kangmartho.files.wordpress.com · web viewsemua dewan guru beserta murid-murid mengikuti upacara...

19
1001 Hari Puasa 1. Cerita Pengorbanan Dari Bu Mutini Hari itu matahari muncul di ufuk timur, semua penduduk pesisir menyambut riang gembira. Seiring di mulainya aktivitas hidup. Tampak dari kejauhan seorang anak yang bernama Amal. Pakaian seragamnya lusuh dengan tas di punggung berjalan menuju sekolah. Sebelum berangkat sekolah ia bersalaman dengan Ibunya. Kemudian sang ibu mengantarkan dan memandangi anak semata wayangnya yang bergegas berangkat ke sekolah. Seperti biasa, setiap hari Senin SD Pesanggrahan mengadakan upacara bendera . Semua dewan guru beserta murid- murid mengikuti upacara dengan hikmat, meskipun dengan sarana yang sangat terbatas. Tampak petugas upacara dengan suara lantang melaksanakan tugasnya sambil bersautan bersama dengan Cerita fiksi Workshop Batu 1

Upload: letu

Post on 18-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: kangmartho.files.wordpress.com · Web viewSemua dewan guru beserta murid-murid mengikuti upacara dengan hikmat, meskipun dengan sarana yang sangat terbatas. Tampak petugas upacara

1001 Hari Puasa

1. Cerita Pengorbanan Dari Bu Mutini

Hari itu matahari muncul di ufuk timur, semua penduduk pesisir menyambut riang

gembira. Seiring di mulainya aktivitas hidup. Tampak dari kejauhan seorang anak yang bernama

Amal. Pakaian seragamnya lusuh dengan tas di punggung berjalan menuju sekolah. Sebelum

berangkat sekolah ia bersalaman dengan Ibunya. Kemudian sang ibu mengantarkan dan

memandangi anak semata wayangnya yang bergegas berangkat ke sekolah.

Seperti biasa, setiap hari Senin SD

Pesanggrahan mengadakan upacara bendera .

Semua dewan guru beserta murid-murid

mengikuti upacara dengan hikmat, meskipun

dengan sarana yang sangat terbatas. Tampak

petugas upacara dengan suara lantang

melaksanakan tugasnya sambil bersautan

bersama dengan deburan suara ombak.

Beberapa saat kemudian, bel sekolah berbunyi pertanda masuk kelas. Semua murid

masuk kelas dan pelajaran PKN segera dimulai. Bu Mutini masuk kelas dan mengucapkan

salam,” Selamat pagi, anak-anak.” Sebelum memulai pelajaran bu Mutini mengajak murid-

Cerita fiksi Workshop Batu 1

Page 2: kangmartho.files.wordpress.com · Web viewSemua dewan guru beserta murid-murid mengikuti upacara dengan hikmat, meskipun dengan sarana yang sangat terbatas. Tampak petugas upacara

murid menyanyikan sebuah lagu. Lagu ini sangat dikenal oleh anak-anak sebagai ungkapan

rasa terima kasih anak kepada orang tua. Syairnya sebagai berikut:

‘’wiwit aku isi bayi

Wong tuwo sing ngopeni

Nganti tumeka saiki

Aku ra bakal lali

Budhal sekolah disangoni

Sandang pangan wes mesti

Mula aku wajib ngerti

Mbangun turut ngajeni

Bu Mutini berkata “ Anak-anak, dari lagu di atas, dapat disimpulkan bahwa sebagai anak

harus berbakti kepada orang tua.” Mereka telah merawat dengan penuh kasih sayang dari

kecil hingga dewasa. Ibu tanpa kenal lelah, selalu berkorban untuk kebahagiaan anaknya.

Seperti kata pepatah kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang galah yang artinya kasih

sayang ibu kepada anak tidak terbatas sedangkan kasih anak terbatas.

Bu Mutini pun menceritakan sebuah kisah tentang seorang anak yang berusaha untuk

selalu menyenangkan orang tuanya sebagai upaya untuk membalas budi. Amal mendengarkan

cerita gurunya dengan seksama. Dia teringat ibunya yang telah bekerja keras untuk memenuhi

semua kebutuhan mereka selama ini semenjak ditinggal ayahnya. Terbersit dalam pikiran Amal

Cerita fiksi Workshop Batu 2

Page 3: kangmartho.files.wordpress.com · Web viewSemua dewan guru beserta murid-murid mengikuti upacara dengan hikmat, meskipun dengan sarana yang sangat terbatas. Tampak petugas upacara

untuk memberikan sesuatu kepada ibunya sebagai ungkapan rasa sayang. Dia tahu ibunya

mempunyai sebuah keinginan yang sampai saat ini belum tercapai.

