1 08.doc · web viewfotokopi siang ini saya berniat menggandakan dokumen milik saya. saya pergi ke...

58
1. Eldhianto Maulana Jusuf Fotokopi Siang ini saya berniat menggandakan dokumen milik saya. Saya pergi ke tempat fotokopi terdekat. Di tempat fotokopi itu hanya ada satu orang yang bertugas. Petugas itu tampaknya sedang sibuk melayani pelanggan lain, seorang bapak-bapak. Tampaknya bapak itu sedang berdebat dengan si petugas. Saya meminta petugas tersebut untuk menggandakan dokumen milik saya, namun ia menyuruh saya untuk menunggu. Saya tidak sabar setelah menunggu 10 menit dan kedua orang tersebut belum selesai berdebat. Saya terlalu lelah dan malas untuk mencari tempat fotokopi lain. Saya pun memutuskan untuk ikut campur supaya urusan saya cepat selesai. Si bapak sedang marah-marah kepada petugas karena buku yang ia titipkan untuk digandakan tidak ada. Petugas fotokopi bersikeras kalau buku itu sudah diambil orang lain namun bapak tersebut tetap keras kepala menyalahkan si petugas. Setelah saya berusaha memahami perdebatan yang sedang terjadi, saya menyimpulkan buku itu sudah diambil orang lain pada saat petugas lain yang sedang berjaga. Saya pun bertanya kepada bapak tersebut apakah mungkin ada temannya yang sudah mengambilnya. Saya menjelaskan bahwa tidak mungkin juga ada orang repot-repot mencuri bukunya, toh harus bayar juga ke tempat fotokopi ini. Bapak tersebut tetap ngeyel kalau hal itu tidak mungkin terjadi karena tidak ada pemberitahuan dari temannya bahwa bukunya sudah diambil. Kesal dengan gaya bapak ini yang sangat tidak sopan dan sok tahu, saya pun memaki bapak tersebut, ?Tinggal telepon aja temannya apa susahnya sih? Nggak punya pulsa ya? Nih pake aja handphone saya aja!?. Bapak itu merasa kesal dan akhirnya rasa ego membuatnya menggunakan handphonenya sendiri. Ternyata tebakan saya benar, buku tersebut memang sudah diambil temannya bapak itu. Bapak itu pun meninggalkan tempat fotokopi dengan rasa malu. Saya pun puas masalah ini selesai, akhirnya dokumen saya berhasil digandakan. Di dalam perdebatan antara petugas dengan bapak tersebut, kedua-duanya sama-sama keras kepala dan tidak mau mendengarkan lawan bicara satu sama lain. Sehingga perdebatan itu tidak selesai-selesai. Perdebatan baru selesai setelah saya, selaku pihak ketiga, datang membantu dan mendengarkan pembicaraan kedua pihak. Dalam menghadapi bapak tersebut, saya menggunakan taktik harrassment supaya pembicaraan saya didengarkan olehnya. 2. Alia Mirza Fatmala LAPTOP RUSAK? ????Mungkin nasib apes lagi melanda diriku. Bagaimana tidak, laptop kesayangan yang menjadi soulmateku ternyata rusak di saat liburan semester yang lalu. Hal ini disebabkan karena pengisisan baterai laptop yang berlebihan ( selalu di charge setiap saat, dalam keadaan mati maupun menyala ) dan hal ini membuat baterai tersebut menjadi rusak. Setelah di tanyakan pada ahli servis, baterai laptopku harus diganti dengan yang baru. Dan

Upload: duongtruc

Post on 08-Mar-2019

234 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 1 08.doc · Web viewFotokopi Siang ini saya berniat menggandakan dokumen milik saya. Saya pergi ke tempat fotokopi terdekat. Di tempat fotokopi itu hanya ada satu orang yang bertugas

1. Eldhianto Maulana Jusuf

FotokopiSiang ini saya berniat menggandakan dokumen milik saya. Saya pergi ke tempat fotokopi terdekat. Di tempat fotokopi itu hanya ada satu orang yang bertugas. Petugas itu tampaknya sedang sibuk melayani pelanggan lain, seorang bapak-bapak. Tampaknya bapak itu sedang berdebat dengan si petugas.

Saya meminta petugas tersebut untuk menggandakan dokumen milik saya, namun ia menyuruh saya untuk menunggu. Saya tidak sabar setelah menunggu 10 menit dan kedua orang tersebut belum selesai berdebat. Saya terlalu lelah dan malas untuk mencari tempat fotokopi lain. Saya pun memutuskan untuk ikut campur supaya urusan saya cepat selesai.

Si bapak sedang marah-marah kepada petugas karena buku yang ia titipkan untuk digandakan tidak ada. Petugas fotokopi bersikeras kalau buku itu sudah diambil orang lain namun bapak tersebut tetap keras kepala menyalahkan si petugas. Setelah saya berusaha memahami perdebatan yang sedang terjadi, saya menyimpulkan buku itu sudah diambil orang lain pada saat petugas lain yang sedang berjaga.

Saya pun bertanya kepada bapak tersebut apakah mungkin ada temannya yang sudah mengambilnya. Saya menjelaskan bahwa tidak mungkin juga ada orang repot-repot mencuri bukunya, toh harus bayar juga ke tempat fotokopi ini. Bapak tersebut tetap ngeyel kalau hal itu tidak mungkin terjadi karena tidak ada pemberitahuan dari temannya bahwa bukunya sudah diambil.

Kesal dengan gaya bapak ini yang sangat tidak sopan dan sok tahu, saya pun memaki bapak tersebut, ?Tinggal telepon aja temannya apa susahnya sih? Nggak punya pulsa ya? Nih pake aja handphone saya aja!?. Bapak itu merasa kesal dan akhirnya rasa ego membuatnya menggunakan handphonenya sendiri. Ternyata tebakan saya benar, buku tersebut memang sudah diambil temannya bapak itu. Bapak itu pun meninggalkan tempat fotokopi dengan rasa malu. Saya pun puas masalah ini selesai, akhirnya dokumen saya berhasil digandakan.

Di dalam perdebatan antara petugas dengan bapak tersebut, kedua-duanya sama-sama keras kepala dan tidak mau mendengarkan lawan bicara satu sama lain. Sehingga perdebatan itu tidak selesai-selesai. Perdebatan baru selesai setelah saya, selaku pihak ketiga, datang membantu dan mendengarkan pembicaraan kedua pihak. Dalam menghadapi bapak tersebut, saya menggunakan taktik harrassment supaya pembicaraan saya didengarkan olehnya.

2. Alia Mirza Fatmala

LAPTOP RUSAK?

????Mungkin nasib apes lagi melanda diriku. Bagaimana tidak, laptop kesayangan yang menjadi soulmateku ternyata rusak di saat liburan semester yang lalu. Hal ini disebabkan karena pengisisan baterai laptop yang berlebihan ( selalu di charge setiap saat, dalam keadaan mati maupun menyala ) dan hal ini membuat baterai tersebut menjadi rusak. Setelah di tanyakan pada ahli servis, baterai laptopku harus diganti dengan yang baru. Dan harganya mencapai satu jutaan lebih. Merasa tidak berani minta dibelikan yang baru pada orang tua saya karena harganya sangat mahal sehingga saya menantikan waktu yang tepat untuk bisa berbicara dengan orang tua saya.

????Masa masuk kuliah telah tiba dan mau tidak mau saya memutuskan untuk berterus terang akan hal ini. Orang tua saya marah, karena menganggap saya tidak bisa menjaga barang. Selama dua minggu setelah hari itu saya berusaha mencari muka di depan orang tua saya, dengan cara mengambil alih tugas mencuci mobil, selalu ada dirumah saat magrib tiba, dan jadi rajin shalat serta belajar. Tapi orang tua saya seakan tidak menyadari taktik meluluhkan hati mereka yang telah saya lakukan. Merasa tidak di tanggapi, saya berusaha bernegosiasi lagi dengan mereka. Demi mendapatkan baterai laptop yang baru saya rela tidak mendapatkan jatah lebaran dan pengurangan uang saku. Selain itu, saya akan menambahi sekitar 25% dari harga baterai tersebut. Akhirnya orang tua saya bersedia mempertimbangkan penawaran saya. Walaupun orang tua saya belum memberikan lampu hijau, tetapi lampu kuning saja sudah cukup untuk menenangkan hati saya. (AMF)

3. Muhammad Aditya

Negosiasi saya kali ini adalah mengenai masalah kegiatan buka puasa bersama yang diadakan forum alumni SMA saya untuk teman-teman alumni yang kuliah di Jogja. Masalah terdapat pada pelaksanaan kegiatan tersebut yang berbenturan dengan kegiatan buka bersama yang diadakan oleh Komahi. Awalnya saya menolak acara buka bersama dengan teman-teman SMA dilaksanakan pada hari tersebut dengan alasan penentuan hari yang cenderung sepihak karena tak ada pemberitahuan sebelumnya.

???????Kemudian saya meminta pada ketua forum alumni agar acara buka bersama forum alumni SMA bisa dimajukan ke hari Jumat karena pada hari itu risiko terjadinya benturan kegiatan acara buka bersama dengan kegiatan lain relatif lebih kecil karena ada beberapa teman dan saya sendiri yang juga memiliki kegiatan buka bersama di tempat lain. Namun, beliau menjawab hanya hari itu yang mungkin untuk pelaksanaan kegiatan buka bersama karena hari lain hanya beberapa orang saja yang bisa hadir. Kesulitan yang saya alami saat itu adalah kabar tersebut baru saya terima seminggu sebelum

Page 2: 1 08.doc · Web viewFotokopi Siang ini saya berniat menggandakan dokumen milik saya. Saya pergi ke tempat fotokopi terdekat. Di tempat fotokopi itu hanya ada satu orang yang bertugas

pelaksanaan kegiatan tersebut, itupun setelah saya berinisiatif untuk menghubungi ketua forum alumni SMA tersebut. Sehingga saya agak sulit untuk meminta agar waktu kegiatan bisa diubah. Pada akhirnya, saya meminta untuk dapat menghadiri kegiatan buka bersama yang diadakan Komahi sampai waktu berbuka tiba, kemudian saya menyusul ke tempat buka bersama yang diadakan oleh forum alumni SMA saya. Dan keputusan itu akhirnya bisa diterima oleh beliau.

???????Dalam negosiasi kali ini, saya menggunakan taktik menyerang dengan menggunakan alasan persuasif. Namun karena saat itu kondisi saya tak memungkinkan untuk meneruskan negosiasi dengan menggunakan taktik menyerang, akhirnya saya melunak dan menggunakan taktik logrolling. Pada negosiasi ini prioritas utama saya adalah mengikuti rangkaian acara buka bersama yang diadakan oleh Komahi yang memiliki tema ?Peace Through Words?. Sedangkan yang menjadi prioritas utama dalam buka bersama yang diadakan oleh forum alumni SMA saya adalah untuk menyambut teman-teman 2008 yang baru diterima di PT di Jogja. Sehingga saya memutuskan untuk mengikuti rangkaian acara Komahi sampai berbuka dan kemudian datang ke tempat berbuka puasa yang diadakan forum alumni SMA untuk menyambut dan memperkenalkan forum alumni ini ke teman-teman 2008.?

4. Dimas Arya Pambudi

LIBUR KE PUNCAK?

??????Beberapa hari yang lalu saya menelepon ibu saya, sekedar memberitahukan bahwa saya telah membeli tiket untuk pulang saat libur menjelang Lebaran nanti. Ibu saya amat senang mendengarnya, dan kemudian dengan bersemangat bercerita bahwa kemarin ia dan ayah saya telah mem-booking penginapan di Puncak. Ibu bermaksud mengajak kami sekeluarga berlibur di Puncak selama 5 hari setelah Lebaran. Saya sedikit kaget mendengarnya, karena sejujurnya saat libur nanti saya hanya ingin bersantai di rumah dan tidak pergi kemana-mana, mengingat juga waktu libur kali ini yang cukup singkat. Saya? lalu berkata dengan halus kepada ibu saya bahwa sepertinya saya tidak ingin ikut pergi ke Puncak saat libur nanti, disertai berbagai alasan. Ibu sedikit kaget mendengarnya dan menyayangkan penolakan saya itu. Ia lalu membujuk saya dengan mengatakan bahwa sudah lama kami sekeluarga tidak bepergian bersama, dan waktu liburan nanti adalah waktu yang paling tepat karena? semua anggota keluarga sedang libur dari aktivitas keseharian-nya masing-masing. Ia juga beralasan, toh di Puncak nanti niatnya juga ingin beristirahat, tidak ada bedanya dengan tidur-tiduran di rumah. Awalnya saya tetap pada pendirian saya, namun kemudian setelah dipikir-pikir, memang sudah lama keluarga kami tidak bepergian bersama, dan saya dapat tetap beristirahat di penginapan di Puncak itu nantinya. Akhirnya, saya pun menyanggupi ajakan Ibu, dengan syarat saat di Puncak nanti jangan mengadakan banyak kegiatan yang menyita waktu dan tenaga. Ibu pun menyanggupinya.

Saya cukup puas dengan negosiasi kali ini, karena menurut saya negosiasi saya ini termasuk negosiasi problem solving karena kepentingan saya dan ibu saya dapat terpenuhi

Isu kali ini adalah mengenai keikutsertaan saya saat keluarga berlibur ke Puncak. Saya dalam posisi tidak ingin ikut dan tetap di rumah, karena kepentingan saya adalah ingin beristirahat saja selama liburan. Sedangkan posisi ibu saya adalah ingin saya & semua anggota keluarga ikut ke Puncak karena kepentingannya adalah kebersamaan keluarga yang sudah lama tidak pergi berlibur bersama.

Gaya berkonflik saya kali ini mungkin adalah akomodasi, karena posisi awal saya adalah tidak ingin ikut pergi dan pada akhirnya saya mengalah & mementigkan posisi Ibu yang ingin semua ikut berlibur. Namun menurut saya, hasil perundingan kali ini adalah WIN-WIN karena walaupun saya mengorbankan posisi saya, namun keinginan utama saya dan ibu saya dapat terpenuhi. Saya diperbolehkan beristirahat selama di Puncak nanti, dan Ibu akhirnya dapat mengajak semua anggota keluarga berlibur.

Taktik kali ini adalah memecahkan masalah, dan menurut saya sepertinya negosiasi saya kali ini masuk ke dalam taktik logrolling. Prioritas utama saya adalah beristirahat selama libur, dan prioritas utama Ibu adalah bersama-sama ke Puncak. Dan hasil akhirnya, kami pergi bersama ke Puncak selama liburan untuk beristirahat sekaligus refreshing.

5. Komang Ratih TunjungsariPembagian tugas Panitia

Selasa ini saya sempat mengikuti rapat terbatas dalam sebuah kepanitiaan makrab mahasiswa baru (maba), dengan agenda pembagian tugas sebagai penanggung jawab kegiatan. Saya dan teman saya Andi bertugas sebagai bidang seksi acara dengan Andi sebagai koordinator bidang seksi acara. Tugas kami adalah sebagai time keeper, mengawasi dan meng-handle jalannya acara. Kegiatan yang kami susun akan dilaksanakan pada hari Sabtu pagi hingga Minggu sore, tentu akan sangat melelahkan dan repot bagi saya jika harus berkeliling di 3 pos dan 1 pos pusat. Selain itu, kondisi tubuh saya yang kurang fit dengan cuaca seperti sekarang, dan untuk menghindari datangnya penyakit yang lebih parah, saya berusaha untuk mendapatkan tugas di pos pusat saja. Apalagi, saya tidak diberi ijin oleh orangtua untuk membawa kendaraan ke tempat makrab, karena tempat yang jauh dan medan yang sulit. Sehingga akan kesulitan jika harus berkeliling di 3 pos yang letaknya lumayan jauh jika berjalan kaki.

Page 3: 1 08.doc · Web viewFotokopi Siang ini saya berniat menggandakan dokumen milik saya. Saya pergi ke tempat fotokopi terdekat. Di tempat fotokopi itu hanya ada satu orang yang bertugas

Berhubung anggota pada bidang seksi acara yang ikut pada kegiatan tersebut hanya saya dan Andi, maka saya dan Andi harus membagi tugas tersebut. Saya pun mengutarakan keinginan saya dengan alasan-alasan di atas. Karena khawatir akan kondisi saya, akhirnya Andi mau bertugas di 3 pos berbeda tersebut. Selain itu, Andi sebagai koordinator juga ingin berkeliling mengwasi jalannya acara di 3 pos, dan karena kondisinya lebih memungkinkan karena kondisi kesehatannya masih fit. Andi juga akan membawa kendaraan sehingga akan lebih mudah bagi Andi untuk memantau jalannya kegiatan di 3 tempat. Apalagi ia bertugas sebagai koordinator.

Kebetulan, pos pusat adalah pos dimana maba dan panitia akan berkumpul, sehingga kegiatan tersebut memerlukan MC yang biasanya dilakukan oleh koordinator seksi acara untuk memandu jalannya acara. Namun karena merasa tidak enak dan masalah keadilan dalam pembagian tugas, saya bersedia menggantikan Andi bertugas sebagai MC, di setiap kegiatan yang ada di pos pusat. Kemudian, kami pun mencapai kata sepakat. Saya pikir tugas Andi di pos pusat akan lebih ringan.

Isu dalam perundingan tersebut: ada/tidaknya kendaraan untuk memantau jalannya kegiatan, kondisi kesehatan yang tidak maksimal serta penugasan di pos pusat dan 3 pos berbeda, meringankan beban Andi di pos pusat. Posisi saya: tidak membawa kendaraan, bertugas di pos pusat saja. Posisi Andi: membawa kendaraan dalam bertugas sebagai koordinator. Kepentingan saya: tidak terlalu sibuk, kondisi kesehatan terjaga dan fokus di 1 tempat saja. Kepentingan Andi: Dapat berkeliling di 3 pos yang berbeda untuk memantau jalannya kegiatan. Strategi perundingan yang saya lakukan mengacu pada problem solving, karena kepentingan dari kedua belah pihak yang terpenuhi. Posisi tidak benar-benar dipermasalahkan dalam perundingan ini, namun lebih mengacu kepada kepentingan akhirnya. Jika memang benar masalah kendaraan, sebenarnya Andi juga bisa memaksa saya untuk ikut berkeliling. Tetapi, karena sudah mengerti kepentingan akan masing-masing pihak, jalan tengah (win-win solution) pun sangat mungkin diambil. Cara bernegosiasi dengan gaya kolaboratif pun dapat dengan mudah dilaksanakan karena kami dapat saling mengisi kekurangan dari posisi kami. Taktik berunding yang saya gunakan adalah cost-cutting. Mengapa saya memilih taktik tersebut, karena kegiatannya masih belum berlangsung dan saya tidak mau ambil risiko jika saya benar-benar menjadi tidak fit sebelum dan sesudah kegiatan tersebut berlangsung. Jadi lebih baik saya membantu Andi namun tetap di satu pos saja, hingga bagian MC saya ingin menggantikannya agar tugasnya lebih ringan. Dan Andi pun dapat menjalankan tugasnya sebagai koordinator bidang seksi acara di 3 pos. Selain itu, Andi akan dapat beristirahat di pos pusat, karena tugas di pos pusat sudah saya gantikan. Dan pada akhirnya, semua kepentingan dapat tercapai.

6. Diah ayu kartikaNegosiasi ini berawal sejak tujuh hari yang lalu. Saat itu saya bermaksud meminta uang lebih ke mama untuk keperluan servis motor dan fotokopi buku. Saya memberitahu beliau melalui sms. Awalnya mama menyuruh saya memakai uang mingguan dahulu untuk biaya servis dan fotokopi tersebut karena beliau sedang banyak kerjaan di kantor saat saya sms meminta uang, saya tidak keberatan dengan usul itu, karena toh mama akan mengirim uang tambahan tersebut saat melewati atm sepulang kerja. Tapi ternyata tiga hari sudah berlalu dan mama belum juga mengirimkan dana yang saya butuhkan. Apalagi fotokopian buku semakin lama semakin bertambah jumlahnya. Karena awal semester maka banyak buku yang harus dibeli dan difotokopi.. Yang tadinya saya hanya mengorbankan uang jajan untuk menutupi biaya tersebut, semakin ke sini uang makan saya juga hampir terancam keberadaannya. Setiap saya mengirim sms untuk mengingatkan dan memberitahu uang buku makin bertambah, mama hanya membalas “iya, jadi berapa semuanya nak?”. That’s it! Tapi uangnya tidak dikirim-kirim (mama suka lupa ngirim soalnya klo pas lewat atm, giliran nyampe rumah baru inget). Lalu setelah tiga hari berlalu dari waktu yang dijanjikan, saya memutuskan untuk mengirim sms terus menerus ke mama dan papa sekaligus. Isinya tentang dompet saya yang semakin sekarat, minta dikasihani, dan lain sebagainya. Saya mulai mengirim rentetan sms pertama pada pukul 9 pagi, dan berlangsung terus hingga pukul 10 pagi dengan jarak 10 menit. Isi smsnya berbeda-beda hanya saja intinya sama. Akhirnya mama menyerah juga (hho..). beliau menelepon dan memberitahu akan mengirim uang siang nanti saat jam istirahat kantor. =)

Saya menggunakan taktik menggangu (annoyance) dalam negosisasi kali ini. Hanya saja saya berusaha terdengar bercanda dan minta dikasihani dalam setiap sms yang saya kirim, jadi tidak menimbulkan konflik baru dalam proses penggangguannya. Posisi saya disini sebagai orang yang meminta uang, dan mama sebagai pemberi uang yang melupakan si peminta uang.

7. Rakhmawati Endah P

Beberapa hari yang lalu, saudara sepupu jauh saya menelepon. Dia berkata bahwa dia berencana untuk datang ke Jogja untuk menemui saya. Mendengar itu saya senang sekali karena kita sudah lama sekali tidak bertemu karena dia berdomisili di Balikpapan, dan terakhir kali kita bertemu adalah pada saat libur lebaran dua tahun yang lalu. Dia berkata ingin sekali ditunjukkan seluk beluk Jogja sambil jalan-jalan dengan saya. Singkatnya, temu kangen sambil jalan sehari penuh karena besoknya dia harus kembali ke Balikpapan karena sesuatu. Namun ketika dia berkata bahwa dia akan sampai di Jogja 3 hari lagi, yaitu hari Sabtu, saya kemudian berpikir keras. 3 hari lagi saya akan menjadi ketua panitia acara buka bersama di kampus. Dimana dapat dipastikan perhatian saya akan tercurah kepada acara itu dan secara langsung akan mengabaikan saudara jauh saya itu. Setelah sekian lama berbincang di telepon (sambil saya memikirkan

Page 4: 1 08.doc · Web viewFotokopi Siang ini saya berniat menggandakan dokumen milik saya. Saya pergi ke tempat fotokopi terdekat. Di tempat fotokopi itu hanya ada satu orang yang bertugas

bagaimana menjalankan acara tanpa harus meninggalkan saudara saya), saya ternyata tahu bahwa kedatangannya ke Jogja juga dalam rangka membeli baju dan seprai batik yang sudah lama ia inginkan.

Di akhir negosiasi, dia setuju untuk datang ke Jogja untuk bertemu dengan saya di acara buka bersama di kampus, dan sebagai gantinya, saya setuju untuk membelikannya baju dan seprai batik dengan warna dan bahan yang telah ia request sebelumnya. Dalam kasus ini, saya menggunakan taktik kompensasi nonspesifik untuk memecahkan masalah. Saya dapat leluasa menjalankan tugas sebagai ketua acara (kepentingan saya tercapai), dan saudara saya walaupun tidak jadi jalan-jalan sehari penuh (kepentingannya yang dirundingkan tidak tercapai), tetap mendapat seprai dan batik serta bertemu dengan saya (seprai dan batik menjadi kompensasi yang nyata, penting dan kompatibel). In the end, saya merasa puas dengan negosiasi saya kai ini.

8. Olga Astinanda

Beberapa hari yang lalu, saya dan beberapa teman kos yang menempati kamar di lantai satu berkumpul. Kami berkumpul untuk membicarakan tawaran ibu kos untuk menyewa orang yang akan membersihkan kamar mandi dan lingkungan sekitar kamar kami (menyapu dan mengepel lantai di luar kamar). Sebelumnya, kamar mandi dibersihkan dengan membagi tugas piket. Pada awal perundingan, ada dua pendapat yang menyatakan setuju dan juga tidak setuju. Saya berada pada pihak yang setuju. Alasan saya dan teman-teman yang setuju karena menurut kami adanya piket untuk membersihkan kamar mandi tidak terlalu efektif untuk menjaga kamar mandi tetap bersih dan nyaman digunakan. Selama ini, kendalanya adalah ada beberapa orang yang malas atau jarang melaksanakan piket dengan berbagai sebab. Sedangkan setelah saya bertanya, alasan teman-teman yang tidak setuju adalah karena biaya yang dibebankan ibu kos untuk menyewa orang tersebut kepada kami terlalu mahal, yaitu 15 ribu/bulan. Saya akhirnya berusaha memperkuat persetujuan saya dengan berargumen bahwa kamar mandi kami yang baru saja direnovasi membuat pembersihannya jadi lebih sulit daripada sebelumnya. Sehingga menyewa orang untuk membersihkan kamar mandi merupakan solusi yang baik. Lagipula sebenarnya 15ribu/bulan tidaklah terlalu memberatkan asal setiap hari mau menyisihkan 500rupiah (melemahkan argumen lawan yang beranggapan biayanya terlalu mahal dengan kalimat persuasi). Setelah itu, teman-teman yang tidak setuju mulai berpikir kembali dan akhirnya satu per satu dari mereka menyatakan persetujuan mereka untuk menerima tawaran ibu kos, sehingga perundingan kami saat itu menghasilkan suatu keputusan, yaitu kami setuju dengan tawaran ibu kos.

