03 pedum konservasi air 2009

44
PT-PLA C 2.1-2009

Upload: sulamu

Post on 06-Aug-2015

74 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: 03 Pedum Konservasi Air 2009

PT-PLA C 2.1-2009

Page 2: 03 Pedum Konservasi Air 2009

Pedoman Umum Konservasi Air 2008 i

KATA PENGANTAR

Dampak kekeringan dan banjir kini dirasakan semakin besar dan

menyebabkan resiko pertanian semakin meningkat dan sulit diprediksi.

Sementara itu, tekanan kebutuhan penduduk yang luar biasa menyebabkan

kerusakan hutan dan daur hidrologi tidak terelakkan lagi. Indikatornya, debit

sungai merosot tajam di musim kemarau, sementara di musim penghujan

debit air meningkat tajam. Rendahnya daya serap dan kapasitas simpan air di

DAS ini menyebabkan pasokan air untuk pertanian semakin tidak menentu.

Kondisi ini diperburuk dengan terjadinya kekeringan agronomis akibat

pemilihan komoditas yang tidak sesuai dengan kemampuan pasokan airnya.

Untuk mengatasi kekeringan diperlukan teknologi konservasi air yang

sederhana, biayanya relatif murah dan dapat dijangkau kemampuan petani.

Teknologi tersebut diantaranya adalah Embung dan Dam Parit.

Embung merupakan salah satu teknik pemanenan air (water

harvesting) yang sangat sesuai di segala jenis agroekosistem. Sedangkan

Dam Parit prinsip kerjanya adalah memanfaatkan aliran permukaan (run off)

dan curah hujan yang masuk ke parit/sungai kecil dengan cara

membendung/meninggikan muka air untuk selanjutnya digunakan sebagai

sumber air/suplesi irigasi.

Page 3: 03 Pedum Konservasi Air 2009

Pedoman Umum Konservasi Air 2008 ii

Buku Pedoman Umum Konservasi Air ini merupakan penyempurnaan dari Pedoman Umum Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung/Dam Parit TA. 2008. Buku ini disusun untuk memberikan informasi praktis bagi para petugas terkait dalam melakukan pengembangan konservasi air. Dinas Pertanian harus memilih satu jenis bangunan konservasi air (embung/dam parit) disesuaikan dengan kondisi wilayah setempat. Pedoman ini supaya ditindaklanjuti dengan penyusunan juklak oleh propinsi dan juknis oleh kabupaten agar petugas dapat memahami dan melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan sebaik-baiknya sehingga tujuan dan sasaran kegiatan ini dapat terwujud sesuai harapan yang ingin dicapai.

Semoga buku ini dapat bermanfaat dan membuka wawasan lebih

luas bagi petugas dalam menerapkan kaidah-kaidah konservasi air.

Jakarta, Januari 2009

Direktur,

Dr. Ir. S. Gatot Irianto NIP. 080 085 357

Page 4: 03 Pedum Konservasi Air 2009

Pedoman Umum Konservasi Air 2008 iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI iii I. PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1 B. Tujuan 3 C. Sasaran 4 D. Istilah 4

II. PELAKSANAAN 6

A. Sosialisasi 6 B. Persyaratan Lokasi 6 C. Persyaratan Petani dan Kelompok Tani 8 D. Survey, Investigasi, Desain (SID) 9 E. Pencatatan Koordinat 11 F. Konstruksi 11

1. Embung 12 2. Dam Parit 15

G. Pengawasan 18 H. Pembiayaan 19

III. INDIKATOR KINERJA 20

A. Keluaran (Output) 20

Page 5: 03 Pedum Konservasi Air 2009

Pedoman Umum Konservasi Air 2008 iv

B. Hasil (Outcome) 20 C. Manfaat (Benefit) 20 D. Dampak (Impact) 20

IV. MONITORING DAN EVALUASI 21

A. Monitoring dan Evaluasi 21 B. Operasional dan Pemeliharaan 21 C. Pelaporan 23

1. Laporan Bulanan 23 2. Laporan Triwulan 25 3. Laporan Tahunan/Akhir 26

V. PENUTUP 27 DAFTAR PUSTAKA 28 LAMPIRAN 29

Page 6: 03 Pedum Konservasi Air 2009

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung/Dam Parit2009

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Salah satu permasalahan fundamental dalam pengembangan usaha tani adalah ketersediaan air menurut ruang dan waktu. Air bagi tanaman maupun ternak merupakan faktor utama yang menentukan tingkat keberhasilan usaha tani, terlebih pada kawasan pertanian lahan kering dimana air merupakan kendala utamanya. Oleh karena itu kemampuan pengelolaan air hujan dan aliran permukaan serta pemanfaatannya sepanjang tahun untuk pengembangan komoditas bernilai ekonomi tinggi merupakan kunci sukses keberhasilan pengembangan lahan kering dan lahan tadah hujan.

Peran air dalam usahatani sangat strategis. Namun pengelolaannya masih jauh dari yang diharapkan, sehingga air yang semestinya merupakan sahabat petani berubah menjadi penyebab bencana bagi petani. Indikatornya, di musim kemarau ladang dan sawah sering kali kekeringan dan sebaliknya, di musim penghujan ladang dan sawah banyak yang terendam air. Secara kuantitas, permasalahan air bagi pertanian terutama di lahan kering adalah persoalan ketidaksesuaian distribusi air antara kebutuhan dan pasokan menurut waktu (temporal) dan tempat (spatial). Persoalan menjadi semakin kompleks, rumit dan sulit diprediksi karena pasokan air tergantung dari sebaran curah hujan sepanjang tahun, yang pada kenyataannya sebaran curah hujan

