· web viewuntuk memudahkan wisatawan berkunjung ke indonesia, dengan keppres no.15 tahun 1983...

55
BAB 27 PARIWISATA

Upload: lehuong

Post on 10-Jul-2019

212 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1:  · Web viewUntuk memudahkan wisatawan berkunjung ke Indonesia, dengan Keppres No.15 Tahun 1983 telah ditetapkan sebanyak 26 negara dibebaskan dari keharusan memiliki visa dan ditetapkan

BAB 27

P A R I W I S A T A

Page 2:  · Web viewUntuk memudahkan wisatawan berkunjung ke Indonesia, dengan Keppres No.15 Tahun 1983 telah ditetapkan sebanyak 26 negara dibebaskan dari keharusan memiliki visa dan ditetapkan
Page 3:  · Web viewUntuk memudahkan wisatawan berkunjung ke Indonesia, dengan Keppres No.15 Tahun 1983 telah ditetapkan sebanyak 26 negara dibebaskan dari keharusan memiliki visa dan ditetapkan

BAB 27

PARIWISATA

I. PENDAHULUAN

Kepariwisataan meliputi berbagai kegiatan yang berhubungan dengan wisata, pengusahaan, objek dan daya tarik wisata, serta usaha lainnya yang terkait. Pembangunan kepariwisataan pada hakikatnya merupakan upaya untuk mengembangkan dan meman-faatkan objek dan daya tarik wisata, yang terwujud antara lain dalam bentuk kekayaan alam yang indah, keragaman flora dan fauna, kemajemukan tradisi dan seni budaya, serta peninggalan sejarah dan purbakala. Pengembangan objek dan daya tarik wisata tersebut apabila dipadukan dengan pengembangan usaha jasa dan sarana pariwisata, seperti biro perjalanan, jasa konvensi, penyedia- an akomodasi dan penyediaan transportasi wisata, akan berfungsi di samping meningkatkan daya tarik bagi berkembangnya jumlah wisatawan juga mendukung pengembangan objek dan daya tarik wisata baru. Hasil yang optimal akan diperoleh apabila upaya pengembangan tersebut didukung oleh pembangunan prasarana yang memadai.

349

Page 4:  · Web viewUntuk memudahkan wisatawan berkunjung ke Indonesia, dengan Keppres No.15 Tahun 1983 telah ditetapkan sebanyak 26 negara dibebaskan dari keharusan memiliki visa dan ditetapkan

Kepariwisataan nasional mempunyai ciri khusus yang memer-lukan pendekatan yang sesuai dalam pengembangannya. Ciri terse-but antara lain adalah berlingkup global; secara ekonomi mem-punyai pengaruh efek ganda yang luas dan besar; secara sosial budaya mengandung kemampuan membentuk, mengembangkan, dan meningkatkan nilai budaya manusia dan masyarakat Indonesia; juga berdimensi politik, pertahanan dan keamanan; melibatkan seluruh lapisan masyarakat, menampilkan kepribadian berdasarkan jiwa, semangat serta nilai-nilai luhur bangsa Indonesia; memiliki kemampuan untuk mendorong pelestarian lingkungan hidup; dan dalam pengembangannya sangat terkait dan dipengaruhi oleh faktor di luar kepariwisataan sendiri sehingga memerlukan koordinasi berbagai sektor.

Dengan memperhatikan ciri tersebut, perencanaan dan pelak-sanaan pembangunan kepariwisataan nasional dilakukan secara terpadu antara berbagai komponen yang menentukan dan menun-jang keberhasilannya, seperti objek dan daya tarik wisata, akomo-dasi, transportasi, telekomunikasi, listrik, air bersih, dan industri cenderamata, serta melibatkan koperasi, swasta, dan masyarakat luas. Selain itu, sumber daya manusia yang merupakan pelaku utama dalam pembangunan kepariwisataan sangat penting untuk ditingkatkan kuantitas dan kualitasnya.

Pembangunan kepariwisataan yang dilaksanakan melalui pengembangan kekayaan alam serta kekayaan budaya bangsa yang beraneka ragam, juga harus mampu menjadi sarana untuk menge-jawantahkan cita-cita bangsa dalam mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, melestarikan dan memperkukuh jati diri dan kemandirian bangsa, serta dapat menjadi peranti untuk ikut menciptakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan dan keadilan sosial guna mewujudkan perdamaian yang abadi antara bangsa-bangsa di dunia.

350

Page 5:  · Web viewUntuk memudahkan wisatawan berkunjung ke Indonesia, dengan Keppres No.15 Tahun 1983 telah ditetapkan sebanyak 26 negara dibebaskan dari keharusan memiliki visa dan ditetapkan

Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1993 mengamanat-kan bahwa pembangunan kepariwisataan dalam Pembangunan Jangka Panjang Kedua (PJP II) harus lebih ditingkatkan dan diarahkan untuk meningkatkan penerimaan devisa, meningkatkan pendapatan daerah dan masyarakat, menciptakan lapangan kerja, serta mendorong kegiatan ekonomi yang terkait dengan pengembangan budaya bangsa, dengan memanfaatkan keindahan dan kekayaan alam Indonesia yang beraneka ragam.

GBHN 1993 memberikan petunjuk bahwa dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun Keenam (Repelita VI) pembangunan kepariwisataan terus ditingkatkan dan dikembangkan untuk memperbesar penerimaan devisa, memperluas dan memeratakan kesempatan usaha dan lapangan kerja, mendorong pembangunan daerah, meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, memperkaya kebudayaan nasional dengan tetap mempertahankan kepribadian bangsa dan tetap terpeliharanya nilai-nilai agama, mempererat persahabatan antarbangsa, memupuk cinta tanah air, serta memperhatikan kelestarian fungsi dan mutu lingkungan hidup. Pembangunan kepariwisataan juga diarahkan untuk mendorong pengembangan, pengenalan, dan pemasaran produk nasional.

Pembangunan pariwisata dalam PJP II dan Repelita VI disusun dan diselenggarakan dengan berlandaskan pada pengarahan GBHN 1993 seperti tersebut di atas.

II. PEMBANGUNAN PARIWISATA DALAM PJP I

Pembangunan pariwisata selama Pembangunan Jangka Panjang Pertama (PJP I) telah banyak mencapai hasil dan kemajuan yang pada hakikatnya merupakan dasar yang kuat dalam memasuki tahap pembangunan berikutnya, yaitu PJP II.

351

Page 6:  · Web viewUntuk memudahkan wisatawan berkunjung ke Indonesia, dengan Keppres No.15 Tahun 1983 telah ditetapkan sebanyak 26 negara dibebaskan dari keharusan memiliki visa dan ditetapkan

Jumlah kamar hotel telah berhasil ditingkatkan dengan cukup pesat, yaitu dari hanya hampir 3 ribu kamar pada saat awal Repe -lita I, telah meningkat menjadi lebih dari 140 ribu kamar pada tahun 1992/93 atau jumlahnya menjadi lebih dari 46 kali lipat.

Pembinaan yang lebih terarah juga dilakukan pada usaha restoran. Pada tahun 1992/93 telah diklasifikasi sebanyak 191 restoran dengan daya tampung 35.068 tempat duduk dalam tiga kelas, yaitu kencana (kelas 1) sebanyak 3 buah dengan kapasi -tas 291 tempat duduk, seloka (kelas 2) sebanyak 80 buah dengan kapasitas 14.811 tempat duduk dan gangsa (kelas 3) sebanyak 108 buah dengan kapasitas 19.966 tempat duduk.

