(0111-h-2009)

Upload: indirasthi-dwi-astari

Post on 02-Mar-2016

40 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

(0111-H-2009)

TRANSCRIPT

  • EVALUASI HASIL GUNA KOMBINASI ARTESUNAT AMODIAKUIN DAN PRIMAKUIN PADA PENGOBATAN

    MALARIA FALCIPARUM TANPA KOMPLIKASI DI KABUPATEN ALOR PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR

    TESIS untuk memenuhi sebagian persyaratan

    mencapai derajat Sarjana S-2

    PROGRAM STUDI ILMU KEDOKTERAN TROPIS MINAT UTAMA PENYAKIT TROPIS KLINIS

    diajukan oleh Muhidin Arubusman 07/262395/PKU/9633

    kepada PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA

    2009

  • iv

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

    Tuhan yang mahaesa atas rahmat, karunia serta hidayahNya sehingga penulis dapat

    menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis dengan judul Evaluasi Hasil Guna

    Kombinasi artesunatamodiakuin dan primakuin pada Pengobatan malaria falciparum

    tanpa komplikasi di Kabupaten Alor Propinsi Nusa Tenggara Timur.

    Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan derajat kesarjanaan

    S2 pada Program Studi Ilmu Kedokteran Tropis Minat Utama Penyakit Tropis Klinis

    Banyak kendala dan masalah yang penulis jumpai dalam proses penyelesaian

    tesis ini, tetapi berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak semuanya dapat

    terselesaikan. Untuk itu penulis dengan penuh rasa syukur dan kerendahan hati

    menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada :

    1. Prof.dr. Supargiyono, DTM&H,SU,SpPar(K),PhD, selaku pembimbing utama

    dan sebagai Direktur Pusat Kedokteran Tropis yang telah memberikan

    bimbingan sejak penulisan proposal sampai penulisan tesis dan selama penulis

    mengikuti pendidikan.

    2. Prof.Dr.Mustofa, MKes,Apt, selaku pembimbing pendamping yang telah

    memberikan bimbingan dan berbagai masukkan dalam penulisan proposal

    sampai penulisan tesis dan selama penulis mengikuti pendidikan.

  • v

    3. Prof.DR.dr.H. Soeyoko, DTM&H,SU, selaku Ketua Program Studi Ilmu

    Kedokteran Tropis yang telah memberikan motivasi dan bimbingan selama

    penulis mengikuti pendidikan.

    4. DR.dr. Bambang Udji Djoko Rianto, SpTHT, selaku Ketua Minat Utama

    Penyakit Tropis Klinis yang telah memberikan bimbingan dan motivasi

    selama pendidikan dan penyusunan proposal serta penulisan tesis.

    5. DR.dr. Mahardika Agus Wijayanti, DTM&H,MKes, selaku tim penguji yang

    telah memberikan bimbingan dan masukkan dalam penyelesaian tesis ini dan

    selama penulis mengikuti pendidikan.

    6. Seluruh staf pengajar di Pusat Kedokteran Tropis yang telah memberikan

    bekal ilmu yang bermanfaat selama penulis mengikuti pendidikan.

    7. Seluruh staf akademik di Pusat Kedokteran Tropis yang telah memberikan

    bantuan selama penulis mengikuti pendidikan.

    8. dr. Paul S. Manoempil, selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Alor yang

    telah memberikan izin kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di program

    studi ilmu kedokteran tropis.

    9. Drs. Yulius Plaikol, selaku Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Alor yang

    telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di

    Kabupaten Alor.

    10. Direktur RSUD Kalabahi yang telah memberikan fasilitas kendaraan dan

    rumah selama penulis melakukan penelitian di Kabupaten Alor.

  • vi

    11. Seluruh Staf P2M Dinas Kesehatan Kabupaten Alor yang telah memberikan

    bantuan logistik dan fasilitasi dengan puskesmas.

    12. Bapak KH Muhyiddin Arubusman, kakak sepupu yang telah memberikan

    bantuan dana untuk penelitian.

    13. Ibu Mathilda Kaesan, selaku Kepala Puskesmas Mebung dan staf yang telah

    memberikan izin dan bantuan selama penelitian.