Page 7: 03 Pedum Konservasi Air 2009

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung/Dam Parit2009

2

tidak merata walau di musim hujan sekalipun. Oleh karena itu, diperlukan teknologi konservasi air tepat guna, murah dan aplicable untuk mengatur ketersediaan air agar dapat memenuhi kebutuhan air (water demand) yang semakin sulit dilakukan dengan cara-cara alamiah (natural manner). Teknologi konservasi air yang sederhana, biayanya relatif murah dan dapat dijangkau kemampuan petani antara lain embung dan dam parit. Embung atau tandon air merupakan waduk berukuran mikro (small farm reservoir) yang dibangun untuk menampung kelebihan air hujan dan aliran permukaan di musim hujan. Air yang ditampung tersebut selanjutnya digunakan sebagai sumber irigasi suplementer untuk budidaya komoditas pertanian bernilai ekonomi tinggi (high

added value crops) di musim kemarau atau di saat curah hujan tidak memenuhi kebutuhan irigasi. Embung merupakan salah satu teknik pemanenan air (water

harvesting) yang sangat sesuai di segala jenis agroekosistem. Pada ekosistem tadah hujan atau lahan kering dengan intensitas dan distribusi hujan yang tidak merata, embung dapat digunakan untuk menahan kelebihan air dan menjadi sumber air irigasi pada musim kemarau. Secara operasional sebenarnya embung berfungsi untuk mendistribusikan dan menjamin kontinuitas ketersediaan pasokan air untuk keperluan tanaman ataupun ternak di musim kemarau dan penghujan. Sedangkan dam parit prinsip kerjanya adalah memanfaatkan aliran permukaan (run off) dan curah hujan yang masuk ke parit dengan cara membendung dan menaikkan tinggi muka air, untuk selanjutnya digunakan sebagai sumber

Page 8: 03 Pedum Konservasi Air 2009

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung/Dam Parit2009

3

air/suplesi irigasi. . Pembangunan dam parit secara bertingkat (case cade) juga ditujukan untuk dapat mengurangi banjir melalui penurunan debit puncak (peak

discharge) dan memperpanjang waktu menuju debit puncak (time to peak

discharge) DAS (Irianto., et al., 2000). B. Tujuan

Pembuatan bangunan konservasi air bertujuan antara lain untuk : 1. Menampung air hujan dan aliran permukaan (run off) pada wilayah

sekitarnya serta sumber air lainnya yang memungkinkan seperti mata air, parit, sungai - sungai kecil dan sebagainya.

2. Menyediakan sumber air sebagai suplesi irigasi untuk tanaman pangan, hortikultura semusim, tanaman perkebunan semusim dan peternakan.

C. Sasaran

Sasaran pembangunan bangunan konservasi air untuk pertanian antara lain : 1. Tertampungnya air hujan dan aliran permukaan (run off) pada wilayah

sekitarnya serta sumber air lainnya yang memungkinkan untuk irigasi. 2. Tersedianya air untuk suplesi irigasi bagi tanaman palawija, hortikultura

semusim, tanaman perkebunan semusim dan peternakan.

Page 9: 03 Pedum Konservasi Air 2009

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung/Dam Parit2009

4

D. Istilah

Dalam Pedoman Teknis ini dijumpai istilah-istilah yang memiliki pengertian sebagai berikut : 1. Embung

Embung adalah bangunan konservasi air berbentuk kolam untuk menampung air hujan dan air limpasan (run off) serta sumber air lainnya untuk mendukung usaha pertanian (pangan/hortikultura), perkebunan dan peternakan.

2. Dam Parit Dam parit adalah suatu bangunan konservasi air berupa bendung kecil pada parit-parit alamiah atau sungai-sungai kecil yang dapat menahan air dan meningkatkan tinggi muka air untuk disalurkan sebagai air irigasi.

4. Dinas Pertanian

Dinas Pertanian adalah dinas yang di dalam tugas pokok dan fungsinya mendapat mandat di bidang pertanian tanaman pangan dan hortikultura/perkebunan/peternakan.

Page 10: 03 Pedum Konservasi Air 2009

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung/Dam Parit2009

5

II. PELAKSANAAN

Pengembangan lokasi bangunan konservasi air harus memenuhi persyaratan lokasi dan persyaratan petani dan kelompok tani. A. Sosialisasi

Dinas Pertanian harus melakukan sosialisasi pembangunan embung/dam parit kepada masyarakat calon penerima manfaat. Petani sebagai penerima manfaat kegiatan ini harus diberikan pengertian bahwa mereka adalah subyek dari kegiatan ini. Diharapkan dengan adanya sosialisasi ini akan timbul semangat partisipasi dan output kegiatan semakin baik. B. Persyaratan Lokasi 1. Persyaratan Lokasi Pembuatan Embung adalah sebagai berikut :

a. Di daerah atau sekitar daerah pertanian/perkebunan/ peternakan yang memerlukan pasokan air dari embung sebagai suplesi air irigasi.

b. Terdapat sumber air yang dapat ditampung baik berupa aliran permukaan saat hujan, mata air, parit atau sungai kecil dengan volume air yang memadai.

c. Embung yang sumber airnya dari limpasan air hujan (run off) harus mempunyai daerah tangkapan air, agar volume air yang masuk ke embung mencukupi.

Page 11: 03 Pedum Konservasi Air 2009

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung/Dam Parit2009

6

d. Terdapat cekungan-cekungan tempat melintas/berkumpul air, sehingga lokasi tersebut secara alami sudah kedap air, memudahkan menampung air dan tidak banyak memerlukan galian.

Gambar 1. Contoh Lokasi Embung

2.. Persyaratan Lokasi Pembuatan Dam Parit adalah sebagai berikut :

a. Terdapat parit - parit alamiah atau sungai - sungai kecil dengan debit air yang memadai untuk keperluan irigasi.

b. Terdapat saluran air untuk menghubungkan dam parit ke lahan usahatani yang akan diairi.

c. Bila belum/tidak ada saluran, maka agar dibuat saluran air melalui partisipasi masyarakat.

d. Letak dam parit harus memperhatikan kemudahan dalam membendung air, konstruksi yang kuat dan kemudahan distribusi air irigasi.

Page 12: 03 Pedum Konservasi Air 2009

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung/Dam Parit2009

7

C. Persyaratan Petani/Kelompok Tani Persyaratan Petani/Kelompok Tani untuk dibantu Pembangunan Embung atau Dam Parit adalah : 1. Bersedia menyediakan lahan tanpa ganti rugi yang dinyatakan dalam

surat pernyataan bermeterai cukup. 2. Kelompok tani yang terpilih adalah kelompok tani yang telah ada

sebelumnya dan cukup aktif yang ditandai dengan banyaknya kegiatan kelompok, bukan kelompok tani yang baru dibentuk karena ada kegiatan ini.

3. Bersedia mengoperasikan dan memelihara bangunan secara berkelompok serta bersedia menanggung biaya operasional dan pemeliharaan yang dinyatakan dalam surat pernyataan.