Sejalan dengan meningkatnya jumlah wisatawan, usaha perja-lanan wisata (UPW) yang terdiri atas biro perjalanan wisata (BPW), cabang biro perjalanan wisata (CBPW) dan agen per -jalanan (AP) telah berkembang dengan cukup pesat, yaitu dari hanya 297 buah pada awal Repelita I menjadi 1.341 buah pada tahun 1992/93 atau menjadi hampir 5 kali lipat. Jumlah pemimpin perjalanan wisata dan pramuwisata juga telah meningkat masing-masing dari 321 dan 1.177 orang pada tahun 1985/86 menjadi 681 dan 4.726 orang pada tahun 1992/93.

Berbagai kawasan pariwisata telah dibangun dan beroperasi, antara lain Bali Tourism Development Corporation (Bali TDC) di Bali dan Manado TDC di Manado. Kawasan yang telah dikukuh-kan dan segera akan beroperasi adalah Belitung TDC; Baturaden TDC; Krakatau-Lampung TDC; Goa Makasar TDC; dan Biak- Irian TDC.

Untuk menunjang industri kerajinan rakyat telah berhasil diperluas tempat penjualan cenderamata ekspor yang telah menca-pai 862 buah dan tersebar di 23 propinsi.

Objek dan daya tarik wisata yang telah berhasil diidentifikasi dan sebagian telah dikembangkan sebagai objek dan daya tarik

352

Page 7:  · Web viewUntuk memudahkan wisatawan berkunjung ke Indonesia, dengan Keppres No.15 Tahun 1983 telah ditetapkan sebanyak 26 negara dibebaskan dari keharusan memiliki visa dan ditetapkan

wisata berjumlah 1.445 buah yang tersebar di berbagai propinsi yang terdiri atas objek dan daya tarik wisata alam sebanyak 778 buah, agrowisata sebanyak 209 buah, dan wisata budaya sebanyak 458 buah.

Untuk memudahkan wisatawan berkunjung ke Indonesia, dengan Keppres No.15 Tahun 1983 telah ditetapkan sebanyak 26 negara dibebaskan dari keharusan memiliki visa dan ditetapkan 9 bandar udara serta 7 pelabuhan taut sebagai pintu masuk. Jumlah negara yang bebas visa telah bertambah menjadi 44 negara dan pintu masuk wisatawan telah bertambah menjadi 13 bandar udara serta 16 pelabuhan Taut.

Kegiatan konvensi di Indonesia berkembang dengan pesat, yaitu dari 273 kegiatan dengan mengikutkan 56.900 peserta pada tahun 1986, telah meningkat menjadi 623 kegiatan dengan 119.785 peserta pada tahun 1992/93. Dewasa ini telah ada 5 perusahaan yang bergerak dalam usaha jasa konvensi, dan jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah.

Sarana konvensi di Indonesia telah berkembang, antara lain yang memenuhi persyaratan adalah Jakarta Convention Center, Jakarta International Trade Center, dan Bali International Con-vention Center. Di samping itu, sejumlah 51 hotel berbintang 3, 4 dan 5 kelas internasional di Jakarta, Bali, dan daerah lain juga telah memiliki fasilitas untuk pengaturan ruang pertemuan dalam bentuk dan kapasitas berupa teater sebanyak 69.825 tempat duduk, kelas sebanyak 34.795 tempat duduk, bangket sebanyak 33.558 tempat duduk dan resepsi sebanyak 69.608 tempat duduk. Untuk meningkatkan mutu tenaga kerja di bidang konvensi, dalam 2 tahun terakhir ini telah diadakan kursus tingkat dasar sebanyak 213 orang dan tingkat lanjutan sebanyak 110 orang.

Pemerintah bersama dengan swasta dan unit usaha milik pemerintah telah semakin aktif berpartisipasi dalam kegiatan promosi di bursa pariwisata internasional utama, seperti

353

Page 8:  · Web viewUntuk memudahkan wisatawan berkunjung ke Indonesia, dengan Keppres No.15 Tahun 1983 telah ditetapkan sebanyak 26 negara dibebaskan dari keharusan memiliki visa dan ditetapkan

Internationale Tourismus Borse (ITB) di Berlin, World Travel Market (WTM) di London, Borse Internationale Turismo (BIT) di Milan Italia, Konichiwa Travel Fair di Tokyo, Inter Tour Hong-kong, Brussel Trade, Pacific and Asia Tourism Association (PATA) Mart & Conference dan Asean Travel Forum (ATF). Di samping itu, telah dilaksanakan pengiriman misi pemasaran atau promosi ke sumber pasar wisatawan mancanegara serta telah di-ikuti pula program promosi Tourism, Trade, and Investment (TTI) yang dikoordinasikan oleh Departemen Perdagangan tahun 1992 di negara Finlandia, Norwegia, Denmark, dan Swedia. Pada tahun 1989 Indonesia telah turut dalam promosi budaya di kota-kota besar Amerika Serikat melalui Festival Kebudayaan Indonesia Amerika Serikat (KIAS). Berbagai arena promosi dengan jang-kauan yang lebih luas telah diikuti pula, antara lain Universal Expo Osaka, Jepang (1970), Tsukuba, Jepang (1985), Vancouver, Kanada (1986), Brisbane, Australia (1985), Tournament of Roses, Pasadena, Amerika Serikat (sejak tahun 1990), dan Universal Expo, Sevilla, Spanyol (1992).

Indonesia telah memperoleh kepercayaan untuk menyeleng-garakan acara kepariwisataan (event) internasional yang penting di dalam negeri dalam waktu yang hampir bersamaan, seperti Konferensi dan Pata Mart 1974; Konferensi Pata 1991; Pata Board of Director Meeting 1991; Pata Mart 1991; Pata World Chapter Congress 1991; serta ATF tahun 1986 dan 1991.

Indonesia telah menjadi anggota beberapa badan internasional di bidang kepariwisataan, seperti World Tourism Organization (WTO), Association of Southeast Asian Nations Sub-Committee on Tourism (ASEAN SCOTT), Pacific Asia Travel Association (PATA), International Congress and Convention Association (ICCA), dan ASEAN Association of Convention & Visitor Bureaus (AACVB).

Sebagai hasil berbagai upaya tersebut, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman), yaitu orang asing yang

354

Page 9:  · Web viewUntuk memudahkan wisatawan berkunjung ke Indonesia, dengan Keppres No.15 Tahun 1983 telah ditetapkan sebanyak 26 negara dibebaskan dari keharusan memiliki visa dan ditetapkan

melakukan kunjungan wisata ke Indonesia telah meningkat. Bila pada awal Repelita I kunjungan wisman baru mencapai 86 ribu orang, pada tahun keempat Repelita V telah mencapai 3,06 juta orang. Hal ini telah melampaui sasaran Repelita V, yaitu sebesar 2,50 juta orang.

