003. bab 1 s.d 5(fis).pdf
TRANSCRIPT
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pemikiran
Supervisi merupakan kegiatan yang berhubungan dengan usaha-usaha perbaikan dan
peningkatan kualitas pendidikan pada umumnya dan kualitas pembelajaran pada khususnya.
Kualitas pembelajaran mencakup kualitas proses dan kualitas hasil pembelajaran. Jika
pembelajaran berkualitas maka dapat dipastikan hasil pembelajaran akan berkualitas juga.
Pelaksanaan supervisi pembelajaran, yang ditujukan untuk perbaikan dan peningkatan
kualitas dosen melalui pengembangan kompetensi dan profesionalisme, seharusnya
dilaksanakan oleh supervisor yang juga memiliki kompetensi dan professional di bidang
supervisi maupun bidang ilmu yang disupervisinya.
Kurangnya supervisor yang berlatar belakang pendidikan matematika ataupun tidak
adanya supervisi khusus untuk matakuliah matematika dasar, merupakan kendala system
pendidikan dalam meningkatkan mutu pembelajaran matematika, padahal salah satu syarat
utama untuk menjadi supervisor adalah memiliki kompetensi dan kemampuan professional
dalam bidang yang disupervisi.
Kendala lain yang dihadapi sekarang adalah upaya-upaya untuk memperkenalkan
inovasi kepada dosen-dosen tidak sejalan dengan peningkatan kemampuan supervisor yang
berhubungan dengan inovasi tersebut. Masalah ini ditunjukkan oleh pelaksanaan pelatihan
kepada dosen-dosen yang tidak melibatkan supervisor pembelajaran.
Dalam sistem pendidikan di Indonesia, upaya untuk mengimplementasikan inovasi
melalui instruksi secara hirarkhis dari Departemen Pendidikan Nasional di tingkat pusat
hingga sampai jajaran di tingkat daerah. Biasanya upaya implementasi inovasi tersebut
dalam bentuk proyek khusus, artinya bahwa tanpa proyek, hampir tidak ada upaya untuk
mengimplementasikan inovasi.
Sanusi (1998:45) mengemukakan bahwa tingkat keberhasilan pelaksanaan kebijakan
pendidikan tidak lepas dari, antara lain, model hierarki struktur birokrasi, metode berpikir
dan perilaku administrative pengelola, teknologi informasi dan telekomunikasi, proses
mengajar oleh dosen, dan kegiatan belajar mahasiswa. Dan proses aliran administrative-
birokrasi dalam system pemerintahan di Negara kita sekarang ini umumnya masih bersifat
top down dan berliku-liku sehingga sampai ke titik tujuan sangat lamban bahkan sering
tersumbat.
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
-
2
Lagi pula, meskipun dosen telah mengikuti pelatihan inovasi, mereka belum
sepenuhnya pengimplementasikan apa yang diperolehnya dari pelatihan tersebut dalam
proses pembelajaran di ruang kuliah. Ini berarti mereka belum memahami hakekat dan misi
inovasi itu, meskipun para innovator (instruktur) telah menceramahkan dan
mendemonstrasikannya dengan sangat bersemangat. Hal ini sebagai akibat dari tidak adanya
motivasi dari dalam diri dosen itu sendiri dan yang ada hanyalah rasa kepatuhan terhadap
instruksi dan rasa takut terhadap atasan.
Kenyataan menunjukkan bahwa, secara kualitatif, lulusan perguruan tinggi belum siap
untuk memasuki lapangan kerja maupun untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih
tinggi (S-2 atau S-3). Dan secara kuantitatif, kualitas pendidikan yang ditunjukkan dengan
nilai Ujian Akhir Semester (UAS), yang meskipun terkadang telah dimanipulasi pihak-pihak
tertentu, masih rendah. Khususnya untuk pendidikan matematika, UAS untuk matakuliah
matematika dasar secara umum masih jauh dari yang diharapkan dan lebih memprihatinkan
lagi adalah tidak terdapat kenaikan skor yang berarti selama beberapa tahun terakhir
meskipun sudah begitu banyak biaya yang dikeluarkan (Depdiknas, 2004:1).
Gagasan perubahan yang bersumber dari bawah sangat penting dalam upaya supervise
pembelajaran yang bertujuan membantu guru untuk memperbaiki proses pembelajaran. Hal
ini menempatkan dosen sebagai sumber pelaku yang sangat penting dalam implementasikan
inovasi (Satori, 1989:133). Tugas kita yang sangat penting adalah bagaimana menata proses
penyebaran inovasi itu hingga sampai pada sasaran yang diharapkan. Di sinilah peranan
supervisor dibutuhkan. Ini berarti tugas kita semua termasuk supervisor sebagai bagian
perilaku system dalam organisasi pendidikan untuk mensosialisasikan inovasi-inovasi
pembelajaran. Sosialisasi inovasi maupun supervisi pembelajaran merupakan dua tugas
yang mempunyai misi yang sama yaitu untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Roger (1983) mengemukakan bahwa untuk sampai pada implementasinya, suatu inovasi
memerlukan proses sosialisasi yang berawal dari pemilikan pengetahuan dan pemahaman
tentang fungsi inovasi, pembentukan sikap setuju atau tidak setuju terhadap inovasi,
pengambilan keputusan menerima atau menolak inovasi, dan terakhir adalah mengadopsi
inovasi tersebut.
Sosialisasi inovasi maupun supervisi pembelajaran pada dasarnya merupakan interaksi
manusia, yaitu interaksi antara sumber informasi dengan penerima inovasi maupun interaksi
antara supervisor dan dosen. Kedua interaksi tersebut bertujuan untuk mempengaruhi
ProfHighlight
ProfHighlight
-
3
pengetahuan dosen yang berakibat pada perubahan sikap, atau tindakan. Komunikasi yang
terjadi dalam interaksi seperti ini biasa disebut komunikasi persuasif.
Supervisor dan dosen yang bekerja sama dalam kegiatan ini diharapkan memiliki tujuan
yang sama, memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi, dan memiliki posisi yang
sama dalam menjalankan berbagai kegiatan yang ada. Kegiatan kerja sama seperti ini
disebut kolaborasi.
Sosialisasi inovasi maupun supervise pembelajaran ditujukan untuk meningkatkan
kompetensi dan profesionalisme seorang dosen agar dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan prestasi belajar mahasiswa. Di
samping itu, agar tujuan sosialisasi inovasi maupun supervisi pembelajaran tersebut dapat
tercapai maka harus dilaksanakan oleh orang yang memiliki kompetensi dan professional
dalam bidang inovasi dan dalam bidang supervisi pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini mencoba mengangkat isu sosialisasi inovasi
dalam pendidikan matematika yang bersifat bottom up, dilaksanakan secara persuasif dan
kolabotatif yang ditujukan untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalisme dosen
matematika. Sosialisasi ini dilakukan melalui Musyawarah Dosen Bidang Studi (MDBS)
Matematika mengingat sasaran utama dan kegiatan MDBS sejalan dengan tujuan dan
kegiatan supervisi pembelajaran, yaitu peningkatan kompetensi dan profesionalisme dosen.
Supervisi implementasi inovasi dalam proses pembelajaran matematika dasar dilakukan
oleh supervisor bidang studi matematika yang memiliki kompetensi dan professional dalam
pendidikan matematika.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan tema sentral penelitian di atas maka permasalahan pokok dalam penelitian
ini adalah apakah penerapan model sosialisasi inovasi dan supervisi pembelajaran
matematika melalui MDBS bagi mahasiswa prodi pendidikan matematika FKIP Uhamka
Jakarta akan menghasilkan prestasi belajar mahasiswa pada matakuliah matematika dasar
yang lebih baik ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan utama dalam penelitian ini adalah mengenalkan suatu model sosialisasi inovasi
dan supervisi pembelajaran matematika melalui Musyawarah Dosen Bidang Studi (MDBS)
yang bertujuan diantaranya untuk memperoleh gambaran tentang efektivitas penerapan
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
-
4
model sosialisasi inovasi dan supervisi pembelajaran matematika dasar melalui MDBS di
prodi pendidikan matematika FKIP Uhamka Jakarta.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai suatu model sosialisasi inovasi dan
supervisi dalam pembelajaran matematika sehubungan dengan upaya untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran matematika di prodi pendidikan matematika FKIP Uhamka.
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
-
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Pemikiran
Prestasi belajar mahasiswa sangat ditentukan kualitas proses pembelajaran yang
dilaksanakan dosen. Kualitas proses pembelajaran tersebut ditentukan oleh kompetensi dan
profesionalisme dosen dalam memberdayakan seluruh potensi yang ada di perguruan tinggi dan
lingkungannya termasuk memberdayakan konsepsi mahasiswa (lebih banyak yang salah) yang
diperoleh dari fenomena alam. Semua konsep yang dipelajari dalam matematika dapat
mahasiswa ditemukan melalui pengalaman hidupnya di luar ruang kuliah.
Peningkatan kompetensi dan profesionalisme dosen dalam system pendidikan kita
diwujudkan melalui pelaksanaan supervisi pembelajaran. Tetapi di sisi lain ada inovasi-inovasi
dalam pembelajaran matematika yang perlu disosialisasikan kepada dosen-dosen matematika dan
ada pula MDBS matematika yang merupakan wadah berkumpulnya dosen-dosen matematika.
Inovasi-inovasi dan MDBS ini, juga ditujukan untuk meningkatkan kompetensi dan
profesionalisme dosen. Untuk itu, perlu diupayakan memberdayakan MDBS matematika dengan
memasukkan pelaksanaan supervisi matematika di dalam kegiatannya termasuk upaya
mensosialisasikan dan mengimplementasikan inovasi pembelajaran matematika.
Pelaksanaan sosialisasi inovasi dan supervisi pembelajaran matematika melalui MDBS
matematika merupakan upaya perubahan ke arah peningkatan kompetensi dan profesionalisme
dosen yang didorong oleh keinginan dan kebutuhan dosen dari bawah (bottom up). Pelaksanaan
kegiatan MDBS matematika itu perlu dilaksanakan secara kolaboratif agar pencapaian tujuan,
yaitu peningkatan kompetensi dan profesionalisme dosen dapat dengan mudah terwujud melalui
saling memberi, saling menerima, saling membantu, dan saling bekerjasama dalam menghadapi
setiap permasalahan anggota kelompok MDBS matematika.
Pelaksanaan supervisi juga perlu dilaksanakan secara profesional, yaitu oleh supervisor yang
memiliki kompetensi dan profesional dalam bidang supervisi.
