unsuri.ac.idunsuri.ac.id/wp-content/uploads/2018/02/pertanggungan... · web viewtahun 1964 sangat...

21
PERTANGGUNGAN WAJIB SOSIAL KECELAKAAN PENUMPANG KENDARAAN UMUM DI JALAN RAYA Oleh Rusmiyah Fakultas Hukum UNSURI Surabaya Abstrak Tujuan penelitian nini untuk mengetahui tanggung jawab pengangkut menurut Undang-Undang No. 33 Tahun 1964 tentang pertanggungan wajib bagi korban kecelakaan dan mengetahui pelaksanaan tanggung jawab pengangkut menurut Undang-undang Nomor 33 Tahun 1964 tentang pertanggungan wajib bagi korban kecelakaan dalam praktek Penelitian ini menggunakan pendekatan Yuridis normatif artinya suatu kajian yang dilakukan berdasarkan pada Undang- Undang dan keputusan pengadilan. Dengan Undang-Undang akan diketahui dari berbagai aspek hukum serta prinsip-prinsip dasar yang terkandung dalam ketentuan tersebut. Pengumpulan data diperoleh mengunakan sumber hukum primer yang mengandung data actual yang didapat dari penelitian lapangan dengan pihak yang terkait, serta dengan berpedoman pada daftar tertulis dan tulisan yang telah disusun dan dipersiapkan sebelumnya. Data penelitian juga diperoleh dari sumber data sekunder berupa dokumentasi sera pengolahan yang dilakukan oleh orang lain yang sudah tersedia dalam bentuk dokumentasi. Analisis data menggunakan pendekatan Yuridis normatif dengan. menganalisa data dan permasalahan untuk mendapatkan kesimpulan sesuai dengan tujuan penelitian. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab pengangkut menurut Undang-Undang No. 33 Tahun 1964, belum sepenuhnya memahami tentang pengertian dan pemahaman Undang- undang dan peraturan pelaksanaannya yaitu Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 1965, tidak lebih dari pada transaksi jiwa dan raga manusia dengan sejumlah uang atau sekedar rasa belas kasihan dari pihak pengangkut

Upload: doanhuong

Post on 09-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: unsuri.ac.idunsuri.ac.id/wp-content/uploads/2018/02/PERTANGGUNGAN... · Web viewTahun 1964 sangat berperan dalam menangani dan menyelesaikan masalah yang terjadi akibat dari meningkatnya

PERTANGGUNGAN WAJIB SOSIAL KECELAKAAN PENUMPANG KENDARAAN UMUM DI JALAN RAYA

Oleh Rusmiyah

Fakultas Hukum UNSURI Surabaya

Abstrak

Tujuan penelitian nini untuk mengetahui tanggung jawab pengangkut menurut Undang-Undang No. 33 Tahun 1964 tentang pertanggungan wajib bagi korban kecelakaan dan mengetahui pelaksanaan tanggung jawab pengangkut menurut Undang-undang Nomor 33 Tahun 1964 tentang pertanggungan wajib bagi korban kecelakaan dalam praktekPenelitian ini menggunakan pendekatan Yuridis normatif artinya suatu kajian yang dilakukan berdasarkan pada Undang-Undang dan keputusan pengadilan. Dengan Undang-Undang akan diketahui dari berbagai aspek hukum serta prinsip-prinsip dasar yang terkandung dalam ketentuan tersebut. Pengumpulan data diperoleh mengunakan sumber hukum primer yang mengandung data actual yang didapat dari penelitian lapangan dengan pihak yang terkait, serta dengan berpedoman pada daftar tertulis dan tulisan yang telah disusun dan dipersiapkan sebelumnya. Data penelitian juga diperoleh dari sumber data sekunder berupa dokumentasi sera pengolahan yang dilakukan oleh orang lain yang sudah tersedia dalam bentuk dokumentasi. Analisis data menggunakan pendekatan Yuridis normatif dengan. menganalisa data dan permasalahan untuk mendapatkan kesimpulan sesuai dengan tujuan penelitian.Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab pengangkut menurut Undang-Undang No. 33 Tahun 1964, belum sepenuhnya memahami tentang pengertian dan pemahaman Undang-undang dan peraturan pelaksanaannya yaitu Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 1965, tidak lebih dari pada transaksi jiwa dan raga manusia dengan sejumlah uang atau sekedar rasa belas kasihan dari pihak pengangkut

PENDAHULUAN

Lalu lintas mempunyai peranan penting dan strategis untuk itu seiring dengan perkembagan jaman yang diiringi perkembangan teknologi transportasi, maka banyak sekali permasalahan yang timbul akibat perubahan dan perkembangan tersebut. Salah satunya yaitu permasalahan yang dialami oleh penumpang yang mengalami kecelakaan dijalan raya yang diakibatkan oleh pengagkut yang kurang hati-hati dalam menjalankan tugasnya.

Berbicara mengenai asuransi dalam hal ini santunan yang diberikan oleh Jasa Raharja, seperti yang terdapat dalam penjelasan Undang-undang Nomor 33 Tahun 1964 tentag Pertanggungan Wajib bagi korban kecelakaan di jalan raya, dimana terdapat dalam lembar tambahan negara No. 2720 dijelaskan bahwa pertimbangan pemerintah dititik beratkan pada ”Soccial Seccurity” (Jaminan Sosial). Oleh karena itu kebutuhan akan teknologi modern dalam kehidupan di masyarakat sangat besar dan semakin meningkat, dalam memenuhi kebutuhan akan teknologi modern masih banyak terjadi kecelakaan yang diakibatkan oleh perkembangan teknologi itu sendiri. Disini Undang-undang Nomor 33

Page 2: unsuri.ac.idunsuri.ac.id/wp-content/uploads/2018/02/PERTANGGUNGAN... · Web viewTahun 1964 sangat berperan dalam menangani dan menyelesaikan masalah yang terjadi akibat dari meningkatnya

http://unsuri.ac.id/jurnal-fakultas-hukum-dan-sosial/

Tahun 1964 sangat berperan dalam menangani dan menyelesaikan masalah yang terjadi akibat dari meningkatnya kebutuhan masyarakat akan kemajuan teknologi.