Dalam urutan perolehan devisa bagi negara, pada tahun 1985 pariwisata masih menduduki urutan ketujuh, yaitu setelah minyak dan gas bumi, kayu, karet, tekstil, dan kopi. Pada tahun 1992 pariwisata telah meningkatkan posisinya menjadi urutan kelima sesudah minyak dan gas bumi, tekstil, dan kayu dengan perolehan devisa, yaitu sebesar US$3.278,2 juta. Peningkatan perolehan devisa tersebut bukan hanya karena meningkatnya jumlah wisman yang datang, melainkan juga karena disertai dengan bertambahnya tingkat pengeluaran.

Pada tahun 1984/85 sekitar 57,9 juta wisatawan nusantara (wisnus), yaitu penduduk Indonesia yang melakukan kunjungan wisata, melakukan perjalanan untuk mengunjungi objek dan Jaya tarik wisata di dalam negeri. Pada tahun 1991/92 jumlah kunjungan wisnus tersebut telah meningkat pula menjadi 71,9 juta.

Dengan makin berkembangnya kegiatan ekonomi, khususnya kepariwisataan selama ini, jumlah tenaga kerja yang berhasil diserap oleh usaha pariwisata telah mencapai lebih dari 1,9 juta orang.

Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan arti dan pentingnya pembangunan pariwisata telah dilakukan Kampanye Nasional Sadar Wisata yang dimulai pada tahun 1990 serta Tahun Kunjungan Indonesia 1991.

355

Page 10:  · Web viewUntuk memudahkan wisatawan berkunjung ke Indonesia, dengan Keppres No.15 Tahun 1983 telah ditetapkan sebanyak 26 negara dibebaskan dari keharusan memiliki visa dan ditetapkan

Dengan hasil tersebut di atas, pariwisata telah dapat memberikan sumbangan nyata dalam menambah pendapatan devisa, memperluas kesempatan kerja, meningkatkan dan memeratakan pendapatan masyarakat di daerah, serta memperkenalkan Indonesia di luar negeri.

Page 11:  · Web viewUntuk memudahkan wisatawan berkunjung ke Indonesia, dengan Keppres No.15 Tahun 1983 telah ditetapkan sebanyak 26 negara dibebaskan dari keharusan memiliki visa dan ditetapkan

III. TANTANGAN, KENDALA, DAN PELUANG PEMBANGUNAN

Pembangunan pariwisata dalam PJP I berkembang dengan pesat, terlihat antara lain dalam penerimaan devisa negara yang cukup besar dari sektor pariwisata. Indonesia memiliki potensi yang besar untuk mengembangkan pariwisata, mengingat kekayaan dan keindahan alam serta budayanya yang beraneka ragam. Dalam pembangunan pariwisata selama PJP II berbagai tantangan dan kendala akan dihadapi, di samping adanya peluang yang dapat dimanfaatkan.

1. Tantangan

Sebagai salah satu industri jasa, pariwisata sangat berperan sebagai sumber penghasil devisa bagi banyak negara, termasuk Indonesia. Sektor ini mempunyai potensi, baik untuk menciptakan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha maupun untuk meningkatkan serta memeratakan pendapatan masyarakat dan daerah. Dewasa ini dalam urutan perolehan devisa, pariwisata telah menduduki urutan kelima sesudah minyak dan gas bumi, tekstil, dan kayu. Selain itu, pariwisata juga menyumbang penyerapan tenaga kerja yang cukup banyak serta kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh warga Indonesia sendiri. Namun, dengan potensi-nya yang sedemikian besar, kinerja di sektor pariwisata masih jauh di bawah harapan dibandingkan, misalnya, dengan negara te-tangga, seperti Thailand, Singapura, dan Malaysia, padahal Indo-nesia lebih kaya dan beraneka ragam alam dan budayanya. Pariwi-sata memiliki potensi untuk berkembang lebih pesat dan memberi-kan sumbangan yang lebih besar kepada pembangunan nasional. Oleh karena itu, dalam PJP II tantangannya adalah meningkatkan pariwisata menjadi sektor andalan.

Potensi objek dan daya tarik wisata Indonesia sangat besar untuk dikembangkan dalam menarik kunjungan wisatawan

356

Page 12:  · Web viewUntuk memudahkan wisatawan berkunjung ke Indonesia, dengan Keppres No.15 Tahun 1983 telah ditetapkan sebanyak 26 negara dibebaskan dari keharusan memiliki visa dan ditetapkan

sebanyak mungkin. Permasalahannya adalah berkembangnya pariwisata di negara-negara lain, terutama di kawasan Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) akan menaikkan tingkat persaingan untuk mendapatkan kunjungan. Permasalahan ini lebih diperberat lagi oleh lemahnya promosi dan belum memadainya ragam, mutu objek dan daya tank wisata, serta sarana dan prasarana pendukung yang ada. Dengan demikian, tantangannya adalah upaya meningkatkan daya saing objek dan daya tarik wisata agar mampu menarik kunjungan wisatawan sebanyak mungkin.

Meskipun pengembangan pariwisata dalam PJP I dinilai berhasil, yang dicerminkan antara lain dengan meningkatnya jumlah wisatawan dan penyebaran potensi pariwisata, kurang terpadunya pengembangan pariwisata dengan pembangunan sektor lain yang mendukung masih merupakan masalah yang harus diatasi. Hal ini dicerminkan oleh keterbatasan prasarana penun-jang, seperti jaringan transportasi, jaringan telekomunikasi, listrik, dan air bersih di sejumlah daerah tujuan wisata. Beberapa kegiatan pembangunan sering menyebabkan rusaknya objek wisata, seperti rusaknya objek dan daya tank wisata bahari karena pengambilan karang laut dan penangkapan ikan dengan cara yang salah. Dengan demikian, tantangan yang dihadapi dalam pengembangan pari-wisata di masa depan adalah meningkatkan keterpaduan langkah dari berbagai sektor pembangunan, baik di tingkat pusat maupun daerah, untuk menunjang pembangunan pariwisata.

Dengan melihat besarnya kegiatan, jumlah, kunjungan, dan pengeluaran wisnus, peranannya amat penting dalam pengem-bangan kepariwisataan nasional, baik ditinjau dari segi ekonomi, sosial budaya, politik maupun hankam. Seyogianya wisnus dapat menjadi tumpuan yang kuat bagi kepariwisataan nasional. Walau-pun selama ini sudah dilakukan pembinaan untuk mengembangkan wisnus, masih ada masalah yang dihadapi, yaitu belum terciptanya pola dan penyebaran yang baik. Hal ini tercermin dari kekurangan infomasi mengenai objek dan daya tank wisata, kurang rasa ingin tahu, atau mempunyai sikap tidak mau menanggung risiko untuk

357

Page 13:  · Web viewUntuk memudahkan wisatawan berkunjung ke Indonesia, dengan Keppres No.15 Tahun 1983 telah ditetapkan sebanyak 26 negara dibebaskan dari keharusan memiliki visa dan ditetapkan

berkunjung ke objek wisata yang belum dikenal. Oleh karena itu, tantangannya adalah upaya mengembangkan wisnus agar dapat menjadi landasan yang mantap bagi kepariwisataan nasional.

