07. bab iii pengumpulan dan analisa data
TRANSCRIPT
BAB III PENGUMPULAN DATA DAN ANALISA
1.1. Umum
Pada dasar perencanaan detail pembangunan pelabuhan batanjung ini
diperlukan pengumpulan data dan analisanya. Data yang diambil
adalah data sekunder yang lengkap dan akurat disertai pengamatan di
lapangan secara langsung, sehingga dapat diketahui permasalahan
yang dihadapi dan mendapatkan solusi yang tepat. Data-data tersebut
diperoleh dari Dinas Perhubungan Kab. Kapuas dan hasil survey yang
dilakukan oleh Konsultan PT. Tema Karya Mandiri serta beberapa
instansi yang berhubungan dengan pengerjaan Tugas Akhir ini.
Rencana pembangunan pelabuhan laut kabupaten Kapuas
berdasarkan studi kelayakan yang telah dilakukan sebelumnya berada
di Batanjung. Batas rencana pembangunan lokasi pelabuhan adalah
sebagai berikut:
Sebelah Barat : Tanjung Tawas
Sebelah Timur : Desa Cemara laut
Sebelah Utara : Lupak Dalam
Sebelah Selatan : Laut Jawa
Berdasarkan hasil pengukuran lokasi dengan menggunakan alat GPS
didapat bahwa lokasi rencana pembangunan pelabuhan berada pada
03.20’49,2” dan 114.15’15,6” koordinat X = 194816.9623 Y =
9629411.7670
BAB III Pengumpulan dan analisa Halaman- 42
Gambar 3-1 Peta Lokasi Pembangunan Pelabuhan Laut
1.2. Data Topografi dan Bathymetri
Data bathymetri bertujuan untuk mengetahui variasi kedalaman dan
adanya benda penghalang/rintangan alur pelayaran di sekitar lokasi
rencana dermaga pelabuhan baatanjung. Sedangkan data topografi
dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran situasi dan ketinggian
daerah studi yang menyangkut sarana dan fasilitas dermaga.
Berdasarkan hasil survey bathymetri dapat disimpulkan bahwa
perairan di muara Kapuas
Kondisi kedalaman laut pada kolam pelabuhan Batanjung berkisar
antara -8,5 meter LWS hingga -9,0 meter LWS, sedangkan pada
kawasan perairan pelabuhan kedalaman -9 meter LWS hingga -12
meter LWS, dengan kondisi seperti tersebut diatas secara garis besar
kemiringan pantai berkisar antara 4-7%. Kondisi dasar laut berupa
tumpukan sedimen pasir halus dan pasir kasar hasil proses abrasi dan
akresi akibat derasnya pengaruh alam.
BAB III Pengumpulan dan analisa Halaman- 43
Sumber : Hasil survei 2008
Gambar 3-2 Peta Bathimetri Lokasi Pelabuhan Batanjung
BAB III Pengumpulan dan analisa Halaman- 44
Kawasan Pembangunan Pelabuhan
Pada survei topografi yang telah dilakukan, sebagai patokan ketinggian
(elevasi) daerah proyek, telah dipasang Bench Mark (BM) di lokasi pelabuhan
laut. Koordinat x,y,z dari BM tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 3-1 Daftar Koordinat Titik-titik BM
LOKASI SURVEY NAMA TITIKKOORDINAT
X Y Z
BatanjungBM 01 196782 9630737 +2.09BM 02 199329 9634052 +3.15
Sumber : Hasil Survei, 2008
Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi tingkat kemiringan lokasi pembangunan pelabuhan dapat dilihat pada Lampiran Data Topografi Titik BM 1 Batanjung
1.3. Data Hydro-Oceanography
1.3.1.Data pasang surut
Untuk mengetahu i batas – batas muka air laut pada saat pasang
tertinggi dan pasang terendah maka di perlukan pengukuran pasang
surut Batas muka air laut pada saat surut terendah biasanya disebut
dengan Low Water Surface(LWS), berguna untuk menentukan alur
pelayaran di perairan pelabuhan agar kapal yang akan masuk maupun
yang akan keluar dan sebagai acuan untuk penetapan elevasi
konturtanah dan elevasi seluruh bangunan. Sedangkan batas muka air
laut pada saat pasang tertinggi atau disebut juga High Water Surface
(HWS), diperlukan untuk menentukan elevasi muka dermaga dan
penempatan fender. Data pasang surut dipergunakan untuk
melengkapi kebutuhan penggambaran peta bathymetri (peta kontur
kedalaman laut), mengetahui posisi muka air absolut terendah dan
pola pasang surutnya. Data pasang surut yang didapatkan di lokasi
dermaga Jamrud Utara, menunjukkan pasang surut yang terjadi di
perairan ini adalah pasang surut harian dengan referensi
ketinggiannya sebagai berikut:
Pasang surut adalah perubahan fluktuasi muka air laut yang
berlangsung secara periodik. Hubungan antara tinggi muka air dan
waktu dapat digambarkan dalam grafik. Saat pasang tertinggi atau
surut terendah mempengaruhi mobilisasi material ke lokasi
pembangunan. Pasang surut yang terjadi di lokasi perencanaan
BAB III Pengumpulan dan analisa Halaman- 45
berkisar +/- 1,84 meter antara surut terendah (LWS) dan pasang
tertinggi (HWS) dengan tipe pasang surut yang terjadi adalah semi
diurnal, yang berarti dalam satu hari terjadi dua kali pasang dan dua
kali surut.