2. Penderitaan Seorang Ibu

Semenjak Amal ditinggal mati bapaknya ketika melaut, kini dia hidup berdua

dengan ibunya. Ibu Amal sudah mulai lanjut usia. Ia harus memikul tanggung jawab

sebagai kepala rumah tangga. Di antarnya memenuhi kebutuhan hidup dan membiayai

sekolah Amal.

Tiap hari dia bekerja, apapun dia lakukan asalkan halal. Kadang dia menjadi

buruh membantu nelayan yang pulang dari melaut, membantu menjemur ikan atau

mencuci di rumah tetangga. Beban hidup yang ditanggung semakin berat karena Amal

sudah mulai besar. Penghasilannya tidak tentu. Setiap harinya kadang dapat kadang

tidak. Pekerjaan itu terlalu berat bagi seorang ibu yang sudah mulai lanjut usia. Namun

tak ada keluh kesah dia menjalaninya dengan sabar dan tabah.

Cerita fiksi Workshop Batu 3

Page 4: kangmartho.files.wordpress.com · Web viewSemua dewan guru beserta murid-murid mengikuti upacara dengan hikmat, meskipun dengan sarana yang sangat terbatas. Tampak petugas upacara

Sebagai seorang anak, hati Amal

terenyuh melihat penderitaan ibunya.

Setiap hari dia mengerjakan pekerjaan

rumah memasak, mencuci,

membersihkan rumah dan masih harus

cari nafkah untuk mereka dan biaya

sekolahnya. Ibunya tak pernah

memikirkan dirinya sendiri, tubuhnya

yang mulai rapuh sering sakit-sakitan

tetapi dia tetap bekerja.

Baju yang dipakai sudah kusam dan banyak tambalannya. Dikala dia mendapat

rezeki dia tidak ingin beli baju baru tapi untuk memenuhi kebutuhan hidup dan biaya

sekolah Amal, itu sudah sangat membuatnya bahagia. Betapa hati Amal menjerit dia

memohon kapada Allah “Ya Allah berilah kesempatan kepadaku untuk

membahagiakan ibu.”

Hari demi hari dilalui dengan sabar dan tabah serta ketekunan untuk bisa hidup

dan mengantarkan Amal menjadi orang berpendidikan, berguna bagi orang tua dan

bangsanya. Seorang perempuan yang tegar dan mempunyai semangat yang tinggi,

membuat Amal menjadi anak yang baik, tegar dan pekerja keras. Amal tak mau

membiarkan ibunya bekerja sendiri dia selalu membantu ibunya di rumah dan ikut

bekerja ketika dia tidak sekolah.

Cerita fiksi Workshop Batu 4

Page 5: kangmartho.files.wordpress.com · Web viewSemua dewan guru beserta murid-murid mengikuti upacara dengan hikmat, meskipun dengan sarana yang sangat terbatas. Tampak petugas upacara

Di kala ibunya mendapat rezeki Amal kadang diberi uang jajan tetapi Amal tak

pernah menggunakan untuk jajan, karena dia tidak tega melihat kerja ibunya. Pernah

suatu hari turun hujan yang sangat deras disertai petir. Amal tidak menemukan ibunya

di rumah. Amal mencari ibunya ke pantai ternyata di sana ibunya sedang mengangkut

ikan dari laut, Amal menangis memanggil ibunya. Ibunya berkata, “Pulang, Nak! Nanti

kamu sakit”. Dia tidak memikirkan dirinya yang basah kuyup dan kedinginan. Di hatinya

hanya ada aku harus pulang dengan membawa uang. Dia tidak mau anaknya juga ikut

menderita.

Perjuangan seorang ibu yang ingin bertahan hidup dan mengantarkan anaknya

menjadi orang sukses dengan mempertaruhkan jiwa dan raganya. Entah kapan

perjalanan hidup yang sulit ini akan dia jalani, harapannya ada pada Amal puteranya.

Tulangnya yang mulai rapuh terus dia bawa untuk berjuang memenuhi kebutuhan

keluarga.

Amal bangga punya ibu yang begitu tangguh dan pekerja keras. Tak ada keluh

kesah yang dia ucapkan menghadapi cobaan hidupnya. Dia selalu tersenyum meskipun

pulang tanpa uang. Jika dia pulang tanpa uang, dia akan bilang, ”Nak, hari ini ibu belum

mendapat rezeki, mungkin besok Allah memberi”. Tidak ada kata putus asa baginya,

dia selalu berusaha bekerja untuk mendapatkan rezeki.