Wisnus remaja dan pemuda mempunyai potensi besar dalam pengembangan kepariwisataan nasional. Sebagai kader bangsa, remaja dan pemuda perlu melihat dan mengenal kebesaran, keindahan, kekayaan sejarah, serta keragaman budaya masyarakat, tradisi, agama, dan nilai-nilai luhur bangsanya dalam memupuk .rasa cinta tanah air dan bangsa. Walaupun dalam PJP I jumlah remaja dan pemuda telah mencapai sekitar separuh dari seluruh wisnus, pola dan penyebarannya belum terbina dengan baik. Hal ini tercermin dari kenyataan bahwa sebagian besar daerah tujuan wisatanya terbatas hanya di Jawa dan Bali saja. Dengan demikian, tantangan selanjutnya adalah meningkatkan wisnus remaja dan pemuda untuk keperluan pembangunan bangsa.

2. Kendala

Dalam menghadapi berbagai tantangan tersebut di atas, ada beberapa kendala yang harus dihadapi. Luasnya wilayah dan kondisi geografis Indonesia yang terdiri atas beribu-ribu pulau merupakan sumber pariwisata yang besar nilainya. Di pihak lain, pengembangannya memerlukan biaya besar, terutama untuk sarana dan prasarananya, sedangkan kemampuan untuk menyediakan dana pembangunan terbatas. Keterbatasan sarana dan prasarana bagi wisatawan juga menyebabkan pengeluaran biaya yang lebih tinggi. Hal ini

358

Page 14:  · Web viewUntuk memudahkan wisatawan berkunjung ke Indonesia, dengan Keppres No.15 Tahun 1983 telah ditetapkan sebanyak 26 negara dibebaskan dari keharusan memiliki visa dan ditetapkan

merupakan kendala bagi pembangunan kepariwisataan di Indonesia.

Pengembangan pariwisata memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan kualitas yang memadai yang tersebar pada seluruh objek dan daya tarik wisata. Sumber daya manusia kepariwisataan dalam jumlah dan mum yang memadai, terutama di luar Jawa dan Bali, masih dirasakan belum mencukupi. Penyediaan sarana dan prasarana yang sangat dibutuhkan untuk menunjang

Page 15:  · Web viewUntuk memudahkan wisatawan berkunjung ke Indonesia, dengan Keppres No.15 Tahun 1983 telah ditetapkan sebanyak 26 negara dibebaskan dari keharusan memiliki visa dan ditetapkan

kepariwisataan seperti akomodasi, transportasi, telekomunikasi, informasi, listrik, air bersih, dan sarana pendukung lainnya di beberapa daerah tujuan wisata juga masih belum memadai, terutama di kawasan timur Indonesia, sehingga sangat mempengaruhi tingkat aksesibilitas daerah tujuan wisata tersebut. Di samping itu, tingkat kesadaran masyarakat untuk menunjang serta berperan aktif dalam pembangunan pariwisata juga belum memadai. Semuanya itu merupakan kendala pula dalam pengembangan pariwisata.

3. Peluang

Hasil pembangunan di berbagai bidang selama PJP I merupa-kan modal bagi pembangunan tahap selanjutnya. Modal tersebut memberikan peluang untuk melanjutkan dan meningkatkan pem-bangunan kepariwisataan.

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan makin bervariasinya kegiatan ekonomi akan meningkatkan pertumbuhan pariwisata. Demikian pula, stabilitas sosial, ekonomi, politik, dan keamanan yang mantap memberikan jaminan rasa aman bagi wisatawan dan memberikan peluang bagi pengembangan kepariwisataan. Keindah-an serta kekayaan alam yang beraneka ragam dan sebagian besar belum tercemar, dan iklim tropis, mendukung kegiatan pariwisata sepanjang tahun.

Kemajuan dalam teknologi telekomunikasi akan lebih jelas, cepat, dan banyak memberikan informasi mengenai keragaman objek dan daya tarik wisata Indonesia. Kemajuan teknologi trans-portasi juga mendorong mobilitas manusia untuk melakukan perja-lanan jarak jauh dengan biaya relatif lebih rendah dan dalam waktu lebih pendek.

Kepariwisataan dunia terus mengalami peningkatan walaupun terjadi berbagai krisis yang berkepanjangan dengan dampaknya yang sangat luas. Di samping itu, pangsa wisatawan dunia yang

359

Page 16:  · Web viewUntuk memudahkan wisatawan berkunjung ke Indonesia, dengan Keppres No.15 Tahun 1983 telah ditetapkan sebanyak 26 negara dibebaskan dari keharusan memiliki visa dan ditetapkan

berkunjung ke kawasan Asia Timur Pasifik, ASEAN termasuk Indonesia juga terus meningkat. Sementara itu, wilayah dan letak Indonesia yang strategis berada di antara Benua Asia dan Australia serta antara Samudera Indonesia dan Samudera Pasifik dapat men-jadikan Indonesia menjadi pusat kepariwisataan di kawasan ini. Hal tersebut merupakan peluang pula bagi pengembangan kepari-wisataan di Indonesia di masa depan.

IV. ARAHAN, SASARAN, DAN KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN

1. Arahan GBHN 1993

GBHN 1993 mengamanatkan bahwa pembangunan kepari-wisataan diarahkan pada peningkatan pariwisata menjadi sektor andalan yang mampu menggalakkan kegiatan ekonomi, termasuk kegiatan sektor lain yang terkait, sehingga lapangan kerja, pen-dapatan masyarakat, pendapatan daerah, dan pendapatan negara, serta penerimaan devisa meningkat melalui upaya pengembangan dan pendayagunaan berbagai potensi kepariwisataan nasional.

Dalam pembangunan kepariwisataan harus dijaga tetap terpe-liharanya kepribadian bangsa serta kelestarian fungsi dan mutu lingkungan hidup. Kepariwisataan perlu ditata secara menyeluruh dan terpadu dengan melibatkan sektor lain yang terkait dalam suatu keutuhan usaha kepariwisataan yang saling menunjang dan saling menguntungkan, baik yang berskala kecil, menengah, maupun besar.

Pengembangan pariwisata nusantara dilaksanakan sejalan dengan upaya memupuk rasa cinta tanah air dan bangsa, serta menanamkan jiwa, semangat, dan nilai-nilai luhur bangsa dalam rangka lebih memperkukuh persatuan dan kesatuan nasional, ter-utama dalam bentuk penggalakan pariwisata remaja dan pemuda dengan lebih meningkatkan kemudahan dalam memperoleh

360

Page 17:  · Web viewUntuk memudahkan wisatawan berkunjung ke Indonesia, dengan Keppres No.15 Tahun 1983 telah ditetapkan sebanyak 26 negara dibebaskan dari keharusan memiliki visa dan ditetapkan

pelayanan kepariwisataan. Daya tarik Indonesia sebagai negara tujuan wisata mancanegara perlu ditingkatkan melalui upaya peme-liharaan benda dan khazanah bersejarah yang menggambarkan ketinggian budaya dan kebesaran bangsa, serta didukung dengan promosi yang memikat.

Upaya mengembangkan objek dan daya tarik wisata serta kegiatan promosi dan pemasarannya, baik di dalam maupun di luar negeri terus ditingkatkan secara terencana, terarah, terpadu, dan efektif antara lain dengan memanfaatkan secara optimal kerja sama kepariwisataan regional dan global guna meningkatkan hubungan antarbangsa.

Pendidikan dan pelatihan kepariwisataan perlu makin ditingkat-kan, disertai penyediaan sarana dan prasarana yang makin baik, dalam rangka meningkatkan kemampuan untuk menjamin mutu dan kelancaran pelayanan serta penyelenggaraan pariwisata.

