa sebagian besar ibu hamil belum menyadari bahwa ASI
diberikan kapan saja kepada bayi usia 0-6 bulan.
105
Menurut Newman (2009) perlu dipahami oleh ibu bahwa bayi tidak
selalu sedang menyusu saat bayi melakukan gerakan menghisap pada
payudara. Bayi mungkin saja sedang “mengempeng” tapi tidak sedang
minum dan oleh karena itu bayi tidak mendapatkan cukup lemak
sehingga bayi kurang mendapatkan kalori, dan menjadi lebih sering
menyusu walau dia sedang menghisap payudara. Hal tersebut
menyebabkan ibu tidak dapat menentukan jadwal pemberian ASI
kepada bayi dan mengharuskan ibu untuk menyusu bayinya sesuai
dengan keinginan bayinya.
Masih kurangnya pemahaman ibu hamil akan topik materi ini
sebaiknya diantisipasi sejak ibu dalam masa kehamilan, mengingat
penjelasan yang telah disebutkan di atas akan sangat berguna nantinya
bagi ibu dan juga bayi mereka. Pada Puskesmas ini, sebenarnya topik
materi ini telah diberikan kepada ibu hamil, namun didapati masih
terdapat kekurangan dalam pemahaman ibu hamil. Dilihat dari segi
pelaksanaan, topik materi ini diberikan oleh bd.x secara berkelompok.
Hal tersebut menunjukkan pemberian pengetahuan terhadap topik
materi ini yang dilakukan oleh bd. x secara berkelompok masih perlu
ditingkatkan.
2) Manfaat ASI Bagi Ibu untuk Menurunkan Berat Badan
Selama ini telah banyak beredar kabar di masyarakat mengenai
memberikan ASI kepada bayi dapat membuat ibu menjadi gemuk.
Anggapan tersebut juga sama dilihat dari hasil penelitian ini yang
106
menyebutkan ibu hamil setuju bahwa memberikan ASI dapat membuat
ibu menjadi gemuk. Anggapan tersebut tentu dapat mempengaruhi ibu
hamil kelak akan anggapan menyusui, sehingga perlu kiranya
meluruskan anggapan ini sedini mungkin yaitu sewaktu ibu dalam
masa kehamilan agar kelak bayi benar-benar mendapatkan ASI
eksklusif.
Menurut Arisman (2007), kabar tersebut sebenarnya tidak benar.
Arisman memaparkan perangsangan puting susu oleh isapan bayi
justru akan menambah sekresi oksitosin ke dalam darah yang pada
gilirannya menyebabkan kontraksi uterus, dan juga timbunan lemak
penyebab “gendut”, kembali ke ukuran sebelum hamil.
Pernyataan Arisman mendapat dukungan dari penelitian yang telah
dilakukan oleh Dewey, et.al dalam Stube (2009). Dewey
membandingkan penurunan berat badan pada dua kelompok
perempuan yang telah melahirkan. Satu kelompok terdiri dari
perempuan yang menyusui kurang dari tiga bulan dan satu kelompok
lagi, terdiri dari perempuan yang yang menyusui lebih dari satu tahun.
Dari hasil penelitian Dewey, didapatkan hasil, perempuan dalam
kelompok menyusui lebih dari satu tahun dapat kehilangan 4,4 lbs
(1,99 kg) lebih banyak dari perempuan yang menyusui kurang dari 3
bulan, dan perbedaan berat ini bertahan pada dua tahun setelah
melahirkan (P<.05).
107
Berkaitan dengan pemberian pengetahuan topik materi ini, dari
hasil yang didapat, bidan mengakui memang tidak memberikannya.
Pemberian topik materi ini hanya diberikan pada saat ada ibu yang
bertanya saja. Hal tersebut tentu sangat disayangkan mengingat
pentingnya pemberian pengetahuan ini bagi peningkatan pengetahuan
ibu akan topik materi ini yang diharapkan dengan adanya peningkatan
pengetahuan, pemberian ASI eksklusif pada bayinya kelak akan
terwujud.
Tidak dijadikannya topik materi ini sebagai topik materi tetap yang
akan diberikan kepada ibu hamil dapat membuat antar satu ibu hamil
dengan ibu hamil yang lain tidak merata pengetahuannya. Hal tersebut
karena pemberian pengetahuan hanya diberikan pada saat ada ibu
hamil yang bertanya saja, jika tidak ada inisiatif ibu hamil untuk
bertanya maka ibu hamil tersebutpun tidak akan mendapatkan
pengetahuan akan topik materi ini. Dari penjelasan tersebut, tentu
dapat dipahami bahwa masih kurangnya pemahaman ibu hamil karena
topik materi ini bukan merupakan topik materi tetap.
3) Mitos Perubahan Bentuk Payudara
Menurut Siregar (2004), salah satu faktor yang menyebabkan ASI
Ekslusif tidak diberikan khususnya bagi ibu-ibu di Indonesia adalah
ibu takut bentuk payudara rusak apabila menyusui dan kecantikannya
akan hilang. Padahal, menurut penelitian yang telah dilakukan oleh
Rinker, et.al (2008), menyusui tidak mempengaruhi bentuk payudara.
108
Sesungguhnya bukan menyusui yang mengubah bentuk payudara,
tetapi proses kehamilanlah yang menyebabkan perubahan tersebut.
Kehamilan yang menyebabkan dikeluarkannya hormon-hormon dan
menyebabkan terbentuknya air susu yang mengisi payudara
(Danuatmaja dan Meliasari, 2003).
Melihat dari fakta yang telah dijabarkan dari hasil penelitian di atas,
tentu materi ini penting untuk dikuasai oleh ibu hamil supaya ke
depannya setelah melahirkan, ibu tersebut tidak beranggapan bahwa
menyusui dapat merubah bentuk payudaranya dan mau memberikan
ASI eksklusif kepada bayinya. Dari hasil penelitian ini, didapatkan
hasil dimana sebagian besar ibu hamil belum dapat menguasai materi
ini dengan baik. Hasil tersebut tentu sangat disayangkan mengingat
pentingnya penguasaan materi ini bagi keberhasilan pemberian ASI
eksklusif seperti yang telah dipaparkan sebelumnya.
Penemuan hasil masih adanya kebutuhan akan topik materi ini
dibarengi dengan penemuan bahwa bidan memang tidak memberikan
topik materi ini. Bd.x mengemukakan pemberian pengetahuan akan
topik materi ini jika ada ibu hamil yang bertanya saja. Hal ini
mengindikasikan pembahasan yang sama seperti yang telah
dikemukakan sebelumnya pada topik materi mitos perubahan payudara
yang mengemukakan bahwa masih ditemukannya kebutuhan
pengetahuan disebabkan karena topik materi ini bukan topik materi
tetap.
109
c. Kolostrum (Pengertian Kolostrum)
Dari hasil yang telah didapatkan, sebagian besar ibu hamil belum
menguasai materi ini. Penguasaan materi ini penting mengingat masih
banyaknya informasi yang beredar di kalangan masyarakat bahwa
kolostrum pada saat pertama kelahiran dianggap tidak mencukupi
kebutuhan zat gizi bayi sehingga harus ditambahkan makanan /minuman
lain. Padahal walaupun jumlah kolostrum sedikit, namun kolostrum
terbukti cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi pada awal kelahiran.
Penambahan makanan/minuman lain tentu dapat menggagalkan
pemberian ASI eksklusif pada bayinya, oleh sebab itu penguasaan materi
ini dapat memberikan ibu insiatif untuk memberikan kolostrum saja tanpa
diiringi dengan pemberian makanan/minuman lain sebagai tambahan
makanan kepada bayinya.
Masih kurangnya pemahaman ibu hamil akan topik materi ini
sebaiknya diantisipasi sejak ibu dalam masa kehamilan, dengan
memberikan pengetahuan. Hal tersebut mengingat penjelasan yang telah
disebutkan di atas akan sangat berguna nantinya bagi ibu dan juga bayi
mereka. Pada Puskesmas ini, sebenarnya topik materi ini telah diberikan
kepada ibu hamil, namun didapati masih terdapat kekurangan dalam
pemahaman ibu hamil. Dilihat dari segi pelaksanaan, topik materi ini
diberikan oleh bd.x secara berkelompok. Hal tersebut menunjukkan
pemberian pengetahuan terhadap topik materi ini yang dilakukan oleh bd.
x secara berkelompok masih perlu ditingkatkan.
110
d. Rawat Gabung (Pengertian Rawat Gabung)
Dari hasil penelitian yang didapatkan, sebagian besar ibu hamil belum
menguasai topik materi ini. Topik materi ini seharusnya dikuasai oleh ibu
hamil karena manfaat rawat gabung segera pada bayi baru lahir sangat
penting dalam memulai kegiatan menyusui. Menurut penelitian Arasta
(2010), ditemukan hubungan bermakna antara pelaksanaan rawat gabung
dengan perilaku ibu dalam memberikan ASI Eksklusif di Polindes
Harapan Bunda Desa Kaligading Kecamatan Boja Kabupaten Kendal.
Hubungan bermakna tersebut dijelaskan oleh Febrianti dalam Arasta
(2010) karena dengan adanya rawat gabung, proses lekat akibat sentuhan
badan antara ibu dan bayinya akan segera terjalin. Makin sering ibu
melakukan kontak fisik langsung dengan bayi akan membantu
memperlancar produksi ASI, sehingga ibu yang melakukan rawat gabung
dapat segera menyusui bayinya kapanpun bayi menginginkan.
Menurut Soetjiningsih (1997), ASI yang tidak lancar atau tersumbat
merupakan salah satu penyebab gagalnya pemberian ASI eksklusif, oleh
sebab itu materi mengenai rawat gabung sebaiknya dikuasai oleh ibu
hamil mengingat manfaat dari rawat gabung itu sendiri yang dapat
memperlancar produksi ASI, selain itu penguasaan materi rawat gabung
ini juga diharapkan dapat menumbuhkan inisiatif dari ibu untuk memilih
tempat persalinan yang tersedia fasilitas rawat gabungnya.