Mengingat banyaknya korban kecelakaan lalu lintas di jalan raya yang disebabkan karena masyarakat dan para pemakai jalan raya kurang mematuhi dalam berlalu-lintas, pada dasarnya setiap warga negara harus mendapatkan perlindungan terhadap kerugian yang di derita yang disebabkan oleh bahaya yang terjadi. Pemerintah menyadari bahwa hal demikian bukanlah suatu permasalahan yang ringan, apalagi kalau dilihat dari kondisi keungan negara pada saat ini yang mengalami kesulitan dampak dari krisis moneter yang terjadi dinegara-negara Asia beberapa waktu yang lalu. Permasalahan keungan yang dihadapi saat ini, sangatlah tidak mungkin negara menanggung semua akibat yang disebabkan dari kecelakaan yang terjadi di dalam kehidupan masyarakat pada saat ini.

Peranan pemerintah atau pihak swasta ( PT ) yang bergerak dalam bidang yang menangani asuransi, khususnya asuransi sosial kecelakaan lalu lintas yang terjadi di jalan raya, dalam hal ini masyarakat itu sendiri berperan sebagai subyek sekalius obyek hukum. Dalam hal ini sesuai dengan peraturan Perundang-undangan yang berlaku yaitu Undang-undang Nomor 33 Tahun 1964 tentang pertanggungan wajib kecelakaan, beserta peraturan plaksanaannya ialah peraturan pemerintah Nomor 17 Tahun 1965 , yang mulai diperlakukan tanggal 10 april 1965 yang lebih jauh diatur dalam Undang-undang Nomor 34 Tahun 1964 jo Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1965. Lembaran Negara Nomor 138 Tahun 1964 yang mulai berlaku pada tanggal 3 Desember 1964 tentang dana kecelakaan lalu lintas jalan raya. Undang-undang ini merupakan dasar berlakunya asuransi kecelakaan yang terjadi dijalan raya.

Wacana ini akan terus didengung-dengungkan terutama bagi kendaraan bermuatan barang, supaya kejadian serupa tidak terjadi terus menerus bagi para semua pemilik armada untuk meminta kepada pengusaha untuk lebih peduli dan tidak cari untung sendiri tanpa menghiraukan keselamatan pengendara lain tentunya lebih penting, bertolak dari ungkapan inilah penulis mendapatkan pemikiran ini dari Undang-undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan (UULLAJ). Berbagai macam reaksi dan usulan yang timbul dimana-mana dari Masyarakat kita, dari Rakyat biasa, para Mahasiswa sampai para pakar Hukum. Seperti sama-sama kita ketahui pula situasi Masyarakat kita dalam menghadapi kehadiran Undang-undang tersebut belum begitu paham sepenuhnya.

Berdasarkan Uraian di atas maka dapat dikemukakan permasalahan sebagai berikut :1. Bagaimana Tanggung Jawab Pengangkut menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun

2009 ?2. Bagaimana tanggung jawab PT Asuransi Jasa Raharja dalam menangani

pengangkutan?TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui tanggung jawab pengangkut berdasarkan UULLAJ2. Untuk mengetahui mengetahui tanggung jawab PT Asuransi Jasa Raharja dalam

menangani pengangkutan.

2

Page 3: unsuri.ac.idunsuri.ac.id/wp-content/uploads/2018/02/PERTANGGUNGAN... · Web viewTahun 1964 sangat berperan dalam menangani dan menyelesaikan masalah yang terjadi akibat dari meningkatnya

http://unsuri.ac.id/jurnal-fakultas-hukum-dan-sosial/

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan Yuridis normatif artinya suatu kajian yang dilakukan berdasarkan pada Undang-Undang dan keputusan pengadilan. Dengan Undang-Undang akan diketahui dari berbagai aspek hukum serta prinsip-prinsip dasar yang terkandung dalam ketentuan tersebut.

Pengumpulan data diperoleh mengunakan sumber hukum primer yang mengandung data actual yang didapat dari penelitian lapangan dengan pihak yang terkait, serta dengan berpedoman pada daftar tertulis dan tulisan yang telah disusun dan dipersiapkan sebelumnya. Data penelitian juga diperoleh dari sumber data sekunder berupa dokumentasi sera pengolahan yang dilakukan oleh orang lain yang sudah tersedia dalam bentuk dokumentasi.

Analisis data menggunakan pendekatan Yuridis normatif dengan. menganalisa data dan permasalahan untuk mendapatkan kesimpulan sesuai dengan tujuan penelitian.

TINJAUN PUSTAKA

1. Pengertian Pengangkutan Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 (UULLAJ)

Pengertian pengangkutan adalah pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ketempat lain dengan menggunakan kendaraan. Sementara dalam Pasal 1 ayat (3) UULLAJ yang baru yaitu Undang Udang Nonor 22 Tahun 2009 memberikan istilah Angkutan yang artinya: pemindahan orandan/barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan. Pengangkutan mempunyai peranan yang penting bagi masyarakat umum dalam pembangunan nasional yang tercermin dalam kebutuhan motilitas seluruh sektor dan wilayah. Pengangkutan merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan kesatuan dan mempengaruhi semua aspek kehidupan bangsa dan negara. Pentingnya pengangkutan juga berperan sebagai penunjang, pendorong dan penggerak bagi pertumbuhan didaerah yang sangat berpotensi bagi masyarakat.

Maka pengangkutan harus ditata dalam satu sistem pengangkutan yang secara terpadu dan mampu mewujudkan transportasi jasa yang serasi dengan tingkat kebutuhan lalu lintas, dengan mengintegrasikan dan mendinamisasikan unsur-unsurnya yang terdiri dari jaringan trayek trasportasi jalan, kendaraan beserta pengemudinya, serta aturan-aturan yang harus dipatuhi sehingga terwujud suatu totalitas yang utuh yang berdaya guna dan berhasil guna. Dalam pengangkutan ini juga diatur dalam Undang-undang yang mengatur mengenai hak, dan kewajiban serta tanggung jawab dari penyedia jasa ( pengangkut ) dan para pengguna jasa ( penumpang ) dan tanggung jawab penyedia jasa angkutan sebagai penyelenggara angkutan jalan.

2.Terjadinya Perjanjian Pengangkutan Pada umumnya suatu perjanjian pengangkutan penumpang dan barang secara

yuridis telah dianggap sudah terbentuk sejak terjadinya kata sepakat antara pihak pengangkut dengan pihak penumpang maupun mengirim barang. Untuk terbentuknya perjanjian pengangkutan ini, para pihak tidak diperbolehkan bersepakat menggantungkan

3

Page 4: unsuri.ac.idunsuri.ac.id/wp-content/uploads/2018/02/PERTANGGUNGAN... · Web viewTahun 1964 sangat berperan dalam menangani dan menyelesaikan masalah yang terjadi akibat dari meningkatnya

http://unsuri.ac.id/jurnal-fakultas-hukum-dan-sosial/

pembentukan perjanjian pengangkutan yang akan mereka bentuk dalam suatu syarat tertentu selain bersepakat. Adanya kesepakatan antara kedua belah pihak dianggap telah melahirkan perjanjian pengangkutan.

