kaharlahay.files.wordpress.com · web viewseluruh aktivitas didedikasikan pada peningkatan dan...
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Upaya mewujudkan cita-cita sebagaimana diamanatkan dalam
Pancasila dan Pembukaan Undang – Undang Dasar 1945, pendidikan
karakter ditempatkan sebagai landasan untuk mewujudkan visi
pembangunan nasional. Tujuannya, mewujudkan masyarakat berakhlak
mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah
Pancasila.
Pembangunan karakter sebagaimana diamanatkan dalam
Pancasila dan Undang – Undang Dasar 1945 guna mengatasi
permasalahan kebangsaan dewasa ini, Pemerintah menjadikan
pembangunan karakter sebagai salah satu program prioritas
pembangunan nasional. Terlihat secara implisit ditegaskan dalam
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-
2025. Pendidikan karakter ditempatkan sebagai landasan untuk
mewujudkan visi pembangunan nasional, “Mewujudkan masyarakat
berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab
berdasarkan falsafah Pancasila.”
Gerakan Pramuka merupakan pendidikan non formal yang
menyelenggarakan pendidikan kepramukaan kepada generasi muda di
1
Indonesia. Anggota muda atau peserta didik di Gerakan Pramuka, terdiri
atas Pramuka Siaga, Penggalang, Penegak dan Pandega.
Gerakan Pramuka mempunyai tugas pokok menyelenggarakan
pendidikan Kepramukaan kepada generasi muda, menumbuhkan tunas
bangsa menjadi generasi yang lebih baik. Sanggup bertanggungjawab
dan mampu membina serta mengisi kemerdekaan nasional.
Tujuan Gerakan Pramuka membentuk setiap anggotanya memiliki
kepribadian yang berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin,
melestarikan lingkungan hidup, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur
bangsa. Leih penting lagi, anggota Gerakan Pramuka memiliki
kecakapan hidup sebagai kader bangsa dalam menjaga dan membangun
Negara Kesatuan Republik Indonesia, mengamalkan Pancasila dan
Undang – Undang Dasar 1945.
Kegiatan Pendidikan kepramukaan menjadi kegiatan
ekstrakurikuler wajib bagi peserta didik di Sekolah Dasar. Menurut
menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh ada dua hal
menjadi alasan menjadikan Pramuka sebagai ekstrakurikuler wajib yaitu
dasar legalitas Ekstrakurikuler Pramuka terdapat dalam undang-undang
Nomor 12 tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka. Alasan kedua,
Pramuka mengajarkan banyak nilai, mulai kepemimpinan, kebersamaan,
sosial, kecintaan alam, hingga kemandirian.
2
Secara konsepsional Kurikulum 2013 memiliki landasan filosofis,
teoritis yang mengikat struktur kurikulum yang komprehensif untuk
mencapai kompetensi inti. Kompetensi meliputi; sikap (spiritual dan
sosial), kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan.
Kedudukan kegiatan ekstrakurikuler dalam sistem kurikulum
hendaknya bukanlah sebagai pengisi waktu luang, tetapi ditempatkan
sebagai komplemen kurikulum yang dirancang secara sistematis dan
relevan dengan upaya meningkatkan mutu pendidikan. Seluruh aktivitas
didedikasikan pada peningkatan dan pengembangan kemampuan, bakat
dan potensi peserta didik.
B. Tujuan Penulisan Makalah
beberapa hal yang ingin dicapai dari penulisan makalah dengan
judul “Eksistensi Gerakan Pramuka Membentuk Karakter Generasi Muda”
ini diantaranya :
1. Guna memenuhi persyaratan menjadi peserta dalam pelaksanaan
Kursus Pelatih Dasar (KPD) Tahun 2014.
2. Sebagai bahan kajian peran serta Gerakan Pramuka dalam
pembangunan di Indonesia melalui pembentukan karakter generasi
muda.