Kerangka pemikiran tersebut didasarkan pada premis-premis sebagai berikut:
1. Inovasi pembelajaran matematika merupakan suatu ide, gagasan, atau obyek yang dianggap
baru menurut persepsi penerimanya yang diarahkan untuk memperbaiki sistem pembelajaran
(Centre for Educational Research and Innovation, 1969; Lauer, 1993; Wahab, 1987);
2. Sosialisasi inovasi diarahkan pada tahap-tahap penerimaan dan implementasi inovasi yang
meliputi menyadari, tertarik, menilai, mencoba, menerima, dan mengimplementasikannya
(Roger, 1983; Lauer, 1993; Wahab, 1987);
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
-
6
3. Sosialisasi inovasi dan supervisi pembelajaran merupakan upaya merubah kognisi, sikap dan
perilaku kearah penciptaan kondisi yang menunjang peningkatan kompetensi dan
profesionalisme dosen (Wahab, 1987; McQuail & Windahl, 1981);
4. Komunikasi inovasi dibedakan atas komunikasi informatif dan komunikasi persuasif
(Effendy, 1998; Appbaum & Anatol, dalam Malik, 1993; Malik, 1993; Brembeck & Howell,
dalam Malik, 1993; Hovland, et al., dalam Tan, 1981);
5. Upaya kolaboratif merupakan kegiatan yang saling bekerja sama dan saling membantu
untuk mencapai tujuan yang diharapkan bersama (Lemma, 1993; Tsui, 1995);
6. Kompetensi dosen merupakan kewenangan dosen yang didasarkan pada kecakapan,
pengetahuan, dan penguasaannya terhadap tugas-tugas sebagai dosen. Kompetensi
merupakan deskripsi kualitatif perilaku dosen yang berhubungan dengan pemilikan dan
penggunaan kemampuan untuk mengintegrasikan pemikiran. Kadar kompetensi seseorang
tidak hanya merujuk pada kualitas kerja, tetapi sekaligus merujuk pada kualitas profesional
kerja seseorang (Topping 1998; Broke & Stone, 1975; Johnson, 1974; Sudjana, 1989);
7. Profesionalisme dosen merupakan pekerjaan yang mensyaratkan pendidikan atau latihan
khusus yang ekstensif dalam teori sistematis dalam bidang pendidikan (American Heritage
Dictionary of the English Language, 1996; Sutisna, 1987; Good, 1973; Raka Joni, 1980);
8. Pembelajaran matematika merupakan upaya membelajarkan hakekat matematika yang
berupa proses matematika atau metode ilmiah, produk matematika, dan aplikasi matematika
dalam pemenuhan kebutuhan manusia yang diwujudkan melalui pengembangan teknologi
(Fisher, 1975, Hungeford, et al., 1990; Hare, 1985; Simpson, 1969; Rutherford & Ahlgren,
1990; Amin, 1989; Trowgridge & Bybee, 1990; Poedjiadi, 1987; Harlen, 1987; 1992; Sagan,
1996; Horsley, et al., 1990; Carin and Sund, 1985; NSTA, 1997; Lederman, 1992; Sanusi,
1998; NRC, 1996; Tasker & Osborne, 1990; Hoffman, et al., 1993; Woods, 1994; Lopez &
Tuomi, 1995);
9. Mahasiswa pada dasarnya telah membawa pengetahuannya (childrens conceptions) ke
dalam ruang perkuliahan matematika yang diperolehnya dari pengalaman hidup sehari-hari
sebelumnya, karena konsep-konsep matematika itu ada dalam lingkungan hidup mereka
(Osborne & Freyberg, 1990; Ricardo, 1996; Renner, et al., 1978; Stepans, et al., 1986;
Harlen, 1992; Woods, 1994; Ausubel, 1968; Novak, 1985; Dahar, 1991, Novak & Gowing,
1985; Stahl, 1991).
Inovasi merupakan gagasan atau ide yang dianggap baru oleh individu atau penerima. Dalam
pendidikan, inovasi merupakan suatu perubahan dalam salah satu komponen sistem pendidikan
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
-
7
yang bertujuan untuk memperbaiki aspek-aspek tertentu sistem. Ciri-ciri inovasi adalah sesuatu
yang baru menurut persepsi penerima, diciptakan secara sengaja, bertujuan memperbaiki yang
ada, dan kebaikan inovasi itu dapat ditunjukkan (Wahab, 1987; Roger, 1983; 1995; Regan, 1996;
Center for Strategic Management, 2002; Altshuler & Beehn, dalam Cerami, 2001; Rogers dalam
Smith, 2001; Glor, 1992; Hauschildt, 1992; Mega, 2001; Roberts & king, 1996).
Inovasi pembelajaran merupakan ujung tombak inovasi-inovasi dalam pendidikan karena
kegiatan pembelajaran merupakan unsur kegiatan yang paling bawah dan menentukan dalam
keseluruhan kegiatan sistem pendidikan. Keberhasilan proses pembelajaran yang ditunjukkan
oleh prestasi belajar mahasiswa juga merupakan tolok ukur keberhasilan pendidikan.
Sumber-sumber inovasi pembelajaran di samping hasil penelitian juga dapat berupa
pengalaman dosen yang dilaporkan secara sistematis sehingga dapat dicontoh oleh dosesn-dosen
lainnya. Di samping itu, penelitian tindakan kelas yang sedang digalakkan sekarang ini
diharapkan menjadi sumber inovasi lainnya untuk peningkatan kualitas proses pembelajaran.
Proses sosialisasi inovasi pada hakekatnya merupakan interaksi manusia melalui proses
komunikasi. Roger (1983, 1995) mengemukakan bahwa sosialisasi inovasi atau difusi inovasi
merupakan proses suatu inovasi yang dikomunikasikan melalui saluran tertentu selama periode
wakru tertentu pula. Mega (2001) mengemukakan bahwa tanpa komunikasi, inovasi tidak akan
tersebar apalagi terimplementasikan. Komunikasi inovasi terjadi dalam sistem sosial yang berupa
kumpulan individu yang terlibat dalam kegiatan yang bertujuan menyelesaikan permasalahan
yang mereka hadapi.
Telah banyak inovasi yang dihasilkan yang berhubungan dengan proses pembelajaran dan
telah banyak pula usaha yang dilakukan untukj mengimplementasikan inovasi tersebut, tetapi
kenyataan di lapangan tidak memberikan hasil sesuai yang diharapkan. Sehubungan dengan itu
Wahab (1987:9) mengemukakan bahwa berdasarkan pengalaman dan sejarah perkembangan
pendidikan di Indonesia, inovasi pendidikan cenderung bersifat formal, artinya inovasi tersebut
hampir seluruhnya ditetapkan oleh Depdiknas tingkat pusat yang kemudian disebarluaskan
dengan harapan akan diterima dan dilaksanakan oleh unsur paling bawah dalam sistem
organisasi pendidikan melalui suatu proses yang telah digariskan berdasarkan berbagai
kebijaksanaan pendidikan.
Menurut Adikusumo (1986:123) kegagalan implementasi inovasi disebabkan oleh antara
lain: masih kurangnya sikap dan kemampuan berpikir kritis, reflektif, dan antisipatif dosen-dosen
terhadap inovasi yang diperkenalkan; penerimaan inovasi belum dibarengi dengan tekad baru
dan kerja keras, nilai dan esensi dari suatu inovasi belum menjadi milik intrinsik manusia
-
8
sebagai akibat dari penerimaan inovasi demi target formalistik belaka. Sedangkan menurut
Engkoswara (1987:13) kegagalan implementasi inovasi disebabkan oleh antara lain inovasi
sering diterima tidak sebagai sesuatu yang utuh yang mengakibatkan pemahaman yang bersifat
parsial hingga tidak dipahami dengan makna dan inovasi tersebut.
Menurut Roger (1983, 1995), ada empat faktor utama yang saling berinteraksi
mempengaruhi difusi suatu inovasi, yaitu: (1) inovasi itu sendiri, (2) bagaimana informasi
inovasi tersebut dikomunikasikan, (3) waktu, dan (4) hakekat sistem sosial di mana inovasi
tersebut diperkenalkan.
Keberhasilan suatu inovasi dalam pembelajaran hingga sampai pada implementasinya, tidak
cukup jika hanya bermodalkan keputusan Menteri Depdiknas, keputusan Dirjen Dikti, dan atau
keputusan Koordinator Kopertis, karena suatu inovasi sampai pada implementasinya
memerlukan suatu proses yang berhubungan dengan perilaku manusia, yang dalam hal ini adalah
perilaku dosen-dosen terhadap inovasi tersebut. Untuk itu upaya mengimplementasikan suatu
inovasi dalam proses pembelajaran hendaknya diawali dengan upaya sosialisasi inovasi
pembelajaran. Di samping itu, keberhasilan suatu implementasi inovasi sangat ditentukan oleh
faktor pengawasan. Dalam sistem pendidikan, pengawasan yang berhubungan dengan proses
pembelajaran dilaksanakan melalui supervisi pembelajaran.
Dengan demikian, berdasar uraian di atas dan dengan mereposisi sosialisasi inovasi dan
supervisi pembelajaran, maka semoga permasalahan tentang rendahnya kualitas pendidikan yang
ditunjukkan dengan rendahnya kualitas hasil belajar mahasiswa dapat diatasi.
B. Pembelajaran Matematika, Inovasi, dan Supervisinya
Matematika merupakan kumpulan pengetahuan tentang obyek yang telah diuji kebenarannya
(Fisher, dalam Amin, 1989; Hungeford, et al., 1990; Hare, 1985; Kemeny, tt) yang mencakup
dua aspek, yaitu matematika sebagai proses yang dikenal dengan metode ilmiah dan matematika
sebagai produk atau biasa disebut sebagai body of knowledge (Simpson, 1969 dalam Yager, et
al., 1993; Sumaji, dkk, 1998; Rutherford & Ahlgren, 1990; Amin 1989; Darmodjo & Kaligis,
1993; Trowbridge & Bybee, 1990). Di samping itu, matematika juga memiliki nilai-nilai ilmiah
atau value of science yang melekat pada pengetahuan ilmiah (Trowbridge & Bybee, 1990;
NSTA, 1997).
Perkembangan matematika didorong oleh kegagalan produk matematika menjelaskan
fenomena alam dan penerapan matematika dalam teknologi. Kegagalan tersebut memunculkan
berbagai peryanyaan baru yang mendorong para ilmuwan secara terus menerus mengadakan
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
-
9
penyelidikan matematika dan aplikasinya dalam teknologi dengan menggunakan metode ilmiah.
Hasil penyelidikan ini dapat sebagai pembenaran atau validasi terhadap produk matematika yang
berlaku atau sebagai penciptaan produk matematika yang baru. Oleh karena itu produk
matematika bersifat tentatif.
Pembelajaran matematika pada dasarnya mengupayakan setiap mahasiswa melek
matematika. Hal ini berarti memahami dan menguasai metode ilmiah, memiliki pengetahuan
ilmiah, memiliki sikap ilmiah, mengetahui penggunaan dan pemeliharaan teknologi, dan
memahami nilai-nilai pengetahuan dan nilai-nilai yang berlaku pada masyarakat. Di samping itu
pembelajaran matematika membantu siswa meningkatkan kemampuan membuat keputusan-
keputusan dalam hidup yang lebih baik yang berhubungan dengan mereka dan dunia mereka
(Horsley, et al., 1990; Hoffman, et al., 1993). Oleh karena itu, pembelajaran matematika sebagai
suatu ilmu seyogyanya mencerminkan hakekat ilmu tersebut dan tidaklah tepat apabila dosen
dalam pembelajaran matematika hanya dengan menyampaikan konsep yang ada dalam buku atau
transfer of knowledge kepada mahasiswa. Hal ini tidak akan memperoleh hasil yang
komprehensif sebagaimana yang diharapkan.
Sehubungan dengan itu, dosen matematika hendaknya mencari dan diberikan kesempatan
untuk meneliti dan menganalisis literature-literatur yang berhubungan dengan hakekat ilmu,
menyediakan kesempatan untuk menganalisis, mendiskusikan, dan membahas topic-topik atau
laporan-laporan dalam media yang berhubungan dengan hakekat ilmu dan pengetahuan ilmiah,
serta mengukuti pelatihan-pelatihan maupun seminar-seminar yang tidak hanya terbatas pada
konteks pendidikan (NSTA, 1997). Di samping itu, wawasan profesionalisme dosen diperlukan
untuk melengkapi peran mereka dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran yang
dilaksanakannya menjadi lebih efektif (Hoffman, 1993).
Dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran matematika, telah banyak upaya yang
dilaksanakan baik melalui penelitian maupun melalui pertemuan-pertemuan ilmiah, dan telah
menghasilkan berbagai rekomendasi yang merupakan cikal bakal inovasi.