D. Survey, Investigasi, Desain (SID) Penanggung jawab kegiatan (Dinas Pertanian Kabupaten/Kota) harus melakukan survey untuk menentukan Calon Petani dan Calon Lokasi (CPCL) sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan pada butir A dan B. Setelah menentukan CPCL, Dinas Pertanian Kabupaten/Kota bersama dengan petani/kelompok tani dan petugas penyuluh lapangan (PPL) membuat Desain.

Page 13: 03 Pedum Konservasi Air 2009

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung/Dam Parit2009

8

Desain diusahakan sesederhana mungkin agar dapat dibaca oleh pelaksana (petani/kelompok tani) di lapangan. Desain embung dapat disesuaikan dengan kondisi wilayah setempat, antara lain topografi lahan, sumber air yang digunakan, jenis tanah, jenis usahatani. Namun demikian secara umum penyusunan Desain Embung perlu memperhatikan hal-hal sbb: 1. Mudah dalam pengambilan sumber airnya, untuk itu embung sebaiknya

berada di bawah daerah tangkapan air atau di jalur lintasan aliran permukaan (mata air, parit, sungai kecil). Keberhasilan pembangunan embung sangat ditentukan oleh kemudahan dalam pengisian airnya.

2. Kapasitas tampung embung sebesar mungkin, untuk itu sedapat mungkin mencari lokasi cekungan dan tempat melintas/berkumpul air, kedap air, sehingga dapat menekan biaya galian dan penguatan dinding.

3. Mempunyai komponen bangunan dan konstruksi yang kuat sesuai kebutuhan (antara lain bisa terdiri dari saluran masuk, bak kontrol, embung, bendung, pelimpas, pintu penguras, pintu keluar). Desain embung sudah memperhitungkan adanya sedimentasi yang masuk dan kemudahan perawatan. Embung yang menggunakan bendung harus memperhitungkan adanya debit puncak. Komponen - komponen bangunan tersebut dapat disesuaikan dengan kondisi setempat.

Page 14: 03 Pedum Konservasi Air 2009

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung/Dam Parit2009

9

4. Mudah dan efisien dalam penyaluran airnya, untuk itu posisi embung sebaiknya dekat dan berada lebih tinggi dari pada lokasi lahan usaha tani dan air irigasi dapat diberikan secara gravitasi.

Dalam penyusunan Desain Dam Parit perlu diperhatian hal-hal sbb: 1. Penempatan bendung yang paling efisien dalam biaya dan penyaluran air. 2. Dekat dengan saluran air yang akan menghubungkan ke lahan usahatani. 3. Konstruksinya kuat dan hemat biaya. 4. Mudah dalam operasional dan pemeliharaan. Karena komponen biaya pembuatan dam parit tidak beserta saluran irigasinya, maka pembangunan ini dapat digunakan untuk membuat/merehab bendung - bendung pada irigasi desa yang menggunakan parit sebagai sumber airnya dan telah rusak. E. Pencatatan Koordinat Lokasi yang akan dibuat bangunan Embung atau Dam Parit supaya dicatat koordinat geografisnya yang meliputi : - Lintang dan bujur - Ketinggian lokasi (dpl) Dengan menggunakan Global Positioning System (GPS) atau dengan ekstrapolasi peta yang tersedia. Data koordinat ini selanjutnya diperlukan untuk menyusun sistem basis data pengelolaan lahan dan air sekaligus memantau kinerja pelaksanaan kegiatan yang telah berjalan.

Page 15: 03 Pedum Konservasi Air 2009

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung/Dam Parit2009

10

F. Konstruksi

Konstruksi pembangunan bangunan konservasi air (Embung/ Dam Parit) dilakukan oleh pelaksana yang telah ditunjuk (kelompok tani) dan dilaksanakan secara padat karya agar petani mampu mengembangkan bangunan konservasi air tersebut dan merasa ikut memiliki sejak dini. Di dalam pelaksanaan fisik bangunan perlu diawasi oleh ahli bangunan yang ditunjuk oleh Dinas Pertanian Kabupaten. 1. Embung Pelaksanaaan pembuatan embung dilakukan dalam beberapa tahap, antara lain: a. Persiapan

Kegiatan persiapan antara lain pembersihan lokasi dan pengukuran - pengukuran.

b. Menggali Tanah Penggalian tanah antara lain untuk pembuatan pondasi bendung, memperluas, memperdalam dan membersihkan embung.

c. Pembuatan Bendung/Tanggul dan Saluran Pelimpas Di bagian hilir perlu dibangun bendung untuk menahan dan menaikkan tinggi air. Tinggi bendung tersebut menentukan sekali volume air yang akan ditampung. Ketinggian bendung harus memperhitungkan kekuatan bendung dalam menahan air (umumnya sekitar 1,5 - 2 meter). Konstruksi bendung/tanggul bisa terbuat dari urugan tanah atau pasangan batu.

Page 16: 03 Pedum Konservasi Air 2009

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung/Dam Parit2009

11

Bendung tersebut dilengkapi dengan bangunan pelimpas untuk pembuangan saat air berlebih.

d. Memperkokoh dinding embung. Prinsip tahapan ini adalah agar dinding embung tidak longsor dan air yang telah berada embung tidak bocor. Jika struktur tanah yang ada kuat dan memungkinkan air di embung tidak bocor, maka kegiatan ini tidak diperlukan.

Gambar 2. Dinding Embung Yang Tidak Diperkokoh (Tanah Asli)

Penguatan dinding embung ini juga dapat dilakukan pada bagian-bagian tertentu yang rawan bocor dengan menggunakan pasangan batu bata/batu kali, seperti terlihat pada Gambar 3.

e. Pembuatan saluran pemasukan (inlet) Pembuatan saluran dari sumber air menuju embung sangatlah penting.

Page 17: 03 Pedum Konservasi Air 2009

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung/Dam Parit2009

12

Saluran pemasukan dibuat untuk memudahkan mengarahkan aliran air yang masuk ke dalam embung. Saluran pemasukan ini dapat dilengkapi dengan bak kontrol untuk menjaga kebersihan air yang masuk ke embung. Bila sumber air berasal dari parit/mata air maka dapat dibangun pintu pembuka/penutup berupa sekat balok yang mudah dibuka dan ditutup.

f. Membuat saluran keluar (outlet). Saluran keluar dibuat untuk memudahkan pemanfaatan air embung untuk irigasi, misalnya untuk tanaman dan keperluan ternak.