Elevasi muka air laut Batanjung ditunjukan oleh hasil survei dan
perhitungan terhadap :
Muka Air Laut Tertinggi Atau High Highest Water Level (HHWL)
adalah pasang tinggi tertinggi yang terjadi selama kurun waktu
yang panjang (19 tahun).
Muka Air Tinggi Rerata atau Mean High Water Level (MHWL) adalah
pasang tinggi rerata.
Muka Air Laut Rerata atau Mean Sea Level (MSL) adalah tinggi
muka air laut rata-rata.
Muka Air Rendah Rerata atau Mean Lowet Water Level (MLWL)
adalah pasang rendah rerata.
Muka Air Laut Terendah atau Low Lowest Water Level (LLWL)
adalah surut rendah terendah yang terjadi selama kurun waktu
yang panjang (19 tahun).
Adapun elevasi muka air laut Batanjung dapat ditunjukan pada tabel
dibawah ini :
Tabel 3-1 Elevasi Muka Air
LokasiElevasi Muka Air
HHWL MHWL MSL MLWL LLWL
Batanjung +2,33 +1,70 + 1,13 +0,55 -0,02
Sumber : Survei Oseanografi Kuala Kapuas, 2008
Kecepatan arus pasang surut akan mencapai maksimum pada saat HHWL dan makin melemah pada waktu MLWL sampai dengan LLWL.
BAB III Pengumpulan dan analisa Halaman- 46
Gambar3-3 Elevasi pasang surut
Tabel 3-3 Hasil Pengamatan tinggi muka Air mulai tgl 30 Oktober s/d 13 Nopember 2008
selama 24 Jam
BAB III Pengumpulan dan analisa Halaman- 47
1.3.2.Data Arus
BAB III Pengumpulan dan analisa Halaman- 48
No. Pukul/Tanggal 0:00 1:00 2:00 3:00 4:00 5:00 6:00 7:00 8:00 9:00 10:00 11:00 12:00 13:00 14:00 15:00 16:00 17:00 18:00 19:00 20:00 21:00 22:00 23:00
1 30/10/2008 25.0 23.0 20.0 20.0 20.0 19.0 18.0 15.0 13.0 11.5 11.0 9.0 9.0 11.0 12.0 15.5 20.0 23.0 26.5 28.0 28.5 28.5 27.0 26.02 31/10/2008 25.0 22.0 20.0 20.0 19.0 18.0 18.0 15.0 13.0 11.0 9.5 8.5 8.0 8.0 11.0 12.0 16.0 21.0 24.5 27.5 28.5 29.0 30.0 29.03 1/11/2008 26.0 24.0 21.0 20.0 19.0 18.0 18.0 16.0 14.0 12.0 10.0 9.0 8.0 8.0 9.0 12.0 14.0 20.0 24.5 27.0 29.0 30.0 30.5 30.54 2/11/2008 29.0 27.0 23.0 23.0 21.0 20.0 19.0 17.5 15.0 13.5 12.0 11.5 9.0 9.0 9.0 9.0 12.0 16.0 22.0 24.5 29.0 30.0 31.0 