Penemuan hasil masih adanya kebutuhan akan topik materi ini diiringi
dengan penemuan bahwa bidan memang tidak memberikan topik materi
111
ini. Bd.x mengemukakan tidak perlu diberikan lagi materi mengenai rawat
gabung karena disemua rumah sakit dan puseksmas sudah melakukan
rawat gabung. Menurut Pratiwi (2010), belum semua Puskesmas
melaksanakan rawat gabung. Dari 294 Puskesmas yang ada di DKI
Jakarta, baru 64 Puskesmas yang dilengkapi dengan rawat gabung,
sehingga apabila tidak diberitahukan mengenai manfaat rawat gabung
sejak kehamilan, tentu akan sangat merugikan.
e. Tidak Diberi Susu Formula (Penanganan Ibu ASI belum Keluar)
ASI yang belum keluar dapat disebabkan oleh beberapa hal. Menurut
Soetjiningsih (1997), ASI yang belum keluar dapat disebabkan karena
saluran susu tersumbat; kecemasan dan kelelahan Ibu; merokok dan obat-
obatan; ibu yang sedikit minum; diit ibu yang jelek.
Dari beberapa paparan diatas dapat dilihat bahwa penyebab ASI tidak
keluar sebenarnya merupakan faktor yang dapat dimodifikasi dalam artian
merupakan faktor yang dapat diubah, jadi, pemberian susu formula
kepada bayi jika ASI tidak keluar merupakan sesuatu yang salah. Hal
tersebut tentu harus diinformasikan kepada ibu sedini mungkin yaitu pada
saat masa kehamilan. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Li
(2008) dan Afifah (2007), memperlihatkan data bahwa salah satu alasan
ibu banyak yang menyerah untuk berhenti menyusui disebabkan karena
ASI tidak keluar.
Pada penelitian ini, sebagian besar ibu hamil belum menguasai materi
ini. Mengingat pentingnya materi ini seperti yang telah dijelaskan
112
sebelumnya, ibu hamil perlu menguasai materi ini agar ke depannya, ibu
tidak sembarangan memberi susu botol jika ASI ibu belum keluar.
Penemuan hasil masih adanya kebutuhan akan topik materi ini diiringi
dengan penemuan bahwa bidan memang tidak memberikan topik materi
ini. Bidan mengungkapkan alasan tidak diberikannya materi ini karena
ingin menjalankan peraturan dari pemerintah yang menyebutkan bahwa
tidak boleh adanya pemberian pengetahuan seputar susu formula.
Sebenarnya jika dicermati, Pemerintah bukan melarang sama sekali
pemberian pengetahuan seputar susu formula, yang dimaksud Pemerintah
adalah melarang untuk memberikan susu formula kepada bayi atau
memajang atribut yang mempromosikan susu formula di tempat
pelayanan kesehatan. Hal tersebut terdapat dalam LKMM dan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 tentang pemberian
ASI eksklusif. Anggapan tersebut terang saja kurang tepat karena tidak
ada salahnya untuk memberikan pengetahuan seputar susu formula dan
dampaknya bagi kesehatan bayi agar ibu semakin sadar akan pentingnya
pemberian ASI.
f. Perawatan Puting Susu (Bahaya Penggunaan Sabun dan Alkohol)
Menurut Kaderkanie (2011), perawatan payudara yang benar adalah
dengan menggunakan air hangat dan tidak menggunakan sabun maupun
alkohol dikarenakan penggunaan kedua bahan tersebut dapat
menyebabkan puting kering, iritasi dan lecet. Puting kering, iritasi dan
lecet merupakan salah satu penyebab gagalnya pemberian ASI eksklusif
113
kepada bayi, oleh sebab itu materi ini perlu diinformasikan kepada ibu
sedini mungkin melihat masih banyak ibu yang belum mengetahui bahaya
dalam penggunaan sabun maupun alkohol dalam membersihkan puting
susu. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian ini yang
memperlihatkan data bahwa sebagian besar ibu hamil masih
membutuhkan topik materi ini.
Pada saat dikonfirmasi kepada bd.y, bd.y mengungkapkan bahwa
materi untuk perawatan puting susu yang beliau berikan hanya seputar
massage payudara saja dan cara membersihkan payudara dengan air
hangat. Melihat dari pentingnya pengetahuan akan topik materi ini, tentu
sangat disayangkan bidan tidak memberikan topik materi ini kepada ibu
hamil.
g. Cara Mengatasi Kesulitan Menyusui
1) Penanganan Masalah Payudara
Menurut Soetjiningsih (1997), cara mengatasi radang payudara
dan puting lecet adalah dengan tetap menyusui bayinya. Masalah
tersebut sebenarnya tidak menyebabkan ibu harus menghentikan
memberi ASI kepada bayinya. Dengan penatalaksanaan posisi
menyusui yang benar diharapkan masalah tersebut dapat teratasi.
Dari hasil penelitian yang telah didapatkan, sebagian besar ibu
hamil belum menguasai materi ini. Materi ini penting untuk dikuasai
oleh ibu sedini mungkin yaitu sewaktu hamil dengan harapan dapat
membuat ibu tersebut ke depannya dapat menangani masalah ini jika
114
terjadi pada dirinya dan tidak menghentikan pemberian ASI kepada
bayinya. Hal tersebut penting untuk diketahui karena dari hasil
penelitian yang telah dilakukan oleh Soetjiningsih (1997), Siregar
(2004) dan Li (2008), mengemukakan bahwa salah satu sebab
kegagalan ibu dalam memberikan ASI eksklusif kepada bayinya
adalah karena mengalami kesulitan dalam menyusui (radang payudara
ataupun puting lecet). Dari hasil yang didapatkan, bidan
mengemukakan tidak diberikannya materi ini karena menurut bidan,
pemberian pengetahuan mengenai materi ini akan lebih sukses jika
diberikan pada saat setelah melahirkan saja. Padahal menurut
Soetjiningsih (1997), Siregar (2004) dan Li (2008), mengemukakan
bahwa salah satu sebab kegagalan ibu dalam menyusui adalah karena
mengalami kesulitan dalam menyusui (radang payudara ataupun
puting lecet). Apabila ibu tidak diberitahukan dari sejak awal
kehamilan, bisa saja ibu menyerah dalam memberikan ASI kepada
bayinya karena tidak mengetahui cara yang tepat dalam menangani
masalah tersebut, dan apabila bidan memberikannya pada saat ibu
sudah mengalami masalah tersebut, bisa saja hal tersebut sudah
terlambat, ibu sudah menyerah karena ibu tidak mengetahui cara yang
benar menangani masalah tersebut.
2) Penanganan Pemberian ASI Ketika Ibu Bekerja
Menurut Siregar (2004), Hikmawati (2008), Rejeki (2008) dan
Singh (2010), salah satu faktor menyebabkan ASI Ekslusif tidak
115
diberikan adalah karena ibu bekerja. Padahal, pada saat bekerja
sebenarnya ibu tetap dapat memberikan ASI kepada bayinya. Hal
tersebut dikemukakan oleh Soetjiningsih (1997), yang memaparkan
bahwa terdapat cara untuk menyusui bayinya pada ibu yang bekerja.
Cara yang dimaksud dapat dengan sebelum ibu berangkat bekerja,
bayi harus disusui, selanjutnya ASI diperas dan disimpan untuk
diberikan kepada bayi selama ibu bekerja atau dengan bayi disusui
lebih sering setelah ibu pulang bekerja dan pada malam hari.
Dari hasil penelitian ini, didapatkan hasil dimana sebagian besar
ibu hamil belum dapat menguasai topik materi ini dengan baik. Hal
tersebut perlu diantisipasi oleh ibu melihat dari fakta yang telah
dijabarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan yang
menyiratkan materi ini penting untuk dikuasai oleh ibu hamil supaya
ke depannya setelah melahirkan, ibu tersebut tidak beranggapan
bahwa susu formula dapat diberikan kepada bayi ketika ibu bekerja.
Penemuan hasil masih adanya kebutuhan akan topik materi ini
dibarengi dengan penemuan bahwa bidan memang tidak memberikan
topik materi ini. Penyebab tidak diberikannya pengetahuan pada
materi mengatasi kesulitan menyusui lainnya pada topik penanganan
pemberian ASI ketika ibu bekerja diungkapkan oleh bidan tidak jauh
berbeda dengan topik materi penanganan masalah radang payudara
dan puting lecet, bidan lebih memilih untuk memberikan pengetahuan
pada saat sudah melahirkan saja, padahal menurut Siregar (2004),
116
Hikmawati (2008), Rejeki (2008) dan Singh (2010), salah satu faktor
yang menyebabkan ASI Ekslusif tidak diberikan adalah karena ibu
bekerja. Ibu tersebut tidak mengetahui bagaimana cara ibu tetap
bekerja dan dapat memberikan ASI kepada bayinya dengan cara
diperah, oleh sebab itu penting untuk mengetahui cara memerah ASI
sejak awal kehamilan, agar setelah melahirkan nanti, ibu tetap bisa
memberikan ASI kepada bayinya walaupun sedang bekerja karena ibu
telah mengetahui sebelumnya, bagaimana cara memerah ASI.
Masih adanya topik materi yang dibutuhkan seperti yang telah disebutkan
di atas perlu dijadikan perhatian lebih lanjut karena materi yang mereka
butuhkan tersebut sebenarnya sangat penting untuk diketahui oleh ibu hamil
dan direkomendasikan oleh Kemenkes R.I (2010b) dan Soetjiningsih (1997)
yang notabennya merupakan seorang profesional, selain itu, berdasarkan
hasil penelitian dari para ahli juga mengungkapkan topik materi tersebut
sebenarnya perlu untuk dikuasai oleh ibu hamil.