Kesadaran dan peran aktif masyarakat dalam kegiatan kepari-wisataan perlu makin ditingkatkan melalui penyuluhan dan pembi-naan kelompok seni budaya, industri kerajinan, serta upaya lain untuk meningkatkan kualitas kebudayaan dan daya tarik kepariwi-sataan Indonesia dengan tetap menjaga nilai-nilai agama, citra kepribadian bangsa, serta harkat dan martabat bangsa. Dalam upaya pengembangan usaha kepariwisataan, hams dicegah hal-hal yang dapat merugikan kehidupan masyarakat dan kelestarian kehidupan budaya bangsa. Dalam pembangunan kawasan pariwisa-ta keikutsertaan masyarakat setempat terus ditingkatkan.

2. Sasaran

a. Sasaran PJP II

Sasaran pembangunan pariwisata dalam PJP II adalah mantap-nya pariwisata sebagai sektor andalan, yang membuka lapangan kerja dan kesempatan berusaha yang seluas-luasnya bagi masyarakat.

361

Page 18:  · Web viewUntuk memudahkan wisatawan berkunjung ke Indonesia, dengan Keppres No.15 Tahun 1983 telah ditetapkan sebanyak 26 negara dibebaskan dari keharusan memiliki visa dan ditetapkan

Pada akhir PJP II diharapkan kunjungan wisman akan mencapai 13,5 juta dengan tingkat pengeluaran yang makin besar dan dengan pariwisata nusantara yang sudah berkembang menjadi landasan mantap bagi kepariwisataan nasional.

Perkembangan sasaran kunjungan wisman selama PJP II dapat dilihat pada Tabel 27-1.

b. Sasaran Repelita VI

Sasaran pembangunan kepariwisataan jangka panjang dicapai secara bertahap dan dalam Repelita VI sasarannya, antara lain adalah tingkat pertumbuhan kunjungan wisman rata-rata per tahun sekitar 12,9 persen, sehingga pada akhir Repelita VI jumlah kunjungan diharapkan akan mencapai 6,5 juta. Sasaran lain adalah rata-rata lama tinggal akan menjadi 11 hari dengan pengeluaran perwisatawan per hari sekitar US$125. Dengan demikian, perkiraan penerimaan devisa pada akhir Repelita VI adalah sebesar US$8,9 miliar dan ini akan menempatkan pariwisata pada posisi penghasil devisa keempat setelah minyak dan gas bumi, dan tekstil. Tingkat pertumbuhan wisnus diperkirakan 1,6 persen per tahun sehingga pada akhir Repelita VI jumlah kunjungan wisnus akan mencapai 84,2 juta dengan rata-rata pengeluaran perkunjungan sekitar Rp 110.000,00. Pada akhir Repelita VI kepariwisataan nasional diperkirakan akan dapat menyediakan lapangan kerja baru untuk lebih dari 900 ribu orang.

Adapun sasaran kunjungan wisatawan dalam Repelita VI dapat dilihat pada Tabel 27-2.

362

Page 19:  · Web viewUntuk memudahkan wisatawan berkunjung ke Indonesia, dengan Keppres No.15 Tahun 1983 telah ditetapkan sebanyak 26 negara dibebaskan dari keharusan memiliki visa dan ditetapkan

3. Kebijaksanaan

Sesuai dengan amanat GBHN 1993 dan untuk mencapai sasaran yang telah diuraikan di atas, kebijaksanaan pembangunan kepariwisataan pada pokoknya adalah meningkatkan pariwisata

Page 20:  · Web viewUntuk memudahkan wisatawan berkunjung ke Indonesia, dengan Keppres No.15 Tahun 1983 telah ditetapkan sebanyak 26 negara dibebaskan dari keharusan memiliki visa dan ditetapkan

TABEL 27—1SASARAN KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA DALAM PJP II

Jenis Sasaran SatuanAkhir

Repelita V •)PJP II

AkhirRepelita VI

AkhirRepelita VII

AkhirRepelita VIII

AkhirRepelita IX

AkhirRepelita X

1. Jumlah wisatawan

2. Pengeluaran per wisatawanper hari

3. Rata—rata lama tinggal

juta kunjungan

US $

hari

3,5

98

11

6,5

125

11

7,5

180

11

9,0

200

12

11,0

230

12

13,5

250

12

Catatan : •) Angka perkiraan realisasi (tahun terakhir Repelita V)

Page 21:  · Web viewUntuk memudahkan wisatawan berkunjung ke Indonesia, dengan Keppres No.15 Tahun 1983 telah ditetapkan sebanyak 26 negara dibebaskan dari keharusan memiliki visa dan ditetapkan

TABEL 27—2SASARAN KUNJUNGAN WISATAWAN

1994/95—1998/99 (juta kunjungan)

Jenis SasaranAkhir

Repelita V*) Repelita VI1994/95 1995/96 1996/97 1997/98 1998/99

1. Wisatawan mancanegara 3,5 4.0 4,5 5,0 5,7 6,5

2. Wisatawan nusantara 75,5 77,3 79,1 81,0 82,6 84,2

Catalan:') Angka perkiraan realisasi(tahun terakhir Repelita V)

Page 22:  · Web viewUntuk memudahkan wisatawan berkunjung ke Indonesia, dengan Keppres No.15 Tahun 1983 telah ditetapkan sebanyak 26 negara dibebaskan dari keharusan memiliki visa dan ditetapkan

sebagai sektor andalan; meningkatkan daya saing kepariwisataan nasional; mengembangkan pariwisata nusantara; meningkatkan sumber daya manusia; serta meningkatkan peran serta koperasi, swasta, dan masyarakat.

a. Meningkatkan Pariwisata Sebagai Sektor Andalan

Untuk meningkatkan pariwisata sebagai sektor andalan, kebi -jaksanaan yang ditempuh adalah menyusun konsep pengembangan kepariwisataan nasional yang mantap; menyusun perencanaan pembangunan pariwisata di tingkat nasional untuk kemudian dija -barkan ke tingkat daerah dengan memperhatikan pola dasar pembangunan daerah, rencana tata ruang daerah, dan standardisasi mute produk yang memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai; memantapkan dan menindaklanjuti penetapan wilayah tujuan wisata termasuk menata kelembagaannya. Kebijaksanaan lain adalah memberikan penyuluhan secara efektif kepada masya-rakat agar berpartisipasi aktif dan mendukung pembangunan kepa-riwisataan; meningkatkan kerja sama serta koordinasi berbagai sektor yang terkait, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah dalam setiap kegiatan pariwisata; mengendalikan pembangunan objek dan daya tarik wisata beserta sarana penunjangnya guna mencegah dan menangkal dampak negatif yang mungkin timbul pada pembangunan sektor lain, khususnya lingkungan hidup dan budaya bangsa Indonesia; mengembangkan dan menggali objek dan daya tarik wisata baru serta meningkatkan mutu objek dan daya tarik wisata yang telah ada secara selektif untuk meningkatkan perolehan devisa dan memperluas kesempatan kerja; serta mening-katkan pemasaran dan pemakaian produksi dalam negeri, dalam segenap kegiatan kepariwisataan.

b. Meningkatkan Daya Saing Kepariwisataan Nasional

Untuk meningkatkan daya saing kepariwisataan nasional, kebijaksanaan yang ditempuh adalah menggalakkan pemasaran ke