Selama beberapa decade terakhir, di Indonesia telah banyak inovasi dalam pembelajaran
yang direkomendasikan dan bahkan telah diupayakan implementasinya melalui proyek tertentu
yang terpusat. Rekomendasi-rekomendasi tersebut seperti cara belajar mahasiswa aktif (CBMA),
pendekatan lingkungan, pendekatan matematika terpadu, pembelajaran berorientasi tujuan,
pendekatan keterampilan proses, dan sebagainya. Bahkan metode eksperimen dan demonstrasi
yang jauh sebelumnya telah direkomendasikan untuk digunakan dalam proses pembelajaran
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
-
10
matematika. Setiap inovasi tersebut memiliki keunggulan masing-masing yang telah diuji
validitas dan reliabilitasnya melalui penelitian maupun kajian ilmiah.
Kenyataan menunjukkan bahwa kebanyakan dosen tidak menggunakan inovasi-inovasi
tersebut dalam proses pembelajarannya, mereka cenderung menggunakan metode ceramah dan
bahkan ada yang hanya menyuruh mahasiswa menyalin atau mengerjakan tugas. Berbagai alas
an yang mereka kemukakan antara lain waktu yang terbatas, muatan kurikulum yang terlalu
banyak, tidak ada sarana da prasarana penunjang, gaji atau honor yang tidak sesuai denga
pekerjaan yang diberikan, dan sebagainya. Memang beberapa dari alasan itu ada benarnya, tetapi
bukan berarti mengabaikan sama sekali inovasi-inovasi yang telah diupayakan.
Di samping itu, inovasi ataupun rekomendasi penelitian yang berhubungan dengan proses
pembelajaran telah banyak yang dihasilkan akhir-akhir ini, tetapi sayangnya hanya menjadi arsip
dan pajangan perpustakaan di berbagai perguruan tinggi.
Kegagalan implementasi inovasi selama ini bukan semata-mata kesalahan dosen untuk tidak
mengimplementasikannya, tetapi kemungkinan besar terletak pada proses sosialisasinya yang
tidak mencapai sasaran. Kelemahan upaya tersebut, antara lain: jauhnya pusat informasi inovasi
dengan dosen-dosen yang berakibat pada tidak lengkapnya informasi tentang visi dan misi
inovasi yang diterima dosen-dosen, tidak efektifnya pengawasan atau tidak efektifnya supervise
dalam proyek tersebut, dan tidak dilibatkannya supervisor yang berlatar belakang pendidikan
matematika.
Tujuan supervisi pembelajaran matematika adalah untuk memperbaiki situasi belajar
mahasiswa yang diarahkan pada tujuan agar mahasiswa dapat mengetahui proses matematika,
produk matematika, dan aplikasi matematika dalam teknologi, serta bertanggungjawab terhadap
diri sendiri maupun kepada masyarakat (Harbeck, 1976). Usaha perbaikan pembelajaran
matematika tersebut hendaknya dilakukan secara menyeluruh, terus menerus, serta penuh dengan
keterampilan (Eiss, 1976; NSTA, 1997).
Berdasarkan tujuan supervisi tersebut, tanggungjawab supervisor matematika adalah
meningkatkan kualitas pembelajaran matematika dengan meningkatkan penguasaan dosen pada
content of knowledge atau subject-matter knowledge, pedagogical content knowledge, dan
curricular knowledge (Hendrix, 1976; Downs, 1976; Shulman dalam NSTA, 1997; Fessler &
Burke, 1987; NSTA, 1997).
Tanggungjawab supervisor tersebut tercermin pada efektivitasnya mengkoordinasikan usaha
bersama dalam mengupayakan program pembelajaran (NSTA, 1997), mengupayakan program-
program inservis atau reguler bagi dosen-dosen (NSTA, 1997; Ross & Regan, 1995), dan
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
-
11
membangkitkan semangat dosen-dosen dalam mengimplementasikan perubahan-perubahan yang
dinilai berguna untuk meningkatkan kualitas pembelajaran (Eiss, 1976; NSTA, 1997), serta
mendorong dosen-dosen menjadi anggota dan berpartisipasi dalam organisasi profesi pendidikan
matematika (NSTA, 1997; Downs, 1976). Usaha-usaha tersebut secara terus menerus perlu diuji,
dianalisis, da direvisi (NSTA, 1997).
Beberapa usaha yang berarti yang berhubungan dengan supervisi pemebelajaran antara lain
penggunaan peer teaching yang memberikan hasil yang positif pada peningkatan komitmen
mengajar dosen, dan kepercayaan dosen; dan pelaksanaan supervisi yang menggunakan dialog
kolegial antara dosen dan supervisor memberikan hasil yang lebih baik. Oleh karena itu
pelaksanaan supervisi hendahnya tidak dilaksanakan dengan tujuan menilai unjuk kerja dosen
oleh atasan, melainkan upaya kerjasama dan saling membantu di antara pemerhati pembelajaran
matematika dengan tujuan memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran (Ebmeier
&Nicklaus, 1999; Ross & Regan, 1995; Sullivan & Glanz, 2000; Brundage, 1996).
Sehubungan dengan upaya sosialisasi inovasi dalam pembelajaran matematika, supervisi
pembelajaran hendaknya memperhatikan inovasi yang diperlukan oleh dosen untuk mengatasi
permasalahan dan kebuituhan mereka dan ditujukan untuk meningkatkan kompetensi dan
profesionalisme dosen-dosen matematika. Oleh karena itu supervisor pembelajaran hendaknya
berperan sebagai sumber inovasi sekaligus pemrakarsa inovasi dalam pembel;ajaran matematika
(Bybee, 1976).
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
-
12
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Berdasarkan permasalahan, penelitian ini menggunakan pendekatan naturalistik kualitatif
yang oleh Bogdan & Biglen (1982:3) disebut sebagai qualitative research atau penelitian
kualitatif. Penelitian ini dilakukan pada MDBS di prodi pendidikan matematika FKIP Uhamka
Jakarta pada semester ganjil tahun akademik 2008/2009. Oleh karena itu, sumber data dalam
penelitian adalah dosen-dosen yang mengampu matakuliah matematika dasar 1 dan supervisor
matematika dasar 1.
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi
dengan instrument utama adalah peneliti yang dilengkapi dengan garis-garis besar pedoman
wawancara, observasi, dan dokumentasi, catatan lapangan (fields notes) yang dibuat.
Untuk menjamin tingkat kepercayaan atau kredibilitas dalam penelitian ini digunakan
teknik-teknik seperti triangulasi, members check, dan pengamatan yang terus-menerus. Untuk
menjamin transferbilitas penelitian ini diberikan model sosialisasi inovasi dan supervisi
pembelajaran melalui MDBS Matematika yang telah dilaksanakan untuk dapat diujicobakan
pada kondisi lain. Untuk menjamin dependabilitas dan konfirmabilitas penelitian ini
dilaksanakan audit trail dengan menyusun data mentah yang diperoleh dari lapangan yang
dibedakan atas sebelum dan setelah model sosialisasi inovasi diterapkan dan menurut
permasalahan penelitian, dan disusun menurut topik, subtopik, dan kategori.
B. Sumber Data
Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika FKIP
Uhamka Jakarta yang telah dan baru mengambil matakuliah Matematika Dasar 1. Dalam
penelitian ini, dengan berbagai pertimbangan termasuk waktu, dana, maupun latar belakang
penelitian yang lebih banyak berhubungan dengan pembelajaran Matematika maka penelitian ini
dibatasi pada pembelajaran Matematika Dasar 1. Oleh karenanya, sumber data dalam penelitian
ini adalah dosen-dosen Matematika Dasar 1 dan supervisor Matematika Dasar 1. Jadi
karakteristik sumber data adalah dosen Matematika Dasar 1 pada Program Studi Pendidikan
Matematika FKIP Uhamka Jakarta.
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
-
13
Berdasarkan kerangka pemikiran penelitian, maka yang menjadi titik perhatian pada sumber
data, di samping individunya itu sendiri, uga menyangkut interaksinya dalam kegiatan pertemuan
MDBS.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini ditentukan secara purposif yang didasarkan pada
karakteristik tertentu yang dimiliki sampel sesuai dengan tujuan penelitian.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Wawancara yang dilakukan bersifat terbuka sehingga tidak menggunakan suatu instrumen
tertentu yang harus diui validitasnya melainkan hanya menyiapkan garis-garis besar program
wawancara sebagai pengarah dalam proses wawancara agar tidak terlalu jauh menyimpang dari
fokus penelitian. Wawancara berlangsung secara wajar berdasarkan ucapan dan buah pikiran
sumber data yang diwawancarai.
Observasi dilakukan menurut apa adanya menurut kenyataan yang ada di lapangan, dan
dalam penelitian dilakukan secara partisipasi aktif peneliti di mana peneliti turut serta dalam
kegiatan-kegiatan kelompok yang diteliti. Pengamat partisipan pada satu pihak merupakan
orang dalam yang merasakan dan mengalami situasi secara pribadi, di pihak lain, pengamat
partisipan uga sebagai orang luar yang dapat mengamati situasi dengan sikap yang lebih
obyektif. Jadi pengamat dapat berada dalam situasi dan dapat juga menempatkan diri di luar
situasi, sesuai dengan data apa yang ingin diperoleh dari hasil observasi tersebut (Nasution,
1992:60-61).
Hasil wawancara maupun onservasi terhadap satu sumber data, tidak segera dianggap
sebagai suatu hasil yang dapat dipegang melainkan perlu diadakan cross check atau
wawancara dengan dan observasi terhadap sumber data lainnya atau yang biasa disebut dengan
triangulasi.
Dokumentasi dilakukan sebagai pelengkap hasil wawancara maupun hubungannya dengan
fokus penelitian.
D. Instrumen Penelitian
Penelitian naturalistik menempatkan peneliti sebagai instrumen utama dalam penelitian ini
yang dilengkapi dengan garis-garis besar pedoman wawancara, observasi, dandokumentasi. Di
samping itu, penelitian naturalistik sangat bergantung pada ketelitian dan kelengkapan catatan
-
14
lapangan (fields notes) yang dibuat. Catatan lapangan ini berisi hasil observasi, wawancara,
dokumentasi.
Untuk memperoleh data tentang sosialisasi inovasi dan supervisi pembelajaran Matematika
Dasar 1 dilakukan melalui wawancara dengan dosen-dosen yang mengikuti kegiatan pertemuan
MDBS, dan observasi terhadap kegiatan pertemuan MDBS dan implementasi yang dilakukan
dosen-dosen dalam proses pembelajaran di kelas, serta dokumentasi terhadap perangkat-
perangkat yang telah dihasilkan dalam kegiatan pertemuan MDBS. Dalam kegiatan ini termasuk
pelaksanaan supervisi pembelajaran.
Untuk memperoleh data tentang prestasi belaar mahasiswa, digunakan perangkat tes yang
dibuat dalam pertemuan MDBS, mengingat perihal penyusunan tes prestasi belaar uga
merupakan bagian yang turut dibicarakan dalam kegiatan MDBS tersebut. Di samping itu,
analisis penelitian akan membandingkannya denganrata-rata prestasi belajar yang dicapai
mahasiswa menurut aktivitas dosen dalam kegiatan pertemuan MDBS.
E. Pengumpulan Data dan Analisis Data
Sebagaimana telah dikemukakan di atas,maka pengumpulan data dilaksanakan dengan
menggunakan teknik wawancara, observasi, maupun dokumentasi.
Untuk menamin tingkat kepercayaan atau kredibilitas penelitian ini, digunakan teknik-teknik
seperti triangulasi, members check, dan pengamatan terus menerus.
