04. bab 3 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/asli/bab3/2008-1-00188-md bab 3.pdfsudah ada di...
TRANSCRIPT
BAB 3
ANALISA DATA
3.1 Pengumpulan kebutuhan
Metode pengumpulan kebutuhan yang dipakai adalah dengan membagikan
kuesioner. Maka kuesioner tersebut dibagikan kepada tiga puluh mahasiswa praktisi
Wushu Universitas Bina Nusantara dan wawancara kepada lima pelatih Wushu baik
di Universitas bina Nusantara maupun di luar Universitas. Analisa pandangan praktisi
muda UBinus akan perkembangan Wushu di Jakarta akan diperoleh melalui jawaban-
jawaban kuesioner yang telah dibagikan. Setiap jawaban dari kuesioner tersebut akan
dihitung dan dianalisis berdasarkan persentasenya.
3.1.1 Wawancara
3.1.1.1 Tujuan wawancara
Pengumpulan kebutuhan melalui wawancara bertujuan untuk mengumpulkan,
mendefinisikan, menganalisis, dan akhirnya menyimpulkan sejauh apa perkembangan
wushu di Indonesia seperti bagaimana masuknya, terbentuknya, siapa saja pelopornya,
sejauh apa perbedaan Wushu dahulu dengan Wushu yang ada pada saat ini, dan
sejauh mana Inpres no.14 tahun 1967 mempengaruhi perkembangan Wushu.
3.1.1.2 Hasil Wawancara
Adapun hasil dari wawancara ini bermaksud untuk mencari peresamaan dan
jika ada perbedaan dengan landasan teori yang diperoleh melalui studi pustaka.
Wawancara dilakukan kepada beberapa pelatih UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa)
34
Wushu Universitas Bina Nusantara seperti Bapak Gao Tianmin selaku Pelatih senior
UKM Wushu Ubinus, Rizky selaku pelatih Wushu UKM Wushu Ubinus, dan
Handoko pelatih Sanshou UKM Wushu Ubinus, adapun pelatih Wushu diluar UBinus
seperti Bapak Tatang Budi selaku pelopor pembentuk PBWI (Pengurus Besar Wushu
Indonesia) dan Cao Qingwu selaku pelatih Taiji Internasional.
Dari hasil wawancara dengan pelatih-pelatih yang telah disebutkan diatas,
mengenai sejarah Wushu di China penulis menemukan bahwa seluruh narasumber
tersebut mengakui bahwa pada awalnya gerakan Wushu mengambil gerakan hewan
saat bertempur, seperti kera, bangau, harimau, elang, ular, dan lain-lain. Wushu
secara literal adalah Wu (武) terdiri dari kata Zhi (止 = menghentikan) dan Ge (戈 =
tombak dengan ujung kait) yang diterjemahkan menjadi menghentikan senjata atau
perang. Wushu bukanlah sesuatu kemampuan yang digunakan untuk menyerang dan
berperang melainkan hanya datang dari kebutuhan untuk melindungi individu dan
kelompok sehingga wushu hanya dipergunakan hanya sebatas mempertahankan diri
untuk kelangsungan hidup. Dalam perkembangannya diciptakan juga senjata untuk
mempertahankan diri dari serangan, seperti; toya dan tombak. Namun perihal yang
tidak ditemui penulis dalam studi pustaka adalah bahwa sepuluh tahun silam di
gunung Wudang, Sanshou atau Sanda dipertandingkan tanpa memakai pelindung,
tidak sedikit orang yang meninggal di arena pertandingan, hal yang lebih tidak
manusiawi lagi adalah di bawah panggung pertandingan, dibuat pisau-pisau yang
akan memastikan barang siapa yang jatuh keluar dari panggung tidak mungkin
selamat. Peradaban manusia yang sperti itulah yang membuat pemerintah China pada
masa itu melarang keras pelatihan Wushu dan penyebaran Wushu.
35
Di willayah utara China Wushu dianggap sebagai olahraga pedesaan, oleh
karena ada musim dingin maka mereka berlatih Wushu untuk menghangatkan tubuh,
mereka tidak menggunakan kayu bakar, hanya keluarga-keluarga berada yang
menggunakan kayu bakar. Di wilayah selatan Wushu lebih digunakan untuk
berkumpul dengan keluarga, dan juga tiap-tiap suku disana memiliki Wushu sendiri,
misalnya; suku Hui (suku Islam) dengan Zha Quan, Suku Han dengan aliran Shaolin,
Wudang, dan E Mei.