3. Mengkaji peluang dan tantangan Gerakan Pramuka disaat kegiatan
kepramukaan menjadi kegiatan ekstrakulikuler wajib di lembaga
pendidikan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gerakan Pramuka
Gerakan Pramuka adalah nama organisasi yang merupakan
proses pendidikan kepramukaan di Indonesia. Pramuka merupakan
singkatan dari Praja Muda Karana yang berasal dari bahasa
Sansekerta. Praja adalah warga, rakyat suatu Negara. Muda adalah
orang muda atau berjiwa muda. Karana adalah kesanggupan,
kemampuan atau keuletan dalam berkaya.
Melihat penjelasan tersebut, sebutan Pramuka merupakan
sebutan dari anggota Gerakan Pramuka yang terdiri atas peserta didik
yang terbagi dalam golongan siaga, penggalang, penegak dan
pandega. Kelompok anggota Pramuka lainnya adalah Pembina,
Pamong Saka, Pelatih.
Pendidikan Kepramukaan merupakan bagian dari sejarah
perjuangan bangsa Indonesia. Berawal dari organisasi yang dibentuk
penjajah Belanda di Indonesia dengan nama Nederland Indische
Padvinders Vereeniging (NIPV) atau persatuan pandu-pandu Hindia
Belanda. Tokoh – tokoh pergerakan nasional saat itu, kemudian
mengambil inisiatif mebentuk organisasi kepanduan dengan tujuan
4
membentuk kader penggerak pergerakan nasional. Sejumlah
organisasi kepanduan yang terbentuk saat itu, diantaranya Jong Java
Padvinders, Hisbul Wathon dan Sarekat Islam Afdeling Padvinders
(SIAP).
Tahun 1930, terbentuklah satu organisasi Kepanduan Bangsa
Indonesia (KBI) yang dimotori Indonesche Padvinders Organizaty
(Inpo), Pandu Kesultanan (PK), Pandu Pemuda Sumatera (PPS).
Kemudian terbentuk satu federasi yang bernma Persatuan Antar
Pandu Indonesi (Papi). Pada tahun 1931 berubah nama menjadi
Badan Pusat Persaudaraan Kepanduan Indonesia (BPPKI).
Pandu Rakyat Indonesia yang terbentuk 28 Desember 1945.
Organisasi yang terbentuk di Solo ini merupakan satu-satuanya
organiasi kepanduan yang ada di Indonesia. Selanjutnya, 20 Mei
1961, dikeluarkan Keputusan Presiden (Kepres) RI No 238 yang
menetapkan Gerakan Pramuka satu-satunya organisasi yang
diperbolehkan menyelenggarakan pendidikan kepramukaan bagi
generasi muda Indonesia.
B. Undang – Undang 12 Tahun 2010
Pengembangan potensi diri sebagai hak asasi manusia harus
diwujudkan dalam berbagai upaya penyelenggaraan pendidikan,
5
antara lain melalui Gerakan Pramuka. Gerakan Pramuka selaku
penyelenggara pendidikan kepramukaan mempunyai peran besar
dalam pembentukan kepribadian generasi muda sehingga memiliki
pengendalian diri dan kecakapan hidup untuk menghadapi tantangan
sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan
global.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2010 Tentang
Gerakan Pramuka pasal disebutkan Gerakan pramuka berfungsi
sebagai wadah untuk mencapai tujuan pramuka melalui, pendidikan
dan pelatihan pramuka, pengembangan pramuka, pengabdian
masyarakat dan orang tua serta permainan yang berorientasi pada
pendidikan.
Selanjutnya pada Pasal 4 disebutkan, Gerakan pramuka
bertujuan untuk membentuk setiap pramuka agar memiliki kepribadian
yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat
hukum, disiplin, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa, dan memiliki
kecakapan hidup sebagai kader bangsa dalam menjaga dan
membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia, mengamalkan
Pancasila, serta melestarikan lingkungan hidup.
Pelaksanaan pendidikan kepramukaan juga diatur dalam
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka.
Hal ini dapat dilihat pada pasal 5, pasal 6 dan pasal 7. Ditegaskan
6
bahwa Pendidikan kepramukaan dilaksanakan berdasarkan pada nilai
dan kecakapan dalam upaya membentuk kepribadian dan kecakapan
hidup pramuka.
Kegiatan pendidikan kepramukaan yang dimaksudkan untuk
meningkatkan kemampuan spiritual dan intelektual, keterampilan dan
ketahanan diri dilaksanakan berlandasakan pada kode kehormatan
Gerakan Pramuka melalui metode belajar interaktif dan progresif.
