i

PEMENUHAN ZAT GIZI IBU NIFAS DALAM BUDAYA SE'I PADA MASYARAKAT SUKU TIMOR DAWAN DI KECAMATAN MOLO

SELATAN KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-2

Minat Utama Gizi dan Kesehatan Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat

Jurusan Ilmu-Ilmu Kesehatan

Diajukan Oleh : ALBERTH M. BAUMALI

NIM : 07/260902/PKU/9203

Kepada

PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA

2009

ii

iii

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Pengasih yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan tesis yang berjudul “ Pemenuhan Zat Gizi Ibu Nifas Dalam Budaya Se’i Pada Masyarakat Suku Timor Dawan di Kecamatan Molo Selatan “ yang telah dipertahankan dalam ujian untuk

mencapai Derajat Magister S-2 di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah

Mada Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Utama Gizi dan

Kesehatan.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak

yang telah memberikan bimbingan, dorongan dan doa sehingga penulis

dapat menyelesaikan tesis ini tepat pada waktunya.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang

setulus-tulusnya kepada :

1. Prof. dr. Hamam Hadi, M.S, Sd.D, selaku Ketua Minat Utama Gizi

dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

Yogyakarta

2. Ir. I Made Alit Gunawan, M.Si, selaku pembimbing utama yang

dengan sabar menginspirasi penulis memberikan arahan serta

bimbingan dalam menyusun tesis

3. Dra. Sumarni DW, M.Kes, selaku pembimbing pendamping yang

telah meluangkan waktu dengan kesabaran memberikan arahan dan

bimbingan dalam penyusunan tesis

4. Bupati Timor Tengah Selatan, selaku kepala daerah yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian

v

5. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Timor Tengah Selatan, yang

telah membantu penulis dalam melakukan penelitian

6. Responden, yang dengan sabar mau bekerja sama dengan peneliti

selama melakukan penelitian

7. Informan, yang telah membantu penulis selama penelitian

8. Orang tua dan keluarga yang terkasih, yang telah memberikan

dorongan maupun doa kepada penulis

9. Teman-teman sejawat di S-2 Gizi dan Kesehatan atas dukungan dan

bantuan yang telah diberikan

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

membantu hingga tesis ini selesai.

Demikian semoga Tuhan Yang Maha Pengasih membalas kebaikan

semua pihak yang telah penulis terima selama ini. Penulis juga percaya

bahwa tesis ini jauh dari sempurna, oleh karena itu segala saran dan kritik

sangat dibutuhkan demi penyempurnaan tesis ini serta penulis berharap

tesis ini dapat berguna bagi kita semua.

Amin

Yogyakarta, Juni 2009

Penulis

Alberth M.Bau Mali

vi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................... ii

KATA PENGANTAR .............................................................................. iii

DAFTAR ISI ........................................................................................... v

INTISARI................................................................................................ viii

ABSTRAK .............................................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ........................................................... 4

C. Tujuan Penelitian ................................................................ 4

D. Manfaat Penelitian .............................................................. 5

E. Keaslian Penelitian.............................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................. 7

A. Konsep Budaya................................................................... 7

Budaya Pangan................................................................... 7

Kepercayaan Terhadap Makanan ....................................... 9

Konsep Panas – Dingin Dan Siklus Reproduksi.................. 10

Ramuan-ramuan Pasca Persalinan .................................... 12

Budaya Se’i ......................................................................... 12

B. Nifas.................................................................................... 14

vii

Defenisi ............................................................................... 14

Perubahan – perubahan pada masa Nifas.......................... 14

C. Tingkat Kecukupan Zat Gizi Ibu Nifas ................................. 18

Kecukupan Energi ............................................................... 20

Kecukupan Protein.............................................................. 21

Kecukupan Vitamin Dan Mineral ......................................... 21

Kecukupan Cairan............................................................... 22