    14. Ibu Yumina Waang, selaku Kepala Puskesmas Kenarilang dan staf yang telah

    memberikan izin dan bantuan selama penelitian.

    15. Ibu Suryati Duka,Amd, Keb. selaku Kepala Puskesmas Alor Kecil dan staf

    yang telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian.

    16. Bapak John Laalobang,SSi, Bapak M. Ali, Bapak Ridwansyah, Bapak M.

    Radjab, dan Bapak I Molina, selaku anggota team penelitian yang telah

    bekerja keras selama penelitian.

    17. dr. M. Aunur Rofiq, dr. Siti K, dr. Farida Ariyani dan dr. Irene S, selaku

    dokter Puskesmas Mebung, Kenarilang dan Alor Kecil yang telah

    memberikan bantuan demi kelancaran penelitian.

    18. Seluruh pasien dan keluarga yang telah bersedia menjadi responden dalam

    penelitian ini.

    19. Teman teman angkatan 2007/2008 dan 2006/2007, atas kerja sama dan

    persahabatan selama pendidikan.

  • vii

    20. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

    membantu kelancaran proses penelitian dan penyusunan tesis ini.

    21. Teristimewa penulis ucapkan tarima kasih kepada istri tercinta Sri Hartina

    Sabubu,dra, dan anak anakku Siti Auliany Adisty Arubusman, Alviny Nur

    Fadilla Arubusman dan Alisa Arubusman, atas segala kesabaran,

    pengorbanan, dorongan dan doanya. Kepada ayahanda dan ibunda tercinta

    (almarhum/ah), serta bapak mertua Drs. H.M.N Sabubu dan ibunda Hj. R.

    Tangahu serta saudara saudaraku tercinta atas dorongan dan doa restunya

    sehingga penulis mampu menyelesaikan studi ini.

    Penulis menyadari bahwa Tesis ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kritik

    dan saran serta masukkan sangat diharapkan.

    Semoga Allah Swt memberikan rahmat dan karuniaNya kepada semua pihak

    yang ikut membantu dalam segala hal baik dalam pendidikan maupun dalam

    penyelesaian tesis ini.

    Yogyakarta, Februari 2009

    Penulis

  • viii

    DAFTAR ISI

    Halaman HALAMAN JUDUL............................................................................................. LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................ PERNYATAAN ................................................................................................... KATA PENGANTAR ......................................................................................... DAFTAR ISI ........................................................................................................ DAFTAR TABEL ................................................................................................ DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ INTISARI ............................................................................................................. ABSTRACT.......................................................................................................... BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................................... B. Pertanyaan Penelitian ..................................................................................... C. Keaslian Penelitian ......................................................................................... D. Manfaat Penelitian ......................................................................................... E. Tujuan Penelitian ........................................................................................... BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Batasan Malaria .............................................................................................. B. Epidemiologi Malaria .................................................................................... C. Siklus Hidup Plasmodium falciparum ........................................................... D. Gejala Klinis .................................................................................................. E. Pengobatan Malaria ........................................................................................ F. Pengobatan Malaria falciparum tanpa komplikasi ......................................... G. Resistensi terhadap malaria falciparum ......................................................... H. Penilaian Efektivitas terhadap obat antimalaria ............................................. I. Landasan Teori ............................................................................................... J. Kerangka Konsep ......................................................................................... K. Hipotesis ....................................................................................................... BAB III METHODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian ..................................................................................... B. Populasi Penelitian ......................................................................................... C. Kriteria Inklusi dan Eksklusi .......................................................................... D. Identifikasi Variabel ....................................................................................... E. Definisi Operasional ...................................................................................... F. Besar Sampel .................................................................................................. G. Alat Penelitian ................................................................................................ H. Cara Penelitian ...............................................................................................