Mengenai sejarah terbentuknya Wushu ke Indonesia, pernyataan narasumber
sesuai dengan data yang didapat oleh penulis dalam landasan teori, bahwa wadah
Wushu yaitu Pengurus Besar Wushu Indonesia (PBWI) terbentuk pada tahun 1992
oleh Bapak I Gusti Ketut Manila, yang mana beliau juga dikenal sebagai Bapak
Wushu Indonesia hingga saat ini, namun melalui informasi dari narasumber yang ada
dapat diketahui bahwa pada saat itu Bpk. I GK Manila tidak sendiri karena beliau
masih memiliki pelopor-pelopor yang turut serta ambil bagian dalam pembetukan
PBWI, yaitu; Bapak Tatang Budi yang juga merupakan salah satu senior dari Jawa
Barat, Bapak Willy dari Jawa Timur, Bapak Bossy CP. dari Jawa Tengah, dan
beberapa tetua lainnya dari DKI dan Medan, Bapak Sutanto, Bapak Oeying Darma,
Bapak Aripin yang akrab disebut Apin dari Rajawali Sakti Jakarta dan Bapak John
Pandey dari Naga Mas.
Dari hasil wawancara tersebut juga dapat diketahui bahwa sejak dulu Wushu
sudah ada di Indonesia, akan tetapi pelatihannya lebih bersifat tertutup, hanya dari
rumah ke rumah. Akan tetapi menurut Bpk. Tatang Budi tidak dapat dikatakan bahwa
Inpres No.14 Tahun 1967 berdampak besar bagi Wushu, yang oleh karena
dikeluarkannya Instruksi Presiden yang berisikan larangan mengenai segala macam
36
bentuk kegiatan keagamaan, kepercayaan, dan kesenian asing terutama kesenian yang
berasal dari China, lantas menangkap dan menghukum pesilat-pesilat Indonesia, pada
kenyataannya tidak demikian karena pelatihan Wushu pada saat itu masih berjalan
seperti biasanya, hanya memang tidak dipungkiri bahwa perkembangan Wushu pada
saat itu tidaklah terbuka dan pesat seperti sekarang. Sependapat dengan apa yang
telah dikemukankan Bpk. Tatang Budi, Bpk. Gao Tianmin juga menyatakan bahwa
dikeluarkannya Inpres No.14 Tahun 1967 pada saat itu tidak mempunyai pengaruh
yang sangat besar bagi Wushu, karena pada tahun 1967, beliau sudah diundang untuk
atraksi di Mangga Besar, Akan tetapi perkembangannya saat itu juga tidak dapat
dikatakan pesat, karena Wushu saat itu hanya melalui door to door, privat, latihan
bawah tanah, ritual keagamaan dan hanya diwariskan kepada keluarga. Menurut
beliau besar kecilnya pengaruh Instruksi Presiden pada saat itu sebenarnya sangat
tergantung sikap pejabat-pejabat setempat. Namun yang patut dibanggakan adalah
ditengah-tengah tekanan serta pelarangan-pelarang yang bersifat politik ini atlet-atlet
Wushu Indonesia ini mampu turun untuk bersaing dalam Asean Games pertama
kalinya pada tahun 1993 di Singapura.
Lalu pada masa pemerintahan Presiden KH. Abdurrahman Wahid dengan
dikeluarkan Kepres no.06 Tahun 2000 yang berisikan pencabutan terhadap Inpres
No.14 Tahun 1967, saat inilah titik balik bagi Wushu bersama barongsai dan liong
diakui menjadi budaya nasional
Dari hasil wawancara, penulis juga menemukan adanya perbedaan aliran
Wushu di China dan di Indonesia, dimana di China Di China Wushu dibagi menjadi
aliran-aliran yang mana karakteristiknya dibedakan menjadi Utara dan Selatan.
Secara fisik praktisi Wushu Utara lebih kurus sedangkan di sebelah selatan lebih
37
kekar, senjata yang dipergunakan di Utara lebih lentur daripada di Selatan yang jauh
lebih keras, perbedaan gerakan Utara lebih banyak menggunakan aerial moves atau
lompatan, sedangkan gerakan Selatan lebih banyak menggunakan ground moves,
kuda-kuda, dan teriakan. Namun, Wushu di Indonesia tidak lagi dibagi menjadi
aliran-aliran akan tetapi sasana-sasana atau perguruan-penguruan yang tersebar di
seluruh Indonesia, misalnya di Jawa Timur terdapat Yasanis dan Serunai, di Jawa
Barat Teratai Putih, di Medan YKWT, dan lain-lain. Berdasarkan Institusinya,
Pengurus Besar Wushu Indonesia (PBWI) membawahi Pengurus Daerah atau
propinsi, kemudian Pengurus Cabang, lalu barulah sasana atau perguruan.