Dari pengalaman saya di atas, isu yang dibahas adalah setuju atau tidak pada tawaran ibu kos. Kepentingan saya (dan teman-teman yang setuju) adalah terjaga dan terjaminnya kebersihan kamar mandi, kepentingan lawan (teman-teman yang tidak setuju) adalah tidak membayar mahal. Pencarian penyelesaian dilakukan dengan cara bertanya pada lawan untuk mengetahui kepentingannya. Gaya berkonflik yang saya terapkan adalah kompetisi, dimana saya berusaha mencapai kepentingan saya tanpa peduli kepentingan lawan. Di sini saya menggunakan strategi berunding contending dengan taktik mengutarakan argumen yang sifatnya persuasif terhadap lawan (persuasive argument), sehingga akhirnya lawan berubah pikiran dan bersedia memenuhi kepentingan saya. Saya tidak menggunakan taktik yang cenderung menyerang lawan, karena saya ingin menjaga hubungan baik dengan teman-teman satu kos saya. Di sini saya berhasil mendapatkan kepentingan saya dan pihak lawan tidak mendapatkan kepentingannya, maka hasil negosiasi ini win-lose. Karena hasilnya win-lose, maka negosiasi saya kali ini termasuk negosiasi bargaining, dimana hanya ada satu pihak yang menang sedang pihak yang lain kalah.

9. elisabeth shelley

Suatu ketika, saudara sepupu saya sebut saja C meminta kepada saya untuk meminjam laptop saya dan ketika saya menanyakan keperluannya dia mengatakan untuk mengedit tugas kuliahnya dengan teman sehingga dia membutuhkan laptop yang portable. Saya memang sedikit keberatan untuk meminjamkan laptop saya karena saya juga harus mengerjakan tugas dengan menggunakan laptop tersebut juga untuk mencari data penunjang tugas yang biasanya saya cari lewat internet. Kemudian saya teringat bahwa dia memiliki sambungan internet di rumahnya jadi saya menawarkan sebuah solusi agar kepentingan kami sama-sama tercapai yaitu saya meminjamkan laptop saya tetapi dia menggantikannya dengan memperbolehkan saya mengakses internet di rumahnya dan pun negosiasi selesai.

Posisi saya adalah tidak meminjamkan laptop dengan kepentingan untuk mencari data, sedangkan posisi C adalah meminjam laptop dengan kepentingan mengedit tugas. Seperti negosiasi yang sebelumnya, saya berusaha menciptakan sebuah problem solving dimana pihak-pihak yang bernegosiasi sama dipenuhi kepentingannya. Dalam kuliah NRK yang sebelumnya saya mengetahui bahwa gaya berkonflik dominan saya adalah kompromi diikuti akomodasi dengan skor tinggi pada keduanya tetapi kompromi memiliki skor paling tinggi (paling dominan) sedangkan kolaborasi (jalan untuk problem solving) berada dalam batas sedang. Sebenarnya saya lebih suka menafsirkan lima gaya berunding sebagai sesuatu yang harus dipadukan dan diasah semuanya sehingga seorang negosiator dapat mencapai kepentingan bersama. Awalnya saya ingin menggunakan strategi menyerang (contending) dengan mengajukan berbagai alasan agar C tidak jadi memimjam laptop termasuk menyiapkan alasan fiktif atau dengan kata lain menggunakan taktik persuasive arguments tetapi hal tersebut urung saya lakukan dan saya lebih memilih untuk menggunakan strategi problem solving. Mungkin ini adalah bagian dari pembelajaran gaya berkonflik menjadi lebih kolaborasi untuk mencapai problem solving. Dalam negosiasi tersebut taktik yang digunkan adalah kompensasi spesifik dimana satu pihak mendapat yang diinginkannya dari

Page 5: 1 08.doc · Web viewFotokopi Siang ini saya berniat menggandakan dokumen milik saya. Saya pergi ke tempat fotokopi terdekat. Di tempat fotokopi itu hanya ada satu orang yang bertugas

suatu negosiasi dan pihak lain dihargai dengan tetap mendapatkan kepentingannya meski tuntutan awalnya tidak terpenuhi. Pihak yang mendapatkan keinginannya dalam negosiasi tersebut adalah saudara saya yaitu C yang mendapatkan pinjaman laptop dari saya. Akan tetapi, tuntutan awal saya untuk tidak meminjamkan laptop mendapat kompensasi terpenuhinya kepentingan saya untuk mencari data sehingga menurut saya taktik negosiasi ini adalah kompensasi spesifik.

Sebenarnya saya cukup terbagi dua dalam menentukan taktik perundingan yaitu antara cost cutting dengan kompensasi spesifik. Saya lebih condong ke kompensasi spesifik karena meski tuntutan awal saya tidak terpenuhi tetapi kepentingan saya tetap tercapai. Hal ini yang agak membedakannya dengan cost cutting karena agaknya cost cutting hanya bersifat mengurangi beban sedangkan dalam kompensasi spesifik kepentingan saya juga tercapai. Dengan mempertimbangkan hal tersebut saya menganalisa taktik negosiasi sebagai kompensasi spesifik. Terkait dengan kuliah mengenai lawan berunding, saya juga tidak langsung menolak untuk bernegosiasi dengan C atau menghindar (dalam kuliah sebelumnya saya mengetahui bahwa menghindar memang bukan gaya berkonflik saya) karena posisinya yang masih saudara saya sehingga akan ada hubungan di masa depan. Akan tetapi saya juga tidak langsung menyerahkan laptop saya dengan mengabaikan kepentingan saya (prinsip problem solving adalah win-win solution) sehingga posisi saya yang tidak terpenuhi “dihargai” dengan kompensasi spesifik berupa akses internet gratis di rumah C.

10. ELYZABETH B. NASUTION

Ke pantai yuk!!Dalam minggu-minggu terakhir ini saya disibukkan dengan acara Penyambutan Mahasiswa Baru (PMB) 2008 di

gereja. Saya dan beberapa teman mengadakan pendataan pemuda yang dilakukan pada tiga minggu berturut-turut selama September . Pada minggu ke-dua pendataan bertepatan dengan ulang tahun salah seorang teman yang cukup akrab dengan saya. Dua hari sebelumnya dia mengajak teman-teman (termasuk saya dan tim pendataan) ke Pantai Depok untuk merayakannya setelah ibadah siang, sekitar pkl.11.00 WIB dan saya berjanji akan ikut. Tapi tiba-tiba tepat pada hari minggunya saya teringat pada pendataan yang harus kami laksanakan. Pendataan tersebut dilaksanakan sehabis ibadah pagi (08.00), siang (11.00), dan sore (19.30). Dan kalau saya bersama tim pendataan ikut pergi ke pantai, kami tidak akan sempat mengadakan pendataan, mengingat waktu yang akan habis terpakai selama perjalanan. Belum lagi acara makan-makan dan main air. Sudah pasti lewat dari waktu pendataan sementara kami harus berada di gereja pkl. 17.00 untuk persiapan. Saya pun bingung. Mau menolak salah, tapi kalau diterima bisa-bisa pendataan tidak terlaksana. Saya lantas mengatakan sejujur-jujurnya dilema saya kepada teman yang berulang tahun. Awalnya dia terkejut dan (terlihat di raut wajahnya) yakin kalau saya pasti akan minta maaf karena tidak bisa ikut bergabung. Negosiasi pun dimulai. Setelah berpikir keras, saya mengajukan sebuah ide; saya dan teman-teman tim pendataan akan ikut pergi namun kami tidak bisa mengikuti acara sampai selesai, alias kami akan pulang lebih dahulu dari rombongan. Kebetulan beberapa teman sektor timur (yang mayoritas lelaki) ada acara yang tidak bisa ditinggalkan, dan mereka juga mengajukan rencana serupa dengan saya. Jalan tengah pun ditemukan. Saya dan teman-teman pendataan ikut ke pantai dan akan pulang lebih dulu, nebeng bersama teman-teman sektor timur. Sehingga tim pendataan tetap dapat melaksanakan pendataan tepat waktu dan teman saya pun tidak perlu kecewa.

Negosiasi saya kali ini berakhir dengan kedudukan win-win. Dengan strategi problem solving, kepentingan saya dan teman terpenuhi. Melaksanakan pendataan tepat waktu, teman saya tidak kecewa. Gaya berkonflik yang sangat kental dengan strategi yang saya gunakan adalah kolaboratif.

11. Hafiz Imandaru

Traktir...

Kemarin teman saya, Danu ulang tahun. Dia mau mentraktir makan 5 orang temannya termasuk saya. Pada awalnya dia mau mentraktir di tempat makan di kotabaru. Kita semua tidak ada yang protes karena ditraktir. Setelah berbuka dia bertanya lagi kepada teman-teman mau makan di mana. Ternyata setelah berbuka, muncul banyak ide untuk mencari tempat makan. Semua orang punya tempat masing-masing untuk makan sehingga membuat pembicaraan berlangsung agak tegang. Danu ingin makan di Siomay telkom, Candra ingin makan di Warung Steak, Emo, Reza dan Iris ingin ke Mc Donald, saya sendiri tidak ingin tempat-tempat itu karena sudah pernah. Pertama, saya mengusulkan ke Solaria, tetapi ditolak karena terlalu jauh, lalu ke Bebaqaran, ditolak juga karena tidak nyaman. Lalu saya bertanya ke yang ultah tentang budget, budgetnya adalah tidak lebih dari 150rb. Candra tetap dengan pendapatnya ke Warung Steak dan saya pun tetap dengan pendapat saya tidak kesana. Akhirnya yang ultah pun mengusulkan di Steak Obonk. Karena sudah terlalu malam, akhirnya kami ikut saja ke Steak Obonk. Orang udah di traktir, masih aja milih2.. hehehe...

Dari kejadian di atas, saya dapat menyimpulkan bahwa posisi saya adalah tidak makan di tempat yang sudah pernah. Posisi candra adalah makan di tempat yang dia mau, posisi Danu adalah mentraktir. Lalu kepentingan saya adalah cari tempat makan yang baru, kepentingan candra mungin, dia tidak mau pusing mencari tmepat makan, dan kepentingan danu adalah tidak mentraktir yang terlalu mahal. Isu dari cerita di atas adalah mencari tempat makan yang enak, nyaman dan tidak terlalu mahal.

Page 6: 1 08.doc · Web viewFotokopi Siang ini saya berniat menggandakan dokumen milik saya. Saya pergi ke tempat fotokopi terdekat. Di tempat fotokopi itu hanya ada satu orang yang bertugas

Lalu taktik berunding yang ada dalam kejadian tersebut adalah saya mencoba expanding the pie dengan menambah calon tempat makan. Candra lebih ke alasan persuasif dengan menolak ke tempat yang jauh karena yang dekat saja banyak dan Danu menggunakan time pressure dengan mengatakan sudah malam, daripada tidak jadi makan, mending ikuti dia.

12. Dyah anggraeni

Semenjak satu setengah bulan yang lalu adik saya mendapat tugas dari teman-teman sekelasnya untuk mengurusi pembuatan jaket kelas. Setelah uang terkumpul ia pun segera pergi ke distro untuk memesan jaket kelas dengan harga dan design yang telah disepakati bersama. Tadinya, mas pemilik distro menjanjikan akan menyelesaikan pembuatan jaket selama satu bulan lamanya. Namun, setelah ditagih oleh adik saya, jaket tersebut tak kunjung selesai.

??????Dahulu, mas pemilik distro memang pernah meminta toleransi perpanjangan waktu dengan? alasan bahwa bahan dengan warna ungu pastel sesuai yang diinginkan masih sulit didapat. Kemudian adik saya memberikan toleransi perpanjangan waktu satu minggu. Namun setelah satu minggu, jaket tersebut masih belum selesai juga. Kemudian, beberapa hari yang lalu adik saya bercerita tentang hal tersebut kepada saya.

??????Akhirnya saya menemaninya pergi ke distro untuk menanyakan kembali tentang jaket kelas. Disana, ternyata jaket tersebut masih juga belum selesai. Bahkan, mas pemilik distro masih meminta perpanjangan waku dua minggu lagi untuk menyelesaikan jaket dengan alasan sedang mengalami trouble di penjahitnya. Sebenarnya saya sudah merasa jengkel karena pengunduran tersebut. Tapi, saya merasa cukup terpojok karena ternyata uang jaket tersebut sudah dibayarkan seluruhnya oleh adik saya. Saya mencoba untuk menegosiasikan perpanjangan waktu satu minggu saja. Dengan alasan, adik saya tidak enak dengan teman-temannya karena pemberian jaket terus molor. Akhirnya mas tersebut menyetujui.

??????Akhirnya saya dan adik saya sepakat untuk setiap hari menelepon dan mendatangi distro tersebut untuk menanyakan jaket kelas tersebut. Akhirnya, karena merasa terusik, akhirnya mas pemilik distro menyelesaikan seluruh jaket di hari ke 4 aksi mengganggu kami. Akhinya, jaketpun selesai.

??????Dalam kasus tersebut, posisi saya adalah ingin jaket cepat selesai dengan kepentingan membantu adik saya memenuhi tugas untuk membagikan jaket kepada teman-temannya. Sedangkan posisi mas pemilik distro adalah perpanjangan waktu dengan kepentingan mengatasi trouble jahitan.

??????Dalam negosiasi tersebut, saya menggunakan strategi contending(menyerang). Dengan taktik berunding harrasment. Dimana, di dalam harrastment terdapat tindakan mengganggu pihak yang lain. Dalam negosiasi diatas, saya terus melakukan gangguan terhadap lawan negosiasi saya hingga tuntutan saya terpenuhi. Dapat disimpulkan bahwa taktik yang saya gunakan berhasil untuk mendapatkan tuntutan saya. Namun, disisi lain, taktik ini memiliki kelemahan yaitu kemungkinan adanya perlawanan ataupun timbulnya parasaan negatif yang akan berdampak pada hubungan di kemudian hari.

13. Sirajudin Hasbi

Pada hari minggu yang lalu, saya dan dua teman saya bermaksud berjalan-jalan pagi setelah sholat subuh berjamaah di masjid. Kami bingung akan pergi kemana dan dengan berjalan kaki atau naik sepeda motor. Karena masih cukup bingung kami memutuskan untuk pulang dulu dan akan mendiskusikannya sambil jalan. Tetapi pada dasarnya kami berkeinginan pergi ke tempat yang menyenangkan dan ramai. Dalam perjalanan pulang, saya mengatakan kepada keduanya untuk pergi ke Ampel saja karena biasanya di sana ramai dan dengan naik motor saja karena cukup jauh. Mereka mengatakan masih bingung dan tidak menyetujui opsi dari saya karena jaraknya yang cukup jauh. Mereka menambahkan bahwa lebih baik jalan kaki saja berkeliling di sekitar tempat tinggal kami dan jika pergi ke Ampel belum tentu ramai seperti yang saya katakan.

Saya terus berusaha meyakinkan mereka untuk mengambil opsi yang saya berikan, daripada hanya berkeliling desa lebih baik ke Ampel dan tidak ada salahnya untuk mencoba meski nantinya kita kecewa. Dan saya juga meyakinkan bahwa di Ampel pasti ramai dan ada atraksi motor. Setelah berpikir sejenak mereka akhirnya menyetujui opsi yang saya berikan. Selanjutnya kami pergi ke Ampel. Dan benar apa yang saya katakan di sana ada atraksi motor dan sangat ramai. Saya cukup gembira karena berhasil meyakinkan teman saya untuk pergi ke Ampel dan sampai di sana memang ada atraksi sepeda motor serta petasan. Ketika di sana kami berbincang - bincang, teman saya mengatakan bahwa mereka senang dan cukup puas dengan keputusan mereka untuk menerima opsi yang saya tawarkan.

Negosiasi yang saya lakukan menghasilkan hasil win – win dengan pendekatan problem solving. Baik saya dan teman saya sama-sama merasa senang dengan negosiasi yang kami lakukan. Hasil yang baik itu kami lakukan dengan gaya berunding kolaborasi untuk mencapai kemenangan bersama, mengingat kami sama – sama menginginkan hal yang terbaik dan tempat yang menyenangkan bagi kami semua.

14. Yazid

Page 7: 1 08.doc · Web viewFotokopi Siang ini saya berniat menggandakan dokumen milik saya. Saya pergi ke tempat fotokopi terdekat. Di tempat fotokopi itu hanya ada satu orang yang bertugas

Komputer = Motor??????Semester ini diawali dengan berita kurang menyenangkan, laptop yang biasa saya pakai untuk mengerjakan berbagai tugas dan menemani sebagai sarana hiburan di kamar kost tak lagi dapat dipakai untuk jangka waktu yang tidak diketahui, karena sampai saat ini masih dalam perbaikan. Akibatnya, untuk mengerjakan berbagai naskah tugas yang mulai bermunculan dari berbagai mata kuliah semester ganjil ini saya harus berpindah-pindah komputer, beruntungnya saya karena memiliki kawan-kawan satu kost yang selalu bermurah hati meminjamkan komputernya saat yang bersangkutan tidak sedang memakainya tanpa syarat apapun. Suatu ketika, sekitar dua hari yang lalu seorang kawan kost saya mengalami kecelakaan lalu lintas, beruntungnya hanya luka ringan yang ia dapat, namun kendaraan yang biasa ia pakai untuk sementara berada dalam masa perbaikan. Kawan saya tersebut adalah salah satu yang sering meminjamkan saya komputernya, maka saya pun berinisiatif menawarkannya untuk meminjam kendaraan saya, sedikit banyak sebagai ungkapan terima kasih juga untuk membantunya agar dapat lebih mobile dalam menjalankan kesibukannya yang memang diatas rata-rata menurut saya. Namun ia menolak usul saya dengan alasan bahwa ia bisa menggunakan angkutan umum dan saya pun akan terganggu nantinya pada saat terdesak membutuhkan kendaraan, pikir saya sudah terlalu sering ia membantu saya disaat-saat terdesak itu. Setelah beberapa saat saya paksa, ia pun menerimanya, namun dengan sarat bahwa ia akan membayar sendiri biaya bensin yang dipakainya, padahal saya tidak meminta, ujarnya ia bisa menggunakan uang yang sengaja telah ia sisihkan untuk rencana ongkos angkutan umum. Lalu ia pun kembali mempersilahkan saya menggunakan komputernya untuk mengetik naskah berbagai tugas termasuk tugas ini.

??????Pada negosiasi diatas ada beberapa taktik negosiasi yang saya gunakan, diantaranya adalah persuasive arguments yang menyatakan bahwa kendaraan pribadi akan membuat mobilitas menjadi lebih nyaman, serta cost cutting karena kawan saya menanggung biaya operasional yang seharusnya dibebankan pada saya.?

15. Ari Wardana

Meminjam Flashdisc?

??????Negosiasi saya minggu ini berawal dari beberapa bulan lalu ketika saya belum mempunyai flashdisc(FD). Saat itu untuk menyimpan data dari internet saya meminjam FD milik kakak saya. Namun saya merasa waktu itu kakak saya sulit ditemui karena kesibukannya kuliah dan bekerja. Kalaupun ia meminjamkan FD-nya harus segera dikembalikan padahal saya membutuhkan FD itu paling tidak untuk beberapa hari misalnya untuk mengcopy bahan kuliah. Akhirnya karena masalah tadi saya putuskan membeli FD sendiri.

??????Namun ketika kakak saya mengetahui bahwa saya mempunyai FD baru, ia kemudian gemar meminjam FD milik saya. Alasannya karena kapasitas FD saya lebih besar dan FD-nya ia pinjamkan ke temannya. Mulanya saya bisa menerima hal itu, namun yang kemudian saya tidak suka ialah kebiasaan kakak saya ?ngenet? malam hari sehingga sering lupa mengembalikan FD itu ke tas saya. Akibatnya ketika saya kuliah pagi harinya FD itu tidak terbawa padahal saya membutuhkannya untuk mengcopy bahan kuliah. Hal itu terulang sampai beberapa kali. Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut beberapa hari yang lalu saya membicarakan masalah tersebut dengan kakak saya. Awalnya ia sedikit kecewa dan kurang bisa menerima ketika saya melarangnya memakai FD saya. Akhirnya saya mencari jalan tengah dengan memberinya dua pilihan, membeli FD baru atau mengembalikan FD itu ke tas saya selesai dipakai. Kakak saya memilih pilihan kedua. Malam hari ia bisa ?ngenet? dan mencari bahan kuliah, pagi hari saya tetap bisa mengcopy bahan kuliah.(ANW)

16. Meyrina Fitrarizki Karena saat ini adalah bulan ramadhan, maka sudah sewajarnya jika kita menerima banyak ajakan untuk berbuka bersama. Hal itu pula yang sedang saya alami. Minggu ini saya memiliki dua jadwal berbuka bersama. Buka bersama anak HI dan teman matrikulasi*. Sayangnya, kedua jadwal buka bersama itu waktunya bertabrakan yaitu hari Sabtu 13 September 2008. Karena saya sudah membayar iuran buka bersama HI, maka mau tidak mau saya harus mengorbankan acara buka bersama teman matrikulasi. Karena saya juga tetap ingin mengikuti acara buka bersama teman matrikulasi, sayapun memutuskan untuk bernegosiasi dengan salah satu teman matrikulasi saya agar acara buka bersamanya bisa diundur keesokan harinya, yaitu hari Minggu. Saya sengaja meminta tolong dia untuk menyampaikan kemauan saya kepada teman matrikulasi lain. Awalnya dia menolak menyampaikan kepada teman lain dengan alasan semuanya sudah sepakat untuk buka bersama pada hari Sabtu. Karena dia menolak, saya mengatakan bahwa saya sudah terlanjur membayar iuran buka bersama HI, sehingga saya tidak bisa meninggalkan acara tersebut, padahal saya juga ingin datang pada cara buka bersama matrikulasi. Selain menyampaikan alasan-alasan tadi, saya juga bersedia mentraktirnya makan apabila acaranya bisa diadakan hari Minggu. Mendengar tawaran itu, teman saya setuju dan segera mengabarkan hal itu kepada teman-teman lain. Setelah menunggu, esoknya teman saya memberikan kabar bahwa teman lain setuju acara buka bersamanya diadakan pada hari Minggu.

Dalam kasus di atas posisi saya adalah buka bersama, sementara itu kepentingan saya adalah bisa mengikuti kedua acara buka bersama. Posisi lawan adalah tidak mau membantu saya mengusulkan kepada teman lain agar acaranya diundur keesokan harinya. Kepentingan lawan adalah ikut acara buka bersama tanpa harus berunding lagi dengan teman lain untuk mengganti harinya. Dalam perundingan ini saya menyampaikan alasan-alasan untuk meyakinkan lawan yang

Page 8: 1 08.doc · Web viewFotokopi Siang ini saya berniat menggandakan dokumen milik saya. Saya pergi ke tempat fotokopi terdekat. Di tempat fotokopi itu hanya ada satu orang yang bertugas

sebenarnya tujuan utamanya adalah supaya dia mau menyampaikan usul saya kepada teman lain. Saya juga memberikan kompensasi padanya dengan berjanji akan mentraktir jika kepentingan saya dapat terpenuhi. Dalam kasus ini saya telah menggunakan taktik persuasive arguments dan kompensasi spesifik.

*kegiatan pembelajaran bagi mahasiswa/i UGM yang masuk melalui jalur PBUPD dan PBOS yang dilaksanakan satu bulan sebelum resmi menjadi mahasiswa baru.

17. Syarifah AsrianiJumat minggu ini, saya ada kegiatan tutorial NRK yang akan dilaksanakan pada jam 3 sore. Semua anggota kelompok telah sepakat kecuali saya. Karena pada jam yang sama saya juga harus masuk kerja. Kemudian saya mencoba untuk mengajak berunding rekan kerja saya agar dia mau untuk bertukar jadwal dengan saya,dia masuk sore dan saya masuk pagi. Awalnya dia menolak dengan alasan bahwa jadwal kerja telah disesuaikan dengan jadwal kuliah saya dan dia sudah mengalah banyak atas jadwal tersebut(hari senin s/d jumat saya masuk sore dan sabtu-minggu saya masuk pagi).Saya tau dia sedikit kurang setuju dengan jadwal tersebut, karena dia harus masuk sore pada hari sabtu dan minggu. Apalagi minggu ini bos mengatakan akan menyetok barang yang artinya akan ada kerja tambahan untuknya.Akhirnya saya katakan padanya jika dia mau untuk bertukar jadwal dengan saya pada hari jumat, maka saya pun bersedia untuk bertukar jadwal dengannya pada hari minggu. Hasilnya dia setuju..........Posisi saya :ingin tukar jadwalposisi lawan :tidak mau tukar jadwalkepentingan saya : ada kegiatan tutorialkepentingan lawan :jadwal telah disepakati bersama, sudah mengalah banyak dalam pengaturan jadwal.strategi berunding : problem solvinggaya beruding : collaboratingtaktik berunding:cost-cutting.

18. CHRISTY PRAVITA KUMESAN

Air oh Air???Pagi hari yang indah telah menjelang. Tapi di kos pagi itu tidak menjadi indah lagi karena air di kos sama sekali tidak ada. Ternyata pompa air di kos saya rusak. Uugghh??? Akhirnya pagi itu saya mandi di kos teman saya.

