01 layout a (mart 2012) - hal 1 sd 19 · 2012-03-07 · 38 mpa 306 / maret 2012 nabi muhammad saw...

2
38 MPA 306 / Maret 2012 Nabi Muhammad SAW menye- but “carikanlah anak-anakmu pen- didikan (tempat belajar) yang ba- ik”. Sabda ini mengajarkan, bahwa keluarga atau orang tua berkewajiban mencarikan sekolah terbaik. Berpijak dari sabda ini, bisakah RSBI dikate- gorikan sebagai sekolah atau insti- tusi edukasi terbaik? Selama proyek edukasi bernama RSBI (Rintisan Sekolah Berstandar Internasional) ini diproduksi oleh pe- merintah, tidak sedikit kalangan pe- neliti dan pemerhati masalah pendi- dikan yang menolak atau mengkri- tisnya. Kelompok kritis umumnya menilai kalau RSBI tidak lebih dari sekolah-sekolah yang diorientasikan menjembatani kelompok berduit dan bukan warga miskin. (Misranto, 2012) Stigma internasional lebih me- ngarah pada upaya penggiringan ma- syarakat kelas ekonomi mapan supa- ya mengirimkan anaknya memasuki dan menjadi penikmati proyek isti- mewa RSBI. RSBI ditudingnya hanya menghabiskan biaya besar, dan kuali- tasnya rendah. Mereka ini secara tidak langsung menempatkan RSBI sebagai proyek yang gagal, merugi- kan masyarakat, dan tidak membawa kemajuan. Benarkah demikian? Sepatutnya, RSBI tidak boleh tergesa-gesa divonis sebagai “pro- yek yang gagal” atau akan membawa institusi pendidikan dan peserta didik menjadi ahistoris, karena RSBI selain mengemban amanat Undang-un- dang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan, juga idealisme edukasinya bermaksud membentuk sumberdaya manusia menjadi SDM yang punya kemampuan untuk mem- baca dan bersaing di level global (Misranto, 2012). Idealisme demikian sejatinya juga sejalan dengan dogma pendidikan Islam, seperti yang diga- riskan Nabi “carilah Ilmu, meskipun ke negeri China”, yang sebenarnya perintah ini menuntut setiap pembe- lajar supaya tidak anti terhadap ilmu pengetahuan lintas negara, atau ber- usaha jadi pembelajar dan pilar-pilar transformasi dalam mewujudkan in- ternasionalisasi pendidikan (ilmu pengetahuan) Islam. RSBI membutuhkan waktu un- tuk diterima atau diadaptasi sebagai bagian dari sistem pendidikan yang bisa antarkan peserta didik dan bang- sa ini menuju pencerahan. Namanya juga sistem yang belum lama dipro- duksi atau baru dieksperimentasikan, tentulah logis jika masih membutuh- kan pembenahan disana-sini. Perlu diketahui, bahwa salah satu bagian dari sistem pendidikan yang dipertahankan adalah RSBI. RSBI dinilainya masih jadi sistem yang tepat untuk memacu dan me- ningkatkan kualitas peserta didik su- paya di kemudian hari bisa terbentuk jadi manusia istimewa yang mampu mengikuti dan menerjemahkan per- saingan di era global. (Ilham, 2011). Jagat pendidikan sudah lama menjadi jagat yang digugat, baik di level local, nasional hingga interna- sional (RSBI)). Namun eksaminasi edukasi ini dinilai sebagai kepatutan atau keharusan di tengah keinginan bersama menata dan memajukan pendidikan. Keberadaan RSBI pun demikian, ia telah menjadi sasaran kritik keras pegiat pendidikan yang menempatkan dunia pendidikan se- bagai sektor strategis yang punya andil besar dalam mempengaruhi kua- litas sumberdaya manusia Indonesia. Dari segi Indeks Pembangunan Manusia (IPM), berdasarkan data terakhir UNDP, Indonesia menempati ranking ke 124 dari 187 negara, tahun sebelumnya Indonesia menempati ranking ke 108. Kalau kita melihat dari ranking IPM tersebut, sebagian or- ang berpendapat IPM kita merosot sangat tajam. Dari ranking 108 men- jadi ranking 124, namun kalau kita perhatikan IPM Indonesia dari tahun ke tahun tetap mengalami kenaikan, walaupun kenaikan itu tidak terlalu mencolok. Seperti halnya pada tahun 2010, IPM Indonesia tercatat 0,613 poin, dan pada tahun 2011 meningkat men- jadi 0,617 poin. Harus diakui, kenaikan IPM Indonesia terus mengalami pe- ningkatan, namun negara-negara lain peningkatannya jauh lebih cepat. In- donesia yang selama ini terkesan gegap gempita dalam pembangunan, namun harus diakui bahwa pemba- ngunan yang dilaksanakan ternyata masih kurang fokus dan kurang mem- perhatikan unsur manusia (Prawiro, 2011). Itu semua tak lepas dari keku- rang cekatan dan cerdasan penye- lenggara pendidikan. Akibat kele- mahan pengelola atau ketidaksiapan penyelenggra institusi, RSBI jadinya gagal atau lambat dalam memenuhi kebutuhan RSBI. Berdasar data Di- rektorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Kependidikan (Dirjen PMPTK) Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendikbud) menjelas- kan, dari 600 kepala sekolah (Kasek) RSBI se Indonesia yang ikut tes TOIEC ternyata 80 persennya ber- status novice (tidak cakap) dalam berbahasa Inggris. Bahkan, berdasar data 2009 lalu diketahui, 80 persen lulusan RSBI tidak pernah pergi ke luar negeri. Hal ini dibenarkan oleh Direktur Tenaga Kependidikan Dirjen PMPTK Kemendiknas Dr Surya Dhar- ma PHD (2011) yang mengatakan, Se- harusnya RSBI diarahkan pada pe- ngembangan pemikiran yang kreatif, kritis, peningkatan kemampuan men- cari solusi (problem solving), serta sikap entrepreneurship dan inovatif. Kondisi terebut tidak boleh di- biarkan oleh pembelajar Islam, karena dalam Islam sudah digariskan untuk tidak melahirkan (meninggalkan) anak-anak menjadi SDM yang lemah. QS. An Nisaa’ ayat 9 mengingatkan, dan hendaklah takut kepada Al- lah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mere- ka khawatir terhadap (kesejahte- raan) mereka.” Keinginan mempertahankan RSBI, khsususnya bagi pengelo- RSBI dan Internasionalisasi Pendidikan Islam Oleh: Moh. Sulthon *)