30.55 3/11/2008 29.5 27.0 24.0 23.0 21.5 19.0 18.0 17.0 16.0 14.5 13.0 11.5 10.0 9.0 8.5 9.0 10.0 13.0 18.0 23.5 26.0 29.5 31.0 31.56 4/11/2008 31.0 29.0 27.5 25.0 23.0 21.0 20.0 19.0 17.0 17.0 15.5 13.0 12.0 11.5 11.0 10.5 10.0 9.5 11.0 15.0 19.0 25.0 28.0 31.07 5/11/2008 31.0 31.0 30.0 28.0 25.0 23.5 20.0 20.0 18.0 16.0 15.5 14.5 14.5 12.0 11.0 10.5 10.0 10.5 14.0 19.5 24.0 26.5 30.0 31.08 6/11/2008 31.5 31.0 28.0 27.0 23.5 22.0 20.0 19.0 18.0 17.5 17.0 17.0 16.5 14.5 13.0 11.5 11.0 10.5 12.0 16.0 19.0 23.0 25.0 28.09 7/11/2008 30.0 30.0 31.0 29.0 24.0 21.0 19.5 18.0 17.5 17.0 16.5 17.0 16.0 15.0 12.5 12.5 12.0 11.5 12.0 13.0 16.0 22.0 27.0 29.010 8/11/2008 31.0 32.0 32.0 29.0 27.0 24.5 21.0 18.0 17.0 16.0 17.0 17.5 17.5 17.5 17.5 14.5 14.0 13.0 12.0 13.0 15.0 19.0 24.0 28.011 9/11/2008 29.5 30.0 31.0 29.0 28.0 25.0 20.0 17.0 17.0 16.0 15.5 16.0 17.5 18.0 17.0 16.5 16.5 16.5 15.0 16.0 17.0 19.5 22.0 26.012 10/11/2008 29.0 30.0 30.0 29.5 27.0 23.0 20.0 17.0 16.0 14.5 14.0 14.5 15.5 18.5 19.5 20.0 20.0 19.5 18.5 18.0 18.5 19.5 20.5 25.013 11/11/2008 29.0 29.0 28.0 27.0 25.0 23.0 19.0 16.5 14.0 13.5 12.0 12.0 15.0 19.0 22.0 23.0 24.0 27.5 22.0 22.0 22.0 23.0 23.0 24.014 12/11/2008 24.5 25.0 25.0 25.0 23.5 22.0 19.0 15.5 14.0 12.5 12.5 11.5 14.0 18.0 22.0 25.0 26.0 27.0 26.5 26.0 26.0 26.0 25.0 25.015 13/11/2008 25.0 25.0 24.5 24.0 24.0 22.5 19.0 15.5 13.0 11.5 10.0 10.0 12.0 15.0 19.5 23.5 27.0 29.0 29.0 29.0 29.0 29.0 28.5 27.5
.
Kegunaan data arus pada perencanaan pelabuhan dalam tugas akhir
ini adalah untuk merencanakan gaya horizontal yang mempengaruhi
stabilitas struktur dermaga
Data arus diambil berdasarkan hasil pengukuran pada saat spring tide
(bulan purnama) tanggal 30 – 31 Oktober 2008 dan saat neap tide
(bulan mati) tanggal 10 – 15 Oktober 2008 oleh Team KOnsultan
Perecana PT. M17 pusat palangka raya di lokasi perairan rencana
Pelabuhan batanjung , yang posisinya tidak jauh dari lokasi rencana.