    i ii iii iv

    viii x xi xii xiii xiv

    1 1 7 8 8 9

    10 10 10 11 14 16 25 27 31 33 34 35 37 37 37 37 38 38 40 40 41

  • ix

    1. Seleksi penderita ........................................................................................ 2. Pemberian obat ........................................................................................... 3. Pemeriksaan klinis dan laboratorium ......................................................... 4. Evaluasi respon terapi ................................................................................ 5. Cara pengumpulan data .............................................................................. 6. Analisis data ............................................................................................... I. Izin Penelitian .............................................................................................. J. Alur Penelitian ............................................................................................. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Lokasi Penelitian . B. Deskripsi Subyek Penelitian . 1. Karakteristik Subyek Penelitian 2. Gejala klinis sebelum terapi C. Respon Pengobatan .. D. Efek Samping E. Keterbatasan dan Kesulitan Penelitian .. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran .. RINGKASAN... DAFTAR PUSTAKA .. LAMPIRAN..

    41 41 42 43 44 45 45 46 47 47 47 48 51 52 55 58 60 60 60 61 76 80

  • x

    DAFTAR TABEL

    Halaman Tabel 1. Pengobatan Lini Pertama malaria falciparum tanpa komplikasi Tabel 2. Pengobatan Lini Kedua malaria falciparum tanpa komplikasi Tabel 3. Klasifikasi Respon Pengobatan menurut WHO, 2003 Tabel 4. Jumlah penderita malaria (klinis dan mikroskopis) di Puskesmas Mebung Kec. ATU Kabupaten Alor, Juli Oktober 2008 Tabel 5. Karakteristik Dasar 53 penderita malaria falciparum tanpa Komplikasi yang memenuhi kriteria sebagai subyek penelitian di Kabupaten Alor, Juli-Oktober 2008 Tabel 6. Distribusi penderita malaria falciparum tanpa komplikasi di Kabupaten Alor, Juli-Oktober 2008, menurut jenis kelamin Tabel 7. Distribusi penderita malaria falciparum tanpa komplikasi di Kabupaten Alor, JuliOktober 2008, menurut kelompok umur Tabel 8. Gejala klinis penderita malaria falciparum tanpa komplikasi di Kabupaten Alor, Juli-Oktober 2008, sebelum terapi dengan kombinasi artesunat-amodiakuin dan primakuin Tabel 9. Respon klinis dan parasitologis penderita malaria falciparum tanpa komplikasi terhadap pengobatan dengan kombinasi artesunatamodiakuin dan primakuin di Kabupaten Alor, Juli- Oktober 2008 Tabel 10.Efek samping pengobatan kombinasi artesunatamodiakuin dan primakuin pada penderita malaria falciparum tanpa komplikasi di Kabupaten Alor, Juli Oktober 2008 Tabel 11.Distribusi efek samping pengobatan kombinasi artesunat- Amodiakuin dan primakuin pada penderita malaria falciparum tanpa komplikasi di Kabupaten Alor, Juli-Oktober 2008, menurut kelompok umur Tabel 12.Distribusi efek samping pengobatan kombinasi artesunat- Amodiakuin dan primakuin pada penderita malaria falciparum tanpa komplikasi di Kabupaten Alor, Juli-Oktober 2008, menurut jenis kelamin

    26 26 32

    47

    48

    49

    50

    51

    53

    55

    56

    56

  • xi

    DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Siklus Hidup Plasmodium Gambar 2. Kerangka Konsep Gamabr 3. Alur Penelitian

    12 35 46

  • xii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman Lampiran 1. Surat Pernyataan (informed consent) Lampiran 2. Formulir Penelitian Lampiran 3. Formulir Efek samping Lampiran 4. Hasil Analisis Hasil Penelitian Lampiran 5. Data Hasil Penelitian Lampiran 6. 10 Patron Penyakit di Kabupaten Alor tahun 2006 Lampiran 7. Peta Lokasi Penelitian Lampiran 8. Peta Kabupaten Alor Lampiran 9. Foto Kegiatan Penelitian