Upload: others

Post on 13-Feb-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

38 MPA 306 / Maret 2012

Nabi Muhammad SAW menye-but “carikanlah anak-anakmu pen-didikan (tempat belajar) yang ba-ik”. Sabda ini mengajarkan, bahwakeluarga atau orang tua berkewajibanmencarikan sekolah terbaik. Berpijakdari sabda ini, bisakah RSBI dikate-gorikan sebagai sekolah atau insti-tusi edukasi terbaik?

Selama proyek edukasi bernamaRSBI (Rintisan Sekolah BerstandarInternasional) ini diproduksi oleh pe-merintah, tidak sedikit kalangan pe-neliti dan pemerhati masalah pendi-dikan yang menolak atau mengkri-tisnya. Kelompok kritis umumnyamenilai kalau RSBI tidak lebih darisekolah-sekolah yang diorientasikanmenjembatani kelompok berduit danbukan warga miskin. (Misranto, 2012)

Stigma internasional lebih me-ngarah pada upaya penggiringan ma-syarakat kelas ekonomi mapan supa-ya mengirimkan anaknya memasukidan menjadi penikmati proyek isti-mewa RSBI. RSBI ditudingnya hanyamenghabiskan biaya besar, dan kuali-tasnya rendah. Mereka ini secara

tidak langsung menempatkan RSBIsebagai proyek yang gagal, merugi-kan masyarakat, dan tidak membawakemajuan. Benarkah demikian?

Sepatutnya, RSBI tidak bolehtergesa-gesa divonis sebagai “pro-yek yang gagal” atau akan membawainstitusi pendidikan dan peserta didikmenjadi ahistoris, karena RSBI selainmengemban amanat Undang-un-dang Nomor 20 Tahun 2003 tentangSistem Pendidikan, juga idealismeedukasinya bermaksud membentuksumberdaya manusia menjadi SDMyang punya kemampuan untuk mem-baca dan bersaing di level global(Misranto, 2012). Idealisme demikiansejatinya juga sejalan dengan dogmapendidikan Islam, seperti yang diga-riskan Nabi “carilah Ilmu, meskipunke negeri China”, yang sebenarnyaperintah ini menuntut setiap pembe-lajar supaya tidak anti terhadap ilmupengetahuan lintas negara, atau ber-usaha jadi pembelajar dan pilar-pilartransformasi dalam mewujudkan in-ternasionalisasi pendidikan (ilmu

pengetahuan) Islam.RSBI membutuhkan waktu un-

tuk diterima atau diadaptasi sebagaibagian dari sistem pendidikan yangbisa antarkan peserta didik dan bang-sa ini menuju pencerahan. Namanyajuga sistem yang belum lama dipro-duksi atau baru dieksperimentasikan,tentulah logis jika masih membutuh-kan pembenahan disana-sini.