Gambar 3. Bangunan Embung Yang Telah Dimanfaatkan

Page 18: 03 Pedum Konservasi Air 2009

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung/Dam Parit2009

13

2. Dam Parit

Komponen Bangunan Dam Parit Bangunan dam parit terdiri dari : a. Talud/Jagaan (free board), berfungsi untuk menjaga pinggir parit tidak

tergerus oleh air dan akan menjadi pegangan bendung.

Gambar 4. Talud/Jagaan

b. Bangunan bendung/pelimpas, berfungsi untuk membendung

aliran/meninggikan muka air di parit dan sekaligus melimpaskan air saat volume air melebihi kapasitas tampung.

Gambar 5. Bendung/Pelimpas

Page 19: 03 Pedum Konservasi Air 2009

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung/Dam Parit2009

14

c. Pengendali/Pintu Air, berfungsi untuk mengatur volume air yang akan dialirkan ke lahan usaha tani melalui saluran irigasi. Pengendali/pintu air ini dapat dibangun di samping atau di pinggir bendung.

Gambar 6. Pintu Air Untuk Mengatur Volume Air Yang Masuk Ke Saluran

Irigasi

d. Pintu penguras, berfungsi untuk menguras dan membersihkan bendung dari kotoran dan sedimentasi.

Gambar 7. Pintu Penguras

e. Saluran irigasi, berfungsi menyalurkan air dari bendung ke lahan usaha

tani.

Page 20: 03 Pedum Konservasi Air 2009

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung/Dam Parit2009

15

Gambar 8. Saluran Irigasi dan Pintu Air

f. Kolam olak, berfungsi agar air yang terjun melalui pelimpas tidak merusak

bendung.

Gambar 9. Kolam Olak

Komponen bangunan Dam Parit tersebut juga dapat disederhanakan untuk menekan biaya konstruksi, misalnya pada gambar 10, pintu penguras hanya terbuat dari paralon. Saat hujan deras biasanya air banyak membawa sedimen. Saat itulan saluran penguras ini di buka.

Page 21: 03 Pedum Konservasi Air 2009

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung/Dam Parit2009

16

Gambar 10. Dam Parit Dengan Saluran Penguras Sederhana

G. Pengawasan Aparat Dinas Pertanian sebagai penanggung jawab kegiatan harus melakukan pengawasan selama proses pembangunan sejak perencanaan hingga konstruksi selesai. H. Pembiayaan Biaya Pembangunan Embung atau Dam Parit disediakan melalui dana Tugas Pembantuan Mak Belanja Lembaga Sosial Lainnya. Dana tersebut bisa digunakan untuk insentif tenaga kerja (Padat Karya) dan pembelian bahan bangunan, bahkan bisa untuk kebutuhan lain yang berkaitan dengan konstruksi fisik. Proporsi pembagian dananya disesuaikan dengan kebutuhan lapangan. Prosedur pengelolaan dana tersebut mengacu kepada Pedoman Pengelolaan Bantuan Sosial Tahun 2009 dari Ditjen Pengelolaan Lahan dan Air.

Page 22: 03 Pedum Konservasi Air 2009

Pedoman Umum Konservasi Air 2009

III. INDIKATOR KINERJA

A. Keluaran (Output) Terbangun, berfungsi dan termanfaatkannya bangunan embung atau dam parit di kawasan pertanian untuk tanaman palawija, hortikultura, tanaman perkebunan semusim dan usaha peternakan.

B. Hasil (Outcome) Tersedianya air untuk usaha pertanian pada saat diperlukan (sebagai suplesi irigasi).

C. Manfaat (Benefit) - Mengurangi resiko kegagalan usaha pertanian akibat kekeringan. - Meningkatnya kesempatan berusaha tani terutama pada musim kemarau. D. Dampak (Impact) Meningkatnya produktifitas usaha pertanian dan atau indeks pertanaman bagi usahatani.

Page 23: 03 Pedum Konservasi Air 2009

Pedoman Umum Konservasi Air 2009

IV. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

A. Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dan Evaluasi dilakukan terhadap keseluruhan kegiatan pembangunan yang meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian, yaitu : 1. Terhadap kegiatan perencanaan meliputi antara lain pemilihan lokasi,

sosialisasi, rencana pembiayaan, dukungan dari pemerintah daerah setempat dan lain-lain.

2. Terhadap pelaksanaan meliputi kegiatan persiapan, penyusunan rencana kegiatan, organisasi, tugas dan fungsi pelaksana, pengadaan dan penggunaan bahan/alat, pelaksanaan kegiatan fisik, produktivitas pekerjaan dan lain-lain.

3. Terhadap pengendalian dan pengawasan meliputi peranan pengawasan, teknis pelaksanaan pekerjaan fisik dan lain-lain.

B. Operasional dan Pemeliharaan Operasional dan pemeliharaan bangunan yang telah selesai dilakukan oleh petani/kelompok tani. Pemanfaatan air dilakukan dengan membuat Jaringan/ Saluran Air ke lahan usahatani. Ada beberapa cara untuk mengairi lahan usahatani, antara lain : 1. Apabila lahan bertopografi miring (lereng), maka air dapat dialirkan dari

petak ke petak lahan usahatani secara gravitasi.

Page 24: 03 Pedum Konservasi Air 2009

Pedoman Umum Konservasi Air 2009

2. Apabila lahan agak datar, maka dapat digunakan teknik irigasi pompa (bertekanan seperti tetes, sprinkler, atau disalurkan langsung ke lahan), atau dengan alat manual lainnya.

Kebutuhan air tanaman harus menjadi acuan utama dalam pemberian air irigasi suplementer. Untuk menjaga keberlanjutan bangunan, maka beberapa komponen pemeliharaan yang perlu mendapatkan perhatian antara lain : 1. Mengurangi kehilangan air karena penguapan. 2. Memelihara/melindungi bangunan.

a. Pemagaran sementara untuk mencegah gangguan ternak terhadap tanggul embung.

b. Pengangkatan endapan lumpur. c. Sesegera mungkin melakukan perbaikan tanggul/talud jika ada yang

bocor/rusak. d. Tidak membuang sampah padat/cair ke dalam embung.