Siang harinya setelah pulang kuliah saya datang ke rumah Ibu kos untuk meminta tolong memperbaiki pompa air yang rusak. Saat itu ada seorang pembantu Ibu kos yang sedang menjaga warung, saya pun langsung mengutarakan kepentingan saya untuk meminta tolong memperbaiki pompa air. Si mbak-nya kemudian memanggil mas-nya yang biasa mengurus kos-an saya. Mas-nya ternyata menolak untuk memperbaiki pompa air pada siang itu dengan alasan dia masih ada pekerjaan lain. Dia baru bisa sekitar sore harinya. Padahal pada saat itu di kos sudah tidak ada air sama sekali. Kami benar-benar membutuhkan bantuan mas-nya. Saya langsung saja mengatakan pada mas-nya bahwa di kos sudah tidak ada air sama sekali, bahkan untuk cuci tangan pun air tidak ada. Saya mengatakan kepada mas-nya bahwa saya dan anak-anak kos yang lain benar-benar membutuhkan bantuan mas-nya. Pada saat itu saya sedikit melakukan pemaksaan. Dan akhirnya mas-nya bersedia datang ke kos siang itu juga dan memperbaiki pompa yang rusak.

Dalam negosiasi diatas posisi saya adalah perbaikan pompa air, sedangkan posisi mas-nya adalah menunda perbaikan pompa air. Gaya berkonflik dalam negosiasi diatas adalah competing. Strategi berundingnya adalah contending. Taktik yang saya gunakan adalah taktik alasan persuasif (persuasive arguments). Dalam neosiasi diatas saya berusaha menyajikan alasan yang dapat menyakinkan mas-nya untuk mengutamakan opsi saya. Dan akhirnya saya dapat mempertahankan posisi saya dan membuat mas-nya bisa memenuhi kepentingan saya.?

19. Aldi Triyanto

Beberapa waktu lalu, saya dan sahabat-sahabat saya berencana makan malam bersama untuk merayakan ulang tahun salah seorang sahabat, sekaligus sebagai ajang terakhir kumpul-kumpul karena sahabat saya yang berulang tahun akan melanjutkan sekolah ke luar negeri. Beberapa jam sebelum acara, kakak saya menelepon dan meminta saya untuk mengantarkannya ke dokter ahli kandungan. Biasanya, kakak check-up bersama suaminya, namun saat itu kakak ipar saya sedang dinas keluar kota. Pada dasarnya, saya menolak permintaan kakak, karena makan malam bersama sahabat-sahabat saya lebih penting, selain itu salah satu sahabat saya akan kuliah di Luar Negeri dan kami akan jarang atau bahkan tidak akan pernah bertemu. Saya bersikeras dengan kepentingan saya, begitu juga dengan kakak yang bersikeras dengan kepentingannya. Dengan berbagai argumen, persuasi, dan saling mendengar kepentingan kami masing-masing, kami sepakat dengan satu opsi : Saya mengantarnya kakak lebih dulu dan lebih awal ke tempat praktek dokter, baru pergi makan malam. Kebetulan tempat praktek dokter kandungan searah dengan restoran yang saya tuju, selain itu, acara makan malam saya dimulai pukul 19.30. Kesepakatan dapat tercapai, namun dengan syarat agar kakak saya mau

Page 9: 1 08.doc · Web viewFotokopi Siang ini saya berniat menggandakan dokumen milik saya. Saya pergi ke tempat fotokopi terdekat. Di tempat fotokopi itu hanya ada satu orang yang bertugas

menunggu jemputan saya sampai acara makan malam selesai. Kakak menyetujuinya. Karena menurutnya daripada pulang naik taksi atau angkot malam-malam akan sangat beresiko, lebih baik ia menunggu sampai saya jemput. Rencana berjalan sesuai dengan rencana sampai kemudian ditengah acara makan dengan teman-teman, kakak menelepon dan meminta supaya dijemput saat itu juga karena dokternya akan tutup lebih awal dari jadwal biasanya. Awalnya, saya menolak karena menurut saya meninggalkan acara ketika acara sedang berlangsung alangkah kurang sopan. Namun saya tiba-tiba mengkhawatirkan kondisi kesehatannya yang labil pasca-operasi kandungannya beberapa waktu lalu, Sehingga saya memutuskan menjemputnya dan meninggalkan acara lebih awal. Saya tidak melewatkan acara berkumpul bersama dengan teman-teman saya, walaupun ditengah jamuan makan malam saya harus meninggalkan acara. Ditengah perjalanan pulang, kakak saya berinisiatif mentraktir saya Pangsit Mie sebagai tanda ucapan terima kasih. Saya senang karena ternyata kakak saya memahami kondisi perut saya yang saat itu belum terisi akibat meninggalkan jamuan makan malam lebih awal sehingga saya belum sempat menikmati hidangan utama.

Posisi saya dalam isu adalah acara makan bersama teman-teman, posisi kakak adalah pergi ke dokter. Kepentingan saya adalah bertemu dengan teman-teman, kepentingan kakak saya adalah memeriksakan kandungan. Upaya penyelesaian negosiasi dilakukan dengan cara menanyakan dan mendengarkan mengenai kepentingan kedua belah pihak. Saya mendengarkan keinginan kakak, begitu pula dengan kakak yang mendengarkan kepentingan saya. Isu yang dinegosiasikan jamak. Gaya berunding yang digunakan adalah Contending (saya tidak menggunakan cara-cara kasar untuk dapat memenangkan negosiasi) untuk kasus yang pertama dimana kakak saya bersedia untuk diantarkan lebih awal dari jadwal ke tempat praktek dokter, sementara hal itu tidak mempengaruhi jadwal makan malam saya dengan teman-teman. Strategi yang digunakan adalah Persuasive Arguments (Saya mengutarakan argumen-argumen yang persuasif agar kakak mau mengalah dan mau diantar lebih awal ke tempat praktek dokter. Lebih baik diantar lebih awal, daripada tidak ada yang mengantarkan sama sekali, selain itu kakak mau menunggu saya sampai acara makan malam saya selesai dan mau menunggu jemputan karena pertimbangan alasan keamanan). Gaya berunding Collaboratif juga diterapkan dengan Strategi berunding Cost-cutting untuk kasus kedua, dimana kakak meringankan beban saya yang kelaparan dengan mentraktir Mie Pangsit karena saya belum sempat menikmati hidangan makan malam. Keburu ditelepon kakak sih!?

20. Lulu Qurratu Aini

KOSAN

Saya kos satu kamar berdua dengan teman saya, karena alasan utama adalah kamar kos saya sangat luas bahkan untuk empat orang sekalipun. Memang untuk waktu yang lama kami bisa menjalani semuanya dengan baik-baik saja. Namun, semakin lama, masalah-masalah kecil semakin banyak yang muncul, salah satu yang penting ialah, siapa yang membereskan kamar, yang mencuci piring, yang beli barang-barang keperluan sehari-hari. Awalnya kita berdua saling menghindar untuk membicarakannya satu sama lain karena alasan takut menyinggung perasaan. Jika ada sesuatu dari dia yang mengganggu saya, saya selalu berusaha untuk menyimpan semuanya sendiri, dengan harapan semuanya akan baik dengan sendirinya. Saya yakin dia juga begitu. Jadi untuk beberapa waktu, saya membereskan kamar sendiri ketika dia tidak ada dan begitu juga dengan dia. Kadang ketika saya balik ke kamar, kamar sudah rapi. Namun semakin lama rasanya semakin tidak enak, malah kami sempat saling tidak berinteraksi satu sama lain. Saya juga jadi sering menginap di kosan teman untuk menghindari dia.

Hingga akhirnya kemarin ketika kita sedang membereskan kamar bersama dan suasana diantara kita pun sedang baik, saya mencoba untuk menyinggung masalah tersebut. saya mengusulkan sama dia untuk patungan lima puluh ribu setiap bulan untuk membeli keperluan sehari-hari. Dan dia pun langsung setuju. Lalu dia juga mengusulkan bagaimana kalau tugas membereskan kamar dibagi saja. Dia menyapu dan saya mengepel. Saya yang membereskan kasur dan dia yang mencuci piring. Jelas saya setuju, karena dia tahu saya paling tidak suka menyapu dan diapun tidak suka mengepel.

Saya kurang yakin gaya konflik apa yang saya gunakan. Namun pada awalnya saya yakin saya menggunakan gaya konflik menghindar, karena memang saya orangnya cenderung menghindari hal-hal yang dapat merusak suasana. Namun saya sadar kalau menghindar terus pun tidak akan dapat menyelesaikan masalah. Hingga saya memutuskan untuk langsung membicarakan masalah ini langsung sama dia, dengan keyakinan dia teman lama saya dan dia pun pasti akan mengerti. Dan memang itulah yang terjadi.

Dan untuk taktik yang kami gunakan, menurut saya, kami menggunakan teknik bridging karena kepentingan kami semua terpenuhi tanpa ada yang merasa dirugikan satupun, malah saling menguntungkan.

21. Muhammad Akbar NEGOSIASI KILAT?

??????Sehari sebelum negosiasi yang akan menjadi topik utama tulisan ini berlangsung, saya menawarkan dengan sukarela helm saya untuk dipinjam teman saya yang bernama One. Kebetulan pada saat itu kami sedang bersiap-siap pulang dari acara buka puasa bersama. Saya membawa dua buah helm sementara One menumpang temannya, Rico, yang kebetulan hanya membawa helm untuk dirinya sendiri. One menanyakan bagaimana nanti ia akan mengembalikan

Page 10: 1 08.doc · Web viewFotokopi Siang ini saya berniat menggandakan dokumen milik saya. Saya pergi ke tempat fotokopi terdekat. Di tempat fotokopi itu hanya ada satu orang yang bertugas

helm tersebut kepada saya dan saya menjawab dengan enteng, ?Udah, gampang...titip di Rico aja dulu, nanti juga ketemu di kampus?. Akhirnya berangkatlah kami kembali ke rumah maasing-masing.

??????Keesokan harinya, pada waktu sahur, One mengirimi saya sms dan bilang bahwa ternyata helm saya ada padanya karena motor Rico tidak memiliki gantungan helm sehingga terpaksa ditaruh di kostnya. One bingung bagaimana mengembalikan helm tersebut karena kostnya cukup jauh (di daerah selokan mataram ke arah gejayan) dan ia biasa berjalan kaki untuk dapat sampai ke kampus. Saya pun tidak tega membayangkan wanita sepertinya menenteng helm fullface ke kampus di saat sedang berpuasa, di waktu matahari sedang panas-panasnya pula. Oleh karena itu saya menawarkan diri untuk mengambil helm tersebut ke tempat kostnya. Ia pun setuju. Namun, klimaks negosiasi ini barulah dimulai. One meminta saya datang sebelum pukul 09.00 karena pada hari itu ia kuliah pada pukul 09.30 dan karena berjalan kaki ke kampus, maka ia terbiasa berangkat dari kost pada pukul 09.00 sementara saya baru bangun tidur pada pukul 09.00 dan butuh waktu 20 menit untuk mandi dan berpakaian. Saya mencoba waktu dan hari lain untuk dapat mangambil helm saya di kostnya tetapi tidak ada waktu yang tepat karena dalam seminggu itu jadwal saya sudah sangat padat dan kalaupun saya ada waktu luang, One ada jadwal kuliah.

??????Akhirnya, saya memutuskan untuk memecahkan masalah dengan taktik kompensasi spesifik. Saya tetap tidak mungkin untuk datang ke kostnya sebelum pukul 09.00 karena saya mungkin masih tidur dan sangat lelah karena sehari sebelumnya melakukan aktivitas yang berat, maka saya pun menawarkannya tumpangan ke kampus sebagai kompensasinya, meskipun sebenarnya saya tidak ada jadwal untuk ke kampus, dengan janji saya sudah sampai di kostnya pada pukul 09.25 dan ia pun setuju. Hasilnya, saya sampai di kostnya pada pukul 09.25 dan dengan ngebut sampai di kampus pada pukul 09.28. Saya mendapatkan kembali helm saya dan ia pun sampai ke kampus tepat waktu tanpa perlu berjalan kaki meski deg-degan karena takut terlambat.

22. Destania Sagitarisheylla

Minggu ini saya melakukan negosiasi dengan kakak sepupu saya. Kebetulan sepupu saya juga kuliah di UGM namun berada di fakultas yang berbeda. Karena kami hanya berdua di jogjakarta maka kami sering sekali saling bantu membantu. Belum lama ini, dia menghubungi saya untuk meminjam motor saya dikarenakan dia sendiri tidak memiliki motor. Dia bermaksud untuk meminjam motor saya dalam waktu yang agak lama, sekitar 8hari, karena dia perlu motor untuk tugas lapangan nya. Namun saya merasa keberatan karena pada saat ini saya juga sangat membutuhkan motor saya tersebut. Kebetulan saya juga menangani beberapa kegiatan di kampus yang menuntut mobilitas tinggi dan akan sangat menyulitkan bagi saya apabila saya meminjamkan motor apalagi dalam waktu 8hari. Namun negosiasi agak berjalan lamban karena kakak sepupu saya juga tetap bersikeras meminjam motor saya selama 8hari tanpa mau mengerti kebutuhan saya tersebut. Karena saya merasa kesal, akhirnya saya mengatakan kepada nya bahwa saya juga memiliki kepentingan yang mendesak dan waktu yang terbatas sekali juga kegiatan yang menuntut mobilitas. Saya bisa mengerti kebutuhan dia namun dia juga harus mengerti kebutuhan saya apalagi motor tersebut adalah milik saya. Akhirnya dia mau mengalah dengan meminjam motor saya tersebut pada hari-hari dimana saya tidak sedang sibuk dan hanya meminjam paling lama 3hari saja. Saya juga bersedia meminjamkan motor saya asalkan dia mau mengisi bensin serta mencucikan motor saya. Akhirnya kami berdua pun setuju dan merasa sama-sama puas.

Dalam kasus ini, posisi saya adalah kakak saya meminjam motor hanya sebentar sedangkan posisi kakak saya adalah meminjam motor saya selama mungkin. Kepentingan saya meminjamkan motor saya hanya sebentar adalah agar kegiatan saya tidak terganggu karena repot apabila motor saya dipinjam terlalu lama, sedangkan kepentingan kakak sepupu saya adalah meminjam motor selama mungkin agar dapat mempermudah melakukan tugas lapangan nya. Gaya berkonflik yang saya pakai adalah compromize yaitu masing-masing mendapatkan setengah dari apa yang diinginkan awalnya. Saya juga memakai teknik berunding persuasive arguments yang berarti saya mengutarakan alasan-alasan agar saya tidak merasa direpotkan dan sepupu saya tetap bisa mendapatkan pinjaman motor saya walau mungkin tidak sesuai dengan apa yang dia inginkan pada awalnya.

23. Bela reza tanjung (21299)

Negosiasi yang saya lakukan pada minggu ini yaitu pada hari selasa kemarin. Pada hari selasa kemarin saya di tawari oleh teman saya untuk memebeli mainan air soft gun miliknya. Memang sudah sejak lama saya menginginkannya, selain memang saya tertarik, selain itu juga saya ingin mencoba hobi baru. Dan memang sebenarnya juga teman saya ini sudah sejak lama menawarkanya kepada saya. Kemudian yang jadi permasalahannya disini sekarang yaitu, keadaaan keuangan saya yang tidak memungkinkan, akan tetapi teman saya juga sedang membutuhkan uang, sehingga ia menawarkan air soft tersebut kepada saya. Negosiasi ini memang sedikit rumit untuk saya,

Pada awalnya saya bilang tidak ingin membeli barang tersebut, karena sudah jelas keadaan keuangan saya yang tidak memungkinkan. Mungkin memang saya ada uang lebih akan tetapi walhasil karena sebelumnya ada musibah menimpa saya, yaitu rusaknya HP saya, kemudian uang tersebut saya pakai untuk membetulkan HP saya tersebut. Perihal tersebut saya sudah ceritakan kepada teman saya, akan tetapi keadaanya tetap sama ia memang agak memaksa saya untuk memebelinya, karena memang ia juga sedang memebutuhkan uang, ia mendesak saya untuk memebelinya mungkin karena memang ia tahu saya mempunyai ketertarikan yang lumayan besar pada permainan air soft gun ini. Maka dari itu ia

Page 11: 1 08.doc · Web viewFotokopi Siang ini saya berniat menggandakan dokumen milik saya. Saya pergi ke tempat fotokopi terdekat. Di tempat fotokopi itu hanya ada satu orang yang bertugas

terus menawarkannya kepada saya, bahkan minggu-minggu sebelum kejadian hari rabu ini ia sudah mencoba menwarkanya terus kepada saya, samapai saya mungkin merasa hal ini sebuah dorongan yang agak memaksa bagi saya, bahkan kadang-kadang ia terkesan menyinggung saya, seperti halnya ketika saya dan teman-teman kos saya membicarakan tentang permainan ini ada kalanya ia mengeluarkan kata-kata ?makanya beli aja bel nanti biar merasakan enaknya bermain air soft ini, kamu kan jadi bis fun juga jadinya sama kita-kita?, buat saya ini menajadi sebuah alasan persuasive yang bersifat menyerang dan mau menang sendiri karena ketika itu saya tidak mencukupi untuk memebli barang tersebut.

Kembali pada saat negosiasi? tersebut berjalan, dengan alasan dan pertimbangan-pertimbangan diatas kemudian juga cara ia yang terus mendorong saya untuk membeli dengan cara yang pesuasif yang kemudian saya juga berfikir untuk membelinya, akan tetapi saya berusaha untuk tidak merasa rugi dalam memebeli barang tersebut, kemudian saya mencoba melunakan hatinya dan memberikan suatu pernyataan, yaitu saya bilang kepada dia, ?saya akan memebeli barang tersebut, akan tetapi dengan alasan diatas tolong mengerti keadaan saya?, kemudian saya juga menyampaikan keinginan saya kepada dia, ?bagaimana jika uangnnya saya bayar setengah dulu dan kemudian 2 minggu lagi saya akan lunasi, dan jika ada penyelenggaraan permainan ini saya minta untuk ia membayarkan dahulu (memang biaya untuk main permainan ini tidak terlalu mahal). Dan kemudian setelah saya manyampaikan hal tersebut, kemudian ia berfikir sejenak dan menyetujuinya. Akan tetapi? sebagai gantinya juga saya tidak mendapatkan penuh seprangkat alat permainan tersebut (spt:charger baterai,amunisi,dll)akan tetapi ia bersedia meminjamkannya terlebih dahulu ketika saya mebutuhkanya, dan smw itu akan diberika ketika say sudah lunasi. Dan pada akhirnya saya membeli barang tersebut dan juga mendapatkan keuntungan dan tidak merasa sangat rugi. Walaupun disini kami hanya mendapatkan masing-masing setengah dari keinginan kami.

24. Fatimah MarilynNegosiasi yang saya lakukan minggu ini adalah negosiasi antara saya, teman saya dan mas catering. Saya dan

teman saya bertugas sebagi panitia konsumsi untuk acara buka bersama HI minggu depan di kampus. Kami memutuskan untuk menggunakan catering yang sama seperti yang digunakan pada acara P4T kemarin, karena teman-teman panitia sudah merasa cocok dengan menu yang ditawarkan. Kemudian, saya dan teman saya Desi bertemu dengan mas catering dan bernegosiasi masalah harga dan menu yang akan digunakan. Setelah beberapa lama, kami sepakat mengenai harga dan menu. Namun yang mengganjal bagi kami adalah permasalahan ayam. Mas catering tersebut menawarkan ayam dengan kisaran satu ayam dibagi 8 potong, mengingat harga yang kami tawarkan tidak tinggi, sementara harga ayam saat ini naik. Kami keberatan dengan tawaran tersebut, menurut kami ayam dibagi 8 potong akan menghasilkan potongan ayam yang kecil. Kami menginginkan ayam potong 6, sehingga harga dan ukuran bisa dirasa pas. Setelah beberapa lama bernegosiasi dengan cukup alot, akhirnya kami tidak dapat lagi memaksakan kehendak kami. Mas tersebut tetap mempertahankan pendiriannya dan kami tetap tidak dapat merubahnya, akhirnya kami memutuskan untuk menyetujui ayam potong 8. tetapi tentu saja kami tidak begitu saja menyerah, kami tetap memberikan penegasan dan sedikit ancaman, bahwa semua ayamnya harus berupa ekor/gendhing, agar paling tidak walaupun dipotong 8, namun ayamnya tidak terlalu kecil. Kami juga memastikan bahwa hasil yang akan kami dapatkan nanti harus sama dengan contoh yang ia tawarkan pada kami sebelumnya, jika tidak sama maka kami berhak memotong pembayaran.

Dari hasil negosiasi diatas dapat dianalisa bahwa posisi kami adalah ayam potong 6, sementara posisi mas catering adalah ayam potong 8.Gaya berkonflik kami adalah kolaborasi. Dalam negosiasi tersebut digunakan taktik memecahkan masalah dengan kompensasi spesifik, yaitu mas catering tetap mendapat ayam potong 8 seperti yang diinginkannya, sementara pihak kami dihargai dengan tetap mendapatkan kepentingan kami yaitu menu catering dengan ayam meskipun tuntutan awal yaitu ayam potong 6 tidak terpenuhi.

25. Rima Meinita Negosiasi yang saya lakukan dalam minggu ini adalah negosiasi dengan penjaga counter hp. Waktu itu saya bermaksud menjual hp saya yang rusak, kondisinya waktu itu mati total. Melihat kondisi hp yang mati total, maka dia memberi harga yang sangat rendah. Saya kaget waktu diberi tau hp saya cuma bisa dibeli dengan harga segitu. Walaupun saya sadar hp itu memang rusak dan pasti dibeli dengan harga rendah, tapi saya tidak menyangka harganya jadi serendah itu. Akhirnya saya berusaha melakukan negosiasi dan mencoba menawar dengan harga yang lebih tinggi. Awalnya dia bersikeras dengan harganya dan mencoba meyakinkan saya dengan mengatakan bahwa jarang ada counter yang mau membeli hp dalam keadaan mati total karena biaya perbaikannya mahal. Tapi saya tidak langsung menyetujui argumen nya dan tetap berusaha mencoba menawar harga yang lebih tinggi. Negosiasi saya waktu itu tidak hanya melibatkan 1 orang, tapi melibatkan 3 orang penjaga counter sekaligus. Awalnya memang hanya dengan 1 orang, tapi karena negosiasinya lama dan alot jadi penjaga-penjaga counter yang lain ikut melibatkan diri. Akhirnya, setelah melewati proses negosiasi yang lumayan lama, penjaga-penjaga counter itupun bersedia menaikkan harga jual hp saya. Saya pun akhirnya setuju dengan harga yang mereka tawarkan walaupun hanya naik sedikit. Tapi saya berusaha untuk menghargai keputusan mereka yang setidaknya sudah mau mengalah.

Dalam kasus ini, posisi saya adalah menjual hp dengan harga tinggi dan posisi mas counter hp itu adalah membeli hp saya dengan harga rendah. Kepentingan saya menjual dengan harga tinggi adalah agar untuk meminimalisir kerugian

Page 12: 1 08.doc · Web viewFotokopi Siang ini saya berniat menggandakan dokumen milik saya. Saya pergi ke tempat fotokopi terdekat. Di tempat fotokopi itu hanya ada satu orang yang bertugas

yang saya terima, sedangkan kepentingan penjaga counter hp itu adalah memperoleh keuntungan besar dengan menjual kembali hp saya dengan harga tinggi setelah mereka perbaiki. Hasil dari negosiasi saya adalah win-lose dengan kemenangan di pihak saya karena berhasil membuat penjaga counter itu membeli hp saya dengan harga yang lebih tinggi dari harga yang mereka tawarkan sebelumnya. Saya juga menggunakan taktik berunding kompensasi spesifik yang berarti saya mendapatkan yang saya inginkan yaitu menjual hp dengan harga lumayan tinggi, sedangkan penjaga counter itu tetap dihargai dengan mendapatkan kepentingannya untuk menjual kembali hp saya setelah mereka perbaiki. Mereka akan tetap mendapatkan keuntungan besar seperti yang mereka inginkan walaupun jumlahnya agak berkurang sedikit.

26. Nara Indra

Pengalaman ini entah dapat disebut? sebagai negosiasi atau bukan. Namun terdapat beberapa unsur dari taktik dan gaya berkonflik yang saya terapkan dalam menghadapi permasalahan ini. Beberapa waktu yang lalu saya dan seorang teman terlibat dalam suatu kegiatan di kampus. Mengingat agenda perkuliahan maupun organisasi yang kami akan ikuti minggu ini sangat padat, maka kami sebelumnya telah sepakat untuk menyelesaikan tugas ini pada hari Rabu jam 8 pagi. Hal yang tak diinginkan terjadi, teman saya itu terlambat sehingga mengacaukan kerja hari itu dan otomatis merusak agenda kami di hari-hari berikutnya. Dan karena teman yang satu ini sudah sangat sering jam karet maka saya tergerak untuk menghentikan ritual buruknya ini?untuk selamanya?

Posisi saya jelas, saya ingin dia berubah dari kebiasaan ini, kalau bisa untuk selamanya karena hal ini tentunya akan sangat baik buat dia sendiri serta kelompok/organisasi tempatnya bernaung nanti. Sedangkan posisinya ingin tetap seperti itu (santai dengan waktu) dengan alasan dia tetap ingin menjadi dirinya sendiri. Pertama-tama saya mencoba secara persuasive memberi pengertian kalau dengan disiplin waktu dia tetap dapat menjadi dirinya sendiri serta malah akan mendapat respek yang lebih dari orang. Namun nampaknya dia masih menunjukkan resistensinya terhadap usaha ini. Lalu saya merubah strategi dengan menyuruhnya memberitahukan apa yang tak disukainya dari diri saya. Setelah itu saya mulai ?menelanjangi? segala hal yang menurut saya kurang baik dari dia. Saya memiliki pengalaman menghadapi orang seperti ini dan dari pengalaman itu saya belajar bahwa dia akan dapat berubah apabila dikucilkan atau diberi kepercayaan/tanggung jawab. Akhirnya saya memilih alternative yang kedua dengan memberi ancaman bahwa akan menempuh yang pertama bila ia tak berubah. Dalam melaksanakan tugas hari itu, saya melimpahkan segala wewenang dan tanggung jawab pelaksanaan tugas ini kepadanya dengan bertindak pasif sehingga memaksanya untuk mengambil itu semua. Akhirnya tugas dapat terselesaiakan juga meskipun tak lancar mengingat kami sama-sama harus beradaptasi dengan posisi ?memimpin dan dipimpin? ini. Namun yang terpenting ia menunjukkan kemauan untuk menjadi lebih baik. Dalam proses ini saya menggabungkan metode contending untuk masuk ke arena negosiasi dan inaction saat menghasilkan keputusan. Mengenai hasil negosiasi ini, secara jangka pendek telah tercapai dan untuk jangka panjang marilah kita sama-sama berharap?.