Untuk menamin transferbilitas penelitian ini diberikan model sosialisasi inovasi dan
supervisi pembelajaran melalui MDBS Matematika Dasar 1 yang telah dillaksanakan untuk
dapat diujicobakan pada kondisi lain.
Untuk menjamin dependabilitas dan konfirmabilitas, penelitian ini dilaksanakan audit trail
dengan menyusun data mentah yang diperoleh dari lapangan yang dibedakan atas sebelum dan
setelah model sosialisasi inovasi diterapkan dan menurut permasalahan penelitian, dan disusun
menurut topik, subtopik, dan kategor.
Analisis data dan pembahasan dalam penelitian ini dilaksanakan secara deskriptif kualitatif
pada bab IV yang meskipun didalamnya ada data-data kuantitatif.
F. Model Sosialisasi Inovasi dan Supervisi Pembelajaran Matematika
Model SISP yang dikembangkan dalam penelitian ini dilaksanakan melalui kegiatan MDBS
Matematika Dasar 1 yang didasarkan padaperubahan yang bersumber dari bawah (bottom-up).
Pelaksanaan kegiatan MDBS yang dimaksud tidak memiliki garis komando secara vertikal
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
-
15
dengan Depdiknas, Dikti, maupun Kopertis. Disamping itu interaksi peserta dalam kegiatan
MDBS ini dilakukan secara persuasif dan kolaboratif. Upaya ini ditujukan untuk meningkatkan
kompetensi dan profesionalisme dosesn-dosen Matematika.
ProfHighlight
-
16
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan permasalahan penelitian dan karakteristik hasil penelitian yang diperoleh, hasil
penelitian ini disaikan menurut tiga topik besar, yaitu: (1) sosialisasi inovasi dan supervisi
pembelajaran matematika, (2) hasil supervisi kunjungan kelas, dan (3) prestasi belajar
mahasiswa setelah penerapan model sosialisasi inovasi dan supervisi pembelajaran matematika
melalui MDBS.
Topik pertama disajikan menurut subtopik,yaitu; model SISP bottom-up, persuasif,
kolaboratif, subtopik kompetensi dan propesionalisme. Topik kedua disajikan berdasarkan hasil
supervisi kunungankelas. Topik ketiga dibagi atas unit-unit; prestasi belajar mahasiswa tahun
pertama, prestasi belajar mahasiswa tahun kedua, dan prestasi belajara mahasiswa tahun ketiga.
Masing-masing subtopik tersebut dibagi lagi atas beberapa kategori, yang dapat dilihat pada
uraian masing-masing subtopik tersebut.
A. Sosialisasi Inovasi dan Supervisi Pembelajaran
Kegiatan MDBS selama ini belum dilaksanakan secara maksimal untuk meningkatkan
kompetensi dan profesionalisme dosen Matematika Dasar 1yang pada akhirnya akan tercermin
pada prestasi belajar mahasiswa. Hal ini ditunukkan oleh hasil belajar mahasiswa yang biasanya
diukur dengan KHS (Kartu Hasil Studi), terutama Matematika Dasar 1yang masih jauh dari yang
diharapkan.
Pelaksanaan kegiatan MDBS yang selalu menunggu instruksi dari atas berakibat dosen-
dosen hanya mau terlibat karena enggan terhadap pimpinan dan bukan atas dasar kemauan atau
kesadaran sendiri untuk mengembangkan kualitas proses pembelajaran yang dilaksanakannya.
Pelaksanaan kegiatan MDBS yang selalu menunggu dana dari atas berakibat pada
pelaksanaan kegiatan MDBS tidak tepat pada waktunya, dan kegiatan MDBS tiap tahun
dilaksanakan selama satu minggu secara berturut-turut yang berakibat pelaksanaan MDBS tidak
efektif dalam membantu meningkatkan kualitas pembelajaran. Kegiatan MDBS seperti ini tidak
memungkinkan supervisor memberikan penguatan (reinforcement) yang segera kepada dosen-
dosen yang dinilai berhasil, terlambatnya pemberian perbaikan kepada dosen-dosen yang
mengalami hambatan, dan implementasi program pada waktu yang relatif singkat dari
penyusunannya berbeda hasilnya dengan implementasinya yang tertunda sampai jangka waktu
yang relatif panjang.
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
-
17
Model SISP merupakan upaya untuk memberdayakan MDBS, dimana kegiatannya tidak
menunggu instruksi dan dana dari Kopertis melainkan didorong oleh anggota MDBS itu sendiri
dan mulai selambat-lambatnya seminggu atau dua minggu sebelum proses pembelajaran dimulai,
serta melibatkan dosen Matematika dan nara sumber yang mempunyai minat terhadap
peningkatan kualitas pembelaaran Matematika.
Inovasi-inovasi san supervisi yang berhubungan dengan pembelajaran Matematika yang
selama ini belum mendapatkan tempat dalam kegiatan MDBS, dibahas dan diupayakan
implementasinya oleh dosesn-dosen Matematika melalui kegiatan MDBS.
1. Bottom-up
Telah diupayakan pelaksanaan kegiatan pertemuan MDBS Matematika Dasar 1 yang
dirancang untuk mensosialisasikan inovasi dalam pembelajaran Matematika Dasar 1 dengan
mengakomodasikan fungsi-fungsi dan prinsip-prinsip supervisi pembelajaran. MDBS merupakan
wadah berkumpulnya dosen-dosen bidang sejenis yang jumlah anggotannta relatif kecil, sangat
tepat dijadikan basis bagi SISP Matematika, karena dalam kelompok kecil memungkinkan
adanya pertukaran pengalaman dan mengangkat inovasi dan supervisi pembelajaran melalui
kelompok kecil lebih mudah diinformasikan, dengan mudah pula diterima dan memperoleh
tanggaapan dari anggota kelompok. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Gavriel Tarde
yang dikutip oleh Lauer (1993:227).
Pertanyaan penelitian yang dijawab pada bagian ini adalah apakah SISP melalui MGDS
Matematika Dasar 1 telah dilaksanakan dengan menggunakan prinsip bottom-up?
Model SISP Matematika Dasar 1 yang didasarkan pada prinsip bottom-up tidak didasarkan
pada instruksi dari atas, melainkan didasarkan pada inisiatif dosen-dosen Matematika Dasar 1
aendiri, memungkinkan diikuti oleh seluruh anggota MDBS sehingga mereka tidak harus
menunggu giliran untuk mengikuti kegiatan MDBS. Penerimaan inovasi oleh individu-individu
yang tergabung dalam kelompok akan lebih tinggi dan lebih cepat dibandingkan dengan individu
yang terpisah, memungkinkan dilaksanakan tepat pada waktunya dan secara periodik dirancang
untuk tidak membosankan dosen-dosen dalam pelaksanaannya. Dirancang tidak memerlukan
biaya yang banyak karena dilaksanakan pada jam kantor dan lokasinya mudah dijangkau oleh
setiap anggota MDBS, dirancang pembahasan materi yang berhubungan dengan peningkatan
kualitas pembelajaran.
MDBS dapat diadikan wadah bagiupayasosialisasi inovasi dan supervisi pembelajaran
Matematika Dasar 1 yang dalam pelaksanaannya melibatkan dosen-dosen secara aktif sehingga
yang dibahas didalamnya merupakan kebutuhan dosen-dosen itu sendiri dan mereka sendiri yang
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
-
18
merencanakannya. Berarti, inovasi yang disosialisasikan adalah yang sesuai dengan harapan
dosen-dosen Matematika Dasar 1 untuk mengatasi permasalahan yang mereka hadapi, dan
supervisor srta aspek-aspek yang disupervisi dibahas dan ditentukan sendiri oleh dosen-dosen
dalam pertemuan tersebut. Pelaksanaan kegiatan MDBS sepert ini didasarkan pada bottom-up,
dimana kegiatan MDBS tersebut atas inisiatifndosen-dosen. Ika usaha itu dilakukan dengan
sengaja oleh dosen-dosen, maka mereka akan berusaha untuk mencapai tuuan yang diharapkan
bersama. Jadi upaya untuk ingin berubah ke arah yang lebih baik itu datangnya daridosen-dosen
sendiri bukan dari universitas atau dari Kopertis sehingga upaya-upaya ini mudah sampai pada
implementasinya. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Wahab (1978:18) dan Miles
(1964).
Kesimpulannya adalah bahwa pelaksamaan sosialisasi inovasi dan supervisi pembelajaran
Matematika Dasar 1 melalui MDBS telah dilaksanakan secara bottom-up.
2. Persuasif
Pertanyaan penelitian yang dijawab pada bagian ini adalah apakah SISP melalui MDBS
Matematika Dasar 1 telah dilaksanakan berdasarkan prinsip persuasif?
Model SISP melalui MDBS Matematika Dasar 1 yang didasarkan pada prinsip persuasif
melibatkan dosen-dosen Matematika Dasar 1 atas kemauan sendiri dalam mengikuti kegiatan
tersebut, anggota MDBS lebih dapat dipersuasi oleh pemberi informasi inovasi dan supervisi
yang oleh anggota MDBS rasakan sama dengan mereka, melibatkan pemberi informasi yang
memiliki kredibilitas yang tinggi, menuntut partisipasi aktif anggotanya, sebagai akibat
pendekatan persuasif ini dosen-dosen merasa senang dan tertarik mengikuti kegiatan MDBS, dan
mereka selalu bersifat kritis terhadap setiap informasi yang disampaikan.
Kesimpulan adalah bahwa pelaksanaan sosialisasi inovasi dan supervisi pembelajaran
melalui MDBS Matematika Dasar 1 telah dilaksanakan secara persuasif.
3. Kolaboratif
Pertanyaan penelitian yang diawab pada bagian ini adalah apakah SISP melalui MDBS
Matematika Dasar 1 telah dilaksanakan dengan menggunakan prinsip kolaboratif?
Model SISP melalui MDBS Matematika Dasar 1 yang didasarkan pada prinsip kolaboratif,
pesertanya saling bekerja sama, saling membantu, setiap anggota MDBS memiliki kesempatan
dan posisi yang sama dalam mengemukakan pendapatnya, setiap anggota MDBS bersikap
terbuka dan memiliki tujuan yang sama.
Kesimpulan adalah bahwa pelaksanaan sosialisasi inovasi dan supervisi pembelajaran
Matematika melalui MDS telah dilaksanakan berdasarkan prinsip kolaboratif.
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
-
19
4. Kompetensi dan Profesionalisme Dosen Matematika
Pertanyaan penelitian yang diawab pada bagian ini adalah apakah SISP melalui MDBS
Matematika Dasar 1 dapat meningkatkan kompetensi dan profesionalisme dosen Matematika?
Untuk menawab pertanyaan ini, berikut ini dikemukakan hasil penelitian yang berhubungan
dengan kompetensi dan profesionalisme dosen Matematika Dasar 1 yang mengikuti kegiatan
MDBS dan yang tidak mengikuti kegiatan MDBS. Kompetensi dan profesionalisme dosen
Matematika tercermin pada kemampuan dosen mengelola kelas, menila kemajuan proses
pembelajaran pemahaman dan penguasaan dosen terhadap landasan kependidikan, dan materi
pembelajaran yang nampak dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Disamping itu, seorang
dosen yang profesional memiliki komitmen yang kuat untuk belajar secara terus menerus,oleh
karena itu seorang dosen yang profesional seharusnya memiliki sejumlah buku yang
berhubungan dengan bidangnya, frekuensi membacanya tinggi, dan mengetahui kesiapan dan
memiliki keyakinan terhadap kemampuan mengajarnya.