Metode belajar interaktif dan progresif diwujudkan melalui
interaksi pengamalan kode kehormatan pramuka, kegiatan belajar
sambil melakukan, kegiatan yang berkelompok, bekerja sama, dan
berkompetisi. Kegiatan yang menantang, kegiatan di alam terbuka,
kehadiran orang dewasa yang memberikan dorongan dan dukungan,
penghargaan berupa tanda kecakapan; dan satuan terpisah antara
putra dan putri. Namun demikian, penerapan metode belajar tersebut,
tetap disesuaikan dengan kemampuan fisik dan mental anggota
pramuka.
Inti kurikulum pendidikan kepramukaan seperti yang tertuang
dalam pasal 8 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2010 Tentang
Gerakan Pramuka adalah
a. keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. kecintaan pada alam dan sesama manusia;
c. kecintaan pada tanah air dan bangsa;
7
d. kedisiplinan, keberanian, dan kesetiaan;
e. tolong-menolong;
f. bertanggung jawab dan dapat dipercaya;
g. jernih dalam berpikir, berkata, dan berbuat;
h. hemat, cermat, dan bersahaja; dan
i. rajin dan terampil.
Hal yang patut diperhatikan pula adalah kegiatan pendidikan
kepramukaan dilaksanakan dengan menggunakan sistem among.
Sistem among merupakan proses pendidikan kepramukaan yang
membentuk peserta didik agar berjiwa merdeka, disiplin, dan mandiri
dalam hubungan timbal balik antar manusia.
Sistem among dilaksanakan dengan menerapkan prinsip
kepemimpinan:
a. di depan menjadi teladan;
b. di tengah membangun kemauan; dan
c. di belakang mendorong dan memberikan motivasi kemandirian.
C. Kurikulum 2013
Kegiatan ekstrakurikuler dalam Kurikulum 2013 dikelompokkan
menjadi dua, yakni ekstrakulikuler wajib dan ekstrakulikuler pilihan.
Ekstrakulikuler wajib, merupakan program yang harus diikuti oleh seluruh
peserta didik. Terkecuali peserta didik dengan kondisi tertentu yang tidak
memungkinkan untuk mengikutinya.
8
Pendidikan kepramukaan, ditetapkan sebagai kegiatan
ekstrakulikuler wajib dalam kurikulum 2013 bagi peserta didik mulai dari
tingkat Sekolah Dasar (SD) Madrasah Ibtidaiyah (MI) hingga Sekolah
Menengah Atas/ Kejuruan dan Madrasah Aliyah (SMA/SMK/MA) hal ini
seperti tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia nomor 81 A Tahun 2013 Tentang Implementasi
Kurikulum.
Selanjutnya, pada Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2014, Pendidikan
Kepramukaan Sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib pada Pendidikan
Dasa dan Menengah khususnya pasal 3 dijelaskan, Pendidikan
Kepramukaan dilaksanakan dalam tiga model, masing-masing :
a. Model Blok, merupakan kegiatan wajib dalam bentuk perkemahan
yang dilaksanakan setahun sekali dan diberikan penilaian umum.
b. Model Aktualisasi, merupakan kegiatan wajib dalam bentuk penerapan
sikap dan keterampilan yang dipelajari didalam kelas yang
dilaksanakan dalam kegiatan Kepramukaan secara rutin, terjadwal dan
diberikan penilaian formal.
c. Model Reguler, merupakan kegiatan sukarela berbasis minat peserta
didik yang dilaksanakan di Gugus Depan.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 63 Tahun 2014, juga mengatur penanggung jawab
9
pengelolaan Pendidikan Kepramukaan sebagai kegiatan
ekstrakulikuler wajib pada satuan pendidikan dasar dan menengah
adalah kepala sekolah dengan pelaksana Pembina pramuka.
Pembina pramuka adalah guru kelas, guru mata pelajaran yang
telah memperoleh sertifikat paling rendah kursus mahir dasar atau
Pembina yang bukan guru kelas / guru mata pelajaran. Suatu motivasi
pula, guru kelas / guru mata pelajaran yang melaksanakan tugas
tambahan sebagai Pembina Pramuka, dihitung sebagai bagian dari
pemenuhan beban kerja guru dengan beban kerja paling banyak 2 jam
pelajaran per minggu.
