06. pedoman pengembangan muatan lokal

11
PEDOMAN PENGEMBANGAN MUATAN LOKAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2013

Upload: maisarahpohan

Post on 27-Nov-2015

1.853 views

Category:

Documents


575 download

DESCRIPTION

MULOK SMA

TRANSCRIPT

Page 1: 06. Pedoman Pengembangan Muatan Lokal

PEDOMAN

PENGEMBANGAN MUATAN LOKAL

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

2013

Page 2: 06. Pedoman Pengembangan Muatan Lokal

i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................... i

A. PENGERTIAN .................................................................................... 1

B. LANDASAN PEDAGOGIS MUATAN LOKAL ............................... 3

C. STATUS MUATAN LOKAL DALAM KURIKULUM .................... 4

D. TUJUAN MUATAN LOKAL ............................................................. 5

E. RUANG LINGKUP ............................................................................. 5

F. PENGEMBANG MUATAN LOKAL ................................................. 6

G. PROSES PENGEMBANGAN MUATAN LOKAL ........................... 7

H. PENUTUP............................................................................................ 9

Page 3: 06. Pedoman Pengembangan Muatan Lokal

1

A. PENGERTIAN

1. Istilah Kurikulum, Silabus, dan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP)

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai

tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai

pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk

mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Silabus adalah rencana pembelajaran untuk satu mata pelajaran

atau tema/kelas tertentu sebagai dokumen implementasi

kurikulum. Silabus memiliki komponen tujuan mata

pelajaran/tema, kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator

pencapaian kompetensi, materi pembelajaran, proses

pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana

pembelajaran rincian dari silabus. RPP dikembangkan sebagai

rencana pembelajaran untuk suatu materi pokok atau tema

tertentu yang mencakup kompetensi inti, kompetensi dasar, tujuan

pembelajaran, rincian materi pembelajaran, rincian kegiatan

pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, alat dan item

penilaian hasil belajar, alokasi waktu dan jumlah pertemuan, dan

sumber belajar.

Page 4: 06. Pedoman Pengembangan Muatan Lokal

2

2. Muatan Lokal

Muatan lokal merupakan kelompok konten kurikulum yang

dirancang agar siswa mengenal ciri khas, potensi daerah, dan

kompetensi yang diperlukan untuk ketrampilan hidup (life skills).

Lokal yang dimaksudkan adalah wilayah geografis terdekat

dimana sebuah satuan pendidikan berlokasi. Untuk SD/MI,

daerah yang dimaksudkan adalah lingkungan kelurahan dan

kecamatan. Untuk SMP/MTs daerah yang dimaksudkan adalah

lingkungan kota/kabupaten, sedangkan untuk SMA/MA,

SMK/MAK daerah yang dimaksudkan mencakup wilayah

propinsi.

Secara teknis, konten muatan lokal mencakup aspek kehidupan

ekonomi, sosial, budaya, bahasa, dan hal lain yang dianggap

penting untuk dipelajari peserta didik.

Dalam konteks budaya dan bahasa, daerah yang dimaksudkan

dapat mencakup keseluruhan propinsi bagi satuan pendidikan

SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA dan SMK/MAK. Dengan demikian

dalam pengertian budaya dan bahasa daerah, sejak SD/MI sampai

SMA/MA dan SMK/MAK, konten kurikulum muatan lokal dapat

mencakup budaya dan/atau bahasa daerah dengan jenjang

pendalaman yang berbeda pada setiap satuan dan jenjang

pendidikan, semakin tinggi jenjang pendidikan semakin

meningkat keluasan dan kedalaman kompetensi yang dipelajari.

Page 5: 06. Pedoman Pengembangan Muatan Lokal

3

Muatan Lokal dapat berbentuk:

1. Kompetensi Dasar yang memperkaya mata pelajaran Seni

Budaya, Prakarya, dan Pendidikan Jasmani, Olahraga dan

Kesehatan

2. Mata pelajaran yang berdiri sendiri dengan menggunakan

waktu yang tersedia bagi mata pelajaran Seni Budaya.

B. LANDASAN PEDAGOGIS MUATAN LOKAL

Muatan Lokal merupakan konten kurikulum yang dikembangkan

berdasarkan prinsip-prinsip pedagogis sebagai berikut:

1. Pendidikan harus berakar pada lingkungan sosial, budaya, dan

fisik dimana peserta didik belajar dan bertempat tinggal.

2. Peserta didik belajar berdasarkan apa yang disebut lensa budaya

(cultural lenses) sehingga pemaknaan terhadap konten

pembelajaran dikembangkan dari pengertian-pengertian yang

dimiliki dari budaya yang dimilikinya.