Kesimpulan adalah bahwa pelaksanaan SISP melalui MDBS Matematika Dasar 1 ada
indikasi dapat meningkatkan kompetensi dan profesionalisme dosen, hal ini juga ditunjukkan
oleh skor yang diperoleh dosen dalam pelaksanaan supervisi kunungan kelas dan prestasi belajar
mahasiswa yang akan diuraikan berikut ini.
B. Hasil Supervisi Kunjungan Kelas
Sebagai dukungan awaban terhadp pertanyaan keempat, apakah SISP melalui MDBS dapat
meningkatkan kompetensi dan profesionalisme dosen Matematika?
Teknik supervisi akademik yang digunakan untuk mengevaluasi implementasi hasil kegiatan
MDBS dalam proses pembelaaran di kelas adalah supervisi kunjungan kelas. Setelah model ini
diterapkan, supervisor ditentukan dan dipilih di antara dan oleh anggota kelompok MDBS
Matematika Dasar 1 sehingga supervisor benar-benar berlatar belakang pendidikan Matematika
dan mengajar Matematika Dasar 1. Hal ini dimaksudkan agar antara supervisor dan yang
disupervisi memiliki pemahaman yang sama terhadap proses pembelajaran yang dilaksanakan
yang pada akhirnya akan memudahkan kedua belah pihak dalam usaha memperbaiki dan
meningkatkan kualitas pembelaaran. Disamping itu aspek-aspek yang disupervisi disusun
bersama dalam kegiatan pertemuan MDBS tersebut sehingga dosen-dosen benar-benar
menyadari aspek-aspek apa saja yang harus dipersiapkannya agar proses pembelajarannya
mencapai hasil yang diharapkan.
Hasil supervisi kunjungan kelas tersebut dikategorikan atas aktivitas dosen dalam mengikuti
model sosialisasi inovasi dan supervisi pembelajaran Matematika Dasar 1 melalui MDBS, yaitu:
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
-
20
dosen yang aktif, sedang, dan tidak aktif. Aktivitas dosen-dosen ini didasarkan pada kehadiran
dosen-dosen dalam pertemuan MDBS. Dosen-dosen Matematika Dasar 1 yang termasuk aktif
atau yang kehadirannya lebih dari 75% sebesar 65%, sedangkan sisanya tergolong sedang dan
tidak aktif. Dosen-dosen Matematika Dasar 1 yang tergolong aktif mengikuti pertemuan MDBS
lebih lancar dalam proses pembelajarannya dibandingkan dengan dosen-dosen yang tidak aktif.
Selanjutnya, supervisi kunjungan kelas dilaksanakan dengan menggunakan pedoman
supervisi kunjungan kelas yang telah dibuat dalam pertemuan MDBS ini. Pedoman ini terdiri
dari (1) persiapan yang mencakup beberapa aspek, yaitu (a) analisis materi perkuliahan; (b)
program tahunan, (c) program semester, (d) program satuan perkuliahan, (e) rencana
perkuliahan; dan (2) kegiatan proses pembelajaran yang meliputi (a) pendahuluan (penampilan
dosen, apersepsi dan motivasi, penyampaian pokok-pokok bahasan/subpokok bahasan/konsep
materi kuliah, penggunaan bahasa), (b) pengembangan (penguasaan materi, penyajian,
model/pendekatan/metode, penggunaan alat bantu, partisipasi mahasiswa, bimbingan terhadap
mahasiswa, teknik bertanya), dan (c) penerapan dan penutup (tes evaluasi, daya serap,
rangkuman, pemberian tugas, penggunaan alokasi waktu, mengakhiri perkuliahan). Masing-
masing aspek yang disebutkan sudah ditentukan bobotnya yang secara keseluruhan atau skor
idealnya berjumlah 1000.
Hasil supervisi kunjungan kelas menunjukkan bahwa dosen-dosen Matematika Dasar 1 yang
aktif dalam kegiatan MDBS memperoleh skor rerata 938 dari skor ideal 1000, sedangkan dosen-
dosen yang sedang aktivitasnya dalam kegiatan MDBS memperoleh skor rerata 873, dan dosen
yang tidak aktif memperoleh skor rerata 832.
Hasil supervisi kunjungan kelas ini mengindikasikan adanya peningkatan kompetensi dan
profesionalisme dosen-dosen Matematika Dasar 1. Meskipun demikian kualitas pembelajaran
tidak cukup jika hanya dinilai dari pelaksanaan proses pembelajarannya, tetapi harus dilihat juga
penguasaan dan pemahaman mahasiswa terhadap materi yang diajarkan karena kualitas proses
pembelajaran itu akan tercermin pada penguasaan dan pemahaman mahasiswa.
C. Prestasi Belajar Mahasiswa
Penguasaan dan pemahaman mahasiswa dilihat dari hasil tes Ujian Akhir Semester
Matematika Dasar 1 pada perkuliahan: semester IA, semester IB, dan semester IC tahun
akademik 2007/2008 juga dibedakan atas keterlibatan dosen-dosen mereka dalam SISP melalui
MDBS Matematika Dasar 1.
Hasil belajar mahasiswa diperoleh dari hasil UTS, UAS, kehadiran dalam perkuliahan, dan
tugas yang digunakan disusun bersama pada kegiatan MDBS. Analisis terhadap hasil belaar
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
-
21
mahasiswa didasarkan pada aktivitas dosen-dosen mereka dalam kegiatan SISP, yaitu aktif,
sedang,dan tidak aktif sebagaimana dikemukakan di atas.
Tolok ukur yang digunakan untuk melihat keberhasilan pembelajaran berdasarkan hasil UAS
adalah ketuntasan belajar mahasiswa yang mencakup baik ketuntasan konsep maupun ketuntasan
individu. Tolok ukur untuk ketuntasan konsep adalah jumlah mahasiswa yang menjawab benar
setiap item soal atau konsep lebih besar atau sama dengan 60%, dan ketuntasan individu adalah
nilai yang diperoleh mahasiswa dari hasil UAS tersebut lebih besar atau sama dengan C.
Untuk semester IA, jumlah mahasiswa yang mencapai ketuntasan individu untuk dosen yang
aktif dalam kegiatan MDBS adalah 73%,artinya 73% mahasiswa yangmemperoleh nilai diatas C,
sedangkan bagi dosen yang sedang aktivitasnya adalah 57%, dan dosen yang tidak aktif adalah
21%. Semester IB, jumlah mahasiswa yang mencapai ketuntasan individu untuk dosen yang aktif
dlam kegiatan MDBS rerata 68%, sedangkan bagi dosen yang sedang aktivitasnya adalah 50%,
dan dosen tidak aktif 30%. Dan untuk semester IC, jumlah mahasiswa yang mencapai ketuntasan
individu untuk dosen yang aaktif dalam kegiatan MDBS rerata 54%, sedangkan bagi dosen yang
sedang aktivitasnya adalah 12%, dan dosen tidak aktif 5%.
Hasil UAS untuk mahasiswa semester IA, IB, dan IC ini menunjukkan bahwa ketuntasan
belajar mahasiswa berbeda menurut tingkat aktivitas dosen-dosennya dalan SISP Matematika
Dasar 1 melalui MDBS. Untuk dosen yang aktif ketuntasan belajar mahasiswa lebih besar dari
dosen yang aktivitasnya sedang dan lebih besar lagi dari dosen yang tidak aktif.
Dengan demikian dosen-dosen yang aktif dalam kegiatan MDBS akan dapat memperbaiki
kualitas proses pembelajarannya, dan proses pembelajaran yang berkualitas akan merefleksikan
hasil belajar mahasiswa yang berkualitas pula. Dengan kata lain, aktivitas dosen-dosen dalam
kegiatan sosialisasi inovasi dan supervisi pembelajaran Matematika Dasar 1 melalui MDBS ada
indikasi dapat meningkatkan proses pembelajaran yang berkualitas baik dari segi proses maupun
dari segi hasilnya.
ProfHighlight
ProfHighlight
-
22
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sosialisasi inovasi dan supervisi pembelajaran melalui MDBS Matematika Dasar 1 ada
idikasi dapat membantu meningkatkan kompetensi dan profesional dosen Matematika Dasar 1
yang tercermin pada peningkatan kualitas proses pembelaaran Matematika Dasar 1 dan nampak
pada hasil supervisi kunjungan kelas serta prestasi belajar mahasiswa.
Keberhasilan sosialisasiinovasi dan supervisi pembelajaran Matematika Dasar 1 melalui
MDBS ini ditunjang oleh variabel-variabel perubahan yang dirancang dari bawah (bottom-up),
komunikasi yang persuasif, interaksi kolaboratif, yang didasarkan pada dan dituukan untuk
peningkatan kompetensi dan profesionalisme dosen Matematika Dasar 1.
Jika model SISP dapat meningkatkan kualitas pembelajaran (Q) melalui peningkatan
kempetensi dan profesionalisme dosen yang dilaksanakan secara bottom-up, persuasif, dan
kolaboratif, maka dapat ditulis sebagai berikut:
Q = Kompetensi=Profesionalisme = f(SISP) = f(bottom-up, persuasi, kolaborasi).
B. Saran
Model SISP Matematika Dasar 1 melalui MDBS akan sampai pada tujuan yang diharapkan
maka sebagaimana hasil penelitian, disarankan hal-hal sebagai berikut:
1. Untuk maksud tersebut di atas, setiap perguruan tinggi negeri yang membina membawahi
fakultas atau jurusan keguruan dan kependidikan hendaknya menjalin upaya kerjasama
dengan fakultas yang ada di wilayahnya, dengan tujuan saling membantu dan bekerasama
dalam meningkatkan kompetensi dan profesionalisme dosen guna pencapaian pembelajaran
yang berkualitas khususnya dan peningkatan kualitas pendidikan pada umumnya.
2. Perguruan tinggi keguruan dan kependidikan hendaknya bertindak sebagai agen
pembaharuan yang implikasinya adalah setiap dosen perguruan tinggi hendaknya selalu
meneliti maupun mengkaji hasil penelitian untuk menghasilkan inovasi-inoasi yang dapat
diimplementasikan dalam proses pembelajaran di kelas.
3. Depdiknas di tingkat pusat sampai di tingkat daerah-daerah hendaknya menciptakan iklim
yang kondusif melalui regulasi guna pemberdayaan MDBS sebagaimana model yang
dikemukakan di atas dengan tidak membebani dengan instruksi sentralistik.
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
-
23
4. Setiap perguruan tinggi keguruan dan kependidikan Matematika hendaknya memasukkan
supervisi pendidikan Matematika sebagai suatu mata kuliah bidang studi.
ProfHighlight
ProfHighlight
-
24
DAFTAR PUSTAKA
Adikusumo, S. (1986). Pemikiran Awal Mencari Dasar Pembangunan Pendidikan. Laporan
Rapat I Konsorsium Ilmu Pendidikan. Depdikbud
Amir, M. (1989). Bahan Seminar Pendidikan Matematika. FPMIPA IKIP Yogyakarta
Bogdan, J.S. & Biklen, S.K. (1982). Qualitative Research for Education: An Introduction to
Theory and Methods. Massachusetts: Allyn & Bacon. Inc
Brundage, S.E, (1996). What Kind of Supervision Do Veteran Teachers Need? An Invitation To
Expand Collegial Dialogue and Research. Journal fo Curriculum and Supervision. 12 (1).