27. Arief Rizky Bakhtiarsaia lagi pengen gelang yang dijual di malioboro. walhasil, saia jalan-jalan seharian mengitari malioboro demi gelang obsesi saia itu. dipilih-pilih, akhirny saia nemu seorang pedagang yang sangat antusias menawarkan barang dagangannya, persis kayak tukang obat di pasar-pasar tradisional, hha.

dia mematok harga tuju ribu.. wew, mahal.. mending buat beli cireng duit segitu.. saia, dengan segala keterbatasan yang saia miliki, mencoba menawar. iyaaa dong, udah ambil nrk harusny jago negosiasi.

saia pun menyebut sejumlah angka.

LIMA RIBU.(ini yang bikin saia rada nyesel sekarang.)

eh, dia gag mau.tawar lagi.gag mau lagi.tawarrrrr terooosss. [aio semangat kamu bisa!!]nolak lagi. [gila, ngerasa udah kaya y mbak??]

akhirnya saia bilang,"mbak, saia keburu kuliah nih,, aio to, cepet.. ramadhan bulan penuh ampunan.."

dan dengan jurus itu, dia pun mau. hoho.

*negotiation complete*

besokny di kampus, Binar berkata: "bagus gelangnya, ak juga punya. dulu dapet cuma dua ribu.."

Page 13: 1 08.doc · Web viewFotokopi Siang ini saya berniat menggandakan dokumen milik saya. Saya pergi ke tempat fotokopi terdekat. Di tempat fotokopi itu hanya ada satu orang yang bertugas

ps: selain pandai bernegosiasi, ketahuilah harga pasaran gelang. hehe.

28. DESI ROSITAHari sabtu yang akan datang HI akan mengadakan buka bersama seluruh angkatan, mulai dari angkatan atas hingga angkatan 2008 yang baru saja masuk. Saya dan beberapa teman saya ditunjuk sebagai panitia bagian konsumsi. Setelah penunjukkan panitia tersebut, saya dan teman-teman konsumsi menentukan akan menggunakan jasa catering mana. Teman-teman panitia yang lain setuju untuk menggunakan jasa catering yang sama dengan ospek kemarin, karena mereka merasa puas dengan pelayanannya.

Setelah mendapat persetujuan tentang penggunaa catering, saya dan panitia konsumsi lainnya menghubungi catering tersebut dan memberikan daftar menu yang kami inginkan dan harga utnuk setiap kardusnya. Beberapa hari yang lalu kami dari panitia konsumsi dan pihak catering melakukan pertemuan untuk membahas contoh menu yang dibawa pihak catering pada saat itu. Secara garis besar, kami dari panitia konsumsi dan teman-teman yang menjadi perwakilan panitia lainnya setuju dengan contoh menu yang diberikan, tetapi ada satu hal yang dimana sayadan teman-teman lain kurang setuju, yakni masalah pemotongan ayam. Pada menu contoh, pihak catering memotong ayam menjadi 8 bagian, saya dan teman-teman lainnya tidak setuju dengan hal tersebut dan melakukan negosiasi dengan pihak catering karena kami dari pihak panitia menginginkan pemotongan ayam menjadi 6 bagian. Alasan pihak catering tidak bisa memotong ayam menjadi 6 bagian adalah harga daging ayam yang melonjak naik dan harga yang kami berikan tidak bisa menutupinya, sedangkan alasan kami adalah kami takut pada hari-H nanti ayam akan semakin kecil dan jauh berbeda dengan contoh. Setelah melewati negosiasi yang cukup alot, kami pihak konsumsi setuju dengan pihak catering, yakni pemotongan ayam dijadikan 8 bagian, tetapi kami menegaskan kepada pihak catering bahwa kami setuju dengan masalah pemotongan ayam tetapi dengan syarat ukuran, daging ayam dan sayur yang ada di contoh menu harus sesuai dengan pesanan kami yang akan diantar pada hari sabtu mendatang, selain itu penegasan kami bahwa kami akan melakukan pemotongan harga jika pada hari-H pesanan kami tidak sesuai.

Pada kejadian diatas saya melakukan problem solving, dimana saya dan teman-teman konsumsi lainnya berhasil memecahkan masalah yang ada. Taktik memecahkan masalah yang saya dan teman-teman lainnya gunakan adalah taktik kompensasi spesifik dimana pihak catering mendapatkan apa yang diinginkan dalam negosiasi yang kami lakukan dan saya serta teman-teman konsumsi lainnya mendapatkan kepentingan kami meski tuntutan awal kami tidak terpenuhi.

29. tomy nanda aditias Kemarin saya bermaksud untuk berbuka puasa bersama dengan teman-teman SMA yang kuliah? di Jogja. Sesuai isi jarkom (jaringan komunikasi), kami berkumpul di salah satu kos teman kami, lalu untuk kemudian berangkat bersama-sama ke tempat yang kami tuju karena belum semuanya mengetahui tempat tersebut. Sebelumnya saya bermaksud untuk tidak datng ke acara tersebut dengan alasan tidak ada kendaraan, lagipula lokasi pertemuan letaknya jauh, Jalan Kaliurang Km 10. Namun akhirnya saya meminta salah satu teman kos saya untuk mengantarkan saya ke tempat pertemuan yang pertama dengan menggunakan motor. Sebelumnya dia tidak menyanggupinya karena alasan ada kegiatan lain yang harus dia ikuti dan itu penting menurutnya. Lalu saya mengatakan kepadanya bahwa pertemuan yang dalam rangka berbuka puasa bersama tersebut sangatlah berarti bagi saya karena sudah lama kami tidak saling bertemu sejak acara berbuka puasa bersama tahun lalu. Saya juga mengatakan kepadanya bahwa saya sudah jarang hadir dalam setiap pertemuan-pertemuan kecil dengan mereka. Selain itu juga saya mengatakan kepadanya bahwa pertemuan di kos teman saya sebelum berangkat ke tempat sebenarnya adalah tidak lama lagi dan saat itu sudah cukup sore maka saya memintanya untuk cepat mengambil keputusan. Akhirnya dia menyanggupi permintaan saya untuk mengantarkan saya tanpa syarat apapun, bahkan setelah itu justru dia yang lebih bersemangat untuk mengantarkan saya. Entah karena dia memang bersemangat atau hanya karena dia terburu-buru.

??????Setelah membaca cerita negosiasi saya di atas, maka dapat dianalisis bahwa taktik bernegosiasi yang saya gunakan adalah salah satu taktik contending atau menyerang, yaitu persuasive argument, menyajikan alasan-alasan untuk meyakinkan lawan tentang keutamaan opsi kita. Selain itu saya juga mengombinasikan taktik berunding time pressure atau tekanan waktu, yaitu menekankan sempitnya waktu agar lawan cepat mengalah. Dalam konteks negosiasi kami di atas, kedua cara tersebut cukup bahkan sangat efektif untuk membuat lawan mengalah dan menuruti apa yang kita inginkan.

30. GERALDUS DANISTYA KALOKA PUTRA

Negosiasi yang saya alami kali ini terjadi pada Kamis malam tanggal 11 September 2008. Negosiasi yang saya lakukan ini berhubungan dengan rapat perdana seksi perlengkapan makrab HI 2008. Awalnya saya mengirim SMS kepada semua anggota seksi perlengkapan untuk datang pada hari Jumat tanggal 12 September 2008 pada pukul 14.00. Namun ternyata banyak yang komplain karena pada saat itu bertabrakan dengan jadwal kuliah Politik dan Pemerintahan Timur Tengah. Akhirnya setelah menyesuaikan jadwal, saya melihat celah dan mencoba menggeser jadwal pada pukul 10.00 karena saat

Page 14: 1 08.doc · Web viewFotokopi Siang ini saya berniat menggandakan dokumen milik saya. Saya pergi ke tempat fotokopi terdekat. Di tempat fotokopi itu hanya ada satu orang yang bertugas

itu jam kuliah kosong. Saya SMS lagi kepada teman-teman. Ternyata banyak yang bisa pada jam tersebut, namun tiba-tiba saya mendapatkan SMS dari tiga orang teman bahwa kuliah Politik dan Pemerintahan Australia digeser ke jam dan hari tersebut, sehingga mereka tidak mungkin bisa mengikuti rapat. Akhirnya karena tidak melihat kemungkinan lain yang bisa dilakukan akibat jadwal yang sudah menumpuk dan banyak acara lain pada hari tersebut, saya kemudian berusaha untuk mengatur jadwal rapat dengan membaginya sesuai kloter 1 dan 2. Saya akan tetap mengadakan rapat pukul 10.00, tetapi saya juga akan mengadakan rapat privat dengan ketiga teman saya tersebut, walaupun saya harus merelakan untuk menunggu mereka sehabis mereka kuliah di taman Fisipol, tetapi saya rela agar mereka semua (yang ikut Australia dan Timur Tengah) dapat berkuliah tanpa merasa terganggu dengan rapat tersebut.

AnalisisNegosiasi yang saya alami tersebut merupakan contoh bagaimana saya mencoba mencari win-win solution untuk semua orang. Selain itu saya juga menggunakan taktik kolaborasi (problem solving) dengan cara menjembatani (bridging) semua kepentingan yang ada. Akhirnya semua orang mendapatkan apa yang diinginkan, walaupun saya harus mengorbankan diri untuk stand-by lebih lama di kampus, namun daripada saya harus mengatur jadwal lagi, mencoba SMS semua orang yang menghabiskan pulsa saya, ini merupakan win-win solution bagi semua orang, termasuk saya.

31. Nila Putri PerdanaHari Senin merupakan salah satu hari berat yang harus saya lalui. Pasalnya jadwal kuliah saya yang cukup padat, yaitu dari pagi hingga sore hari dan malamnya saya ada jadwal kursus bahasa, tidak hanya itu, saya ternyata telah berjanji untuk mengembalikan buku milik teman. Praktis sesampainya di kos, tepatnya pukul 21.00 saya putuskan untuk secepatnya tidur. Karena besok saya harus bangun pagi untuk sahur. Tak berselang beberapa menit pintu kamar saya diketuk oleh salah satu kawan kos. Ternyata ia meminta bantuan saya untuk membantunya menterjemahkan sebuah artikel. Artikelnya tidak banyak, hanya 2 lembar. Sebenarnya saya tidak enak hati untuk menolak, tapi mau apa dikata, mata sudah sangat berat. Akhirnya saya berterus terang dan mengusulkan untuk membantu mengerjakan besok pagi saja.. Ternyata tugas itu harus dikumpulkan besok pagi juga. Setelah sejenak kami mengadakan negosiasi ringan, kawan saya setuju untuk membelikan saya makan sahur untuk saya, sehingga saya dapat bangun lebih lambat. Dan sebagai ungkapan balas jasa, kawan saya tersebut berinisiatif untuk me-lanudry kan pakaian-pakaian kotor saya yang belum sempat saya cuci minggu lalu. Wah, terima kasih!

Dari negosiasi diatas, posisi saya yaitu ingin cepat tidur malam, posisi kawan saya yaitu menyelesaikan tugas artikelnya. Kepentingan saya yaitu ingin bangun pagi untuk membeli makan sahur, sedangkan kepentingan kawan saya yaitu tugasnya dapat dikumpulkan tepat waktu. Taktik memecahkan masalah yang digunakan dalam negosiasi tersebut yaitu “kompensasi spesifik”. Karena dalam negosiasi tersebut kawan saya mendapatkan apa yang ia inginkan, yaitu tugasnya terselesaikan dan tepat waktu, dan saya tetap dihargai dengan tetap mendapatkan kepentingan saya meski tuntutan awal saya tidak terpenuhi, yaitu tidur cepat. Sedangkan inisiatif kawan saya untuk me- laundry kan pakaian kotor saya merupakan suatu bentuk reward, bukan merupakan kompensasi non spesifik, pasalnya dalam negosiasi tersebut pakaian kotor bukan merupakan isu yang penting dalam negosiasi kami dan diluar kepentingan saya.

32. Amalina LuthfianiSudah beberapa minggu terakhir adik laki – laki saya yang duduk di bangku SMP meminta saya membawa pulang

computer (PC) yang ada di kos saya. Dan selama itulah saya tidak menghiraukannya karena saya pikir kepentingannya hanyalah bermain game mengingat dia masih SMP. Sampai pada seminggu terakhir dia benar – benar berhasil membuat saya kesal karena hampir setiap hari mengirim sms menanyakan soal kapan saya akan membawa PC tersebut pulang dan mulai berani mengancam untuk membolos sekolah jika tidak saya turuti. Saya mulai menanggapi apa sebenarnya kepentingannya di balik besarnya keinginannya tersebut dengan menanyakan langsung kepadanya dan mencoba bertanya pada orang rumah apa sih yang sebenarnya dia inginkan. Kemudian terungkaplah bahwa ternyata adik saya membutuhkan PC untuk mengerjakan tugas – tugas sekolah yang semakin banyak karena dia telah duduk di kelas 3. Mulanya kami berdebat dan mempertahankan posisi masing-masing, karena tentu saja masing – masing pihak berpikir lebih membutuhkan PC tersebut dari pihak lainnya. Saya menyarankan padanya untuk menggunakan laptop Ayah saja jika ada tugas dan saya akan membantunya mengerjakan tugas-tugasnya jika kebetulan saya sedang di rumah. Namun dia ternyata dia tidak setuju karena laptop Ayah sering dipakai dan dia tidak leluasa mengerjakan tugasnya sewaktu – waktu. Karena kami berdua sama – sama keras, sangat susah mencapai kesepakatan dan jalan keluar. Akhirnya saya meminta pertolongan orang tua untuk memberi jalan keluar, dengan menjelaskan posisi dan kepentingan kami masing-masing. Akhirnya orang tua kami memberi jalan keluar yang membuat kami berdua sama – sama diuntungkan, yaitu dengan memberikan saya sejumlah uang untuk membeli laptop, dan PC tersebut harus saya bawa pulang begitu saya berhasil mendapat laptop yang saya inginkan.

Dari negosiasi tersebut nampak bahwa ada upaya negosiator untuk membawa kondisi yang struggling kea rah joint decision making dengan melibatkan pihak ketiga yaitu orang tua. Negosiator menyadari bahwa kondisi struggle tidak akan memberikan hasil pada sebuah negosiasi. Pengalaman menunjukkan pada kondisi struggle satu pihak tidak dapat

Page 15: 1 08.doc · Web viewFotokopi Siang ini saya berniat menggandakan dokumen milik saya. Saya pergi ke tempat fotokopi terdekat. Di tempat fotokopi itu hanya ada satu orang yang bertugas

dieksploitasi atau ditekan terus menerus atau pihak lain akan mengalah untuk sementara dan selanjutnya akan bersikap melawan untuk tekanan lebih jauh dan keduanya menuju apa yang disebut dengan a hurting stalemate (Touva dan Zartman 1985 )1. Jalan keluar dari kebuntuan yang bisa diambil adalah joint decision making yang yang di dalamnya terdapat proses negosiasi dan mediasi yang memungkinkan pihak ketiga membantu kedua pihak mencapai kesepakatan (win – win solution).

33. Melati Dewi Ayuningtyas

Pada minggu ini negosiasi yang saya alami adalah negosiasi dengan orang tua saya. Negosiasi yang terjadi yaitu negosiasi mengenai masalah mengganti handphone saya. Sebenarnya 1 bulan yang lalu saya sudah membicarakan kepada orangtua saya untuk mengganti handphone saya. Saya mengajukan untuk mengganti handphone saya karena saya merasa handphone saya mulai mengalami kerusakan, dan saya tidak nyaman karena kerusakan yang terjadi karena kerusakan pada handphone pada LCDnya sehingga sangat merepotkan saya dalam berkomunikasi, seperti tidak dapat membaca sms atau menulis sms. Karena handphone sangat penting untuk komunikasi karena orangtua saya berada di luar kota, dan untuk komunikasi perkuliahan. Namun orangtua saya menolak untuk menggati handphone saya karena dirasa handphone saya masih dapat digunakan, karena saat rusak itu tidak beberapa lama handphone saya kembali pulih, tanpa harus menyervisnya ke servis handphone. Seliain itu juga karena kepentingan orangtua saya saat itu akan merenovasi rumah, sehingga harus menghemat pengeluaran. Sampai akhirnya saya mengancam untuk tidak mengabari keadaan saya di Jogja kalau tidak orangtua saya dulu yang menghubungi saya. Dan saya juga memberikan annoyance “Perabotan di rumah yang enggak rusak saja diganti semua, masa HPku yang rusak enggak diganti”. Sampai akhirnya beberapa hari yang lalu handphone saya mengalami kerusakan yang sama. Dan saya mencoba membawanya ke servis center resmi handphone yang saya gunakan. Ternyata biaya perbaikan yang harus dikeluarkan sangat mahal. Sampai akhirnya saya menmberi tahu orangtua saya kalau handphone saya rusak lagi, dan saya memberitahu biaya yang harus keluar sangat mahal. Dan saya menceritakan handphone beberapa teman saya yang se-type dengan handphone saya juga sering mengalami kerusakan, dan sering masuk tempat service. Setelah mendengar alasan-alasan yang saya ajukan, akhirnya orangtua saya menyetujui untuk mengganti handphone saya.

Taktik menyerang saya pada awalnya dengan memberikan ancaman untuk tidak menghubungi orangtua saya, kalau bukan orangtua saya dahulu yang menghubungi saya (thread). Kemudian taktik yang saya lakukan dengan memberikan ejekan (annoyance), sampai akhirnya saya mengajukan alasan-alasan serta cerita pengalaman teman saya yang memiliki handphone se-type dengan handphone saya, guna meyakinkan orangtua saya bahwa handphone saya perlu diganti, karena sudah tidak nyaman digunakan (persuasive argument).

34. Vitya Hanum

Hari Minggu tanggal 7 September 2008, saya bermaksud berangkat dari rumah menuju kos di Jogja. Posisi saya ingin berangkat ke Jogja hari itu juga. Kepentingan saya saat itu ingin menyelesaikan tugas kelompok dengan teman saya. Namun hari itu posisi orang tua saya ingin mengajak saya pergi ke Semarang, dengan kepentingan buka puasa bersama keluarga besar saya. Hal itu mengharuskan saya untuk ikut ke Semarang.

??????Awalnya saya menolak karena saya benar-benar ingin menyelesaikan tugas saya. Tetapi kedua orang tua saya mengatakan bahwa ini adalah acara yang sangat jarang dilakukan dan acara ini diselenggarakan untuk membahagiakan keluarga karena sudah lama tidak berkumpul. Saya tidak enak hati untuk menolak, tetapi saya memasang wajah cemberut untuk mengungkapkan ketidaksukaan saya sekaligus menjadi taktik menyerang annoyance saya.

??????Kedua orang tua saya mengusulkan solusi, bahwa saya akan diantar ke Jogja keesokan harinya setelah sahur. Saya mengatakan, masalahnya bukan diantar ke Jogja tetapi bagaimana tugas saya dengan teman saya. Karena tugas tersebut harus secepatnya dikumpulkan dan paling lambat hari Senin. Lalu saya sms teman saya. Saya mengatakan keluhan saya dan teman saya memaklumi hal tersebut. Tiba-tiba terbelesit di kepala saya untuk menggunakan jasa internet dalam pemecahan masalah ini. Kebetulan, di rumah kerabat saya yang di Semarang tersebut memiliki sambungan internet. Lalu saya mengutarakan usul saya kepada teman saya untuk menyelesaikan tugas kelompok tersebut melalui email dan jasa Yahoo Messenger. Teman saya setuju akan usul saya tersebut. Solusi ini merupakan taktik memecahkan masalah bridging dari saya. Karena pada akhirnya saya bisa ikut ke Semarang untuk buka bersama keluarga besar sambil mengerjakan tugas kelompok bersama teman saya melalui internet

35. OKTAVI ANDARESTA

Beberapa hari yang lalu, saya dan seorang teman (A) sedang berdiskusi untuk membahas acara buka puasa bersama teman-teman satu angkatan di SMA dulu. Setelah melalui silang pendapat yang tidak lama, kami bersepakat untuk menetapkan hari buka puasa bersama tersebut pada Sabtu, 13 September 2008. Hari tersebut dipilih karena bertepatan

1 Pruitt, Dean G and Carnevale, Peter J. Negotiation in Social Conflict. California: Brooks/Cole Publishing Company. (page 6)

Page 16: 1 08.doc · Web viewFotokopi Siang ini saya berniat menggandakan dokumen milik saya. Saya pergi ke tempat fotokopi terdekat. Di tempat fotokopi itu hanya ada satu orang yang bertugas

dengan ulang tahun ke-4 angkatan kami. Saat menyebar undangan via SMS, salah seorang teman (B) mengajukan keberatan karena ternyata dia juga berencana membuat acara buka puasa bersama ikatan alumni sekolah kami (IKASADA --Ikatan Alumni SMARIDASA) pada hari itu juga. B mempertahankan pendapat dan keinginannya habis-habisan karena ia telah ditunjuk langsung oleh Dewan Alumni untuk mengordinir acara tahunan tersebut kali ini dan ia juga sudah telanjur mengirimkan undangan kepada beberapa alumni dari angkatan lain. Pada awalnya kami sempat berpikir untuk menyelesaikan masalah melalui voting. Namun timbul masalah baru karena jka para voter adalah SEMUA anggota IKASADA di Jogja, hal tersebut mustahil dilkukan dengan cepat mengingat kami tidak memiliki semua nomor yang harus dihubungi. Namun jika para voter hanya alumni dari angkatan kami, jelas akan lebih menguntungkan saya dan A, karena hampir semua teman seangkatan antusias dengan buka puasa bersama sekaligus syukuran hari jadi angkatan kami. Untungnya, salah seorang teman yang lain (C) menawarkan kepada B untuk memindah acara buka puasa bersama IKASADA pada hari Jumat, 12 September 2008. Di luar dugaan, B setuju tanpa mengajukan syarat apapun. Ternyata pada awalnya dia mengira akan lebih sedikit alumni yang datang jika acara diadakan pada hari selain Sabtu. Namun pada kenyataannya antusiasme para alumni dalam merespon undangan via SMS dan mengkonfirmasi kehadiran mereka sama besar dengan undangan terdahulu (acara pada hari Sabtu) walaupun pada kali ini dimajukan menjadi Jumat.

Dari kasus tersebut, posisi saya (dan A) adalah menjadikan 13 September sebagai hari buka puasa bersama angkatan dengan kepentingan bahwa hari tersebut juga merupakan hari jadi angkatan kami. Posisi B adalah menjadikan 13 September sebagai hari buka puasa bersama IKASADA dengan kepentingan bahwa hari tersebut jatuh pada hari sabtu (akhir pekan) sehingga memungkinkan lebih banyak alumni bisa hadir dalam acara itu.Saya rasa gaya berkonflik kami merupakan collaborating style karena orientasi kami ada kemenangan bersama. Sementara strategi berunding yang kami gunakan adalah problem solving dengan taktik expanding the pie, di mana dalam kasus ini sumber daya yang kami perluas adalah waktu. Saya merasa cara tersebut sangat sesuai dan efektif dengan konflik yang saya hadapi mengingat pada akhirnya saya dan B sama-sama dapat mencapai apa yang kami inginkan.

36. Angga Kusumo

Eyang dan SoloBalapan – LempuyanganNegosiasi ini terjadi pada hari Jumat, 12 September 2008 pada pukul 03.00 pagi. Beberapa hari sebelumnya, aku

telah tertimpa musibah yang cukup tidak mengenakkan di depan kosanku yang kemudian menyebabkan aku harus secepatnya pulang ke Solo dan pergi ke bengkel mobil milik omku untuk mengurusi beberapa hal.

Aku tiba di Solo dan seharusnya aku tidur di rumah eyang dari bapakku, tetapi setelah membawa mobilku ke bengkel omku, aku mampir terlebih dahulu ke rumah eyang dari ibuku. Kebetulan memang rumah kedua eyangku tidak berjauhan. Malam itu aku lelah sekali hingga akhirnya aku tertidur pulas. Kemudian aku terbangun ketika sahur dan aku terkejut karena sebelumnya aku telah berjanji pada eyang dari bapakku untuk sahur bersamanya.

Berawal dari sinilah aku kemudian bernegosiasi dengan adik sepupuku. Setelah dia makan sahur, aku mulai mendekatinya dan melobi dirinya untuk mau mengantarku ke rumah eyang dari bapakku dan kemudian mengantarku ke stasiun agar aku bisa kembali ke Jogja. Awalnya dia menolak dengan alasan dia harus sekolah pagi jam 7 dan kuatir akan mengantuk. Kemudian aku memberikan opsi padanya setelah mengantarku ke rumah eyang dari bapakku, dia bisa tidur terlebih dahulu di kamarku sehingga tidak akan terlalu mengantuk di sekolah. Dia mulai berpikir kembali, namun masih ada yang mengganjalnya karena kuatir akan terlambat ke sekolah. Dia harus datang lebih pagi karena akan ada ulangan. Aku melobinya dengan aku mengambil kereta yang pertama yakni jam 05.45 dan mengatakan dia bisa mengantarku jam 05.10 supaya dia bisa melakukan persiapan terlebih dahulu sesampainya di rumah. Dan aku terpikir untuk meyakinkannya agar mau mengantarku, aku akan membelikan bensin motornya sehingga dia tidak perlu mengeluarkan uang serta tak perlu mampir ke pom bensin sebelum berangkat sekolah. Mendengar opsi yang aku berikan, akhirnya ia setuju untuk mengantarku ke rumah eyang dan ke stasiun. Aku bisa sahur bersama eyang dari bapakku dan pulang dari SoloBalapan ke Jogja Lempuyangan dengan mengambil kereta yang pertama dan ia bisa pulang kembali ke rumah tanpa kuatir akan rasa kantuknya dan terlambat sekolah serta ditambah dengan motor yang terisi dengan bensin yang penuh.