3. Ide Menabung

Keberadaan Amal setiap hari pergi dan pulang sekolah berjalan kaki. Ketika

melewati tempat kerja ibunya, pandangan Amal tertuju kepada ibunya yang sedang

bekerja menjemur ikan di pantai. Sambil berjalan ia terus memikirkan ibunya yang

Cerita fiksi Workshop Batu 5

Page 6: kangmartho.files.wordpress.com · Web viewSemua dewan guru beserta murid-murid mengikuti upacara dengan hikmat, meskipun dengan sarana yang sangat terbatas. Tampak petugas upacara

bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan sekolahnya. Ia

merasa kasihan terhadap ibunya yang tidak seperti ibu-ibu yang lain yang bisa

berpakaian bagus dan memiliki perhiasan yang cantik. Ibunya hanya bekerja, dan

bekerja tanpa memikirkan dirinya sendiri.

Sakit hati Amal ketika melihat ibunya yang bekerja keras, timbullah keinginan

Amal untuk menyenangkan ibunya. Ia terus berpikir keras untuk menemukan cara yang

tepat untuk menyenangkan ibunya tersebut. Pada hal tidak setiap hari ia mendapat

uang saku dari ibunya.

Tiba-tiba dari belakang ada yang menepuk punggungnya. Terkejutlah Amal

sambil menoleh. Senyuman manis tampak di bibir teman setianya. “Terkejut, ya?” sapa

Adil dengan lembut. “O, kamu ini bikin aku kaget saja!” “Apa yang sedang kamu

pikirkan Mal ?” Adil melanjutkan.” Tidak, tidak berpikir kok,” elak Amal.

Akhirnya Amal melanjutkan perjalanan ke sekolah dengan bersepeda bersama

Adil. Dalam perjalanan mereka berbincang-bincang tentang beberapa hal. Salah satu di

antaranya tentang keinginannya untuk menyenangkan hati ibunya agar bisa seperti ibu-

ibu yang lain.

Adil siap membantu dengan tulus. Ia menawarkan agar Amal mau bekerja di

tempat penjemuran ikan milik ayahnya seusai sekolah. Mendengar tawaran Adil, Amal

tersenyum bahagia, karena ada secercah harapan untuk membantu ibunya.

Sepulang sekolah mereka bersama-sama menemui ayah Adil di tempat

penjemuran ikan untuk menyampaikan maksud Adil untuk membantu Amal. Ayah Adil

manggut-manggut menyetujui niat baik anaknya dan mengijinkan Amal untuk bisa

Cerita fiksi Workshop Batu 6

Page 7: kangmartho.files.wordpress.com · Web viewSemua dewan guru beserta murid-murid mengikuti upacara dengan hikmat, meskipun dengan sarana yang sangat terbatas. Tampak petugas upacara

bekerja mulai besok. Amal mempunyai gambaran untuk bisa menabung. Lega hatinya

karena teman setianya bersedia membantu dengan tulus, Amal pun menyampaikan

ucapan terima kasih kepada ayah Adil.

Menjelang tidur, Amal terus berpikir bagaimana cara menyenangkan ibunya

setelah ia bekerja nanti. Ada beberapa gambaran cara menyisihkan uang, di antaranya

upah kerja diambil setiap hari atau seminggu sekali. “Kalau aku ambil seminggu sekali

uang bisa terkumpul banyak, tetapi aku tidak punya uang saku. Kalau aku ambil setiap

hari, kapan aku bisa mengumpulkan uang ?” gumam Amal. Setelah lelah berpikir belum

mendapat pilihan yang tepat akhirnya Amal pun tertidur.

Tengah malam Amal terbangun. Ia teringat dengan permasalahan yang

dipikirkan sebelum tidur dan belum menemukan penyelesaiannya. Akhirnya ingat

nasihat gurunya untuk melaksanakan shalat tahajud agar mendapatkan petunjuk dari

Tuhan Yang Mahakuasa dalam menentukan pilihan yang tepat. Ia pun bergegas untuk

mengambil air wudlu dan melaksanakan shalat tahajut.

Di penghujung rangkaian doanya Amal mendapatkan petunjuk untuk memilih

mengambil upah kerjanya seminggu sekali, agar impiannya untuk menyenangkan

ibunya bisa terwujud.