Berdasarkan hasil pengamatan arus yang dilakukan, diperoleh bahwa
arus di wilayah pantai dan sekitarnya adalah seperti yang terlihat
pada keterangan sebagai berikut :
Tabel 3-4 Arah Dan Kecepatan Arus 30 Oktober 2008
Pasut (m)
Jam Kedalaman h2 Kedalaman h6 Kedalaman h8
1.00 7.00 3.827 3.515 3.3782.00 6.60 4.100 1.953 1.9333.00 6.50 4.335 3.612 3.4754.00 6.50 3.807 3.241 3.1445.00 6.40 3.339 2.284 2.0316.00 6.10 3.632 2.948 2.4807.00 5.90 2.909 2.636 2.6168.00 5.60 3.475 3.475 2.8909.00 5.60 3.300 2.890 2.402
10.00 5.40 2.734 2.304 2.12811.00 5.40 2.792 2.538 2.46012.00 5.40 2.304 2.109 1.93313.00 5.40 1.464 1.445 1.21114.00 5.90 0.293 0.215 0.11715.00 6.40 1.621 1.503 1.40616.00 6.40 1.855 1.835 1.21117.00 7.00 2.245 1.992 1.93318.00 7.30 2.421 3.007 2.18719.00 7.50 3.300 3.339 3.12420.00 7.50 2.675 1.894 2.24521.00 7.50 1.816 2.909 2.57722.00 7.40 2.089 2.109 2.26523.00 7.20 2.323 1.835 0.84024.00 7.20 3.085 1.386 0.625
Sumber : Hasil Survei, 2008
Tabel 3-2Arah Dan Kecepatan Arus 30 Oktober 2008
BAB III Pengumpulan dan analisa Halaman- 49
JamPasut(m) Kedalaman h2 Kedalaman h6 Kedalaman h8
8.00 5.90 4.276 3.846 3.6719.00 5.70 4.100 3.593 3.222
10.00 5.50 4.139 3.768 3.43611.00 5.50 3.261 3.456 3.04612.00 5.80 2.011 2.109 1.75713.00 6.20 0.566 0.859 0.46914.00 6.80 1.621 2.031 2.30415.00 7.00 2.187 2.382 2.38216.00 7.20 2.948 3.261 2.83117.00 7.50 3.085 3.632 3.28018.00 7.70 3.573 3.632 3.43619.00 7.80 2.812 2.089 1.67920.00 7.70 2.148 1.640 1.46421.00 7.50 0.879 1.953 1.25022.00 7.80 2.519 4.120 2.44123.00 8.10 2.812 4.647 2.57724.00 7.80 3.905 5.545 2.6161.00 7.40 4.198 6.053 3.1242.00 7.00 4.998 6.268 3.9053.00 6.80 3.807 3.534 2.7344.00 6.80 2.734 1.992 1.1135.00 6.70 3.515 2.245 1.4846.00 6.60 3.788 3.749 3.0077.00 6.10 4.198 3.651 3.358
Sumber : Hasil Survei, 2008
Gambar 3-1 Grafik kecepatan arus pada kondisi neep tide tanggal 30 Okt 2008
BAB III Pengumpulan dan analisa Halaman- 50
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
5
Kec
epat
an A
rus
(m/s
)
Waktu
GRAFIK KECEPATAN ARUS PADA KONDISI NEEP TIDE TANGGAL 30 OKT 2008
Kedalaman h2
Kedalaman h6
Kedalaman h8
-
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
Kec
epat
an A
rus
(m/s
)
WAKTU
GRAFIK KECEPATAN ARUS SAAT KONDISI SPRING TIDE TGL 31 OKT 2008
Kedalaman h2
Kedalaman h6
Kedalaman h8
Gambar 3-4 Grafik Kecepatan Arus Tanggal 31 Okt 2008
1.3.3.Data Gelombang
Kegunaan Data gelombang dalam tugas akhir ini dipakai untuk
merencanakan gaya benturan kapal ( Berthing ) dan akibat gaya
trambat kapal apabila kapal bermuatann penuh menghantam
dermaga pada sudut 10 derajat terhadap sisi depan kapal.
Kondisi gelombang di perairan indonesia pada umumnya dipengaruhi
oleh dua musim yaitu musim Barat dan musim Timur. Dalam
pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan di laut akan lebih mudah bila
dilakukan saat kondisi perairan sedang tenang.
Gelombang air laut secara umum disebabkan oleh gerakan angin yang
bertiup dipermukaan air laut, karena gelombang yang terjadi dari
lautan Samudra Indonesia yang begitu luas, gelombang ini
menyebabkan terjadinya abrasi dan akresi pada kawasan pantai.
Kecepatan arus permukaan dan gelombang banyak dipengaruhi oleh
kecepatan anginnya. Kecepatan angin rata-rata yang terjadi
diperairan Batanjung berada pada 5 km/jam - 30 km/jam dengan arah
pergerakan secara bergantian dari arah Utara –Selatan dan Timur Laut
– Barat Daya.. Gelombang tinggi biasanya terjadi pada bulan
Desember hingga Februari.
Gelombang yang terjadi pada kawasan perairan Batanjung relatif
tenang, mengingat gelombang laut yang merambat melalui mulut
muara Sunga Kapuas sudah tereduksi akibat jarak antara muara
dengan lokasi perencanaan pelabuhan sepanjang ± 4 Km.