Adapun Wushu di Indonesia sudah tidak dibedakan berdasarkan aliran-aliran
lagi karena Indonesia telah mengikuti standar internasional yang mana patokan jurus
pertandinganya telah dibakukan. penyebarannya adalah dengan mengundang praktisi-
praktisi Wushu di seluruh dunia untuk menentukan patokan perlombaan yang akan
dipergunakan untuk kejuaraan Internasional. Pada awalnya pengurus-pengurus
Wushu di seluruh dunia dikumpulkan untuk menggodok aturan-aturan yang akan
digunakan pada pertandingan Internasional, hingga terbentuklah Wushu yang
sekarang ada di Indonesia yang secara standar Internasional sama dengan Wushu
yang ada diseluruh dunia.
Wushu yang dipertandingkan adalah Sanshou atau Sanda (seni tarung atau
sparring), Taolu (seni keindahan jurus), dan Dui Lian. Sanshou adalah seni tarung,
Taolu adalah seni keindahan jurus, sedangkan Dui Lian adalah duel yang sudah diatur
sebelumnya. Taolu dibagi lagi menjadi sepuluh jurus, yaitu; Taolu itu sendiri yang
dipertandingkan adalah tiga tangan kosong (Nan Quan, Chang Quan, Taiji quan yang
di dalamnya terbagi lagi menjadi Taiji Jian dan Taiji Kipas), senjata pendek (Daoshu,
38
Nan Dao, Jianshu) dan tiga senjata panjang (Qiangshu, Gunshu, Nan Gun),
sedangkan Sanshou dibagi menjadi kelas-kelas, yaitu; bobot empat puluh delapan
kilogram keatas dikategorikan sebagai kelas ringan, bobot diatas lima puluh dua
kilogram kategori kelas menengah, bobot diatas lima puluh enam kilogram kategori
kelas berat, dan bobot diatas enam puluh lima keatas kategori kelas bebas dan Dui
Lian dibagi atas jurus atau kelasnya, yaitu; tangan kosong, senjata, kombinasi, dan
jumlah pemain yang mana duel satu lawan satu, satu lawan dua, satu lawan tiga,
tangan kosong lawan tangan kosong, tangan kosong lawan senjata, dan seterusnya.
Menurut narasumber yang ditemui penulis, Manfaat Wushu sangat kaya,
selain bela diri Wushu dapat untuk kesehatan terutama bagi orang tua dapat melatih
tenaga dalam, memperlancar aliran darah, dan untuk kepekaan syaraf, sedangkan
untuk anak-anak muda sebagai pembentukan mentalitas mereka, dimana anak-anak
muda yang berlatih Wushu tidak ada yang nakal karena mereka diajar untuk sportif
dengan bisa menerima kekalahan, selain itu juga menghasilkan manusia-manusia
yang tahan uji, karena mereka dilatih untuk bersabar melalui proses latihan yang
tidak dapat dikatakan instant. Bagi orang yang mempunyai berat badan berlebih,
berlatih Wushu secara rutin dapat menurunkan berat badan. Wushu bermanfaat
sebagai hiburan seperti demo Wushu bersama barongsai dalam pertunjukkan-
pertunjukkan kebudayaan, dan lain-lain. Selain itu, oleh karena Wushu berasal dari
beragam gaya tarung aliran-aliran Wushu yang ada, maka seluruh anggota dapat
dijadikan sebagai senjata, seperti teknik pukulan, tendangan, kuncian, yang
penggunaan senjata, juga latihan pernafasan untuk kesehatan.
Dari segi perkembangan wushu dewasa ini peminat Wushu sekarang sudah
banyak pemuda-pemuda bahkan anak-anak kecil, alasan anak-anak menyukai Wushu
39
adalah selain karena meneruskan kebudayaan orang tuanya yang mana biasanya
orang tua mereka adalah praktisi-praktisi Wushu juga untuk melatih kelenturan
karena anak-anak sangat dinamis, sangat suka bermain dan emosi labil, dengan
Wushu mereka dapat bermain dengan melakukan atraksi-atraksi dan dapat
melampiaskan emosi dengan cara yang positif. Pada tingkat remaja biasanya tertarik
karena ingin mendapakan penghargaan terutama bila mengikuti kejuaraan-kejuaraan
Wushu. Alasan Anak-anak muda yang tertarik dengan Wushu adalah karena tertarik
dengan seni kekerasannya.