Amal berusaha keras agar bisa menyisihkan uangnya Rp.10.000,- per minggu,

dengan harapan setelah lulus dari kelas VI nanti bisa mewujudkan keinginannya untuk

menyenangkan ibunya. Ia ingin memberikan sesuatu yang sangat berharga untuk

ibunya sebagai tanda bakti dan terima kasih kepada ibunda tercinta.

Cerita fiksi Workshop Batu 7

Page 8: kangmartho.files.wordpress.com · Web viewSemua dewan guru beserta murid-murid mengikuti upacara dengan hikmat, meskipun dengan sarana yang sangat terbatas. Tampak petugas upacara

4. Amal Bekerja Keras

Amal adalah anak yang rajin belajar dan cerdas. Semua tugas yang diberikan

oleh guru selalu ia kerjakan dengan baik. Semua tugas-tugas sekolah seperti PR

maupun tugas –tugas yang lain selalu ia kerjakan dengan baik.Ia tidak pernah datang

ke sekolah terlambat. Dan setiap akhir semester selalu memperoleh nilai yang bagus,

bahkan ia juga pernah mendapat peringakat dua.

Setiap pulang sekolah Amal selalu membantu orang ibunya mencari uang.

Walaupun masih kelas empat SD ia selalu memanfaatkan waktu luangnya untuk

membantu ibunya semampunya. Padahal anak seusia Amal adalah usia bermain.Tetapi

melihat keadaan ibunya ia tidak tega jika ibunya harus bekerja mencari nafkah

sendirian. Amal berusaha membatu ibunya semampunya.

Ketika baru pulang sekolah dan matahari bersinar dengan teriknya, ia segera

pergi ke pantai untuk mencari pekerjaan yang dapat memperoleh uang. Ia biasanya

bekerja sebagai penguras air di dalam perahu yang baru saja pulang dari laut, atau

buruh pengangkut ikan dari perahu dibawa menuju ke Tempat Pelelengan Ikan (TPI).

Dari hasil menguras air dari dalam perahu biasanya pemilik perahu memberinya upah

Rp1000,00 dan kalau mengangkut ikan setiap keranjang kecil yang beratnya lebih

kurang 10 kg ia diberi upah Rp500,00. Walaupun dengan upah yang sangat kecil ia

tetap mau bekerja. Ia berpedoman walaupun sedikit jika dikumpulkan akan menjadi

banyak. Seperti peribahasa sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit.

Kebetulan hari ini banyak perahu yang baru saja pulang melaut. Maka dengan

cekatan ia segera naik ke atas perahu dan menguras air dari dalam perahu

Cerita fiksi Workshop Batu 8

Page 9: kangmartho.files.wordpress.com · Web viewSemua dewan guru beserta murid-murid mengikuti upacara dengan hikmat, meskipun dengan sarana yang sangat terbatas. Tampak petugas upacara

menggunakan gayung yang sudah dipersiapkanya dari rumah. Ia segera menguras air

tersebut hingga habis yang membutuhkan waktu sekitar 10 menit. Dalam waktu pulang

sekolah hingga sore ia dapat menguras 8 perahu, maka ia mendapatkan uang delapan

ribu rupiah. Itu merupakan nilai yang besar bagi anak seusianya. Tetapi juga pernah

dalam sehari ia hanya dapat menguras satu perahu, tergantung dari banyak sedikitnya

perahu nelayan yang pulang melaut.

Ketika senja mulai datang ia segera pulang ke rumah sambil membawa hasil

jerih payahnya. Ia memberikan uang hasil kerjanya sebanyak Rp5.000,00 kepada

ibunya dan yang Rp3.000,00 ia gunakan untuk uang saku ke sekolah dan

ditabung.Tetapi jika hanya mendapat uang sedikit ia memberikan uang kepada ibunya

juga sedikit. Maka hari ini ia sangat bersyukur karena memperoleh rezeki yang banyak.

Keesokan harinya Amal pergi ke sekolah dengan membawa uang Rp3.000,00.Ia

menabungkan uangnya sebesar Rp2.500,00 ke guru kelasnya. Dan ia hanya

membelikan jajan Rp500,00 karena ingin segera mengumpulkan uang tabungan

sebanyak-banyak. Amal walaupun melihat teman-temanya membeli jajan ia cukup

minum air putih yang dibawanya dari rumah. Amal masih kenyang karena sebelum

berangkat ke sekolah ia sudah sarapan yang disiapkan oleh ibunya walaupun hanya

sekedarnya saja.