365

Page 23:  · Web viewUntuk memudahkan wisatawan berkunjung ke Indonesia, dengan Keppres No.15 Tahun 1983 telah ditetapkan sebanyak 26 negara dibebaskan dari keharusan memiliki visa dan ditetapkan

luar negeri dengan meningkatkan kegiatan promosi secara berkesinambungan, konsisten dan mantap terutama pada pasar yang sedang tumbuh dan berpotensi tinggi; meningkatkan promosi wisata konvensi internasional, seperti kegiatan Meetings, Incen-tives, Congress, and Exhibitions (MICE), dan mengarahkan Jakar-ta sebagai pusat kegiatan yang berskala besar, sedangkan Bali, Medan, Surabaya, Yogyakarta, dan Bandung untuk skala me-nengah; meningkatkan kegiatan promosi yang mencerminkan kekhususan atau karakteristik daerah, seperti aspek sejarah, sosial budaya, nilai-nilai agama, tradisi, alam dan keramahtamahan; serta meningkatkan koordinasi yang lebih mantap antarusaha pariwisata dan dengan industri lainnya seperti industri kerajinan, jasa trans-portasi, jasa perdagangan, kesenian dan kebudayaan dengan menyertakan berbagai perwakilan instansi Indonesia di luar negeri dalam rangka promosi secara keseluruhan. Selain itu, kebijaksa-naan yang ditempuh adalah meningkatkan kemudahan proses masuknya wisman tanpa mengabaikan kepentingan nasional; meningkatkan diversifikasi produk wisata melalui pengembangan objek dan daya tarik wisata alam, budaya, agro, bahari, olahraga, dan buru, dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan hidup; mengembangkan potensi pariwisata yang ada di kawasan timur Indonesia, terutama wisata bahari; serta mengembangkan sistem informasi yang merupakan bagian dari sistem informasi pariwisata dunia untuk tujuan reservasi.

c. Mengembangkan Pariwisata Nusantara

Dalam rangka mengembangkan pariwisata nusantara, kebijak-sanaan yang ditempuh adalah mengembangkan pola pembinaan sehingga aktivitas wisnus dapat saling mengisi, saling menunjang dan tidak saling bersaing dengan aktivitas wisman agar penggunaan fasilitas kepariwisataan yang ada dapat optimal; mengembangkan pola penyebaran wisnus dalam usaha memeratakan kegiatan ekonomi sehingga tercapai keseimbangan antara daerah yang sudah berkembang dengan daerah yang dewasa ini belum berkembang; membina wisnus remaja dan pemuda secara konsepsional dan lebih

366

Page 24:  · Web viewUntuk memudahkan wisatawan berkunjung ke Indonesia, dengan Keppres No.15 Tahun 1983 telah ditetapkan sebanyak 26 negara dibebaskan dari keharusan memiliki visa dan ditetapkan

mendidik (rekreatif, informatif, dan edukatif); serta mengem-bangkan pariwisata nusantara agar dapat menjadi landasan yang mantap bagi kepariwisataan nasional.

d. Meningkatkan Sumber Daya Manusia

Untuk meningkatkan sumber daya manusia kepariwisataan, kebijaksanaan yang ditempuh ialah meningkatkan pendidikan dan pelatihan tingkat dasar dan menengah, pendidikan untuk tingkat penyelia dan manajemen, serta kemampuan berbahasa asing bagi usaha skala kecil; meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para pembina, perajin dan pengelola usaha cenderamata dalam bidang desain, pengawasan, pemahaman peraturan, dan pema-saran; membina kegiatan kerja sama yang dikembangkan dengan mitra usaha di luar negeri agar lebih meningkatkan perkembangan usaha dan daya saing perjalanan wisata Indonesia; mengembang-kan sumber daya manusia pariwisata agar dapat bekerja di luar negeri dengan tetap memperhatikan kepentingan kepariwisataan nasional; serta meningkatkan fasilitas pendidikan dan pelatihan yang meliputi peranti keras dan lunak.

e. Meningkatkan Peran Serta Koperasi, Swasta, dan Masyarakat

Dalam usaha untuk meningkatkan peran serta koperasi, swasta, dan masyarakat, kebijaksanaan yang ditempuh adalah mengembangkan partisipasi koperasi, swasta, dan masyarakat melalui usaha kepariwisataan, baik yang berskala kecil, menengah maupun besar; mengembangkan keterkaitan berbagai usaha pariwisata dengan berbagai sektor yang lain agar kegiatan ekonomi masyarakat dapat lebih meningkat lagi; meningkatkan peran serta asosiasi usaha pariwisata melalui pengelompokan usaha sejenis; meningkatkan kemudahan dan insentif untuk kegiatan investasi dan usaha; membuat percontohan dan perintisan pembangunan atau pengusahaan objek dan daya tarik wisata untuk merangsang per-tumbuhan serta partisipasi pihak swasta dan masyarakat; serta

367

Page 25:  · Web viewUntuk memudahkan wisatawan berkunjung ke Indonesia, dengan Keppres No.15 Tahun 1983 telah ditetapkan sebanyak 26 negara dibebaskan dari keharusan memiliki visa dan ditetapkan

meningkatkan usaha perintisan untuk menjangkau daerah dan masyarakat tertinggal sebagai salah satu upaya mengentaskan kemiskinan. Kebijaksanaan lain adalah mendorong usaha pariwisa ta berskala besar dan menengah untuk membantu penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan tenaga kerja di kalangan usaha kecil; mendorong usaha kepariwisataan untuk membentuk unit pelatihan (training unit) dan mengembangkan modul tingkat khusus untuk semua jenjang pekerjaan atau jabatan, terutama bagi usaha golong -an menengah dan kecil; serta membentuk unit pelatihan khusus untuk melakukan pendidikan dan pelatihan tenaga kerja di daerah yang lokasinya berjauhan dengan lembaga pendidikan dan pelatihan yang ada.

V. PROGRAM PEMBANGUNAN

Kebijaksanaan pembangunan pariwisata yang telah diuraikan di atas dituangkan ke dalam program sebagai berikut.

1. Program Pokok

a. Program Pemasaran Pariwisata

Tujuan program pemasaran adalah meningkatkan pemasaran pariwisata. Kegiatan utama yang akan dilaksanakan adalah pema-saran dalam negeri dan pemasaran luar negeri.

1) Pemasaran Dalam Negeri

Kegiatan ini ditujukan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang kepariwisataan. Selain itu, juga ditujukan untuk memperkenalkan objek dan daya tarik wisata serta sarana pendukungnya kepada seluruh masyarakat Indonesia. Kegiatan ini mencakup (a) berbagai penyuluhan dengan persiapan yang matang kepada masyarakat luas tentang pentingnya kepariwi-sataan nasional; (b) koordinasi berbagai sektor terkait; (c) penyu -sunan rencana yang mantap untuk melakukan kegiatan yang

368

Page 26:  · Web viewUntuk memudahkan wisatawan berkunjung ke Indonesia, dengan Keppres No.15 Tahun 1983 telah ditetapkan sebanyak 26 negara dibebaskan dari keharusan memiliki visa dan ditetapkan

berkaitan dengan wisnus termasuk remaja dan pemuda, para wreda dan penyandang cacat; (d) penyelenggaraan berbagai acara kepari -wisataan secara teratur; serta (e) pengadaan dan distribusi bahan promosi untuk pembinaan wisnus.