Setelah dibahas mengenai tujuan diadakannya penilaian kebutuhan
pengetahuan untuk mengidentifikasi apa yang kelompok inginkan atau
butuhkan, berikutnya akan dibahas pentingnya penilaian kebutuhan untuk
mengidentifikasi apakah intervensi yang sudah ada dapat memenuhi
kebutuhan mereka secara seharusnya dan apa yang mungkin menjadi
alternatif terbaik untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya, pada Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan
sebenarnya telah melakukan intervensi terkait ASI eksklusif kepada ibu
117
hamil. Intervensi tersebut berupa pemberian pengetahuan terkait ASI
eksklusif kepada ibu hamil yang melakukan kunjungan antenatal ke
Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan. Masih adanya kebutuhan pengetahuan
akan topik materi terkait ASI eksklusif menandakan intervensi yang sudah
dilakukan masih perlu ditingkatkan. Perlunya peningkatan pemberian
pengetahuan yang telah dilakukan oleh bidan, dari hasil identifikasi yang
telah didapat menunjukkan adanya faktor-faktor penghambat.
Faktor penghambat pertama yang akan dibahas adalah faktor dari bidan
itu sendiri, dalam masalah waktu dan beban tugas. Pelayanan antenatal di
Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan hanya disediakan dalam waktu empat
jam. Dalam waktu empat jam tersebut, bidan harus melayani ibu hamil yang
datang berkunjung. Untuk melayani satu ibu hamil saja biasanya dibutuhkan
waktu kurang lebih 15-20 menit sedangkan, rata-rata ibu hamil yang datang
berkunjung adalah 20 orang. Jika jumlah rata-rata ibu hamil dikalikan 20
menit maka kira-kira dibutuhkan waktu sekitar 400 menit dalam satu hari
pelayanan. Jika 400 menit tersebut dibagi dengan jumlah bidan yang
bertugas, dapat diartikan bahwa satu bidan memiliki waktu sekitar 200 menit
untuk memeriksakan ibu hamil yang datang berkunjung hari itu.
Waktu 3 jam 20 menit atau sekitar 200 menit jika ditambah dengan
pemberian pengetahuan selama 1 jam atau 60 menit, dibandingkan dengan
waktu pelayanan yang ada yaitu 240 menit, tentu akan melebihi jam
pelayanan yang ada. Waktu yang sudah cukup lama tersebut membuat
pemberian pengetahuan seluruh materi terkait ASI eksklusif terhadap ibu
118
hamil menjadi tidak mungkin apabila dilakukan perorangan. Waktu yang
lama dalam memberikan pengetahuan, belum lagi ditambah dengan tugasnya
memeriksakan pasien, tentu dapat membuat bidan tersebut kelelahan.
Pemberian pengetahuan yang lama dan sekaligus banyak, tentu juga akan
membuat ibu hamil harus memiliki kesiapan yang bagus. Ketidaksiapan ibu
dapat juga menyebabkan terhambatnya proses pemberian pengetahuan
terkait ASI eksklusif, sehingga ibu tidak menerima pengetahuan terkait dua
topik materi ini dengan baik. Menurut laporan Bristol dalam Bowden (2011),
pesan yang baik adalah pesan yang disampaikan dengan bertahap dan
disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi dan lingkungan individu, sehingga
cara bidan dalam memberikan pesan/materi dalam satu waktu dan sekaligus
banyak dan tidak disesuaikan dengan kebutuhan individu, sepertinya kurang
efektif.
Faktor selanjutnya adalah faktor rutinitas. Ketidakrutinitas dalam
memberikan pemberian pengetahuan dapat menjadikan pemberian
pengetahuan yang sudah dilakukan masih perlu ditingkatkan, seperti yang
telah diketahui, pemberian pengetahuan baik yang dilakukan dengan
perorangan ataupun berkelompok dilakukan secara insidental saja tidak
rutin, akibatnya tentu pengetahuan akan materi terkait ASI eksklusif antar
satu ibu hamil dengan ibu hamil yang lain tidak sama.
Faktor terakhir adalah pesan/materi. Dari hasil yang didapat, terdapat
materi-materi terkait ASI eksklusif yang direkomendasikan oleh Kemenkes
R.I (2010b) dan Soetjiningsih (1997) yang tidak diberikan, padahal
119
rekomendasi dari kedua pihak tersebut dapat dikatakan penting untuk
diberikan. Materi yang tidak diberikan oleh bidan diantaranya adalah ASI
saja enam bulan (penangangan bayi sakit); Penjelasan pentingnya ASI
(manfaat ASI bagi ibu untuk menguruskan badan dan mitos perubahan
bentuk payudara dan akibat pemberian dot); Rawat gabung; Tidak diberi
susu formula (bahaya susu formula bagi bayi dan penanganan ibu yang
belum keluar ASI); Perawatan puting susu (bahaya penggunaan sabun dan
alkohol); Cara mengatasi kesulitan menyusui (penanganan masalah radang
payudara dan puting lecet dan penanganan pemberian ASI ketika ibu
bekerja).
Menurut kedua bidan tersebut, diakui pengetahuan yang
direkomendasikan oleh Kemenkes R.I (2010b) dan Soetjiningsih (1997)
memang penting untuk diberikan kepada ibu hamil, namun tidak
diberikannya pengetahuan kepada ibu hamil secara umum disebabkan oleh
hal yang sama dimana mereka tidak mempunyai cukup waktu dalam
memberikan semua materi terkait ASI eksklusif karena pelaksanaan
pemberian pengetahuan dilakukan sebelum dan pada saat pelayanan
antenatal seperti yang telah diungkapkan sebelumnya pada faktor
penghambat dari segi waktu.
Salah satu tugas bidan sebagai promotor kesehatan adalah memberikan
pengetahuan kepada ibu hamil terkait ASI eksklusif pada saat antenatal.
Pemberian pengetahuan sejak awal kehamilan diharapkan dapat
meningkatkan pengetahuan dan rasa percaya diri terkait ASI eksklusif, oleh
120
karena itu sangat penting bagi seorang ibu/perempuan mendapatkan
pengetahuan yang benar dan terkini mengenai segala hal tentang menyusui
agar kelak ibu dapat memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Pelayanan
antenatal memegang peranan penting, hal tersebut karena menurut Yulifah
(2009), fokus dalam pelayanan antenatal bukan hanya mempersiapkan
persalinan yang sehat dan selamat, namun juga mempersiapkan seorang ibu
hamil untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayinya setelah lahir kelak.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Su, et.al (2007) juga
memperlihatkan pelayanan antenatal berperan penting dalam
mempersiapkan ibu hamil untuk memberikan ASI eksklusif. Hasil dari
penelitian Su, et.al (2007) menyebutkan, ada hubungan antara pendidikan
tentang menyusui pada saat antenatal dan dukungan untuk menyusui bayinya
setelah melahirkan dengan meningkatnya pemberian ASI eksklusif selama 6
bulan. Dari penjelasan di atas, tentu dapat diambil kesimpulan bahwa
pemberian pengetahuan kepada ibu hamil terkait ASI eksklusif pada saat
antenatal sangatlah penting untuk diberikan.
Di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan, petugas kesehatan yang
melayani ibu hamil ketika melakukan pelayanan antenatal dan memberikan
pengetahuan terkait ASI eksklusif adalah bidan. Bidan memiliki peran
penting dalam pembentukan perilaku ASI eksklusif pada ibu. Pentingnya
peran bidan dapat dilihat dari hasil temuan menarik lainnya yang dapat
dilihat melalui hasil kuesioner pernah/tidak pernah mendengar mengenai
kedelapan topik materi yang tidak diberikan oleh bidan ini. Dari delapan
121
topik materi yang termasuk yang tidak diberikan oleh bidan, enam
diantaranya termasuk dalam materi yang mayoritas ibu hamil tidak pernah
mendengar akan materi tersebut. Hal tersebut menyiratkan bahwa bidan
merupakan sumber pengetahuan utama bagi ibu hamil di Puskesmas
Kecamatan Pesanggrahan, karena jika bidan tidak memberikan pengetahuan
akan materi tertentu, ibu hamil tidak akan mengetahui materi tersebut.
Menurut Green (1980), perilaku kesehatan dipengaruhi oleh tiga faktor
utama, diantaranya adalah predisposising factors, enabling factors dan
reinforcing factors. Bidan selaku petugas kesehatan dapat berperan sebagai
enabling factors dan reinforcing factors dalam pembentukan perilaku
seseorang. Dapat dikatakan sebagai enabling factors, jika bidan berperan
sebagai pemberi pengetahuan utama, dalam artian ibu hamil tidak akan
mengetahui pengetahuan akan materi-materi tertentu apabila bidan tidak
memberikan, sedangkan reinforcing factors, bidan berperan sebagai
pendukung sumber pengetahuan dan bukan merupakan sumber pengetahuan
utama, dalam artian bidan hanya berperan sebagai pendukung saja karena
ibu hamil sudah mengetahui lebih dahulu akan materi tersebut dari sumber
pengetahuan lain. Dilihat dari hasil yang telah diperoleh, bidan dapat
dianggap sebagai sumber pengetahuan utama bagi ibu hamil di Puskesmas
Kecamatan Pesanggrahan. Hal tersebut karena, jika bidan tidak memberikan
pengetahuan akan materi tertentu, ibu hamil tidak akan mengetahui materi
tersebut. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa bidan di Puskesmas
Kecamatan Pesanggrahan berperan sebagai enebling factors, karena peran
122
bidan sangatlah penting dalam menyukseskan peningkatan pengetahuan
materi terkait ASI eksklusif. Oleh sebab itu, perlu ditingkatkan lagi
intervensi yang telah dilakukan oleh bidan di Puskesmas agar dapat
memenuhi kebutuhan pengetahuan ibu hamil terkait materi yang
berhubungan dengan ASI eksklusif.
Masih adanya kebutuhan pengetahuan, menandakan intervensi pemberian
pengetahuan yang sudah dilakukan masih perlu ditingkatkan dan dapat
menyebabkan angka cakupan eksklusif di Puskesmas yang melaksanakan
intervensi belum mencapai target. Pada sub bab sebelumnya, telah dibahas
bahwa ketidakmampuan seseorang untuk mengungkapkan kembali apa yang
diketahui terkait materi ASI eksklusif dapat membuat gagalnya pemberian
ASI eksklusif. Hal tersebut karena mereka tidak mengetahui sehingga
merekapun tidak melakukannya, oleh sebab itu diharapkan ibu hamil dapat
terpenuhi kebutuhan pengetahuannya, agar kelak ibu dapat memberikan ASI
eksklusif kepada bayinya.