Ketika pulang sekolah Amal melihat nenek-nenek yang menggendong barang

agak banyak, dan kelihatan sangat keberatan. Nenek-nenek itu berjalan terseok-seok,

maka dengan segera membatunya membawakan barang-barang nenek itu samapai di

rumahnya. Nenek tersebut sangat berterima kasih kepada Amal. Ketika si nenek mau

Cerita fiksi Workshop Batu 9

Page 10: kangmartho.files.wordpress.com · Web viewSemua dewan guru beserta murid-murid mengikuti upacara dengan hikmat, meskipun dengan sarana yang sangat terbatas. Tampak petugas upacara

memberikan imbalan Amal menolaknya dengan halus, ia menolong orang lain tidak

mengharapkan imbalan.

5. 1001 Hari Impian Terwujud

Amal tidak pernah membuka tabungannya. Dia tidak tahu berapa jumlah tabungannya

sekarang. Sejak dari kelas empat awal hingga sekarang, ia tidak tahu berapa jumlahnya. Ia

hanya menabung. Hanya satu tujuan: ingin memberikan sesuatu kepada ibunya dengan

keringatnya sendiri. Ia dengan rela hati menahan untuk tidak jajan. Ia menahan diri untuk tidak

membeli apa pun. Ia pun tidak pernah memanjakan diri di tempat rekreasi atau bermain game

seperti teman-temannya. Ia benar-benar mempunyai tekad kuat untuk menabung dan

membelikan sesuatu untuk ibunya.

Ujian akhir kelas 6 telah berakhir. Amal menunggu hari yang tepat untuk membuka

tabungannya. Ia berpikir keras mencari saat yang tepat untuk mengetahahui jumlah

tabungannya. Sementara ide yang muncul, ia ingin memberikan hadiah untuk ibunya ketika

acara pelulusan.

Ia benar-benar masih ingat lagu Jawa yang entah apa judulnya yang pernah

dinyanyikan bersama ketika masih kelas 4. Ia menuliskan syair lagu itu di kertas sambil

melagukan pelan-pelan.

‘’Wiwit aku isi bayi

Wong tuwo sing ngopeni

Nganti tumeka saiki

Aku ra bakal lali

Budhal sekolah disangoni

Sandang pangan wes mesti

Cerita fiksi Workshop Batu 10

Page 11: kangmartho.files.wordpress.com · Web viewSemua dewan guru beserta murid-murid mengikuti upacara dengan hikmat, meskipun dengan sarana yang sangat terbatas. Tampak petugas upacara

Mula aku wajib ngerti

Mbangun turut ngajeni

Bila diterjemahkan syair tersebut berbunyi:

Sejak aku masih bayi

Kedua orang tua merawatku

Hingga sebesar ini

Aku tidak akan pernah lupa

Pakaian dan makanan terpenuhi

Oleh karena itu aku wajib mengerti

Menjaga kehormatan dan berbhakti

Itulah lagu yang terngiang-ngiang yang diajari oleh Bu Mutini. Lagu yang penuh cinta

kasih. Cinta kasih orang tua kepada anaknya. Cinta kasih anak kepada orang tuanya. Sungguh,

Ibu Mutini benar-benar mewarisi pribadi anggun. Terima kasih Bu Mutini, seru Amal dalam hati

berkali-kali.

Sehari sebelum hari pelulusan, Amal tidak bisa tidur nyenyak. Ia berdebar-debar.

Hatinya tidak tenang. Antara sedih dan gembira. Sedih karena ia harus melanjutkan sekolah

tapi tidak mungkin karena kondisi ibunya. Gembira karena ia mempunyai hadiah untuk ibunya

besok. Ia tidak getir dengan nasib kelulusannya karena ia yakin lulus. Ia tidak pernah

mendapatkan nilai di bawah 7. Ia getir dengan kehidupannya bersama ibunya. Lebih banyak

menahan diri untuk memiliki sesuatu yang berharga.

Cerita fiksi Workshop Batu 11

Page 12: kangmartho.files.wordpress.com · Web viewSemua dewan guru beserta murid-murid mengikuti upacara dengan hikmat, meskipun dengan sarana yang sangat terbatas. Tampak petugas upacara

Tepat pukul 12 malam ia berjanji. Tepat hari ke 1001 ia harus membuka tabungannya. Ia

mengambil celengan yang ia simpan selama 1001 hari tanpa seorang pun yang tahu. Hanya

Amal dan Tuhan yang tahu bahwa ia menabung untuk ibunya. Walaupun ia tidak mengetahui

berapa jumlah tabungan yang terkumpul selama 1001 hari itu. Dipandanginya celengan itu. Ia

raba-raba dengan senyum. Ia merasakan suasana yang lega. Plong. Aku telah berpuasa untuk

menahan semua keinginanku untuk sebuah hadiah untuk ibu, gumamnya dalam hati. Walaupun

hanya sekecil ini, tapi bukan karena besar kecil, namun karena usahaku untuk menunjukkan

bahwa aku mencintai ibuku, lanjutnya.