BAB III Pengumpulan dan analisa Halaman- 51
1.3.4.Data angin
Angin dapat menyebabkan terjadinya gelombang maupun arus
permukaan, namun karena lokasi pelabuhan yang terlindung maka
pengaruh gelombang akibat angin relatif kecil. Dalam tugas akhir ini
pengaruh angin digunakan sebagai pembanding dalam perencanaan
boulder. Data angin yang dipakai diperoleh dari Badan Meteorologi
Klimatologi dan geofisika . Data selengkapnya adalah sebagai berikut :
3.4. Penyelidikan tanah ( Geoteknis )
Secara umum maksud dari penyelidikan tanah ini adalah untuk
mengetahui kondisi lapisan tanah dasar dan lapisan tanah
dibawahnya, karakteristik lapisan tanah dasar, dan sifat tanah baik
secara fisik maupun secara mekanik, dimana konstruksi bangunan
Pelabuhan dan sarana penunjang lain nya akan direncanakan. Data
selengkapnya mengenai hasil penyelidikan tanah dapat dilihat pada
laporan akhir penyelidikan tanah. Lokasi penyelidikan tanah dapat
dilihat pada gambar berikut.
Peta Lokasi Sondir
dipakai untuk perencanaan pondasi dermaga, dolphin dan trestle serta fasilitas darat lainnya yang berada di lokasi rencana pelabuhan laut. Data – data tersebut antara lain adalah sebagai berikut :
Sifat – sifat tanah sebagai pendukung bangunan.
Kedalaman lapisan tanha yang cukup stabil sebagai pendukung
bangunan.
Jenis pondasi yang sesuai dengan kondisi dan jenis lapisan tanah.
BAB III Pengumpulan dan analisa Halaman- 52
sungai
Sondir 3
Sondir 2
Sondir 1
Sondir 4Sondir 6
Sondir 5 Bor Mesin 2
Bor Mesin 1
Gambar 3-5 Letak Posisi Sondir
Tabel 3-3 Resume Koordinat dan Kedalaman Penetrasi Uji Sondir
Titik Koordinat Kedalaman Tahanan
Sondir X Y Penetrasi Ujung
(m) (kg/cm2)
S-1 03.20'45.9" 114.15'16.5" 19.6 100.0
S-2 03.20'45.0" 114.15'15.2" 20.0 110.0
S-3 03.20'48.9" 114.15'12.7" 23.6 85.0
S-4 03.20'47.7" 114.15'11.8" 23.4 112.0
S-5 03.20'52.1" 114.15'08.9" 20.2 110.0
S-6 03.20'50.5" 114.15'08.6" 20.8 100.0
Keadaan Tanah
Keadaan lokasi Rencana Pembangunan Dermaga Betanjung di Desa
Betanjung Kab. Kapuas Kalimantan Tengah, penyelidikan lapangan
berupa bor dalam terdiri atas 2 (dua) titik pengeboran dan Sondir
terdiri atas 6 (enam) titik penyondiran
Berdasarkan data sondir, dapat diperkirakan jenis tanah dilokasi tersebut sebagai
berikut :
Sondir 01 :
Kedalaman (meter)
Jenis Tanah
0.00 –4.00 Lempung sangat lunak
4.00 – 5.00 Lempung agak kenyal
BAB III Pengumpulan dan analisa Halaman- 53
5.00 – 18.20 Lempung sangat lunak
18.20 –19.00 Lempung kelanauan kenyal / Pasir kelanauan
19.00 – 19.60 Pasir kelanauan atau Lempung Padat
Tebal lapisan lempung sekitar 19.60 meter dan tanah keras dengan qc > 150
kg/cm2 tidak ditemukan sampai dengan kedalaman 19.60 meter dari muka tanah
(titik lokasi sondir). (Kemungkinan kena lapisan lensa)
Sondir 02 :
Kedalaman (meter)
Jenis Tanah
0.00 –4.20 Lempung sangat lunak
4.20 – 5.00 Lempung agak kenyal
5.00 – 18.20 Lempung sangat lunak
18.20 –19.40 Lempung kelanauan kenyal / Pasir kelanauan
19.00 – 20.00 Pasir kelanauan atau Lempung Padat
Tebal lapisan lempung sekitar 20.00 meter dan tanah keras dengan qc > 150
kg/cm2 tidak ditemukan sampai dengan kedalaman 20.00 meter dari muka tanah
(titik lokasi sondir). (Kemungkinan kena lapisan lensa)
Sondir 03 :
Kedalaman (meter)
Jenis Tanah
0.00 –4.20 Lempung sangat lunak
4.20 – 4.80 Lempung agak kenyal