    80 81 82 83 84 92 93 94 95

  • xiii

    INTISARI

    Artemisinin Based Combination Therapy adalah terapi kombinasi

    antimalaria dengan turunan artemisin sebagai salah satu komponen dari kombinasi tersebut(WHO, 2000). Artemisinin-Based Combination Therapy memberi keuntungan dengan alasan : 1) memberikan kesembuhan secara klinis dan parasitologis dengan cepat, 2) menurunkan gametosit carrier sehingga diharapkan dapat menurunkan transmisi malaria, 3) belum ada laporan terjadinya resistensi, 4) secara umum toleransi obat baik. Artemisinin Based Combination Therapy yang digunakan di Kabupaten Alor saat ini adalah kombinasi antara artesunat dan amodiakuin. Namun demikian efikasi dan efek samping yang ditimbulkan belum diketahui secara pasti. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi hasil guna dan efek samping kombinasi artesunat-amodiakuin dan primakuin pada pengobatan malaria falciparum tanpa komplikasi di Kabupaten Alor Propinsi Nusa Tenggara Timur.

    Rancangan penelitian adalah studi cross sectional. Uji efikasi sesuai protokol WHO, 2003. Subyek penelitian adalah penderita malaria falciparum tanpa komplikasi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi di Puskesmas Mebung Kecamatan Alor Tengah Utara Kabupaten Alor dari bulan Juli sampai bulan Oktober 2008. Hasil penelitian didapatkan 57 penderita penelitian yang memenuhi kriteria sebagai subyek penelitian. Dari 57 penderita, 53 orang mengikuti penelitian sampai hari ke-28, empat orang drop out oleh karena merasa sembuh 3 penderita dan dirawat di Rumah Sakit satu orang. 53 penderita menyelesaikan follow up, dengan hasil respon klinis dan parasitologis memadai pada H14 sebesar 100%, Namun evaluasi pada hari ke-28 respon klinis dan parasitologis memadai mengalami penurunan menjadi 98,11%. Tidak didapatkan kegagalan pengobatan dini (0%), tetapi 1,89% menunjukkan kegagalan pengobatan kasep. Kombinasi artesunat-amodiakuin memberikan efek samping berupa mual (20,8%), muntah (35,8%), sakit kepala (11,3%), nyeri perut (20,8%), diare (1,9%) dan pandangan kabur (1,9%). Kelompok usia kurang dari 15 tahun memberikan efek samping lebih banyak (20,8%) dibanding kelompok usia lebih dari 15 tahun (15,1%). Efek samping yang muncul pada perempuan lebih banyak dibanding laki laki (22,6% lawan 13,2%).

    Kombinasi artesunat-amodiakuin dan primakuin berhasil guna untuk pengobatan malaria falciparum tanpa komplikasi dengan angka kesembuhan pada H14 sebesar 100% dan pada H28 sebesar 98,11%. Efek samping yang muncul berupa mual, muntah, nyeri perut, sakit kepala dan diare.

    Kata kunci : hasil guna, kegagalan pengobatan dini, kegagalan pengobatan kasep, respon klinis dan parasitologis memadai, efek samping.

  • xiv

    ABSTRACT

    Artemisinin Based Combination Therapy is a combination therapy with antimalaria derivates artemisinin as one of the components of the combination (WHO, 2000). Artemisinin-based Combination Therapy profitable with reasons: 1) provide a clinical and parasitogical cure quickly, 2) reduction of gametosit carrier and therefore reduce malaria transmission, 3) there are no reports of resistance, and 4) generally well tolerated. Artemisinin Based Combination Therapy used in Alor District at this time is a combination of artesunate and amodiaquine. However, the efficacy and side effect of this combination therapy has not been studied yet. The purpose of this study is to evaluate the efficacy and side effect of combination artesunate-amoiaquine and primaquine for uncomplicated falciparum malaria in the Alor District of East Nusa Tenggara Province.

    The study design is cross sectional study. The study protocol was as stated in the World Health Organization protocol for the in vivo 28-days efficacy test. Study subject is the uncomplicated falciparum malaria patients in Mebung primary health center Alor District of East Nusa Tenggara Province from July to October 2008. The result indicates that among 57 subjects, 53 subjects were follow up to 28 days, four subjects were droped out because they were recovered (3 subjects) and send to hospital (1 subject). Among 53 subjects who completed study, all (100%) showed adequate clinical and parasitological responces on day 14. However on day 28 evaluation the adequate clinical and parasitological responces reduced to 98.11%. There were no early treatment failure (0%), but, 1,89% showed late treatment failure. Most of the side effects were nausea (20.8%), vomiting (35.8%), headache (11.3%), stomach pain (20.8%), diarrhea (1.9%) and blurred of view (1.9%). The side effects were more common among patients under 15 years old than older and more frequent in women than men.