Selain perkembangan praktisi Wushu yang semakin banyak dan anak-anak
muda yang memiliki minat yang besar terhadap Wushu, perkembangan lainnya
adalah apabila dulu hanya ada jurus biasa yang menjadi patokan pertandingan,
sekarang sudah ada jurus yang mempunyai tingkat kesulitan, misalnya; dulu gerakan
putar salto adalah tiga ratus enam puluh derajat, sekarang bisa mencapai tujuh ratus
dua puluh derajat bahkan lebih. Di China bahkan sudah mencapai sembilan ratus
derajat. Hal ini sudah digunakan di China pada tahun 2001, sedangkan di Indonesia
baru digunakan pada tahun 2005. Jurus standar Taolu sempat berubah dua kali yaitu
sebelum tahun 2003 dan sesudah tahun 2004, pada tahun 2006-2007 penalar dari
China mensosialisasikan jurus baru yaitu Zi Xuan (自选) atau freestyle.
Dulu Jingsai Taolu digunakan untuk jurus senior dan Quitting adalah jurus
pemula, dibawah tujuh belas tahun masih manggunakan Quitting atau jurus pemula,
namun sekarang senior menggunakan Zi Xuan, usia tujuh belah tahun kebawah
menggunakan Jing Sai Taolu, dan usia dua belas tahun kebawah menggunakan
Quitting.
40
Dibandingkan dulu Wushu yang dilihat sebagai sebuah ilmu perang, sekarang
pandangan masyarakat secara umum adalah sebagai acrobatic sport atau olahraga
akrobat sedangkan pandangan masyarakat secara khusus melihat Wushu yang ada
saat ini sangatlah sport oriented atau orientasi sebagai olah raga dikarenakan praktisi
Wushu yang menekuni bidang tersebut dengan gerakan gymnastic yang sulit mampu
untuk bertanding dalam kejuaraan, akan tetapi belum tentu terpakai sebagai bela diri
sesungguhnya dalam kehidupan sehari-hari. Dulu pola latihannya sangat berbeda
dengan sekarang, dulu berlatih Wushu dengan kedisiplinan tinggi selain karena
merupakan salah satu cara berkumpul dengan keluarga, juga karena rasa kebanggaan
sebagai etnis Tionghoa, dan keterbatasan-keterbatasan dari pemerintah. Selain dari
pada itu, pelatihan Wushu dulu jauh lebih keras dari pada sekarang, dimana mereka
sebelum berlatih diharuskan membaca nilai-nilai susila, yang melatih kejiwaan dan
mental mereka. Berlatih dari pukul delapan pagi hingga pukul enam sore, Wushu
adalah way of life bukan sekedar hobi atau kegiatan pengisi waktu. Akan tetapi
sekarang pelatihan Wushu lebih fleksibel dimana praktisi datang latihan selama dua
setengah jam lalu pulang dan begitu seterusnya.
Dulu Taolu juga bukan sekedar seni keindahan jurus, tetapi dapat digunakan
sebagai bela diri sesungguhnya oleh karena ada unsur serangan dan bertahan. Akan
tetapi Wushu sekarang lebih banyak unsur keseniannya, salah satu faktor yang
memungkinkan adalah para orang tua takut dengan berlatih Wushu anak-anak
manjadi rusak.
41
3.1.2 Kuesioner
3.1.2.1 Tujuan penyebaran kuesioner
Pengumpulan kebutuhan melalui pembagian kuesioner bertujuan untuk
mengumpulkan, mendefinisikan, menganalisis, dan akhirnya menyimpulkan sejauh
apa generasi muda yang menekuni Wushu khususnya di Universitas bina nusantara
memandang eksistensi Wushu yang sudah memiliki sejarah panjang di Indonesia
bahkan di dunia, akan tetapi baru diakui menjadi sebuah budaya di Indonesia dan
bagaimana perkiraan perkembangan Wushu di kalangan generasi muda dewasa ini
khususnya mahasiswa Bina Nusantara.
3.1.2.2 Hasil Kuesioner
Adapun Kuesioner dijalankan pada hari rabu, 09 Januari 2008 bertempat di
Universitas Bina Nusantara dan dibagikan kepada 30 praktisi muda Wushu UBinus.
Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut:
1. Lamanya responden menekuni wushu.
Tabel 3.1 Persentase Masa Menekuni Wushu
Jawaban Jumlah Responden Persentase
1 – 6 bulan 8 27%
6 bulan – 1 tahun 12 40%
1 – 2 tahun 6 20%
> 2 tahun 4 13%
Analisa jawaban:
Dari hasil diatas terlihat jelas bahwa para sebagian besar mahasiswa belum lama
menekuni Wushu.
42
2. Sumber pengenalan responden terhadap wushu pertama kalinya.
Tabel 3.2 Persentase Sumber Pengenalan Terhadap Wushu Pertama Kali
Jawaban Jumlah Responden Persentase
Teman atau kerabat 18 44%
Media informasi (majalah, koran, tv,
internet) 8 20%
Keluarga dan orang tua 4 10%
Menyaksikan pertunjukkan langsung 10 24%
POM UBinus 1 2%
Analisa jawaban:
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar mahasiswa pada
awalnya mengenal Wushu melalui teman atau kerabat mereka.
3. Dasar awal ketertarikan responden untuk menekuni wushu.
Tabel 3.3 Persentase Dasar Ketertarikan Untuk Menekuni Wushu Pada Awalnya
Jawaban Jumlah Responden Persentase
Atas kemauan sendiri 21 60%
Ajakkan teman 12 34%
Dorongan pihak keluarga dan orang tua 2 6%
Analisa jawaban:
Hasil diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden tertarik untuk
mengikuti Wushu atas kemauan sendiri.
43
4. Alasan responden tertarik untuk menekuni wushu atas kemauan sendiri pada
awalnya.
Tabel 3.4 Persentase Alasan Atas Kemauan Sendiri
Jawaban Jumlah suara masuk Persentase
Untuk membela diri 9 26%
Untuk sekedar mengisi waktu (hiburan) 0 0%
Karena Wushu adalah olahraga yang indah 10 30%
Untuk kesehatan 10 29%
Karena pengaruh media informasi, iklan, dll 0 0%
Karena keingintahuan terhadap Wushu 2 6%
Hobi 3 9%
Analisa jawaban:
Menurut hasil diatas dapat disimpulkan, sebagian besar alasan mahasiswa untuk
mendalami Wushu pada awalnya adalah karena melihat Wushu sebagai olahraga
yang indah dan tidak jarang yang berpendapat bahwa Wushu baik untuk
kesehatan.
44
5. Alasan responden memilih Wushu dibanding seni beladiri yang lain.
Tabel 3.5 Persentase Alasan memilih Wushu Dibanding Seni Beladiri yang lain
Jawaban Jumlah
Responden Persentase
Karena melatih ilmu bela diri dengan dan tanpa
senjata 9 16%
Karena pembagian jurus tangan dan kaki yang
seimbang 10 17%
Karena dapat melatih tenaga dalam 4 7%
Melatih koordinasi kerjasama saraf motorik dan
sensorik 10 17%
Karena membentuk watak yang positif 5 9%
Mempunyai nilai keindahan dan seni atraksi yang
cukup tinggi dipandang dari segi postur, gaya, skill,
ekspresi, tenaga batin dan ketangkasan fisik
17 28%
Beladiri paling lengkap karena selain bela diri bisa
untuk mengobati 1 2%
Merupakan beladiri China kuno yang
dikembangkan 1 2%
Diajak teman 1 2%
Analisa jawaban:
Berdasarkan hasil persentase hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian
besar alasan mahasiswa memilih Wushu dibanding seni beladiri yang lain adalah
karena Wushu mempunyai nilai keindahan dan seni atraksi yang cukup tinggi
45
dipandang dari segi postur, gaya, skill, ekspresi, tenaga batin dan ketangkasan
fisik.