Tibalah pada hari

diumumkannya lulus tidaknya

Amal. Dengan keyakinan yang

penuh, ia membuka amplop

putih yang di dalamnya pasti

berisi lulus atau tidaknya Amal.

Dengan penuh senyum, ia pun

membukanya.

Setelah mengetahui bahwa keyakinannya itu sesuai dengan isi amplop tersebut, ia berlari

sambil berteriak: “Ibuuu, Amal lulus!”

Amal mencium tangan ibunya dengan penuh bangga. Ia pantas dibanggakan. Sang ibu

memeluk Amal dengan ucapan Alhamdulillah, kamu berhasil Nak, sahutnya sambil tersenyum.

Namun, di baliknya senyumnya tersimpan kesedihan. Ia berduka karena serta merta teringat

Cerita fiksi Workshop Batu 12

Page 13: kangmartho.files.wordpress.com · Web viewSemua dewan guru beserta murid-murid mengikuti upacara dengan hikmat, meskipun dengan sarana yang sangat terbatas. Tampak petugas upacara

dengan almarhum bapak Amal. Ia juga tidak tahu apakah mampu mengantarkan Amal ke

jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Menurutnya, sekolah itu mahal dan biaya tinggi. Ia hanya

bisa menitikkan air mata.

Saat yang ditunggu Amal pun tiba. Amal mengeluarkan kotak kecil dari dalam tas

sekolah. Ia tersenyum indah sekali. Ibunya pun berhenti menitikkan air mata melihat senyum

Amal yang indah.

“Ibu, ada sesuatu yang ingin aku hadiahnya buat Ibu!”

‘’Anakku, berita lulusmu dan nilai terbaikmu sudah menjadi hadiah buat Ibu. Ibu tidak

menginginkan apa-apa lagi!”

“Tidak Ibu, Amal hanya ingin menunjukkan bahwa butuh 1001 hari Amal berjuang untuk

memberikan sedikit kebahagian Amal buat Ibu. Ibu jangan pernah menolak rasa sayang Amal.”

“Maksudnya 1001 hari apa, Nak?”

“Amal telah menabung selama 1001 hari untuk memenuhi apa yang pernah Ibu

impikan.”

“Seingatku, Ibu tidak pernah mempunyai impian sebab Ibu hanya orng kecil, Nak!”

“Tidak Ibu, Ibu pernah mengimpikan sesuatu. Dan Ibu pasti ingat. Sekarang terimalah

hadiah ini! Amal menyerahkan kotak berwarna merah itu.

“Baiklah, apa isinya ini, Nak?”

“Bukalah,Bu!”

Ternyata sebuah cincin emas bermata hijau. Sang ibu langsung memeluk Amal dan

menjerit, menangis sejadi-jadinya. Anak sekecil itu sudah sedemikian berbakti. Dalam pelukan

ibunya, Amal bercerita panjang lebar tentang seluruh usahanya selama 1001 hari. Jumlah uang

Cerita fiksi Workshop Batu 13

Page 14: kangmartho.files.wordpress.com · Web viewSemua dewan guru beserta murid-murid mengikuti upacara dengan hikmat, meskipun dengan sarana yang sangat terbatas. Tampak petugas upacara

tabungan Amal 1.560.000,- rupiah. Itu pun dikurangi biaya pengobatan ibunya ketika sakit

keras. Karena bakti kepada orang tuanya, Tuhan pun membalas kebaikan Amal dengan

memberikan kemampuan kepada keluarga itu untuk menyekolahkan Amal hingga doktoral.

OLEH:Ali Nurhadi, S.Pd, M.Pd

Salamet Herianto S.Pd, MPdDrs Supriyanto, M.PdSiti Hodijah, S.Pd,M.Pd

Siti Zahroh, S.PdWiwin, S.Pd

Sri Utami, S.PdSiti Rohilah, S.Pd

Nurhadi, S.PdAnastasia Puji Asri, S.Pd

Sri Budiningsih, S.Pd

Cerita fiksi Workshop Batu 14