Dari negosiasi di atas, posisi yang saya miliki adalah saya pulang ke rumah eyang dari bapak dan pergi ke stasiun. Dan posisi adik saya adalah tidur dan berangkat pagi ke sekolah. Saya menyimpulkan bahwa strategi berunding yang saya gunakan adalah bridging, yakni menjembatani agar semua kepentingan tercapai, memberikan argumen yang cukup meyakinkan, dan cutting cost dengan membelikan bensin motor adik sepupuku. Akhirnya kami bisa menyelesaikan masalah dengan keadaan win-win solution.

37. Priyo Pratomo

Pada suatu sore yang indah, saya bersama teman saya, Ha dan Dm, sedang nongkrong di kostnya Ha. Kami bertiga seperti biasa, berkumpul, bercengkrama, dan bercanda ria sambil menunggu waktu berbuka puasa. Tak lama kemudian, azan pun berkumandang. Setelah kedua teman saya shalat Maghrib, kami bertiga pun berbuka puasa di luar. Setelah berbuka, kami kembali berkumpul di kostnya Ha. Ketika kami sedang ngobrol, saya disms oleh Ni, teman saya. Ni mengajak kami bertiga untuk datang ke kost Lu (teman kami yang lain). Karena hari itu dia membuat puding, sehingga kami

Page 17: 1 08.doc · Web viewFotokopi Siang ini saya berniat menggandakan dokumen milik saya. Saya pergi ke tempat fotokopi terdekat. Di tempat fotokopi itu hanya ada satu orang yang bertugas

diajak untuk makan puding bersama. Tentu saja saya langsung dengan senang membalas sms Ni, bahwa kami akan ke kost Lu, untuk menyantap puding buatan Ni. Nah, pada saat inilah mulai tercipta riak-riak konflik yang memakan waktu, sehingga puding pun harus menunggu.

Jadi, pada malam itu saya memiliki janji, untuk latihan akustikan bersama teman saya, pukul 8. Dan saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 6.30. Sebenarnya masih lama, memang, saya berpikir untuk pergi secepatnya ke kost Lu, untuk makan puding agar keburu sebelum pukul 8 sudah bisa latihan. Namun ketika itu kedua teman saya, Ha dan Dm belum shalat tarawih. Maka saya pun bilang, ‘lo mau tarawih di masjid apa gimana?soalnya kalo di masjid, lebih baik kita ke kost Lu sebelum lo shalat tarawih, biar gw jam 8 tepat bisa latihan’ . Ha dan Dm pun sedikit bingung, dan sempat berkeinginan untuk tarawih di masjid, namun mereka juga berpikir bahwa tarawih di masjid bisa sampai pukul 8.30 atau lebih. Dan kami bertiga tetap ingin menyantap puding bersama. Maka kami pun akhirnya memutuskan, saya menunggu mereka berdua shalat tarawih dulu sebentar, tidak di masjid, di kamar Ha. Dan setelah sekitar 15-20 menit, kami pun berangkat menuju kost Lu. Dan saya pun menghubungi teman latihan akustikan saya, bahwa saya terlambat datang latihan. Lalu kami di kost Lu untuk beberapa lama, dan setelah pukul 9, kami bertiga pun pulang, dan saya latihan akustikan.

Negosiasi di atas adalah problem solving, karena hasil yang didapai menguntungkan kedua pihak, dan kepentingan saya dan mereka terpenuhi, win-win. Posisi saya di atas, adalah secepatnya makan puding dan posisi teman saya, tarawih dulu baru makan puding. Dan negosiasi di atas menggunakan taktik memecahkan masalah yaitu menjembatani (bridging), karena kepentingan semua pihak terpenuhi sekaligus.

38. Angga Rendityan

Hari senin kemarin saya dan kakak sepupu saya berencana untuk berbuka puasa bersama dengan saudara-saudara kami yang lain. Namun siangnya tiba-tiba kakak sepupu saya di panggil oleh pelatih sepak bolanya untuk ikut dalam latihan tanding dengan tim lain. Karena yang mengurusi acara buka bersama adalah kakak sepupu saya maka kami harus datang terlebih dahulu untuk memberi konfirmasi kepada tempat makan yang akan kami gunakan. Waktu itu pukul 16.00 kakak sepupu saya belum pulang ke rumah padahal pukul 17.00 kami sudah harus datang ke tempat makan. Akhirnya saya menelepon dia agar cepat pulang, ternyata dia hanya bermain setengah babak dan pada waktu itu dia hanya menonton. Saya mengatakan pada kakak sepupu saya jika kita tidak datang ke tempat makan pukul 17.00 maka kemungkinan besar tempat yang kami pesan akan digunakan orang lain. Akhirnya kakak saya mau pulang dan setelah itu kami segera berangkat ke tempat berbuka puasa.

Negosiasi yang terjadi adalah bargaining, dimana posisi saya adalah meminta kakak sepupu saya agar segera pulang dan kepentingan saya adalah agar kami segera bisa memberikan konfirmasi tempat untuk berbuka puasa. Sedangkan posisi kakak sepupu saya adalah pulan kerumah agak terlambat dan kepentingannya adalah agar dia bisa menyaksikan timnya bermain. Strategi yang digunakan adalah time pressure dimana saya menggunakan waktu agar kakak sepupu saya mau segera pulang.

39. Rizki Fauzia

Suatu ketika saya pernah ditawari untuk memberi les kilat private kepada anak temannya ibu - yang sedang menghadapi ujian nasional SD. Menurut saya, ini tawaran menggiurkan karena selain dapat mengamalkan ilmu, juga bisa menjadi pos pemasukan tersendiri. Alhasil dan alhamdulillah anak tersebut menjadi salah satu yang terbaik di sekolahnya dan berhasil masuk SMP favorit di Yogyakarta (karena memang aslinya sudah pinter).

Pertimbangan itulah yang membuat teman ibu saya berpikir untuk mempercayakan kedua anaknya kepada saya (kelas 1 dan 3 SMP). Saya diminta memberikan les private yang tidak mengganggu jadwal kuliah. Saya mengajukan beberapa syarat, diantaranya agar jadwal les dibuat fleksibel dan kuliah tetap menjadi prioritas. Sebagai balas jasa, saya mendapat upah yang professional dari pekerjaan tersebut.

Masalahnya, rumah teman ibu tersebut di daerah Sagan-yang bisa dibilang tidak dekat dari kos saya. Padahal selama ini saya kuliah dengan bersepeda. Sebenarnya bisa saja saya menempuhnya dengan bersepeda, namun tentunya itu akan sangat menguras energi dan tidak efesien waktu. Akhirnya, saya menyampaikan alasan-alasan tersebut, terutama itu akan sangat mempengaruhi kualitas les yang akan saya berikan.

Oleh karena itu, saya meminta agar ketika mengelesi saya diberi fasilitas transportasi yang akan mempermudah mobilitas dan aksesibilitas dari tempat kos atau kampus ke rumah teman ibu tersebut. Akhirnya, teman ibu setuju. Dia sepakat meminjamkan saya motor selama masa kuliah alias sampai saya lulus sehingga permasalahan-permasalahan klise transportasi dapat teratasi.

Wow!!! Luar biasa. Bagi saya ini adalah lebih dari yang saya bayangkan karena selama ini saya sangat memerlukan motor terutama untuk menunjang aktivitas di luar kampus. Saya sadar kondisi orang tua, sepeda dari orang tua adalah hasil negosiasi maksimal saya selama ini, dan itu sudah sangat saya syukuri. Mendapat pekerjaan yang fleksibel dan mendapat motor adalah bagaikan mendapatan durian runtuh.

Analisis

Page 18: 1 08.doc · Web viewFotokopi Siang ini saya berniat menggandakan dokumen milik saya. Saya pergi ke tempat fotokopi terdekat. Di tempat fotokopi itu hanya ada satu orang yang bertugas

Dalam negosiasi tsb, pertama saya melakukan taktik menyerang dengan menggunakan strategi ?persuasive argument? yaitu dengan mengutarakan alasan-alasan keberatan dan ketidakmauan saya bersepeda ke Sagan. Kemudian setelah teman ibu saya menerima, dia menawarkan problem solving berupa kompensasi non spesifik, yaitu meminjamkan motornya selama saya kuliah. Motor merupakan kebutuhan dan kepentingan yang aku inginkan, tetapi di luar isu (memberikan les privat).?Sehingga dalam kasus itu, satu pihak yaitu teman ibu saya mendapat yang diinginkannya yaitu anaknya di- lesin privat.? Di lain sisi, saya dihargai dengan mendapatkan motor yang diinginkan saya (di luar isu yang dirundingkan).?

40. Assed Lussak

Minggu ini saya mulai menjual buku karya PeaceGen. Buku ini dicetak dengan harga Rp10.000,00 per buah sehingga harus dijual minimal pada harga tersebut. Harga buku (khusus untuk mahasiswa teman anggota PeaceGen) ditetapkan berkisar antara Rp10.000,00 hingga Rp15.000,00. Harga ini juga hanya berlaku sebelum buku tersebut dijual di toko buku. Namun Rp15.000,00-lah yang harus pertama kali ditawarkan ketika menjual buku. Walaupun begitu, tujuan utama penjualan buku ini adalah menyebarkan nilai-nilai perdamaian dan mengenalkan PeaceGen, bukan mencari keuntungan. Saya kemudian menawarkan buku tersebut ke Buddy 11 dan 12. Respon mereka ternyata sangat baik, namun mereka merasa harga Rp15.000,00 terlalu berat. Pada akhirnya, saya menjual buku tersebut dengan harga Rp12.000,00 per buah saat para anggota Buddy menyanggupi (dan akhirnya terjadi) jumlah pembeli mencapai lebih dari 10 orang.

Pada awalnya saya menggunakan metode menyerang dengan mencampurkan teknik positional commitment (harga tetap Rp15.000), persuasive arguments (harga khusus mahasiswa yang murah), dan time pressure (sebelum dijual di toko buku). Namun ternyata Buddy 11 dan 12 masih tidak bergeming untuk mau membeli buku.

Kemudian untuk menyelesaikan masalah, kami menempuh kompensasi spesifik. Saya mendapatkan hasil berupa tersebarnya nilai perdamaian buku dan informasi seputar PeaceGen, ditambah adanya keuntungan atas terjualnya banyak buku. Sedangkan para pembeli saya mendapat harga yang lebih murah dari yang ditawarkan pertama kali.

41. Maria Patricya N.

Minggu ini saya mendapatkan giliran untuk membersihkan kamar mandi di kosan. Ini adalah tugas wajib yang diberikan pada setiap anak kosan di akhir minggu, setiap orang harus mengerjakan tugas ini di minggu gilirannya. Tapi karena saya tidak dapat menjalankan tugas minggu ini, saya terpaksa harus membujuk anak kos saya yang lain agar mau menggantikan tugas saya minggu ini. namun, semua orang tampak sibuk minggu ini. akhirnya kepada salah satu teman kos saya, saya bertanya apa yang harus dia lakukan minggu ini, dan ia mengatakan harus menyebar selebaran iklan usaha barunya dengan teman-temannya. Akhirnya saya mampu mengajak ia bernegosiasi, saya akan membantunya menyebar dan menempelkan selebaran itu bila ia mau membersihkan kamar mandi untuk minggu ini. tadinya ia menolak, namun saya memberi penawaran kedua yaitu saya akan membelikan tinta printer untuk selebarannya juga, walaupun hanya tinta hitam, dan hanya tinta suntik. Tapi akhirnya dia menyetujui. Akhhirnya saya selamat dari permusuhan anak satu kos.

Hasilnya walaupun saya berkorban waktu lebih banyak minggu depan untuk menyebarkan selebaran, namun minggu ini saya tidak perlu membersihkan kamar mandi. Sehingga saya dapat melakukan sesuatu yang sifatnya lebih urgen. Sementara waktu saya minggu depan yang kosong sekarang jadi punya kegiatan.

42. Nick Sandy Santiago

Ketika akan berangkat kuliah, saya secara tidak sengaja melihat tagihan listrik masing-masing penghuni kamar kos untuk bulan Juli dan Agustus kemarin. Begitu sampai di nama saya, saya heran karena malihat tagihan saya sama dengan tagihan penghuni yang lain, padahal bulan Juli kemarin saya merasa tidak menggunakan listrik sebab saya masih liburan di kampung halaman. Melihat hal itu, saya lalu mendatangi salah seorang penghuni kos yang mengurusi tagihan tersebut. Saya lalu menyampaikan keluhan saya mengenai tagihan tersebut dan merundingkan masalah tersebut dengannya. Melalui perundingan tersebut, kami kemudian mencari jalan keluar bagaimana mengatasi masalah tersebut, sebab orang yang bersangkutan juga merasa tidak menggunakan listrik pada bulan juli karena dia sedang KKN. Pada akhirnya, meskipun tetap membayar bea umum selama dua bulan tersebut, kami berdua akhirnya membuat keputusan untuk hanya membayar setengah dari biaya peralatan elektronik yang kami gunakan, yang dalam hal ini adalah penggunaan televisi.

Televisi Dipotong Setengah?

??????Ketika akan berangkat kuliah, saya secara tidak sengaja melihat tagihan listrik masing-masing penghuni kamar kos untuk bulan Juli dan Agustus yang lalu. Begitu sampai di nama saya, saya heran karena melihat tagihan saya sama dengan tagihan penghuni yang lain, padahal bulan Juli kemarin saya merasa tidak menggunakan listrik sebab saya masih liburan di kampung halaman. Melihat hal itu, saya lalu mendatangi salah seorang penghuni kos yang mengurusi tagihan tersebut. Saya lalu menyampaikan keluhan saya mengenai tagihan tersebut dan merundingkan masalah tersebut dengannya. Melalui perundingan tersebut, kami kemudian mencari jalan keluar bagaimana mengatasi masalah tersebut. Pada akhirnya,

Page 19: 1 08.doc · Web viewFotokopi Siang ini saya berniat menggandakan dokumen milik saya. Saya pergi ke tempat fotokopi terdekat. Di tempat fotokopi itu hanya ada satu orang yang bertugas

meskipun tetap membayar bea umum selama dua bulan tersebut, saya akhirnya hanya membayar setengah dari biaya peralatan elektronik yang saya gunakan, yang dalam hal ini adalah penggunaan televisi.

??????Menurut saya perundingan ini merupakan perundingan yang bertujuan untuk memecahkan masalah yang menggunakan taktik menjembatani (bridging). Sesuai dengan ciri dari bridging yang memenuhi secara sekaligus kepentingan semua pihak yang melakukan perundingan, dalam hal ini saya mencapai tujuan saya untuk memperoleh pengurangan biaya penggunaan listrik dan rekan sekos saya mencapai tujuannya mendapatkan bayaran listrik dari saya.

(direvisi olehnya)

43. Muhammad Rifat

Semenjak saya berada di Yogyakarta saya mempunyai keinginan yang besar untuk mengajar les privat bahasa inggris. Hal itu saya ingin lakukan karena saya ingin mendapatkan pengalaman dalam hal mengajar serta sekaligus menambah uang saku. Akhirnya dengan sedikit keberuntungan akhirnya saya mendapatkan pekerjaan sampingan tersebut. Namun sebelum itu saya harus meminta izin dari orang tua saya.

??????Dalam perbincangan telepon, orang tua saya mempunyai posisi melarang saya mengajar les privat bahasa inggris, dan saya mempunyai posisi untuk mengajar les privat bahasa inggris. Setelah dilakukan perbincangan yang cukup lama, akhirnya saya mengetahui kenapa orang tua saya tidak mengizinkan saya. Mereka menganggap bahwa kegiatan mengajar tersebut akan mengganggu kegiatan kuliah saya dan mengganggap waktunya belum tepat untuk mempunyai pekerjaan sampingan sekarang.

??????Perbincangan antara saya dan ayah saya cukup sengit. Namun akhirnya dengan kesepakatan bersama akhirnya saya diizinkan untuk mengajar. Namun saya diwajibkan untuk mempertahankan nilai kuliah saya di atas 3,00. dan apabila nilai saya dibawah 3,00 maka saya harus berhenti mengajar les privat bahasa inggris.

??????Kepentingan mereka adalah agar kuliah saya tidak terganggu oleh mengajar les rivat. Sedangkan kepentingan saya adalah agar mendapat pengalaman serta tambahan uang saku. Gaya berkonflik yang saya lakukan adalah collaborating dengan taktik berunding problem solving (Kompensasi fisik) dimana perjanjian untuk mempertahankan nilai kuliah diatas 3,00? adalah jalan keluarnya.?

44. Danang Arif HidayatBeberapa hari yang lalu saya mengikuti suatu pertemuan alumni sma saya. Acara itu bertujuan untuk menyambut mahasiswa baru dan memperkenalkan komunitas kami, serta memberikan sosialisasi mengenai acara buka bersama yang akan segera dilaksanakan.

Acara utama, penyambutan dan pengenalan, berjalan lancer. Masih banyak waktu sebelum berbuka puasa, kami gunakan untuk membahas kepengurusan kami. Kemudian tercetus ide mengadakan pertemuan dengan seluruh angkatan. Namun yang menjadi kendala adalah waktu pelaksanaan. Menurut pengalaman kami, sangat sulit untuk mengumpulkan sebagian besar anggota pada saat kegiatan perkuliahan sedang aktif, karena setiap orang mempunyai kepentingan dan kesibukan masing-masing. Kemudian kami mengambil kemungkinan pelaksanaan adalah antara tanggal 28 sore atau 29 pagi (bulan September). Dengan asumsi sebagian besar mahasiwa sudah mudik. Kemudian kami memulai voting, namun ternyata hasilnya imbang, sebagian tanggal 28 sebagian tanggal 29. Kemudian saya mencari tahu alas an masing-masing kelompok, dari sejumlah alas an, ternyata yang menginginkan tanggal 28, beranggapan bahwa tanggal 29 terlalu dekat dengan idul fitri yang biasanya digunakan untuk mempersiapkan hari idul fitri. Selain itu juga untuk mengisi waktu menunggu waktu berbuka puasa. Sedangkan sebagian berasumsi bahwa pada tanggal itu diharapkan sebagian besar anggota bisa hadir, juga waktu pelaksanaan pada pagi hari memudahkan pemakaian tempat (menggunakan aula sekolah). Sedangkan saya pribadi saya masih akan tinggal di jogja, setidaknya sampai tanggal 28.

Tentu saya mendukung pelaksanaan pada tanggal 29. Namun, setelah beberapa saat kami saling mengajukan argumen untuk menguatkan pilihan ternyata sulit untuk mencar jalan keluar karena masing-masing kelompok menginginkan pilihannya dijalankan. Setelah saya menyadari hal itu, kemudian saya menanyai beberapa anggota. Dan yang bisa saya tangkap adalah kekhawatiran jika pertemuan dilaksanakan sore hari adalah tidak adanya tempat. Dan sebagian orang masih berada di jogja atau pulang pada tanggal itu. Kemudian saya menyampaikan hal tersebut kepada ketua. Dan oleh ketua kemudian menawarkan kepada kelompok lain bahwa pertemuan dilaksanakan pada tanggal 28 dengan jaminan tempat pertemuan. Saya pribadi memilih untuk mudik lebih awal, toh kita juga sudah libur.

Akhirnya disepakati bahwa pertemuan akan diadakan pada tanggal 28 sore hari. Dengan jaminan dari ketua tempat untuk pertemuan dan dilanjutkan dengan acara buka bersama.

Dari sini dapat kita pahami, bahwa jika masing-masing pihak mempertahankan kepentingan2nya maka akan sulit dicapai kesepakatan atau jika berhasil dicapai makan salah-satu pihak akan dirugikan karenanya. Banyak cara untuk bernegosiasi, keras tidak selalu baik. Negosiasi pada dasarnya mengutamakan strategi untuk mendapatkan kepentingan. Mengundurkan diri tidak berarti cuci tangan namun melepaskan kepentingannya namun masih mendapatkan esensinya.

Page 20: 1 08.doc · Web viewFotokopi Siang ini saya berniat menggandakan dokumen milik saya. Saya pergi ke tempat fotokopi terdekat. Di tempat fotokopi itu hanya ada satu orang yang bertugas

45. marta tintyaKemarin saya dengan pacar saya merencanakan untuk buka bersama sepulang kuliah. Tetapi, kami masih bingung mau menentukan makan dimana. Saya menginginkan makan di daerah dekat kostan saya, karena saya pikir setelah selesai makan saya tidak perlu repot dengan urusan transport + biayanya karena minggu ini saya sedang melakukan penghematan. Sedangkan pacar saya sedang tidak ingin makan di daerah dekat kostan saya karena dia bosan makan di tempat itu. Akhirnya pacar saya memberikan opsi untuk makan di suatu tempat makan. Karena makanan di tempat itu salah satu favorit saya dan di dekat tempat itu ada halte transjogja yang beroperasi sampai malam, sayapun setuju untuk makan di tempat itu asalkan nanti saya diantar pulang dan naik transjogja berdua pakai uang pacar saya. Pacar saya juga setuju karena kebetulan memang dia sedang ingin naik kendaraan umum.

Dari hasil negosiasi tadi, gaya berkonflik yang digunakan oleh lawan berunding saya lebih dominan pada kolaborasi yang cirinya adalah dia lebih banyak memberikan pilihan jalan keluar, sedangkan gaya berkonflik yang saya gunakan cenderung pada akomodasi dimana saya tinggal menentukan pilihanan yang diberikan oleh lawan berunding untuk menghindari terjadinya ketidaksepakatan. Taktik berunding yang digunakan kedua perunding adalah taktik problem solving. Dalam cerita tadi, terdapat dua taktik yaitu taktik cost cutting dan kompensasi nonspesifik. Taktik cost cuttingnya : saya setuju makan di daerah yang agak jauh dari kostan saya karena pacar saya mengganti biaya transport saya. Disini terlihat bahwa lawan berunding saya mau meringankan beban saya yaitu biaya agar kepentingan dia juga terpenuhi. Sedangkan, taktik kompensasi nonspesifiknya : selesai makan pacar saya mau mengantar saya sampai kostan karena pacar saya juga ingin naik kendaraan umum. Dikatakan kompensasi nonspesifik karena keinginan saya untuk diantar pulang terpenuhi dan lawan berunding saya mendapatkan keinginannya untuk naik kendaraan umum dimana hal tersebut diluar isu yang dirundingkan.

46. Septyanto Galan PrakosoMinggu ini saya dan teman saya sepakat untuk mengambil les Bahasa Mandarin kembali, setelah setengah semester cuti / tidak mengikuti kursus di salah satu lembaga les bahasa asing di Yogyakarta. Hanya, kali ini saya dan teman saya memilh metode privat, tidak klasikal / regular seperti dulu. Jadi, kami harus datang ke rumah guru les kami yang terletak di sekitar Jalan A.M Sangaji.

??????Permasalahan timbul ketika menentukan jadwal les. Persoalan hari tidak menjadi masalah. Kemudian teman saya yang kuliah di Fakultas Kedokteran UGM sebenarnya tidak memiliki masalah mengenai jam kursus, akan tetapi saya yang biasanya selesai kuliah selepas jam 3 atau 4 sore, merasa kesulitan untuk memilih waktu yang pas, sehubungan dengan Bulan Ramadhan, tentu saya tidak bisa mengambil waktu malam hari, karena bertubrukan dengan Sholat Tarawih. Sementara guru les privat saya juga mengajar di sebuah sekolah tiga bahasa di Yogyakarta, dan baru kembali ke rumahnya selepas pukul 16.00. Guru les saya lebih setuju untuk mengajar kami di malam hari. Tentu saja, saya tidak setuju dengan hal tersebut, apalagi sebelumnya saya harus menjemput teman saya di kost-nya, karena dia tidak membawa motor. Alasan efisiensi waktu saya gunakan, selain argumen saya yang menyatakan bahwa saya masih dapat berganti guru dan sekaligus tempat kursus.

??????Akhirnya diputuskan, jadwal les kami selama Bulan Ramadhan ini pada hari Senin dan Rabu, mulai jam 16.30 sampai jam 18.00. Denagn akibat waktu istirahat guru les saya berkurang. Namun, pertemuan pertama berjalan lancar, meski dalam praktiknya keinginan guru saya yang lebih memilih untuk memberikan materi di malam hari tidak terlaksana.

??????Dalam proses negosiasi kali ini, saya memilih menggunakan strategi berunding contending ntuk menghadapi guru les saya. Selain menggunakan ancaman (dapat mencari tempat / guru les lain), saya juga mendapatkan support dari teman saya, yang meskipun tidak terikat dengan waktu / jadwal, dia hanya bisa berangkat les bersama-sama dengan saya. Sehingga diperoleh hasil win-lose yang membuat saya puas.