Hal ini dimungkinkan dalam syarat-syarat umum, untuk syahnya suatu perjanjian tidak disyaratkan secara tertulis tetapi cukup ucapan secara lisan yang terbentuk dalam proses persetujuan kehendak yang dapat dianggap perjanjian, dalam syarat syahnya suatu perjanjian dapat ditemukan dalam pasal 1320 KUH perdata yang menetapkan adanya empat syarat yang harus dipenuhi , yaitu . (R. Subekti dan R. Tjitrosudibio 1981)

Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya kecakapan; a, Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian, b.Suatu hal tertentu, c.Suatu sebab yang halal

Tanpa adanya syarat kesepakatan antara para pihak yang akan mengadakan perjanjian maka hal itu tidak akan terjadi. Dengan adanya kesepakatan berarti pengangkut telah bersedia untuk mengangkut penumpang dan sebaliknya penumpang bersedia untuk membayar harga atau ongkos angkutannya sebagai kontrak prestasi.

Pembentukan perjanjian pengangkutan yang ada khususnya ada diwilayah kotamadya Surabaya pada saat ini dianggap oleh manajemen angkutan kota, sudah dipahami oleh setiap pengguna jasa pengangkutan, karena memang setruktur dan golongan tarif angkutan dengan kendaraan umum yang ditetapkan oleh Pemerintah, hal ini terbukti dengan lancarnya penjualan tiket atau tanda perjanjian tanpa ada seorangpun yang keberatan dengan sistem ini, model dan cara pelaksanaannya sehingga proses pembentukan perjanjian pengangkutan antara kedua belah pihak dalam pengangkutan dengan kendraan umum telah dapat melahirkan suatu perjanjian pengangkutan dengan sah.

3. Pihak-Pihak Yang Terkait Dalam AngkutanSejak terbentuknya kesepakatan antara para pihak yaitu pengangkut dengan

penumpang, maka pada saat itu juga hak dan kewajiban pada masing-masing pihak secara timbal balik telah terjadi. Jadi begitu terjadi kesepakatan dalam perjanjian pengangkutan, maka harus diikuti dengan pelaksanaan perjanjian pengangkutan, dimana pelaksanaannya terwujud dalam suatu hak dan kewajiban.

Yang dimaksud pengangkut adalah pihak yang menanggung resiko, yang menanggung resiko itu bisa saja seseorang atau badan hukum, seorang bisa dimungkinkan menjadi pihak penanggung resiko akibat adanya perjanjian pertanggungan. Bila seorang menjadi pihak penanggung haruslah orang tersebut mempunyai harta kekayaan yang banyak sehingga apabila terjadi suatu bahaya yang memusnahkan benda yang menjadi obyek menimbulkan kerugian haruslah ia (pengangkut) mengganti kerugian tersebut. Karena sifat dari pertanggungan kerugian adalah timbal balik sehingga apabila ia (pengangkut) melaksanakan kewajibannya dapat dituntut. Akan tetapi pihak pengangkut dalam penyataan sekarang umumnya merupakan badan hukum yang berbntuk perseroan terbatas. Jika pengangkut itu merupakan orang maka kemungkinan orang tersebut berbuat salah satu sehingga merugikan orang lain.

Dalam pertanggungan wajib kecelakaan penumpang angkutan umum,pihak pengangkut adalah perusahaan negara,hal ini ditegaskan dalam pasal 8 PP No.17 tahun 1965 yang menentukan ;Dana pertanggungan wajib kecelakaan penumpang diurus dan dikuasai oleh perusahaan menurut Undang-undang Nomer Prp tahun 1960 tentang

4

Page 5: unsuri.ac.idunsuri.ac.id/wp-content/uploads/2018/02/PERTANGGUNGAN... · Web viewTahun 1964 sangat berperan dalam menangani dan menyelesaikan masalah yang terjadi akibat dari meningkatnya

http://unsuri.ac.id/jurnal-fakultas-hukum-dan-sosial/

Perusahaan yang khusus ditunjuk oleh Menteri,untuk itu perusahaan negara tersebut merupakan penanggung pertanggungan wajib kecelakaan penumpang.Tetapi sejak tanggal 28 Februari 1980 bentuk perum berubah menjadi bentuk Perseroan Terbatas (PT) dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 39 1980 tanggal 6 November 1980.

Jadi sebagai pihak penanggung dalam pertanggungan wajib kecelakaan penumpang adalah PT. Asurnsi Kerugian Jasa Raharja. Karena pertanggungan itu merupakan perjanjian dimana pihak yang terlibat dalam pertanggungan mempunyai hak dan kewajiban yang dipenuhi. Adapun hak dari penanggung adalah menerima premi (pasal 246 KUHD) sebab dengan adanya premi tersebut pihak penanggung dapat menjalankan perusahaannya seperti manusia membutuhkan makan untuk bertahan hidup, demikian pihak perusahaan penanggung yang juga sangat membutuhkan premi yaitu uang untuk biaya dari oprasional perusahaan.a. Hak dan kewajiban pengangkut :

Hak pengangkut selaku pengangkut penumpang memperoleh biaya pengangkutan dari penumpang atas kewajibannya menyelenggarakan proses pengangkutan, dimana setiap penumpang memperoleh pelayanan yang disepakati secara aman dan tertib . Selain itu pengangkut juga berkewajiban membayar ganti rugi sesuai syarat-syarat umum yang telah disepakati pada pengguna jasa yang mengalami kerugian sebagai akibat kelalaian dan/atau kesalahan pihak pengangkut.

b. Hak dan Kewajiban Penumpang :Hak penumpang adalah memperoleh pelayanan sesuai dengan tingkat pelayanan yang disepakati serta memperoleh pengangkutan yang aman dan tertib selamat sampai tujuan serta dapat menuntut ganti rugi atas kerugian yang diderita yang timbul pada penyelenggaraan pelayanan angkutan dengan membuktikan kerugian tersebut bukan atas kesalahannya.Kewajiban penumpang adalah membayar biaya pengangkutan sesuai dengan tingkat pelayanan yang dikehendaki dan menunjukkan tiket atau karcis yang masih berlaku saat diadakan pemeriksaan oleh petugas serta mentaati peraturan yang ditetapkan.