Gambar 1 : Pendidikan Pramuka Sebagai Eskul wajib
Sumber : Lampiran 1 Permendikbud Nomor 63 Tahun 2014
10
BAB III
PEMBAHASAN
A. Peluang
Hadirnya kebijakan yang menjadikan pendidikan kepramukaan
menjadi kegiatan ekstrakulikuler wajib di satuan pendidikan mulai sekolah
dasar hingga sekolah menengah memberikan peluang bagi
perkembangan Gerakan Pramuka.
1. Akreditasi Gudep.
Menunjang program yang dicanangkan Kwartir Nasional
Gerakan Pramuka untuk melakukan akredtasi Gugus Depan. Terlihat
dengan digunakannya Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka
Nomor 231 Tahun 2007 Tentang Petunjuk Penyelenggaraan Gugus
Depan dalam Gerakan Pramuka dan Keputusan Kwartir Nasional
Gerakan Pramuka Nomor 056 Tahun 1982 Tentang Petunjuk
Penyelenggaraan Karang Pamitran digunakan sebagai acuan dalam
pelaksanaan ekstra kurikuler wajib kegiatan pramuka. Hal tersebut
sangat jelas tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2014, Pendidikan
Kepramukaan Sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib pada
Pendidikan Dasar dan Menengah.
Aktifnya kegiatan pendidikan kepramukaan di lembaga
pendidikan dasar dan menengah yang melibatkan peserta didik yang
11
dibimbing langsung oleh Pembina Pramuka, guru kelas dan guru
mata pelajaran diharapkan akan memacu berbagai upaya perbaikan
terhadap pengelolaan gugus depan, sehingga secara adminstrasi
akan tertata dengan baik. Dengan begitu, akan membantu
pelaksanaan akreditasi gugus depan.
2. Komulatif bukan Alternatif.
Jelas tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2014, Pendidikan
Kepramukaan Sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib pada
Pendidikan Dasar dan Menengah, pelaksanan pendidikan
Kepramukaan sebagai kegiatan wajib yang diselenggarakan dalam
tiga model yakni, model blok, model aktualisasi dan model regular.
Ini memberikan kesempatan yang luas kepada peserta didik
untuk mengembangkan minat dan bakat, memperoleh keterampilan
dan keahlian serta pembentukan karakter melalui pendidikan
kepramukaan.
Melalui tiga model pelaksanaan pendidikan kepramukaan di
gugus depan, diharapkan akan lebih mengoptimalkan pelaksanaan
pendidikan kepramukaan di sekolah tersebut. Hanya saja perlu
adanya penyamaan perepsi bahwa tiga model pelaksanaan
pendidikan kepramukaan di lembaga pendidikan dasar dan
menengah itu bukan memilih alternative dari tiga model yang
12
disebutkan. Melainkan menjalankan secara komulatif tiga model
tersebut yakni model blok, model aktualisasi dan model regular.
Dengan demikian dibutuhkan kerja sama semua pihak terkait,
mulai kepala sekolah selaku penanggung jawab, Pembina Pramuka,
guru kelas dan guru mata pelajaran, komite sekolah dan orang tua
siswa.
3. Peningkatan Sumber Daya Manusia.
Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), utamanya
bagi Pembina Pramuka di satuan pendidikan dasar dan menengah.
Mengingat, dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2014, Pendidikan Kepramukaan
Sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib pada Pendidikan Dasa dan
Menengah ditegaskan bahwa Pembina Pramuka minimal sudah
mengikuti Kursus Mahir Dasar (KMD).
Hal yang patut mendapat perhatian adalah, sudah saatnya
satuan pendidikan mengubah pola piker dalam hal menetapkan
Pembina Pramuka. Biasanya hanya menunjuk 1 atau 2 orang guru
sebagai Pembina Pramuka. Sejak diberlakukannya kurikulum 2013
dengan menetapkan pendidikan kepramukaan sebagai kegiatan
ektrakulikuler wajib maka setiap guru di satuan pendidikan adalah
Pembina Pramuka.