47. meia vonseca

Sabtu lalu temen saya mau meminjam buku referensi kuliah untuk difotokopi. Buku itu akan digunakan sebagai bahan presentasi hari senin. Dia berencana datang jam 8an padahal saya ada janji dengan teman lain jam 8.15 untuk mengerjakan tugas dengan buku tersebut. Karena takut dia datangnya molor saya sarankan dia untuk datang lebih awal. Dia tidak mau karena dia ada acara jam 8an jadi biar sekali pergi aja. Lagipula ternyata dia berencana hendak memfotokopi satu buku. Dia lalu menanyakan untuk pinjam hari berikutnya yang langsung saya tolak karena saya masih harus mengerjakan tugas dengan buku itu dan mempelajarinya juga untuk hal yang sama (presentasi). Akhirnya saya tawarkan dia untuk datang jam 8 dengan syarat toleransi telat hanya 15 menit dan dia memfotokopi satu bab dulu (bab yang hendak dipresentasikan) dan memfotokopi secara keseluruhan hari senin setelah kita presentasi. Akhirnya dia setuju.

Negosiasi kami termasuk problem solving karena saya bisa tetap pergi dengan membawa buku itu dan dia bisa tetap memfotokopi bab yang diperlukannya. Dalam hal ini kami menggunakan kompensasi spesifik. Saya mendapat apa yang saya inginkan dari negosiasi tersebut dan dia mendapatkan kepentingannya (yaitu fotokopi bagian yang diperlukannya) meskipun tuntutan awal untuk memfotokopi satu buku tidak terpenuhi.

Page 21: 1 08.doc · Web viewFotokopi Siang ini saya berniat menggandakan dokumen milik saya. Saya pergi ke tempat fotokopi terdekat. Di tempat fotokopi itu hanya ada satu orang yang bertugas

48. Prischa Retno NNegosiasi yang cukup penting yang saya lakukan minggu ini berlangsung selama beberapa hari dan berakhir pada malam sebelum saya mengirimkan Negotiator's Log 2. Saya ingin mengikuti kursus bahasa asing untuk meningkatkan kemampuan bahasa asing saya. Oleh karena itu saya meminta izin pada orang tua untuk mengikuti kursus tersebut. Pada awalnya ayah saya menolak karena tempat kursus yang saya pilih tidak familiar di telinga ayah saya. Kemudian saya berusaha meyakinkan ayah saya agar boleh kursus di tempat yang telah saya pilih karena saya sudah yakin dengan pilihan saya. Saya menceritakan keunggulan dan fasilitas yang dimiliki oleh tempat kursus tersebut seperti kelas yang kecil (hanya 6 orang maksimal), pengajar yang kompeten dan friendly, tempat yang nyaman, ada wifi area (bisa untuk mencari bahan kuliah juga), ditambah lagi banyak mahasiswa asing juga kursus di tempat tersebut sehingga teman latihan berbicara pun banyak. Saya juga mengatakan bahwa sudah mendapat teman untuk kursus bersama jadi harus segera mendaftar ke tempat kursus tersebut (kalau terlalu lama menunggu takut teman saya mendaftar lebih dulu). Kebetulan saat itu ayah saya sedang di Jakarta untuk urusan kantor, saya berulangkali menelpon ayah saya untuk meminta izin (setiap saya menelpon ayah selalu saat ayah sedang ada meeting). Mungkin karena jengkel saya telepon terus-menerus ayah saya memberi izin untuk mengikuti kursus dengan catatan saya harus ikut kursus dengan sunguh-sungguh dan tidak boleh membolos.

Gaya berkonflik: contending atau menyerang dengan menggunakan taktik persuasive argument (dengan cara menceritakan keunggulan tempat kursus tersebut) dan time pressure (mengatakan harus cepat mendaftar karena saya sudah mendapat teman untuk kursus bersama) serta annoyance (saya berulangkali menelpon ayah saya disaat ayah saya sedang meeting dan baru berhenti saat diberi izin untuk ikut kursus)

Penyelesaian masalah : bargaining (karena pada akhirnya ayah saya terpaksa memberi izin pada saya karena tidak ingin saya ganggu saat sedang ada meeting)

49. Ahmad SyifaHari senin kemarin saya melakukan sebuah perundingan dengan adik saya. Kami berunding untuk memakai camera yang kebetulan kami membutuhkan di waktu yang bersamaan. Saya memerlukan camera untuk tugas sebagai panitia IDP di kampus, dimana tugasnya mengumpulkan 50 pendapat tentang perdamaian dan fotonya antara hari senin-jumat. Sedangkan adik saya membuthkan camera untuk acara reuni dengan teman-teman SMA nya di hari kamis dan jumat. Setelah dipikir-pikir Sangat sulit bagi saya untuk mendapatkan 50 pendapat dan fotonya dalam waktu tiga hari, oleh karena itu saya harus bernegosiasi untuk dapat memakainya selama lima hari.

??????Posisi saya adalah memakai camera selama lima hari untuk menyelesaikan tugas saya dan kepentingan saya adalah 50 pendapat dan foto sebelum batas waktu yang ditentukan. Sedangkan posisi adik saya adalah membawa camera dalam acara reuninya dan kepentingannya adalah mendapatkan foto-foto reuninya.

??????Untuk mencapai jalan keluar yang saling menguntungkan, mula-mula saya menjelaskan keadaan saya dan memberikan beberapa penawaran kepadanya. Pertama saya menyarankan kepadanya untuk mengcopy foto-foto reuni dari camera digital temannya saja. Dan setelah dia menghubungi temannya ternyata memang ada temannya yang membawa camera digital juga. Tetapi adik saya masih terlihat belum puas dengan hasil negosiasi ini. Melihat hal ini saya menawarkan penawaran kedua yaitu saya berjanji kepadanya untuk mengajaknya bermain futsal di malam minggu sebelum sahur (kebetulan memang dia sedang ingin futsal dari kemarin). Akhirnya adik saya setuju dan kami semua puas dengan hasil negosiasi ini.

??????Dalam negosiasi ini saya menggunakan taktik memecahkan masalah tepatnya kompensasi non spesifik yaitu satu pihak mendapat yang diinginkannya dari negosiasi tersebut, tetapi pihak lain dihargai dengan mendapatkan yang diinginkan diluar isu yang dirundingkan

50. Indah Dwi P.“Di Maafin Pacar”Waktu itu adalah hari Sabtu, dan kebetulan adalah hari dimana saya dan teman-teman SMA saya dulu mengadakan acara buka puasa bersama di kontrakan ketua panitianya. Dan pastinya saya datang bersama pacar saya, karena notabane pacar saya adalah teman SMA saya dulu, dan sekarang kami adalah bersama-sama sebagai panitianya. Pada saat persiapan acara itu, saya tiba-tiba mendapat sms dari teman kampus saya yang sudah sejak lama mencoba mendekati saya, tapi sejauh ini saya hanya mengaggap teman saja. Dan sejauh ini pun, hal ini tidak saya tutupi dari pacar saya tentunya. Pada waktu saya menerima sms itu, pacar saya tahu dan membaca sms itu, yang sebenarnya hanya sms tentang kepanitiaan saja. Tetapi saya tahu, kalau hal itu bisa membuat pacar saya “jealous”, oleh karenanya saya membalasnya tanpa setahu pacar saya, karena saya takut menimbulkan hal-hal yang tidak enak. Dan pada saat acara selesai, pacar saya menanyakan tentang sms yang tadi, dan saya menjawab kalau saya tidak membalasnya karena saya tidak mau membuat dia marah. Dan dia langsung meminjam hp saya dam mencek reportnya, karena dia tahu kalau saya tidak pernah mengaktifkan sent item saya. Sialnya saya ketauan bohong, mau mengelak tapi bukti reportnya sudah ada. Dan pada saat

Page 22: 1 08.doc · Web viewFotokopi Siang ini saya berniat menggandakan dokumen milik saya. Saya pergi ke tempat fotokopi terdekat. Di tempat fotokopi itu hanya ada satu orang yang bertugas

itu juga pacar saya marah besar, dia marah bukan karena saya membalas sms itu, tapi dia menyayangkan mengapa hal sekecil itu saja mesti bohong.

Akhirnya saya menjelaskan semuanya, tetapi dia tetap marah, kami pun berdebat akhirnya itu, dimana pada saat itu posisi dia adalah ingin putus dengan kepentingan saya telah menyia-nyiakan kepercayaannya. Dan posisi saya adalah tidak ingin putus dengan kepentingan masalah ini masih bisa diatasi dengan baik-baik demi kelancaran hubungan kita.

Dengan melalui proses yang panjang untuk menyelesaikan masalah ini, kami mencoba untuk mencari jalan tengah yaitu berunding untuk mengutarakan keinginan kami masing-masing. Kami berusaha dengan melakukan problem solving ini agar keputusan terakhir nanti dapat mencapai kepentingan-kepentingan kami. Dan akhirnya pada akhir perundingan kami itu, pacar saya memaafkan saya dan kami mengambil keputusan untuk kembali dan memperbaiki diri masing-masing dari kejadian ini. Dan kepentingan-kepentingan kami pun dapat tercapai.

51. SUCI NOOR R./21339/NL 2

Sehubungan dengan janji eja yang berencana akan mentraktir kami pada saat ulang tahunnya, alhasil malam ini kami berkumpul ditempat afik pada jam setengah 8 malam, untuk pergi makan bersama (walaupun ulang tahun eja sudah lewat 1 bulan yang lalu...haha). Setelah berkumpul dan menunggu kedatangan teman – teman yang lain ke tempat afik, aku dan afik membahas mengenai masalah keberangkatan kami ke tempat makan tersebut.

Afik minta supaya kami semua berangkat pake mobilku aja, agar lebih mudah bila dibandingkan naik motor sendiri- sendiri. Awalnya aku agak keberatan karena permasalahannya adalah bensin mobilku yang sudah sangat menipis dan keuanganku yang sama nasibnya dengan bensin mobilku. Aku ngomongin permasalahanku itu ke afik, dan akhirnya kami membuat keputusan dimana akhirnya kami semua tetap berangkat pake mobilku dengan catatan afik dan teman – teman akan membantuku “urunan” uang untuk membeli bensin.

Pada permasalahan diatas ketika kami mengadakan negosiasi, muncullah consession making yang menguntungkan bagi aku dan afik. Yakni dimana ketika kebutuhan akan bensin mobilku tercover oleh teman – teman dan kebutuhan teman – teman untuk berangkat dengan memakai mobilku pun tercover.

52. fauzia ariani

Kasus : saya membutuhkan sarung tangan untuk naik sepeda motor. Si penjual menawarkan harga Rp 35.000 sepasang. Saya menawar harganya menjadi Rp 15.000. Si penjual menolak dan meminta saya menawar lebih tinggi. Saya meminta bapak penjual untuk memberikan harga pasnya saja namun dia bersikeras mempersilahkan saya menawar lagi. Lalu saya menawar Rp 20.000, si penjual meminta ditambah dua ribu rupiah, saya menolak. Setelah terlihat berpikir sebentar, lalu dia akhirnya sepakat dengan harga yang saya tawarkan, yaitu Rp 20.000.

Posisi saya : membeli sarung tangan

Posisi penjual : menjual sarung tangan

Kepentingan saya : kenyamanan saat naik motor, harga semurah-murahnya

Kepentingan penjual : keuntungan sebesar-besarnya

Isu tunggal sarung tangan

Keputusan dibuat secara sequencial

Taktik negosiasi bargaining karena si penjual kalah,& cara saya menyerang dengan cara tetap kukuh pada posisi (positional commitment)

53. Ika Septihandayani

Rabu sore adalah jadwal saya untuk memberikan les privat bahasa inggris kepada seorang anak kelas 1 SMA, namanya Mey. Pada saat yang bersamaan seorang teman meminta saya untuk membantu menyelesaikan modul untuk praktikum di kampusnya. Modul tersebut harus diserahkan ke lab. keesokan harinya. Karena ia teman dekat saya, saya merasa tidak enak jika tidak membantu. Akhirnya saya menelepon Mey dan menjelaskan situasi saat itu. Saya menawarkan agar les hari itu diganti hari Kamis sore. Mey pun tidak keberatan karena kebetulan hari itu tidak ada PR. Akhirnya saya dapat membantu teman menyelesaikan modul dan Kamis sore tetap dapat memberi les kepada Mey.Analisis : Pengalaman di atas termasuk dalam teknik negosiasi "Expanding the Pie" karena saya menambah variabel waktu yang semula sama-sama Rabu sore, menjadi tambah satu pilihan Kamis sore, sehingga dua kegiatan tersebut dapat saya lakukan dan tidak ada seorang pun yang merasa rugi. Terimakasih =)

54. Wahyuningsih/21557

Page 23: 1 08.doc · Web viewFotokopi Siang ini saya berniat menggandakan dokumen milik saya. Saya pergi ke tempat fotokopi terdekat. Di tempat fotokopi itu hanya ada satu orang yang bertugas

Seminggu yang lalu, kakak saya mengalami kecelakaan yang menyebabkan beberapa bagian di wajahnya mengalami kerusakan. Efek dari kerusakan itu tentu saja harus diobati. Namun kakak saya menolak untuk mengobati kerusakan – kerusakan yang ada ( padahal dia mengalami luka – luka serius di wajah ).

Kebetulan kakak kecelakaan di Jakarta ( domisili kami di sana ), namun ayah kami tidak berada di Jakarta melainkan di Semarang. Ayah menghendaki pengobatan lanjutan kerusakan wajah kakak dilakukan di Semarang saja. Hal itu mengingat bahwa ayah memiliki relasi dengan seorang dokter bedah mulut di semarang ( kakak harus di operasi karena gigi bag. Atas nyaris tanggal semua dan rahang retak ). Namun kakak menolak karena takut merepotkan ayah. Saya sebagai adik merasa “ngeri” dengan kondisi kakak sehingga turut membantu ayah merundingkan jalan yang terbaik untuk pengobatan.

Saya beberapa kali memberikan penjelasan kepada kakak bahwa luka yang didapat harus cepat di obati jika tidak mau bertambah parah. Saya juga mendukung pengobatan dilakukan di Semarang. Setelah saya berikan masukan, kakak tetap pada pendiriannya bahwa jika ia harus melakukan pengobatan biar di Jakarta saja. Saya kembali memberikan masukan bahwa jika pengobatan dilakukan di Semarang dokter yang menangani telah terjamin akreditasinya karena tidak mungkin ayah memberikan alternatif yang tidak akurat. Jika dilakukan di Jakarta, kita belum mengetahui reputasi dokter ( sama saja seperti membeli kucing dalam karung ) salah – salah kakak tidak jadi sembuh malah semakin parah. Selain itu saya memberikan masukan lagi ( yang paling mengganggu pikiran saya), jika di operasi di Jakarta kakak malah merepotkan ibu, Karena tidak ada yang menjaga rumah serta ibu harus bolak – balik, rumah (depok) – RS ( Jakarta kan macet ). Kalau di Semarang biarlah ayah yang mengurus semua serta jika bolak – balik di Semarang masih dapat dijangkau dengan cepat.

Setelah saya jelaskan, akhirnya kakak mau menjalani pengobatan di Semarang. Namun dengan syarat tidak lama – lama berada di rumah sakit. Lah saya kembali bingung yang menentukan lama atau tidak adalah dokter. Jika sembuh boleh pulang, kalau belum masa maksa untuk pulang?? Setelah saya tanya kepada ibu riwayat kakak saya, ternyata dia trauma berada di rumah sakit. Ada kejadian yang membuat dia agak2 ngeri jika ada di tempat itu. Akhirnya saya dan keluarga sepakat, kakak hanya menjalankan operasi saja, selanjutnya di rawat di rumah.

Melihat kasus yang terjadi sebenarnya ada sedikit unsur melecehkan dan mengganggu ( harrasment/annoyance ) yang saya lakukan. Karena saya sempat meledek kalau tidak di obati dia sudah tidak ganteng lagi dan seperti pak tile yang ompong. Mungkin itu juga yang membuat dia takut. Selain itu cara persuasif juga saya lakukan dengan menjabarkan alasan2 mengapa harus di Semarang. hasil yang didapat dari perundingan ini bahwa kakak di obati di Semarang tanpa berlama – lama di RS dan tidak merepotkan ibu yang sendirian di Jakarta. Saya cukup puas dengan hasil perundingan ini, setidaknya walaupun saya jauh di jogja tetapi masih dapat memberikan kontribusi untuk kesembuhan kakak selain doa tentu saja.

55. Sekar Sari07/254057/SP/22169

Sore itu saya dan beberapa teman yang berjumlah 6 orang sedang duduk bersama dalam rangka rapat perdana koordinator seksi bidang sebuah kegiatan. Kebetulan saya sebagai ketua dalam kegiatan tersebut, jadi saya yang memimpin rapat itu. Jadwal rapat sore itu adalah membagi job description dan anggota seksi bidang. Job description tiap seksi bidang saya bagikan beserta nama anggota yang terlampir dalam kertas job description tersebut. Hampir semua koordinator menyetujui job description dan anggota seksi bidangnya karena sebelumnya saya memang telah berkoordinasi secara personal dengan masing-masing koordinator. Namun, koordinator bidang dana usaha merasa keberatan dengan wacana itu. Walaupun anggota seksi dana usaha jumlahnya banyak, dia merasa keberatan karena yang menjadi anggota-anggotanya selama tidak begitu aktif dalam organisasi kami dan tergolong ‘anak baru’. Dia lebih memilih memiliki anggota yang termasuk ‘anak lama’, yang sudah aktif dari dulu dalam organisasi kami dan telah sering bekerja bersama karena hal memang lebih nyaman baginya. Namun, menurut saya ‘anak lama’ ditempatkan sebagai koordinator karena memang lebih berpengalaman dan saya juga memberikan pandangan saya bahwa ‘anak-anak baru’ tersebut hendaknya juga kita rangkul dan kita olah supaya menjadi berpengalaman. Selain itu, saya juga menyatakan bahwa mungkin teman-teman kita itu tidak begitu aktif atau jarang kelihatan karena justru merasa tidak diberdayakan dalam kegiatan-kegiatan organisasi kami, atau dengan kata lain juga teman-teman teman-teman kita itu tidak begitu aktif karena merasa tidak ada tugas atau tanggung jawab yang harus diselesaikan sehingga mereka jarang kumpul di sekretariat dan jarang membantu kegiatan-kegiatan kami. Saya juga menanyakan pendapat koordinator dana usaha atas pertimbangan saya tersebut, apakah ada solusi yang lebih baik lagi. Akhirnya dia dapat menerima anggota-anggotanya dan menyatakan bahwa kita memang tidak boleh mendeskreditkan orang lain.

Posisi koordinator dana usaha adalah anggotanya ‘anak lama’, sedangkan posisi saya adalah anggotanya ‘anak baru’. Kepentingan dia adalah bekerja dengan nyaman, tanpa harus berkoordinasi dari nol. Kepentingan saya adalah memberdayakan SDM yang ada semaksimal mungkin, yang sudah pengalaman menjadi koordinator dan membantu menambah pengalaman bagi yang belum berpengalaman. Dalam perundingan ini, saya dan koordinator dana usaha menggunakan perundingan bargaining dan gaya berkonflik kompetisi karena orientasinya salah satu pendapat dari kedua orang inilah yang diambil. Strategi berunding saya adalah contending, karena bisa dibilang saya menantang pihak lawan apakah ada solusi dari dia yang lebih baik. Sedangkan taktik berunding saya termasuk menyerang, khususnya adalah

Page 24: 1 08.doc · Web viewFotokopi Siang ini saya berniat menggandakan dokumen milik saya. Saya pergi ke tempat fotokopi terdekat. Di tempat fotokopi itu hanya ada satu orang yang bertugas

‘persuasive arguments’ karena saya menyajikan alasan-alasan saya untuk meyakinkan lawan bahwa opsi saya yang lebih utama.

56. Rosanti Budi Rahayu

Ketika saya bernegosiasi dengan pegawai laundry masalah dua baju saya yang hilang saat di-laundry, saya tidak menuntut ganti rugi atas kehilangan baju saya, saya hanya meminta agar baju saya kembali. Namun pegawai laundry tetap bersikeras menawarkan ganti rugi dengan sejumlah uang. Awalnya saya heran kenapa dia bersikeras mau menanggung kerugian, padahal saya tidak meminta ganti rugi uang, saya hanya meminta agar baju saya kembali. Namun setelah saya pikir jika negosiasi ini tetap dijakankan kami tidak akan menemui kata sepakat karena kami tetap bertahan pada posisi masing-masing, akhirnya saya mencoba menanyakan alasan mengapa baju saya bisa hilang. Apakah terbawa dengan laundry orang ataukah memang hilang saat dicuci atau dijemur? Usut diusut teryata baju saya sebenarnya tidak hilang. Dua baju yang saya cari, yaitu kaos putih dan dress berbahan semi satin, ternyata masih ada disana. Kaos berwarna putih sudah berubah warna terkena luntur warna merah sedangkan dress-nya gosong dan berlubang saat disetrika (mungkin karena setrika-nya terlalu panas). Astagfirullah, mbok ya bilang dari tadi,, mbak? Mendengar penjelasan itu, dalam hati saya ingin marah, sebel, dongkol, tapi juga ingin ketawa. Dan yang saya nggak habis pikir adalah kenapa dia harus berbohong dan rela mengganti dengan sejumlah uang? Oh? akhirnya saya mengerti mungkin dia berbuat demikian agar tidak kehilangan pelanggan. Dia ingin memperlihatkan bahwa laundry-nya bekerja profesional dan bertanggung jawab, yang dibuktikan dengan bersedia mengganti rugi ketika terjadi kehilangan. Merasa tak dapat berbuat apa-apa, akhirnya saya menawarkan pilihan lain. Saya tetap tidak mau menerima uang ganti rugi, namun saya meminta agar dibebaskan membayar biaya laundry selama beberapa kali cuci dengan syarat kejadian seperti ini tidak akan terulang lagi. Sebagai konsekuensinya saya tidak lagi menuntut baju saya kembali dan akan tetap menjadi langganan. Akhirnya dengan keputusan tersebut kami mencapai kata sepakat.

Analisis perundingan:Awalnya gaya berkonfik dari perundingan ini adalah kompetitif. Para negosiator menginginkan kemenangan bagi dirinya sendiri. Namun setelah salah satu negosiator berhasil membingkai permasalahan, gaya berkonflik negosiasi berubah menjadi kolaborasi, dimana negosiators mengharapkan kemenangan bersama, dengan strategi berunding problem solving dan hasilnya adalah win-win. Perundingan ini menggunakan taktik memecahkan masalah kompensasi spesifik dengan kesepakatannya yaitu pegawai laundry tetap menanggung ganti rugi meskipun dalam bentuk lain, dan saya, meskipun tuntutan awal tidak terpenuhi, namun mendapat pembebasan biaya laundry selama beberapa kali cuci.

57. deean hapsari

Rencana Pemotongan Uang Pulsa bulananHari Selasa sore saya dikejutkan dengan pernyataan ayah saya yang akan mengurangi uang jatah pulsa bulanan

saya. Karena menurut beliau setengah dari jatah biasaya sudah cukup untuk satu bulan. Ayah saya tidak memperhitungkan bahwa pemakaian pulsa handphone saya dengan beliau tentu saja berbeda. Bisa saja dengan setengah pemakaian saya sudah cukup bagi beliau, tapi bagi saya hal tersebut belum tentu dapat dilakukan. Mungkin ini adalah cara terbodoh yang pernah saya lakukan. Saya katakan pada ayah saya daripada uang pulsa bulanan saya dipotong lebih baik tidak usah diberikan sama sekali. Saya mengatakan hal tersebut karena bemer-benar kesal pada ayah saya. Setelah mengatakan hal tersebut saya masuk kamar dan mengunci pintu kamar saya. Tidak berapa lama ternyata ayah memanggil saya dari luar tetapi saya enggan beranjak dari kamar. Ibu saya juga untuk memanggil dan mengatakan uang pulsa bulanan saya utuh, tanpa potongan. Setelah mendengar hal tersebut saya langsung keluar dan mengambil jatah bulanan pulsa saya. Ternyata kata-kata yang sepertinya bodoh itu berhasil membuat ayah saya luluh.

Taktik yang saya gunakan adalah kukuh pada posisi atau bisa disebut positional commitment Dimana saya tetap mempertahankan posisi saya yang kukuh menolak pemotongan rencana pulsa bulanan saya. Kata-kata yang saya keluarkan yaitu ” daripada uang pulsa bulanan saya dipotong lebih baik tidak usah diberikan sama sekali” menunjukkan posisi saya yang tetap pada posisi awal yaitu menolak rencana pemotongan jatah pulsa bulanan. Strategi berunding yang saya terapkan adalah contending dimana negosiasi yang dilakukan bertujuan agar pihak lawan setuju dengan pendapat saya. Dengan strategi ini jika berhasil saya menjadi pihak yang diuntungkan daripada pihak lawan. Gaya berunding yang saya terapkan kali ini adalah competing atau dengan kata lain ingin menang sendiri. Hal tersebut terlihat dengan sikap saya yang tidak berusaha mencari jalan tengah dengan ayah saya tetapi berusaha mendapatkan apa yang saya inginkan secara utuh.

58. Bhasmara Pramudita

Beberapa waktu lalu, STNK salah satu (dari dua) mobil keluarga saya hilang. Selama masa pengurusan kehilangan itu dengan pihak polisi, praktis mobil yang hilang STNK-nya tersebut tidak dapat dipergunakan (karena tidak mungkin mengendarai mobil tanpa membawa STNK). Dengan demikian, di rumah hanya terdapat satu mobil yang dapat dipergunakan. Keesokan harinya muncul persoalan, karena saya dan kakak saya sama-sama membutuhkan mobil tersebut

Page 25: 1 08.doc · Web viewFotokopi Siang ini saya berniat menggandakan dokumen milik saya. Saya pergi ke tempat fotokopi terdekat. Di tempat fotokopi itu hanya ada satu orang yang bertugas

untuk suatu keperluan. Pada awalnya kami tidak berhasil menemukan kesepakatan. Kemudian, saya berusaha untuk mencari informasi / menanyakan apa yang menjadi keinginan sesungguhnya dari kakak saya. Ternyata dia membutuhkan mobil tersebut untuk menemui dosen di kampusnya untuk mendiskusikan tugas akhir (yang memakan waktu cukup lama). Sementara saya membutuhkan mobil tersebut untuk pergi kuliah ke kampus (yang memakan waktu tidak terlalu lama karena hanya ada satu mata kuliah). Dengan mengetahui informasi tersebut, saya kemudian mencoba untuk memberikan penawaran kepada kakak saya; yaitu dengan berjanji akan mengantar dan menjemput dia apabila saya yang membawa mobil tersebut (karena pada dasarnya waktu saya lebih fleksibel). Akhirnya kakak saya setuju dengan kesepakatan tersebut.?