90-94. Association for Supervision and Curriculum Development. [Online]. Tersedia:
http://chatserver.ascd.org/cgi-shl/as_web.exe?jcs+D+12923. [18 Februari 2008]
Bybee, R.W. (1976). Providing the Learning Environment. Dalam Harbeck. (ed). 2nd
Sourcebook
For Mathematic Supervisors. 72-81. Washington D.C.: National Mathematic Supervisors
Association. National Mathematic Teacher Association
Carin, A.A. & Sund, R.B. (1985). Teaching Modern Mathematic. London: Merrill Publ. A Bell
& Howell Company
Cerami, J.R. (1992). Innovation in Policy Analysis, In Go Innovate. Center for Strategic
Management,[Online].Tersedia:http://www.innovation.cc/discussion_papers/Innovation_
Policy_Analysis.html. [14 September 2008]
Dahar, R.W. (1991). Teori-teori Belajar. Bandung: Erlangga
Darmodjo, H. & Kaligis, J.R.E. (1993). Pendidikan MIPA II. Jakarta: Ditjen Dikti Depdikbud
DEPDIKNAS. (2004). Manajemen Pembelajaran Menyeluruh sebagai Metode Peningkatan
Kualitas Sekolah. Jakarta: Depdiknas
Downs, G.E. (1976). The Role of State Mathematic Supervisor. Dalam Harbeck. (ed). 2nd
Sourcebook For Mathematic Supervisors. Washington D.C.: National Mathematic
Supervisors Association. National Mathematic Teachers Association
Ebmeier, H. & Nicklaus, J. (1999). The Impact of Peer and Principal Collaboration Supervision
on Teachers Trust. Commitment. Desire for Collaboration. And Efficacy. Journal of Curriculum and Supervision. 14(4).351-378. Association for Supervision and Curriculum
Development.[Online].Tersedia:http://www.ascd.org/readingroom/jcs/99summer/ebmeier
.html [27 Februari 2008]
Effendy, O.U. (1998). Hubungan Masyarakat. Bandung: remaja Rosdakarya
Eiss, A.F. (1976). Preparing for and Implementing Change. Dalam Harmeck. (ed). 2nd
Sourcebook For Mathematic Supervisors. 82-97. Washington D.C.: National Mathematic
Supervisors Association. National Mathematic Teachers Association
ProfHighlight
-
25
Engkoswara. (1987). Dasar-Dasar Administrasi Pendidikan. Jakarta: Proyek Pengembangan
LPTK
Fessler, R. & Burke, P.J. (1987). Systematic Appraisal of Teacher Performance: A Conceptual
Supervision-Staff Development Model. Are You Doing Inquiry along this lines?. Journal
of Curriculum and Supervision. 2 (4). 381-389. Association for Supervision and
Curriculum Development. [Online]. Tersedia: http://chatserver.ascd.org/cgi-
shl/as_web.exe?jcs+D+151903 [27 Februari 2008]
Glickman, C.D. (ed.) (1992). Supervision in Transition. Association for Supervision and
CurriculumDevelopment.[Online].Tersedia:http://www.ascd.org/readingroom/books/glic
kman92book.html [14 September 2008]
Good, C.V. ed. (1973). Dictionary of Education. New York: McGraw-Hill Book Company
Harbeck, M.B. (ed.) (1976). 2nd
Sourcebook For Mathematic Supervisors. Washington D.C.:
National Mathematic Supervisors Association. National Mathemaric Teachers
Association
Hare, R. (1975). The Philosophies fo Mathematic. Oxford: Univercity Press
Harlen, W. (1987). Teaching and Learning Primary Mathematic. London: Harper & Row Publ.
------------- (1992). The Teaching fo Mathematic; Studies in Primary Education. London: David
Fulton. Publ.
Hauschildt, J. (1992). An Exchange on Definitions of Innovation, From the Innovative
Management Network. Golnnovate. Center for Strategic Management. [Online].
Tersedia: http://www.innovation.cc/discussion_papers/definition_inn.html [14 September
2008]
Hendrix, J.R. (1976). APerformance Model Dalam Harbeck. (ed.). 2nd
Sourcebook For
Mathematic Supervisors. 57-67. Washington D.C.: National Mathematic Supervisors
Association. National Mathematic Teachers Association
Hoffman, K.M. and Stage, E.K. (1993). The Challenge of Higher Standards. Mathematic for All:
Getting It Right For the 21st Century. Journal of Curriculum and Supervision. 50 (5).
Association for Supervision and Curriculum Development. [Online]. Tersedia:
http://www.ascd.org/readingroom/edlead/9302/toc.html [20 Februari 2008]
Horsley, S.L. et al. (1990). Elementary School Mathematic for the 90s. National Center for Improving Mathematic Education. Massachusetts: A Partnership of Network. Inc. and the
BSCS. The Network Inc.
Hungerford, et al. (1990). Mathematic Science Technology Society: Investigating and Evaluating STS Issues and Solution. Illinois: STIPES Publ.
Kemeny, J.G. (tt). A Philosopher Looks at Mathematic. New Jersey: Van Nostrand Company
-
26
Lauer, R.H. (1993). Perspektif tentang Perubahan Sosial. Diterjemahkan oleh Alimandan.
Jakarta:Rineka Cipta
Lemma, P. (1993). The Cooperating Teacher as Supervisor: A Case Study. Journal of
Curriculum and Supervision. 8 (4). 329-342
Lopez, R.E. & Tuomi, J. (1995). Student-Centered Inquiry. Journal of Curriculum and
Supervision. 52 (6). Association for Supervision and Curriculum Development.
http://www.enc.org/resources/full/0.1240.015149.00.shtm [20 Februari 2008]
Malik, D.Dj. (1993). Komunikasi Persuasif. Bandung: Remaja Rosdakarya
McNamara, C. (2001). Staffing and Supervision of Employees and Volunteers, On-Line
Organization Development Program Module. [Online]. Tersedia:
http://www.serviceleader.org/manage/policy.html [14 September 2008]
McQuail, D. & Windahl. (1981). Communication Models: For the Study of Mass
Communications. 5th
Impression. New York: Longman Inc.
Mega, V. (2001). Urban Renaissance: Enhancing the Past Inventing the Future Drivers and
Obstacles To Innovation and Change. Go Innovate. Center for Strategic Management.
[Online], Tersedia: http://www.innovation.cc/discussion_papers/Urban_Renaissance.html
[14 September 2008]
National Science Teachers Association. (1997). Standars for Science Teacher Preparation.
Association for Supervision and Curriculum Development. [Online]. Tersedia:
http://www.snta.org/recommends [18 Februari 2008]
National Research Council. (1996). National Science Education Standards. Washington D.C.:
National Academy Press
Novak, J.D. & Gowin, D.B. (1985). Learning How to Learn. Cambridge: Cambridge University
Press
Osborne, R. & Freyberg, P. (1990). Learning in Mathematic: The Implications of Children
Mathematic (Preface). Hong Kong: Heinemann
Poedjiadi, A. (1987). Sejarah dan Filsafat Sains. Jakarta: Ditjen Dikti Depdikbud
Raka Joni, T. (1980). Pengembangan Kurikulum IKIP/FIP/FKg: Suatu Kasus Pendidikan Guru
Berdasarkan Kompetensi. Jakarta: Depdikbud. P3G
Regan, B.W. (1996). Diffusion Research at Iowa State Univercity: The Model. [Online].
Tersedia: http://www.webreference.com/content/java/diffuse.html [20 September 2008]
Ricardo, T. (1996). Teaching about Energy Through a Spiral Curriculum: Guiding Principles.
Journal of Curriculum and Supervision. 12 (1). 66-75. Association for Supervision and
Curriculum Development. [Online]. Tersedia: http://chatserve.ascd.org/cgi-
shl/as_web.exe?jcs+D+14136 [27 Februari 2008]
-
27
Roberts, N.C. and King, P.J. (1996). Transforming Public Policy: Dynamics of Pulicy
Entrepreneurship and Innovation. San Francisco, CA: Jossey-Bass Publishers
Roger, E.M. (1983). Diffusion of innovations. 3rd
ed. New York: The Free Press
---------------(1995). Diffusion of Innovations. [Online]. Tersedia: http://www.soc.iastate.edu/
sapp/soc415.rogers.html [20 September 2008]
Ross, J. A. & Regan, E.M. (1995). When I was Successful They Made It Seem Like Luck: District Consultants Responses to Feeback from Principals and Other. Journal of Curriculum and Supervision. 10 (2). 114-135. Association for Supervision and
Curriculum Development. [Online]. Tersedia: http://chatserver.ascd.org/cgi-
shl/as_web.exe?jcs+D+40906 [27 Februari 2008]
Rutherford, F,J. & Ahlgren, A. (1990). Science for All Americans. New York: Oxford University
Press
Sagan, C. (1996). The Demon-haunted World. Mathematic as a Candle in the Dark. New York:
Ballantine Books
Sanusi, A. (1998). Pendidikan Alternatif: Menyentuh Aras Dasar Persoalan Pendidikan dan
Kemasyarakatan. Bandung: PPS IKIP Bandung dan Grafindo Media Pratama
Satori, Dj. (1989). Pengembangan Model Supervisi Sekolah Dasar (Penelitian terhadap
Efektivitas Sistem Pelayanan/Bantuan professional bagi Guru-guru Sekolah Dasar di
Cianjur Jawa Barat). Disertasi Doktor Fakultas Pasca Sarjana IKIP Bandung
Smith, J. (2001). Some Thoughts on Definitions of Innovation. The Innovation Journal. [Online].
Tersedia: http://www.innovation.cc/discussion_papers/thoughts_innovation.html [14 Sep-
tember 2008]
Sudjana, N. 1989. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru
Sullivan, S. & Glanz, J. (2000) Alternative Approach to Supervision: cases form the Field.
Journal of Curriculum and Supervision. 15 (3). 212-235. Association for Supervision and
Curriculum Development. http://www.ascd.org/readingroom/jcs/00spring/sullivanab.html
[27 Februari 2008]
Sumaji, dkk. (1998). Pendidikan Sains yang Humanistik. Yogyakarta: Kanisius
--------------- (1987). Administrasi pendidikan: Dasar Teoritik untuk Praktek Profesional.
Bandung: Aksara
Tan, A. S. 1981. Mass Comunications Theory and Research. Ohio: Grid Publishing Inc
-
28
Tasker, R. & Osborne, R. (1990). Science Teaching and Science learning. Dalam Osborne. R. &
Freyberg. P. Learning in Science: The Implications of Children Science. Hong Kong:
Heineman
Trowbridge, L. W. & Bybee, R. W. (1990). Becoming a Secondary School Science Teacher.
Columbus: Merrill Publ. Abel & Howell Information Co.
Tsui, A. B. M. (1995). Exploring Collaborative Supervision in Inservice Teacher Education.