123
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Presentase Materi Pengetahuan Terkait ASI Eksklusif Pada Ibu Hamil :
ASI saja enam bulan [pengertian ASI eksklusif (96.9%); penangangan bayi
sakit (29.2%); pemberian MP-ASI (79.3%)]; penjelasan pentingnya ASI
[waktu diberikannya ASI (47.9%), manfaat ASI untuk kebutuhan gizi bayi
(67.4%), manfaat ASI bagi ibu untuk menurunkan berat badan (46.9%),
mafaat ASI bagi ibu untuk KB (66.8%), mitos perubahan bentuk payudara
(30.2%) dan akibat pemberian dot (72,9%)]; IMD [pengertian IMD (80.2%)];
Kolostrum [pengertian kolostrum (39.6%), mitos kolostrum harus dibuang
(69.8%), manfaat kolostrum (76.0%)]; Rawat gabung [pengertian rawat
gabung (45.8%)]; Tidak diberi susu formula [bahaya susu formula untuk bayi
(58.3%), penanganan ibu yang belum keluar ASI (10.4%)]; Perawatan puting
susu [cara membersihkan payudara (91.7%) dan bahaya penggunaan sabun
dan alkohol (44.8%)]; Cara mengatasi kesulitan menyusui [penanganan
masalah radang payudara dan puting lecet (39.6%) dan penanganan
pemberian ASI ketika ibu bekerja (46.9%)].
2. Materi yang mayoritas tidak dikuasai dan dibutuhkan oleh ibu hamil :
Materi yang masih dibutuhkan: ASI saja enam bulan [penangangan bayi
sakit]; Penjelasan pentingnya ASI [waktu diberikannya ASI, manfaat ASI
bagi ibu untuk menurunkan berat badan dan mitos perubahan bentuk
124
payudara]; Kolostrum [pengertian kolostrum]; Rawat gabung [pengertian
rawat gabung]; Tidak diberi susu formula [penanganan ibu yang belum
keluar ASI]; Perawatan puting susu [bahaya penggunaan sabun dan alkohol];
Cara mengatasi kesulitan menyusui [penanganan masalah radang payudara
dan puting lecet dan penanganan pemberian ASI ketika ibu bekerja].
3. Materi yang mayoritas dibutuhkan oleh ibu hamil dan tidak diberikan
oleh bidan:
Materi terkait ASI saja enam bulan (penanganan bayi sakit); Materi terkait
penjelasan pentingnya ASI (manfaat ASI bagi ibu untuk menguruskan badan
dan mitos perubahan bentuk payudara); Materi terkait perawatan puting susu
(bahaya penggunaan sabun dan alkohol); Materi terkait tidak diberi susu
formula (penanganan ibu yang belum keluar ASI); Materi terkait rawat
gabung (pengertian rawat gabung); Materi terkait kesulitan dalam menyusui
(penanganan masalah radang payudara dan puting lecet serta penanganan
pemberian ASI ketika ibu bekerja).
4. Belum terpenuhinya target angka ASI eksklusif salah satunya disebabkan
karena pemberian pengetahuan yang sudah dilakukan masih perlu
ditingkatkan. Hal tersebut ditandai dengan masih adanya kebutuhan
pengetahuan terkait ASI eksklusif pada ibu hamil. Faktor-faktor yang
menghambat pemberian pengetahuan diantaranya adalah waktu dan beban
tugas bidan yang berat, jumlah bidan hanya dua orang, pemberian
pengetahuan yang lama dan sekaligus banyak, ketidakrutinitas, dan materi
yang dibutuhkan ada yang tidak diberikan.
125
B. Saran
1. Bagi Peneliti Selanjutnya
Ditelitinya hubungan pengetahuan pada tiap materi terkait ASI eksklusif
dengan pemberian ASI eksklusif.
2. Bagi Puskesmas
a. Agar terjadi pemerataan pengetahuan antar satu ibu hamil dengan ibu hamil
yang lain, pemberian pengetahuan secara berkelompok sebaiknya diberikan
kepada ibu hamil yang sudah menginjak trimester III kehamilan saja.
Waktu pelaksanaan sebaiknya juga di luar jam pelayanan antenatal agar
waktunya lebih leluasa dan bidan tidak terlalu kewalahan karena
bersamaan dengan pemeriksaan ibu hamil.
b. Pemberian pengetahuan secara perorangan dilakukan setiap hari pada ibu
hamil trimester III pada setiap kunjungan antenatal.
c. Penambahan tenaga bidan yang bertugas di Poli Kesehatan Ibu Puskesmas
Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan.
d. Materi terkait ASI eksklusif yang diberikan hendaknya disesuaikan dengan
hasil need assessment. Materi yang masih dibutuhkan dan tidak diberikan
sebaiknya diberikan seperti materi: ASI saja enam bulan pada topik
penanganan bayi sakit; penjelasan pentingnya ASI pada topik manfaat ASI
bagi ibu untuk menurunkan berat badan dan mitos perubahan bentuk
payudara; tidak diberi susu formula pada topik penanganan ibu ketika ASI
belum keluar; perawatan puting susu pada topik bahaya penggunaan sabun
dan alkohol dan cara mengatasi kesulitan menyusui pada topik penanganan
126
masalah radang payudara dan penanganan pemberian ASI ketika ibu
bekerja.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an
Afifah, Diana Nur. 2007. Faktor yang Berperan Dalam Kegagalan Praktik PemerianASI Eksklusif (Studi Kualitatif di Kesamatan Tembalang, kota Semarang Tahun2007). Tesis Magister Gizi Masyarakat Program Pascasarjana UniversitasDiponegoro Semarang 2007.
Arasta, Ludfi Dini. 2010. Hubungan Pelaksanaan Rawat Gabung Dengan PerilakuIbu Dalam Memberikan ASI Eksklusif di Polindes Harapan Bunda DesaKaligading Kecamatan Boja Kabupaten Kendal Tahun 2010. Jurnal KesehatanAkademi Kebidanan, Purworejo. Diakses Melalui:http://e-journal.akbid-purworejo.ac.id/index.php/jkk4/article/view/64/62. PadaTanggal 30 Juni 2012. Pukul 20.00 WIB.
Astuti, Pia dan Setiyaningrum, Yuli. 2009. Hubungan Antara Perawatan Payudaradengan Kejadian Mastitis Pada Ibu Nifas Tahun 2009. STIKES MuhammadiyahKudus. Jikk Vol.2, No.2. Diakses Melalui:http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/2211107124_2088-4451.pdf. Pada Tanggal06 November 2012. Pukul 19.50 WIB.
Athiyah, Noor. 2008. Kebutuhan Informasi dan Perilaku pencarian informasi : studikasus terhadap ibu mengandung dan mengasuh bayi di kabupaten Jombang.Skripsi S-1 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indoensia Depok
Bowden, Jan dan Manning Vicky. 2011. Promosi Kesehatan Dalam KebidananPrinsio dan Praktik (Edisi 2). Jakarta: EGC
Danuatmaja, Bonny dan Meliasari, Mila. 2003. 40 hari pasca persalinan : masalahdan solusinya. Jakarta : Puspa Swara
Farrer, Helen. 2001. Perawatan Maternitas (Maternity care). Edisi 2. Jakarta: EGC
Fitriyani, Sinta. 2011. Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Fika, Sandrawati dan Syafiq, Ahmad. 2009. Penyebab Keberhasilan dan KegagalanPraktik Pemberian ASI Eksklusif. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol.4No.3 Desember 2009. Penerbit FKM UI.
Foo, LL. et al. 2005. prevalence and practices among Singaporean Chinese, Malayand Indian mothers. Jurnal NCBI 2005 Sep;20(3):229-37. Singapura: HealthPromotion Int. Diakses melalui :http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15814526. Pada Tanggal 28 Juni 2012.Pukul 12.00 WIB
Fretman, Carl I and Allensworth, Diane D. 2010. Health Promotion Programs FromTheory to Practice. San Francisco: Society of Public Health Education
Green, Lawrence W, et.al. 1980. Health Education Planing. New York: McGraw-Hill Companies
Green, Jackie and Tones, Keith. 2010. Health Promotion Planning and Strategies.London: Sage Publication Inc.
Hartono, Bambang. 2010. Manajemen Pemasaran Untuk Rumah Sakit. Jakarta:Rineka cipta
Hegar, Badriul. 2009. Nilai Menyusui. Diakses Melalui:http://www.idai.or.id/asi/artikel.asp?q=20112414313. Pada Tanggal 03 Juli 2012.Pukul 09.32 WIB.
Henderson, Christine.dkk. 2006. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC
Hikmawati, Isna. 2008. Faktor-Faktor Risiko Kegagalan Pemberian ASI Selama DuaBulan (Studi Kasus Pada Bayi Umur 3-6 Bulan di Kabupaten Banyumas). TesisS-2 Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang.
Jacobsen, MJ and O’Connor, AM. 2006. Population Needs Assessment. Universityof Ottawa. Diakses Melalui:http://decisionaid.ohri.ca/docs/implement/Population_Needs.pdf. Pada Tanggal17 September 2012. Pukul 13.00 WIB
Johnson, Ruth. 2002. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta: EGC
Joseph, Cicy. 2005. A Descriptive to Assess The Knowledge and Practice Related toBreastfeeding Among Mothers in General Hospital, Jayanagar, Bangalore.Dissertation submitted to The Rajiv Gandhi University Of Health Sciences,Kamataka, Bangalore. Diakses
Melalui:http://119.82.96.198:8080/jspui/bitstream/123456789/2857/1/Jospeh%20Cicy.pdf. Pada Tanggal 24 Oktober 2012. Pukul 23.48 WIB.
Kaderkanie. 2011. Persiapkan ASI Sebelum Melahirkan. Diakses melalui :http://hidupsehatonline.com/persiapkan-asi-sebelum-melahirkan/html. PadaTanggal 28 Juni 2012. Pukul 16.00 WIB
Kasnodiharjo, et.al (1994). Faktor Determinan Pemberian Air Susu Ibu TidakEksklusif (Analisis Lanjut SDKI 1994). Jurnal Badan Penelitian Kesehatan 24(2&3) 1996.