2) Pemasaran Luar Negeri

Kegiatan ini ditujukan untuk memperkenalkan seluruh objek dan daya tarik wisata Indonesia di luar negeri. Kegiatan ini dilakukan dengan (a) menyusun rencana pemasaran, termasuk promosi yang tepat dan menyeluruh yang didahului dengan penelitian yang mendalam; (b) memanfaatkan fasilitas perwakilan RI di luar negeri; (c) meningkatkan kegiatan pada tujuh kantor Pusat Promosi Pariwisata Indonesia (P3I) di luar negeri, yaitu di London, Frankfurt, Los Angeles, Tokyo, Taipei, Singapura, dan Sydney dan mengembangkan dua kantor P3I yaitu di New York dan Paris; (d) meningkatkan aktivitas Badan Promosi Pariwisata Indonesia (BPPI); (e) mengirim misi pemasaran, termasuk promosi untuk melakukan penetrasi pasar yang sedang tumbuh dan berpo-tensi tinggi, seperti Inggris, Perancis, Jerman, Italia, Saudi Arabia, Jepang, Taiwan, Amerika Serikat, dan Australia; (f) meningkatkan dan memperluas peran serta pada bursa pariwisata internasional; (g) meningkatkan jumlah dan mutu pengadaan bahan promosi cetak dan elektronik serta pendistribusiannya; (h) meningkatkan promosi wisata konvensi melalui media cetak dan media elektronik; (i) mengadakan bahan informasi, termasuk untuk pemasaran wisata konvensi; j ) meningkatkan koordinasi dengan industri MICE pada penyelenggaraan acara kepariwisataan tertentu di tiga kawasan, yaitu Eropa, Amerika, dan Asia Pasifik; (k) menyusun suatu sistem informasi yang merupakan bagian dari sistem informasi pariwisata dunia; dan (1) meningkatkan keikutsertaan asosiasi atau badan kepariwisataan dalam kegiatan tingkat regional dan internasional.

369

Page 27:  · Web viewUntuk memudahkan wisatawan berkunjung ke Indonesia, dengan Keppres No.15 Tahun 1983 telah ditetapkan sebanyak 26 negara dibebaskan dari keharusan memiliki visa dan ditetapkan

b. Program Pengembangan Produk Wisata

Tujuan program ini adalah meningkatkan ragam, daya tam-pung, serta mutu objek dan daya tarik wisata serta sarana pendu-kungnya agar menarik untuk dikunjungi. Program ini mencakup kegiatan sebagai berikut :

(1) penyusunan rencana induk pengembangan kepariwisataan nasional dan rencana pengembangan kawasan, objek dan daya tarik wisata yang mempunyai potensi sesuai dengan prioritas pengembangan pada beberapa daerah, terutama di kawasan timur Indonesia;

(2) pengembangan objek dan daya tarik wisata bahari yang akan mencakup, antara lain Kepulauan Batu dan Teluk Dalam di Sumatera Utara; Pulau Batam dan Pulau Bintan di Riau; Kepulauan Seribu di Jakarta; Bunaken dan Tanjung Pisok di Sulawesi Utara; Senggigi, Gili Air, dan Tanjung Aan di Nusa Tenggara Barat; Maumere, Sumba, dan Timor di Nusa Tenggara Timur; Ambon dan Banda Naire di Maluku; Biak di Irian Jaya;

(3) pengembangan objek dan daya tarik wisata alam, agrowisata, peninggalan sejarah dan budaya, antara lain akan mencakup Taman Nasional Gunung Leuser dan Danau Laut Tawar di Aceh; Danau Toba, Nias, Brastagi, Taman Hutan Raya, dan perkebunan di Sumatera Utara; Bukittinggi, Danau Maninjau, Ngarai Sianok, Taman Nasional Kerinci Seblat dan Taman Hutan Raya DR. M. Hatta di Sumatera Barat; Taman Nasional Kerinci Seblat dan Taman Nasional Berbak di Jambi; benteng Marlborough, Taman Hutan Raya dan Taman Nasional Kerinci Seblat di Bengkulu; Taman Nasional Kerinci Seblat di Sumatera Selatan; Krakatau di Lampung; Taman Nasional Ujung Kulon, Banten dan perkebunan di Jawa Barat; DKI Jakarta; Candi Borobudur, Prambanan, Ratu Boko, dan Keraton Solo di Jawa Tengah;

370

Page 28:  · Web viewUntuk memudahkan wisatawan berkunjung ke Indonesia, dengan Keppres No.15 Tahun 1983 telah ditetapkan sebanyak 26 negara dibebaskan dari keharusan memiliki visa dan ditetapkan

Keraton Yogyakarta di Yogyakarta; Bromo, Tengger, Tretes dan Batu di Jawa Timur; Bali; Pontianak di Kalimantan Barat; Taman Nasional Tanjung Puting di Kalimantan Tengah; Mahakam dan Tenggarong di Kalimantan Timur; Danau Tondano di Sulawesi Utara; Taman Nasional Lore Lindu dan Danau Poso di Sulawesi Tengah; Bantimurung dan Tana Toraja di Sulawesi Selatan; Kawah Tiga Warna Kelimutu dan Pulau Komodo di Nusa Tenggara Timur; Nusa Tenggara Barat; Timor Timur; Sulawesi Tenggara; Danau Sentani, Biak, Asmat, dan Jayapura di Irian Jaya;

(4) pengembangan objek dan daya tarik wisata minat khusus, antara lain (a) penyelusuran di Sungai Alas dan Krueng di Aceh, Siak di Riau, Citarum di Jawa Barat, Bengawan Solo di Jawa Tengah, Brantas di Jawa Timur, Kapuas di Kaliman-tan Barat, Barito di Kalimantan Tengah, Mahakam di Kali -mantan Timur, Ayun di Bali dan Membranous di Irian Jaya; (b) wisata buru, antara lain di Lingga Isak di Aceh, Pulau Rempang di Riau, Sindang Bukit Kabu di Bengkulu, Gunung Masigit di Jawa Barat, Gunung Tambora Selatan dan Pulau Moyo di Nusa Tenggara Barat, Dataran Bena di Nusa Tenggara Timur, Karakaleng di Sulawesi Utara, dan Dataran Rumbia di Sulawesi Tenggara; (c) wisata gunung, antara lain pendakian Gunung Leuser, Sibolangit, Marapi, dan Krakatau di Sumatera, Salak, Gede, Pangrango, Slamet, Merapi, Arjuna, dan Bromo di Jawa, Agung di Bali, Rinjani di Nusa Tenggara Barat, Kelimutu di Nusa Tenggara Timur serta Jayawijaya di Irian Jaya; (d) wisata memancing di laut bagian barat Aceh dan Sumatera Utara, laut bagian selatan Jawa Barat, serta taut bagian selatan Nusa Tenggara Timur; (e) membina dan memperluas pusat perbelanjaan, baik yang telah ada sekarang maupun yang baru;

(5) pengembangan dan pengelolaan kawasan pariwisata, seperti Kawasan Krakatau di Lampung, Belitung, Baturaden, Bali, Lombok, Manado, Goa Makasar serta Biak; pembangunan