3. Pendidikan dimulai dari apa yang sudah dimiliki seseorang. Pada

masa awal persekolahan, apa yang sudah dimiliki peserta didik

berasal dari lingkungan keluarga, budaya, dan sosial terdekat.

Pada masa berikutnya, apa yang sudah dimiliki tersebut adalah

perkayaan dan perluasan yang dilakukan pendidikan terhadap

yang dimiliki dari lingkungan keluarga, budaya, dan sosial

terdekat.

Page 6: 06. Pedoman Pengembangan Muatan Lokal

4

4. Pendidikan adalah proses pewarisan dan pengembangan budaya,

sosial, dan aspek-aspek kehidupan lainnya. Pewarisan berasal dari

aspek budaya, sosial, dan lainnya dari lingkungan terdekat ke

tingkat nasional dan dunia. Pengembangan untuk menjadi sesuatu

yang lebih baik atau sesuai dengan kehidupan masa kini dan masa

yang akan datang, dilakukan terhadap lingkungan terdekat dimana

peserta didik bertempat tinggal.

C. STATUS MUATAN LOKAL DALAM KURIKULUM

Muatan lokal adalah konten Kurikulum Tingkat Daerah. Oleh karena

itu Muatan Lokal adalah kurikulum yang dikembangkan oleh

Pemerintah Daerah Tingkat I dan Tingkat II. Pengembangan tersebut

dilakukan oleh tim yang ditunjuk oleh pemerintah daerah.

Penentuan jumlah anggota dan unsur-unsur yang terlibat dalam tim

sepenuhnya adalah wewenang pemerintah daerah.

Hasil dari Muatan Lokal adalah mata pelajaran, Kompetensi Dasar,

dan silabus. Nama mata pelajaran, Kompetensi Dasar, dan silabus

Muatan Lokal ditetapkan dengan keputusan Pemerintah Daerah.

Nama mata pelajaran muatan lokal dicantumkan dalam struktur

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Page 7: 06. Pedoman Pengembangan Muatan Lokal

5

D. TUJUAN MUATAN LOKAL

Muatan lokal bertujuan untuk memberikan kesempatan belajar

tentang lingkungan fisik, budaya, sosial, ekonomi, seni, ketrampilan

di lingkungan terdekatnya agar mereka mengenal lingkungan,

masyarakat, budaya di sekitarnya untuk pengembangan karakter

dirinya dan mampu berpartisipasi dalam mendukung kelangsungan

pembangunan daerah serta pembangunan nasional.

Secara khusus agar peserta didik dapat:

1. Mengenal dan menjadi lebih akrab dengan lingkungan alam,

sosial, dan budayanya,

2. Memiliki kemampuan dan keterampilan serta pengetahuan

mengenai daerahnya yang berguna bagi dirinya maupun

lingkungan masyarakat pada umumnya,

3. Memiliki sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai-

nilai/aturan-aturan yang berlaku didaerahnya, serta melestarikan

dan mengembangkan nilai-nilai luhur budaya setempat dalam

rangka menunjang pembangunan nasional.

E. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup muatan lokal mencakup:

1. lingkungan fisik daerah,

2. kehidupan sosial, budaya, ekonomi daerah,

Page 8: 06. Pedoman Pengembangan Muatan Lokal

6

3. bahasa daerah

Lingkungan fisik adalah lingkungan yang terkait dengan alam dan

geografis daerah yang merupakan ciri khas daerah seperti gunung,

sungai, tumbuhan-tumbuhan, hewan, cuaca, fenomena alam

seperti gempa, banjir, angin topan, dan sebagainya. Kehidupan

sosial, budaya, dan ekonomi daerah yang dianggap penting oleh

masyarakat dan pemerintah daerah untuk dipertahankan dan

dikembangkan seperti olahraga & permainan, kesenian,

ketrampilan & kerajinan, adat istiadat atau potensi untuk

ditumbuhkan untuk menjadi aset baru bagi masyarakat seperti

pariwisata.

F. PENGEMBANG MUATAN LOKAL

Pengembangan konten muatan lokal dimulai dengan pembentukan

tim Pengembang Muatan Lokal melalui keputusan pemerintah

daerah.

- Penentuan Keputusan Daerah tentang Tim Pengembang.

- Tim pengembang harus memahami:

Ide kurikulum tingkat nasional yang tertuang dalam

dokumen Rasional, Kerangka Dasar Kurikulum, Struktur,

Implementasi dan Ealuasi

Desain kurikulum terutama yang terkait dengan hubungan

antara SKL dengan Kompetensi Inti, arti dan fungsi

Kompetensi Inti, dan keterkaitan antara Kompetensi Inti

dengan Kompetensi Dasar,

Page 9: 06. Pedoman Pengembangan Muatan Lokal

7

prosedur pengembangan Kompetensi Dasar,

kemampuan menganalisis keterkaitan vertikal dan horizontal

KD,

pemahaman mengenai model pembelajaran: mengamati,

menanya, mengasosiasikan, mengkomunikasikan, dan

ketrampilan untuk mengembangkan silabus.