4. Tanggung Jawab Pengangkut Prinsip dari tanggung jawab pengangkut tidak mempersoalkan pengusaha

angkutan umum sebagai pengangkut yang bertanggung jawab. Secara hukum pengusaha angkutan umum tetap bertanggung jawab membayar ganti kerugian, sebab pengemudi adalah karyawan pengusaha angkutan tersebut, bukan berarti pengemudi bebas begitu saja tetapi pengemudi dapat membayar langsung kepada penumpang atau kepada pengusaha angkutan umum untuk dibayarkan kepada penumpang yang dirugikan.

Maka rumusan dari Undang-undang tersebut hanya mengenai kerugian materiil sudah jelas yaitu sebatas kerugian yang secara nyata diderita penumpang. Tetapi mengenai kerugian immateriil bisa saja terjadi pada pengangkutan darat, apakah berupa pembajakan atau yang masih segar dalam ingatan kita seperti kerusuhan mei 1998 kemarin, yaitu dengan adanya tawuran antar geng atau demo yang mengatasnamakan para reformis atau para Mahasiswa yang kemudian melebar sampai ke jalan raya, sehingga mobil angkutan umum yang membawa penumpangpun tak luput dari amukan massa.

5

Page 6: unsuri.ac.idunsuri.ac.id/wp-content/uploads/2018/02/PERTANGGUNGAN... · Web viewTahun 1964 sangat berperan dalam menangani dan menyelesaikan masalah yang terjadi akibat dari meningkatnya

http://unsuri.ac.id/jurnal-fakultas-hukum-dan-sosial/

Kejadian ini banyak penyebabnya para penumpang ada yang mengalami trauma, melihat sopir disuruh turun paksa kemudian ”dibacok” , atau ada penumpang yang tiba-tiba saja ” dibacok ” , dan lain-lain. Dengan kejadian seperti ini apakah penumpang tidak bisa menuntut kerugian yang bersifat immateriil , menurut Wiryono Prodjodikoro, di Indonesia tidak mengenal kerugian yang bersifat immateriil (mental) karena itu tidak dapat diberikan santunan (Tirtaatmidjaja, M.H., 1970).

Beban pembuktian ada pada pihak pengangkut bukan pada pihak penumpang. pihak penumpang cukup menunjukan adanya kerugian yang diderita dalam pengangkutan yang diselenggarakan oleh pengangkut.Pengagkut bertanggung jawab atas kerugian yang timbul kecuali dia bisa membuktikan kalau pihaknya tindakan yang perlu untuk menghindari kerugian itu atau hal itu tidak mungkin dilakukannya.Dengan demikian yang dimaksud dari tanggung jawab karena praduga tak bersalah adalah tanggung jawab pengangkut dapat dihindarkan bila pengangkut dapat membuktikan bahwa pihaknya tidak bersalah.Prinsip ini hanya dijumpai pada pasal 86 ayat 2 Undang-undang Angkutan Perairan, yaitu :

”Jika perusahaan angkutan perairan dapat membuktikan bahwa kerugian yang sebagaimana dimaksut dalam (1) bukan disebabkan oleh kesalahannya, maka dia dapat dibebaskan sebagian atau seluruh dari tanggung jawab”. Walaupun pasal ini dari Undang-undang angkutan perairan bukan berarti pada pengangkutan darat tidak diperbolehkan. KUHD juga menganut prinsip tanggung jawab karena praduga. Hal ini dapat dilihat pada pasal 468 ayat (2) yaitu :Apabila barang yang diangkut itu tdak diserahkan sebagian atau seluruhnya atau rusak , pengangkut bertanggung jawab mengganti kerugian kepada pengirim, kecuali jika dia dapat membuktikan bahwa tidak diserahkannya sebagian atau seluruhnya atau rusaknya barang itu karena peristiwa yang tidak dapat dicegah atau tidak dapat dihindari terjadinya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pelaksanaan Tanggug Jawab Pengangkut Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1964 Dan Dalam Praktek1. Terjadinya Kecelakaan Penumpang

Didalam kegiatan pengangkutan penumpang untuk umum masing-masing pihak menginginkan untuk sampai ketempat tujuan atau terminal angkutan dengan aman dan selamat tetapi ketika berada dalam perjalannan persaingan-persaingan terjadi antar sesama pengangkut yang mempunyai tujuan trayek yang sama, sehingga banyak menimbulkan kecelakaan. Sebagai syarat utama untuk tanpa timbulnya tanggung jawab pengagkut adalah kalau terjadi kecelakaan , namun apa yang dimaksud dengan kecelakaan tidak ada penjelasan dalam Undang-undang, oleh karena itu pengertian kecelakaan harus dicari dari sumber-sumber lain baik dari peraturan perundang-undangan lain ,yurisprudensi , dan pendapat para sarjana. Definisi kecelakaan dapat kita lihat dalam Keputusan Mentri Perhubungan Udara No. T I I /2/ 4u tanggal 30 Oktober 1960 tentang peraturan-peraturan keselamatan Penerbangan Sipil Indonesia yang seluruhnya ditulis dalam bahasa Inggris

6

Page 7: unsuri.ac.idunsuri.ac.id/wp-content/uploads/2018/02/PERTANGGUNGAN... · Web viewTahun 1964 sangat berperan dalam menangani dan menyelesaikan masalah yang terjadi akibat dari meningkatnya

http://unsuri.ac.id/jurnal-fakultas-hukum-dan-sosial/

dengan judul Civil Aviation Safety Regulation (CASR) Section 39. 0 .2.a. yang pada intinya Kecelakaan itu adalah :

1. Seorang yang mengalami luka berat atau meninggal sebagai sebab akibat beberapa atau diatas pesawat udara atau kontak langsung dengan pesawat udara atau sesuatu yang ada hubungannya dengan pesawat udara.

2. Pesawat udara mengalami kerusakan yang substansial.3. Tabrakan antara dua atau lebih pesawat udara.Sedangkan menurut E. Suherman 1962yang dikutip oleh E. Saefullah Wirapradja 1989, kecelakaan itu dirumuskan dengan ”Suatu kecelakaan adalah suatu kejadian yang menimbulkan kerugian pada penumpang, baik sehingga ia meninggal atau luka-luka dan terjadi selama berada dalam pengawasan pengangkut udara (pegawainya) dan kejadian itu harus ada hubungan pengangkutan udara.”Menurut E. Saefullah Wirapradja, 1989 yang didarsarkan pada Black’s Law Dictionary (yaitu Yurisprudensi USA) menyebutkan ”Kecelakaan adalah suatu kejadian yang luar biasa yang tidak diharapkan atau tidak diperkirakan sebelumnya oleh pihak korban”.