D. Perilaku ............................................................................... 22

E. Landasan Teori ................................................................... 23

F. Kerangka Teori.................................................................... 24

G. Kerangka Konsep................................................................ 25

H. Pertanyaan Penelitian ......................................................... 25

BAB III METODE PENELITIAN............................................................ 26

A. Jenis dan Rancangan Penelitian......................................... 26

B. Subjek Penelitian ................................................................ 26

C. Definisi Operasional ............................................................ 27

D. Instrumen Penelitian ........................................................... 27

E. Pengumpulan Data ............................................................. 28

F. Analisis Data ....................................................................... 29

G. Etika Penelitian ................................................................... 30

H. Kelemahan Penelitian ......................................................... 30

I. Jalannya Penelitian ............................................................. 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................... 32

A. Hasil .................................................................................... 32

Gambaran Umum Lokasi Penelitian.................................... 32

Karakteristik Responden ..................................................... 33

Perawatan Nifas Dalam Pelaksaan Buday Se’i ................... 34

Pantangan .......................................................................... 41

Pemenuhan Zat Gizi Ibu Nifas Dalam Pelaksanaan

Budaya Se’i.................................................................... 42

viii

Tingkat Kecukupan Asupan Zat Gizi Ibu Nifas .................... 47

B. Pembahasan ....................................................................... 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................68

A. Kesimpulan ......................................................................... 68

B. Saran .................................................................................. 68

DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 70

LAMPIRAN............................................................................................. 73

1. Permintaan Menjadi Responden ...................................................... 73

2. Lembar Persetujuan Menjadi Peserta Penelitian.............................. 74

3. Tabel Food Recall 24 Jam................................................................ 75

4. Pedoman Wawancara Mendalam..................................................... 76

5. Chek List Observasi........................................................................... 78

ix

INTISARI

Latar Belakang :

Budaya Se’i merupakan serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk merawat ibu selama masa nifas yang terdiri dari pantangan terhadap makanan, pemanggangan ibu dan Tatobi (Kompres) selama 40 hari. Ibu menyusui merupakan salah satu kelompok rawan gizi, karena saat menyusui ibu sedang mengalami pemulihan, menstruasi, menyusui bayi dan memenuhi kebutuhan tubuhnya. Disamping itu, pada ibu menyusui banyak kehilangan zat-zat gizi mikro maupun makro seperti zat besi dan kalsium yang dikeluarkan melalui ASI. Pantangan makanan, baik dalam jenis, jumlah dan frekuensi akan berdampak negatif pada pemenuhan zat gizi pada ibu nifas.

Tujuan Penelitian :

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran pemenuhan zat gizi ibu nifas dalam pelaksanaan budaya Se’I pada suku Timor.

Metode Penelitian :

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologis dengan subjek penelitian ibu nifas pada suku Timor, untuk memperoleh gambaran pemenuhan zat gizi ibu nifas dengan cara wawancara mendalam, obsevasi dan Food Recall 24 jam. Analisa data menggunakan model Miles dan Huberman.

Hasil Penelitian :

Perawatan nifas yang dilakukan selama pelaksanaan budaya Se’i bertujuan menunjang proses pemulihan dan mengembalikan bentuk tubuh ibu pada keadaan sebelum hamil. Pemenuhan zat gizi ibu pada pelaksanaan budaya Se’i tidak memenuhi angka kecukupan gizi yang dianjurkan.

Kesimpulan :

Asupan zat gizi ibu dalam budaya Se’i, tidak mencukupi kebutuhan, sehingga perlu dilakukan upaya untuk meningkatan jumlah zat gizi yang dikonsumsi dan mengonsumsi makanan lain yang mempunyai kandungan zat gizi yang sama apabila melakukan pantangan terhadap jenis makanan tertentu.

Kata Kunci :

Budaya Se’i, Ibu Nifas, Asupan zat gizi

x

ABSTRACT

Background: Se'i culture is a series of activities aimed to take care of mother during puerperium that consisted of abstain from certain foods, warming of mothers and Tatobi (compress) within 40 days. Mothers during lactation period belong to age group that are susceptible to lack of nutrition because while breastfeeding the baby, they are undergoing recovery, menstruation and fulfilling their physical needs. Besides, during breastfeeding mothers lose micro and macro nutrients such as zinc and calcium exerted through breastmilk. Abstain from foods, either in types, amount or frequency, will bring negative impact to the fulfillment of nutrients of mothers during parturition period.