13
B. Tantangan
Hadirnya kebijakan yang menjadikan Pendidikan Kepramukaan
sebagai kegiatan ekstrakulikuler wajib bagi pendidikan dasar dan
menengah, juga memunculkan sejumlah tantangan.
1. Assesor Akreditasi Gudep.
Langkah Kwartir Nasional Gerakan Pramuka untuk
mensukseskan program akreditasi gugus depan, sudah banyak
dilaksanakan. Diantaranya dengan mengadakan pelatihan bagi
assessor yang diikuti oleh utusan Kwartir Daerah Gerakan Pramuka
dan Kwartir Cabang Gerakan Pramuka seluruh Indonesia. Namun
begitu, jumlah assessor yang dimiliki masing-masing Kwartir Daerah
dan Kwartir Cabang jumlahnya relative sedikit.
Aktifnya pendidikan kepramukaan di satuan pendidikan dasar
dan menengah sebagai konsekuensi diterapkannya ekstra kurikulum
wajib, akan membawa dampak positif terhadap pengelolaan gugus
depan. Disatu sisi, kemungkinan besar adminstrasi gugus depan akan
terkelola dengan baik. Namun disisi lain, pengelolaan administrasi
tersebut belum tentu akan menunjang program akreditasi gudep.
Karena terkendala dengan relative minimnya assessor atau petugas
yang akan melakukan registrasi akreditasi gugus depan.
14
2. Pelaksanaan Model.
Adanya tiga model penerapan pendidikan kepramukaan dalam
ekstrakulikuler wajib yakni model blok, model aktualisasi dan model
regular menjadi tantangan tersendiri bagi Pembina Pramuka, guru
kelas dan guru mata pelajaran.
Pasalnya, bukan tidak mungkin ada yang beranggapan bahwa
dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakulikuler wajib pendidikan
kepramukaan di satuan pendidikan dasar dan menengah, hanya
memilih salah satu dari model tersebut. Artinya, ketika sudah
melaksanakan model blok, tidak perlu lagi melaksanakan lagi model
aktualisasi maupun model regular. Ataupun ketika sudah
melaksanakan model aktualisasi, tidak perlu melakukan dua model
lainnya.
Padahal, jika ketiga model pelaksanaan ekstrakulikuler wajib
pendidikan pramuka di satuan pendidikan dasar dan menengah
tersebut dilaksanakan secara beriringan maka hasilnya akan jauh
lebih baik bagi peserta didik.
3. Pendidikan dan Pelatihan Pembina Pramuka
Tantangan yang akan dihadapi jajaran Kwartir Nasional
Gerakan Pramuka adalah menyiapkan sumber daya manusia dalam
hal ini Pembina Pramuka di setiap satuan pendidikan dasar dan
menengah yang memenuhi standar sesuai peraturan menteri
15
pendidikan dan kebudayaan nomor 63 tahun 2014. Dimana
disebutkan Pembina Pramuka minimal sudah mengikuti Kursus Mahir
Dasar (KMD).
Tantangan ini akan semakin besar, jika kemudian diasumsikan
bahwa semua guru di satuan pendidikan dasar dan menengah baik itu
guru kelas dan guru mata pelajaran juga merupakan Pembina
Pramuka, olehnya perlu mengikuti Kursus Mahir Dasar.
Secara regulasi, Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, sudah
siap untuk pengembangan Angota Dewasa Gerakan Pramuka seperti
tertuang dalam Keputusan Kwartir Nasional Nomor 201 Tahun 2011
Tentang Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan Sumber Daya
Anggota Dewasa Gerakan Pramuka. Regulasi lainnya yang telah
dikeluarkan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka adalah Sisitem
Pendidikan dan Pelatihan dalam Gerakan Pramuka yang dituangkan
dalam Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor 202
Tahun 2011.
Namun secara teknis pelaksanaannya perlu menjadi perhatian
sendiri. Mengingat jika semua guru di satuan pendidikan dasar dan
menengah akan berbondong-bondong mengikuti Kursus Mahir Dasar
dan penjejengan selanjutnya Kursus Mahir Lanjutan (KML) karena
untuk memenuhi syarat seperti yang diharuskan Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 63 Tahun 2014.