Kemenkes R.I. 1995. Modul Manajemen Laktasi. Jakarta: Direktorat JenderalPelayanan Medik.
_____________. 2005. Petunjuk Praktis Bagi Kader Dalam Mendampingi IbuMenyusui. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
_____________. 2007. Asuhan Persalinan Normal-Asuhan Esensial Persalinan.Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
_____________. 2008. Pemberdayaan Perempuan Dalam Peningkatan Pemberian
ASI. Jakarta:
_____________. 2009. Pemberian Air Susu Ibu dan makanan Pendamping ASI.Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
_____________. 2010a. Pemberdayaan Perempuan Dalam Peningkatan PemberianASI. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak
_____________. 2010b. Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu. Jakarta: DirektoratJenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 585/MEKES/SKN/2007Tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan Di Puskesmas. DiaksesMelalui : http://www.depkes.go.id/downloads/Keputusan_MENKES_2007-2010/Tahun_2007/KMK_No._585_ttg_Pedoman_Pelaksanaan_Promosi_Kesehatan_Di_Puskesmas.pdf. Pada Tanggal 12 Mei 2012. Pukul 14.00 WIB.
Laporan Profil Tahunan DKI Jakarta Tahun 2009
Laporan Profil Tahunan Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan Tahun 2011
Laporan Profil Tahunan Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2011
Laporan Riset Kesehatan Dasar Tahun 2010
Li, Ruowei, et.al. 2008. Why Mother Stop Breastfeeding: Mother’s Self ReportedReasons for Stopping During First Year. Pediatrics 2008,122,S69. DiaksesMelalui:http://pediatrics.aappublications.org/content/122/Supplement_2/S69.full.html. Pada Tanggal 11 November 2012. Pukul 20.59 WIB
Newman, Jack. 2009. Breastfeeding And Illness – Should You Stop Breastfeeding.Diakses Melalui: http://www.bellybelly.com.au/breastfeeding/breastfeeding-and-illness-should-you-stop-breastfeeding. Pada Tanggal 14 November 2012. Pukul19.30.WIB
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Keperawatan.Jakarta: Salemba Medika
Nusatya, Angela.dkk. 1981. Menyusui dan Kesehatan. Jakarta: Perdhaki
Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
___________________. 2007. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta : RinekaCipta
Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia No. 33 Tahun 2012 mengenaipemberian Air Susu Ibu eksklusif. Diakses melalui :http://www.depkes.go.id/downloads/PP%20ASI.pdf. Pada Tanggal 28 Juni 2012.Pukul 11.00 WIB
Pratiwi, I Gusti Ayu Nyoman. 2009. Revitalisasi Rumah Sakit Sayang Ibu. Diaksesmelalui: http://www.idai.or.id/asi/artikel.asp?q=20113715507. Pada Tanggal 09April 2012. Pukul 23.58 WIB.
Pratiwi, I.Gusti Ayu Nyoman dan Purnawati, Jeanne. 2009. Kendala Pemberian ASIEksklusif. Diakses Melalui :http://www.idai.or.id/asi/artikel.asp?q=201057102916. Pada Tanggal 10 Oktober2012. Pukul 21.00 WIB.
Pratiwi, Citra. 2010. Menkes: Perlu Rawat Gabung Ibu-Bayi. Koran Waspada Online.Diakses Melalui:http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=81
843:menkes-perlu-ruang-rawat-gabung-ibu-bayi&catid=17&Itemid=30 . PadaTanggal 19 Desember 2012.Pukul 23.32 WIB
Rejeki, Sri. 2008. Studi Fenomenologi: Pengalaman Menyusui Eksklusif Ibu BekerjaDi Wilayah Kendal Jawa Tengah. Media Ners, Volume 2, Nomor 1, Mei 20088,hlm 1-44. Diakses Melalui:http://ejournal.undip.ac.id/index.php/medianers/article/download/734/pdf . PadaTanggal 31 Juli 2012. Pukul 12.11 WIB
Rinker, Brian D, et.al. 2008. The Effect of Breastfeeding Upon Breast Aesthetics.Jurnal NCBI. Diakses Melalui: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19083576.Pada Tanggal 10 November 2012. Pukul 17.23 WIB.
Roesli, Utami. 2000. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: Trubus Agriwidya
___________ . 2002. ASI Eksklusif. Jakarta: Gramedia
___________ . 2008. Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta: TrubusAgriwidya
Saputra, Dedi Kurniawan, et.al. 2010. Duration of Breastfeeding Has a PositiveEffect on Infant Weight Gain. Universa Medicina. Vol 29. No. 1. DiaksesMelalui: http://www.univmed.org/wp-content/uploads/2011/02/Dedi.pdf. PadaTanggal 10 November 2012. Pukul 19.37 WIB.
Singh, Bhavana. 2010. Knowledge, Atittude and Practice of Breastfeeding – A CaseStudy. European Journal of Scientific Reasearch. ISSN 1450-216X Vol.40 No.3(2010), pp 404-422. Diakses melalui: http://www.eurojournals.com/ejsr.htm.Pada Tanggal 09 November 2012. Pukul 15.36 WIB.
Soetjiningsih. 1997. ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: EGC.
Stuebe, Alison. 2009. The Risk of Not Breastfeeding for Mothers and Infants.Medreviews. 2(4): 222-231. DiaksesMelalui:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2812877/pdf/RIOG002004_0222.pdf. Pada Tanggal 06 November 2012. Pukul 20.13 WIB.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Su, Lin Lin. et.al. 2007. Antenatal education and postnatal support strategies forimproving rates of exclusive breast feeding: randomised controlled trial. BMJ2007. Diakses melalui:http://www.bmj.com/highwire/filestream/387728/field_highwire_article_pdf/0.pdf. Pada Tanggal 25 Maret 2011. Pukul 12.11 WIB.
Tan, Ay Eeng, et.al. 2008. Knowledge, Attitudes and Sources of Information onBreastfeeding Among Pregnant Mothers. Med & Health 2008, 3(1), 30-37.Diakses Melalui:http://www.ppukm.ukm.my/ukmmcjournal/media/blogs/ukmmcjournal/Archive/2008Vol3No1/Page%2030%20-%2037.pdf. Diakese Pada Tanggal 24 Oktober2012. Pukul 23.15 WIB
Tari, Romana. 6 Kesalahan Pemberian Obat Pada Anak. Kompas edisi Selasa, 2Oktober 2012 Diakses Melalui :http://health.kompas.com/read/2012/10/02/10340695/6.Kesalahan.Pemberian.Obat.pada.Anak. Pada Tanggal 14 November 2012 Pada Pukul 20.07 WIB
Yulifah, Rita. 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika
Wahyuningtyas, Heni Puji. 2009. Etika Profesi Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya
Widayati, Siti Nur dan Maryatun. 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu TentangImunisasi Polio Dengan Status Kelengkapan Imunisasi Polio di Wilayah KerjaPuskesmas Tanon Sragen. GASTER Vol. 9 No. 2 Agustus 2012. DiaksesMelalui:http://www.jurnal.stikes-aisyiyah.ac.id/index.php/gaster/article/download/38/35. Pada Tanggal 24 Januari2013 Pukul 20.00 WIB.
WHO. 2011. Exclusive breastfeeding for six months best for babies everywhere.Diakses melalui :http://www.who.int/mediacentre/news/statements/2011/breastfeeding_20110115/en/index.html. Pada Tanggal 28 Juni 2012. Pukul 13.00 WIB
Lampiran-2
INFORMED CONSENT
PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Assalamualaikum Wr.Wb
Perkenalkan nama saya Irda Septiani mahasiswi S1 angkatan 2008 peminatan GiziKesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas IslamNegeri Syarif Hidayatullah. Saya bermaksud untuk melakukan penelitian mengenai“Gambaran Kesenjangan Antara Kebutuhan Pengetahuan Ibu hamil DenganPemberian Pengetahuan Oleh Bidan Terkait ASI Eksklusif di Puskesmas KecamatanPesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2012”. Penelitian ini dilakukan sebagai tahapakhir dalam penyelesaian studi di Fakultas Kedokteran dan Ilmu KesehatanUniversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat.
Saya berharap Ibu bersedia untuk menjadi responden dan mengisi kuesioner yangakan diberikan peneliti. Semua informasi yang ibu berikan akan terjaminkerahasiannya.
Setelah Ibu membaca maksud dari pelaksanaan penelitian ini, maka saya mohonuntuk mengisi nama dan tanda tangan dibawah ini :
Saya setuju untuk ikut serta dalam peneltian ini :
Nama :
Tanda Tangan :
Terimakasih atas kesediaan ibu untuk ikut serta dalam penelitian ini
Lampiran-2
INFORMED CONSENT
PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Assalamualaikum Wr.Wb
Perkenalkan nama saya Irda Septiani mahasiswi S1 angkatan 2008 peminatan GiziKesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas IslamNegeri Syarif Hidayatullah. Saya bermaksud untuk melakukan penelitian mengenai“Gambaran Kesenjangan Antara Kebutuhan Pengetahuan Ibu hamil DenganPemberian Pengetahuan Oleh Bidan Terkait ASI Eksklusif di Puskesmas KecamatanPesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2012”. Penelitian ini dilakukan sebagai tahapakhir dalam penyelesaian studi di Fakultas Kedokteran dan Ilmu KesehatanUniversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat.
Saya berharap Ibu bersedia untuk menjadi responden dan mengisi kuesioner yangakan diberikan peneliti. Semua informasi yang ibu berikan akan terjaminkerahasiannya.