Objective: The study aimed to get an overview of the nutrient fulfillment of mothers during puerperium in relation to the implementation of Sei culture among Timor tribe.

Method: The study was qualitative that used phenomenological approach with mothers during puerperium period of Timor tribe as subject of the study. Data were obtained through indepth interview, observation and food recall 24 hours. Data analysis used Miles and Huberman Model.

Result: Care that was carried out during the implementation of Se'i culture aimed to support the process of recovery and maintain the physical condition as it was before pregnancy. The fulfillment of nutrients of mothers during the practice of Se'i did not meet nutrition sufficiency as recommended.

Conclusion: Intake of nutrients of mothers during the practice of Se'i did not fulfill the need for nutrition. Therefore it was suggested to increase the amount of nutrient and consume other foods that contained equal amount of nutrients when mothers were abstain from certain types of foods.

Keywords: Se'i culture, parturition, nutrient intake, puerperium

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu faktor yang secara langsung menyebabkan masalah

gizi kurang adalah asupan makanan seseorang.

Asupan makanan seseorang juga sangat dipengaruhi oleh banyak

faktor, antara lain adalah kebiasaan makan yang ada dalam

lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat dimana sesorang

mempunyai pengalaman terhadap cara pandang, penilaian dan arti

makanan bagi dirinya sendiri berdasarkan keyakinan maupun

kepercayaan-kepercayaan yang ada di dalam masyarakatnya yang

merupakan hasil dari budaya setempat.

Menurut Suhardjo (1989), Tradisi/ kebiasaan makan berhubungan

erat dengan lingkungan hidup, tingkat kehidupan serta pendidikan dan

pengalaman seseorang. Makanan yang dikonsumsi manusia adalah

untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, baik untuk

kenikmatan, kekeluargaan, persahabatan, koneksi maupun simbol

untuk mencapai harapan.

Menurut Swasono (1997), di lingkungan masyarakat yang menganut

keyakinan mengenai dikotomi panas-dingin, kondisi ibu melahirkan

dianggap mempunyai kualitas “dingin” karena itu dilarang

mengkonsumsi bahan makanan yang berkualitas dingin. Dalam

sejumlah kebudayaan, wanita dalam periode pasca persalinan

diharuskan menjalani masa berdiang dekat tungku atau bara api yang

terus-menerus menyala selama beberapa hari agar ibu dan bayinya

2

berada dalam keadaan hangat. Banyak masyarakat dari berbagai

budaya percaya akan hubungan asosiatif antara suatu bahan makanan

menurut bentuk dan sifatnya dengan akibat buruk yang ditimbulkan.

Tidak semua kebiasaan makan yang dipraktekan di masyarakat

mempunyai korelasi positif bagi pemenuhan zat gizi bagi masyarakat

itu sendiri, seperti adanya pantangan-pantangan atau tabu terhadap

beberapa makanan yang mempunyai nilai gizi yang baik untuk

kesehatan. Tabu terhadap makanan bersangkutan dengan emosi

sehingga tidak mengherankan sebahagian besar tabu makanan

terutama dianut oleh para wanita dan anak-anak yang masih di bawah

asuhan wanita tersebut. Suhardjo (1989), mengatakan bahwa ada tiga

kelompok masyarakat yang biasanya mempunyai makanan pantangan

yaitu anak kecil, ibu hamil dan ibu menyusui. Penelitian yang dilakukan

oleh Swasono dan Soselisa (1991) di Bandaneira, didapatkan bahwa

sesudah terjadi persalinan, sang ibu akan menjalani perawatan baik

yang sifatnya berupa larangan makanan, maupun perawatan fisik oleh

seorang dukun.