371

Page 29:  · Web viewUntuk memudahkan wisatawan berkunjung ke Indonesia, dengan Keppres No.15 Tahun 1983 telah ditetapkan sebanyak 26 negara dibebaskan dari keharusan memiliki visa dan ditetapkan

kawasan baru seperti kawasan Padang, kawasan Batam dan Bintan dalam kaitan dengan kawasan segitiga Sijori, Aceh dan Sumatera Utara dalam kaitan dengan kawasan segitiga utara, Sulawesi Utara dalam kaitan dengan kawasan utara Indonesia, serta Nusa Tenggara Timur dan Timor Timur dalam kaitan dengan kawasan selatan Indonesia;

(6) pembangunan taman rekreasi dan tempat hiburan yang terse-bar;

(7) pembangunan sarana akomodasi sekitar 100.000 kamar yang akan dilakukan secara tersebar dengan memperhitungkan rencana pengembangan objek dan Jaya tarik wisata;

(8) peningkatan dan pengembangan produk wisata konvensi dan pelayanannya yang selaras dengan kecenderungan permin-taan pasar di Jakarta, Bali, Medan, Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya;

(9) pendirian usaha perjalanan wisata sebanyak yang dibutuhkan;

(10) penyusunan sistem informasi yang tepat dan memuat ber -bagai indikator perkembangan kepariwisataan yang penting;

(11) peningkatan peran serta koperasi, usaha kecil dan menengah dalam usaha pengembangan produk wisata.

2. Program Penunjang

Di samping dua program utama tersebut di atas, pembangunan kepariwisataan mempunyai lima program penunjang.

372

Page 30:  · Web viewUntuk memudahkan wisatawan berkunjung ke Indonesia, dengan Keppres No.15 Tahun 1983 telah ditetapkan sebanyak 26 negara dibebaskan dari keharusan memiliki visa dan ditetapkan

a. Program Pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup

Program pengendalian pencemaran lingkungan hidup bertu-juan untuk meningkatkan kualitas hidup di daerah objek dan daya tarik wisata serta sarana pendukungnya. Dalam program ini dilakukan pemantauan dan pengendalian pencemaran lingkungan hidup objek dan daya tarik wisata, antara lain di DKI Jakarta, Jawa Barat, Bali, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Utara, Maluku, dan Irian Jaya.

b. Program Pendidikan, Pelatihan, dan Penyuluhan Pariwisata

Tujuan program ini adalah untuk memenuhi kebutuhan sumber daya manusia pariwisata dengan kemampuan yang memadai. Program ini meliputi kegiatan meningkatkan fasilitas pendidikan dan pelatihan pariwisata di Medan, Bandung; Bali, dan Ujung Pandang; meningkatkan pendidikan dan pelatihan untuk berbagai jenis dan tingkat pengetahuan serta keterampilan sekitar 900 ribu orang, termasuk di antaranya 4 ribu orang pemimpin perjalanan wisata dan 6 ribu orang pramuwisata; menyusun sistem informasi dan dokumentasi sumber daya manusia kepariwisataan, termasuk mengenai jumlah dan jenis kualifikasi tenaga yang dibutuhkan; serta melakukan penyuluhan kepada aparat pelaksana dan pengelola kepariwisataan serta kepada masyarakat luas.

c. Program Penelitian dan Pengembangan Pariwisata

Program ini bertujuan untuk mengembangkan penelitian pariwisata yang dapat mendukung pengambilan kebijaksanaan pariwisata. Program ini mencakup kegiatan (1) penyempurnaan landasan operasional kegiatan penelitian dan pengembangan untuk meningkatkan dan mengoordinasikan pelaksanaan penelitian pariwisata; (2) peningkatan keikutsertaan secara aktif tenaga peneliti pada berbagai kegiatan penelitian dengan pola magang; dan

373

Page 31:  · Web viewUntuk memudahkan wisatawan berkunjung ke Indonesia, dengan Keppres No.15 Tahun 1983 telah ditetapkan sebanyak 26 negara dibebaskan dari keharusan memiliki visa dan ditetapkan

(3) peningkatan penelitian yang mampu mendukung pencapaian sasaran yang berkaitan dengan usaha pemasaran dan pengembangan produk wisata.

d. Program Pembangunan Prasarana Pariwisata

Tujuan program ini adalah untuk mengoordinasikan pem-bangunan prasarana penunjang, seperti transportasi, telekomunika -si, listrik, dan air bersih dengan sektor terkait dalam rangka memenuhi kebutuhan pengembangan kegiatan pariwisata di daerah.

Program ini meliputi kegiatan pemberian masukan bagi sektor terkait mengenai jenis kebutuhan, kapasitas prasarana dan saat dibutuhkan prasarana tersebut, serta mendorong partisipasi swasta dalam pembangunan prasarana penunjang.

e. Program Pembinaan dan Pengembangan Kebudayaan dan Kesenian

Program ini bertujuan untuk memasyarakatkan nilai luhur budaya bangsa termasuk kesenian dalam upaya mempertebal jati diri dan kepribadian bangsa, dan sebagai daya tarik pariwisata.

Program ini meliputi kegiatan pembinaan dan pengembangan kelompok budaya dan seni masyarakat; pengiriman misi seni dan budaya ke luar negeri dalam kegiatan promosi; serta penyeleng-garaan sayembara dan pemberian penghargaan kepada kelompok seni dan budaya.

374

Page 32:  · Web viewUntuk memudahkan wisatawan berkunjung ke Indonesia, dengan Keppres No.15 Tahun 1983 telah ditetapkan sebanyak 26 negara dibebaskan dari keharusan memiliki visa dan ditetapkan

VI. RENCANA ANGGARAN PEMBANGUNAN DALAM REPELITA VI

Program-program pembangunan tersebut di atas dilaksanakan baik oleh Pemerintah maupun oleh masyarakat. Dalam program-program tersebut, yang merupakan program dalam bidang pariwisata, yang akan dibiayai dengan anggaran pembangunan selama Repelita VI (1994/95 - 199.8/99) adalah sebesar Rp325.380,0 juta. Rencana anggaran pembangunan pariwisata untuk tahun pertama dan selama Repelita VI menurut sektor, sub sektor dan program dalam sistem APBN dapat dilihat dalam Tabel 27-3.

375

Page 33:  · Web viewUntuk memudahkan wisatawan berkunjung ke Indonesia, dengan Keppres No.15 Tahun 1983 telah ditetapkan sebanyak 26 negara dibebaskan dari keharusan memiliki visa dan ditetapkan

Tabel 27–3

RENCANA ANGGARAN PEMBANGUNAN PARIWISATATahun Anggaran 1994/95 dan Repelita VI (1994/95 – 1998/99)

(dalam juta rupiah)

No.Kode Sektor/Sub Sektor/Program 1994/95 1994/95 – 1998/99

08 SEKTOR PARIWISATA, POS ,DAN TELEKOMUNIKASI

08.1 Sub Sektor Pariwisata

08.1.01 Program Pemasaran Pariwisata 15.000,0 99.360,008.1.02 Program Pengembangan Produk Wisata 33.730,0 226.020,0

Page 34:  · Web viewUntuk memudahkan wisatawan berkunjung ke Indonesia, dengan Keppres No.15 Tahun 1983 telah ditetapkan sebanyak 26 negara dibebaskan dari keharusan memiliki visa dan ditetapkan