Setelah Ibu membaca maksud dari pelaksanaan penelitian ini, maka saya mohonuntuk mengisi nama dan tanda tangan dibawah ini :
Saya setuju untuk ikut serta dalam peneltian ini :
Nama :
Tanda Tangan :
Terimakasih atas kesediaan ibu untuk ikut serta dalam penelitian ini
Lampiran-2
INFORMED CONSENT
PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Assalamualaikum Wr.Wb
Perkenalkan nama saya Irda Septiani mahasiswi S1 angkatan 2008 peminatan GiziKesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas IslamNegeri Syarif Hidayatullah. Saya bermaksud untuk melakukan penelitian mengenai“Gambaran Kesenjangan Antara Kebutuhan Pengetahuan Ibu hamil DenganPemberian Pengetahuan Oleh Bidan Terkait ASI Eksklusif di Puskesmas KecamatanPesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2012”. Penelitian ini dilakukan sebagai tahapakhir dalam penyelesaian studi di Fakultas Kedokteran dan Ilmu KesehatanUniversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat.
Saya berharap Ibu bersedia untuk menjadi responden dan mengisi kuesioner yangakan diberikan peneliti. Semua informasi yang ibu berikan akan terjaminkerahasiannya.
Setelah Ibu membaca maksud dari pelaksanaan penelitian ini, maka saya mohonuntuk mengisi nama dan tanda tangan dibawah ini :
Saya setuju untuk ikut serta dalam peneltian ini :
Nama :
Tanda Tangan :
Terimakasih atas kesediaan ibu untuk ikut serta dalam penelitian ini
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH No.FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANPEMINATAN GIZI KESEHATAN MASYARAKATKUESIONER PENELITIANPETUNJUK-11. Ibu diharapkan bersedia menjawab semua pertanyaan yang ada dengan jujur
2. Pada pertanyaan no.1-6 silakan diisi
3. Pada pertanyaan selanjutnya, berilah tanda checklist () pada kotak untuk pilihan
jawaban yang tepat
Contoh :
Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan
4. Jika ada hal yang kurang jelas silakan bertanya kepada peneliti.
KARAKTERISTIK RESPONDEN1. Nama :2. Umur : ……… Tahun3. Usia kehamilan : ........... Minggu4. Jumlah Anak : ........... Orang5. Alamat :6. No.Telfon :7. Pendidikan terakhir :
Tidak sekolah/tidak lulus SD Tamat SMA atau sederajat
Tamat SD atau sederajat Perguruan tinggi
Tamat SMP atau sederajat
8. Pekerjaan :
PNS/ABRI Ibu Rumah Tangga Pensiunan
Pegawai Swasta/BUMN Mahasiswa/tidak bekerja
Wiraswasta/Pedagang Dll (……………………….)
KUESIONER PENELITIAN
PETUNJUK -21. Ibu diharapkan bersedia menjawab semua pernyataan yang ada dengan jujur
2. Tiap item pernyataan harus dijawab, dan item pernyataan tersebut berfungsi sebagai soal yang jawabannya dapat diisi
sesuai dengan kotak alternatif jawaban, pernah/tidak pernah mendengar serta sumber informasi.
3. Pada kolom kotak, alternatif jawaban berilah tanda checklist () PADA SALAH SATU jawaban benar atau salah
4. Pada kolom kotak, pernah/tidak pernah mendengar, berilah tanda checklist () PADA SALAH SATU jawaban pernah
atau tidak pernah mendengar
5. Jika pada kolom kotak, pernah/tidak pernah mendengar, ibu menjawab tidak pernah mendengar, pada kolom kotak
sumber informasi ibu TIDAK USAH MENGISINYA, dan jika pada kolom kotak, pernah/tidak pernah mendengar, ibu
menjawab pernah mendengar, pada kolom kotak sumber informasi, berilah tanda checklist () PADA SATU ATAU
LEBIH jawaban dari sumber informasi dan sebutkan dengan inisial nomor saja sesuai kolom yang diinginkan
6. Pada kolom kotak, sumber informasi, jika ibu memilih bidan, apabila bidan yang dimaksud bukan bidan yang bekerja di
Puskesmas ini, maka berilah tanda seperti ini : 1*
Contoh :
NoItem
Pernyataan
AlternatifJawaban
Pernah/TidakPernah
mendengarSumber Pengetahuan
Benar Salah PernahTidakPernah
¹Bidan/²Dokter
/³Perawat
¹TV/²Majalah/
³Buku
¹Suami/²Ibu
/³Saudara
¹TokohAgama/
²Masyarakat
¹Tetangga/²Teman
01 ASI adalahcairanhidup yangberasal dariTuhanYang MahaKuasa
1, 2
3
2
3. Setelah melihat penjelasan diatas, jika ada hal yang kurang jelas silahkan bertanya kepada peneliti.
KUESIONER PENELITIAN (1)
No Item Pernyataan
AlternatifJawaban
Pernah/TidakPernah
mendengarSumber Pengetahuan
Benar Salah PernahTidakPernah
¹Bidan/²Dokter
/³Perawat
¹TV/²Majalah/
³Buku
¹Suami/²Ibu
/³Saudara
¹TokohAgama/
²Masyarakat
¹Tetangga/²Teman
01 ASI eksklusif adalahpemberian hanyaASI saja sejak lahirhingga bayi berusiaenam bulan
02 Jika bayi usia 0-6bulan sakit, ibucukup memberi ASIuntukmengobatinya.
03 Makanan padat(bubur, tim) bolehdiberikan kepadabayi sejak usia tigabulan.
04 ASI diberikankapan saja kepadabayi usia 0-6 bulantanpa perludijadwalkan.
05 Kebutuhan gizi anaksejak lahir hingga 6bulan dapat dipenuhihanya dengan ASIsaja, tanpa perlutambahanmakanan/minumanlain.
06 Memberikan ASIsaja saat lahir hinggaberusia 6 bulandapat menyebabkanibu menjadi gemuk.
KUESIONER PENELITIAN (2)
No Item Pernyataan
AlternatifJawaban
Pernah/TidakPernah
mendengarSumber Pengetahuan
Benar Salah PernahTidakPernah
¹Bidan/²Dokter
/³Perawat
¹TV/²Majalah/
³Buku
¹Suami/²Ibu
/³Saudara
¹TokohAgama/
²Masyarakat
¹Tetangga/²Teman
07 Memberi ASI sajakepada bayi usia 0-6 bulan dapatmencegah ibuhamil kembalisampai enam bulansetelah melahirkan.
08 Menyusui dapatmerubah bentukpayudara ibu
09 Kolostrum adalahASI yangdihasilkan pada harikeempat setelahbayi lahir.
10 Kolostrumberwarna kuningsehingga harusdibuang.
11 Kolostrummengandung zatkekebalan tubuhsehingga dapatmelindungi bayidari berbagaipenyakit
12 Setelah lahir,sebaiknya bayilangsung diberikankepada ibunyadengan posisi bayiditengkurapkan didada atau perut ibuuntuk merangsangkeluarnya ASI.
KUESIONER PENELITIAN (3)
No Item Pernyataan
AlternatifJawaban
Pernah/TidakPernah
mendengarSumber Pengetahuan
Benar Salah PernahTidakPernah
¹Bidan/²Dokter
/³Perawat
¹TV/²Majalah/
³Buku
¹Suami/²Ibu
/³Saudara
¹TokohAgama/
²Masyarakat
¹Tetangga/²Teman
13 Saat hendakmenyusui, ibu tidaklangsungmemasukkan putingsusu melainkanmenyentuhkan padabibir atau pipi bayi.
14 Membersihkanpayudara dapatdilakukan denganmenggunakan airhangat kemudianmengeringkannya.
15 Sabun dan alkoholjuga dapatdigunakan untukmembersihkanpayudara.
16 Susu formula dapatmelengkapi zat gizibayi usia 0-6 bulan
17 Jika ASI belumkeluar,maka ibubolehmemberikansusu botol kepadabayi saat berusia 0-6 bulan.
18 Setelah lahir,sebaiknya bayiditempatkan dalamruangan yangberbeda dengan ibuagar memudahkanibu dalammenyusui
KUESIONER PENELITIAN (4)
No Item Pernyataan
AlternatifJawaban
Pernah/TidakPernah
mendengarSumber Pengetahuan
Benar Salah PernahTidakPernah
¹Bidan/²Dokter
/³Perawat
¹TV/²Majalah/
³Buku
¹Suami/²Ibu
/³Saudara
¹TokohAgama/
²Masyarakat
¹Tetangga/²Teman
19 Jika terjadi radangpayudara, putinglecet, pemberian ASIharus dihentikan
20 Ibu yang bekerja diluar rumah tidakmungkinmenghindaripemberian susuformula kepada bayi0-6 bulan
21 Memberi susudengan dot akanmenyebabkanbingung putting
22 Puting susu dansebagian besar areolabagian bawah harusmasuk dalam mulutbayi yang sedangmenyusu
Lampiran-3Hasil Output SPSS Uji Validitas Dan Reliabilitas
Reliability
[DataSet1] D:\Irda document\SEMESTER 8\SKRIPSI\Uji SPSS\Uji Valditas reliabil irda
.sav
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 20 100.0
Excludeda 0 .0
Total 20 100.0
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.963 22
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
K1 .75 .444 20
K2 .50 .513 20
K3 .65 .489 20
K4 .60 .503 20
K5 .55 .510 20
K6 .55 .510 20
K7 .55 .510 20
K8 .45 .510 20
K9 .65 .489 20
K10 .60 .503 20
K11 .60 .503 20
K12 .60 .503 20
K13 .65 .489 20
K14 .70 .470 20
K15 .50 .513 20
K16 .60 .503 20
K17 .60 .503 20
K18 .50 .513 20
K19 .55 .510 20
K20 .65 .489 20
K21 .60 .503 20
K22 .60 .503 20
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's Alpha
if Item Deleted
K1 12.25 63.776 .523 .963
K2 12.50 61.737 .705 .961
K3 12.35 61.608 .760 .961
K4 12.40 60.989 .821 .960
K5 12.45 61.418 .751 .961
K6 12.45 61.313 .764 .960
K7 12.45 61.103 .792 .960
K8 12.55 61.839 .696 .961
K9 12.35 61.608 .760 .961
K10 12.40 62.463 .625 .962
K11 12.40 60.989 .821 .960
K12 12.40 60.989 .821 .960
K13 12.35 61.608 .760 .961
K14 12.30 62.537 .662 .962
K15 12.50 62.474 .610 .962
K16 12.40 62.779 .584 .962
K17 12.40 61.937 .695 .961
K18 12.50 61.737 .705 .961
K19 12.45 60.892 .820 .960
K20 12.35 62.661 .618 .962
K21 12.40 60.989 .821 .960
K22 12.40 61.726 .722 .961
Lampiran-4UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH No.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANPEMINATAN GIZI KESEHATAN MASYARAKAT