16
BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Dari penulisan makalah dengan judul “Eksistensi Gerakan
Pramuka Membentuk Karakter Generasi Muda” yang membahas soal
kurukulum 2013 khususnya pendidikan pramuka sebagai kegiatan
ekstrakulikuler wajib di satuan pendidikan dasar dan menengah, dapat
ditarik beberapa kesimpulan yakni :
1. Ekstrakulikuler wajib pendidikan pramuka di satuan pendidikan dasar
dan menengah diharapkan membantu mempercepat proses akreditasi
gudep yang dicanangkan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka.
2. Eksistensi Gerakan Pramuka yang bertujuan membentuk setiap
anggotanya memiliki kepribadian yang berahlak mulia, berjiwa
patriotik, taat hukum, disiplin, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur
bangsa dan memiliki kecakapan hidup akan nampak dalam kehidupan
sehari-hari melalui penerapan kegiatan ekstrakulikuler wajib di satuan
pendidikan dasar dan menengah yang akan diterapkan dengan model
blok, model aktualisasi dan model regular.
3. Kwartir Daerah Gerakan Pramuka dan Kwartir Cabang Gerakan
Pramuka melalui Pusat Pendidikan dan Pelatihan Daerah dan
Cabang akan banyak menggelar Kursus Mahir Daasar (KMD) dan
Kursus Mahir Lanjutan (KML) menghadapi meningkatnya jumlah
17
Pembina Pramuka di satuan pendidikan dasar dan menengah,
sebagai konsekuensi dari penerapan pendidikan pramuka sebagai
ekstrakulikuler wajib.
B. Rekomendasi
Melalui pembahasan dalam makalah dengan judul “Eksistensi
Gerakan Pramuka Membentuk Karakter Generasi Muda” dapat
direkomendasikan antara lain :
1. Proses percepatan akreditasi gudep melalui program ekstrakulikuler
wajib kegiatan Pramuka, perlu ditunjang dengan adanya kuantits tau
jumlah assessor yang bertugs untuk melakukan registrasi baik di
tingkat Kwartir Daerah maupun Kwartir Cabang.
2. Perlu adanya seminar nasional atau regional yang melibatkan
Pembina Pramuka di sekolah, guru kelas dan guru mata pelajaran
untuk mensosialisasikan pelaksanaan ekstrakulikuler wajiba Pramuka.
Utamanya dalam menyamakan presepsi bahwa model blok, model
aktualisasi dan model regular bukanlah hanya memilih salah satu atau
alternative dari tiga model tersebut, melainkan merupakan akumulatif
dari tiga model tersebut yang akan dijalankan di masing-masing
satuan pendidikan dasar dan menengah.
3. Kwartir Cabang Gerakan Pramuka dan Kwartir Daerah Gerakan
Pramuka, perlu meningkatkan frekwensi maupun jumlah pelaksanaan
Kursus Mahir Dasar (KMD) dan Kursus Mahir Lanjut (KML). Hal ini
18
dimaksudkan untuk membantu para guru kelas maupun guru mata
pelajaran memenuhi kualifikasi sebagai Pembina Pramuka
disekolahnya.
19
DAFTAR PUSTAKA
Anggadiredja JT dkk, 2011, Pedoman dan Pengelolaan Pengembangan Anggota Dewasa Gerakan Pramuka, Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Jakarta.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kementerian Pendidikan Nasional, 2011, Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter, Jakarta.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81 A, Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2014 Tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada Pendidikan Dasar dan Menengah.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 62 Tahun 2014, Tentang Kegiatan Ekstrakurikuler pada Pendidikan Dasar dan Menengah.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2014, Pendidikan Kepramukaan Sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib pada Pendidikan Dasar dan Menengah.
Mursitho Joko, dkk, 2011, Sistem Pendidikan dan Pelatihan dalam Gerakan Pramuka, Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Jakarta.
Republik Indonesia, 2010, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka.
https://suaidinmath.files.wordpress.com/2014/02/ks-04-kepramukaan-2.pdf
http://kanam21.files.wordpress.com/2011/02/pedoman-bina-2.pdf
20