G. PROSES PENGEMBANGAN MUATAN LOKAL

1. Identifikasi isi muatan lokal (kompetensi, pengetahuan, sikap,

ketrampilan) dapat berkenaan seni budaya, tari, ketrampilan,

permainan, aspek kehidupan ekonomi, lainnya yang dianggap

penting oleh masyarakat. Identifikasi dapat dilakukan melalui

kajian analisis kebutuhan (need analysis) dan atau melalui kajian

lainnya yang ditetapkan oleh pemerintah daerah.

2. Mempelajari Kompetensi Inti: terdiri atas 4 kelompok yaitu sikap

keagamaan, sikap sosial, pengetahuan, dan penerapan

pengetahuan. Sikap tidak diajarkan secara langsung tetapi

dikembangkan melalui proses pembelajaran mengenai

pengetahuan dan penerapan di kelas, sekolah, dan masyarakat.

Keempat kelompok Kompetensi Inti tersebut saling berinteraksi

dalam proses pembelajaran.

3. Mengembangkan Kompetensi Dasar (KD) untuk setiap kelompok

Komptensi Inti. Oleh karena itu ada 4 kelompok Kompetensi

Dasar.

4. Evaluasi internal tim pengembang mengenai keajegan vertikal

dan horizontal KD yang telah dikembangkan. Keajegan vertikal

adalah kesinambungan dan peningkatan serta perluasan

kompetensi mata pelajaran muatan lokal. Keajegan horizontal

adalah keterkaitan antara KD mata pelajaran muatan lokal dengan

Page 10: 06. Pedoman Pengembangan Muatan Lokal

8

KD Seni Budaya dan Pendidikan Jasmani, Olahraga dan

Kesehatan yang telah dikembangkan dalam kurikulum tingkat

nasional.

5. Menentukan nama mata pelajaran Muatan Lokal. Dari KD

kelompok Kompetensi Inti 3 (pengetahuan) ditentukan nama mata

pelajaran yang sesuai dengan isi KD.

6. Menentukan beban belajar: menentukan jam belajar yang

diperlukan untuk setiap strand sehingga jam pelajaran mata

pelajaran muatan lokal tidak melebih jumalh jam pelajaran yang

telah ditentukan.

7. Menetapkan mata pelajaran untuk Muatan Lokal. Tim

pengembang Muatan Lokal perlu menentukan apakah KD yang

telah dikembangkan akan menjadi mata pelajaran yang berdiri

sendiri, disisipkan sebagai KD dalam mata pelajaran Seni

Budaya dan Penjasorkes atau kedunya. Atas rekomendasi tim

pengembang, Pemerintah daerah untuk dijadikan mata pelajaran

wajib di daerah tersebut, dan dicantumkan dalam struktur

kurikulum satuan pendidikan.

8. Mengembangkan silabus: apabila KD Muatan Lokal ditetapkan

menjadi mata pelajaran, tim pengembang haru mengembangkan

silabus sesuai dengan komponen silabus yang telah ditetapkan

Kurikulum 2013. Apabila KD Muatan Lokal akan dijadikan KD

dalam mata pelajaran Seni Budaya, Penjasorkes atau lainnya

maka KD tersebut menjadi bagian silabus mata pelajaran terkait

dan dikembangkan oleh guru. Komponen proses pembelajaran

dalam silabus bersifat konsisten menggunakan pendekatan

pembelajaran yang terdiri atas kegiatan mengamati, menanya,

mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan. Demikian pula

dengan komponen penilaian hasil belajar yang menekankan

terutama pada penilaian terhadap kemampuan prosesual tanpa

mengabaikan pemahaman konseptual dan pengetahuan faktual.

Page 11: 06. Pedoman Pengembangan Muatan Lokal

9

9. Penyiapan guru dan fasilitas untuk muatan Muatan Lokal dan/atau

mata pelajaran Muatan Lokal yang telah ditetapkan.

10. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan mata pelajaran Muatan

Lokal.

H. PENUTUP

Sifat dari pedoman ini adalah panduan bagi pengembang Muatan

Lokal. Tim dapat menggunakan prosedur yang lebih sederhana dan

sesuai dengan kemampuan tim pengembang.

Suatu hal yang harus dipastikan adalah keterkaitan KD dengan KI

dan keajegan antar KD secara vertikal dan horizontal, proses

pembelajaran yang didasarkan pada kegiatan mengamati, menanya,

mengumpulkan informasi, mengumpulkan informasi,

mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan, serta penilaian yang atas

hasil belajar yaitu sikap, kemampuan (proses) dan pengetahuan.