PEDOMAN WAWANCARA PENELITIAN
A. Karakteristik Bidan
1. No. Responden :
2. N a m a :
3. Umur : ....... tahun
4. Pendidikan Terakhir :
5. Lama Bekerja : ........ tahun
B. Pemberian Pengetahuan
1. Bagaimana pendapat ibu mengenai pemberian pengetahuan terkait ASI eksklusifoleh petugas kesehatan?
2. Sejak kapan pemberian pengetahuan terkait ASI eksklusif sebaiknya dilakukan ?3. Apakah ibu memberikan pengetahuan terkait ASI eksklusif kepada ibu hamil ?4. Sebutkan petugas kesehatan yang ikut memberikan pengetahuan terkait ASI
eksklusif dan pembagian tugas nya seperti apa ?5. Pada saat kapan ibu biasanya memberikan pengetahuan terkait ASI eksklusif ?6. Bagaimana selama ini cara ibu dalam memberikan pengetahuan terkait ASI
eksklusif kepada ibu hamil ?7. Sebutkan media yang digunakan sebagai alat batu pemberian pengetahuan terkait
ASI eksklusif pada ibu hamil dan fungsi dari tiap media tersebut?8. Hambatan apa yang ibu temui ketika ibu memberikan pengetahuan terkait ASI
eksklsuif kepada ibu hamil ?9. Apakah dalam memberikan materi terkait ASI eksklusif, terdapat pedoman materi
yang melandasi ibu, dan dari mana peodman materi tersebut ?10 Menurut ibu, materi apa saja yang harus didapat pasien terkait ASI eksklusif pada saat
.......? (tanpa melihat materi pada lembar observasi)
11 Materi terkait ASI eksklusif apa saja yang ibu berikan pada saat pelayananantenatal? (lihat materi pada lembar observasi)
12 Sebutkan alasan tidak diberikannya materi yang ibu tidak sebutkan diatas padasaat pelayanan antenatal ?
Lampiran-5UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANPEMINATAN GIZI KESEHATAN MASYARAKATLEMBAR OBSERVASI PENELITIAN
Berilah Tanda () Pada Lembar Observasi dibawah ini :
No Materi HARI KE-1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
1 ASI eksklusif adalah pemberian hanya ASI sajasejak lahir hingga bayi berusia enam bulan
2 Jika bayi usia 0-6 bulan sakit, ibu cukupmemberi ASI untuk mengobatinya.
3 Makanan padat (bubur, tim) boleh diberikankepada bayi sejak usia tiga bulan.
4 ASI diberikan kapan saja kepada bayi usia 0-6 bulan tanpa perlu dijadwalkan.
5 Kebutuhan gizi anak sejak lahir hingga 6 bulandapat dipenuhi hanya dengan ASI saja, tanpaperlu tambahan makanan/minuman lain.
6 Memberikan ASI saja saat lahir hingga berusia6 bulan dapat menyebabkan ibu menjadigemuk.
7 Memberi ASI saja kepada bayi usia 0-6 bulandapat mencegah ibu hamil kembali sampaienam bulan setelah melahirkan.
8 Menyusui dapat merubah bentuk payudara ibu9 Kolostrum adalah ASI yang dihasilkan pada
hari keempat setelah bayi lahir.10 Kolostrum berwarna kuning sehingga harus
dibuang.11 Kolostrum mengandung zat kekebalan tubuh
sehingga dapat melindungi bayi dari berbagaipenyakit
Lampiran-5 (2)LANJUTAN LEMBAR OBSERVASI PENELITIANBerilah Tanda () Pada Lembar Observasi dibawah ini :
No Materi HARI KE-1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
12 Setelah lahir, sebaiknya bayi langsung diberikankepada ibunya dengan posisi bayi ditengkurapkandi dada atau perut ibu untuk merangsang keluarnyaASI.
13 Saat hendak menyusui, ibu tidak langsungmemasukkan puting susu melainkan menyentuhkanpada bibir atau pipi bayi.
14 Membersihkan payudara dapat dilakukan denganmenggunakan air hangat kemudianmengeringkannya.
15 Sabun dan alkohol juga dapat digunakan untukmembersihkan payudara.
16 Susu formula dapat melengkapi zat gizi bayi usia 0-6 bulan
17 Jika ASI belum keluar,maka ibu boleh memberikansusu botol kepada bayi saat berusia 0-6 bulan.
18 Setelah lahir, sebaiknya bayi ditempatkan dalamruangan yang berbeda dengan ibu agarmemudahkan ibu dalam menyusui
19 Jika terjadi radang payudara, puting lecet,pemberian ASI harus dihentikan
20 Ibu yang bekerja di luar rumah tidak mungkinmenghindari pemberian susu formula kepada bayi0-6 bulan
21 Memberi susu dengan dot akan menyebabkanbingung puting
22 Puting susu dan sebagian besar areola bagian bawahharus masuk dalam mulut bayi yang sedangmenyusu
Lampiran- 6
Lampiran-7Dokumentasi
1. Alat Peraga
2. Poster
Lampiran – 8UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANPEMINATAN GIZI KESEHATAN MASYARAKATLEMBAR OBSERVASI PENELITIAN
Berilah Tanda () Pada Lembar Observasi dibawah ini :
No Materi HARI KE-1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
1 ASI eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja sejaklahir hingga bayi berusia enam bulan
2 Jika bayi usia 0-6 bulan sakit, ibu cukup memberi ASIuntuk mengobatinya.
3 Makanan padat (bubur, tim) boleh diberikan kepada bayisejak usia tiga bulan.
4 ASI diberikan kapan saja kepada bayi usia 0-6 bulantanpa perlu dijadwalkan.
5 Kebutuhan gizi anak sejak lahir hingga 6 bulan dapatdipenuhi hanya dengan ASI saja, tanpa perlu tambahanmakanan/minuman lain.
6 Memberikan ASI saja saat lahir hingga berusia 6 bulandapat menyebabkan ibu menjadi gemuk.
7 Memberi ASI saja kepada bayi usia 0-6 bulan dapatmencegah ibu hamil kembali sampai enam bulan setelahmelahirkan.
8 Menyusui dapat merubah bentuk payudara ibu9 Kolostrum adalah ASI yang dihasilkan pada hari keempat
setelah bayi lahir.10 Kolostrum berwarna kuning sehingga harus dibuang. 11 Kolostrum mengandung zat kekebalan tubuh sehingga
dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit
Lampiran-8 (2)LANJUTAN LEMBAR OBSERVASI PENELITIANBerilah Tanda () Pada Lembar Observasi dibawah ini :
No Materi HARI KE-1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
12 Setelah lahir, sebaiknya bayi langsung diberikan kepadaibunya dengan posisi bayi ditengkurapkan di dada atauperut ibu untuk merangsang keluarnya ASI.
13 Saat hendak menyusui, ibu tidak langsung memasukkanputing susu melainkan menyentuhkan pada bibir atau pipibayi.
14 Membersihkan payudara dapat dilakukan denganmenggunakan air hangat kemudian mengeringkannya.
15 Sabun dan alkohol juga dapat digunakan untukmembersihkan payudara.
16 Susu formula dapat melengkapi zat gizi bayi usia 0-6bulan
17 Jika ASI belum keluar,maka ibu boleh memberikan susubotol kepada bayi saat berusia 0-6 bulan.
18 Setelah lahir, sebaiknya bayi ditempatkan dalam ruanganyang berbeda dengan ibu agar memudahkan ibu dalammenyusui
19 Jika terjadi radang payudara, puting lecet, pemberian ASIharus dihentikan
20 Ibu yang bekerja di luar rumah tidak mungkinmenghindari pemberian susu formula kepada bayi 0-6bulan
21 Memberi susu dengan dot akan menyebabkan bingungputing
22 Puting susu dan sebagian besar areola bagian bawah harusmasuk dalam mulut bayi yang sedang menyusu
Lampiran-9
MATRIKS WAWANCARA DENGAN INFORMAN UTAMA (BIDAN)Bd.X Bd.Y
KARAKTERISTIK INFORMANUmurPendidikan TerkahirLama Bekerja Sebagai Bidan
35D310
54D325
MATERI PEMBERIANPENGETAHUANPendapat ibu mengenai pemberianpengetahuan terkait ASI eksklusif olehpetugas kesehatan
Penting, karena belum tentu pengalamansama yang dikasi tau sama orangtuannyaitu bener
Penting, karena tidak semua orang ngertitentang ASI eksklusif
Sejak kapan pemberian pengetahuanterkait ASI eksklusif
Lebih bagusnya pada saat hamil Kunjungan pertama harus mengenal ASI
Pemberian pengetahuan terkait ASIeksklusif kepada ibu hamildiberikan/tidak
Iya, diberikan Diberikan
Petugas yang memberikan pengetahuanterkait ASI eksklusif kepada ibu hamil
Saya dan bd.y Saya perawatan puting susu, kalau materilain bd.x
Waktu pelaksanaan pemberianpengetahuan terkait ASI eksklusif
Pas waktu-waktu tertentu aja Pas kunjungan aja
Cara memberikan pengetahuan terkaitASI ekslusif
Penyuluhan pakai metode orang dewasa,kita beri kaya umpan balik
Paling sih penyuluhan aja, terus juga paskunjungan di periksa mamae ibu hamil
Media yang digunakan sebagai alat batupemberian pengetahuan
Leaflet : mudah dimengerti & dibacalembar balik : lebih menarik ada gambaralat peraga : mempermudah menjelaskanstep-step yang akan dijelaskan
Ga, paling diomongin aja pas kunjungan.