Perlu diketahui, bahwa salahsatu bagian dari sistem pendidikanyang dipertahankan adalah RSBI.RSBI dinilainya masih jadi sistemyang tepat untuk memacu dan me-ningkatkan kualitas peserta didik su-paya di kemudian hari bisa terbentukjadi manusia istimewa yang mampumengikuti dan menerjemahkan per-saingan di era global. (Ilham, 2011).

Jagat pendidikan sudah lamamenjadi jagat yang digugat, baik dilevel local, nasional hingga interna-sional (RSBI)). Namun eksaminasi

edukasi ini dinilai sebagai kepatutanatau keharusan di tengah keinginanbersama menata dan memajukanpendidikan. Keberadaan RSBI pundemikian, ia telah menjadi sasarankritik keras pegiat pendidikan yangmenempatkan dunia pendidikan se-bagai sektor strategis yang punyaandil besar dalam mempengaruhi kua-litas sumberdaya manusia Indonesia.

Dari segi Indeks PembangunanManusia (IPM), berdasarkan dataterakhir UNDP, Indonesia menempatiranking ke 124 dari 187 negara, tahunsebelumnya Indonesia menempatiranking ke 108. Kalau kita melihat dariranking IPM tersebut, sebagian or-ang berpendapat IPM kita merosotsangat tajam. Dari ranking 108 men-jadi ranking 124, namun kalau kitaperhatikan IPM Indonesia dari tahunke tahun tetap mengalami kenaikan,walaupun kenaikan itu tidak terlalumencolok.

Seperti halnya pada tahun 2010,IPM Indonesia tercatat 0,613 poin,dan pada tahun 2011 meningkat men-jadi 0,617 poin. Harus diakui, kenaikanIPM Indonesia terus mengalami pe-ningkatan, namun negara-negara lainpeningkatannya jauh lebih cepat. In-donesia yang selama ini terkesangegap gempita dalam pembangunan,namun harus diakui bahwa pemba-ngunan yang dilaksanakan ternyatamasih kurang fokus dan kurang mem-perhatikan unsur manusia (Prawiro,2011).

Itu semua tak lepas dari keku-rang cekatan dan cerdasan penye-lenggara pendidikan. Akibat kele-mahan pengelola atau ketidaksiapanpenyelenggra institusi, RSBI jadinyagagal atau lambat dalam memenuhikebutuhan RSBI. Berdasar data Di-rektorat Jenderal Peningkatan MutuPendidik dan Kependidikan (DirjenPMPTK) Kementerian PendidikanNasional (Kemendikbud) menjelas-kan, dari 600 kepala sekolah (Kasek)RSBI se Indonesia yang ikut tesTOIEC ternyata 80 persennya ber-

status novice (tidak cakap) dalamberbahasa Inggris. Bahkan, berdasardata 2009 lalu diketahui, 80 persenlulusan RSBI tidak pernah pergi keluar negeri. Hal ini dibenarkan olehDirektur Tenaga Kependidikan DirjenPMPTK Kemendiknas Dr Surya Dhar-ma PHD (2011) yang mengatakan, Se-harusnya RSBI diarahkan pada pe-ngembangan pemikiran yang kreatif,kritis, peningkatan kemampuan men-cari solusi (problem solving), sertasikap entrepreneurship dan inovatif.

Kondisi terebut tidak boleh di-biarkan oleh pembelajar Islam, karenadalam Islam sudah digariskan untuktidak melahirkan (meninggalkan)anak-anak menjadi SDM yang lemah.QS. An Nisaa’ ayat 9 mengingatkan,“dan hendaklah takut kepada Al-lah orang-orang yang seandainyameninggalkan di belakang merekaanak-anak yang lemah, yang mere-ka khawatir terhadap (kesejahte-raan) mereka.”