    Combination artesunate-amodiaquine and primaquine are efficacious for treatment uncomplicated falciparum malaria with cure rate in day 14 was 100% and day 28 was 98.11%, the side effect were nausea, vomiting, stomach pain, head ache and diarrhea.

    Key words : efficacy, early treatment failure, late treatment failure, adequate clinical and parasitological responces, side effect

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Permasalahan Malaria adalah penyakit infeksi akut maupun kronis yang disebabkan oleh

    parasit genus Plasmodium. Malaria merupakan penyakit parasit tropis yang penting

    di dunia, dan masih menjadi masalah kesehatan utama. Diperkirakan 41% penduduk

    dunia bermukim di daerah berisiko tinggi terinfeksi penyakit malaria terutama di

    negara tropis dan subtropis (DepKes, 2005). Angka kejadian malaria 350 - 500 juta

    kasus setiap tahun, dengan kematian lebih dari 1,1 juta, mayoritas kematian

    terjadi pada ibu hamil dan anak usia kurang dari 5 tahun. Malaria merupakan

    penyebab kematian nomor 4 di dunia setelah infeksi saluran pernapasan, HIV/ AIDS

    dan diare (WHO, 2005).

    Diperkirakan 35 % penduduk Indonesia tinggal di daerah yang berisiko

    tertular malaria (DepKes, 2005). Di Indonesia terdapat 15 juta kasus malaria

    setiap tahun dan 30.000 diantaranya meninggal dunia. Dari 293 kabupaten / kota

    di Indonesia, 167 kabupaten / kota merupakan wilayah endemis malaria ( DepKes,

    2005). Daerah dengan kasus klinis tinggi dilaporkan dari wilayah timur

    Indonesia, seperti Propinsi Papua, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara

    dan Sulawesi Tenggara. Kawasan lain di Indonesia yang angka malaria dilaporkan

    juga masih cukup tinggi adalah Propinsi Kalimantan Barat, Bangka Belitung,

    Bengkulu dan Riau (Parmawaty, 2002). Pada tahun 2007 masih terjadi Kejadian

  • Luar Biasa (KLB) dan peningkatan kasus malaria di 8 propinsi, 13 kabupaten, 15

    kecamatan, 30 desa dengan jumlah penderita malaria positif sebesar 1256 penderita,

    74 kematian (Case Fatality Rate = 5,9%). Jumlah ini mengalami peningkatan

    dibanding tahun 2006, yang mana terjadi KLB di 7 propinsi, 7 kabupaten, 7

    kecamatan dan 10 desa dengan jumlah penderita 1107 penderita dengan 23 kematian

    ( DepKes, 2008 ).

    Propinsi Nusa Tenggara Timur adalah salah satu propinsi di wilayah timur

    Indonesia yang merupakan daerah endemis malaria dengan Annual Malaria

    Incidence ( AMI ) dari tahun 2004 sampai 2006 berturut turut adalah 168, 167

    dan 145 perseribu penduduk. Annual Parasite Incidence (API) dari tahun 2004

    sampai tahun 2006 berturut turut adalah 19,71, 26,14 dan 29,56 (DinKes Propinsi

    NTT, 2007).

    Kabupaten Alor yang merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Nusa

    Tenggara Timur yang mempunyai AMI 213 perseribu penduduk tahun 2003 (DinKes

    Propinsi NTT, 2007). Pada tahun 2004 dilaporkan Angka Spleen Rate 62,5 % dan

    Slide Positive Rate 45,2 % yang disebabkan oleh P. falciparum dominan (61 %)

    diikuti oleh vivax (29 %) dan malariae (10 %) ( Sutanto et al., 2004). Malaria juga

    merupakan penyebab kematian nomor 2 setelah Intra Uterine Fetal Death (IUFD) di

    Rumah Sakit Umum Daerah Kalabahi tahun 2005 (RSUD Kalabahi, 2005).