6. Jenis-jenis wushu yang ditekuni oleh responden
Tabel 3.6 Persentase Bidang Yang Ditekuni
Jawaban Jumlah suara masuk Persentase
Chang Quan (Tinju Panjang) 11 30%
Nan Quan (Tinju Selatan) 3 8%
Taiji quan (Tai Chi) 5 14%
Daoshu (Ilmu Golok) 6 16%
Jianshu (Ilmu Pedang) 5 14%
Gunshu (Ilmu Toya/Tongkat) 3 8%
Qiangshu (Ilmu Tombak) 2 5%
Taiji Jian (Pedang Tai Chi) 0 0%
Sanshou 2 5%
Analisa jawaban:
Dari data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa bidang yang rata-rata ditekuni
oleh mahasiswa adalah Chang Quan atau Tinju Panjang;
a. Ada 11 orang (30%) responden menekuni Chang Quan, alasannya:
Menurut 2 orang (18%) responden, karena sudah ditentukan dari sananya
Menurut 3 orang (28%) responden, karena melakukan beladiri tanpa
menggunakan menggunakan senjata
Menurut 1 orang (9%) responden, karena sesuai dengan postur tubuh
Menurut 1 0rang (9%) responden, karena baik untuk kesehatan dan beladiri
46
Menurut 3 orang (27%) responden, karena gerakannya indah dan menarik
untuk dilihat
Menurut 1 orang (9%) responden, karena diajak teman
b. Ada 3 orang (8%) responden menekuni Nan Quan (Tinju Selatan), alasannya:
Menurut 2 orang (50%) responden, karena merupakan beladiri dengan
ketangkasan fisik
Menurut 1 orang (25%) responden, karena hanya sekedar ingin memperdalam
Menurut 1 orang (25%) responden, karena baik untuk kesehatan
c. Ada 5 orang (14%) responden menekuni Taiji Quan (Taichi), alasannya:
Menurut 3 orang (50%) responden, karena membantu membentuk Qi untuk
kesehatan dan stamina
Menurut 1 orang (17%) responden, karena untuk beladiri
Menurut 2 orang (33%) responden, karena gerakannya lembut, indan dan
menarik
d. Ada 6 orang (16%) responden menekuni Daoshu (Ilmu Golok), alasannya:
Menurut 2 orang (40%) responden, karena merupakan hobi dan kesukaan
menggunakan senjata
Menurut 3 orang (60%) responden, karena gerakannya menarik
e. Ada 5 orang (14%) responden menekuni Jianshu (Ilmu Pedang), alasannya:
Menurut 1 orang (33%) responden, karena tidak ada pilihan lain, hanya itu
yang tersedia
Menurut 2 orang (67%) responden, karena suka melihat gerakan Jianshu yang
menarik
47
f. Ada 3 orang (8%) responden menekuni Gunshu (Ilmu Toya/Tongkat), alasannya:
Menurut 1 orang (33%) responden, karena sekedar ingin ikut
Menurut 2 orang (67%) responden, karena ingin memperdalam agar dapat
bermain dengan baik
g. Ada 2 orang (5%) responden menekuni Qiangshu (Ilmu Tombak), alasannya:
Menurut 1 orang (50%) responden, karena suka dan hobi
Menurut 1 orang (50%) responden, karena gerakannya menarik
h. Ada 2 orang (5%) responden menekuni Sanshou (Ilmu Tarung), alasannya:
Menurut 1 orang (50%) responden, karena beladiri
Menurut 1 orang (50%) responden, karena melatih ketangkasan fisik
7. Partisipasi responden dalam kegiatan wushu di luar Ubinus.
Tabel 3.7 Persentase Keikutsertaan Organisasi Wushu Di Luar UBinus
Jawaban Jumlah Responden Persentase
Exkul SMA 1 3%
Genta Suci 1 3%
Pekalongan 1 3%
Jogja 1 3%
Tidak 26 88%
Analisa jawaban:
Berdasarkan pada persentase mahasiswa, hampir seluruhnya hanya berlatih
Wushu dalam lingkup Ubinus
48
8. Manfaat / hasil akhir yang ingin diperoleh responden melalui wushu.
Tabel 3.8 Persentase Hasil Yang Ingin Dicapai Dari Berlatih Wushu
Jawaban Jumlah Responden Persentase
Kesehatan yang baik 24 27%
Menjaga postur tubuh tetap tegak hingga usia
lanjut
10 11%
Membuat bobot tubuh menjadi ideal 6 7%
Bersosialisasi 9 10%
Menjaga diri 11 13%
Meningkatkan kekuatan fisik 22 25%
Apresiasi terhadap seni dan atraksi 5 6%
Maksimalkan potensi dalam Wushu 1 1%
Analisa jawaban:
Hasil persentase menunjukkan sebagian besar mahasiswa berharap dapat
memperoleh kesehatan yang baik dan tidak sedikit yang berlatih Wushu karena
ingin meningkatkan kekuatan fisik.