Keinginan mempertahankanRSBI, khsususnya bagi pengelo-

RSBIdan Internasionalisasi Pendidikan Islam

Oleh: Moh. Sulthon *)

02 LAYOUT B (MART 2012) - HAL 26 sd 43.pmd 2/28/2012, 7:52 PM38

39MPA 306 / Maret 2012

lanya atau Kemendikbud adalah wa-jar, pasalnya selain mereka sedangmenata atau berupaya keras mening-katkan proses penyelenggaraanpembelajarannya, seperti mengons-truksi model kurikulum yang seiramadengan sekolah-sekolah internasio-nal di sejumlah negara, mereka jugasudah lama merindukan sekolah yangbisa berkompetisi dengan denganlembaga-lembaga pendidikan diranah global, yang jika ini dilakukanoleh pembelajar muslim di Indonesia,akhirnya bisa terjadilah proses inter-nasionalisasi pendidikan Islam.

Kalau ada beberapa aspek, ter-masuk sumberdaya manusianyaRSBI, ternyata belum maksimal me-nyiapkan dirinya seperti soal bahasaInggris, maka secara bertahap hal inibisa diadaptasikannya. Di tengahtransformasi sistem pembelajaran,tidak semua kondisi bisa dijadikanobyek revolusi. Meski demikian, seti-ap pengelola dituntut untuk mela-kukan iqra’ terhadap perkembanganpenyelenggaraan pendidikan Islam diranah global.

Kualitas SDM yang rendah se-layaknya menyadarkan kita, bahwasudah sekian lama akar masalah yangmembelit upaya peningkatan mutuSDM (peserta didik) kesulitan dide-konstruksi. Jalan istimewa yang bisadiandalkan untuk memacu kualitasSDM adalah melalui proses pendidik-an yang mengandung unsur kompe-tisi (persaingan ketat).

Kelemahan mendasar di ranahSDM yang kemudian layak menja-dikan RSBI sebagai solusi atauobatnya adalah kurang ber-gairahnya atmosfir pem-belajaran yang bercorakkompetitif. Dalam prosespembelajaran yang kon-vensional selama ini,peserta didik kurangmendapatkan tempatberpacu, bersaing, dansaling “mengeksami-nasi” antara yang satudengan yang lainnya.Hal inilah yang diingat-kan dalam Islam, bahwasetiap anak didik wajibdibentuk menjadi SDMyang mampu menginter-nalisasi dan menginter-nasionalisasi doktrin

keberagamaannya.Peserta didik kita secara psi-

kologis membutuhkan “komunitas”didik yang bisa diajak bersaing, bu-kan semata-mata demi menghidup-kan atau membangun tradisi men-cintai ilmu pengetahuan dan berpacumemperebutkan prestasi, tetapi jugauntuk merebut strata “elitisme” dibidang keilmuan di ranah global.Dalam soal tradisi keilmuan ini, JurgenHabermas pernah mengingatkan,knowledge is power atau ilmu pe-ngetahuan adalah kekuatan. Siapasaja yang punya ilmu pengetahuan,brarti punya kekuatan untuk mela-kukan perubahan dan memenangkanpersaingan.

Sudah demikian sering masyara-kat atau bangsa ini menjadi obyeklecehan atau tertawaan masyarakatglobal akibat “kemiskinan” ilmupengetahuan. Mereka menilai kalaulembaga-lembaga pendidikan dinegeri ini belum memberikan out putyang layak jual di masyarakat global.Mereka menyebut kalau out putlembaga-lembaga pendidikan kitabelum memenuhi standar seba-gaimana yang diinginkanoleh pasar dunia.

Dengan kondisiseperti itu, sudahs e h a r u s n y aR S B I

menjadi bagian dari opsi atau ke-butuhan istimewa masyarakat, yangtentu saja bukan sebatas jadi mediasiedukasinya peserta didik dari kala-ngan berduit, tetapi juga masyarakatpada umumnya secara egaliter.(Misranto, 2012) RSBI selayaknyamemang dikonstruksi secara manajer-ial inklusif dan humanistic supayabisa mewujudkan misi “pendidikanuntuk semua” (education for all) danbenar-benar didesain supaya menjadi“kawahcandradimuka” yang antar-kan peserta didik menjadi SDMunggulan, yang ketika dipersaingkandi ranah global, mereka bukan disti-matisasi sebagai bagian dari kum-pulan “bangsa kuli” (nation coolies).Mengontsruksi institusi demikian,dapat menjadi jalan mempercepat danmemperkuat anak-anak Indonesia,khususnya dalam aspek moral-spi-ritualitas di tengah glonalisasi.

*) Kepala SMAN 3 KotaMalang dan penulis buku

Pendidikan Anak Humanistik

02 LAYOUT B (MART 2012) - HAL 26 sd 43.pmd 2/28/2012, 7:52 PM39