Journal of Curriculum and Supervision. 10 (4). 346-371
Wahab, A. A. 1987. Implementasi konsep Pendekatan Tujuan dan Cara Belajar siswa aktif oleh
Guru Sekolah Menengah atas Negeri Kabupaten Bandung (Suatu Studi Administrasi
Pendidikan). Disertasi Doktor Fakultas Pasca Sarjana IKIP Bandung: tidak diterbitkan
Woods, R. K. (1994). Teaching for Understanding. A Close-Up Look at How Children Learn
Science. Journal of Curriculum and Supervision. 51 (5). Association for Supervision and
Curriculum Development. http://www.ascd.org/readingroom/edlead/9402/toc.html [27
Februari 2008]
Yager, R. et al. (1993). The Changing Curriculum Trends Science; Applying Science Across the Curriculum. Journal of Curriculim and Supervision. 50 (8). Association for
Supervision and Curriculum Development. http://watt.enc.org/online/ENC2287/2287.
html [27 Februari 2008]
-
29
Lampiran 1
INSTRUMEN PENELITIAN
Mata Kuliah : Matematika Dasar 1
Program Studi : Pendidikan Matematika
PELAKSANAAN
Hari/Tanggal : Rabu, 17 April 2009
Jam : 08.00 10.00
PETUNJUK UMUM
ProfHighlight
ProfHighlight
-
30
-
31
-
32
-
33
-
34
-
35
-
36
-
37
-
38
-
39
Lampiran 2
CURRICULUM VITAE PENELITI
1. Nama Lengkap dan Gelar : Yohanes Soenarto, Drs., M.Si. 2. NIP / NIK : 130.922.303. / D.85.0195 3. Tempat dan Tanggal Lahir : Salatiga / 28 Desember 1955 4. Jenis Kelamin : Laki-laki 5. Pangkat, Golongan : Pembina Tk.1 / IV.b 6. Jabatan : Lektor Kepala Ak.550 ( Dosen ) 7. Alamat Kantor : Jl. Limau II Kebayoran Baru, Jakarta
Selatan
Nomor telepon / Fax : (021) 72795551 / (021) 72795551
Alamat email : [email protected] Alamat rumah : Komplek LIPI Blok.C-1 No.14
RT/RW : 03/11 Rawa Panjang,
Bojong Gede, Bogor 16320
Nomor telepon / HP : (021) 87986180 / 081316373780
8. Riwayat Pendidikan : S1 Pend. Mat. IKIP Jakarta (1980); S2 Ilmu Fisika FMIPAUI,Jakarta (2000); S3 Pend. IPA SPsUPI, Bandung (------).
9. Pengalaman Penelitian yang Relevan:
1. Penilaian mahasiswa terhadap dosen pengajar berkaitan dengan prestasi belajar aljabar linear (LEMLIT tahun 2004/2005);
2. Pengaruh pembelajaran pola-pola visual dalam rangka meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah-masalah matematika (Eksperimen pada
mahasiswa program studi pendidikan matematika di FKIP Uhamka Jakarta)
(LEMLIT tahun 2005/2006);
3. Pengaruh Penggunaan Silabus dan Pelaksanaan Tugas Terhadap Prestasi Belajar Matakuliah Matematika Dasar (LEMLIT tahun 2006/2007);
4. Pengembangan assesmen pembelajaran fisika di SMA Dalam Rangka Pendidikan Science for All (Studi Eksperimen pada SMA Negeri 6 Depok
Jawa Barat) (LEMLIT tahun 2007/2008).
10. Mata kuliah yang diampu dalam dua tahun terakhir : Struktur Aljabar, Program Linear.
Jakarta, Oktober 2008
Y. Soenarto, Drs., M.Si.
-
40
Lampiran 3: DATA HASIL PENELITIAN
MENURUT PERMASALAHAN PENELITIAN, INDIKATOR, DAN TEKNIK PEROLEHANNYA
MASALAH
PENELITIAN INDIKATOR
TEKNIK
PEROLEHAN Kode HASIL PENELITIAN
1. Apakah sosialisasi inovasi dan supervisi
pembelajaran
Matematika telah
dilaksanakan secara
bottom-up?
Proses awal Pendekatan BP-1
1. Memberikan penjelasan kepada Kopertis Wilayah III DKI Jakarta tentang rancangan penelitian yang telah dibuat. Selanjutnya peneliti
mendapat restu dari beliau untuk melaksanakan penelitian tersebut
dalam bentuk surat izin penelitian.
BP-2 2. Peneliti menghubungi dosen inti, membicaakan rencana ini. BP-3 3. Dosen inti mempersoalkan tentang biaya. BP-4 4. Dosen inti mempersoalkan kesediaan dosen-dosen untuk ikut. BP-5 5. Peneliti meyakinkan dosen inti cara menanggulangi biaya dan
bagaimana menghadirkan dosen-dosen.
BP-6 6. Peneliti menghubungi Dekan, menjelaskan rancangan kegiatan MDBS sebgaimana yang telah dibuat.
BP-7 7. Peneliti bermohon kepada Dekan agar dosen-dosen Matematika Dasar 1 dibebaskan pada setiap hari sabtu, dan memang saat itu
sedang disusun jadwal belajar untuk semester 1.
BP-8 8. Dekan menyetuui hal tersebut karena membantu mereka dalam meningkatkan mutu fakultas.
BP-9 9. Dekan mengatakan bahwa jadwal telah tersusun. BP-10 10. Dekan beralasan kekurangan dosen Matematika Dasar 1. BP-11 11. Peneliti menghubungi dosen-dosen Matematika Dasar 1 dan
menelaskan kegiatan ini.
BP-12 12. Peneliti menghubungi beberapa dosen-dosen Matematika FKIP-Uhamka dan menelaskan rencana kegiatan ini.
BP-13 13. Peneliti merencanakan pertemuan dan pembukaan pada tanggal 15 Desember 2008.
BP-14 14. Undangan hanya dibuat sekali yaitu pada saat pembukaan.
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
-
41
BP-15 15. Pada saat pembukaan dibagikan jadwal pertemuan selama semester 1 dengan 8 kali pertemuan.
BP-16 16. Pertemuan pertama adalah pembukaan dan seminat bertempat di kampus Uhamka Limau.
BP-17 17. Pertemuan selanjutnya bergilir sesuai ruang kuliah masing-masing.
Kegiatan MDBS Wawancara Kegiatan MDBS sebelumnya
BW-1 1. Kegiatan MDBS tidak berhubungan dengan supervisi. BW-2 2. Pelaksanaan kegiatan MDBS biasanya menunggu instruksi dari
Kopertis.
BW-3 3. Pembiayaannya berasal dari bantuan Kopertis. BW-4 4. Peserta MDBS ditentukan dan dibatasi oleh Kopertis. BW-5 5. Peserta MDBS disetujui oleh Depdiknas. BW-6 6. Ada dosen yang hampir tiap tahun mengikuti kegiatan ini. BW-7 7. Ada dosen belum pernah ikut pertemuan MDBS. BW-8 8. Waktu pelaksanaan MDBS selama satu minggu berturut-turut. BW-9 9. Kegiatan MDBS imulai setelah proses pembelajaran berlangsung. BW-10 10. Materi yang dibahas dalam MDBS lebih ditekankan pada
penyusunan perangkat ajar berupa program semester, analisis materi
kuliah, alat evaluasi, dan alat bantu kuliah.
BW-11 11. Peserta mendapat uang transport. Kegiatan MDBS bottom-up change
BW-12 1. Kegiatan MDBS berhubungan dengan kegiatan supervisi. BW-13 2. Dosen-dosen setuju kegiatan ini,karena jarang mengikuti kegiatan
MDBS.
BW-14 3. Dosen-dosen setuju kegiatan ini, krena belum pernah mengikuti kegiatan MDBS.
BW-15 4. Dosen-dosen Matematika setuu,bersedia berpartisipasi. BW-16 5. Dosen-dosen Matematika tidak hadir karena kesibukan. BW-17 6. Dosen-dosen Matematika setuju dan bersedia berpartisipasi. BW-18 7. Pelaksanaan kegiatan MDBS tidak menunggu instruksi dari
Kopertis.
BW-19 8. Pertemuan pertama MDBS dilaksanakan tepat seminggu sebelum proses pembelajaran dimulai.
BW-20 9. Biaya pelaksanaan MDBS ditanggung bersama.
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
-
42
BW-21 10. Peserta MDBS tidak diberi uang transport. BW-22 11. Konsumsi ditiadakan karena dilaksanakan pada jam kerja. BW-23 12. Fakultas menyediakan konsumsi ringan. BW-24 13. Peserta seluruhnya dosen Matematika Dasar 1. BW-25 14. Pesertanya termasuk dosen-dosen Matematika Sekolah Tinggi. BW-26 15. Pesertanya termasuk dosen-dosen Matematika Universitas Islam
Negeri maupun Swasta.
BW-27 16. Pelaksanaan kegiatan MDBS setiap dua minggu sekali. BW-28 17. Pelaksanaan kegiatan MDBS tiap hari sabtu. BW-29 18. Pelaksanaan kegiatan MDBS pada am kerja. BW-31 19. Materinya meliputi permasalahan yang dihadapi dosen dalam proses
pembelajaran, penyaian informasi inovasi, diskusi-diskusi
pemecahan masalah, penyusunan program pembelajaran, peer
teaching, implementasi dalam proses pembelajaran di kelas, dan
supervisi pembelajaran.
Dokumentasi Kegiatan MDBS sebelumnya:
BD-1 1. Dalam petunjuk kegiatan MDBS tidak menyinggung supervisi. BD-2 2. Kegiatan MDBS dilaksanakan berdasarkan surat keputusan Kopertis BD-3 3. Biaya pelaksanaan MDBS diatur oleh Kopertis BD-4 4. Peserta MDBS disetujui oleh Kopertis BD-5 5. Peserta MDBS DKI Jakarta untuk tahun ini orang BD-6 6. Waktu pelaksanaan MDBS selama satu minggu berturut-turut BD-7 7. Kegiatan MDBS dimulai setelah proses pembelajaran pada
pertengahan semester 1 berlangsung
Kegiatan MDBS bottom-up :
BD-8 1. Pertemuan pertama MDBS dilaksanakan tepat seminggu sebelum proses pembelajaran dimulai
BD-9 2. Biaya pelaksanaan MDBS ditanggung bersama BD-10 3. Lembaga PT menyediakan konsumsi ringan BD-11 4. Pesertanya seluruh dosen Matematika BD-12 5. Pesertanya termasuk dosen-dosen Matematika PTS dan PTN BD-13 6. Pesertanya termasuk dosen Matematika PTIS dan PTIN BD-14 7. Pelaksanaan kegiatan MDBS setiap duaminggu sekali BD-15 8. Pelaksanaan kegiatan MDBS pada hari sabtu
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
-
43
BD-16 9. Pelaksanaan kegiatan MDBS pada jam kerja BD-17 10. Materi meliputi permasalahan yang dihadapi dosen dalam proses
pembelajaran, penyajian informasi inovasi, diskusi pemecahan
masalah, penyusunan program pembelajaran, peer teaching,
implementasi dalam proses pembelajaran dikelas, dan supervisi
pembelajaran.
BD-18 11. Dosen-dosen Matematika STKIP hanya satu orang yang hadir terus dalam kegiatan ini
2. Apakah sosialisasi inovasi dan supervisi
pembelajaran
Matematika melalui
MDBS telah
dilaksanakan secara
persuasif?
Keterlibatan
dosen dalam
kegiatan MDBS
atas keinginannya
sendiri
Wawancara PW-1 1. Dosen-dosen melibatkan diri atas kemauan sendiri bukan karena instruksi atasan
PW-2 2. Ada dosen-dosen yang ikut dengan bermohon kepada Dekan Fakultas
PW-3 3. Ada dosen yang ikut atas perintah dekan fakultas. Dalam hal ini mereka mewakili fakultas masing-masing
PW-4 4. Ada dosen yang tidak ikut karena tidak disuruh dekan fakultas
PW-5 5. Satu orang dosen tidak ikut karena cuti hamil
Dokumentasi PD-1 1. Dari 25 dosen-dosen Matematika se-DKI Jakarta, setengah kegiatan berlangsung 18 orang mengikuti kegiatan ini secara aktif.
PD-2 2. Dua PT yang masing-masing memiliki dua orang dosen Matematika, hanya mengirim satu orang dosen sebagai wakil PT
tersebut atas instruksi Rektor.
PD-3 3. Satu PT yang memiliki tiga orang dosen Matematika, hanya mengirim satu orang.