4.80 – 18.00 Lempung sangat lunak
18.00 –18.80 Lempung agak kenyal / Pasir lepas
18.80 – 21.20 Lempung sangat lunak
21.20 –22.80 Lempung agak kenyal / Pasir lepas
22.80 – 23.20 Lempung sangat lunak
23.20 – 23.60 Pasir kelanauan atau Lempung Padat
Tebal lapisan lempung sekitar 23.60 meter dan tanah keras dengan qc > 150
kg/cm2 tidak ditemukan sampai dengan kedalaman 23.60 meter dari muka tanah
(titik lokasi sondir). (Kemungkinan kena lapisan lensa)
Sondir 04 :
Kedalaman (meter)
Jenis Tanah
BAB III Pengumpulan dan analisa Halaman- 54
0.00 –4.40 Lempung sangat lunak
4.40 – 5.00 Lempung agak kenyal
5.00 – 20.60 Lempung sangat lunak
20.60 –21.40 Lempung agak kenyal / Pasir lepas
21.40 – 22.60 Lempung sangat lunak
22.60 –23.00 Lempung agak kenyal / Pasir lepas
23.00 – 23.40 Pasir kelanauan atau Lempung Padat
Tebal lapisan lempung sekitar 23.40 meter dan tanah keras dengan qc > 150
kg/cm2 tidak ditemukan sampai dengan kedalaman 23.40 meter dari muka tanah
(titik lokasi sondir). (Kemungkinan kena lapisan lensa)
Sondir 05 :
Kedalaman (meter)
Jenis Tanah
0.00 –4.60 Lempung sangat lunak
4.60 – 5.80 Lempung agak kenyal
5.80 – 19.20 Lempung sangat lunak
19.20 –20.20 Lempung kelanauan kenyal / Pasir kelanauan
Tebal lapisan lempung sekitar 20.20 meter dan tanah keras dengan qc > 150
kg/cm2 tidak ditemukan sampai dengan kedalaman 20.20 meter dari muka tanah
(titik lokasi sondir). (Kemungkinan kena lapisan lensa)
Sondir 06 :
Kedalaman (meter)
Jenis Tanah
0.00 –5.40 Lempung sangat lunak
5.40 – 6.00 Lempung agak kenyal
6.00 – 20.40 Lempung sangat lunak
20.40 –20.80 Lempung kelanauan kenyal / Pasir kelanauan
Tebal lapisan lempung sekitar 20.80 meter dan tanah keras dengan qc > 150
kg/cm2 tidak ditemukan sampai dengan kedalaman 20.80 meter dari muka tanah
(titik lokasi sondir). (Kemungkinan kena lapisan lensa)
Berdasarkan data (N1)60, dapat diperkirakan jenis tanah dilokasi perencanaan,
antara lain :
BAB III Pengumpulan dan analisa Halaman- 55
Tabel 3-4 Korelasi jumlah nilai Nspt, diperkirakan jenis tanah dilokasi
perencanaan Dengan Kedalaman
Standart Penetration
Number, (N1)60
Consistency
0 - 2 Lempung sangat lunak
2 – 4 Lempung lunak
4 – 8 Lempung agak kenyal
8 – 16 Lempung atau lempung kelanauan kenyal
16 – 32 Lempung atau lempung kelanauan sangat kenyal
> 32 Lempung keras
Korelasi jumlah nilai Nspt, diperkirakan jenis pasir dilokasi Perencanaan Dengan
Kedalaman
Standart Penetration Number, (N1)60
Consistency
0 - 4 Pasir sangat gembur
4 – 10 Pasir gembur
10 – 30 Pasir kepadatan medium
30 - 50 Pasir padat
> 50 Pasir sangat padat
BAB III Pengumpulan dan analisa Halaman- 56
Dari hasil uji SPT diperoleh nilai (N1)60 dari hasil Nspt dikoreksi sebagai berikut :
BAB III Pengumpulan dan analisa Halaman- 57
3.5. Uji Laborotorium
Pengujian laboratorium dilakukan pada sampel tak terganggu (UDS)
yang diambil saat pelaksanaan pemboran teknik. Pengujian dilakukan
untuk mengetahui sifat-sifat fisik dan mekanik dari tanah. Uji
laboratorium yang dilakukan meliputi 6 (enam) jenis pengujian, yaitu:
Uji Indeks Propertis, Uji Batas-batas Atterberg, Analisa Tapis dan
Hidrometer, Uji Kuat Tekan Bebas (unconfined compression test), dan
Uji Triaksial UU (unconsolidated undrained). Resume hasil uji
laboratorium dapat dilihat pada Lampiran 4.