Menurut budaya masyarakat Atoin Meto, seorang ibu yang telah

melahirkan wajib mendapat perawatan di dalam rumah bulat oleh

seorang dukun atau seseorang yang dipercaya mempunyai

pengalaman merawat ibu melahirkan. Perawatan kepada ibu Nifas ini

biasanya berupa panggang atau tatobi dan pantangan terhadap

makanan tertentu yang disebut dengan Se’i. Ketentuan atau

pantangan-pantangan yang harus dikuti oleh ibu-ibu nifas tersebut

adalah tidak boleh keluar selama 40 hari kecuali ke WC/kamar mandi,

tidak boleh mengkonsumsi makanan seperti daging, ikan, telur, sayur-

sayuran dan garam. Makanan yang sering dikonsumsi oleh ibu yang

3

sedang menjalani perawatan nifas adalah bubur dan atau jagung Bose

(jagung yang telah di tumbuk/dihaluskan menggunakan lesung).

Kondisi ini dapat menyebabkan masalah kesehatan bagi ibu dan bayi

khususnya kebutuhan akan zat gizi selama masa nifas tidak terpenuhi

dan secara langsung akan berdampak pada jumlah dan komposisi ASI.

Hal ini disebabkan oleh karena sebagian besar pantangan makanan

tersebut merupakan makanan yang mengandung zat-zat gizi penting

seperti protein, lemak, vitamin dan mineral yang sangat dibutuhkan

untuk menunjang proses metabolisme tubuh dan pemulihan organ-

organ reproduksinya serta produksi ASI.

Selain itu, akibat lingkungan rumah yang kurang bersih karena semua

aktifitas untuk perawatan dilakukan di dalam rumah tersebut, seperti

memasak dan panggang sehingga ibu maupun bayi beresiko

mengalami ISPA.

Menurut Muchtadi, volume ASI dipengaruhi oleh emosi seperti

tekanan (stress) atau kegelisahan (pada minggu-minggu pertama),

keadaan gizi ibu. Produksi ASI dari ibu yang kekurangan gizi seringkali

menurun jumlahnya dan akhirnya berhenti (Muchtadi, 2002).

Menurut Soetjiningsih (1994), ibu menyusui merupakan salah satu

kelompok rawan gizi, karena saat menyusui ibu sedang mengalami

pemulihan, menstruasi, menyusui bayi dan memenuhi kebutuhan

tubuhnya. Sehingga dalam keadaan seperti ini kebutuhan tubuh

mengalami peningkatan. Di samping itu, pada saat menyusui ibu

banyak kehilangan zat-zat gizi baik zat gizi mikro maupun zat gizi

makro seperti zat besi dan kalsium yang dikeluarkan melalui ASI.

4

Fakta ini terlihat pada data tahun 2005, jumlah bayi di Timor

Tengah Selatan yang mendapat ASI eksklusif hanya 4,15% bayi dari

total 10.663 bayi (Dinas Kesehatan Prop.NTT, 2006).

Fakta lain adalah Kematian pada masa Nifas di propinsi Nusa

Tenggara Timur pada tahun 2004 sebanyak 185 kematian dan pada

tahun 2005 kematian maternal terbanyak di propinsi NTT adalah

kabupaten TTS dengan jumlah 103 kematian.

Salah satu penyebab kematian maternal di propinsi NTT adalah sosial

budaya (Dinas Kesehatan Prop.NTT, 2006).

Dari uraian di atas, jelaslah bahwa pihak yang dirugikan dari

pantangan dan perawatan nifas yang dilakukan oleh masayarakat

setempat berhubungan dengan masalah-masalah gizi bagi ibu nifas

dan tumbuh kembang bayinya.

Dari latar belakang masalah di atas, maka peneliti merasa perlu untuk

dilakukan penelitian sehingga memperoleh gambaran tentang

pemenuhan kebutuhan zat gizi ibu selama masa nifas dalam budaya

Se’i pada suku Timor.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut : bagaimana gambaran pemenuhan zat

gizi ibu nifas dalam pelaksanaan budaya Se’i pada masyarakat suku

Timor Dawan di kecamatan Molo Selatan Kabupaten Timor Tengah

Selatan?

5

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran

pemenuhan zat gizi ibu Nifas dalam pelaksanaan budaya Se’i di

Kecamatan Molo Selatan.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk mengkaji :

a. Pantangan makan yang dilaksanakan ibu nifas dalam

pelaksanaan budaya Se’i.

b. Cara pemenuhan kebutuhan zat gizi ibu nifas dalam

pelaksanaan budaya Se’i

c. Tingkat kecukupan zat gizi ibu nifas dalam pelaksanaan budaya

Se’i

D. Manfaat Penelitian.

1. Bagi Puskesmas.

Informasi ini akan dapat dimanfaatkan untuk upaya peningkatan

pelayanan puskesmas kepada masyarakat khususnya pelayanan

gizi bagi ibu nifas.

2. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

masyarakat tentang pentingnya kebutuhan zat gizi bagi ibu pada

masa nifas.

3. Bagi Peneliti

6

Bagi penulis, merupakan pengalaman berharga dalam menambah

dan mengembangkan wawasan ilmiah.

E. Keaslian Penelitian

Sepengetahuan penulis, penelitian mengenai Pemenuhan Zat Gizi

pada Ibu Nifas dalam budaya Tal atau Se’i di Kecamatan Molo

Selatan, merupakan yang pertama kali dilakukan dan belum ada

penelitian sebelumnya yang meneliti topik ini di tempat yang sama,

namun demikian ada beberapa peneliti serupa yaitu :

1. Mahadewi et al. (2003), tentang Pola Konsumsi Pangan, Paritas

dan Status gizi ibu Post Partum 4 dan 6 bulan. Merupakan

penelitian observasional dengan rancangan kohort yang

dilaksanakan di Kabupaten Bantul.

Perbedaan dengan penelitian ini adalah: Penelitian ini adalah

penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologis dengan

tempat penelitian Kabupaten Timor Tengah Selatan dan subjek

penelitiannya ibu Nifas 1-40 hari.

2. Afsesta (2005), Tetang pengaruh Konseling Gizi terhadap

Pengetahuan, Sikap dan Praktik Gizi Ibu Nifas Suku Dayak di

Palangka Raya dengan jenis dan rancangannya adalah bersifat

eksperimen semu dengan rancangan Non Equivalent Kontrol Group

Design. Perbedaan dengan penelitian ini adalah penelitian ini

adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologis

dengan subjek penelitiannya ibu nifas pada suku Timor.

7

3. Sustini (2001) Pengaruh kebiasaan ibu sewaktu dan

pasca persalinan terhadap kejadian demam nifas di Kecamatan

Keruak Kabupaten Lombok Timur Propinsi NTB.

Penelitian kohort prospektif ini didapatkan hasil insiden

demam nifas di Kecamatan Keruak relatif tinggi 23 persen.

Dari seluruh demam nifas, 46 persen dapat diidentifikasi

sebagai infeksi.

Perbedaan dengan penelitian ini adalah : penelitian ini adalah

penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologis, lokasi

penelitian dan variabel penelitian.

4. Penelitian Swasono dan Soselisa (1991), yang meneliti

tentang kehamilan, kelahiran dan perawatan pasca kelahiran bagi

ibu dan bayi di Bandaneira kabupaten Maluku Tengah. Merupakan

penelitian kualitatif yang bertujuan untuk mengkaji perawatan masa

hamil, melahirkan dan pasca kelahiran serta bayi. Perbedaan

dengan penelitian ini adalah : Tujuan, jenis dan rancangan

penelitian yaitu bertujuan untuk mengkaji pemenuhan zat gizi ibu

Nifas dan penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan

pendekatan fenomenologis serta lokasi penelitian.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

8

A. Konsep Budaya

Kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta buddhayah yaitu

buddhi yang berarti budi atau "akal". Dengan demikian kebudayaan

dapat diartikan: "hal-hal yang bersangkutan dengan akal". Ada

sarjana lain yang mengupas kata "budaya" sebagai suatu

perkembangan majemuk "budi daya" yang berarti "daya dari

budi".Karena itu mereka membedakan "budaya" adalah: daya dari budi

yang berupa cipta, karsa dan rasa. Menurut ilmu Antropologi

"kebudayaan" adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan

hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang

dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Dalam istilah

"antropologi budaya" perbedaan itu ditiadakan. Kata "budaya" di

sini hanya dipakai sebagai suatu singkatan saja dari

“kebudayaan” dengan arti yang sama (Foster & Anderson, 2006).