C. Pelaporan

Laporan diperlukan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan kegiatan dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Didalam laporan sudah jelas menyebutkan salah satu bangunan yang dipilih (Embung atau Dam Parit). Adapun macam laporan adalah :

Page 25: 03 Pedum Konservasi Air 2009

Pedoman Umum Konservasi Air 2009

1. Laporan Bulanan

Laporan bulanan merupakan laporan perkembangan pelaksanaan kegiatan. Laporan ini dilaporkan dari Kabupaten ke Propinsi, dengan tembusan ke Pusat (DitjenPLA). Untuk mengetahui perkembangan fisik dan keuangan menggunakan persentase pembobotan seperti tabel 1. Laporan Bulanan menggunakan form PLA 01.

Page 26: 03 Pedum Konservasi Air 2009

Pedoman Umum Konservasi Air 2009

Tabel 1. Perkembangan Pelaksanaan Kegiatan

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV ( % )

I KEGIATAN BANSOS PLA

A PERSIAPAN 20

1 JUKLAK DITERIMA OLEH KAB

2 PEMBUATAN JUKNIS OLEH KAB.

3 SK-SK TIM 2

4 PENETAPAN CPCL 3

5 DESAIN SEDERHANA 4

6 RUKK 4

7 PERJANJIAN KERJASAMA DAN

PEMBUKAAN REKENING 4

8 TRANSFER DANA 3

KE REKENING KELOMPOK

B PELAKSANAAN 80

1 KONSTRUKSI *) 80

2 MONITORING : OLEH KABUPATEN

OLEH PROPINSI

EVALUASI : OLEH KABUPATEN

OLEH PROPINSI

OLEH PUSAT

3 PELAPORAN

- BULANAN

- TRIWULAN

- TAHUNAN/AKHIR

*)

Mei Agustus

JADWAL PALANG PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBANGUNAN KONSERVASI AIR TA. 2009

JENIS DAN TAHAPAN KEGIATAN

BULAN KE :

Januari FebruariBobot

ProgresMaret April

Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu

Juni

Realisasi fisik dihitung berdasarkan kemajuan fisik yang telah dilaksanakan dengan mengacu pada jumlah dana yang telah terpakai untuk melaksanakan kegiatan dimaksud

Sept OktJuli Nop Des

Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu

Page 27: 03 Pedum Konservasi Air 2009

Pedoman Umum Konservasi Air 2009

2. Laporan Triwulan Laporan triwulan dibuat oleh Propinsi disampaikan ke Pusat. Isi laporan triwulan merupakan rekapitulasi dari laporan bulanan Kabupaten. Laporan triwulan menggunakan form PLA 02.

2. Laporan Tahunan/Akhir 3.1. Laporan Tahunan/Akhir Oleh Kabupaten

Laporan ini dibuat oleh Kabupaten disampaikan ke Propinsi, tembusan ke Pusat. Laporan tahunan ini menggunakan FORM PLA 03. Selain mengisi FORM PLA 03, penanggung jawab kegiatan di tingkat Kabupaten wajib menyiapkan dan menyampaikan laporan akhir pelaksanaan program pengembangan embung atau dam parit baik dari segi fisik maupun keuangan. Laporan akan lebih informatif dan komunikatif bila dilengkapi dengan foto - foto dokumentasi minimal kondisi sebelum dan setelah kegiatan. Outline laporan akhir adalah seperti Lampiran 2

3.2. Laporan Tahunan/Akhir Oleh Propinsi Laporan ini dibuat oleh Propinsi disampaikan ke Pusat. Isi laporan ini merupakan rekap Kabupaten. Laporan ini menggunakan FORM PLA 04. Perkembangan realisasi pelaksanaan fisik kegiatan agar dilakukan pembobotan. Penilaian pembobotan pekerjaan seperti pada tabel 1. Sedangkan FORM PLA 01 sampai

Page 28: 03 Pedum Konservasi Air 2009

Pedoman Umum Konservasi Air 2009

dengan 04 terlampir. Laporan ke Pusat disampaikan ke Ditjen Pengelolaan Lahan dan Air cq. Direktorat Pengelolaan Air dengan alamat Jl. Taman Margasatwa No. 3 Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

Page 29: 03 Pedum Konservasi Air 2009

Pedoman Umum Konservasi Air 2009

V. PENUTUP

1. Mengingat pembangunan Embung atau Dam Parit ini merupakan kegiatan

pendukung usaha pertanian, khususnya dalam antisipasi penyediaan air untuk pertanian pada saat musim kemarau maka seluruh jajaran yang terkait baik secara langsung maupun tidak langsung diharapkan dapat bekerja dengan penuh tanggungjawab yang berorientasi kepada kepentingan masyarakat pertanian. Partisipasi masyarakat sangat diperlukan untuk tercapainya pembangunan yang lebih baik.

2. Untuk terwujudnya pelaksanaan yang efisien dan efektif, setiap penanggungjawab kegiatan diharapkan menyusun rencana pelaksanaan kegiatan secara terinci.

3. Apabila terjadi perubahan-perubahan rencana fisik dan hal-hal yang belum jelas, dan belum tertuang dalam Pedoman Umum ini agar segera berkonsultasi kepada koordinator tingkat Propinsi (Dinas Pertanian Tanaman Pangan/Perkebunan/Peternakan Propinsi) atau Penanggungjawab Program/Teknis di tingkat Pusat

Page 30: 03 Pedum Konservasi Air 2009

Pedoman Umum Konservasi Air 2009

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1998. Petunjuk Teknis Pembuatan Embung Pertanian

Direktorat Bina Rehabilitasi dan Pengembangan Lahan, Jakarta.

Anonim, 2003. Pengembangan Sarana Konservasi Air Penunjang Pertanian Direktorat Pemanfaatan Air Irigasi, Jakarta.

Syafruddin Karama, Kekeringan dan Banjir, Bom Besar Bagi Pertanian

Indonesia, Harian Suara Pembaharuan, 16 September 2004, Jakarta

Page 31: 03 Pedum Konservasi Air 2009

Pedoman Umum Konservasi Air 2009

Lampiran 1 Kelompok : ............................. Desa/Kelurahan : ............................. Kecamatan : ............................. Kab./Kota : ............................. Provinsi : .............................

RENCANA USULAN KERJA KELOMPOK

......................,..................................... Kepada Yth : Kuasa Pengguna Anggaran ........................ Kab/Kota .....................................................