Negosiasi yang terdapat dalam contoh kasus diatas dilakukan dengan gaya berunding yang memecahkan masalah (collaborative), dengan menggunakan strategi kompensasi spesifik (specific compensation). Hal tersebut dikarenakan: saya berhasil mendapat yang dinginkan dari perundingan tersebut, sementara kakak saya tetap mendapat kepentingannya (yaitu bisa pergi ke kampusnya) walaupun tuntutan awalnya tidak terpenuhi (mendapat mobil untuk dirinya). Kompensasi spesifik yang diajukan berupa jaminan untuk mengantar dan menjemput dia.

Kompensasi spesifik ? satu pihak mendapat yang diinginkannya dari negosiasi tersebut, pihak lain dihargai dengan tetap mendapatkan kepentingannya meski tuntutan awalnya tidak terpenuhi.1

Selama proses perundingan, negosiasi dilakukan dengan relatif kooperatif (ditandai dengan sikap yang melunak) karena adanya faktor hubungan di masa depan. Upaya pencapaian kesepakatan dilakukan dengan cara mencari tahu informasi mengenai kepentingan apa yang sesungguhnya mendasari posisi dari kedua belah pihak.

The way to construct win-win agreement is for somebody to examine the concerns that underlie the positions taken by one or more of the parties and to seek a way to achieve these concerns.2

Ketika melakukan hal tersebut, isu yang dibicarakan berubah menjadi jamak (dari yang tadinya mengenai availability dari mobil bertambah jadi menyangkut waktu atau durasi) yang kemudian memberikan kemungkinan untuk munculnya solusi.

59. Fariz Ghadati

Dalam beberapa hari dalam minggu ini orang tua saya selalu menelepon saya untuk membicarakan tawarannya kepada saya untuk mudik lebaran. Senin malam, orang tua saya menelepon untuk memberitahukan kepada saya untuk pulang waktu lebaran nanti, bukannya mau menolak tapi ada beberapa hal yang mengganggu pikiran saya yakni biaya yang sangat mahal mengingat tiket pesawat yang masih mahal akibat kenaikan BBM, kemudian saya merasa masih sangat lelah kalau harus pulang pergi dari Jogja ke Medan walaupun naek pesawat, karena saya juga baru balik dari Medan belum genap sebulan, selain itu saya menginginkan uang tiket untuk mudik diberikan kepada saya saja setengah dari harga tiket pulang pergi, apabila saya tidak pulang ke Medan. Dengan alasan tersebut akhirnya saya menolak permintaan orang tua saya untuk pulang ke Medan dengan alasan-alasan tersebut diatas.

??????Mendengar penolakan saya, orang tua saya belum mau menerima alasan saya karena biaya bukanlah masalah karena memang uangnya telah disiapkan. Orang tua saya mengancam tidak akan memberikan uang lebaran saya apabila saya tidak pulang saat lebaran. Saya pun meminta waktu untuk memikirkannya dan menyuruh orang tua saya untuk menelepon besok malamnya.

??????Keesokan malamnya, orang tua saya menelepon dan meminta jawaban saya, saya pun mengutarakan alasan saya yakni saya tidak mau memberatkan orang tua saya karena tanggal 4 Oktober nanti saya harus membayar kuliah lagi, saya pun tidak mau kelelahan karena saya takut kuliah saya terbengkalai nantinya, saya mengutarakan apabila saya pulang dan saya kelelahan, kuliah saya bisa berantakan. Dan akhirnya saya menawarkan meminta uang setengah dari harga tiket yang seharusnya saya gunakan untuk mudik dengan kompensasi saya berjanji akan pulang liburan semester ganjil nanti. Akhirnya orang tua saya setuju.

??????Dilihat dari kasus diatas, kedua perunding berusaha mencari tahu dapat dilihat kedua perunding berusaha memecahkan masalah dengan mencari tahu kepentingan masing-masing.? Orang tua saya meminta saya pulang saat lebaran, dan saya menolak untuk pulang karena berbagai alasan diatas dan untuk mendapatkan uang dari setengah harga tiket. Gaya berkonflik yang dapat dilihat yakni Kompetisi dan Kolaborasi. Gaya kompetisi dilakukan dengan strategi contending dengan taktik mengancam, hal itu bisa dilihat ketika orang tua saya mengancam tidak akan memberikan uang lebaran, dan alasan persuasif, hal itu dapat dilihat ketika saya mengutarakan alasan akan membayar kuliah tanggal 4 oktober dan takut kelelahan yang akan menganggu kuliah saya nantinya. Gaya Kolaborasi dilakukan dengan strategi problem solving dengan taktik kompensansi spesifik, yakni saya mendapatkan keinginan saya untuk tidak pulang saat lebaran ditambah uang dari tiket mudik saya, dengan memberikan kompensasi kepada orang tua saya yakni saya menjanjikan akan pulang waktu liburan ganjil nanti.?

60. Candra Rahman

Beberapa hari yang lalu saya dan teman saya berdebat soal dimana kami akan sahur. Pada awalnya kami terbangun jam 3 pagi seperti biasa. Sebelum pergi mencari tempat makan sahur, kami mengobrol cukup lama sambil menunggu kantuk

Page 26: 1 08.doc · Web viewFotokopi Siang ini saya berniat menggandakan dokumen milik saya. Saya pergi ke tempat fotokopi terdekat. Di tempat fotokopi itu hanya ada satu orang yang bertugas

hilang. Tiba-tiba teman saya mengusulkan untuk sahur di tempat makan yang bernama ?Random?. Saya langsung menolak karena saya malas untuk makan disana. Selain karena letaknya cukup jauh, makanan yang disajikan pun kurang pas dengan selera saya. Namun teman saya terus memaksa, dia pun menawarkan untuk mentraktir saya sahur. Saya tetap menolak karena saya memang tidak ingin makan disana. Kemudian saya mengusulkan saja untuk sahur di warung makan dekat kost kami. Tetapi kemudian dia pun menolak untuk makan disana dengan alasan bosan selalu sahur di tempat itu setiap hari. Saya terus membujuk dia dengan mengatakan kalau masakan di warung itu lebih lezat dari masakan yang ada di Random. Akhirnya saya pun memberikan pilihan lain yaitu sahur di rumah makan padang dekat kost kami. Awalnya dia menolak untuk makan disana karena dia tetap ingin makan di Random. Kemudian saya membujuk dia dengan memberikan alasan kalau masakan di rumah makan padang itu enak dan murah. Kebetulan teman saya belum pernah makan di rumah makan padang itu. Kemudian saya mengatakan lebih baik kita makan rumah makan padang saja, karena letaknya lebih dekat jadi bisa makan sahur tanpa terlalu terburu-buru mengingat waktu imsak sudah dekat, dibandingkan sahur di random karena waktu kami akan habis di perjalanan. Akhirnya teman saya menyetujuinya dengan syarat sahur esok hari kami makan di random.

??????Kepentingan kami adalah menentukan tempat sahur dengan cepat karena waktu imsak hampir tiba. Teman saya mengusulkan untuk makan di Random, karena dia ingin sahur di tempat yang berbeda dari biasanya. Saya menolak karena tempatnya cukup jauh. Saya ingin sahur di tempat yang dekat saja agar bisa sahur dengan tenang dan tidak terburu-buru, juga sesuai dengan selera saya. Saya mengusulkan untuk sahur di tempat biasanya, namun dia menolak dengan alasan bosan. Saya pun memberi pilihan lain untuk sahur di rumah makan padang. Saya terus membujuk dengan alasan makanan di rumah makan padang itu enak juga, dan bisa sahur dengan tenang dibandingkan dengan sahur di random. Strategi yang saya gunakan adalah problem solving. Taktik berunding yang saya gunakan adalah memberikan pilihan tempat lain untuk sahur, juga berusaha meyakinkan mereka dengan memberikan alasan-alasan kalau pilihan yang saya berikan menguntungkan saya dan dirinya juga, semakin dekatnya waktu imsak saya manfaatkan agar dia setuju dengan pilihan saya dan akhirnya masalah dapat terpecahkan dengan persetujuan kami akan sahur di random pada hari berikutnya. Jadi taktik yang saya gunakan adalah persuasive argument, time pressure, dan kompensasi spesifik.?

61. Pijar Ramadhani

Beberapa hari yang lalu saya bersama teman saya makan di sebuah restoran kecil yang murah meriah. Setelah selesai makan, karena lelah, kami memutuskan untuk pulang dan membayar. Kami membayar dengan selembar uang lima puluh ribu rupiah lama (yang bergambar W.R. Soepratman). Kami tidak tahu apakah uang itu masih laku atau tidak. Dan ternyata kasir restoran tidak mau menerima uang lima puluh ribuan tersebut. Dia meminta uang lima puluh ribuan yang baru? (berwarna biru). Waktu itu kami yakin sekali kalau uang lima puluh ribuan milik kami itu masih laku dan menurut kami seharusnya kami dapat membayar dengan uang itu. Bahkan teman saya mengatakan bahwa uang itu diterimanya sebagai uang kembalian di sebuah departemen store terkemuka di Jogja. Alasan itu juga kami kemukakan pada kasir namun dia tetap tidak mau menerima. Memang sih, sebagai kasir pasti dia tidak mau ambil resiko dengan uang lima puluh ribuan kami itu. Tapi uang itu adalah satu-satunya uang kami yang dapat membayar makanan dan sisanya hanya uang recehan. Jadi mau tidak mau kami harus membayar dengan uang lima puluh ribuan tadi. Setelah berargumen panjang tentang laku atau tidaknya uang lima puluh ribuan yang lama, saya mengatakan bahwa kami akan tetap membayar memakai uang itu karena hanya itu yang kamu punya, namun kasir masih tetap tidak mau menerima. Akhirnya kami mengalah dan teman saya terpaksa memakai uang kuliahnya untuk membayar makanan. Hari yang sial.

??????Dari cerita di atas saya melakukan bargaining dimana pihak-pihak yang berunding mempertahankan posisinya masing-masing. Posisi saya dan teman saya adalah membayar makanan dengan uang lima puluh ribuan yang lama. Sedangkan posisi kasir adalah tidak menerima karena menganggap uang lima puluh ribuan yang bergambar W.R. Soepratman itu sudah tidak laku lagi. Dari kasus diatas juga dapat digali? bahwa kepentingan kasir di restoran itu hanya tidak mau ambil resiko mengambil uang yang dianggapnya tidak laku dan kemungkinan akan dimarahi oleh atasannya. Saya beserta teman saya yang hanya memiliki lima puluh ribuan itu sebagai satu-satunya uang yang kami punya, ingin cepat-cepat meninggalkan tempat itu karena sudah lelah. Akhirnya kami mengalah dan hasil negosiasi tersebut adalah win-lose.???????Ketika saya selesai kuliah di kampus teman saya menghampiri dan minta tolong untuk meminjam motor saya pada malam itu. Rencananya dia ingin memberi kejutan untuk pacarnya yang sedang berulang tahun. Karena letak rumah kos pacarnya itu jauh jadi dia perlu sebuah kendaraan untuk sampai kesana. dan motor sayalah yang menjadi incarannya. Saya memang tidak keberatan untuk meminjami karena memang tidak akan kemana-mana pada malam itu. Toh kalau saya ingin pergi saya bisa pinjam motor teman kos atau minta dijemput. Tapi yang membuat saya keberatan adalah bahwa teman saya itu baru bisa naik motor. Saya khawatir motor saya yang sudah babak belur itu bisa tambah sengsara kalau nantinya dibawa oleh teman saya itu.

62. Floweria 22174

Perundingan Kakak-Adik

Saya mempunyai seorang adik laki-laki yang kuliah di UGM juga dan saat ini ia baru semester satu. Sebagai maba, tentu banyak tugas yang harus ia kerjakan dengan bantuan laptop. Permasalahannya adalah kami hanya mempunyai satu

Page 27: 1 08.doc · Web viewFotokopi Siang ini saya berniat menggandakan dokumen milik saya. Saya pergi ke tempat fotokopi terdekat. Di tempat fotokopi itu hanya ada satu orang yang bertugas

buah laptop sehingga kami harus bergantian untuk meminjamnya. Karena baru minggu-minggu awal kuliah dan belum terlalu banyak tugas yang membutuhkan media laptop, maka laptop di bawa adik saya. Masalah muncul ketika di saat yang bersamaan kami berdua dihadapkan pada pengerjaan tugas penting yang membutuhkan laptop. Seperti pada hari Rabu kemarin, di mana adik saya membutuhkan laptop untuk mengerjakan tugas pembuatan proposal BEM di fakultasnya dan saya mempunyai tugas untuk mengetik surat peminjaman ruangan dan undangan berkaitan dengan acara TPA keesokan harinya. Maka pada malam harinya diputuskan bahwa saya akan membantu adik saya membuatkan proposal dari awal hingga akhir yang akan dikumpul besok. Keputusan malam itu laptopnya saya yang pegang karena saat itu saya juga harus membuat surat-surat penting yang harus jadi esok harinya pula. Kesepakatan lainnya adalah karena saya yang membuatkan proposal itu semalaman, maka keesokan paginya saya meminta adik saya untuk mengantarkan saya ke kampus dengan motornya (kelebihan adik saya di sini adalah ia memiliki motor yang dikirim dari Jakarta, sedangkan saya hanya memiliki sepeda). Sebelum mengantar saya ke kampus, saya juga meminta adik saya untuk mengantar saya mengeprint surat-surat penting itu. Adik saya pun setuju!

Berdasarkan cerita saya di atas, maka dapat dianalisis bahwa dalam berunding dengan adik saya, saya memilih jalan penyelesaian yang problem solving. Hal ini dapat dikatakan karena kami membicarakan kepentingan masing-masing dan mencari solusi yang win-win. Teknik yang kami gunakan dalam memecahkan permasalahan penggunaan laptop tersebut adalah dengan memberikan kompensasi nonspesifik. Dalam hal ini adik saya (setelah dilobi) memberikan kompensasi nonspesifik kepada saya, yaitu mengantarkan saya ngeprint surat dan pergi ke kampus dengan naik motor pada keesokan harinya.

63. Bernadeta Firstiana??????Minggu, 7 September kemarin, saya mengunjungi rumah teman di daerah Babarsari. Dia merupakan sahabat saya semenjak masa SMA. Kami sudah begitu dekat sehingga tidak ada perasaan malu lagi diantara kami. Sebut saja teman saya itu ?mawar?, dia seorang Muslim sehingga harus menjalankan ibadah puasa. Saya tahu bahwa dia bukan orang yang terlalu taat beragama, bahkan Sholat saja kadang-kadang kalau ingat. Pada saat saya datang ke rumah Mawar sekitar pukul 1 siang, perut saya dalam keadaan kosong alias belum makan sama sekali dari pagi. Akhirnya di rumah Mawar, saya minta minum dan menanyakannya apakah ada makanan. Ternyata yang ada hanya biskuit coklat dan itupun tinggal 2 buah. Saya pun memakannya daripada perut kosong sama sekali, tetapi sebelum makan saya sudah meminta ijin dari Mawar untuk makan di depannya (hanya untuk respect saja) dan dia mengijinkan. Satu jam kemudian Mawar tiba-tiba berkata ?Ti, aku laper...? dengan nada memelas, dan berlanjut dengan ?Aku pengen Mister Burger..?. Saya menenangkan Mawar yang hampir tak kuat berpuasa dan menjanjikan nanti saat buka kita makan Mister Burger. Tetapi Mawar tetap tidak mau karena sudah tidak tahan lapar. Untuk mencegahnya batal puasa, saya berkata ?Udah, lo tidur aj..kalo tidur kan ntar ga kerasa tiba-tiba udah Maghrib!!?, tetapi tetap saja tidak digubris oleh Mawar, dia malah beranjak dari kasur dan berganti celana panjang menandakan siap pergi. Karena saya juga lapar, saya berpikir untuk mengikuti ajakan Mawar. Tetapi matahari sedang memancarkan sinarnya secara maksimal, dan saya jadi malas keluar kamar. Saya merebahkan badan ke kasur lagi dan menonton tv, Mawar pun ikut tiduran walaupun sambil berkata ?Ayo dong, Ti..ayo!!?. Saya tetap tidak mau dan lama kelamaan Mawar pun tertidur hingga 17.35. Saya bangunkan Mawar dan berkata bahwa sebentar lagi akan buka. Dia langsung sadar dari tidurnya dan dengan mata berbinar berkata ?Beneran udah mau buka!!! Ye ye ye..Gw ga jadi batal.. Thanks ya ti..!!?. Saya hanya senyum-senyum sambil bersiap menuju ke Mister Burger, dan si burger yang kami nantikan sejak tadi terasa senikmat Lasagna buatan Pizza Hut. ?

Dari pengalaman negosiasi saya dengan Mawar posisi saya adalah setelah buka makan Mister Burger, sedangkan posisi Mawar adalah makan Mister Burger sekarang. Kepentingan saya adalah hari panas sehingga malas bepergian, sedangkan Mawar lapar. Hasil yang kami dapatkan dari negosiasi tersebutb adalah win-win karena kedua pihak tetap mendapatkan keinginan masing-masing dengan pemecahan masalah. Gaya negosiasi yang dipraktekan adalah kolaboratif dengan strategi berunding pemecahan masalah. Taktik menyerang yang saya pakai adalah positional commitment karena saya memaksa Mawar untuk makan burger setelah buka, dan jika dia memang ingin makan saat itu juga, saya tidak akan menemani. Akhirnya mau tak mau Mawar menunggu buka untuk makan daripada pergi sendiri beli burger. Sedangkan taktik yang dipakai untuk memecahkan masalah adalah kompensasi spesifik. Saya adalah pihak yang keinginannya terpenuhi karena kami makan burger setelah buka, sedangkan keinginan Mawar tetap didapatkannya hanya saja tidak seperti tuntutan awalnya yaitu makan burger saat itu juga. Mawar tetap makan burger walaupun harus menunggu buka terlebih dahulu.

64. GRETTA PRISAWIDYSaya dan pacar saya berencana untuk buka bersama. Kami sempat kebingungan memilih di antara dua tempat.

Saya memilih di tempat A karena pertimbangan di tempat tersebut menyediakan menu favorit kami, sedangkan pacar saya memilih tempat B karena menurutnya lokasi rumah makan tersebut lumayan jauh dari pusat kota jogja dan kami akan melewati pemandangan yang indah dalam perjalanan ke rumah makan tersebut sehingga kami sekaligus dapat jalan-jalan menikmati pemandangan sembari menunggu adzan maghrib. Sangat sulit memilih di antara dua tempat tersebut mengingat keesokan harinya kami tidak tahu apakah dapat mengunjungi tempat B jika hari itu kami memilih makan di tempat A dan sebaliknya karena pacar saya dalam satu minggu ke depan akan menyelesaikan beberapa tugas kuliah termasuk survey ke luar kota dimana hal tersebut akan menguras sebagian besar pengeluarannya. Biasanya kami menanggung biaya makan

Page 28: 1 08.doc · Web viewFotokopi Siang ini saya berniat menggandakan dokumen milik saya. Saya pergi ke tempat fotokopi terdekat. Di tempat fotokopi itu hanya ada satu orang yang bertugas

dengan uang kami masing-masing (patungan). Keadaan semakin bertambah sulit karena pacar saya termasuk orang yang tidak telaten mengelola uang, berapa pun yang ia miliki, entah itu banyak atau sedikit, biasanya langsung ludes untuk memenuhi kebutuhannya.

Akhirnya kami memutuskan untuk buka bersama di tempat pilihan saya, di rumah makan A dan pacar saya yang membayar biaya makan saat itu. Sebagai gantinya, di kemudian hari kami akan buka bersama di rumah makan B dengan dana yang saya miliki. Mungkin pada awalnya hal ini akan sedikit lebih memberatkan pacar saya, namun inilah keputusan terbaik menurut kami. Pacar saya dengan senang hati menerima kesepakatan yang telah kami buat.

Dalam kasus ini, posisi saya adalah makan di tempat A dan kepentingan saya adalah menikmati menu favorit kami. Sedangkan posisi pacar saya adalah makan di tempat B dan kepentingannya adalah menikmati pemandangan yang indah. Isu dalam kasus kami bertambah ketika menyinggung masalah dana yang harus segera dikeluarkan oleh pacar saya. Semula kami bisa saja memecahkan masalah dengan buka bersama kembali di lain hari, menunggu pacar saya menyelesaikan tugasnya (expanding the pie). Namun ketika isu bertambah, maka kami menyelesaikannya dengan cara cost cutting. Pacar saya meringankan beban biaya makan yang harus saya tanggung di rumah makan A guna memenuhi keinginannya makan di rumah makan B.

65. Theosa Dinar S. (21596)Sore hari di tanggal 11 September 2008, saya dan adik saya sempat terlibat suatu diskusi untuk merundingkan tentang jadwal pemakaian laptop malam itu. Karena malam itu, kami berdua kebetulan memiliki tugas yang harus dikumpulkan keesokan harinya pukul 07.00 WIB. Karena kami sama-sama punya tuntutan yang sama untuk segera menyelesaikan tugas, akhirnya kami pun sepakat untuk melakukan penjadwalan siapa yang lebih dulu menggunakan laptop. Akhirnya, kami sepakat untuk jadwal sore hari hingga pukul 21.00 WIB, adik sayalah yang berhak menggunakan laptop. Barulah dari pukul 21.00 WIB hingga selesai, saya yang berhak menggunakan laptop. :p . Saya pribadi sangat puas dengan kesepakatan ini karena saya bisa bebas menggunakan laptop setelah saya selesai pergi les dari jam 18.00 - 20.00 WIB dan tanpa kuatir tugas saya belum selesai. Negosiasi yang saya lakukan kali ini adalah negosiasi yang bertaktik untuk memecahkan masalah, dengan menggunakan metode Bridjing (dimana metode yang mampu menjebatani tuntutan dan kepentingan kedua belah pihak terpenuhi sekaligus).

66. Maysa Ayu RachmanyTahun ajaran baru telah tiba. Kostan saya kembali penuh. Kost yang terdiri atas 12 kamar itu, kini tak lagi sepi.

Ada 3 penghuni baru, 2 penghuni setengah baru, dan sisanya penghuni yang teramat tidak baru (termasuk saya). Saya ingin menyambut mereka dengan kehangatan kekeluargaan. Akhirnya, saya mengajak seorang penghuni lama untuk menyusun acara malam minggu nanti bagi seluruh anak kostan. Mengapa hanya kami berdua? Karena anak kost yang lain biasanya langsung setuju dengan usulan kami atau lebih tepatnya menghindar......

Sehari sebelum malam minggu, kami berunding di teras kostan. Sebelumnya, kami telah sepakat akan mengadakan acara makan malam bersama. Dan yang menjadi pertanyaan mendasar ialah ” Dimanakah kami akan makan?”. Perlu diketahui, kami terbiasa makan di kost yang memang telah disediakan dan kebanyakan dari kami malas untuk cari makan lagi di luar. Dampaknya ya ini,,, kami jadi bingung memilih tempat makan. Akhirnya, buku ”100 Tempat Makan Enak di Jogja” jadi kitab kami untuk semalam.

Teman saya menginginkan makan di tempat yang jauh dari kost dan lesehan. Ia bermaksud untuk pergi ke tempat yang agak jauh dari biasanya dan makan lesehan agar terasa lebih merakyat. Tetapi saya lebih mementingkan apa yang akan kami makan. Saya ingin makan enak dan bersih (karena saya tidak ingin sakit perut saat puasa esok harinya). Awalnya saya mengusulkan makan sate karang di Bantul, alasannya: cukup enak, bersih, jauh, dan lesehan. Usulan itu cukup menjembatani kepentingan semua pihak (bridging). Tapi lagi-lagi yang menjadi masalah, tidak satu orang pun yang tahu jalan kesana. Setelah perundingan yang cukup lama, akhirnya kami putuskan untuk makan di Maharani (Timoho). Bagi saya makan disana cukup menjembatani kepentingan saya dan lawan. Namun, teman saya masih merasa tempat itu kurang jauh. Padahal dari Gejayan ke Timoho kan cukup jauh.......(ya kan?!?) Saya bingung, jauh menurut dia itu seperti apa !!!!

Berhubung acara ini merupakan acara persahabatan dan juga sedang bulan Ramadhan ditambah lagi bulan perdamaian, saya ingin semua pihak bisa senang dengan keputusan yang diambil. Akhirnya, salah seorang teman kost lain mengusulkan setelah makan di Maharani, kami pergi ke alun-alun selatan. Usulan yang bagus! Lawan berunding saya pun menyetujuinya. Begitu keputusan kami umumkan ke seluruh anak kost, mereka semua langsung setuju (seperti biasanya). Akhirnya, malam minggu pun kami lalui dengan bahagia. Berkat acara itu, kini kami tidak canggung lagi (terutama penghuni baru). Kami pun mulai merencanakan perjalanan selanjutnya..... @^_^@

KESIMPULAN: Hasil perundingan >> win-win (problem solving)

Page 29: 1 08.doc · Web viewFotokopi Siang ini saya berniat menggandakan dokumen milik saya. Saya pergi ke tempat fotokopi terdekat. Di tempat fotokopi itu hanya ada satu orang yang bertugas

dengan taktik >> bridging (menjembatani kepentingan semua pihak)

67. ridho prasetyoSaya mengkategorisasikan NL-2 ini sebagai Logrolling (mohon koreksi Mbak Dikei..)...