2. Prosedur Pengajuan Asuransi dari PT. Jasa Raharja Pada dasarnya semua korban/ahli waris korban kecelakaan yang dijamin oleh UU

No. 33 Tahun 1965 serta peraturan pelaksanaannya, berhak mengajukan permintaan untuk mendapatkan santunan asuransi dari PT. Jasa Raharja.Menurut Radiks Purba (1997), Permintaan santunan asuransi ini diajukan melalui

beberapa hal antara lain: 1. Dalam hal domisili korban/ahli waris korban sama dengan tempat terjadinya

kecelakaan, maka diajukan dan diselesaikan oleh Kantor Cabang PT. Jasa Raharja yang bersangkutan.

2. Dalam hal domisili korban/ahli waris korban berlainan dengan tempat terjadinya kecelakaan maka dapat diajukan kesalah satu Kantor Cabang PT. Jasa Raharja terdekat dan mudah dicapai.

3. Kantor cabang biasanya melayani dan menyelesikan tetapi mengenai hal ihwal kecelakaan yang terjadi dan kelengkapan dokumen harus diisi oleh pejabat yang berwenang di daerah dimana kecelakaan itu terjadi.

4. Mengisi formulir yang disebut dengan daftar isian untuk mendapatkan dana santunan, yang merupakan dasar dalam menyelesaikan permintaan santunan asuransi.

5. Gugurnya permintaan pengajuan santunan asuransi bila tidak diajukan dalam waktu 6 bulan setelah terjadinnya Kecelakaan.

6. Hak atas santunan asuransi akan gugur bila tidak ada penagihan dari korban atau ahli warisnya dalam waktu tiga bulan setelah hal itu diakui, ditetapkan dan disahkan oleh PT. Jasa Raharja.

7. Penolakan permintaan santunan asuransi akan diberi tahukan secara tertulis kepada korban atau ahli warisnya atau instansi yang membantunya disertai dengan penjelasan dasar penolakan itu.

Tata cara memperoleh santunan asuransi 1. Jenis santunan asuransi

a. Santunan berupa penggantian biaya perawatan dan pengobatan.b. Santunan meninggalc. Santunan cacat tetap

7

Page 8: unsuri.ac.idunsuri.ac.id/wp-content/uploads/2018/02/PERTANGGUNGAN... · Web viewTahun 1964 sangat berperan dalam menangani dan menyelesaikan masalah yang terjadi akibat dari meningkatnya

http://unsuri.ac.id/jurnal-fakultas-hukum-dan-sosial/

2. Cara memperoleh santunan Mengisi formulir yang disediakan cuma-cuma oleh PT. Jasa Raharja yaitu mengisi formulir model K.2. untuk kecelakaan penumpang umum, dapat diperoleh dari Kepolisian/Perumka/Syahbandar Laut/ Udara/ dan Kantor PT. Jasa Raharja terdekat.

3. Pengisian fomulir a. Keterangan identitas korban/ahli waris diisi oleh yang mengajukan santunnan

asuransi.b. Keterangan kecelakaan lalu lintas diisi dan disahkan oleh

Kepolisian/Perumka/SyahbandarLaut/Udara/dan Kantor yang berwenang pada saat itu.

c. Keterangan Kesehatan/keadaan korban diisi dan disahkan oleh Rumah Sakit/Dokter yang merawat korban.

d. Bila korban meninggal dunia , tentang keabsahhan ahli waris, diisi dan disahkan oleh pamong praja/lurah camat.

4. Bukti lainya yang diperlukana. Kuitansi biaya perawatan dan pengobatan yang asli dan sah.b. Dalam hal korban meninggal dunia :

1). Foto copy kartu keluarga/surat nikah (bagi yang sudah menikah)2). Akte kelahiran/surat kenal lahir3). Identitas ahli waris

c. Dalam hal korban caat tetap surat keterangan dokter yang merawat korban tentang jenis cacat yang diderita korban.

Setelah itu semua berkas oleh PT. Jasa Raharja diperiksa kelengkapannya kemudian meneliti berkas itu untuk menetapkan terjamin tidaknya korban kedalam UU. No. 33 Tahun 1965 dan peraturan pelaksanaannya, dengan ketentuan sebagai berikut :a. Bila terjamin akan diberitahukan secara tertulis kepada korban atau ahli warisnya

untuk ditagih dalam tiga bulan.b. Bila tidak terjamin, maka akan diberitahukan secara tertulis kepada korban atau

ahli warisnya.

3. Tambahan Ganti Kerugian Dari Jasa RaharjaKecelakaan penumpang sebagai gejala sosial perlu mendapat perhatian

khusus dari Pemerintah.Dalam hal ini salah satu tindakan yang dapat diambil oleh Pemerintah adalah meringankan beban penderitaan orang yang mengalami kecelakaan atau keluarganya, dengan cara memberi bantuan kepada korban atau keluarganya.Bantuan pemerintah ini disalurkan melalui perusahaan pertanggungan yang ditunjuk oleh Pemerintah yaitu Asuransi Kerugian Jasa Raharja yaitu suatu asuransi kerugian yang didirikan oleh Pemerintah dalam rangka memberikan jaminan sosial kepada orang yang mengalami atau menjadi korban kecelakaan lalu-lintas.Sedangkan pengertian asuransi menurut Mr. M. TirtaamidjajaM, 1970/ Adalah suatu persetujuan dimana si penanggung (insuret) misalnya N. V. Maskapai Asuransi Indonesia di Jakarta, berjanji kepada yang bertanggungkan (insuret) yang mesti membayar premi (premium), untuk memberi kepadanya penggantian kerugian, karena diharapkan, yang dapat diderita oleh yang mempertanggungkan itu oleh suatu peristiwa yang tidak dapat dipastikan. (fats, 246 kitap U.U. hukum perniagaan).

8

Page 9: unsuri.ac.idunsuri.ac.id/wp-content/uploads/2018/02/PERTANGGUNGAN... · Web viewTahun 1964 sangat berperan dalam menangani dan menyelesaikan masalah yang terjadi akibat dari meningkatnya

http://unsuri.ac.id/jurnal-fakultas-hukum-dan-sosial/

Pada saat seorang menjadi penumpang yang sah dari kendaraan bermotor atau mobil angkutan umum wajib membayar premi atau iuran pertanggungan wajib kecelakaan penumpang melalui pemilik angkutan umum. Sebagaimana diatur dalam Undang-undang No. 33 tahun 1965 tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang dengan peraturan pelaksananya : PP No. 17 Tahun 1965.Pada saat itu penumpang tidak hanya menutup perjanjian pengangkutan tetapi juga sekaligus menutup perjanjian pertanggungan wajib kecelakaan penumpang.