Sesuai dengan Surat Keputusan *)......No......tanggal...........tentang penetapan kelompok sasaran kegiatan....................dengan ini kami mengajukan permohonan Dana Bantuan Sosial kepada petani sebesar Rp................(terbilang................) sesuai Rencana Usulan Kerja Kelompok (RUKK) dengan rekapitulasi kegiatan sebaga berikut :

Biaya (rupiah) No. Kegiatan

Pemerintah Partisipasi Masyarakat Jumlah

1 2 3 4 5 A. Upah Tenaga Kerja

1................................ 2.................................. 3.................................. B. Bahan/Material 1................................ 2.................................. 3.................................. C. Lainnya.....................

Jumlah Selanjutnya kegiatan tersebut akan dilaksanakan sesuai dengan Surat Perjanjian Kerjasama Nomor..................tanggal................., Dana Bantuan Sosial kelompok tersebut agar dipindahbukukan ke rekening petani/kelompok......................No. Rekening...........pada cabang/unit Bank...................di..................... MENYETUJUI Ketua Tim Teknis, Ketua Kelompok, .................................. ............................. NIP

MENGETAHUI/MENYETUJUI Pejabat Pembuat Komitmen

Kabupaten/Kota..............

.................................... NIP *) Bupati/Walikota atau Kepala Dinas lingkup Pertanian atau pejabat yang ditunjuk **) Format ini dapat disesuaikan untuk kegiatan pada DIPA Pusat dan DIPA Propinsi

Page 32: 03 Pedum Konservasi Air 2009

Pedoman Umum Konservasi Air 2009

Lampiran 2

Form PLA.01

Dinas : ……………………………..Kabupaten : ……………………………..Provinsi : ……………………………..Subsektor : ……………………………..Program : ……………………………..Bulan : ……………………………..

Keuangan Fisik Nama Desa/ Koordinat(Rp) (Ha) (Rp) (%) Konstruksi (Ha) Tanam (Ha) Kelompok Kecamatan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13A. Pengelolaan Air 1. JITUT

2. JIDES3. TAM4. dst ……

B. Pengelolaan Lahan 1. JUT2. Optimasi Lahan3. Reklamasi Lahan4. dst ……..

C. Perluasan Areal*) 1. SID(TP/Horti/Bun/Nak) 2.Konstruksi

3. Pengadaan Saprodi4. dst ……..

Catatan :1. Laporan dikirim ke Dinas Propinsi terkait tembusan ke Ditjen PLA Pusat, paling lambat tanggal 5 setiap bulan2. Laporan ke Pusat ke Bagian Evaluasi dan Pelaporan d/a. Kanpus Deptan Gedung D Lantai 8 Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan Jakarta Selatan via Fax : 021-7816086 atau E-mail : [email protected]

3. Realisasi adalah realisasi kumulatif s/d bulan ini (bulan laporan)4. Kolom (13) dapat diisi serapan tenaga kerja, dll*) Coret yang tidak perlu

………………………., ……………………. 2009

KeuanganNo. Aspek KegiatanLokasi Kegiatan

Fisik

Penanggung jawab kegiatan Propinsi

LAPORAN REALISASI FISIK DAN KEUANGANKEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN LAHAN DAN AIR

T.A. 2009

Pagu DIPA KeteranganRealisasi

Page 33: 03 Pedum Konservasi Air 2009

Pedoman Umum Konservasi Air 2009

Lampiran 3

Form PLA.02

Dinas : ……………………………..Propinsi : ……………………………..Subsektor : ……………………………..Program : ……………………………..Bulan : ……………………………..

Keuangan Fisik(Rp) (Ha) (Rp) (%) Konstruksi (Ha) Tanam (Ha)

1 2 3 4 5 9 10 11 12 131 Dinas…………………… Pengelolaan Air 1. JITUT

Kab/Kota ………………… 2. JIDES3. TAM4. dst ……

Pengelolaan Lahan 1. JUT2. Optimasi Lahan3. Reklamasi Lahan4. dst ……..

Perluasan Areal**) 1. SID(TP/Horti/Bun/Nak) 2.Konstruksi

3. Pengadaan Saprodi4. dst ……..

2 …………………………

3 …………………………..

Catatan :1. Laporan dikirim ke Ditjen PLA Pusat, paling lambat tanggal 10 setiap bulan2. Laporan ke Pusat ke Bagian Evaluasi dan Pelaporan d/a. Kanpus Deptan Gedung D Lantai 8 Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan Jakarta Selatan via Fax : 021-7816086 atau E-mail : [email protected]

3. Realisasi adalah realisasi kumulatif s/d bulan ini (bulan laporan)4. Kolom (13) dapat diisi serapan tenaga kerja, dll*) Diisi nama Dinas Kabupaten/Kota yang melaksanakan kegiatan PLA**) Coret yang tidak perlu ………………………., ……………………. 2009

KeteranganKeuangan Fisik

Penanggung jawab kegiatan Propinsi

Aspek

LAPORAN REALISASI FISIK DAN KEUANGANKEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN LAHAN DAN AIR

T.A. 2009

No. Dinas Kabupaten/Kota*) KegiatanPagu DIPA Realisasi

Page 34: 03 Pedum Konservasi Air 2009

Pedoman Umum Konservasi Air 2009

Lampiran 4 Form PLA.03

Dinas : ………………………………..Kabupaten : ………………………………..Provinsi : ………………………………..Subsektor : ………………………………..

1 3 7

A. Aspek Pengelolaan Air1 Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tingkat Usaha Tani (JITUT)2 Rehabilitasi Jaringan Irigasi Pedesaan (JIDES)3 Pengembangan Tata Air Mikro (TAM)4 Dll….