Lazimnya kuliah di awal tahun, di setiap matakuliah banyak sekali text book yang disarankan untuk dimiliki oleh para mahasiswa, begitu juga dengan saya. Dari sekian banyak fotokopi kolektif yang saya pesan, hampir semuanya tidak sesuai dengan yang diharapkan entah itu tulisannya terlalu kecil dan tidak handy ketika akan dibaca. hal ini membuat saya memutuskan untuk memfotokopi sendiri.

kemarin (kamis) sore, saya pun meminjam fotokopian Perpol teman untuk kemudian saya fotokopi sendiri. Bersama Azhar saya menuju ke fotokopian Tri Edhi yang terkenal murah namun berkualitas. dengan penjaga disana saya pun mengutarakan maksud saya untuk memfotokopi satu buku itu dan meminta agar dapat selesai keesokan harinya (jum'at ) karena saya berencana untuk membacanya di akhir pekan. Namun sayang ternyata dia pun sudah kebanjiran banyak order sampai beberapa hari kedepan dan menyampaikan bahwa fotokopian saya dapat selesai hari Selasa minggu depan. Waduh gimana ini batin saya......entah kenapa saya tidak berniat ke tempat fotopian lain yang mungkin dapat selesai besok, tapi tetap di tri edhi dengan alasan sudah percaya akan hasil kerjanya. saya pun berfikir dan berfikir, dan....aha...saya memberitahu bahwa fotokopi saya minta di jilid spiral dan covernya dilaminating sekalian. Dengan alasan bahwa saya bersedia membayar lebih (karena tambahan jilid spiral dan laminating dibanding meminta fotokopi biasa), dan menekankan bahwa buku saya memang tidak terlalu tebal,mereka pun melunak dengan mengatakan fotokopi baru dapat selesai hari sabtu. walau bukan besok, setidakanya saya dapat membacanya di hari minggu. Well....prioritas utama saya adalah besok, sedangkan mereka adalah mendapat orderan dan selesai di minggu depan . walau pada akhirnya prioritas utama tidak tercapai utama tidak tercapai, setidaknya keduanya sama-sama untung.

68. Ardaiyene Suharyati

Karena terkadang saya mempunyai kesempatan datang ke acara-acara yang cukup formal, saya lantas menyadari bahwa saya membutuhkan sepatu pantovel hitam yang formal pula untuk menghadiri acara-acara tersebut. Dan untuk yang kesekian kalinya saya memberitahu Ibu bahwa saya membutuhkan sepatu pantovel hitam. Dan saya mensyarakatkan bahwa kami (Ibu dan saya) sebaiknya pergi bersama untuk membeli sepatu pantovel hitam tersebut (karena belakangan ini ketika Ibu membelikan saya sepatu sendiri tanpa saya ikut serta, model dan ukurannya terkadang kurang cocok dengan selera saya). Adanya syarat tersebut juga agar saya tidak merasa rugi ketika Ibu telah membelikan sepatu pesanan saya tetapi setelah melihat dan mencobanya ternyata kurang sesuai dengan yang saya inginkan. Sebenarnya yang terpenting dari masalah pembelian sepatu pantovel hitam ini bukan karena dibelikan Ibu, tapi lebih pada masukan-masukan dari Ibu ketika memilih sepatu. Menurut saya masukan dari Ibu dalam memilih sepatu sangat berguna sekali untuk memilih sepatu mana yang bagus, awet, modelnya bagus, terlebih jika harganya tidak terlalu mahal. Karena biasanya sepatu pilihan Ibu sesuai dengan saya. Dan karena itulah saya sangat mengharapkan dapat membeli sepatu itu bersama Ibu.

??????Namun, berhubung saya tidak tinggal dengan Ibu (Ibu tinggal di Jakarta), jadi saya harus benar-benar bersabar untuk hal ini, mengingat Ibu dan Bapak mengunjungi saya sebulan sekali dengan periode tinggal di Jogja yang sangat singkat sehingga kami hampir (selalu saja) tidak mempunyai waktu yang cukup untuk menghabiskan waktu bersama walaupun hanya sekedar untuk melihat-lihat sepatu. Karena masalah waktu tersebut, saya menanyakan kepada Ibu kapan beliau mempunyai waktu untuk menemani saya membeli sepatu. Ibu lantas mengusulkan untuk membelinya di Jakarta saja dengan alasan Ibu tahu tempat di mana jual sepatu bagus dengan harga yang cukup ?miring? (dibanding membeli di Mall). Karena saya merasa Ibu lebih berpengalaman dan penjelasan Ibu begitu meyakinkan sekali, akhirnya saya menyetujui alternatif yang diberikan Ibu. Namun, yang jadi permasalahan di sini adalah kapan saya mempunyai waktu ke Jakarta? Selama tinggal di Jogja, pulang ke Jakarta hanya mungkin dilakukan sewaktu liburan semester atau liburan Hari Raya (Lebaran). Karena Ibu telah berjanji mau mengantarkan saya membeli sepatu ketika saya ke Jakarta, akhirnya sekarang saya hanya tinggal menunggu liburan Lebaran tiba (karena saya akan ke Jakarta) dan menagih janjinya di sana.

??????Dalam kasus ini, posisi saya adalah membeli sepatu bersama/ditemani Ibu dengan kepentingan mendapatkan masukan dari Ibu agar mendapatkan sepatu yang tepat. Sedangkan posisi Ibu adalah membeli sepatu di Jakarta dengan kepentingan dapat memilih sepatu dengan leluasa, pilihan sepatu banyak, dan harga terjangkau. Dilihat dari isunya, perundingan di atas mengalami pelebaran isu, dari isu sepatu menjadi isu waktu. Dan karena isu waktu inilah akhirnya solusi terhadap permasalahan di atas dapat ditemui. Upaya untuk menyelesaikan negosiasi adalah dengan menanyakan dan mendengar kepentingan satu sama lain sehingga dapat menghasilkan kesepakatan bersama. Dengan mengetahui dan memerhatikan kepentingan satu sama lain, maka perundingan di atas termasuk gaya menyelesaikan konflik yang collaborating (tidak mau menang sendiri-memerhatikan kepentingan lawan). Dan strategi berunding yang digunakan adalah problem solving, karena kedua perunding berusaha untuk memperhatikan kepentingan satu sama lain (focus on the interest). Ibu bersedia menemani saya membeli sepatu sehingga saya bisa mendapatkan masukan dari Ibu, dan saya pun bersedia membeli sepatu tersebut di Jakarta seperti yang Ibu inginkan. Hasil dari perundingan di atas adalah win-win, di mana setiap perunding dapat memenuhi kepentingan satu sama lain.

Page 30: 1 08.doc · Web viewFotokopi Siang ini saya berniat menggandakan dokumen milik saya. Saya pergi ke tempat fotokopi terdekat. Di tempat fotokopi itu hanya ada satu orang yang bertugas

69. shiela riezqia

Tepat setelah berbuka puasa (Kamis, 11 September 2008), ada pesan masuk ke telepon seluler saya. Ternyata itu dari Lathifah, teman lama saya ketika sekolah dulu. Ia menanyakan apakah saya telah memiliki teman untuk pergi ke Jalan Wonosari minggu besok untuk menghadiri acara buka puasa bersama para alumni sekolah kami. Karena saya telah berjanji dengan kedua teman saya yang lain untuk pergi kesana dengan memakai taksi, saya mengatakan kepadanya bahwa saya tidak akan memakai sepeda motor saya untuk pergi kesana, melainkan memakai taksi dengan dua orang teman yang lain. Tidak lupa, saya menawarkannya untuk ikut dengan taksi kami nanti.

Lathifah menolak tawaran tersebut dan menanyakan apakah ia dapat memperoleh izin untuk meminjam sepeda motor saya. Didorong oleh perasaan tidak percaya (kami jarang sekali bertemu dan berkomunikasi) dan trauma atas pengalaman masa lalu (meminjamkan sepeda kepada orang lain, tetapi ketika saya meminta kembali, ia mengatakan kalau ia sudah mengembalikannya), saya bermaksud untuk menolak permintaannya.

Meski demikian, saya tidak mengatakan penolakan secara eksplisit karena takut menyinggung perasaannya dan membuat komunikasi kami menjadi tidak enak. Saya pun berpikir cukup lama sebelum membalas pesannya dan bertanya-tanya, mengapa tawaran saya ditolaknya, padahal ikut dengan kami untuk naik taksi bersama merupakan pilihan yang nyaman dan aman? Kira-kira apa resiko yang akan diperolehnya jika naik taksi bersama kami dan apa keuntungannya jika meminjam motor saya? Bagaimana resiko dan kerugian tersebut dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan?

Untuk menjawab pelbagai pertanyaan dan memperoleh informasi-informasi tersebut, saya berusaha untuk berempati kepadanya dengan cara membayangkan apa yang akan saya pikirkan dan rasakan seandainya saya adalah dia. Tak lama, saya menemukan jawabannya. Jika saya menjadi seorang Lathifah, saya akan lebih memilih pergi dibonceng oleh saya atau meminjam motor saya dibandingkan pergi bersama dengan taksi karena alasan ekonomis (saya sedikit mengetahui tentang kondisi ekonomi keluarganya).

Lalu, saya membalas pesannya dengan mengatakan bagaimana jika ia ikut dengan taksi bersama kami, tetapi saya tidak keberatan untuk menanggung ongkos bagiannya untuk membayar taksi pulang-pergi (karena biasanya, kami menanggung ongkos taksi bersama). Ia langsung menjawab, ”Oke, Shiela, saya setuju. Sampai ketemu minggu besok, ya”. Akhirnya, kami berdua senang karena masing-masing dari tujuan dan kepentingan kami tercapai.

Dalam perundingan ini, dapat dianalisis bahwa strategi yang digunakan adalah problem solving dengan taktik solving underlying concern melalui pemotongan biaya/cost cutting (Shiela meringankan beban yang harus ditanggung Lathifah untuk memenuhi keinginannya/ongkos dari kerjasama Lathifah dipenuhi Shiela). Dan untuk memperoleh informasi tentang concern/keprihatinan Lathifah, Shiela menggunakan cara berempati (mencoba menggunakan perspektif lawan dengan cara membayangkan dirinya adalah lawan) dan fokus pada pertanyaan-pertanyaan yang muncul dipikirannya. Gaya berkonflik yang digunakan adalah collaborating.

70. Pijar r.

Pada hari Rabu yang lalu, saya dan 5 orang teman saya berencana untuk pergi berbuka puasa bersama. Sebelumnya kami telah sepakat untuk berkumpul terlebih dahulu di kostan salah satu teman saya. Tujuannya adalah agar lebih praktis karena kami semua masing-masing memiliki kendaraan sendiri. Selain itu daripada berangkat dengan 6 motor, akan lebih hemat jika hanya dengan 3 motor saja. Masalah muncul ketika saya dan salah satu teman saya berargumen tentang motor siapa yang akan digunakan. Keempat teman saya yang lain telah sepakat dan sudah siap untuk segera berangkat. Namun saya dan teman saya yang satu itu masih saja berdebat. Saya mengatakan bahwa ia sedang malas untuk menyetir motor. Alasan itu tidak bisa dia terima karena dia juga sebenarnya malas. Namun ketika saya mengatakan sudah terlalu lelah menyetir karena seharian telah melakukan banyak kegiatan, teman sayapun hampir menyetujui untuk akhirnya memakai motornya saja. Tapi masalahnya, bensin motor teman saya tinggal sedikit. Padahal jatahnya untuk membeli bensin masih satu hari lagi. Kalau dia membeli bensin pada saat itu, dia tidak memiliki uang yang cukup untuk berbuka puasa bersama teman-teman saya. Sebenarnya bisa saja dia yang menyetir motor saya dan saya yang membonceng, tapi teman saya hanya bisa mengendarai motor matic saja. Masalah lain muncul karena keempat teman saya yang lain memaksa kami untuk segera memutuskan karena waktu berbuka puasa akan segera tiba dan takut tidak akan sempat solat Magrib. Saya dan teman saya meminta keempat teman saya itu untuk bertukar pasangan dengan kami, namun dengan teganya mereka tidak mau. Untung pada saat itu uang saya memang sedang berlebih. Akhirnya dengan waktu yang sudah sempit itu, saya bertanya kepada teman saya apakah dia bersedia membonceng saya dengan motornya jika saya akan membelikan dia bensin sehingga perjalanan kami tidak akan terganggu pada malam itu karena kehabisan bensin. Teman sayapun setuju dan kami berenam akhirnya berangkat juga.

??????Teknik yang saya gunakan adalah cost cutting dan bridging dimana kepentingan semua pihak dapat terpenuhi. Kepentingan teman saya adalah menghemat uang bensin sehingga ia dapat berbuka puasa bersama teman-teman pada malam itu. Sedangkan saya hanya ingin dibonceng karena lelah. Problem solving yang saya lakukan memberikan hasil win-

Page 31: 1 08.doc · Web viewFotokopi Siang ini saya berniat menggandakan dokumen milik saya. Saya pergi ke tempat fotokopi terdekat. Di tempat fotokopi itu hanya ada satu orang yang bertugas

win solution. Teman saya dapat menghemat bensin dan berbuka puasa sedangkan saya bisa menikmati perjalanan tanpa harus mengendarai motor.

71. Yuliana Putri Anggraini

Negosiasi terpenting saya minggu ini adalah masalah penentuan hari libur (cuti lebaran) bagi gardep/karyawan dagadu dengan lawan supervisor saya. Peraturannya bahwa yang mempunyai rumah di daerah sekitar Jogja, boleh cuti selama maksimal 3 hari. Dalam hal ini rumah saya di Klaen, sehingga saya juga harusnya dapat 3 hari cuti saja, namun saya ingin ijin cuti 4 hari karena dari malam takbiran sampai lebaran hari ketiga saya ingin dirumah. Dalam tradisi keluarga saya, lebaran hari 1, 2, 3 adalah momen yang dihabiskan untuk halal bi halal 3 trah keluarga.

Posisi saya dalam hal ini adalah ingin cuti 4 hari, karena kepentingan saya adalah ingin ikut halal bi halal keluarga dan takbiran di rumah. Posisi supervisor adalah agar cutinya 3hari saja, karena lebaran adalah peak season sehingga mungkin akan sangat ramai dan membutuhkan gardep tambahan.

Setelah perundingan beberapa saat, saya mulai mengajukan pertanyaan kepada supervisor kira-kira akan ada banyak gardep yang pulang atau tidak, karena dari beberapa teman yang saya tahu berasal dari luar kota, mereka beberapa ada yang tidak pulang. Tanggal yang oleh ditetapkan kantor sebagai dimulainya peak season kira-kira adalah H+2 lebaran dan diperkirakan baru akan ramai pada H+3 lebaran sehingga saya menawarkan untuk mencari tukeran shift bagi jadwal yang akan saya tinggalkan, serta karena saya tahu bahwa supervisor saya sedang ada kedekatan khusus dengan salah satu teman gardep saya, maka saya menawarkan diri untuk menjadi jembatan antara supervisor saya dan teman saya. Akhirnya setelah saya bersedia menawarkan kompensasi tersebut, supervisor saya mau memberikan cuti hari untuk saya. Dan saya sangat puas dengan hasil negosiasi saya tersebut.

Dalam negosiasi saya di atas, saya menggunakan taktik menyelesaikan masalah dengan cara memberikan kompensasi spesifik. Karena kompensasi yang saya berikan kepada supervisor saya berada di luar dari kepentingan awal, namun hasilnya tujuan awal dapat tercapai dengan baik. Negosiasi saya berhasil dengan mulus, dan saya puas.

72. Yohanes Oktama Ardito

Tournament HI

Salah satu negosiasi yang kulakukan minggu ini dan mungkin yang terpenting dalam minggu ini adalah tentang pelaksanaan tournament HI antar universitas wilayah 4 (UGM,UPN,UMY, UWH). Rencana awal pelaksanaan tournament ini dengan adanya lomba futsal, basket, dan sepakbola dilaksanakan pada tanggal 17-19 Oktober 2008. Saya menjadi penanggung jawab acara ini. Seiring berjalannya waktu ternyata tanpa pemberitahuan ketua komahi UGM memutuskan untuk menghilangkan sepakbola karena persiapan yang mepet dan terganggu dengan adanya liburan lebaran. Saya agak terkejut dengan adanya berita itu, karena akan kurang greget dengan hanya 2 lomba yang dilombakan. Dengan adanya info itu, aku kemudian membicarakan hal itu dengan ketua komahi. Saya menjelaskan tentang alasan mengapa sepakbola perlu diadakan dan kemungkinan bisa diadakan sepak bola. Faktor kemungkinannya adalah karena saya selama libur lebaran ada di jogja dan bisa mengusahakan meminjam lapangan sepakbola. Setelah saya yakinkan dengan alasan itu akhirnya setuju untuk tetap diadakannya lomba sepakbola. Saya senang akan hal itu.

Posisi perunding: tetap diadakannya tournament HI wilayah 4 secara lengkap.

Kepentingan perunding: tanpa adanya sepakbola tournament HI wilayah 4 akan kurang greget karena tanpa sepakbola hanya ada 2 olahraga yang dilombakan.

Taktik: alasan persuasif (persuasif argument)

Analisis perundingan: pada saat bernegosiasi perunding menjelaskan alasan-alasan untuk menyakinkan lawan perunding untuk mengikuti keinginannya.

73. Dea Kurniawan P

Beberapa hari yang lalu saya berdiskusi dengan teman saya ketika kami akan memilih tempat untuk berbuka puasa. Posisi saya adalah berbuka ditempat makan yang murah, sehubungan dengan kepentingan saya untuk menyesuaikan dengan anggaran makan sebesar sepuluh ribu rupiah. Tetapi kawan saya berada pada posisi makan di Pizza Hut dengan kepentingan makan enak.

Setelah berbagai pertimbangan, akhirnya kami memutuskan untuk makan di Pizza Hut, karena teman saya menawarkan untuk memberikan kompensasi berbentuk tambahan pembayaran biaya makan untuk saya, sehingga saya tetap hanya mengeluarkan uang sebesar sepuluh ribu rupiah, tetapi kawan saya juga dapat makan enak. Bentuk kompensasi spesifik ini kami nilai paling sesuai agar kepentingan kami berdua dapat diakomodasi.

Page 32: 1 08.doc · Web viewFotokopi Siang ini saya berniat menggandakan dokumen milik saya. Saya pergi ke tempat fotokopi terdekat. Di tempat fotokopi itu hanya ada satu orang yang bertugas

74. Azhar Irfansyahpagi itu, aku menghubungi seorang teman SMA yang janjinya akan berbuka puasa bersama-sama. enam orang teman-teman SMA-ku yang kuliah d jogja terkumpul sudah.. hanya dia lah yang belum juga tiba. padahal, teman-teman yang lain sudah bersusah-payah meluangkan waktu.. akhirnya aku memutuskan untuk menghubunginya.saat dihubungi, ia mengajukan alasan yang berbelit-belit dan sulit dimengerti. aku ingat benar, ia sudah bilang "bisa" saat dihubungi beberapa hari yang lalu. teman-teman SMA-ku yang akhirnya kuliah di jogja sangat jarang bisa berkumpul, biasanya mereka, termasuk juga aku, punya kesibukan sendiri-sendiri. makanya aku begitu ngotot untuk bisa buka bersama dengan "personel" lengkap. nah, singkat kata, aku akhirnya berujar dengan ketus "yah,.. terserah kau aja lah!", sebelum akhirnya menutup telefon. sejurus kemudian, temanku menanyakan dimana kami akan berbuka bersama. dan akhirnya.., saat adzan mengalun dengan indahnya.., temanku datang dengan tergopoh-gopoh..

taktik yang aku gunakan adalah "take it or leave it". kata "yah,.. terserah kau aja lah!" yang kuucapkan dengan ketus lewat telefon genggam mewakili taktik tersebut.. tapi.., ya.. aku kan ga maksa dia toh..? akhirnya dia yang memutuskan untuk datang sendiri. hahahahahahaa..

75. PUPUT AKAD N. P.

Minggu ini saya sedang bermasalah dengan keuangan. Banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi, membuat uang saku saya cepat terkuras. Namun masih ada satu barang lagi yang ingin saya beli. Ketika melihat uang di dompet tinggal Rp50.000,00, saya pun langsung panik dan langsung menghubungi ayah saya di Solo untuk meminta kiriman uang saku lagi. Niatnya sih biar bisa membeli barang yang saya inginkan tadi. Ternyata ayah saya tidak langsung menyetujuinya. Menurut beliau, dua minggu lalu saya baru saja mendapat kiriman uang saku yang cukup untuk kebutuhan satu bulan, lalu kenapa sekarang sudah habis. Ayah saya malah menyuruh saya untuk pulang ke Solo dulu jika ingin mendapat uang saku.

Tentu saja saya tidak mau cepat menyerah, saya pun mengemukakan beberapa alasan untuk meyakinkan ayah saya. Uang saku saya bulan ini cepat habis karena harus membayar fotokopi buku yang begitu banyaknya dan lagi seringnya acara buka bersama di minggu ini membuat uang saku saya terkuras. Ayah saya pun luluh dan akhirnya bersedia mengirim uang saku tambahan kepada saya.

Ternyata proses negosiasi tidak berjalan mudah karena beliau memberikan syarat yaitu hari Minggu ini saya harus pulang ke Solo. Saya sempat menolaknya karena pada hari Senin siang saya ada kelas. Tak mungkin rasanya bolak-balik Jogja-Solo dalam satu hari, pasti bakal capek luar biasa. Namun setelah negosiasi ulang dilakukan, akhirnya saya setuju dengan keputusan beliau. Tidak masalah saya bakal capek karena harus pulang ke Solo pada hari Minggu dan balik lagi ke Jogja pada Senin paginya, asalkan keinginan saya untuk mendapatkan kiriman uang saku tambahan terpenuhi.

Penyelesaian : problem solving

Gaya konflik : kolaboratif

Taktik menyerang : alasan persuasif (banyak fotokopi buku dan seringnya undangan buber)

Taktik menyelesaikan : kompensasi non-spesifik (ayah mengirimi saya uang saku tapi saya harus pulang ke Solo pada hari Minggu)

Posisi saya : mendapat kiriman uang saku tambahan

Kepentingan saya : untuk membeli suatu barang yang diinginkan

Posisi ayah : tidak memberikan uang saku tambahan

Kepentingan ayah : ingin saya pulang ke Solo

76. RYAN GILANG PDua hari yang lalu aku diajak teman kos ke Pasar Klithikan Pakuncen. Katanya dia mau cari sepatu sepak bola. Saat menerima ajakannya hal yang terpikirkan adalah nanti akan terjadi tawar menawar (bargening) yang terjadi antara temanku dan penjual. Lalu aku ikut sekalian observasi NRK. Singkat cerita terjadilah tawar menawar :

Teman?: pak harga sepatu yang ini berapa?

Penjual ?: yang ini? Rp 95.000,00.

Teman?: udah pasnya berapa?

Penjual?: Rp 85.000,00-lah.

Teman?: Rp 50.000,00 yach!? Kan sama anak kos ini, anggarannya mepet, kasihan!

Page 33: 1 08.doc · Web viewFotokopi Siang ini saya berniat menggandakan dokumen milik saya. Saya pergi ke tempat fotokopi terdekat. Di tempat fotokopi itu hanya ada satu orang yang bertugas

Penjual ?:? ya Rp 80.000,00-lah! Itu dah memet ambilnya Rp 70.000,00 ambil untungnya cuma Rp 10.000,00 belum lagi dikurangi Rp5.000,00 buat tukang bersih bersih. Jadi? untung bersihnya cuma Rp 5.000,00, masa tega masih mau nawar lagi!?

Teman ?: ini terakhir Rp 75.000,00 kalau gak mau ya udah??

Penjual ?: ya belum boleh lah.

Akhirnya aku dan temanku pergi sambil berharap penjual memanggil kembali. Namun penjual tidak memanggil lagi dan perburuan sepatupun gagal.?

??????Pada tawar menawar diatas, posisi temanku adalah membeli dengan semurah mungkin dengan kepentingannya adalah menghemat uang saku sedangkan penjual posisinya adalah menjual semahal mungkin dengan kepentingan mendapat untung yang banyak. Perundingan diatas adalah Bargening Gaya berkonflik yang dilakukan oleh temanku maupun penjual adalah Competing. Sedangkan strateginya adalah Contending. Namun bila dicermati lagi terdapat hal yang unik, dalam tawar menawar di atas terjadi penggunaan beberapa taktik? yang digunakan bersamaan. Seperti :

Melecehkan (harrasment) : ??Jadi? untung bersihnya cuma Rp 5.000,00, masa tega masih mau nawar lagi!??

Kukuh pada pendirian (positional commitment) :

??ini terakhir Rp 75.000,00 kalau gak mau ya udah??

Alasan persuasif (persuasive arguments) :

??Itu dah memet ambilnya Rp 70.000,00 ambil untungnya cuma Rp 10.000,00 belum lagi dikurangi Rp5.000,00 buat tukang bersih bersih. Jadi? untung bersihnya cuma Rp 5.000,00?? dan

??Kan sama anak kos ini, anggarannya mepet, kasihan!?

kesemua taktik yang digunakan adalah taktik menyerang hal ini dikarenakan negosiasi yang terjadi adalah bargening, sehingga setiap aktor ?ngotot? untuk menang tanpa memikirkan kepentingan yang lain?