    World Health Organization (WHO) pada tahun 1950-an mulai menjalankan

    program eradikasi dan terapi efektif. Program eradikasi sukses di beberapa negara di

  • Asia, Amerika Utara dan Eropa, namun dibeberapa negara seperti Afrika, Amerika

    Selatan dan Asia Tenggara malaria masih berjangkit. Oleh karena itu, sejak tahun

    1969 program malaria difokuskan pada pengobatan. Pada saat itu terapi pilihan

    adalah klorokuin sebagai lini pertama dan sulfadoksin-pirimetamin (SP) sebagai lini

    kedua.

    Pengobatan malaria di Indonesia periode sebelum tahun 1997, fokus

    utamanya pada penyembuhan klinis (berdasar diagnosa klinis), dengan atau tanpa

    respon parasitologis melalui terapi tunggal (skizontisida darah) yaitu klorokuin,

    sulfadoksin-pirimetamin dan kina. Setelah periode tahun 1997, fokus utamanya pada

    penyembuhan klinis dan mencegah penularan (respon klinis dengan parasitologis,

    pembawa gametosit, pengobatan radikal) melalui terapi kombinasi (diatas tahun

    2002) menggunakan skizontisida darah dan gametosida (Tjitra, 2003). Namun dalam

    perkembangannya, telah terjadi resistensi parasit malaria terhadap klorokuin dan

    beberapa antimalaria yang tersedia seperti sulfadoksin-pirimetamin (WHO, 2001).

    Resistensi malaria falciparum pertama kali dilaporkan di Asia Tenggara dan

    Amerika Selatan pada tahun 1950 (Harinasuta, 1988) dan selanjutnya menyebar di

    belahan dunia. Selain itu resistensi juga dilaporkan terhadap kombinasi sulfadoksin-

    pirimetamin yang diperkenalkan pada tahun 1977 di perbatasan Thailand Kamboja

    ( Syafruddin et al. 2005).

    Kasus resistensi P. falciparum terhadap klorokuin di Indonesia pertama kali

    ditemukan di Propinsi Kalimantan Timur pada tahun 1973. Penelitian yang dilakukan

  • dalam dua dasawarsa terakhir menunjukkan bahwa resistensi terhadap klorokuin dan

    obat kombinasi sulfadoksin-pirimetamin telah menyebar ke seluruh kepulauan

    Indonesia (Tjitra et al. 1997). Berdasarkan hasil penelitian Maguire, (2002) resistensi

    klorokuin terhadap P. falciparum dan P. vivax, dan sulfadoksin-pirimetamin terhadap

    P. falciparum terjadi di kawasan Bukit Menoreh di Jawa Tengah. Hampir satu dari

    dua (47 %) infeksi P. falciparum resisten terhadap klorokuin, 22 % dari infeksi P.

    falciparum resisten terhadap sulfadoksin-pirimetamin, dan 18 % dari P. vivax resisten

    terhadap klorokuin.

    Untuk mengatasi resistensi parasit malaria terhadap klorokuin atau

    sulfadoksin-pirimetamin, beberapa ahli mencoba memberikan kombinasi klorokuin

    dan sulfadoksin-pirimetamin untuk pengobatan infeksi P. falciparum tanpa

    komplikasi. Kebijakan nasional di beberapa negara di Afrika seperti Ethiopia

    menganjurkan penggunaan kombinasi ini. Kombinasi klorokuin dan sulfadoksin-

    pirimetamin juga digunakan sebagai standar pengobatan lini pertama di Peninsular

    Malaysia sejak 1997, dan di Papua New Guinea sejak tahun 2000. Di Indonesia studi

    kombinasi klorokuin dan sulfadoksin-pirimetamin telah diberlakukan di Kabupaten

    Purworejo (Martaya, 2002). Kombinasi tersebut memberikan respon pengobatan yang

    lebih baik dengan angka Adequate Clinical and Parasitological Response

    (ACPR)=92,5% bila dibandingkan dengan klorokuin atau sulfadoksin-pirimetamin

    dosis tunggal. Meskipun kombinasi tersebut tidak dapat menghambat perkembangan

    siklus gametogoni parasit ini.