Dalam pemungutan iuran wajib dari penumpang untuk tiap kali perjalannan yang dilakukan oleh pangusaha angkutan umum yang bersangkutan yang biasanya disatukan dengan angkutan dengan PT. Jasa Raharja.Supaya penumpang mengetahui bahwa dalam sewa penumpang termasuk iuran wajib Jasa raharja atau dengan cara lain untuk menunjukkan bahwa penumpang yang bersangkutan telah membayar iuran wajib.

Surat bukti ditutupnya pertanggungan wajib kecelakaan surat bukti ini berupa kupon pertanggungan yang diberikan kepada penumpang bersamaan dengan pembayaran penumpang . surat bukti pertanggungan wajib kecelakaan ini merupakan biaya angkutan penumpang.

Dalam praktiknya apabila penumpang sudah memperlihatkan surat bukti pertanggungan kecelakaan ini bila suatu ketika apabila penumpang mengalami kecelakaan maka asuransi jasa raharja akan memberi santunan. Pembayaran santunan ini atau ganti kerugian tidak mengurangi tanggung jawab pengangkut (Psl. 15 PP No. 17/1965) jadi penumpang setelah menerima santunan asuransi dari jasa raharja masih berhak menuntut ganti kerugian kepada pengangkut, apabila ada alasan untuk itu (H.M.N. Purwosutjipto 1995).

Resiko yang membebaskan penanggung menurut pasal 13 PP No. 17 Tahun 1965 menetapkan beberapa resiko yang menyebabkan penanggung dibebaskan dari membayar ganti kerugian kepada tertanggung yaitu :a. Korban/ahli warisnya telah mendapat santunan asuransi berdasarkan UU No . 34

Tahun 1965 tentang dana kecelakaan lalu lintas dan jalan raya.b. Penumpang melakukan bunuh diri, percobaan bunuh diri atau kesengajaan lain

dipihak korban atau ahli warisnya.c. Penumpang mengalami kecelakaan pada waktu :

1. Dalam keadaan mabuk atau tidak sadar2. Melakukan perbuatan kejahatan 3. Kecelakaan itu diakibatkan oleh korban mempunyai penyakit atau cacat badan

atau keadaan badaniyah atau rohaniyah luar biasa.d. Kecelakaan yang terjadi itu tidak mempunyai hubungan dengan resiko lalu lintas

modern atau tidak langsung disebabkan oleh penggunaan alat angkutan penumpang umum yang bersangkutan misalnya :1. Kecelakaan yang terjadi karena bencana alam 2. Kecelakaan terjadi karena reaksi inti atom 3. Kecelakaan terjadi karena akibat langsung atau tidak langsung yang merupakan

hubungan dengan perang atau bencana perang 4. Alat angkutan tersebut sedang digunakan untuk perlombaan kecakapan atau

perlombaan kecepatan.

9

Page 10: unsuri.ac.idunsuri.ac.id/wp-content/uploads/2018/02/PERTANGGUNGAN... · Web viewTahun 1964 sangat berperan dalam menangani dan menyelesaikan masalah yang terjadi akibat dari meningkatnya

http://unsuri.ac.id/jurnal-fakultas-hukum-dan-sosial/

4. Pelaksanaan Pertanggungan Wajib Sebagaimana telah dikemukakan bahwa besarnya ganti rugi berdasarkan pertanggungan wajib dalam hal kematian, cacat tetap, maximum penggantian biaya-biaya dan pengobatan dokter dan penggantian biaya penguburan adalah ditentukan oleh Mentri Keuangan dan yang berhak mendapat ganti rugi pertanggungan dalam hal tidak ada janda, maka anak-anak yang sah, tetapi dalam hal ini korban tidak mempunyai anak sah, maka ganti rugi pertanggungan diberikan kepada orang tuanya.

Dalam kasus kecelakaan korban tidak sampai meninggal dunia, maka ganti rugi diberikan langsung kepada korban. Hak untuk mendapatkan ganti kerugian pertanggungan dalam pelaksanaan pembayaran berdasarkan Undang-undang No 33 Tahun 1964 tentang dana pertanggungan wajib kecelakaan penumpang jo. Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 1965 tidak boleh diserahkan kepada pihak lain, digadikan atau dibuat sebagai tanggungan pinjaman, maupun tidak boleh disita untuk menjalankan putusan hakim.

Jadi pembayaran ganti rugi pertanggungan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 1965 tidak membebaskan tanggung jawab dari pihak pengangkut atau pihak lain yang dapat dipermasalahkan menurut hukum pidana, hukum perdata atau hukum perjanjian-perjanjian.

Dalam pengajuan tuntutan atas cacat sama dengan bukti-bukti yang diperlukan seperti yang disebutkan diatas kecuali Visum et repertum dokter diganti dengan surat keterangan tentang jenis cacat yang diderita korban sehubungan dengan kecelakaan tersebut.

Jika pembuktian tersebut kurang meyakinkan maka Direktur Persero Jasa Raharja berhak menolak tuntutan tersebut sampai yang bersangkutan dapat membuktikan serta melengkapi surat-surat yang dibutuhkan dalam pembuktian. Pembuktian ini adalah penting, sebagaimana yang terdapat dalam pasal 1865 BW, yang menyatakan :Setiap orang mendalilkan bahwa dia mempuyai suatu hak, atau guna menunjukan haknya sendiri maupun membantah suatu hak orang lain, menunjuk suatu peristiwa diwajibkan membuktikan tidak adanya hal atau peristiwa tersebut.

Oleh karena pentingnya ketentuan-ketentuan hukum dalam pertanggungan wajib ini, maka dalam praktek ini diikuti dan dilaksanakan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia, jika tidak maka diancam dengan sanksi berupa denda maupun ancaman pencabutan ijin usaha perusahaan.