B. Aspek Pengelolaan Lahan1 Pengembangan Jalan Usaha Tani (JUT)2 Pengembangan Jalan Produksi3 Optimasi Lahan4 Dll….

C. Aspek Perluasan Areal1 Cetak Sawah2 Perluasan Areal Hortikultura3 Perluasan Areal Perkebunan4 Dll….

Catatan :1. Laporan dikirim ke Dinas Propinsi terkait tembusan ke Ditjen PLA Pusat, paling lambat tanggal 5 setiap bulan2. Laporan ke Pusat ke Bagian Evaluasi dan Pelaporan d/a. Kanpus Deptan Gedung D Lantai 8 Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan Jakarta S via Fax : 021-7816086 atau E-mail : [email protected]

3. Manfaat harus terukur, contoh :a. Kegiatan JITUT/JIDES seluas 500 Ha, menaikan IP 50 % dengan produktivitas 5 ton/Ha, sehingga manfaat kegiatan berupa peningkatan produksi sebanyak 500 X 0,5 X 5 Ton = 1.250 ton b. Rehab JUT/JAPROD Manfaat mengurangi ongkos angkut Rp. 25; / Kg atau Rp. 25.000; / Ton pada areal dengan tingkat produksi 1.000 ton sehingga manfaat kegiatan dapat mengurangi ongkos angkut Rp. 25.000 X 1.000 = Rp. 25.000.000;c. Cetak Sawah Seluas 200 Ha Menyebabkan perluasan areal tanam seluas 200 Ha dengan produktivitas 2,5 ton/Ha dan IP 150 %, sehingga manfaat kegiatan cetak sawah berupa peningkatan produksi sebesar 200 X 2,5 ton X 1,5 = 750 ton

………………. ……………. 2009

2 4

LAPORAN MANFAAT KEGIATAN PENGELOLAAN LAHAN DAN AIR TA. 2006, TA. 2007 DAN TA. 2008

No. Kegiatan Target Fisik Realisasi Fisik Manfaat

Page 35: 03 Pedum Konservasi Air 2009

Pedoman Umum Konservasi Air 2009

Lampiran 5 Form PLA.04

Dinas : ………………………………..Provinsi : ………………………………..Subsektor : ………………………………..

1 3 7

A. Aspek Pengelolaan Air1 Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tingkat Usaha Tani (JITUT)2 Rehabilitasi Jaringan Irigasi Pedesaan (JIDES)3 Pengembangan Tata Air Mikro (TAM)4 Dll…

B. Aspek Pengelolaan Lahan1 Pengembangan Jalan Usaha Tani (JUT)2 Pengembangan Jalan Produksi3 Optimasi Lahan4 Dll…

C. Aspek Perluasan Areal1 Cetak Sawah2 Perluasan Areal Hortikultura3 Perluasan Areal Perkebunan4 Dll…

Catatan :1. Laporan dikirim ke Ditjen PLA Pusat, paling lambat tanggal 10 setiap bulan2. Laporan ke Pusat ke Bagian Evaluasi dan Pelaporan d/a. Kanpus Deptan Gedung D Lantai 8 Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan Jakarta via Fax : 021-7816086 atau E-mail : [email protected]

3 Manfaat harus terukur, contoh :a. Kegiatan JITUT/JIDES seluas 500 Ha, menaikan IP 50 % dengan produktivitas 5 ton/Ha, sehingga manfaat kegiatan berupa peningkatan produksi sebanyak 500 X 0,5 X 5 Ton = 1.250 ton b. Rehab JUT/JAPROD Manfaat mengurangi ongkos angkut Rp. 25; / Kg atau Rp. 25.000; / Ton pada areal dengan tingkat produksi 1.000 ton sehingga manfaat kegiatan dapat mengurangi ongkos angkut Rp. 25.000 X 1.000 = Rp. 25.000.000;c. Cetak Sawah Seluas 200 Ha Menyebabkan perluasan areal tanam seluas 200 Ha dengan produktivitas 2,5 ton/Ha dan IP 150 %, sehingga manfaat kegiatan cetak sawah berupa peningkatan produksi sebesar 200 X 2,5 ton X 1,5 = 750 ton

………………. ……………. 2009

Penanggungjawab Kegiatan Propinsi

4

REKAPITULASI LAPORAN MANFAAT

No. Target Fisik Realisasi Fisik ManfaatKegiatan

2

KEGIATAN PENGELOLAAN LAHAN DAN AIR TA. 2006, TA. 2007 DAN TA. 2008

Page 36: 03 Pedum Konservasi Air 2009

Pedoman Umum Konservasi Air 2009

Lampiran 6

Out Line dari Laporan Akhir ini adalah : Kata Pengantar Daftar Isi I. Pendahuluan

Latar belakang Tujuan dan Sasaran

II. Pelaksanaan A. Lokasi B. Tahap Pelaksanaan C. Permasalahan D. Pemecahan Masalah

III. Permasalahan dan Upaya Pemecahan IV. Kesimpulan dan Saran Lampiran

Dokumentasi setiap tahapan kegiatan Tabel perkembangan kegiatan Tabel daftar bangunan sejenis yang pernah

dibangun/dilaksanakan Dinas Pertanian Kabupaten/Kota

Page 37: 03 Pedum Konservasi Air 2009

Pedoman Umum Konservasi Air 2009

Lampiran 7

DAFTAR LOKASI EMBUNG TA. 2009

MENDUKUNG NO. PROP/KABUPATEN TP H BUN NAK JUMLAH

1 Prop. Jawa Barat Kab. Tasikmalaya 1 1 1 1 2 Prop. Jawa Tengah Kab. Semarang 1 2 3 Kab. Kendal 1 2 3 Kab. Grobogan 10 10 Kab. Batang 1 1 Kab. Pemalang 1 1 Kab. Jepara 3 3 Kab. Rembang 1 4 5 Kab. Blora 5 2 7 Kab. Purbalingga 2 2 4 Kab. Magelang 3 3 Kab. Kebumen 3 3 Kab. Klaten 2 2 Kab. Boyolali 1 1 Kab. Sragen 1 2 3 Kab. Wonogiri 7 7 24 4 6 22 56 3 Prop. DI Yogyakarta Kab. Bantul 1 1 Kab. Gunung Kidul 1 1 2 2

Page 38: 03 Pedum Konservasi Air 2009

Pedoman Umum Konservasi Air 2009

MENDUKUNG NO. PROP/KABUPATEN TP H BUN NAK JUMLAH

4 Prop. Jawa Timur Kab. Sampang 2 2 Kab. Sumenep 2 2 Kab. Bondowoso 2 2 Kab. Malang 2 2 Kab. Lumajang 1 1 Kab. Kediri 1 1 Kab. Blitar 1 1 2 Kab. Madiun 2 2 Kab. Lamongan 1 1 1 3 5 6 15 5 Prop. NAD Kab. Bireun 6 6 Kab. Aceh Tengah 6 6 Kab. Aceh Besar 4 4 Kab. Aceh Utara 3 3 Kab. Aceh Singkil 2 2 Kab. Aceh Tamiang 1 1 Kab. Aceh Tenggara 1 1 1 1 21 21 6 Prop. Sumatera Utara Kab. Tapanuli Selatan 2 2 Kab. Toba Samosir 1 1 Kab. H. Hasundutan 3 3 Kab. Samosir 2 2 5 1 8