  • Untuk mengatasi masalah resistensi terhadap antimalaria yang makin

    meluas di Afrika sejak Oktober 2002, digunakan program ACT (Artemisinin

    Based Combination Therapy) untuk mengobati malaria di seluruh wilayah yang

    masuk dalam proyek medecines sans frontiers (Hook, 2002). Beberapa negara di

    Asia Tenggara seperti diputuskan pada pertemuan regional Mekong Roll Back

    Malaria pada bulan Mei 2000, telah ditetapkan standar terapi kombinasi dengan

    artemisinin setelah penegakkan diagnosis mikroskopis atau dengan rapid

    diagnostic testing (WHO, 2000).

    Artesunat adalah turunan artemisinin (qinghaosu) yang mempunyai aktivitas

    antimalaria yang sangat poten. Parasitic Clearance Time (PCT) dan Fever Clearance

    Time (FCT) setelah terapi dengan artesunat lebih cepat secara signifikan

    dibandingkan antimalaria lain yang telah ada. Walaupun demikian, artesunat

    memiliki waktu paruh yang pendek sehingga penggunaan monoterapi tidak

    dianjurkan oleh karena akan mudah terjadi rekrudesen. Untuk itu perlu kombinasi

    dengan antimalaria lain yang bekerja long acting (Tjitra, 1994).

    Primakuin merupakan obat antimalaria golongan 8-amino kuinolin yang

    bersifat skizontisida jaringan, gametosida dan sporontisida untuk Plasmodium yang

    menginfeksi manusia. Mekanisme kerja obat ini adalah menghambat proses respirasi

    mitokondria di dalam parasit malaria melalui metabolitnya yang bersifat oksidan.

    Primakuin diberikan untuk pengobatan radikal dan malaria berat atau komplikasi.

    Primakuin direkomendasikan diberikan bersama dengan artesunat.

  • Amodiakuin merupakan obat antimalaria golongan 4-aminoquinolin dengan

    suatu molekul yang mempunyai kemiripan dengan klorokuin dan kina. Preparat yang

    tersedia adalah tablet amodiakuin hidroklorid 200 mg basa. Amodiakuin efektif

    terhadap beberapa strain P. falciparum yang resisten terhadap klorokuin baik secara

    in vitro maupun in vivo.

    Sulfadoksinpirimetamin merupakan obat antimalaria kombinasi antara

    sulfonamide atau sulfon dengan diaminopirimidin yang bersifat skizontisida jaringan

    P. falciparum, skizontida darah dan sporontisida untuk ke empat jenis Plasmodium

    yang menginfeksi manusia. Sulfadoksin-pirimetamin merupakan obat alternatif yang

    digunakan untuk pengobatan radikal penderita malaria falciparum tanpa komplikasi.

    Artemisinin Based Combination Therapy sebagai antimalaria alternatif untuk

    mengatasi resistensi terhadap klorokuin telah dikaji efikasinya oleh beberapa peneliti.

    Adjuik et al. (2002), membandingkan amodiakuin dikombinasikan dengan artesunat

    dengan amodiakuin tunggal untuk pengobatan malaria falciparum tanpa komplikasi

    pada anak di Afrika. Hasil penelitian menunjukkan nialai ACPR > 90 %. Tjitra et

    al.(2001) membandingkan kombinasi artesunat dengan sulfadoksin-pirimetamin

    dengan sulfadoksin-pirimetamin tunggal untuk pengobatan malaria falciparum tanpa

    komplikasi di Irian Jaya. Hasil penelitian menunjukkan nilai ACPR 100%

    dibandingkan 91,3% dan Gasem et al. (2004) melakukan monitoring efikasi

    kombinasi amodiakuin dan artesunat untuk pengobatan malaria falciparum tanpa

    komplikasi di Kabupaten Banjarnegara. Hasilnya diperoleh nilai ACPR 81 %.