1. Budaya Pangan.

Pada berbagai budaya, sakit dan sehat dimasukkan dalam satu

golongan dengan bencana alam seperti banjir, kekeringan dan

bencana alam lainnya yang terjadi di luar kontrol manusia. Sakit

merupakan salah satu jenis bencana di mana Tuhan atau roh

yang dipercaya menginginkannya, seperti halnya pada

kegagalan panen atau kematian ternak. Artinya kejadian

tersebut tidak ada bedanya antara manusia, hewan dan

tumbuh-tumbuhan.

Oleh karena itu hubungan antara makanan dan kesehatan tidak

dapat dimengerti oleh penduduk terutama di daerah perdesaan

9

yang masih terbelakang (Suhardjo, 1989). Dalam masyarakat,

berbagai jenis makanan dan bahan makanan mempunyai nilai

sosial tertentu. Karena itu masyarakat akan mengonsumsi bahan

makanan dan makanan tertentu yang mempunyai nilai sosial sesuai

dengan tingkat naluri pangan yang terdapat pada masyarakat

tersebut. Orang yang menganut suatu pantangan, biasanya

percaya bahwa, bila pantangan itu dilanggar akan memberikan

akibat merugikan yang dianggapnya sebagai suatu hukuman. Pada

kenyataannya hukuman ini tidak selalu terjadi dan tidak ada suatu

pantangan, yang jika dilanggar akan mengakibatkan hadiah atau

keuntungan. Sering kali nilai sosial ini tidak sesuai dengan nilai gizi

makanan. Setiap masyarakat mengembangkan cara yang turun-

temurun untuk mencari, memilih, menangani, menyiapkan,

menyajikan dan cara-cara makan. Adat dan tradisi merupakan

dasar dari perilaku tersebut, yang biasanya sekurang-

kurangnya dalam beberapa hal berbeda di antara kelompok

yang satu dengan yang lain. Nilai-nilai, sikap dan kepercayaan

yang ditentukan budaya, merupakan kerangka kerja dimana cara

makan dan daya terima terhadap makanan terbentuk, yang

dijaga dengan seksama dan diajarkan dengan tekun kepada

setiap generasi berikutnya. Dalam memberikan ketentuan budaya

dalam hal kebiasaan makan, sifat budaya harus

dipertimbangkan, terutama oleh individu yang dalam melihat

kebutuhan untuk mengubah pola diet sehari-hari dalam sistem

sosio budaya.

Sifat budaya tersebut antara lain :

a. Budaya adalah suatu pengalaman yang dipelajari,

10

bukan pengalaman secara biologis. Hal ini merupakan hasil

interaksi antar generasi, selalu dengan beberapa

modifikasi sepanjang waktu. Jadi pengertian bahwa budaya

dapat dipelajari.

b. Budaya dalam berubah

Perubahan adalah sifat lain dari budaya, dan proses

budaya berubah pada berbagai ukuran perbandingan. Jadi

kita dapat melihat kebiasaan makan sebagai proses dinamis,

selalu berubah.

c. Budaya menolak perubahan

Tiap budaya juga menolak perubahan dengan mekanisme

yang dihasilkan sendiri untuk mengabadikan ciri-ciri

budaya dan menjaga batasannya. Kebiasaan makan, walau

jauh dari yang ditetapkan, seperti semua kebiasaan yang

mendasar, bersifat menolak untuk berubah (Sanjur, 1982).

2. Kepercayaan Terhadap Makanan.

Sehubungan dengan pangan yang biasanya dipandang

pantas untuk dimakan, dijumpai banyak pola pantangan,

takhayul dan larangan pada beragam kebudayaan dan daerah

yang berlainan di dunia. Pantangan atau tabu adalah suatu

larangan untuk mengonsumsi jenis makanan tertentu, karena

terdapat ancaman bahaya atau hukuman terhadap barang siapa

yang melanggarnya. Beberapa pola pantangan dianut oleh suatu

golongan masyarakat atau oleh bagian yang lebih besar dari

penduduk.

Pola lain hanya berlaku untuk kelompok dalam

suatu penduduk tertentu pada suatu waktu tertentu dalam

hidupnya. Bila pola pantangan makanan berlaku bagi seluruh