5. PremiPremi adalah sejumlah uang yang harus dibayar oleh pihak penumpang

kepada pihak pengangkut secara sekaligus atau atau berangsur-angsur sebagai konra prestasi. Premi ini akan menjadi milik pengangkut jika dalam masa berlakunya perjanjian pertanggungan itu berakhir tanpa evenement. Pembaaran premi dapat dilakukan secara sekaligus dapat dilakukan pada waktu pertama dilakukan pertanggungan, sedangkan pembayaran yang dilakukan secara berangsur-angsur, perjanjian pertanggungan masa berlakunya lama. Sedang untuk menentukan besarnya premi yang akan dikenakan pengangkut kepada penumpang dapat dikemukakan (Tirtaatmidjaja, M.H., 1970) contoh sebagai berikut. Suatu rumah dijadikan obyek bahaya kebakaran dengan diberi harga Rp. 100.000,- artinya bila rumah tersebut terbakar habis penanggung harus membayar kerugian sebesar Rp. 100.000,-kepada tertanggung : kalau seandainya dari statistik dapat

10

Page 11: unsuri.ac.idunsuri.ac.id/wp-content/uploads/2018/02/PERTANGGUNGAN... · Web viewTahun 1964 sangat berperan dalam menangani dan menyelesaikan masalah yang terjadi akibat dari meningkatnya

http://unsuri.ac.id/jurnal-fakultas-hukum-dan-sosial/

disimpulkan, bahwa setiap tahun dari rumah yang berada itu ada satu yang terbakar maka premi untuk satu tahun ditetapkan perseribu dari Rp. 100.000,- menjadi Rp. 100,- ditambah dengan biaya administrasi yang perlu dilakukan oleh asuador dengan uang cadangan.Sedang dalam pertanggungan wajib kecelakaan penumpang umum cara penetapan premi menurut PT. Asuransi Kerugian Jasa Raharja perwakilan surabaya berdasarkan azas keeimbangan antara kebutuhan dan pengeluaran makin tinggi biaya yang dikeluarkan makin tinggi biaya premi yang ditarik atau dikenakan pada setiap penumpang umum. Penetapan premi dikaitkan dengan perubahan mata uang rupiah, tidak sama degan yang yang lalu dengan yang sekarang. Besar premi yang ditarik pada setiap orang atau penumpang angkutan umum dijalan raya untuk kendaraan umum antar kota Rp. 5,- dan bus umum antar kota Rp. 50,- yang diberlakukan mulai 1 september 1981, yang sebelumnya hanya Rp. 10,-.

Adanya perubahan jumlah premi yang dikenakan pada penumpang kendaraan bus antar kota itu berdasarkan pertimbangan bahwa penumpang bus umum itu kebanyakan orang mampu, sehingga kalau dikenakan perubahan itu yaitu dengan kenaikan Rp. 50,- mereka tidak akan keberatan. Sedangkan pembayaran premi dengan pertanggungan apakah itu mutlak harus dibayar oleh penumpang kepada pihak pengangkut. Kalau menurut ketentuan dan bunyi pasal 246 KUHD premi harus dibayar pihak penumpang kepada pengangkut, kalau tidak perjanjian itu hanya bersifat cuma-cuma.

6. Manfaat Pertanggungan Wajib Bagi Masyarakat Dalam melakukan aktifitas sehari-hari manusia tidak selamanya menjalani

aktifitas tersebut dengan tentram dan aman, tetapi didalam mengerjakan kegiatannya terjadi suatu peristiwa yang tidak diinginkannya. Dimana peristiwa itu bila menimpa dirinya maupun harta benda seseorang dapat mengakibatkan kerugian. Dalam hal ini bahaya dan kerugian itu merupakan suatu resiko, baik yang bersekala besar maupun kecil. Jika resiko yang diderita terlalu besar, maka akan terasa sekali pada pihak yang telah mengalami musibah tersebut.

Dimana untuk menghindari hal tersebut maka haruslah dialihkan pada pihak yang bersedia menanggungnya. Sehingga bila terjadi suatu kerugian yang terlalu besar yang dialami seorang dapat dapat dikurangi dengan pengalihkan pada pihak lain yang bersedia menanggungnya, maka tujuan diadakannya manfaat perjanjian pertanggungan adalah untuk mengalihkan resiko pihak tertanggung kepada pihak penanggung yang wajib mengganti kerugian apabila evenemant terjadi, dan sebagai kontra prestasi.Penanggung menerima premi yang akan tetap menjadi miliknya apabila selama diadakannya pertanggungan tidak ada kerugian sedang Pemerintah mengadakan pertanggungan wajib kecelakaan bagi penumpang angkutan umum di jalan raya, menurut kepala PT. Asuransi kerugian Jasa Raharja Perwakilan Surabaya, Pemerintah berdasarkan atas pertimbangan bahwa dengan kemajuan teknologi yang modern disegala bidang mengalami kemajuan yang sangat cepat dan pesat yang merupakan jerih payah manusia itu sendiri.Demikian juga kemajuan dibidang transportasi mengalami kemajuan yang sangat besar dimana sarana dan prasarana dibidang pengangkutan laut, udara maupun darat, kemajuan yang sangat cepat itu membawa pengaruh bagi manusia dalam melakukan perjalanan yang dapat ditempuh dalam waktu

11

Page 12: unsuri.ac.idunsuri.ac.id/wp-content/uploads/2018/02/PERTANGGUNGAN... · Web viewTahun 1964 sangat berperan dalam menangani dan menyelesaikan masalah yang terjadi akibat dari meningkatnya

http://unsuri.ac.id/jurnal-fakultas-hukum-dan-sosial/

yang sangat singkat, akan tetapi dibalik kecepatan tesebut bisa menimbulkan hal-hal yang tidak dikehendaki oleh manusia yaitu terjadinya kecelakaan

Dimana kecelakaan tersebut itu terjadi dijalan raya, akibat kecelakaan itu tidak sedikit kecelakaan itu tidak sedikit kerugian yang dialami oleh masyarakat pemakai jalan raya, sedangkan seperti kita ketahui bersama masyarakat kita masih banyak yang kurang mampu tarap perekonomiannya, maka guna meringankan beban yang akan diderita oleh penumpang atau keluarganya yang sedang mengalami kejadian tersebut, pemerintah mengadakan pertanggungan wajib kecelakaan bagi masyarakat pada umumnya.

Lebih jauh lagi menurut Kepala PT. Asuransi Kerugian Jasa Raharja dikota Surabaya, tujuan diadakan pertanggungan wajib kecelakaan penumpang umum adalah membantu masyarakat terutama ahli waris dari penumpang yang mengalami kecelakaan guna memperingan beban yang diderita, baik untuk biaya perawatan dan pengobatan dan pengobatan maupun hal-hal lain yang telah mengakibatkan dia mengalami kerugian, tetapi lebih lanjut lagi dikatakan bahwa pertanggungan wajib ini dititik beratkan kepada jaminan sosial.