9. Pandangan responden terhadap pengenalan Wushu di masyarakat.
Tabel 3.9 Persentase Pandangan Terhadap Pengenalan Wushu Di Masyarakat
Jawaban Jumlah Responden Persentase
Kesenian 21 30%
Olahraga 25 35%
Beladiri 25 35%
49
Analisa jawaban:
Berdasarkan hasil jawaban responden, dapat dilihat kesimbangan pengenalan
Wushu dalam masyarakat sebagai olahraga, beladiri dan kesenian;
a. Alasan pandangan Wushu dalam masyarakat dikenal sebagai “kesenian”
Tabel 3.10 Persentase Alasan Pandangan Wushu Dikenal Sebagai Kesenian
Jawaban Jumlah
Responden
Persentase
Karena memiliki nilai jual tinggi untuk dipertujukan 1 3%
Karena membutuhkan keteraturan dan keluwesan
dalam gerakan
7 19%
Karena harus memiliki irama gerakan jelas dan
gaya berkarakter
7 19%
Teknik gerakan mata, tangan, badan dan langkah
harus terkoordinir rapih dan berkesinambungan
19 53%
Kesenian karena Shu ”术” sudah merupakan arti
dari seni
1 3%
Kesenian karena sejenis tarian 1 3%
Analisa jawaban:
Mengacu pada hasil diatas terlihat bahwa sebagian besar mahasiswa berpendapat
bahwa alasan Wushu lebih dipandang sebagai kesenian dalam masyarakat karena
teknik gerakan mata, tangan, badan dan langkah harus terkoordinir rapih dan
berkesinambungan.
50
b. Alasan pandangan Wushu dalam masyarakat dikenal sebagai “olahraga”.
Tabel 3.11 Persentase Alasan Pandangan Wushu Dikenal Sebagai Olahraga
Jawaban Jumlah Responden Persentase
Karena merupakan salah satu bentuk olah tubuh 19 44%
Karena dapat menjaga daya tahan tubuh 9 21%
Karena melatih fisik menjadi lebih kuat 15 35%
Analisa jawaban:
Berdasarkan hasil persentase diatas, sebagian besar mahasiswa berpendapat
bahwa alasan Wushu lebih dipandang sebagai olahraga dalam masyarakat karena
merupakan salah satu bentuk olah tubuh.
c. Alasan pandangan Wushu dalam masyarakat dikenal sebagai “beladiri”.
Tabel 3.12 Persentase Alasan Pandangan Wushu Dikenal Sebagai Beladiri
Jawaban Jumlah Responden Persentase
Karena dapat melindungi diri dari tindak
kejahatan
8 19%
Karena mengandung jurus-jurus yang
mengandung unsur gerakan tangkisan dan
serangan
18 43%
Karena dapat menguasai siasat menyerang dan
berlindung
7 17%
Dalam situasi terancam dapat bereaksi cepat
untuk menyelamatkan diri
8 19%
51
Beladiri yang punya seni dan kebijakan 1 2%
Analisa jawaban:
Berdasarkan hasil persentase diatas, sebagian besar mahasiswa berpendapat
bahwa alasan Wushu lebih dipandang sebagai beladiri dalam masyarakat karena
mengandung jurus-jurus yang mengandung unsur gerakan tangkisan dan serangan
10. Pandangan anak muda terhadap perkembangan wushu di Jakarta dewasa ini
menurut pendapat responden.
Tabel 3.13 Persentase Pandangan Anak Muda Terhadap Perkembangan Wushu Di Jakarta.
Jawaban Jumlah suara masuk Persentase
Masih kurang dikenal 10 25%
Cukup dikenal 23 57%
Dikenal dan diminati 7 18%
Analisa jawaban:
Menurut hasil yang telah diperoleh dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
responden memandang perkembangan Wushu di Jakarta dewasa ini sudah cukup
dikenal, akan tetapi masih ada kecenderungan kurang dikenal lebih banyak
daripada kecenderungan menjadi budaya yang dikenal dan diminati;
52
a. Menurut pendapat responden, alasan pandangan anak muda terhadap
perkembangan Wushu di Jakarta yang masih “kurang dikenal”.
Tabel 3.14 Persentase Alasan Wushu Masih Kurang Dikenal
Jawaban Jumlah suara masuk Persentase
Kurangnya minat masyarakat tehadap seni
beladiri wushu
6 26%
Tersaingi oleh seni bela diri yang lain 3 13%
Kurangnya publikasi atas seni beladiri wushu 10 44%
Kurangnya prestasi yang dihasilkan oleh atlit-
atlit wushu di kancah nasional maupun
internasional
4 17%
Analisa jawaban:
Menurut hasil yang telah diperoleh dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
alasan responden yang memandang perkembangan Wushu di Jakarta dewasa ini
masih kurang dikenal adalah karena kurangnya publikasi atas seni beladiri
Wushu.