PD-4 4. Satu orang guru cuti hamil. PD-5 5. Setengah kegiatan selanjutnya, 7 orang dosen diinstruksikan
mengikuti penataran di Cisarua-Bogor atas biaya dari Kopertis
PD-6 6. Dua PT yang hanya mengirim wakil dalam kegiatan tersebut mengganti wakil mereka masing-masing.
PD-7 7. Setelah 2/3 kegiatan ini berlangsung, satu-satunya dosen dari salah satu PT mengikuti pra jabatan sehingga dari PT ini untuk
selanjutnya tidak ada wakil yang ikut.
PD-8 8. Supervisor dipilih langsung oleh dosen-dosen.
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
-
44
PD-9 9. Hal-hal yang disupervisi ditentukan sendiri oleh dosen-dosen melalui MDBS sesuai dengan harapan mereka.
Seseorang hanya
dapat dipersuasi
oleh orang lain
yang mereka
rasakan sama
Wawancara PW-6 1. Dosen-dosen banyak memperoleh tambahan pengetahuan baik dalam hal pembelajaran maupun dalam hal materi Matematika
Dasar 1 karena adanya bantuan teman-teman dosen Matematika
Dasar 1 lainnya, dosen matematika program studi matematika,
maupun dosen-dosen pendidikan matematika.
dengan mereka PW-7 2. Supervisi yang dipilih sendiri dianggap memahami permasalahan yang sebenarnya dihadapi dosen-dosen dalam proses pembelajaran.
PW-8 3. Supervisor yang berlatar belakang pendidikan matematika sangat membantu dosen-dosen dalam memperbaiki proses pembelajaran
maupun dalam peningkatan pemahaman mereka terhadap konsep-
konsep Matematika.
Dokumentasi PD-10 1. Peserta kegiatan ini adalah dosen-dosen pendidikan matematika FKIP Univ., dosen matematika, dan dosen-dosen pendidikan
Matematika STKIP.
PD-11 2. Supervisor dipilih dari dan dosen-dosen matematika.
Persuader
memiliki
Wawancara PW-9 1. Pemberi informasi dalam pertemuan memiliki kredibilitas karena memiliki pengalaman yang banyak.
kredibilitas yang
tinggi
PW-10 2. Pemberi informasi dalam pertemuan memiliki kredibilitas karena memiliki latar belakang pendidikan Matematika.
PW-11 3. Pemberi informasi dalam pertemuan memiliki kredibilita karena telah melaksanakan penelitian tentang hal tersebut.
PW-12 4. Supervisor yang disepakati memiliki kredibilitas karena berlatar belakang pendidikan Matematika, memiliki kemampuan, banyak
tahu, berpengalaman, dan tegas.
PW-13 5. Pemberi informasi atau supervisor yang ditentukan memiliki banyak persamaan dengan dosen-dosen.
PW-14 6. Pemberi informasi maupun supervisor yang ditentukan memiliki karakter yang naik.
PW-15 7. Supervisor yang ditentukan senang bergaul.
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
-
45
Observasi PO-1 1. Informasi tentang permasalahan yang dihadapi dosen-dosen Matematika dalam proses pembelajaran di kelas disampaikan oleh
dosen-dosen Matematika itu sendiri yang mengalaminya.
PO-1 2. Informasi tentang inovasi dalam pembelajaran disampaikan oleh dosen-dosen yang telah meneliti dan mendalami inovasi-inovasi
tersebut.
PO-3 3. Informasi tentang supervisi pembelajaran disampaikan oleh pengawas yang telah lima tahun menjadi pengawas PT.
PO-4 4. Informasi tentang konsep-konsep Matematika disampaikan oleh dosen-dosen Matematika yang telah lama mengajar.
PO-5 5. Supervisor yang telah ditentukan banyak memberikan argumen yang berbobot dalam diskusi, aktif dalam diskusi, dan dapat
mengendalikan diskusi.
Dokumentasi PD-12 1. Pemberi informasi dalam pertemuan adalah dosen-dosen FKIP Uhamka yang telah mendalami maupun telah meneliti materi yan
disampaikan.
PD-13 2. Pemberi informasi tentang supervisi adalah pengawas yang telah banyak mendalami dan mengikuti pelatihan tentang supervisi.
PD-14 3. Supervisor yang ditentukan berlatar belakang Matematika, mengajar Matematika sejak tahun 1999, dan pendidikannya D-1 Mat,D-3
Mat, dan S-1 pendidikan Mat, serta sebagai dosen inti.
Pengaruh
persuasif dapat
dipertinggi
dengan
mengharuskan
partisipasi aktif
Observasi PO-6 1. Dosen-dosen yang mengikuti pertemuan MDBS terlibat secara aktif dalam diskusi yang dilaksanakan, meskipun ada juga dosen-dosen
yang mengunakan kesempatan tersebut, untuk ngobrol dengan teman lamanya.
PO-7 2. Anggota yang aktif dalam kegiatan MDBS lebih lancar dalam proses pembelajarannya dibandingkan dengan yang tidak aktif.
PO-8 3. Dosen-dosen terlibatsecara aktif dalam penentuan supervisor.
PO-9 4. Dosen-dosen terlibat secara aktifdalam penentuan aspek yang disupervisi.
Dokumentasi PD-15 1. Secara umum dari 8 kali pertemuan yang tergolong aktif (kehadirannya di atas 75% kehadiran) sekitar 65 %.
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
ProfHighlight
-
46
Peserta merasa
senang
Wawancara PW-16 1. Dosen-dosen merasa senang karena mereka sudah mengatahui apa yang harus dilaksanakan dalam proses pembelajaran di kelas.
PW-17 2. Dosen-dosen merasa senang karena setiap permasalahan yang dibahas selalu diakhiri dengan kesimpulan yang dapat
diimplementasikan dalam proses pembelajaran di kelas.
PW-18 3. Dosen-dosen merasa senang karena sebagian besar permasalahan mereka dalam proses pembelaaran dapat diatasi.
Observasi PO-10 1. Pada setiap pertemuan dilaksanakan peer teaching dan pembahasannya untuk menjadi bekal bagi dosen-dosen dalam
memasuki kelas.
PO-11 2. Kepada dosen-dosen dibagikan lembaran kerja mahasiswa (LKM)yang digunakan dalam proses pembelaaran.
Dokumentasi PD-16 1. Lembar Kerja Mahasiswa (LKM).
Peserta merasa
tertarik
Wawancara PW-19 1. Dosen-dosen merasa tertarik karena banyak yang mereka belum ketahui dapat diperoleh melalui kegiatan pertemuan MDBS.
PW-20 2. Dosen-dosen merasa tertarik karena belum mengetahui tentang model pembelaaran konstruktivisme.
PW-21 3. Dosen-dosen merasa tertarik karena mereka telah mendengar penggunaan peta konsep dalam pembelajaran, tetapi belum
mengetahui bagaimana mengimplementasikannya dalam proses
pembelajaran di kelas.
PW-22 4. Dosen-dosen tertarik karena banyak memperoleh tambahan pengetahuan tentang materi Matematika maupun tentang
pembelaaran Matematika.
Observasi PO-12 1. Dosen-dosen mengemukakan permasalahannya dalam memahami suatu konsep, selanjutnya ditanggapi dan didiskusikan dalam
pertemuan MDBS.
PO-13 2. Pada awal pertemuan, guru-guru menyampaikan permasalahanyang dihadapi dalam proses pembelaaran di kelas dan selanutnya
didiskusi dan ditangapi dalam forum.
PO-14 3. Pada awal pertemuan diperkenalkan model belaar konstruktivis. PO-15 4. Pada awal pertemuan diperkenalkan penggunaan peta konsep.
ProfHighlight
ProfHighlight
-
47
PO-16 5. Pada awal pertemuan diperkenalkan beberapa teori belaar, miskonsepsi, dan remediasinya serta prinsip dan fungsi supervisi.
Dokumentasi PD-17 1. Makalah model pembelajaran konstruktivisme dan contohnya pada pokok bahasan Matrks.
PD-18 2. Makalah penggunaan peta konsep dan contohnya pada pokok bahasan Matriks.
PD-19 3. Makalah tentang teori-teori belajar. PD-20 4. Makalah miskonsepsi dan remediasinya. PD-21 5. Makalah tentang supervisi.
Tidak ada anggota
yang
memaksakan
pendapatnya
sendiri
Wawancara PW-23 1. Tidak ada dosen yang memaksakan pendapatnya karena setiap argumen selalu dibicarakan dala forum.
PW-24 2. Tidak ada dosen yang memaksakan pendapatnya karena apa yang akan dilaksanakan merupakan kemauan bersama.
PW-25 3. Tidak ada dosen yang memaksakan pendapatnya karena mereka mencari yang terbaik untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Observasi PO-17 1. Permasalahan yang dikemukakan peserta, tanggapan peserta lainnya, dan kesimpulan selalu didiskusiakan dalam forum.
Pemberian
informasi
bersikap simpati
Wawancara PW-26 1. Pemberi informasi dalam setiap pertemuan selalu bersikap simpatik karena tidak menonjolkan diri.
PW-27 2. Pemberi informasi selalu bersikap mengajak agar selalu memperbaiki dan meningkatkan ualitas pembelajaran.
PW-28 3. Pemberi informasi tidak memaksakan pendapat sendiri.
PW-29 4. Informasi yang disampaikan didasarkan pada pengalaman.
PW-30 5. Informasi yang disampakan berdasarkan hasil penelitian.
Tidak ada anggota
yang bersikap
serba bisa
Wawancara PW-31 1. Tidak ada dosen yang bersikap serba bisa karena mereka merasa masih banyak yang belum diketahui.
PW-32 2. Tidak ada dosen yang bersikap serba bisa karenamereka masih perlu belajar.
PW-33 3. Tidak ada dosen yang bersikap serba bisa karena ingin memperbaiki proses pembelaaran.
Observasi PO-18 1. Dalam diskusi, pendapat yang menjadi kesimpulan bersama adalah yang didasarkan pada sumber-sumber yang akurat.
-
48
PO-19 2. Dalam diskusi, kesimpulan bersama yang selalu diambil adalah yang dapat diimplementasikan.
PO-20 3. Sebagian besar anggota bersikap kritis terhadap informasi, mereka selalu melihat mengapa suatu masalah teradi, setelah itu mencari
alternatif pemecahannya yang ditinjau dari keuntungan dan
kelemahannya. Kalau informasi itu berupa inovasi, mereka
mempertanyakan bagaimana mengimplementasikannya.
3. Apakah sosialisasi inovasi dan supervisi
pembelajaran
Matematika melalui
MDBS telah
dilaksanakan secara
kolaboratif?
Peserta saling
bekerjasama
Wawancara KW-1 1. Dalam kegiatan MDBS telah terjadi saling kerjasama antara dosen-dosen Matematika, dosen pendidikan matematika, dan dosen lain.
KW-2 2. Dalam kegiatan MDBS telah terjadi saling kerjasama antara dosen-dosen Matematika, karena dilaksanakan secara bergilir dari sati PT
ke PT yang lain.
KW-3 3. Saling kerjasama telah terjadi dalam kegiatan MDBS karena setiap peserta ada permasalahan yang muncul, secara bersama-sama
peserta mencari alternatif pemecahannya.
KW-4 4. Apa yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran matematika selalu dirancang bersama oleh dosen matematika, dan dosen
pendidikan matematika.
KW-5 5. Tes tugas mandiri, UTS, dan UAS disusun bersama dan secara bersama-sama menjaga kerahasiannya.
KW-6 6. Ada kerjasama dalam pelaksanaan supervisi karena supervisor dan aspek yang disupervisi ditentukan bersama oleh peserta melalui
pertemuan MDBS.
KW-7 7. Kesimpulan yang diambil dalam diskusi selamanya merupakan hasil