Demikian tujuan diadakannya pertanggungan wajib kecelakaan penumpang umum dijalan raya, hal ini sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 33/64 jo PP 17/ 1965) serta UU No. 34/1964 jo PP 18/1965, yang disebut dengan penumpang adalah pihak yang menanggung resiko, yang menanggug resiko itu bisa saja seorang atau badan hukum, seorang dapat dimungkinkan menjadi pihak penaggung resiko yang terjadi akibat terjadinya perjanjian pertanggungan.

Dalam pertanggungan wajib kecelakaan penumpang angkutan umum, pihak penanggung adalah perusahaan negara, hal ini ditegaskan dalam pasal 8 PP No. 17 Tahun 1965 yang menentukan bahwa ; dana pertanggungan wajib kecelakaan penumpang diurus dan dikuasai oleh perusahaan menurut Undang-undang Nomor Prp Tahun 1960 tentang Perusahaan yang khusus ditunjuk oleh Menteri, untuk itu perusahaan negara tersebut merupakan penanggung pertanggungan wajib kecelakaan penumpang.

Jadi sebagai pihak penanggung dalam pertanggungan kecelakaan penumpang adalah PT. Asuransi Kerugian Jasa Raharja karena penanggungan itu merupakan perjanjian dimana pihak yang terlibat dalam pertanggungan mempunyai hak dan kewajiban yang harus dipenuhi. Adapun hak dari penanggug dalam pertanggugan adalah menerima premi (pasal 246 KUHD) sebab dengan adanya premi tersebut pihak penanggung dapat menjalankan perusahaannya seperti manusia membutuhkan makan untuk bertahan hidup, dan masyarakat pada umumnya dengan adanya angkutan umum yang sangat membantu sekali bagi masyarakat dan itu sudah menjadi imbal balik antara pihak angkutan dan para penumpang untuk dapat sampainya ditempat tujuan yang sudah ditentukan dengan selamat, dan pada garis besarnya Undang-undang No. 33 Tahun 1964 jo. Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 1965 yang menerangkan tentang perlindungan terhadap masyarakat terutama bagi korban kecelakaan lalu lintas di jalan raya, yang pada saatnya nanti akan mendukung tercapainya tertib hukum dimasyarakat.

12

Page 13: unsuri.ac.idunsuri.ac.id/wp-content/uploads/2018/02/PERTANGGUNGAN... · Web viewTahun 1964 sangat berperan dalam menangani dan menyelesaikan masalah yang terjadi akibat dari meningkatnya

http://unsuri.ac.id/jurnal-fakultas-hukum-dan-sosial/

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab pengangkut menurut

Undang-Undang No. 33 Tahun 1964, belum sepenuhnya memahami tentang pengertian dan pemahaman Undang-undang dan peraturan pelaksanaannya yaitu Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 1965, tidak lebih dari pada transaksi jiwa dan raga manusia dengan sejumlah uang atau sekedar rasa belas kasihan dari pihak pengangkut.

Pelaksanaan tanggung jawab pengangkut menurut Undang-Undang No. 33 Tahun 1964 diakui atau tidak, bahwa penumpang mencari keadilan masih banyak merasakan pelayannan dari berbagai pihak atau Instansi-Instansi yang terkait hubungannya dengan pengangkutan, lalu lintas dan angkutan umum bagi penumpang yang mengalami kecelakaan dijalan raya dengan cara berbelit-belit dengan kecendrungan memberikan santunan jasa raharja dibawah ketentuan dalam Undang-undang No. 33 Tahun 1964.

Saran 1. Agar pengangkut memahami arti penting dari lalu lintas dan angkutan umum bagi

penumpang secara menyeluruh, maka diusahakan peningktan penyuluhan atau penerapan melalui jalur komunikasi yang ada seperti radio, televisi, media massa yang mungkin bisa terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.

2. Perlu diciptakan kebijakan-kebijakan baru dari pemerintah tentang prosedur serta kemudahan dalam perolehan ganti kerugian dari pihak Asuransi. Perlunya peningkatan mutu pelayanan dari pihak terkait tehadap penyelesaian permasalahan yang terjadi akibat kecelakaan di jalan raya, baik terhadap korban maupun tentang penyelesaian asuransi yang telah menjadi hak dari pihak korban.

D A F T A R P U S T A K A

Undang-Udang Nomor 22 Tahun 2009, tentang Lalu Linta dan Angkutan Jalan, Umbara, Bandung, 2009.

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1964 Nomor 137, Undang-undang Nomor 33 Tahun 1964, Tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang.

Tambahan Lembaran Negara Tahun 1965 Nomor 28, Peraturan Pemerintah No.17 tahun 1965 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang,

Sinar Grafika, Jakarta Undang-undang Pengangkutan, Undang-undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Nomor 14 Tahun 1992.

R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, cet. XVII, Pradnya Paramita, Jakarta, 1981.

Soekardono, 1961,Hukum Dagang Indonesia,Jilid II Bagian I, Penerbit Soeroengan, Jakarta.AbdulKadir , Muhammad., 1998, Hukum pengangkutan Niaga, Cetakan Ke-3, Penerbit PT.

Citra Aditya Bakti, Bandung.Polak, Mr. M. Polak,S,1920. Handboek Voor Het Nederlandse Handelsen Faillessementrecht,

2e deel,vervoer van goederen en personen, le druk, bl. Yang dikutip oleh H.M.N. Purwosutjipto, 1995.,

13

Page 14: unsuri.ac.idunsuri.ac.id/wp-content/uploads/2018/02/PERTANGGUNGAN... · Web viewTahun 1964 sangat berperan dalam menangani dan menyelesaikan masalah yang terjadi akibat dari meningkatnya

http://unsuri.ac.id/jurnal-fakultas-hukum-dan-sosial/

Purwosutjipto, H.M.N., 1995 , Pengertian Pokok Dagang Indonesia, Hukum Pengagkutan, Jilid III, Cetakan Ke-5, Penerbit Djambatan, Jakarta,

Purba, Radiks, 1997, Mengenal Asuransi Angkutan Darat dan Laut, Penerbit Djambatan, Jakarta.

Tirtaatmidjaja, M.H., 1970, Pokok-Pokok Hukum Perniagaan, Cetakan Ke-4, Penerbit Djambatan, Jakarta.

Wirapradja, Saefullah, E., 1989, Tanggung Jawab Pengangkutan Udara Internasional dan Nasional, Penerbit Djambatan , Jakarta.

Sution Usman Adji, Djoko Prakoso, hari Pramono, Hukum Pengangkutan di Indonesia, cet. III, Rineka Cipta, Jakarta, 1991.

.

14