Bd. X Bd. YMATERI PEMBERIANPENGETAHUANHambatan dalam pemberian pengetahuan Kerjanya sendiri, waktu Sibuk, pasien banyak, jadi kewalahan
sendiri.Pedoman materi pada saat pemberianpengetahuan terkait ASI eksklusif
Ada, Dinas Kesehatan, mercycorp(organisasi swasta/yayasan peduli ASIeksklusif)
Tidak ada, yang ditau aja yang dikasi kepasien soal perawatan mamae.
Materi yang penting diberikan terkait ASIeksklsuif pada ibu hamil
Yang perlu dketahui terkait ASI ekslusifpada ibu hamil, paling lebih ke (yang adadalam leaflet)
Menurut saya sih yang penting perawatanmamae nya yah, massage nya gimana
Materi yang diberikan terkait ASIeksklusif pada saat pelayanan antenatal
Materi 1, 3, 4, 5, 7, 9, 10, 11, 12, 13, dan22
Materi 14
Alasan tidak memberikan pengetahuanmateri 2
Harus melalui pemeriksaan terlebihdahulu, tidak boleh sembaranganmemberikan pengetahuan
-
Alasan tidak memberikan pengetahuanmateri 6
Kalau ada yang bertanya saja -
Alasan tidak memberikan pengetahuanmateri 8
kalau ada yang Tanya -
Alasan tidak memberikan pengetahuanmateri 15
- Kalau sabun lebih kita sarankan bukanuntuk membersihkan, tetapi lebih untukmassage nya, kalau alkohol kita juga tidaksarankan
Alasan tidak memberikan pengetahuanmateri 16
Karena nanti terlalu memojokkan susuformula
-
MATRIKS WAWANCARA DENGAN INFORMAN UTAMA (BIDAN) (2)
Bd. X Bd. YMATERI PEMBERIANPENGETAHUANAlasan tidak memberikan pengetahuanmateri 17
Karena udah teken kontrak denganpemerintah, bahwa susu formula sudahtidak ada
-
Alasan tidak memberikan pengetahuanmateri 18
Disemua rumah sakit dan puskesmassepertinya sudah melakukan rawat gabungya.
-
Alasan tidak memberikan pengetahuanmateri 19
Kalau materi ini enaknya si pas dia udahmelakukannya
-
Alasan tidak memberikan pengetahuanmateri 20
Kalau materi ini enaknya si pas dia udahmelakukannya
-
MATRIKS WAWANCARA DENGAN INFORMAN UTAMA (BIDAN) (3)
Lampiran-10
Hasil Output Univariat
a. Karakteristik Responden
Umur_Baru
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid < 20 Tahun 7 7.3 7.3 7.3
20-34 Tahun 67 69.8 69.8 77.1
>35 Tahun 22 22.9 22.9 100.0
Total 96 100.0 100.0
Usia_Hamil_Baru
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid TM_2_(14-27 Minggu) 54 56.2 56.2 56.2
TM_3_(28->36 Minggu) 42 43.8 43.8 100.0
Total 96 100.0 100.0
Jmlh_Anak
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid 0 32 33.3 33.3 33.3
1 35 36.5 36.5 69.8
2 20 20.8 20.8 90.6
3 6 6.2 6.2 96.9
4 2 2.1 2.1 99.0
5 1 1.0 1.0 100.0
Total 96 100.0 100.0
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tamat SD 7 7.3 7.3 7.3
Tamat SMP 25 26.0 26.0 33.3
Tamat SMA 61 63.5 63.5 96.9
PT 3 3.1 3.1 100.0
Total 96 100.0 100.0
Pekerjaan
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid Pegawai Swasta 11 11.5 11.5 11.5
Wiraswasta/Pedagang 8 8.3 8.3 19.8
IRT 77 80.2 80.2 100.0
Total 96 100.0 100.0
b. Hasil Univariat Gambaran Pengetahuan Terkait ASI Eks. Pada Ibu hamil
K1
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid Salah 3 3.1 3.1 3.1
Benar 93 96.9 96.9 100.0
Total 96 100.0 100.0
K2
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid Salah 68 70.8 70.8 70.8
Benar 28 29.2 29.2 100.0
Total 96 100.0 100.0
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid Salah 20 20.8 20.8 20.8
Benar 76 79.2 79.2 100.0
Total 96 100.0 100.0
K4
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid Salah 50 52.1 52.1 52.1
Benar 46 47.9 47.9 100.0
Total 96 100.0 100.0
K5
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid Salah 34 35.4 35.4 35.4
Benar 62 64.6 64.6 100.0
Total 96 100.0 100.0
K6
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid Salah 51 53.1 53.1 53.1
Benar 45 46.9 46.9 100.0
Total 96 100.0 100.0
K7
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid Salah 30 31.2 31.2 31.2
Benar 66 68.8 68.8 100.0
Total 96 100.0 100.0
K3
K8
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid Salah 67 69.8 69.8 69.8
Benar 29 30.2 30.2 100.0
Total 96 100.0 100.0
K9
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid Salah 58 60.4 60.4 60.4
Benar 38 39.6 39.6 100.0
Total 96 100.0 100.0
K10
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid Salah 29 30.2 30.2 30.2
Benar 67 69.8 69.8 100.0
Total 96 100.0 100.0
K11
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid Salah 23 24.0 24.0 24.0
Benar 73 76.0 76.0 100.0
Total 96 100.0 100.0
K12
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid Salah 19 19.8 19.8 19.8
Benar 77 80.2 80.2 100.0
Total 96 100.0 100.0
K13
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid Salah 9 9.4 9.4 9.4
Benar 87 90.6 90.6 100.0
Total 96 100.0 100.0
K14
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid Salah 8 8.3 8.3 8.3
Benar 88 91.7 91.7 100.0
Total 96 100.0 100.0
K15
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid Salah 53 55.2 55.2 55.2
Benar 43 44.8 44.8 100.0
Total 96 100.0 100.0
K16
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid Salah 40 41.7 41.7 41.7
Benar 56 58.3 58.3 100.0
Total 96 100.0 100.0
K17
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid Salah 86 89.6 89.6 89.6
Benar 10 10.4 10.4 100.0
Total 96 100.0 100.0
K18
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid Salah 52 54.2 54.2 54.2
Benar 44 45.8 45.8 100.0
Total 96 100.0 100.0
K19
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid Salah 58 60.4 60.4 60.4
Benar 38 39.6 39.6 100.0
Total 96 100.0 100.0
K20
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid Salah 51 53.1 53.1 53.1
Benar 45 46.9 46.9 100.0
Total 96 100.0 100.0
K21
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid Salah 26 27.1 27.1 27.1
Benar 70 72.9 72.9 100.0
Total 96 100.0 100.0
K22
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid Salah 24 25.0 25.0 25.0
Benar 72 75.0 75.0 100.0
Total 96 100.0 100.0
c. Hasil Univariat Pernah/Tidak Pernah Mendengar
P1
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid Tidak Pernah 9 9.4 9.4 9.4
Pernah 87 90.6 90.6 100.0
Total 96 100.0 100.0
P2
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid Tidak Pernah 51 53.1 53.1 53.1
Pernah 45 46.9 46.9 100.0
Total 96 100.0 100.0
P3
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid Tidak Pernah 6 6.2 6.2 6.2
Pernah 90 93.8 93.8 100.0
Total 96 100.0 100.0
P4
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid Tidak Pernah 49 51.0 51.0 51.0
Pernah 47 49.0 49.0 100.0
Total 96 100.0 100.0
P5
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid Tidak Pernah 27 28.1 28.1 28.1
Pernah 69 71.9 71.9 100.0
Total 96 100.0 100.0
P6
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid Tidak Pernah 57 59.4 59.4 59.4
Pernah 39 40.6 40.6 100.0
Total 96 100.0 100.0
P7
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid Tidak Pernah 37 38.5 38.5 38.5
Pernah 59 61.5 61.5 100.0
Total 96 100.0 100.0
P8
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid Tidak Pernah 46 47.9 47.9 47.9
Pernah 50 52.1 52.1 100.0
Total 96 100.0 100.0
P9
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid Tidak Pernah 53 55.2 55.2 55.2
Pernah 43 44.8 44.8 100.0
Total 96 100.0 100.0
P10
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid Tidak Pernah 37 38.5 38.5 38.5
Pernah 59 61.5 61.5 100.0
Total 96 100.0 100.0
P11
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid Tidak Pernah 33 34.4 34.4 34.4
Pernah 63 65.6 65.6 100.0
Total 96 100.0 100.0
P12
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid Tidak Pernah 13 13.5 13.5 13.5
Pernah 83 86.5 86.5 100.0
Total 96 100.0 100.0
P13
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid Tidak Pernah 12 12.5 12.5 12.5
Pernah 84 87.5 87.5 100.0
Total 96 100.0 100.0
P14
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid Tidak Pernah 28 29.2 29.2 29.2
Pernah 68 70.8 70.8 100.0
Total 96 100.0 100.0
P15
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid Tidak Pernah 49 51.0 51.0 51.0
Pernah 47 49.0 49.0 100.0
Total 96 100.0 100.0
P16
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid Tidak Pernah 49 51.0 51.0 51.0
Pernah 47 49.0 49.0 100.0
Total 96 100.0 100.0
P17
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid Tidak Pernah 35 36.5 36.5 36.5
Pernah 61 63.5 63.5 100.0
Total 96 100.0 100.0
P18
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid Tidak Pernah 67 69.8 69.8 69.8
Pernah 29 30.2 30.2 100.0
Total 96 100.0 100.0
P19
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid Tidak Pernah 57 59.4 59.4 59.4
Pernah 39 40.6 40.6 100.0
Total 96 100.0 100.0
P20
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid Tidak Pernah 52 54.2 54.2 54.2
Pernah 44 45.8 45.8 100.0
Total 96 100.0 100.0
P21
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid Tidak Pernah 34 35.4 35.4 35.4
Pernah 62 64.6 64.6 100.0
Total 96 100.0 100.0
P22
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid Tidak Pernah 25 26.0 26.0 26.0
Pernah 71 74.0 74.0 100.0
Total 96 100.0 100.0
Lampiran - 11