Page 39: 03 Pedum Konservasi Air 2009

Pedoman Umum Konservasi Air 2009

MENDUKUNG NO. PROP/KABUPATEN TP H BUN NAK JUMLAH

7 Prop. Sumatera Barat Kab. Agam 1 1 2 Kab. Limapuluh Kota 1 1 2 Kab. Padang Pariaman 1 1 Kab. Tanah Datar 1 1 Kab. Pasaman Barat 1 1 2 Kab. Pesisir Selatan 1 1 5 1 7 8 Prop. Sumatera Selatan Kab. OKU 2 2 Kab. OKUT 1 1 2 Kab. Ogan Ilir 1 1 Kota Lubuk Linggau 1 1 1 5 2 9 Prop. Lampung Kab. Way Kanan 1 1 Kab. Lampung Timur 1 1 Kab. Tanggamus 1 1 Kab. Lampung Barat 1 1 Kab. Lampung Tengah 1 1 Kab. Pesawaran 1 1 2 1 2 1 6

Page 40: 03 Pedum Konservasi Air 2009

Pedoman Umum Konservasi Air 2009

MENDUKUNG NO. PROP/KABUPATEN TP H BUN NAK JUMLAH

10 Prop. Kalimantan Barat Kab. Bengkayang 1 1 Kab. Ketapang 20 20 Kab. Kubu Raya 20 20 40 1 41

11 Prop. Kalimantan Tengah Kab. Barito Utara 1 1 2 Kab. Lamandau 1 1 Kab. Murung Raya 1 1 3 3

12 Prop. Kalimantan Selatan Kab. Hulu Sungai Selatan 1 1 Kab. Kotabaru 1 5 6 1 5 7

13 Prop. Kalimantan Timur Kab. Pasir 1 1 Kab. Bulungan 20 1 21 Kab. Berau 1 1 Kab. Nunukan 2 2 4 8 Kab. Malinau 2 2 Kab. Kutai Timur 3 1 4 Kab. PPU 1 1 Kab. Kutai Kertanegara 1 1 Kota Samarinda 1 1 28 1 2 9 40

Page 41: 03 Pedum Konservasi Air 2009

Pedoman Umum Konservasi Air 2009

MENDUKUNG NO. PROP/KABUPATEN TP H BUN NAK JUMLAH

14 Prop. Sulawesi Tengah Kab. Banggai 20 20 Kota Palu 1 1 20 1 25

15 Prop. Sulawesi Selatan Kab. Bantaeng 5 5 Kab. Bone 2 2 Kab. Enrekang 4 4 Kab. Wajo 2 2 Kota Palopo 3 3 Kab. Luwu Timur 2 2 7 11 9

16 Prop. Sulawesi Tenggara

Kab. Buton 2 2 Kab. Kolaka 1 1 2 Kab. Muna 1 1 Kab. Konawe Selatan 1 1 Kota Kendari 2 2 2 1 1 4 8

17 Prop. Maluku Kab. Maluku Tenggara 2 2 Kab. Seram Bagian Timur 1 1 1 1

Page 42: 03 Pedum Konservasi Air 2009

Pedoman Umum Konservasi Air 2009

MENDUKUNG NO. PROP/KABUPATEN TP H BUN NAK JUMLAH

18 Prop. Bali Kab. Bangli 1 1 Kab. Buleleng 1 Kab. Gianyar 1 1 Kab. Jembrana 1 Kab. Karangasem 3 1 3 7 Kab. Klungkung 3 3 Kab. Tabanan 1 1 5 1 1 13

19 Prop. NTB 1 Kab. Lombok Barat 2 2 Kab. Lombok Tengah 1 2 3 Kab. Lombok Timur 1 1 2 Kab. Bima 1 1 2 Kab. Sumbawa 1 1 2 Kab. Dompu 1 2 3 Kab. Sumbawa Barat 1 3 4 1 2 4 11 18

20 Prop. Papua Kab. Jayapura 2 2 Kab. Biak Numfor 5 5 Kab. Yapen Waropen 3 3 Kab. Mimika 3 3 Kab. Keerom 1 1 Kab. Nabire 4 4 1 2 15 18

Page 43: 03 Pedum Konservasi Air 2009

Pedoman Umum Konservasi Air 2009

MENDUKUNG NO. PROP/KABUPATEN TP H BUN NAK JUMLAH

21 Prop. NTT Kab. Kupang 2 2 Kab. Belu 1 2 3 Kab. TTU 2 8 10 Kab. TTS 1 1 3 5 Kab. Alor 1 5 6 Kab. Flores Timur 1 5 6 Kab. Ende 3 3 Kab. Ngada 1 1 Kab. Manggarai 3 3 6 Kab. Sumba Timur 1 1 Kab. Sumba Barat 1 1 Kab. Lembata 4 5 9 Kab. Rote Ndao 2 5 1 8 Kab. Manggarai Barat 4 4 Kab. Nagekeo 1 1 2 Kab. Sumba Tengah 1 Kab. Manggarai Timur 4 7 11 30 24 67

22 Prop. Bengkulu Kab. Bengkulu Utara 2 2 2 2

23 Prop. Maluku Utara Kab. Halmahera Tengah 2 2 Kab. Halmahera Utara 1 1 3 3

Page 44: 03 Pedum Konservasi Air 2009

Pedoman Umum Konservasi Air 2009

MENDUKUNG NO. PROP/KABUPATEN TP H BUN NAK JUMLAH

24 Prop. Banten Kab. Serang 2 2 Kab. Pandeglang 1 1 2 Kab. Lebak 1 1 2 2 4 6

25 Prop. Bangka Belitung Kab. Belitung 1 1 Kab. Bangka 1 1 2 2

26 Prop. Gorontalo Kab. Boalemo 1 1 2 Kab. Gorontalo 1 1 Kab. Pohuwato 2 2 Kab. Gorontalo Utara 2 2 1 6 7

27 Prop. Papua Barat Kab. Manokwari 4 2 6 Kab. Sorong 2 2 Kab. Fak-Fak 3 2 5 Kota Sorong 1 1 7 7 14

28 Prop. Sulawesi Barat Kab. Mamuju 5 5 Kab. Majene 1 1 6 6 Jumlah Total 165 27 73 149 408