53
b. Menurut pendapat responden, alasan Pandangan anak muda terhadap
perkembangan wushu di Jakarta telah “dikenal dan diminati” dewasa ini.
Tabel 3.15 Persentase Alasan Wushu Dikenal Dan Diminati
Jawaban Jumlah suara masuk Persentase
Keunikan seni bela diri wushu yang menarik
minat masyarakat
5 56%
Seni beladiri wushu mampu bersaing dengan
seni beladiri lain yang hadir di masyarakat
4 44%
Publikasi wushu yang memadai 0 0%
Prestasi yang banyak diraih para atlit wushu
dalam kejuaraan nasional maupun
internasional
0 0%
Analisa jawaban:
Menurut hasil yang telah diperoleh dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
alasan responden yang memandang perkembangan Wushu di Jakarta dewasa ini
masih dikenal dan diminati adalah Wushu memiliki keunikannya tersendiri yang
mampu menarik minat masyarakat.
54
11. Perkiraan responden mengenai perkembangan wushu ke depannya.
Tabel 3.16 Persentase Perkiraan Perkembangan Wushu Ke Depan
Jawaban Jumlah suara masuk Persentase
Tidak berkembang 0 0%
Kurang berkembang 3 10%
Berkembang 27 90%
Sangat berkembang 0 0%
Analisa jawaban:
Menurut hasil yang telah diperoleh dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh
responden memperkirakan bahwa Wushu dapat lebih berkembang dari sekarang,
walaupun belum ada responden yang berani memperkirakan perkembangan
Wushu terbilang sangat pesat, akan tetapi kecenderungan untuk kurang
berkembang masih tetap ada walaupun terhitung sangat kecil;
a. Alasan perkiraan generasi muda akan perkembangan wushu ke depan “kurang
berkembang”.
Tabel 3.17 Persentase Alasan Perkiraan Wushu Kurang Berkembang
Jawaban Jumlah suara masuk Persentase
Banyak saingan yang lebih sesuai dengan budaya
Indonesia 1 33%
Kurangnya publikasi mengenai Wushu 2 67%
55
Analisa jawaban:
Hasil diatas menunjukkan bahwa sebagian besar alasan responden yang
memperkirakan Wushu ke depannya terhitung kurang berkembang adalah
kurangnya publikasi mengenai Wushu di tengah-tengah masyarakat.
b. Alasan perkiraan generasi muda akan perkembangan wushu ke depan
“berkembang”.
Tabel 3.18 Persentase Alasan Perkiraan Wushu Berkembang
Jawaban Jumlah suara masuk Persentase
Sudah banyak pertunjukkan di mall-mall 10 37%
Karena sudah mulai dikenal dan banyak generasi
muda yang minat 8 30%
Orangtua banyak yang mulai mendaftarkan anak-
anaknya mengikuti latihan Wushu 2 7%
Pertandingan Wushu mulai marak dimana-mana
dan pesertanya juga hampir keseluruhan adalah
anak2 muda
4 15%
Di beberapa sekolah atau universitas Wushu
mulai masuk sebagai kegiatan tambahan 3 11%
Analisa jawaban:
56
Hasil diatas menunjukkan bahwa alasan kebanyakan responden yang
memperkirakan seni beladiri Wushu dimasa mendatang dapat berkembang adalah
karena sudah banyak pertunjukkan di mall-mall.
12. Saran yang diberikan responden demi kemajuan wushu agar Wushu dapat lebih
dikenal dan diminati.
Tabel 3.19 Persentase Saran Agar Wushu Dapat Lebih Diminati Dan Mengalami Kemajuan
Jawaban Jumlah suara masuk Persentase
Memperbanyak Publikasi, Promosi dan
demonstrasi 13 43%
Meningkatkan prestasi dan latihan 5 17%
Sering ikut ambil bagian dalam acara dan
pertandingan 5 17%
Dirikan banyak tempat latihan di daerah yang
mudah dijangkau 3 10%
Memberikan Informasi atau pengenalan mengenai
Wushu baik dari segi paradigma masyarakat yang
salah mengenai Wushu maupun resikonya
4 13%
Analisa jawaban:
Berdasarkan hasil persentase diatas, Hampir setengah dari keseluruhan saran-
saran responden yang masuk menyatakan perlunya memperbanyak publikasi,
promosi dan demonstrasi untuk membuat Wushu lebih diminati dan mangalami
kemajuan di masa depan.