Tabel 3-5 Klasifikasi Jenis Tanah di Lokasi Rencana Pelabuhan
Berdasarkan SNI-1726-2002
Kedalaman BH-1 BH-2
NSPT ti/Ni NSPT ti/Ni
(m) (blow/ft) (blow/ft)
2.0 1 2.00 1 2.00
4.0 1 2.00 1 2.00
6.0 1 2.00 1 2.00
8.0 2 1.00 3 0.67
10.0 2 1.00 3 0.67
12.0 2 1.00 4 0.50
14.0 2 1.00 4 0.50
16.0 4 0.50 4 0.50
18.0 3 0.67 6 0.33
20.0 9 0.22 9 0.22
22.0 15 0.13 7 0.29
24.0 15 0.13 9 0.22
26.0 16 0.13 11 0.18
28.0 15 0.13 17 0.12
30.0 8 0.25 33 0.06
(ti/Ni) 12.16 10.26
NAverage 2.00 2.00
BAB III Pengumpulan dan analisa Halaman- 58
Gambar 3-Error! No text of specified style in document.2 Nilai Kadar Air (wn),
Batas Plastis (PL), dan Batas Cair (LL) terhadap Kedalaman
Gambar 3.6 menunjukkan nilai liquidity index (LI) terhadap kedalaman, di mana hingga kedalaman 35.0 m nilai LI berada pada rentang 0.04 – 3.51.
Untuk mengetahui sifat kompresibilitas tanah, digunakan hubungan antara kadar air dengan rasio kompresibilitas tanah (Cc/(1+e0)) yang diusulkan oleh Lambe dan Whitmann (1969) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.7.Dari Gambar 3.7 diketahui bahwa sampai dengan kedalaman 20.0 m, nilai rasio kompresibilitas tanah atau nilai Cc/(1+e0) berada dalam rentang 0.20 – 0.30. Berdasarkan klasifikasi tingkat kompresibilitas tanah yang diusulkan oleh Coduto, 2002 (Tabel 3.5), sampai dengan kedalaman 20.0 m lapisan tanah termasuk dalam klasifikasi highly compressible.
BAB III Pengumpulan dan analisa Halaman- 59
0.0
5.0
10.0
15.0
20.0
25.0
30.0
35.0
40.0
0.0 25.0 50.0 75.0 100.0 125.0
wn, PL, LL (% )
Ked
ala
man
(m
)
wn PL LL
Gambar 3-3 Perilaku Tanah Berdasarkan Kurva Plastisitas Casagrande
Gambar 3-9 Korelasi NSPT Terhadap Nilai Kohesi dari Uji Kuat Tekan Bebas
dan Triaksial
Gambar 3-10 Nilai Liquidity Index (LI) terhadap Kedalaman
BAB III Pengumpulan dan analisa Halaman- 60
0.0
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
60.0
0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0
Liquid Limit (%)
Pla
stic
ity
Ind
ex (
%)
CL
CH
CL & MLML & OL
MH & OH
0.0
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
3.0
3.5
4.0
0.0 10.0 20.0 30.0 40.0
NSPT (blow/ ft)
Koh
esi (kg/cm2)
TX-UU
UCTTERZAGHI AND PECK
CH
SOWERS
CL
SC-ML
0.0
5.0
10.0
15.0
20.0
25.0
30.0
35.0
40.0
0.0 1.0 2.0 3.0 4.0
Liquidity Index (LI)
Ked
alam
an (
m)
Gambar 3-11 Kurva Hubungan Antara Rasio Kompresibilitas Tanah dengan
Kadar Air (Lambe dan Whitmann, 1969)
Tabel 3-9 Klasifikasi Tingkat Kompresibilitas Tanah (Coduto, 2002)
or Klasifikasi
0.00 – 0.05Very slightly compressible
0.05 – 0.10 Slightly compressible
0.10 – 0.20Moderately compressible
0.20 – 0.35 Highly compressible
> 0.35Very highly compressible
BAB III Pengumpulan dan analisa Halaman- 61